25
KONTRIBUSI TINGKAT KEMAJUAN PENDIDIKAN JASMANI DAN OLAHRAGA SEKOLAH TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA UJIAN NASIONAL TAHUN 2011 (Studi pada SMA Negeri dan Swasta se-Surabaya) Muchamad Arif Al Ardha*) Abstrak Pembelajaran penjasor sering dicap sebagai pembelajaran yang membosankan, menghambur-hamburkan waktu, dan mengganggu intelektual anak. Sehingga dalam pelaksanaannya seringkali tidak diperhatikan dan terabaikan. Keadaan ini sangat berbeda jika dibandingkan dengan pelaksanaan aktivitas fisik di negara maju seperti Amerika Serikat, Kanada, dan Belanda, aktivitas jasmani di kalangan remaja telah menjadi perhatian utama sektor pendidikan dan kesehatan masyarakat. J.F. Kennedy menyatakan bahwa kecerdasan dan ketrampilan hanya dapat berfungsi pada puncak kapasitasnya bila tubuh dalam keadaan bugar. Menurut (CDC, 2000; Disman, 1990: Pate dan Trost, 1998) dalam Maksum (2009a: 60 - 61) memaparkan bahwa kedudukan pendidikan jasmani merupakan bagian integral dari pendidikan secara keseluruhan, bertujuan untuk mengembangkan aspek kebugaran jasmani, ketrampilan gerak, ketrampilan berfikir kritis, ketrampilan sosial, penalaran, stabilitas emosional, tindakan moral, pola hidup sehat, dan pengenalan lingkungan bersih melalui dengan direncanakan sistematis dalam rangka mencapai tujuan pendidikan. Kesenjangan antara kondisi ideal yang diharapkan dengan praktek nyata di lapangan ini yang menjadi latar belakang penelitian untuk mengungkap kontribusi nyata pembelajaran penjas sebagai variabel bebas yang dirangkum pada intrumen PDPJOI terhadap hasil belajar siswa (kognitif) SMA se-Surabaya pada Unas tahun 2011 sebagai variabel terikat. Penelitian ini merupakan penelitian korelasi dengan metode kuantitatif. Populasi pada penelitian ini adalah 139 sekolah dan sampel penelitian 30 sekolah. Hasil analisis data korelasi product moment yang menghubungkan data variabel bebas dan data variabel terikat menunjukkan koefisien korelasi (r) 0,859 yang artinya hubungan antara kedua variabel sangat kuat, sedangkan besarnya kontribusi variabel bebas terhadap varibel terikat adalah dengan rumus (r 2 ) dan hasilnya adalah 73,79%. Jadi kesimpulannya adalah 1

KONTRIBUSI TINGKAT KEMAJUAN PENDIDIKAN JASMANI DAN OLAHRAGA SEKOLAH TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA UJIAN NASIONAL TAHUN 2011 (Studi pada SMA Negeri dan Swasta se-Surabaya)

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Jurnal Online Universitas Negeri Surabaya, author : Muchamad Al,

Citation preview

A

KONTRIBUSI TINGKAT KEMAJUAN PENDIDIKAN JASMANI DAN OLAHRAGA SEKOLAH TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA UJIAN NASIONAL TAHUN 2011 (Studi pada SMA Negeri dan Swasta se-Surabaya)

Muchamad Arif Al Ardha*)

Abstrak

Pembelajaran penjasor sering dicap sebagai pembelajaran yang membosankan, menghambur-hamburkan waktu, dan mengganggu intelektual anak. Sehingga dalam pelaksanaannya seringkali tidak diperhatikan dan terabaikan. Keadaan ini sangat berbeda jika dibandingkan dengan pelaksanaan aktivitas fisik di negara maju seperti Amerika Serikat, Kanada, dan Belanda, aktivitas jasmani di kalangan remaja telah menjadi perhatian utama sektor pendidikan dan kesehatan masyarakat. J.F. Kennedy menyatakan bahwa kecerdasan dan ketrampilan hanya dapat berfungsi pada puncak kapasitasnya bila tubuh dalam keadaan bugar. Menurut (CDC, 2000; Disman, 1990: Pate dan Trost, 1998) dalam Maksum (2009a: 60 - 61) memaparkan bahwa kedudukan pendidikan jasmani merupakan bagian integral dari pendidikan secara keseluruhan, bertujuan untuk mengembangkan aspek kebugaran jasmani, ketrampilan gerak, ketrampilan berfikir kritis, ketrampilan sosial, penalaran, stabilitas emosional, tindakan moral, pola hidup sehat, dan pengenalan lingkungan bersih melalui dengan direncanakan sistematis dalam rangka mencapai tujuan pendidikan.Kesenjangan antara kondisi ideal yang diharapkan dengan praktek nyata di lapangan ini yang menjadi latar belakang penelitian untuk mengungkap kontribusi nyata pembelajaran penjas sebagai variabel bebas yang dirangkum pada intrumen PDPJOI terhadap hasil belajar siswa (kognitif) SMA se-Surabaya pada Unas tahun 2011 sebagai variabel terikat. Penelitian ini merupakan penelitian korelasi dengan metode kuantitatif. Populasi pada penelitian ini adalah 139 sekolah dan sampel penelitian 30 sekolah. Hasil analisis data korelasi product moment yang menghubungkan data variabel bebas dan data variabel terikat menunjukkan koefisien korelasi (r) 0,859 yang artinya hubungan antara kedua variabel sangat kuat, sedangkan besarnya kontribusi variabel bebas terhadap varibel terikat adalah dengan rumus (r2) dan hasilnya adalah 73,79%. Jadi kesimpulannya adalah tingkat kemajuan penjasor sekolah, memberikan kontribusi sebesar 73,79% terhadap hasil belajar siswa pada Unas tahun 2011.

