Upload
vokhue
View
334
Download
37
Embed Size (px)
Citation preview
KURIKULUM PELATIHAN FASILITATOR
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia2017
STBM - STUNTING
Kementerian Kesehatan RI Tahun 2017 Hal: i
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................................................................... 1
A. Latar Belakang........................................................................................................................................1
B. Filosofi Pelatihan....................................................................................................................................4
BAB II PERAN, FUNGSI, DAN KOMPETENSI ................................................................................. 7
A. Peran..........................................................................................................................................................7
B. Fungsi........................................................................................................................................................7
C. Kompetensi..............................................................................................................................................7
BAB III TUJUAN PELATIHAN ........................................................................................................... 8
A. Tujuan Umum..........................................................................................................................................8
B. Tujuan Khusus........................................................................................................................................8
BAB IV STRUKTUR PROGRAM ....................................................................................................... 9
BAB V GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PEMBELAJARAN (GBPP) .............................................................................................................. 10
BAB VI DIAGRAM PROSES PEMBELAJARAN....................................................................................32
BAB VIIPESERTA DAN PELATIH............................................................................................................38
A. Peserta....................................................................................................................................................38
B. Pelatih/fasilitator/instruktur...............................................................................................................38
BAB VIIIPENYELENGGARA DANTEMPAT PENYELENGGARAAN................................................................................................................................39
A. Penyelenggara......................................................................................................................................39
B. Tempat Penyelenggaraan...................................................................................................................39
Kementerian Kesehatan RI Tahun 2017 Hal: ii
BAB IXEVALUASI........................................................................................................................................40
A. Peserta....................................................................................................................................................40
B. Pelatih......................................................................................................................................................40
C. Penyelenggara......................................................................................................................................41
BAB X SERTIFIKAT ........................................................................................................................ 42
LAMPIRAN ....................................................................................................................................... 43
A. Jadwal Pelatihan...................................................................................................................................43
B. Bank Soal...............................................................................................................................................46
Kementerian Kesehatan RI Tahun 2017 Hal: 1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara terbesar kelima dengan jumlah anak stunting di dunia. Studi Pemantauan Status Gizi (PSG) Kementerian Kesehatan tahun 2016 mencatat terdapat 28% balita stunting di Indonesia. Stunting adalah masalah kurang gizi kronis yang disebabkan oleh asupan gizi yang kurang dalam waktu cukup lama. Stunting terjadi mulai dari dalam kandungan dan baru terlihat saat anak berusia dua tahun, dimana anak secara fisik terlihat lebih pendek daripada anak lain seumurnya. Kekurangan gizi pada usia dini meningkatkan angka kematian bayi dan anak, menyebabkan penderitanya mudah sakit, memiliki postur tubuh tidak maksimal saat dewasa, dan tidak memiliki kekampuan kognitif yang memadai, sehingga tidak saja mengakibatkan kerugian bagi individu tetapi juga kerugian sosial ekonomi jangka panjang bagi Indonesia. Stunting bukan hanya karena kurang makan. Stunting disebabkan oleh berbagai faktor yang berakar pada kemiskinan, ketahanan pangan dan gizi, serta pendidikan. Secara tidak langsung akar masalah ini mempengaruhi ketersediaan dan pola konsumsi rumah tangga, pola asuh, pelayanan kesehatan, dan kesehatan lingkungan yang kemudian mempengaruhi asupan makanan dan menyebabkan berbagai infeksi, sehingga menimbulkan gangguan gizi ibu dan anak
Kementerian Kesehatan RI Tahun 2017 Hal: 2
(UNICEF 1990, disesuaikan dengan kondisi Indonesia). Untuk mencegah dan mengatasi stunting, dilakukan dua model intervensi yaitu intervensi spesifik dan sensitif. Intervensi spesifik mencakup upaya-upaya mencegah dan mengurangi gangguan secara langsung misalnya melalui imunisasi, pemberian makanan tambahan untuk ibu hamil dan balita, dan pemantauan pertumbuhan. Intervensi sensitif mencakup upaya-upaya mencegah dan mengurangi gangguan secara tidak langsung misalnya melalui penyediaan air bersih, perbaikan sanitasi, peningkatan pendidikan, penanggulangan kemiskinan, dan peningkatan kesetaraan gender. Studi Lancet (2008) menemukan bahwa intervensi spesifik hanya mendukung 20% upaya pencegahan/penurunan stunting, sementara intervensi sensitif berkontribusi hingga 80%. Sementara itu berbagai studi yang dilakukan oleh WHO, UNICEF, World Bank, dan dari kalangan akademisi menemukan bahwa ketersediaan akses air minum yang aman dan sanitasi yang layak merupakan kunci untuk mencegah paparan penyakit-penyakit berbasis lingkungan yang menjadi penyebab terjadinya diare, cacingan, infeksi saluran pernafasan, dan stunting. Hingga akhir 2016, BPS mencatat 87% penduduk Indonesia telah memiliki akses air minum yang aman dan 61% memiliki akses sanitasi yang layak. Terdapat peningkatan akses yang cukup besar sejak tahun 2008, terutama setelah pemerintah menerapkan pendekatan Sanitasi
Kementerian Kesehatan RI Tahun 2017 Hal: 3
Total Berbasis Masyarakat (STBM) ke dalam program-program sanitasi dan air minum. Pembangunan Kesehatan tahun 2015-2019 merupakan salah satu komponen pelaksanaan ke-5 dari Nawacita Presiden, yaitu meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia. Di dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMN) 2015-2019, pemerintah menetapkan target tersedianya akses air minum dan sanitasi universal (100%) bagi seluruh rakyat Indonesia dan penurunan angka stunting dari 40% ke 28% pada tahun 2019. Secara spesifik, Kementerian Kesehatan menetapkan empat prioritas kesehatan 2015-2019, yaitu: 1) menurunkan angka kematian ibu dan angka kematian bayi, 2) menurunkan prevalensi balita pendek (stunting), 3) menanggulangi penyakit menular HIV-AIDS, Tuberculosis, dan Malaria, dan 4) menanggulangi penyakit tidak menular Hipertensi, Diabetes, Obesitas, Kanker, dan gangguan jiwa. Dalam upaya menurunkan angka stunting dan mencapai target akses universal air minum dan sanitasi, diperlukan kolaborasi dan integrasi antara program air minum, sanitasi, dan gizi. Kolaborasi ini memerlukan sumber daya manusia (SDM) yang mampu mengelola kegiatan terkait STBM dan stunting yang tersebar merata di seluruh Indonesia. Kolaborasi dan integrasi antara SDM yang memahami STBM dan memahami isu stunting merupakan hal baru. Oleh karena itu, diperlukan kegiatan pengembangan sumber daya manusia, khususnya melalui pelatihan.
Kementerian Kesehatan RI Tahun 2017 Hal: 4
Dalam upaya penguatan kapasitas pengelola program STBM dan program penurunan stunting, perlu disusun Kurikulum dan Modul Pelatihan Fasilitator STBM Stunting. Diharapkan pelatihan ini mampu mencetak fasilitator-fasilitator yang mampu menggunakan pendekatan STBM untuk berkontribusi menurunkan angka Stunting di wilayah kerjanya masing-masing sesuai dengan peran dan fungsinya. Kurikulum ini didesain dengan pendekatan “learner centered” yakni pendekatan yang menempatkan pembelajar sebagai pusat perhatian, sedangkan pelatih/fasilitator lebih berperan sebagai katalisator (catalyst), pembantu proses (process helper), dan penghubung sumber daya (resource linker). Mengingat adanya perbedaan gaya pengajaran dan budaya setempat, maka tujuan pembelajarannyapun diarahkan pada tumbuhnya proses penemuan sendiri (self-discovery), sehingga kompetensi yang telah diperoleh dapat diterapkan dalam pelaksanaan tugas.
B. Filosofi Pelatihan
Pelatihan Fasilitator STBM Stunting ini diselenggarakan dengan memperhatikan: 1. Prinsip pembelajaran orang dewasa
(andragogi), dimana selama pelatihan peserta berhak untuk: a. Didengarkan dan dihargai pengalamannya
mengenai pemberdayaan masyarakat, perubahan perilaku, advokasi, komunikasi,
Kementerian Kesehatan RI Tahun 2017 Hal: 5
penyelenggaraan STBM, dan perbaikan gizi.
b. Dipertimbangkan setiap ide dan pendapat, sejauh berada di dalam konteks pelatihan.
c. Diberikan kesempatan yang sama untuk berpartisipasi dalam setiap proses pembelajaran.
d. Tidak dipermalukan, dilecehkan ataupun diabaikan.
2. Berorientasi kepada peserta, di mana peserta
berhak untuk: a. Mendapatkan 1 paket bahan belajar
tentang STBM Stunting. b. Mendapatkan pelatih profesional yang
dapat menfasilitasi dengan berbagai metode, melakukan umpan balik, dan menguasai materi STBM Stunting.
c. Belajar sesuai dengan gaya belajar yang dimiliki, baik secara visual, auditorial maupun kinestetik (gerak).
d. Belajar dengan modal pengetahuan yang dimiliki masing-masing tentang STBM Stunting, saling berbagi antar peserta maupun fasilitator.
e. Melakukan refleksi dan memberikan umpan balik secara terbuka.
f. Melakukan evaluasi dan dievaluasi tingkat kemampuannya.
3. Berbasis kompetensi, yang memungkinkan
peserta untuk a. Mengembangkan keterampilan langkah
demi langkah dalam memperoleh
Kementerian Kesehatan RI Tahun 2017 Hal: 6
kompetensi yang diharapkan dalam mengelola program STBM Stunting.
b. Memperoleh sertifikat setelah dinyatakan berhasil mencapai kompetensi yang diharapkan pada akhir pelatihan.
4. Melakukan experimentasi dengan
menggunakan metode Experimental Learning Cycle (ELC) yang memberikan petunjuk praktis tentang desain pembelajaran, dengan karakteristik: a. Terkait dengan kehidupan nyata, b. Mendorong peserta untuk dapat
mengekspresikan perasaan dan opini berdasarkan pengalaman dan pengetahuan mereka, dan
c. Menerapkan evaluasi terintegrasi dengan memberikan umpan balik kepada peserta latih tentang kemajuan yang telah dicapai.
Kementerian Kesehatan RI Tahun 2017 Hal: 7
BAB II PERAN, FUNGSI, DAN KOMPETENSI
A. Peran
Setelah mengikuti pelatihan, peserta berperan sebagai fasilitator pada kegiatan STBM Stunting di wilayah kerjanya masing-masing.
B. Fungsi
Dalam melaksanakan perannya peserta mempunyai fungsi yaitu melakukan fasilitasi kegiatan STBM stunting di wilayah kerjanya masing-masing.
C. Kompetensi
Untuk menjalankan fungsinya, peserta memiliki kompetensi dalam: 1. Menjelaskan arah dan kebijakan program
kesehatan masyarakat. 2. Menjelaskan konsep dasar STBM Stunting. 3. Menerapkan pemberdayaan masyarakat
dalam STBM Stunting. 4. Melakukan advokasi dan fasilitasi STBM
Stunting 5. Melakukan pemicuan STBM Stunting di
komunitas.
Kementerian Kesehatan RI Tahun 2017 Hal: 8
BAB III TUJUAN PELATIHAN
A. Tujuan Umum
Setelah mengikuti pelatihan, peserta mampu melakukan fasilitasi kegiatan STBM stunting di wilayah kerjanya masing-masing sesuai dengan peran dan fungsinya.
