80
TERAPI BERMAIN ORIGAMI TERHADAP PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS ANAK USIA PRASEKOLAH PADA ASUHAN KEPERAWATAN An. B DENGAN SINDROMA NEFROTIK DI RUANG CEMPAKA RUMAH SAKIT dr. SOEDIRAN MANGUN SOEMARSO WONOGIRI Disusun Oleh : ALFIANA LUTHFI SHOFIANI NIM. P.12066 PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2015

KTI Alfiana Luthfi - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-alfianalut...i terapi bermain origami terhadap perkembangan motorik halus

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: KTI Alfiana Luthfi - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-alfianalut...i terapi bermain origami terhadap perkembangan motorik halus

TERAPI BERMAIN ORIGAMI TERHADAP PERKEMBANGAN MOTORIK

HALUS ANAK USIA PRASEKOLAH PADA

ASUHAN KEPERAWATAN An. B DENGAN SINDROMA NEFROTIK DI

RUANG CEMPAKA RUMAH SAKIT

dr. SOEDIRAN MANGUN SOEMARSO

WONOGIRI

Disusun Oleh :

ALFIANA LUTHFI SHOFIANI

NIM. P.12066

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA

SURAKARTA

2015

Page 2: KTI Alfiana Luthfi - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-alfianalut...i terapi bermain origami terhadap perkembangan motorik halus

i

TERAPI BERMAIN ORIGAMI TERHADAP PERKEMBANGAN MOTORIK

HALUS ANAK USIA PRASEKOLAH PADA

ASUHAN KEPERAWATAN An. B DENGAN SINDROMA NEFROTIK DI

RUANG CEMPAKA RUMAH SAKIT

dr. SOEDIRAN MANGUN SOEMARSO

WONOGIRI

Karya Tulis Ilmiah

Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan

Dalam Menyelesaikan Program Diploma III Keperawatan

Disusun Oleh :

ALFIANA LUTHFI SHOFIANI

NIM. P.12066

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA

SURAKARTA

2015

Page 3: KTI Alfiana Luthfi - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-alfianalut...i terapi bermain origami terhadap perkembangan motorik halus

ii

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya bertandatangan di bawah ini :

Nama : Alfiana Luthfi Shofiani

NIM : P.12066

Program Studi : DIII Keperawatan

Judul Proposal : Terapi bermain origami terhadap perkembangan motorik halus

anak usia prasekolah pada Asuhan Keperawatan An. B dengan

Sindroma Nefrotik di Ruang Cempaka Rumah Sakit dr.

Soediran Mangun Soemarso Wonogiri.

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa proposal penelitian yang saya tulis ini

benar - benar hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilalihan tulisan

atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya sendiri.

Apabila dikemudian hari dapat dibuktikan bahwa proposal penelitian ini

adalah hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut

sesuai dengan ketentuan akademik yang berlaku.

Surakarta, 21 Februari 2015

Yang Membuat Pernyataan

Alfiana Luthfi Shofiani

Page 4: KTI Alfiana Luthfi - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-alfianalut...i terapi bermain origami terhadap perkembangan motorik halus

iii

LEMBAR PERSETUJUAN

Proposal Penelitian ini diajukan oleh :

Nama : Alfiana Luthfi Shofiani

NIM : P.12066

Program Studi : DIII Keperawatan

Judul :“Terapi bermain origami terhadap perkembangan motorik halus

anak usia prasekolah pada Asuhan Keperawatan An. B dengan

Sindroma Nefrotik di Ruang Cempaka Rumah Sakit dr. Soediran

Mangun Soemarso Wonogiri.’’

Telah disetujui untuk diaplikasikan di rumah sakit oleh pembimbing Karya Tulis

Ilmiah.Prodi DIII Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta

Di tetapkan di: STIKes Kusuma Husada

Hari/ Tanggal: Senin, 18 Mei 2015

Pembimbing : Happy Indri Hapsari,S.Kep., Ns. M.Kep ( )

NIK. 201284113

Page 5: KTI Alfiana Luthfi - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-alfianalut...i terapi bermain origami terhadap perkembangan motorik halus

iv

HALAMAN PENGESAHAN

Karya Tulis Ilmiah ini diajukan oleh :

Nama : Alfiana Luthfi Shofiani

NIM : P.12066

Program Studi : DIII Keperawatan

Judul : TERAPI BERMAIN ORIGAMI TERHADAP

PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS ANAK USIA

PRASEKOLAH PADA ASUHAN KEEPERAWATAN An. B

DENGAN SINDROMA NEFROTIK DI RUANG CEMPAKA

RUMAH SAKIT dr. SOEDIRAN MANGUN SOEMARSO

WONOGIRI

Telah disetujui untuk diujikan dihadapanDewanPenguji Karya Tulis Ilmiah

Prodi DIII Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta

Ditetapkandi : STIKes Kusuma Husada Surakarta

Hari / Tanggal : Senin, 15 Juni 2015

DEWAN PENGUJI

Pembimbing : Happy Indri Hapsari, S.Kep., Ns., M.Kep

NIK201284113 ( )

Penguji 1 : AtiekMurharyati, S.Kep., Ns., M.Kep

NIK200680021 ( )

Penguji 2 : Amalia Senja, S.Kep., Ns

NIK201189090 ( )

Mengetahui,

Ketua Program Studi D III Keperawatan

Page 6: KTI Alfiana Luthfi - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-alfianalut...i terapi bermain origami terhadap perkembangan motorik halus

v

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena

berkat, rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Proposal

Penelitian dengan judul “TERAPI BERMAIN ORIGAMI TERHADAP

PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS DAN KOGNITIF ANAK USIA

PRASEKOLAH .”

Dalam penyusunan Proposal ini penulis banyak mendapat bimbingan dan

dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis

mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada yang

terhormat:

1. Dr. Agnes Sri Harti, M.Si. Selaku ketua STIkes Kusuma Husada Surakarta

yang telah memberikan kesempatan untuk dapat menimba ilmu di STIkes

Kusuma Husada Surakarta.

2. Atiek Murharyati, S.Kep.,Ns.,M.Kep. Selaku Ketua Program Studi DIII

keperawatan yang telah memberikan kesempatan untuk dapat menimba ilmu

di STIKes Kusuma Husada Surakarta.

3. Meri Oktariani, S.Kep.,Ns.,M.Kep. Selaku Sekretaris Ketua Program Studi

DIII keperawatan yang telah membimbing dengan cermat, memberikan

masukan-masukan, inspirasi, perasaan nyaman dalam bimbingan serta

memfasilitasi demi sempurnanya proposal penelitian ini.

4. Happy Indri Hapsari, S.Kep., Ns. M.Kep. Selaku dosen pembimbing yang

memberikan masukan-masukan, inspirasi, perasaan nyaman dalam bimbingan

serta memfasilitasi demi sempurnanya proposal penelitian ini.

5. Atiek Murharyati, S.Kep.,Ns.,M.Kep. Selaku Penguji I yang sudah

memberikan kritik saran serta masukan.

6. Amalia Senja, S.Kep.,Ns. Selaku Penguji II yang sudah memberikan kritik

saran serta masukan.

7. Semua dosen Program Studi DIII Keperawatan STIKes Kusuma Husada

Surakarta yang telah memberikan bimbingan dengan sabar dan wawasannya

serta ilmu yang bermanfaat.

Page 7: KTI Alfiana Luthfi - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-alfianalut...i terapi bermain origami terhadap perkembangan motorik halus

vi

8. Kedua orang tua saya Ismail Warjimo dan Siti Shofiatun, yang selalu menjadi

inspirasi, memberikan semangat, memberikan doa dan kasih sayang untuk

menyelesaikan pendidikan.

9. Teman-teman Mahasiswa Program Studi DIII Keperawatan STIKes Kusuma

Husada Surakarta dan berbagai pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu,

yang telah memberikan dukungan moril dan spiritual.

Semoga proposal aplikasi riset ini bermanfaat untuk perkembangan ilmu

keperawatan dan kesehatan. Amin.

Surakarta, 23 Mei 2015

Penulis

Alfiana Luthfi Shofiani

Page 8: KTI Alfiana Luthfi - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-alfianalut...i terapi bermain origami terhadap perkembangan motorik halus

vii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL .................................................................................... i

LEMBAR KEASLIAN TULISAN ............................................................ ii

LEMBAR PERSETUJUAN ....................................................................... iii

HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................... iv

KATA PENGANTAR .................................................................................. v

DAFTAR ISI ................................................................................................. vii

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. ix

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang ..................................................................... 6

B. RumusanMasalah ................................................................. 6

C. TujuanPenulisan ................................................................... 8

D. ManfaatPenulisan ................................................................. 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. TinjauanTeori ......................................................................... 6

1. Perkembangan Anak ...................................................... 6

a. Perkembangan Anak .............................................. 6

b. Kognitif Anak ........................................................ 6

c. Faktor Yang Berpengaruh Dalam Perkembangan

Anak ....................................................................... 7

d. Tahap - tahap Perkembangan ................................. 8

e. Origami .................................................................. 10

B. Kerangka Teori ...................................................................... 13

C. Kerangka Konsep .................................................................. 14

BAB III METODE PENELITIAN

A. Subyek Aplikasi Riset ........................................................... 20

B. Tempat Penelitian .................................................................. 20

C. Alat ukur ................................................................................ 20

Page 9: KTI Alfiana Luthfi - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-alfianalut...i terapi bermain origami terhadap perkembangan motorik halus

viii

D. Media yang di gunakan ......................................................... 20

E. Langkah dan Prosedur ........................................................... 20

F. Evaluasi ................................................................................. 20

BAB IV LAPORAN KASUS

A. Pengkajian ............................................................................. 22

B. Pemeriksaan Laboratorium dan Data Penunjang Lainnya .... 27

C. Terapi ..................................................................................... 27

D. Perumusan Masalah ............................................................... 28

E. Prioiritas Diagnosa Keperawatan .......................................... 29

F. Intervensi Keperawatan ........................................................ 29

G. Implementasi Keperawatan ................................................... 31

H. Evaluasi ................................................................................. 39

BAB V PEMBAHASAN

A. Pengkajian ............................................................................. 45

B. Diagnosa keperawatan ........................................................... 49

C. Intervensi keperawatan .......................................................... 51

D. Implementasi keperawatan .................................................... 53

E. Evaluasi keperawatan ............................................................ 54

BAB VI PENUTUP

A. Kesimpulan ............................................................................ 58

B. Saran ...................................................................................... 66

DAFTAR PUSTAKA

Page 10: KTI Alfiana Luthfi - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-alfianalut...i terapi bermain origami terhadap perkembangan motorik halus

ix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Asuhan Keperawatan

Lampiran 2 Format Pendelegasian

Lampiran 3 Log Book

Lampiran 4 Lembar Konsultasi

Lampiran 5 Jurnal

Lampiran 6 Daftar Riwayat Hidup

Page 11: KTI Alfiana Luthfi - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-alfianalut...i terapi bermain origami terhadap perkembangan motorik halus

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menurut (Soemarti, 2008) Anak usia prasekolah merupakan anak dengan

umur antara 3-7 tahun dimana mereka mampu untuk mengikuti program

prasekolah, dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok antara lain:

kelompok anak dengan usia 3 bulan sampai 5 tahun, kelompok bermain dengan

usia3 tahun, program taman kanak-kanak dengan usia 4-6 tahun.

Perkembangan motorik halus anak usia prasekolah dimulai dari ketika

mereka mulai bisa menilai benda, manusia lain, dan sudah mampu untuk

memahami dunia mereka sendiri. Mereka maju dengan kecepatan luar biasa

dimulai dari pengetahuan dasar. Sebagai contoh mereka mampu untuk

memanipulasi objek, akan tetapi mereka belum bisa mendiskripsikannya

dengan tulisan maupun dengan kata-kata (Soetjiningsih, 2012).

Kemampuan motorik halus anak usia prasekolah antara lain mampu

untuk berfikir secara logis tentang suatu objek atau kejadian. Anak juga mampu

untuk mengklasifikasikan benda sesuai dengan ukuran, berat,ataupun bentuk

(Santrock, 2007).

Pada anak usia 4 tahun koordinasi motorik halus anak lebih tepat untuk

dikembangkan. Motorik halus melibatkan gerakan yang diatur secara halus,

seperti menggenggam mainan atau melakukan apapun yang memerlukan

ketrampilan tangan, maka motorik halus anak prasekolah harus dikembangkan

Page 12: KTI Alfiana Luthfi - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-alfianalut...i terapi bermain origami terhadap perkembangan motorik halus

2

dan diarahkan, yang bertujuan untuk memusatkan fikiran anak, mampu

mengarahkan anak untuk mencari berbagai macam penyelesaian masalah salah

satu caranya adalah dengan bermain origami(Apriliyana, 2005).

Tingkat perkembangan menurut WHO dengan klasifikasi data adanya

gangguan motorik halus anak didunia (68,5%). Dari data tersebut

perkembangan motorik halus didunia tergolong rendah. Faktor-faktor yang

berhubungan dengan tingkat perkembangan motorik halus antara lain status

gizi, lama PAUD, usia, dan bagaimana cara pengasuhan balita.

Dampak yang akan timbul dalam permasalahan motorik halus terganggu,

antara lain proses belajar disekolah maupun dilingkungan akan terganggu

seperti malas, minat belajar menurun, kepribadian anak pun ikut terganggu

(Etriyanti. 2011).

Origami adalah suatu seni melipat kertas sehingga menghasilkan

berbagai macam bentuk, origami dapat mengasah kemampuan motorik halus

melalui ketrampilan jari-jemari tangan anak saat melipat kertas. Ketika kedua

tangan bergerak, gerakan otot-otot jari tangan mengirimkan sinyal ke SSP

memicu neuron melalui tangan(Apriliyana, 2005).

Manfaat origami salah satunya adalah untuk memupuk kreatifitas, maka

dampak yang akan ditimbulkan dalam permainan origami adalah antara lain

kemudahan untuk mengembangkan fikiran yang di pusatkan pada kemampuan

kuantitas bukan kualitas sehingga mampu menghasilkan banyak ide untuk

berfikir secara tepat, keluwesan berfikir, ataupun orang yang kreatif sehingga

mampu memecahkan berbagai masalah dengan cara penyelesaian yang

Page 13: KTI Alfiana Luthfi - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-alfianalut...i terapi bermain origami terhadap perkembangan motorik halus

3

beragam serta mampu melihat masalah dari sudut pandang yang berbeda serta

mampu dengan mudah untuk meninggalkan cara lama dan mengganti cara baru

dalam berfikir. Salah satu aspek dari keluwesan berfikir adalah origanilitas dan

elaborasi. Pengertian dari origanilitas adalah mampu untuk memunculkan ide-

ide baru yang unik atau kemampuan untuk mencetuskan gagasan asli.

