Upload
lyngoc
View
218
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
KORELASI ANTARA KONFORMITAS KELOMPOK SEBAYA DENGAN HUBUNGAN
INTERPERSONAL DALAM KELUARGA PADA REMAJA
Oleh:
SITI ROFl'AH
NIM. 102070026064
' Skripsi diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam memperoleh
gelar Sarjana Psikologi '
FAKULTAS PSIKOLOGI UN!VERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1427 H / 2006 M
KORELASI ANTARA KONFORMITAS KELOMPOK SEBAYA DENGAN HUBUNGAN
INTERPERSONAL DALAM KELUARGA PADA REMAJA
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk Memenuhi Syarat-syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi (S. Psi.)
Pembimbing I,
\hJ;t
Oleh:
SITI ROFl'AH
NIM. 102070026064
Di Bawah Bimbingan
Liany Luzvinda, M. Si.
FAKULTAS PSIKOLOGI UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA 1427 H / 2006 M
I
HALAMANPENGESAHAN
Skripsi yang berjudul "KORELASI ANTARA KONFORMITAS KELOMPOK
SEBAYA DENGAN HUBUNGAN INTERPERSONAL DALAM KELUARGA
PADA REMAJA" telah diujikan dalam sidang Munaqasyah Fakulfas
Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal
22 November 2006. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk
memperolel1 gelar Sarjana Psikologi (S. Psi.).
Jakarta, 22 November 2006
50215938
Ora. H'. Nett rtati. M. Si. NIP. 150 5938
Pembimbing I, \ '
t't.llt£.J-t
Sidang Munaqasyah
Anggota
M. Si.
Penguii 11,
-/~>-Bamb~ng krl;cii, Ph.D
NIP. 150326891
MOTTO:
''Jrai orang-orang yang 6eriman, pefifiara(afi dirimu cfan k,§(uargamu dari api nerak,a yang 6afian 6akg,rnya acfa(afi
manusia cf an 6atu"
---- QS. At-Tahriim (66) : 6 ----
"Tiacfa suatu pem6erian pun yang (e6ifi utama dari orang tua k.§pacfa anak,nya, se(ain penclicfik,an yang 6aik,"
----- Hadist Riwayat Hakim ---
,, L
7(}l<J(<Y"}I. I:NI
1(V<N/R,SP,<Jvl(]3Jl.'Kl(J1:N V:NTV1(
ill}l.<P}l.1(, IillV, SVJl.:MI el, Jl.:NJl.1.(J(V
.JI'TJl.S CI:Jfi'JI., 7(JlSIJ{ SJl.<Y"Jl.:N{j <DJl.:N<DV1(V:NqJl.:N
<YJl.:N q 'TI}I. <])JI. 'TJI. <.RJl
(A) Fakultas Psikologi (B) November 2006 (C) SITI ROFl'AH
' !
ABSTRAK
(0) KORELASI ANTARA KONFORMITAS KELOMPOK SEBA YA DENGAN HUBUNGAN INTERPERSONAL DALAM KELUARGA PADA REMAJA
(E) xviii + 97 halaman (F) Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada korelasi antara
konformitas kefompok sebaya dengan hubungan interpersonal dalam keluarga pada remaja.
Konformitas adalah suatu perubahan tingkah laku atau keyakinan sebagai hasil nyata dari tekanan yang diberikan oleh kelompok dan juga bertingkah laku dalam hal berusaha memenuhi harapan dari kelompok dengan sedikit ataupun tanpa tekanan untuk melakukan tingkah laku tertentu. Hubungan interpersonal adalah hubungan yang terjalin antara individu satu dengan individu lainnya, dengan menggunakan berbagai jenis pola interaksi.
lnstrumen pengumpul data yang digunakan adalah skala konformitas kelompok sebaya disusun berdasarkan aspek-aspek konformitas yang dikemukakan oleh Sears, dkk (1991) yaitu rasa takut terhadap penyimpangan, kekompakkan, kesetiakawanan, kepercayaan, penilaian diri. Skala hubungan interpersonal disusun berdasarkan aspek-aspek hubungan interpersonal yang dikemukakan oleh Heidt~r (dalam Sarwono, 2002) dan Gunarsa (1980) yaitu kesamaan, kedekatan, keterbukaan, sikap mendukung, sikap menghargai.
Validitas skala konformitas kelompok sebaya berkisar antara 0.2042 -0.4390 dan koefisien reliabilitas alpha = 0.791. Validitas skala hubungan interpersonal berkisar antara 0.2037 - 0.5640 dan koefisien reliabilitas alpha = 0.8490.
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa-siswi Madrasah Aliyah Negeri 4 Jakarta yang berjumlah 1027 orang, dan sampel penelitian ini berjumlah 120 subyek yang diambil secara stratified proportional random sampling.
Analisis data dengan kerelasi product-moment menunjukl<an hasil bahwa ada hubungan yang negatif antara konformitas l<elompok sebaya dengan hubungan interpersonal dalam l<eluarga pada remaja (r = -0.466 > p 0.01 ).
(G) Daftar bacaan: 35 buku (1980 - 2006), 4 Website, 1 Jurnal
IUTA PENGANTAR (":!-'>..)\~)I.&\~\
Alhamdulillahirobbil 'aa/amiin, itulah kata-kata yang pertama kali terucap tatkala skripsi ini telah terselesaikan.
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmatnya sehingga skripsi yang berjudul "Korelasi Antara Konformitas Kelompok Sebaya. Dengan Hubungan Interpersonal Dalam Keluarga Pada Remaja", merupakan tugas akhir yang harus dipenuhi untuk mencapai gelar Sarjana Psikologi (S.Psi) dapat tersusun tepat pada waktu yang telah ditentukan. Shalawat dan salam tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW. karena Beliaulah kita bisa terangkat pada derajat yang lebih tinggi.
Skripsi ini dilatarbelakangi adanya kecenderungan remaja rnelakukan konformitas dengan teman-teman sebaya sehingga remaja lebih sering bersarna teman-temannya dari pada dengan keluarganya clan remaja yang lebih konfrom dengan teman-teman sebayanya akan menyebabkan hubungan interpersonal dalam keluarga menjadi renggang. Hubungan konformitas kelompok sebaya dengan hubungan interpersonal dalam keluarga dari hasil penelitian ini rnenunjukkan hubungan yang negatif.
Dengan terselesaikannya skripsi ini merupakan langkah awal menuju langkah-langkah selanjutnya untuk kehidupan yang sesungguhnya, dimana pada dunia ini mernpakan tempat untuk mengaktualisasikan diri. Diuji dan menguji, menuntut dan dituntut kesabaran dalarn menjalankan kehidupan ini. Kepasrahan dalam menerima semua kehendak dan ketentuan Allah. Penulis ucapkan terirna kasih atas do'a dan dukungannya, semoga rahmat dan karunia Allah senantiasa melimpahi kita.
Kelancaran pelaksanaan penelitian dan penulisan skripsi ini tidak lepas dari arahan, bimbingan, dorongan, dan bantuan dari beberapa pihak. Oleh karena itu, dengan hati yang tulus penulis rnengucapkan terima kasih yang setinggitingginya khususnya kepada :
1. Kedua orang tuaku tercinta H. Abdul Rosyid dan Hj. Siti Aminah yang telah mendidik dan membimbing kami dengan kasih sayang, perhatian yang tak terhingga.
2. Suamiku tercinta H. Achmad Sofyan yang telah memberikan semangat, dukungan dan perhatiannya. Semoga keluarga kita mencapai sukses dunia akhirat.
3. Oekan Fakultas Psikologi lbu Ora. Hj. Netty Hartati, M.Si, beserta dewan dekanat dan civitas akademika Psikologi yang tidak penulis sebutkan satu persatu.
4. Bapak Ors. Sulistiyono, M.Si., selaku dosen pembimbing I yang telah memberikan bimbingan, ilmu, pengalaman dan semangat dalam memotivasi'penulis untuk segera menyelesaikan skripsi ini.
5. lbu liany Luzvinda, M.Si selaku dosen pembimbing II yang telah memberikan bimbingan, ilmu, dan semangat dalam memotivasi penulis untuk segera menyelesaikan skripsi ini, semoga apa yang bapak dan ibu lakukan menjadi ·amal ibadah dihadapan Allah Swt.
6. Kepada teman-temanku yang berada di sekolah Madrasah Aliyah Negeri 4 Model Jakarta terima kasih atas kesediaannya untuk menjadi subyek dalam penelitian ini, dan sahabat-sahabatku yang terbaik dikelas 0.
Penulis menyadari masih terdapat kelemahan dan kekurangan dalam skripsi ini untuk itu mohon dimaklumi karena tak ada gading yang tak retak. Semoga hasil penelitian ini memberi manfaat yang sebanyak-banyaknya kepada para pembaca.
Jaka1ia, November 2006 Penulis
Siti Rofi'ah
DAFTAR ISi
HALAMAN JUDUL .............................................................................................. .
HALAMAN PERSETUJUAN ................................................................................ ii
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................. iii
MOTTO ............................................................................................................... iv
DEDIKASI ............................................................................................................ v
ABSTRAK .......................................................................................................... vi
KAT A PENGANT AR............................................................................................ viii
DAFT AR ISi ......................................................................................................... x
DAFT AR TAB EL .. ~............................................................................................... xiv
DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. xvii
DAFT AR LAMPIRAN ........................................................................................... xviii
BAB 1 PENDAHULUAN .................................................................................. 1 - 10
1.1. Latar Belakang Masalah .. . .. .. .... .. . .. .. .. .. ... ... .. . .. ... .. ..... ... .. ... ... .. . .. . .. . 1
1.2. ldentifikasi Masalah ....................................................................... 6
1.3. Pembatasan dan Perumusan Masalah .......................................... 7
1.3.1. Pembatasan masalah ......................................................... 7
1.3.2. Perumusan masalah ........................................................... 8
1.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian ...................................................... 8
1.4.1. Tujuan penelitian ................................................................ 8
1.4.2. Manfaat penelitian ... ... ......... .................. ..... ............ ..... ... ... . 8
1.5. Sistematika Penulisan.................................................................... 9
BAB 2 KAJIAN PUST AKA................................................................................. 11 - 48
2.1. Remaja... .. . . . . .. .. . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . .. ... .. . . . . . .. . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . .. . . . .. . . . . .. . .. . . 11
2.1.1. · Pengertian dan batasan usia remaja.... .. . . . . .. .. . . . . . . .. .. . . . . .. . .. . 11
2.1.2. Perkembangan masa remaja.............................................. 13
2.1.3. Kebutuhan Remaja ............................................................. 18
2.2. Kelompok Sebaya.. .. . .. . . . . . . . . . ... .. . ... .. . . . . . .. . . . .. . .. . . . ..... .. . .. ... . . . .. . . . . . . . . . . . 20
2.2.1. Pengertian kelompok sebaya.. .. . . . . . . . . . ... . .. .. . .. .. .. .. .. .. . .. . . . . .. . .. 20
2.2.2. Fungsi kelompok sebaya .................................................... 21
2.2.3. Struktur dalam kelompok sebaya........................................ 23
2.2.4. Faktor-faktor yang menyebabkan remaja diterima dan
ditolak dalam kelompok sebaya.......................................... 25
2.3. Konformitas.................................................................................... 27
2.3.1. Pengertian konformitas ....................................................... 27
2.3.2. Jenis konformitas................................................................ 30
2.3.3. Keadaan yang mendorong terjadinya konformitas ............. 32
2.4. Hubungan Interpersonal .................................................. .............. 36
2.4.1. Pengertian hubungan interpersonal.................................... 36
2.4.2. Keefektifan hubungan interpersonal................................... 37
2.4.3. Teori-teori hubungan interpersonal..................................... 38
2.4.4. Tahapan-tahapan hubungan interpersonal......................... 41
2.4.5. Faktor-faktor yang mempengaruhi hubungan
·interpersonal . . . . .. . .. . .. . .. . . . . . . . . . . . . ... .. . .. . .. . .. . . .. . . . . .. . . . .. . .. .. . .. . .. . .. . 43
2.5. Kerangka Berpikir .......................................................................... 46
2.6. Hipotesis Penelitian .. .. .............................................. .................... 48
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN................................................................. 49- 67
3.1. Jen is Penelitian ......... ...... ............................................................... 49
3.1.1. Pendekatan penelitian .................. ...................................... 49
3.1.2. Metode penelitian ............................................................... 50
3.2. Variabel Penelitian .................................. ....................................... 50
3.2.1. Definisi konseptual.. .... .. ...... ... ... ...... .. ....... ......... .. ... .. ... .... .. .. 51
3.2.2. Definisi operasional variabel ............................................... 51
3.2.2.1. lndikator perilaku konformitas ... ............................ 52
3.2.2.2. lndikator hubungan interpersonal ......................... 53
3.3. Pengambilan Sampel..................................................................... 54
3.3.1. Populasi dan sampel .......................................................... 54
3.3.2. Teknik pengambilan sampel ............................................... 55
3.4. Teknik Pengumpulan Data............................................................. 56
3.5. lnstrumen Penelitian ...................................................................... 57
3.5.1. Skala konformitas kelompok sebaya ............................... ... 57
3.5.2. Skala hubungan interpersonal............................................ 60
3.6. Teknik Uji lnstrumen ..... ........................................................ ......... 62
3.6.1. Uji validitas skala ................................................................ 62
3.6.2. Uji reliabilitas ska la ............................. .......... ......... .. .. ... . . .. . 63
3.7. Teknik Analisis Data...................................................................... 64