B. Tujuan Khusus Setelah mengikuti pelatihan, peserta mampu: 1. Menjelaskan arah dan kebijakan program
kesehatan masyarakat. 2. Menjelaskan konsep dasar STBM Stunting. 3. Menerapkan pemberdayaan masyarakat
dalam STBM Stunting. 4. Melakukan advokasi dan fasilitasi STBM
Stunting 5. Melakukan pemicuan STBM Stunting di
komunitas.
Kementerian Kesehatan RI Tahun 2017 Hal: 9
BAB IV STRUKTUR PROGRAM
Untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan maka disusunlah materi yang akan diberikan secara rinci pada tabel berikut: No MATERI WAKTU
T P PL JML A. MATERI DASAR
1. Kebijakan Pembangunan Kesehatan dalam Percepatan Perbaikan Gizi dengan STBM
2 0 0 2
Subtotal 2 0 0 2 B. MATERI INTI
1. Konsep Dasar STBM Stunting
2. Pemberdayaan Masyarakat STBM Stunting
3. Advokasi dan Fasilitasi STBM Stunting
4. Pemicuan STBM Stunting di komunitas
3
1
2
4
3
2
6
8
0
0
0
10
6
3
8
22
Subtotal 10 19 10 39 C. MATERI PENUNJANG
1. Building Learning Commitment (BLC)
2. Rencana Tindak Lanjut (RTL)
3. Anti Korupsi
0
1
2
3
2
0
0
0
0
3
3
2 Subtotal 3 5 0 8
Total 15 24 10 49 Keterangan: 1 jpl @ 45 menit; T = Teori; P = Penugasan di kelas; PL = Praktik Lapangan
Kementerian Kesehatan RI Tahun 2017 Hal: 10
BAB V GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PEMBELAJARAN (GBPP)
Nomor : MD.1 Judul Materi : Kebijakan Pembangunan Kesehatan dalam Percepatan
Perbaikan Gizi dengan STBM Waktu : 2 JPL (T=2 jpl; P=0 jpl; PL=0 jpl) Tujuan Pembelajaran Umum (TPU): Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu memahami kebijakan
pembangunan kesehatan untuk percepatan perbaikan gizi dengan
STBM.
Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK)
Pokok Bahasan dan Sub Pokok Bahasan
Metode Media dan Alat Bantu
Referensi
Setelah mengikuti materi/ sesi ini peserta latih mampu menjelaskan: 1. Kebijakan
Pembangunan
1. Kebijakan Pembangunan
Kesehatan:
Ceramah
• Bahan
• RPJMN 2015-2019
Kementerian Kesehatan RI Tahun 2017 Hal: 11
Kesehatan
a. Konsep Pembangunan dan Prioritas Kesehatan
b. Pendekatan keluarga dalam pencapaian prioritas pembangunan kesehatan
c. Gerakan Masyarakat Hidup Sehat
tanya jawab (CTJ)
tayangan (Slide power point)
• Komputer • LCD
Projector • Sound
System • Flip chart • Spidol (ATK) • Modul
• Inpres No. 1 Tahun 2017 tentang Gerakan Masyarakat Hidup Sehat
• Peraturan Presiden No. 42 Tahun 2013 tentang Gerakan Nasional Percepatan Perbaikan Gizi
• Renstra Kementerian Kesehatan 2015-2019
• Pedoman Perencanaan Program Gerakan Nasional Percepatan
2. Gerakan Nasional Percepatan Perbaikan Gizi
2. Gerakan Nasional Percepatan Perbaikan Gizi.
3. Kebijakan dan Strategi Nasional STBM
3. Kebijakan dan Strategi Nasional STBM.
Kementerian Kesehatan RI Tahun 2017 Hal: 12
Perbaikan Gizi Dalam Rangka Seribu Hari Pertama Kehidupan (Gerakan 1000 HPK)
• Pedoman Penyelenggaraan Program Indonesia Sehat dengan pendekatan keluarga.
• Permenkes No. 3 tahun 2014 tentang STBM
Kementerian Kesehatan RI Tahun 2017 Hal: 13
Nomor : MI.1 Judul Materi : Konsep Dasar STBM Stunting Waktu : 6JPL (T=3 jpl; P=3 jpl; PL=0 jpl) Tujuan Pembelajaran Umum (TPU): Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu memahami konsep dasar STBM dan Stunting.
Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK)
Pokok Bahasan dan Sub Pokok Bahasan
Metode Media dan Alat Bantu
Referensi
Setelah mengikuti materi ini peserta mampu: 1. Menjelaskan konsep
STBM
1. STBM
a. Pengertian STBM, b. Tujuan STBM, c. Sejarah program
pembangunan sanitasi,
• CTJ • Curah
Pendapat • Pemutaran
Film • Diskusi
kelompok
• Bahan tayang (slide,ppt,film)
• LCD • Komputer/
laptop • Flipchart
• Materi Advokasi STBM, 2012.
• Buku Sisipan STBM: Kurikulum dan Modul Pelatihan Fasilitator Pemberdayaan Masyarakat di
2. Menjelaskan strategi STBM
2. Strategi STBM : a. Peningkatan
kebutuhan dan permintaan sanitasi
Kementerian Kesehatan RI Tahun 2017 Hal: 14
Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK)
Pokok Bahasan dan Sub Pokok Bahasan
Metode Media dan Alat Bantu
Referensi
b. Peningkatan layanan penyediaan sanitasi
c. Penciptaan lingkungan yang kondusif
• Spidol • Meta plan • Kain tempel • Lem semprot
kain • Modul • Film Memicu
Perubahan Menuju Sanitasi Total di Maharashtra India
• Panduan Diskusi
Bidang Kesehatan, 2013
• Depkes Dit. PL, Modul Pelatihan Stop BABS, 2008.
• Kemenkes RI, Dit. Penyehatan Lingkungan, Modul Hiegiene Sanitasi Makanan dan Minuman, 2012.
• Pedoman Perencanaan Program Gerakan Nasioanal Percepatan Perbaikan Gizi Dalam Rangka Seribu Hari Pertama Kehidupan (Gerakan 1000
3. Menjelaskan lima pilar STBM
3. Lima Pilar STBM a. Pengertian pilar-pilar
dalam STBM b. Tujuan pelaksanaan 5
pilar STBM c. Penyelenggaraan
pelaksanaan 5 pilar STBM
d. Manfaat pelaksanaan 5 pilar STBM
4. Menjelaskan Prinsip-Prinsip STBM
4. Prinsip-Prinsip STBM a. Tanpa subsidi b. Masyarakat sebagai
pemimpin c. Tidak menggurui/
memaksa, d. Totalitas seluruh
Kementerian Kesehatan RI Tahun 2017 Hal: 15
Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK)
Pokok Bahasan dan Sub Pokok Bahasan
Metode Media dan Alat Bantu
Referensi
komponen masyarakat
HPK) 2013 • Kemenkes RI, Dit
Gizi Pedoman Gizi Seimbang 2015
• Materi Kesehatan dan Gizi bagi pendamping PKH, 2014
• Environmental Health Perspective Volume 112 no 11, November 2014, Beyond Malnutrition The role of Sanitatiin in Stunted Grow.
• Nutrition Landscape Informtion System (NLIS) WHO, 2010
• Permenkes No.3/2014 tentang STBM
5. Menjelaskan Stunting 5. Stunting a. Pengertian stunting b. Penyebab Stunting c. Akibat Stunting
6. Menjelaskan Pencegahan Stunting
5. Pencegahan Stunting a. Pendekatan secara
langsung b. Pendekatan secara
tidak langsung. 7. Menjelaskan Tangga
Perubahan Perilaku 6. Tangga Perubahan
perilaku a. Tangga perubahan
Perilaku Sanitasi b. Tangga perubahan
perilaku asupan gizi c. Tangga perubahan
perilaku visi STBM-Stunting
Kementerian Kesehatan RI Tahun 2017 Hal: 16
Nomor : MI.2 Judul Materi : Pemberdayaan Masyarakat STBM Stunting Waktu : 3 JPL (T=1 jpl; P=2 jpl; PL=0 jpl) Tujuan Pembelajaran Umum (TPU): Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu menerapkan pemberdayaan masyarakat STBM Stunting.
Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK)
Pokok Bahasan dan Sub Pokok Bahasan Metode Media dan
Alat Bantu Referensi
Setelah mengikuti materi ini peserta mampu: 1. Menjelaskan partisipasi
masyarakat
1. Partisipasi masyarakat
a. Pengertian partisipasi masyarakat
b. Tingkatan partisipasi masyarakat
• Ceramah
Tanya jawab
• Curah Pendapat(TPK 1.B)
• Diskusi Kelompok (TPK 2.C)
• Bermain Peran
• Bahan
tayang • LCD • Komputer/
laptop • Flipchart • Spidol • Meta plan • Kain tempel • Modul • Panduan
• Permenkes No.
65/2013 tentang Pedoman Pelaksanaan dan Pembinaan Pemberdayaan Masyarakat bidang Kesehatan.
• Permenkes No. 3/2014 tentang STBM.
2. Menerapkan pemberdayaan masyarakat dalam STBM Stunting
2. Pemberdayaan masyarakat dalam STBM Stunting a. Pengertian
pemberdayaan masyarakat
b. Prinsip dasar
Kementerian Kesehatan RI Tahun 2017 Hal: 17
Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK)
Pokok Bahasan dan Sub Pokok Bahasan Metode Media dan
Alat Bantu Referensi
pemberdayaan masyarakat
c. Tahapan pemberdayaan masyarakat
d. Penerapan pemberdayan masyarakat dalam STBM Stunting.
(TPK 2.D)
diskusi kelompok
• Panduan bermain peran
• Lembar kasus
• Kurikulum dan Modul Pelatihan Fasilitator STBM, Kemenkes RI, 2014.
• Health Promotion and Community Participation, WHO, 2002.
Kementerian Kesehatan RI Tahun 2017 Hal: 18
Nomor : MI.3 Judul Materi : Komunikasi, Advokasi dan Fasilitasi STBM-Stunting Waktu : 8 JPL (T=2 jpl; P=6 jpl; PL=0 jpl) Tujuan Pembelajaran Umum (TPU): Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu melakukan advokasi dan fasilitasi STBM Stunting Tujuan Pembelajaran
Khusus (TPK) Pokok Bahasan dan Sub Pokok Bahasan
Metode Media dan Alat Bantu
Referensi
Setelah mengikuti materi ini peserta mampu: 1. Melakukan komunikasi
STBM-Stunting
2. Melakukan Advokasi STBM Stunting
1. Komunikasi
Pengertian dan bentuk-bentuk komunikasi Komunikasi efektif Strategi komunikasi STBM-Stunting
2. Advokasi
a. Pengertian advokasi b. Cara melakukan
advokasi yang efektif c. Langkah-langkah
advokasi STBM
• CTJ • Curah
pendapat • Diskusi
Kelompok • Diskusi
Pleno • Bermain
peran • Praktik
• Bahan tayang (slide ppt)
• LCD • Komputer/
laptop • Flipchart • Spidol • Meta plan • Modul • Panduan
role play
• Buku Sisipan
Kurikulum dan Modul Pelatihan Fasilitator Pemberdayaan Masyarakat Bidang Kesehatan, Jakarta: 2013.