Sedangkan elaborasi adalah mampu untuk merumuskan suatu masalah

sehingga menjadi lebih menarik (Apriliya,2004).

Studi pendahuluan yang didapatkan berdasarkan dari hasil

wawancara dengan kepala ruang, ruang Cempaka RSUD Wonogiri

didapatkan hasil bahwa selama 6 bulan terakhir ini, terdapat 3 anak yang

menderita Sindroma Nefrotik, sedangkan hubungan antara Sindrom

Nefrotik dengan gangguan motorik halus anak adalah karena proses

hospitalisasi yang memerlukan waktu yang cukup lama untuk penanganan

di RS dan mempengaruhi proses belajarnya di sekolah, apabila orang tua

tidak selektif dalam cara mengajarkan anak untuk belajar, masa si anak

akan mengalami keterlambatan tumbuh kembang termasuk terhambatnya

motorik halus anak.

Tindakan yang dilakukan oleh perawat dalam merawat anak dengan

sindrome nefrotik hanya memberikan penyuluhan terhadap keluarga untuk

memberikan mainan kesukaan si anak supaya mendapatkan kesenangan

dan tidak terlalu stres selama dalam proses hospitalisasi.

Sehingga tindakan yang telah penulis lakukan untuk meningkatkan

perkembangan motorik halus untuk pengaruh hospitalisasi terhadap anak

Page 14: KTI Alfiana Luthfi - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-alfianalut...i terapi bermain origami terhadap perkembangan motorik halus

4

di RSUD Wonogiri sangatlah tepat dikarenakan dari pihak rumah sakit

tidak terlalu memperhatikan untuk perkembangan motorik halus.

Permainan origami adalah salah satu permainan yang digunakan untuk

merangsang berkembangnya motorik halus anak.

B. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Penulis mampu menerapkan tindakan terapi bermain origami untuk

meningkatkan kemampuan motorik halus anak pada Asuhan Keperawatan

An.B dengan diagnosa medis Sindroma Nefrotik di Ruang Cempaka

RSUD Wonogiri

2. Tujuan Khusus

a. Penulis mampu melakukan pengkajian keperawatan pada An.B

dengan Sindroma Nefrotik

b. Penulis mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada An.B

dengan Sindroma Nefrotik

c. Penulis mampu menyusun intervensi keperawatan pada An.B

dengan Sindroma Nefrotik

d. Penulis mampu melakukan implementasi keperawatan pada

An.B dengan Sindroma Nefrotik

e. Penulis mampu melakukan evaluasi keperawatan pada An.B

dengan Sindroma Nefrotik

Page 15: KTI Alfiana Luthfi - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-alfianalut...i terapi bermain origami terhadap perkembangan motorik halus

5

f. Penulis mampu menganalisa hasil penerapan tindakan terapi

bermain origami terhadap peningkatan motorik halus pada An.B

dengan Sindroma Nefrotik

C. Manfaat Penulisan

1. Bagi Ilmu Pengetahuan

Memberikan sumbangan informasi untuk lebih mengembangkan ilmu

pengetahuan terutama di bidang ilmu keperawatan khususnya mengenai

origami terhadap perkembangan motorik halus.

2. Bagi Penulis

a. Untuk mengetahui tingkat perkembangan anak prasekolah usia 4-5

tahun sebelum diberikan terapi origami dan setelah diberikan terapi

origami.

b. Menambah pengalaman dalam melakukan aplikasi riset.

3. Bagi Perawat

Memperdalam pengetahuan tentang perkembangan motorik halus.

4. Bagi Institusi

Sebagai bahan acuhan untuk aplikasi riset lebih lanjut mengenai

perkembangan motorik halus anak dengan menggunakan terapi origami.

Page 16: KTI Alfiana Luthfi - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-alfianalut...i terapi bermain origami terhadap perkembangan motorik halus

6

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Sindron Nefrotik

1. Konsep Penyakit

Pengertian

Sindrom nefrotik adalah keadaan klinis yang ditandai dengan

peningkatan permeabilitas membran glomelurus terhadap protein, yang

mengakibatkan kehilangan protein urinarius yang masif (wong, 2004)

2. Stres hospitalisasi

Hospitalisasi merupakan suatu proses dikarenakkan sutu alasan yang

berencana atau darurat, mengharuskan anak untuk tinggal di rumah sakit,

menjalani terapi dan perawatan sampai pemulangan kembali kerumah.

Selama proses tersebut, anak dan orang tua dapat mengalami berbagai

kejadian yang menurut beberapa penelitian ditunjukan dengan pengalaman

yang sangat traumatik dan penuh dengan stress (Wong, 2000).

Barbagai perasaan yang sering muncul pada anak hospitalisasi yaitu

cemas, marah, sedih, takut, dan rasa bersalah (Wong, 2000). Perasaan

tersebut dapat dimanipulasi dengan modifikasi lingkungan tempat tinggal

anak ataupun dengan permainan yang dapat mendukung proses

perkembangan anak.

Manfaat terapi bermain origami salah satunya adalah untuk

memupuk kreatifitas, maka dampak yang akan ditimbulkan dalam

Page 17: KTI Alfiana Luthfi - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-alfianalut...i terapi bermain origami terhadap perkembangan motorik halus

7

permainan origami adalah antara lain kemudahan untuk mengembangkan

fikiran yang di pusatkan pada kemampuan kuantitas bukan kualitas

sehingga mampu menghasilkan banyak ide untuk berfikir secara tepat.

Keluwesan berfikir, ataupun orang yang kreatif sehingga mampu

memecahkan berbagai masalah dengan cara penyelesaian yang beragam

serta mampu melihat masalah dari sudut pandang yang berbeda serta

mampu dengan mudah untuk meninggalkan cara lama dan mengganti cara

baru dalam berfikir. Terdapat 2 pola berfikir yang mendukung dengan

kasus ini yaitu origanilitas dan elaborasi, yang dimaksud dengan

origanilitas yaitu mampu untuk memunculkan ide-ide baru yang unik,

sedangkan yang dimaksud dengan elaborasi yaitu mampu untuk

merumuskan suatu masalah sehingga menjadi lebih menarik (Apriliya,

2004).

a. Etiologi

Penyebab sindrom nefrotik yang pasti belum diketahui,

dianggap sebagai penyakit autoimun, yaitu suatu reaksi entigen-

antibody. Umumnya etiologi anak dibagi menjadi :

1) Sindrom nefrotik bawaan

Diturunkan sebagai resesif autosomal atau karena reaksi

maternofetal. Resisten terhadap semua pengobatan.

2) Sindrom nefrotik sekunder

Page 18: KTI Alfiana Luthfi - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-alfianalut...i terapi bermain origami terhadap perkembangan motorik halus

8

Disebabkan oleh malaria kuartana atau parasit lainnya. Penyakit

kolagen seperti lupus eritematusus diseminata, purpura

anafilaktoid.

3) Sindrom nefrotik idiopatik

Disebut sindroma primer. Berdasarkan hispatologis yang tampak

pada biopsi ginjal dengan pemeriksaan mikroskop biasa dan

mikroskop elektron (Christian Ade: 2011).

b. Manifestasi Klinis

Sindrom Nefrotik (SN) adalah keadaan klinis yang ditandai

dengn gejala :

1) Proteinuria masif ( > 40mg/m2 LPB/Jam atau 50mg/kg/hari atau

rasio protein / kreatin pada urin sewaktu >2mg / mg atau dipstik

≥2+)

2) Hipoalbuminemia <2,5gr/ dL

3) Edema

4) Dapat disertai hiperkolestrolimia > 200mg/ dl

5) Oliguria

6) Tekanan darah normal

7) Hipoproteinuria dengan rasioa albumin:globomin terbalik

8) Ureum/kreatinin darah normal / meninggi

9) Beta 1C globulin (C3) normal.( Ikatan Dokter Anak Indonesia :

2011)

Page 19: KTI Alfiana Luthfi - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-alfianalut...i terapi bermain origami terhadap perkembangan motorik halus

9

c. Penatalaksanaan

Anak dengan manifestasi klinis SN pertama kali, sebaiknya

dirawat di rumah sakit dengan tujuan untuk mempercepat

pemeriksaan dan evaluasi pengaturan diit, penanggulangan edema,

memulai pengobatan steroid, dan edukasi orang tua.

Sebelum pengobatan steroid dimulai, dlakukan pemeriksaan

sebagai berikut

1) Pengukuran berat badan dan tinggi badan

2) Penukuran tekanan darah

3) Pemeriksaan fisik untuk mencari tanda atau gejala penyakit

sistemik,seperti lupus eritematosus sistemik, purpura henoch-

Schonlein.

4) Mencari fokus infeksi di gigi, telinga, ataupun kecacingan

5) Melakukan uji Mantoux. Boila hasilnya positif berikan

profilaksis INH selama 6bulan bersama steroid.

6) Diitetik, pemberian dosis tinggi protein dianggap merupakan

kontraindikasikarena akan menambah beban glumerulus untuk

mengeluarkan sisa metabolisme protein (hiperfiltrasi) dan

menyebabkan sklerosis.

7) Diuretik, restriksi cairan dianjurkan selama ada edema berat, bila

pemberian diuretik tidak berhasil biasanya terjadi karena

hipoambuminemia atau hipovolemia berat, dapat diberikan infus

albumin 20-25 % untuk menarik cairan dari jaringan intertitial

Page 20: KTI Alfiana Luthfi - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-alfianalut...i terapi bermain origami terhadap perkembangan motorik halus

10

dan diakhiri dengan pemberian furosemide intravena 1-2mg.

(Ikatan Dokter Anak Indonesia , 2012)

d. Komplikasi

Komplikasi dari sindrom nefrotik menurut Ikatan Dokter Anak

Indonesia 2012 adalah sebagai berikut :

1. Infeksi, pasien SN sangat rentan terhadap infeksi, bila terdapat

infeksi perlu segera diobati dengan pemberian antibiotik. Infeksi

yang terutama adalah selulitis dan peritonitis primer.

2. Trombosis, menunjukkan bukti defek ventilasi-pervusi pada

pemeriksaan skintigrafi yang berarti terdapat trombosis pembulih

darah vaskuler paru yang asimotik.

3. Hiperlipidemia, pada pasien SN relaps atau resisten steroid terjadi

penigkatan kadar LDL dan VLDL kolesterol,trigliserida dan

lipoprotein sedangkan kolesterol HDL menurun atau norma,

sehingga menyebabkan peningkatan morbiditas kardiovaskuler

dan progresifitas glumerulosklerosis.

4. Hipokalesemia, terjadi karena pengguanaan steroid dalam jangka

panjang yang menimbulkan osteoporosis dan osteopenia, dapat

juga mengalami kebocoran metabolit vitamin D.

5. Hipovolemia, pemberian diuretik yang berlebihan atau dalam

keadaan SN relaps dapat terjadi hipovolemia dengan gejala

hipotensi, takikardia, ekstremitas dingin.

Page 21: KTI Alfiana Luthfi - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-alfianalut...i terapi bermain origami terhadap perkembangan motorik halus

11

6. Hipertensi, ditemukan pada perjalanan penyakit SN akibat

toksisitas steroid.

e. Pemeriksaan Diagnostik

Pemeriksaan penunjang yang dilakukan antra lain:

1) Urinalis, biakan urin hanya dilakukan bila didapatkan gejala

klinis yang mengarak kepada infeksi saluran kemih.

2) Protein urin kuantitatif, dapat menggunakan urin 24 jam atau

rasio protein / kreatinin pada urin pertama pagi hari

3) Pemeriksaan darah:

a) darah tepi lengkap ( hemoglobin, leukosit, hitung jenis

leukosit, trombosit, hematokrit, LED )

b) Albumin dan kolestrol serum

c) Ureum, kreatinin serta kliners kretinin dengan cara

klasikatau dengan rumus Schwarts

d) Kadar komplemen C3: bila dicurigai lupus eritematosus

sistemik pemeriksaan ditambah dengan komplemen C4,

ANA(anti nuclear antibody), dan anti ds-DNA (Ikatan

Dokter Anak Indonesia, 2012).

f. Terapi Medis

1) Terapi inisial pada anak dengan sindrom nefrotik idiopatik tanpa

kontraindikasi steroid sesuai dengan anjuran ISKCD adalah

diberikan prednison 60 mg / m2 LPB / hari atau 2mg / kgbb / hari

(maksimal 80mg/hari) dalam dosis terbagi, untuk mengedukasi

Page 22: KTI Alfiana Luthfi - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-alfianalut...i terapi bermain origami terhadap perkembangan motorik halus

12

remisi. Dosis prednison dihitung sesuai dengan berat badan ideal

(berat badan sesuai tinggi badan). Prednison dosis penuh (full

dose) inisial diberikan selama 4 minggu.

2) Pengobatan SN relaps

Berikan prednison dosis penuh sampai remisi (maksimal 4

minggu) dilakukan dengan dosis alternating selama 4 minggu.

Pada pasien SN remisi yang mengalami proteinuria kembali ≥++

tanpa edema, sebelum pemberian prednison, dicarilebih dahulu

pemicunya, biasanya infeksi saluran nafas ata. Bila terdapat

infeksi berikan antibiotik 5-7 hari, dan bila kemudian proteinuria

menghilang tidak perlu diberikan pengobatan relaps.

3) Steroid jangka panjang

Pada anak yang telah dinyatakan relaps sering ataudependen

steroid, setelah remisi dari prednison dosis penuh, diteruskan

dengan steroid dosis 1,6mg / kgbb secara alternating. Dosis ini

kemudian diturunkan perlahan / bertahap 0,2 mg / kgbb setianp 2

minggu. Penurunan dosis tersebut diturunkan sampai dosis

terkecil yang tidak menimbulkan relaps yaitu antara 0,1 – 0,5mg

/ kgbb.

4) Levamisol

Levamiso terbukti efektif sebagai steroid sparing agen.

Levamisol diberikan dengan dosis 2,5 mg / kgbb dosis tunggal,

selang hari selama 4 – 12 bulan.

Page 23: KTI Alfiana Luthfi - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-alfianalut...i terapi bermain origami terhadap perkembangan motorik halus

13

5) Sitostika

Sitostika yang serig digunakan pada anak adala siklofosamid

(CPA). Siklofosamid dapat dapat diberikan peroral dengan dosis

2-3 mg / kgbb / hari dalam dosis tunggal, maupun secara

intravena. CPA plus diberikan dengan dosis 500 – 750 mg / m2

LPB, yang dilarutkan dalam 250 ml laruutan NaCL 0,9%,

diberikan selama 2 jam.

6) Siklosporin ( CyA )

Pada SN idiopatik yang tidak responsif dengan pengobatan

steroid atau sititastik dianjurkan untuk pemberian siklosporin

dengan dosis 4-5 mg / kgbb / hari (100-150 mg/ m2 LPB). Dosis

tersebut dapat mempertahankan kadar siklosporin darah berkisar

antara 150 – 250 mg / ml.

