32
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Impotensi atau disfungsi ereksi (DE) merupakan masalah kesehatan masyarakat umum yang mempengaruhi jutaan orang di seluruh dunia dan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kualitas hidup. Penyebabnya multifaktorial, yaitu faktor psikologis, neurologis, endokrin, pembuluh darah, atau trauma. Studi menunjukkan hubungan impotensi dengan sejumlah faktor risiko yang dapat dimodifikasi termasuk usia, pendidikan, obesitas, hipertensi, kadar lipid, penyalahgunaan alkohol, aktivitas fisik, dan merokok. 1 Kebiasaan merokok pada laki-laki yang berumur 30-40 tahun dapat meningkatkan prevalensi impotensi sebanyak 50%. Nikotin pada perokok berpotensi mengakibatkan penyempitan pada arteri yang menuju penis. Efek tersebut 1

KTI Fadli

Embed Size (px)

DESCRIPTION

adadadadadadada

Citation preview

BAB 1PENDAHULUAN1.1Latar BelakangImpotensi atau disfungsi ereksi (DE) merupakan masalah kesehatan masyarakat umum yang mempengaruhi jutaan orang di seluruh dunia dan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kualitas hidup. Penyebabnya multifaktorial, yaitu faktor psikologis, neurologis, endokrin, pembuluh darah, atau trauma. Studi menunjukkan hubungan impotensi dengan sejumlah faktor risiko yang dapat dimodifikasi termasuk usia, pendidikan, obesitas, hipertensi, kadar lipid, penyalahgunaan alkohol, aktivitas fisik, dan merokok. 1Kebiasaan merokok pada laki-laki yang berumur 30-40 tahun dapat meningkatkan prevalensi impotensi sebanyak 50%. Nikotin pada perokok berpotensi mengakibatkan penyempitan pada arteri yang menuju penis. Efek tersebut meningkat seiring dengan peningkatan lamanya paparan hingga akhirnya mengakibatkan impotensi bila terjadi gangguan alran darah ke penis. Sedangkan CO mengikat Hb yang menghasilkan COHb yang mengganggu aliran darah yang selanjutnya dapat mengganggu ereksi. 2, 3Beberapa penelitian ilmiah tentang penggunaan tembakau dan impotensi dan beberapa bukti epidemiologis berdasarkan relawan dan pasien, telah mendukung hubungan antara merokok dan impotensi. Studi ini menunjukkan bahwa merokok merupakan faktor risiko independen untuk impotensi vaskulogenik dan menggarisbawahi kemungkinan bahwa merokok dapat bertindak secara sinergis / aditif dengan faktor risiko lainnya, dan perokok satu setengah kali lebih mungkin untuk terkena impotensi dibandingkan non-perokok. 4Sebuah penelitian di Hong Kong pada tahun 2006 oleh Lam dkk. terhadap 819 pria berusia 31-60 tahun, didapatkan prevalensi DE adalah 44,7% dikalangan pria. DE disini hanya didasarkan pada 2 penilaian, yaitu kepuasan seksual responden dan kesulitan responden selama berhubungan seksual. Dalam studi lain pada tahun 2005 oleh Lau dkk., prevalensi disfungsi seksual sebesar 28,8% di antara pria yang menikah muda yang tinggal di daerah pedesaan Cina. 1Penelitian oleh Gades dkk. Tahun 2004 menjelaskan bahwa pria perokok memiliki risiko 1,42 kali menderita impotensi dibandingkan yang bukan perokok.5Namun, sepanjang penelusuran peneliti, di Indonesia belum ada penelitian tentang hubungan merokok terhadap impotensi. Oleh karena itu, berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik untuk meneliti Hubungan Merokok terhadap kejadian Impotensi pada Pria di Makassar, sebagai tolak ukur langkah pencegahan dan meminimalisir angka kejadian impotensi akibat kebiasaan merokok.

