15
KOREKSI GIGITAN SILANG KOMPLIT RAHANG ATAS DENGAN RAPID PALATAL EXPANSION PADA PERIODE GIGI BERCAMPUR YANG DIIKUTI DENGAN PERAWATAN ORTODONTIK KOREKTIF ABSTRAK Laporan kasus ini menerangkan mengenai perawatan ortodontik interseptif dari seorang anak laki-laki berusia 8 tahun 4 bulan dengan maloklusi Klas I disertai defisiensi maksila transversal yang parah dan gigitan silang komplit rahang atas, yang dikoreksi menggunakan ekspansi Haas dan piranti ortodontik cekat. Tujuan perawatan adalah untuk mengoreksi gigitiran silang posterior dan gigitan silang anterior, serta mengembalikan normalitas gigi-geligi dan oklusi pasien. Pada fase I, pasien dirawat dengan modifikasi palatal expander tipe Haas, yang dapat memberikan ekspansi palatal yang signifikan secara klinis dan meningkatkan perimeter lengkung rahang atas dengan kondisi yang baik untuk perawatan ortodontik dengan piranti cekat pada fase II. Optimisasi E-space dan penggunaan elastic intermaksilar Klas III membantu untuk mempertahankan gigi insisivus rahang atas. Piranti lepasan tipe wrapround dan retainer cekat lingual dari kaninus kanan ke kaninus kiri, digunakan sebagai retensi. Meskipun literature telah melaporkan tingginya angka terjadnya relapse setelah ekspansi palatal, namun setelah 2 tahun 9 bulan dilakukan follow up

KOREKSI GIGITAN SILANG KOMPLIT RAHANG ATAS DENGAN RAPID PALATAL EXPANSION PADA PERIODE GIGI BERCAMPUR YANG DIIKUTI DENGAN PERAWATAN ORTODONTIK KOREKTIF.docx

Embed Size (px)

Citation preview

KOREKSI GIGITAN SILANG KOMPLIT RAHANG ATAS DENGAN RAPID

PALATAL EXPANSION PADA PERIODE GIGI BERCAMPUR YANG DIIKUTI

DENGAN PERAWATAN ORTODONTIK KOREKTIF

ABSTRAK

Laporan kasus ini menerangkan mengenai perawatan ortodontik interseptif dari seorang

anak laki-laki berusia 8 tahun 4 bulan dengan maloklusi Klas I disertai defisiensi maksila

transversal yang parah dan gigitan silang komplit rahang atas, yang dikoreksi menggunakan

ekspansi Haas dan piranti ortodontik cekat. Tujuan perawatan adalah untuk mengoreksi

gigitiran silang posterior dan gigitan silang anterior, serta mengembalikan normalitas gigi-

geligi dan oklusi pasien. Pada fase I, pasien dirawat dengan modifikasi palatal expander

tipe Haas, yang dapat memberikan ekspansi palatal yang signifikan secara klinis dan

meningkatkan perimeter lengkung rahang atas dengan kondisi yang baik untuk perawatan

ortodontik dengan piranti cekat pada fase II. Optimisasi E-space dan penggunaan elastic

intermaksilar Klas III membantu untuk mempertahankan gigi insisivus rahang atas. Piranti

lepasan tipe wrapround dan retainer cekat lingual dari kaninus kanan ke kaninus kiri,

digunakan sebagai retensi. Meskipun literature telah melaporkan tingginya angka terjadnya

relapse setelah ekspansi palatal, namun setelah 2 tahun 9 bulan dilakukan follow up setelah

perawatan, hasilnya oklusal gigi tetap stabil dan tidak dideteksi adanya kelainan skeletal.

PENDAHULUAN

Gigitan silang posterior merupakan salah satu maloklusi yang serinng terjadi dalam

bidang ortodontik, dan kemungkinan etiologinya adalah adanya retensi yang

berkepanjangan atau gigi desidui yang tanggal terlalu dini, gigi berjejal, celah langit-langit,

faktor genetic, diskrepansi panjang lengkung rahang dan ukuran gigi, abnormalitas

morfologi gigi dan rentetan erupsi, kebiasaan mengisap jempol, dan bernapas melalui

mulut, selama periode pertumbuhan.