7) Mikofenolat mofetil

Pada SNSS yang tidak memberikan respon dengan levamisol atau

sitotastik dapat diberikan MMF. MMF diberikan dengan

dosis800 – 1200 mg / m2 LPB atau 25-30 mg / kgbbbersamaan

dengan penurunan dosis steroid sekama 12 – 24 bulan.

g. Diagnosa Keperawatan, NIC, NOC

1) Kelebihan volume cairan berhubungan dengan gangguan

mekanisme regualasi

Setelah dilakukan tindakan selama 3 x 24 jam diharapkan asupan

cairan pasien terbatasi dengan NOC danNIC :

Page 24: KTI Alfiana Luthfi - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-alfianalut...i terapi bermain origami terhadap perkembangan motorik halus

14

a) Noc

(1) Keseimbangan antara asam basa dan elektrolit

(2) Keseimbangan cairan

(3) Hidrasion

b) Nic

(1) Timbang popok atau pembalut juka diperlukan

(2) Pertahankan catatan intake dan output yang akurat

(3) Pasang urin kateter juka diperlukan monitor hasil Hb

yang suseuai dengan retensi cairan

(4) Monitor stasus hmodinamik termasuk ( CVP, MAP,

dan PCWP

(5) Monitor vital sign

(6) Monitor indikasi retensi atau kelebihan cairan

(7) Kaji lokasi luas edema

(8) Monitor masukan makanan atau cairan dan hitung

intake kalori

(9) Kolaborasi pemberian diuretik sesuai instruksi

(10) Tentukan riwayat jumlah dan tipe intake cairan dan

eliminasi

(11) Monitor berat badan

(12) Monitor serum dan elektrolit urine

(13) Monitor uris dan osmilalitas urine

(14) Monitor perubahan irama jantung.

Page 25: KTI Alfiana Luthfi - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-alfianalut...i terapi bermain origami terhadap perkembangan motorik halus

15

2) Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan perubahan

metabolisme selular

Setelah dilakukan tindakan keperawtan selama 3 x 24 jam

diharapkan pasien dapat mengurangi keterbatasan fisik, dengan

NOC dan NIC

a) Noc

(1) Mobilosasi bertahap

(2) Berikan bantuan ADL

(3) Memberikan dukungan ( transfer performance )

(4) Join movemen : active

b) Nic

(1) Monitoring vital sign sebelum dan sesudah latihan dan

lihat respon pasien

(2) Konsultasi dengan terapi fisik tentang rencana amblasi

sesuai kebutuhan

(3) Bantu klien ntuk memakai tongkat untuk mencegah

adanya cidera

(4) Ajarkan pasien untuk ambulasi

(5) Kaji kemempuaan pasien untuk mobilisasi

(6) Latih pasien dalam pemenuhan kebutuhan ADLs

(7) Ajarkan pasien bagaimana merubah posisi dan berikan

bantuan jika diperlukan.

Page 26: KTI Alfiana Luthfi - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-alfianalut...i terapi bermain origami terhadap perkembangan motorik halus

16

3) Keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan

dengan pengasuhan yang tidak adequat, setelah dilakukan

tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapakan pasien

mampu untung mengembangkan kemampuan motorik halus,

dengan NOC dan NIC :

a) Noc :

(1) Keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan (

growth and development, delayed

(2) Ketidakseimbangan nutrisi berhubungan penerimaan

tubuh ( nutrition imbalance less than body requirement)

b) Nic

(1) Kaji faktor penyebab gangguan perkembangan anak

(2) Identifikasi dan gunakan sumber pendidikan untuk

memfasilitasi berkembangan anak yang optimal

(3) Berikan perawatan ang konsisten

(4) Tingkatkan komunikasi verbal

(5) Berikan instruksi ulang dan sederhana

(6) Manajemen perilaku anak yang sulit

(7) Dorong anak untuk melakuknan sosialisasi dengan

kelompok

(8) Ciptakan lingkungan yang aman

(9) Tentukan makanan yang disukai anak

Page 27: KTI Alfiana Luthfi - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-alfianalut...i terapi bermain origami terhadap perkembangan motorik halus

17

(10) Pantau kecenderunagn kenaikan dan penurunan berat

badan

(11) Dorong asupan makanan tinggi kalsium.

Page 28: KTI Alfiana Luthfi - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-alfianalut...i terapi bermain origami terhadap perkembangan motorik halus

18

B. Kerangka Teori

Sindroma Nefrotik

Hospitalisasi Stress Hospitalisasi

Ciri dari hospitalisasi:

Cemas, marah, sedih, takut, rasa bersalah, dan gangguan pertumbuhan

perkembangan dalam proseshospitalisasi yang lama

Terapi bermain origami

Peningkatkan motorik halus

C. Kerangka Konsep

Srees hospitalisasi Penurunan kemampuan

motorik halus anak

Terapi bermain

origami Peningkatan motorik

halus

Page 29: KTI Alfiana Luthfi - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-alfianalut...i terapi bermain origami terhadap perkembangan motorik halus

19

BAB III

METODE APLIKASI TINDAKAN

G. Subyek Aplikasi Riset

Anak dengan sindrom nefrotik dengan usia pra sekolah.

H. Tempat Penelitian

Di lakukan di RSUD WONOGIRI bangsal Cempaka dan di ruang

tumbuh kembang anak.

I. Alat ukur

DDST / Denver.

J. Media yang di gunakan

Kertas origami.

K. Langkah dan Prosedur

Langkah dan prosedur dilakukan sesuan dengan jurnal utama yaitu

permainan diberikan hingga 4x permainan dengan waktu sesuai dengan

kondisi anak,dengan waktu pemberian diberikan ±15 menit.

L. Evaluasi

Hasil interprestasi Denver II adalah sebagai berikut:

Page 30: KTI Alfiana Luthfi - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-alfianalut...i terapi bermain origami terhadap perkembangan motorik halus

20

Kemampuan motorik halus:

1. Menggambar orang 5 bagian, anak hanya bisa menggambar orang 3 bagian

saja

Persentil : 75 – 90 (Caution)

2. Mencontoh menyatukan kedua sisi garis, anak belum dapat untuk menarik

garis lurus

Persentil: 75 – 90 (Caution)

3. Memilih garis yag lebih panjang, anak sudah mampu untuk memilih garis

yng lebih panjang

Passed

4. Menggambar lingkaran hingga ujung bertemu dengan ujung,anak sudan

mampu meyatukan kedua ujungnya

Passed

Kesimpulan:

SUSPEC

Page 31: KTI Alfiana Luthfi - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-alfianalut...i terapi bermain origami terhadap perkembangan motorik halus

21

BAB IV

LAPORAN KASUS

Pada bab ini penulis akan menuliskan laporan kasus asuhan keperawatan yang

di lakukan pada An.B selama tiga hari mulai tanggal 09 Maret 2015 sampai 11

Maret 2015 di bangsal Cempaka Rumah Sakit Umun Dareah Wonogiri. Laporan

kasus yang anak dikemukakan pada bab ini adalah proses keperawatan yang

meliputi : pengkajian, doagnosa keperawatan, intervensi keperawatan,

implementasi keperawatan, dan evaluasi keperawatan. Pengkajian yang dilakukan

dengan metode autoanamnesa dan alloanamnesa melalui pengamatan, observasi

langsung, pemeriksaan fisik, menelaah catatan medis, dan catatan perawat.

A. Pengkajian

1. Identitas dan Penanggung Jawab Pasien

Pasien masuk rumah sakit tanggal 06 Maret 2015 jam 16.20 WIB

dan pengkajian dilakukan pada tanggal 09 Maret 2015, didapatkan dentitas

pasien bernama An. B, tanggal lahir 06 Agustus 2010, umur 5 tahun 5

bulan 24 hari. Orang tua dan penanggung jawab Tn. S, usia 48 tahun,

alamat Kroto, Gesmantoro, Wonogiri. Diagnosa medis Sindroma Nefrotik.

2. Riwayat Penyakit dan Riwayat Kesehatan Sekarang

Hasil pengkajian pasien ditemukan riwayat penyakit yaitu keluhan

utama keluarga pasien mengatakan tubuh anaknya bengkak-bengkak di

seluruh tubuh. Riwayat penyakit sekarang ibu pasien mengatakan anaknya

Page 32: KTI Alfiana Luthfi - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-alfianalut...i terapi bermain origami terhadap perkembangan motorik halus

22

mengalami bengkak-bengkak sejak 7 hari yang lalu sejak tanggal 29

Februari 2015, kemudian pada tanggal 06 Maret 2015 orang tua pasien

membawa pasien ke IGD RSUD Wonogiri, di IGD pasien mendapatkan

terapi oksigen 2 liter/menit, infus KaEn 1B 10 tetes per menit, injeksi

furosemid 10mg/8jam intravena, injeksi ranitidin 12,5 mg/ 12jam

intravena, injeksi metylprednisolon 8mg/ 12jam, kemudian pasien

dipindah kebangsal perawatan anak Cempaka ruang III6

3. Riwayat penyakit keluarga

Pasien megatakan anak sudah menderita penyakit ini sejak 3 tahun

yang lalu dengan kisaran umur 2 tahun, dan belum sempat menuntaskan

pendidikan PAUD. Pasien tidak memiliki alergi obat medis, herbal,

makanan, atau minuman apapun. Pasien sudah dilakukan imunisasi

lengkap dasar yaitu: polio, BCG, Campak, Hepatitis B, dan DPT.

Riwayat ksehatan keluarga, ibu pasien mengatakan dalam anggota

keluarga tidak ada riwayat penyakit keturunan seperti Hipertensi, DM,

Asma, Jantung dan lain-lain, adapun silsilah keluarga pasien selama 3

generasi keturunan, sebagai berikut:

Page 33: KTI Alfiana Luthfi - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-alfianalut...i terapi bermain origami terhadap perkembangan motorik halus

23

An. B (5TH) An. C (3th)

Keterangan :

: Laki - Laki

: Perempuan

x : Meninggal

: Pasien

Didapatkan pemeriksaan interpretasi NCHS dengan berat badan

menurut umur (WAZ) adalah - 0,68 masuk dalam kategori berat badan

normal. Tinggi badan menurut umur ( HAZ) adalah – 0,55 masuk dalam

kategori tinggi badan normal. Berat badan menurut tinggi badan (WHZ)

adalah 91.3 masuk dalam kategori gizi baik.

Pertumbuhan dan perkembangan, dari hasil pemeriksaan melalui test

denver pada tanggal 09 Maret 2015 didapatkan hasil interprestasi Denver

II adalah sebagai berikut:

Kemampuan motorik halus: Menggambar orang 5 bagian, anak

hanya bisa menggambar orang 3 bagian saja. Persentil : 75 – 90 (Caution)

x x x

Page 34: KTI Alfiana Luthfi - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-alfianalut...i terapi bermain origami terhadap perkembangan motorik halus

24

Mencontoh menyatukan kedua sisi garis, anak belum dapat untuk

menarik garis lurus. Persentil: 75 – 90 (Caution). Memilih garis yag lebih

panjang, anak sudah mampu untuk memilih garis yng lebih panjang.

Passed. Menggambar lingkaran hingga ujung bertebu dengan ujung,anak

sudah mampu meyatukan kedua ujungnya. Passed. Kesimpulan: SUSPEC

Status nutrisi pasien sebelum sakit, keluarga pasien mengatakan

dalam sehari makan 3x dengan menu nasi, sayur, dan lauk, dan selalu

menghabiskan porsi makan tanpa keluhan. Saat sakit pasien mengatakan

selalu menghabiskan porsi mkan yang diberikan oleh rumah sakit sedikit-

sedikit tapi sering dengan perhitungan: kebutuhan kalori dengan usia

5tahun, berat badan 18kg, didapatkan hasil kebutuhan kalori sebanyak

1400 kalori/hari. Perhitungan cairan sebanyak 1400 ml/hari. Balance

cairan yang dihitung selama 24 jam adalah -873.

Pola eliminasi BAB sebelum sakit, pasien mengatakan BAB

biasanya 1x setiap hari, konsistensi lunak, warna kuning, tidak ada

keluhan, bau khas. Pola elminasi BAK sebelum sakit pasien mengatakan

BAK sebanyak 4-6x/ hari warna kuning jernih bau amoniak. Saat sakit

pasien BAK 10-14x/hari warna kuning bau amoniak.

Pemariksaan fisik yang dilakukan oleh penulis pada pasien,

didapatkan data yaitu: keadaan umum pasien composmentis. Pemeriksaan

tanda-tanda vital 37,4ºC, denyut nadi 104x/menit irama teratur dan kuat,

pernafasan pernafasan 24x/menit, irama teratur.

Page 35: KTI Alfiana Luthfi - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-alfianalut...i terapi bermain origami terhadap perkembangan motorik halus

25

Pemeriksaan head to toe bentuk kepala mesochepal, palpasi fontanel

dan sutura rapat, pada kontrol kepala tidak terdapat nyeri, tidak terdapat

benjolan, tidak terdapat luka, kondisi kepala bersih dan rambut rata.

Pemeriksaan mata: kedua mata simetris, konjungtifa tidak anemis, tidak

ikterik, tidak terdapat tanda-tanda peradangan. Pemeriksaan telinga:

simetris kanan/kiri, tidak terdapat lesi, dan pendengaran tidak terganggu.

Pemeriksaaan hidung: nares simetris, tidak terdapat sekret, tidak

menggunakan pernafasan cupping hidung, tidak mengnakan otot bantu

pernafasan. Pemeriksaan mulut: mukosa bibir kering, mulur bersih, gigi

bersih, dan warna bibir pucat. Pemeriksaan leher: bentuk simetris, tidak

terdapat pembesaran kelenjar tiroid dan tidak terdapat distensi vena leher.

Pemeriksaan fisik dengan tekhnik inspeksi (melihat), palpasi

(meraba), perkusi (mengetuk), auskultasi (mendengarkan) pada dada

yaitu: paru-paru simetris kanan-kiri, tidak ada otot bantu nafas, vocal

fremitus kanan-kiri sama, suara paru sonor, bunyi nafas vesikuler

(inspirasi lebih panjang dari pada ekspirasi), tidak ada suara nafas

tambahan. Pemeriksaan jantung ictuscordis tidak tampak, terdengar sonor

diseluruh lapang paru, tidak terdapat lesi, tidak terdengar ronchi/wheezing.

Pemeriksaan abdomen dinding perut supel tidak terdapat meteorismus,

tidak ada lesi, bising usus 8x/ menit suara lemah, terdengar dullness, teraba

tegang.