• Modul Teknologi Advokasi Kesehatan Bagi
Kementerian Kesehatan RI Tahun 2017 Hal: 19
Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK)
Pokok Bahasan dan Sub Pokok Bahasan
Metode Media dan Alat Bantu
Referensi
Stunting • Kain tempel • Panduan
bermain peran
• Panduan diskusi kelompok
• Panduan praktik
Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli, Puspromkes, Kemenkes: 2011.
• Materi Teknik Fasilitasi Partisipatif, Eko Dermawan, 2012.
• Health Principles of Housing, WHO, 1989
• Issue in Health Advocay, JHU, 1999.
• Facilitator’s Guide to Participatory Decision Making, Kaner, S,et all 2007.
• Buku Acuan Penerapan PRA,
3. Melakukan fasilitasi STBM Stunting
3. Teknik fasilitasi STBM Stunting a. Prinsip-prinsip fasilitasi
STBM Stunting 1. Pengertian
fasilitasi 2. Prinsip dasar
fasilitasi 3. Peran fasilitator 4. Perilaku fasilitator
dalam STBM Stunting
b. Teknik-Teknik fasilitasi 1. Teknik mendengar 2. Teknik bertanya 3. Teknik
menghadapi situasi sulit
Kementerian Kesehatan RI Tahun 2017 Hal: 20
Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK)
Pokok Bahasan dan Sub Pokok Bahasan
Metode Media dan Alat Bantu
Referensi
4. Dinamika bertanya 5. Curah pendapat
Berbuat Bersama Berperan Setara, Djohani, Rianingsih, Ed. 1996.
Kementerian Kesehatan RI Tahun 2017 Hal: 21
Nomor : MI.4 Judul Materi : Pemicuan STBM Stunting di Komunitas Waktu : 22 JPL (T=4 jpl; P=8 jpl; PL=10 jpl) Tujuan Pembelajaran Umum (TPU): Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu melakukan pemicuan STBM Stunting di komunitas.
Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK)
Pokok Bahasan dan Sub Pokok Bahasan
Metode Media dan Alat Bantu
Referensi
Setelah mengikuti materi ini peserta mampu: 1. Melakukan kegiatan
pra-pemicuan
1. Kegiatan pra-pemicuan
a. Screening Stunting dan faktor resikonya
b. Pemahaman budaya lokal
c. Advokasi TOMA d. Pembentukan tim
pemicuan e. Menyiapkan alat
bantu fasilitasi pemicuan
f. Persiapan logistik
• CTJ • Diskusi
Kelompok • Bermain
peran • Latihan • Penugasan • Praktek
Lapangan • Pemutaran
film
• Bahan tayang (slide ppt)
• LCD • Komputer /
laptop • Flipchart • Meta Plan • Skenario • Kain Tempel • Panduan
Penugasan
1. Permenkes No. 3 tahun 2014 tentang Sanitasi Total Berbasis Masyarakat
2. Permenkes no. 40 tahun 2011/2012 tentang Pemberian Makanan Bayi dan Anak
3. Perpres no.42 tahun 2013 tentang
Kementerian Kesehatan RI Tahun 2017 Hal: 22
g. Penentuan lokasi h. Penentuan peserta
pemicuan
Screening Stunting
• Panduan praktek lapangan
• Panduan Simulasi
• Panduan Penugasan Bina Suasana
• Panduan Bermain Peran Advokasi
• Buku KIA • Lembar
Observasi • Tabel WHO
2005 • Film singkat
pengukuran tinggi badan (MCAI)
Gerakan Nasional Percepatan Pebaikan Gizi.
4. Surat Edaran Menteri Kesehatan no. 184 tahun 2015 tentang Proporsi Pendanaan STBM dalam APBD
5. PP no. 33 tahun 2012 tentang Pemberian ASI Eksklusif.
6. PP no. 66 tahun 2014 tentang Kesehatan Lingkungan.
7. Inpres no.1 tahun 2017 tentang Gerakan Masyarakat Hidup Sehat
8. Pedoman Teknis Wirausaha Sanitasi
2. Melakukan kegiatan pemicuan
2. Langkah-langkah Pemicuan
a. Perkenalan dan penyampaian tujuan
b. Bina suasana c. Analisa partisipatf
dan pemicuan d. Tindak lanjut oleh
masyarakat. 3. Melakukan kegiatan
paska pemicuan. 1. Paska Pemicuan
a. Cara membangun ulang komitmen
b. Pilihan teknologi sanitasi untuk 5 pilar STBM
c. Cara membangun jejaring layanan penyediaan sanitasi
Kementerian Kesehatan RI Tahun 2017 Hal: 23
d. Pendampingan dan monitoring
e. Media promosi untuk perubahan perilaku yang berkelanjutan.
• Film Pemicuan STBM
• Alat LiLA (Lingkar Lengan Atas)
9. Permenkes no.75 tahun 2013 tentang Angka Kecukupan Gizi Bagi Bangsa Indonesia
10. Permenkes no.23 tahun 2014 tentang Upaya Perbaikan Gizi
11. Permenkes no. 35 tahun 2016 tentang Pedoman Penyelenglenggaraan Program Keluarga Sehat Dengan Pendekatan Keluarga
12. Kepmenkes no. 1955 tahun 2010 tentang Standar Antropometri Penilaian Status Gizi Anak
Kementerian Kesehatan RI Tahun 2017 Hal: 24
Nomor : MP.1 Judul Materi : Membangun Komitmen Belajar (BLC) Waktu : 3 JPL (T=0 jpl; P=3 jpl; PL=0 jpl) Tujuan Pembelajaran Umum (TPU): Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu membangun komitmen belajar dalam rangka menciptakan iklim pembelajaran yang kondusif selama proses pelatihan berlangsung.
Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK)
Pokok Bahasan dan Sub Pokok Bahasan
Metode Media dan Alat Bantu
Referensi
Setelah mengikuti materi ini peserta mampu: 1. Mengenal sesama
warga pembelajar pada proses pelatihan
1. Perkenalan
• CTJ • Curah
pendapat • Permainan • Diskusi
kelompok
• Bahan tayang (slide ppt)
• Flipchart/ papan tulis
• Spidol • Meta plan • Jadwal dan
alur
• Buku Panduan Dinamika Kelompok (LAN 2010 dan Pusdiklat Aparatur)
• Depkes RI,Pusdiklat Kesehatan, 2004, Kumpulan Games dan Energizer, Jakarta.
2. Menyiapkan diri untuk belajar bersama secara aktif dalam suasana yang kondusif
2. Pencairan (ice breaking)
3. Merumuskan harapan- 3. Harapan-harapan dalam
Kementerian Kesehatan RI Tahun 2017 Hal: 25
Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK)
Pokok Bahasan dan Sub Pokok Bahasan
Metode Media dan Alat Bantu
Referensi
harapan yang ingin dicapai bersama baik dalam proses pembelajaran maupun hasil yang ingin dicapai di akhir pelatihan.
proses pembelajaran dan hasil yang ingin dicapai
Pelatihan • Norma/ tata
tertib standar pelatihan
• Panduan permainan
• Munir, Baderal, 2001, Dinamika Kelompok, Penerapannya Dalam Laboratorium Ilmu Perilaku, Jakarta
4. Merumuskan kesepakatan norma kelas yang harus dianut oleh seluruh warga pembelajar selama pelatihan berlangsung.
4. Norma kelas dalam pembelajaran
5. Merumuskan kesepakatan bersama tentang kontrol kolektif dalam pelaksanaan norma kelas
5. Kontrol kolektif dalam pelaksanaan norma kelas
6. Membentuk organisasi kelas
6. Organisasi kelas
Kementerian Kesehatan RI Tahun 2017 Hal: 26
Nomor : MP. 2 Materi : Anti Korupsi Waktu : 2 Jpl (T = 2, P = 0, PL = 0) Tujuan Pembelajaran Umum (TPU): Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu memahami Anti Korupsi
Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK)
Pokok Bahasan dan Sub Pokok Bahasan Metode Media dan
Alat Bantu Referensi Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu menjelaskan: 1. Konsep korupsi
1. Konsep korupsi a. Definisi korupsi b. Ciri-ciri korupsi c. Bentuk/jenis korupsi d. Tingkatan korupsi e. Faktor penyebab
korupsi f. Dasar hukum tentang
korupsi
• Curah
pendapat • Ceramah
tanya jawab • Latihan
kasus
• Modul • Bahan
tayang • Komputer • Flipchart • Spidol • Panduan
latihan • Kasus
• Undang-undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan Atas Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Kementerian Kesehatan RI Tahun 2017 Hal: 27
Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK)
Pokok Bahasan dan Sub Pokok Bahasan Metode Media dan
Alat Bantu Referensi
2. Konsep anti korupsi 2. Konsep anti korupsi a. Definisi anti korupsi b. Nilai-nilai anti korupsi c. Prinsip-prinsip anti
korupsi
Korupsi • Instruksi Presiden
Nomor 1 Tahun 2013 • Keputusan Menteri
Kesehatan Nomor 232/MENKES/SK/ VI/2013 tentang Strategi Komunikasi Pekerjaan dan Budaya Anti Korupsi
• Modul Anti Korupsi, Kemenkes, 2014
3. Upaya pencegahan korupsi dan pemberantasan korupsi
3. Upaya pencegahan dan pemberantasan korupsi a. Upaya pencegahan
korupsi b. Upaya
pemberantasan korupsi
c. Strategi komunikasi Pemberatasan Korupsi (PK)
4. Tata cara pelaporan dugaan pelanggaran tindak pidana korupsi
4. Tata cara pelaporan dugaan pelanggaran Tindak Pidana Korupsi (TPK) a. Laporan
Kementerian Kesehatan RI Tahun 2017 Hal: 28
Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK)
Pokok Bahasan dan Sub Pokok Bahasan Metode Media dan
Alat Bantu Referensi
b. Penyelesaian hasil penanganan pengaduan masyarakat
c. Pengaduan d. Tatacara
penyampaian pengaduan
e. Tim penanganan pengaduan masyarakat terpadu di lingkungan Kemenkes.
f. Pencatatan pengaduan
5. Gratifikasi
5. Gratifikasi a. Pengertian gratifikasi b. Aspek hukum c. Gratifikasi dikatakan
sebagai Tindak Pidana Korupsi (TPK)
Kementerian Kesehatan RI Tahun 2017 Hal: 29
Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK)
Pokok Bahasan dan Sub Pokok Bahasan Metode Media dan
Alat Bantu Referensi
d. Contoh gratifikasi e. Sanksi gratifikasi
Kementerian Kesehatan RI Tahun 2017 Hal: 30
Nomor : MP.3 Judul Materi : Rencana Tindak Lanjut (RTL) Waktu : 3 JPL (T=1 jpl; P=2 jpl; PL=0 jpl) Tujuan Pembelajaran Umum (TPU): Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu menyusun rencana tindak lanjut pelaksanaan kegiatan STBM Stunting di wilayah
kerjanya masing-masing.
Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK)
Pokok Bahasan dan Sub Pokok Bahasan
Metode Media dan Alat Bantu
Referensi
Setelah mengikuti materi ini peserta mampu: 1. Menjelaskan pengertian
dan ruang lingkup RTL.
2. Menjelaskan langkah-langkah penyusunan RTL
3. Menyusun RTL dan Gantt Chart untuk kegiatan yang akan dilakukan.
1. RTL:
a. Pengertian RTL b. Ruang lingkup RTL.
