9
Nasihat Seorang Fakir Kepada Orang-Orang Desa Yang Bingung Bagiku, Ya Tuhan, kehendakMu adalah nikmat: Kecuali Nama sejatiMu, tidak ada yang kucari. Guru Arjan Seorang fakir suci hidup di pinggir sebuah desa di India Utara, dan kepadanyalah orang –orang di desa itu datang untuk meminta nasihat. Tiba-tiba desa itu deserang oleh penyakit epidemis yang membunuh semua ayam jantan, betina dan anak-anak ayam, karena itu penduduk desa itu langsung pergi kepada sang fakir. “Wahai, Fakir,” kata mereka kepadanya, “Kami telah kehilangan semua ayam betina dan jantan bahkan juga anak-anak ayam. Apa yang harus kami lakukan?” “Ini pasti mengandung kebaikan,” jawab sang fakir, dan tidak ada yang dapat memancing dia untuk berkata lebih banyak. Beberapa hari kemudian, suatu wabah menjangkiti semua anjing milik para penduduk itu. Sekali lagi mereka mandatangi sang fakir. “Sekarang, wahai Fakir,” kata mereka kepadanya, “semua anjing di desa telah mati. Kami tidak mempunyai anjing penjaga lagi dan kami akan menjadi mangsa dari para pencuri. Apakah yang harus kami lakukan?” “Kali ini Tuhan pasti juga menganggapnya sebagai suatu kebaikan,” kata sang fakir kepada mereka. Di zaman itu, sebelum korek api dikenal, semua orang di India akan menutupi api bekas memasak dengan abu agar apinya tidak padam. Tetapi beberapa hari setelah anjing-anjing mati, semua api bekas memasak di desa itu secara misterius mati secara bersamaan. Karena itu, semua penduduk desa itu semakin sedih. Mereka mengatakan kepada sang fakir apa yang telah terjadi. “Ini adalah suatu tanda lagi dari karunia Tuhan,” katanya dengan sangat kalem. “Karunia apakah itu bila kita tidak mempunyai api lagi untuk memasak?” kata para penduduk itu sebagai protes. “Tunggu dan lihatlah. Tunggu dan lihatlah,” kata sang Fakir. “Bersabarlah. Tidak selalu mudah untuk melihat rencana Tuhan.

Kumpulan Hikayat Dari Timur

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Mengisahkan dan menceritakan perjalanan guru sepiritual yang hidup pada zamannya dalam menghadapi suatu masalah dan bagaimana penyelesainnya.

Citation preview

Nasihat Seorang Fakir Kepada Orang-Orang Desa Yang Bingung

Bagiku, Ya Tuhan, kehendakMu adalah nikmat:Kecuali Nama sejatiMu, tidak ada yang kucari.Guru ArjanSeorang fakir suci hidup di pinggir sebuah desa di India Utara, dan kepadanyalah orang orang di desa itu datang untuk meminta nasihat. Tiba-tiba desa itu deserang oleh penyakit epidemis yang membunuh semua ayam jantan, betina dan anak-anak ayam, karena itu penduduk desa itu langsung pergi kepada sang fakir.Wahai, Fakir, kata mereka kepadanya, Kami telah kehilangan semua ayam betina dan jantan bahkan juga anak-anak ayam. Apa yang harus kami lakukan?Ini pasti mengandung kebaikan, jawab sang fakir, dan tidak ada yang dapat memancing dia untuk berkata lebih banyak.Beberapa hari kemudian, suatu wabah menjangkiti semua anjing milik para penduduk itu. Sekali lagi mereka mandatangi sang fakir.Sekarang, wahai Fakir, kata mereka kepadanya, semua anjing di desa telah mati. Kami tidak mempunyai anjing penjaga lagi dan kami akan menjadi mangsa dari para pencuri. Apakah yang harus kami lakukan?Kali ini Tuhan pasti juga menganggapnya sebagai suatu kebaikan, kata sang fakir kepada mereka.Di zaman itu, sebelum korek api dikenal, semua orang di India akan menutupi api bekas memasak dengan abu agar apinya tidak padam. Tetapi beberapa hari setelah anjing-anjing mati, semua api bekas memasak di desa itu secara misterius mati secara bersamaan. Karena itu, semua penduduk desa itu semakin sedih. Mereka mengatakan kepada sang fakir apa yang telah terjadi.Ini adalah suatu tanda lagi dari karunia Tuhan, katanya dengan sangat kalem.Karunia apakah itu bila kita tidak mempunyai api lagi untuk memasak? kata para penduduk itu sebagai protes.Tunggu dan lihatlah. Tunggu dan lihatlah, kata sang Fakir. Bersabarlah. Tidak selalu mudah untuk melihat rencana Tuhan.Belum genap satu hari setelah itu, seorang raja yang zalim dan suka berperang, melewati daerah pinggiran desa itu dengan sejumlah besar pasukan. Ke mana pun ia pergi serdadu-serdadunya membunuh, merampok, membakar, dan menghancurkan segala sesuatu secara berutal dan biadab. Ketika raja itu sampai di dekat desa sang fakir, ia memeriksanya untuk melihat apakah ia harus memerintahkan agar desa itu dibakar dan dirampok. Namun ketika ia melihat bahwa tidak ada seekor jago pun yang berkokok, tidak ada seekor anjing pun yang menyalak dan tidak ada satu pun api yang berasap, ia berkata kepada jendral yang memimpin pasukan. Ini adalah desa yang tidak berpenghuni. Tidak ada gunanya untuk dipikirkan. Perintahkan pasukan untuk maju ke desa berikutnya.Setelah itu, barulah penduduk desa itu mengerti makna dari semua yang telah terjadi. Ketika pergi kepada sang fakir, mereka mengucapkan rasa terima kasih mereka yang sedalam-dalamnya.Ah, saudara- saudara, sekarang anda semua baik-baik saja, kata sang fakir. Karena di mana Tuhan berkenan untuk tinggal, tidak akan terkena masalah apa pun.Mereka yang mematuhi kehendak Tuhan adalah bakta-baktaNya yang sejati.