1.2 Rumusan MasalahBerdasarkan uraian dalam latar belakang masalah, maka rumusan masalah yang ingin diteliti dan dibahas adalah Apakah terdapat hubungan merokok terhadap kejadian impotensi pada pria di Makassar ?1.3 Tujuan Penelitian1.3.1 Tujuan UmumPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan merokok terhadap kejadian impotensi pada pria di Makassar1.3.2 Tujuan Khusus1. Membandingkan frekuensi kejadian impotensi pada pria perokok dengan yang bukan perokok.2. Menentukan hubungan merokok terhadap kejadian impotensi.1.4 Manfaat PenelitianI.4.1 Bagi Instansi Dinas Kesehatan dan Puskesmas Kota MakassarHasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan rekomendasi kebijakan untuk tindakan preventif secara dini untuk meminimalisir tingkat kejadian impotensi akibat kebiasaan merokok dikalangan masyarakat kota Makassar dan meningkatkan kelangsungan program pelayanan kesehatan dalam mengatasi kejadian impotensi.I.4.2 Bagi Instansi Pendidikan Bagi institusi Fakultas Kedokteran Universitas Muslim Indonesia Makassar khususnya, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan bacaan di bidang Kesehatan Reproduksi Pria, yang diharapkan bisa membantu proses pembelajaran.I.4.3 Bagi PenelitiPenelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan dan menambah pengalaman dalam menerapkan ilmu yang didapat selama kuliah ke dalam praktik nyata.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA2.1 Rokok2.1.1 Pengertian RokokRokok adalah hasil olahan tembakau terbungkus termasuk cerutu atau bentuk lainnya yang dihasilkan dari tanaman Nicotiana Tabacum, Nicotiana Rustica dan spesies lainnya atau sintetisnya yang mengandung nikotin dan tar dengan atau tanpa bahan tambahan.Rokok dikemas dalam bentuk silinder dari kertas berukuran panjang antara 70 hingga 120 mm (bervariasi tergantung negara) dengan diameter sekitar 10 mm yang berisi daun-daun tembakau yang telah dicacah. Rokok dibakar pada salah satu ujungnya dan dibiarkan membara agar asapnya dapat dihirup lewat mulut pada ujung lainnya. 62.1.1 Klasifikasi RokokRokok dibedakan menjadi beberapa jenis berdasarkan bahan pembungkus rokok, bahan baku atau isi rokok, proses pembuatan rokok, dan penggunaan filter pada rokok.

1. Rokok berdasarkan bahan pembungkus:a. Klobot; rokok yang bahan pembungkusnya berupa daun jagung.b. Kawung; rokok yang bahan pembungkusnya berupa daun aren.c. Sigaret; rokok yang bahan pembungkusnya berupa kertas.d. Cerutu; rokok yang bahan pembungkusnya berupa daun tembakau. 2. Rokok berdasarkan bahan baku atau isia. Rokok Putih; rokok yang bahan baku atau isinya hanya daun tembakau yang diberi saus untuk mendapatkan efek rasa dan aroma tertentu.b. Rokok Kretek; rokok yang bahan baku atau isinya berupa daun tembakau dan cengkeh yang diberi saus untuk mendapatkan efek rasa dan aroma tertentu.c. Rokok Klembak; rokok yang bahan baku atau isinya berupa daun tembakau, cengkeh, dan kemenyan yang diberi saus untuk mendapatkan efek rasa dan aroma tertentu. 3. Rokok berdasarkan proses pembuatannyaa. Sigaret Kretek Tangan (SKT); rokok yang proses pembuatannya dengan cara digiling atau dilinting dengan menggunakan tangan dan atau alat bantu sederhana.b. Sigaret Kretek Mesin (SKM); rokok yang proses pembuatannya menggunakan mesin. Material rokok dimasukkan ke dalam mesin pembuat rokok dan keluaran yang dihasilkan mesin pembuat rokok berupa rokok batangan. 4. Rokok berdasarkan penggunaan filtera. Rokok Filter (RF); rokok yang pada bagian pangkalnya terdapat gabus.b. Rokok Non Filter (RNF); rokok yang pada bagian pangkalnya tidak terdapat gabus. 62.1.3 Kandungan RokokDalam sebatang rokok mengandung lebih dari 4000 zat dan 2000 diantaranya mempunyai dampak yang tidak baik bagi kesehatan tubuh, diantaranya adalah bahan radioaktif (polonium-201) dan bahan-bahan yang digunakan di dalam cat (acetone), pencuci lantai (ammonia), ubat gegat (naphthalene), racun serangga (DDT), racun anai-anai (arsenic), gas beracun (hydrogen cyanide) dan banyak lagi lainnya. Zat pada rokok yang paling berbahaya adalah tar, nikotin dan karbon monoksida. Tar mengandung kurang lebih empat puluh tiga bahan yang menjadi penyebab kanker atau yang disebut dengan karsinogen. Nikotin mempunyai zat dalam rokok yang dapat menyebabkan ketagihan, inilah alasan mengapa perokok sulit menghentikan kebiasaan buruknya. Nikotin merupakan zat pada rokok yang beresiko menyebabkan penyakit jantung. 6

