116
KONSTRUKSI REALITAS PADA MEDIA CETAK : ANALISIS FRAMING PEMBERITAAN INSIDEN MONAS DI KORAN TEMPO DAN REPUBLIKA EDISI JUNI 2008 Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial Islam (S.Sos.I) Oleh Febyanti Junaedi NIM 105051102006 KONSENTRASI JURNALISTIK JURUSAN KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1430 H / 2009 M

KONSTRUKSI REALITAS PADA MEDIA CETAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8223/1/FEBYANTI... · faktualitas. Media memiliki ... Penulisan skripsi dengan judul Konstruksi

  • Upload
    vodiep

  • View
    214

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: KONSTRUKSI REALITAS PADA MEDIA CETAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8223/1/FEBYANTI... · faktualitas. Media memiliki ... Penulisan skripsi dengan judul Konstruksi

KONSTRUKSI REALITAS PADA MEDIA CETAK :

ANALISIS FRAMING PEMBERITAAN INSIDEN

MONAS DI KORAN TEMPO DAN REPUBLIKA EDISI

JUNI 2008

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Sosial Islam (S.Sos.I)

Oleh

Febyanti Junaedi

NIM 105051102006

KONSENTRASI JURNALISTIK

JURUSAN KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1430 H / 2009 M

Page 2: KONSTRUKSI REALITAS PADA MEDIA CETAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8223/1/FEBYANTI... · faktualitas. Media memiliki ... Penulisan skripsi dengan judul Konstruksi

KONSTRUKSI REALITAS PADA MEDIA CETAK :

ANALISIS FRAMING PEMBERITAAN INSIDEN

MONAS DI KORAN TEMPO DAN REPUBLIKA EDISI

JUNI 2008

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Sosial Islam (S.Sos.I)

Oleh

Febyanti Junaedi

NIM 105051102006

KONSENTRASI JURNALISTIK

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1430 H / 2009 M

Page 3: KONSTRUKSI REALITAS PADA MEDIA CETAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8223/1/FEBYANTI... · faktualitas. Media memiliki ... Penulisan skripsi dengan judul Konstruksi

KONSTRUKSI REALITAS PADA MEDIA CETAK :

ANALISIS FRAMING PEMBERITAAN INSIDEN

MONAS DI KORAN TEMPO DAN REPUBLIKA EDISI

JUNI 2008

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Dakwah dan Komunikasi

untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Sosial Islam (S. Sos.I)

Oleh

Febyanti Junaedi

NIM 105051102006

Di Bawah Bimbingan

Dra. Armawati Arbi, M.Si

NIP 19650207 199103 2 002

KONSENTRASI JURNALISTIK

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1430 H/ 2009 M

Page 4: KONSTRUKSI REALITAS PADA MEDIA CETAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8223/1/FEBYANTI... · faktualitas. Media memiliki ... Penulisan skripsi dengan judul Konstruksi

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi

salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya

cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya

atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia

menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 18 Juni 2009

Febyanti Junaedi

Page 5: KONSTRUKSI REALITAS PADA MEDIA CETAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8223/1/FEBYANTI... · faktualitas. Media memiliki ... Penulisan skripsi dengan judul Konstruksi

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Di saat seluruh bangsa Indonesia tengah memperingati Hari Lahirnya

Pancasila, 1 Juni 2008, terjadi insiden yang melibatkan dua organisasi massa,

yaitu Front Pembela Islam (FPI) dan Aliansi Kebangsaan untuk Kebebasan

Beragama dan Berkeyakinan (AKKBB), di Lapangan Silang Monas. Berbagai

spekulasi mengenai penyebab terjadinya insiden yang dikalangan media lebih

dikenal dengan nama insiden Monas ini, sempat dilontarkan oleh beberapa

pihak.

“Ada yang mengatakan, massa AKKBB yang merupakan organisasi massa pro-Ahmadiyah menjelek-jelekkan FPI yang sangat keras

menentang dan meminta pemerintah membubarkan Ahmadiyah. Bahkan, ada yang mengatakan, kerusuhan itu dipicu oleh sebuah tembakan yang

membuat laskar FPI marah.”1

Terjadinya insiden Monas ini sempat menjadi headline di beberapa media

massa di Indonesia. Selama sepekan baik itu media elektronik maupun media

cetak menayangkan dan menampilkan berita mengenai insiden Monas. Berita

mengenai insiden Monas ini adalah salah satu berita dengan sensitifitas yang

cukup tinggi. Banyak redaksi baik media cetak ataupun elektronik yang

menyatakan bahwa insiden Monas merupakan salah satu isu paling sensitif

ketika masuk sidang redaksi. Sensitif dikarenakan berita ini berkaitan dengan

persoalan agama, yaitu persoalan yang menyangkut banyak pihak. Sikap

masing-masing redaksi dan institusi media terhadap persoalan tersebut pastilah

1 Achmad Setiyaji, Tragedi Monas Berdarah (Bandung : Semesta Ide, 2008), h. v.

Page 6: KONSTRUKSI REALITAS PADA MEDIA CETAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8223/1/FEBYANTI... · faktualitas. Media memiliki ... Penulisan skripsi dengan judul Konstruksi

berbeda. Peristiwa boleh saja sama, tetapi sudut pandang pastilah berbeda.

Pernyataan tersebut dapat digambarkan secara jelas pada dua surat kabar

nasional, yaitu Koran Tempo dan Republika. Koran Tempo dan Republika

mengambil sudut pandang yang berbeda dalam setiap penulisan berita mengenai

insiden Monas. Koran Tempo menyatakan bahwa insiden Monas merupakan

peristiwa penyerangan atau aksi kekerasan yang dilakukan oleh FPI kepada

AKKBB, sedangkan Republika menyatakan bahwa peristiwa tersebut

merupakan bentrokan antara FPI dan AKKBB yang terjadi karena persoalan

Ahmadiyah.

Koran Tempo (Senin, 2 Juni 2008) menempatkan kasus tersebut pada

halaman pertama sebagai Top Headline dengan mengetengahkan judul

“Bubarkan FPI”, sedangkan Republika pada hari yang sama menempatkan

kasus tersebut juga pada halaman utama dengan mengetengahkan judul

“Bentrokan Akibat Pemerintah Lamban”. Pada hari berikutnya, Koran Tempo

(Selasa, 3 Juni 2008) menjadikan kasus ini sebagai Top Headline dengan

menampilkan foto Panglima Komando Laskar Islam Munarman sedang

mencekik salah seorang anggota yang diduga berasal dari AKKBB, judul yang

diambil ialah “Pemerintah Kaji Pembekuan FPI”. Di hari yang sama,

Republika kembali menempatkan kasus tersebut pada halaman utama dengan

judul “Masyarakat Diimbau tak Lakukan Provokasi”. Selama bulan Juni 2008,

Koran Tempo empat kali menjadikan kasus insiden Monas sebagai Top

Headline ditempatkan pada halaman depan, sebelas kali menjadikan kasus

tersebut sebagai Headline ditempatkan pada halaman kedua dan juga

diberitakan pada rubrik Metro, serta rubrik Nasional. Sedangkan Republika,

Page 7: KONSTRUKSI REALITAS PADA MEDIA CETAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8223/1/FEBYANTI... · faktualitas. Media memiliki ... Penulisan skripsi dengan judul Konstruksi

tercatat enam kali menempatkan kasus insiden Monas sebagai Headline di

halaman depan dan tiga kali menempatkan kasus tersebut bukan di halaman

depan.

Beberapa judul berita di atas dan juga judul-judul lainnya serta pandangan

kedua media cetak tersebut mengenai insiden Monas tampak menarik untuk

diteliti. Salah satu fungsi utama dari media massa sendiri adalah memberikan

informasi kepada khalayak. Berbagai media massa yang telah ada, dimanfaatkan

oleh khalayak untuk memenuhi kebutuhannya akan informasi yang secara

otomatis akan lebih mengembangkan wawasan intelektual mereka.

Menyampaikan berita secara obyektif adalah kewajiban yang harus dilakukan

oleh institusi media dan wartawan. Meskipun mereka telah menyampaikan

informasi secara akurat dan aktual namun, pada kenyataannya tetap saja berita

yang disampaikan masih jauh dari obyektifitas. Di media massa seperti surat

kabar misalnya, pemberitaan yang ada selalu saja dikaitkan dengan beberapa

kepentingan, baik itu kepentingan individu maupun organisasi. Banyak berita di

surat kabar tidak dinyatakan secara eksplisit tetapi implisit.

“Lewat narasinya, surat kabar menawarkan definisi-definisi

tertentu mengenai kehidupan manusia : siapa pahlawan dan siapa penjahat;

apa yang baik dan apa yang buruk bagi rakyat; apa yang layak dan apa

yang tidak layak untuk dilakukan seorang pemimpin; tindakan apa yang

disebut perjuangan (demi membela kebenaran dan keadilan) dan

pemberontakan atau terorisme; isu apa yang relevan dan tidak; alasan apa

yang masuk akal dan tidak; dan solusi apa yang harus diambil dan

ditinggalkan.” 2

Konstruksi berita pada dasarnya merupakan sebuah informasi yang

disampaikan secara kuantitatif dan kualitatif. Sisi kuantitatif dapat dilihat dari

seberapa sering berita tersebut muncul dan jumlah pemakaian istilah dalam

2 Eriyanto, Analisis Framing, Konstruksi, Ideologi dan Politik Media (Yogyakarta : LKiS,

2002), h. x .

Page 8: KONSTRUKSI REALITAS PADA MEDIA CETAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8223/1/FEBYANTI... · faktualitas. Media memiliki ... Penulisan skripsi dengan judul Konstruksi

berita. Sedangkan sisi kualitatif dapat dilihat berdasarkan unsur objektivitas dan

faktualitas. Media memiliki ideologi yang ingin mereka refleksikan melalui

berita-berita yang disampaikan, baik ditujukan dalam cara penulisan berita,

bentuk penceritaan suatu peristiwa atau penentuan fakta mana yang harus

ditekankan atau justru dihilangkan.

Proses konstruksi realitas yang dilakukan oleh media dapat dilakukan

dengan menggunakan beberapa metode, di antaranya analisis wacana, analisis

framing dan analisis semiotika. Analisis framing merupakan metode yang sesuai

digunakan pada penelitian ini, karena dalam perspektif komunikasi analisis ini

dipakai untuk mengetahui bagaimana cara pandang yang digunakan oleh

wartawan ketika menyeleksi dan menulis berita. Analisis framing secara

sederhana dapat digambarkan sebagai analisis untuk mengetahui bagaimana

suatu peristiwa atau realitas dibingkai oleh media.3 Di sini realitas sosial

dimaknai dan dikonstruksi dengan makna tertentu, peristiwa dipahami dengan

bentukan tertentu. Melalui penelitian ini, peneliti merasa perlu untuk mengkaji

lebih lanjut karakter pemberitaan Koran Tempo dan Republika mengenai

penyebab terjadinya insiden Monas, 1 Juni 2008, dilihat dari proses

pembingkaian masalah pada berita-berita yang disampaikan.

Dengan latar belakang masalah yang telah dijelaskan di atas, peneliti

merasa tertarik untuk menulis sebuah skripsi yang berjudul KONSTRUKSI

REALITAS PADA MEDIA CETAK : Analisis Framing Pemberitaan

Insiden Monas di Koran Tempo dan Republika Edisi Juni 2008.

3 Ibid, h. 3.

Page 9: KONSTRUKSI REALITAS PADA MEDIA CETAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8223/1/FEBYANTI... · faktualitas. Media memiliki ... Penulisan skripsi dengan judul Konstruksi

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Agar pembahasan dalam penelitian ini lebih mudah dan terarah, maka

penulisan skripsi ini dibatasi pada analisis tekstual (message) pemberitaan

insiden Monas oleh tim redaksi Koran Tempo dan Republika. Khususnya dalam

headline berita mengenai penyebab terjadinya insiden Monas yang melibatkan

antara FPI dan AKKBB pada kedua harian tersebut. Sedangkan untuk batasan

waktu terbitnya, peneliti mengambil berita-berita selama satu bulan yaitu, Juni

2008. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan analisis framing model

Robert N. Entman.

Berdasarkan pembatasan masalah di atas maka rumusan masalah yang

akan dibahas antara lain :

1. Bagaimana struktur define problems (pendefinisian masalah) pada

berita-berita terkait penyebab terjadinya insiden Monas di Koran Tempo

dan Republika ?

2. Bagaimana struktur diagnose causes (penyebab masalah) pada berita-

berita terkait penyebab terjadinya insiden Monas di Koran Tempo dan

Republika ?

3. Bagaimana struktur make moral judgement (membuat pilihan moral)

pada berita-berita terkait penyebab terjadinya insiden Monas di Koran

Tempo dan Republika ?

4. Bagaimana struktur treatment recommendation (menekankan

penyelesaian) pada berita-berita terkait penyebab terjadinya insiden

Monas di Koran Tempo dan Republika ?

Page 10: KONSTRUKSI REALITAS PADA MEDIA CETAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8223/1/FEBYANTI... · faktualitas. Media memiliki ... Penulisan skripsi dengan judul Konstruksi

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

a. Tujuan Teoritis

Dengan menggunakan analisis framing model Entman, penelitian ini

bertujuan untuk mengetahui struktur define problems (pendefinisian

masalah), diagnose causes (penyebab masalah), make moral judgement

(membuat pilihan moral) dan treatment recommendation (menekankan

penyelesaian) antara Koran Tempo dan Republika dalam pemberitaan

insiden Monas yang melibatkan FPI dan AKKBB.

b. Tujuan Praktis

Mencari hubungan / perbedaan proses framing Koran Tempo dan

Republika mengenai insiden Monas.

2. Manfaat Penelitian

a. Manfaat Teoritis

Sebagai upaya mengembangkan khazanah keilmuan tentang jurnalistik

dan memberikan gambaran karakter pemberitaan surat kabar, dalam hal

ini Koran Tempo dan Republika mengenai insiden Monas.

b. Manfaat Praktis

Memberikan kontribusi tentang bagaimana sebuah berita diperoleh,

diolah dan disampaikan pihak institusi media kepada khalayak pembaca

surat kabar, dalam hal ini Koran Tempo dan Republika terkait dengan

insiden Monas. Mengetahui bagaimana Koran Tempo dan Republika

mengkonstruksikan sebuah pesan. Juga memberikan pengetahuan

Page 11: KONSTRUKSI REALITAS PADA MEDIA CETAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8223/1/FEBYANTI... · faktualitas. Media memiliki ... Penulisan skripsi dengan judul Konstruksi

kepada khalayak umum tentang proses framing yang dilakukan oleh

kedua surat kabar nasional tersebut.

D. Tinjauan Pustaka

Penulisan skripsi dengan judul Konstruksi Realitas Pada Media Cetak :

Analisis Framing Pemberitaan Insiden Monas di Koran Tempo dan Republika

Edisi Juni 2008 ini terinspirasi dari beberapa penulisan skripsi yang pernah

peneliti lihat di Perpustakaan Utama Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta. Di

antara penulisan skripsi tersebut, menggunakan teknik analisis framing yaitu

untuk mengetahui konstruksi realitas pemberitaan pada media cetak.

Skripsi tersebut antara lain : Skripsi mahasiswa Konsentrasi Jurnalistik,

Andrizal yang berjudul Konstruksi Berita Kontroversi Jamaah Ahmadiyah

Indonesia dalam Majalah Forum Keadilan dan Majalah Sabili (Analisis

Framing Model William A. Gamson dan Andre Modigliani, dengan pisau

analisis model Gamson dan Modigliani. Skripsi mahasiswa Konsentrasi

Jurnalistik, Eri Suhasni Wulandari yang berjudul Analisis Framing Pemberitaan

aliran Al Qiyadah Al Islamiyah di Harian Media Indonesia, dengan

menggunakan pisau analisis model Pan dan Kosicki. Skripsi mahasiswa

Komunikasi Penyiaran Islam, Doni yang berjudul Konstruksi Media Cetak Atas

Realitas (Analisis Framing Terhadap Pemberitaan Baitul Muslimin Indonesia

PDI-P di Harian Kompas dan Republika), dengan pisau analisis model Pan dan

Kosicki. Beberapa skripsi tersebut menjelaskan bagaimana media cetak, baik itu

majalah ataupun surat kabar dalam mengkonstruksikan suatu realitas kepada

Page 12: KONSTRUKSI REALITAS PADA MEDIA CETAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8223/1/FEBYANTI... · faktualitas. Media memiliki ... Penulisan skripsi dengan judul Konstruksi

khalayak melalui teks-teks berita yang berkaitan dengan kasus Ahmadiyah

Indonesia, Al Qiyadah Al Islamiyah dan Baitul Muslimin Indonesia PDI-P.

Perbandingan skripsi-skripsi di atas dengan skripsi yang penulis susun,

ialah terletak pada berita yang diteliti serta pisau analisis yang digunakan.

Peneliti menggunakan pisau analisis framing model Robert N. Entman yang

membagi analisisnya terhadap empat elemen, yaitu pendefinisian masalah,

sumber masalah, membuat pilihan moral dan menekankan penyelesaian.

E. Metodologi Penelitian

1. Paradigma Penelitian

Paradigma penelitian ini adalah paradigma konstruksionis yang sering

disebut sebagai paradigma produksi dan pertukaran makna. Dengan konsentrasi

analisis yaitu menemukan bagaimana peristiwa atau realitas tersebut

dikonstruksi dan dengan cara apa konstruksi dibentuk.4 Paradigma

konstruksionis memperhatikan interaksi antara komunikator dan komunikan

untuk menciptakan pemaknaan atau tafsiran dari suatu pesan. Paradigma

konstruksionis menekankan pada politik pemaknaan dan proses bagaimana

seseorang membuat gambaran tentang realitas. Paradigma ini memandang

kegiatan komunikasi sebagai proses yang dinamis. Titik perhatian tidak terletak

pada bagaimana seorang mengirimkan pesan, melainkan bagaimana masing-

masing pihak yang terlibat dalam lalu lintas komunikasi memproduksi dan

mempertukarkan makna.

4 Eriyanto, Analisis Framing, Konstruksi, Ideologi dan Politik Media, h. 37.

Page 13: KONSTRUKSI REALITAS PADA MEDIA CETAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8223/1/FEBYANTI... · faktualitas. Media memiliki ... Penulisan skripsi dengan judul Konstruksi

Dalam buku “Analisis Framing Konstruksi, Ideologi dan Politik Media”,

Eriyanto menyebutkan bahwa, penelitian dengan paradigma konstruksionis

memiliki beberapa karakteristik, yaitu :

1) Memiliki tujuan untuk menentukan realitas yang terjadi sebagai hasil

interaksi antara peneliti dengan objek penelitian 2) Peneliti melibatkan dirinya dengan realitas yang diteliti

3) Makna yang dihasilkan dari suatu teks merupakan hasil negosiasi

antara teks dengan peneliti

4) Hasil penelitian merupakan interaksi antara peneliti dan objek

penelitian

5) Subjektivitas peneliti menjadi dasar dari proses analisis

6) Empati dan interaksi dialektis antara peneliti dan teks sangat

ditekankan dalam rekonstruksi realitas yang diteliti

7) Kualitas dilihat dari sejauh mana peneliti mampu menyerap dan

mengerti bagaimana individu mengkonstruksikan realitas

2. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan metodologi kualitatif, memusatkan perhatian

pada prinsip-prinsip umum yang mendasari perwujudan sebuah makna dari

gejala-gejala sosial di masyarakat. Penelitian ini bersifat kualitatif karena dalam

pelaksanaannya lebih dilakukan pada pemaknaan teks daripada penjumlahan

kategori. Pendekatan kualitatif tidak menggunakan prosedur statistik dalam

pendekatannya, melainkan dengan berbagai macam sarana. Sarana tersebut

antara lain dengan wawancara, pengamatan, atau dapat juga melalui dokumen,

naskah, buku, dan lain-lain. Penelitian ini tidak mengutamakan besarnya

populasi atau sampling. Penelitian ini lebih menekankan pada kualitas data

bukan kuantitas data.5

5 Rachmat Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikas (Jakarta : Kencana Prenada

Media Group, 2006), h. 58.

Page 14: KONSTRUKSI REALITAS PADA MEDIA CETAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8223/1/FEBYANTI... · faktualitas. Media memiliki ... Penulisan skripsi dengan judul Konstruksi

3. Subjek dan Obyek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah Koran Tempo dan Republika, sedangkan yang

menjadi objek pada penelitian ini adalah berita utama atau headline terkait

dengan penyebab terjadinya insiden Monas, 1 Juni 2008.

4. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti

yaitu data primer dan sekunder. Data primer merupakan sasaran utama dalam

analisis, sedangkan data sekunder diperlukan guna mempertajam analisis data

primer sekaligus dapat dijadikan bahan pendukung ataupun pembanding.

1) Data Primer (Primary-Sources)

Ialah data tekstual yang diperoleh dari pemberitaan di Koran Tempo

dan Republika. Penulis memilih berita yang hanya menyangkut

penyebab terjadinya insiden Monas, 1 Juni 2008.

2) Data Sekunder (Secondary-Sources)

Yaitu dengan mencari referensi berupa buku-buku, tulisan lain yang

berkaitan dengan penelitian ini dan wawancara dengan pihak dari

Koran Tempo dan Republika.

5. Teknik Analisis Data

Metode analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis framing.

Framing adalah pendekatan untuk melihat bagaimana realitas dibentuk dan

dikonstruksi oleh media. Data yang ada dikumpulkan, kemudian diolah

menggunakan analisis framing dengan merujuk pada model atau kerangka

Robert N. Entman, sehingga akan terlihat bagaimana Koran Tempo dan

Republika mengemas berita tentang penyebab terjadinya insiden Monas.

Page 15: KONSTRUKSI REALITAS PADA MEDIA CETAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8223/1/FEBYANTI... · faktualitas. Media memiliki ... Penulisan skripsi dengan judul Konstruksi

Berdasarkan pada rumusan masalah, kerangka Entman tersebut terdiri dari

struktur problem identification / define problem menekankan pada bagaimana

suatu peristiwa dipahami oleh wartawan, causal interpretation / diagnose

causes menekankan pada apa dan siapa yang menjadi sumber dari suatu

peristiwa, moral evaluation / make moral judgement dipakai untuk

membenarkan atau memberikan argumen pada pendefinisian masalah yang

sudah dibuat dan treatment recommendation / suggest remedis dipakai untuk

menilai apa yang dikehendaki oleh wartawan.

6. Unit Analisis

Unit analisis dalam penelitian ini adalah meneliti teks berita, yaitu berita

utama / headline yang terdapat pada Koran Tempo dan Republika mengenai

penyebab terjadinya insiden Monas, antara lain berita pada Koran Tempo :

Bubarkan FPI (2 Juni 2008), Pemerintah Kaji Pembekuan FPI (3 Juni 2008),

Dua Korban Penyerangan Dirawat Intensif (3 Juni 2008), Pemerintah Diminta

Tegas Soal FPI (3 Juni 2008), Polisi Ultimatum FPI (4 Juni 2008), Koran

Tempo Akan Diserbu (4 Juni 2008), Insiden Monas Akibat Penjagaan Polisi

Lemah (4 Juni 2008). Berita pada Harian Republika : Bentrokan Akibat

Pemerintah Lamban (2 Juni 2008), Masyarakat Diimbau tak Lakukan Provokasi

(3 Juni 2008), Akar Masalahnya Ahmadiyah (4 Juni 2008), Umat Islam Diminta

Bersatu (5 Juni 2008), 14 OKP : Jangan Ada Diskriminasi (6 Juni 2008),

Ustadz Jeffry : SBY Harus Adil (7 Juni 2008).

Page 16: KONSTRUKSI REALITAS PADA MEDIA CETAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8223/1/FEBYANTI... · faktualitas. Media memiliki ... Penulisan skripsi dengan judul Konstruksi

7. Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat penelitian ini adalah kantor redaksional Koran Tempo yang

beralamat di Kebayoran Center Blok A11-A15 Jl. Kebayoran Baru – Mayestik,

Jakarta 12240 dan kantor redaksional Republika Jl. Warung Buncit Raya No. 37

Jakarta Selatan 12510. Serta perpustakaan sebagai tempat pengumpulan

dokumen, arsip dan data-data kepustakaan lainnya. Dengan segala pertimbangan

dan persiapan yang harus dilakukan untuk penelitian ini maka waktu

pelaksanaan penelitian ini akan dilaksanakan selama enam bulan, terhitung

mulai bulan 31 Desember 2008 sampai dengan 12 Juni 2009.

F. Sistematika Penulisan

Agar penulisan skripsi ini bersifat sistematis maka dalam penulisannya,

penulis berpedoman pada buku yang berjudul Pedoman Penulisan Karya Ilmiah

(Skripsi, Tesis, dan Disertasi), karya Hamid Nasuhi, dkk, terbitan Ceqda,

Jakarta, 2007. Penulis membagi skripsi ini menjadi (5) lima bab. Adapun

sistematika penulisannya adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN membahas Latar Belakang Masalah,

Pembatasan dan Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat

Penelitian, Tinjauan Pustaka, Metodologi Penelitian dan

Sistematika Penulisan.

BAB II KERANGKA TEORI membahas Konstruksi Sosial atas Realitas,

Media Sebagai Agen Konstruksi Sosial atas Realitas, Wartawan

Sebagai Agen Konstruksi Sosial atas Realitas, Berita Sebagai Hasil

dari Konstruksi Sosial atas Realitas, Analisis Framing Model

Robert N. Entman dan Kerangka Pemikiran.

Page 17: KONSTRUKSI REALITAS PADA MEDIA CETAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8223/1/FEBYANTI... · faktualitas. Media memiliki ... Penulisan skripsi dengan judul Konstruksi

BAB III PROFIL KORAN TEMPO dan REPUBLIKA membahas

Sejarah dan Perkembangan Koran Tempo dan Republika, serta

Struktur Organisasi Koran Tempo dan Republika

BAB IV ANALISIS FRAMING PEMBERITAAN INSIDEN MONAS

membahas Frame Koran Tempo dan Frame Republika, serta

Temuan dan Analisis Perangkat Framing Robert N. Entman

BAB V PENUTUP membahas kesimpulan dan saran, merupakan bab

penutup yang memuat kesimpulan penulisan dan saran dari penulis

sekaligus untuk menjawab pertanyaan yang diajukan dalam

perumusan masalah.

Page 18: KONSTRUKSI REALITAS PADA MEDIA CETAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8223/1/FEBYANTI... · faktualitas. Media memiliki ... Penulisan skripsi dengan judul Konstruksi

BAB II

KERANGKA TEORI

A. Konstruksi Sosial atas Realitas

Istilah konstruksi sosial atas realitas pertama kali diperkenalkan oleh Peter

L. Berger bersama Thomas Luckmann melalui bukunya yang berjudul “The

Social Construction of Reality, a Treatise in the Sociological of Knowledge”

(1966). Berger dan Luckmann menjelaskan tentang proses sosial melalui

tindakan dan interaksinya, di mana individu menciptakan secara terus-menerus

suatu realitas yang dimiliki dan dialami bersama secara subjektif. Berger

mengutarakan bahwa manusia dan masyarakat adalah produk yang dialektis,

dinamis dan plural.6 Proses dialektis ini, menurut Berger dan Luckmann

mempunyai tiga momen, yaitu eksternalisasi, objektivikasi dan internalisasi.

Eksternalisasi adalah usaha ekspresi diri manusia ke dalam dunia luar, baik

kegiatan mental maupun fisik. Objektivikasi adalah hasil yang telah dicapai baik

mental maupun fisik dari kegiatan eksternalisasi manusia, hasilnya berupa

realitas objektif yang terpisah dari dirnya. Internalisasi adalah penyerapan

kembali dunia objektif ke dalam kesadaran subjektif sedemikian rupa sehingga

individu dipengaruhi oleh struktur sosial dan dunia sosial.

Di dalam penjelasan ontologi paradigma konstruktivis, realitas merupakan

konstruksi sosial yang diciptakan oleh individu.7 Alasan untuk memberikan

perhatian pada berita yang begitu besar dalam kajian media adalah berita

6 Eriyanto, Analisis Framing, Konstruksi, Ideologi dan Politik Media (Yogyakarta : LKiS,

2002), h. 13-19.

7 Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi (Jakarta : Kencana Prenada Media Group, 2006),

h. 188.

Page 19: KONSTRUKSI REALITAS PADA MEDIA CETAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8223/1/FEBYANTI... · faktualitas. Media memiliki ... Penulisan skripsi dengan judul Konstruksi

merupakan sumber utama informasi tentang dunia dalam hal geografi dan

politiknya.8 Konstruksi realitas merupakan aktifitas manusia sehari-hari ketika

menceritakan, menggambarkan, mendeskripsikan peristiwa, keadaan atau benda.

Bagi kaum konstruksionis, realitas itu bersifat subjektif, realitas itu hadir karena

dihadirkan oleh konsep subjektif wartawan, realitas tercipta lewat konstruksi,

sudut pandang tertentu dari wartawan. Realitas tidak hadir dengan sendirinya

secara objektif, tetapi diketahui melalui pengalaman yang dipengaruhi oleh

bahasa. Selain sebagai alat penggerak, bahasa juga dapat mewujudkan citra

mengenai suatu peristiwa.9 Dari sisi konstruksionis, media, wartawan dan berita

memiliki keterkaitan antara lain :10

1) Fakta atau peristiwa adalah hasil konstruksi karena melibatkan sudut

pandang tertentu dari wartawan. Fakta dan realitas bukanlah sesuatu yang tinggal diambil, ada dan menjadi bahan dari berita. Fakta dapat

dikonstruksikan. 2) Media merupakan agen konstruksi karena dia bukan saluran yang

bebas. Media bukanlah sekedar saluran yang bebas, ia juga subjek yang mengkonstruksi realitas, lengkap dengan pandangan, bias dan

pemihakkannya. Media dipandang sebagai agen konstruksi sosial yang mendefinisikan realitas.