3.8. Prosedur Penelitian.......................................... ............................. 65
BAB 4 PRESENTASI DAN ANALISIS DATA .................................................... 68- 89
4.1. Gambaran Umum Subyek Penelitian............................................. 68
4.2. Presentasi dan Analisis Data......................................................... 83
4.2.1. Uji instrumen penelitian ...................................................... 83
4.2.2. Uji persyaratan .. .................................................................. 84
4.2.3. Uji hipotesis ····················································'··················· 88
4.2.4. Uji signifikansi ...... ... ...................................... ... ................... 89
BAB 5 KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN ................................................. 90 - 94
5.1. Kesimpulan .................................................... ..... ........................... 90
5.2. Diskusi .................................. ...................................... ................... 91
5.3. Saran ........ ................ .................................................. .. ................. 93
DAFTAR PUSTAKA-............................................................................................ 95 - 97
LAMPIRAN .......................................................................................................... 98 - 122
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1. Pengambilan sampel ........................................................................ 55
Tabel 3.2. Bobot nilai......................................................................................... 57
Tabel 3.3. Blue print skala konformitas kelompok sebaya................................. 58
Tabel 3.4. Blue print penelitian ska la konformitas kelompok sebaya ............ .... 59
Tabel 3.5. Blue print skala hubungan interpersonal......................................... 60
Tabel 3.6. Blue print penelitian skala hubungan interpersonal.......................... 61
Tabel 4.1. Gambaran subyek berdasarkan usia dan jenis kelamin ................ 68
Tabel 4.2. Gambaran subyek berdasarkan tingkatan kelas............................... 69
Tabel 4.3. Gambaran subyek berdasarkan urutan anak ................................... 69
Tabel 4.4. Gambaran subyek berdasarkan pekerjaan orang tua....................... 70
Tabel 4.5. Gambaran subyek berdasarkan jumlah teman kelompok................. 70
Tabel 4.6. Gambaran subyek berdasarkan aktivitas bersama teman
kelompok .......................................................................................... 71
Tabel 4.7. Statistik skor konformitas kelompok sebaya laki-laki ........................ 72
Tabel 4.8. lnterperetasi skor konformitas kelompok sebaya laki-laki................. 72
Tabel 4.9. Kategorisasi konformitas kelompok sebaya laki-laki......................... 73
Tabel 4.10. Statistik skor konformitas kelompok sebaya perempuan.................. 73
Tabel 4.11. lnterpretasi skor konformitas kelompok sebaya perempuan ............ 73
Tabel 4.12. Kategorisasi konformitas kelompok sebaya perempuan .................. 74
Tabel 4.13. Kategorisasi tingkat konformitas kelompok sebaya berdasarkan
usia ................................................................................................... 74
Tabel 4.14. Kategorisasi tingkat konformitas kelompok sebaya berdasarkan
jenis kelamin ..................................................................................... 75
Tabel 4.15. Kategorisasi tingkat konformitas kelompok sebaya berdasarkan
tingkatan kelas.................................................................................. 75
Tabel 4.16. Kategorisasi tingkat konformitas kelompok sebaya berdasarkan
urutan anak.......................... ................................................... ... ... ... . 76
Tabel 4.17. Kategorisasi tingkat konformitas kelompok sebaya berdasarkan
pekerjaan orang tua.. .. . . . . . . . . . . . . .. . .. . . . . . . .. . . . . . . . .. . .. . . . . . . .. . . . .. . . . . . .. . .. . .. . . . . . . . 76
Tabel 4.18. Kategorisasi tingkat konformitas kelompok sebaya berdasarkan
jumlah teman dalam kelompok... ... . .. . .. ... . .. .. . . . . .. . . . . . .. . .. . . . .. .. . . . .. . . . . . . . . . 77
Tabel 4.19. Statistik skor hubungan interpersonal laki-laki...... ............... ... ..... ... .. 77
Tabel 4.20. lnterpretasi skor hubungan interpersonal laki-laki ................ ............ 78
Tabel 4.21. Kategorisasi hubungan interpersonal laki-laki .................................. 78
Tabel 4.22. Statistik skor hubungan interpersonal perempuan............................ 79
Tabel 4.23. lnterpretasi skor hubungan interpersonal perempuan ...................... 79
Tabel 4.24. Kategorisasi hubungan interpersonal perempuan ............................ · 80
Tabel 4.25. Kategorisasi tingkat hubungan interpersonal dengan keluarga
berdasarkan usia ......... .................................................................. ... 80
Tabel 4.26. Kategorisasi tingkat hubungan interpersonal dengan keluarga
berdasarkan jenis kelamin ................................................................ 81
Tabel 4.27. Kategorisasi tingkat hubungan interpersonal dengan keluarga
berdasarkan tingkatan kelas............................................................. 81
Tabel 4.28. Kategorisasi tingkat hubungan interpersonal dengan keluarga
berdasarkan urutan anak...................... ... . . . .. . .. . .. ... . . .. . .. .. . .. ... .. . .. . . . . .. . 82
Tabel 4.29. Kategorisasi tingkat hubungan interpersonal dengan keluarga
berdasarkan pekerjaan orang tua ..................................................... 82
Tabel 4.30. Kategorisasi tingkat hubungan interpersonal dengan keluarga
berdasarkan jumlah teman dalam kelompok .................................... 83
Tabel 4.31. Hasil uji normalitas skala konformitas kelompok sebaya .......... ,....... 84
Tabel 4.32. Hasil uji normalitas skala hubungan interpersonal............................ 85
Tabel 4.33. Hasil uji homogenitas........................................................................ 87
Tabel 4.34. Hasil uji hipotesis.............................................................................. 88
DAFTAR GAMBAR
Garn bar 4.1. Scatterplot ska la konformitas kelompok sebaya ........... ....... .......... 84
Gambar 4.2. Scatterplot ska la hubungan interpersonal...................................... 85
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Inform consent............................................................................... 98
Lampiran 2. Petunjuk pengisian......................... .... .. .. .. .. ....... .... .. .. .. ... ...... .. .... .. .. 99
Lampiran 3. Skala konformitas kelompok sebaya ............................................. 100
Lampiran 4. Skala hubungan interpersonal....................................................... 102
Lampiran 5 Hasil uji coba (try out) ska!a konformitas kelompok sebaya .......... 104
Lampiran 6. Hasil uji coba (try out) skala hubungan interpersonal.................... 106
Lampiran 7. Data hasil try out skala konformitas kelompok sebaya .................. 108
Lampiran 8. Data hasil try out skala hubungan interpersonal............................ 109
Lampiran 9. Validitas skala konformitas kelompok sebaya................................ 110
Lampiran 10. Validitas skala hubungan interpersonal......................................... 112
Lampiran 11. Reliabilitas skala konformitas kelompok sebaya............................ 114
Lampiran 12. Reliabilitas skala hubungan interpersonal...................................... 115
Lampiran 13. Kategorisasi skala konformitas kelompok sebaya ......................... 116
Lampiran 14. Kategorisasi skala hubungan interpersonal ................................... 118
Lampiran 15. Uji normalitas .... ... .. .. .. .. ... .. .. .. .. .. ... ... .... .. .... .. ...... . .. . ..... .... . .. .. . ..... .. .. . 120
Lampiran 16. Uji homogenitas dan uji korelasi .................................................... 121
Lampiran 17. Surat keterangan penelitian ........................................................... 122
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Masa remaja ini merupakan masa peralihan dari masa yang sangat
tergantung pada orang tua ke masa yang penuh tanggung jawab serta
keharusan untuk sanggup berdiri sendiri. Dalam memasuki masa ini seorang
remaja mengalami perubahan-perubahan fisik dan psikis yang mendekati
keadaan fisik dan psikis orang dewasa. Semua perubahan ini mempengaruhi
penampilan, sikap serta tingkah laku mereka.
Karakteristik perkembangan remaja menurut Turner dan Helms (1995) dapat
dilihat melalui tiga aspek perkembangan yaitu perkembangan fisik, mental
serta perkembangan sosial dan kepribadian. Pada masa remaja
perkembangan sosial dan kepribadian sangat berarti, karena pada masa ini
ada kebutuhan pada remaja untuk berbagi perasaan dan pengalaman,
terutama dengan teman sebaya. Pada masa ini, remaja berusaha untuk
menunjukkan ketidaktergantungan mereka pada keluarga, digantikan teman
sebaya yang memberikan dukungan dan perasaan aman serta model bagi
remaja yang sedang dalam tahap pencarian identitas.
2
Remaja menurut Debesse (dalam Monks, 2002) sebetulnya menonjolkan apa
yang membedakan dirinya dari orang dewasa, yaitu originalitasnya.
Originalitas merupakan sifat khas pengelompokkan anak-anak muda.
Meskipun usaha ke arah originalitas pada remaja tersebut satu pihak dapat
dipandang sebagai suatu pernyataan emansipasi sosial, yaitu pada waktu
remaja membentuk suatu kelompok dan melepaskan dirinya dari pengaruh
orang dewasa, pada lain pihak hal ini tidak lepas dari adanya bahaya
terutama bila mereka lalu bersatu membentuk kelompok. Dalam kelompok
dengan keterikatan (kohesi) yang kuat berkembanglah suatu iklim kelornpok
dan norma-norma kelompok tertentu. Para remaja biasanya membentuk
suatu kelompok atau istilah populernya "geng". Kelompok sebaya (peer
group) adalah sekelompok rernaja yang memiliki kesamaan karakteristik yaitu
usia, latar belakang, status sosial dalam masyarakat dan mengikuti kegiatan
kegiatan yang dilakukan oleh remaja.
Hubungan dengan teman sebaya pada rnasa remaja rnerupakan awal dari
hubungan pada masa dewasa dalam hal hubungan sosial, pekerjaan dan
interaksi dengan jenis kelarnin yang berbeda. Remaja juga lebih tergantung
kepada teman sebayanya dibandingkan dengan kelompok usia sebelurnnya
!<arena keterikatan dengan orang tua juga berkurang seiring dengan tingkat
kemandirian remaja itu sendiri. Menurut Conger (1991) remaja percaya
bahwa teman dekat lebih memahami diri mereka dibandingkan orang tua
3
mereka sendiri. Mereka lebih merasa menjadi diri mereka sendiri ketika
berada bersama dengan teman. Karena teman sebaya memegang peranan
penting selama masa remaja, dorongan untuk memiliki kesamaan dalam nilai,
kebiasaan, dan trend seperti, mode pakaian, gaya rambut, musik dan cara
bertingkah laku menjadi begitu kuat sehingga remaja melakukan konformitas
terhadap kelompok sebayanya. Dimana tingkah laku konformitas itu sendiri
meningkat pada masa remaja awal. Begitu juga menurut Mappiare (1982)
pada masa remaja awal kebutuhan akan konformitas dengan teman-teman
sebaya sangat besar, sehingga remaja berusaha bersikap sesuai dengan
norma-norma kelompoknya.
Konformitas adalah suatu perubahan tingkah laku atau keyakinan sebagai
hasil nyata dari teka~an yang diberikan oleh kelompok dan juga bertingkah
laku dalam hal berusaha memenuhi harapan dari kelompok dengan sedikit
ataupun tanpa tekanan untuk melakukan tingkah laku tertentu.
Remaja yang berada dalam sebuah kelompok sebaya tidak jarang akan
mengalami tekanan-tekanan untuk melakukan konformitas terhadap norma
norma yang terdapat dalam kelompok tersebut. Biasanya tekanan tersebut
berupa percobaan terhadap bentuk tingkah laku dan peran baru dalam
kelompok. Pada masa remaja, konformitas dengan tekanan-tekanan
kelornpok sebaya dapat bersifat positif dan negatif.
4
Fakta yang ada dalam surat kabar harian kompas (dalam www.kompas.com)
efek dari konformitas bergantung pada kelompok teman yang menjadi
anggota dalam kelompok tersebut. Kalau teman yang berada dalam
kelompok memiliki sikap, pendapat, dan perilaku positif, maka anggota
kelompok cenderung akan berperilaku dan berpandangan positif. Efek positif
akan membuat kita punya kemampuan dan keterampilan yang positif juga.
Sebaliknya, kalau teman yang berada dalam kelompok rnamiliki sikap,
pendapat, dan perilaku negatif, maka anggota kelornpok cenderung
berperilaku dan berpandangan negatif. Efek negatif konforrnitas adalah
kenakalan remaja seperti penyalahgunaan narkoba, perkelahian remaja,
membolos, berjudi, kebut-kebutan, mencoret-coret, merusak benda milik
umum, dan perilaku seksual yang tidak sehat. Remaja cenderung untuk
mengikuti norma-norma atau budaya-budaya kelompok agar remaja dapat
diterima di dalam kelompoknya.
Fenomena lainnya yang tak jarang dihadapi remaja dalam suatu kelompok
yaitu, dimana kelompok menginginkan rernaja untuk merokok. Padahal
sebelumnya rernaja tersebut tidak pernah merokok karena keluarganya tidak
mengizinkannya untuk melakukan hal tersebut. Tetapi agar dapat lebih
diterirna dan tidak terlihat berbeda dari anggota kelompok yang lain akhirnya
remaja tersebut ikut merokok. Yang mendasari konformitas seperti itu adalah
keinginan untuk disukai.
