(Lab)Akreditas,Sertifikasi Lab Dan Uji Profisiensi

Embed Size (px)

Citation preview

Akreditasi, Sertifikasi Laboratorium, dan Uji ProfisiensiRangkuman Diskusi Oleh : KBK LAB Adrianto Dear Mailing List MIGAS INDONESIA, Saya mencoba mengangkat topic tentang Laboratorium. Mari kita pahami pertanyaan dibawah ini. Perlukah Laboratorium diakreditasi ? Apakah data yang di hasilkan dari sebuah laboratorium dapat dipercaya ? Dapatkah data dipertanggungjawabkan secara hukum ? Apakah data yang dihasilkan Laboratorium di Indonesia sama dengan data jika di analisa di negara lain ? ....................? Masalah akreditasi sebenarnya sudah tertuang dalam PEDOMAN TEKNIS INVENTARISASI SUMBER DAYA MINERAL DAN ENERGI, Nomor 1452 K/10/MEM/2000 tertanggal 3 November hal 442 menyatakan bahwa : Nama laboratorium tempat analisis kimia dan fisika harus disebutkan dan sedapat mungkin menggunakan laboratorium yang telah di akreditasi. Untuk Indonesia akreditasi laboratorium adalah di bawah BSN-KAN yang membagi laboratorium menjadi 2 yaitu Laboratorium Kalibrasi dan Laboratorium Penguji. Saat ini untuk persyaratan umum kompetensi laboratorium pengujian dan laboratorium kalibrasi harus mengikuti IEC/ISO 17025 yang telah diadopsi oleh BSN menjadi SNI 19-170252000 Untuk mengenal seperti apa sih IEC/ISO 17025, ini ada artikel secara sekilas menjelaskan IEC/ISO 17025 sebagai standard akreditasi untuk laboratorium : Thanks Best Regards, Adrianto (Moderator KBK Laboratorium Analysis) *** Subhan Wahyudi Dear all, Ada baiknya saya perkenalkan dulu, nama saya Subhan Wahyudi, relatif baru bergabung di milis ini, saya bekerja di Laboratorium Penguji Lingkungan. Kebetulan topik ini sedang saya pelajari, jadi saya ikut urun rembug. Saya mulai dengan menanggapi beberapa pertanyaan yang penting untuk dipahami. Laboratorium sangat perlu diakreditasi, karena untuk memberikan kepercayaan atas data hasil uji yang dikeluarkan laboratorium tsb. Agar pengguna data tsb percaya bahwa data yang