Rapid palatal expansion (RPE) sering digunakan untuk ekspansi maksila pada

pasien gigi bercampur yang mengalami defisiensi. Secara spersifik, teknik tersebut

digunakan untuk mengoreksi gigitan silang dalam arah transversal dan sagital,

menyediakan ruangan dalam lengkung gigi, dengan demikian menyelesaikan kasus gigi

berjejal borderline.

RPE sangat berguna untuk perawatan maloklusi Klas III dan kasus defisinsi maksila

yang nyata maupun relatif. Splint akrilik pada bagian oklusal dianggap lebih efektif

dibandingkan RPE pada pasien muda karena memiliki efek terapeutik yang tidak terbatas

hanya pada koreksi gigitan silang atau meningkatkan lebar lengkung.

Gigitan silang posterior dan aanterior tidak mengalami koreksi spontan dan harus

dirawat dengan ekspansi palatal sedini mungkin, setelah dilakukan diagnosis yang akurat

dimana pasien berada pada relasi sentris, dan rencana perawatan telah dibuat serta pasien

bersedia untuk menggunakan piranti ortodontik.

Artikel ini bertujuan untuk mendeskripsikan ekpansi palatal yang besar setelah

penggunaan RPE, pada periode gigi bercampur, dengan modifikasi palatal expander Haas

pada pasien yang mengalami gigitan silang komplit rahang atas, dan setelah 2 tahun 9

bulan follow up post perawatan, didapatkan hasil oklusal yang tetap stabil dan tidak

dideteksi adanya kelainan skeletal.

LAPORAN KASUS

Seorang pasien laki-laki berusia 8,4 tahun dirujuk oleh dokter gigi umum. Pada

pemeriksaan, ditemukan faktor berikut : diastema diantara insisivus sentralis dan adanya

ruang kecil yang tersedia untuk erupsi gigi insisivus lateral. Secara radiografi, terlihat

adanya rentetan erupsi yang normal, maloklusi skeletal Klas I (ANB = 1º), dengan

kecenderungan Klas III (Ao-Bo = -8mm) dan maloklusi angle Klas III, kecenderungan

pertumbuhan vertikal, dan insisivus maksila serta mandibula (Gambar 1 dan Tabel 1)

Gambar 1. Fotografi intraoral, radiografi panoramik dan sefalometrik, dan tracing

sefalometri sebelum perawatan. Maloklusi Angle Klass II. Gigitan silang komplit rahang

atas.

2.1. Tujuan Perawatan

Tujuan perawatan fase I adalah untuk mengoreksi gigitan silang komplit dan secara

tidak langsung meningkatkan perimeter lengkung maksila. Direkomendasikan

tindakan untuk mempertahankan E-space pada lengkung mandibula dengan lingual

holding arch. Pasien dan orangtuanya diberitahukan bahwa kemungkinan adanya pola

pertumbuhan yang tidak diinginkan yang akan terjadi berdasarkan pengukuran

sefalometri (Tabel 1) dan juga karena adanya faktor genetik (ayah pasien mengalami

maloklusi skeletal Klas III).

2.2. Alternatif Perawatan

Pada fase I, direkomendasikan untuk segera mengoreksi gigitan silang komplit pada

pasien, sebab pasien telah menyetujui penggunaan piranti, pemasangan expanders, dan

khususnya kebersihan mulut. Haas, HYRAX, quad-helix, dan tipe bonded expander

pada pasien dan ayahnya.

2.3. Progres Perawatan

Pada kasus ini dipilih perawatan dengan palatal expander cekat tipe Haas dengan

modifikasi pada regio anterior, sebab tidak adanya gigi premolar pasien. Kedua gigi

molar pertama permanen rahang atas dipasangkan band dan expander dipasang dengan

seri 110M (044-001, Summit Orthodontics). Expander disementasi pada molar

permanen dan dibonding ke gigi molar dan kaninus desidui. Setelah palatal expander

dipasang, pasien diberi penjelasan mengenai perawatan (makanan, kebersihan, dan

aktivasi) (gambar 2).