5
Remaja yang cenderung konform terhadap kelompoknya menurut Hummel
(dalam http:l/www.valdosta.edu/, 2006) akan menyebabkan hubungan
interpersonal dengan keluarganya menjadi renggang, dikarenakan remaja
lebih banyak menghabiskan waktu dengan kelompoknya daripada dengan
keluarganya. Salah satu karakteristik dari hubungan interpersonal adalah
kemampuan menerima dan memberi dukungan. Jika seorang remaja yang
merasa tidal< diterima dalam keluarganya cenderung akan memisahkan diri
dari keluarga dan lebih konform terhadap kelompoknya karena ia
mendapatkan penerimaan dari kelompoknya. Hal tersebut dapat memberikan
dampak dalam hubungan interpersonal khususnya dengan keluarga. Karena
hubungan interpersonal menurut Chaplin (2001) adalah sesuatu yang
berlangsung antara dua pribadi, mencirikan proses-proses yang timbul
sebagai satu hasil dari interaksi individu dengan individu lain. Dalam hal
seperti ini, maka diperlukan perhatian dan pengertian orang tua.
Gunarsa (1991) mengemukakan ketika suatu hubungan antara anak dan
orang tua mengalami ketidaksamaan dalam hal keinginan, pandangan, atau
dari ketidakmengertian orang tua akan keinginan anak remajanya, sehingga
anak lebih banyak ke luar rumah menghabiskan waktu dengan teman
sebayanya dari pada tinggal di rumah. Misalnya, pada anak yang merasa
sering dimarahi, merasa kurang dimengerti, atau bahkan merasa kurang
diperhatikan, dihargai dan dicintai. Maka, dalam hal seperti ini dapat
mengakibatkan hubungan antara anak dengan orang tua menjadi tidak baik.
Berdasarkan uraian di atas, maka permasalahan yang ingin dikaji di dalam
penelitian ini adalah apakah ada korelasi antara konformitas kelompok
sebaya dengan hubungan interpersonal dalam keluarga pada remaja ?
1.2. ldentifikasi Masalah
Berdasarkan pada latar belakang permasalahan di atas, maka penulis telah
mengidentifikasikan permasalahan yang ada menjadi :
i. Apakah ada korelasi antara konformitas kelompok sebaya dengan
hubungan interpersonal dalam keluarga pada remaja?
2. Apakah konformitas yang dilakukan remaja dapat menyebabkan
hubungan interpersonal dalam keluarga menjadi renggang?
3. Apakah terdapat perbedaan tingkat konformitas berdasarkan jenis
kelamin?
6
4. Apakah terdapat perbedaan tingkat hubungan interpersonal berdasarkan
jenis kelamin?
1.3. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1.3.1. Pembatasan masalah
Masalah yang akan diteliti pada penelitian ini dibatasi pada :
1. Remaja adalah suatu masa peralihan dari masa kanak·-kanak
7
menuju masa dewasa. dimana individu mengalami pertumbuhan cepat di
segala bidang dan meliputi semua perkembangan yang dialami sebagai
persiapan memasuki masa dewasa.
Dalam penelitian lni, penulis membatasi dari usia 15-1·1 tahun yang
termasuk dalam usia remaja awal (Hurlock, 1980), karena pada masa
remaja awal penyesuaian diri dengan kelompok sebaya tetap merupakan
hal yang penting bagi anak laki-laki dan anak perempuan.
2. kelompok sebaya adalah sekelompok remaja yang memiliki kesamaan
karakteristik yaitu usia, latar belakang, status sosial dalam masyarakat
dan mengikuti kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh remaja.
3. Konformitas adalah suatu perubahan tingkah laku atau keyakinan sebagai
hasil nyata dari tekanan yang diberikan oleh kelompok dan juga
bertingkah laku dalam ha! berusaha memenuhi harapan dari kelompok
dengan sedikit ataupun tanpa tekanan untuk melakukan tingkah laku
tersebut.
4. Hubungan interpersonal adalah hubungan yang terjalin antara individu
satu dengan individu lainnya, dengan menggunakan berbagai jenis pola
interaksi.
1.3.2. Perumusan masalah
Berdasarkan pada pengidentifikasian permasalahan di alas, maka penulis
merumuskan permasalahan tersebut sebagai berikut :
8
"Apakah ada korelasi antara konformitas kelompok sebaya dengan hubungan
interpersonal dalam keluarga pada remaja?"
1.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.4.1. Tujuan penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada korelasi antara
konformitas kelompok sebaya dengan hubungan interpersonal dalam
keluarga pada remaja.
1.4.2. Manfaat penelitian
1. Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya
khasanah ilmu pengetahuan khususnya di bidang psikologi sosial dan
dapat dipakai sebagai pedoman di dalam penelitian lebih lanjut terutama
9
. untuk mengkaji variabel-variabel lain yang berkaitan dengan konformitas
dan hubungan interpersonal.
2. Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi
remaja yang berada dalam suatu kelompok sebaya, dapat memberikan
masukan bagi para remaja yang berada dalam suatu kelompok, dapat
memberikan masukan bagi para orang tua yang memiliki anak remaja
serta dapat memberikan masukan pula bagi para pengajar atau pendidik.
1.5. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan pada penelitian ini mengacu pada pedoman penulisan
standar APA (American Psychology Association) -Style dan pedoman
penyusunan dan penulisan skripsi Fakultas Psikologi Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Penulisan penelitian ini dibagi menjadi
beberapa bahasan seperti yang akan dijabarkan berikut ini :
Bab 1 Pendahuluan
Pada bab pertama ini diulaskan secara jelas tentang latar belakang
masalah, identifikasi masalah, pembatasan dan perumusan masalah,
tujuan dan manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.
Bab 2 Kajian pustaka
Pada bab dua ini dijabarkan secara rinci mengenai pengertian dan
batasan usia remaja, perkembangan masa remaja dan kebutuhan
JO
remaja. Pengertian kelompok sebaya, fungsi kelornpok. sebaya,
struktur dalam kelompok sebaya, dan faktor-faktor yang menyebabkan
remaja diterima dan ditolak dalam kelompok sebaya. Pengertian
konformitas, jenis konformitas dan keadaan yang mendorong
terjadinya konformitas. Pengertian hubungan interpersonal, keefektifan
hubungan interpersonal, teori-teori hubungan interpersonal, tahap
tahap hubungan interpersonal, dan faktor-faktor yang mempengaruhi
hubungan interpersonal.
Bab 3 Metodologi penelitian
Pada bab tiga ini diulaskan secara jelas tentang jenis penelitian yang
meliputi pendekatan dan metode penelitian, definisi konseptual dan
operasional variabel. Pengambilan sampel yang meliputi populasi dan
sampel pene1itian, tekhnik pengambilan sampel. Pengumpulan data
yang meliputi metode dan instrumen penelitian, tekhnik uji instrumen
penelitian. Tekhnik analisa data.
Bab 4 Presentasi dan analisis data
Pada bab empat ini diulaskan secara jelas mengenai gambaran
umum subyek penelitian, presentasi dan analisa data, dan
pembahasan hasil pengujian hipotesis.
Bab 5 Kesimpulan, diskusi, saran
Pada bab lima dijelaskan mengenai kesimpulan, diskusi dan saran.
2.1. Remaja
BAB 2
KAJIAN PUSTAKA
2.1.1. Pengertian dan batasan usia remaja
Masa remaja merupakan masa yang penting dalam rentang kehidupan
manusia karena merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak ke masa
dewasa. Hurlock (1980 : 206) mengatakan istilah remaja atau adolescence
berasal dari kata latin adolescere (kata bendanya, adolescentia artinya
remaja), yang berarti tumbuh menjadi dewasa. Saat ini istilah remaja
mempunyai arti yang cukup luas, mencakup kematangan mental, emosional,
sosial dan fisik. Jadi secara teoritis, pada masa remaja terjadi perubahan baik
secara fisik maupun psikologis. Organ tubuh remaja mulai berkembang
menuju kematangan dan dapat berfungsi sebagaimana orang dewasa.
Ada beberapa pengertian dan batasan usia remaja yang dikemukakan oleh
para tokoh.
Menurut Santrock (2002 : 23) masa remaja (adolescence) ialah periode
perkembangan transisi dari masa kanak-kanak hingga masa awal dewasa,
yang dimasuki pada usia kira-kira 10 hingga 12 tahun dan berakhir pada usia
12
18 hingga 22 tahun. Begitu juga pendapat yang dikernukakan oleh Papalia &
Olds (1995 : 308) rnasa rernaja adalah rnasa perkernbangan transisi antara
rnasa kanak-kanak dan rnasa dewasa, rnasa rernaja biasanya ditandai
dengan usia yang dirnulai antara 12 atau 13 tahun dan diakhiri pada usia
belasan tahun atau sebelurn 20 tahun. Berbeda dengan pendapat rnenurut
Piaget (dalarn Hurlock, 1980: 206) bahwa: " ... masa remaja adalah usia di
mana individu berintegrasi dengan masyarakat dewasa, usia di mana anak
tidak lagi merasa di bawah tingkatan orang-orang yang lebih tua melainkan
berada dalam tingkatan yang sama".
Begitu pula pendapat dari WHO 1974 (dalarn Sarwono, 2004: 9) rernaja
adalah suatu rnasa di rnana individu berkernbang dari saat pertarna kali ia
rnenunjukkan tanda-tanda seksual sekundernya sarnpai saatia rnencapai
kernatangan seksual, individu rnengalarni perkernbangan psikologik dan pola
identifikasi dari kanak-kanak rnenjadi dewasa, dan terjadi peralihan dari
ketergantungan sosial-ekonorni yang penuh kepada keadaan yang relatif
lebih rnandiri. Batasan usia rernaja rnenurut Hurlock (1980 : 206) awal rnasa
rernaja berlangsung kira-kira dari 13-16 atau 17 tahun, dan akhir rnasa
rernaja berrnula dari usia 16 atau 17 tahun sarnpai 18 tahun, yaitu usia
rnatang secara hukurn, sedangkan rnenurut Monks (2002 : 262) batasan usia
rernaja adalah diantara 12-20 tahun. Narnun, rnasa rernaja rnerniliki ternpat
13
yang tidak jelas dalam rangkaian proses perkembangan seseorang. Remaja
tidak termasuk golongan anak-anak, dan remaja tidak pula termasuk
golongan orang dewasa.
Jadi remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa,
dimana individu mengalami pertumbuhan cepat di segala bidang dan meliputi
semua perkembangan yang dialami sebagai persiapan memasuki masa
dewasa.
2.1.2. Perkembangan masa remaja
Santrock (2002) mer.iyatakan bahwa ada enam perkembangan pada masa
remaja, yaitu :
1. Perkembangan Fisik
Perubahan fisik yang terjadi pada masa remaja merupakan karakteristik
utama yang terlihat pada perkembangan remaja. Pada periode ini ditandai
dengan perubahan yang sangat besar. Dimana, remaja mengalami tanda
tanda seks primer dan sekunder. Menurut Monks (2002 : 269) tanda
tanda seks atau kelamin primer menunjukkan pada organ yang langsung
berhubungan dengan persetubuhan (organ reproduksi) dan proses
reproduksi. Tanda-tanda seks atau kelamin sekunder adalah tanda-tanda
jasmaniah yang tidak langsung berhubungan dengan persetubuhan dan
14
proses reproduksi (perkembangan secara non-genital), namun
merupakan tanda-tanda yang khas perempuan dan khas laki-laki. Jika
tanda-tanda seks primer dan sekunder seseorang suclah matang berarti ia
memiliki kemampuan untuk bereproduksi.
2. Perkembangan Kognitif
Menurut Piaget (dalam Sarwono, 2004 : 81) perkembangan kognitif
remaja beracla pada tahap operasional formal (formal operasional stage)
yang merupakan'integrasi clari seluruh tahap sebelumnya. Pada tahap ini,
remaja melampaui dunia nyata, pengalaman-pengalaman konkret dan
berpikir secara abstrak dan lebih logis. Remaja meng~'mbangkan
gambaran keadaan yang ideal. Mereka dapat berpikir tentang seperti
apakah orang tua yang ideal clan membandingkan orang tua mereka
dengan standard ideal ini.
Menurut dinas pendidikan menengah dan tinggi DK! Jakarta (dalam modul
pelayanan bimbingan dan konseling, 2003) Pertumbuhan otak mencapai
kesempurnaan pada usia 12-20 tahun. Secara fungsional perkembangan
kognitif atau kemampuan berfikir remaja clapat digambarkan sebagai
berikut:
a. Pada tahap ini secara intelektual remaja mulai clapat berfikir rasional dan akan terus berkembang saat dewasa sejalan dengan banyaknya kondisi-kondisi yang menuntut kemampuan problem solving.
b. Munculnya kemampuan nalar secara ilmiah, belajar menguji hipotesis.
c. Memikirkan masa depan, perencanaannya, dan mengeksplorasi alternatif untuk mencapainya.
Setiap individu mempunyai sistem pengaturan dari dalam pada sistem
kognisinya. Sistem pengaturan ini terdapat sepanjang hidup seseorang dan
berkembang sesuai tlengan perkembangan aspek-aspek kognitif yaitu :
d. kematangan, yang merupakan perkembangan susunan syaraf sehingga misalnya fungsi-fungsi indera menjadi lebih sempurna
e. Pengalaman, yaitu hubungan timbal balik dengan lingkungannya f. Transmisi sosial, yaitu hubungan timbal balik dengan lingkungan sosial
antara lain melalui pengasuhan dan pendidikan dari orang lain.
15
g. Ekuilibrasi, yaitu sistem pengaturan dalam diri anak itu sendiri yang mampu mempertahankan keseimbangan dan penyesuaian diri terhadap lingkungannya.