Bhai Suthra Dan Api Sang Suci

Kemarahan akan memusnahkan ketenangan, menimbulkankebencian dan menjadikan orang-orang sebagai musuh. ia merobohkan, memusnahkan, melemahkan dan menghilangkan semua sifat halus dari pikiran dan jiwa.Ceramah Rohani

Bhai Suthra adalah seorang fakir yang telah memperoleh pencerahan, ia sangat tegas dan berani. Pada suatu hari, temannya datang kepadanya.Seorang suci yang ternama telah datang, ia sangat dihormati oleh semua orang di daerah ini, kata temannya. Mari kita pergi dan menemuinya.Bhai Suthra setuju, lalu mereka berjalan ke pondok sang suci, menyapanya setelah mereka datang dan bersujud di hadapannya.Terpujilah Tuhan yang maharakhmani, kata mereka. Sang suci membalas sapaan mereka dan menyuruh mereka duduk didekatnya.Setelah tidak mengatakan apa-apa selama beberapa menit, Bhai Suthra kemudian berkata kepadanya, Apakah engkau mempunyai api? Aku memerlukannya.Tidak sekarang ini aku tidak mempunyai api.Sekali lagi mereka diam. Namun beberapa menit kemudian, Bhai Suthra bertanya lagi, Wahai sadhu, apakah engkau mempunyai api?Aku telah mengatakan bahwa aku tidak mempunyainya, kata sang suci itu agak tersinggung.Namun jawaban ini agaknya sama sekali belum memuaskan Bhai Suthra, karena ia segera bertanya lagi untuk ketiga kalinya, Sadhu, aku sangat memerlukan api. Harap beri aku sedikit api.Mendengar hal itu, sang suci benar-benar marah.Hai, orang bodoh! bentaknya. Jangan meminta api lagi kepadaku! Tidakah engkau mengerti apa yang kukatakan? Aku telah mengatakan kepadamu tiga kali bahwa aku tidak mempunyai api. Apakah itu masih belum cukup? Atau apakah engkau akan terus menerus mengulang-ulang pertanyaan yang bodoh itu?Bhai Suthra tetap diam dan sama sekali tidak terpengaruh.Saudara, aku memang sangat membutuhkan api. Katanya segera setelah sang suci itu berhenti berkata-kata. Apakah engkau yakin bahwa engkau tidak mempunyai api?Sekarang sang suci benar-benar marah sekali, ia mengambil sebuah tongkat, ia mendekati Bhai Suthra dan memukulnya hingga tongkat itu patah.Sabar, saudara. Bhai Suthra terseyum dan berkata, Tidakkah engkau tahu bahwa engkau telah menjawab pertanyaanku! Aku melihat dan mencium bau asap ketika aku mula-mula masuk ke rumahmu, jadi aku tahu bahwa di sini ada api. Dan sekarang, semua orang dapat melihat bahwa api itu telah membara dan berkobar-kobar dengan dasyatnya. Namun anehnya, engkau tetap mengatakan bahwa engkau tidak mempunyainya.Karena ia sekarang apa yang yang ada di benak Bhai Suthra dari tadi, kemarahan sang suci hilang. Ia menundukkan muka karena malu.Terima kasih, saudara, atas pelajaranmu. Katanya dengan rendah hati. Aku akan berbuat sebaik-baiknya untuk mencamkannya dan berusaha untuk memperbaiki kesalahanku. Toleransi, yaitu sifat manusia yang penting, adalah langka, sedangkan kemarahan dipunyai oleh semua orang.