3) Berita bukan refleksi dari realitas, melainkan konstruksi dari realitas

tersebut. Berita adalah hasil dari konstruksi sosial yang selalu

melibatkan pandangan, ideologi dan nilai-nilai dari wartawan dan

media.

4) Berita bersifat subjektif, artinya bahwa opini tidak dapat dihilangkan

karena ketika meliput, wartawan melihat dengan perspektif dan

pertimbangan subjektif.

5) Wartawan merupakan agen konstruksi realitas karena tidak dapat

menyembunyikan rasa keberpihakan, etika dan pilihan moral dalam

menyusun berita. Dalam hal ini, wartawan tidak bisa menyembunyikan

pilihan moral dan keberpihakkannya, karena ia merupakan bagian yang

intrinsik dalam pembentukan berita.

8 Graeme Burton, Yang Tersembunyi di Balik Media Pengantar Kepada Kajian Media

(Yogyakarta : Jalasutra, 2008), h. 155.

9http://blogaryandi.wordpress.com/2007/12/22/politisasi-bahasa-sebagai-instrument-

politik-media/, diakses pada 15 Februari 2009, 21:12

10 Eriyanto, Analisis Framing, Konstruksi, Ideologi dan Politik Media, h. 19-36.

Page 20: KONSTRUKSI REALITAS PADA MEDIA CETAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8223/1/FEBYANTI... · faktualitas. Media memiliki ... Penulisan skripsi dengan judul Konstruksi

B. Wartawan Sebagai Agen Konstruksi Sosial atas Realitas

Penyajian informasi berupa berita kepada khalayak tidak lepas dari peran

utama seorang wartawan. Ada polemik yang mempersoalkan apakah wartawan

sebuah profesi atau pekerja biasa. Ada yang menganggap wartawan adalah

buruh, bahkan lebih ekstrim lagi yaitu menyamakan dengan kuli. Tidak

mengherankan bila kemudian muncul istilah kuli tinta atau kuli disket. Namun,

sejalan dengan perkembangan dunia jurnalistik yang semakin pesat dan modern,

akhirnya wartawan masuk dalam kategori kaum profesional. Wartawan sama

dengan kaum profesional lainnya seperti dokter, pengacara, akuntan, dosen, dan

lain-lain.11

Wartawan harus memiliki sifat dasar yang dapat memotivasinya

dalam bekerja. Sikap dasar yang pertama bagi wartawan ialah rasa ingin tahu

yang tinggi terhadap informasi. Sikap dasar berikutnya yang harus dimiliki oleh

wartawan ialah menggali informasi seluas-luasnya mengenai kasus yang akan

diberitakan.12

Di dalam pandangan konstruksionis, wartawan tidak bisa

menyembunyikan pilihan moral dan keberpihakkannya, karena ia merupakan

bagian yang intrinsik dalam pembentukan berita. Fakta tidak diambil begitu

saja, tidak ada realitas yang bersifat eksternal dan objektif yang berada di luar

diri wartawan. Realitas itu dibentuk dan diproduksi tergantung pada bagaimana

proses konstruksi berlangsung. Realitas yang terbentuk dalam pemberitaan

bukanlah apa yang terjadi dalam dunia nyata, melainkan relasi antara wartawan

dengan sumber dan lingkungan sosial yang membentuknya. Praktik membuat

liputan berita memihak satu pandangan, menempatkan pandangan satu lebih

11 Zenuddin HM, The Journalist Buku Basic Wartawan, Bacaan Wajib Para Wartawan,

Editor dan Mahasiswa Jurnalistik (Jakarta : Prestasi Pustakarya, 2007), h. 17.

12 Sudirman Tebba, Jurnalistik Baru (Ciputat : Kalam Indonesia, 2005), h. 33-34.

Page 21: KONSTRUKSI REALITAS PADA MEDIA CETAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8223/1/FEBYANTI... · faktualitas. Media memiliki ... Penulisan skripsi dengan judul Konstruksi

penting dibandingkan pandangan kelompok lain yang oleh pendekatan

positivistik dianggap tidak benar, dalam pendekatan konstruksionis dipandang

sebagai praktik jurnalistik.

Ada dua kriteria atau persyaratan yang dapat dikatakan merupakan

tuntutan atau panduan bagi wartawan dalam melakukan proses rekonstruksi

realitas. Pertama, kriteria atau persyaratan teknis misalnya, sebuah laporan

jurnalisme sebaiknya memiliki kelengkapan 5W+1H (what, who, where, when,

why, dan how). Kemudian berkaitan dengan jenis berita apakah hard news, soft

news, spot news, developing news atau continuing news. Konstruksi realitas

yang disusun oleh wartawan untuk menjadi calon berita ini diharapkan memiliki

nilai berita (news value) yang penting dan menarik. Kedua, persyaratan yang

berkaitan dengan kualitas atau bobot produk berita. Kualitas atau bobot produk

berita ini berarti produk jurnalisme surat kabar atau majalah hendaknya bersifat

objektif.13

Wartawan dalam melakukan proses konstruksi realitas masih dipengaruhi

oleh dua faktor lagi, yaitu faktor konteks eksternal dan faktor konteks internal

yang terdiri dari internal institusi dan internal individu. Faktor konteks eksternal

misalnya, sistem politik yang berlaku pada suatu negara dapat pula

mempengaruhi institusi surat kabar, khususnya wartawan dalam mengkonstruksi

realitas sehingga pada akhirnya dapat pula mempengaruhi penampilan dari isi

atau perwajahan sebuah surat kabar. Faktor konteks internal, internal institusi

berarti bahwa setiap institusi surat kabar memiliki motif atau kepentingan yang

berbeda satu dengan yang lain sedangkan internal individu berarti bahwa

13 M. Antonius Birowo, ed., Metode Penelitian Komunikasi Teori dan Aplikasi

(Yogyakarta : Gitanyali, 2004), h. 171-172

Page 22: KONSTRUKSI REALITAS PADA MEDIA CETAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8223/1/FEBYANTI... · faktualitas. Media memiliki ... Penulisan skripsi dengan judul Konstruksi

individu wartawan sendiri ketika bekerja merekonstruksi realitas bukan

merupakan individu yang pasif.

Peneliti memahami bahwa dalam aktifitas kreatifnya individu dalam hal

ini wartawan mengkonstruksikan masyarakat dan berbagai kenyataan sosial.

Aktifitas tersebut menghadapkan wartawan pada dua kenyataan yakni kenyataan

subjektif dan kenyataan objektif sebagai bagian dari masyarakat yang pada

akhirnya ia menginternalisasikan kenyataan tersebut sebagai bagian dari

kesadarannya. Realitas bukanlah sesuatu yang berada di luar yang bersifat

obyektif, benar dan seakan-akan ada sebelum diliput oleh wartawan. Sebaliknya,

realitas itu dibentuk dan diproduksi tergantung pada bagaimana proses

konstruksi berlangsung. Realitas itu sebaliknya bersifat subjektif yang terbentuk

lewat pemahaman dan pemaknaan subjektif wartawan.

C. Media Massa Sebagai Agen Konstruksi Sosial atas Realitas

1. Media Massa dalam Pandangan Konstruksionis

“Media berasal dari kata Latin “medium” (tunggal) “media”

(jamak) yang secara harfiah berarti pertengahan, tengah, pusat.14

Cetak

dalam arti harfiah bahasa Indonesia ialah cap, acuan. Dalam bahasa

Inggris, cetak yang berkaitan dengan produksi media cetak ialah press.”15

Manusia membutuhkan komunikasi sebagai jembatan yang mampu

mencegah dan menghilangkan konflik antarpribadi, antarkelompok, antarsuku,

antarbangsa dan antarras, serta membina persatuan dan kesatuan umat

manusia.16

Salah satu fungsi penting dalam komunikasi bagi masyarakat yaitu,

14 Masri Sareba Putra, Media Cetak Bagaimana Merancang dan Memroduksi (Graha

Ilmu, 2007), h. 4.

15

Ibid. h. 5.

16

Onong Uchjana Effendy, Ilmu, Teori, dan Filsafat Komunikasi (Bandung : PT. Citra

Aditya Bakti, 2003), h. 27.

Page 23: KONSTRUKSI REALITAS PADA MEDIA CETAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8223/1/FEBYANTI... · faktualitas. Media memiliki ... Penulisan skripsi dengan judul Konstruksi

kebutuhan untuk mendapatkan informasi. Fungsi memberikan informasi

diartikan bahwa media massa menyebarkan informasi kepada khalayak.

Khalayak selalu haus akan informasi tentang segala sesuatu yang terjadi di

sekitarnya. Semakin berkembangnya teknologi saat ini pun, telah memberikan

kontribusi besar dalam penyebaran informasi. Komunikasi media massa

semakin canggih dan kompleks serta memiliki kekuatan yang lebih dari masa ke

masa.17

Di dalam pandangan kaum konstruksionis, media dilihat bukan sebagai

saluran yang bebas seperti yang dipandang oleh kaum positivis. Media ialah

subjek yang mengkonstruksikan realitas, lengkap dengan pandangan, bias dan

pemihakkannya. Media dipandang sebagai agen konstruksi sosial yang

mendefinisikan realitas. Dalam hal ini digambarkan, bagaimana media

memahami dan memaknai sebuah realitas dan dengan cara apa realitas itu

dibingkai oleh media.

Gitlin menyatakan bahwa bingkai media adalah pola yang selalu ada

dalam bentuk kognisi, interpretasi dan presentasi dari seleksi, penekanan atau

pengucilan.18

Bingkai media diperlihatkan melalui konsepsi dan skema

interpretasi wartawan dalam menyusun, mengisahkan, menulis dan menekankan

fakta dari suatu peristiwa tertentu. Setiap berita memiliki bingkai yang menjadi

pusat ide. Apa yang tersaji dalam berita yang kita baca setiap hari adalah produk

dari pembentukan realitas oleh media. Sejumlah pakar komunikasi seperti Gans

(1979) dan Gitlin (1980) mengelompokkan sejumlah pendekatan terhadap isi

media, di antaranya :

17 Elvinaro Ardianto, dkk., Komunikasi Massa Suatu Pengantar (Bandung : Simbiosa

Rekatama Media, 2005), h. 3.

18 Eriyanto, Analisis Framing, Konstruksi, Ideologi dan Politik Media, h. 69.

Page 24: KONSTRUKSI REALITAS PADA MEDIA CETAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8223/1/FEBYANTI... · faktualitas. Media memiliki ... Penulisan skripsi dengan judul Konstruksi

“Isi merupakan refleksi dari kenyataan sosial dengan sedikit

bahkan dengan tidak adanya distorsi, isi media dipengaruhi oleh pengalaman dan wawasan sosial para pekerja media dan sikap-sikap

mereka, isi media sangat dipengaruhi oleh kebiasaan wartawan dalam menulis berita atau cara kerja organisasi media, isi media dipengaruhi oleh

institusi sosial yang lain dan kekuatan di luar media, isi media sangat dipengaruhi oleh ideologi yang dianut oleh media tersebut.”19

Realitas pada media tidak serta merta melahirkan berita, melainkan

melalui proses interaksi antara penulis berita (wartawan) dengan fakta. Terjadi

proses dialektika antara apa yang dipikirkan dan apa yang dilihat oleh wartawan

sehingga isi berita merupakan realitas yang telah mengalami proses konstruksi

kembali. Pembuatan berita pada dasarnya merupakan proses penyusunan atau

konstruksi kumpulan realitas sehingga menimbulkan wacana yang bermakna.

Media massa sudah menyelimuti setiap aspek kehidupan manusia hingga saat

ini. Dapat dikatakan, tak ada seorang pun yang dapat menghindarkan diri dari

terpaan berita yang disajikan media massa. Karena sifat dan faktanya, pekerjaan

media massa yaitu menceritakan peristiwa sehingga kesibukan utama media

massa ialah mengkonstruksikan berbagai realitas yang akan disampaikan kepada

khalayak.20

Berita yang kita baca bukan hanya menggambarkan realitas, bukan hanya

menunjukkan pendapat sumber berita, tetapi juga konstruksi dari media itu

sendiri. Lewat berbagai instrumen yang dimilikinya, media ikut membentuk

realitas yang tersaji dalam pemberitaan. Wacana yang bermakna itulah, pada

akhirnya mampu menentukan citra yang ditampilkan media atas suatu persitiwa.

Apa yang disajikan media pada dasarnya adalah akumulasi dari pengaruh yang

19 Indiwan Seto Wahyu Wibowo, Dasar-Dasar Jurnalistik Lembaga Pendidikan

Jurnalistik Antara (LPJA) (Jakarta : LPJA Press, 2006), h. 115-117.

20

Ibnu Hamad, Konstruksi Realitas Politik dalam Media Massa (Jakarta : Granit, 2004),

h. 11

Page 25: KONSTRUKSI REALITAS PADA MEDIA CETAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8223/1/FEBYANTI... · faktualitas. Media memiliki ... Penulisan skripsi dengan judul Konstruksi

beragam. Pamela J. Shoemaker dan Stephen D. Reese mengidentifikasi ada lima

faktor yang mempengaruhi kebijakan redaksi.21

1) Level Individual. Faktor ini berhubungan dengan latar belakang

profesional dari pengelola media. Level individu melihat bagaimana pengaruh aspek-aspek personal dari pengelola media mempengaruhi

pemberitaan yang akan ditampilkan kepada khalayak. Latar belakang individu seperti jenis kelamin, umur, atau agama, sedikit banyak

mempengaruhi apa yang ditampilkan media.

2) Level rutinitas media (media routine). Rutinitas media berhubungan

dengan mekanisme dan proses penentuan berita. Setiap media

umumnya mempunyai ukuran tersendiri tentang apa yang disebut

berita, apa ciri-ciri berita yang baik, atau apa kriteria kelayakan berita.

3) Level organisasi. Level organisasi berhubungan dengan struktur

organisasi yang secara hipotetik mempengaruhi pemberitaan.

Pengelola media dan wartawan bukan orang tunggal yang ada dalam

organisasi berita, sebaliknya ia hanya bagian kecil dari organisasi

media itu sendiri. Masing-masing komponen dalam organisasi media

bisa jadi mempunyai kepentingan sendiri-sendiri.

4) Level ekstramedia. Level ini berhubungan dengan faktor lingkungan di

luar media meskipun berada di luar organisasi media, hal-hal di luar organisasi media ini dalam banyak kasus mempengaruhi pemberitaan

media. Level ini terdiri dari : a. Sumber berita. Dijelaskan bahwa sumber berita dalam hal ini

bukanlah suatu yang netral dan hanya memberikan informasi apa adanya. Dia mempunyai kepentingan untuk mempengaruhi

media dengan berbagai alasan, memenangkan opini publik, atau memberi citra tertentu kepada khalayak.

b. Sumber penghasilan seperti iklan, pelanggan / pembeli media.

Sebuah media itu harus survive dan untuk bertahan hidup

kadangkala media harus berkompromi dengan pengiklan. Pihak

pengiklan juga memiliki strategi untuk memaksakan versinya

kepada media.

c. Pihak eksternal seperti pemerintah dan lingkungan bisnis. Dalam

sebuah negera otoriter misalnya, pengaruh pemerintah menjadi

faktor yang dominan dalam menentukan berita apa yang

disajikan. Keadaan tersebut jelas bertolak belakang dengan media

yang berada di bawah sistem negara demokrasi yang lebih

menganut paham liberalisme. Campur tangan negara praktis tidak

ada, justru pengaruh yang besar terletak pada lingkungan pasar

dan bisnis. d. Level ideologi. Diartikan sebagai kerangka berpikir atau

kerangka referensi tertentu yang dipakai oleh individu untuk melihat realitas dan bagaimana mereka menghadapinya.

21 Agus Sudibyo, Politik Media dan Pertarungan Wacana (Yogyakarta : LKiS, 2001), h.

7-13

Page 26: KONSTRUKSI REALITAS PADA MEDIA CETAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8223/1/FEBYANTI... · faktualitas. Media memiliki ... Penulisan skripsi dengan judul Konstruksi

2. Ideologi Media

Sebelum membahas lebih jauh mengenai ideologi media, alangkah lebih

baik jika peneliti menjabarkan dahulu beberapa pengertian ideologi.

Pemahaman mengenai ideologi pastilah berbeda menurut para ahli, artinya

penggunaan kata ideologi memiliki arti yang berbeda dan tidak ada

keseragaman mengenai pengertian ideologi.

Secara etimologis, ideologi berasal dari bahasa Greek, terdiri atas kata

idea dan logia. Idea berasal dari kata idein yang berarti melihat. Sedangkan

logia berarti pengetahuan atau teori. Ideologi menurut arti kata ialah

pengucapan dari yang terlihat atau pengutaraan apa yang terumus di dalam

pikiran sebagai hasil dari pemikiran. Menurut Gramsci, ideologi lebih dari

sekedar sistem ide. James Lull berpendapat, ideologi merupakan ungkapan yang

paling tepat untuk mendeskripsikan nilai dan agenda publik dari bangsa,

kelompok agama, kandidat dan pergerakan politik, dll.22 Dalam Kamus Besar

Bahas Indonesia, arti dari ideologi ialah kumpulan konsep bersistem yang

dijadikan asas pendapat (kejadian) yang memberikan arah dan tujuan untuk

kelangsungan hidup atau cara berpikir seseorang atau suatu golongan.

Raymond William mengklasifikasikan kata ideologi kedalam tiga

penggunaan utama : 23

1) Ideologi merupakan sebuah sistem kepercayaan yang dimiliki

kelompok atau kelas tertentu.

2) Ideologi merupakan sebuah kesadaran palsu.

22 Alex Sobur, Analisis Teks Media Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Semiotika

dan Framing (Bandung : Rosdakarya, 2004) h. 64-65.

23

Doni, “Konstruksi Media Cetak Atas Realitas (Analisis Framing Terhadap Pemberitaan

Baitul Muslimin Indonesia PDI-P di Harian Kompas dan Republika),” (Skripsi S 1 Fakultas

Dakwah dan Komunikasi, Universitas Islam Negeri Jakarta, 2008).

Page 27: KONSTRUKSI REALITAS PADA MEDIA CETAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8223/1/FEBYANTI... · faktualitas. Media memiliki ... Penulisan skripsi dengan judul Konstruksi

3) Ideologi merupakan proses umum produksi makna dan ide. Ideologi di

sini adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan produksi makna.

Penggunaan pertama lebih pada aspek psikologis. Penggunaan kedua, bisa

mencakup media ideologis, yakni mencakup sistem-sistem pendidikan, politik,

hukum dan media massa. Aspek penggunaan ketiga, lebih menekankan pada

istilah yang digunakan untuk melukiskan produk sosial atas makna.

Gambar 1

Peta Ideologi Pamela J. Shoemaker

Peta ideologi Pamela J. Shoemaker, membagi jurnalistik ke dalam tiga

bidang, yakni bidang penyimpangan (sphere of deviance), bidang kontroversi

(sphere of legitimate controversy), dan bidang konsensus (sphere of consensus).

Bidang terluar, yakni bidang penyimpangan, di mana dalam wilayah

penyimpangan, suatu peristiwa, gagasan atau perilaku (realitas) tertentu

dikucilkan dan dipandang menyimpang. Berisi nilai yang dipahami bersama

oleh komunitas. Bidang yang paling tengah, yakni bidang kontroversi, di mana

dalam wilayah kontroversi, suatu peristiwa, perilaku, atau gagasan (realitas)

Sphere

of

Deviance

Sphere

of

legitimate controversy

Sphere of

consensus

Page 28: KONSTRUKSI REALITAS PADA MEDIA CETAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8223/1/FEBYANTI... · faktualitas. Media memiliki ... Penulisan skripsi dengan judul Konstruksi

dipandang menyimpang dan buruk. Dalam bidang ini, realitas masih

diperdebatkan atau dipandang kontroversi. Sedangkan bidang yang paling luar,

yakni bidang konsensus, di mana dalam wilayah konsensus menunjukkan

bagaimana realitas tersebut dipahami dan disepakati secara bersama-sama

sebagai realitas yang sesuai dengan nilai-nilai ideologi kelompok.24 Teori ini

menjelaskan bagaimana sebuah ideologi yang ada dalam sebuah media massa

dapat mempengaruhi bagaimana sebuah peristiwa dibingkai oleh media tersebut.

Ideologi sebuah media massa berupa citra ideal yang dikemas oleh media

massa seperti fakta dan dipahami sebagai realitas kongkrit. Ideologi media

massa menghasilkan wacana media massa berupa konstruk kultural, termasuk

berita surat kabar. Ideologi media dapat tercermin dari isis media massa berupak

produk dari media massa tersebut.

Media massa mempunyai kemampuan untuk memilih dan memilah-milah

serta menentukan isu apa saja yang akan ditampilkan dan isu apa saja yang

harus disembunyikan. Selain itu juga menentukan isu apa yang harus

ditonjolkan, sehingga isu tersebut dipandang penting oleh khalayak.

Kemampuan media massa yang seperti itulah yang dikenal sebagai kemampuan

media massa menjalankan fungsi agenda setting.

Teori agenda setting ialah teori yang membahas mengenai dampak media /

efek komunikasi massa terhadap masyarakat dan budaya. Teori ini dikemukakan

oleh Maxwell McCombs dan Donald Shaw, dengan publikasi pertamanya “The

Agenda Setting Function of The Mass Media”. Model agenda setting

mengasumsikan adanya hubungan yang positif antara penilaian yang diberikan

24 Eriyanto, Analisis Framing, Konstruksi, Ideologi dan Politik Media, h. 127-128.

Page 29: KONSTRUKSI REALITAS PADA MEDIA CETAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8223/1/FEBYANTI... · faktualitas. Media memiliki ... Penulisan skripsi dengan judul Konstruksi

media pada suatu persoalan dengan perhatian yang diberikan khalayak terhadap

suatu persoalan. Agenda setting menonjolkan isu apa yang dianggap penting

oleh media, akan dianggap penting juga oleh masyarakat. Apa yang dilupakan

media, akan luput dari perhatian masyarakat.25 Ada tiga proses agenda setting26:

1) Media agenda di mana isu didiskusikan dalam media

2) Public agenda ketika isu didiskusikan dan secara pribadi sesuai

dengan khalayak

3) Policy agenda pada saat para pembuat kebijakan menyadari

pentingnya isu tersebut

Realitas yang dihadirkan media massa, harusnya dilihat oleh khalayak

sebagai realitas tangan kedua (second hand reality). Realitas yang diterima

khalayak ini bukan realitas yang sesungguhnya, melainkan sesuatu yang

dianggap sebagai realitas semu. Fakta semu inilah yang dianggap sebagai fakta

oleh publik, sebab publik tidak mungkin melihat langsung fakta sesungguhnya

selain yang disajikan oleh media massa.

“Sebagaimana diketahui bahwa setiap orang adalah representasi

dari budaya masyarakatnya, maka representasi media massa adalah representasi budaya para redaktur dan desk sebuah media massa

dipengaruhi juga oleh kekuasaan kapitalisme termasuk budayanya,

sehingga secara langsung nilai kapitalisme ikut mendominasi nilai-nilai

yang ada dalam pemberitaan media massa.”27

3. Visi Misi Organisasi Media Massa

Thomas S. Bateman dan Scott A Snell mendefinisikan visi sebagai

strategic vision yang bergerak melampaui pernyataann misi untuk menunjukkan

suatu perspektif tentang arah perusahaan dan ingin menjadi seperti apa

perusahaan tersebut. Sedangkan misi didefinisikan sebagai tujuan dasar dan nilai

25 Jalaluddin Rakhmat, Metode Penelitian Komunikasi (Bandung : Rosda Karya, 2004), h.

68.

26

http://en.wikipedia.org/wiki/Agenda-Setting theory diakses pada 9 Mei 2009

27 Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi, h. 229.

Page 30: KONSTRUKSI REALITAS PADA MEDIA CETAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8223/1/FEBYANTI... · faktualitas. Media memiliki ... Penulisan skripsi dengan judul Konstruksi

suatu organisasi, sesuai dengan lingkup operasinya.28

Sementara itu, visi dan

misi media secara khusus, harus mencakup tiga hal penting, yaitu :

1) Visi Ekonomi

Visi ekonomi, yaitu tujuan yang berkaitan dengan posisi keuangan sebuah organisasi media massa dan terfokus pada penerimaan,

pengeluaran dan keuntungan 2) Visi Service

Visi service, yaitu tujuan yang berhubungan dengan produk

jurnalistik yang dapat menarik pembaca dan dapat direspon sesuai

dengan kepentingan dan kebutuhan mereka. Tujuan ini merupakan

bentuk kontribusi dari organisasi media massa tersebut bagi kehidupan

masyarakat

3) Visi Personal

Visi Personal, yaitu tujuan yang berhubungan dengan individu

yang dipekerjakan oleh organisasi media massa tersebut

D. Teks Berita Sebagai Hasil dari Konstruksi Sosial atas Realitas

Istilah / kata berita berasal dari bahasa Sansekerta, yakni vrit yang

kemudian masuk dalam bahasa Inggris menjadi write, arti sebenarnya ialah

“ada” atau “terjadi”. Sebagian ada yang menyebutnya vritta, artinya “kejadian”

atau “yang telah terjadi”. Vritta masuk ke dalam bahasa Indonesia menjadi

“berita” atau “warta”.29

Secara sosiologis, berita adalah semua hal yang terjadi

di dunia.30

Berita menampilkan fakta, tetapi tidak setiap fakta merupakan berita.

Berita biasanya menyangkut orang-orang, tetapi tidak setiap orang bisa

dijadikan berita. Berita merupakan sejumlah peristiwa yang terjadi di dunia,

tetapi hanya sebagian kecil saja yang dilaporkan. Berita adalah hasil akhir dari

proses kompleks dengan menyortir (memilah-milah) dan menentukan peristiwa

28

http://digilib.petra.ac.id/viewer, diakses pada 24 Juni 2009

29

Totok Djuroto, Manajemen Penerbitan Pers (Bandung : PT.Remaja Rosdakarya, 2004),

h. 46.

30

Haris Sumadiria, Jurnalistik Indonesia Menulis Berita dan Feature (Bandung :

Siombiosa Rekatama Media, 2006), h. 63.

Page 31: KONSTRUKSI REALITAS PADA MEDIA CETAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8223/1/FEBYANTI... · faktualitas. Media memiliki ... Penulisan skripsi dengan judul Konstruksi

dan tema-tema tertentu dalam suatu kategori tertentu.31

Menurut Hikmat dan

Purnama Kusumaningrat, “...Berita tidak mudah untuk didefinisikan, namun

lebih mudah untuk diketahui...”32.

“Berita bukanlah cermin kondisi sosial, tetapi laporan tentang salah

satu aspek yang telah menonjolkannya sendiri. Dengan demikian perhatian kita diarahkan pada hal-hal yang menonjol (dan bernilai diperhatikan)

sebagai laporan berita dalam bentuk yang sesuai bagi pemuatan terencana

dan rutin.”33

Di dalam pandangan konstruksionis, berita adalah produk dari

profesionalisme yang menentukan bagaimana peristiwa setiap hari dibentuk dan

dikonstruksi. Berita bukan menggambarkan realitas, tetapi arena pertarungan

antara berbagai pihak yang berkaitan dengan peristiwa. Berita adalah hasil dari

konstruksi sosial di mana selalu melibatkan pandangan, ideologi dan nilai-nilai

dari wartawan atau media. Bagaimana realitas tersebut dijadikan berita,

bergantung pada bagaimana fakta itu dipahami dan dimaknai. Proses

pemaknaan selalu melibatkan nilai-nilai tertentu sehingga mustahil berita

merupakan cerminan dari realitas. Berita itu bersifat subjektif, di mana opini itu

dihilangkan karena ketika meliput, wartawan melihat dengan perspektif

pertimbangan subjektif.34

Peristiwa lantas tidak dapat disebut sebagai berita,

tetapi harus dinilai terlebih dahulu apakah peristiwa tersebut memenuhi kriteria

nilai berita. Peristiwa itu baru disebut memiliki nilai berita dan layak untuk

diberitakan kalau peristiwa tersebut memiliki sisi :

31Eriyanto, Analisis Framing, Konstruksi, Ideologi dan Politik Media, h. 102.

32

Hikmat Kusumaningrat dan Purnama Kusumaningrat, Jurnalistik Teori & Praktik

(Bandung : Rosda Karya, 2005), h. 31.

33

Denis McQuail, Teori Komunikasi Massa Suatu Pengantar (Jakarta :Erlangga, 1987),

h. 190.

34 Eriyanto, Analisis Framing, Konstruksi, Ideologi dan Politik Media, h. 24-27.

Page 32: KONSTRUKSI REALITAS PADA MEDIA CETAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8223/1/FEBYANTI... · faktualitas. Media memiliki ... Penulisan skripsi dengan judul Konstruksi

Tabel 01

Nilai Berita35

Nilai Berita Penjelasan

Keluarbiasaan (Unusualiness) News is unusualiness. Berita adalah

sesuatu yang luar biasa. Semakin besar suatu peristiwa, semakin besar

pula nilai berita yang ditimbulkannya. Nilai berita peristiwa luar biasa, dapat

dilihat dari lima aspek, yaitu lokasi peristiwa, waktu peristiwa, jumlah

korban, daya kejut peristiwa dan dampak yang ditimbulkan dari

peristiwa tersebut.

Kebaruan (Newness) News is new. Berita adalah semua

yang terbaru.