2. Langkah-langkah penyusunan RTL.
3. Penyusunan RTL dan gantt
chart untuk kegiatan yang akan dilakukan.
• Ceramah
Tanya Jawab
• Latihan • Diskusi
kelompok
• Flipchart • Spidol • Meta plan • Kain tempel • LCD • Presentasi • Lembar/
Format RTL
• Kemenkes RI, Pusdiklat Aparatur, Rencana Tindak Lanjut, Kurmod Surveillance, Jakarta: 2008.
• BPPSDM Kesehatan, Rencana Tindak Lanjut, Modul TOT NAPZA, Jakarta:
Kementerian Kesehatan RI Tahun 2017 Hal: 31
Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK)
Pokok Bahasan dan Sub Pokok Bahasan
Metode Media dan Alat Bantu
Referensi
4. Melakukan evaluasi pelaksanaan STBM-Stunting
4. Evaluasi pelaksanaan STBM-Stunting
2009. • Kemenkes RI,
Pedoman Umum Pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif, Jakarta: 2010,
• Kemenkes RI, Second Decentralized Health Services Project, Model Pelatihan Pemberdayaan Masyarakat Bagi Petugas Puskesmas, Jakarta: 2010.
Standard Kurikulum Pelatihan Fasilitator Sanitasi Total Berbasis
Masyarakat (STBM)
BAB VI DIAGRAM PROSES PEMBELAJARAN
Wawasan Materi dasar: 1. Kebijakan
Pembangunan Kesehatan dalam Percepatan Perbaikan Gizi dengan STBM
2. Anti korupsi Metode: • Ceramah
Tanya Jawab, • Curah
Pendapat,
PRE TEST
Building Learning Commitment (BLC)
Metode: Games Pengetahuan dan Keterampilan Materi Inti: 1. Konsep Dasar STBM Stunting 2. Pemberdayaan Masyarakat
dalam STBM Stunting 3. Komunikasi, Advokasi, dan
Fasilitasi STBM Stunting 4. Pemicuan STBM Stunting di
komunitas Metode: • Ceramah Tanya Jawab • Curah pendapat • Diskusi kelompok • Diskusi pleno • Bermain peran/Roleplay • Simulasi • Pemutaran film
Post Test & Evaluasi penyelenggaraan
Penutupan
PEMBUKAAN
Rencana Tindak Lanjut (RTL)
E V A L U A S I
Praktek Lapangan (PL)
Standard Kurikulum Pelatihan Fasilitator Sanitasi Total Berbasis
Masyarakat (STBM)
Kementerian Kesehatan RI Tahun 2017 Hal: 33
Rincian rangkaian alur proses pelatihan sebagai berikut:
1. Pre Test
Pelaksanaan pre tes dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana pemahaman awal peserta terhadap materi yang akan diberikan pada proses pembelajaran.
2. Pembukaan
Proses pembukaan pelatihan meliputi beberapa kegiatan berikut: a. Laporan ketua penyelenggara pelatihan dan
penjelasan program pelatihan. b. Pengarahan dari pejabat yang berwenang
tentang latar belakang perlunya pelatihan dan dukungannya terhadap program STBM Stunting.
3. Building Learning Commitment (BLC)/
Membangun Komitmen Belajar Kegiatan ini ditujukan untuk mempersiapkan peserta dalam mengikuti proses pelatihan. Faktor yang perlu dipertimbangkan dalam proses BLC adalah tujuan pelatihan, peserta (jumlah dan karakteristik), waktu yang tersedia, sarana dan prasarana yang tersedia. Proses pembelajaran dilakukan dengan berbagai bentuk permainan sesuai dengan tujuan pelatihan. Proses BLC dilakukan dengan alokasi waktu 3 jpl dan proses tidak terputus. Dalam prosesnya, 1 (satu) orang fasilitator memfasilitasi maksimal 30 orang peserta.
Standard Kurikulum Pelatihan Fasilitator Sanitasi Total Berbasis
Masyarakat (STBM)
Kementerian Kesehatan RI Tahun 2017 Hal: 34
Proses pembelajaran meliputi: a. Forming
Pada tahap ini setiap peserta masing-masing masih saling observasi dan memberikan ide ke dalam kelompok. Pelatih berperan memberikan rangsangan agar setiap peserta berperan serta dan memberikan ide yang bervariasi.
b. Storming Pada tahap ini mulai terjadi debat yang makin lama suasananya makin memanas karena ide yang diberikan mendapatkan tanggapan yang saling mempertahankan idenya masing-masing. Pelatih berperan memberikan rangsangan pada peserta yang kurang terlibat agar ikut aktif menanggapi.
c. Norming Pada tahap ini suasana yang memanas sudah mulai reda karena kelompok sudah setuju dengan klarifikasi yang dibuat dan adanya kesamaan persepsi. Masing-masing peserta mulai menyadari dan muncul rasa mau menerima ide peserta lainnya. Dalam tahap ini sudah terbentuk norma baru yang disepakati kelompok. Pelatih berperan membulatkan ide yang telah disepakati menjadi ide kelompok.
d. Performing Pada tahap ini kelompok sudah kompak, diliputi suasana kerjasama yang harmonis sesuai dengan norma baru yang telah disepakati bersama. Pelatih berperan memacu kelompok agar masing-masing peserta ikut secara aktif dalam setiap
Standard Kurikulum Pelatihan Fasilitator Sanitasi Total Berbasis
Masyarakat (STBM)
Kementerian Kesehatan RI Tahun 2017 Hal: 35
kegiatan kelompok dan tetap menjalankan norma yang telah disepakati. Hasil yang didapatkan pada proses pembelajaran adalah: a. Harapan yang ingin dicapai b. Kekhawatiran c. Norma kelas d. Komitmen e. Pembentukan tim (organisasi kelas)
4. Pengisian wawasan
Setelah materi BLC/Membangun Komitmen Belajar, kegiatan dilanjutkan dengan memberikan materi sebagai dasar pengetahuan/ wawasan yang sebaiknya diketahui peserta dalam pelatihan ini, yaitu: Arah dan Kebijakan Program Kesehatan Masyarakat.
5. Pemberian pengetahuan dan keterampilan Pemberian materi pengetahuan dan keterampilan dari proses pelatihan mengarah pada kompetensi yang akan dicapai oleh peserta. Penyampaian materi dilakukan dengan menggunakan berbagai metode yang melibatkan semua peserta untuk berperan serta aktif dalam mencapai kompetensi tersebut, yaitu ceramah tanya jawab, curah pendapat, diskusi kelompok, diskusi pleno, bermain peran, simulasi, pemutaran film, dan praktek lapangan. Pengetahuan dan keterampilan yang disampaikan meliputi materi: a. Konsep Dasar STBM Stunting. b. Pemberdayaan Masyarakat STBM Stunting. c. Advokasi dan Fasilitasi STBM Stunting.
Standard Kurikulum Pelatihan Fasilitator Sanitasi Total Berbasis
Masyarakat (STBM)
Kementerian Kesehatan RI Tahun 2017 Hal: 36
d. Pemicuan STBM Stunting di komunitas Setiap hari sebelum proses pembelajaran dimulai, pelatih/fasilitator melakukan kegiatan refleksi dimana pada kegiatan ini pelatih/fasilitator bertugas untuk menyamakan persepsi tentang materi yang sebelumnya diterima sebagai bahan evaluasi untuk proses pembelajaran berikutnya.
6. Evaluasi a. Evaluasi yang dimaksudkan adalah evaluasi
terhadap proses pembelajaran tiap hari (refleksi) dan terhadap pelatih/fasilitator.
b. Evaluasi tiap hari (refleksi) dilakukan dengan cara mereview kegiatan proses pembelajaran yang sudah berlangsung, sebagai umpan balik untuk menyempurnakan proses pembelajaran selanjutnya.
c. Evaluasi terhadap fasilitator dilakukan oleh peserta pada saat pelatih/fasilitator telah mengakhiri materi yang disampaikannya. Evaluasi dilakukan dengan menggunakan form evaluasi terhadap pelatih/fasilitator.
7. Praktek Lapangan
Praktek lapangan dilaksanakan setelah seluruh materi dasar dan materi inti diberikan. Praktek lapangan bertujuan agar peserta dapat mengimplementasikan keterampilan yang sudah didapatkan di kelas.
8. Rencana Tindak Lanjut (RTL)
Masing-masing peserta menyusun rencana tindak lanjut hasil pelatihan sesuai dengan peran dan fungsinya di wilayah kerja masing-masing.
Standard Kurikulum Pelatihan Fasilitator Sanitasi Total Berbasis
Masyarakat (STBM)
Kementerian Kesehatan RI Tahun 2017 Hal: 37
9. Post-test dan evaluasi penyelenggaraan Post-test dilakukan untuk mengetahui pengetahuan peserta setelah mendapat materi selama pelatihan. Selain post-tes, dilakukan evaluasi kompetensi yaitu penilaian terhadap kemampuan yang telah didapat peserta melalui penugasan-penugasan. Setelah itu dilakukan evaluasi terhadap penyelenggaraan pelatihan yang dilakukan setelah semua materi disampaikan dan sebelum penutupan. Tujuan evaluasi penyelenggaraan adalah mendapatkan masukan dari peserta tentang penyelenggaraan pelatihan yang akan digunakan untuk menyempurnakan penyelenggaraan pelatihan berikutnya.
10. Penutupan Acara penutupan adalah sesi akhir dari semua rangkaian kegiatan, dilaksanakan oleh pejabat yang berwenang dengan susunan acara sebagai berikut: a. Laporan ketua penyelenggara pelatihan. b. Pengumuman peringkat keberhasilan peserta. c. Pembagian sertifikat. d. Kesan dan pesan dari perwakilan peserta. e. Pengarahan dan penutupan oleh pejabat
yang berwenang. f. Pembacaan doa.
Standard Kurikulum Pelatihan Fasilitator Sanitasi Total Berbasis
Masyarakat (STBM)
Kementerian Kesehatan RI Tahun 2017 Hal: 38
BAB VII PESERTA DAN PELATIH
A. Peserta
1. Kriteria Peserta adalah: a. Bersedia menjadi Fasilitator STBM
Stunting. b. Mendapat rekomendasi dari pemerintah
setempat dan lembaga lainnya yang kompeten.
2. Jumlah Peserta : Jumlah peserta dalam satu kelas maksimal
30 orang. B. Pelatih/fasilitator/instruktur
Pelatih adalah tim pelatih/fasilitator STBM Stunting dari Kementerian Kesehatan dan praktisi STBM dan Gizi dari berbagai instansi dan proyek pendukung, dengan memenuhi kriteria berikut ini: a. Memiliki latar belakang pengetahuan,
pengalaman, dan terlibat dalam kegiatan STBM dan Gizi.
b. Memiliki pengalaman sebagai pelatih dalam kegiatan STBM dan/atau Gizi.
c. Menguasai kurikulum dan substansi yang akan dilatihkan.
d. Telah mengikuti TOT/ TPPK/ Widyaiswara Dasar.
e. Pejabat struktural yang membidangi kesehatan lingkungan dan gizi.