2.2Impotensi2.2.1 Definisi ImpotensiKetidak mampuan seorang laki-laki untuk menimbulkan kualitas ereksi yang adekuat untuk dapat mengadakan hubungan seks dengan baik. Ereksi merupakan suatu proses akibat rangsangan neurologis, sehingga terjadi perubahan tekanan vaskuler yang mengakibatkan pembesaran dan kekauan penis. 72.2.2 Mekanisme EreksiTimbulnya ereksi neurologik diduga melalui dua lintasan. Pertama melalui S 2-4, kedua melalui lintasan thoracolumbal ( thoracal XII lumbal 1 ). Ereksi dapat terjadi oleh rangsangan kortikal ( penglihatan, pendengaran, dan rangsangan mental ), yang dikenal sebagai ereksi psychogenic. Kondisi ini dapat terjadi melalui lintasan thoraco-lumbal dan pleksus hipogastricus. Ereksi dapat pula ditimbulkan melalui rangsangan lokal penis, yang dikenal sebagai ereksi refleksogenik. Pada ereksi refleksogenik, lintasan yang berperan adalah serabut afferent dalam hal ini melalui n. pudendus dan serabut efferent melalui serabut parasimpatis S 2-4 dalam hal ini melalui n. eregentes.Pada keadaan normal, serabut simpatis dari segmen thoraco-lumbal dan n. eregentes mempengaruhi vaskularisasi organ erektil, sehingga penis menjadi tegang. Newman dkk, menunjukan bahwa jumlah perfusi darah ke corpus cavernosus sebanding dengan besarnya penis, ereksi tercapai bila aliran darah ke corpus cavernosa 20-50 ml/ menit. Hal tersebut diatas didukung oleh Benson, dimana dia menyatakan bahwa pembuluh darah corpus cavernosa dipengaruhi oleh saraf adrenergenik dan cholinergenik. Bila terdapat rangsangan parasimpatis yang adekuat, maka jaringan otot corpus akan mengalami relaksasi diikuti dilatasi aretriel, dalam hal ini a. profunda penis, sehingga darah akan mengisi corpus cavernosa melalui a. helicinae, sehingga pembuluh vena akan mengalami konstriksi maka penis akan penuh terisi darah dan penis menjadi tegang.Selanjutnya, oleh pengaruh sistem simpatis, serta adanya pembuluh darah pada corpus caavernosa. Keadaan ini akan menyebabkan aliran darah ke corpus berkurang dan dilatasi vena dan mengakibatkab relaksasi corpus sehingga penis menjadi lemas.Pada ereksi psychogenic, timbulnya ereksi akibat rangsangan visual, auditarius, taktil, olafaktorius, gustatorius, memori dan imaginasi. 72.2.3 PatofisiologiEreksi pada dasarnya adalah sebuah refleks tulang belakang yang dapat diprakarsai oleh perekrutan aferen penis tetapi juga oleh visual, rangsangan penciuman dan imajiner. Sinyal saraf yang dihasilkan akan mempengaruhi keseimbangan antara faktor kontraksi dan relaksasi, yang mengontrol tingkat kontraksi otot polos penis yang akan menentukan keadaan fungsional penis. Langkah-langkah yang terlibat dalam neurotransmisi, propagasi impuls dan transduksi intraseluler sinyal saraf dapat diubah dalam berbagai jenis disfungsi ereksi.Temuan terbaru menunjukkan peran penting bagi RhoA / Rho kinase dalam regulasi tonus otot polos kavernosus dan bahwa perubahan jalur ini dapat menyebabkan DE dalam berbagai sub kelompok pasien, misalnya diabetes dan penyakit pembuluh darah. Oksida nitrat neurogenik masih dianggap faktor yang paling penting untuk relaksasi segera pembuluh penis dan corpus cavernosum. Namun, endothelially yang dihasilkan oleh oksida nitrat tampaknya penting untuk mempertahankan ereksi. Disfungsi endotel dapat berkontribusi untuk DE di beberapa sub kelompok pasien. Selain itu, dalam kondisi yang berhubungan dengan penurunan fungsi saraf dan endotelium, seperti penuaan, hipertensi, merokok, hiperkolesterolemia dan diabetes, peredaran darah dan perubahan struktural dalam jaringan penis dapat menyebabkan insufisiensi arteri dan relaksasi otot cacat. 