(a)

(b) (c)

(d)

Gambar 2. Diastema sentralis dengan tanda klinis pembukaan sutura. Radiografi

oklusal menunjukkan pembukaan sutura yang nyata. (a) Setelah 3 minggu dan 52 kali

aktivasi sekrup. (b) 43 hari dan (c) dan (d) 5 bulan dan 6 bulan setelah retensi.

Diastema kembali ke dimensi awalnya pada fase retensi sekrup.

Aktivasi ekspansi dilakukan sebanyak dua kali seperempat putaran (0,5 mm) setiap

harinya hingga ekspansi yang diharapkan telah dicapai, dan dievaluasi melalui

pembukaan distema dan hubungan transversal posteror pada observasi klinik. Terdapat

pembukaan diastema yang signifikan secara klinis antara insisivus sentral rahang atas

sebesar 10 mm setelah 3 minggu dan 52 kali aktivasi sekrup. Radiografi oklusal

menunjukkan struktur yang terpisah secara nyata. Diastema kembali pada dimensi

awal pada fase retensi (Gambar 2). Expander tetap dipasang sebagai retainer selama

periode 6 bulan. Penggunaan E-space yang tersisa digunakan untuk gigi anterior

rahang bawah (Gambar 3).

2.4. Hasil Perawatan

Pada fase I, RPE berhasil mengoreksi gigitan silang posterior, dan secara bersamaan

juga gigitan silang anterior akibat proklinasi insisivus maksila dan insisivus bawah

yang tegak lurus. Selain itu juga diperoleh ruang yang signifikan secara klinis pada

lengkung gigi masila sehingga pengaturan letak gigi insisivus ke garis oklusi dapat

dilakukan, sedangkan perimeter lengkung rahang bawah di pertahankan dengan

lingual holding arch (Gambar 3).

Gambar 3. Lingual holding arch dan E-space yang dipertahankan.

Pada fase II, saat pasien berusia 12 tahun 2 bulan, direkomendasikan penggunaan

piranti cekat standar 0,22-in edgewise, dan juga rentetan klasik dari perawatan korektif

ortodontik dengan kontrol biomekanis untuk meminimalkan proklinasi insisivus

mandibula. Pada tahap penjajaran dan perataan lengkung gigi, digunakan elastic

intermaksiler Klas III pada sisi kiri dan elastik vertikal pada regio kaninus di sisi kanan

untuk mempertahankan dan mencegah kemiringan oklusal plane. Lingual arch

dihilangkan setelah distalitasi premolar. Retraksi dan coordinated finishing arches

gunakan. Setelah piranti cekat dilepaskan, piranti lepasan tipe wraparound pada

lengkung maksila dan wire segmen dibonding pada bagian lingual dari gigi kaninus

kanan ke kaninus kiri. Hasil dari tindakan penjajaran dan perataan lengkung gigi, serta

interkuspasi diilustrasikan Gambar 4.

Gambar 4. Fotografi intraoral setelah perawatan. Interkuspid yang baik dan overjet

serta overbite yang adekuat. Karakteristik skeletal dan dental. Superimposisi : sebelum

perawatan, hitam ; setelah perawatan, merah.

Tabel 1 menunjukkan penanganan pola skeletal (ANB = 0º ; Ao-Bo = -2mm) dan

proklinasi insisivus maksila dengan insisivus mandibula yang tegak. Pasien memiliki

pertumbahan vertikal yang mendukung stabilitas oklusi.

Hasil fungsional dan oklusal dipertahankan selama 2 tahun 9 bulan follow-up

setelah perawatan. Seluruh gigi molar ketiga telah erupsi sempurna (Gambar 5).

Gambar 5. Dua tahun sembilan bulan follow up setelah perawatan. Stabilitas hasil

fungsional dan oklusal. Erupsi gigi molar ketiga.

DISKUSI

Pada laporan kasus ini, pasien memiliki gigitan silang posterior bilateral skeletal,

dan merupakan indikasi pemakaian piranti ekspansi tipe Haas. Koreksi dini gigitan silang

posterior telah direkomendasikan untuk mencegah pertumbuhan skeletal ke arah transversal

yang tidak adekuat.

Kasus klinis ini tidak menunjukkan adanya perbedaan antara relasi sentris dan

interkuspasi maksimal yang menyatakan diagnosis diferensial gigitan silang komplit

maksila, sehingga digunakan ekspansi Haas modifikasi. Koreksi gigitan silang posterior

pada usia dini direkomendasikan untuk mencegah pertumbuhan skeletal yang tidak tepat

dan untuk memastikan stabilitas hasil.