Standard Kurikulum Pelatihan Fasilitator Sanitasi Total Berbasis
Masyarakat (STBM)
Kementerian Kesehatan RI Tahun 2017 Hal: 39
BAB VIII PENYELENGGARA DAN
TEMPAT PENYELENGGARAAN A. Penyelenggara
Pelatihan Fasilitator STBM Stunting diselenggarakan oleh Institusi pelatihan yang terakreditasi/ bekerjasama dengan Balai Besar Pelatihan Kesehatan (BBPK)/ Balai Pelatihan Kesehatan (Bapelkes) dan mitra pembangunan air minum, sanitasi, dan gizi yang dalam pelaksanaannya berkoordinasi dengan penanggung jawab program, dengan kriteria: 1. Memiliki tenaga Pengendali Pelatihan atau
seseorang yang ditunjuk sebagai pengendali proses pembelajaran yang menguasai materi pelatihan.
2. Memiliki minimal 1 orang tenaga SDM yang telah mengikuti pelatihan penyelenggara pelatihan (Training Officer Course/TOC).
B. Tempat Penyelenggaraan Pelatihan Fasilitator STBM Stunting diselenggarakan di Institusi pelatihan yang terakreditas/ instansi lainnya yang memiliki sarana dan fasilitas yang memenuhi kebutuhan/persyaratan untuk pelatihan.
Standard Kurikulum Pelatihan Fasilitator Sanitasi Total Berbasis
Masyarakat (STBM)
Kementerian Kesehatan RI Tahun 2017 Hal: 40
BAB IX EVALUASI
Evaluasi dilakukan terhadap: A. Peserta
Evaluasi dilakukan untuk mengetahui hasil pembelajaran dari peserta. Evaluasi terhadap peserta dilakukan melalui: 1. Penjajagan awal melalui pre test. 2. Post test untuk mengukur pemahaman
peserta terhadap materi yang telah diterima. Soal pre dan post test dapat menggunakan soal dari bank soal (terlampir) sebanyak 30 soal. Komposisi soal mencakup materi dasar dan materi inti.
B. Pelatih
Evaluasi dilakukan untuk mengetahui kemampuan pelatih/ fasilitator dalam menyampaikan materi pembelajaran sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan yang dapat dipahami dan diserap peserta, yaitu: 1. Penguasaan materi 2. Ketepatan waktu 3. Sistematika penyajian 4. Penggunaan metode dan alat bantu pelatihan 5. Empati, gaya dan sikap terhadap peserta 6. Penggunaan bahasa dan volume suara 7. Pemberian motivasi belajar kepada peserta 8. Pencapaian Tujuan Pembelajaran Umum
Standard Kurikulum Pelatihan Fasilitator Sanitasi Total Berbasis
Masyarakat (STBM)
Kementerian Kesehatan RI Tahun 2017 Hal: 41
9. Memberikan kesempatan tanya jawab 10. Kemampuan menyajikan 11. Kerapihan berpakaian 12. Kerjasama antar Tim pelatih
C. Penyelenggara
Evaluasi dilakukan oleh peserta terhadap pelaksanaan pelatihan sesuai form terlampir.
Standard Kurikulum Pelatihan Fasilitator Sanitasi Total Berbasis
Masyarakat (STBM)
Kementerian Kesehatan RI Tahun 2017 Hal: 42
BAB X SERTIFIKAT
Setiap peserta yang telah mengikuti pelatihan dengan ketentuan kehadiran minimal 95% dari keseluruhan jumlah jam pembelajaran akan mendapatkan sertifikat pelatihan yang dikeluarkan oleh Kementerian Kesehatan RI dengan angka kredit 1 (satu). Sertifikat ditandatangani oleh pejabat yang berwenang dan oleh panitia penyelenggara. Apabila tidak memenuhi ketentuan tersebut maka peserta hanya akan mendapatkan surat keterangan telah mengikuti pelatihan yang ditandatangani oleh ketua panitia penyelenggara.
Standard Kurikulum Pelatihan Fasilitator Sanitasi Total Berbasis
Masyarakat (STBM)
Kementerian Kesehatan RI Tahun 2017 Hal: 43
LAMPIRAN A. Jadwal Pelatihan (tentatif) Hari Pertama
Jam Kegiatan/Materi Fasilitator/ Narasumber
11.00-13.00
Registrasi, Cek In, dan Makan Siang
13.00-13.30
Pembukaan: • Penjelasan
penyelenggaraan ujicoba pelatihan
• Sambutan pengarahan dan pembukaan
• Pengantar tentang STBM dan Stunting di Provinsi Banten dan Kabupaten Lebak.
• Pejabat terkait
13.30-15.45 (3 JPL)
Materi Penunjang Membangun Komitmen Belajar (BLC)
• MOT
15.45-16.00
Pretest • Sekretariat
16.00-18.00 (2 JPL)
Materi Penunjang Anti Korupsi
• MOT
18.30-19.00
Makan Malam dan istirahat
Hari Kedua 08.00-09.30 (2 JPL)
Materi Dasar Kebijakan Pembangunan Kesehatan dalam Percepatan Perbaikan Gizi dengan STBM
• Pejabat terkait/fasilitator
09.30-09.45
Coffee Break
09.45- Materi Inti 1 • Fasilitator sesi
Standard Kurikulum Pelatihan Fasilitator Sanitasi Total Berbasis
Masyarakat (STBM)
Kementerian Kesehatan RI Tahun 2017 Hal: 44
12.00 (3 JPL)
Konsep Dasar STBM-Stunting
12.00-13.00
Istirahat Makan Siang
13.00-15.15 (3 JPL)
Lanjutan Materi Inti 1 Konsep Dasar STBM-Stunting
• Fasilitator sesi
15.15-15.30
Coffee Break
15.30-17.45 (3 JPL)
Materi Inti 2 Pemberdayaan Masyarakat dalam STBM
• Fasilitator sesi
18.30-19.00
Makan Malam
Hari Ketiga 08.00-10.15 (3 JPL)
Materi Inti 3 Komunikasi, Advokasi, dan Fasilitasi STBM-Stunting
• Fasilitator sesi
10.15-10.30
Coffee Break
10.30-12.00 (2 JPL)
Lanjutan Materi Inti 3 Komunikasi, Advokasi, dan Fasilitasi STBM-Stuntng
• Fasilitator sesi
12.00-13.00
Istirahat Makan Siang
13.00-15.15 (3 JPL)
Lanjutan Materi Inti 3 Komunikasi, Advokasi, dan Fasilitasi STBM-Stunting
• Fasilitator sesi
15.15-15.30
Coffee Break
15.30-17.45 (3 JPL)
Materi Inti 4 Pemicuan STBM-Stunting di Komunitas
• Fasilitator sesi
18.30-19.00
Makan Malam
19.00-21.15 (3 JPL)
Lanjutan Materi Inti 4 Pemicuan STBM-Stunting di Komunitas
• Fasilitator sesi
Hari Keempat
Standard Kurikulum Pelatihan Fasilitator Sanitasi Total Berbasis
Masyarakat (STBM)
Kementerian Kesehatan RI Tahun 2017 Hal: 45
08.00- 15.30 (10 JPL)
Lanjutan Materi Inti 4 Pemicuan STBM-Stunting di Komunitas (Makan siang di lapangan)
• Fasilitator sesi
15.30-16.00
Coffee Break
16.00-17.45 (3 JPL)
Lanjutan Materi Inti 4 Pemicuan STBM-Stunting di Komunitas
• Fasilitator sesi
18.30-19.00
Makan Malam
19.00-21.15 (3 JPL)
Lanjutan Materi Inti 4 Pemicuan STBM-Stunting di Komunitas
• Fasilitator sesi
Hari Kelima 08.00-10.15 (3 JPL)
Materi Penunjang Rencana Tindak Lanjut
• MOT
10.15-10.30
Coffee Break
10.30-11.15
Post-Test • Sekretariat
11.15-12.00
Penutupan Makan siang, peserta kembali ke daerah masing-masing
• Sekretariat
Standard Kurikulum Pelatihan Fasilitator Sanitasi Total Berbasis
Masyarakat (STBM)
Kementerian Kesehatan RI Tahun 2017 Hal: 46
B. Bank Soal
I. Materi Dasar- Kebijakan Pembangunan Kesehatan dalam Percepatan Perbaikan Gizi dengan STBM
1. Berikut ini merupakan salah satu dari 3 pilar program Indonesia sehat:
a. Paradigma sehat b. upaya kuratif c. upaya rehabilitatif d. upaya informatif
2. Strategi yang dilakukan dalam paradigma sehat adalah?
a. Upaya kuratif b. upaya rehabilitatif c. pemberdayaan d. penguatan pelayanan kesehatan
3. Masa emas (golden period) pada masa pertumbuhan
manusia dikenal dengan istilah: a. masa kehamilan b. masa remaja c. masa 1000 Hari Pertama Kehidupan d. masa menyusui
4. Intervensi yang mempunyai kontribusi sampai 70% dalam
perbaikan gizi balita adalah: a. Intervensi sensitif b. Intervensi spesifik c. Intervensi sektor kesehatan d. Intervensi partisipatif
5. Sebagai contoh intervensi adalah pemberian makanan tambahan pada ibu hamil. Bentuk intervensi tersebut merupakan contoh dari:
a. Intervensi sensitif b. Intervensi spesifik c. Intervensi sektor kesehatan d. Intervensi partisipatif
6. Intervensi yang mempunyai kontribusi sampai 30% dalam
perbaikan gizi balita adalah: a. Intervensi sensitif
Standard Kurikulum Pelatihan Fasilitator Sanitasi Total Berbasis
Masyarakat (STBM)
Kementerian Kesehatan RI Tahun 2017 Hal: 47
b. Intervensi spesifik c. Intervensi sektor kesehatan d. Intervensi partisipatif
7. Indikator % cakupan pemberian MP ASI anak usia > 6 bulan
merupakan kegiatan dari: a. Perlindungan terhadap kekurangan yodium b. Perlindungan terhadap kekurangan zat besi c. Pemberian makanan pendamping AsiI (MPASI) d. Fortifikasi pangan
8. Gugus tugas Gerakan Nasional Percepatan Perbaikan Gizi
dipimpin oleh: a. Menteri Kesehatan b. Menteri pertanian c. Menteri kesejahteraan sosial d. Menteri Koordinator Pembangunan manusia
dan kebudayaan
9. Berikut ini yang merupakan kebijakan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat yaitu:
a. Perilaku tidak merokok b. Perilaku tidak minum alkohol c. Peningkatan aktifitas fisik d. Kebiasaan makan sayur dan buah
10. Pendekatan keluarga yang dilakukan untuk meningkatkan
jangkauan sasaran pelayanan kesehatan dengan cara: a. Kunjungan keluarga. b. Pemberdayaan masyarakat c. Partisipasi masyarakat d. Pos pelayanan terpadu
II. Materi Inti 1- Konsep Dasar STBM dan Stunting
1. Stunting adalah.........
a. Kondisi anak dimana Berat Badan menurut umurnya tidak normal(tidak sesuai standar)
b. Kondisi anak dimana Berat Badan menurut Tinggi Badannya tidak normal
c. Kondisi anak dimana Panjang Badan menurut umurnya tidak normal
Standard Kurikulum Pelatihan Fasilitator Sanitasi Total Berbasis
Masyarakat (STBM)
Kementerian Kesehatan RI Tahun 2017 Hal: 48
d. Kondisi anak dimana Indeks masa Tubuh menurut umurnya tidak normal
2. Faktor penyebab langsung terjadinya “stunting” adalah..... a. Sosial politik budaya dan budaya b. Asupan yang kurang dan penyakit infeksi c. Sanitasi dan pelayanan kesehatan d. Karena anak sering sakit