dihasilkan dapat dipercaya, maka laboratorium harus diakreditasi. Data yang dihasilkan oleh laboratorium yang telah diakreditasi harus bisa dipertanggungjawabkan secara hukum. Hal itu dikarenakan data yang dihasilkan oleh suatu laboratorium terakreditasi telah melalui sejumlah persyaratan yang telah ditetapkan sesuai ISO 17025. Di dalam ISO 17025, hampir semua hal yang mempengaruhi kualitas data dikendalikan/diatur sehingga kesalahan-kesalahan yang mungkin terjadi bias dihindari atau diminimalisasi. Tetapi kita tidak bisa percaya 100% karena setahu saya di dalam ISO 17025 hanya mengatur persyaratan umum kompetensi laboratorium, tidak spesifik mengatur laboratorium tertentu. Permasalahan selanjutnya apakah data yang dihasilkan laboratorium di indonesia sama dengan data yang dianalisis di negara lain?.........ya seharusnya sama atau hampir sama, tapi itu sulit sekali karena faktor yang mempengaruhi hasil analisis sangat banyak sekali. Jangankan untuk membandingkan hasil laboratorium dengan negara lain, untuk mendapatkan nilai hasil uji yang sebenarnya pun dalam satu laboratorium sangat sulit. Hasil uji yang tercantum dalam laporan hasil uji itu sendiri sebenarnya bukan nilai mutlak, tapi nilai perkiraan terbaik yang dihasilkan laboratorium tsb terhadap nilai sebenarnya. Mudah-2an tanggapan ini bisa memberikan pencerahan bagi yang belum mengetahuinya. *** Swastioko, Budhi Jawaban dari seorang teman di KAN - BSN, yang bukan anggota Milis Migas Indonesia. Untuk rekan Subhan Wahyudi PT. Corelab Indonesia, memang betul yang anda utarakan. Persyaratan persyaratan khusus untuk suatu laboratorium tidak terdapat dalam ISO/IEC 17025, ini dapat diperoleh dari dokumen-dokumen yang dikeluarkan oleh lab-lab dari negara-negara maju (misalnya untuk laboratorium kalibrasi dari NIST, NML/CSIRO, PTB, NPL/Inggris dll) Sebagai tambahan salah satu cara untuk menilai kompetensi laboratorium adalah Uji banding antar laboratorium (Uji profisiensi). Hal ini telah dilakukan oleh KAN : yaitu antar lab yang ada di Indonesia dan hasilnya memuaskan. Tetapi begitu lab-lab tersebut di uji bandingkan di Regional saja (Asia Pasifik misalnya) banyak yang outlier, nah ini namanya jago kandang. Kami sedang menginvestigasi kenapa hal ini bisa terjadi padahal metode yang digunakan sama. Dapat saya tambahkan dalam menilai laboratorium menggunakan ISO/IEC 17025 disyaratkan bahwa personel kompeten dalam melakukan pengujian dan/atau kalibrasi, mengevalausi hasil dll (point 5.2.1 dari ISO/IEC 17025). Penilaian ini dilakukan oleh asesor yang mengerti di bidangnya, misalnya untuk pengujian kopi, asesor akan menilai kesesuaian personel dalam menguji ini ; mulai dari pendidikan, cara melakukan pengujian, kesesuaian metodenya, ruangan yang digunakan dan lain-lain yang berhubungan dengan pengujian kopi tersebut. Apakah metode yang digunakan metode yang mutakhir? Jadi dalam menilai kompetensi laboratorium lebih ditekankan dalam aspek teknisnya disamping dokumentasinya. Biasanya jika personel laboratorium baru 1 tahun di lab.

tidak akan diakui. SNI yang dikeluarkan sedang dikaji ulang lagi, karena ada beberapa yang tidak mungkin dilakukan lagi atau sudah ketinggalan jaman. Demikian sekedar info, jika ingin lebih jauh dapat menghubungi saya kapan saja. *** Anton Hartomo - SAL Sebagai tambahan : khusus untuk bidang MATERIAL PLASTIK, uji profisiensi sedunia telah terintis diikuti LAB POLIMER Chandra Asri (saat itu saya kelola) yang merupakan satu-satunya peserta dari Indonesia. Hasilnya baik. Memang dalam hal standarisasi dan kalibrasi, sebaiknya (kalau bisa) direct ke rujukan-rujukan internasional (ASTM, JIS, BS, DIN dll). Uji bersama profisiensi Lab sedunia, salah satu tolok ukur cermat mutu LAB, niscaya makin disosialisasikan di tanah air. Terimakasih & salam. *** Subhan Wahyudi Sekarang ini sejauh yang saya ketahui istilah uji profisiensi sendiri berangkali masih asing di mata orang-2 lab, kecuali untuk lab yang telah diakreditasi lebih familiar. Benar harus makin disosialisasikan di tanah air, baik melalui KAN-BSN atau lembaga penyelenggara lain. Bahkan ada beberapa lab yang menunggu program semacam ini, tapi mereka tidak tahu. Hal ini saya jumpai di beberapa lab yang ada di suatu industri. Mengenai lab di Indonesia yang jago kandang, saya berpendapat salah satunya karena lab di Indonesia belum sepenuhnya menerapkan semua persyaratan ISO 17025. Saya ambil contoh mengenai pelaporan ketidakpastian analisis belum diterapkan di laboratorium penguji, dan selama ini hanya sesuai permintaan klien. Itupun jarang ada karena mungkin user data belum tahu atau belum paham terhadap data tsb. KAN sendiri belum tegas mengharuskan pelaporan ketidakpastian tsb. Sedangkan asesor juga keliatannya masih menutup mata (tapi kalo asesor tidak begitu, bisa-bisa semua lab yang telah diakreditasi bias dicabut lagi akreditasinya .. ???). Selain itu masih banyak hal yang menyebabkan kenapa lab-lab yang ikut uji profisiensi regional hasilnya outlier. Untuk sementara itu saja yang bisa saya tambahkan. Salam, Subhan *** Dirman Artib Pak Subhan, Sudah beberapa posting dan tanggapan-nya saya baca tentang masalah ini. Ada pertanyaan yang menggelitik saya (baca membingungkan) , yaitu terminology