3. Perkembangan Emosi
Menurut Santrock (2002 : 7) perkembangan emosi remaja ditandai
dengan ketidakstabilan emosi atau mengalami puncak emosionalitas
rnerupakan karakteristik remaja sebagai akibat perkernbangan fisik dan
sosial selama masa pubertas. Remaja sering mengalami perasaan-
perasaan yang sifatnya kontradiktif.
Menurut dinas pendidikan menengah dan tinggi OKI Jakarta (dalam modul
pelayanan bimbingan dan konseling, 2003) remaja yang berkembang
dilingkungan yang kurang kondusif, kematangan emosionalnya
terhambat. Sehingga mengalami akses negatif berupa tingkah laku seperti
agresif (keras kepala, berkelahi), regresif atau lari dari kenyataan (suka
16
melamun, meng~onsumsi obat penenang, minuman keras atau obat
terlarang). Remaja yang berkembang dilingkungan yang harmonis dan
kondusif dapat membantu kematangan emosi remaja menjadi seperti :
adekuasi atau ketepatan emosi (kasih sayang, cinta, simpati, ramah, sikap
hormat dan menghargai orang lain), mengendalikan emosi (tidak mudah
tersinggung, tidak agresif, wajar, optimistik, menghadapi frustasi secara
sehat dan bijak).
4. Perkembangan Moral
Remaja sudah mampu berperilaku yang tidak hanya mengejar kepuasan
fisik saja, tetapi meningkat pada tataran psikologis (rasa diterima,
dihargai, dan penilaian positif dari orang lain). Menurut sarwono
(2004: 91) untuk remaja, moral merupakan suatu kebutuhan tersendiri
oleh karena mereka sedang dalam keadaan membutuhkan pedoman atau
petunjuk dalam rangka mencari jalannya sendiri. Pedoman atau petunjuk
ini dibutuhkan juga untuk menumbuhkan identitas dirinya.
5. Perkembangan Sosial
Monks (2002 : 276) menyatakan bahwa dalam perkembangan sosial
remaja dapat dilihat adanya dua macam gerak, yaitu memisahkan diri dari
orang tua dan menuju ke arah teman-teman sebaya. Remaja memilih
teman yang memiliki sifat dan kualitas psikologis yang relatif sama
dengan dirinya, misalnya kesamaan pada hobi, minat, sikap, dan nilai
nilai.
17
Percepatan perkembangan dalam masa remaja yang berhubungan
dengan pemasakan seksualitas, juga mengakibatkan suatu perubahan
dalam perkembangan sosial remaja. Dengan menjadi lebih matang dan
memasuki masa remaja maka individu mulai membebaskan diri dari
banyak ikatan dalam rumah dan menjadi lebih terikat dengan bermacam
macam kelompok sosial dan teman-teman di luar rumah.
Dalam masa ini individu menghadapi dunia yang lebih luas dan oleh
karena itu pada masa ini individu juga harus memperluas kemampuan
dan pandangan sosialnya. Salah satu wadah yang dapat menolong
remaja untuk mendapatkan pengalaman yang berguna dalam mencapai
tugas-tugas perkembangan pada masa ini adalah melalui kelompok
sebaya atau teman sebaya. Adapun pendapat yang dikemukakan oleh
Panuju (1999: 130) kelompok sebaya mempunyai peranan penting dalam
penyesuaian remaja, dan persiapan bagi kehidupannya di masa yang
akan datang dan juga berpengaruh terhadap perilaku dan pandangannya.
Masa remaja merupakan masa yang penting untuk mengembangkan
persahabatan dan menjadi anggota dari suatu kelompok sebaya. Pada
18
masa ini, ketergantungan anak pada keluarganya menjadi berkurang dan
kebutuhan akan rasa aman, dan diterima diperoleh dari teman-teman
kelompok sebaya dengan kesamaan-kesamaannya.
6. Perkembangan Kepribadian
Erikson (dalam Gunarsa, 1997: 112) menyatakan bahwa remaja berada
pada tahap ident~tas dan kekaburan peran. Pada masa ini, remaja sedang
dalam proses pembentukan identitas diri, dimana seorang individu
berharap dapat mengetahui siapa dirinya, mengetahui kapan dan
bagaimana harus melakukan perannya dalam masyarakat, dan apa yang
dikehendakinya di masa mendatang. Tugas remaja pada masa ini adalah
mengintegrasikan semua pengetahuan yang ia peroleh tentang dirinya ke
dalam identitas diri.
2.1.3. Kebutuhan r~maja
Menurut Rice (1990 : 346) ada enam kebutuhan penting pada remaja yang
harus diperhatikan untuk memenuhi tugas perkembangan dan hubungan
sosial, yaitu :
1. Adanya kebutuhan untuk membangun hubungan yang penuh kasih
sayang penuh arti dan memuaskan.
2. Kebutuhan untuk diterima, rasa memiliki, dikenali dan status dalam
kelompok sosial merupakan hal yang dianggap pentin~1 pada masa
remaJa.
19
3. Kebutuhan remaja untuk memperluas hubungan pada masa kanak-kanak
melalui perkenalan dengan orang-orang baru yang berbeda latar
belakang, pengalaman dan idenya, di mana hal ini berguna untuk
memperluas wawasan dan pengalaman mereka.
4. Kebutuhan untuk menjalin pertemanan dan perhatian sosial yang lebih
heterogen sifatnya.
5. Remaja merasa perlu mengupayakan perkembangan pribadi dan sosial,
memilih teman dan perkawinan yang sukses kelak.
6. kebutuhan untuk·menemukan peran jenis kelamin maskulin atau feminim
yang dapat diterima oleh masyarakat di mana mereka berada dan
mempelajari perilaku yang sesuai dengan jenis kelaminnya.
2.2. Kelompok Sebaya
2.2.1. Pengertian kelompok sebaya
Beberapa pengertian kelompok sebaya menurut para tokoh,
diantaranya :
20
Menurut Conger (1991 : 592) kelompok sebaya (peer groups) merupakan
individu-individu yang memiliki kesamaan dalam usia, tingkatan atau status
dalam kelompok masyarakat. Begitu juga pendapat yang dikemukakan oleh
Coleman, Newman, dkk (dalam Papalia & Olds, 1995: 395) bahwa kelompok
sebaya (peer group) adalah bersumber dari kasih sayang, simpati, dan saling
pengertian, sebuah wadah untuk melakukan sesuatu atau bereksperimen
dan mendorong keadaan untuk memperoleh kemandirian dan kebebasan
dari orangtua. Kelompok sebaya juga merupakan wadah untuk membangun
hubungan yang lebih akrab dengan orang lain.
Berbeda lagi menurut Encyclopedia (dalam www.wikipedia.org) kelompok
sebaya adalah kelompok dari individu-individu yang kurang lebih sama dalam
usia, status sosial dan kepentingan. Muss (dalam Utami, 1990) memberi
pengertian kelompok sebaya adalah kelompok individu-·individu dengan usia,
latar belakang, dan sikap yang sama dalam memilih jenis kegiatan sekolah
atau aktivitas waktu luang yang sejenis.
21
Jadi dapat ditarik kesimpulan bahwa kelompok sebaya pada masa remaja
adalah sekelompok remaja yang memiliki kesamaan karakteristik yaitu usia,
latar belakang, status sosial dalam masyarakat dan mengikuti kegiatan
kegiatan yang dilakukan oleh remaja.
2.2.2. Fungsi kelompok sebaya
Menurut Horrocks dan Benimoff (dalam Hurlock, 1980 : 2·14) fungsi kelompok
sebaya merupakan dunia nyata kawula muda yang menyiapkan panggung di
mana ia dapat menguji diri sendiri dan orang lain. Di dalam kelompok sebaya
ia merumuskan dan memperbaiki konsep dirinya, di sinilah ia dinilai oleh
orang lain yang sejajar dengan dirinya dan yang tidak dapat memaksakan
sanksi-sanksi dunia dewasa yang justru ingin dihindari. Santrock (2002 : 268)
menyatakan bahwa salah satu fungsi kelompok teman sebaya yang paling
penting ialah menyediakan suatu sumber informasi dan perbandingan
tentang dunia di luar keluarga.
Di samping itu menl'.rut Panuju (1999 : 130) kelompok sebaya (peer groups)
mempunyai peranan yang sangat penting dalam penyesuaian diri remaja,
dan persiapan bagi kehidupannya dimasa yang akan datang dan juga
berpengaruh terhadap perilaku dan pandangannya. Sebabnya, adalah
karena remaja pada umur ini sedang berusaha untuk bebas dari keluarga
22
dan tidak tergantung pada orang tua. Akan tetapi pada waktu yang sama ia
takut kehilangan rasa nyaman yang telah diperoleh pada rnasa kanak
kanaknya. Ahmadi (2004: 193) menyatakan di dalam kelompok sebaya,
remaja berusaha menemukan dirinya. kelompok sebaya menyediakan suatu
lingkungan yaitu dunia tempat remaja dapat melakukan sosialisasi dengan
nilai yang berlaku, bukan dengan nilai yang ditetapkan oleh orang dewasa
melainkan oleh teman seusianya. Kelompok sebaya juga memberikan
keuntungan psikologis bagi remaja, karena di dalamnya remaja belajar untuk
memahami individu lainnya.
Remaja pada umumnya menjalin suatu hubungan persahabatan, yaitu
hubungan yang lebih intim yang melibatkan keikhlasan untuk berbagi rasa
tentang diri sendiri, untuk berbagi masalah, dan mendapatkan saran dari
sahabatnya. Biasanya, persahabatan pada remaja terjadi di dalam struktur
sosial yang lebih besar yaitu kelompok sebaya. Pada kelompok sebaya ini
setiap remaja mempunyai peran yang harus dimainkan dan biasanya mereka
sadar akan statusnya dalam kelompok. Dalam persahabatan pribadi, remaja
mencari dorongan dan rasa aman, membincangkan perasaan mereka secara
bebas, bertukar informasi, membentuk suatu keyakinan dan perasaan melalui
pengungkapan kalimat dan mengembangkan pandangan yang baru dan
berbeda tentang diri mereka sendiri.
23
Menurut Heaven, 1994 (dalam www.sturf.flinders.edu.su) hubungan melalui
kelompok sebaya dapat membentuk suatu kesempatan untuk
mengembangkan kemampuan sosial, emosional, identitas diri, dan
kemandirian.
2.2.3. Struktur dalam kelompok sebaya
Merujuk pada fungsinya bahwa kelompok sebaya merupakan wadah untuk
melakukan proses sosialisasi, maka tidak jarang remaja juga membangun
suatu hubungan yang lebih akrab seperti, persahabatan. Turner & Helms
(1995) menjelaskan bahwa dalam kegiatan-kegiatan remaja dapat diamati
pula adanya proses sosialisasi seperti :
persahabatan yang merupakan tipe terkecil dari suatu kelompok sebaya dan
membatasi hubungannya hanya pada dua individu yang sama watak dan
tempramennya. Biasanya persahabatan awal pada remaja didasarkan pada
minat dan aktivitas yang sama. Persahabatan pada remaja akhir akan
disertai dengan adanya suatu ikatan emosional dan komitmen psikologis
yang kuat dan bersifat timbal balik. Begitu juga menurut Santrock (2002 :
349) persahabatan memiliki enam fungsi yaitu kawan, pendorong, dukungan
fisik, dukungan ego, perbandingan sosial, dan keakraban atau afeksi.
24
Kemudian Kelompok (crowd), Santrock (2002 : 46) menjelaskan bahwa
kelompok ialah kelompok-kelompok remaja yang terbesar dan kurang bersifat
pribadi. Menurut Dusek (1996: 316) crowd memberi kesempatan pada
remaja untuk belajar berinteraksi, belajar memahami dan beradaptasi dengan
orang lain yang memiliki nilai serta latar belakang yang berbeda. Adapun
menurut Turner dan Helms (1995) karakteristik dari kelompok adalah
interaksi heteroseksual yang tidak personal sifatnya, tanpa ikatan yang kuat
diantaranya, penekanan interaksi crowd adalah pada peristiwa-peristiwa
sosial seperti kontes atletik, konser, dan tari. Crowd tidak mempunyai aktifitas
yang direncanakan dan dapat ditemui di tempat-tempat umum. menurut
Dusek (1996: 312) Biasanya jumlah dalam kelompok terdiri atas 15-30
anggota, dengan rata-rata sekitar 20 orang.
Selain persahabatan, kelompok ada juga yang disebut dengan Klik (cligues).
Santrock (2002 : 46) menjelaskan bahwa klik ialah kelompok-kelompok yang
lebih kecil, memiliki l<edekatan yang lebih besar di antara anggota-anggota
dan lebih kohesif daripada kelompok. Klik sama seperti persahabatan, tetapi
jumlahnya lebih besar. Menurut B.B. Brown. Dunphy (dalam Dusek, 1996:
312) Klik biasanya terdiri dari tiga sampai sembilan anggota, dengan rata
jumlah anggota enam orang. Klik mempunyai dampak yang kuat pada
perkembangan' psikososial remaja, karena di dalam klik remaja belajar untuk
mengikuti aturan-aturan baru yang mereka dapatkan di dalam kelompok.
Mereka mempunyai keinginan umum dan kekuatan emosi yang kuat di
antaranya, klik biasanya sangat ekslusif terdiri dari remaja yang latar
belakang sosial ekonomi sama, di mana ada kesamaan minat, sikap dan
kepercayaan.
25
Menurut Turner dan Helms (1995) umumnya anggota dari klik itu ada dalam
kontak sehari-hari, misalnya di sekolah atau lingkungan yang dekat. Fungsi
klik adalah membicarakan dan merencanakan aktifitas yang terjadi dalam
kelompok, informasi tentang kegiatan didalam kelompok serta membicarakan
kegiatan yang telah mereka lakukan.