Pemeriksaan genetalia hasilnya bersih, tidak terpasang kateter,

pemeriksaan anus bersih, tidak terdapat hemoroid. Pemeriksaan

Page 36: KTI Alfiana Luthfi - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-alfianalut...i terapi bermain origami terhadap perkembangan motorik halus

26

ekstremitas kekuatan otot penuh saat sebelum sakit , dan mengalami

penurunan kekutan otot selama sakit karena kelemahan, terdapat udem di

ekstremitas bawah. Pemeriksaan integumen kulit kering, kulit kaki,

tangan, dan perut pecah-pecah, tidak terdapat luka, capilary refil >2 detik,

turgor kulit tidak kembali dalam 1 detik.

B. Pemeriksaan Laboratorium dan Data Penunjang Lainnya

Pemeriksaan penunjang pada tanggal 08 Maret 2015 didapatkan hasil:

pemeriksaan albumin 1,7gram/dl (nilai normal 3,5 - 5,0 garm/dl). Pemeriksaan

penunjang pada tanggal 11 Maret 2015 didapatkan hasil pemeriksaan

mikroskopis yaitu: warna kuning muda, kejernihan 11,0 , Ph 7,0 sedangkam

pemeriksaan kimia didapatkan hasil leukosit 2+, protein 1+, glukosa -, keton -

, urobilinogen normal, bilirubin -, blood 1+, dan hasil albumin 2,4gram/dl (nilai

normal 3,5-5,0 gram/dl).

C. Terapi

Pasien pada tanggal 9-10 Maret 2015 mendapatkan terapi infus Dextrosa

5%, 6 tpm intravena makro, pada tanggal 11 Maret 2015 mendapatkan infus

Dextrosa 5%, 16 tpm intravena makro, tanggal 9-11 Maret 2015 mendapatkan

terapi injeksi Furosemide 2 x 10mg golongan Diuretik, kandungan furosemide

40mg, fungsi dan farmakodinamik adalah untuk udem yang disebabkan oleh

payah jantung, sirosis hati, penyakit ginjal termasuk sindrom nefrotik. Injeksi

ampiciline 3 x 350mg golongan antimikroba, antibakteri, penicilin, kandungan

Page 37: KTI Alfiana Luthfi - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-alfianalut...i terapi bermain origami terhadap perkembangan motorik halus

27

ampicilin 250 mg, fungsi dan farmakodinamik untuk infeksi saluran

pernafasan, penernaan dan perkemihan, tanggal 10 Maret 2015 diberikan

tranfusi Albumin (human) 5%, 20% dosis 2x 50 ml, golongan produk darah

dan pengganti plasma, kandungan Human Albumin 5%, fungsi dan

farmakodinamik, untuk hipoalbuminemia dengan atau tanpa edema,

syokhipovelemik, hipoproteinemia.

D. Perumusan Masalah

Diagnosa keperawatan yang ditemukan pada pasien dari hasil pengkajian

pada tanggal 9 Maret 2015 jam 10.30 WIB, penulis menegakkan dioagnisa

keperawatan kelebihan volume cairan berhubungan dengan difusi ginjal.

Diagnosa tersebut ditunjang dengan data subjektif keluarga pasien mengatakan

anaknya bengkak-bengkak diseluruh tubuh. Data objektif yang diperoleh

pasien tampak udem, lingkar perut: 70cm, lingkar lengan 26cm, turgor kulit

tidak kembali dalam 1 detik, capilari refil tidak kembali dalam 2 detik, dengan

suhu 37ºC, nadi 104x /menit.

Jam 10.40 WIB didapatkan data subjektif keluarga pasien mengatakan

anaknya yang diumur 5 tahun , anaknya belum bisa membedakan warna, dan

hanya bisa menghitung dari 1-5 dengan tuntunan. Dataobjektif yang ditemukan

pasien tampak terbaring ditempat tidur dam belum bisa diajak berkomunikasi.

Penulis dapat menegakkan diagnosa keperawatan keterlambatan pertumbuhan

dan perkrmbangan berhubungan dengan pengasuhan yang tidak adequat.

Page 38: KTI Alfiana Luthfi - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-alfianalut...i terapi bermain origami terhadap perkembangan motorik halus

28

Jam 11.10 didapatkan data subjektif ibu pasien mengatakan sejak dari

IGD pasien sudah lemas, dengan udem disekujur tubuh kecuali dipergrlangan

tangan. Data objektif didapatkan pasientampak terbaring lemah ditempat tidur.

Penulis dapat menegakkan diagnosa keperawatan hambatan mobilitas fisik

berhubungan dengan penurunan kekuatan otot.

E. Prioiritas Diagnosa Keperawatan

Berdasarkan analisa data diatas penulis dapat memprioritaskan diagnosa

keperawatan, adapun prioritas utama adalah kelebihan volume cairan

berhubungan dengan difusi ginjal. Prioritas diagnosa keperawatan kedua

adalah keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan

pengasuhan yang tidak adequat. Prioritas diagnosa ketiga adalah hambatan

mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan kendali otot.

F. Intervensi Keperawatan

Tujuan dan kriteria prioritas pada diagnosa keperawatan utama adalah

setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan keluarga pasien mampu

memahami tentang pembatasan cairan dan diit, keluarga menyatakan secara

verbal pemahaman tentang obat yang di programkan, vital sign dalam batas

normal, tidak menunjukkan tanda-tanda dipsnea, hematokrit dalam batas

normal. Berdasarkan tujuan dan kriteria hasil tersebut penulis membuat

perencanaan pantau elektrolit, management cairan masuk, managenen

elektrolit, managemen eliminasi urin, kolaborasi ahli gizi untuk diit dengan

Page 39: KTI Alfiana Luthfi - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-alfianalut...i terapi bermain origami terhadap perkembangan motorik halus

29

kandungan protein yang adekuat dan pembatasan natrium, tinggikan extremitas

untuk meningkatkan aliran balik vena, pertahankan dan alokasikan

pembahasan cairan pasien.

Tujuan dan kriteria hasil pada prioritas diagnosa keperawatan kedua

adalah setelah dilakukan tindakan keperawatanselama 3x24 jam diharapkan

anak akan mencapai tahapan penting perkembangan fisik dan psikososial

maupun kognitif tanpa keterlambatan dari rentang yang diharapkan.

Berdasarkan tujuan dan kriteria hasil tersebut penulis membuat perencanaan

memfasilitasi atau menganjurkan orang tua atau pengaasuh untuk

memfasilitasi perkembangan motorik kasar, bahasa, kognitif. Mendeteksi

risiko atau masalah kesehatan dengan memanfaatkan riwayat kesehatan.

Membantu orang tua memhami dan meningkatkan tumbuh kembang anak.

Menganalisis faktor risiko potensial. Menentukan risiko kesehatan.

Tujuan dan kriteria hasil pada prioritas diagnosa keperawatan ketiga

adalah setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan

keluarga pasien dapat meningkatkan aktifitas fisik yang bisa dilakukan,

mampu berbicara saat beraktifitas fisik. Berdasarkan tujuan dan kriteria hasil

tersbut penulis membuat perencanaan terapi aktifitas, monitoring vital sign

sebelum dan sesudan melakukan tindakan dan lihat respon pasien selama

melakukan aktifitas, konsultasi dengan terapi fisik tentang rencana ambulasi

sesuan kebutuhan, kaji kemampuan pasien dalam mobilisasi, mengatur

pengguanaan energi untuk mengatasi atau mencegah kelelahan, memanipulasi

lingkungan sekitar pasien untuk memperoleh manfaat terapeutik, berikan alat

Page 40: KTI Alfiana Luthfi - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-alfianalut...i terapi bermain origami terhadap perkembangan motorik halus

30

bantu jika klien memerlukan, ajarkan pasien ataupun keluarga pasien

bagaimana merubah posisi, membantu pasien dan keluarga untuk menjaga

rumah sakit sebagai tempat tinggal yang bersih, memberikan latihan fisik yang

sesuai dengan kemampuan anak.

G. Implementasi Keperawatan

Tindakan keperawatan yang dilakukan oleh penulis untuk mengatasi

diagnosa keperawatan pertama pada hari senin 09 Maret 2015 jam 10.00 adalah

mengkaji respon dan vital sign pasien, respon subjektif keluarga pasien

mengatakan pasien udem sejak 7 hari yang lalu dan mau untuk diperiksa

keadaanya; respon objektif didapatkan kondisi umum lemah, suhu, 37ºC, nadi

104x/ menit. Jam 10.10 WIB memberikan penyuluhan kepada keluarga pasien

untuk memantau asupan nutrisi ataupun cairan pada pasien, respon subjektif

didapatkan ibu pasien mangatakan sudah sedikit-sedikit memantau asupan

makanan ataupun cairan sesuai petunjuk dari dokter; data objektif didapatkan

ibu pasien dapat mengulas apa yang telah di pelajari. Jam 10.25 WIB mengkaji

perkembangan motorik halus pasien didapatkan data subjektif ibu pasien

mengatakan anaknya belum sekolah sampai saat ini dikarenakan sakitnya; data

objektif didapatkan pasien tampak tidak bisa membedakan warna dasar dan

hanya bisa menghitung angka dari 1-5 dengan tuntunan. Jam 10.40 WIB

memberikan penyuluhan tentang pentingnya tumbuh kembang untuk masa

depan anaknya, memberikan penyuluhan tentang origami akan mempengaruhi

tingkat motorik halus anaknya, didapatkan respon subjektif keluarga pasien

Page 41: KTI Alfiana Luthfi - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-alfianalut...i terapi bermain origami terhadap perkembangan motorik halus

31

mengatakan anak terganggu perkembangannya dikarenakan telat sekolah; data

objektif didapatkan keluarga pasien tampak kooperatif. Jam 11.00 WIB

mengatur penggunaan energi untuk mencegah kelelahan, data subjektif

didapatkan keluarga pasien mengatakan akan memantau aktifitas pasien; data

objektif didapatkan keluarga tampak kooperatif dalam menerima penyuluhan.

Jam 11.10 membantu orang tua untuk mempelajari pentingnya perkembangan

pada anak dan fungsi meningkatkan perkembangan motorik halus pada usia

prasekolah, didapatkan data subjektif keluarga mengatakan sebelumnya tidak

tahu tentang pentingnya motorik halus; data objektif didapatkan keluarga

tampak kooperatif. Jam 11.30 membantu pasien dan keluarga untuk menjaga

rumah sakit sebagai tempat tinggal yang bersih, data subjektif didapatkan

keluarga pasien bersedia untuk membersihkan area kamar; data objektif

didapatkan ibu pasien tampak merapikan sekitar tempat tidur dan membuka

jendela. Jam 12.00 WIB memberikan injeksi furosemid 10mg/12 jam

didapatkan data subjektif pasien mau untuk diberikan obat; data objektif obat

masuk intravena dan pasien tenang. Jam 13.10 menghitung kebutuhan kalori

dan cairan, data subjektif yang didapatkan ibu pasien mengatakan anak

bengkak-bengkak disekujur tubuh; data objrktif didapatkatkan lingkar perut:

70cm, lingkar lengan: 23cm, dengan hasil perhitungan cairan didapatkan:

1. Kebutuhan cairan/ hari ( umur 5tahun, bb: 18kg )

1000+50ml untuk kenaikan 1kg ≥ 10kg

1000ml/ kg+ ( 8kg x 50 ml/kg )

1000 + ( 8x50 )

Page 42: KTI Alfiana Luthfi - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-alfianalut...i terapi bermain origami terhadap perkembangan motorik halus

32

1000 + 400

1400

2. Kebutuhan Kalori

1000cal untuk 50 kalori untuk setiap kenaikan 1kg >10 kg

1000 + ( 8x50 )

1000+ 400

1400 kalori

3. Balance Cairan = cairan masuk – cairan keluar

Cairan masuk= 450+480+1070+125+144 ; cairan keluar= 275+2600+270

Cairan masuk – cairan keluar = 2.272 – 3.145 = - 873cc/ hari

Tindakan keperawatan yang dilakukan oleh penulis untuk mengatasi

diagnosa keperawatan kedua, pada hari selasa 10 Maret 2015 jam 08.00

WIB, melakukan terapi bermain origami, data subjektif yang didapatkan

pasien mau untuk bermain melipat-lipat kertas, dan data objektif yang

didapatkan pasien tampak menikmati permainan melipat kertas berwarna-

warni namun masih belum bisa meniru yang dicontohkan, dan hanya

mampu melakukan dengan bimbingan.

Jam 09.00 WIB memberikan terapi Ampicilin 350mg intravena

untuk penanganan diagnosa keperawatan pertama, didapatkan data

subjektif adalah pasien mengatakan mau untuk diberikan obat; data

objektif yang didapatkan adalah terapi ampicilin masuk melalui selang

infus 350mg.

Page 43: KTI Alfiana Luthfi - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-alfianalut...i terapi bermain origami terhadap perkembangan motorik halus

33

Jam 10.10 WIB mengajari untuk membedakan warna-warna dasar

dan menghitung 1-10 untuk penanganan diagnosa kedua, didapatkan data

subjektif pasien mengatakan mau untuk belajar warna dan berhitung, data

objektif yang didapatkan pasien hanya mampu membedadan 3 warna dasar

yaitu merah, putih, hitam dengan sedikit bimbingandan menghitung angka

1-5.

Jam 11.30 WIB membatasi aktifitas sesuai kemampuan anak untuk

penanganan diagnosa ketiga, didapatkan data subjektif pasien sudah

merasa lelah setelah bermain dan mau beristirahat jika merasa lelah, data

objektif yang didapatkan pasien tampak terbaring ditempat tidur.

Jam 12.00 WIB memberikan injeksi furosemide 10mg untuk

penanganan diagnosa pertama, didapatkan data subjektif pasiem mau

untuk diberikan obat, data objektif yang didapatkan injeksi masuk 10mg

melalui selang intravena.

Jam 13.00 WIB memberikan terapi bermain origami kepada anak

untuk penanganan diagnosa kedua, didapatkan data subjektif pasien mau

untuk menulangi bermain origami, data objektif yang didapatkan pasien

tampak sudah lebih memahami dimana lipatan harus diarahkan dan dapat

melakukan dengan satu tangan.