Kata kunci: kontribusi, tingkat kemajuan penjasor, hasil belajar siswa.

Pendahuluan

*) Calon Tenaga Akademik Baru FIK UnesaUndang-Undang Republik Indonesia nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional bahwa kurikulum pendidikan dasar dan menengah wajib memuat pendidikan jasmani dan olahraga (Penjasor). Tetapi pembelajaran penjasor dianggap kurang penting jika dibandingkan dengan bidang studi yang lain. Pembelajaran penjasor sering dicap sebagai pembelajaran yang membosankan, menghambur-hamburkan waktu, dan mengganggu intelektual anak (Suherman dalam Nurhasan dkk, 2005: 1). Menurut Nurhasan dkk (2005: 1), kenyataan yang terjadi saat ini penjasor diabaikan karena tuntutan intelektual, hal ini disebabkan budaya masyarakat modern yang lebih memprioritaskan ketrampilan intelektual guna diberikan apresiasi lebih tinggi dari pada ketrampilan jasmaniah. Sebaliknya di negara maju seperti Amerika Serikat, Kanada, dan Belanda, aktivitas jasmani di kalangan remaja telah menjadi perhatian utama sektor pendidikan dan kesehatan masyarakat (Hidayat, 2010: 5). Penelitian ini dilakukan guna mengetahui kontribusi penjasor terhadap hasil belajar siswa.

Pendidikan Jasmani dan OlahragaPenjasor adalah suatu mata pelajaran yang menempatkan siswa belajar tentang semua keuntungan yang diperoleh dan kebiasaan gaya hidup aktif secara fisik dan ketrampilan serta pengetahuan tentang aktivitas jasmani dan kepuasan beraktivitas jasmani dalam kehidupan (Abduljabar & Yudiana, 2010: 40). Pendidikan jasmani dalam proses pembelajarannya dominan menggunakan olahraga sebagai media dalam pembelajarannya, tetapi bukan berarti pendidikan jasmani itu selalu olahraga. Pendidikan jasmani dan olahraga mempunyai kesamaan dan perbedaan sebagai berikut:Tabel 1 Persamaan Pendidikan Jasmani dan Olahraga1.Kesamaan tujuanPendidikan jasmani dan olahraga ikut membantu meningkatkan kualitas manusia Indonesia seutuhnya

2. Penekanan tujuanPendidikan jasmani cenderung menekankan pada pembinaan perilaku hidup sehat dengan menganut prinsip pendidikan melalui jasmani

3.Kesamaan medium yang digunakanPendidikan jasmani dan olahraga menggunakan medium jasmani atau psikomotor

Sumber: Nurhasan, dkk (2005: 4).Perbedaan pada keduanya adalah sebagai berikut:Tabel 2 Perbedaan antara Pendidikan Jasmani dan OlahragaNo.Pendidikan JasmaniOlahraga

1.Diselenggarakan terutama di lingkungan sekolahDiselenggarakan di lingkungan luar sekolah atau masyarakat

2.Berorientasi pada pendidikan yang cenderung mengacu ke pembinaan perilaku hidup sehat

Berorientasi pada pelatihan yang cenderung mengacu pada pembinaan dan peningkatan prestasi olahraga

3.Sebagai mata ajar wajib di lingkungan sekolahSebagai kegiatan sukarela di masyarakat

4.Materi pelajaran berpusat pada anak sesuai perkembangan psikomotorMateri berpusat pada jenis olahraga yang harus dikuasai sepenuhnya

5.Dikelola di bawah wewenang MendiknasDikelola di bawah wewenang Menpora bersama organisasi olahraga di masyarakat

6.Cenderung memasyarakatkan olahragaCenderung mengolaharagakan masyarakat

Sumber: Nurhasan, dkk (2005: 5). Menurut (CDC, 2000; Disman, 1990: Pate dan Trost, 1998) dalam Maksum (2009a: 60 - 61) memaparkan tentang kedudukan pendidikan jasmani adalah sebagai berikut:Pendidikan jasmani merupakan bagian integral dari pendidikan secara keseluruhan, bertujuan untuk mengembangkan aspek kebugaran jasmani, ketrampilan gerak, ketrampilan berfikir kritis, ketrampilan sosial, penalaran, stabilitas emosional, tindakan moral, pola hidup sehat, dan pengenalan lingkungan bersih melalui dengan direncanakan sistematis dalam rangka mencapai tujuan pendidikan.