2.2.4. Faktor-faktor yang rnenyebabkan remaja diterima dan ditolak
dalarn kelornpok sebaya
Hummel (dalam www.valdosta.edu, 2006) menyatakan bahwaremaja
biasanya lebih banyak menghabiskan waktu dengan kelompok sebaya
mereka dibandingkan dengan anggota keluarganya. Karena remaja lebih
banyak berada di luar rumah bersama dengan teman-teman sebaya sebagai
kelompok, maka dapatlah dimengerti bahwa pengaruh-pengaruh teman
teman sebaya pada sikap, pembicaraan, minat, penampilan, dan perilaku
lebih besar daripada· pengaruh keluarga. Misalnya, sebagian besar remaja
mengetahui bahwa bila mereka memakai model pakaian yang sama dengan
i •
pakaian anggota kel?mpok yang populer, maka kesempatan baginya untuk
diterima oleh kelompok menjadi lebih besar.
Kelompok sebaya biasanya memiliki ciri-ciri yang tegas pada tingkah laku
yang ditampilkan oleh anggotanya, diantaranya mode pakaian, cara
26
bertingkah laku, gaya rambut, minat terhadap musik, sikap terhadap sekolah,
orangtua dan juga terhadap kelompok lainnya. Menurut Mappiare (1982 :
170) bahwa hal-hal pribadi yang membuat individu diterima dalam kelompok
sebaya menyarigkut.:
a. Penampilan (performance) dan perbuatan meliputi antara Jain ; tampang yang baik, atau paling tidak rapih serta aktif dalam urusan-urusan kelompok
b. Kemampuan pikir antara lain meliputi ; mempunyai inisiatif, banyak memikirkan kelompok dan mengemukakan buah pikirnya.
c. Sikap, sifat, perasaan antara lain meliputi ; bersikap sopan, memperhatikan orang lain, penyabar atau dapat menahan marah jika berada pada keadaan yang tidak menyenangkan dirinya, suka menyumbangkan pengetahuannnya pada orang lain terutarna anggota kelompok yang bersangkutan.
d. Pribadi meliputi ; jujur dan dapat dipercaya, bertanggung jawab dan suka menjalankan pekerjaannya, mentaati peraturan-peraturan kelompok, mampu menyesuaikan diri secara tepat dalam berbagai situasi dan pergaulan sosial.
e. Aspek meliputi ; pemurah atau tidak pelit, suka bekerja sama dan membantu anggota kelompok.
Faktor-faktor yang menyebabkan seorang remaja ditolak, karena kurangnya
dimiliki ciri-ciri tersebut oleh seorang remaja. Hal-hal yang membuat seorang
remaja ditolak oleh kelompok teman sebaya, menyangkut :
27
a. Penampilan dan perbuatan antara lain; sering menantang, malu-malu dan senang menyendiri
b. Kemampuan pikir meliputi ; bodoh sekali. c. Sikap, sifat meliputi ; suka melanggar norma dan nilai-nilai kelompok,
suka menguasai anak lain, suka curiga dan melaksanakan kemauan sendiri.
2.3. Konformitas
2.3.1. Pengertian konformitas
Pengertian konformitas yang dikemukakan oleh beberapa tokoh,
diantaranya :
Menurut Wills (dalar:i sarwono,2002: 211) konformitas adalah keselarasan
dan gerak yang berkaitan dengan standar sosial yang objektif. Menurutnya
konformitas mengandung dua unsur yaitu, selaras dan gerak. Maksud
"selaras" ialah persetujuan atau kesamaan antara respon oleh individu
dengan respon yang secara sosia.1 dianggap "benar". Jadi, keselarasan
kurang lebih sama artinya dengan apa yang oleh pendapat umum disebut
konformitas. Satu unsur lagi yaitu "gerak". Gerak adalah perbuatan respon
dalam kaitannya dengan standar sosial. Jadi, konformitas harus tidak hanya
mengandung unsur keselarasan, tetapi juga harus mengandung unsur gerak,
yaitu perubahan respon. Tanpa perubahan respon maka keselarasan tidak
dapat dikatakan sebagai konformitas sedangkan, Chaplin (2001 : 105)
menyatakan bahwa konformitas adalah kecenderungan untuk
28
memperbolehkan satu tingkah laku seseorang dikuasai oleh sikap dan
pendapat yang sudah berlaku, ciri pembawaan kepribadian yang cenderung
membiarkan sikap dan pendapat orang lain untuk menguasai dirinya. Begitu
pula menurut sarwono (1999: 285) istilah konformitas yaitu perubahan
perilaku seseorang dengan mengikuti tekanan-tekanan dari kelompok untuk
dapat menerima norma-norma kelompok.
Berbeda pendapat yang dikemukakan oleh Kiesler & Kiesler (dalam Myers,
1996 : 233) bahwa konformitas adalah suatu perubahan tingkah Jaku atau
kepercayaan akibat adanya tekanan dari suatu kelompok baik secara nyata
atau tidak. Begitu juga menurut Santrock (2001 : 186) konformitas terjadi
ketika individu-individu merubah sikap atau tingkah laku dari yang lain,
karena merasakan tekanan nyata atau dalam imajinasinya sedangkan
menurut Soloman Asch (dalam Sears, dkk, 1985 : 380) konformitas hanya
terjadi dalam situasi·yang ambigu, yaitu bila orang merasa amat tidak pasti
mengenai apa standar perilaku yang benar. Bila seseorang mampu melihat
suatu realitas dengan gamblang, dia akan mempercayai persepsinya sendiri
dan tetap teguh pada pendiriannya meskipun anggota kelompok yang lain
menentangnya.
konformitas adalah suatu perubahan tingkah laku atau keyakinan sebagai
29
hasil nyata dari tekanan yang diberikan oleh kelompok dan juga bertingkah
laku. dalam hal berusaha memenuhi harapan dari kelompok dengan sedil<it
ataupun tanpa tekanan untuk melakukan tingkah laku tersebut. Dalam
konfonnitas ada tekanan dari kelompok dimana individu dapat merasakan
baik secara nyata ataupun tidak nyata atau dalam imajinasinya. Oleh sebab
itu, konformitas bukan hanya bertingkah laku seperti orang lain, tetapi
terpengaruh pula dengan cara kelompok itu bertindak.
Mappiare (1982: 166) menyatakan bahwa pada masa remaja awal
l<.ebutuhan akan konformitas dengan teman-teman sebaya sangat besar,
sehingga remaja berusaha bersikap sesuai dengan norma-norma
kelompoknya. lndividu dalam pertumbuhan dan perkembangannya
dipengaruhi oleh lingkungannya. Pengaruh-pengaruh tersebut tidak hanya
berasal dari lingkungan keluarga melainkan dapat berasal dari kelompoknya
atau lingkungan sosial, dan pada umumnya remaja mudah terpengaruh oleh
kelompoknya. lndividu yang berada dalam sebuah kelompok sebaya tidak
jarang akan mengalami tekanan-tekanan untuk melakukan konformitas
terhadap norma-norma yang terdapat dalam kelompok tersebut. Biasar.ya
tekanan tersebut berL1pa percobaan terhadap bentuk tingkah laku dan peran
baru clalam kelompok. Pacla masa remaja, konformitas dengan tekanan
tekanan kelompok sebaya clapat bersifat positif clan negatif.
30
Menurut Camarena, ddk (dalam Santrock, 2002: 44) umumnya remaja
terlibat dalam semua bentuk perilaku konformitas yang negatif, seperti :
menggunal<an bahasa yang jorok, mencuri, merusak, dan mengolok-ngolok
orangtua dan guru. Tetapi banyak sekali konformitas kelompok sebaya yang
tidal< negatif dan terdiri atas keinginan untuk dilibatkan di dalam dunia teman
sebaya, seperti : mengumpulkan dana untuk kegiatan sosial, mengikuti
kegiatan karang taruna, dll. Jalaluddin Rahmat (1993 : 154) menyatakan
bahwa usia, jenis kelamin, stabilitas emosional, otoritarianisme, kecerdasan,
motivasi, dan harga diri erat kaitannya dengan konformitas. Pada umumnya,
makin tidak bergantung pada orang tua dan makin kurang kecenderungannya
untuk konformitas. Wanita lebih cenderung melakukan konformitas daripacla
pria.
2.3.2. Jenis konformitas
Jenis Konformitas menurut Myers (1996 : 233) ada dua jenis, yaitu :
1. Konformitas Compliance, adalah bentuk konformitas dimana individu
bertingkah laku sesuai dengan tekanan yang diberikan oleh kelompok
sementara secara pribadi ia tidak menyetujui perilaku tersebut.
Contoh : sehabis usai pelajaran di sekolah diingatkan oleh orangtuanya
agar bergegas pulang ke rumah karena akan ada acara keluarga, tetapi
teman-teman kelompoknya akan pergi jalan-jalan dahulu dan ia pun
31
diajak untuk ikut oersama mereka. Kemudian remaja tersebut
kebingungan mau mengikuti yang mana. Kalau menolak ajakan teman
kelompoknya, ia merasa takut kalau seterusnya tidak boleh ikut lagi dan
teman sekelompoknya akan berkata yang menyakitkan, selain itu ia juga
merasa tidak enak terhadap mereka. Akhirnya ia memutuskan untuk ikut
saja ajakan teman-temannya dan mengorbankan niatnya semula.
2. Konformitas acceptance, adalah suatu bentuk konformitas dimana tingkah
laku maupun keyakinan individu sesuai dengan tekanan kelompok yang
diterimanya.
Contoh : Pada salah satu sekolah, ada siswa baru. Siswa baru ini tentu
saja belum mengetahui kebiasaan apa saja yang dilakukan teman
temannya di sekolah tersebut. Dalam hal menyapa atau rnemanggil
teman-temannya. Maka, untuk beberapa waktu siswa baru tersebut,
hanya memperhatikan dan mencoba mempelajari kebiasaan-kebiasaan
tersebut. Setelah tahu maka selanjutnya siswa baru terseb.ut mengikuti
perilaku kebiasaan tersebut.
Remaja melakukan konformitas sesuai dengan norma yang ada, di mana
untuk menghindari penolakan dan diterima di dalarn kelompok. Sebisa
mungkin remaja menyesuaikan diri dengan kelompok sebayanya. Pada
dasarnya, individu menyesuaikan diri karena dua alasan. Pertama perilaku
orang lain memberikan informasi yang bermanfaat. Kedua ingin diterima
secara sosial dan menghindari penolal<an atau ce/aan. Menurut Sears, dkk
(1985: 81) bahwa tingkatan konformitas yang didasarkan pada informasi
ditentukan oleh dua aspek situasi, yaitu sejauh mana mutu informasi yang
diberikan orang lain adalah benar dan sejauh mana kepercayaan diri kita
terhadap penilaian kita sendiri.
2.;3.3. Keadaan yang mendorong terjadinya konformitas
Menurut Sears, dkk (1991 : 82) keadaan yang mendorong terjadinya
konformitas, diantaranya :
a. Keadaan yang mendorang terjadinya konformitas compliance
1. Rasa takut terhadap Penyimpangan. Rasa takut dipandang
32
sebagai orang yang menyimpang merL1pakan faktor dasar hampir
dalam semua situasi sosial. lndiv1du ingin agar kelompok tempat
individu berada menyukai, rnenerima, dan memperlakukan kita dengan
baik. lndividu cenderung menyesuaikan diri dengan kelompoknya
untul< menghindari perselisihan paham. Rasa takut dipandang sebagai
orang yang menyimpang. lndividu yang tidal< mau mengikuti apa yang
berlaku di dalam kelompok akan menanggung resiko mengalami
akibat yang tidal< menyenangkan seperti ditolak oleh kelornpok atau
dikucilkan. Efek yang saling berkaitan antara kurangnya kepercayaan
terhadap pendapat sendiri dan rasa takut menjadi orang yang
menyimpang membuat orang menyesuaikan diri.
2. Kekompakan Kelompok. Konformitas juga dipengaruhi oleh
33
eratnya hubungan antara individu dengan kelompoknya. Yang
dimaksud dengan kekompakkan itu sendiri adalah jumlah total
kekuatan yang menyebabkan orang tertarik pada suatu kelompok dan
yang membuat mereka ingin tetap menjadi anggotanya. Kekompakkan
yang tinggi menimbulkan konformitas yang semakin tinggi. Alasan
utamanya bahwa bila seseorang merasa dekat dengan anggota
kelompok yang lain, akan semakin menyenangkan bagi mereka untuk
mengakuinya dan semakin menyakitkan bila kelompok mencelanya.
Artinya, kemungkinan untuk menyesuail<an diri atau tidak
menyesuaikan diri akan semakin besar bila mempunyai keinginan
yang kuat untuk menjadi anggota kelompok tersebut.
f<onformitas akan semakin meningkat ketika melakukan sesuatu yang
berharga. Peningkatan konforrnitas ini terjadi karena 21nggotanya
enggan disebut sebagai orang yang menyimpang. Seperti yang telah
dijelaskan di atas, penyimpangan menimbulkan resiko ditolak.