Jam 13.50 WIB mebedakan warna dan mengajari menghitung untuk

penanganan diagnosa keperawatan kedua, data subjektif yang didapatkan

pasien mengatakan sudah dapat menghitung tetapi masih bingung dengan

warna-warna, data objektif yang didapatkan anak sudah dapat menghitung

Page 44: KTI Alfiana Luthfi - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-alfianalut...i terapi bermain origami terhadap perkembangan motorik halus

34

anagka 1-5 dengan lancar dan 1-10 dengan sedikit tuntunan, pasien hanya

mampu menghafal 3 warna dasar yaitu merah, hitam, putih

Jam 14.20 WIB menghitung balace cairan untuk penanganan

diagnosa pertama, didapatkan data subjektif keluarga mengatakan selalu

memantau asupan minuman yang diminum pasien, data objektif yang di

dapatkan lingkar perut 64cm, lingkar lengan 23cm, dan hasil perhitungan

cairan didapatkan:

Kebutuhan cairan /hari

Umur 5 tahun, bb 17 kg

1000 + 50 setiap kenaikan 1 kg ≥ 10 kg

1000 + ( 7x50 )

1000 + 350

1350

Kebutuhan Kalori

1000 cal + 50 cal setiapkenaikan 1 kg > 10 kg

1000 + (7x50)

1000 + 350

1350

Balace cairan = cairan masuk – cairan keluar

Cairan masuk Cairan keluar

Makan = 750cc/ hari BAB = 275 cc/ hari

Minum = 480cc/ hari BAK =2600cc/ hari

Page 45: KTI Alfiana Luthfi - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-alfianalut...i terapi bermain origami terhadap perkembangan motorik halus

35

Injeksi =1070cc/ hari IWL = ( 30-5 ) x 17

= 255

Air metabolisme = 8cc x 18 =144 Cairan Keluar = 3.130cc/ hari

Cairan masuk = 2.569

Balance cairan = cairan masuk – cairan keluar

= 2.569 – 3.130

= - 561

Tindakan keperawatan yang dilakukan penulis untuk mengatasi

diagnosa keperawatan pertama paada hari Rabu 11 Maret 2015 jam 08.00

WIB melakukan pengkajian keadaan umum pasien didapatkan hasil data

subjektif pasien mengatakan mau untuk diperiksa dan di timbang berat

badannya, data objektif yang didapatkan nadi 104x / menit, bb 15 kg,

albumin 2,4.

Jam 08.40 WIB melakukan permainan origami dan menggali

kemampuan motorik halus didapatkan data subjektif pasien mengatakan

mau untuk mengulang permainan melitap-lipat kertas dan mau membuat

tempat pensil dari kertas, data objektif yang didapatkan anak tampak lebih

kooperatif dan sudah mampu menghafal 3 warna dengan lancar serta

mampu menghitung 1-10 dengan lancar.

Jam 09.10 WIB memberikan terapi ampicilin 350mg melalui

intravena didapatkan data subjektif pasien mengatakan mau untuk

diberikan obat, data objektif didapatkan pasien tampak tenang, dan udem

diperut berkurang.

Page 46: KTI Alfiana Luthfi - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-alfianalut...i terapi bermain origami terhadap perkembangan motorik halus

36

Jam 10.00 memberikan terapi albumin (human) 100 ml melalui

intravena didapatkan hasil data subjektif pasien mau untuk diberikan obat,

data objektif didapatkan albumin masuk melalui intravena dan 1 jam

setelah diberikan albumin pasien tidak merasakan sesak nafas.

Jam 12.00 WIB memberikan injeksi furosemide 5mg / 12 jam

melalui intravena didapatkan hasil data subjektif pasien mau untuk

biberikan obat, data objektif yang didapatkan hasil terapi furosemide

masuk 5mg melalui intravena, tidak terdapat udem.

Jam 13. 45 WIB memberikan terapi bermain origami kepada anak

diruang tumbuh kembang untuk penanganan diagnosa keperawatan kedua

didapatkan hasil data subjektif mau untuk bermain lagi diruangan yang

banyak mainannya, data objektif anak terlihat sangat berantusias untuk

bermain sambil belajar, pasien tampak lebih lincah untuk melipat kertas

walau hanya dengan satu tangan dan sudah bisa membedakan 5 warna

dasar sesuai kertas-kertas yang dimainkan, serta dapat menghitung benda

1-10, mampu menumpuk balik hingga 6 balok sesuai warna.

Jam 15.50 menghitung balance cairan untuk penanganan diagnosa

pertama didapatkan hasil data subjektif keluarga pasien mengatakan selalu

memantau asupan cairan yang masuk pada anaknya. Data objektif yang di

dapatkan tidak ada udem, dengan lingkar perut 60cm, lingkar lengan 20

cm, dan hasil perhitungan cairan didapatkan:

1. Kebutuhan cairan / hari

Umur 5th, bb 15kg

Page 47: KTI Alfiana Luthfi - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-alfianalut...i terapi bermain origami terhadap perkembangan motorik halus

37

1000 kal + 50 kal untuk setiap kenaikan 1 kg > 10kg

1000 + ( 5x50 )

1000 + 250

1250 kaori

2. Kebutuhan Cairan

1000 + 50 ml untuk setiap kenaikan 1 kg > 10kg

1000 + ( 5kg x 50 ml/ kg )

1000 + 250

1250 ml/ hari

3. Balance cairan = cairan masuk + cairan keluar

Cairan masuk Cairan keluar

Makan = 750 BAB = 275

Minum = 480 BAK = 2000

Injeksi = 1.065 IWL = ( 30-5 ) x 15

= 15 x 15

Infus = 125 =30 cc

= 15 x 15

Air metabolisme = 8cc x 15 = 120

Cairan masuk = 2.540 Cairan Keluar = 2.305

Balance Cairan = Cairan Masuk – Cairan Keluar

= 2.540 – 2.305

= 235 cc / hari

Page 48: KTI Alfiana Luthfi - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-alfianalut...i terapi bermain origami terhadap perkembangan motorik halus

38

H. Evaluasi

Setelah dilakuan perencanaan dan tindakan keperawatan, evaluasi hasil

dari masalah keperawatan pertama pada hari Senin 9 Maret 2015 jam 13.50

WIB adalah data subjektif : keluarga pasien mengatakan perutnya besar dan

kakinya juga besar. Objektif : tampak udem diseluruh tubuh terkecuali di

lengan tangan dengan nadi: 104x/ menit, suhu : 37,4ºC

1. Kebutuhan cairan/ hari ( umur 5tahun, bb: 18kg )

1000+50ml untuk kenaikan 1kg ≥ 10kg

1000ml/ kg+ ( 8kg x 50 ml/kg )

1000 + ( 8x50 )

1000 + 400

1400

2. Kebutuhan Kalori

1000cal untuk 50 kalori untuk setiap kenaikan 1kg >10 kg

1000 + ( 8x50 )

1000+ 400

1400 kalori

3. Balance Cairan = cairan masuk – cairan keluar

Cairan masuk= 450+480+1070+125+144 ;

cairan keluar= 275+2600+270

Cairan masuk – cairan keluar = 2.272 – 3.145 = - 873cc/ hari

Page 49: KTI Alfiana Luthfi - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-alfianalut...i terapi bermain origami terhadap perkembangan motorik halus

39

Analisa : masalah belum teratasi. Plaining : batasi asupan cairan masuk,

managemen elektrolit, managemen eliminasi urin, tinggikan extremitas untuk

meningkatkan aliran balik vena.

Evaluasi dari masalah keperawatan kedua hari senin 09 Maret 2015 jam

14.10 WIB adalah subjektif: pasien mengatakan tidak hafal warna dasar dan

belum bisa menghitung. Objektif: Pasien tampas asik bermain mobil-mobilan.

Analisa: Masalah belum teratasi. Plaining : intervensi dilanjutkan: fasilitasi

atau mengajarkan orang tua untuk memfasilitasiperkembangan anak, deteksi

risiko atau masalah kesehatan kesehatan dengan memanfaatkan riwayat

kesehatan, bantu orang tua memahami dan meningkatkan tumbuh kembang

anak.

Evaluasi dari hasil masalah keperawatan ketiga tanggal09 Maret 2015

jam 14.20 WIB adalah subjektif : pasien mengatakan lemes dan badannya sakit

semua. Objektif : tampak udem diseluruh tubuh terkecuali di lengan tangan.

Analisa: masalah belum teratasi. Plaining: intervensi dilanjutakn: terapi

aktifitassesuai kemampuan, atur penggunaan energi untuk mencegah

kelelahan, manipulasi lingkungan sekitar untuk manfaat terapeutik, berikan

latihan fisik sesuai kemampuan.

Evaluasi hasil dari masalah keperawatan pertama tanggal 10 Maret 2015

adalah subjektif: ibu pasien mengatakan tubuh anaknya sudah tidak bengkak,

hanya diperut yang masih bengkak. Objekfif: udem berkurang, bb17kg, nadi

80x/ menit, suhu 36ºC, balance cairan

1. Kebutuhan cairan /hari

Page 50: KTI Alfiana Luthfi - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-alfianalut...i terapi bermain origami terhadap perkembangan motorik halus

40

Umur 5 tahun, bb 17 kg

1000 + 50 setiap kenaikan 1 kg ≥ 10 kg

1000 + ( 7x50 )

1000 + 350

1350

2. Kebutuhan Kalori

1000 cal + 50 cal setiapkenaikan 1 kg > 10 kg

1000 + (7x50)

1000 + 350

1350

3. Balace cairan = cairan masuk – cairan keluar

Cairan masuk Cairan keluar

Makan = 750cc/ hari BAB = 275 cc/ hari

Minum = 480cc/ hari BAK=2600cc/ hari

Injeksi =1070cc/ hari IWL= ( 30-5 ) x 17 = 255

AM = 8cc x 18 =144 Cairan Keluar = 3.130cc/ hari

Cairan masuk = 2.569

Balance cairan = cairan masuk – cairan keluar

= 2.569 – 3.130

= - 561

Analisa: masalah belum teratasi. Plainin: intervensi dilanjutkan:

managemen kebutuhan cairan dan elektrolit, managemen eliminasi, tingkatkan

extremitas untuk meningkatkan aliran darah vena.

Page 51: KTI Alfiana Luthfi - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-alfianalut...i terapi bermain origami terhadap perkembangan motorik halus

41

Evaluasi hasil dari masalah keperawatan kedua tanggal 10 Maret 2015,

adalah subjektif : ibu pasien mengatakan anaknyasuka bermain origami dengan

kertas warna-warni. Objektif: pasien mampu menghafl 3 warna dan

menghitung 1-10 dengan bimbingan. Analisa : masalah elum teratasi. Plaining

: intervensi dilanjutakn: bantu orang tua memahami dan meningkatkan tumbuh

kembang anak, melanjutkan terapi bermain origami, membawa pasien keruang

tumbuh kembang.

Evaluasi hasil dari masalah keperawatan ketiga tanggal 10 Maret 2015,

adalah data subjektif : ibu pasien mengatakan sejak bb turun anaknya sudah

tidak lemes lagi dan sudah mulai tertawa lepas. Objektif : anak sudah mampu

menjawab pertanyaan dengan ceria dan selalu ingin bermain. Analisa: Masalah

teratasi. Plaining : pertahankan interfensi: atur penggunaan energi sesuai

kemampuan, manipulasi ruangan untuk memperoleh manfaat terapeutik,

memberikan latihan fisik yang sesuai kemampuan.

Evaluasi dari hasil masalah keperawatan pertama tanggal 11 Maret 2015

jam 14.30 adalah subjektif: ibu pasien mengatakan berat badan anak turun

hinga menjadi 15kg, udem sudah tidak ada. Objektif : bb 15kg, nadi 84x/ menit,

suhu 37ºC, kulit berkeriputdan kehitaman, balance cairan

1. Kebutuhan cairan / hari

Umur 5th, bb 15kg

1000 kal + 50 kal untuk setiap kenaikan 1 kg > 10kg

1000 + ( 5x50 )

1000 + 250

Page 52: KTI Alfiana Luthfi - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-alfianalut...i terapi bermain origami terhadap perkembangan motorik halus

42

1250 ri

2. Kebutuhan Cairan

1000 + 50 ml untuk setiap kenaikan 1 kg > 10kg

1000 + ( 5kg x 50 ml/ kg )

1000 + 250

1250 hari

3. Balance cairan = cairan masuk + cairan keluar

Cairan masuk Cairan keluar

Makan = 750 BAB = 275

Minum = 480 BAK = 2000

Injeksi= 1.065 IWL= ( 30-5 ) x 15

Infus= 125 = 15 x 15

Air metabolisme= 8cc x 15 = 120 =30 cc

Cairan masuk = 2.540 Cairan Keluar = 2.305

Balance Cairan = Cairan Masuk – Cairan Keluar

= 2.540 – 2.305

= 235 cc / hari

Analisa: masalah belum teratasi. Plaining : pantau elektrolit, managemen

cairan dan elektrolit, managemen eliminasi urin.

Evaluasi hasil dari masalah keperawatan kedua tanggal 11 Maret 2015

jam 14.30 WIB adalah subjektif : ibu pasien mengatakan anaknya sudah lebih

bisa menghafal warna dasar dan menghitung 1-10 dengan bimbingan. Objektif

: anak sudah bisa menghafalkan 5 warna dasar dan menghitung 1-10 dengan

Page 53: KTI Alfiana Luthfi - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-alfianalut...i terapi bermain origami terhadap perkembangan motorik halus

43

bimbingan. Masalah belum teratasi. Plaining: lanjutkan intervensi : fasilitasi

orang tua untuk meningkatkan tumbuh kembang anak, lanjutkan terapi bermain

origami.

Evaluasi hasil dari masalah keperawatan ketiga tanggal 11 Maret 2015

jam 14.50 WIB adalah subjektif : ibu pasien mengatakan anaknya sudah tidak

lemes, sudah bisa berjalan kekamar mandi sendiri, objektif: anak tampak ceria.

Analisa: masalah teratasi. Plaining: pertahankan intervensi: batasi aktifitas

sesuai kemampuan, manipulasi keadaan sekitar tempat tidur supaya kebutuhan

terpenuhi dengan mudah.

Page 54: KTI Alfiana Luthfi - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-alfianalut...i terapi bermain origami terhadap perkembangan motorik halus

44

BAB V

PEMBAHASAN

Pada BAB ini penulis akan membahas tentang “ Pemberian terapi bermain

origami untuk meningkatkan motorik halus anak usia prasekolah pada asuhan

keperawatan An. B dengan sindroma nefrotik di ruang Cempaka Rumah Sakit

RSUD Wonogiri.

A. Pengkajian

Hasil pengkajian yang dilakukan secara alloanamnesa dan

autoanamnesa, keluhan utama yang dirasakan, keluarga pasien mengatakan

An. B bengkak-bengkk diseluruh tubuh dan pertama kali datang di IGD RSUD

Wonogiri panas anak 39ºC. Dilakukan pengkajian tanggal 9 Maret 2015

diapatkan suhu 37,4ºC, nadi 104x / menit, buang air kecil tidak lancar, BB 24

kg. Pasien oleh dokter terdiagnosis nefrotik syndrome. Sindrome nefrotik akan

mempengaruhi struktur ginjal yang mengarah ke glumerosklerosis yang akan

mengakibatkan adanya perubahan sel, sehingga beban nefron akan lebih

banyak, hal inilah yang akan menyebabkan terbentuknya jaringan parut pada

nefron, dan nefron akan terbuang lebih banyak maka akan menyebabkan gagal

ginjal (Rachmadi, 2010).