"AKREDITASI (ACCREDITATION)". Saya familiar dengan standard ISO 9000, 14000 series (QMS dan EMS), tetapi terminology yang saya kenal untuk organisasi setingkat laboratorium adalah "SERTIFIKASI (CERTIFICATION)". AKREDITASI hanya diberikan kepada organisasi setingkat BADAN SERTIFIKASI (CERTIFICATION BODY) oleh BADAN AKREDITASI (ACCREDITATION BODY). Contoh badan akreditasi tersebut adalah UKAS, TUV, KAN, dan lain-lain. Nah kalau untuk ISO 17025 bagaimana ? Apakah organisasi Laboratorium bias diakreditasi ? atau disertifikasi? Ini adalah terminology yang penting pada ISO 9000 dan 14000 series, karena badan sertifikasi mempunyai persyaratan standard juga supaya dapat diakreditasi oleh badan akreditasi yang berwenang. Mohon pencerahan-nya Salam, Dirman Art. AMEC Asia Pacific SHEQ Focal Point ***** Imam Soeseno Pak Dirman, Pak Subhan, Akreditasi biasanya diberikan kepada lembaga-lembaga sertifikasi. Laboratorium mendapat sertifikasi dari lembaga2 sertifikasi yang sudah diakreditasi. Semoga membantu. Salam, Imam ***** Subhan Wahyudi Saya hanya ingin meluruskan, di Indonesia untuk laboratorium penguji/kalibrasi diakreditasi oleh Komite Akreditasi Nasional (KAN) berdasarkan SNI 19-17025-2000 yang diadopsi dari ISO/IEC 17025. Saya kira ini salah persepsi, sebagai contoh laboratorium kami diakreditasi oleh KAN sebagai badan akreditasi. Maaf, untuk Pak Imam / Pak dirman, bisa ngasih contoh laboratorium mana yang mendapat sertifikasi (bukan akreditasi) dari lembaga yang sudah diakreditasi?yang dimaksud sertifikasi apa?karena setahu saya KAN merupakan satu-2nya badan akreditasi independen di Indonesia. Terima kasih, Subhan *****

antonhartomo Dear all, ISO dll yang soal prosedur&admin, tak terkait profisiensi. Yang terakhir ini berskema standar-kalibrasi. Menurut saya : 1. Pembenahan stdr-kalibr di tanah air, sesuai spesialisasi-sasaran khusus, di tanah air belum OK (bagi banyak bidang); bagi industri lebih baik rujuk ke badan internasional semacam ASTM agar tidak "mbulet"/complicated. Juga proficiencytest nya. Untuk plastik, CHANDRA ASRI bahkan satu2nya yang ikut sejak awal rintisannya oleh ASTM. Pertamina/Pulogadung & Lab Polimer BPPT/Serpong rasanya belum. Memang prioritas lebih pada industri yang produknya dipasarkan global. Tapi uji mutu produk skemanya bukan itu saja, bahkan yang terkait makanan juga mesti sesuai aturan FDA dst. Kita tak boleh menunggu sampai secara nasional mampu setara. Apalagi berbagai standarisasi (ASTM dll) juga terus diupdate, sementara kebanyakan industri kita masih saja merujuk ke edisi outdated. Maka caranya langsung saja member internasional dan ikuti program2 profisiensinya. Untuk ASTM ada banyak bidang diuji profisiensi dengan peserta banyak LAB di seluruh dunia. 2. Akreditasi juga demikian. Lebih praktisnya ikut dulu yang internasional, sampai sistem nasional kita sungguh siap. Pada akhirnya customer dan masyarakat umum melihat BUKTI bukan janji kok. Bagi praktisi LAB industri, lebih safe ikut yang internasional. OK sekian dulu. Terimakasih. *** antonhartomo Benar, harus dibedakan antara akreditasi dan sertifikasi. Untuk industri global acap diperlukan keduanya, walau terapan di Indonesia masih baur. Memang antar badan (pemberi) akreditasi berbagai negara perlu lebih tegas pola kerjasamanya. Bukan untuk "maido", tetapi saya pribadi berpendapat lebih efektif berskala internasional, demi kepentingan ekspor & loka2 mancanya, apalagi customer centers dengan sasaran industri2 hilir yang juga inheren punya (jaringan) Lab yang menuntut hal/sertifikasi itu. Sekian terimakasih. ***** Imam Soeseno Sebetulnya bukan soal lokal atau global, justru yang global nggak ada, karena sistemsistem nasional tersebut (semuanya) diadopsi dari sistem yang dikembangkan ISO.

