15
1 1 AR2131 Arsitektur Nusantara dan Asia Program Studi Arsitektur - ITB 1. RELIGI DAN RITUAL 2. PROFAN DAN SAKRAL AR 2131 Arsitektur Nusantara dan Asia KULIAH 4 2 AR2131 Arsitektur Nusantara dan Asia Program Studi Arsitektur - ITB RELIGI DAN RITUAL 3 AR2131 Arsitektur Nusantara dan Asia Program Studi Arsitektur - ITB Religi merupakan unsur budaya yang bersifat universal, mencakupi: Kepercayaan terhadap makhluk, kekuatan dan tenaga supranatural (dewa, roh, Tuhan) yang menguasai dan mengendalikan kehidupan manusia. Perilaku ritual yang berkaitan dengan kepercayaan tersebut, meliputi: Aspek verbal, seperti: ritus, pelaku, tindakan dan kegiatan religius. Aspek non verbal, seperti: kepercayaan, mitologi, etika, konsep dan ideologi keagamaan. DEFINISI 4 AR2131 Arsitektur Nusantara dan Asia Program Studi Arsitektur - ITB A. ASAL USUL RELIGI Sangat sulit untuk menelusuri kapan, mengapa dan bagaimana religi pertama kali lahir di dunia. Namun artefak kuburan dari masa Neanderthal membuktikan bahwa pada masa itu manusia sudah mengenal religi dan percaya akan adanya kehidupan lain setelah mati. 5 AR2131 Arsitektur Nusantara dan Asia Program Studi Arsitektur - ITB Studi komparatif yang dilakukan oleh beberapa antropolog dan sosiolog banyak membantu pemahaman kita tentang fungsi agama dalam berbagai konteks sosial budaya: 1. Sir Edward Burnett Tylor (1873) – Religi pada dasarnya berfungsi untuk menjelaskan beberapa benda, gejala dan peristiwa yang tidak bisa dipahami manusia. – Religi pada masyarakat sederhana umumnya berkaitan dengan perkara kematian, mimpi dan kesurupan (trance). Dipercayai bahwa tubuh dihuni oleh dua kekuatan: Pertama adalah tubuh yang aktif di siang hari, dan Kedua adalah roh yang aktif di waktu manusia sendang tidur atau dalam kondisi kesurupan. Keduanya tidak pernah bertemu, tetapi saling membutuhkan. Kematian adalah proses dimana roh meninggalkan tubuh. Bentuk religi yang paling besar adalah animisme atau kepercayaan terhadap roh-roh, kemudian secara perlahan berkembang menjadi politeisme dan akhirnya monoteisme. Eksistensi religi akan semakin terdesak akibat berkembangnya ilmu pengetahuan ilmiah yang menawarkan penjelasan yang bersifat empiris. 6 AR2131 Arsitektur Nusantara dan Asia Program Studi Arsitektur - ITB 2. Herbert Spencer (1896) Bentuk religi yang paling dasar adalah pemujaan leluhur, didasari oleh keinginan untuk memelihara hubungan emosional antara mereka yang masih hidup dengan yang telah mati. Kritik terhadap pendapat Spencer: Pemujaan leluhur belum muncul pada masyarakat pemburu pengumpul, baru dikenal kemudian setelah ada masyarakat yang hidup menetap. 3. Robert R. Marett (1909) Masyarakat sederhana percaya akan kekuatan impersonal yang mempengaruhi kehidupan mereka, yang pada kondisi tertentu dapat dikendalikan atau bahkan dimanipulasikan. Kekuatan tersebut dinamakan mana, tinggal dalam diri manusia, binatang, tumbuhan atau benda mati. Mana dapat diperoleh melalui suatu ritus yang bersifat magis. Benda yang berisikan mana bisa membawa keberuntungan bagi pemiliknya. Rakyat jelata tidak boleh bersentuhan dengan raja/penguasa dan kaum bangsawan yang konsentrasi mana dan nilai kesakralannya tinggi. Bentuk religi yang plaing dasar adalah animatisme. Baru dalam evolusi selanjutnya manusia mengenal roh dan makhluk spiritual lainnya.

Kuliah 4 Religi Dan Ritual Profan Dan Sakral

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Kuliah 4 Religi Dan Ritual Profan Dan Sakral

Citation preview

  • 11

    AR2131 Arsitektur Nusantara dan AsiaProgram Studi Arsitektur - ITB

    1. RELIGI DAN RITUAL

    2. PROFAN DAN SAKRAL

    AR 2131 Arsitektur Nusantara dan Asia

    KULIAH 4

    2

    AR2131 Arsitektur Nusantara dan AsiaProgram Studi Arsitektur - ITB

    RELIGIDAN

    RITUAL

    3

    AR2131 Arsitektur Nusantara dan AsiaProgram Studi Arsitektur - ITB

    Religi merupakan unsur budaya yang bersifatuniversal, mencakupi:

    Kepercayaan terhadap makhluk, kekuatan dan tenagasupranatural (dewa, roh, Tuhan) yang menguasai danmengendalikan kehidupan manusia.

    Perilaku ritual yang berkaitan dengan kepercayaantersebut, meliputi:

    Aspek verbal, seperti: ritus, pelaku, tindakan dan kegiatanreligius.

    Aspek non verbal, seperti: kepercayaan, mitologi, etika, konsepdan ideologi keagamaan.

    DEFINISI4

    AR2131 Arsitektur Nusantara dan AsiaProgram Studi Arsitektur - ITB

    A. ASAL USUL RELIGISangat sulit untuk menelusuri kapan, mengapa dan bagaimana religi pertama kali lahir di dunia.

    Namun artefak kuburan dari masaNeanderthal membuktikan bahwa padamasa itu manusia sudah mengenal religidan percaya akan adanya kehidupan lain setelah mati.