Mengingat banyaknya definisi dari pendidikan jasmani, maka banyak pakar yang telah mencoba memberikan perumusan sesuai dengan sudut pandang masing-masing, yang oleh Nurhasan dkk (2005: 2) dituliskan sebagai berikut:a. Pendidikan jasmani menuju keselarasan antara tumbuhnya badan dan perkembangan jiwa dan merupakan suatu usaha untuk membuat bangsa Indonesia menjadi bangsa yang sehat lahir batin, diberikan di segala jenis sekolah (UU Pokok Pendidikan dan Pengajaran No. 12 Tahun 1954 BAB VI, Pasal: 9).b. Pendidikan jasmani adalah olahraga yang dilakukan tidak semata-mata untuk mencapai suatu prestasi, terutama dilakukan di sekolah-sekolah, terdiri atas latihan-latihan tanpa atau dengan alat, dilakukan di dalam ruangan dan di lapangan terbuka (Ensiklopedia Indonesia).c. Menurut SK Menpora Nomor 053 A/MENPORA/1994, Pendidikan jasmani adalah suatu proses pendidikan yang dilakukan secara sadar dan sistemtis melalui berbagai kegiatan jasmani dalam rangka memperoleh kemampuan dan ketrampilan jasmani, pertumbuhan fisik, kecerdasan dan pembentukan watak.

Pendidikan jasmani dan olahraga dimaksudkan untuk membentuk karakter peserta didik agar sehat jasmani dan rohani, menumbuhkan rasa sportivitas serta budaya hidup sehat. Pembelajaran pendidikan jasmani dilandasi dengan pendekatan yang berorientasi pada taraf perkembangan serta pertumbuhan anak. Adapun aspek perkembangan jasmani menurut Sriyono (2005: 12 - 14) meliputi:1. Aspek PsikomotorAspek ini mencakup aspek kebugaran jasmani dan perkembangan perseptual-motorik yang diperoleh melalui aktivitas gerak atau jasmani sebagai perantara untuk tujuan yang bersifat mendidik dan membentuk ketrampilan atau aktivitas gerak (perilaku). 2. Aspek KognitifAspek kognitif adalah aspek yang mencakup perubahan pengetahuan tentang fakta, konsep diri dan yang penting lagi adalah penalaran dan kemampuan seseorang dalam memecahkan suatu masalah.3. Aspek AfektifAspek ini mencakup tentang sifat-sifat psikologis yang menjadi unsur-unsur kepribadian yang utuh. Yang lebih penting adalah konsep kepribadian dan konsep diri yang meliputi intelegensi emosional dan watak. Konsep diri menyangkut tentang persepsi diri atau penilaian diri tentang kelebihan dan kekurangan seseorang, konsep diri merupakan fondasi kepribadian anak yang erat hubungannya dengan pertumbuhan dan perkembangan setelah dewasa. Intelegensi emosional mencakup tentang sifat pengendalian diri, kemampuan memotivasi diri, ketekunan dalam belajar dan kemampuan untuk berempati (berhubungan dengan orang lain).

Ujian Nasional (Unas)Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Bab I Ketentuan Umum Pasal 1 Ayat 20 mendefinisikan bahwa ujian adalah kegiatan yang dilakukan untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta didik sebagai pengakuan prestasi belajar dan penyelesaian dari suatu satuan pendidikan. Pasal 68 Bagian IV Bab X Peraturan Pemerintah RI No. 19/2005 tentang Standar Nasional Pendidikan dan Pasal 3 Permendiknas No.78/2008 tentang Ujian Nasional SMP/MTs/SMPLB, SMALB, dan SMK tahun pelajaran 2008/2009, menjelaskan bahwa ujian nasional berfungsi sebagai alat pemeta mutu program dan atau satuan pendidikan, dasar seleksi masuk jenjang pendidikan berikutnya, penentu kelulusan peserta didik dari satuan pendidikan, dan sebagai dasar pembinaan dan pemberian bantuan kepada satuan pendidikan dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan. Pelaksanaan Unas tahun 2011 untuk jenjang SMA/SMK adalah tanggal 18 - 21 April 2011 dan untuk jadwal Unas susulannya pada tanggal 25 - 28 April 2011. Hasil Unas SMA/SMK diumumkan paling lambat pada 3 - 6 Mei 2011 (Jawa Pos, 5 Januari 2011: 29).