3. Stunting pada bayi baru lahir dapat disebabkan karena.......
a. Ibu hamil yang menderita Kurang Energi Khronis (KEK)
b. Ibu hamil yang tinggi badannya lebih dari 150 cm c. Ibu hamil yang usainya diatas umur 30 tahun d. Bayi yang diberi ASI ekslusif
4. Akibat dari anak yang menderita stunting
a. Anak gemuk dan gangguan pendengaran b. Anak kurus dan mudah terserang panyakit c. Anak kurus dan pertumbuhan sel otak terganggu d. Anak pendek dan pertumbuhan sel otak
terganggu
5. Penanggulangan stunting pada bayi & anak 0-24 bulan dari aspek gizi
a. Pemantauan pertumbuhan, Pemberian ASI ekslusif, Pemberian makan sesuai anjuran
b. Pemantauan pertumbuhan, Pemberian susu pengganti ASI, Makanan bervariasi
c. Pemberian makanan sesuai anjuran, Pemberian ASI ekslusif, Immunisasi
d. Immunisasi, Penimbangan secara rutin dan Pemberian makanan tambahan
6. Komponen STBM yang mencakup advokasi kepada pemerintah, pemerintah daerah, dan pemangku kepentingan dalam mengembangkan komitmen bersama untuk melembagakan program pembangunan sanitasi perdesaan, yaitu
a. Penciptaan lingkungan yang kondusif b. Peningkatan kebutuhan sanitasi c. Peningkatan penyediaan akses sanitasi
Standard Kurikulum Pelatihan Fasilitator Sanitasi Total Berbasis
Masyarakat (STBM)
Kementerian Kesehatan RI Tahun 2017 Hal: 49
d. Mengembangkan opsi teknologi sarana sanitasi
7. Sanitasi Total Berbasis Masyarakat adalah: a. Pemberdayaan masyarakat melalui pemicuan untuk
menurunkan kejadian diare. b. Pendekatan untuk merubah perilaku higienis
dan saniter melalui pemberdayaan masyarakat dengan cara pemicuan.
c. Pemberdayaan masyarakat untuk berperilaku hidup bersih dan sehat untuk menurunkan kejadian penyakit diare dan penyakit berbasis lingkungan lainnya.
d. Pendekatan untuk merubah perilaku hidup bersih dan sehat melalui upaya pemberdayaan masyarakat
8. Yang tidak termasuk upaya untuk mencegah terjadinya stunting adalah:
a. Perbaikan kondisi sanitasi lingkungan. b. Bayi mendapatkan asupan makanan bergizi
seimbang c. Bayi mendapatkan imunisasi yang lengkap d. Menggalakkan posyandu
9. Tiga pondasi utama perubahan perilaku fasilitator, adalah:
a. Perubahan perilaku dan kebiasaan (Attitude and behavior change), berbagi (sharing), dan metode (method).
b. Penciptaan lingkungan yang kondusif (enabling environment), peningkatan kebutuhan (demand creation), dan peningkatan suplai layanan (supply creation).
c. Inisiatif masyarakat, totalitas, dan solidaritas masyarakat.
d. Penciptaan lingkungan yang kondusif (enabling environment), totalitas dan solidaritas masyarakat, dan peningkatan suplai layanan (supply creation).
10. Seorang fasilitator STBM hendaknya menempatkan
masyarakat sebagai: a. Mitra kerja b. Guru
Standard Kurikulum Pelatihan Fasilitator Sanitasi Total Berbasis
Masyarakat (STBM)
Kementerian Kesehatan RI Tahun 2017 Hal: 50
c. Kelompok yang perlu ditolong d. Kelompok yang perlu diajar
11. Seorang fasilitator hendaknya memiliki perilaku:
a. Sebagai penolong masyarakat b. Sebagai guru masyarakat c. Sebagai motivator dan pendamping bagi
masyarakat d. Sebagai pemberi solusi atas permasalahan
masyarakat
12. Penyakit diare dalam tinja dapat disebarkan melalui: a. Air, tanah, lalat, makanan, kaki b. Air, tanah, lalat, tangan, makanan c. Tangan, kaki, tanah, lalat d. Tangan, air, kaki, lalat
13. Di bawah ini yang bukan termasuk prinsip-prinsip STBM
adalah: a. Masyarakat sebagai pemimpin b. Tanpa subsidi c. Melakukan penyuluhan d. Totalitas seluruh komponen masyarakat
14. Yang tidak termasuk manfaat dari Peta sanitasi di
masyarakat? a. Sebagai media bagi Puskemas untuk
membangun fasilitas sanitasi b. Mengetahui kondisi sanitasi yang ada di
masyarakat c. Sebagai alat memicu masyarakat yang belum
mengakses jamban sehat d. Sebagai alat monitoring perkembangan akses
sanitasi di masyarakat
15. Tingkatan partisipasi masyarakat yang paling sesuai dengan pendekatan STBM adalah:
a. Masyarakat hanya menerima informasi b. Masyarakat mulai diajak untuk berunding c. Membuat keputusan secara bersama-sama antara
masyarakat dan pihak luar
Standard Kurikulum Pelatihan Fasilitator Sanitasi Total Berbasis
Masyarakat (STBM)
Kementerian Kesehatan RI Tahun 2017 Hal: 51
d. Masyarakat mendapatkan wewenang untuk mengatur sumber daya dan membuat keputusan
16. Urutan pendampingan STBM ke masyarakat adalah:
1. Monitoring dan Verifikasi 2. Pemicuan 3. Pengumpulan data awal 4. Advokasi kepada Toma Toga
a. 1-3-2-4 b. 3-4-2-1 c. 2-3-1-4 d. 3-1-2-4
17. Sebelum melakukan pemicuan perlu dikumpulkan data awal. Data yang tidak perlu dikumpulkan di tingkat desa adalah:
a. Data awal jumlah masyarakat yang memiliki dan menggunakan jamban sehat, tidak sehat, numpang, dan BAB sembarangan
b. Data awal volume limbah ternak c. Data awal jumlah keluarga yang telah mengelola
limbah cair d. Data awal jumlah keluarga yang telah mengelola
sampahnya
18. Tim Pemicu terdiri dari unsur apa saja? a. Fasilitator utama, pembuat peta sosial, perekam
proses, penjaga alur, dan penata suasana. b. Fasilitator utama, asisten fasilitator, perekam
proses, penjaga alur, dan penata suasana. c. Fasilitator utama, promotor kesehatan, perekam
proses, penjaga alur, dan penata suasana. d. Promotor kesehatan, fasilitator, pembuat peta
sosial, penjaga alur, dan penata suasana.
19. Dibawah ini yang tidak termasuk dalam elemen pemicuan, sbb :
a. Rasa malu dan takut sakit. b. Takut dosa. c. Harga diri d. Sakit hati
Standard Kurikulum Pelatihan Fasilitator Sanitasi Total Berbasis
Masyarakat (STBM)
Kementerian Kesehatan RI Tahun 2017 Hal: 52
20. Dalam jendela fasilitator, seorang fasilitator harus:
a. Banyak bertanya, banyak menjelaskan b. Banyak bertanya, sedikit menjelaskan c. Sedikit bertanya, banyak menjelaskan d. Sedikit bertanya, sedikit menjelaskan
21. Jika masyarakat ingin membangun jamban sehat dengan harga terjangkau bisa menghubungi siapa?
a. Toko material. b. Wirausaha sanitasi dan penyedia layanan
sanitasi c. Koperasi. d. Puskesmas.
22. Yang bukan bagian dari manfaat kegiatan monitoring dalam
STBM adalah: a. Mengetahui perkembangan komitmen masyarakat b. Memberikan informasi untuk kegiatan tindak lanjut c. Strategi perencanaan kegiatan d. Mendapatkan dana bantuan
23. Strategi pelaksanaan monitoring STBM di desa sebagai
berikut, kecuali: a. Pelibatan aktif kader dengan melibatkan
komite/natural leader dan kelompok-kelompok yang ada di masyarakat
b. Menggunakan peta sanitasi dan melihat data perkembangan
c. Dilakukan secara berkala, terjadual dan berkelanjutan
d. Melalui pertemuan pleno desa
24. Kegiatan pemicuan terdiri dari tiga tahapan yaitu pra pemicuan, pemicuan dan paska pemicuan. Yang tidak perlu dipersiapkan dalam pemicuan, adalah:
a. Tim pemicu b. Alat dan bahan pemicuan, format-format
pendukung c. Menghadirkan Toma dan Toga d. Pengumpulan data awal
Standard Kurikulum Pelatihan Fasilitator Sanitasi Total Berbasis
Masyarakat (STBM)
Kementerian Kesehatan RI Tahun 2017 Hal: 53
25. Kegiatan-kegiatan paska pemicuan, kecuali:
a. Monitoring dan membangun ulang komitmen b. Mempersiapkan alat dan bahan pemicuan c. Pemicuan lanjutan d. Membangun jejaring dengan wirausaha sanitasi
dan penyedia jasa sanitasi
III. Materi Inti 2- Pemberdayaan Masyarakat STBM Stunting 1. Pemberdayaan masyarakat merupakan hal yang sangat
penting dalam pembangunan kesehatan karena? a. 80% sumber daya pembangunan berasal dari
kontribusi/partisipasi masyarakat. b. Perilaku masyarakat merupakan faktor utama
terjadinya masalah kesehatan. c. Pemerintah memiliki cukup sumber dana untuk
mengatasi masalah kesehatan masyarakat. d. Masalah kesehatan masyarakat semakin kompleks
dan mahal.
2. Keterlibatan aktif masyarakat dalam proses pembuatan keputusan dan melaksanakan keputusan disebut?
a. Pelibatan masyarakat b. Partisipasi masyarakat c. Pemberdayaan masyarakat d. Pengembangan masyarakat
3. Kunci partisipasi masyarakat dalam STBM adalah? a. STBM adalah inisiatif masyarakat, dilakukan
secara total, memerlukan solidaritas masyarakat, dan semua oleh masyarakat.
b. STBM adalah inisiatif fasilitator, dilakukan secara total, memerlukan solidaritas bersama, dan didukung oleh pemerintah.
c. STBM adalah inisiatif bersama masyarakat dan pemerintah, dilakukan secara total, memerlukan solidaritas masyarakat, dan semua oleh masyarakat.
Standard Kurikulum Pelatihan Fasilitator Sanitasi Total Berbasis
Masyarakat (STBM)
Kementerian Kesehatan RI Tahun 2017 Hal: 54
d. STBM adalah inisiatif masyarakat, dilakukan bersama total, memerlukan partisipasi masyarakat, dan semua oleh masyarakat.
4. Tingkatan partisipasi masyarakat dalam STBM Stunting adalah?
a. Masyarakat hanya menerima informasi b. Masyarakat mulai diajak untuk berunding c. Membuat keputusan secara bersama-sama antara
masyarakat dan pihak luar d. Masyarakat memiliki wewenang untuk mengatur
sumber daya dan membuat keputusan.
5. Pemberdayaan masyarakat Adalah? a. Instruksi untuk meningkatkan pengetahuan dan
kemampuan masyarakat. b. Fasilitasi non instruktif untuk meningkatkan
pengetahuan dan kemampuan masyarakat. c. Dukungan pemerintah untuk mendidik dan
meningkatkan kemampuan masyarakat. d. Bantuan fasilitator untuk mengidentifikasi masalah,
merencanakan dan melakukan pemecahan masalah di masyarakat.
