Upload
addinul-hakim
View
172
Download
21
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Korosi Basah dan Korosi Atmosferik
Citation preview
Korosi Basah dan Korosi Atmosferik
Addinul Hakim
Teknik Fisika, Fakultas Teknologi Industri
Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Surabaya, Indonesia
Abstrak— Korosi merupakan degradasi material akibat
interaksi dengan lingkungan. Untuk logam, reaksinya
disebut reaksi elektrokimia sedangkan untuk non logam
disebut degradasi atau pelapukan. Proses degradasi korosi
disebabkan oleh lingkungannya. Percobaan kali ini adalah
mengetahui laju korosi pada lingkungan air (korosi basah)
dan fasa air-udara (korosi atmosferik). Dari percobaan yang
telah dilakukan, terbukti bahwa laju korosi basah pada
larutan NaOH, NaCl, dan HCl berbanding lurus dengan
tingkat molaritas larutannya. Laju korosi basah tertinggi
masing-masing larutan adalah pada larutan 3 M yakni
0.0007037 mm/y, 0.0007054 mm/y, dan 0.00070423 mm/y.
Kata Kunci—Korosi, Korosi Basah, Korosi Atmosferik
I. PENDAHULUAN
Dalam kehidupan sehari-hari banyak ditemukan material
yang umurnya lebih singkat dari yang ditentukan. Salah satu
penyebabnya adalah interaksi logam dengan lingkungannya
yang menyebabkan terjadinya perubahan mutu atau
menurunnya umur material yang disebut dengan korosi. Korosi
adalah perusakan logam akibat reaksi kimia atau elektrokimia
dengan lingkungannya.[1] Beberapa lingkungan yang dapat
menyebabkan korosi adalah lingkungan air (korosi basah) dan
lingkungan campuran udara dan uap ( korosi atmosferik ).
Selain itu lingkungan minus fasa cair ( korosi kering ) dan
lingkungan yang berada pada temperatur tinggi ( korosi
temperatur tinggi ).[2]
Adapun tujuan yang akan dicapai pada percobaan ini
adalah untuk mengetahui laju korosi pada paku ketika diberi
perlakuan korosi basah dan korosi atmosferik.
II. DASAR TEORI
A. Korosi
Korosi adalah degradasi (perusakan atau penurunan
kualitas) material akibat interaksi dengan lingkungan. Untuk
logam, reaksinya disebut reaksi elektrokimia sedangkan untuk
non logam disebut degradasi atau pelapukan. Secara umum,
kata korosi identik dengan karat[2].
Jenis-jenis korosi antara lain:
• Korosi basah: korosi dalam lingkungan air
•Korosi atmosferik: korosi dalam lingkungan campuran
udara + uap •Korosi kering: korosi tanpa adanya fasa cair (proses oksidasi)
• Korosi temperatur tinggi: korosi pada temperatur di atas
+ 500˚C : oksidasi, sulfidasi, karburasi, nitridasi, dll
Berikut adalah gambar beberapa macam bentuk korosi:
Gambar 2-1 Macam-macam korosi
B. Mekanisme Korosi
Korosi terjadi jika terjadi reaksi elektrokimia, yakni jika ada :
- anoda dan katoda
- elektrolit
- konduktor listrik
Proses elektrokimia yang terjadi pada korosi merupakan
reaksi oksidasi dan reduksi.
Reaksi oksidasi :
M → Mn+ + ne-
Reaksi reduksi :
2H+ +2e → H2 (evolusi H)
O2 + 4H+ + 4e- → H2O (reduksi O, larutan asam)
O2 + 2H2O + 4e- → 4OH- (reduksi O, larutan netral/basa)
Mn+ + ne- →M (reduksi ion logam)
Yang terjadi di bawah titik air:
Awal: Fe → Fe2+ + 2e-
O2 + 2H2O + 4e- → 4OH-
Berikutnya:
Fe2+ + 2H2O → Fe(OH)2 + 2H+
C. Penentuan Laju Korosi
Dalam menentukan laju korosi yang umum menggunakan
metoda pengukuran perubahan massa. Dimana pada keadaan
awal spesimen uji dianggap tidak mengalami korosi sama
sekali[2].