Tabel 3 Jadwal Unas SMA/MA Tahun 2011Jadwal Unas SMA/MA

Hari/ TanggalJamIPAIPSBahasaKeagamaan

Senin/18 April08.00-10.0011.00-13.00B. Indo.Biologi B. Indo.Sosiologi B. Indo.Sastra Indo.B. Indo.Fikih

Selasa/19 April08.00-10.00

MatematikaMatematikaMatematikaMatematika

Rabu/20 April08.00-10.0011.00-13.00B. inggrisKimiaB. inggrisGeografiB. inggrisAntropologiB. inggrisHadis

Kamis/21 April08.00-10.00

Fisika Ekonomi B. AsingTafsir

Sumber: (Jawa Pos, 18 April 2011: 37).Batas nilai terendah untuk kelulusan Unas adalah 5,5. Komposisi nilai kelulusannya adalah 60 persen nilai Unas dan 40 persen nilai sekolah yang didapat mulai kelas 1, 2 dan 3. Ketentuan lainnya, nilai masing-masing pelajaran minimal 4,00 (Jawa Pos, 11 April 2011: 15).

Korelasi Tingkat Kemajuan Penjasor dengan Hasil Ujian NasionalMenurut Khaerudin (2010) dalam website (www.web-bali.net), secara garis besar faktor-faktor yang mempengaruhi hasil Unas dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu adalah sebagai berikut: Faktor internal adalah faktor-faktor yang berasal dalam diri siswa sendiri, seperti kecerdasan intelektual, kecemasan, kesiapan mental, bahkan kondisi fisik. Faktor eksternal adalah faktor-faktor yang ada di luar diri siswa yang dapat mempengaruhi keberhasilan dan kegagalan siswa lulus ujian nasional, seperti lingkungan belajar di rumah atau sekolah, lingkungan fisik tempat ujian berlangsung, fasilitas/sarana dan prasarana yang dimiliki dan digunakan siswa, baik di rumah maupun di sekolah, situasi dan kondisi pada saat ujian berlangsung, dan juga masalah teknis berkenaan dengan cara mengisi lembar jawaban dan proses pemeriksaan lembar jawaban.

Pendidikan Jasmani berperan banyak dalam mendukung faktor internal, karena menurut Ateng (1992) dalam Petra (2011: 9) pendidikan jasmani merupakan bagian integral dari pendidikan secara keseluruhan melalui berbagai kegiatan jasmani yang bertujuan mengembangkan secara organik, neuromuskuler, interparatif, sosial dan emosional. Melalui aktivitas jasmani, kebugaran seseorang akan lebih baik, adapun definisi bugar adalah suatu kondisi seseorang mempunyai kekuatan, kemampuan, kesanggupan daya kreasi dan daya tahan untuk melakukan pekerjaan dengan efisien tanpa menimbulkan kelelahan yang berarti (Said, 1975 dalam Sriyono 2005: 10). Menurut J.F. Kennedy yang dikutip Kuntaraf (1992) dalam Sriyono (2005: 8) menyatakan bahwa kesegaran jasmani bukan hanya suatu rahasia paling penting untuk kesehatan, tetapi juga dasar dinamik dan kreatif untuk kegiatan intelektual. Kecerdasan dan ketrampilan hanya dapat berfungsi pada puncak kapasitasnya bila tubuh dalam keadaan bugar. Aktifitas jasmani dapat digunakan untuk memacu penguasaan konsep akademik. Dengan pendekatan pembelajaran terpadu dengan cara penyajian pengalaman gerak dalam pendidikan jasmani dapat memacu peningkatan prestasi belajar siswa (Sriyono, 2005: 9). Siswa yang lebih aktif dan sehat secara fisik lebih menunjukkan motivasi tinggi pada akademik, siswa lebih cermat dan cekatan (Abduljabar & Yudiana, 2010: 40). Aktivitas jasmani juga berkaitan erat dengan kesehatan mental seseorang, menurut Saragian (1983) dalam Sriyono (2005: 9) disebutkan bahwa olahraga aerobik selama 10 minggu dapat mengatasi stress atau emosi. Olahraga tersebut dalam durasi 30 menit terdiri dari senam dan jogging, 4 hari perminggu dalam 10 minggu.Para ahli fisiologi mengemukakan bahwa kegiatan fisik atau olahraga dapat membantu memproduksi beta endorphine, beta endorphine adalah hormon yang dihasilkan oleh kelenjar pitruati. Konsentrasi beta endorphine naik dalam darah akan dialirkan ke otak. Fungsi hormon ini adalah melawan rasa sakit, membantu otak untuk berfungsi lebih baik dalam berfikir (Kuntaraf, 1992 dalam Sriyono, 2005: 2). Kebanyakan studi juga menyatakan bahwa ada hubungan yang positif antara keterlibatan dalam olahraga dengan perkembangan identitas remaja (Biddle, Sallis, & Cavil, 1998 dalam Maksum, 2008: 47). Maksum juga menjabarkan bahwa mereka yang terlibat aktif dalam kegiatan olahraga menuju tingkat kepercayaan diri (self confidence) yang lebih tinggi dibanding mereka yang tidak terlibat. Hasil studi Biddle, Sallis, & Cavil, (1998) yang dipaparkan oleh Maksum (2008: 48) dalam bukunya yang berjudul Psikologi Olahraga dijelaskan bahwa remaja yang aktif dalam olahraga penyimpangan tingkahlakunya lebih kecil jika dibandingkan dengan mereka yang tidak berpartisipasi dalan cabang olahraga.Menurut abdullah (1981) dalam Sriyono (200: 2) dijelaskan bahwa kegiatan fisik atau aktivitas jasmani dapat memberikan sumbangan pada perkembangan interpretive cortical artinya perkembangan kemampuan seseorang membuat tafsiran dan mengartikan secara betul suatu simulasi, kemampuan berfikir, kemampuan memecahkan masalah pada situasi tersebut.Kesimpulan dari berbagai paparan di atas adalah adanya kontribusi positif dari aktivitas jasmani dan olahraga dengan prestasi akademik. Adapun hubungan antara pembelajaran penjas dan hasil belajar siswa dalam Unas dapat penulis gambarkan pada gambar 1. Pada gambar tersebut sebenarnya merupakan kerangka berfikir dari penulis yang mengaitkan berbagai teori, hasil penelitian dan juga gagasan dari berbagai sumber. Adapun garis besar penjelasan dari gambar tersebut adalah hubungan penjas dengan Unas meliputi 4 hal utama, yaitu pada persiapan kondisi fisik, faktor pendukung dalam proses KBM di kelas, persiapan mental serta faktor eksternal seperti kemampuan siswa untuk beradaptasi di lingkungan sekitar.