3. Kesepakatan Kelompok. Seseorang yang dihadapkan pada keputusan
kelompok yang sudah bulat akan mendapat tekanan yang kuat untuk
34
menyesuaikan pendapatnya. Namun, bila kelompok tidal< bersatu,
akan tampak adanya penurunan tingkat konformitas. Penurunan
konformitas yang drastis karena hancurnya kesepakatan disebabkan
oleh beberapa faktor pertama, tingkat kepercayaan terhadap
mayoritas akan menurun bila terjadi perbedaan pendapat, meskipun
orang yang berbeda pendapat itu sebenarnya kurang ahli bila
dibandingkan anggota lain yang membentuk mayoritas. Kedua, bila
anggota kelompok yang lain mempunyai pendapat yang sama,
keyakinan individu terhadap pendapatnya sendiri akan semakin kuat.
keyakinan yang kuat akan menurunkan konforrnitas. Pertimbangan
yang ketiga, ri1enyangkut keengganan untuk menjadi orang yang
menyimpang.
4. UkLm;in Kelompok. Beberapa eksperimen menunjukkan bahwa
konformitas akan meningkat bila ukuran mayoritas yang sependapat
juga meningkat. Di dalam eksperimen yang dilakukan oleh Asch, 1951
(Dalam Sears, dkk, 1985 : 88) disimpulkan bahwa untuk menghasilkan
tingkat konformitas yang paling tinggi, ukuran kelc1mpok yang optimal
adalah tiga atau em;iat orang. \Nilder, 1977 (dalam Sears, dkk, 1985:
90) menyimpulkan bahwa pengaruh ukuran kelompok terhadap tingkat
konformitas tidal< terlalu besar. Jumlah pendapat lepas (independent
opinion) dari kelompok yang berbeda atau dari inclividu, merupakan
pengaruh utama.
b. Keadaan yang mendorong terjadinya konformitas acceptance
1. Kepercayaan terhadap kelompok. faktor utamanya adalah apakah
individu mempercayai informasi yang dimiliki oleh kelompok atau tidak.
Oleh karena itu, semakin besar kepercayaan individu terhadap
kelompok sebagai sumber informasi yang benar, semakin besar pula
kemungkinan untuk menyesuaikan diri terhadap kelompok. Bila
individu berpendapat bahwa kelompol< selalu benar, individu akan
mengikuti apapun yang dilakukan kelompok tanpa memperdulikan
pendapatnya sendiri. Demikian pula, bila kelompok mempunyai
informasi penting yang belum dimiliki, konformitas akan semakin
meningkat. Salah satu faktor penentu kepercayaan terhadap kelompok
adalah tingkat keahlian anggotanya.
2. Kepercayaan yang /emah terhadap penilaian sendiri. Sesuatu yang
meningkatkan kepercayaan inclividu terhadap penilaiannya sendiri
akan menurunkan konformitas. salah satu faktor yang sangat
mempengaruhi rasa percaya diri dan tingkat konformitas adalah tingkat
keyakinan orang tersebut pada kemampuannya sendiri untuk
menampilkan suatu reaksi. Konformitas dapat diturunkan dengan cara
membuat seseorang merasa lebih menguasai suatu persoalan. Salah
satu faktor yang mempengaruhi keyakinan individu terhadap
kecakapannya adalah tingkat kesulitan penilaian yang dibuat. Semakin
I I '
36
sulit penilaian tersebut, semakin rendah rasa percaya yan~ dimiliki
individu dan semakin besar kemungkinan bahwa dia akan mengikuti
penilaian orang lain.
2.4. Hubungan Interpersonal
2.4.1. Pengertian hubungan interpersonal
Pada hakekatnya manusia adalah makhluk sosial. Di mana individu saling
berhubungan dengan individu lainnya, yang saling membutuhkan satu
dengan lainnya. Menurut Chaplin (2001 : 257) serbicara rnengenai
interpersonal berarti segala sesuatu yang berlangsung antara dua pribadi clan
mencirikan proses-proses yang timbul sebagai satu hasil dari interaksi
inclividu cjengan inclividu lain. Interpersonal yang berkaitan dengan diri
sendiri, ticl<1k lepas dari adanya komponen potensial dalam cliri yang akan
membangun hubungan melalui komunikasi, yaitu sumber, pesan, saluran
penerima clan balikan.
Begitu pula Menurut Mudjiran (1981) hubungan interpersonal adalail adanya
hubungan yang terjadi antara manusia dengan manusia. Berbeda lagi
pendapat dari Encyclopedia (dalam www.wikipedia,com, 2006) menyatakan
bahwa hubungan interpersonal adalah kesatuan sosial, hubungan atau
gabungan antara dua orang atau lebih. Mereka berubah dari perbedaan
37
tingkatan dalam kerukukanan dan bagian, menyatakan secara tidak langsung
pendapat atau membuktikan dari dasar kebersamaan, dan mungkin menjadi
pusat lingkaran dari bagian dalam kebersamaan sedangkan menurut
Sarwono (1999 : 193) hubungan interpersonal yaitu hubungan yang terjadi di
dalam dua individu, melib<;itkan seluruh sikap dan perilaku masing-masing.
Hubungan dengan orang lain dimulai dari komunikasi yang efektif. Adapun
pt;lndapat dari Middlebrook (1980) di dalam hubungan interpersonal
diperlukan kemampuan interpersonal, orang yang kompeten dalam hubungan
interpersonal memungkinkan untuk menghadapi masalah-masalah hidup
yang menekan. Kekurangmampuan hubungan interpersonal dapat
mengganggu kehidupan sosial seseorang.
Jadi, hubungan interpersonal adalah hubungan yang terjalin antara individu
satu dengan individu lainnya, dengan menggunakan berbagai jenis pola
interaksi.
2.4.2. Keefektifan tiubungan interpersonal
Menurut Supratiknya (1995) keefektifan hubungan interpersonal yaitu
seberapa jauh akibat-akibat dari tin9kah laku kita sesuai dengan yang kita
harapkan. Bila kita berinteraksi dengan orang lain, biasanya kita ingin
menciptakan dampak tertentu, merangsang munculnya gagasan-gagasan
38
tertentu, menciptakan kesan-kesan tertentu atau menimbulkan reaksi-reaksi
perasaan tertentu dalam diri orang lain tersebut. Kadang-kadang kita berhasil
mencapai semuanya itu, namun adakalanya kita gagal. Artinya, kadang
kadang orang memberikan reaksi terhadap tingkah laku dengan cara yang
sangat berbeda dari yang kita harapkan. Menurut Sarwono (1999 : 200)
keefektifan kita dalam hubungan interpersonal ditentukan oleh kemampuar.
kita untuk mengkomunikasikan secara jelas apa yang kita sampaikan,
menciptakan kesan yang kita inginkan atau mempengaruhi orang lain sesuai
kehendak kita. Begitu juga menurut Supratiknya (1995) untuk meningkatkan
keefektifan dalam hubungan interpersonal yaitu dengan cara berlatih
mengungkapkan maksud keinginan kita (membuka diri atau keterbukaan),
menerima umpan balik tentang tingkah laku kita, dan memodifikasikan
tingkah laku kita sampai orang lain mempersepsikannya sebagaimana kita
maksudkan. Artinya; sampai akibat-akibat yang ditimbulkan oleh tingkah laku
kita dalam diri orang lain itu seperti yang kita maksudkan.
2.4.3. Teori - teori hubungan interpersonal
Coleman dan Hammen (dalam Rakhmat, 1993: 120) menyatakan bahwa ada
sejumlah model untuk menganalisa hubungan interpersonal yaitu, terdiri dari
empat bl,lah model.
39
1. Model pertukaran sosial
Model ini memandang hubungan interpersonal sebagai suatu transaksi
dagang. Orang berhubungan dengan orang lain karena mengharapkan
sesuatu yang memenuhi kebutuhannya. Thibault dan Kelley, dua orang
pemuka utama dari model ini, menyimpulkan model pertukaran sosial
sel:)agai berikut, "asumsi dasar yang mendasari seluruh analisis kami
adalah bahwa setiap in::lividu seca;a sukarela memasuki dan tinggal
dalam hubungan sosial hanya selama hubungan tersebut cukup
memuaskan ditinjau dari segi ganjaran dan biaya. "ganjaran, biaya, laba,
2. Model peranan .
Model peranan memandang hubungan interpersonal sebagai panggung
sandiwara. Setiap 1ndividu harus memainkan perannya sesuai dengan
naskah yang telah dibuat masyarakat. Hubungan interpersonal
berkembang baik bila setiap individu bertindak sesuai dengan ekspedisi
peranan dan tuntutan peranan, memiliki keterampilan peranan, dan
terhindar dari konflik peranan dan kerancuan peranan.
3. Model permainan
Dalam model ini, orang-orang berhubungan dengan bermacam-macam
permainan. Yang mendasari permainan ini adalah tiga bagian kepribadian
manusia - orang tua, orang dewasa, dan anak. Orangtua adalah aspek
kepribadian yang merupakan asumsi dan perilaku yang kita terima dari
' I •
40
orang tua kita atau orang yang kita anggap orang tua kita. Orang dewasa
adalah bagian kepribadian yang mengotah informasi secara rasional,
sesuai dengan situasi, dan biasanya berkenaan dengan masalah-masalah
penting yang memerlukan pengambilan keputusan secara sadar.
4. Model interaksional
Model ini memandang hubungan interpersonal sebagai suatu sistem.
Setiap sistem memiliki sifat-sifat struktural, integratif, dan medan. Semua
sistem terdiri dari subsistem-subsistem yang saling tergantung dan
bertindak bersama sebagai satu kesatuan. Untuk memahami sistem rnaka
harus melihat sistem. Selanjutnya, semua sistem mempunyai
kecenderungan untuk memelihara dan mempertahankan kesatuan. Bila
keseimbangan sistem terganggu, segera akan diambil tindakannya.
Hubungan interpersonal oapat dipandang sebagai sistem dengan sifat-
sifatnya. Untuk melihatnya, maka harus melihat pada karakteristik
individu-individu yang terlibat, sifat-sifat kelompok, dan sifat-sifat
lingkungan. Setiap hubungan interpersonal harus dilihat dari tujuan
bersama, metode komunikasi, ekspektasi dan pelaksanaan peranan,
serta permainan yang dilakukan. Singkatnya, model interaksionat
mencoba menggabungkan model pertukaran, peranan dan permainan.
41
2.4.4. Tahap-tahap hubungan interpersonal
Rakhmat (1993: 124) menyatakan bahwa ada tiga tahap dalam hubungan
interpersonal, yaitu :
1. Tahap pembentukan hubungan interpersonal
Tahap ini disebut sebagai tahap perkenalan (acquaintance process).
Pada tahapan ini akan diuraikan prosesnya secara rinci dan fokus kita
ialah pada proses penyampaian dan penerimaan informasi dalam
pembentukan hubungan. Dalam karyanya Steve Duck 1976 (dalam
Rakhmat, 1993 :.125) menulis:
" ... acquaintance is a communication process whereby an individual transsmits (consciously) or conveys (sometimes unitentionally) information about his personality structure and conten to potential friends, usiang subtly different means at different stages of the friendship's development." (" ... Perkenalan adalah proses komunikasi di mana individu mengirimkan (secara sadar) atau menyampaikan (kadang-kadang tidak sengaja) informasi tentang struktur dan isi kepribadiannya kepada bakal sahabatnya, dengan menggunakan cara-cara yang agak berbeda pada bermacam-macam tahap perkembangan persahabatan.")
Beberapa peneliti menemukan hal-hal yang menarik dari proses
perkenalan. Fase pertama, "fase kontak yang permu/aan", ditandai
dengan usaha kedua belah pihak untuk menangkap informasi dari reaksi
kawannya. Masing-masing pihak berusaha menggali secepatnya
identitas, sikap, dan nilai pihak yang lain. Bila mereka merasa ada
kesamaan, mulailah dilakukan proses mengungkapkan diri. Bila mereka
42
merasa berbeda, mereka akan berusaha menyembunyikan dirinya. dan
hubungan interpersonal mungkin diakhiri. Menurut William Brooks dan
Philip Emmert (dalam Rakhmat, 1993: 126) kesan pertama sangat
menentukan, karena itu hal-hal yang pertama kelihatan menjadi sangat
penting. Para psikologi sosial menemukan bahwa penampilan fisik, apa
yang diucapkan pertama, apa yang dilakukan pertama menjadi penentu
yang penting terhadap pembentukan citra pertama tentang orang itu.
2. Tahap peneguhan hubungan interpersonal
Hubungan interpersonal iidaklah bersifat statis, tetapi selalu berubah.
Untuk memelihara dan memperteguh hubungan interpersonal diperlukan
tindakan-tindakan untuk mengembalikan keseimbangan (equilibriuJTl). Ada
empat faktor yang sangat penting dalam memelihara keseimbangan yaitu
a. Keal<raban, merupakan pemenuhan kebutuhan akan kasih sayang. Hubungan interpersonal akan terpelihara apabila kedua belah pihak sepakat tentang keakraban yang diperlukan.
b. kontrol, merupakan kesepakatan tentang siapa yang akan mengontrol siapa. Kontrol disini untuk menghindari terjacJinya konflik, karena pada umumnya masing-masing individu ingin berkuasa, atau tidak ada pihak yang mau mengalah.
c. respon yang tepat, atau ketepatan respons, artinya respon A harus diikuti oleh respon 8 yang sesuai. misalnya, dalam percakapan; pertanyaan han;s disambut dengan jawaban, lelucon dengan tertawa.
d. dan nada emosional yang tepat, a tau keserasian suasana emosional ketika berlangsungnya komunikasi.
3. Pemutusan Hubungan Interpersonal
Menurut R.D. Nye (dalam Rakhmat, 1993 : 129) ada lima ha/ yang
menyebabkan hubungan interpersonal berakhir, yaitu dengan lima
sumber konflik diantaranya :
a. Kompetisi, di mana salah satu pihak berusaha memperoleh sesuatu dengan mengorbankan orang lain, misalnya menunjukkan kelebihan da/am bidang tertentu dengan merendahkan orang lain.
b. Dominasi, di mana salah satu pihak berusaha mengendalikan pihak Jain sehingga orang itu merasakan hak-haknya dilanggar.