Sehingga perumusan laju korosi dapat dilakukan dengan
menggunakan persamaan :
Corrosion rate = 𝐾 .𝑊
𝐷.𝐴.𝑡
Dengan konstanta (K) sebesar 3,45x106 untuk mils per year
(mpy) dan 8,76x104 untuk milimeter per year (mm/y) dengan
W dalam gram, D (density) dalam g/cm3, A dalam cm2, t dalam
jam. Corrosion rate bersatuan mm/year. Atau bisa memakai K
= 1 cm/hari dengan W dalam gram, D dalam g/cm3 , A dalam
cm2, dan t dalam jam. Corrosion rate bersatuan cm/hour.[2]
D. Prosedur Percobaan
Pembuatan Sampel
Langkah-langkah pembuatan sampel adalah sebagai
berikut:
a. Peralatan dan bahan disiapkan.
b. Larutan NaOH dibuat tiga macam dengan variasi
molaritas sebesar 0,5 M, 1 M, dan 3 M dan masing-
masing dimasukkan kedalam gelas plastik
c. Larutan HCl dibuat tiga macam dengan variasi
molaritas sebesar 0,5 M, 1 M, dan 3 M dan masing-
masing dimasukkan kedalam gelas plastik
d. Larutan NaCl dibuat tiga macam dengan variasi
molaritas sebesar 0,5 M, 1 M, dan 3 M dan masing-
masing dimasukkan kedalam gelas plastik
e. Gelas berisi aquades juga disiapkan dan kesepuluh
gelas tersebut ditandai
f. 20 buah paku dibersihkan hingga mengkilat dengan
amplas
g. Masing-masing paku ditimbang dan dicatat beratnya
h. Masing-masing satu buah paku dicelupkan hingga
basah kedalam masing-masing larutan
i. Paku-paku yang telah dicelup tersebut diletakkan
diatas wadah plastik dan dicatat waktu peletakannya
j. Masing-masing 1 paku dimasukkan kedalam tiap
larutan dan dicatat waktu saat paku dimasukkan.
k. Semua paku dibiarkan selama 3 hari
l. Masing-masing paku dicatat keadaannya setelah 3 hari
m. Masing-masing paku dibersihkan kembali dengan
amplas dan dicatat waktu ketika membersihkannya
n. Masing-masing paku ditimbang dan dicatat beratnya
o. Setelah dicatat, masing-masing paku dihitung laju
korosinya
p. Hasil laju korosi yang diperoleh ditampilkan kembali
dalam bentuk kurva.
III. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
Berikut ini adalah hasil pengolahan data berdasarkan
praktikum yang telah dilakukan.
Perhitungan Laju korosi berdasarkan dasar teori yang
ada, yaitu :
𝐿𝑎𝑗𝑢 𝐾𝑜𝑟𝑜𝑠𝑖 (𝑐𝑚
𝑗𝑎𝑚) =
𝐾.𝑊
𝐷.𝐴 .𝑡 , 𝐾 = 1𝑐𝑚/ℎ𝑎𝑟𝑖
Paku, sebagai objek korosi diasumsikan berbentuk
tabung dan ke duapuluh paku memiliki ukuran yang
sama.