6. Pemberdayaan masyarakat bersifat dua arah atau resiprokal, artinya?
a. Pemerintah memberi informasi dan instruksi, masyarakat melakukan kegiatan.
b. Pemerintah memberi informasi, masyarakat mendiskusikannya kemudian membuat rencana tindak lanjut.
c. Pemerintah memberi informasi, masyarakat mendiskusikannya, membuat rencana, menerapkan, mengevaluasi, dan memberi umpan balik kepada pemerintah.
d. Pemerintah memberi informasi, masyarakat mendiskusikannya, membuat rencana, menerapkan, mengevaluasi, memberi umpan balik kepada pemerintah, dan pemerintah memberi respon dan mengakomodasi umpan balik masyarakat.
Standard Kurikulum Pelatihan Fasilitator Sanitasi Total Berbasis
Masyarakat (STBM)
Kementerian Kesehatan RI Tahun 2017 Hal: 55
7. Pemberdayaan masyarakat diarahkan agar masyarakat lebih?
a. Mandiri dan kuat b. Mampu, proaktif, terbuka c. Mampu, proaktif, dan aspiratif d. Mandiri, proaktif, terbuka, aspiratif.
8. Yang tidak termasuk prinsip dasar pemberdayaan
masyarakat adalah? a. Kesukarelaan b. Partisipatif c. Kesinambungan d. Keterbukaan
9. Prinsip pemberdayaan masyarakat yang artinya dapat
dipertanggungjawabkan dan terbukan untuk diawasi oleh siapa saja, adalah?
a. Prinsip demokratis b. Prinsip desentralisasi c. Prinsip keterbukaan d. Prinsip akuntabilitas
10. Prinsip-prinsip tambahan atau landasan lain dari
pemberdayaan masyarakat adalah? a. Prinsip ekologi b. Prinsip gender c. Prinsip globalisasi d. Prinsip perdamaian
11. Dari tidak tahu menjadi tahu, dari tahu menjadi mau, dan
dari mau menjadi melaksanakan perilaku. Apakah itu dalam pemberdayaan masyarakat?
a. Prinsip pemberdayaan masyarakat b. Tahapan pemberdayaan masyarakat c. Tingkatan pemberdayaan masyarakat d. Strategi pemberdayaan masyarakat
12. Dimanakah tercantum pedoman tentang pemberdayaan
masyarakat di bidang kesehatan? a. Permenkes No. 3/2014 b. Permenkes No. 45/2014 c. Permenkes No. 65/2013
Standard Kurikulum Pelatihan Fasilitator Sanitasi Total Berbasis
Masyarakat (STBM)
Kementerian Kesehatan RI Tahun 2017 Hal: 56
d. Permenkes No. 3/2013
13. Ada berapakah strategi pemberdayaan masyarakat menurut Permenkes terkait Pemberdayaan Masyarakat di bidang kesehatan?
a. 4 strategi b. 5 strategi c. 6 strategi d. 7 strategi
14. Yang tidak termasuk kegiatan pemberdayaan masyarakat
adalah? a. Membangun kesadaran kritis masyarakat b. Perencanaan partisipatif c. Pengorganisasian masyarakat d. Pemberian instruksi
15. Ada berapa pilar yang disasar dalam STBM Stunting?
a. 5 pilar b. 6 pilar c. 7 pilar d. 8 pilar
16. Pengecekan lingkar lengan atas dilakukan kepada?
a. Remaja Putri b. Wanita Usia Subur c. Ibu Hamil d. Ibu Menyusui
17. Anemia disebabkan karena?
a. Kurang makan sayur b. Kurang makan buah c. Kekurangan zat besi d. Kurang makan ikan
18. Faktor penyebab utama masalah kesehatan masyarakat
adalah: a. Genetik b. Perilaku c. Pelayanan Kesehatan d. Lingkungan
Standard Kurikulum Pelatihan Fasilitator Sanitasi Total Berbasis
Masyarakat (STBM)
Kementerian Kesehatan RI Tahun 2017 Hal: 57
19. Batasan lingkar lengan atas yang digunakan untuk mengidentifikasi Kekurangan Energi Kronik (KEK) pada ibu hamil adalah:
a. =< 23.5 cm b. > 23,0 cm c. < 28,0 cm d. > 28,0 cm
20. Salah satu kunci untuk terbentuknya partisipasi masyarakat
adalah: a. Kerjasama b. Empathy c. Mau mendengarkan d. Semua dibuat oleh masyarakat, tidak ada
campur tangan pihak luar, dan biasanya akan muncul “natural leader” di masyarakat.
21. Salah satu tingkatan dalam partisipasi masyarakat adalah:
a. Saling memiliki dalam unsur masyarakat b. Membuat keputusan secara bersama-sama
antara masyarakat dan pihak luar. c. Bekerja secara sukarela d. Saling menghargai dalam berperilaku
22. Prinsip dasar pemberdayaan yang dilandasi kejujuran,
saling percaya, dan saling memperdulikan merupakan prinsip:
a. Otonom b. Egaliter c. Akuntabilitas d. Keterbukaan
23. Strategi yang dilakukan dalam pemberdayaan masyarakat
adalah: a. Peningkatan upaya advokasi yang mendukung
masyarakat memperjuangkan kepentingannya melalui pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan.
b. Peningkatan gotong royong untuk meningkatkan partisipasi masyarakat.
c. Keterbukaan bagi setiap anggota masyarakat
Standard Kurikulum Pelatihan Fasilitator Sanitasi Total Berbasis
Masyarakat (STBM)
Kementerian Kesehatan RI Tahun 2017 Hal: 58
d. Upaya perubahan perilaku masyarakat yang terus menerus.
24. Dari hasil kajian menunjukkan bahwa pentingnya
pemberdayaan masyarakat dilandasi oleh: a. Keterbatasan man, money, material dan method b. Ternyata 70% sumber daya pembangunan
nasional berasal dari kontribusi /partisipasi masyarakat
c. Ternyata perilaku masyarakat merupakan faktor penyebab utama masalah kesehatan.
d. Keberlangsungan program kesehatan. 25. Tingkatan dari partisipasi masyakat yang paling rendah
adalah: a. Membuat keputusan secara bersama-sama antara
masyarakat dan pihak luar b. Masyarakat hanya menerima informasi c. Masyarakat mulai diajak untuk berunding; d. Masyarakat memiliki wewenang untuk mengatur
sumber daya dan membuat keputusan.
IV. Materi Inti 3- Advokasi dan Fasilitasi STBM Stunting 1. Advokasi adalah :
a. Proses penyampaian pesan kepada pemangku kebijakan (stakeholders), sehingga stakeholder tersebut fahan aka nisi pesannya
b. Proses penyampaian pesan yang ditujukan kepada tokoh masyarakat agar mau melakukan perubahan perilaku
c. Proses penyampaian pesan kepada masyarakat agar masyarakat mau melakukan perubahan
d. Kegiatan dalam rangka mempengaruhi pihak terkait untuk mendapatkan komitmen yang mendukung kepentingan masyarakat
2. Langkah pertama yang harus dilakukan dalam kegiatan advokasi adalah :
a. Inventarisasi pihak-pihak yang terkait dengan masalah yang akan diselesaikan
Standard Kurikulum Pelatihan Fasilitator Sanitasi Total Berbasis
Masyarakat (STBM)
Kementerian Kesehatan RI Tahun 2017 Hal: 59
b. Inventarisasi isu dan kemudian menetapkan isu strategis
c. Inventarisasi sasaran yang terkena masalah d. Menghubungi media massa
3. Kriteria dalam memilih isu, antara lain adalah
a. Isu yang realistis, bukan angan-angan b. Isu yang mempengaruhi banyak orang c. Isunya jelas dan dapat diukur d. Isunya mudah disampaikan
4. Salah satu kriteria pesan advokasi yang efektif adalah call to
action, artinya : a. Pesan harus dapat mendorong stakeholders
untuk bertindak atau berbuat b. Menarik bagi siapa saja yang mendengarnya c. Mendorong masyarakat untuk bertindak d. Masyarakat merasa terpanggil
5. Pesan advokasi sebaiknya bersifat :
a. Peringatan dini b. Larangan c. Petunjuk untuk berbuat d. Membujuk agar berubah
6. Pengertian fasilitasi:
a. Fasilitasi adalah proses percakapan dan diskusi warga/ anggota kelompok. Karenanya, fasilitator bicara jauh lebih banyak.
b. Fasilitasi adalah proses sadar untuk membantu suatu kelompok masyarakat sehingga dapat berhasil melaksanakan tugas mereka sambil tetap menjaga eksistensi kelompok itu.
c. Fasilitasi adalah proses belajar. Hal ini memerlukan ruangan dan tempat yang nyaman.
d. Fasilitasi adalah menyampaikan suatu materi atau pesan untuk mempermudah dalam menentukan pilihan solusi
7. Prinsip fasilitasi:
Standard Kurikulum Pelatihan Fasilitator Sanitasi Total Berbasis
Masyarakat (STBM)
Kementerian Kesehatan RI Tahun 2017 Hal: 60
a. Prinsip fasilitator harus netral dan hanya berorientasi pada kepada isi dari sebuah diskusi.
b. Prinsip utama fasilitasi adalah proses, bukan isi.
c. Fasilitator tidak sama dengan masyarakat sehingga tidak sederajat dan bukan bagian dari warga masyarakat yang bekerja langsung bersama mereka
d. Fasilitator lebih banyak menjawab dan bicara namun hanya memakan waktu sekitar 10 menit
8. Perilaku Fasilitator dalam STBM Stunting a. Langsung menjawab pertanyaan masyarakat
sasaran agar masyarakat puas. b. Bersikap kritis dan ingin menggali lebih dalam c. Memberikan berbagai solusi dari permasalahan
yang ada untuk dipilih oleh masyarakat d. Mengajari/menggurui/menyuruh ataupun
menganjurkan sasaran untuk berbuat ini dan itu
9. Fasilitasi yang Harus Dilakukan dan Dihindari dalam STBM Stunting
a. Jangan memfasilitasi masyarakat untuk menganalisa kondisi mereka, yang memicu rasa jijik dan malu. Tapi minta masyarakat membuat jamban, sarana dan prasarana
b. Jangan menjadi pemimpin atau mendominasi proses diskusi. Dan biarkan masyarakat yang berbicara/diskusi lebih banyak (masyarakat yang memimpin)
c. Jangan biarkan masyarakat menyadarinya sendiri. Tapi beritahu apa yang baik dan apa yang buruk
d. Jangan libatkan masyarakat pada setiap proses fasilitasi. Berikan alat atau petunjuk kepada orang per orang.