    5

    AR2131 Arsitektur Nusantara dan AsiaProgram Studi Arsitektur - ITB

    Studi komparatif yang dilakukan oleh beberapa antropologdan sosiolog banyak membantu pemahaman kita tentangfungsi agama dalam berbagai konteks sosial budaya:

    1. Sir Edward Burnett Tylor (1873) Religi pada dasarnya berfungsi untuk menjelaskan beberapa

    benda, gejala dan peristiwa yang tidak bisa dipahami manusia. Religi pada masyarakat sederhana umumnya berkaitan dengan

    perkara kematian, mimpi dan kesurupan (trance). Dipercayaibahwa tubuh dihuni oleh dua kekuatan:

    Pertama adalah tubuh yang aktif di siang hari, dan Kedua adalah roh yang aktif di waktu manusia sendang tidur atau

    dalam kondisi kesurupan. Keduanya tidak pernah bertemu, tetapi saling membutuhkan. Kematian adalah proses dimana roh meninggalkan tubuh.

    Bentuk religi yang paling besar adalah animisme ataukepercayaan terhadap roh-roh, kemudian secara perlahanberkembang menjadi politeisme dan akhirnya monoteisme. Eksistensi religi akan semakin terdesak akibat berkembangnyailmu pengetahuan ilmiah yang menawarkan penjelasan yang bersifat empiris.

    6

    AR2131 Arsitektur Nusantara dan AsiaProgram Studi Arsitektur - ITB

    2. Herbert Spencer (1896) Bentuk religi yang paling dasar adalah pemujaan leluhur, didasari

    oleh keinginan untuk memelihara hubungan emosional antaramereka yang masih hidup dengan yang telah mati.

    Kritik terhadap pendapat Spencer: Pemujaan leluhur belum munculpada masyarakat pemburu pengumpul, baru dikenal kemudiansetelah ada masyarakat yang hidup menetap.

    3. Robert R. Marett (1909) Masyarakat sederhana percaya akan kekuatan impersonal yang

    mempengaruhi kehidupan mereka, yang pada kondisi tertentudapat dikendalikan atau bahkan dimanipulasikan. Kekuatantersebut dinamakan mana, tinggal dalam diri manusia, binatang, tumbuhan atau benda mati.

    Mana dapat diperoleh melalui suatu ritus yang bersifat magis. Benda yang berisikan mana bisa membawa keberuntungan bagipemiliknya. Rakyat jelata tidak boleh bersentuhan denganraja/penguasa dan kaum bangsawan yang konsentrasi mana dannilai kesakralannya tinggi.

    Bentuk religi yang plaing dasar adalah animatisme. Baru dalamevolusi selanjutnya manusia mengenal roh dan makhluk spiritual lainnya.

  • 27

    AR2131 Arsitektur Nusantara dan AsiaProgram Studi Arsitektur - ITB

    4. Sir James Frazer (1911/15) Masyarakat sederhana semula tidak memiliki religi.

    Mereka mendekati kekuatan supranatural dengan cara-cara magic, yaitu teknik-teknik untuk mencapai tujuantertentu seperti jampi, resep, mantera.

    Magic dibedakan menjadi dua jenis: Imitative Magic: Efek yang diinginkan dicapai melalui peniruan

    terhadap benda, manusia atau kondisi yang dimaksudkan. Misal: penudukan jarum pada boneka tiruan dari calon korban.

    Contagious Magic: Efek diperoleh melalui obyek yang pernahbersentuhan atau bersala dari tubuh calon korban. Misal: kuku, rambut.

    Religi lahir setelah manusia menyadari bahwa magictidak selalu membawa hasil yang baik atau efektif. Mulailah manusia menyerahkan diri pada kekuatansupranatural, dan berkembanglah ritus seperti doa, persembahan dan penyembahan lainnya.

    8

    AR2131 Arsitektur Nusantara dan AsiaProgram Studi Arsitektur - ITB

    5. Emile Durkheim (1912) Bentuk religi yang paling dasar adalah totemisme. Yang

    disebut totem adalah binatang, tumbuhan atau unsurfisik lingkungan yang dipercayai sekelompokmasyarakat sederhana sebagai nenek moyangnya. Karenanya adalah tabu untuk membunuh ataumemakan binatang atau tumbuhan yang menjadi totem mereka, kecuali dalam upacara ritual khusus yang bertujuan memelihara keseimbangan populasi totem. Tabu berfungsi sebagai cara adaptasi sosial budayayang memelihara dan mepererat hubungan antaramanusia dengan lingkungannya.

    Contoh: doktrrin Ahimsa melarang orang India membunuhbindatang sapi Zebu yang dianggap sakral. Sapi merupakanalat kerja yang murah dan efektif, dan kotorannya dapatdigunakan sebagai pupuk penyubur atau bahan bakar.

    Fungsi dari ritus dan kepercayaan religius adalah untukmenjaga solidaritas sosial kelompok totemik. Denganmemuja totem, yaitu emblim sakral yang menjadi simbolserta identitas sosial mereka, berarti mereka jugamemuja tatanan moral dan sosial masyarakatnyasendiri.

    9

    AR2131 Arsitektur Nusantara dan AsiaProgram Studi Arsitektur - ITB

    6. Bronislaw Malinowski (1948/58) Religi lahir dari tragedi nyata kehidupan manusia,

    berupa konflik antara yang direncanakan dankenyataan yang terjadi. Religi berfungsi menghibur danmengurangi kecemasan manusia pada saat merekamenghadapi krisis.

    Religi masyarakat sederhana berkaitan denganpensakralan krisis-krisi dalam kehidupan manusia. Peristiwa seperti kehamilan, kelahiran, masa kanak-kanan, masa remaja, perkawinan dan kematianmengilhami munculnya tindakan ritual.