Tabel 4.1 Waktu dan Berat akhir masing-masing paku
pada larutan 0,5 M Jenis
Korosi
Zat Cair
0,5 M
T awal T akhir W
akhir
Basah NaOH 24/11/2015 20:48
27/11/2015 20:25
1,08
Atmosferik 24/11/2015
21:11
27/11/2015
20:43
1,03
Basah NaCl 24/11/2015
20:48
27/11/2015
20:22
1,01
Atmosferik 24/11/2015
21:10
27/11/2015
20:35
1,06
Basah HCl 24/11/2015 21:13
27/11/2015 20:33
0,91
Atmosferik 24/11/2015
21:13
27/11/2015
20:41
1,05
Basah Aquades 24/11/2015
21:20
27/11/2015
20:29
1,02
Atmosferik 24/11/2015
21:21
27/11/2015
20:43
1,04
Tabel 4-2 Waktu dan Berat akhir masing-masing paku pada
larutan 1 M
Jenis
Korosi
Zat Cair
1 M
T awal T akhir W
akhir
Basah NaOH 24/11/2015 20:49
27/11/2015 20:23
1,12
Atmosferik 24/11/2015
21:11
27/11/2015
20:46
1,07
Basah NaCl 24/11/2015
20:48
27/11/2015
20:19
1,1
Atmosferik 24/11/2015
21:10
27/11/2015
20:36
1,07
Basah HCl 24/11/2015
21:13
27/11/2015
20:33
0,65
Atmosferik 24/11/2015
21:14
27/11/2015
20:42
1,05
Basah Aquades
Atmosferik
Tabel 4-3 Waktu dan Berat akhir masing-masing paku pada
larutan 3 M
Jenis
Korosi
Zat Cair
3 M
T awal T akhir W
akhir
Basah NaOH 24/11/2015
20:58
27/11/2015
20:23
1,05
Atmosferik 24/11/2015
21:12
27/11/2015
20:45
1,03
Basah NaCl 24/11/2015 20:48
27/11/2015 20:13
1,04
Atmosferik 24/11/2015
21:11
27/11/2015
20:35
1,07
Basah HCl 24/11/2015
21:17
27/11/2015
20:25
0,11
Atmosferik 24/11/2015
21:18
27/11/2015
20:45
1,03
Basah Aquades
Atmosferik
Tabel 4.4 Dimensi paku
W awal 1,09 gram
Diameter 2,06 mm
Tinggi 3,8 cm
Gambar 4III-1 Kondisi masing-masing paku ketika diberi
perlakukan korosi atmosferik (sebelum diamplas)
Gambar 4-2 Kondisi masing-masing paku ketika diberi
perlakukan korosi atmosferik( setelah diamplas )
Gambar 4-1 Kondisi masing-masing paku ketika diberi
perlakuan korosi basah
Tabel 4.5 Hasil Perhitungan Laju Korosi Basah
Pak
u
ke-n
Laruta
n (M)
W
(gram
)
A
(cm
2)
D
(gram
/cm3)
t
(jam
)
Laju Korosi
mm/y
1 NaOH 0,5
1,08 2,53 8,52 71,37
0,00070255
2 NaCl
0,5
1,01 2,53 7,97 71,3
4
0,0007028
4
3 HCl 0,5 0,91 2,53 7,18 71,2 0,0007042
3
4 NaOH 1 1,12 2,53 8,84 71,3
4
0,0007028
4
5 NaCL 1 1,1 2,53 8,68 71,31
0,00070314
6 HCl 1 0,65 2,53 5,13 71,2 0,0007042
3
7 NaOH 3 1,05 2,53 8,29 71,2
5
0,0007037
3
8 NaCl 3 1,04 2,53 8,21 71,2
5
0,0007037
3
9 HCl 3 0,11 2,53 0,87 71,0
8
0,0007054
2
10 Aquade
s
1,02 2,53 8,05 71,2 0,0007042
3
Tabel 4.6 Hasil Perhitungan Laju Korosi Atmosferik Paku
ke-
n
Larutan (M)
W (gram
)
A(cm2)
D (gram
/cm3)
t (jam
)
Laju Korosi
mm/y
1 NaOH
0,5
1,03 2,53 8,13 71,3
2
0,00070304
2 NaCl 0,5
1,06 2,53 8,37 71,25
0,00070373
3 HCl 0,5 1,05 2,53 8,29 71,2
8
0,00070344
4 NaOH 1 1,07 2,53 8,45 71,3
5
0,00070275
5 NaCL 1 1,07 2,53 8,45 71,2
6
0,00070363
6 HCl 1 1,05 2,53 8,29 71,2
8
0,00070344
7 NaOH 3 1,03 2,53 8,13 71,3
3
0,00070294
8 NaCl 3 1,07 2,53 8,45 71,24
0,00070383
9 HCl 3 1,03 2,53 8,13 71,3
7
0,00070255
10 Aquade
s
1,04 2,53 8,21 71,2
2
0,00070403
Grafik 4-1 Laju Korosi Basah
Grafik 4-2 Laju Korosi Atmosferik
Dari kedua grafik laju korosi diatas dapat diketahui bahwa
laju korosi tertinggi terdapat pada korosi basah yakni paku pada
larutan HCl 3 M. Sedangkan untuk laju korosi terendah terdapat
pada larutan HCl 3 M (korosi atmosferik) dan larutan NaOH
0,5 M.
