12
Kualitas Sumber Air di Kota Semarang Revi Nurrokhmi 21040114120046 Dea Zahara Lutviana 21040114130110 Intan Hapsari Surya Putri 21040114130080 Abstrak Artikel ini membahas tentang kualitas sumber air di Kota Semarang yang buruk dan faktor-faktor yang mempengaruhi kondisi ini. Bagi Kota Semarang yang merupakan kawasan industri dengan kepadatan penduduk yang semakin meningkat, tentunya masalah ini semakin krusial. Peningkatan permintaan air bersih tidak diimbangi dengan pengelolaan dan pemeliharaan sumber air bersih yang baik. Hal ini menyebabkan sumber air di Kota Semarang menjadi buruk. Selain itu, regulasi dalam pemanfaatan sumber air bersih juga belum maksimal sehingga terjadi eksploitasi sumber air. Sehingga timbul masalah- masalah baru yang memperburuk kualitas sumber air di Kota Semarang. Kata kunci : kualitas sumber air, Semarang, pengelolaan, pemeliharaan, regulasi, eksploitasi.

Kualitas Sumber Air Di Kota Semarang

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Bahasa Indonesia

Citation preview

Kualitas Sumber Air di Kota Semarang

Revi Nurrokhmi21040114120046Dea Zahara Lutviana21040114130110Intan Hapsari Surya Putri21040114130080

AbstrakArtikel ini membahas tentang kualitas sumber air di Kota Semarang yang buruk dan faktor-faktor yang mempengaruhi kondisi ini. Bagi Kota Semarang yang merupakan kawasan industri dengan kepadatan penduduk yang semakin meningkat, tentunya masalah ini semakin krusial. Peningkatan permintaan air bersih tidak diimbangi dengan pengelolaan dan pemeliharaan sumber air bersih yang baik. Hal ini menyebabkan sumber air di Kota Semarang menjadi buruk. Selain itu, regulasi dalam pemanfaatan sumber air bersih juga belum maksimal sehingga terjadi eksploitasi sumber air. Sehingga timbul masalah-masalah baru yang memperburuk kualitas sumber air di Kota Semarang.Kata kunci : kualitas sumber air, Semarang, pengelolaan, pemeliharaan, regulasi, eksploitasi.