43
c. l<1Jgagalan, di mana masing-masing berusaha menyalahkan yang lain apaoila tujuan bersama tidak tercapai.
d. Perbedaan nilai, kedua pihak tidak sepakat tentang nilai-nilai yang mereka anut.
2.4.5. Faktor-fakto~ yang mempengaruhi hubungan interpersonal
Menurut Heider (dalam Sarwono, 2002: 241) faktor-faktor yang membentuk
hubungan interpersonal diantaranya adalah :
a. Kesamaan (similarity); pada umumnya, seseorang cenderung menyukai
orang yang sama dengan orang Jain dalam sikap, minat, nilai, Jatar
belakang, dan kepribadian. Rubin (dalam Sears, dkk, 1985: 222)
menyatakan bahwa kesamaan biasanya mendatangkan ganjaran. Orang
yang mempunyai kesamaan dengan kita cenderung menyetujui gagasan
kita dan mendukung keyakinan kita tentang kebenaran pandangan kita.
Sebaliknya, akan tidak menyenangkan ketika menjumpai orang yang tidak
sependapat dengan kita, yang mencela keyakinan kita, dan yang
menentang selera serta penilaian kita.
44
b. Kedekatan (proximity); ketika kedua pihak memiliki kesamaan, maka
d(:!ngan berjalannya proses akan terjalin kedekatan dan keakraban yang
akan menimbulkan rasa suka. Kedekatan sering berkaitan dengan
kesamaan. Dengan kedekatan biasanya meningkatkan keakraban, dan
orang yang dekat secara fisik lebih mudah didapat dari pada orang yang
jauh. Jadi, kita tidak dapat menyukai atau berteman dengan seseorang
yang tidak kita kenal, kita memilih teman-teman kita dari orang yang kita
kenal.
c. Menghargai (complementary), sikap saling menghargai antara sesama
manusia sangat diperlukan untuk kelancaran suatu hubungan. Dengan
menghormati pendapat yang dikemukakan orang lain atau lawan bicara
itu merupakan suatu sikap bahwa kita menghargainya, selain itu juga kita
juga harus tetap konsisten dengan perilaku kita yaitu perilaku positif,
dengan demikian kita menghargai diri sendiri dan juga orang lain.
Adapun faktor yang melandasi terwujudnya sebuah hubungan interpersonal
menurut teori Fundamental Interpersonal Relations Orientation (FIRO) yang
dikemukakan oleh Schutz (dalam Sarwono, 2002: 147) bahwa pada
dasarnya setiap orang mengorientasikan dirinya kepada orang lain dengan
cara. tertentu atau khas clan cara ini merupakan faktor utama yang
mempengaruhi perilakunya dalam hubungan antar pribadi. Sadangkan
menurut Sears, dkk (1985: 216) hubungan interpersonal dapat terjalin
45
dengan baik ketika sebelumnya terdapat prinsip dasar dalam daya tari
interpersonal, yaitu :
a. Penguatan; artinya kita menyukai orang yang dengan satu atau lain cara memberi ganjaran sebagai penguatan dari tindakan atau sikap kita.
b. Pertukaran sosial; artinya bahwa rasa suka kita kepada orang lain didasarkan pada penilaian kita terhadap kerugian dan keuntungan yang diberikan seseorang kepada kita.
c. Asosiasi; artinya kita menjadi suka pada orang yang diasosiasikan atau dihubungkan dengan pengalaman yang baik dan bagus dan tidak suka pada orang yang diasosiasikan dengan pengalaman buruk dan jelek.
Adapun untuk menumbuhkan dan meningkatkan hubungan interpersonal
menurL1t Gunarsa (1980 : 106) diperlukan peningkatan dalam kualitas
komunikasi, dan faktor yang mempengaruhi komunikasi interpersonal
diantaranya :
1. Diperlukan sikap·percaya, bila seseorang punya perasaan bahwa dirinya
tidak akan dirugikan, tidak akan dikhianati, maka orang itu pasti akan lebih
mudah membuka dirinya
2. Sikap mendukung, individu dapat rnemberikan dukungan emosional yang
salah satu bentuknya adalah empati. Dengan memiliki empati, individu
lebih mampu memahami orang lain dan lebih mudah melakukan
penyesuaian diri ketika berinteraksi dengan orang lain. Selain empati,
sikap hang at juga merupakan bentuk dukungan emosional. Sikap hangat
dapat memberikan perasaan nyaman kepada orang lain dan akan sangat
berarti ketika individu tersebut sedang dalam kondisi tertekan dan
bermasalah.
46
3. Keterbukaan, individu dapat mengungkapkan informasi yang bersifat
pribadi mengenai dirinya dan memberikan perhatian kepada orang lain.
Dengan adanya keterbukaan, kebutuhan kedua belah pihak dapat
terpenuhi, yaitLJ dari pihak pertama kebutuhan untuk bercerita dan berbagi
rasa terpenuhi, dan di pihak kedua dapat muncul perasaan berharga dan
istimewa karena dipercaya untuk mendengarkan cerita yang bersifat
pribadi. Keterbukaan dalam suatu hubungan akan menguntungkan
masing-masing pihak, tetapi keterbukaan itu harus proposional artinya
disesuaikan dengan tingkat kedekatan dan tahap hubungan.
2.5. Kerangka Berpikir
Menurut Berndt & Perry, dkk (dalam Turner & Helms, ·J 995) remaja umumnya
tidal< ingin dianggap berbeda dengan orang lainnya. Akibatnya, mereka
cenderung melakukan konformitas dengan kelompok sebaya dengan
menciptakan aturan-aturan bagi kelompok mereka sendiri. Dengan keinginan
yang sangat besar u'ntuk diterima secara sosial, remaja sangat
memperhatikan hal-hal yang sedang rnenjadi mode saat itu, seperti gaya
rambut, gaya pakaian, dan kegiatan-kegiatan yang populer.
Remaja ingin diterima oleh kawan-kawannya dan merasa sedih jika
dikucilkan dari kelompok temannya. Karena itu ia meniru tingkah laku,
pakaian, sikap, dan tindakan teman-temannya dalam satu kelompok.
47
Kadang-kadang remaja dihadapkan pada pilihan yang sangat berat, apakah
ia mematuhi orang tuanya dan meninggalkan pergaulannya dengan teman
teman kelompoknya, ataukah hanyut dalam pergaulan yang menyenangkan
dan meninggalkan orang tuanya. Tidak jarang pilihannya jatuh pad a teman
teman kelompoknya·jika hubungan dengan orang tua kurang serasi.
Remaja yang pilihannya jatuh pada teman-teman kelompoknya atau teman
pergaulannya, ia akan berusaha menyesuaikan diri dengan teman-teman
kelompoknya dan menyebabkan remaja mengikuti sikap, pendapat, dan
perilaku yang berlaku dalam kelompol~.
Penyesuaian diri dengan kelompok terjadi karena individu takut dan tidak
ma1,1 sendirian. penyesuaian dengan hal lain di luar individu namanya
konformitas. dan efek dari konformitas bergantung pada teman-teman yang
ada dalam kelompok tersebut. Konforrnitas mempunyai efek dalam hal
keyakinan, sikap dan tindakkan yang berakibat juga pada cara remaja
tersebut berpakaian, bertingkah laku, dan kebiasaan dalam hal seperti
alkohol serta obat-obatan.
Remaja dalam perkembangan sosialnya dapat dilihat dari dua macam gerak,
yaitu satu memisahkan diri dari orangtua dan kedua menuju ke arah teman
teman sebaya. Menurut Hummel (dalam www.valdosta.edu. 2006) remaja
yang cenderung konform terhadap kelompoknya akan menyebabkan
48
hubungan interpersonal dengan keluarganya menjadi renggang, dikarenakan
remaja lebih banyak menghabiskan waktu dengan kelompoknya daripada
dengan keluarganya. Salah satu karakteristik dari hubungan interpersonal
adalah kemampuan menerima dan memberi dukungan. ,Jika seorang remaja
yang merasa tidak diterima da:am keluarganya cenderung akan memisahkan
diri dari keluarga dan lebih konform terhadap kelompoknya karena ia
mendapatkan penerimaan dari kelompoknya. Hal tersebut dapat rnemberikan
dampak dalam hubungan interpersonal khususnya dengan keluarga atau
orang tua.
· 2.6. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan deskripsi teori di atas, penulis merumuskan hipotesis penelitian
sebagai berikut :
H1 ada korelasi antara konformitas kelompok sebaya dengan hubungan
interpersonal dalam keluarga.
Ho tidak ada korelasi antara konformitas kelompok sebaya dengan
hubungan interpersonal dalam keluarga.
BAB3
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Jenis Penelifian
3.1.1. Pendekatan penelitian
Pada penelitian ini, pendekatan penelitian yang digunakan yaitu pendekatan
i<LJantitatif dengan statistil< parametrik. Pendel<atan penelitian kuantitatif yaitu
penelitian yang menggunakan statistik dalam pembul<tiannya (Kountur, 2003)
Penelitian dengan pendekatan kuantitatif menu rut Azwar (2004) menekankan
analisisnya pada data-data numerikal atau angl<a yang diolah dengan metode
statistika. Pada dasarnya, pendekatan kuantitatif dilal<ukan pada penelitian
inferensial (dalam rangka pengujian hipotesis) dan menyadarkan kesimpulan
hasilnya pad a suatll probabilitas kesalahan penolakan hipotesis nihil.
Dengan pendekatan l<uantitatif akan diperoleh signifikansi perbedaan
l<elompok atau signifikansi hubungan antar variabel yang diteliti.
49
50
3.1.2. Metode penelitian
Metode penelitian yang digLmakan adalah metode deskriptif dengan jenis
penelitian korelasional. Menurut Sevilla et. al (1993 : 87), penelitian
korelasional dirancang untuk menentukan tingkat hubungan variabel-variabel
yang berbeda dalam· suatu populasi, memastikan berapa besar yang
disebabkan oleh suatu variabel dalam hubungannya dengan variasi yang
disebabkan oleh variabel lain, dan untuk menentukkan besarnya arah
hubtmgan.
3.2. Variabel Penelitian
Variabel adalah suatu karakteristik yang memiliki dua atau lebih nitai atau
sifat yang berdiri sendiri-sendiri. Menu rut Sukandarrumidi (2004 : 10) variabel
terdiri dari dua, yaitu variabel bebas (independent variabel) adalah va1·iabel
yang mempengaruhi atau menjadi penyebab bagi variabel lain, dan variabel
terikat (deoendent variabel) adalah variabel yang dipengaruhi atau
disebabkan oleh variabel lain.
1. Variabel bebas (Independent variable) : Konformitas
2. Variabel terikat (Dependent variable) : Hubungan interpersonal
51
3.2.1. Definisi konseptual
1. Konformitas : dalam penelitian ini perilaku konformitas diartikan sebagai
suatu perubahan tingkah Jaku atau keyakinan sebagai hasil nyata dari
tekanan yang diberikan oleh kelompok dan juga bertingkah laku dalam hal
berusaha memenuhi harapan dari kelompok dengan sedikit ataupun tanpa
tekanan untuk melakukan tingkah laku tersebut.
2. Hubungan interpersonal : hubungan yang terjalin antara individu satu
dengan individu lainnya, dengan menggunakan berbagai jenis pola
interaksi.
3.2.2. Definisi operasional variabel
Skor yang diperoleh dari subyek penelitian tentang konformitas di ukur
dengan aspek yang dikemukakan oleh Sears, et.al (1984 : 81 ). Dan skor
yang diperoleh dari responden tentang hubungan interpersonal di ukur
dengan aspek yang dikemukakan oleh Heider (dalam Sarwono, 2002 : 241)
dan Gunarsa (1980 : 106). Adapun rincian aspek dan indikator yang
digunakan dalam pe'ngukuran, sebagai berikut :
3.2.2.1. lndikator perilaku konformitas
a. Rasa takut terhadap penyimpangan norma kelompok
Remaja dapat menyesuaikan diri dengan teman kelompok dalam
bersikap, berpendapat, bertingkah laku/bertindak, dan berusaha agar
dapat diterima, serta berusaha agar dapat disukai.
b. Kekompakkan
Rasa suka remaja terhadap teman kelompoknya, dan remaja menjalin
hubungan baik dengan teman kelompok; artinya ingin tetap kompak
dengan kelompok dan tetap ingin menjadi anggotanya.
c. Kesetiakawanan
52
Saling menjaga sesama anggota kelompok, dan berusaha menerima
teman kelompok; artinya sepakat dalam berpendapat, bertingkah laku dan
berpenampilan.
d. Kepercayaan
Remaja dapat membuka diri terhadap informasi dari teman kelompok, dan
menerima kebenaran informasi yang datang.
e. Penilaian diri
Remaja dapat mengenali diri sendiri, artinya remaja mengetahui
kemampuan diri dan potensi diri.
3.2.2.2. lndikator hubungan interpersonal
a. Kesamaan
Remaja dapat menerima setiap gagasan, dan mendukung keyakinan
tentang pandangan dari orang tua.
b. Kedekatan
Remaja dapat meningkatkan keakraban dengan orang tua, dan
melakukan kegiatan dengan keluarga.
c. Keterbukaan
Remaja dapat mengungkapkan infonnasi tentang dirinya, dan
memberikan perhatian kepada keluarga.
d. Sikap mendukung
53
Remaja ciapat bersikap empati kepada keluarga, dan berusaha bersikap
hangat pada keluarga.
e. Sikap menghargai
Remaja dapat mer.ghormati pendapat orang tua, dan menjaga tingkah
lakunya.