Akibat (Impact) News has impact. Berita adalah segala

sesuatu yang berdampak. Semakin

besar dampak sosial budaya ekonomi

atau politik yang ditimbulkannya,

maka semakin besar nilai berita yang

dikandungnya.

Aktual (Timeless) News is timeless. Secara sederhana

aktual berarti menunjuk pada

peristiwa yang baru atau yang sedang terjadi.

Kedekatan (Proximity)

News is nearby. Berita adalah kedekatan. Kedekatan mengandung

dua arti, yaitu kedekatan geografis dan kedekatan psikologis. Kedekatan

geografis menunjuk pada suatu peristiwa atau berita yang terjadi di

sekitar tempat tinggal kita. Kedekatan psikologis lebih banyak ditentukan

oleh tingkat keterikatan pikiran,

perasaan atau kejiwaan seseorang

dengan suatu objek berita.

Informasi (Information) News is information. Menurut Wilbur

Schramm, informasi adalah segala

yang bisa menghilangkan

ketidakpastian. Hanya informasi

tertentu yang memiliki berita atau

memberi banyak manfaat kepada

publik yang patut mendapat perhatian

media.

35 Haris Sumadiria, Jurnalistik Indonesia Menulis Berita dan Feature, h. 80-92.

Page 33: KONSTRUKSI REALITAS PADA MEDIA CETAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8223/1/FEBYANTI... · faktualitas. Media memiliki ... Penulisan skripsi dengan judul Konstruksi

Konflik (Conflict) News is conflict. Berita adalah konflik

atau segala sesuatu yang mengandung

unsur atau sarat dengan dimensi

pertentangan.

Orang Penting (Public Figure, News

Maker)

News is about people. Berita adalah

tentang orang-orang ternama, pesohor, selebriti, figur publik. Orang-orang

penting, orang terkemuka, di mana pun selalu membuat berita. Nama

menciptakan berita (names makes

news)

Kejutan (Surprising) News is surprising. Berita adalah sesuatu yang datangnya tiba-tiba, di

luar dugaan, tidak direncanakan, di luar perhitungan, tidak diketahui

sebelumnya.

Ketertarikan Manusiawi (Human

Interest)

News is interesting. Apa saja yang

dinilai mengundang minat insani,

menimbulkan ketertarikan manusiawi,

mengembangkan hasrat dan naluri

ingin tahu, dapat digolongkan ke

dalam cerita human interest.

Seks (Sex) News is sex. Berita adalah seks. Seks

adalah berita. Sepanjang sejarah

peradaban manusia, segala hal yang berkaitan dengan perempuan, pasti

menarik dan menjadi sumber berita.

Proses kerja dan produksi berita adalah sebuah konstruksi. Sebagai sebuah

konstruksi, ia menentukan mana yang dianggap berita dan mana yang tidak,

mana yang penting dan mana yang tidak. Terdapat standarisasi nilai yang

dipakai oleh wartawan dan media untuk melihat realitas. Selain nilai berita,

prinsip lain dalam proses produksi berita adalah apa yang disebut sebagai

kategori berita. Terdapat lima kategori berita seperti yang diungkapkan oleh

Tuchman, antara lain:

Page 34: KONSTRUKSI REALITAS PADA MEDIA CETAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8223/1/FEBYANTI... · faktualitas. Media memiliki ... Penulisan skripsi dengan judul Konstruksi

Tabel 02

Kategori Berita36

Kategori Berita Penjelasan

Hard News Berita mengenai suatu peristiwa

tertentu. Kategori berita ini sangat dibatasi oleh waktu dan aktualitas.

Semakin cepat diberitakan semakin baik. Bahkan ukuran keberhasilan dari

kategori berita ini adalah dari sudut kecepatan diberitakan.

Soft News Kategori berita ini berhubungan dengan kisah manusiawi. Yang

menjadi ukuran dalam kategori berita ini bukanlah informasi dan kecepatan

ketika diterima oleh khalayak, melainkan apakah informasi yang

disajikan kepada khalayak tersebut

menyentuh emosi dan perasaan

khalayak.

Spot News Spot news adalah subklasifikasi dari

berita yang berkategori hard news.

Dalam spot news, peristiwa yang

akan diliput tidak bisa direncanakan.

Peristiwa kebakaran, kecelakaan,

pembunuhan, gempa bumi adalah

jenis-jenis peristiwa yang tidak bisa diprediksi.

Developing News Developing news adalah subklasifikasi lain dari hard news. Baik spot news

maupun developing news berkaitan dengan peristiwa yang tidak terduga.

Tetapi, dalam developing news

dimasukkan elemen lain, peristiwa

yang diberitakan adalah bagian dari rangkaian berita yang akan diteruskan

ke esokan atau dalam berita

selanjutnya.

Continuing News Continuing news adalah subklasifikasi lain dari hard news. Dalam continuing

news peristiwa-peristiwa bisa

diprediksikan dan direncanakan. Satu

peristiwa bisa terjadi kompleks dan

tidak terduga tetapi mengarah pada

satu tema tertentu.

36 Eriyanto, Analisis Framing, Konstruksi, Ideologi dan Politik Media, h. 109-110

Page 35: KONSTRUKSI REALITAS PADA MEDIA CETAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8223/1/FEBYANTI... · faktualitas. Media memiliki ... Penulisan skripsi dengan judul Konstruksi

Ilmu komunikasi sebagai payung jurnalisme memahami ada dua cara

pandang berbeda dalam melihat konsep yang bernama “berita”. Pertama, berita

sebagai hasil konstruksi realitas dari suatu manajemen produksi institusi media

cetak surat kabar ataupun majalah. Berita merupakan hasil dari suatu proses

kerja manajemen redaksional dengan sejumlah panduan atau kriteria, mulai dari

pencarian dan peliputan peristiwa di lapangan oleh reporter, proses editing

redaktur dan redaktur pelaksana, kemudian sampai pada proses seleksi layak

muat pada sidang meja redaksi. Kedua, berita sebagai hasil konstruksi realitas

yang akan melibatkan produksi dan pertukaran makna. Bahwa berita yang

merupakan hasil konstruksi realitas dari sebuah proses manajemen redaksional

ternyata tidak selalu menghasilkan makna yang sama seperti yang diharapkan

oleh wartawan dalam diri khalayak pembacanya. Berita tidaklah mencerminkan

realitas sosial yang direkamnya. Berita yang ada di media dapat memberikan

realitas yang sama sekali baru dan berbeda dengan realitas sosialnya.

Berita yang memiliki nilai berita paling banyak dan paling tinggi, semakin

besar kemungkinannya menjadi headline, sebaliknya berita yang sedikit atau

rendah nilai beritanya, semakin kecil kemungkinannya untuk menjadi headline.

Pada akhirnya nilai berita menjadi landasan atau pijakan berpikir bagi wartawan

untuk memberikan keputusan realitas mana yang diliput dan mana yang tidak,

begitu juga berita seperti apa yang layak muat dan seperti apa pula yang tidak

layak muat. Penyampaian sebuah berita menyimpan subjektivitas penulis. Bagi

masyarakat biasa, pesan dari sebuah berita akan dinilai apa adanya. Berita

dipandang sebagai barang suci yang penuh dengan objektivitas. Namun, berbeda

Page 36: KONSTRUKSI REALITAS PADA MEDIA CETAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8223/1/FEBYANTI... · faktualitas. Media memiliki ... Penulisan skripsi dengan judul Konstruksi

dengan kalangan tertentu yang memahami betul gerak pers, mereka menilai

setiap penulisan berita menyimpan latar belakang seorang penulis.

E. Analisis Framing Model Robert N. Entman

Analisis framing dapat diartikan secara sederhana sebagai analisis untuk

mengetahui bagaimana realitas dibingkai oleh media. Analisis framing itu

sendiri merupakan metode yang sesuai dengan perspektif komunikasi, analisis

ini digunakan untuk membedah ideologi media saat mengkonstruksikan fakta

atau suatu peristiwa. Framing adalah pendekatan untuk mengetahui bagaimana

cara pandang yang digunakan oleh wartawan ketika menyeleksi isu dan menulis

berita.37

“Kenapa peristiwa ini diberitakan sementara peristiwa itu tidak

diberitakan? Kenapa sisi yang ini diberitakan sementara sisi yang lain luput dalam pemberitaan? Kenapa aspek yang ini ditonjolkan oleh media,

sementara aspek yang lain dihilangkan dalam pemberitaan? Kenapa bagian yang ini ditekankan oleh media, sementara bagian yang itu dikaburkan?

Semua pertanyaan tersebut mengarah dalam konsep yang disebut sebagai framing.”38

Ada dua aspek dalam framing, yaitu memilih fakta dan menuliskan fakta.

Konsep framing dalam studi media banyak mendapat pengaruh dari bidang

sosiologi dan psikologi. Pendekatan psikologi melihat bagaimana pengaruh

kognisi seseorang dalam membentuk skema tentang diri atau gagasan tertentu.

Orang cenderung melihat dunia ini dari perspektif tertentu, pesan atau realitas

cenderung dilihat dalam kerangka berpikir tertentu. Karenanya, realitas yang

sama bisa jadi digambarkan secara berbeda oleh orang yang berbeda, karena

37Alex Sobur, Analisis Teks Media Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Semiotika

dan Framing, h. 162.

38

Eriyanto, Analisis Framing, Konstruksi, Ideologi dan Politik Media, h. 2

Page 37: KONSTRUKSI REALITAS PADA MEDIA CETAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8223/1/FEBYANTI... · faktualitas. Media memiliki ... Penulisan skripsi dengan judul Konstruksi

orang mempunyai pandangan atau perspektif yang berbeda. Dalam pendekatan

sosiologi, konsep framing secara aktif yaitu dengan mengklasifikasikan dan

mengkategorisasikan pengalaman hidup agar mempunyai makna. Pada bagian

ini, frame di lihat terutama untuk menjelaskan bagaimana organisasi media dan

pembuat berita membentuk berita secara bersama-sama.

Framing menentukan apa yang perlu atau harus diperhatikan oleh

khalayak, bagaimana mereka mengerti masalah sebagaimana tercermin dalam

penilaian dan pilihan jawaban yang diambil. Dalam prakteknya, framing

dijalankan oleh media dengan menyeleksi isu tertentu dan mengabaikan isu

yang lain, serta menonjolkan aspek dari isu tersebut dengan menggunakan

berbagai macam strategi wacana. Framing dapat menyebabkan suatu peristiwa

yang sama dapat menghasilkan berita yang secara radikal berbeda apabila

masing-masing wartawan memiliki frame yang berbeda ketika melihat peristiwa

tersebut dan menuliskan pandangannya dalam bentuk berita.

Robert N. Entman ialah seorang ahli yang meletakkan dasar-dasar bagi

analisis framing untuk studi isi media, yaitu menekankan pada level

makrostruktural dan mikrostruktural. Pertama, level makrostruktural yang dapat

kita lihat sebagai pembingkaian dalam tingkat wacana. Kedua, level

mikrostruktural yang memusatkan perhatian pada bagian atau sisi mana dari

peristiwa tersebut yang ditonjolkan dan bagian mana yang dilupakan atau

dikecilkan, pembahasannya berkaitan dengan pilihan fakta, sudut pandang dan

narasumber. Konsep framing oleh Entman digunakan untuk menggambarkan

proses seleksi dan penonjolan aspek tertentu dari realitas media. Entman melihat

Page 38: KONSTRUKSI REALITAS PADA MEDIA CETAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8223/1/FEBYANTI... · faktualitas. Media memiliki ... Penulisan skripsi dengan judul Konstruksi

framing dalam dua dimensi, yaitu seleksi isu dan penekanan atau penonjolan

isu, seperti yang dapat peneliti jelaskan pada tabel di bawah ini :

Tabel 03

Perangkat Framing Entman39

Seleksi isu Seleksi isu berkaitan dengan pemilihan fakta. Dalam hal ini dilihat

aspek mana yang diseleksi untuk ditampilkan ? Ada bagian berita yang

dimasukkan (included), tetapi ada juga

bagian yang dikeluarkan (excluded).

Tidak semua aspek atau bagian dari

isu ditampilkan, wartawan memilih

aspek tertentu dari suatu isu.

Penonjolan aspek tertentu dari isu Bagian ini berhubungan dengan

penulisan fakta. Dalam hal ini, dilihat

bagaimana aspek tertentu ditulis ? Hal

ini sangat berkaitan dengan pemakaian

kata, kalimat, gambar dan citra

tertentu untuk ditampilkan kepada

khalayak.

Kedua faktor tersebut dapat lebih mempertajam framing berita melalui proses

seleksi isu yang layak ditampilkan dan penekanan isi beritanya. Perspektif

wartawanlah yang akan menentukan fakta yang dipilihnya, ditonjolkannya dan

dibuangnya. Pengambilan keputusan mengenai sisi mana yang ditonjolkan tentu

melibatkan nilai dan ideologi para wartawan yang terlibat dalam proses produksi

sebuah berita. Dalam konsepsi Entman, framing pada dasarnya merujuk pada

pemberian definisi, penjelasan, evaluasi dan rekomendasi. Wartawan

memutuskan apa yang akan ia beritakan, apa yang diliput dan apa yang harus

dibuang, apa yang ditonjolkan dan apa yang harus disembunyikan kepada

khalayak.

39Eriyanto, Analisis Framing, Konstruksi, Ideologi dan Politik Media, h. 187

Page 39: KONSTRUKSI REALITAS PADA MEDIA CETAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8223/1/FEBYANTI... · faktualitas. Media memiliki ... Penulisan skripsi dengan judul Konstruksi

Tabel 04

Konsepsi Framing Entman

Define Problems

(Pendefinisian Masalah)

Ialah elemen yang pertama kali kita lihat mengenai framing. Menekankan

bagaimana peristiwa dipahami oleh wartawan. Peristiwa yang sama dapat

dipahami secara berbeda. Bagaimana sebuah peristiwa dilihat ? Sebagai apa ?

Atau sebagai masalah apa ?

Diagnose Causes

(Sumber Masalah)

Ialah elemen framing yang digunakan

untuk membingkai siapa yang dianggap sebagai aktor dari suatu peristiwa.

Penyebab di sini bisa berarti apa (what) dan bisa juga berarti siapa (who).

Peristiwa itu dilihat disebabkan oleh

apa ? Apa yang dianggap sebagai

penyebab dari suatu masalah ? Siapa

yang dianggap sebagai penyebab

masalah ?

Make Moral Judgement

(Membuat Keputusan Moral)

Ialah elemen framing yang dipakai

untuk memberi argumentasi pada

pendefinisian masalah yang sudah

dibuat. Nilai moral apa yang disajikan

untuk menjelaskan masalah ? Nilai

moral apa yang dipakai untuk

melegitimasi atau mendelegitimasi

suatu tindakan ?

Treatment Recommendation

(Penekanan Penyelesaian / Solusi)

Ialah elemen yang dipakai untuk

menilai apa yang dikehendaki oleh

wartawan. Jalan apa yang dipilih untuk

menyelesaikan masalah. Penyelesaian apa yang ditawarkan untuk mengatasi

masalah/isu? Jalan apa yang ditawarkan dan harus ditempuh untuk mengatasi

masalah ?

Page 40: KONSTRUKSI REALITAS PADA MEDIA CETAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8223/1/FEBYANTI... · faktualitas. Media memiliki ... Penulisan skripsi dengan judul Konstruksi

F. Kerangka Pemikiran

Tabel 05

Kerangka Pemikiran

Realitas mengenai penyebab terjadinya insiden Monas yang melibatkan

dua organisasi massa, yaitu FPI dan AKKBB dijadikan headline / bahasan

utama pada Koran Tempo dan Republika. Peristiwa tersebut selanjutnya diliput

oleh Koran Tempo dan Republika menjadi teks berita dan disajikan kepada

pembaca. Teks berita tersebut merupakan refleksi konstruksi realitas Koran

Tempo dan Republika terhadap peristiwa tersebut. Konstruksi realitas tersebut

mengungkapkan ideologi dan posisi Koran Tempo dan Republika terhadap

realitas insiden Monas yang kemudian peneliti analisis teks berita tersebut

dengan merujuk pada model analisis framing Robert N. Entman. Model tersebut

Koran Tempo dan Republika

Teks berita penyebab terjadinya insiden Monas

Konstruksi realitas Koran Tempo

dan Republika terkait dengan berita

penyebab terjadinya insiden Monas

Frame berita mengenai penyebab

terjadinya insiden Monas dugaan :

1. Define problems

2. Diagnose causes

3. Make moral judgement

4. Treatment recommendation

Page 41: KONSTRUKSI REALITAS PADA MEDIA CETAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8223/1/FEBYANTI... · faktualitas. Media memiliki ... Penulisan skripsi dengan judul Konstruksi

akan menjelaskan bagaimana Koran Tempo dan Republika melihat realitas

penyebab terjadinya insiden Monas. Siapa pelaku penyerangan, alasan atau

sebab sampai terjadinya peristiwa tersebut, argumen moral yang diajukan dan

jalan keluar atau solusi apa yang ditawarkan.

Page 42: KONSTRUKSI REALITAS PADA MEDIA CETAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8223/1/FEBYANTI... · faktualitas. Media memiliki ... Penulisan skripsi dengan judul Konstruksi

BAB III

PROFIL KORAN TEMPO dan REPUBLIKA

A. Sejarah serta Perkembangan Koran Tempo dan Republika

1. Sejarah serta Perkembangan Koran Tempo

Tempo lahir dan besar pada zaman Orde Baru, disokong oleh perusahaan

yang juga dibesarkan pada masa Orde Baru tahun 1971, tetapi Orde Baru juga

yang mematikannya.40

Tempo lahir dan mati di masa Orde Baru, beberapa

pendiri Tempo adalah aktivis mahasiswa tahun 1965/1966 yang ikut

menggulingkan Soekarno. Tempo luput dari pembredalan dua kali pada masa

Orde Baru, tahun 1974 dan 1978. Tahun 1982, terjadi Insiden Lapangan

Banteng, menjelang Pemilu 1982 dan dianggap oleh pemerintah mengganggu

keamanan. Untuk itu Goenawan Mohammad harus menandatangani kesepakatan

dengan Departemen Penerangan untuk tidak meliput isu-isu yang sensitif,

termasuk yang menyangkut keluarga Cendana.

Tempo merupakan bagian dari kelas menengah Orde Baru, untuk itu

Tempo merupakan fondasi ekonomi yang menyokong Orde Baru. Periode ketika

Tempo berjaya ialah pada dekade 1980-an, di mana anggaran belanja iklan

perusahaan banyak masuk ke media cetak. Jumlahnya mencapai 50 % dari total

belanja iklan tersebut. Inilah yang pada akhirnya membuat gaji para wartawan

Tempo mencapai puncaknya. Setelah perpindahan Tempo dari kawasan Senen

ke kawasan Kuningan pada tahun 1986, setahun kemudian terjadi eksodus

puluhan wartawannya. Mereka keluar dari Tempo untuk mendirikan Majalah

40http://www.kompas.com/kompas-cetak/0509/17/pustaka/2053888.htm, artikel berjudul

“Enak dibaca, tetapi Ini Sejarah dari Atas” karya Ignatius Haryanto, diakses pada 8 Desember

2008, 22:43

Page 43: KONSTRUKSI REALITAS PADA MEDIA CETAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8223/1/FEBYANTI... · faktualitas. Media memiliki ... Penulisan skripsi dengan judul Konstruksi

Editor, keluarnya mereka dikarenakan Tempo telah berubah menjadi institusi

bisnis, bukan lagi institusi perjuangan dan manajemen sering kali membela

pemilik modal dan tidak lagi menganggap wartawan sebagai aset berharga.

“Dunia media sangatlah dinamis karena ia juga mewakili dinamika

dalam masyarakat secara mikro. Kantor Tempo pertama di Senen banyak menyimpan memori. Kehangatan ruang seperti bedeng justru

menimbulkan suasana egaliter; pintu penghubung ruangan yang mirip

pintu bar di film-film koboi; perilaku para kolumnis yang kocak-kocak,

seperti misalnya: tulisan Ong Hok Ham yang sulit diedit karena satu

halaman ketik ketinggalan di rumahnya, atau Abdurrachman Wahid yang

bisa menghabiskan dua nasi bungkus sebelum mulai mengetik kolomnya

di Kantor Tempo; dan perilaku para wartawannya sendiri yang memang

jahil, menyiasati waktu-waktu krisis saat deadline. Situasi ini bergeser

ketika kemudian Tempo pindah dari suasana pasar ke situasi perkantoran

modern di kawasan Kuningan.”41

Majalah Tempo adalah majalah berita mingguan Indonesia yang umumnya

meliput berita dan politik. Edisi pertama Tempo diterbitkan pada Maret 1971

yang merupakan majalah pertama dan tidak memiliki afiliasi dengan

pemerintah. Majalah ini pernah dilarang oleh pemerintah pada tahun 1982 dan

21 Juni 1994, Tempo kembali beredar pada 6 Oktober 1998. Tempo juga

menerbitkan majalah dalam bahasa Inggris sejak 12 September 2000 yang

bernama Tempo Magazine dan pada 2 April 2001 Tempo juga menerbitkan

Koran Tempo. Pelarangan terbit Majalah Tempo pada 1994 bersama dengan

Editor dan Detik, tidak pernah jelas penyebabnya. Tapi banyak orang yakin

bahwa Menteri Penerangan saat itu, Harmoko, mencabut Surat Izin Usaha

Penerbitan Pers (SIUPP) Tempo karena laporan majalah ini tentang impor kapal

perang dari Jerman, laporan ini dianggap membahayakan stabilitas negara.

Laporan utama membahas keberatan pihak militer terhadap impor oleh

Menristek BJ Habibie. Sekelompok wartawan juga kecewa pada sikap Persatuan

41 Ibid. “Enak dibaca, tetapi Ini Sejarah dari Atas”

Page 44: KONSTRUKSI REALITAS PADA MEDIA CETAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8223/1/FEBYANTI... · faktualitas. Media memiliki ... Penulisan skripsi dengan judul Konstruksi

Wartawan Indonesia (PWI) karena menyetujui pembredelan Tempo, Editor dan

Detik yang kemudian mendirikan Aliansi Jurnalis Indonesia (AJI).

Koran Tempo adalah sebuah koran berbahasa Indonesia yang terbit di

Indonesia, pemiliknya adalah PT Tempo Inti Media Harian. Tempo sebelumnya

dikenal dengan Majalah Tempo. Dalam proses pendiriannya Koran Tempo

melakukan penjualan saham kepada publik sebanyak 17,6 persen dari dana

tersebut hingga akhirnya koran ini bisa beroperasi. Koran Tempo pertama kali

diterbitkan di Jakarta, 2 April 2001 dengan sirkulasi sebesar 100.000 setiap

hari.42

Pertimbangan mendirikan Koran Tempo secara teknis ialah untuk

mewadahi bahan-bahan berita Majalah Tempo yang terbuang percuma, secara

idealis Koran Tempo mencoba memunculkan sesuatu yang baru dan berbeda

dengan surat kabar lainnya.

Idealisme Koran Tempo sendiri ialah menjadi media massa cetak yang

mampu mendorong masyarakat menjadi kritis dalam menerima informasi.

Market reader Koran Tempo ialah masyarakat kelas menengah ke atas yang

secara ekonomi berkecukupan dan memiliki pendidikan tinggi. Motto yang

dianut Koran Tempo adalah “to be concise”, yaitu memberitakan sebuah

peristiwa dengan ringkas padat dan jelas sesuai dengan 5 W + 1 H. Motto ini

juga yang mendasari desain Koran Tempo yang pendek dan berita tidak

bersambung dari satu halaman lain ke halaman lainnya. Pertimbangan lain

adalah waktu pembaca surat kabar yang relatif pendek.

Saat ini Tempo memiliki labelnya sebagai koran kompak, sebuah

pergeseran konsep surat kabar harian broadsheet menjadi format tabloid lima

42 http://id.wikipedia.org/wiki/Koran_Tempo, diakses pada 1 Februari 2009

Page 45: KONSTRUKSI REALITAS PADA MEDIA CETAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8223/1/FEBYANTI... · faktualitas. Media memiliki ... Penulisan skripsi dengan judul Konstruksi

kolom yang lebih mungil dan ringkas. Harus diakui bahwa Tempo adalah

sebuah sekolah jurnalisme dalam praktik di Indonesia yang alumninya diakui di

mana-mana. Sebutlah nama-nama petinggi media di Indonesia saat ini, banyak

di antaranya adalah alumni Tempo. Kalau menyebut majalah berita, sukar

menyebut media mana pun yang tak ada alumni Tempo di dalamnya.

Visi Tempo Inti Media

Menjadi acuan dalam proses meningkatkan kebebasan rakyat untuk

berpikir dan mengutarakan pendapat serta membangun suatu masyarakat yang

menghargai kecerdasan dan perbedaan pendapat.43

Misi Tempo Inti Media

1. Menyumbangkan kepada masyarakat suatu produk multimedia yang

enampung dan menyalurkan secara adil suara yang berbeda-beda 2. Sebuah produk multimedia yang mandir, bebas dari tekanan kekuasaan

modal dan politik 3. Terus-menerus meningkatkan apresiasi terhadap ide-ide baru, bahasa, dan

tampilan visual yang baik 4. Sebuah karya yang bermutu tinggi dan berpegang pada kode etik

5. Menjadikan tempat kerja yang mencerminkan Indonesia yang beragam sesuai kemajuan jaman

6. Sebuah proses kerja yang menghargai kemitraan dari semua sektor

7. Menjadi lahan yang subur bagi kegiatan-kegiatan untuk memperkaya

khasanah artistik dan intelektual

2. Sejarah serta Perkembangan Republika

Republika adalah koran nasional yang dilahirkan oleh kalangan komunitas

muslim di Indonesia pada 4 Januari 1993. Penerbitan tersebut sebagai upaya

panjang kalangan umat Islam, khususnya wartawan profesional muda yang

dipimpin oleh ex wartawan Tempo, Zaim Uchrowi. Kehadiran Ikatan

Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) dapat menembus pembatasan ketat

pemerintah untuk izin penerbitan saat itu.

43 Lampiran company profile Tempo Inti Media

Page 46: KONSTRUKSI REALITAS PADA MEDIA CETAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8223/1/FEBYANTI... · faktualitas. Media memiliki ... Penulisan skripsi dengan judul Konstruksi

“Harian Umum Republika diterbitkan atas kehendak mewujudkan

media massa yang mampu mendorong bangsa menjadi kritis dan berkualitas. Yakni bangsa yang mampu sederajat dengan bangsa maju lain

di dunia, memegang nilai-nilai spiritualitas sebagai perwujudan Pancasila sebagai filsafat bangsa, serta memiliki arah gerak seperti digariskan UUD

1945.”44

Nama Republika sendiri merupakan ide dari Presiden Soeharto, pada

awalnya harian ini akan diberi nama “Republik”. Penerbitan Republika menjadi

berkah bagi umat. Sebelum masa itu, aspirasi umat tidak mendapat tempat

dalam wacana nasional. Kehadiran media ini bukan hanya memberi saluran bagi

aspirasi tersebut, namun juga menumbuhkan pluralisme informasi di

masyarakat. Karena itu kalangan umat antusias memberi dukungan, antara lain

dengan membeli saham sebanyak satu lembar saham per orang. PT Abdi Bangsa

Tbk sebagai penerbit Republika pun menjadi perusahaan media pertama yang

menjadi perusahaan publik. Mengelola usaha penerbitan koran bukan perkara

sederhana. Selain sarat dengan modal dan sarat SDM, bisnis inipun sarat

teknologi. Keberhasilan Republika menapaki usia 15 tahun merupakan buah

upaya keras manajemen dan seluruh awak pekerja di PT Abdi Bangsa Tbk yang

dilakukan oleh perusahaan yang menerbitkan koran ini sejak 1993 untuk

mengelola segala kerumitan itu.

Setelah BJ Habibie tak lagi menjadi Presiden dan seiring dengan surutnya

kiprah ICMI selaku pemegang saham mayoritas PT Abdi Bangsa, pada akhir

2000, mayoritas saham koran ini dimiliki oleh kelompok Mahaka Media. Walau

berganti kepemilikan, Republika tak mengalami perubahan visi dan misi.

Namun, harus diakui ada perbedaan gaya dibandingkan dengan sebelumnya.

Sentuhan bisnis dan independensi Republika menjadi makin profesional dan

44Lampiran company profile Republika

Page 47: KONSTRUKSI REALITAS PADA MEDIA CETAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8223/1/FEBYANTI... · faktualitas. Media memiliki ... Penulisan skripsi dengan judul Konstruksi

matang sebagai koran nasional untuk komunitas muslim. Mulai tahun 2004,

Republika dikelola oleh PT Republika Media Mandiri (RMM). Sementara PT

Abdi Bangsa naik menjadi perusahaan induk (Holding Company). Di bawah PT

RMM, Republika terus melakukan inovasi penyajian untuk kepuasan pelanggan.

Republika pertama kali tampil dengan “Desain Blok”, hingga berhasil

memperoleh juara pertama Lomba Perwajahan Media Cetak 1993. Tahun 1995

membuka situs surat kabar pertama di Indonesia. Tahun 1997, menjadi yang

pertama mengoperasikan Sistem Cetak Jarak Jauh (SCJJ). Republika juga

sebagai koran pertama yang menerbitkan halaman khusus daerah. Pada 31

Januari 2000, Republika menjadi koran pertama yang melakukan resizing. Pada

umumnya koran di Indonesia menggunakan kertas ukuran sembilan kolom, hal

ini terlihat tidak ergonomis. Ketika seluruh koran pada 2005 berubah ke delapan

kolom, maka 2 Januari 2006 Republika berubah menjadi tujuh kolom. Tahun

2006, mulai edisi September, Republika memberikan sisipan gratis majalah

olahraga “Arena”. Republika juga menjadi koran pertama yang sejak awal

menjadi perusahaan terbuka dan telah listing di Bursa Efek Jakarta (BEJ).