Menurut Nurarif (2013), nefrotik sindrome adalah penyakit dan gejala

edema, proteinuria, hipoalbuminemia, dan hiperkolestrolimia. Kadang kadang

terdapat hematuria, hipertesi dan penurunan fungsi ginjal.

Page 55: KTI Alfiana Luthfi - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-alfianalut...i terapi bermain origami terhadap perkembangan motorik halus

45

Pada tanggal 25 Pebruari keluarga pasien mengatakan anaknya panas

yang mulai ada pembengkakan di perut dan di kelopak mata, sebelumnya

anaknya sudah menjalani pengobatan di RSUD Wonogiri, dikarenakan

transportasi sulit maka orang tua tidak rutin untuk memeriksakan anaknya ke

rumah sakt. Manifestasi klinis pada kasus sindroma nefrotik ditandai dengan

udem yang akan menjadi udem anasarka, disertai dengan oliguria, proteinuria

sedang sampai berat, hipoproteinemia dengan rasio albumin: globulinterbalik,

hiperkolestrolimia(Nurarif, 2013: 475).

Sindrome nefrotik disebabkan oleh karena rusaknya fungsi atau struktur

membran filtrasi glumelurus, membran filtrasi glumelurus yang terdiri dari

endotel fanestra sebelah dalam, membran basialis dan sel epitel bagian luar

mempunyai tonjolan, dan tonjolan tersebut terdapat di celah diagfragma, yang

berperan penting dalam pemeliharaan fungsi filtrasi glumelurus (Rahmadi,

2010).

Pengkajian pertumbuhan dan perkembangan, pasien terganggu pada

motorik halus dengan hasil suspec dikarenakan anak mempunyai dua

keterlambatan, belum bisa menggambar 5 bagian tubuh dengan benar, anak

belum bisa mencontoh apa yang di ajarkan oleh penulis seperti belum bisa

melipat kertas dengan menyatukan dedua sisinya. Denver II adalah revisi

utama dari standarisasi ulang dari metode screening test dan revisied yang

merupakan tes diagnostik atau test IQ. memubutuhkan waktu 15-20 menit

untuk aplikasinya (Rofik, 2008 ).

Page 56: KTI Alfiana Luthfi - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-alfianalut...i terapi bermain origami terhadap perkembangan motorik halus

46

Pengkajian pada status cairan didapatkan :

Balance Cairan = cairan masuk – cairan keluar

Cairan masuk= 450+480+1070+125+144 ; cairan keluar= 275+2600+270

Cairan masuk – cairan keluar = 2.272 – 3.145 = - 873cc/ hari. Sindrom Nefrotik

merupakan keadaan klinis dengan adanya proteinuria masif (3,5 g/hari)

ditandai dengan edema ataupun dengan hipoalbuminemia yang diikuti beberap

glomerulonefrotis primer atau gangguan sistemik ginjal (Kumar, 2003)

Pengkajian pada pertumbuhan dan perkembangan didapatkan hasil

suspec dikareakan anak mempunyai dua keterlambatan. Pengaruh hospitalisali

terhadap anak akan mengharuskan anak untuk tinggal di rumah sakit, menjalani

terapi dan perawatan sampai pemulangan kembali kerumah. Selama proses

tersebut, anak dan orang tua dapat mengalami berbagai kejadian yang menurut

beberapa penelitian ditunjukan dengan pengalaman yang sangat traumatik dan

penuh dengan stress (Wong, 2000). Hal itulah yang akan menyebabkan

kemunduran motorik halus jika tidak didukung oleh pengasuhan orang tua

yang tidak adequat.

Pada pendrita sindroma nefrotik akan mengalami berbagai masalah salah

satunya adalah masalah kekurangan albumin dalam darah normalnya yauitu

3,5-5g/dl, yang dimana kandungan albumin terdiri dari plasma protein tubuh

yang separuh dari total protein tubuh dan menjadi plasma protein. Akibat

rendahnya albumin menjadi penyebab tekanan osmotik turun sehingga

pengangkutan asam lemah, obat, hormon, dan enzin terganggu. Berdampak

pada perembesan cairan dari pembuluh darah ke jaringan organ tubuh sehingga

Page 57: KTI Alfiana Luthfi - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-alfianalut...i terapi bermain origami terhadap perkembangan motorik halus

47

terjadi pembengkakan(Astuti dalam Bangun, 2008). Hal itulah yang akan

mengakibatkan kelemahan fisik bagi penderita.

Hasil pemeriksaan laboratorium pada pasien diperoleh hasil pemeriksaan

albumin 1,7gram/dl (nilai normal 3,5 - 5,0 garm/dl). Pemeriksaan penunjang

pada tanggal 11 Maret 2015 didapatkan hasil pemeriksaan mikroskopis yaitu:

warna kuning muda, kejernihan 11,0 , Ph 7,0 sedangkam pemeriksaan kimia

didapatkan hasil leukosit 2, protein 1, glukosa (tidak ada penngkatan maupun

penurunan), keton (tidak ada peningkatan maupun penurunan ), urobilinogen

normal, bilirubin (tidak ada peningkatan maupun penurunan), blood 1, dan

hasil albumin 2,4gram/dl (nilai normal 3,5-5,0 gram/dl)

Pasien pada tanggal 9-11 Maret 2014 mendapatkan infus Dextrosa 0.5%

dengan dosis 6 tetes per menit intravena makro dan pada tanggal 9-10 Maret

2014, dosis 16 tetes per menit pada tanggal 11 Maret 2015. Furosemide 2 x

10mg, ampicilin 3 x 350mg, serta mendapatkan transfusi human albumin

dengan dosis 2 x 50 ml, terapi diit asupan cairan minum 250cc/ 24 jam.

Dextrose sebagai larutan elektrilit nutrisi terdiri dari larutan dekstrosa

monohidrat yang digunakan segabai rehirdasi, penambahan kalori secara

parenteral (ISO, 2011/2012: 359). Furosemide merupakan golongan

antimikroba, antibakteri, pinislin yang terdiri dari furosemide 40mg, diberikan

pada pasien dengan udem yang disebabkan oleh payah jantung, sirosis hati,

penyakit ginjal: termasuk sindrome nefrotik (ISO, 2011/2012: 246). Ampicilin

merupakan golongan antimikroba, antibakteri, penicilin yang terdiri dari

ampisilin 250mg, diberikan pada pasien yang mempunyai infeksi saluran

Page 58: KTI Alfiana Luthfi - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-alfianalut...i terapi bermain origami terhadap perkembangan motorik halus

48

pernafasan, pencernaan, dan perkemihan ( ISO, 201102012: 38). Albumin

Human 5% merupakan golongan produk darah dan pengganti plasma yang

terdiri dari human albumin 5%, diberikan pada pasien hipoalbuminemia

dengan atau tanpa udem, syokhipovolemik, dan hipoproteinuria,. Pemberian

terapi diitetik pemberian diit tinggi protein tidak diperlukan bahkan sekarang

di anggap kontraindikasikarena akan menambah beban glumelurus untuk

mengeluarkan sisa metabolisme protein dan menyebabkan terjadinya

sklerosisglumelurus. Jadi cukup berikan diit protein normal sesuai dengan

kebutuhan yaitu 2g/kgBB/hari. Diit rendah protein akan menyebabkan

malnutrisi energi protein dan hambatan pertumbuhan anak. Diit rendah garam

hanya dilakukan ketika nakan mengalami edema. Retraksi cairan juga

dianjurkan selama ada edem berat (rachmadi, 2004: 4).

B. Diagnosa keperawatan

Diagnosa yang pertama kali ditemukan adalah kelebihan volume cairan

berhubungan dengan difusi ginjal, karena pada saat di lakukan pemeriksaan

pengkajian didapatkan data subjektif ibu pasien mengatakan badan anaknya

bengkak- bengkak diseluruh tubuh kecuali daerah lengan tangan. Data objektif

ditemukan pasien tampak udem dengan turgor kulit tidak kembali dalam lebih

dari satu detik, capilary refil tidak kembali dalam dua detik , dengan BB 18kg,

lingkar lengan: 23cm, lingkar perut: 64cm, suhu: 37oc, nadi : 104x/ menit.

Peningkatan volume cairan adalah suatu keadaan ketika individu

beresiko mengalami peningkatan , penurunan, atau perpindahan cepat dari satu

Page 59: KTI Alfiana Luthfi - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-alfianalut...i terapi bermain origami terhadap perkembangan motorik halus

49

keadaan cairan intravaskuler. Yang menyebabkan kelebihan cairan intra seluler

dan intersisial (Carpenito, 2000).

Kelebihan volume cairan adalah adanya difusi ginjal

(Nanda:2012/2014), difusi ginjal adalah proses zat terlarut dan air secara pasif

melalui suatu membran berpori dari satu kompartemen cair lainnya ( Price:

2005).

Hal tersebut sesuai dengan batasan karateristik kalebihan volume cairan

secara mayor adalah adanya edema, kulit tegang sedangkan dari data minor

akan didapatkan adanya tanda-tanda asupan akan melebihi dari keluaran

adanya sesak nafas dan akan mengalami kelebihan berat badan secara

signifikan ( Wilkinson,2012).

Dalam kasus ini kelebihan volume cairan di prioritaskan menjadi

diagnosa keperawatan yang paling utama karena dalam kasus ini kelebihan

volume cairanlah yang harus mendapatkan penanganan yang pertama serta

penganganan harus tepat dan tepat (Potter dan Perry,2006) selain dari alasan

itu cairan juga menduduki kebutuhan dasar dari Maslow, pemenuhan cairan

tubuh tersebut di prioritaskan karena berada pada kebutuhan dasar manusia

secara fisiologis harus terpenuhi sebelum pemenuhan yang lainnya ( Setiadi,

2012: 38)

Diagnosa kedua yang ditemukan adalah keterlambatan pertumbuhan dan

perkembangan berhubungan dengan pengasuhan yang tidak adequat, karena

pada saat dilakukan pengkajian didapatkan data subjektif keluarga pasien

mengatakan di umur yang sudah 5 tahun lebih 5 bulan anaknya belum bisa

Page 60: KTI Alfiana Luthfi - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-alfianalut...i terapi bermain origami terhadap perkembangan motorik halus

50

membedakan warna dasar dan belum bisa menghitung 1-10 dengan lancar, data

objektif belum dapat terkaji dikarenakan kondisi anak masih lemah.

Keterlambatan pertumbuan dan perkembangan adalah kemampun

struktur dan fungsi tubuh yang lebihkompleks. Perkembangan menyangkut

proses diferensiasi sel-sel, jaringan, organ dan sistem organ yang berkembang

sedemikian rupa sehingga masing asing dapat memenuhi fugsinya.(

Soetjuningsih, 1998; Tanuwijaya, 2003).

Hal tersebut sesuai dengan batasan kerateristik ketelambatan

pertumbuhan dan perkembangan yaitu anak mapu melakukan kebiasaan

sesuan dengan umur, kemampuan motorik halus anak sesuai dengan usia

tumbuh kembang, kemampuan kognitif anak sesuai dengan tumbuh kembang

(Wilkinson, 2012)

Etiologi dari problem (masalah keperawatan) keterlambatan

pertumbuhan dan perkembangan adalah karena adanya pengasuhan yang tidak

adequat (Nanda : 2012/ 2014). Pola pengasuhan yang tidak adekuat adalah

dimana proses mengasuh yang diakibatkan karena orang tua yang terlalu sibuk,

maupun dikarenakan orang tua yang tidak mngetahui mendidik anak secara

tepat,maka akan menjadikan anakyang kurang perhartian, rendah diri,

kemampuan bersosialisasi yang rendah (Tanuwijaya, 2010).

Diagnosa ketiga yang ditemukan adalah hambatan mobilitas fisik

berhubungan dengan penurunan kendali otot, dengan didukung adanya

pengkajian subjektif keluarga mengatakan sejak dari rumah pasien sudah

Page 61: KTI Alfiana Luthfi - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-alfianalut...i terapi bermain origami terhadap perkembangan motorik halus

51

lemas dengan udem diseluruh tubuh, dan data objektif yang didapatkan adalah

pasien tampak terbaring lemah di tempat tidur.

Hambatan mobilitas fisik adalah keterbatasan dalam pergerakan fisik

mandiri dan terarah pada tubuh atau satu ekstremitas atau lebih dengan

tingkatan:

0 : mandiri total

1 : memerlukan penggunaan peralatan dan perlengkapan

2 : memerlukan bantuan dari orang lain untuk membantu mengawasi atau

mengajari

3 : memerlukan bantuan dari orang lain dan peralatan

4 : ketergantungan total ( Nurafin, 2013)

Etiologi dari problem ( masalah keperawatan ) hambatan mobilitas fisik

adalah penurunan kekuatan otot (Nanda: 2012/ 2014). Penurunan kekuatan

otot adalah kelemahan gerakan dalam keadaan normal yang dilakukan oleh

sendi-sendi atau otot-otot yang bersangkutan ( potter, perry 2006).

Hal tersebut sesuai dengan batasan karateristik hambatan mobilitas fisik,

yaitu keterbatasan kemampuan untuk gerak kasar, kesulitan berpindah, postur

yang tidak stabil, hambatan berpindah, pergerakan lambat, tidak

terkoordinasnya gerakan (NANDA, 2011).

C. Intervensi keperawatan

Page 62: KTI Alfiana Luthfi - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-alfianalut...i terapi bermain origami terhadap perkembangan motorik halus

52

Penulis menyusun intervensi atau perencanaan sesuai dengan kriteria

NIC (Nursing Intervention Clasufication), berdasarkan diagnosa pertama

penulis menyusun perencanaan antara lain: pantau elektrolit,monitor vital sign,

management cairan masuk, managenen elektrolit, managemen eliminasi urin,

kaji luas atau likasi edema, kolaborasi ahli gizi untuk diit dengan kandungan

protein yang adekuat dan pembatasan natrium, tinggikan extremitas untuk

meningkatkan aliran balik vena, pertahankan dan alokasikan pembatasan

cairan pasien, monitor berat badan.

Berdasarkan diagnosa kedua, penulis menyusun perencanaan antara lain:

anak akan mencapai tahapan penting perkembangan fisik dan psikososial

maupun kognitif tanpa keterlambatan dari rentang yang diharapkan.

Berdasarkan tujuan dan kriteria hasil tersebut penulis membuat perencanaan

memfasilitasi atau menganjurkan orang tua atau pengaasuh untuk

memfasilitasi perkembangan motorik kasar, bahasa, kognitif, tingkatkan

komunikasi verbal yang konsisten. Mendeteksi risiko atau masalah kesehatan

dengan memanfaatkan riwayat kesehatan. Membantu orang tua memahami dan

meningkatkan tumbuh kembang anak. Menganalisis faktor risiko potensial.