    10

    AR2131 Arsitektur Nusantara dan AsiaProgram Studi Arsitektur - ITB

    Masyarakat tradisionalpunmemilih sebuah lokasi

    untuk kerajaan ataukampungnya berdasarkan

    kualitas ruang lansekap

    11

    AR2131 Arsitektur Nusantara dan AsiaProgram Studi Arsitektur - ITB

    B. RITUAL PERALIHANRitual peralihan, disebut juga rites de passage atau life-cycle rituals, merupakan kegiatan yang bersifat insidental dan individual, menandaiperalihan seorang infividu dari suatu tahap kehidupan ke tahapkehidupan berikutnya: bayi, kanak-kanak, akil balig, dewasa, menjadisuami/isteri, tua renta, mati.

    Menurut Van Gennep (1909), ritus peralihan selalu memiliki 3 (tiga) tahapan:

    1. Rites de separation: upacara pemisahan, minta diri, minta ampun, pembersihan tahap hidup yang lama.

    2. Rites de marge: upacara perlintasan, perpindahan, disertai percobaandan wejangan.

    3. Rites daggregation: upacara penyatuan, memasuki tahap hidup yang baru.

    Tujuan ketiga tahapan tersebut adalah pembebasan diri dari kesalahanatau penebusan utang dari tahap kehidupan yang ditinggalkan; usahamemperkuat diri sambil memohon doa restu, kekuatan batin, bekalrohani dan keberanian untuk menempuh tahap hidup yang baru; danakhirnya perayaan penyatuan ke dalam komunitas hidup yang baru.

    12

    AR2131 Arsitektur Nusantara dan AsiaProgram Studi Arsitektur - ITB

    C. PENGARUH RELIGI DAN RITUAL TERHADAP ARSITEKTUR

    Religi dan ritual berlaku pula dalam proses pembangunan rumah danperkampuan masyarakat sederhana dan tradisional, sehingga banyakmempengaruhi tata letak, orientasi, bentu dan susunan ruang dalamrumah. Contoh:

    Rumah berbentuk lingkaran hanya ditemukan pada masyarakat dimanaorientasi, sudut dan garis lurus tidak penting. Sementara rumahberbentuk persegi ditemukan pada masyarakat dimana sumbu danaturan kosmis dianggap penting.

    Keputusan apakah rumah harus berdiri di atas tiang atau langsung padapermukaan tanah atau di atas batur, sangat ditentukan oleh konsepkosmologi dan kepercayaan yang dianut masyarakat yang bersangkutan.

    Tata letak rumah dalam suatu perkampungan atau halaman sangatditentukan oleh distribusi ruang ritual. Contohnya: orang eskimomenyusun unit hunian mereka secara radial, mengitari ruang di manaupacara tarian dilakukan.

    Susunan ruang dalam dan tata letak perabotan berkaitan dengankepentingan nilai religi dan konsep kosmologi. Contoh: Rumah diMadagaskar dibagi menjadi 12 ruang, sesuai dengan pembagian bulankalender. Tiap ruang memiliki fungsi dan nilai religi yang berbeda. Tempat tidur misalnya harus selalu berada di Timur, dengan bagiankepala mengarah ke Utara.

  • 313

    AR2131 Arsitektur Nusantara dan AsiaProgram Studi Arsitektur - ITB

    D. RITUAL DALAM PEMBANGUNAN RUMAH

    Pembangunan rumah pada masyarakat sederhanadan tradisional bukan sekedar proses danprosedur teknologis, tetapi juga proses danprosedur ritual. Melalui kegiatan ritual yang telahdigariskan, maka rumah akan memperolehkekuatan vital, sehingga penghuni bisa hidupaman, tenteram, sejahtera dan berketurunanbanyak.

    14

    AR2131 Arsitektur Nusantara dan AsiaProgram Studi Arsitektur - ITB

    Ritual dalam pembangunan rumah secara garis besardapat dibedakan menjadi beberapa tahapan:

    1. Ritual Pemilihan Lahan Karena lahan selalu dihuni oleh roh-roh setempat, maka diperlukan

    ritual untuk memohon ijin kepada roh tersebut untuk mendirikanbangunan di atas lahan tersebut.

    Contoh: masyarakat Sadan Toraja menanam 2 batang kayu kedalam tanah, dengan ruas bambu yang diisi air pada ujungnya. Apabila setelah 3 hari 3 malam bambu tersebut masih penuh berisiair, berarti roh setempat menyetujui maksud pendirian rumah diatas lahan tersebut. Mereka kemudian memotong ayam untukdipersembahan di atas sebuah altar, dan menguburkan potonganbesi yang berasal dari wajan sebagai simbol kelestarian. Dengandemikian, roh setempat tidak akan mengganggu atau membawapetaka kepada penghuni rumah tersebut.

    15

    AR2131 Arsitektur Nusantara dan AsiaProgram Studi Arsitektur - ITB

    2. Ritual Pemancangan Tiang Utama Masyarakat sederhana dan tradisional umumnya memandang

    tiang utama sebagai pusat kekuatan vital, tempat roh nenekmoyang turun, atau tempat roh penjaga berada. Karena itupemancangan tiang tersebut memerlukan ritual khusus, yang umumnya melibatkan persembahan kurban.

    Orang Melayu memasukkan berbagai sesajen ke dalam lubangtiang utama, seperti kayu, benda logam dan darah binatang. Tanahdari lubang keempat tiang paling ujung diletakkan diatas tempatsesajen, kemudian dibuang keluar lahan sebagai simbolpengusiran roh setempat.

    Pemancangan tiang utama rumah panjang berbagai suku Dayak diKalimantan umumnya melibatkan ritual pemotongan kepalamanusia (musuh atau budak). Kepala yang telah dipotongkemudian disimpan di atas kuda-kuda, sedangkan tubuhnyadilemparkan ke dalam lubang tiang utama. Sebelum dipanjangkan, tiang utama dimandikan persis seperti memandikan bayi yang barulahir.