Banyak keberhasilan yang telah diraih oleh Republika. Di antaranya melahirkan

institusi sosial Dompet Dhuafa Republika, sebuah yayasan mandiri yang

bergerak di bidang kemanusiaan.

Berdasarkan hasil riset AC Nielsen 2002-2003, mayoritas pembaca

Republika adalah kaum muda dan berpendidikan tinggi. Mereka umumnya

berasal dari kalangan berpendidikan menengah ke atas (87%), berpenghasilan

Rp.1.000.000 (69%) dengan terbanyak rentang di atas Rp.2.000.000 (45%)

dengan pengeluaran umumnya di atas Rp.1.000.000. Sejak mulai terbit pada

Page 48: KONSTRUKSI REALITAS PADA MEDIA CETAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8223/1/FEBYANTI... · faktualitas. Media memiliki ... Penulisan skripsi dengan judul Konstruksi

tanggal 4 januari 1993, oplah penjualan Republika terus meningkat. Sepuluh

hari sejak terbit, oplah Republika sudah mencapai 100.000 eksemplar. Padahal

rencana awal terbit hanya diperkirakan sekitar 40.000 eksemplar per hari pada

semester pertama tahun 1993, berarti oplah Republika meningkat 2,5 kali lipat

dari rencana awal. Pada semester kedua, oplah Republika naik menjadi 130.000

eksemplar dan memasuki tahun kedua sudah meningkat menjadi 160.000

eksemplar per hari.45

Visi Harian Republika

Menjadikan harian Republika sebagai koran umat yang terpercaya dan

mengedepankan nilai-nilai universal yang sejuk, toleran, damai, cerdas dan

profesional, namun mempunyai prinsip dalam keterlibatannya menjaga

persatuan bangsa dan kepentingan umat Islam yang berdasarkan pemahaman

Rahmatan Lil Alamin. 46

Misi Harian Republika

Misi Republika di berbagai bidang kehidupan adalah sebagai berikut:

1. Dalam bidang politik, Republika mendorong demokratisasi dan

optimalisasi lembaga-lembaga negara, partisipasi politik semua lapisan

masyarakat dan pengutamaan kejujuran dan moralitas dalam politik

2. Dalam bidang ekonomi, keterbukaan dan demokratisasi ekonomi menjadi

kepedulian Republika, mempromosikan profesionalisme yang

mengindahkan nilai-nilai kemanusiaan dalam manajemen, menekankan

perlunya pemerataan sumber-sumber daya ekonomi dan mempromosikan

prinsip-prinsip etika dan moralitas dalam bisnis

3. Dalam bidang budaya, Republika mendukung sikap yang terbuka dan

apresiatif terhadap bentuk-bentuk kebudayaan yang menjunjung tinggi

nilai-nilai kemanusiaan, dari manapun datangnya, mempromosikan

bentuk-bentuk kesenian dan hiburan yang sehat, mencerdasakan, menghaluskan perasaan, mempertajam kepekaan nurani, serta bersikap

kritis terhadap bentuk-bentuk kebudayaan yang cenderung mereduksi

45

Doni, “Konstruksi Media Cetak Atas Realitas (Analisis Framing Terhadap

Pemberitaan Baitul Muslimin Indonesia PDI-P di Harian Kompas dan Republika),” (Skripsi S 1

Fakultas Dakwah dan Komunikasi, Universitas Islam Negeri Jakarta, 2008).

46 Lampiran company profile Republika & http://republika.co.id

Page 49: KONSTRUKSI REALITAS PADA MEDIA CETAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8223/1/FEBYANTI... · faktualitas. Media memiliki ... Penulisan skripsi dengan judul Konstruksi

manusia dan mendangkalkan nilai-nilai kemanusiaan

4. Dalam bidang agama, Republika mendorong sikap beragama yang terbuka sekaligus kritis terhadap realitas sosial-ekonomi kontemporer

5. Memprioritaskan pengembangan pemasaran harian Republika di jabodetabek, tanpa harus mematikan di daerah yang sudah ada

6. Merajut tali persaudaraan dengan organisasi Islam di Indonesia 7. Bekerjasama dengan mitra usaha di dalam pengembangan pasar harian

Republika di luar pulau Jawa 8. Mengamati peluang pengembangan “Koran Komunitas” seperti misalnya

“Bintaro Pos”, “Depok Pos”, “Bekasi Pos” atau jenis koran lainnya

9. Mengelola Kantor Perwakilan sebagai “semi otonomi”

10. Menjadikan PT Republika Media Mandiri sebagai “sister company” yang

sehat

11. Menjadikan harian Republika sebagai koran # ONE.

B. Struktur Redaksi Koran Tempo dan Republika

1. Struktur Redaksi Koran Tempo

Penerbit : PT Tempo Inti Media Harian

Corporate Chief Editor : Bambang Harymurti

Pemimpin Redaksi : S Malela Mahargasari. PJ.

Redaktur Eksekutif : Gendur Sudarsono

Redaktur Senior : Diah Purnomowati, Fikri Jufri, Goenawan

Mohammad, Leila S. Chudori, Putu Setia, Yusril Djalinus

Corporate Secretary : Rustam F. Mandayun

Redaktur Utama : Burhan Solihin, Purwanto Setiadi,

Wicaksono

Sekretaris Redaksi : Dyah Irawati Hapsari

Direktur Utama : Bambang Harymurti

Direktur : Herry Hernawan, Toriq Hadad

Alamat Redaksi :

Kebayoran Center Blok A11-A15, Jln.Kebayoran Baru Mayestik

Page 50: KONSTRUKSI REALITAS PADA MEDIA CETAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8223/1/FEBYANTI... · faktualitas. Media memiliki ... Penulisan skripsi dengan judul Konstruksi

Jakarta 12240

Telphone : (021) 7255625

Faksimili : (021) 7255645/50

Email : [email protected]

Alamat Perusahaan :

Jalan Palmerah Barat No. 8 Jakarta 12210

Telphone (021) 5360409

2. Struktur Redaksi Republika

Pemimpin Redaksi : Ikhwanul Kiram Mashuri

Wapemred : Nasihin Masha

Redaktur Pelaksana : Agung P. Vazza

Kepala Newsroom : Arys Hilman

Redaktur Senior : Anif Punto Utomo

Wakil Redaktur Pelaksana : Elba Damhuri, Selamat Ginting, S

Kumara Dewatasari

Asisten Redaksi Pelaksana : Nurul S. Hamami (Ekonomi),

Rakhmat Hadi Sucipto (Olahraga, Hiburan, Internasional), Bidramnanta

(Special Product), Subroto (Nasional), Nina Chairani (Ahad & Akhir

Pekan), Irwan Ariefyanto (Investigasi)

Sekretaris Redaksi : Fachrul Ratzi

Surat Izin Usaha Penerbitan Pers :

SK Menpen No. 283/SK/MENPEN/SIUPP/A.7/1992

Alamat :

Jl. Warung Buncit Raya No. 37 Jakarta Selatan 12510

Page 51: KONSTRUKSI REALITAS PADA MEDIA CETAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8223/1/FEBYANTI... · faktualitas. Media memiliki ... Penulisan skripsi dengan judul Konstruksi

Telphone : (021) 7803747

Faks : (021) 7983623

E-mail : [email protected]

Page 52: KONSTRUKSI REALITAS PADA MEDIA CETAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8223/1/FEBYANTI... · faktualitas. Media memiliki ... Penulisan skripsi dengan judul Konstruksi

BAB IV

KONSTRUKSI REALITAS PADA MEDIA CETAK :

ANALISIS FRAMING PEMBERITAAN INSIDEN MONAS di KORAN

TEMPO dan REPUBLIKA EDISI JUNI 2008

A. Frame Koran Tempo dan Frame Republika

1. Frame Koran Tempo

Analisis berita insiden Monas di Koran Tempo dilakukan untuk menjawab

pertanyaan riset peneliti, yaitu mengetahui penekanan dan seleksi isu yang

dilakukan oleh tim redaksi Koran Tempo pada pemberitaan terkait penyebab

terjadinya insiden Monas. Di bawah ini adalah uraian dari frame Koran Tempo

dalam bahasan utama mengenai penyebab terjadinya insiden Monas :

Tabel 06

Koran Tempo : Senin, 2 Juni 2008

“Bubarkan FPI”

Problem Identification /

Define Problem Masalah hukum pembubaran FPI

Causal Interpretation /

Diagnoses Cause Aksi anarkis FPI

Moral Evaluation /

Make Moral Judgement

a. FPI menodai Pancasila sebagai dasar negara

b. FPI menentang kebebasan beragama yang

sudah dijamin konstitusi

Treatment

Recommendation /

Suggest Remedis

Aparat bertindak tegas

Page 53: KONSTRUKSI REALITAS PADA MEDIA CETAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8223/1/FEBYANTI... · faktualitas. Media memiliki ... Penulisan skripsi dengan judul Konstruksi

Koran Tempo pada edisi Senin, 2 Juni 2008, menyampaikan berita terkait

penyebab terjadinya insiden Monas dengan mengangkat judul “Bubarkan FPI”.

Koran Tempo dalam pemberitaannya secara tegas meminta kepada pemerintah

untuk segera membubarkan FPI terkait aksi penyerangan kepada AKKBB di

Lapangan Silang Monas, 1 Juni 2008. Koran Tempo mengidentifikasikan

permasalahan ini ke dalam kasus hukum pembubaran FPI terkait dengan aksi

anarkis yang dilakukan oleh organisasi masyarakat tersebut kepada AKKBB.

Koran Tempo menggambarkan bahwa insiden Monas merupakan aksi kekerasan

yang amat keji yang telah dilakukan oleh FPI. Koran Tempo menegaskan bahwa

keberadaan FPI menuntut pembubaran Ahmadiyah merupakan ancaman

kebebasan beragama di Indonesia sebagaimana diatur dalam konstitusi. Hal

tersebut bisa kita lihat dari pernyataan beberapa tokoh seperti Mantan Presiden

Abdurrahman Wahid, Goenawan Mohamad, budayawan dan tokoh pendiri

Tempo hingga juru bicara kepresidenan, Andi Mallarangeng. Di antara

ketiganya sama-sama menyatakan mengecam aksi kekerasan yang dilakukan

oleh FPI dan mendefinisikan bahwa keberadaan FPI mengancam kebebasan

umat beragama di Indonesia.

“JAKARTA – Mantan Presiden Abdurrahman Wahid mengecam

aksi penyerbuan yang dilakukan Front Pembela Islam (FPI) terhadap

Aliansi Kebangsaan untuk Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan di

Lapangan Monumen Nasional, Jakarta, kemarin. Dia menuntut aparat

penegak hukum membubarkan FPI karena dinilai mengancam kebebasan

beragama di Indonesia.” 47

“Goenawan Mohamad, budayawan, menyatakan bahwa tindakan FPI menentang Ahmadiyah sama halnya dengan menentang kebebasan

beragama yang sudah dijamin konstitusi. “Memang FPI itu ingin mendirikan negara Islam?” katanya.”48

47 “Bubarkan FPI”, Koran Tempo, 2 Juni 2008, h. 1, alinea 1. Lebih jelas lihat di

lampiran.

48 Ibid, alinea 13. “Bubarkan FPI”.

Page 54: KONSTRUKSI REALITAS PADA MEDIA CETAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8223/1/FEBYANTI... · faktualitas. Media memiliki ... Penulisan skripsi dengan judul Konstruksi

“Lembaga kepresidenan juga bereaksi keras atas peristiwa ini. Andi Mallarangeng, juru bicara kepresidenan, menegaskan bahwa negara

harus melindungi warga negara yang hak konstitusionalnya dilanggar...”49

Bahkan Gusdur menilai kekerasan yang dilakukan oleh FPI telah menodai

Pancasila sebagai dasar negara, dikarenakan peristiwa penyerangan tersebut

terjadi pada saat peringatan Hari Lahir Pancasila ke-63.

“FPI telah menodai Pancasila sebagai dasar negara yang

menjunjung pluralisme bangsa, kata Ketua Dewan Syuro Pengurus Besar

Nahdlatul Ulama ini.”50

Koran Tempo dalam hal ini menilai FPI sebagai pelaku tindak kekerasan

yang amat keji. Di mana pada pemberitaannya, Koran Tempo menggambarkan

kronologis kejadian, menuliskan pernyataan korban kekerasan yang semuanya

berasal dari anggota AKKBB. Seperti beberapa tulisan yang dimuat oleh Koran

Tempo pada edisi ini :

“Kemarin siang, Aliansi Kebangsaan menggelar apel memperingati hari kelahiran Pancasila. Kegiatan yang dipusatkan di Lapangan Monas

bagian selatan ini diikuti 70 lembaga, antara lain Komunitas Santri, Nahdlatul Ulama, Ahmadiyah, Komunitas Gereja, Penghayat

Kepercayaan, Syiah, dan Pesantren Cirebon.”51

“Koordinator Aliansi Kebangsaan, Anik H.T., memberi kesaksian,

“Mereka menyabet kami dengan kayu bendera dan pentungan. Mereka

menyemprotkan pasir yang diberi bumbu dapur. Perih di mata”.”52

“Kelompok penyerang beraksi brutal. Sasaran mereka bukan hanya

laki-laki, tetapi juga ibu-ibu dan anak-anak. “Kami tidak membalas. Kami

pilih mundur,” ujar Budi Kurniawan, anggota panitia.”53

49 Ibid, alinea 14. “Bubarkan FPI”.

50

Ibid, alinea 2. “Bubarkan FPI”.

51

Ibid, alinea 3. “Bubarkan FPI”.

52

Ibid, alinea 5. “Bubarkan FPI”.

53 Ibid, alinea 6. “Bubarkan FPI”.

Page 55: KONSTRUKSI REALITAS PADA MEDIA CETAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8223/1/FEBYANTI... · faktualitas. Media memiliki ... Penulisan skripsi dengan judul Konstruksi

Keinginan Koran Tempo agar FPI bertanggung jawab terhadap kekerasan

di Monas, terjawab dari pernyataan Panglima Laskar Pembela Islam (LPI),

Muhammad Machsuni yang secara tegas menyatakan bahwa LPI bertanggung

jawab terhadap kerusuhan di Monas. LPI adalah kelompok paramiliter FPI.

Machsuni mengingatkan bahwa yang melakukan tindak kekerasan di Monas

adalah LPI bukan FPI. Antara FPI dan LPI memiliki garis komando yang

berbeda. Dari pernyataan yang diutarakan oleh Machsuni dan kemudian ditulis

oleh Koran Tempo pada pemberitaannya seolah-olah menegaskan bahwa LPI

membenarkan perang dan kekerasan dalam menghadapi Ahmadiyah.

“Ahmadiyah, menurut Machsuni, telah mencoreng nama umat

Islam. Pilihannya hanya ada dua, “tobat atau perang”. Karena itu, dia

membenarkan kekerasan fisik yang terjadi di Monas. “Masak, perang

hanya dicolek saja,” kata Machsuni.”54

Dalam pemberitaannya, Koran Tempo meminta aparat penegak hukum

bertindak tegas terhadap FPI dan tidak terus melindungi mereka. Seperti yang

dikutip dari pernyataan anggota AKKBB :

“Itu perbuatan biadab FPI. Saya menuntut aparat bertindak tegas,

jangan terus melindungi preman berjubah.”55

54 Ibid, alinea 12. “Bubarkan FPI”.

55Ibid, alinea 9, baris 3. “Bubarkan FPI”.

Page 56: KONSTRUKSI REALITAS PADA MEDIA CETAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8223/1/FEBYANTI... · faktualitas. Media memiliki ... Penulisan skripsi dengan judul Konstruksi

Tabel 07

Koran Tempo : Selasa, 3 Juni 2008

“Pemerintah Kaji Pembekuan FPI”

Problem Identification /

Define Problem Masalah Hukum Pembekuan FPI

Causal Interpretation /

Diagnoses Cause Tindakan kekerasan FPI

Moral Evaluation /

Make Moral Judgement

a. UU Nomor 8 Tahun 1985 tentang Organisasi

Kemasyarakatan

b. Indonesia bukan negara kekerasan

Treatment

Recommendation /

Suggest Remedis

a. Menangkap para pelaku

b. Membubarkan FPI

Koran Tempo pada edisi Selasa, 3 Juni 2008, kembali menjadikan berita

insiden Monas sebagai bahasan utama pada harian tersebut dengan

menempatkan beritanya di halaman depan atau di Koran Tempo dikenal dengan

Top Headline, sedangkan untuk berita-berita terkait dengan insiden Monas di

tempatkan pada halaman kedua yaitu pada rubrik headline. Koran Tempo

memberikan porsi yang lebih banyak untuk berita insiden Monas, yaitu dengan

menyajikan sebanyak tiga berita pada hari ini.

Koran Tempo pada berita pertama, mengangkat judul “Pemerintah Kaji

Pembekuan FPI”. Dalam pemberitaannya Koran Tempo kembali menegaskan

kepada pemerintah untuk segera membubarkan FPI. Upaya pembubaran FPI

sendiri tengah dipelajari oleh pemerintah. Presiden SBY sudah menyerahkan

kasus FPI kepada Widodo A.S., Menteri Koordinator Politik, Hukum dan

Keamanan serta kementrian terkait. Seperti apa yang ditulis oleh Koran Tempo

berikut ini :

Page 57: KONSTRUKSI REALITAS PADA MEDIA CETAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8223/1/FEBYANTI... · faktualitas. Media memiliki ... Penulisan skripsi dengan judul Konstruksi

“Widodo menyatakan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono

menyerahkan sepenuhnya penyelesaian kasus FPI kepadanya dan kementrian terkait. “nanti Departemen Dalam Negeri yang akan

mendalami,” kata Widodo seusai rapat kabinet terbatas bidang politik, hukum, dan keamanan kemarin malam.”56

Pembubaran FPI sendiri, menurut Widodo A.S. berlandaskan pada

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1985 tentang Organisasi Kemasyarakatan.

Namun, mekanisme pembubarannya sendiri masih belum tahu kapan akan

dilakukan. Seperti apa yang ditulis oleh Koran Tempo berdasarkan pernyataan

Jaksa Agung Hendarman Supandji :

“Jaksa Agung Hendarman Supandji menambahkan, dalam undang-

undang tersebut diatur, sebelum pembekuan dilakukan, pemerintah akan

memberi FPI dua kali peringatan. “Setelah itu baru fatwa Mahkamah

Agung (untuk pembekuan),” katanya.”57

Pembubaran FPI semata-mata dilakukan karena FPI telah melakukan tindak

kekerasan terhadap AKKBB di Lapangan Silang Monas yang menyebabkan

beberapa korban mengalami luka ringan dan berat. Tidak hanya itu, berbagai

kecaman juga datang dari beberapa pihak, termasuk Presiden SBY, Wakil

Presiden Yusuf Kalla dan Ketua DPR Agung Laksono yang pada intinya

mengecam tindak kekerasan tersebut. Seperti tulisan dari Koran Tempo berikut

ini :

“Presiden Yudhoyono kemarin kembali mengecam dan

menyesalkan aksi kekerasan FPI. “Indonesia adalah negara hukum, bukan

negara kekerasan,” katanya.”58

“Wakil Presiden Jusuf Kalla meminta kepolisian bertindak tegas

terhadap FPI. “Siapapun yang bertindak anarkistis harus ditindak oleh

kepolisian,” katanya.”59

56 “Pemerintah Kaji Pembekuan FPI”, Koran Tempo, 3 Juni 2008, h. 1, alinea 3. Lebih

jelas lihat di lampiran.

57

Ibid, alinea 5. “Pemerintah Kaji Pembekuan FPI”.

58

Ibid, alinea 10. “Pemerintah Kaji Pembekuan FPI”.

59 Ibid, alinea 11. “Pemerintah Kaji Pembekuan FPI”.

Page 58: KONSTRUKSI REALITAS PADA MEDIA CETAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8223/1/FEBYANTI... · faktualitas. Media memiliki ... Penulisan skripsi dengan judul Konstruksi

“Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Agung Laksono juga mengutuk

keras FPI dan menuding aksi itu sebagai tindakan tidak bermoral. “Itu tidak bisa ditoleransi,” katanya.”60

Koran Tempo pada pemberitaannya memberikan solusi untuk segera

menangkap pelaku kerusuhan, salah satu diantaranya Panglima Komando

Laskar Islam Munarman. Koran Tempo dalam hal ini meminta ketegasan dari

pihak kepolisian untuk segera melakukan penangkapan dan ketegasan kepada

pemerintah untuk segera membubarkan FPI. Meskipun dalam tulisannya, Ketua

FPI Rizieq Shihab menolak permintaan pembubaran organisasinya dan

penangkapan terhadap anggota FPI.

“Ketua FPI Rizieq Shihab menolak permintaan pembubaran

organisasinya. Dia mengklaim desakan pembubaran datang dari segelintir

orang saja.”61

“Rizieq tidak akan merelakan satu pun anggota FPI ditangkap

polisi. “Kami akan melakukan perlawanan sampai titik darah penghabisan,” katanya.”62

Tidak hanya penyampaian berita pada tulisannya saja, Koran Tempo juga

memuat foto yang menggambarkan Ketua Laskar Islam Munarman, sedang

mencekik leher salah seorang pemuda berpakaian hitam yang dituliskan pada

caption foto tersebut sebagai anggota Aliansi Kebangsaan. Namun, pada

kelanjutannya Munarman membantah bahwa pemuda yang ia cekik adalah

anggota AKKBB. Munarman menegaskan bahwa pemuda yang ia cekik adalah

anggotanya bernama Ucok Nasrullah.

60 Ibid, alinea 12. “Pemerintah Kaji Pembekuan FPI”.

61

Ibid, alinea 7. “Pemerintah Kaji Pembekuan FPI”.

62 Ibid, alinea 9. “Pemerintah Kaji Pembekuan FPI”.

Page 59: KONSTRUKSI REALITAS PADA MEDIA CETAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8223/1/FEBYANTI... · faktualitas. Media memiliki ... Penulisan skripsi dengan judul Konstruksi

Tabel 08

Koran Tempo : Selasa, 3 Juni 2008

“Dua Korban Penyerangan Dirawat Intensif”

Problem Identification /

Define Problem Korban luka dari pihak AKKBB

Causal Interpretation /

Diagnoses Cause Tindakan kekerasan oleh laskar FPI

Moral Evaluation /

Make Moral Judgement

Koban tidak berdaya, laskar FPI menyerang

tidak pandang bulu

Treatment

Recommendation /

Suggest Remedis

-

Koran Tempo pada berita selanjutnya, masih di edisi yang sama, kembali

membahas mengenai insiden Monas dengan mengangkat judul “Dua Korban

Penyerangan Dirawat Intensif”. Koran Tempo membahas mengenai korban luka

akibat dari tindakan kekerasan yang dilakukan oleh laskar FPI. Koran Tempo

mendefinisikan bahwa kekerasan yang telah di lakukan laskar FPI

mengakibatkan beberapa orang dari pihak AKKBB terluka. Bahkan ada dua

korban luka dengan kondisi cukup parah, yaitu Muhammad Guntur Romli dan

Dedi C. Achmad, keduanya adalah korban dari pihak AKKBB.

“Para korban adalah aktivis Aliansi Kebangsaan untuk Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan (AKKBB), yakni Muhammad Guntur Romli,

32 tahun, dan Dedi C. Achmad, 57 tahun. Sedangkan Tahir, 50 tahun,

diizinkan pulang kemarin sore. Guntur Romli adalah aktivis Jurnal

Perempuan serta pembawa acara kongkow Bareng Gus Dur di Radio Utan

Kayu dan radio 68H. Sedangkan Dedi dan Tahir adalah anggota jemaah

Ahmadiyah.”63

63 “Dua korban Penyerangan Dirawat Intensif”, Koran Tempo, 3 Juni 2008, h. 2, alinea 2.

Lebih jelas lihat di lampiran.

Page 60: KONSTRUKSI REALITAS PADA MEDIA CETAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8223/1/FEBYANTI... · faktualitas. Media memiliki ... Penulisan skripsi dengan judul Konstruksi

Koran Tempo menggambarkan secara jelas dari beberapa narasumber

tentang aksi brutal yang dilakukan oleh laskar FPI. Bagaimana mereka

menyerang?. Siapa yang diserang?. Dengan alat apa mereka melakukan

penyerangan?. Seperti tulisan Koran Tempo di bawah ini :

“AKKBB diserang di kawasan Monumen Nasional ketika

memperingati acara Hari Lahir Pancasila ke-63. Tiba-tiba, sekitar pukul

14.00 WIB, ratusan orang beratribut FPI menyerang dengan menggunakan

berbagai benda. Menurut Dedi, laskar FPI menyerang tanpa pandang bulu.

Wanita dan anak-anak pun jadi sasaran. “Mereka menyerang sambil

meneriakkan ‘Allahuakbar’.”64

Koran Tempo sangat jelas menggambarkan AKKBB sebagai pihak yang

dirugikan akibat insiden tersebut, sebagai pihak tertindas, sebagai korban dari

tindak kekerasan laskar FPI.

“AKKBB mencatat, 27 anggotanya yang menjadi korban dilarikan ke sejumlah rumah sakit, antara lain RSPAD, Tarakan, Abdi Waluyo

Menteng, Cipto Mangunkusumo, Jakarta, serta Mitra Internasional. Mereka berasal dari berbagai organisasi. Saidiman, koordinator aksi

AKKBB, mengatakan beberapa korban harus menjalani kontrol rutin.”65

Dan sebaliknya laskar FPI digambarkan oleh Koran Tempo sebagai pihak yang

harusnya bertanggung jawab terhadap peristiwa tersebut, akibat dari banyaknya

korban yang menderita luka ringan bahkan cukup parah dari pihak AKKBB.

64 Ibid, alinea 4. “Dua korban Penyerangan Dirawat Intensif”.

65 Ibid, alinea 7. “Dua korban Penyerangan Dirawat Intensif”.

Page 61: KONSTRUKSI REALITAS PADA MEDIA CETAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8223/1/FEBYANTI... · faktualitas. Media memiliki ... Penulisan skripsi dengan judul Konstruksi

Tabel 09

Koran Tempo : Selasa, 3 Juni 2008

“Pemerintah Diminta Tegas Soal FPI”

Problem Identification /

Define Problem Masalah hukum Pembubaran FPI

Causal Interpretation /

Diagnoses Cause Kekerasan yang dilakukan FPI

Moral Evaluation /

Make Moral Judgement

UU Nomor 8 Tahun 1985 tentang Organisasi

Kemasyarakatan

Treatment

Recommendation /

Suggest Remedis

a. Pembubaran FPI

b. Menangkap para pelaku aksi kekerasan

c. Pemerintah bersikap tegas

Koran Tempo pada berita terakhir terkait insiden Monas edisi Selasa, 3

Juni 2008, mengangkat judul “Pemerintah Diminta Tegas Soal FPI”. Berita ini

seolah mempertegas berita yang ada pada Top Headline, yaitu “Pemerintah Kaji

Pembekuan FPI”. Koran Tempo menuliskan dua berita yang saling memiliki

keterkaitan ini seolah menginginkan pemerintah benar-benar menjalankan

komitmennya, bukan hanya sekedar wacana pembubaran FPI, tetapi ada bukti

nyata yang akan dilakukan. Berita ini masih terkait dengan persoalan hukum

pembubaran FPI atas aksi kekerasan yang dilakukan oleh organisasi tersebut.

Dijelaskan oleh Koran Tempo bahwa pemerintah bisa membubarkan FPI

melalui jalur hukum, bisa melalui Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia

atau melalui pengadilan. Sebagaimana tulisan Koran Tempo berikut ini :

“JAKARTA – Anggota Dewan Pertimbangan Presiden, Adnan

Buyung Nasution, meminta pemerintah bersikap tegas terhadap organisasi

yang terlibat kekerasan dalam insiden di Monumen Nasional dua hari lalu.

Menurut dia, pemerintah bisa membubarkannya. “Caranya, melalui

Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia atau meminta melalui

pengadilan,” ujar Adnan Buyung setelah menghadiri pembacaan siaran

Page 62: KONSTRUKSI REALITAS PADA MEDIA CETAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8223/1/FEBYANTI... · faktualitas. Media memiliki ... Penulisan skripsi dengan judul Konstruksi

pers Aliansi Kebangsaan untuk Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan di

Jakarta kemarin. “Pemerintah Harus Tegas.”66

Departemen Hukum dan HAM sendiri mengaku tidak bisa membubarkan

organisasi kemasyarakatan FPI, lantaran FPI bukan organisasi berbadan hukum.

FPI baru bisa dibubarkan apabila sudah berbadan hukum hal tersebut

berdasarkan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1985 tentang Organisasi

Kemasyarakatan. Meskipun begitu, pelaku tindak anarkis pada insiden tersebut

harus tetap diproses melalui jalur hukum. Koran Tempo dalam hal ini kembali

mempertegas bahwa ia memiliki beberapa tuntutan, yaitu pembubaran FPI dan

yang terpenting adalah penangkapan pelaku anarkis pada insiden Monas serta

memproses mereka sesuai dengan hukum. Tidak hanya itu, dikatakan bahwa FPI

bukan organisasi kemasyarakatan berbadan hukum yang berarti FPI adalah

organisasi masyarakat yang sifatnya ilegal. Jika tetap menginginkan

pembubaran FPI, maka Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1985 tentang

Organisasi Kemasyarakatan harus direvisi terlebih dahulu.