ABC Gambar.1: Hubungan Penjasor dan Unas PEMBELAJARAN PENJASOR PERSIAPAN MATERI UNAS PERSIAPAN KONDISI FISIK PERSIAPAN MENTAL NILAI HASIL UNAS FAKTOR INTERNAL FAKTOR EKSTERNAL KEADAAN SISWA JASMANI MENTAL KECERDASAN

Keterangan:: berdampak positif pada aspek yang dituju : batas keadaan yang diamatiA : keadaan pasca UnasB : keadaan saat UnasC : keadaan pra UnasKesimpulan tersebut diperkuat dengan berbagai pendapat lainnya. seperti pendapat Slameto (1988) dalam Sagita (2008: 3) yang mengatakan bahwa proses belajar siswa akan terganggu jika keadaan seseorang terganggu, selain itu juga dia akan cepat lelah, kurang bersemangat, mudah pusing, cepat ngantuk, sikap badannya lemah, kurang darah ataupun ada gangguan-gangguan atau kelainan-kelainan fungsi alat inderanya serta tubuhnya.Berbagai data yang didapat penulis pada buku referensi dan hasil skripsi di perpustakaan Fakultas Ilmu Keolahragaan terkait dampak pembelajaran penjasor diantaranya ditulis dalam ulasan sebagai berikut. Remaja yang dapat mengikuti pendidikan jasmani dan olahraga di sekolahnya diharapkan mampu terlibat dalam aktivitas fisik yang cukup, hal ini berkaitan dengan berbagai dampak positif yang akan terjadi pada siswa. Hasil studi membuktikan bahwa remaja yang terlibat dalam aktivitas fisik lebih memiliki ketahanan dan mampu mengatasi stresor dari lingkungannya (Brinkhoff, 1998 dalam Maksum, 2008: 48).Berkaitan dengan dampak positif ketika siswa mengikuti pembelajaran pendidikan jasmani dan kesehatan, hasil studi Brettscnelder (1999) menunjukkan bahwa remaja umumnya membutuhkan interaksi dengan yang lain dan membutuhkan dukungan sosial, tidak saja dari kelompoknya melainkan juga dari kelompok dan institusi lain. Dalam hal demikian, kegiatan olahraga menjadi media yang paling efektif (Maksum, 2008: 48). Pembelajaran penjasor memberikan peningkatan ketrampilan gerak manipulatif pada siswa kelas 2 SDN Bubutan X Surabaya (Solichin, 2006: 36). Fakta yang dipaparkan Sagita (2008: 46) pada skripsinya ternyata terdapat pengaruh senam kesegaran jasmani 2004 sebelum belajar dimulai terhadap hasil belajar siswa SDN Pilang Kecamatan Kanor Bojonegoro. Penelitian eksperimen ini dilakukan dengan membandingkan nilai ulangan harian kelompok yang mendapatkan perlakuan dibandingkan dengan kelompok kontrol (Sagita, 2008: 35 - 36). Siswa yang aktif dalam pembelajaran penjasor ternyata mempunyai konsep diri yang berbeda dibandingkan mereka yang pasif. Konsep diri yang dimaksudkan adalah seluruh pandangan individu akan dimensi fisik, karakteristik pribadi, motivasi, kelemahan, kegagalan dan lain sebagainya (Petra, 2011: 15). Berdasarkan hasil penelitian Sriyono (2005: 41) yang mengkaitkan antara aktifitas olahraga dengan peningkatan prestasi belajar siswa ternyata ada dampak positif antara keduanya. Hal ini dibuktikan dari 90% sampel yang aktif mengikuti olahraga ternyata mengalami peningkatan prestasi belajar. Pada sumber yang berbeda, penulis menemukan kontribusi penjas bersama dengan faktor lain guna memperoleh kebahagiaan masing-masing individu sebagai berikut:

Married lifeHygiene of pregnancyCare ThougnessNutrition Physical EducationHEALTH OF BODYINTELECTUAL AND MORAL EDUCATIONLIFE FOR BENEFIT THE OTHERS AND ONES OWNHAPPINESSGambar 2. niadeckis multi-factorial health concept (Konsep Kesehatan Multi-faktorial) (Pawucki 2005 dalam Zikowski & Froowicz. 2009: 11).

Sampel PenelitianSampel penelitian ini adalah SMA atau Sekolah Menengah Atas baik negeri atau swasta yang berjumlah 30 sekolah yang terdiri dari 10 sekolah dengan nilai rata-rata tergolong tinggi, 10 sekolah dengan nilai rata-rata termasuk sedang dan 10 sekolah dengan nilai rata-rata tergolong rendah pada ujian nasional pada tahun 2011.

Waktu dan Tempat PenelitianPenelitian ini akan dilaksanakan selama 4 bulan, yaitu dimulai pada 23 September 2011 sampai 14 Desember 2011 di 30 SMA Negeri dan Swasta se-Kota Surabaya.

Variabel PenelitianVariabel bebas dalam penelitian ini adalah tingkat kemajuan pendidikan jasmani dan olahraga di sekolah, sedangkan variabel terikat dalam penelitian ini adalah hasil belajar siswa pada Unas tahun 2011.

Instrumen penelitianVariabel bebas diukur dengan PDPJOI, karena intrumen ini dapat menampilkan nilai dan kategori kemajuan pelaksanaan penjasor satuan pendidikan maupun nilai dan kategori yang merupakan cerminan rata-rata tingkat nasional, propinsi, kabupaten atau kota, hingga tingkat kecamatan. Variabel terikat dilihat berdasarkan capaian hasil belajar siswa yang diolah menjadi nilai rata-rata sekolah setelah menempuh Ujian Nasional 2011.

Teknik Pengumpulan DataLangkah awal sebelum melakukan penelitian adalah melakukan studi pendahuluan, dengan tujuan mengetahui kondisi di lapangan yang akan dijadikan sebagai tempat penelitian. Studi pendahuluan kegiatan yang dilakukan antara lain sebagai berikut : 1. Mengambil data berupa nilai rata-rata sekolah pada Unas tahun 2011 di Dinas Pendidikan Kota Surabaya Jl. Jagir Wonokromo No. 356 Surabaya, Telepon (031) 8418904.2. Berdasarkan nilai rata-rata sekolah pada Unas tahun 2011 akan dikelompokkan menjadi 3 kategori. Yaitu kategori sekolah dengan nilai rata-rata Unas tinggi, sedang, dan rendah. 3. Menentukan sampel yang akan digunakan dalam penelitian, yaitu 30 SMA atau Sekolah Menengah Atas baik negeri atau swasta se-Surabaya. 4. Sampel dipilih berdasarkan kriteria perolehan nilai rata-rata hasil Unas tahun 2011 kategori tinggi berjumlah 10 sekolah, untuk sekolah dengan nilai rata-rata hasil Unas tahun 2011 yang termasuk dalam kategori sedang 10 sekolah dan sekolah dengan nilai rata-rata pada Unas tahun 2011 yang dalam kategori rendah 10 sekolah.5. Mempersiapkan segala administrasi terkait penelitian yang akan dilaksanakan, seperti admisintrasi perijinan kepada sekolah.6. Menyusun waktu dan rencana untuk pengambilan data pada sekolah yang telah ditentukan.