RPE yang digunakan pada kasus klinis ini dilakukan pada periode gigi bercampur

dan berhasil mencapai ekspansi maksimal dengan stabilitas dimensi transversal. RPE

memberikan efek positif dental dan skeletal, sehingga defisiensi transversal maksila dapat

dikoreksi. Secara tidak langsung, ia juga mengoreksi gigitan silang anterior seperti yang

dinyatakan oleh Haas 1961 pada titik proyeksi “A” dengan peningkatan sudut SNA dan

peningkatan besar sudut kecembungan wajah, meskipun hanya sementara, dapat

mengoreksi gigitan silang anterior. Pemilihan sekrup ekspansi yang tepat merupakan aspek

lain dari ekspansi maksila yang baik secara klinis. Mempertahankan penggunaan piranti

tipe Haas sebagai retensi selama 6 bulan dapat dipertimbangkan sebagai salah satu faktor

stabilitas yang terlihat pada kasus klinis ini.

Meskipun koreksi gigitan silang fungsional unilateral posterior dapat dicapai secara

efektif pada usia dini dengan piranti quad-helix dan perawatan ekspansi tipe Haas, namun

keduanya tergantung pada tinngkat kooperatif pasien dan juga diagnosis kasus.

Keberhasilan perawatan sangat tergantung pada derajat kooperatif pasien dan motivasi

pasien untuk tetap menerima berbagai hal yang tidak menyenangkan selama perawatan

seperti adaptasi, pencetakan, menyetel alat ekspansi, dan menyikat gigi dengan benar.

Selain itu piranti tersebut juga efektif terhadap stabilitas koreksi gigitan silang posterior

dengan meningkatkan lebar dan angulasi intermolar.

Pada kasus klinis ini, aktivasi yang dilakukan adalah sebesar 2 kali seperempat

putaran setiap harinya. Secara teori, RPE memberikan tekanan pada gigi posterior, tanpa

memberikan cukup waktu bagi gigi untuk berpidah, sehingga tekanan diteruskan ke sutura

palatina, menyebabkan terjadinya pembukaan sutura yang besar daripada hanya sekedar

inklinasi gigi. Ekspansi palatal yang lambat memiliki kelebihan dan kekurangan.

Keduanya, protokol ekspansi palatal yang cepat maupun lambat menyebabkan perpindahan

ke bukal dari molar pertama rahang atas permanen, dimana pada ekspansi maksila yang

lambat menyebabkan perpindahan bodily, sedangkan penggunaan RPE menyebabkan

perubahan inklinasi gigi lebih ke bukal. Kehilangan tulang vertikal dan horizontal

didapatkan pada kedua kelompok ; akan tetapi, kelompok ekspansi lambat mengalami

kehilangan tulang yang besar.

Meskipun bonded expander, splint oklusal, dan tipe Haas modifikasi banded

digunakan pada kasus klinis ini, namun respon yang diberikan mungkin berbeda. Respon

vertikal dari gigi posterior nampaknya lebih besar pada kasus dimana ekspansi dilakukan

tanpa oklusal stop. Tindakan tersebut juga memudahkan penjajaran dan perataan gigi

rahang bawah, meminimalkan protrusi insisivus maksila. Hasil fungsional dan esteteik

sepenuhnya dicapai karena adanya kombinasi faktor seperti perimeter panjang lengkung

yang signifikan, optimisasi E-space, pertumbuhan vertikal dan sagital yang proporsional,

serta kesediaan pasien menjalani perawatan.

KESIMPULAN

Ekpansi palatal yang cepat menggunakan ekspansi modifikasi tipe Haas dan sekrup

yang tepat memberikan efek dental (ortodontik) dan skeletal (orthopedic) yang positif,

sehingga dapat dilakukan koreksi gigitan silang komplit maksila pada periode gigi

bercampur. Kondisi yang menguntungkan dapat dicapai untuk perawatan ortodontik pada

periode gigi bercampur dengan full bracket, menghasilkan fungsi, estetik wajah dan dental,

dan stabilitas hasil.