Pendahuluan Air adalah prasarana penting penunjang aktivitas manusia. Air berasal dari sumber air, apabila sumber air dalam perawatan dan pengelolaannya buruk, maka dapat mempengaruhi air yang dihasilkan dari sumber air. Salah satu masalah pokok yang dihadapi adalah kurang tersedianya sumber air yang bersih, belum meratanya pelayanan penyediaan air bersih terutama didaerah perdesaan. Penyediaan air yang belum merata dan maksimal membuat masyarakat dan beberapa instansi mengeksploitasi air tanah terus menerus, sehingga terjadi kelangkaan air tanah dibeberapa kota di Indonesia, misalnya wilayah Semarang. Bahkan di beberapa tempat di kota-kota besar, sumber air bersih yang telah dimanfaatkan oleh PDAM telah tercemari oleh limbah indusri dan limbah domestik, sehingga beban dalam segi pengelolaan air bersihnya semakin meningkat.Saat ini, peningkatan permintaan air di Semarang tidak diimbangi dengan pemeliharaan sumber air yang telah ada. Biaya operasional yang tinggi namun tarif yang rendah mengakibatkan peemeliharaan terhadap sumber air belum optimal. Belum lagi pertumbuhan penduduk yang cepat di Semarang dalam beberapa tahun belakangan ini. Hal ini seakan-akan membuat masyarakat Semarang berlomba-lomba mendapatkan air bersih. Maka, terjadilah eksploitasi air yang berlebihan dan di saat bersamaan biaya pemulihan yang ditarik dari pengguna belum mencukupi. Oleh karena itu, tidak mengherankan jika kualitas sumber air bersih di Semarang dikatakan buruk. Sebagai kota yang mayoritas kawasannya termasuk kawasan industri, sumber air di Kota Semarang sangat mudah untuk tercemar limbah industri. Limbah industri ini yang kadang kurang diperhatikan oleh pengelola industri . Pengelolaan dan perawatan sumber air yang ada juga tidak terstruktur dengan baik. Banyak sumber air yang keadaan fisiknya cukup buruk, sehingga mempengaruhi kualitas air yang dihasilkan. Ketika air yang dihasilkan oleh sumber air buruk, tentu akan mempengaruhi kesehatan bagi pengguna air.Kualitas sumber air di Kota Semarang buruk karena kurangnya pemeliharaan terhadap sumber air, regulasi pengelolaan sumber air yang belum baik, serta pengambilan air bawah tanah secara berlebihan dan terus menerus. Kurangnya pemeliharaan dapat menurunkan kualitas air dan menyebabkan kehilangan air yang banyak. Sementara itu, lemahnya regulasi tentang pengelolaan sumber air akan menimbulkan tidak adanya pemulihan setelah pengambilan air. Regulasi yang tidak jelas dapat membuat banyak pihak leluasa mengambil sumber air tanah secara berlebihan. Jika dilakukan secara terus menerus, maka akan timbul masalah baru seperti penurunan muka air tanah, penurunan tanah dan intrusi air laut. Sehingga kualitas sumber air menjadi lebih buruk.Tujuan penulisan ini adalah untuk menjelaskan pemeliharaan, pengelolaan, dan pemanfaatan sumber air di Kota Semarang. Metode yang digunakan dalam penulisan ini adalah studi pustaka. Dalam tulisan ini akan dijelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas sumber air, pengelolaaan, perawatan sumber air yang baik dan benar.Faktor yang memengaruhi kualitas sumber airBerkaitan dengan kualitas sumber air, tentu terdapat beberapa faktor yang memengaruhi kualitas sumber air. Faktor-faktor yang memengaruhi kualitas tersebut adalah faktor fisik, kimia, dan mikrobiologis. Berdasarkan faktor fisik, yang dijadikan sebagai tolak ukur meliputi suhu, kekeruhan, warna, daya hantar listrik, jumlah zat padat terlarut, rasa dan bau. Berdasarkan faktor kimia, parameter kualitas air bersih meliputi kesadahan, pH, kandungan besi, alumunium, sulfat, nitrat, nitrit, seng, dan chlorida. Sedangkan menurut faktor mikrobiologis, kualitas sumber air dipengaruhi oleh kandungan bakteri dalam air (bakteri pantogen dan non pantogen). Pemeliharaan sumber airKurangnya pemeliharaan terhadap sumber air menyebabkan kualitas air menurun dan kehilangan air yang