    16

    AR2131 Arsitektur Nusantara dan AsiaProgram Studi Arsitektur - ITB

    Pemancangan tiang utama untuk rumah kepala desa dan balaidesa di Bawomataluo, Nias, masing-masing memerlukan sebuahkepala manusia. Untuk penyusian kampung diperluakn 7 buahkepala, masing-masing untuk ditanam di bagian bawah dan puncaktiga tangga gerbang utama, dan satu di bawah batu pusat desa.

    Aturan umum yang berlaku pada masyarakat sederhana dantradisional adalah bahwa posisi bagian pangkal dari tiang utamaharus selalu berada di bawah, persis seperti posisi ketika masihberupa pohon yang hidup. Arah gerak pemancangan tiang-tiangrumah umumnya ke kanan, berlawanan dengan arah jarum jam. Pangkal balok harus mendekat ke tiang utama sebagai pusat/bumi, atau ke arah hulu sungai.

    Dalam beberapa masyarakat sederhana dan tradisional, tiangutama dibuat secara berpasangan berupa tiang laki-laki dan tiangperempuan. Di Aceh misalnya, tiang tersebut terletak di ruang tidurutama dan dinamakan tiang raja dan tiang putri. Pada waktuupacara pernikahan, pengantin pria dan wanita masing-masingduduk berdekatan dengan tiang-tiang tersebut. Bagian atas tiangdililit dengan kain merah, putih dan hitam seperti sorban. Diantaralapisan lilitan tersebut diletakkan ayat-ayat Al-Quran.

    17

    AR2131 Arsitektur Nusantara dan AsiaProgram Studi Arsitektur - ITB

    3. Ritual Pemasangan Atap Pemasangan atap pada masyarakat sederhana dan tradisional

    umumnya dikerjakan secara gotong-royong, melibatkan bantuananggota komunitas lainnya. Misalnya di Toraja, setelah atapselesai maka dilakukan ritual pelumuran bubung atap denganminyak babi yang dilelehkan dengan obor. Kemudian dipercikkanair dari atas kepada penghuni rumah, agar diberikan hidup yang sehat, bernasib baik dan banyak keturunan.

    4. Pemindahan Dapur Dapur atau tungku mempunyai fungsi ritual yang penting pada

    beberapa masyarakat sederhana dan tradisional, seperti DayakIban. Tanah dari lahan baru dicampur dengan tanah dari perapiankeluarga di rumah panjang yang lama, untuk dijadikan dapur baru. Setelah semua keluarga membuat dapurnya, maka kemudiandapur yang ada pada bilik ketua (Tuai Rumah) dinyalakan. Anggota keluarga lainnya harus mengambil api dari sumbertersebut untuk menyalakan dapurnya masing-masing. Kehangatandapur atau tunggu harus selalu dijaga sepanjang waktu, paling sedikit harus digunakan 2 kali dalam sebulan.

    18

    AR2131 Arsitektur Nusantara dan AsiaProgram Studi Arsitektur - ITB

    5. Memasuki Rumah Baru Pembangunan rumah umumnya dipimpin oleh seorang tukang

    yang juga sangat paham tentang prosedur ritual yang harusdijalaninya. Sebagai imbalan, pemilik rumah menyediakankebutuhan-kebutuhan tukang tersebut, seperti makanan, minuman, rokok dan lain-lain. Pada masyarakat Mambai di Timor, selama proses pembangunan rumah, tukang berpantang mandi, memotong rambut dan melakukan hubungan seksual.

    Ritual untuk selamatan selesainya pembangunan rumah ataupengisian rumah baru umumnya jauh lebih rumit dan meriah, melibatkan pesta jamuan makan, minum dan menari bagi anggotakomunitas lainnya, seperti dilakukan oleh masyarakat TOraja danBatak Karo. Ritual umumnya ditekankan pada serah terima rumahyang telah selesai dari tukang kepada pemilik dan pemberianrestu dari pihak yang lebih tua, agar penghuni rumah baru bisahidup bahagia, sehat, aman, panjang umur dan dikaruniaiketurunan yang banyak.

  • 419

    AR2131 Arsitektur Nusantara dan AsiaProgram Studi Arsitektur - ITB

    Totemism Aborigines of Australia20

    AR2131 Arsitektur Nusantara dan AsiaProgram Studi Arsitektur - ITB

    West Timor

    Floor plan of an Atonihouse. (From Cunningham 1964: 38)

    21

    AR2131 Arsitektur Nusantara dan AsiaProgram Studi Arsitektur - ITB

    West Timor

    Diagram of an Atonihouse. (From Cunningham 1964: 37)

    22

    AR2131 Arsitektur Nusantara dan AsiaProgram Studi Arsitektur - ITB

    Central Timor

    Floor plan of an Emahouse. (From Cunningham 1964: 40)

    23

    AR2131 Arsitektur Nusantara dan AsiaProgram Studi Arsitektur - ITB

    Central Timor

    Section of an Emahouse. (From Clamagirand 1975: 38)

    24

    AR2131 Arsitektur Nusantara dan AsiaProgram Studi Arsitektur - ITB

    Comparison of the

    layouts of Rotinese, Atoni and

    Emahouses

  • 525

    AR2131 Arsitektur Nusantara dan AsiaProgram Studi Arsitektur - ITB

    Giman South Halmahera

    Sketch of the symbolic construction of a house

    26

    AR2131 Arsitektur Nusantara dan AsiaProgram Studi Arsitektur - ITB

    West Central Borneo

    Longhouse section and plan -Iban

    27

    AR2131 Arsitektur Nusantara dan AsiaProgram Studi Arsitektur - ITB

    The Pun-Ujung(Source-Tip)