Teknik Analisis Data Analisis yang pertama dilakukan adalah mencari tendensi sentral yaitu mean atau rata-rata hitung, median, dan modus. kemudian akan dianalisis variabilitas atau sebuah ukuran tentang derajat penyebaran nilai variabel dari suatu tendensi sentral dalam sebuah distribusi (Maksum, 2007: 25). Variabilitas tersebut akan dianalisis melalui data range, mean deviasi, standar deviasi, dan varian. Untuk mengetahui hubungan atau korelasi dari kedua variabel ini kemudian akan dihubungkan dengan menggunakan korelasi product moment. Kontribusi variabel bebas terhadap variabel terikat dihitung dengan mengkuadaratkan koeisien korelasi yang telah diperoleh. Sedangkan untuk mengetahui makna dari nilai koefisien korelasi adalah dengan mencocokkan koefisien korelasi hasil perhitungan kepada tabel berikut:Tabel 4 Pedoman untuk Memaknai Koefisien KorelasiInterval KoefisienTingkat Hubungan

0,00-0,1990,20-0,3990,40-0,5990,60-0,7990,80-1,000Sangat rendahRendah SedangKuatSangat kuat

Sumber: (Sugiyono, 2007: 231).

Hasil PenelitianData varibel bebas pada penelitian ini menggunakan skala angka 0 - 100, sedangkan data Variabel terikatnya menggunakan skala 0 - 10. Jenis data pada kedua variabel merupakan data interval dan diolah dengan program komputer microsoft office excel 2007 serta menggunakan statistical package for the social sciense (SSPS) 20 guna menganalisis dan menguji hipotesis yang telah ditetapkan.

Tabel 5 Analisis Deskriptif Data Hasil PenelititanHasil perhitungan tendensi sentral dan variablitias dari data penelitianadalah sebagai berikut:

Data hasil pengukuran variabel bebas dan terikat menunjukkan nilai tingkat kemajuan pendidikan jasmani dan olahraga sekolah. Adapun grafik nilai masing-masing sekolah adalah sebagai berikut:

Grafik 1 Nilai Variabel BebasGrafik 2 Nilai Variabel Terikat

Tabel 6 Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov dengan Koreksi LiliieforsDari penghitungan uji normalitas Kolmogorov-Smirnov di atas maka dapat disimpulakan bahwa distribusi data normal, karena nilai signifikan dari nilai hitung Kolmogorov-Smirnov di atas nilai alpha (5 % atau 0,05), maka H0 diterima dan H1 ditolak. H0 diartikan data memiliki data distribusi normal. Hasil perhitungan Product moment adalah sebagai berikut:

Tabel 7 Analisis Data Product Moment

Jadi nilai koefisien korelasi (r) adalah 0,852 yang artinya hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat sangat kuat. Kemudian nilai kontribusi yang dimaksudkan pada penelitian ini bisa dihitung dengan menggunakan r2 atau 0,8522 = 0,7259 Atau dapat juga disimpulkan bahwa kontribusi tingkat kemajuan pendidikan jasmani dan olahraga sekolah terhadap hasil belajar siswa pada unas tahun 2011 adalah 72,59% (Kuat).

Pembahasan Pada pembahasan ini akan dibahas penjelasan dari hasil penelitian mengenai kontribusi tingkat kemajuan pendidikan jasmani dan olahraga terhadap hasil belajar siswa SMA negeri dan swasta se-Surabaya pada unas tahun 2011.Sesuai dengan rumusan masalah, tujuan penelitian, dan hasil penelitian mengenai kontribusi mengenai kontribusi tingkat kemajuan pendidikan jasmani dan olahraga terhadap hasil belajar siswa SMA negeri dan swasta se-Surabaya pada unas tahun 2011 ternyata menunjukkan nilai 72,59%.Hal ini tentunya tidak terjadi karena sebuah kebetulan, karena sebagaiman telah dijabarkan pada bab II bahwa pendidikan jasmani, olahraga dan rekreasi merupakan bagian yang integral dari proses pembelajaran secara umum. Pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan mendukung perkembangan unsur-unsur penting yang dibutuhkan peserta didik dalam mengikuti proses pembelajaran. Sehingga banyak sekali manfaat yang didapat peserta didik dari pembelajaran pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan di sekolah.

Simpulan Kesimpulan yang dapat diambil berdasarkan rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:1. Berdasarkan kajian literatur dan analisis data hasil penelitian, ternyata tingkat kemajuan penjasor sekolah memberikan kontribusi terhadap hasil belajar siswa pada ujian nasional.2. Besarnya kontribusi tingkat kemajuan penjasor SMA se-Surabaya terhadap hasil belajar siswa pada ujian nasional tahun 2011 adalah 72,59 %.

Saran Saran yang diharapkan bisa menjadikan manfaat bagi pendidikan di Indonesia pada umumnya adalah sebagai berikut:1. Perlu adanya sosialisi kepada seluruh komponen dalam bidang pendidikan terkait peran penting pembelajaran penjasor untuk menggapai tujuan pembelajaran yang lainnya, sehingga tidak ada lagi yang mendiskriminasikan pelaksanaan penjasor di seluruh satuan pendidikan di Indonesia.2. Penelitian ini dapat dikembangkan dengan menambah sampel atau melebarkan lingkup penelitian sehingga penelitian ini semakin baik dan valid.