82.2.4 Klasifikasi Impotensi1. Impotensi Primer; sejak permulaan pria tersebut tidak pernah mampu mencapai suatu ereksi yang adekuat pada waktu berhubungan intim2. Impotensi Sekunder; pria tersebut pernah poten, dan baru kemudian timbul impotensi3. Impotensi Selektif; pria tersebut mempunyai kemampuan ereksi pada beberapa keadaan, tetapi tidak dapat ereksi pada keadaan tertentu4. Impotensi Relatif; impotensi yang terjadi pada saat hubungan seksual, tetapi tidak mempengaruhi morning erection, nocturnal emission atau masturbasi.5. Impotensi Absolut; impotensi terjadi pada setiap saat. 12.2.5 Penyebab ImpotensiPatofisiologi impoten cukup kompleks, selain disebabkan gangguan otonom juga dipengaruhi keadaan psikis dan sistem hipotalamus. Berdasarkan penyebabnya impotensi dapat dibagi menjadi 2 golongan besar yaitu: 1. Penyebab PsikologiMaster dan Johson, menemukan faktor-faktor berikut yang sangat berperan terhadap timbulnya impotensi, antaralain:a. Pengaruh orang tua yang dominanb. Lingkungan agama yang kuatc. Homoseksd. Kehidupan perkawinan yang tidak harmonis2. Penyebab OrganikTerdapat banyak kelainan organic yang menyebabkan impoten seperti:a. Infeksi; urethritis, prostatitis, cystitis, gonorrhoe.b. Mekanis, kelainan kongengital berupa; phimsosi, epispadia, hipospadia, hidrokel.c. Post operatif/ iatrogenic; prosatektomi, spingoterotomi eksterna.d. Kelainan pembuluh darah; atherosclerosis, arteritis, thrombosis, embolie. Trauma, pada fraktur Pelvis.f. Neurologis; tumor mediastenalis, Parkinson, trauma serebri, tabes dorsalis, neuropatiperifer.g. Obat-obatan; alkohol, amphetamine, barbiturate, opiate.h. Endokrin; kelainan kelenjar hipofise, kelainan kelenjar adrenal, disfungsi gonad, kelaianan tiroid, kelainan pancreas. 12.3 Hubungan Merokok terhadap ImpotensiEreksi pada dasarnya adalah sebuah refleks tulang belakang yang dapat diprakarsai oleh perekrutan aferen penis tetapi juga oleh visual, rangsangan penciuman dan imajiner. Sinyal saraf yang dihasilkan akan mempengaruhi keseimbangan antara faktor contractant dan relaksasi, yang mengontrol tingkat kontraksi otot polos penis dan, dengan demikian, menentukan keadaan fungsional penis. Langkah-langkah yang terlibat dalam neurotransmisi, propagasi impuls dan transduksi intraseluler sinyal saraf dapat diubah dalam berbagai jenis disfungsi ereksi.Merokok adalah suatu faktor risiko yang cukup besar atau cukup berat sebagai penyebab impotensi. Rokok memberikan kenikmatan yang tinggi bagi pecandunya, maka sering perokok tidak menyadari hubungan antara impotensi dan merokok.Dari hasil penelitian ternyata bahwa sekitar 4.000 substansi ada dalam rokok. Kandungan tar dan gas yang bersifat karsinogen sangat banyak pada asap rokok. Nikotin adalah sebagai penyebab utama yang menyebabkan peningkatan tekanan darah sistole dan diastol. Demikian juga dengan meningkatnya kecepatan denyut jantung. Nikotin adalah zat yang terpenting yang menyebabkan penyempitan pembuluh darah perifer terutama di organ-organ terutama penis, jantung, dan lain-lain. Sedangkan CO mengikat Hb yang menghasilkan COHb yang mengganggu aliran darah yang selanjutnya dapat mengganggu ereksi. Semakin tua seseorang maka semakin rentan ia terkena impotensi, karena pembuluh darah seseorang makin mengalami pengapuran disaat tua. 3