    Orientation of the Longhouse

    28

    AR2131 Arsitektur Nusantara dan AsiaProgram Studi Arsitektur - ITB

    Minangkabau

    The Rumah Gadang

    29

    AR2131 Arsitektur Nusantara dan AsiaProgram Studi Arsitektur - ITB

    Levels in the Rumah Gadang

    30

    AR2131 Arsitektur Nusantara dan AsiaProgram Studi Arsitektur - ITB

    Sleeping order in the traditional house

    Life cycle in the traditional house

  • 631

    AR2131 Arsitektur Nusantara dan AsiaProgram Studi Arsitektur - ITB

    Spatial organization in adatceremonies

    32

    AR2131 Arsitektur Nusantara dan AsiaProgram Studi Arsitektur - ITB

    Diagrammatic Summary of the Cosmological Referents of NuauluVillage Structure (Roy F. Ellen, 1978)

    33

    AR2131 Arsitektur Nusantara dan AsiaProgram Studi Arsitektur - ITB

    Some Major Symbolic Contrasts in the NuauluHouse (Roy F. Ellen, 1986)

    34

    AR2131 Arsitektur Nusantara dan AsiaProgram Studi Arsitektur - ITB

    Schematic Plan of a Javanese Aristocratic Home (Keeler Ward, 1983)

    35

    AR2131 Arsitektur Nusantara dan AsiaProgram Studi Arsitektur - ITB

    2. PROFAN DAN SAKRAL

    36

    AR2131 Arsitektur Nusantara dan AsiaProgram Studi Arsitektur - ITB

    PROFAN: Berkaitan dengan kehidupansehari-hari, tidak mengandung nilai religiatau spiritual.

    SAKRAL: Berkaitan dengan pengalamanreligius, mengandung nilai spiritual, kesucian dan ritual.

    DEFINISI

  • 737

    AR2131 Arsitektur Nusantara dan AsiaProgram Studi Arsitektur - ITB

    A. RUANG PROFAN DAN SAKRAL

    Berdasarkan pengalaman kehidupannya, manusiadari berbagai lingkungan budaya membedakanruang menjadi 2 (dua) jenis:1. Ruang Profan: Ruang yang bersifat homogen

    dan netral, berkaitan dengan pengalaman aktualsehari-hari.

    2. Ruang Sakral: Ruang yang bersifat non-homogen, memiliki nilai kosmologis berupa titikrujukan atau titik pusat orientasi, dan berkaitandengan pengalaman primordial atau religius.

    38

    AR2131 Arsitektur Nusantara dan AsiaProgram Studi Arsitektur - ITB

    Penciptaan ruang sakral memungkinkan manusia untuk menentukantitik rujukan atau pusat, sehingga diperoleh orientasi di dalam kekalutanhomogenitas ruang profan. Ruang sakral umumnya dipercayaimemiliki bukaan ke dunia atas, dimana dewa atau nenek moyang turundari langit untuk berkomunikasi dengan manusia. Sarana hubungankomunikasi tersebut seringkali digambarkan sebagai pilar kosmis atauaxis mundi, yang menghubungkan dunia bawah, dunia tengah dandunia atas menurut sumbu vertikal. Axis mundi dengan demikian dapatdipandang sebagai pusat dunia.

    Pada beberapa kelompok budaya, axis mundi dipercayai terletak padaposisi yang tinggi, seperti gunung atau bukit (contoh: Gunung Mahamerudi India, Gunung Agung di Bali, Gunung Haraberezaiti di Iran). Bisa dipahamimengapa banyak bangunan pemujaan atau ibadah ditempatkan dipuncak gunung atau bukit (contoh: Candi Borobudur, Akropolis diYunani dan banyak lagi lainnya.)

    Manusia religius berusaha hidup sedekat mungkin dengan axis mundiatau pusat dunia. Karena itu setiap struktur hunian atau permukimanyang didirikan manusia selalu mengacu pada simbolisme kosmis.

    Rumah, kuil, istana dan kota dipandang sebagai mikrokosmos atauimago mundi, peniruan dari model makrokosmos yang bersifattransenden.

    39

    AR2131 Arsitektur Nusantara dan AsiaProgram Studi Arsitektur - ITB

    40

    AR2131 Arsitektur Nusantara dan AsiaProgram Studi Arsitektur - ITB

    41

    AR2131 Arsitektur Nusantara dan AsiaProgram Studi Arsitektur - ITB

    42

    AR2131 Arsitektur Nusantara dan AsiaProgram Studi Arsitektur - ITB

  • 843

    AR2131 Arsitektur Nusantara dan AsiaProgram Studi Arsitektur - ITBPura Besakih di Bali

    44

    AR2131 Arsitektur Nusantara dan AsiaProgram Studi Arsitektur - ITB

    Borobudur

    45

    AR2131 Arsitektur Nusantara dan AsiaProgram Studi Arsitektur - ITB

    46

    AR2131 Arsitektur Nusantara dan AsiaProgram Studi Arsitektur - ITB

    47

    AR2131 Arsitektur Nusantara dan AsiaProgram Studi Arsitektur - ITB

    B. TUBUH, ORIENTASI RUANG DAN KESAKRALAN

    Postur tubuh manusia yang tegak memungkinkanmanusia mengorganisasikan ruang menurutberbagai posisi dan koordinat. Depan-belakang, kiri-kanan, vertikal-horisontal, atas-bawah, merupakan posisi dan koordinat tubuh yang diekstrapolasikan ke dalam ruang. Dengan katalain, ruang diartikulasikan menurut skema fisiktubuh manusia, sehingga manusia tidakkehilangan arah atau mengalami disorientasi.

    48

    AR2131 Arsitektur Nusantara dan AsiaProgram Studi Arsitektur - ITB

    Masing-masing posisi dan koordinat memiliki asosiasisemantik dan kesakralan yang berbeda:

    1. Atas BawahPosisi di atas selalu dinilai lebih unggu, lebih baik dan lebihsakral, sementara posisi di bawah dinilai inferior, buruh danprofan. Contoh: dewa, leluhur atau Tuhan selalu berada didunia atas (khayangan, langit, puncak gunung), sementararoh jahat, setan dan iblis berada di dunia bawah (neraka).