“Namun, Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Andi Mattalata

mengatakan FPI tidak bisa dibubarkan karena bukan organisasi yang

berbadan hukum. Departemennya, kata dia, tidak mencatat FPI sebagai

organisasi berbadan hukum. “Bisa dibubarkan kalau sudah berbentuk

badan hukum,” ujarnya.”67

“Pendapat senada dikemukakan ahli hukum Universitas Indonesia,

Rudy Satryo. “Organisasi massa itu tidak bisa dibubarkan,” ujarnya. Itu

berdasarkan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1985 tentang Organisasi

Kemasyarakatan. Pembubaran, menurut Rudy, baru bisa dilakukan setelah

undang-undang itu direvisi terlebih dahulu. Untuk menyelesaikan kasus

penyerangan itu, Rudy menyarankan agar tindakan anarkistis tersebut tetap

harus diproses hukum. “Tapi orangnya saja. Lembaganya tidak bisa dikenai sanksi hukum,” ujarnya.”68

66 “Pemerintah Diminta Tegas Soal FPI”, Koran Tempo, 3 Juni 2008, h. 2, alinea 1. Lebih

jelas lihat di lampiran.

67

Ibid, alinea 5. “Pemerintah Diminta Tegas Soal FPI”.

68 Ibid, alinea 6. “Pemerintah Diminta Tegas Soal FPI”.

Page 63: KONSTRUKSI REALITAS PADA MEDIA CETAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8223/1/FEBYANTI... · faktualitas. Media memiliki ... Penulisan skripsi dengan judul Konstruksi

Koran Tempo pada bagian akhir alinea pertama menuliskan pernyataan,

“Pemerintah Harus Tegas”. Pernyataan yang dilontarkan oleh Adnan Buyung

Nasution tersebut secara tersirat menggambarkan keinginan Koran Tempo agar

pemerintah bersikap tegas dalam menangani kasus insiden Monas dan tegas

terhadap komitmen untuk menindak lanjuti pembubaran FPI. Tuntutan

pembubaran FPI tidak hanya menjadi keinginan Koran Tempo, tetapi juga

banyak pihak. Dengan banyaknya tuntutan dari berbagai pihak terhadap

pembubaran FPI, maka Koran Tempo menginginkan agar pemerintah benar-

benar bersikap tegas.

Tabel 10

Koran Tempo : Rabu, 4 Juni 2008

“Polisi Ultimatum FPI”

Problem Identification /

Define Problem Tuntutan pembubaran FPI

Causal Interpretation /

Diagnoses Cause Tindakan kekerasan FPI

Moral Evaluation /

Make Moral Judgement

Pembubaran FPI dilakukan jika terbukti

membahayakan kepentingan umum

Treatment

Recommendation /

Suggest Remedis

Pemerintah bertindak tegas dan memproses

kasus ini ke jalur hukum

Koran Tempo pada edisi Rabu, 4 Juni 2008, kembali memberitakan kasus

insiden Monas sebagai bahasan utama. Pada edisi hari ini Koran Tempo

menyajikan empat berita terkait insiden Monas. Satu berita ditempatkan pada

halaman depan (Top Headline), dua berita di tempatkan pada halaman kedua

(Headline) dan satu berita lagi di tempatkan pada rubrik Metro dengan gaya

Page 64: KONSTRUKSI REALITAS PADA MEDIA CETAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8223/1/FEBYANTI... · faktualitas. Media memiliki ... Penulisan skripsi dengan judul Konstruksi

penulisan features. Namun, peneliti hanya menganalisis tiga berita yang menjadi

bahasan utama.

Koran Tempo pada berita pertama edisi ini mengangkat judul “Polisi

Ultimatum FPI”. Koran Tempo mengidentifikasikan masalah seputar

pembubaran FPI. Tuntutan pembubaran tersebut dilakukan lantaran tindak

kekerasan yang telah dilakukan oleh organisasi tersebut pada 1 Juni 2008.

Namun, pada edisi ini ada perkembangan dari kasusnya sendiri, yaitu upaya

polisi yang meminta kepada pelaku tindak kekerasan agar secepatnya

menyerahkan diri. Di sini polisi menyatakan apabila para pelaku tidak

menyerahkan diri, maka pihak kepolisian melalui pernyataan yang disampaikan

Kepala Kepolisian Daerah Metro Jakarta Inspektur Jenderal Adang Firman,

akan bertindak tegas terhadap pelaku yang keseluruhan adalah anggota Laskar

Pembela Islam, organisasi sayap FPI.

“JAKARTA - Kepala Kepolisian Daerah Metro Jakarta Inspektur

Jenderal Adang Firman memberi batas waktu kepada para pelaku kekerasan dalam insiden Monas agar menyerahkan diri paling lambat

malam tadi. “Jika itu dilanggar, kami akan bertindak tegas,” kata Adang

kemarin.”69

“Ia menjelaskan, aparatnya telah mengidentifikasi 10 lebih pelaku

dalam peristiwa pada Ahad lalu. Seluruh tersangka merupakan anggota

Laskar Pembela Islam, sayap organisasi Front Pembela Islam (FPI).”70

Pembubaran FPI sendiri, seperti yang dituliskan oleh Koran Tempo pada

setiap beritanya, merupakan tuntutan banyak pihak. Baik itu tuntutan perorang

ataupun tuntutan dari organisasi yang semuanya mengecam tindakan kekerasan

FPI. Hampir seluruh isi berita pada judul ini berisikan tuntutan pembubaran FPI.

Berikut beberapa tuntutan yang dituliskan oleh Koran Tempo :

69 “Polisi Ultimatum FPI”, Koran Tempo, 4 Juni 2008, h. 1, alinea 1. Lebih jelas lihat di

lampiran.

70 Ibid, alinea 2. “Polisi Ultimatum FPI”.

Page 65: KONSTRUKSI REALITAS PADA MEDIA CETAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8223/1/FEBYANTI... · faktualitas. Media memiliki ... Penulisan skripsi dengan judul Konstruksi

“...Ketua Umum Partai Amanat Nasional Sutrisno Bachir

mendesak pemerintah mengambil tindakan tegas. “Bila sudah memenuhi syarat, pemerintah jangan takut membubarkannya...”71

“Syafi'i Anwar, Direktur International Center for Islam and

Pluralism, yang turut jadi korban dalam peristiwa itu, menegaskan bahwa dirinya adalah orang Muhammadiyah, yang secara teologi berbeda 200

persen dari Ahmadiyah. Namun, katanya, ia mengikuti aksi bersama Aliansi Kebangsaan karena merasa perlu membela hak hidup para

penganut Ahmadiyah. “Saya tidak setuju dengan kekerasan”.”72

“Tuntutan pembubaran FPI juga diusung oleh 15 organisasi yang

tergabung dalam Aliansi Masyarakat Sipil Antikekerasan dan Premanisme Berbasis Agama. “Mereka sudah mengancam kedamaian masyarakat,”

kata Malik Haromain, juru bicara Aliansi, setelah menemui Komisi Hukum Dewan Perwakilan Rakyat. Zuhairi Misrawi dari Baitul Muslimin

Indonesia juga menilai kekerasan yang dilakukan FPI telah mengancam kebangsaan dan kebebasan berideologi.”73

“Ketua Umum Garda Bangsa Camelia Puji Astuti Hasip

menyerukan hal serupa saat konferensi pers di kantor Dewan Pimpinan Pusat Partai Kebangkitan Bangsa. Organisasi ini juga menginstruksikan

agar elemen mereka menuntut pembubaran FPI di seluruh daerah.”74

Tuntutan pembubaran terhadap FPI juga terjadi di Jember, Jawa Timur, bahkan

Ketua FPI setempat menyatakan membubarkan diri dan meminta maaf kepada

masyarakat.

“Di Jember, Jawa Timur, Ketua FPI setempat, Abu Bakar,

akhirnya menyatakan membubarkan diri setelah rumahnya didatangi

ratusan pendukung mantan presiden Abdurrahman Wahid. “FPI Jember

juga meminta maaf kepada masyarakat,” katanya.”

Tuntutan pembubaran FPI bisa dilakukan apabila FPI terbukti membahayakan

kepentingan umum, seperti yang disampaikan oleh Menteri Dalam Negeri,

Mardiyanto. Sehingga pada kesimpulan akhir, Koran Tempo menuntut

pemerintah bertindak tegas dan memproses masalah ini ke jalur hukum.

71 Ibid, alinea 4. “Polisi Ultimatum FPI”.

72

Ibid, alinea 5. “Polisi Ultimatum FPI”.

73

Ibid, alinea 7. “Polisi Ultimatum FPI”.

74 Ibid, alinea 9. “Polisi Ultimatum FPI”.

Page 66: KONSTRUKSI REALITAS PADA MEDIA CETAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8223/1/FEBYANTI... · faktualitas. Media memiliki ... Penulisan skripsi dengan judul Konstruksi

Tabel 11

Koran Tempo : Rabu, 4 Juni 2008

“Koran Tempo Akan Diserbu”

Problem Identification /

Define Problem

Ancaman penggugatan dan penyerbuan kantor

Koran Tempo

Causal Interpretation /

Diagnoses Cause

Pemuatan foto Munarman sedang mencekik

seorang pemuda

Moral Evaluation /

Make Moral Judgement

Pengembalian nama baik dengan menggunakan

delik pers

Treatment

Recommendation /

Suggest Remedis

Koran Tempo kembali menegaskan kepada

pihak kepolisian untuk tidak ragu-ragu

menindak pelaku kekerasan

Koran Tempo pada berita kedua, edisi Selasa, 4 Juni 2008 mengangkat

judul “Koran Tempo Akan Diserbu”. Koran Tempo menuliskan adanya

ancaman yang di sampaikan oleh Munarman untuk menggugat dan menyerbu

kantor Koran Tempo karena telah memfitnahnya melalui foto yang dimuat di

harian ini, Selasa, 3 Juni 2008.

“JAKARTA- Panglima Komando Laskar Islam Munarman mengancam akan menggugat dan menyerbu kantor Koran Tempo, yang

dinilai telah memfitnah dirinya. “Jika dalam 1 x 24 jam Goenawan Mohamad (pendiri Tempo) dan Tempo tak minta maaf, saya akan serbu

dia,” katanya dalam keterangan pers di markas Front Pembela Islam (FPI) di Jalan Petamburan III, Jakarta Pusat, kemarin.”75

Foto tersebut menjadi masalah lantaran dalam foto yang dimuat oleh

Koran Tempo, Munarwan digambarkan sedang mencekik salah seorang pemuda.

Pada caption foto yang ditulis di sebelah kanan, Koran Tempo menuliskan

bahwa pemuda yang dicekik oleh Munarman adalah anggota Aliansi

Kebangsaan. Namun, pada jumpa pers yang diadakan di markas FPI di daerah

75 “Koran Tempo Akan Diserbu”, Koran Tempo, 4 Juni 2008, h. 2, alinea 1. Lebih jelas

lihat di lampiran.

Page 67: KONSTRUKSI REALITAS PADA MEDIA CETAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8223/1/FEBYANTI... · faktualitas. Media memiliki ... Penulisan skripsi dengan judul Konstruksi

Petamburan, Munarman membantah bahwa pemuda itu adalah anggota Aliansi

Kebangsaan. Munarman menyatakan bahwa pemuda yang ada di foto tersebut

adalah anak buahnya.

“Ancaman itu berkaitan dengan pemuatan foto Munarman yang

sedang mencekik seorang pemuda di halaman depan Koran Tempo edisi Selasa. Menurut bekas Ketua Yayasan Lembaga Bantuan Hukum

Indonesia ini, pemuda yang ia cekik adalah anak buahnya yang akan

bertindak anarkistis.”76

Pemuatan foto yang dilakukan oleh Koran Tempo, bagi FPI dan

Munarman adalah fitnah yang telah mencoreng namanya. Sehingga Munarman

mengambil langkah untuk menuntut pengembalian nama baik dengan

menggunakan delik pers. Namun, ancaman yang disampaikan oleh Munarman,

ditanggapi biasa saja oleh Goenawan Mohamad selaku pihak yang dituntut oleh

Munarman untuk meminta maaf :

“Menanggapi ancaman itu, Goenawan Mohamad berkomentar

singkat, “Silakan serbu”.”77

Koran Tempo menuliskan bahwa foto tersebut disebarkan oleh AKKBB

dan berdasarkan sumber dari media lain, yakni Detikcom, pemuda yang

diketahui bernama Ucok Nasrullah, baru dua bulan bergabung dengan FPI. Hal

tersebut bertentangan dengan pernyataan Munarman dan Rizieq Shihab yang

menyatakan bahwa Ucok Nasrullah adalah aktivis senior laskar FPI.

“Nasrullah alias Ucok, pemuda yang dicekik itu, kemarin

ditunjukkan oleh Munarman dan pemimpin FPI, Rizieq Shihab, kepada

pers. Nasrullah disebut sebagai aktivis senior laskar FPI. Tapi, kepada

situs Detikcom, Nasrullah mengatakan baru bergabung di FPI dua

bulan.”78

76 Ibid, alinea 3. “Koran Tempo Akan Diserbu”.

77

Ibid, alinea 2. “Koran Tempo Akan Diserbu”.

78 Ibid, alinea 4. “Koran Tempo Akan Diserbu”.

Page 68: KONSTRUKSI REALITAS PADA MEDIA CETAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8223/1/FEBYANTI... · faktualitas. Media memiliki ... Penulisan skripsi dengan judul Konstruksi

“Nasrullah berada di lokasi ketika massa FPI pada Ahad siang lalu

menyerang para aktivis Aliansi Kebangsaan untuk Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan (AKKBB) di lapangan selatan Monumen Nasional,

Jakarta Pusat. Dalam serangan itu, belasan orang terluka, empat di antaranya dirawat intensif di rumah sakit. Sehari kemudian, Aliansi

mengedarkan foto, termasuk kepada Tempo, yang menggambarkan Munarman sedang mencekik seorang pemuda.”79

Dari kedua alinea tersebut, Koran Tempo berusaha untuk membela diri dan

menyatakan bahwa bukan hanya Koran Tempo yang memuat foto tersebut,

tetapi ada media lain yang juga memuatnya. Koran Tempo juga menegaskan

bahwa yang menyebarkan foto tersebut bukanlah pihaknya, melainkan AKKBB.

Di bagian akhir pemberitaan, Koran Tempo melalui kutipan pernyataan

tokoh senior Muhammadiyah, Ahmad Syafi’i Ma’arif mengatakan mengecam

tindak kekerasan FPI. Dan Koran Tempo tidak lupa kembali menegaskan

kepada pihak kepolisian untuk tidak ragu-ragu menindak pelaku kekerasan dan

menyatakan bahwa aksi yang dilakukan oleh Aliansi Kebangsaan di Lapangan

Silang Monas merupakan aksi damai. Selanjutnya, Ketua Dewan Perwakilan

Rakyat Agung Laksono meminta kepolisian menindak pemimpin FPI jika

terbukti memberikan komando penyerangan. Jika benar, polisi harus

membawanya ke persidangan.

“Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Agung Laksono meminta

kepolisian menindak pemimpin FPI jika terbukti memberikan komando

penyerangan terhadap Aliansi Kebangsaan. “Kalau ternyata ada komando,

siapa yang kasih komando? Kalau pimpinannya, semua diseret ke meja

hijau,” katanya di gedung DPR kemarin.”80

79 Ibid, alinea 5. “Koran Tempo Akan Diserbu”.

80 Ibid, alinea 9. “Koran Tempo Akan Diserbu”.

Page 69: KONSTRUKSI REALITAS PADA MEDIA CETAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8223/1/FEBYANTI... · faktualitas. Media memiliki ... Penulisan skripsi dengan judul Konstruksi

Tabel 12

Koran Tempo : Rabu, 4 Juni 2008

“Insiden Monas Akibat Penjagaan Polisi Lemah”

Problem Identification /

Define Problem Lemahnya pengamanan polisi

Causal Interpretation /

Diagnoses Cause

Penjagaan polisi sangat sedikit sehingga

terjadinya penyerangan brutal oleh FPI

Moral Evaluation /

Make Moral Judgement

Banyaknya massa hanya dijaga oleh satu kompi

personel

Treatment

Recommendation /

Suggest Remedis

-

Koran Tempo pada berita ketiga edisi Rabu, 4 Juni 2008 mengetengahkan

judul “Insiden Monas Akibat Penjagaan Polisi Lemah”. Koran Tempo,

berdasarkan narasumber yang diwawancarainya menuliskan bahwa peristiwa

insiden Monas bisa sampai terjadi diakibatkan lemahnya penjagaan polisi.

Massa melihat hanya ada satu sampai tiga polisi yang berjaga dan

mengamankan aksi.

“JAKARTA - Aliansi Kebangsaan untuk Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan (AKKBB) menilai pengamanan oleh polisi sangat lemah

sehingga terjadi penyerangan brutal oleh laskar Front Pembela Islam (FPI) pada Ahad lalu.”81

“Anik H.T., Koordinator AKKBB, mengatakan saat itu hanya

melihat tiga polisi ketika terjadi penyerangan di lapangan Monumen

Nasional (Monas), Jakarta. “Dua berpakaian polisi, satunya preman,”

katanya kepada Tempo setelah kejadian. “Saya tak tahu polisi menjaga

kami atau kegiatan PDIP (Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan).”82

“Koordinator Media AKKBB Budi Kurniawan juga hanya melihat

seorang polisi ketika penyerangan terjadi pada sekitar pukul 13.30 WIB.

81 “Insiden Monas Akibat Penjagaan Polisi Lemah”, Koran Tempo, 4 Juni 2008, h. 2,

alinea 1. Lebih jelas lihat di lampiran.

82 Ibid, alinea 2. “Insiden Monas Akibat Penjagaan Polisi Lemah”.

Page 70: KONSTRUKSI REALITAS PADA MEDIA CETAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8223/1/FEBYANTI... · faktualitas. Media memiliki ... Penulisan skripsi dengan judul Konstruksi

“Berpakaian preman, menggenggam pistol, berusaha mencegah aksi brutal

FPI,” katanya di Galeri Nasional sesaat setelah kejadian.”83

Koran Tempo menggambarkan bagaimana riuhnya keadaan saat perayaan

Hari Lahir Pancasila ke-63, 1 Juni 2008. Pada hari itu ada beberapa massa yang

melakukan aksi, antara lain PDIP yang menggelar acara jalan sehat, Hizbut

Tahrir Indonesia, FPN dan buruh yang berunjuk rasa menolak kenaikan harga

bahan bakar minyak di depan Istana Merdeka, seberang Monas. Selain itu ada

massa AKKBB yang hendak melakukan aksi damai dan massa FPI. Riuhnya

massa tersebut hanya dijaga oleh satu kompi personel, di mana satu kompi

personel terdiri dari tiga pleton, satu pleton terdiri dari 12 orang. Jumlah

keseluruhan satu kompi personel adalah 36 orang dan mereka harus menjaga

ribuan orang yang melakukan aksi pada hari tersebut. Menanggapi tuduhan

tersebut, polisi membantah adanya penjagaan yang lemah dan membiarkan

penyerangan terjadi.

“Namun, polisi membantah adanya penjagaan yang lemah membiarkan penyerangan terjadi. “Mana ada, sih, polisi yang membiarkan

itu terjadi?” ujar Komisaris Besar Budi Winarso, Kepala Biro Operasi

Kepolisian Daerah Metro Jakarta, kemarin. Menurut dia, petugas yang

berjaga waktu itu dari Polda Metro Jaya dan Polres Jakarta Pusat.”84

2. Frame Republika

Analisis berita insiden Monas di harian Republika dilakukan untuk

menjawab pertanyaan riset peneliti, yaitu mengetahui penekanan dan seleksi isu

yang dilakukan oleh tim redaksi Republika pada pemberitaan terkait penyebab

terjadinya insiden Monas. Di bawah ini adalah uraian dari frame Republika

dalam bahasan utama mengenai penyebab terjadinya insiden Monas :

83 Ibid, alinea 3. “Insiden Monas Akibat Penjagaan Polisi Lemah”.

84 Ibid, alinea 7. “Insiden Monas Akibat Penjagaan Polisi Lemah”.

Page 71: KONSTRUKSI REALITAS PADA MEDIA CETAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8223/1/FEBYANTI... · faktualitas. Media memiliki ... Penulisan skripsi dengan judul Konstruksi

Tabel 13

Republika : Senin, 2 Juni 2008

“Bentrokan Akibat Pemerintah Lamban”

Problem Identification /

Define Problem Persoalan Ahmadiyah

Causal Interpretation /

Diagnoses Cause

Ketidaktegasan pemerintah menyelesaikan

persoalan Ahmadiyah

Moral Evaluation /

Make Moral Judgement

Pemerintah terlalu berhati-hati menangani

masalah Ahmadiyah, sehingga berimplikasi

terhadap terjadinya bentrokan yang melibatkan

FPI dan AKKBB

Treatment

Recommendation /

Suggest Remedis

Segera menerbitkan Surat Keputusan Bersama

(SKB)

Republika pada edisi Senin, 2 Juni 2008, menjadikan peristiwa yang

melibatkan antara FPI dan AKKBB di Lapangan Silang Monas sebagai bahasan

utama dan mengetengahkan judul “Bentrokan Akibat Pemerintah Lamban”.

Republika dalam hal ini mengidentifikasikan bahwa persoalan Ahmadiyah

menjadi pemicu utama penyebab terjadinya insiden Monas. Persoalan

Ahmadiyah merupakan persoalan yang sudah lama terjadi namun, pemerintah

dalam menangani kasus ini dinilai lamban dan tidak memiliki ketegasan.

Republika mengkonstruksikan bahwa penyebab utama terjadinya insiden

Monas akibat sikap ketidaktegasan dan ketidaktepatan pemerintah dalam

menyelesaikan persoalan Ahmadiyah. Hal tersebut dapat terlihat dari judul yang

diambil. Di mana secara langsung Republika memberikan pernyataan bahwa

pemerintahlah yang seharusnya bertanggung jawab terhadap peristiwa tersebut.

Tidak hanya terlihat dari judulnya saja, selanjutnya kita dapat melihat pada

Page 72: KONSTRUKSI REALITAS PADA MEDIA CETAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8223/1/FEBYANTI... · faktualitas. Media memiliki ... Penulisan skripsi dengan judul Konstruksi

bagian lead, yaitu berupa lead pernyataan sikap Republika terhadap peristiwa

tersebut.

“JAKARTA – Bentrokan antara massa Aliansi Kebangsaan untuk

Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan (AKKBB) dengan Front Pembela Islam (FPI) dinilai merupakan buntut dari lambannya pemerintah

menangani masalah Ahmadiyah.”85

Lead tersebut diperkuat dengan beberapa pernyataan dari narasumber yang

kemudian oleh pihak Republika dijadikan kutipan untuk lebih memperkuat judul

yang mereka ambil. Salah satu narasumber yang diwawancarai oleh Republika

adalah Hamdan, Wakil Ketua Umum Partai Bulan Bintang (PBB), ia

menyatakan bahwa pihaknya sudah mengingatkan pemerintah bahwa sikap

pemerintah yang tidak tegas dan tidak tepat dalam menyelesaikan persoalan

Ahmadiyah, akan menimbulkan bentrokan yang dikhawatirkan tidak hanya

terjadi di Jakarta saja tetapi bisa meluas ke daerah-daerah lain di luar Jakarta.

“Hamdan menyatakan bahwa pihaknya sudah mewanti-wanti pemerintah bahwa ketidaktegasan dan ketidaktepatan dalam

menyelesaikan masalah Ahmadiyah bisa mengakibatkan bentrokan. Hamdan mengaku khawatir bentrokan yang terjadi kemarin tak hanya akan

terjadi di Jakarta, tapi juga akan menjalar ke daerah-daerah lain. “Ini bisa

makin panas”, katanya.”86

Hal senada juga diungkapkan oleh Kuasa Hukum Forum Umat Islam (FUI),

Munarman. Ia menilai bahwa bentrokan terjadi karena langkah tegas pemerintah

soal Ahmadiyah tak kunjung diterapkan. Langkah pemerintah yang super hati-

hati dinilainya membuat situasi masyarakat tak menentu.

Republika menilai bahwa pemerintah yang harusnya bertanggung jawab

terhadap insiden tersebut. Republika juga mengkonstruksikan melalui kutipan

pernyataan Munarman adanya pihak-pihak yang secara sengaja memprovokasi

85 “Bentrokan Akibat Pemerintah Lamban”, Republika, 2 Juni 2008, h. 1, alinea 1. Lebih

jelas lihat di lampiran.

86 Ibid, alinea 2. “Bentrokan Akibat Pemerintah Lamban”.

Page 73: KONSTRUKSI REALITAS PADA MEDIA CETAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8223/1/FEBYANTI... · faktualitas. Media memiliki ... Penulisan skripsi dengan judul Konstruksi

pihak lain dalam insiden Monas dan juga adanya keterlibatan umat agama lain

yang turut campur dalam menanggapi persoalan Ahmadiyah, pernyataan

tersebut yaitu :

“Potensi bentrok semakin terbaca, kata Munarman, karena yang

berdemonstrasi mendukung Ahmadiyah seperti yang kemarin terjadi di Monumen Nasional (Monas) – bukan hanya aktivis, tapi juga umat agama

lain. Mereka, kata Munarman, bahkan menuding FUI sebagai umat yang

kafir. “Disitu marahnya umat,” kata Munarman.” 87

Pada alinea ke enam, Republika menggambarkan secara selintas

bagaimana peristiwa tersebut terjadi. Dengan mengambil kutipan dari salah

seorang anggota AKKBB yang menyatakan bahwa polisi bergerak lamban

dalam peristiwa tersebut. Namun, pada alinea ke tujuh, Republika memuat

keterangan dari Kepala Polres Jakarta Pusat, Komisaris Besar Heru Winarko

yang membantah tuduhan salah seorang massa AKKBB tersebut. Ia

memaparkan bahwa massa AKKBB telah menyalahi aturan. Pada awalnya

mereka hanya berdemonstrasi di Bundaran Hotel Indonesia, namun mereka

malah bergerak menuju Monas.

“Bentrokan di Monas kemarin terjadi setelah makan mi massal

bubar. Tak diketahui pasti apa pemicu bentrokan itu. Salah seorang

pendemo dari AKKBB, Yudhi, mengatakan sebanyak 12 orang massa

AKKBB lainnya berlari tunggang-langgang. “Polisi geraknya lamban,”

Yudhi menyesalkan.”88

“Tapi, Kepala Polres Jakarta Pusat, Komisaris Besar Heru

Winarko, menyesalkan massa AKKBB. Pasalnya, mereka mulanya hanya

berencana berdemonstrasi di Bundaran Hotel Indonesia. “Ternyata,

mereka menuju Monas juga,” sesalnya.”89

87 Ibid, alinea 5. “Bentrokan Akibat Pemerintah Lamban”.

88

Ibid, alinea 6. “Bentrokan Akibat Pemerintah Lamban”.

89 Ibid, alinea 7. “Bentrokan Akibat Pemerintah Lamban”.

Page 74: KONSTRUKSI REALITAS PADA MEDIA CETAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8223/1/FEBYANTI... · faktualitas. Media memiliki ... Penulisan skripsi dengan judul Konstruksi

Menanggapi peristiwa yang terjadi di Monas tersebut, Republika

memberikan solusi kepada pemerintah untuk segera menerbitkan Surat

Keputusan Bersama (SKB) Menteri Dalam Negeri, Menteri Agama dan Jaksa

Agung. Hal tersebut dapat terlihat pada alinea ke tiga, yaitu berupa kutipan

pernyataan Hamdan.

“Jika pemerintah sudah menerbitkan Surat Keputusan Bersama

(SKB) Menteri Dalam Negeri, Menteri Agama dan Jaksa Agung tentang

penghentian kegiatan Ahmadiyah, Hamdan menilai bentrokan tak akan

terjadi. Situasi menggantung dinilainya bisa dimanfaatkan untuk

memprovokasi masyarakat. Jadi, “sekarang, saatnya ambil keputusan,”

tandas Hamdan.”90

Tabel 14

Republika : Selasa, 3 Juni 2008

“Masyarakat Diimbau tak Lakukan Provokasi”

Problem Identification /

Define Problem Tuntutan penyelesaian Ahmadiyah

Causal Interpretation /

Diagnoses Cause

Penodaan terhadap agama Islam oleh

Ahmadiyah

Moral Evaluation /

Make Moral Judgement

Ahmadiyah tidak mengakui nabi Muhammad

sebagai nabi terakhir, merupakan penodaan

agama Islam

Treatment

Recommendation /

Suggest Remedis

Surat keputusan bersama (SKB) mendesak

untuk diterbitkan

Republika pada edisi Selasa, 3 Juni 2008 kembali menjadikan insiden

Monas sebagai bahasan utama dengan mengetengahkan judul “Masyarakat

Diimbau tak Lakukan Provokasi”. Republika mengidentifikasikan insiden

Monas yang melibatkan antara FPI dan AKKBB sebagai bentuk dari tuntutan

90 Ibid, alinea 3. “Bentrokan Akibat Pemerintah Lamban”.

Page 75: KONSTRUKSI REALITAS PADA MEDIA CETAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8223/1/FEBYANTI... · faktualitas. Media memiliki ... Penulisan skripsi dengan judul Konstruksi

masyarakat kepada pemerintah dalam penyelesaian Ahmadiyah. Republika

menilai Ahmadiyah telah melakukan tindakan penodaan dan penistaan agama

yang memancing terjadinya bentrok antara kedua ormas tersebut. Masalah

Ahmadiyah merupakan hal yang sangat rumit, karena tidak mengakui

Muhammad SAW sebagai nabi terakhir. Republika menjelaskan melalui kutipan

pernyataan Jimly Asshiddiqie, Ketua Mahkamah Konstitusi dan M. Sholeh

Amin, Ketua Lembaga Penyuluhan Bantuan Hukum PBNU, bahwa keyakinan

Ahmadiyah adanya nabi terakhir setelah nabi Muhammad SAW merupakan

bagian dari penodaan dan penistaan agama, apalagi Ahmadiyah mengklaim

dirinya sebagai Islam.