Karakteristik tingkah laku yang akan diteliti mengenai cara berpakaian, gaya
rambut, cara berbicara, selera terhadap musik, dan aktivitas waktu luang.
Dan tingkah laku ini akan dijadikan sebagai bahan materi angket.
I. .
54
3.3. Pengambilan Sampel
3.3.1. Populasi dan sampel
Populasi adalah Keiompok keseluruhan orang atau obyek yang akan diteliti
(Sularso, 2003 : 67). Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah
siswa dan siswi Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 4 Model Jakarta.
Sampel adalah bagian dari populasi yang diambil melalui cara-cara tertenlu
yang memiliki karakteristik yang dianggap bisa mewakili populasi. Menurut
Slovin dalam Sevilla et.al (1993 : 161) untuk menentukan ukuran sampel dari
populasi menggunakan rumus :
Keterangan:
n = ukuran sampel N = ukuran populasi e = nilai kritis (batas ketelitian) yang diinginkan (persen kelonggaran
Ketidaktelitian karena kesalahan pengambi/an sampel populasi)
Dalam penelitian ini populasi sebanyak 1027 dan batas kesalahan yang
diinginkan adalah 10%. Jadi, Jumlah sampel yang direncanakan berjumlah
120 orang, yang terdiri dari 60 remaja putra dan 60 remaja putri. Sedangkan
karakteristik subyek penelitian adalah :
55
1. Remaja yang berusia 15-17 tahun
2. Berpendidikan dan masih bersekolah di lembaga tersebut
3. Remaja yang memiliki teman kelompok dan biasa melakukan aktivitas
tertentu bersama.
3.3.2. Tekhnik pengambilan sampel
Pada penelitian ini, peneliti menggunakan tekhnik sampling acak berlapis
proportional (stratified proportional random sampling). Untuk mengambil
sampel penelitian yaitu membagi populasi (elemen populasi) dalam
kelompok-kelompok dengan proporsi sampel pada setiap kelompok sama
Sukandarrumidi (2004 : 62). Berikut ini merupakan proses pengambilan
sampel.
Tabel 3.1. Pengambilan sampel
Jenis kelamin Ke las Jumlah
Laki-laki Perempuan
1 21 21 42 --
2 20 19 39
3 19 20 39
Jumlah 60 60 120
56
3.4. Tekhnik Pen_gumpulan Data
Untuk mendapatkan data dalam penelitian ini, peneliti menggunakan skala
bentuk pernyataan. Bentuk skala yang digunakan dalam membuat
pernyataan dalam penelitian ini adalah model Liker!, yaitu dengan
menetapkan pensekoran 1 - 4 dengan alasan agar tidal< menyulitkan subyek.
Menurut Azwar (2004 : 33) tidak ada manfaatnya untuk memperbanyak
pilihan karena akan mengaburkan perbedaan jawaban yang diinginkan, di
samping itu subyek juga tidak cukup peka untuk jenjang yang lebih dari lima
tingkat.
Menurut lrawan Soehartono (1995 : 65) untuk menjawab pernyataan
pernyataan penelitian, peneliti menggunakan teknik pengumpulan data skala
sikap. Skala sikap adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan c)engan
menyertakan atau mengirimkan daftar pernyataan untuk diisi sendiri oleh
responden, yaitu orang yang memberikan tanggapan atau menjawab
pernyataan-pernyataan yang diajukan. Tiap pernyataan mempunyai 4
alternatif jawaban. Pembuatan pernyataan mengaju kepada 2 aspek, yaitu:
konformitas kelompok sebaya dan hubungan interpersonal da/am keluarga.
Adapun pembobotan untuk pernyataan-pernyataan tersebut adalah sebagai
berik,1t:
Pilihan
Tabel 3.2. Bobet Nilai
Favourable
Sangat tidak setuju (STS) 1
Tidak setuju (TS) 2
Setuju (S) 3
$angat setuju (SS) 4
3.5. lnstrumen Penelitian
3.5.1. Skala konformitas kelompok sebaya
57
Unfavourable
4
3
2
1
Skala konformita5 kelompok sebaya ini digunakan untuk mengetahui sejauh
mana perilaku konformitas subyek yaitu dengan menggunakan penskalaan
model Liker!. Pembuatan item-item pernyataan skala konformitas kelompok
sebaya disusun berdasarkan aspek konformitas yang dikemukakan oleh
Sears, dkk (1991 : 82) yaitu : Rasa takut terhadap penyimpangan,
kekompakkan, kesetiakawanan, kepercayaan, penilaian diri. Berikut ini
adalah blue print skala konformitas kelompok sebaya.
No
1
2
3
4
5
B ue orint s a a on ormitas ke ornook se Tabel 3.3.
k I k f Aspek lndikator Perilaku Favourable
Rasa takut • Menyesuaikan diri dengan 4,14,20 terhadap teman kelompok dalam penyimpangan bersikap, berpendapat norma kelompok dan bertingkah laku I
bertindak • Berusaha agar dapat 1
diterima • Berusaha agar dapat 2
disukai Kekompakkan • Rasa suka terhadap 10, 35, 39
teman kelompok • Menjalin hubungan bail< 24, 47
dengan teman kelomeok Kesetiakawanan • Saling menjaga sesama 9, 27
anggota • Berusaha menerima 15, 36, 48
teman kelompok Kepercayaan • Membuka diri terhadap 5, 28, 32
informasi dari kelompok • Menerima kebenaran 3,40
informasi Penilaian diri • Mengenali diri sendiri 19,23,31,
43, 44 Jumlah 25
58
b ava Unfavourable
11, 25, 41
16
45
7, 21
12,26,34
17, 37, 46
6, 22
13, 29
18, 38,49
8, 30, 33 42, 50
25
Berdasarkan hasil uji coba pada skala konformitas kelompok sebaya
diberikan kepada 100 siswa dan siswi Madrasah Aliyah Negeri 4 Model
Jakarta dengan jumlah item 50, maka terdapat 31 item valid pada taraf
signifikansi 5%, dan 19 item lainnya tidak valid. Adapun nomor-nomor item
valid yang digunakan yaitu: 1, 2, 3, 6, 9, 10, 13, 14, 15, 16. 18, 20, 21. 22,
23, 28, 30, 32, 34, 35, 36, 37, 38, 39,41,42,43,45,46,47,49. Berikutini
adalah blue print penelitian skala konformitas kelompok sebaya.
L;
6
2
2
5
5
5
5
5
5
10
-50
59
Tabel 3.4. Bl . t ue prm rr k I I f "t k I k b pene 1 1an s a a mn ·orm1 as e ompo . se ava
No Aspek lndikator Perilaku Favourable Unfavourable 2:
1 Rasa takut • Menyesuaikan diri dengan 14, 20 41 3 terhadap teman kelompok dalam penyimpangan bersikap, berpendapat, norma kelompok bertingkah laku I bertindak
• Berusaha agar dapat 1 16 2 diterima
I • Berusaha agar dapat 2 45 2 disukai
2 Kekompakkan • Rasa suka terhadap 10, 35, 39 7. 21 5 teman kelompok
• Menjalin hubungan baik 47 34 2 denqan temankelompok -
3 Kesetiakawanan • Saling menjaga sesama 9 37,46 3 anggota
• Berusaha menerima 15, 36, 6, 22 4 teman kelompok
4 Kepercayaan • Membuka diri terhadap 28, 32 13 3 informasi dari kelompok
• Menerima kebenaran 3 18, 38 49 4 informasi
5 Penilaian diri • Mengenali diri sendiri 23,43 30,42 4 ,_
Jumlah 16 15 31
Uji reliabilitas skala konformitas kelompok sebaya dilakukan dengan
menggunakan Alpha Cronbach. Dari uji reliabilitas tersebut, diperoleh
koefisien sebesar O, 791. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa
instrL1men penelitian ini reliabel untuk digunakan.
3.5.1.1. Skala hubungan interpersonal
Skala hubungan interpersonal ini digunakan untuk mengetahui apakah
hubungan subyek dengan keluarga menjadi renggang karena konforrnitas
yang dilakukan yaitu dengan menggunakan penskalaan model Likert.
Pembuatan item-item pernyataan skala hubungan interpersonal disusun
berdaswkan aspek hubungan interpersonal yang dikemukakan oleh
Heider (dalam Sarwono, 2002: 241) dan Gunarsa (1980: 106), yaitu:
Kesamaan, kedekatan, keterbukaan, sikap mendukung, sikap menghargai.
Berikut ini adalah blue print skala hubungan interpersonal.
No Aspek
1 Kesarnaan
2 Kedekatan
3 Keterbukaan
Bl Tabel 3.5.
t k I h b ue pnn s a a u lndikator
• Menyetujui gagasan orang tua
• Mendukung keyakinan atau pandangan orang tua
• Meningkatkan keakraban dengan orang tua
• Melakukan kegiatan dengan keluaroa
• Dapat rnengungkapkan inforrnasi tentang dirinya
• Mernberikan perhatian pada keluarga
. t un!lan in erpersona Favourable Unfavourabe
5, 25 12, 29, 36
22, 38 7, 17, 30
10, 33, 46 3, 11
2, 21,40 I 44,48
1, 9, ·13 18, 24, 32
16, 34 43,47
60
2,
5
5
I
5
5
6
4
61
4 Sikap • Dapat bersikap empati 26, 3/',46 19, 31 5 mendukung pada keluarga
• Berusaha bersikap hanoat oada keluaroa 6, 14 23, 42, 49 5
5 Sikap • Dapat menghormati 15, 21', 39 4, 20 5 menghargai pendapat orang tua
• Meniaqa tinokah laku 28, 50 8, 35,41 5 Jumlah 25 25 50 -·
Berdasarkan hasil uji coba pada skala hubungan interpersonal diberikan
kepada 100 siswa dan siswi Madrasah Aliyah Negeri 4 Model Jakarta dengan
jumlah item 50, maka terdapat 36 item valid pad a taraf signifikansi 5% dan14
item lainnya tidak valid. Adapun nomor-nomor item valid yang digunakan
yaitu: 1, 2, 3, 4, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 18, 21, 22, 23, 24, 25,
26, 27, 28, 30, 3:1, 32, 36, 39, 42, 43, 44, 4;5, 46, 47, 49, 50. Berikut ini
adalah blue print penelitian skala hubungan interpersonal.
Tabel 3.6. Bl rr k 1 h b . t ue pnn pene 1 1an s a a LI . t ungan m erpersona
No Aspek lndikator Favourable Unfavourab e l: .
-
1 Kesamaan • Menyetujui gagasan 25 12, 36 3 orang tua
• Mendukung keyakinan 22 7, 30 3 atau pandangan orang tua
2 Kedekatan • Meningkatkan 10, 45 3, 11 3 keakraban dengan orang tua
• Melakukan kegiatan 2, 2·1 44 3 dengan keluarga
- __,
62
3 Keterbukaan • Dapat 1, 9, 13 18, 24, 32 6 mengungkapkan
I informasi tentang dirinya
• Memberikan perhatian I
16 47 2 pada keluarqa
4 Sikap • Dapat bersikap empati 26,46 31 3 mendukung pada keluarga
• Berusaha bersikap hanqat pada kelwarga 6, 14 23, 42, 49 5
5 Sikap • Dapat menghormati 15, 27, 39 4 4 menghargai pendapat orang tua
• M_enjasia tinokah laku 28,50 8,35 4 f--·
Jumlah 19 17 36
Uji reliabilitas skala hubungan interpersonal dilakukan dengan menggunakan
Alpha Cronbach. Dari uji reliabilitas tersebut, diperoleh koefisien sebesar
0, 849. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa instrumen penelitian ini
reliabel untuk digunakan.
3.6. Tekhnik Uji lnstrumen
3.6.1. Uji validitas skala
Pengujian validitas dilakukan untuk mengetahui aspek suatu skala psikologi
mampu menghasilkan data yang akurat dan sesuai dengan tujuan ukuran.
Validit13s skala sikap banyak disandarkan pada relevansi isi pernyataan yang
disusun berdasarkan rancangan yang tepat karena skala yang disusun
berdasarkan ukur ya·ng teridentifikasi dengan baik dan dibatasi dengan jelas
63
secara teoritik akan valid. Untuk menguji validitas dari setiap item pernyataan
dilakukan analisis item, yaitu mengkorelasikan setiap item dengan skor total.
Koefisien korelasinya diperhitungkan sebagai validitas. Item-item yang
memiliki korelasi signifikan langsung dipilih sebagai skala final dan dihitung
sedangkan item yang tidak memiliki korelasi signifikan diabaikan.
Untuk mengetahui seberapa tepat suatu alat ukur mampu melakukan fungsi,
penulis menggunakan rumus Product Moment Pearson (Syaifuddin Azwar,
2004 : 100) dengan rumL.1s :
Keterangan :
rxy - Angka indeks korelasi "r" Product Moment L_xy = Jumlah hasil perkalian antara skor item dan skor total L_x = Jumlah skor item l..Y = Jumlah skor total n = Jumlah subyek
3.S.2. Uji reliabilitas skala
Setelah pengujian validitas, selanjutnya dilakukan pengujian reliabilitas.
Tujuan utama pengujian reliabilitas adalah untuk mengetahui konsistensi atau
keteraturan hasil ukuran suatu instrumen apabila instrumen tersebut