    Dalam arsitektur, bangunan yang penting dan sakral selaludiletakkan di atas ketinggian (bukin, batur, platform) ataumemiliki ukuran ketinggian yang cukup signifikan. Contoh: Kabah dianggap sebagai pusat yang sakral dan beradapada posisi tertinggi di dunia, seperti terungkap dalampepatah: no place on earth is closer to heaven than Mecca. Candi Borobudur didirikan di atas bukit, melambangkan lapisan kosmos secara vertikal yang berkulminasi pada stupa utama di bagian puncak yang hadir pada lapisan Arupadatu.

  • 949

    AR2131 Arsitektur Nusantara dan AsiaProgram Studi Arsitektur - ITB

    2. Depan BelakangRuang yang terletak di depan selalu terlihat jelas danterang, sementara yang berada di belakang tidak terlihatdan gelap. Karena itu bisa dipahami mengapa depan selaludiasosiasikan dengan masa yang akan datang, harapandan nilai sakral, sementara belakang selalu diasosiasikandengan masa lampau, bayangan dan nilai profan.

    Contoh: Kaisar yang berkuasa di Cina selalu berdirimenghadap ke Selatan yang bermandikan sinar mataharisiang hari, agar dapat mengasimilasikan nilai jantan, terangdan sakral dari prinsip Yang. Sementara daerah dibelakang tubuh kaisar dianggap memiliki nilai feminin, gelap dan profan dari prinsip Yin.

    50

    AR2131 Arsitektur Nusantara dan AsiaProgram Studi Arsitektur - ITB

    3. Kiri KananPosisi kiri dan kanan selalu bersifat sementara, tergantungpada arah ke mana tubuh manusia menghadap. Namunhampir pada setiap kelompok budaya, kanan selalu dinilailebih unggul, lebih baik dan lebih sakral, sementara kiridinilai lebih lemah, lebih buruh dan lebih profan. Dalamkaintannya dengan kosmologi, kanan biasanya dikaitkandengan dunia atas, sementara kiri dengan dunia bawah.

    Contoh: Masyarakat Toraja menganggap kanan sebagaidunia yang terang dan hidup, sementara kiri dunia bawahmilik orang mati. Kaisar di Cina yang berdiri menghadapSelatan menilai kiri atau Timur sebagai Yang, dan kananatau Barat sebagai Yin. Di Mesir, kata muka samadengan Selatan, sementara belakang sama denganUtara.

    51

    AR2131 Arsitektur Nusantara dan AsiaProgram Studi Arsitektur - ITB

    C. KOTA SEBAGAI PUSAT YANG SAKRALKota-kota tradisional di Asia dipandang sebagai pusat keteraturankosmis, simbolisasi dari gunung Meru yang merupakan pusatkosmologi Hindu dan Budha. Dari Gunung Meru sebagai pusat, tersebar empat benua ke empat arah penjuru mata angin, bagaikankelopak bunga teratai yang merekah. Dunia yang terdiri dari empatkelopak benua ini disebut jambudvipa, dikelilingi oleh laut dankemudian oleh pulau-pulau yang membentuk lingkaran konsentrik. Visiimaginatif tentang dunia ini disebut Mandala. Bagi masyarakattradisional di Asia, Meru adalah gunung kosmis yang berakar di duniabawah dan menjulang ke khayangan.

    Mandala atau peta geometris kosmos berfungsi sebagai model ideal bagi penataan kota tradisional, lengkap dengan titik pusatnya, arahmata angin dan lingkaran kesakralan yang konsentrik. Contoh: Kota suciHindu yang bernama Bamaras. Di bagian pusat terletak kuil Siva, dewa penguasa bumi, dikelilingi oleh 56 buah patung Ganesha yang disusun menurut 7 lingkaran konsentrikdan delapan arah mata angin. Para peziarah melakukan upacara circumambulatory, berjalan mengitari kota tersebut menurut arah jarum jam pradaksina.

    Kota, seperti juga pusat seremonial lainnya, menganut simbolismevertikal. Banyak kota-kota tradisional di India, Thailand, Burma dan Sri Lanka didirikan di sekitar stupa atau kuil yang melambangkan gunungkosmis Meru.

    52

    AR2131 Arsitektur Nusantara dan AsiaProgram Studi Arsitektur - ITB

    Sekali setahunorang-orang

    Nepal berziarah

    dalam bentukmengitarigunung

    keramat.

    53

    AR2131 Arsitektur Nusantara dan AsiaProgram Studi Arsitektur - ITB

    Kota seperti itu jugapusat seremoniallainnya, menganutsimbolisme vertikal. Banyak kota-kotatradisional di India, Thailand, Birma, dan Sri Lanka didirikan sekitarStupa atau kuil yang melambangkan gunungkosmis Meru.

    Tibetan pilgrims trek around MOUNT KAILAS, a peak considered sacred by both BUDDHIST and HINDUS

    54

    AR2131 Arsitektur Nusantara dan AsiaProgram Studi Arsitektur - ITB

    Susunan rumah tani tradisionalmaupun istana raja Jawa (yang secara prinsip mengaku sebagaipetani juga) terbagi dalam duakomponen.

    - Yang Dalam: bersifat intim ataukeramat (sacred) disebut DALEM(dalam) atau PETANEN (tempatsang tani)

    - Yang Luar: yang Bergauldengan masyarakat diberi namaPELATARAN atau NJABA (halamanluar). Pelataran ini masih termasukwilayah rumah, akan tetapipelataran juga diperuntukkan untukumum, untuk permainan anak-anaksekampung, untuk perjamuan, dandengan bebas tanpa permisi setiaporang boleh lalu-lalang dalampelataran NJABA tersebut. Dipelataran ini terjadi dialog (pertemuan, pergaulan) dari DALEMdengan masyarakat.