Mantra Untuk Menyeberangi Sungai

Kalau sekiranya kamu mempunyai iman sebesar biji sesawi saja, kamu dapat berkata kepada pohon ara ini:Terbantulah engkau dan tertanamlah di dalam lautan, dania akan taat kepadamu.Lukas

Ada seorang wanita yang melakukan pelayanan untuk seorang suci yang tinggal di seberang sungai. Setiap hari ia membawakan susu untuk sang suci, dan akan pulang setelah mendengarkan ceramahnya.Biasanya, di daerah pegunungan, orang membuat jembatan darurat untuk menyeberangi sungai di musim dingin. Jembatan-jembatan itu akan dibongkar di musim panas bila saljunya telah meleleh dan sungainya penuh dengan air. Dengan demikian maka penyebrangan ke dua arah akan terhenti. Sang suci itu hidup di daerah seperti itu.Wanita itu mengurus sang suci untuk beberapa waktu lamanya. Pada suatu hari, ia mendatangi sang suci dan berkata, Guru, aku telah membawa susu untuk Bapak setiap hari, tetapi besok pagi, jembatannya akan dibongkar, jadi aku tidak bisa datang lagi.Mendengar itu, sang suci memberinya sebuah mantra sambil mengatakan, ulang-ulanglah mantra ini, maka engkau akan dapat berjalan diatas sungai seperti engkau berjalan diatas jembatan.Jadi, wanita itu tetap membawakan susu untuk sang suci.Seorang pandita dari sebuah kuil di dekat sana, mendengar tentang perbuatan mujizat wanita itu.Ia memanggilnya dan bertanya, Apakah yang kauulang-ulang sehingga engkau tidak tenggelam?Wanita itu menceritakan semuanya.Nah, keampuhan mantra itu disebabkan oleh hubungan dengan daya Tuhan, bukan dari membaca atau menulis. Bagaimana orang yang tenggelam dalam berbagai ritual dapat memahaminya? Karena sudah bertekad bulat untuk melakukan eksperimen itu, sang pandita mengumpulkan murid-muridnya, mengikatkan tali di pinggangnya dan memerintahkan mereka, Harap tarik aku keluar jika aku mulai tenggelam.Begitu ia masuk ke dalam air, ia sudah mulai tenggelam. Ia berteriak dengan panik, Tarik aku keluar, tarik aku keluar.Para muridnya segera menariknya keluar.Sekses hanya merupakan masalah kepercayaan, kerja keras yang paling utama, karunia Satguru.Satguru akan menolong orang-orang yang percaya kepadaNya. Hanya Nama yang diberikan oleh seorang Guru sempurnalah yang mempunyai keampuhan yang sesungguhnya.

Manusialah Yang Dapat Mengajar Manusia

Kerinduan akan Nam hanya akan tumbuh berkat kontak yang terus menerus dengan satguru di dalam. pergaulan dengan orang-orang duniawi akan menarik kita kembalike tingkat panca indera. karena itu, satsang pergaulandengan Satguru adalah paling penting. kasih kita kepa-da Satguru akan memungkinkan kita untuk meninggal-kan jalan pikiran dan berpaling ke dalam.Ajaran Rohani

Akbar, kaisar Mughal yang agung, dan Birbal, salah seorang menterinya, pada suatu hari terlibat dalam perdebatan. Akbar mengatakan bahwa manusia dilahirkan dengan sifat-sifat yang menjadikannya sebagai manusia. Birbal tidak setuju. Ia berpendapat bahwa sifat-sifat itu hanya dapat dipelajari dari manusia lain. Akbar memintanya untuk membuktikan pendapatnya. Untuk itu, Birbal meminta waktu duabelas tahun, dan itu disetujui.Birbal langsung mengumpulkan beberapa bayi dari berbagi lapisan masyarakat dan mengucilkan mereka di hutan di bawah asuhan perawat-perawat yang gagu dan ditemani oleh binatang-binatang di hutan. Setelah duabelas tahun, ia membawa mereka kepada sang raja. Anak-anak itu bertingkah laku seperti binatang dan bercakap-cakap satu sama lain seperti kera-kera di hutan yang telah menjadi tempat tinggal mereka. Akbar kemudian percaya.Kita mempelajari sifat-difat manusiawi kita dari orang-orang lain. Jika pengajarnya, Guru atau Satgurunya adalah cakap dan baik, muridnya akan terpengaruh dan akan menjadi seperti Dia. Seorang guru hanya dapat mengajar muridnya tentang apa talah ia ketahui.

Mengendalikan Pikiran

Siapakah yang dapat membunuh ego tanpa Firman Tuhan?Guru Amardas

Guru Vashisht pada suatu hari berkata kepada muridnya, Ramchandra. Jika orang mengatakan bahwa ia telah mengangkat Himalaya, maka untuk sesaat, aku mungkin percaya bahwa ada orang seperti itu di dunia ini. Jika orang mengatakan bahwa ia telah menelan lautan, meskipun itu kelihatannya mustahil!, maka untuk sekejap mata, aku mungkin juga mempercayainya. Jika orang mengatakan bahwa ia telah menaklukkan angin-angin dunia, itu jangan ditanggapi dengan serius, tetapi untuk waktu yang sangat singkat, aku mungkin menyetujuinya. Tetapi, jika seseorang menyombongkan dirinya bahwa ia telah mengendalikan pikirannya, aku tidak akan mempercayainya.Pikiran yang ampuh tidak mudah untuk dikendalikan.