Lembaga-lembaga akreditasi nasional berupaya untuk harmonisasi dan saling mengakui antar sistem mereka. Penting memperhatikan dari mana customer si perusahaan yang akan disertifikasi berasal. Misalnya saja, beberapa perusahaan pertambangan tembaga yang customernya berasal dari Amerika, mengambil sertifikasi dengan akreditasi Australia/New Zealand.... atau Swiss.... sedangkan kalau customernya di Eropah, banyak yang mengambil sertifikasi dgn akreditasi Inggris. Perusahaan yang customernya berasal dari Jepang, perlu mengambil sertifikasi versi Jepang juga... Walaupun demikian, misalnya, akreditasi Inggris atau Swiss cukup bergengsi dan disegani customer di banyak negara.... Strategi yang banyak diambil perusahaan adalah mengambil sertifikasi dari berbagai negara sekaligus.... dan agar murah, mereka biasanya memilih lembaga sertifikasi yang memegang akreditasi dari banyak negara. Salah satu lembaga sertifikasi besar di Indonesia memegang akreditasi dari 30an negara.... Dengan sekali sertifikasi, beberapa sertifikat dipegang sekaligus... auditor-auditor lembaga sertifikasi demikian, pun memegang akreditasi banyak negara tsb.... menghemat waktu dan biaya.... Perkara sertifikasi ini, silakan kunjungi website beberapa lembaga sertifikasi misalnya www.sgs.com atau www.sucofindo.co.id. Semoga membantu. Salam, Imam Soeseno ***** Imam Soeseno Setahu saya beberapa lab dibawah Sucofindo sudah disertifikasi, juga Lab Terpadu IPB Bogor dan Lab Lingkungan Freeport di Timika. Saya belum tahu yang lain. Memang di Indonesia, BSN/KAN itulah satu2nya badan akreditasi di Indonesia. Salam, Imam Soeseno *** Anton Hartomo - SAL Uji profisiensi atau crosscheck antarLab (dll tentu) bukan semata wacana namun praxis. Dengan uji profisiensi dengan badan/lembaga standarisasi INTERNASIONAL secara reguler akan diperoleh sumberdaya2 demi pemenuhan prasyarat penting akreditasi. Keikutsertaan itu juga membingkiskan piranti QA/q-assurance statistik untuk memonitor keunggulan/kelemahan kinerja Lab kita. Kita dapat menguji dan bandingkan hasil2 uji Lab kita dengan Lab2 seluruh dunia. Sekaligus kita memperoleh sampel2 acuan/referens yang vital bagi bidang kerja kita masing-masing.