Menentukan risiko kesehatan.

Berdasarkan diagnosa ketiga penulis menyusun perencanaan

keperawatan antara lain: keluarga pasien dapat meningkatkan aktifitas fisik

yang bisa dilakukan, mampu berbicara saat beraktifitas fisik. Berdasarkan

tujuan dan kriteria hasil tersbut penulis membuat perencanaan terapi aktifitas,

monitoring vital sign sebelum dan sesudan melakukan tindakan dan lihat

Page 63: KTI Alfiana Luthfi - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-alfianalut...i terapi bermain origami terhadap perkembangan motorik halus

53

respon pasien selama melakukan aktifitas, konsultasi dengan terapi fisik

tentang rencana ambulasi sesuan kebutuhan, kaji kemampuan pasien dalam

mobilisasi, mengatur pengguanaan energi untuk mengatasi atau mencegah

kelelahan, memanipulasi lingkungan sekitar pasien untuk memperoleh manfaat

terapeutik, berikan alat bantu jika klien memerlukan, ajarkan pasien ataupun

keluarga pasien bagaimana merubah posisi, membantu pasien dan keluarga

untuk menjaga rumah sakitsebagai tempat tinggal yang bersih, memberikan

latihan fisikyang sesuai dengan kemampuan anak.

D. Implementasi keperawatan

Implementasi adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana

keperawatan yangtelah disusun pada tahap perencanaan (Setiadi, 2012).

Implementasi dilakukan dari perencanaan yang telah disusun

sebelumnya. Berikut ini pembahasan implementasi dari masing-masing

diagnosa:

Diagnosa keperawatan yang pertama adalah kelebihan volume cairan

berhubungan dengan difusi ginjal , implementasi yang dilakukan pada tanggal

9, 10, 11 Maret 2015, adalah mengukur vital sign, vital sign diukur untuk

menentukan status kesehatan klien biasanya (data dasar) untuk mengkaji

respon klien dengan cara berkesinambungan dengan melibatkan klien

(Tamsuri, 200: 37).

Pemberian cairan intravena segera dilakukan untuk memperbaiki dan

mempertahankan cairan yang adekuat (Widagdo, 2012: 125).

Page 64: KTI Alfiana Luthfi - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-alfianalut...i terapi bermain origami terhadap perkembangan motorik halus

54

Memberikan pendidikan kesehatan kepada keluarga tentang pentingnya

memantau asupan cairan pada anak dengan gangguan ginjal.

Melakukan pemantauan asupan cairan pada anak. Observasi intake dan

output harus diimplementasikan karena pasien mengalami kelebihan volume

cairan. Pengukuran akurat terhadap masukan dan pengeluaran cairan tubuh

merupakan hal vital pada kasus kelebihan volume cairan. Hal ini meliputi

masukan oral dan parenteral dan kehilangan cairan melalui urin atau melalui

keringat, fases, muntah (Wong, 2004: 382).

Memberikan injeksi furosemid, furosemide merupakan golongan

diuretik yang berfungsi untuk udem yang disebabkan oleh payah jantung,

sirosis hati, penyakit ginjal termasuk sindroma nefrotik (ISO, 2011/ 2012:

246).

Memberikan injeksi Ampicilin, ampiciline merupakan golongan

Antimikroba, yang berfungsi untuk infeksi saluran pernafasan, saluran

pencernaan, saluran perkemihan ( ISO 2011/2012: 38).

Memberikan transfusi human albumin yang merupakan golongan produk

pengganti darah dan pengganti plasma yang berfungsi untuk hipoanbuminemia

dengan atau tanpa edema, syok hipovolemik, hipoproteinemia ( ISO

2011/2012: 238).

Pembahasan dari diagnosa keperawatan kedua keterlambatan

pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan pengasuhan yang tidak

adequat, adalah memberikan terapi bermain origami, walaupun anak sedang

Page 65: KTI Alfiana Luthfi - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-alfianalut...i terapi bermain origami terhadap perkembangan motorik halus

55

mengalami sakit, tepapi kebutuhan akan bermain tetap ada (Suryati dkk, 201:

74).

Origami adalah suatu seni melipat kertas sehingga menghasilkan

berbagai macah bentuk, origami dapat mengasah kemampuan motorik halus

melalui ketrampilan jari-jemari tangan anak saat melipat kertas. Ketika kedua

tangan bergerak, gerakan otot-otot jari tangan mengirimkan sinyal ke SSP

memicu neuron melalui tangan (Apriliyana 2005). Sensorik motorik adalah

suatu sensor alamiah yang ada di dalam tubuh manusia, ditinjau dari

perkembangan dan pertumbuhan saraf-saraf dan otot-otot pada anak, sensor

motorik meliputi pergerakan tubuh manusia, pengelihatan, daya tangkap, indra

perasa, sentuhan, dll. Sensor motorik merupakan proses pertumbuhan manusia

dalam mencapai proses pengaplikasian dikhususkan dalam proses daya

tangkap, tingkat cekatan dalam bertindak, sinkronisasi pandangan dan

pemikiran, kesinambungan antara saraf-saraf,otot, daya kerja otak kanan.

Sensorik motorik dalam gerak motorik halus, adalah pergerakan motorik pada

anak yang dilakukan berdasarkan sinkronisasi saraf antara otak, pergerakan

anatomi tubuh dan daya imajinasi si anak. Pergerakan ini mengutamakan

proses perkembangn imajinasi dan sistem kerja otak kanan pada anak. Pada

umumnya kagiatan yang dilakukan untuk meningkatkan gerakan motorik halus

ini adalah kegiatan menggambar, menulis, bermusik, dll.

Memberikan penyuluhan kepada orang tua tentang pentingnya dalam

memantau dan meningkatkan perkembangan anak (Shalev, 2005)

Page 66: KTI Alfiana Luthfi - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-alfianalut...i terapi bermain origami terhadap perkembangan motorik halus

56

Pembahasan dari diagnosa ketiga hambatan mobilitas fisik berhubungan

dengan penurunan kendali otot, implementasi yang dilakukan adalah mengatur

penggunaan energi untuk mencegah kelelahan.

E. Evaluasi keperawatan

Evaluasi yang dilakukan penulis pada diagnosa keperawatan pertama

hari pertama adalah masalah keperawatan kelebihan volime cairan belum

teratasi karena belum sesuai dengan tujuan dan kriteria hasil yang diharapkan

hasil perhitingan balance cairan -873cc, dengan masih terdapat udem di kedua

kaki, perut, sudah berkurang dibagian mata, BB 18kg, sedangkan kriteria hasil

tidak didapatkan tanda-tanda udem, hematokrit dalam batas normal.

Evaluasi yang dilakukan pada masalah keperawatan kedua yaitu

keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan

pengasuhan yang tidak adekuat, yang dilakukan penulis belum teratasi karena

belum sesuai dengan tujuan dan kriteria hasil yang diharapkan, pasien

mengatakan tidak bisa menghafalkan warna dan mencontoh apa yang

dicontohkan.

Evaluasi yang dilakukan pada masalah keperawatan ketiga yaitu

hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan kekuatan otot, yang

dilakukan penulis belum teratasi karena belum sesuai dengan tujuan dan

kriteria hasil yang diharapkan yaitu pasien belum mampu melakukan aktifitas

secara mandiri, pasen belum mampu berbicara dengan lantang ketika

beraktifitas.

Page 67: KTI Alfiana Luthfi - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-alfianalut...i terapi bermain origami terhadap perkembangan motorik halus

57

Evaluasi pada hari kedua, tanggal 10 Maret 2014 pukul 14.10 WIB

masalah keperawatan dengan kelebihan volume cairan belum teratasi, belum

sesuai dengan tujuan dan kriteria hasil masih terdapat udem di perut, masih

dibatasinya cairan masuk, dan pemantauan intake-output. Hasil yang

didapatkan dalam balance cairan yaitu: -561cc.

Evaluasi pada masalah keperawatan dengan keterlambatan pertumbuhan

dan perkembangn berhubungan dengan pengasuhan yang tidak adekuat belum

teratasi dikarenakam keterbatasan waktu, dan kemampuan anak yang terbatas.

Evaluasi pada masalah keperawatan dengan hambatan mobilitas fisik

berhubungan dengan penurunan kekuatan otot belum teratasi, karena belum

sesuai dengan tujuan dan kriteria hasil, pasien belum mampu memenuhu adl

secara mandiri, akan tetapi sudan mampu berjalan kekamar mandi tanpa alat

bantu.

Evaluasi pada hari ketiga, tanggal 11 Maret 2014 pukul 14.10 WIB pada

masalah keperawatan kelebihan volume cairan belum teratasi , tujuan dan

kriteria hasil belum sesuai yang diharapkan, dengan hasil balance ciran yaitu

235cc.

Evaluasi pada masalah keprawatan keterlambatan pertumbuhan dan

perkembangan berhubungan dengan pengasuhan yang tidak adekuat belum

teratasi, karena belum sesuai dengan tujuan dan kriteria hasil, anak belum

maksimal untuk mengingat materi yang diberikan, dan mencontoh apa yang

sudan diberikan.

Page 68: KTI Alfiana Luthfi - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-alfianalut...i terapi bermain origami terhadap perkembangan motorik halus

58

Evaluasi pada masalah keperawatan hambatan mobilitas fiik

berhubungan dengan kelmahan otot sudah teratasi, ditunjukkan dengan sudah

sesuai dengan tujuan dan kriteria hasil, anak sudah mampu berjalankekamar

mandi sendiri, sudah bisa untuk makan dan minum dengan mandiri, dansudah

bermain diluar ruangan.

Page 69: KTI Alfiana Luthfi - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-alfianalut...i terapi bermain origami terhadap perkembangan motorik halus

59

BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Pengkajian

Hasil pengkajian yang didapatkan antara lain data subjektif

diagnosa pertama keluarga pasien mengatakan keluarga pasien

mengatakan anaknya bengkak-bengkak diseluruh tubuh. Diagnosa kedua

kelurga pasien mengatakan anaknya yang diumur 5 tahun , anaknya belum

bisa membedakan warna, dan hanya bisa menghitung dari 1-5 dengan

tuntunan. Diagnosa ketiga ibu pasien mengatakan sejak dari IGD pasien

sudah lemas, dengan udem disekujur tubuh kecuali dipergrlangan tangan.

Data objektif yang diperoleh diagnosa pertama pasien tampak udem,

turgor kulit tidak kembali kurang dari 2 detik, capilari refil tidak kembali

dalam 2 detik, dengan suhu 37ºC, nadi 104x /menit. Diagnosa kedua Data

objektif yang ditemukan pasien tampak terbaring ditempat tidur dam

belum bisa diajak berkomunikasi. Diagnosa ketiga data objektif yang

didapatkan didapatkan pasien tampak terbaring lemah ditempat tidur.

2. Diagnosa Keperawatan

Berdasarkan analisa data diatas penulis dapat memprioritaskan

diagnosa keperawatan, adapun prioritas utama adalah kelebihan volume

cairan berhubungan dengan difusi ginjal. Prioritas diagnosa keperawatan

kedua adalah keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan

Page 70: KTI Alfiana Luthfi - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-alfianalut...i terapi bermain origami terhadap perkembangan motorik halus

60

berhubungan dengan pengasuhan yang tidak adequat. Prioritas diagnosa

ketiga adalah hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan

kendali otot.

3. Perencanaan keperawatan

Tujuan dan kriteria prioritas pada diagnosa keperawatan utama

adalah setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan keluarga

pasien mampu memahami tentang pembatasan cairan dan diit, keluarga

menyatakan secara verbal pemahaman tentang obat yang di programkan,

vital sign dalam batas normal, tidak menunjukkan tanda-tanda dipsnea,

hematokrit dalam batas normal. Berdasarkan tujuan dan kriteria hasil

tersebut penulis membuat perencanaan pantau elektrolit, management

cairan masuk, managenen elektrolit, managemen eliminasi urin,

kolaborasi ahli gizi untuk diit dengan kandungan protein yang adekuat dan

pembatasan natrium, tinggikan extremitas untuk meningkatkan aliran

balik vena, pertahankan dan alokasikan pembahasan cairan pasien.

Tujuan dan kriteria hasil pada prioritas diagnosa keperawatan kedua

adalah setelah dilakukan tindakan keperawatanselama 3x24 jam

diharapkan anak akan mencapai tahapan penting perkembangan fisik dan

psikososial maupun kognitif tanpa keterlambatan dari rentang yang

diharapkan. Berdasarkan tujuan dan kriteria hasil tersebut penulis

membuat perencanaan memfasilitasi atau menganjurkan orang tua atau

pengaasuh untuk memfasilitasi perkembangan motorik kasar, bahasa,

kognitif. Mendeteksi risiko atau masalah kesehatan dengan memanfaatkan

Page 71: KTI Alfiana Luthfi - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-alfianalut...i terapi bermain origami terhadap perkembangan motorik halus

61

riwayat kesehatan. Membantu orang tua memhami dan meningkatkan

tumbuh kembang anak. Menganalisis faktor risiko potensial. Menentukan

risiko kesehatan.

Tujuan dan kriteria hasil pada prioritas diagnosa keperawatan ketiga

adalah setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam

diharapkan keluarga pasien dapat meningkatkan aktifitas fisik yang bisa

dilakukan, mampu berbicara saat beraktifitas fisik. Berdasarkan tujuan dan

kriteria hasil tersbut penulis membuat perencanaan terapi aktifitas,

monitoring vital sign sebelum dan sesudan melakukan tindakan dan lihat

respon pasien selama melakukan aktifitas, konsultasi dengan terapi fisik

tentang rencana ambulasi sesuan kebutuhan, kaji kemampuan pasien

dalam mobilisasi, mengatur pengguanaan energi untuk mengatasi atau

mencegah kelelahan, memanipulasi lingkungan sekitar pasien untuk

memperoleh manfaat terapeutik, berikan alat bantu jika klien memerlukan,

ajarkan pasien ataupun keluarga pasien bagaimana merubah posisi,

membantu pasien dan keluarga untuk menjaga rumah sakit sebagai tempat

tinggal yang bersih, memberikan latihan fisik yang sesuai dengan

kemampuan anak.

4. Implementasi Keperawatan

Tindakan yan dilakukan penulis selama tiga hari yaitu sesuai dengan

perencanaan yang telah dibuat.