banyak. Sumber air tentunya harus dijaga kebersihannya dan kemurniannya agar air yang dihasilkan tetap baik dan bersih. Pemeliharaan terhadap sumber air dapat dilakukan dengan berbagai macam cara seperti tidak membuang sampah disekitar sumber air, melakukan penghijauan, tidak melakukan penebangan pohon, tidak membuang limbah kimia di daerah sumber air, dan lain sebagainya. Berbagai upaya pemeliharaan terhadap sumber air sebaiknya perlu dilakukan karena air adalah sumber kehidupan. Baik melalui tindakan nyata ataupun persuasif berupa ajakan kepada masyarakat untuk senantiasa menjaga dan memelihara sumber air. Tindakan persuasif dan preventif untuk memelihara sumber air tidak hanya bisa dilakukan oleh pemerintah dan stakeholder yang ada, namun peran masyarakat juga diperlukan. Tanggung jawab mengenai kebersihan air bukan hanya menjadi beban pemerintah dan pihak-pihak terkait saja melainkan masyarakat sebagai penggunanya. Tindakan persuasif seperti mengadakan sosialisasi atau penyuluhan bagi warga sekitar sumber air memang diperlukan karena untuk menambah wawasan dan pengetahuan warga bahwa air itu sangatlah penting bagi kehidupan kita. Dengan adanya sosialisasi atau penyuluhan warga sekitar diharapkan memahami pentingnya air dan bersama-sama ikut menjaga sumber air. Tindakan preventif seperti adanya larangan membuang sampah disekitar sumber air, larangan menebang pohon, larangan membuang limbah di sekitar sumber air juga merupakan hal yang perlu dilakukan untuk tetap menjaga sumber air. Selain itu sumber air juga perlu kita bersihkan dari sampah-sampah atau limbah yang dapat mencemari sumber air. Dalam hal ini masyarakat juga perlu melakukan bersih-bersih sumber air agar menghilangkan sampah yang ada sehingga sumber air tetap bersih dan terjaga. Melakukan penanaman pohon juga diperlukan untuk meningkatkan kadar air tanah dan dapat menjaga stabilitas sumber air.Regulasi pengelolaan sumber airSelain dikarenakan kurangnya pemeliharaan terhadap sumber air, kualitas air di Semarang dikatakan buruk karena belum baiknya regulasi pengelolaan sumber air. Seperti yang diketahui, pengelolaan sumber daya air di Indonesia diatur antara lain dalam Undang-undang Nomor 7 tahun 2004 tentang Sumber Daya Air, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 42 tahun 2008 tentang Pengelolaan Sumber Daya Air. Menurut PP Nomor 42 tahun 2008 Kebijakan pengelolaan sumber daya air mencakup aspek konservasi sumber daya air, pendayagunaan sumber daya air, pengendalian daya rusak air, dan sistem informasi sumber daya air yang disusun dengan memperhatikan kondisi wilayah masing-masing. Dibuatnya peraturan-peraturan tersebut bertujuan untuk mengatur pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya air di Indonesia agar sumber air digunakan secara baik dan bijak. Belum baiknya regulasi pengelolaan air akan mempengaruhi kualitas air karena apabila pemerintah mampu dan bisa bertindak tegas dalam menjalankan aturan-aturan yang telah ditetapkan, kualitas sumber air di Semarang akan tetap terjaga. Berdasarkan data dari IUWASH (Indonesia Urban Water, Sanitation, And Hygiene) jumlah kehilangan air di Kota Semarang cukup tinggi yaitu sebesar 57,07%. Hal ini menunjukkan angka yang cukup tinggi, apabila hal ini terus dibiarkan begitu saja akan mengakibatkan krisis air bersih di Kota Semarang. Melalui aturan-aturan diharapkan pemerintah dan para pemangku kepentingan di Kota Semarang bisa lebih bijak mengatur tentang urusan pengelolaan sumber air. Karena pada faktanya di Kota Semarang belum ada penetapan kewenangan kegiatan yang berhubungan dengan penyediaan air bersih antara Dinas PSDA & ESDM dengan SKPD lainnyaPengambilan air bawah tanah yang berlebihanMenurut Peraturan Pemerintah No.42 Tahun 2008 Air tanah adalah semua air yang terdapat dalam lapisan tanah atau batuan dibawah permukaan tanah. Air tanah merupakan salah