“Dia mencontohkan masalah Ahmadiyah yang disebutnya rumit

karena tak mengakui Muhammad SAW sebagai nabi terakhir, tapi tetap mengklaim sebagai Islam.”91

“...Menurutnya, keyakinan Ahmadiyah bahwa ada nabi setelah

Muhammad SAW merupakan penodaan Islam.”92

Republika kembali menjelaskan melalui pernyataan yang disampaikan

oleh Jimly Asshiddiqie, bahwa konflik agama yang terjadi saat ini akibat dari

mengekspresi kebebasan yang menggebu-gebu pada setiap individu.

“Salah satu penyebab yang melatar belakangi konflik antarumat

beragama karena terlalu menggebu-gebu mengekspresikan kebebasan...”93

Perubahan sistem pemerintahan yang pada awalnya bersifat otoriter berdasarkan

kekuasaan mantan Presiden Soeharto, akhirnya tumbang pada tahun 1998.

Dalam era sepuluh tahun terakhir sistem pemerintahan demokrasi pun kian

berkembang di Indonesia. Sistem demokrasi tersebut tidak serta merta

91 “Masyarakat Diimbau tak Lakukan Provokasi”, Republika, 3 Juni 2008, h. 1, alinea 7.

Lebih jelas lihat di lampiran.

92

Ibid, alinea 8, baris 6. “Masyarakat Diimbau tak Lakukan Provokasi”.

93 Ibid, alinea 4. “Masyarakat Diimbau tak Lakukan Provokasi”.

Page 76: KONSTRUKSI REALITAS PADA MEDIA CETAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8223/1/FEBYANTI... · faktualitas. Media memiliki ... Penulisan skripsi dengan judul Konstruksi

memberikan kedamaian bagi masyarakat pada umumnya, kebebasan saat ini

lebih cenderung kelewat batas dan bersifat provokatif. Sehingga butuh kearifan

dalam mengungkapkan kebebasan berekspresi. Seperti apa yang Republika kutip

dari pernyataan Jimly Asshiddiqie :

“Perubahan demokrasi sepuluh tahun terakhir membutuhkan

kearifan dalam mengungkapkan kebebasan berekspresi. “Jadi, kalau

mengekspresikan kebebasan yang provokatif, itu juga mengundang reaksi

yang tidak perlu, katanya”.”94

Republika juga menyampaikan adanya kekhawatiran isu pembubaran

Ahmadiyah menjadi pembubaran FPI. Republika menilai adanya pihak-pihak

yang sengaja berusaha untuk mengadu domba antar umat Islam. Namun, isu

pembubaran FPI dipertegas dengan pernyataan dari Jimly Asshiddiqie, bahwa

penyelesaian konflik dan tuntutan pembubaran FPI harus diselesaikan melalui

jalur hukum. Jimly menyatakan bahwa yang memiliki kewenangan untuk

membubarkan organisasi massa seperti FPI adalah Pengadilan, bukan

Mahkamah Konstitusi (MK), seperti pernyataan yang dikutip oleh Republika :

“...Kalau yang dibubarkan itu parpol, di MK. Kalau ormas, di

pengadilan biasa.”95

Jimly juga mengkhawatirkan akan adanya adu domba pada umat beragama

jika pembahasan mengenai penyebab insiden Monas terus berkembang. Ia

menilai bahwa persoalan internal umat beragama hendaknya diselesaikan

dengan cara dialog. Di lain pihak, Ketua DPP Partai Persatuan Pembangunan

mengingatkan agar upaya penodaan terhadap agama Islam harus di lawan dan

jangan sampai isu penodaan tersebut bergeser menjadi isu kekerasan oleh FPI.

“Upaya penodaan agama Islam harus di lawan. Jangan bergeser

karena isu kekerasan oleh FPI, kata pimpinan majelis pakar DPP PPP.”96

94 Ibid, alinea 3. “Masyarakat Diimbau tak Lakukan Provokasi”.

95 Ibid, alinea 5, baris 7. “Masyarakat Diimbau tak Lakukan Provokasi”.

Page 77: KONSTRUKSI REALITAS PADA MEDIA CETAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8223/1/FEBYANTI... · faktualitas. Media memiliki ... Penulisan skripsi dengan judul Konstruksi

Isu pergeseran persoalan penistaan agama juga di sampaikan oleh Politikus

Partai Golkar, Agun Gunandjar, yang berpendapat bahwa penghormatan

terhadap keragaman beragama berbeda dengan persoalan penistaan agama. Ia

juga mengingatkan agar masalah tersebut jangan dikaburkan menjadi isu

kebhinekaan.

Republika memberikan solusi, yaitu dengan meminta ormas AKKBB agar

mawas diri dan menghentikan provokasi. Di lain pihak, Republika juga

mendesak pemerintah untuk segera menerbitkan surat keputusan bersama (SKB)

Ahmadiyah. Republika dalam hal ini menghormati kebebasan bagi setiap umat

untuk hidup dalam agama dan kepercayaan masing-masing, tetapi tidak

diartikan bahwa kebebasan tersebut dengan melakukan tindakan penistaan

terhadap agama lain.

Tabel 15

Republika : Rabu, 4 Juni 2008

“Akar Masalahnya Ahmadiyah”

Problem Identification /

Define Problem Persoalan Ahmadiyah

Causal Interpretation /

Diagnoses Cause

Ketidaktegasan pemerintah terhadap

Ahmadiyah

Moral Evaluation /

Make Moral Judgement

Masalah Ahmadiyah bukan soal kebebasan

beragama dan berkeyakinan, tapi penodaan

agama Islam

Treatment

Recommendation /

Suggest Remedis

Bersikap tenang dan meredam emosi

96 Ibid, alinea 9. “Masyarakat Diimbau tak Lakukan Provokasi”.

Page 78: KONSTRUKSI REALITAS PADA MEDIA CETAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8223/1/FEBYANTI... · faktualitas. Media memiliki ... Penulisan skripsi dengan judul Konstruksi

Republika pada edisi Rabu, 4 Juni 2008 masih menjadikan insiden Monas

sebagai bahasan utama dengan mengangkat judul “Akar Masalahnya

Ahmadiyah”. Pada edisi ini, secara tegas Republika mendefiniskan masalah

terhadap persoalan Ahmadiyah. Republika menilai persoalan Ahmadiyah yang

tak kunjung diselesaikan dan pada akhirnya memicu konflik antarumat

beragama. Pernyataan Ketua DPR Agung Laksono, seperti yang dikutip oleh

Republika menyatakan bahwa kerusuhan yang terjadi di Monas harus

diselesaikan secara hukum dan aparat diminta untuk bersikap adil. Di lain pihak

ia juga menyatakan bahwa penyebab utama terjadinya kerusuhan tersebut adalah

permasalahan Ahmadiyah yang harus diselesaikan secepatnya.

“Para pelaku kerusuhan Monas harus dihukum, tapi masyarakat

jangan melupakan akar masalah, yakni Ahmadiyah yang hingga kini belum dibubarkan. “Ini penyebab utamanya menyangkut Ahmadiyah.

Harus segera diselesaikan Ahmadiyahnya, sementara pelaku kriminal diproses secara hukum,” kata Agung, Selasa (3/6).”97

Republika melalui kutipan pernyataan salah satu narasumbernya menilai

bahwa penyebab tidak terselesaikan masalah Ahmadiyah, dikarenakan sikap

ketidaktegasan pemerintah dalam menangani permasalahan tersebut terutama

tak kunjung keluarnya surat keputusan bersama (SKB) Ahmadiyah.

“Akar masalah insiden Monas, diakui Ketua FPDIP, Tjahjo

Kumolo, adalah ketidaktegasan pemerintah menyikapi keberadaan

Ahmadiyah. Pembiaran Ahmadiyah memicu keresahan karena surat

keputusan bersama (SKB) soal Ahmadiyah terus diulur-ulur.”98

“Sayangnya, komitmen itu tak pernah muncul. Harusnya

pemerintah tegas dan tidak ragu-ragu, katanya.”99

97 “Akar Masalahnya Ahmadiyah”, Republika, 4 Juni 2008, h. 1, alinea 2. Lebih jelas lihat

di lampiran.

98

Ibid, alinea 4. “Akar Masalahnya Ahmadiyah”.

99 Ibid, alinea 5. “Akar Masalahnya Ahmadiyah”.

Page 79: KONSTRUKSI REALITAS PADA MEDIA CETAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8223/1/FEBYANTI... · faktualitas. Media memiliki ... Penulisan skripsi dengan judul Konstruksi

“Hasyim menyesalkan sikap pemerintah yang tak tegas terhadap

Ahmadiyah. “Pemerintah lebih banyak berwacana daripada melakukan tindakan preventif dan represif”.”100

Republika kembali menegaskan bahwa persoalan Ahmadiyah bukan masalah

kebebasan beragama dan berkeyakinan, melainkan penodaan terhadap agama

tertentu, dalam hal ini Islam.

“Sebenarnya masalah Ahmadiyah bukan soal kebebasan beragama

dan berkeyakinan, tapi penodaan agama tertentu, dalam hal ini Islam.”101

Republika menghendaki agar semua pihak bersikap tenang dan meredam

emosi. Tidak terpancing oleh isu-isu seperti tuntutan dari gerakan GP Ansor

untuk membubarkan FPI secara paksa yang dapat membuat memanasnya situasi.

“Menyikapi memanasnya situasi, pemimpin pondok pesantren Al-

Mizan, Jatiwangi, Majalengka, Maman Imanulhaq Faqieh, meminta semua

pihak meredam emosi. Menurut Maman yang menjadi salah satu korban kasus Monas, pesantren mengajarkan damai dan menghargai rasionalitas

serta perbedaan.”102

“Kami akan meredam massa di bawah, kata Maman. Kekerasan, tegasnya harus dihentikan kepada siapa pun dan atas nama siapa saja.”103

100 Ibid, alinea 8. “Akar Masalahnya Ahmadiyah”.

101

Ibid, alinea 7. “Akar Masalahnya Ahmadiyah”.

102

Ibid, alinea 13. “Akar Masalahnya Ahmadiyah”.

103 Ibid, alinea 14. “Akar Masalahnya Ahmadiyah”.

Page 80: KONSTRUKSI REALITAS PADA MEDIA CETAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8223/1/FEBYANTI... · faktualitas. Media memiliki ... Penulisan skripsi dengan judul Konstruksi

Tabel 16

Republika : Kamis, 5 Juni 2008

“Umat Islam Diminta Bersatu”

Problem Identification /

Define Problem Ajang adu domba sesama penganut Islam

Causal Interpretation /

Diagnoses Cause Persoalan Ahmadiyah

Moral Evaluation /

Make Moral Judgement GP Ansor & FPI sama-sama penganut Islam

Treatment

Recommendation /

Suggest Remedis

Umat diminta bersatu dan desakan penerbitan

Surat Keputusan Bersama (SKB)

Republika pada edisi Kamis, 5 Juni 2008 masih menjadikan insiden Monas

sebagai bahasan utama, yaitu dengan mengangkat judul “Umat Islam Diminta

Bersatu”. Republika sebagaimana yang tertulis pada bagian lead menjelaskan

bahwa situasi saat ini dinilai menjadi ajang adu domba sesama penganut Islam.

“JAKARTA – Umat Islam diminta waspada terkait situasi

pascakerusuhan di Monas, Ahad (1/6) lalu. Situasi saat ini dinilai sudah begeser menjadi ajang adu domba sesama penganut Islam.”

104

“Anggota Forum Peduli Umat dan Bangsa (FPUB), Ferry Nur,

berharap umat cerdas agar tidak mudah tersulut provokasi yang merugikan...”105

Republika kembali menegaskan bahwa persoalan utama terjadinya

bentrokan adalah persoalan Ahmadiyah yang belum juga terselesaikan.

Beberapa pihak merasa kecewa dengan sikap pemerintah yang tidak tegas dan

terkesan adanya perbedaan perlakuan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono

dalam kasus Monas dan Ahmadiyah.

104 “Umat Islam Diminta Bersatu”, Republika, 5 Juni 2008, h. 1, alinea 1. Lebih jelas lihat

di lampiran.

105 Ibid, alinea 2. “Umat Islam Diminta Bersatu”.

Page 81: KONSTRUKSI REALITAS PADA MEDIA CETAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8223/1/FEBYANTI... · faktualitas. Media memiliki ... Penulisan skripsi dengan judul Konstruksi

“Koordinator FPUB, KH Fikri Bareno, merasa heran perbedaan

perlakuan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dalam kasus Monas. “Saya bangga setelah insiden Monas, Presiden berpidato dengan gagah,

menyesalkan kejadian itu. Tapi, mengapa Presiden tak berpidato segagah dan setegas itu dalam hal pembubaran Ahmadiyah?”.”106

Republika kembali menuliskan pernyataan KH. Hasyim Muzadi yang

menyatakan bahwa Ahmadiyah merupakan aliran sesat dan menyimpang dari

ajaran Islam, seperti yang ia nyatakan pada edisi Rabu, 4 Juni 2008.

“Sebenarnya masalah Ahmadiyah bukan soal kebebasan beragama

dan berkeyakinan, tapi penodaan agama tertentu, dalam hal ini Islam.”

Pada edisi Kamis, 5 Juni 2008 ini, Republika seakan mempertegas kembali

penyataan Hasyim Muzadi dengan menyatakan bahwa Ahmadiyah

menyimpang.

“Hasyim juga tidak menampik bahwa Ahmadiyah merupakan aliran sesat yang menyimpang dari Islam. “Yang penting itu caranya. Dia

(Ahmadiyah) kan masih nongkrong di kaum Muslimin. Tentu harus dihadapi dengan dakwah. Karena keyakinan tidak bisa dihilangkan dengan

kekerasan,” katanya.”107

Agar pergesaran isu menjadi ajang adu domba tidak semakin memanas,

Republika, melalui pernyataan beberapa narasumbernya meminta agar umat

bersatu, menjaga ukhuwah dan merapatkan barisan. Umat diminta untuk tidak

mudah terprovokasi yang pada akhirnya akan merugikan banyak pihak.

“...siapa yang untung dari pertikaian antara Ansor dan Front

Pembela Islam (FPI). Ansor penganut Islam, FPI juga Islam. Mereka

jangan mau di adu domba oleh pihak lain, kata Fery, Rabu (4/6).”108

“Daripada saling serang, Sekjen Komite Indonesia untuk

Solidaritas Palestina (KISPA) ini mengimbau umat bersatu dan menjaga

ukhuwah.“FPUB menyeru umat merapatkan barisan”.”109

106 Ibid, alinea 4. “Umat Islam Diminta Bersatu”.

107

Ibid, alinea 6. “Umat Islam Diminta Bersatu”.

108

Ibid, alinea 2. baris 5. “Umat Islam Diminta Bersatu”.

109 Ibid, alinea 3. “Umat Islam Diminta Bersatu”.

Page 82: KONSTRUKSI REALITAS PADA MEDIA CETAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8223/1/FEBYANTI... · faktualitas. Media memiliki ... Penulisan skripsi dengan judul Konstruksi

Republika juga meminta kepada pemerintah agar bersikap tegas dengan

segera menerbitkan surat keputusan bersama (SKB). Namun, menanggapi

penerbitan SKB tersebut, juru bicara kepresidenan, Andi Mallarangeng

menjelaskan bahwa penerbitan SKB masih dalam proses dan merupakan sesuatu

yang tidak mudah untuk dilakukan karena menyangkut masalah sensitif.

“Juru bicara Presiden, Andi Mallarangeng, menjelaskan, SKB

Ahmadiyah masih dalam proses. “Ini menyangkut masalah sensitif”.”110

Republika menjelaskan pada bagian akhir tulisan pada edisi ini, kutipan

pernyataan juru bicara Depdagri, Saut Situmorang yang menegaskan bahwa

Mendagri telah mengirimkan surat teguran ke FPI dan AKKBB. FPI ditegur

karena penyerangannya mengganggu ketertiban umum, sedangkan AKKBB

ditegur karena apel akbar yang dilakukannya memicu penyerangan. Tidak hanya

itu, Republika dalam tulisannya seolah menolak penetapan tersangka kepada

pimpinan FPI, Habib Rizieq Shihab oleh polisi. Hal tersebut dapat dilihat

melalui kutipan pernyataan pengacara FPI, Mahendradatta yang menyatakan

bahwa status tersangka itu belum sah dikarenakan berita acara pemeriksaaan

(BAP) belum selesai. Republika juga mengklarifikasi tudingan yang

disampaikan oleh berbagai pihak yang menyatakan bahwa Munarman, Panglima

Komando Laskar Islam, pergi melarikan diri. Seperti yang terlihat melalui

penulisan kutipan pernyataan Munarman, bahwa :

“Saya belum datang ke Polda agar hukum berjalan lebih adil dan

seimbang.”111

110 Ibid, alinea 10. “Umat Islam Diminta Bersatu”.

111 Ibid, alinea 15. “Umat Islam Diminta Bersatu”.

Page 83: KONSTRUKSI REALITAS PADA MEDIA CETAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8223/1/FEBYANTI... · faktualitas. Media memiliki ... Penulisan skripsi dengan judul Konstruksi

Tabel 17

Republika : Jumat, 6 Juni 2008

“14 OKP : Jangan Ada Diskriminasi”

Problem Identification /

Define Problem Persoalan Ahmadiyah

Causal Interpretation /

Diagnoses Cause

Pemerintah lamban mengambil keputusan

tentang Ahmadiyah

Moral Evaluation /

Make Moral Judgement

Pro-kontra Ahmadiyah adalah rekayasa politik

pemerintah

Treatment

Recommendation /

Suggest Remedis

Pemerintah bersikap adil dan tidak diskriminatif

Republika pada edisi Jumat, 6 Juni 2008, menjadikan insiden Monas

sebagai bahasan utama dengan mengangkat judul “14 OKP : Jangan Ada

Diskriminasi”. Pada pemberitaannya Republika memuat pernyataan 14

Organisasi Kemasyarakatan dan Pemuda (OKP) yang tergabung dalam Forum

Pemuda Mahasiswa Islam (FPMI). Dalam pemberitaan ini, Republika lagi-lagi

mengidentifikasikan permasalahan Ahmadiyah sebagai pemicu terjadinya

insiden Monas. Dalam pemberitaannya, Republika memposisikan pemerintah

sebagai aktor yang harus bertanggung jawab atas terjadinya insiden tersebut.

Pemerintah dinilai lamban dalam menanggapi persoalan Ahmadiyah, terutama

dalam penerbitan surat keputusan bersama (SKB) tentang Ahmadiyah. Banyak

pihak yang menilai jika pemerintah bertindak tegas terhadap permasalahan

Ahmadiyah dan segera menerbitkan SKB, insiden Monas tidak akan mungkin

terjadi.

Page 84: KONSTRUKSI REALITAS PADA MEDIA CETAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8223/1/FEBYANTI... · faktualitas. Media memiliki ... Penulisan skripsi dengan judul Konstruksi

“FPMI menganggap ketidaktegasan pemerintah terhadap

Ahmadiyah merupakan pemicu bentrokan. “Kalau pemerintah cepat mengambil keputusan soal Ahmadiyah, insiden tak akan terjadi,” imbuh

Syahrul.”112

Republika juga mempertanyakan tanggung jawab pemerintah terhadap

permasalahan Ahmadiyah. Seperti yang dikutip dari wawancara dengan KH

Didin Hafidhuddin, sebagai berikut :

“Kelambanan pemerintah membubarkan Ahmadiyah justru

menjadi pangkal masalah. “Pemerintah berkali-kali janji (soal

Ahmadiyah). Pemimpin yang memberi pernyataan dan tak

mewujudkannya, bagaimana bisa dipercaya?”.”113

Kutipan tersebut menggambarkan bahwa pemerintahan saat ini tidak dapat

dipercaya, karena berulang kali janji menyelesaikan persoalan ahmadiyah, tetapi

tidak pernah diwujudkan secara nyata.

Republika melalui pernyataan Amien Rais menyatakan bahwa pro-kontra

Ahmadiyah sebagai pemicu insiden Monas merupakan rekayasa politik yang

dilakukan oleh pemerintah untuk mengalihkan perhatian masyarakat.

“Di Yogyakarta, mantan ketua MPR, Amien Rais, meminta

masyarakat menahan diri. Akar kerusuhan Monas, yaitu pro-kontra

Ahmadiyah adalah rekayasa politik. “Rezim yang gagal menyejahterakan

rakyat, menambah pengangguran dan kemiskinan, pasti akan mencari isu

untuk mengalihkan perhatian rakyat”.”114

Pemerintah lagi-lagi dituduh oleh Republika sebagai pihak yang bertanggung

jawab atas terjadinya insiden Monas. Terlepas dari beberapa pernyataan yang

Republika kutip, dalam pemberitaan ini Republika meminta kepada pemerintah

untuk mencermati akar permasalahan pemicu bentrokan dan pemerintah diminta

untuk bersikap adil dan tidak diskriminatif dalam penyelesaian insiden Monas.

112 “14 OKP : Jangan Ada Diskriminasi”, Republika, 6 Juni 2008, h. 1, alinea 4. Lebih

jelas lihat di lampiran.

113

Ibid, alinea 8. “14 OKP : Jangan Ada Diskriminasi”.

114

Ibid, alinea 10. “14 OKP : Jangan Ada Diskriminasi”.

Page 85: KONSTRUKSI REALITAS PADA MEDIA CETAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8223/1/FEBYANTI... · faktualitas. Media memiliki ... Penulisan skripsi dengan judul Konstruksi

Tabel 18

Republika : Sabtu, 7 Juni 2008

“Ustadz Jeffry : SBY Harus Adil”

Problem Identification /

Define Problem

Penegakan hukum pembubaran Ahmadiyah

Indonesia

Causal Interpretation /

Diagnoses Cause Lambatnya penerbitan SKB Ahmadiyah

Moral Evaluation /

Make Moral Judgement

Pasal 2 UU PNPS No 1/1965 tentang Pencegahan

Penyalahgunaan dan/atau Penodaan Agama

Treatment

Recommendation /

Suggest Remedis

a. Segera menerbitkan SKB dan bubarkan

Ahmadiyah

b. Umat Islam bersatu, pemerintah bersikap adil

Republika pada edisi Sabtu, 7 Juni 2008, yang mana merupakan edisi

terakhir harian ini menjadikan insiden Monas sebagai bahasan utama. Pada edisi

ini Republika mengangkat judul “Ustadz Jeffry : SBY Harus Adil”. Republika

mengidentifikasikan penegakan hukum pembubaran Ahmadiyah Indonesia.

Karena dalam bahasan utama sebelumnya, Republika menilai pemerintah telah

gagal mencermati akar permasalahan insiden Monas dan bertindak tegas

terhadap persoalan Ahmadiyah. Republika secara tegas mengidentifikasikan

penegakan hukum terhadap pembubaran Ahmadiyah Indonesia.

Penerbitan SKB Ahmadiyah bagi Republika sangatlah mendesak.

Menanggapi perkembangan penerbitan SKB tersebut, Jaksa Agung, Hendarman

Supandji mengungkapkan bahwa SKB Ahmadiyah tidak dapat membubarkan

Jemaat Ahmadiyah Indonesia (JAI). Dikarenakan tidak adanya instruksi

pembubaran, sesuai Pasal 2 UU PNPS No. 1/1965 tentang Pencegahan

Penyalahgunaan dan/atau Penodaan Agama.

Page 86: KONSTRUKSI REALITAS PADA MEDIA CETAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8223/1/FEBYANTI... · faktualitas. Media memiliki ... Penulisan skripsi dengan judul Konstruksi

Ustadz Jeffry Al Buchori dalam menanggapi insiden Monas, meminta

umat Islam memperkuat persatuan dan jangan mau diadu domba. Kepada umat

non-Islam, Uje meminta kepada mereka untuk bersikap bijaksana dan

memberikan kesempatan kepada umat Islam sendiri yang menyelesaikan

permasalahan tersebut. Untuk pemerintah sendiri, Uje meminta pemerintah

bersikap adil.

“Dengan kejadian itu, umat Islam harus memperkuat persatuan dan

jangan mau diadu domba. Kepada masyarakat non-Islam, ustadz Jeffry

juga mengimbau agar bersikap bijaksana. “Biarkan kami menyelesaikan

urusan agama kami,” tegasnya.”115

Selain meminta agar umat Islam tetap bersatu, Republika juga meminta

penerbitan segera SKB dan membubarkan Ahmadiyah secepatnya. Karena,

keberadaan Ahmadiyah dan terlambatnya penerbitan SKB merupakan akar

masalah terjadinya insiden Monas.

B. Temuan dan Analisis Perangkat Framing Robert N. Entman

Peneliti akan menjabarkan beberapa hasil temuan dari headline berita

Koran Tempo dan Republika terkait dengan penyebab terjadinya insiden Monas.

Peneliti akan menjabarkan sesuai dengan perangkat model framing yang peneliti

gunakan, yaitu framing model Robert N. Entman yang terdiri dari empat

struktur, antara lain : Pertama, problem identification / define problem

(pendefinisian masalah). Kedua, causal interpretation / diagnose causes

(sumber masalah). Ketiga, moral evaluation / make moral judgement (membuat

115 Ustadz Jeffry : SBY Harus Adil, Republika, 7 Juni 2008, h. 1, alinea 3. Lebih jelas

lihat di lampiran.

Page 87: KONSTRUKSI REALITAS PADA MEDIA CETAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8223/1/FEBYANTI... · faktualitas. Media memiliki ... Penulisan skripsi dengan judul Konstruksi

keputusan moral). Keempat, treatment recommendation / suggest remedis

(solusi).

Tabel 19

Problem Identification / Define Problem Koran Tempo dan Republika

No Koran Tempo No Republika

1. Masalah hukum pembubaran FPI 1. Persoalan Ahmadiyah

2. Masalah hukum pembekuan FPI 2.

Tuntutan Penyelesaian

Ahmadiyah

3. Korban luka dari pihak AKKBB 3. Persoalan Ahmadiyah

4. Masalah hukum pembubaran FPI 4.

Ajang adu domba sesama

penganut Islam

5. Tuntutan pembubaran FPI 5. Persoalan Ahmadiyah

6.

Ancaman penggugatan dan

penyerbuan kantor Koran Tempo 6.

Penegakan hukum pembubaran

Ahmadiyah

7. Lemahnya pengamanan polisi

Pada struktur pertama framing Robert N. Entman ini, antara Koran Tempo

dan Republika memiliki pendefinisian masalah yang sama terkait dengan

insiden Monas, yaitu permasalahan hukum. Hanya saja terdapat perbedaan yang

terletak pada objek permasalahan. Dari tujuh berita mengenai insiden Monas

dan ditempatkan pada bahasan utama, Koran Tempo empat kali melihat ini

sebagai masalah hukum pembubaran FPI terkait kekerasan yang dilakukan oleh

FPI kepada AKKBB. Permasalahan kekerasan tersebut dijadikan isu utama oleh

Koran Tempo untuk menuntut pembubaran FPI. Bagi Koran Tempo, keberadaan

FPI terutama tuntutan untuk membubarkan Ahmadiyah disertai dengan aksi

anarkis yang terjadi di Monas, telah mengancam kebebasan umat beragama di

Indonesia. Tidak hanya menjadikan persoalan insiden Monas sebagai masalah

hukum pembubaran FPI, tetapi Koran Tempo juga mendefinisikan adanya

Page 88: KONSTRUKSI REALITAS PADA MEDIA CETAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8223/1/FEBYANTI... · faktualitas. Media memiliki ... Penulisan skripsi dengan judul Konstruksi

kelengahan dari pihak kepolisian dalam menjaga massa yang pada 1 Juni 2008,

banyak melakukan aksi di sekitar Monumen Nasional. Koran Tempo bahkan

memuat berita berkaitan dengan akibat dari kekerasan yang dilakukan oleh FPI,

yaitu berita berisi jumlah korban luka ringan dan parah yang semua korbannya

berasal dari AKKBB. Koran Tempo juga menyampaikan berita terkait dengan

pernyataan sikap dari harian tersebut terhadap ancaman Panglima Komando

Laskar Pembela Islam (LPI) Munarman, yang mengancam akan menyerbu

kantor Koran Tempo terkait pemuatan foto dirinya dengan gambar sedang

mencekik salah satu anggota yang dituliskan berasal dari Aliansi Kebangsaan.

Berdasarkan dari analisa yang telah peneliti lakukan pada berita utama

terkait dengan insiden Monas di Koran Tempo. Dengan merujuk pada elemen

pertama model framing Robert N. Entman, dapat peneliti tegaskan bahwa tim

redaksi Koran Tempo lebih banyak menekankan isu tuntutan pembubaran FPI

ketimbang isu lain seperti isu persoalan Ahmadiyah. Dalam setiap bahasan

utamanya, Koran Tempo selalu menyatakan sikap menuntut kepada pemerintah

secepatnya membubarkan FPI karena dinilai telah melakukan tindakan anarkis

dan mengancam kebebasan umat beragama di Indonesia. Peneliti juga melihat

dari beberapa kutipan narasumber yang diambil oleh Koran Tempo, hampir

keseluruhan narasumbernya berasal dari orang-orang yang pro terhadap

Ahmadiyah, orang-orang yang mengatasnamakan Hak Asasi Manusia (HAM)

untuk melindungi Ahmadiyah dan orang-orang yang pro terhadap pembubaran

FPI. Sebagai contoh kutipan pernyataan dari Gusdur, Goenawan Mohammad,

dan beberapa tokoh AKKBB lainnya. Sedangkan kutipan dari pihak FPI atau

LPI hanya sedikit saja dituliskan oleh Koran Tempo. Namun, pada wawancara

Page 89: KONSTRUKSI REALITAS PADA MEDIA CETAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8223/1/FEBYANTI... · faktualitas. Media memiliki ... Penulisan skripsi dengan judul Konstruksi

yang peneliti lakukan dengan Redaktur Eksekutif Koran Tempo, Gendur

Sudarsono, ia menyatakan bahwa Koran Tempo tidak menuntut pembubaran

FPI, berikut kutipan wawancaranya :

“Sebenarnya Koran Tempo tidak menuntut pembubaran.

