3
  BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Basson melaporkan bahwa di Amerika konstipasi merupakan salah satu gangguan gastrointestinal yang paling sering. Prevalensi konstipasi yang dilaporkan bervariasi karena perbedaan antara kelompok etnis. Pada studi meta analisis menggambarkan prevalensi konstipasi sebanyak 81%. Jenis kelamin, umur dan pendidikan sangat berkaitan dengan prevalensi konstipasi (Basson, 2011).  Konstipasi merupakan salah satu gangguan yang paling umum di negara barat (Roma dkk, 1999). Penelitian epidemiologi telah melaporkan adanya korelasi antara konsumsi serat dengan kejadian konstipasi. Diet serat dari biji-bijian, buah-buahan, dan sayuran meningkatkan berat feses baik pada anak-anak maupun orang dewasa. Ditinjau dari 100 studi asupan serat berfungsi untuk menaikkan berat feses. Sebuah meta analisa dari 11 studi dimana berat tinja diukur secara akurat dalam 26 kelompok pada diet terkontrol konten polisakarida menunjukkan hubungan yang signifikan antara asupan serat dengan konstipasi(r =0,84) (Cummings dkk, 1992). Baru-baru ini, Murakami dalam penelitian cross sectional pada wanita muda di Jepang dengan asupan serat rendah (6,4 gram/hari), konsumsi air mineral yang rendah dikaitkan dengan peningkatan prevalensi konstipasi. Konstipasi juga ditemukan secara bermakna dikaitkan dengan asupan buah dan sayuran yang rendah dalam penelitian Singapura (Orenstein, 2008). Diet yang mengandung serat dalam jumlah yang besar akan menghasilkan feses yang lunak dan akan cepat melal ui usus. Sebaliknya diet rendah serat akan menghasilkan feses yang kecil dan melewat i usus secara berlahan (Clark dan godfrey, 1981). Menurut Burktitt massa fese s sangat ditent ukan dengan asupan serat (Arnaud, 2003). Universitas Sumatera Utara

Konsti Pas i

Embed Size (px)

DESCRIPTION

konstipasi-USU

Citation preview

  • BAB 1

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Basson melaporkan bahwa di Amerika konstipasi merupakan salah satu gangguan

    gastrointestinal yang paling sering. Prevalensi konstipasi yang dilaporkan bervariasi

    karena perbedaan antara kelompok etnis. Pada studi meta analisis menggambarkan

    prevalensi konstipasi sebanyak 81%. Jenis kelamin, umur dan pendidikan sangat

    berkaitan dengan prevalensi konstipasi (Basson, 2011).

    Konstipasi merupakan salah satu gangguan yang paling umum di negara barat

    (Roma dkk, 1999). Penelitian epidemiologi telah melaporkan adanya korelasi antara

    konsumsi serat dengan kejadian konstipasi. Diet serat dari biji-bijian, buah-buahan, dan

    sayuran meningkatkan berat feses baik pada anak-anak maupun orang dewasa. Ditinjau

    dari 100 studi asupan serat berfungsi untuk menaikkan berat feses. Sebuah meta analisa

    dari 11 studi dimana berat tinja diukur secara akurat dalam 26 kelompok pada diet

    terkontrol konten polisakarida menunjukkan hubungan yang signifikan antara asupan

    serat dengan konstipasi(r =0,84) (Cummings dkk, 1992).

    Baru-baru ini, Murakami dalam penelitian cross sectional pada wanita muda di

    Jepang dengan asupan serat rendah (6,4 gram/hari), konsumsi air mineral yang rendah

    dikaitkan dengan peningkatan prevalensi konstipasi. Konstipasi juga ditemukan secara

    bermakna dikaitkan dengan asupan buah dan sayuran yang rendah dalam penelitian

    Singapura (Orenstein, 2008).

    Diet yang mengandung serat dalam jumlah yang besar akan menghasilkan feses

    yang lunak dan akan cepat melalui usus. Sebaliknya diet rendah serat akan menghasilkan

    feses yang kecil dan melewati usus secara berlahan (Clark dan godfrey, 1981). Menurut

    Burktitt massa feses sangat ditentukan dengan asupan serat (Arnaud, 2003).

    Universitas Sumatera Utara

  • Stphen dan Cumming menunjukkan bahwa 48% dari peningkatan curah feses

    dihubungkan dengan makanan berserat. Ketika serat hampir sepenuhnya dicerna, curah

    feses dan kadar air meningkat (Kay, 2011).

    Pada wanita Jepang dilakukan penelitian secara cross sectional, kalori dan

    asupan serat tidak berbeda nyata antara subjek konstipasi fungsional dan tanpa

    konstipasi fungsional. Selain itu telah diulas bahwa asupan serat bukan merupakan

    penyebab utama konstipasi. Hal ini karena belum adanya penurunan prevalensi

    konstipasi di Amerika Serikat selama dekade terakhir meskipun meningkatnya

    ketersediaan dan konsumsi makanan kaya serat. Dengan demikian hubungan antara

    nutrisi atau makanan serat perlu dikaji lebih lanjut (Soon, 2010).

    Oleh karena tingginya angka prevalensi konstipasi dan adanya perbedaan dari

    berbagai literatur mengenai makan berserat dengan kejadian konstipasi maka penulis

    tertarik untuk meneliti hubungan antara pola makan berserat dengan kejadian

    konstipasi.

    1.2 Rumusan Masalah

    Berdasarkan latar belakang yang diuraikan sebelumnya, perumusan masalah

    dalam penelitian ini adalah :

    Apakah terdapat hubungan antara antara pola makanan berserat dengan kejadian

    konstipasi di RSUP. H. Adam Malik Medan?

    1.3 Tujuan Penelitian

    1.3.1 Tujuan Umum

    Untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara pola makan berserat

    dengan kejadian konstipasi di RSUP. H. Adam Malik Medan.

    Universitas Sumatera Utara

  • 1.3.2 Tujuan Khusus

    1. Untuk mengetahui angka kejadian konstipasi di RSUP. H. Adam Malik Medan.

    2. Untuk mengetahui apakah makanan berserat merupakan salah satu faktor

    penyebab terjadinya konstipasi.

    1.4 Manfaat Penelitian

    1.4.1 Bagi peneliti

    Sebagai sarana pengembangan diri dan penerapan pengetahuan yang diperoleh

    penulis tentang metodologi penelitian.

    1.4.2 Bagi Institusi Pendidikan

    Bisa dijadikan sebagai bahan bacaan di perpustakaan besar Universitas Sumatera

    Utara, yang diharapkan bermanfaat sebagai data awal dan refrensi untuk penelitian

    lebih lanjut.

    1.4.3 Bagi Institusi Rumah sakit

    Sebagai bahan evaluasi dan satu dasar memiliki langkah yang tepat dalam

    melakukan asuhan dan pengobatan pada penderita konstipasi.

    1.4.4 Bagi Masyarakat

    Menambah pengetahuan masyarakat tentang betapa pentingnya mengkonsumsi

    makanan berserat.

    Universitas Sumatera Utara