Berkaitan dengan laju korosi atmosferik yakni kurva larutan
HCl tampak berbeda dibandingkan dengan larutan NaOH dan
NaCl. Laju korosi HCl 3 M tampak lebih rendah dari larutan
0,5 dan 1 M. Meskipun kurva HCl tampak berbeda namun
kurva dua larutan yang lain juga memiliki sedikit perbedaan
yakni laju korosi pada 1 M lebih rendah dibandingkan dengan
0,5 M. Sedangkan pada larutan HCL laju korosi pada kedua
molaritas adalah sama yakni 0,00070344 mm/y.
Fenomena pada korosi atmosferik tidak terjadi pada korosi
basah. Terlihat pada kurvanya laju korosi larutan NaOH dan
NaCl semakin meningkat berbanding lurus dengan tingkat
molaritas larutannya. Perbedaan kecil hanya terdapat pada
larutan HCl 0,5 M dan 1 M yang berada pada nilai yang sama
yakni 0,0007042 mm/y.
IV. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diperoleh dari percobaann ini
adalah sebagai berikut:
1. Korosi basah merupakan jenis korosi yang terjadi pada
lingkungan fasa cair dan korosi atmosferik merupakan
korosi yang terjadi pada lingkungan fasa cair dan
udara.
2. Pengaruh lingkungan fasa cair terhadap logam
berbanding lurus dengan molaritas larutan.
3. Laju korosi pada logam diperoleh dari berat logam
yang hilang dan lama (detik) logam berada pada
lingkungan fasa cair dan campuran fasa cair-udara .
B. Saran
Saran yang dapat diberikan untuk perbaikan
praktikum selanjutnya yakni praktikan diharapkan untuk
menghitung berat awal masing-masing paku sebelum diberikan
perlakuan korosi basah dan atmosferik sehingga laju korosi
yang diperoleh sesuai dengan perhitungan laju korosi.
V. UCAPAN TERIMA KASIH
Penulis berterima kasih atas kontribusi praktikan M.Abid
Abdillah, Amron Basuki, Wahyu and Hafid Lutfan pada
praktikum korosi basah dan korosi atmosferik ini
DAFTAR PUSTAKA
[1] Kade Suriandi, IGA dan IK Suarsana.”Prediksi laju korosi
dengan perubahan besar derajat deformasi plastis dan
media pengkorosi pada material baja Karbon”.Jurusan
Teknik Mesin, Universitas Udayana : Bali
[2] Asisten Laboratorium Rekayasa Bahan, Modul Praktikum
Bahan, “Korosi Basah dan Korosi Atmosferik”. 2015
0,0007
0,000705
0,00071
0,5 1 3
Laju Korosi Basah
NaOH NaCl HCl
0,000701
0,000702
0,000703
0,000704
0,5 1 3
Laju Korosi Atmosferik
NaOH NaCl HCl