Pembubaran itu hanya statement dari sebuah sumber, seorang yang mengatakan begitu. Tetapi, sikap Koran Tempo sendiri konsisten bahwa

kita tidak bisa sembarangan membubarkan organisasi, karena kita juga

menghargai kebebasan orang untuk berserikat dan berkumpul.”116

Pernyataan di atas bertentangan dengan apa yang peneliti pahami dan

analisa terhadap berita-berita terkait penyebab terjadinya insiden Monas. Dari

uraian mengenai frame Koran Tempo, justru peneliti melihat Koran Tempo lebih

banyak memaparkan tulisan terhadap tuntutan pembubaran FPI. Berdasarkan

pemahaman peneliti, bagaimana penulisan judul berita, lead, penentuan siapa

yang menjadi narasumber, secara tidak langsung menggambarkan apa

sebenarnya yang menjadi sikap institusi media terhadap suatu peristiwa. Peneliti

sendiri menemukan pernyataan Koran Tempo terkait tidak menuntut

pembubaran FPI dan menyatakan bahwa hal tersebut dapat melanggar

kebebasan untuk berserikat dan berkumpul, yaitu pada Koran Tempo edisi

Sabtu, 7 Juni 2009. Di mana berita tersebut dimuat satu minggu setelah insiden

Monas terjadi. Pada edisi tersebut, Koran Tempo mengetengahkan judul

“Goenawan Mohamad : Berbahaya Jika Pemerintah Gampang Melarang

Organisasi”. Dalam edisi tersebut, Koran Tempo mengutip pernyataan

Goenawan Mohamad, yaitu :

“Adapun tuntutan pembubaran FPI harus disikapi dengan kritis.

“Saya pribadi mengimbau agar kita tetap memperhatikan hak untuk menyatakan pendapat dan berorganisasi,” katanya. “Sangat berbahaya bila

pemerintah mengambil posisi gampang melarang organisasi. Ini seperti

116 Wawancara Pribadi dengan Gendur Sudarsono, Jakarta, 2 Juni 2009.

Page 90: KONSTRUKSI REALITAS PADA MEDIA CETAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8223/1/FEBYANTI... · faktualitas. Media memiliki ... Penulisan skripsi dengan judul Konstruksi

pengalaman kesewenang-wenangan di masa demokrasi terpimpin dan

Orde Baru.”117

Sedangkan Republika dalam hal ini, sama seperti Koran Tempo,

mendefinisikan kasus insiden Monas sebagai permasalahan hukum. Bukan

terkait dengan kekerasan yamg dilakukan oleh FPI, melainkan masalah

penegakan hukum terhadap pembubaran Ahmadiyah. Persoalan Ahmadiyah

bagi Republika menjadi pemicu utama terjadinya insiden Monas. Republika

memberikan tambahan pada pendefinisian masalahnya bahwa keberadaan

Ahmadiyah bukanlah tentang kebebasan beragama, melainkan mengenai

penistaan atau penodaan agama yang dilakukan oleh Ahmadiyah, yaitu terhadap

agama Islam. Penistaan agama tersebut dikarenakan Ahmadiyah tidak mengakui

Nabi Muhammad SAW sebagai nabi terakhir. Ditambah lagi pernyataan

Republika yang mengidentikkan adanya pergeseran isu pembubaran Ahmadiyah

menjadi pembubaran FPI dan adanya dugaan adu domba pada insiden Monas, 1

Juni 2008. Republika menilai, seharusnya yang menjadi perhatian utama dari

pemerintah ialah permasalahaan Ahmadiyah, bukan soal pembubaran FPI.

Dalam hal ini, Republika menyatakan bahwa pernyataan dan tuntutan

pembubaran FPI itu sendiri datang dari segelintir orang saja. Yang memang

mereka pada dasarnya menginginkan FPI untuk dibubarkan. Republika sendiri

melihat adanya indikasi upaya adu domba yang sengaja dilakukan dan dapat

memicu konflik horisontal.

117

“Goenawan Mohamad : Berbahaya Jika Pemerintah Gampang Melarang Organisasi”,

Koran Tempo, 7 Juni 2008, alinea 5.

Page 91: KONSTRUKSI REALITAS PADA MEDIA CETAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8223/1/FEBYANTI... · faktualitas. Media memiliki ... Penulisan skripsi dengan judul Konstruksi

Republika memandang persoalan Ahmadiyah adalah persoalan yang

krusial. Ahmadiyah jelas menyimpang secara akidah dan syariat Islam. Seperti

diketahui bahwa Ahmadiyah terdiri dari dua aliran, yaitu Ahmadiyah Qadian

dan di Indonesia dikenal dengan Jemaat Ahmadiyah Indonesia (JAI) yang

berpusat di Parung, Bogor serta Ahmadiyah Lahore dan di Indonesia dikenal

dengan Gerakan Ahmadiyah Indonesia (GAI) yang berpusat di Yogyakarta.

Ahmadiyah Qadian mempercayai bahwa Mirza Ghulam Ahmad adalah

seorang mujaddid (pembaharu) dan seorang nabi. Ahmadiyah Lahore yang

secara umum kelompok ini tidak menganggap Mirza Ghulam Ahmad sebagai

nabi, melainkan hanya sekedar mujaddid dari ajaran Islam. Dari kedua aliran

tersebut, yang jelas-jelas menyimpang adalah JAI, selain mengakui Mirza

Ghulam Ahmad sebagai nabi, aliran ini juga meyakini bahwa semua muslim

menurut mereka adalah kafir hingga mereka mau masuk ke kelompok

Ahmadiah Qadian, haram menikahi pasangan yang tidak segolongan dengan

mereka, meyakini Nabi Muhammad bukan Nabi akhir zaman bahkan nabi tetap

diutus bila diperlukan, dan Mirza Ghulam Ahmad adalah Nabi yang utama dari

sekalian nabi-nabi, meyakini bahwa kitab mereka diturunkan oleh Allah

namanya Alkitabul Mubin, meyakini bahwa desa Qadian, adalah seperti

madinah Al Munawwarah, dan tanahnya sama seperti tanah Haram

Berdasarkan dari analisa yang telah peneliti lakukan pada berita utama

terkait dengan insiden Monas di harian Republika. Dengan merujuk pada

struktur pertama model framing Robert N. Entman, dapat peneliti tegaskan

bahwa tim redaksi Republika lebih banyak menekankan isu tuntutan penegakan

hukum pembubaran Ahmadiyah ketimbang isu lain terkait masalah kekerasan

Page 92: KONSTRUKSI REALITAS PADA MEDIA CETAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8223/1/FEBYANTI... · faktualitas. Media memiliki ... Penulisan skripsi dengan judul Konstruksi

yang dilakukan oleh FPI sebagaimana yang dituliskan oleh Koran Tempo pada

setiap bahasan utamanya. Republika dalam setiap bahasan utamanya lebih sering

menuliskan dan menegaskan bahwa persoalan Ahmadiyah lah yang menjadi

akar masalah terjadinya insiden Monas, hingga Republika menuntut pemerintah

untuk membubarkan Ahmadiyah. Sama halnya seperti yang dilakukan oleh

Koran Tempo dalam pemilihan narasumber, Republika juga menuliskan

pernyataan beberapa narasumber yang kontra terhadap Ahmadiyah dan pro

terhadap pembubaran Ahmadiyah.

Tabel 20

Causal Interpretation / Diagnoses Cause Koran Tempo dan Republika

No Koran Tempo No Republika

1. Aksi anarkis FPI 1.

Ketidaktegasan pemerintah

menyelesaikan persoalan

Ahmadiyah

2. Tindakan kekerasan FPI 2. Penodaan terhadap agama Islam

oleh Ahmadiyah

3. Tindakan kekerasan laskar FPI 3. Ketidaktegasan pemerintah

terhadap Ahmadiyah

4. Kekerasan yang dilakukan FPI 4. Persoalan Ahmadiyah

5. Tindakan kekerasan FPI 5. Pemerintah lamban mengambil

keputusan tentang Ahmadiyah

6.

Pemuatan foto Munarman

sedang mencekik seorang

pemuda

6. Lambannya penerbitan SKB

Ahmadiyah

7. Penjagaan polisi sangat sedikit

Terjadinya insiden Monas bagi Koran Tempo disebabkan karena aksi

kekerasan FPI. Dari tujuh berita yang ada, Koran Tempo lima kali menjadikan

aksi kekerasan FPI sebagai penyebab utama terjadinya insiden Monas. Di

Page 93: KONSTRUKSI REALITAS PADA MEDIA CETAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8223/1/FEBYANTI... · faktualitas. Media memiliki ... Penulisan skripsi dengan judul Konstruksi

samping itu Koran Tempo juga menilai lemahnya penjagaan polisi pada saat

terjadinya aksi anarkis, disebut-sebut ikut menjadi sumber masalah. Bukan

pertama kali FPI melakukan aksi kekerasan terhadap Ahmadiyah, ini sudah ke

sekian kalinya FPI melakukan kekerasan. Sebelumnya FPI pernah menyerbu

markas Jemaah Ahmadiyah Indonesia (JAI) di Parung, Bogor, Jawa Barat.

Sempat juga melakukan perusakan tempat peribadatan orang Ahmadiyah di

beberapa daerah. Dan puncaknya adalah ketika massa AKKBB yang dituliskan

oleh Koran Tempo sedang melakukan aksi damai, tiba-tiba diserang oleh massa

FPI. Berikut alasan Koran Tempo menyajikan berita terkait dengan kekerasan

yang dilakukan oleh FPI.

“Apakah kekerasan itu diperbolehkan di negara demokrasi. Dengan

alasan apapun apakah boleh kekerasan itu dilakukan. Apakah boleh berdakwah dengan cara kekerasan. Bolehkah orang hidup di Indonesia

memaksakan kehendak dengan cara kekerasan. Bolehkan di negara ini ada organisasi yang lebih berkuasa dibandingkan pemerintah. Apa yang akan

terjadi jika ada organisasi yang melakukan tindakan apapun semaunya. Yang terjadi adalah pemerintah tidak memiliki kuasa. Jika pemerintah

tidak memiliki kuasa, maka yang terjadi adalah anarki. Semua hal memiliki aturan dan prinsip tersebut yang pertama harus kita tegakkan.

Hal tersebut menjadi landasan Koran Tempo menyajikan berita

tersebut.”118

Berbeda halnya dengan Republika yang menilai bahwa sumber masalah

penyebab terjadinya konflik antara lain, ketidaktegasan dan ketidaktepatan

pemerintah menyelesaikan permasalahan Ahmadiyah, mengekspresikan

kebebasan yang menggebu-gebu dan lambannya penerbitan SKB. Menurut

Republika, pemerintah seakan ragu-ragu dalam menangani persoalan

Ahmadiyah yang secara jelas telah melakukan tindakaan penodaan dan

penistaan terhadap agama Islam. Republika sendiri, melalui wawancara dengan

118 Ibid.Wawancara Pribadi dengan Gendur Sudarsono, Jakarta, 2 Juni 2009.

Page 94: KONSTRUKSI REALITAS PADA MEDIA CETAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8223/1/FEBYANTI... · faktualitas. Media memiliki ... Penulisan skripsi dengan judul Konstruksi

Redaktur Investigasi, Irwan Ariefyanto menyatakan bahwa peristiwa insiden

Monas terjadi karena adanya pancingan dari pihak-pihak yang

mengatasnamakan Hak Asasi Manusia (HAM). Republika secara tegas

menuntut pembubaran Ahmadiyah :

“kami termasuk koran yang mendesak pemerintah untuk

membubarkan Ahmadiyah.”119

Berdasarkan dari analisa yang peneliti lakukan terhadap berita insiden

Monas di Koran Tempo dan Republika. Dengan merujuk pada struktur kedua

framing model Robert N. Entman, peneliti menegaskan bahwa Koran Tempo

berulang kali memberikan tekanan terhadap aksi kekerasan yang dilakukan FPI

sebagai sumber masalah utama. Koran Tempo lebih melihat akibat yang

ditimbulkan dari insiden Monas tersebut. Sedangkan Republika berulang kali

memberikan tekanan bahwa ketidaktegasan pemerintah, kebebasan yang

menggebu-gebu dan lambannya penerbitan SKB dianggap sebagai sumber

masalah. Dalam hal ini Republika lebih melihat kepada pangkal permasalahan

sampai terjadinya insiden Monas. Hal tersebut dapat terlihat dari pemilihan

narasumber. Koran Tempo dan Republika, dalam satu edisi tertentu mengambil

narasumber yang sama terhadap persoalan insiden Monas, tetapi dengan kutipan

pernyataan yang berbeda. Seperti contohnya kutipan pernyataan Ketua Dewan

Perwakilan Rakyat (DPR), Agung Laksono :

(Koran Tempo : Selasa, 3 Juni 2008. “Pemerintah Kaji Pembekuan FPI”)

“Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Agung Laksono juga mengutuk keras FPI dan menuding aksi itu sebagai tindakan tidak bermoral. “Itu

tidak bisa ditoleransi,” katanya.”120

119 Wawancara Pribadi dengan Irwan Ariefyanto, Jakarta, 23 April 2009.

120 “Pemerintah Kaji Pembekuan FPI”, Koran Tempo, 3 Juni 2008, alinea 12

Page 95: KONSTRUKSI REALITAS PADA MEDIA CETAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8223/1/FEBYANTI... · faktualitas. Media memiliki ... Penulisan skripsi dengan judul Konstruksi

(Republika : Rabu, 4 Juni 2008. “Akar Masalahnya Ahmadiyah”)

“Para pelaku kerusuhan Monas harus dihukum, tapi masyarakat

jangan melupakan akar masalah, yakni Ahmadiyah yang hingga kini belum dibubarkan. “Ini penyebab utamanya menyangkut Ahmadiyah.

Harus segera diselesaikan Ahmadiyahnya, sementara pelaku kriminal diproses secara hukum,” kata Agung, Selasa (3/6).”121

Dari pemuatan tulisan tersebut, jelas terlihat sudut pandang yang

digunakan oleh Koran Tempo dan Republika. Koran Tempo mengutip

pernyataan Agung Laksono yang menyatakan mengutuk keras aksi FPI dan

menilai aksi tersebut sebagai tindakan tidak bermoral. Sedangkan Republika

mengambil pernyataan Agung Laksono bahwa penyebab utama dari insiden

Monas adalah persoalan Ahmadiyah dan meminta pelaku kriminal diproses

secara hukum. Dari apa yang sudah dijelaskan pada paragraf sebelumnya,

terlihat jelas bahwa Koran Tempo lebih menekankan isu pada aksi kekerasan

yang dilakukan oleh FPI, sedangkan Republika lebih menekankan pada

persoalan Ahmadiyah tetapi, tidak juga memberikan dukungan kepada pelaku

aksi kekerasan.

Tabel 21

Moral Evaluation / Make Moral Judgement Koran Tempo dan Republika

No Koran Tempo No Republika

1.

a. Kekerasan FPI menodai

Pancasila sebagai dasar

negara

b. FPI menentang kebebasan

beragama yang sudah

dijamin konstitusi

1. Pemerintah terlalu berhati-hati

2. a. UU Nomor 8 Tahun 1985

tentang Organisasi 2.

Keyakinan Ahmadiyah yang

tidak mengakui Nabi

121 “Akar Masalahnya Ahmadiyah”, Republika, 4 Juni 2008, alinea 2

Page 96: KONSTRUKSI REALITAS PADA MEDIA CETAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8223/1/FEBYANTI... · faktualitas. Media memiliki ... Penulisan skripsi dengan judul Konstruksi

Kemasyarakatan

b. Indonesia bukan negara

kekerasan

Muhammad sebagai nabi

terakhir, merupakan penodaan

terhadap agama Islam

3. Korban tidak berdaya, laskar FPI

menyerang tidak pandang bulu 3.

Masalah Ahmadiyah bukan soal

kebebasan beragama dan

berkeyakinan, tapi penodaan

agama Islam

4.

UU Nomor 8 Tahun 1985

tentang Organisasi

Kemasyarakatan

4. GP Ansor & FPI sama-sama

penganut Islam

5.

Pembubaran FPI dilakukan jika

terbukti membahayakan

kepentingan umum

5. Pro-kontra Ahmadiyah rekayasa

politik pemerintah

6. Pengembalian nama baik dengan

menggunakan delik pers 6.

Pasal 2 UU PNPS No. 1/1965

tentang Pencegahan

Penyalahgunaan dan/atau

Penodaan Agama

7. Banyaknya massa hanya dijaga

oleh satu kompi personel

Koran Tempo pada struktur ketiga framing Robert N. Entman memberikan

argumentasi yang dapat terlihat dari kutipan beberapa narasumber seperti yang

sudah peneliti jabarkan pada sub bab bagian pertama. Menjelaskan bahwa aksi

kekerasan yang dilakukan oleh FPI telah mengancam kebebasan beragama di

Indonesia, apalagi kebebasan beragama itu sudah diatur dalam konstitusi.

Tindakan kekerasan yang dilakukan FPI pada saat peringatan Hari Lahir

Pancasila, bagi Koran Tempo merupakan tindakan penodaan terhadap Pancasila

sebagai dasar negara yang menjunjung kebebasan beragama. Indonesia

bukanlah negara kekerasan, hingga Koran Tempo benar-benar mengecam dan

Page 97: KONSTRUKSI REALITAS PADA MEDIA CETAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8223/1/FEBYANTI... · faktualitas. Media memiliki ... Penulisan skripsi dengan judul Konstruksi

mengutuk tindakan kekerasan FPI terhadap AKKBB. Beberapa pasal yang

menyatakan mengenai kebebasan beragama dan berkeyakinan antara lain:

“Jaminan kebebasan beragama pertama-tama dapat dilihat dari

konstitusi atau Undang-Undang Dasar negara kita. Pasal 28 (e) ayat 1 dan 2 UUD 1945 hasil amandemen disebutkan: 1) Setiap orang bebas

memeluk agama dan beribadat menurut agamanya, memilih pendidikan

dan pengajaran, memilih pekerjaan, memilih kewarganegaraan, memilih

tempat tinggal di wilayah negara dan meninggalkannya, serta berhak

kembali; 2) Setiap orang berhak atas kebebasan meyakini kepercayaan,

menyatakan pikiran dan sikap, sesuai dengan hati nuraninya. Hal tersebut

ditegaskan lagi dalam pasal 29 (1) Negara berdasarkan Ketuhanan Yang

Maha Esa; (2) Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk

memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agama

dan kepercayaanya itu.” 122

“Dalam UU No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia

memberikan landasan normatif bahwa agama dan keyakinan merupakan

hak dasar yang tidak bisa diganggu gugat. Dalam pasal 22 ditegaskan: 1)

Setiap orang bebas memeluk agamanya masing-masing dan untuk

beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu; 2) Negara

menjamin kemerdekaan setiap orang memeluk agamanya masing-masing

dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu. Dalam pasal 8 juga ditegaskan bahwa "Perlindungan, pemajuan, penegakan, dan

pemenuhan hak asasi manusia menjadi tanggung jawab negara, terutama

pemerintah.”

Berdasarkan pasal-pasal yang terdapat pada UUD 1945 dan UU tersebut,

menjadikan acuan bagi Koran Tempo bahwa sesungguhnya kebebasan beragama

itu sudah dijamin dalam konstitusi dan menyatakan bahwa Ahmadiyah sebagai

warga negara juga memiliki hak yang sama terhadap kebebasan beragama dan

berkeyakinan.

Koran Tempo melalui bahasan utama mengenai penyebab terjadinya

insiden Monas, memberikan keputusan moral bahwa aksi kekerasan yang

dilakukan oleh FPI merupakan bukti nyata ancaman terhadap kebebasan

122

“Delik Penodaan Agama Dan Kehidupan Beragama Dalam RUU KUHP”. Artikel

diakses pada 21 Juni 2009, 00:562 dari

www.ditpertais.net/annualconference/.../Makalah%20Rumadi.doc

Page 98: KONSTRUKSI REALITAS PADA MEDIA CETAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8223/1/FEBYANTI... · faktualitas. Media memiliki ... Penulisan skripsi dengan judul Konstruksi

beragama dan berkeyakinan bagi warga negara Indonesia. Koran Tempo sendiri

menilai tindak kekerasan yang dilakukan oleh FPI merupakan pelanggaran

terhadap kebebasan umat beragama di Indonesia sebagaimana telah di atur

dalam konstitusi. Ahmadiyah bagi Koran Tempo merupakan umat beragama

yang harus dilindungi haknya.

“Kita hidup di negara Indonesia dengan dasar Pancasila dan

Undang-Undang Dasar 1945 yang sudah diamandemen. Tetapi, tetap saja

mengenai kebebasan beragama ada di dalam UUD 1945, bahkan diperkuat

dengan adanya beberapa pasal di dalamnya, untuk menjamin kebebasan

orang menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan keyakinannya. Hal

tersebut harus kita hargai dan itu yang menjadi titik poin Koran Tempo.

Jadi, dalam hal ini Tempo hanya menjalankan apa yang sebenarnya menjadi

dasar negara juga menjamin hal yang sama. Kita sebagai warga negara

menjalankan hal itu, menjalankan komitmen bersama untuk kita menghargai

kebebasan beragama, kemudian juga menjalankan keyakinan masing-masing

dan itu hak paling mendasar sekali.”123

Sebenarnya pada edisi Senin, 2 Juni 2008, Koran Tempo menuliskan

bahwa yang bertanggung jawab terhadap aksi kekerasan di Monas adalah Laskar

Pembela Islam (LPI), namun pada pemberitaan selanjutnya justru Koran Tempo

lebih menyudutkan FPI sebagai pihak yang harus bertanggung jawab atas

terjadinya insiden Monas, FPI sebagai pihak yang melakukan tindakan

kekerasan secara brutal, keji dan tidak pandang bulu. Dalam hal ini, AKKBB

dinilai sebagai korban dari tindak kekerasan FPI, dengan banyaknya jumlah

anggota AKKBB yang terluka. Kekerasan yang dilakukan oleh FPI sendiri

berdampak pada tuntutan pembubaran oganisasi masyarakat tersebut di berbagai

daerah. Koran Tempo menilai UU Nomor 8 Tahun 1985 tentang Organisasi

Kemasyarakatan bisa dijadikan dasar untuk membubarkan FPI.

123 Ibid. Wawancara Pribadi dengan Gendur Sudarsono, Jakarta, 2 Juni 2009.

Page 99: KONSTRUKSI REALITAS PADA MEDIA CETAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8223/1/FEBYANTI... · faktualitas. Media memiliki ... Penulisan skripsi dengan judul Konstruksi

Dalam perkembangannya, UU Nomor 8 Tahun 1985 tentang Organisasi

Kemasyarakatan menurut pakar hukum harus direvisi terlebih dahulu jika ingin

membubarkan ormas FPI. Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Andi

Mattalata, mengatakan FPI tidak bisa dibubarkan karena bukan organisasi yang

berbadan hukum. Seperti dituliskan pada Koran Tempo edisi Selasa, 3 Juni

2008, “Pemerintah Diminta Tegas Soal FPI”, disebutkan bahwa FPI bukan

organisasi kemasyarakatan yang berbentuk badan hukum, sehingga upaya untuk

membubarkan atau membekukan FPI tidak dapat dilakukan. Yang bisa

dilakukan oleh aparat penegak hukum adalah menangkap para pelaku tindakan

anarkis pada insiden Monas. UU Nomor 8 Tahun 1985 tentang Organisasi

Kemasyarakatan sendiri pada Bab VII, Pembekuan dan Pembubaran, Pasal 13,

menjelaskan bahwa :

Pemerintah dapat membekukan Pengurus atau Pengurus Pusat Organisasi

Kemasyarakatan apabila Organisasi Kemasyarakatan : a. Melakukan kegiatan yang mengganggu keamanan dan ketertiban

umum; b. Menerima bantuan dari pihak asing tanpa persetujuan Pemerintah;

c. Memberi bantuan kepada pihak asing yang merugikan kepentingan

Bangsa dan Negara.

Republika dalam hal ini memandang bahwa pemerintah terlihat bersikap

hati-hati dalam menghadapi persoalan Ahmadiyah hingga berakibat pada

terjadinya insiden Monas. Ahmadiyah merupakan aliran sesat yang telah

melakukan penistaan dan penodaan terhadap agama Islam karena tidak

menganggap Nabi Muhammad SAW sebagai nabi terakhir. Kebebasan

beragama dan berkeyakinan bagi Republika bukan berarti bebas melakukan

penodaan dan penistaan terhadap agama lain, dalam hal ini agama Islam.

Republika menggunakan Pasal 2 Undang-Undang PNPS No. 1/1965 tentang

Page 100: KONSTRUKSI REALITAS PADA MEDIA CETAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8223/1/FEBYANTI... · faktualitas. Media memiliki ... Penulisan skripsi dengan judul Konstruksi

Pencegahan Penyalahgunaan dan/atau Penodaan Agama sebagai dasar untuk

membubarkan Ahmadiyah. Berdasarkan rekomendasi dari Bakorpakem,

pemerintah diminta untuk menjalankan perintah Pasal 2 ayat 1 dan 2 undang-

undang tersebut sebagai follow up dari Pasal 1 UU PNPS No.1/1965, yaitu

berisi :

“Undang-Undang Nomor 1/PNPS/1965 yang oleh Undang-Undang

Nomor 5 Tahun 1969 ditetapkan menjadi undang-undang. Dalam undang-

undang ini disebutkan “Setiap orang dilarang dengan sengaja di muka

umum menceritakan, menganjurkan atau mengusahakan dukungan umum,

untuk melakukan penafsiran tentang sesuatu agama yang dianut di

Indonesia atau melakukan kegiatan-kegiatan keagamaan yang menyerupai

kegiatan-kegiatan keagamaan dari agama itu; penafsiran dan kegiatan

mana menyimpang dari pokok-pokok ajaran agama itu (Pasal 1).

Selanjutnya dalam Pasal 2 disebutkan bahwa bagi mereka yang melakukan

kegiatan seperti itu, diberi “perintah dan peringatan keras” untuk

menghentikan kegiatannya. Perintah itu dikeluarkan oleh Menteri Agama,

Jaksa Agung dan Menteri Dalam Negeri dalam bentuk “Keputusan Bersama”. Apabila kegiatan itu dilakukan oleh sebuah organisasi maka

“Presiden Republik Indonesia dapat membubarkan organisasi itu dan menyatakan organisasi atau aliran tersebut sebagai organisasi/aliran

terlarang, satu dan lain setelah Presiden mendapat pertimbangan dari Menteri Agama, Menteri/Jaksa Agung dan Menteri Dalam Negeri”.

Apabila orang/organisasi tersebut telah diberi peringatan atau dibubarkan dan dilarang oleh Presiden, namun tetap membandel, maka kepada mereka

dapat dituntut pidana dengan ancaman hukuman penjara selama-lamanya

lima tahun.”124

Berdasarkan dari analisa yang peneliti lakukan terhadap berita insiden

Monas di Koran Tempo dan Republika. Dengan merujuk pada struktur ketiga

framing model Robert N. Entman, peneliti menegaskan bahwa Koran Tempo

dalam hal ini melegitimasikan aksi kekerasan FPI sebagai aksi mengancam

kebebasan beragama dan berkeyakinan yang sudah diatur dalam konstitusi.

Sedangkan Republika dalam hal ini melegitimasikan bahwa keberadaan

Ahmadiyah adalah penodaan dan penistaan terhadap agama Islam.

124 “SKB Tentang Ahmadiyah.” Artikel diakses pada 23 Juni 2009, 21:24 dari

http://yusril.ihzamahendra.com/2008/05/09/skb-tentang-ahmadiyah/.

Page 101: KONSTRUKSI REALITAS PADA MEDIA CETAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8223/1/FEBYANTI... · faktualitas. Media memiliki ... Penulisan skripsi dengan judul Konstruksi

Tabel 22

Treatment Recommendation / Suggest Remedis Koran Tempo dan

Republika

No Koran Tempo No Republika

1. Aparat bertindak tegas 1. Segera menerbitkan SKB

2.

a. Menangkap para pelaku

kekerasan

b. Membubarkan FPI

2. SKB mendesak diterbitkan

3. - 3. Bersikap tenang dan meredam

emosi

4.

a. Pembubaran FPI

b. Menangkap para pelaku aksi

kekerasan

c. Pemerintah bersikap tegas

4. Umat diminta bersatu dan

segera menerbitan SKB

5. Pemerintah bertindak tegas dan

memproses ke jalur hukum 5.

Pemerintah bersikap adil dan

tidak diskriminatif

6.