BAB IIIKERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS

Orang tua yang dominanAgamaHomoseksPerkawinan yang tidak harmonis3. 1 Kerangka Teori

PSIKOLOGI

IMPOTENSI

InfeksiMekanis (congenital)Post operatif (iatrogenic)Kelainan pembuluh darahTraumaNeurologisObat-obatanEndokrinORGANIK

Gangguan aliran darah ke penis

Karbonmonoksida mengikat HbPenyempitan pembuluh darah perifer

NikotinKarbonmoksida

ROKOK

3.2 Kerangka Konsep

Gangguan aliran darah ke penisPSIKOLOGI

ROKOKCONikotinIMPOTENSI

ORGANIK

Keterangan:

Variabel dependen yang diteliti

Variabel independen yang diteliti

Variabel perancu yang tidak diteliti

Variabel antara

Variabel kendali

3.3 HipotesisTerdapat hubungan merokok terhadap kejadian impotensi pada pria di Makassar.

BAB IVMETODE PENELITIAN3.1Jenis PenelitianMetode penelitian ini adalah obeservasional analitik dengan desain penelitiaan cross sectional. Dengan melihat dan mencatat data dari hasil rekam medik pada pasien yang mengalami impotensi.3.2Waktu dan Tempat PenelitianPeneltian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2013. Dan dilakukan di klinik X untuk mrengetahui gambaran mengenai tingkat kejadian impotensi di kalangan perokok di kota Makassar.3.3Subyek Penelitian3.3.1. Populasi Populasi target pada penelitian ini adalah pria perokok yang sudah dewasa lebih dari 25 tahun yang telah menikah.3.3.2. Sampel Sampel adalah sebagian dari populasi yang diambil dengan menggunakan teknik purposive random sampling. Sampel penelitian adalah pasien impotensi pada klinik X.Untuk menetapkan jumlah sampel dapat menggunakan rumus dengan metode purposive sampling (Zainuddin, 2002:58)

n = Z2/2*p(1-p) N d2(N-1) +Z2 /2*p(1-p)dimana :n:Besar sampelZ2/2: Nilai Z pada derajat kepercayaan 1- /2(1,96)p:Proporsi hal yang ditelitidtingkat kepercayaan atau ketepatan yang diinginkan (0,1)N: jumlah populasi (100)Dengan menggunakan rumus diatas, maka perhitungan sampel adalah:

n = 1,962*0,55(1-0,55)100 0.12(100-1)+1,962*0,55(1-0,55)