Page 72: KTI Alfiana Luthfi - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-alfianalut...i terapi bermain origami terhadap perkembangan motorik halus

62

5. Evaluasi

Setelah dilakuan perencanaan dan tindakan keperawatan, evaluasi

hasil dari masalah keperawatan pertama pada hari Senin 9 Maret 2015 jam

13.50 WIB adalah data subjektif : keluarga pasien mengatakan perutnya

besar dan kakinya juga besar. Objektif : tampak udem diseluruh tubuh

terkecuali di lengan tangan dengan nadi: 104x/ menit, suhu : 37,4ºC

Kebutuhan cairan/ hari ( umur 5tahun, bb: 18kg )

1000+50ml untuk kenaikan 1kg ≥ 10kg

1000ml/ kg+ ( 8kg x 50 ml/kg )

1000 + ( 8x50 )

1000 + 400

1400

Kebutuhan Kalori

1000cal untuk 50 kalori untuk setiap kenaikan 1kg >10 kg

1000 + ( 8x50 )

1000+ 400

1400 kalori

Balance Cairan = cairan masuk – cairan keluar

Cairan masuk= 450+480+1070+125+144 ;

cairan keluar= 275+2600+270

Cairan masuk – cairan keluar = 2.272 – 3.145 = - 873cc/ hari

Page 73: KTI Alfiana Luthfi - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-alfianalut...i terapi bermain origami terhadap perkembangan motorik halus

63

Analisa : masalah belum teratasi. Plaining : batasi asupan cairan masuk,

managemen elektrolit, managemen eliminasi urin, tinggikan extremitas

untuk meningkatkan aliran balik vena.

Evaluasi dari masalah keperawatan kedua hari senin 09 Maret 2015

jam 14.10 WIB adalah subjektif: pasien mengatakan tidak hafal warna

dasar dan belum bisa menghitung. Objektif: Pasien tampas asik bermain

mobil-mobilan. Analisa: Masalah belum teratasi. Plaining : intervensi

dilanjutkan: fasilitasi atau mengajarkan orang tua untuk

memfasilitasiperkembangan anak, deteksi risiko atau masalah kesehatan

kesehatan dengan memanfaatkan riwayat kesehatan, bantu orang tua

memahami dan meningkatkan tumbuh kembang anak.

Evaluasi dari hasil masalah keperawatan ketiga tanggal09 Maret

2015 jam 14.20 WIB adalah subjektif : pasien mengatakan lemes dan

badannya sakit semua. Objektif : tampak udem diseluruh tubuh terkecuali

di lengan tangan. Analisa: masalah belum teratasi. Plaining: intervensi

dilanjutakn: terapi aktifitassesuai kemampuan, atur penggunaan energi

untuk mencegah kelelahan, manipulasi lingkungan sekitar untuk manfaat

terapeutik, berikan latihan fisik sesuai kemampuan.

Evaluasi hasil dari masalah keperawatan pertama tanggal 10 Maret

2015 adalah subjektif: ibu pasien mengatakan tubuh anaknya sudah tidak

bengkak, hanya diperut yang masih bengkak. Objekfif: udem berkurang,

bb17kg, nadi 80x/ menit, suhu 36ºC, balance cairan

Page 74: KTI Alfiana Luthfi - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-alfianalut...i terapi bermain origami terhadap perkembangan motorik halus

64

Kebutuhan cairan /hari

Umur 5 tahun, bb 17 kg

1000 + 50 setiap kenaikan 1 kg ≥ 10 kg

1000 + ( 7x50 )

1000 + 350

1350

Kebutuhan Kalori

1000 cal + 50 cal setiapkenaikan 1 kg > 10 kg

1000 + (7x50)

1000 + 350

1350

Balace cairan = cairan masuk – cairan keluar

Cairan masuk Cairan keluar

Makan = 750cc/ hari BAB = 275 cc/ hari

Minum = 480cc/ hari BAK=2600cc/ hari

Injeksi =1070cc/ hari IWL= ( 30-5 ) x 17 = 255

AM = 8cc x 18 =144 Cairan Keluar = 3.130cc/ hari

Cairan masuk = 2.569

Balance cairan = cairan masuk – cairan keluar

= 2.569 – 3.130

= - 561

Page 75: KTI Alfiana Luthfi - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-alfianalut...i terapi bermain origami terhadap perkembangan motorik halus

65

Analisa :masalah belum teratasi. Plainin: intervensi dilanjutkan:

managemen kebutuhan cairan dan elektrolit, managemen eliminasi,

tingkatkan extremitas untuk meningkatkan aliran darah vena.

Evaluasi hasil dari masalah keperawatan kedua tanggal 10 Maret

2015, adalah subjektif : ibu pasien mengatakan anaknyasuka bermain

origami dengan kertas warna-warni. Objektif: pasien mampu menghafl 3

warna dan menghitung 1-10 dengan bimbingan. Analisa : masalah elum

teratasi. Plaining : intervensi dilanjutakn: bantu orang tua memahami dan

meningkatkan tumbuh kembang anak, melanjutkan terapi bermain

origami, membawa pasien keruang tumbuh kembang.

Evaluasi hasil dari masalah keperawatan ketiga tanggal 10 Maret

2015, adalah data subjektif : ibu pasien mengatakan sejak bb turun

anaknya sudah tidak lemes lagi dan sudah mulai tertawa lepas. Objektif :

anak sudah mampu menjawab pertanyaan dengan ceria dan selalu ingin

bermain. Analisa: Masalah teratasi. Plaining : pertahankan interfensi: atur

penggunaan energi sesuai kemampuan, manipulasi ruangan untuk

memperoleh manfaat terapeutik, memberikan latihan fisik yang sesuai

kemampuan.

Evaluasi dari hasil masalah keperawatan pertama tanggal 11 Maret

2015 jam 14.30 adalah subjektif: ibu pasien mengatakan berat badan anak

turun hinga menjadi 15kg, udem sudah tidak ada. Objektif : bb 15kg, nadi

84x/ menit, suhu 37ºC, kulit berkeriputdan kehitaman, balance cairan.

Kebutuhan cairan / hari

Page 76: KTI Alfiana Luthfi - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-alfianalut...i terapi bermain origami terhadap perkembangan motorik halus

66

Umur 5th, bb 15kg

1000 kal + 50 kal untuk setiap kenaikan 1 kg > 10kg

1000 + ( 5x50 )

1000 + 250 = 1250

Kebutuhan Cairan

1000 + 50 ml untuk setiap kenaikan 1 kg > 10kg

1000 + ( 5kg x 50 ml/ kg )

1000 + 250 = 1250

Balance cairan = cairan masuk + cairan keluar

Cairan masuk Cairan keluar

Makan = 750 BAB = 275

Minum = 480 BAK = 2000

Injeksi= 1.065 IWL= ( 30-5 ) x 15

Infus= 125 = 15 x 15

Air metabolisme= 8cc x 15 = 120 =30 cc

Cairan masuk = 2.540 Cairan Keluar = 2.305

Balance Cairan = Cairan Masuk – Cairan Keluar

= 2.540 – 2.305

= 235 cc / hari

Analisa: masalah belum teratasi. Plaining : pantau elektrolit,

managemen cairan dan elektrolit, managemen eliminasi urin.

Evaluasi hasil dari masalah keperawatan kedua tanggal 11 Maret

2015 jam 14.30 WIB adalah subjektif : ibu pasien mengatakan anaknya

Page 77: KTI Alfiana Luthfi - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-alfianalut...i terapi bermain origami terhadap perkembangan motorik halus

67

sudah lebih bisa menghafal warna dasardan menghitung 1-10 dengan

bimbingan. Objektif : anak sudah bisa menghafalkan 5 warna dasar dan

menghitung 1-10 dengan bimbingan. Masalah belum teratasi. Plaining:

lanjutkan intervensi : fasilitasi orang tua untuk meningkatkan tumbuh

kembang anak, lanjutkan terapi brmain origami.

Evaluasi hasil dari masalah keperawatan ketiga tanggal 11 Maret

2015 jam 14.50 WIB adalah subjektif : ibu pasien mengatakan anaknya

sudah tidak lemes, sedah bisaberjalan kekamar mandi sendiri, objektif:

anak tampak ceria. Analisa: masalah teratasi . plaining: pertahankan

intervensi: batasi aktifitas sesuai kemampuan, manipulasi keadaan sekitar

tempat tidur supaya kebutuhan terpenuhi dengan mudah.

B. SARAN

Setelah penulis melakukan asuhan keperawatan pada pasien dengan

DengueHemorrhagic Fever (DHF) penulis akan memberikan usulan dan

masukan yang positif khususnya dibidang kesehatan antara lain :

1. Bagi Instasisi Pelayanan Kesehatan (Rumah Sakit)

Bagi instasisi rumah sakit diharapkan dapat memberikan pelayanan

kesehatan dan mempertahankan hubungan kerjasama baik antara tim

kesehatan maupun dengan pasien, sehingga dapat meningkatkan mutu

pelayanan asuhan keperawatan yang optimal pada umumnya dan

khususnya bagi pasien yang mengalami stress hospitalisasi dengan DHF.

Page 78: KTI Alfiana Luthfi - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-alfianalut...i terapi bermain origami terhadap perkembangan motorik halus

68

2. Bagi Tenaga Kesehatan Khusunya Perawat

Bagi tenaga kesehatan diharapkan dalam melakukan tindakan

keperawatan hendaknya selalu berkoordinasi dengan perawat ataupun tim

medis yang lain dalam memberikan memberikan asuhan keperawatan pada

pasien anak yang mengalami hospitalisasi serta berpedoman dengan teori-

teori yang ada dan terbaru, sehingga pasien memperoleh perawatan secara

komprehensif dan sesuai dengan kebutuhan dasar manusia.

3. Bagi Institusi Pendidikan

Mampu meningkatkan mutu pelayanan pendidikan sehingga mampu

menciptakan perawat yang profesional dan berkualitas dalam memberikan

asuhan keperawatan sesuai kode etik yang ada. Memberikan kemudahan

dalam pemakaian sarana dan prasarana yang merupakan fasilitas bagi

mahasiswa untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dalam praktik klinik

dan pembuatan laporan.

Page 79: KTI Alfiana Luthfi - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-alfianalut...i terapi bermain origami terhadap perkembangan motorik halus

DAFTAR PUSTAKA

Ade Christian . 2011. Hubungan Usia, Lama Pemberian Kostikosteroid, dan Lama

Menderita Penyakit Sindroma Nefrotik Dengan Tinggi Badan Penderita

Sindroma Nefrotik Resisten Steroid Dan Relaps Sering. Skripsi. Progran

pendidikan Sarjana. Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro.

Semarang

Alimul, Aziz H. (2009). Pengantar Ilmu Keperawatan Anak 1. Jakarta: Salemba

medika, hal: 35-40

Apriliyana, D. K. (2005). Efektifitas Penggunaan Origami Dalam Meningkatkan

Kretifitas Pada Anak. Yogyakarta: Universitas Ahmad Dahlan

Bangun, roberthus. (2008). Hubungan Kadar Albumin dan Outcome. Medan:

Program StudiPenyakit Syaraf Fakultas Kedokteran USU

Betz Cecily L. dan Sowden linda A. 2002. Mosby`s Pediatric Nursing Reference,

Inc.1996 by Mosby-Year Book. Terjemahan Jan Tambayong. 2002. Buku

Saku Keperawatan Pediatrik. Ed.3. EGC. Jakarta

Etri Yanti,dkk. (2011). Hubungan Stimulasi Terhadap Perkembangan Motorik

Halus Anak Prasekolah: Stikes Mercubaktijaya. Padang

Gustina, A. D. (2010). Pengaruh Permainan Modifikasi Terhadap Kemampuan

Motorik Kasar dan Kognitif Anak Usia Dini. Tugas Akhir.Bandung:

Unifersitas Pendidikan Indonesia

Haryati happ. 2009. Pengaruh Distraksi. Jurnal FIK UI.12

Hilgard et.al. (2010).Introduction To Psychology, Eight Edition. Inc. Harcourt

Brace Javanovish. Terjemahan Nurdjannah Taufik. 2010. Pengantar

Psikologi. Edisi kedelapan. Jilid 1. Erlangga. Jakarta

Ikatan Dokter Indonesia. 2012. Unit Kerja Koordinasi Nefrologi. Edisi Kedua

Kumar,vinaay (2003). Robbins Basic Patologi. Inc. ISBN. Terjemahan Muhammad

Ali. 2006. Kemampuan Patologo. Erlangga. Jakarta

Lubis, Fitriyani Y. (2009). Aspek Kognitif. Bandung. Salman Parenting Centre

Monalisa. 2011. Pengaruh Tekhnologi Robotik Terhadap Perkembangan Kognitif

Dan Motorik Anak

Page 80: KTI Alfiana Luthfi - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-alfianalut...i terapi bermain origami terhadap perkembangan motorik halus

Nursalam , Susilaningrum Rekawati, Utami Sri.( 2008). Asuhan Keperawatan Bayi

dan Ana( untuk perawat dan bidan). Jakarta; Salemba Medika

Patmonodewo, Soemarti. (2008). Pendidikan Anak Prasekolah. Ed2. Jakarta:

Rineka Putra

Potter, Patricia A. & Perry, Ane Grifin (2006). Buku Ajar Fundamental

Keperawatan , Edisi 4. Jakart: EGC

Rachmadi, dedi. 2004. Konsensus Tata Laksana Sindrome Nefrotik Idiopatik Pada

Anak. IDAI

Rini, D. Mustika. 2013. Hubungan Penerapan Atraumatic Care Dengan

Kecemasan Anak Prasekolah Saat Proses Hospitalisasi: 44-45

Ross, S.M., & Morisson, G.R, (2003). Eksperimental Reseach Mathods. Ln D

Santrock,J.W. (2007). Child Development, Eleventh Edition. Inc.The McGraw-Hill

Companies. Terjemahan Mila Rachmawati. 2007. Perkembangan Anak.

Edisi Kesebelas. Jilid 1. Erlangga. Jakarta

Soetjiningsih & Gede Ranuh, (2012). Tumbuh Kembang Anak. Ed2. Jakarta: EGC

Tamsuri, Anas. (2007). Tanda Tanda Vital Sign Suhu Tubuh. Jakart: EGC

Tanuwijaya,S. 2003. Konsep Umum Tumbuh Kembang. Jakarta . EGC

Walid Saiful dan Nikmatur Rohmah. 2012. Proses Keperawatan Teori Dan

Aplikasi. Ar-ruz zmedia. Yogjakarta

Widagdo. (2012). Masalah dan Tatalaksana Penyakit Anak. Jakarta : CV Sagung

Seto

World Health Organization. (2008).Pediatric Growth and Development

Wong Dona L. 2004. Wong and Whaley`sClinical Manual Of Pediatric Nursing,

Four Edition, Inc. 1996 by Mosby-Year Book. Terjemahan Sari

Kurnianingsih . 2003. Edisi 4. EGC. Jakarta

Yusuf syamsu. (2002). Psikologi Perkembangan Anak&Remaja. Ed3. Bandung: PT

Remaja Rosdakarya