    Contoh Kasus Profan-Sakralpada Arsitektur Jawa

  • 10

    55

    AR2131 Arsitektur Nusantara dan AsiaProgram Studi Arsitektur - ITB

    Landscaped courtyards surround the pavilions

    56

    AR2131 Arsitektur Nusantara dan AsiaProgram Studi Arsitektur - ITB

    The pavilions (pendapa) are used for cultural recitals and royal gatherings

    57

    AR2131 Arsitektur Nusantara dan AsiaProgram Studi Arsitektur - ITB

    A pendopo, pavilion, inside the sitinggil, now used as a performing arts school

    58

    AR2131 Arsitektur Nusantara dan AsiaProgram Studi Arsitektur - ITB

    Dancers inside the pendopo used for the arts, note the central four post roof support

    59

    AR2131 Arsitektur Nusantara dan AsiaProgram Studi Arsitektur - ITB

    Fungsi dan kesakralanDALEM

    - Di DALEM menjadi tempatdiadakannya upacara agama, seperti khitanan, perkawinan, dan sebagainya. Di DALEM terdapat Senthong Tengah(kamar tengah/kobongan) yakni kamar yang selalukosong, namun lengkapdengan ranjang, kasur, bantal, dan sebagainya.

    - Senthong Tengah menjadikamar malam pertama bagipengantin baru, dimanadihayati bukan pertama-tama cinta manusia, melainkanperistiwa kosmis penyatuanDewa Kamajaya denganDewi Kama Ratih yakniDewa-Dewi cinta asmaraperkawinan.

    60

    AR2131 Arsitektur Nusantara dan AsiaProgram Studi Arsitektur - ITB

    Siapa Sang Tani?- Bukan manusia si petani pemilik rumah, melainkan dewata atau tegasnya Dewi Sri (Dewi Pratiwi, menjadi Ibu Pertiwi). DiDALEM atau PETANEN disimpan hartapusaka yang bermakna gaib. Dewi Sri-lahyang dianggap sebagai pemilik rumahsebenarnya.

  • 11

    61

    AR2131 Arsitektur Nusantara dan AsiaProgram Studi Arsitektur - ITB

    Dimana tempat tinggal simanusia petani? Istri dananaknya? Dan para pelayannya?

    - Tidak di DALEM yang sakral, keramat, dan suci (sebabdihayati sebagai milik si Dewi Sri, Kamajaya, dan Kama Ratih), tetapi di emperan belaka yang ditutup secukupnya yang disebutGANDOK (tambahan, tempatmenumpang). Si petani(manusia) bukan menjadi tuanmelainkan pelayan, abdi, bahkanbayangan, wayang belaka dariSANG PETANI yang dianggapsebagai sumber segalakehidupan, kesuburan dankebahagiaan.

    62

    AR2131 Arsitektur Nusantara dan AsiaProgram Studi Arsitektur - ITB

    Struktur kompleks Masjid Agung(Surakarta dan Yogyakarta) memperlihatkan prinsip-prinsiprumah tinggal Jawa Tradisional:

    - Pelataran dengan pagar bumi, tamu/pengunjung masuk melaluipintu gerbang (regol);

    - Sampai di bangsal tunggu(pendapa, di India: mandapa), tempat tamu luar dapatberkomunikasi dengan orangdalam.

    - Akhirnya masuk ke dalambangunan paling keramat(sacred) dengan atapsusunan/tumpuk model wantilanBali), Dalem.

    AtapAtap susunsusun tigatiga mengekspresikanmengekspresikan predikatpredikatkesuciankesucian, , keke--keramatkeramat--anan, , atauatau kesakralankesakralan bagibagibangunanbangunan, , kononkonon masihmasih mengandungmengandung maknamaknatribuwanatribuwana dalamdalam filsafatfilsafat JawaJawa--Hindu.Hindu.

    63

    AR2131 Arsitektur Nusantara dan AsiaProgram Studi Arsitektur - ITB

    Untuk rumah tinggalbiasanya pendapamenjadi tempatkomunikasi luar-dalamdan berbentuk joglo, yang lebih rendah tingkatkeramatannya, tetapitetap agung wujudnya.

    Antara pendapa dandalem terletak garispringgitan (tempatringgit=wayang) atauseketeng (dinding/gebyokseketeng), pemisahantara dunia profan(profane) dengan alamsakral (sacred).

    64

    AR2131 Arsitektur Nusantara dan AsiaProgram Studi Arsitektur - ITB

    Setelah kedua mempelai direstui dan diakui di dalamPETANEN, mereka keluar menembus SEKETENG (batas/dinding) yakni dinding kayu yang dapat dibuatterbuka antara DALEM dengan PENDOPO, yang memperlihatkan diri di dalam Pendopo menghadapmasyarakat, memohon restu dan mengajak khalayakbersuka ria.

    Di dalam upacara kenegaraan, sang raja menembusSEKETENG juga, keluar dari DALEM danmemperlihatkan diri di pendopo atau SITIHINGGIL. Nama SITIHINGGIL (Tanah Tinggi) membuktikan bahwapendopo masih tergolong tanah, artinya halaman. DiSITIHINGGIL yang dipayungi atap pendopo sang raja bersemayam di atas singgasana untuk menerimapenghormatan dari para pengeran, ningrat, dan wakil-wakil rakyat.

    65

    AR2131 Arsitektur Nusantara dan AsiaProgram Studi Arsitektur - ITB

    66

    AR2131 Arsitektur Nusantara dan AsiaProgram Studi Arsitektur - ITB

    Dalam perayaan wayang kulit, dinding Seketeng juga dibukasehingga terbukalah bagianDALEM. Tetapi pada tempatSeketeng itulah dipasang layarputih wayang. Para tamuagung dan anggota intimkeluarga duduk di sisi DALEM menghadap ke layar putihsehingga melihat wayangdalam wujud bayangan-bayangan.