n = 95,0796 1,195821n= 80 Orang sampel3.4 Kriteria Inklusi dan Ekslusi Sampel3.4.1 Kriteria Inklusi1. Menderita Impotensi2. Laki-laki perokok3. Umur > 25 tahun3.4.2 Kriteria Eksklusi1. Menderita penyakit organik2. Mempunyai faktor stres / psikoligi lainnya3. Umur 25 tahun3.5 Sumber DataData primer yang digunakan dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh dengan cara melihat kembali semua catatan rekam medik tentang kasus impotensi pada klinik X.3.6 Definisi Operasionala. RokokRokok adalah hasil olahan tembakau terbungkus termasuk cerutu atau bentuk lainnya yang dihasilkan dari tanaman Nicotiana Tabacum, Nicotiana Rustica dan spesies lainnya atau sintetisnya yang mengandung nikotin dan tar dengan atau tanpa bahan tambahan.b. ImpotensiKetidakmampuan seorang laki-laki untuk menimbulkan kualitas ereksi yang adekuat untuk dapat mengadakan hubungan seks dengan baik.3.7Kriteria Objektif3.7.1 Merokok1. Perokok aktif ; orang yang merokok2. Perokok ringan; menghisap 1-4 batang setiap hari3. Perokok sedang; menghisap 5-14 batang rokok setiap hari4. Perokok berat; menghisap 15 batang rokok atau lebih dalam sehari 93.7.2 Impotensi1. Sulit mempertahankan ereksi2. Sulit mencapai ereksi3. Tidak mampu ereksi sama sekali 103.8 Analisis DataAnalisis data adalah chi square dilakukan dengan cara melihat kembali semua catatan rekam medik tentang kasus impotensi di klinik X setelah itu data yang diperoleh dikumpulkan dan diolah secara manual, kemudian disajikan dalam bentuk diagram dan tabel distribusi frekuensi dengan bantuan program SPSS (statitical product and service solution) 3.9 Alur PenelitianAdapun alur penelitian ini adalah sebagai berikut.

Rekam medik pasien impotensi di klinik X

Prevalensi Bukan Perokok Prevalensi Perokok

Kriteria Inklusi

Prevalensi umur:1. 26-35 3. 46-602. 36-45 4. >60Prevalensi pekerjaan

Analisis Data

HasilDAFTAR PUSTAKA1. Chunlei Wu HZ, Yong Gao, Aihua Tan, Xiaobo Yang, Zheng Lu, Youjie Zhang, Mong Liao, Mengjie Wang, and Zengnan Mo. The Assosiation of Smoking and Erectile Dysfunction: Results From the Fangchenggang Area Male Health and Examination Survey (FAMHES). Journal of Andrology 2012. 28 February 2011;33 No.1:59-65.2. Gondodiptro S.(2007). Bahaya Tembakau dan Bentuk-Bentuk Sediaan Tembakau. Bandung: Univesitas Padjajaran3. Naek L. Tobing. Seks Tuntutan bagi Pria.Jakarta; Alex Medika Komputindo. 2006:102-1064. Millet, C. et al.Smoking and erectile dysfunction: findings from a representative sample of Australian men.Tobacco Control 15:136-139 (2006).5. Naomi M. Gades AN, Debra J.Jacobson, Michaela E. McGree, Cynthia J. Girman, Thomas Rodes, Rosebud O Roberts, Michael M.Lieber, and Steven J. Assosiation between Smoking and Erectil Dysfunction: A Popiulation-based Study. American Journal of Epidemiology. 17 Juni 2004;161, No.4:346-51.6. Mulya Y RS. Analisis Perilaku Konsumen di Kalangan Mahasiswa Universitas Pakuan. Jurnal Ilmiah Magister Management. 2010:1-227. Sentot S. Impotensi. Undip.ac.id. 1996. 20 mei 2013(Impotensi):2-13.8. Andersson KE. Erectile physiological and pathophysiological pathways involved in erectile dysfunction. J Urol 2003; 170(2 pt2):S6-13;discussion S13-14.9. Sari ATO, Ramdhani N, Eliza M.2003.Empati dan perliku merokok di tempat umum. Jurnal Psikologi. Halaman 11.10. Shiri R, Hakama M, Hakkinen J,Tammela TLJ,Auvinen A,Koskimak J.Relationship between smoking and erectile dysfunction. International Journal of Impotence Research (2005) 17, 164169.11. Mannino D, Klevens R, Flanders W. Cigarette smoking: an independent risk factor for impotence?. Am J Epidemiology 1994;140:10038.

1