satu komponen dalam peredaran air di bumiyang dikenal sebagai siklus hidrologi. Dengan demikian air tanah adalah salah satu sumber daya alam yang dapat diperbaharui, tetapi hal ini tidak berarti sumberdaya ini dapat dieksploitasi tanpa batas. Eksploitasi air tanah yang tidak terkontrol dapat mengakibatkan dampak negatif terhadap keseimbangan alam. Pengembangan sumber air tanah harus berdasar pada konsep pengawetan, yaitu memanfaatkan air tanah secara optimal, mencegah pemborosan dengan menjaga skala prioritas pemakaian dan menjaga kelestarian alam.Beberapa kelurahan di Kecamatan Semarang Utara merupakan contoh lokasi yang meiliki permasalahan air tanah. Air tanah di daerah tersebut tidak dapat digunakan sebagai air minum. Sebagai contoh Tanah Mas, Semarang Utara, karena air permukaannya payau utuk memenuhi kebutuhan air bersih, daerah ini memanfaatkan air tanah melalui sumur gali dan sumur pompa. Namun hingga saat ini pemanfaatan air tanah dikawasan pantai yang dilakukan berlebihan atau melebihi potensinya, dan tanpa memperhitungkan dampak yang akanterjadi,yaituintrusi airlaut.Kondisiini terjadi sampai kedalaman 60 meter air tanah sudah payau. Air tanah dengan kualitas yang bagus, baru didapat pada kedalaman lebih dari 80 meter.Disamping itu, wilayah ini mempunyai salinitas air laut tinggi. Air tanah dangkal dikawasanTanahMas, terutamasumur gali dengan kedalaman sampai 10 meter memiliki salinitas tinggi. Secara umum memiliki DHL di atas 1.000 m/cm. Bahkan untuk kawasan-kawasan tertentu di sekitaran Tanah Mas, yang masuk zonabanjirpasangsurutmencapai9.000 m/cm. Pengambilan air tanah yang berlebihan telah menimbulkan berbagai dampak yang tidak diinginkan seperti penurunan muka air tanah, intrusi air laut, penurunan muka air sungai pada musim kemarau dan amblesan tanah. Penurunan muka air tanah dapat dicegah. Hal ini tidak akan terjadi apabila dilakukan kegiatan konservasi air tanah untuk menjaga kelestarian, kesinambungan ketersediaan, daya dukung, fungsi air tanah, serta mempertahankan keberlanjutan pemanfaatan air tanah. Dalam konservasi air tanah, pemerintah Jawa Tengah dapat mencontoh pemerintah Jawa Barat yang telah membuat Perda No 16 tahun 2001 tentang pengelolaan Air Bawah Tanah dan Perda No 6 tahun 2001 tentang pajak pengambilan dan pemanfaatan air bawah tanah dan air permukaan, serta memiliki strategi yang ditempuh dalam menjalankan kebijakan operasionalnya.KesimpulanBerkaitan dengan kualitas sumber air, tentu terdapat beberapa faktor yang memengaruhi kualitas sumber air meliputi faktor fisik, kimia, dan mikrobiologis. Berdasarkan faktor fisik, yang dijadikan sebagai tolak ukur meliputi suhu, kekeruhan, warna, daya hantar listrik, jumlah zat padat terlarut, rasa dan bau. Berdasarkan faktor kimia, parameter kualitas air bersih meliputi kesadahan, pH, kandungan besi, alumunium, sulfat, nitrat, nitrit, seng, dan chlorida. Sedangkan menurut faktor mikrobiologis, kualitas sumber air dipengaruhi oleh kandungan bakteri dalam air (bakteri pantogen dan non pantogen).Pemeliharaan, regulasi pengelolaan sumber air yang buruk dan pengambilan air bawah tanah yang berlebihan menunjukkan bahwa kualitas sumber air di Kota Semarang buruk. Kurangnya pemeliharaan terhadap sumber air menyebabkan kualitas air menurun dan kehilangan air yang banyak. Untuk mencegahnya, terdapat tindakan persuasif dan preventif untuk memelihara sumber air yang harus dilakukan oleh pemerintah dan stakeholder yang ada. Pengambilan air tanah yang berlebihan dapat menimbulkan banyak dampak negatif seperti penurunan muka air tanah, intrusi air laut, penurunan muka air sungai pada musim kemarau dan amblesan tanah. Hal ini tidak akan terjadi apabila dilakukan kegiatan konservasi air tanah untuk menjaga kelestarian, kesinambungan ketersediaan, daya dukung, fungsi air tanah, serta mempertahankan keberlanjutan pemanfaatan air tanah.