    Pihak dalang, para pemaingamelan, dan rakyat ada dipihak pendopo atau luar. Tempat bagian DALEM disebut pringgitan, artinyatempat melihat ringgit atauwayang dalam wujud yang sebenarnya, yakni berupabayangan; tidak seperti yang dilihat oleh rakyat.

  • 12

    67

    AR2131 Arsitektur Nusantara dan AsiaProgram Studi Arsitektur - ITB

    Teranglah bahwa susunan dan tata arsitektur rumah disini sangatlah tinggi dan dalam nilai budayanya. Pengertian praktis dan dialektik antara:

    - Wilayah LUAR dan DALAM,- KETERBUKAAN dan KEINTIMAN,- Pribadi dan Kemasyarakatan- Horisontal sesama manusia dan vertikal ketuhanan- Transenden dan Immanen- meng-ATASI dan men-DALAMI- DALEM yang Sakral (SACRED) dan Pendopo yang

    Profan (PROFANE)

    memperoleh/mendapatkan kesatuannya yang harmonis.

    68

    AR2131 Arsitektur Nusantara dan AsiaProgram Studi Arsitektur - ITB

    D. PENERAPAN MANDALA PADA KOTA TRADISIONAL DI INDIA

    Masyarakat tradisional di India percaya bahwa manusia harusmengatur dunia dan lingkungan sekitarnya sama seperti cara yang dilakukan oleh Dewa Brahma ketika menciptakan semesta, yaknimemaksa purusha yang semula tak berbentuk menjadi bentukgeometris, melalui penggunaan vastu purusha mandala (hukum yang mengatur dunia).Vastu purusha mandala pada dasarnya berbentuk bujur sangkar, terdiridari susunan kotak/padas kecil yang dikuasai oleh para dewa sesuaidengan hierarki tingkatannya. DI bagian paling tengah dan paling sakral terletak Dewa Brahma, semakin ke tepi padas dikuasai olehdewa yang posisinya lebiih rendah. Vastu purusha mandala dapatdisusun menjadi 32 cara, mulai dari pembagian bujur sangkar menjadi4 padas, 9, 16, 25, 36 dan seterusnya hingga 1024 padas.Mandala dengan 64 dan 81 padas banyak digunakan dalam penataankota, dengan sumbu jalan utama ke arah Utara-Selatan dan Timur-Barat, serta jalur prosesi circumambulatory sakral mengitari kuil suciyang berada di titik pusat. Kuil Hindu selalu berorientasi ke arahmatahari terbit, dan terdiri dari 2 (dua) bagian:

    1. Ruang Sakral atau Garbha Griha (rahim), berupa ruang yang sempitdan berdinding tebal.

    2. Ruang Pemujaan atau Mukasala, berupa ruang yang cukup luasdengan dinding yang tipis.

    69

    AR2131 Arsitektur Nusantara dan AsiaProgram Studi Arsitektur - ITB

    Upright Human Body, Space and Time

    Space projected from the body is biased toward the front and right. The future is ahead and up. The past is behind and below.

    70

    AR2131 Arsitektur Nusantara dan AsiaProgram Studi Arsitektur - ITB

    Pygmy Camp: Social and Sacred Space

    Pygmy camp in the Ituri (Congo) rainforest, showing personal, social, and sacred space. Adapted from Colin M. Turnbull, The lesson of the Pygmies, Scientific American, vo. 2008, 1963, p. 8.

    71

    AR2131 Arsitektur Nusantara dan AsiaProgram Studi Arsitektur - ITB

    72

    AR2131 Arsitektur Nusantara dan AsiaProgram Studi Arsitektur - ITB

    Map of Peking

    Map of Peking showing the wards and precincts in Wan-ping

  • 13

    73

    AR2131 Arsitektur Nusantara dan AsiaProgram Studi Arsitektur - ITB

    Cosmological model showing the section above and the plan below. The model has Mount Meru in the center encircled by alternate rings of oceans and continents.

    74

    AR2131 Arsitektur Nusantara dan AsiaProgram Studi Arsitektur - ITB

    Plan of the chedi of Wat Kudidau, Ayudhya

    75

    AR2131 Arsitektur Nusantara dan AsiaProgram Studi Arsitektur - ITB

    Hindu-Buddhist cosmological model compared to the profiles of the Aztec pyramid at Mexico-Tenochtitlan and the Island of BoraBora in French Polynesia.

    76

    AR2131 Arsitektur Nusantara dan AsiaProgram Studi Arsitektur - ITB

    77

    AR2131 Arsitektur Nusantara dan AsiaProgram Studi Arsitektur - ITB

    Comparison between an idealized map of the Himalayas, the profile of Angkor Wat, and the Royal Chapel, Bangkok, as seen from a model. (photograph JotiKalyanamitra)

    78

    AR2131 Arsitektur Nusantara dan AsiaProgram Studi Arsitektur - ITB

    Candi Borobudur

  • 14

    79

    AR2131 Arsitektur Nusantara dan AsiaProgram Studi Arsitektur - ITB

    Mancalima

    Pengaruh dari tradisi Buddha?

    Pengaruh dari tradisi Cina?

    80

    AR2131 Arsitektur Nusantara dan AsiaProgram Studi Arsitektur - ITB

    81

    AR2131 Arsitektur Nusantara dan AsiaProgram Studi Arsitektur - ITB

    82

    AR2131 Arsitektur Nusantara dan AsiaProgram Studi Arsitektur - ITB

    83

    AR2131 Arsitektur Nusantara dan AsiaProgram Studi Arsitektur - ITB

    84

    AR2131 Arsitektur Nusantara dan AsiaProgram Studi Arsitektur - ITB

  • 15

    85

    AR2131 Arsitektur Nusantara dan AsiaProgram Studi Arsitektur - ITB

    86

    AR2131 Arsitektur Nusantara dan AsiaProgram Studi Arsitektur - ITB