Daftar PustakaAbduljabar, B. & Yudiana Y. 2010. Pendidikan Jasmani dan Kualitas Hidup yang Baik: Suatu Kontribusi Besar dari Penyelenggaraan Pendidikan Jasmani. Jurnal Ilmiah Pendidikan Jasmani dan Kesehatan ISBN: 0987-9887 No. 4 Edisi Juni 2010.

Hidayat, Yusuf. 2010. Peran Dukungan Sosial dan Faktor Personal dalam Aktivitas Jasmani Remaja: Analisis Model Teoretis dan Implementasinya dalam Penelitian. Jurnal Ilmiah Pendidikan Jasmani dan Kesehatan ISBN: 0987-9887 No. 4 Edisi Juni 2010.

Jawa Pos. 11 April, 2011. Sekolah Nakal Hasil Ujian Tak Diakui, hal. 15.

Jawa Pos. 18 April, 2011. Sekolah Harus Unas Ulang: Jika Ketahuan Berbuat Kecurangan, hal. 37.

Jawa Pos. 5 Januari, 2011. Target Lulus Semua, Tambah Jam Belajar: Sekolah Antisipasi Formula Baru Penilaian Unas, hal. 29.

Khaerudin. 2010. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil UN. Yang diakses dari website www.web-bali.net/home/index.php/publication/instructional-management/131-faktor-faktor-yang-mempengaruhi-hasil-un (online) pada tanggal 28 April 2011.

Maksum, Ali. 2007. Buku Ajar Matakuliah Statistik dalam Olahraga. Surabaya: FIK Universitas Negeri Surabaya.

Maksum, Ali. 2008. Psikologi Olahraga: Teori dan Aplikasi. Surabaya: Unesa University Press.

Maksum, Ali. 2009a. Kualitas Guru Pendidikan Jasmani di Sekolah: Antara Harapan dan Kenyataan. ORDIK: Jurnal Jurusan Olahraga Pendidikan FIK-Universitas Negeri Surabaya ISBN: 1693-2404 Vol. 7 No. 3 Edisi Desember 2009.

Nurhasan, dkk. 2005. Petunjuk Praktis Pendidikan Jasmani: Bersatu Membangun Manusia yang Sehat Jasmani dan Rohani. Surabaya: Unesa University Press.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. 2005. Surabaya: Usaha Nasional.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 78 Tahun 2008 Pasal 3 tentang Ujian Nasional. 2008. Surabaya: Usaha Nasional.

Petra, Etika Atik. 2011. Perbedaan Konsep Diri antara Siswa Aktif dan Siswa Pasif dalam Aktifitas Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan di SDN 1 Slempit Kedamean Gresik. Skripsi tidak diterbitkan. Surabaya: Program Sarjana FIK Unesa.

Program Pangkalan Data Pendidikan Jasmani dan Olahraga. Kemenpora dalam http://www.indsa.com/pdpjoi/?pdpjoi=1&idb=11 yang diakses pada pukul 21.35 tanggal 20 Desember 2011.

Sagita, Dhanny. 2008. Pengaruh Senam Kesegaran Jasmani 2004 sebelum Belajar dimulai terhadap Hasil Belajar Siswa: Studi di SDN Pilang Kecamatan Kanor Bojonegoro. Skripsi tidak diterbitkan. Surabaya: Program Sarjana FIK Unesa.

Solichin, Riadhus. 2006. Pengaruh Pelaksanaan Pendidikan Jasmani terhadap Peningkatan Ketrampilan Gerak Manipulatif Siswa: Studi pada Ketrampilan Gerak Motorik Siswa Kelas II SDN Bubutan X Surabaya. Skripsi tidak diterbitkan. Surabaya: Program Sarjana FIK Unesa.

Sriyono, Jujuk Eko. 2005. Studi tentang Aktivitas Olahraga terhadap Prestasi Belajar Siswa di Sekolah: Penelitian pada Siswa SSB Bima Amora, Hulaan-Menganti-Gresik, KU-11 dan KU-13 yang Aktif Mengikuti Kompetisi Ligina Pengda PSSI Jawa Timur, Tahun 2003-2004. Skripsi tidak diterbitkan. Surabaya: Program Sarjana FIK Unesa.

Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Teori Penjas dan Olahraga yang diakses dari website http://pdpjoi.kemenpora.go.id/?pdpjoi=1&idb=10 pada pukul 21.35 tanggal 20 Desember 2011.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. 2003. Surabaya: Usaha Nasional.

Zikowski, Artur & Froowicz, Tomasz. 2009. Jdrzej niadecki: The Originator of The Polish Thought on Physical Education. European Journal of Physical & Health Education (online) ISSN: 20808003, vol. 1(1), 7-12 edisi 2009

17