10. Tiga pilar utama perubahan perilaku yang harus dihilangkan agar terjadi proses penerapan metode dan sharing dengan baik adalah:
a. Proses fasilitasi, metode, dan perubahan perilaku. b. Profesional, personal, dan institusional. c. Metode, alat bantu, dan kebiasaan. d. Kebiasaan, metode dan proses sharing
Standard Kurikulum Pelatihan Fasilitator Sanitasi Total Berbasis
Masyarakat (STBM)
Kementerian Kesehatan RI Tahun 2017 Hal: 61
11. Fasilitator STBM Stunting menghadapi kondisi di lokasi yang
sudah ada subsidi dan harus menerapkan prinsip tanpa subsidi, apa yang harus dilakukan oleh fasilitator:
a. Pindah ke lokasi yang lain b. Melakukan advokasi ulang c. Menawarkan subsidi d. Melakukan loby ke tingkat lebih tinggi
12. Berdasarkan 4 jendela peran fasilitator, maka posisi
Fasilitator dalam hal ini adalah: a. Banyak menjelaskan/ menerangkan dan sedikit
bertanya b. Banyak bertanya dan banyak
menjelaskan/menerangkan c. Sedikit bertanya dan sedikit
menjelaskan/menerangkan d. Sedikit menjelaskan/menerangkan dan banyak
bertanya
13. Untuk mengungkapkan Fakta biasanya memakai kata Tanya:
a. APA, MENGAPA, DIMANA b. APA, SIAPA, DIMANA, KAPAN c. APA, BAGAIMANA, DIMANA d. APA, MENGAPA, KAPAN, SIAPA
14. Tips untuk mengelola anggota kelompok diskusi yang sulit
terutama tipe “Pendiam atau Pemalu” adalah: a. Ingatkan kelompok tentang aturan. Hadapi
perilakunya ketika terjadi. Bentuk alternatif non-agresif. Diskusikan akibatnya dengan keseluruhan kelompok.
b. Catat tingkat keikut sertaan. Tempatkan dalam kelompok yang sama dengan pelatih. Minta diam. Undang untuk ikut bertangggung jawab atas peran serta yang lain.
c. Hargai. Semangati apapun jawabannya. Berikan umpan balik secara tersendiri. Beri waktu untuk mempersiapkan suatu topik, dan beri tahu sebelumnya. Undang untuk bicara perlahan.
Standard Kurikulum Pelatihan Fasilitator Sanitasi Total Berbasis
Masyarakat (STBM)
Kementerian Kesehatan RI Tahun 2017 Hal: 62
Tempatkan dalam kelompok yang saling membantu dan lebih kecil.
d. Diskusikan dalam kelompok mengenai kegunaan dan penyalahgunaan humor. Hadapi pelakunya. Berikan umpan balik – beri waktu untuk berubah. Dukung perilaku yang berbeda dari yang ini.
15. Tips untuk mengelola anggota kelompok diskusi yang sulit terutama tipe “Agresif” adalah:
a. Catat tingkat keikut sertaan. Tempatkan dalam kelompok yang sama dengan pelatih. Minta diam. Undang untuk ikut bertangggung jawab atas peran serta yang lain.
b. Hargai. Semangati apapun jawabannya. Berikan umpan balik secara tersendiri. Beri waktu untuk mempersiapkan suatu topik, dan beri tahu sebelumnya. Undang untuk bicara perlahan. Tempatkan dalam kelompok yang saling membantu dan lebih kecil.
c. Diskusikan dalam kelompok mengenai kegunaan dan penyalahgunaan humor. Hadapi pelakunya. Berikan umpan balik – beri waktu untuk berubah. Dukung perilaku yang berbeda dari yang ini.
d. Ingatkan kelompok tentang aturan. Hadapi perilakunya ketika terjadi. Bentuk alternatif non-agresif. Diskusikan akibatnya dengan keseluruhan kelompok.
16. Berdasarkan 4 jendela peran fasilitator, maka posisi Fasilitator dalam hal ini adalah:
a. Banyak menjelaskan/ menerangkan dan sedikit bertanya
b. Banyak bertanya dan banyak menjelaskan/menerangkan
c. Sedikit bertanya dan sedikit menjelaskan/menerangkan
d. Sedikit menjelaskan/menerangkan dan banyak bertanya
V. Materi Inti 4- Pemicuan STBM Stunting
Standard Kurikulum Pelatihan Fasilitator Sanitasi Total Berbasis
Masyarakat (STBM)
Kementerian Kesehatan RI Tahun 2017 Hal: 63
1. Pada saat persalinan, setelah bayi lahir harus dilakukan Inisiasi Menyusu Dini (IMD), yang dimaksud dengan IMD adalah :
a. IMD adalah proses menyusu dimulai secepatnya segera setelah lahir. Dilakukan dengan cara kontak kulit ke kulit antara bayi dengan ibunya segera setelah lahir dan berlangsung minimal satu jam
b. IMD adalah proses menyusu dimulai secepatnya setelah lahir dan dimandikan. Dilakukan dengan cara kontak kulit ke kulit antara bayi dengan ibunya dan berlangsung minimal satu jam
c. IMD adalah proses menyusu dimulai secepatnya segera setelah lahir. Dilakukan dengan cara kontak kulit ke kulit antara bayi dengan ibunya segera setelah lahir dan berlangsung secepatnya
d. IMD adalah proses menyusu dimulai secepatnya segera setelah lahir. Dilakukan dengan cara mendekatkan bayi dengan puting ibunya segera setelah lahir
2. Pemberian ASI (air susu ibu) dikatakan ASI Eksklusif bila ibu menyusui bayinya :
a. Dari lahir sampai usia 24 bulan hanya diberikan Asi saja
b. Dari lahir sampai usia 6 bulan hanya diberikan ASI saja
c. Dari lahir sampai usia 12 bulan hanya diberikan ASI saja
d. Dari lahir sampai usia 9 bulan hanya diberikan ASI saja
3. MP-ASI (makanan pendamping ASI) diberikan kepada bayi mulai usia:
a. 4 bulan b. 5 bulan c. 6 bulan d. Baru lahir
4. Pemberian MP-ASI pada bayi dan anak harus
mempertimbangkan beberapa hal sebagai berikut a. Usia, harga, kekentalan, frekwensi, kebersihan,
jumlah, responsif aktif
Standard Kurikulum Pelatihan Fasilitator Sanitasi Total Berbasis
Masyarakat (STBM)
Kementerian Kesehatan RI Tahun 2017 Hal: 64
b. Usia, musim, kekentalan, frekwensi, kebersihan, jumlah, responsive aktif
c. Usia, frekwensi, jumlah, kekentalan, responsive aktif, kebersihan
d. Usia, peralatan masak, kekentalan, kebersihan, frekwensi, responsive aktif
5. MP-ASI dengan 4 * (empat bintang) adalah MP-ASI dengan komposisi :
a. Sumber Karbohidrat, Protein, lemak, Vitamin dan mineral
b. Tahu, tepung terigu, ikan, sayuran dan buah-buahan, minyak goreng
c. Pisang, madu, selai kacang, tepung maezena, mentega
d. Semua benar 6. Pengertian anak stunting secara umum adalah:
a. Anak yang tinggi badannya lebih pendek dari tinggi badan anak seusianya.
b. Anak yang tinggi badannya lebih tinggi dari tinggi badan anak seusianya.
c. Anak yang tinggi badannya sama dengan tinggi badan anak seusianya.
d. Anak yang pendek 7. Anak usia di bawah lima tahun (balita) dikatakan normal
panjang badannya atau tinggi badannya bila mempunyai nilai Z-skor berdasarkan indeks PB/U atau TB/U yaitu:
a. Di bawah -3 SD b. Di bawah -2 SD c. -2 SD sampai dengan +2 SD d. Diatas +2 SD
8. Identifikasi status gizi anak balita (individu atau kelompok)
yang membandingkan hasil pengukuran panjang badan atau tinggi badan dengan ‘cut off point’ dari standar adalah pengertian dari:
a. Skrining b. Stunting c. Antropometri d. Skrining stunting
Standard Kurikulum Pelatihan Fasilitator Sanitasi Total Berbasis
Masyarakat (STBM)
Kementerian Kesehatan RI Tahun 2017 Hal: 65
9. Menurut penelitian MGRs (WHO 2005), bahwa terdapat
perbedaan pengukuran antara panjang badan dan tinggi badan anak balita sebesar:
a. 0,5 cm b. 0,6 cm c. 0,7 cm d. 0,8 cm
10. Wanita usia subur (WUS) dan ibu hamil (bumil) dikatakan
menderita Kurang Energi Kronik (KEK) bila mempunyai Lingkar Lengan Atas (LILA) :
a. Kurang dari 22,5 cm b. Kurang dari 23,5 cm c. Sama dengan 23,5 cm d. Lebih dari 23,5 cm
11. Ouput Pemicuan adalah:
a. Tersedia prevalensi Stunting 20% b. Terlaksana pemicuan c. Stunting turun prevalensi d. Komitmen
12. Identifikasi masalah yang dilakukan secara partisipatif dapat
dilakukan melalui: a. Pemetaan b. Elemen Pemicuan c. Komitmen d. Simulasi
13. Advokasi kepada tokoh masyarakat, dikerjakan pada tahap:
a. Perkenalan b. Pra Pemicuan c. Post Pemicuan d. Pemicuan
14. Memicu rasa malu punya anak Stunting, dikerjakan dengan: a. Bina Suasana b. Percontohan c. Pertanyaan d. FGD
Standard Kurikulum Pelatihan Fasilitator Sanitasi Total Berbasis
Masyarakat (STBM)
Kementerian Kesehatan RI Tahun 2017 Hal: 66
15. Elemen Pemicuan terdiri dari adalah: a. 7 Elemen pemicuan b. 2 Elemen pemicuan c. 3 Elemen pemicuan d. 5 Elemen pemicuan
VI. Materi Penunjang 2: Anti Korupsi 1. Pencegahan dan pemberantasan korupsi diatur dalam:
a. Instruksi Presiden No. 1/2013 b. Peraturan Presiden No. 1/2013 c. Peraturan Menteri Kesehatan No. 3/2014 d. Undang-Undang No. 6/2014
2. Berikut adalah ciri-ciri korupsi, kecuali a. Merahasiakan motif, ada keuntungan yang ingin
diraih b. Melanggar kaidah kejujuran dan norma hokum c. Dilakukan oleh satu orang d. Mengkhianati kepercayaan
3. Memberi atau menjanjikan sesuatu kepada pegawai negari atau penyelenggara negara dengan maksud tertentu dalam jabatannya adalah perbuatan korupsi yang…
a. Pemerasan b. Korupsi c. Suap menyuap d. Perbuatan curang
4. Yang tidak termasuk tingkatan korupsi adalah: a. Penyalahgunaan kekuasaan b. Pengkhianatan terhadap kepercayaan c. Materi benefit d. Pemanfaatan hubungan saudara
5. Korupsi terjadi karena kurang adanya teladan dari pimpinan
merupakan korupsi karena aspek a. Aspek individu b. Aspek organisasi c. Aspek masyarakat d. Aspek sistem
Standard Kurikulum Pelatihan Fasilitator Sanitasi Total Berbasis
Masyarakat (STBM)
Kementerian Kesehatan RI Tahun 2017 Hal: 67
6. Anti korupsi adalah a. Pencegahan b. Pengawasan c. Tindakan d. Penyadaran
7. Berikut adalah prinsip anti korupsi, kecuali:
a. Akuntabilitas b. Transparansi c. Perencanaan d. Kontrol kebijakan
8. Untuk mencegah korupsi, perlu dilakukan reformasi sebagai
berikut: a. Kelembagaan b. Monitoring c. Keuangan d. Klarifikasi
9. Termasuk strategi komunikasi pemberantasan korupsi, kecuali:
a. Adanya regulasi b. Adanya perbaikan sistem c. Perbaikan manusianya d. Adanya kampanye
10. Cara penanggulangan korupsi adalah:
a. Preventif dan promotif b. Preventif dan represif c. Promotif dan represif d. Preventif, promotif, dan represif