Koran Tempo kembali

menegaskan kepada pihak

kepolisian untuk tidak ragu-ragu

menindak pelaku kekerasan

6.

a. Segera menerbitkan SKB dan

bubarkan Ahmadiyah

b. Umat Islam bersatu,

pemerintah bersikap adil

7. -

Pada bagian akhir struktur framing model Robert N. Entman, antara Koran

Tempo dan Republika memberikan kesimpulan yang berbeda. Hal itu dapat kita

lihat dari konstruksi realitas yang disajikan oleh kedua surat kabar tersebut dari

awal pemberitaan mengenai kasus ini. Koran Tempo lebih menekankan pada isu

kekerasan yang dilakukan oleh FPI, bukan kepada apa yang menyebabkan FPI

melakukan aksi kekerasan tersebut seperti yang dilakukan oleh Republika. Tidak

mengherankan manakala Koran Tempo memberikan solusi kepada pihak

kepolisian untuk segera menangkap pelaku kekerasan pada insiden Monas serta

Page 102: KONSTRUKSI REALITAS PADA MEDIA CETAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8223/1/FEBYANTI... · faktualitas. Media memiliki ... Penulisan skripsi dengan judul Konstruksi

memprosesnya sesuai dengan hukum yang berlaku. Koran Tempo juga

menuntut kepada pemerintah untuk bersikap tegas terhadap penanganan kasus

ini dan bersikap tegas terhadap komitmen untuk membubarkan FPI.

Berbeda halnya dengan Republika yang memberikan solusi kepada

pemerintah agar segera menerbitkan SKB, penerbitan SKB merupakan sesuatu

yang amat mendesak untuk dilakukan, karena terkait dengan penegakan hukum

mengenai Ahmadiyah. Pemerintah juga diminta untuk bersikap represif,

preventif, adil dan tidak diskriminatif. Untuk masyarakat, Republika meminta

masyarakat bersatu dan tidak mudah diadu domba oleh isu apapun terkait

dengan insiden Monas. Republika menghargai kebebasan beragama setiap

individu tetapi, kebebasan beragama tersebut bukan berarti dilakukan dengan

penistaan dan penodaan terhadap agama Islam.

Penangkapan terhadap pelaku aksi kekerasan sendiri sudah dilakukan oleh

polisi, yaitu pada Rabu, 4 Juni 2008. Polisi melakukan penangkapan besar-

besaran di markas FPI, di kawasan Petamburan, Jakarta Barat. Polisi berhasil

menangkap 59 orang termasuk Habib Rizieq Shihab. Munarman sendiri, yang

sempat dinyatakan buron, akhirnya menyerahkan diri pada Senin, 9 Juni 2008,

sekitar pukul delapan malam. Munarman menyerahkan diri setelah pemerintah

menerbitkan Surat Keputusan Bersama (SKB) pada Senin sore. Isi dari SKB

tiga menteri yang ditanda tangani oleh Menteri Agama, Menteri Dalam Negeri

dan Jaksa Agung tersebut antara lain125

:

125 “Isi SKB Menteri Tentang Ahmadiyah.” Artikel diakses pada 23 Juni 2009, 18:09

dari http://id.wordpress.com/tag/menteri-agama/.

Page 103: KONSTRUKSI REALITAS PADA MEDIA CETAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8223/1/FEBYANTI... · faktualitas. Media memiliki ... Penulisan skripsi dengan judul Konstruksi

1. Memberi peringatan dan memerintahkan semua warga negara untuk

tidak menceritakan, menafsirkan suatu agama di Indonesia yang menyimpang sesuai UU No. 1 PNPS 2005 tentang pencegahan

penodaan agama 2. Memberi peringatan dan memerintahkan bagi seluru penganut,

pengurus Jemaat Ahmadiyah Indonesia (JAI) sepanjang menganut agama Islam agar menghentikan semua kegiatan yang tidak sesuai

dengan penafsiran Agama Islam pada umumnya. Seperti pengakuan adanya Nabi setelah Nabi Muhammad saw.

3. Memberi peringatan dan memerintahkan kepada anggota atau

pengurus JAI yang tidak mengindahkan peringatan tersebut dapat

dikenai sanksi sesuai peraturan perundangan

4. Memberi peringatan dan memerintahkan semua warga negara menjaga

dan memelihara kehidupan umat beragama dan tidak melakukan

tindakan yang melanggar hukum terhadap penganut JAI

5. Memberi peringatan dan memerintahkan kepada warga yang tidak

mengindahkan peringatan dan perintah dapat dikenakan sanksi sesuai

dengan perundangan yang berlaku

6. Memerintahkan kepada aparat pemerintah dan pemerintah daerah

untuk melakukan langkah-langkah pembinaan dalam rangka

pengamanan dan pengawasan pelaksanaan Keputusan Bersama ini

7. Keputusan Bersama ini berlaku sejak tanggal ditetapkan

Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 9 Juni 2008

Menteri Agama Muhammad M Baysuni

Jaksa Agung Hendarman Supandji

Menteri Dalam Negeri H Mardiyanto

Isi dari SKB tiga menteri tersebut tidak serta-merta membubarkan

Ahmadiyah, dalam hal ini Jemaat Ahmadiyah Indonesia (JAI). Justru yang

ditekankan pada SKB ini ialah penghentian kegiatan JAI yang menyimpang dari

ajaran agama Islam pada umumnya. Dari ketujuh poin isi SKB, hanya dua poin

yang ditunjukkan langsung kepada JAI, tiga poin lainnya ditunjukkan kepada

warga negara Indonesia, satu poin ditunjukkan kepada aparat pemerintah untuk

melakukan pengamanan dan pengawasan serta pelaksanaan isi SKB tersebut. Ini

adalah upaya terbaik yang dilakukan oleh pemerintah untuk meredam emosi

masyarakat terhadap keberadaan JAI. Juga sebagai upaya untuk meredam aksi

Page 104: KONSTRUKSI REALITAS PADA MEDIA CETAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8223/1/FEBYANTI... · faktualitas. Media memiliki ... Penulisan skripsi dengan judul Konstruksi

kekerasan yang ditunjukkan kepada JAI, seperti banyak terjadi di berbagai

daerah. Pada poin keempat, SKB tersebut mengingatkan kepada warga untuk

tidak melakukan perbuatan anarki kepada JAI, jika melanggar mereka akan

diberikan sanksi sesuai dengan perundangan. Dalam hal ini, isi atau substansi

dari SKB tersebut ditangani langsung oleh Menteri Agama, sedangkan untuk

pengamanan dan pengawasan terhadap isi dari SKB tersebut dilakukan oleh

Jaksa Agung, dan pengawasan internal pemerintahan dilakukan oleh Menteri

Dalam Negeri.

Penerbitan SKB sendiri, dipandang berbeda oleh Koran Tempo dan

Republika. Dalam wawancara yang dilakukan oleh peneliti dengan pihak Koran

Tempo, Gendur Sudarsono, menanggapi dikeluarkannya SKB, ia berkomentar

bahwa :

“Kita sendiri tidak setuju dengan SKB. SKB adalah Surat

Keputusan Bersama, karena berkaitan dengan prinsip-prinsip dasar. Dalam tata negara, susunan produk perundang-undangan kita ada : Undang-

Undang Dasar 1945, Undang-Undang, kemudian peraturan pemerintah. Makin ke bawah sebaiknya bukan mengatur hal-hal yang mendasar. Jadi,

kalau UUD dan UU sudah mengatur kebebasan kehidupan beragama,

kemudian ada SKB tiga menteri yang aturannya bersifat mengatur, justru

kontraproduktif menurut kami.”126

Sedangkan Republika sendiri memandang bahwa :

“SKB sendiri belum tegas. Permintaan kami sangat jelas,

Ahmadiyah harus dibubarkan. Setiap agama memiliki persoalan yang

sama mengenai masalah aqidah dan dialog merupakan jalan terbaik untuk

menyelesaikan persoalan tersebut. Namun, dalam hal ini pemerintah dari

awal tidak memiliki ketegasan hingga terjadilah peristiwa di Monas.”127

126 Ibid. Wawancara Pribadi dengan Gendur Sudarsono, Jakarta, 2 Juni 2009.

127

Ibid. Wawancara Pribadi dengan Irwan Ariefyanto, Jakarta, 23 April 2009.

Page 105: KONSTRUKSI REALITAS PADA MEDIA CETAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8223/1/FEBYANTI... · faktualitas. Media memiliki ... Penulisan skripsi dengan judul Konstruksi

Koran Tempo dan Republika dalam keseluruhan beritanya mengambil

garis yang berbeda. Koran Tempo mengambil sudut pandang pemberitaannya

pada aksi anarkis yang dilakukan oleh FPI, yaitu lebih menekankan pada akibat

atau dampak dari aksi kekerasan FPI yang terjadi di Monas. Sedangkan

Republika mengambil sudut pandang terhadap persoalan mendasar yang

menyebabkan terjadinya insiden Monas atau dalam hal ini Republika lebih

menekankan pada akar masalah sampai terjadinya insiden Monas, yaitu

persoalan Ahmadiyah.

Perbedaan sudut pandang yang diambil oleh Koran Tempo dan Republika,

atau dalam hal ini perbedaan ideologi yang digunakan, dapat terlihat dari visi

misi kedua surat kabar nasional tersebut. Berdirinya suatu media selain sejarah

dan latar belakang pendiriannya, juga memiliki dasar-dasar yang dijadikan

acuan dalam pendiriannya. Yang pada akhirnya juga menjadi acuan bagi para

wartawan yang bekerja di media tersebut dalam melakukan proses konstruksi

realitas. Dalam hal ini, segmentasi pembaca pun menjadi sangat penting.

Koran Tempo sebagai bagian dari Tempo Inti Media, sebagai media yang

memiliki visi, yaitu kebebasan rakyat untuk berpikir dan mengutarakan

pendapat serta membangun suatu masyarakat yang menghargai kecerdasan dan

perbedaan pendapat. Dalam memandang penyebab terjadinya insiden Monas,

menjadi hal yang wajar ketika Koran Tempo menanggapi kekerasan yang

dilakukan oleh FPI terhadap Ahmadiyah sebagai ancaman kebebasan beragama

sebagaimana telah diatur dalam konstitusi. Bukan soal Ahmadiyah yang

menjadi isu utama Koran Tempo menyajikan berita terkait insiden Monas.

Tetapi, akibat dari insiden Monas itulah yang oleh Koran tempo dijadikan isu

Page 106: KONSTRUKSI REALITAS PADA MEDIA CETAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8223/1/FEBYANTI... · faktualitas. Media memiliki ... Penulisan skripsi dengan judul Konstruksi

utama. Sehingga terlihat ada kesan, Koran Tempo memiliki keberpihakan

kepada AKKBB sebagai korban dari peristiwa tersebut. Di sisi lain, Koran

Tempo terlihat sangat menyudutkan FPI dalam peristiwa tersebut. Selintas

membaca berita-berita terkait insiden Monas, peneliti melihat Koran Tempo

lebih banyak mengutip pernyataan anggota AKKBB dalam pemberitaannya,

dari tujuh berita yang dianalisis oleh peneliti hampir keseluruhan terdapat

kutipan pernyataan dari AKKBB. Koran Tempo mengkaitkan antara kekerasan

yang dilakukan oleh FPI dan keberadaan Ahmadiyah kepada konstitusi.

Republika memandang persoalan Ahmadiyah sebagai pemicu terjadinya

insiden Monas, menurut peneliti adalah suatu pandangan yang wajar. Mengingat

Republika sebagai surat kabar berhaluan Islam dengan segmentasi pembaca

utamanya ialah komunitas muslim. Tetapi, dalam hal ini Republika tidak juga

memberikan dukungan atau keberpihakan kepada Front Pembela Islam (FPI)

sebagai ormas Islam, sebaliknya Republika justru meminta kepada pemerintah

untuk menindak para pelaku kekerasan di Monas secara hukum. Bagi Republika,

persoalan Ahmadiyah sesuatu yang sangat penting dan seharusnya mendapat

perhatian dari pemerintah. Dan kekerasan yang terjadi di Monas, merupakan

akibat dari ketidakseriusan pemerintah dalam menyelesaikan persoalan

Ahmadiyah.

Berita yang disajikan oleh media dan hadir di masyarakat bukanlah berita

yang apa adanya. Artinya, bukanlah berita yang hanya menampilkan fakta-fakta

yang terjadi di lapangan. Fakta itu tetap ada, tetapi dibalik itu semua ada suatu

proses pada media yang lebih dikenal dengan proses konstruksi (pertukaran

makna) yang melibatkan antara wartawan, idelogi media dan fakta dari suatu

Page 107: KONSTRUKSI REALITAS PADA MEDIA CETAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8223/1/FEBYANTI... · faktualitas. Media memiliki ... Penulisan skripsi dengan judul Konstruksi

peristiwa. Melalui proses konstruksi itu lah yang menjadikan sebuah berita

bersifat subjektif bukan objektif, seperti yang seharusnya dilakukan oleh sebuah

media dalam menyampaikan informasi kepada khalayak.

Sebelum dikeluarkannya SKB, catatan perjalanan tentang upaya

menentang ajaran Ahmadiyah, yaitu dengan ditetapkannya konsep 12 Butir

Penjelasan Ahmadiyah yang digodok oleh Departemen Agama dan

Bakorpapem. Butir-butir penjelasan itu, substansinya antara lain adanya

instrumen pengawasan selama tiga bulan. Selanjutnya, apabila tidak sesuai

dengan kesepakatan itu, akan dilakukan langkah-langkah tegas. FUI menyatakan

bahwa pernyataan 12 butir yang dibacakan Abdul Basith tertanggal 14 Januari

2008 adalah rumusan kompromi untuk meredam kemarahan umat Islam. Juga

menyelamatkan muka pemerintah dari rakyat yang menuntut dibubarkan

Ahmadiyah oleh pemerintah sesuai dengan bunyi fatwa tahun 1980 dan fatwa

MUI tahun 2005. Fatwa tersebut menetapkan bahwa Ahmadiyah berada di luar

Islam, sesat dan menyesatkan serta orang Islam yang mengikutinya adalah

murtad.

Pelaksanaan 12 penjelasan ternyata tidak dijalankan dengan konsisten oleh

Ahmadiyah. Mereka tetap menjalankan ajaran yang selama ini dianggap sesat

oleh kalangan umat Islam. Menyangkut ketidakkonsistenan ini, dalam

Musyawarah Nasional Majelis Ulama Indonesia (Munas MUI), dipertegas

kembali bahwa ajaran Ahmadiyah menyesatkan serta berada di luar Islam.

Fatwa tersebut didasarkan dalam surah Al-Ahzab 40 yang dengan tegas

mengatakan bahwa Nabi Muhammad saw merupakan rasulullah dan nabi

terakhir. MUI berpedoman pada keputusan Majma’ al-Fiqh al-Islami Organisasi

Page 108: KONSTRUKSI REALITAS PADA MEDIA CETAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8223/1/FEBYANTI... · faktualitas. Media memiliki ... Penulisan skripsi dengan judul Konstruksi

Konferensi Islam (OKI) Nomor 4 dalam Muktamar II di Jeddah Arab Saudi

pada 22-28 Desember 1985 tentang aliran Qadiyaniyah yang menyatakan Aliran

Ahmadiyah yang mempercayai Mirza Ghulam Ahmad sebagai nabi sesudah

Nabi Muhammad saw dan menerima wahyu adalah murtad dan keluar dari

Islam karena mengingkari ajaran Islam yang disepakati oleh seluruh umat Islam

bahwa Muhammad saw sebagai nabi dan rasul terakhir.128

Dalam pandangan peneliti, keberadaan Ahmadiyah jelas menyimpang

secara akidah dan syariat. Apa yang sudah ditetapkan dalam al-Quran tidak

perlu diragukan lagi kebenarannya. Seorang muslim ialah yang mempercayai

dan meyakini bahwa tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah

Rasulullah (La Ilaha illallah Muhammadur Rasulullah). Pada

perkembangannya, upaya dan tindakan tegas terhadap keberadaan Ahmadiyah

sangat perlu dilakukan oleh pemerintah. Jangan sampai aksi kekerasan yang

pernah terjadi, seperti pembakaran masjid Ahmadiyah, kekerasan fisik kepada

anggota Ahmadiyah terjadi kembali. Kekerasan secara brutal kepada anggota

Ahmadiyah jelas bertentangan dengan konstitusi yang mana dalam konstitusi

tersebut, sebagai warga negara setiap orang berhak untuk bebas dari perlakuan

yang diskriminatif, hak untuk tidak disiksa, hak untuk hidup, dll. Surat

Keputusan Bersama (SKB) tentang Ahmadiyah yang diterbitkan oleh

pemerintah memang telat diterbitkan. Tetapi, setidaknya ada upaya nyata yang

telah dilakukan oleh pemerintah. Dan penerbitan tersebut setidaknya bisa

meredam emosi massa terhadap keberadaan JAI, walaupun tidak semua pihak

setuju dengan diterbitkannya SKB.

128 Ibid. Achmad Setiyaji, Tragedi Monas Berdarah. h. 102-104

Page 109: KONSTRUKSI REALITAS PADA MEDIA CETAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8223/1/FEBYANTI... · faktualitas. Media memiliki ... Penulisan skripsi dengan judul Konstruksi

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Sasaran akhir sebuah penelitian adalah menjawab pertanyaan dari

perumusan masalah. Berdasarkan hasil dari penelitian terhadap bahasan utama /

headline Koran Tempo dan Republika terkait penyebab terjadinya insiden

Monas, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut :

1. Perbedaan penekanan isu yang dilakukan oleh Koran Tempo dan Republika

di dalam berita-berita terkait penyebab terjadinya insiden Monas ini,

disebabkan karena ideologi yang terlihat pada visi misi serta segmentasi

pembaca kedua institusi media tersebut yang berbeda. Peristiwa bisa saja

sama, waktu peliputannya sama, narasumbernya sama, tetapi karena

perbedaan ideologi yang mereka miliki pada akhirnya menjadikan sebuah

berita itu berbeda dari segi sudut pandang yang disajikan. Kedua media

tersebut mengkonstruksikan realitas yang terjadi sesuai dengan nilai-nilai

ideologinya. Koran Tempo dalam hal ini lebih melihat pada akibat dari

terjadinya insiden Monas. Dalam setiap pemberitaannya, Koran Tempo

memberikan penekanan isu terhadap aksi kekerasan FPI terhadap AKKBB.

Hal tersebut dapat terlihat dari pemilihan narasumber berita yang

keseluruhan mengatakan mengecam aksi kekerasan FPI. Sedangkan

Republika dalam hal ini lebih melihat pada akar permasalahan terjadinya

insiden Monas, yaitu persoalan Ahmadiyah. Dalam setiap pemberitaannya,

Republika lebih memberikan penekanan isu terhadap persoalan Ahmadiyah

Page 110: KONSTRUKSI REALITAS PADA MEDIA CETAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8223/1/FEBYANTI... · faktualitas. Media memiliki ... Penulisan skripsi dengan judul Konstruksi

yang tak kunjung diselesaikan oleh pemerintah. Sama seperti Koran Tempo,

hal tersebut dapat peneliti lihat dari pemilihan narasumber berita yang

keseluruhan mengatakan bahwa Ahmadiyah sebagai akar masalah penyebab

terjadinya insiden Monas.

2. Dari segi struktur framing Robert N. Entman (define problems, diagnose

causes, make moral judgement, treatment recommendation) terdapat

perbedaan antara Koran Tempo dan Republika.

a. Koran Tempo mendefinisikan masalah pada masalah hukum

pembubaran FPI. Pendefinisian itu terkait dengan aksi kekerasan yang

dilakukan FPI kepada AKKBB sebagai sumber masalah utama

terjadinya insiden Monas. Koran Tempo melegitimasikan bahwa

kekerasan FPI adalah ancaman kebebasan beragama dan berkeyakinan di

Indonesia yang telah di atur dalam konstitusi. Hingga pada bagian solusi,

Koran Tempo memberikan solusi agar segera menangkap pelaku

kekerasan di Monas serta memproses mereka ke meja hijau.

b. Republika mendefinisikan masalah penyebab insiden Monas ke dalam

penegakan hukum pembubaran Ahmadiyah. Pendefinisian masalah itu

terkait persoalan Ahmadiyah, di mana Republika menilai kelambanan

pemerintah menangani persoalan Ahmadiyah dinilai sebagai penyebab

utama terjadinya insiden Monas. Republika melegitimasikan bahwa

keberadaan Ahmadiyah bukan persoalan kebebasan beragama dan

berkeyakinan. Republika menilai Ahmadiyah bukan bagian dari Islam,

karena telah melakukan penistaan dan penodaan, yaitu dengan tidak

mengakui Nabi Muhammad SAW sebagai nabi terakhir. Hingga pada

Page 111: KONSTRUKSI REALITAS PADA MEDIA CETAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8223/1/FEBYANTI... · faktualitas. Media memiliki ... Penulisan skripsi dengan judul Konstruksi

bagian akhir, Republika memberikan solusi kepada pemerintah untuk

segera mengeluarkan Surat Keputusan Bersama (SKB) tentang

penghentian kegiatan Ahmadiyah dan jika perlu membubarkan

Ahmadiyah.

B. Saran

1. Peneliti menyadari adanya bias dalam mengkonstruksikan berita di media

massa. Berita tidak terbentuk begitu saja, berita merupakan hasil konstruksi

antara institusi media dan wartawan. Media dan wartawan hendaknya

memiliki pegangan bagi apa yang disampaikan kepada khalayak. Antara lain

bersikap akurat, tidak arogan, kecepatan dan jujur terhadap kebenaran.

Akurat berarti, seorang wartawan atau sebuah institusi media haruslah

mendapatkan informasi yang pasti dan tidak bisa dibantah. Harus disadari

bahwa mengira dan menduga akan berakibat pada tuntutan hukum serta

hilangnya kredibilitas dan prestige (nama baik / kehormatan) suatu media.

Alangkah lebih baik ketika media dan wartawan berhati-hati dalam

menyampaikan berita, karena bias yang ditampilkan media massa dalam

mengkonstruksi realitas bisa saja berakibat pada konflik. Kecepatan dan

persaingan bukanlah hal yang baru bagi sebuah media maupun wartawan.

Seorang wartawan harus mampu menghasilkan tulisan yang dapat dipercaya

dalam keadaan tekanan waktu, harus pandai dan tenang dalam menghadapi

berbagai tekanan, wartawan harus menghasilkan berita dengan kecepatan

kilat yang isinya seakan-akan tidak dibuat dengan terburu-buru. Jujur

Page 112: KONSTRUKSI REALITAS PADA MEDIA CETAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8223/1/FEBYANTI... · faktualitas. Media memiliki ... Penulisan skripsi dengan judul Konstruksi

terhadap kebenaran ialah jujur dalam mengumpulkan dan menyajikan fakta

dan informasi, tidak bohong dan tidak menjiplak.

2. Kepada khalayak pembaca atau pun penikmat berita, hendaknya menerima

informasi tidak hanya dari satu sumber berita saja. Tidak hanya membaca

satu surat kabar saja, tidak hanya menonton atau mendengarkan berita dari

satu program berita saja, tetapi mencari lebih banyak lagi sumber informasi

dari surat kabar lain serta program-program berita yang ada di televisi atau

radio.

Page 113: KONSTRUKSI REALITAS PADA MEDIA CETAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8223/1/FEBYANTI... · faktualitas. Media memiliki ... Penulisan skripsi dengan judul Konstruksi

DAFTAR PUSTAKA

Buku :

Ardianto, Elvinaro. dkk. Komunikasi Massa Suatu Pengantar. Bandung :

Simbiosa Rekatama Media, 2005.

Birowo, M. Antonius, ed. Metode Penelitian Komunikasi Teori dan Aplikasi.

Yogyakarta : Gitanyali, 2004.

Burhan, Bungin. Sosiologi Komunikasi. Jakarta : Kencana Prenada Media

Group, 2006.

Burton, Graeme. Yang Tersembunyi di Balik Media. Yogyakarta : Jalasutra,

2008.

Djuroto, Totok. Manajemen Penerbitan Pers. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2004.

Effendy, Onong Uchjana. Ilmu, teori, dan Filsafat Komunikasi. Bandung : PT.

Citra Aditya Bakti, 2003.

Eriyanto. Analisis Framing, Konstruksi, Ideologi dan Politik Media. Yogyakarta : LKiS, 2002.

Hamad, Ibnu. Konstruksi Realitas Politik dalam Media Massa. Jakarta : Granit,

2004.

HM, Zainuddin. The Journalist Buku Basic Wartawan, Bacaan Wajib Para

Wartawan, Editor dan Mahasiswa Jurnalistik. Jakarta : Prestasi

Pustakarya, 2007.

Kriyantono, Rachmat. Teknik Praktis Riset Komunikasi.. Jakarta : Kencana

Prenada Media Group, 2006.

Kusumaningrat, Hikmat dan Kusumaningrat, Purnama. Jurnalistik Teori &

Praktik. Bandung : Rosda Karya, 2005.

McQuail, Denis. Teori Komunikasi Massa Suatu Pengantar. Jakarta : Erlangga, 1987.

Nasuhi, Hamid. dkk. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan

Disertasi). Jakarta : Ceqda, 2007.

Page 114: KONSTRUKSI REALITAS PADA MEDIA CETAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8223/1/FEBYANTI... · faktualitas. Media memiliki ... Penulisan skripsi dengan judul Konstruksi

Rakhmat, Jalaluddin. Metode Penelitian Komunikasi. Bandung : Rosda Karya, 2004.

Sareba Putra, Masri. Media Cetak Bagaimana Merancang dan Memproduksi.

Graha Ilmu, 2007.

Setiyaji, Achmad. Tragedi Monas Berdarah. Bandung : Semesta Ide, 2008.

Sobur, Alex. Analisis Teks Media : “Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana,

Analisis Semiotika, dan Analisis Framing. Bandung : Rosda Karya, 2004.

Sudibyo, Agus. Politik Media dan Pertarungan Wacana. Yogyakarta : LKiS,

2001.

Sumadiria, Haris. Jurnalistik Indonesia Menulis Berita dan Feature. Bandung :

Simbiosa Rekatama Media, 2006.

Tebba, Sudirman. Jurnalistik Baru. Ciputat : Kalam Indonesia, 2005.

Wibowo, Indiwan Seto Wahju. Dasar-Dasar Jurnalistik Lembaga Pendidikan

Jurnalistik Antara. Jakarta : LPJA Press, 2006.

Media Online :

“Agenda setting theory.” Artikel diakses pada 9 Mei 2009 dari http://en.wikipedia.org/wiki/Agenda-Setting theory

“Delik Penodaan Agama Dan Kehidupan Beragama Dalam RUU KUHP”.

Artikel diakses pada 21 Juni 2009, 00:562 dari

www.ditpertais.net/annualconference/.../Makalah%20Rumadi.doc

Haryanto, Ignatius. “Enak dibaca Tetapi Harus dari Atas”. Artikel diakses pada

8 Desember 2008, 22:43 dari http://www.kompas.com/kompas-

cetak/0509/17/pustaka/2053888.htm

“Isi SKB Menteri Tentang Ahmadiyah.” Artikel diakses pada 23 Juni 2009,

18:09 dari http://id.wordpress.com/tag/menteri-agama/.

“Politisasi Bahasa.” Artikel diakses pada 15 Februari 2009, 21:12 dari

http://blogaryandi.wordpress.com/2007/12/22/politisasi-bahasa-sebagai-

instrument-politik-media/

Sejarah Koran Tempo. Artikel diakses pada 1 Februari 2009 dari http://id.wikipedia.org/wiki/Koran_Tempo

Sejarah Republika. Artikel dari http://republika.co.id

Page 115: KONSTRUKSI REALITAS PADA MEDIA CETAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8223/1/FEBYANTI... · faktualitas. Media memiliki ... Penulisan skripsi dengan judul Konstruksi

“SKB Tentang Ahmadiyah.” Artikel diakses pada 23 Juni 2009, 21:24 dari

http://yusril.ihzamahendra.com/2008/05/09/skb-tentang-ahmadiyah/

http://digilib.petra.ac.id/viewer, diakses pada 24 Juni 2009

Artikel Koran :

“Bubarkan FPI.” Koran Tempo, 2 Juni 2008.

“Pemerintah Kaji Pembekuan FPI.” Koran Tempo, 3 Juni 2008.

“Dua Korban Penyerangan Dirawat Intensif.” Koran Tempo, 3 Juni 2008.

“Pemerintah Diminta Tegas Soal FPI.” Koran Tempo, 3 Juni 2008.

“Polisi Ultimatum FPI.” Koran Tempo, 4 Juni 2008.

“Koran Tempo Akan Diserbu.” Koran Tempo, 4 Juni 2008.

“Insiden Monas Akibat Penjagaan Polisi Lemah.” Koran Tempo, 4 Juni 2008.

“Goenawan Mohamad : Berbahaya Jika Pemerintah Gampang Melarang Organisasi”, Koran Tempo, 7 Juni 2008.

“Bentrokan Akibat Pemerintah Lamban.” Republika, 2 Juni 2008.

“Masyarakat Diimbau tak Lakukan Provokasi.” Republika, 3 Juni 2008.

“Akar Masalahnya Ahmadiyah.” Republika, 3 Juni 2008.

“Umat Islam Diminta Bersatu.” Republika, 5 Juni 2008.

“14 OKP : Jangan Ada Diskriminasi.” Republika, 6 Juni 2008.

“Ustadz Jeffry : SBY Harus Adil.” Republika, 7 juni 2008.

Lain-Lain :

Doni, “Konstruksi Media Cetak Atas Realitas (Analisis Framing Terhadap

Pemberitaan Baitul Muslimin Indonesia PDI-P di Harian Kompas dan

Republika).” Skripsi S 1 Fakultas Dakwah dan Komunikasi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008.

Company Profile Republika.

Company Profile Tempo Inti Media

Page 116: KONSTRUKSI REALITAS PADA MEDIA CETAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8223/1/FEBYANTI... · faktualitas. Media memiliki ... Penulisan skripsi dengan judul Konstruksi

Wawancara Pribadi dengan Irwan Ariefyanto. Jakarta, 23 April 2009.

Wawancara Pribadi dengan Gendur Sudarsono. Jakarta, 2 Juni 2009.