Dewasa ini sangat mudah mengikuti uji profisiensi seluruh dunia. Berbagai bidang terapan : uji sifat mekanik baja, analisis kimia karbon dan baja low alloy, analisis kimia stainless steel, analisis kimia aluminium, penentuan emas secara kupellasi, tekstil, uji sifat fundamental dan sifat mekanis plastik, uji flammability, pendingin mesin dlsb. Bagi dunia industri, sertifikasi ISO seri 9000, 14000 dll saja tidak memadai, uji profisiensi secara GLOBAL merupakan satu mata keunggulan nyata pula. Ini bukan untuk diskusi-debat, tetapi dilakukan. Selamat sukses selalu. Salam ***** Dirman Artib Pak, Apakah terminology profisiensi ini exist di dalam standard ISO 17025 ? Kalau "ya" mohon dicatatkan ulang di milis ini, sebab mungkin banyak rekan-rekan yang tidak punya teks standard ISO 17025 tsb. Sebagai tambahan informasi istilah "self assessment" dan "benchmarking" exist dalam standard ISO 9000 an (ISO 9004:2000). Mohon diberi contoh konkrit satu saja tentang proses pelaksanaan uji profisiensi. Apa maksudnya lembaga internasional dalam keterangan "uji profisiensi dengan badan/lembaga standarisasi INTERNASIONAL"? (Mungkin maksudnya uji proefisiensi dengan mengacu kepada metodologi yang sudah ditetapkan oleh standard Internasional??) Masalah akreditasi dan sertifikasi: saya menenggarai adanya perbedaan pemahaman definisi antara terminology yang biasa dipakai oleh kalayak ramai (mungkin juga lembaga otoritas pemerintah) dengan definisi teks tertulis pada buku standards, mungkin lho !!! Tetapi mungkin saja terjadi perbedaan pada satu badan standard seperti ISO untuk beberapa series standard yang dikeluarkan. Sayang saya tidak punya teks ISO 17025 series, sehingga tidak bisa melakukan "exercise". Tetapi philosophy-nya "apabila Laboratorium atau organisasi tsb mengeluarkan "SERTIFIKAT" maka pastilah dia lembaga yang harus diakreditasi". Termasuk di dalamnya sekolah-sekolah yang diakreditasi oleh dirjen pendidikan dasar dan menengah, dirjen pendidikan tinggi dan lain-lain yang mengeluarkan IJAZAH TAMAT SEKOLAH. Begitu pula dengan Lab. Yang mengeluarkan sertifikat hasil analysa sesuatu, maka Lab tsb harus diakreditasi. Nah, pertanyaan selanjutnya adalah "bolehkah lab di Indonesia diakreditasi oleh UKAS ?" Terima kasih dulu. Salam, Dirman Art. *****

Anton Hartomo - SAL Dear pak DA, singkat dulu ya : Profisiensi-Akreditasi-Standar, itu satu "paradigma". Yang lain, misalnya : Sertifikasi-Metrologi dst. Badan akreditasi secara "formal" bisa nasional, tetapi yang benar2 bisa "go international" tak banyaklah. Contohnya EAL, ISO, EOQ, IAF, ILAC, APLAC, JASANZ, IAAC, SARAC, NACLA, NORAMET, OECD, ANSI, ASTM, IEEE, NCSL dll. Akhirnya hakimnya ya market, maka lalu ada Strategi Marketing Standard-based, Standard kunci Alih Teknologi, standarisasi selaku proses bisnis strategis dll. Bagi market/industri (real, bukan "formal")yang penting fakta dan sederap tembusan pasar globalnya. Boleh-tidak itu baru bagian pertanyaan, bukan jawaban ya. Akhir2 ini memang hangat dibincang-upayakan kesalingterakuan tiap sistem/badan, simak hal2 terkait "normative referencing" dll antara ISO dengan ASTM misalnya. Dalam kerangka itulah "positioning" profisiensi niscaya dilihat (walau standard ada di aras metodologis), jadi masalahnya tidak semata sertifikasi yang arah-ranah-langkahnya beda. Memang di Indonesia, termasuk di kalangan Laboratorium, hal2 begini masih di pinggiran. Apa tak sebaiknya diadakan misalnya simposium/seminar nasional terkait, sehingga masukan/sumbangsih dapat lebih komprehensif ?? Asal kita ingat, memang dalam hal standar, otoritas badan2 resmi kita agaknya masih saja boleh dilirik sebelah mata kok. (maaf sebentar ada "gangguan" kerja) Silakan lanjut makin kian mencerahkan. Salam! ***** Subhan Wahyudi Saya coba urun rembug menanggapi beberapa pertanyaan Pak Dirman, Terminologi profisiensi ada di dalam standar ISO 17025, seperti yang tercantum dalam butir 4.14.1 dan 5.9.b. Proses pelaksanaan uji profisiensi kurang lebih seperti ini : pertama panitia membuat bahan uji dan melakukan studi kelayakan. Setelah itu mendistribusikan kepada peserta uji prof ini. Setelah pengujian oleh lab peserta maka panitia melakukan pengolahan & evaluasi hasil uji. Kalo menurut saya yang dimaksud lembaga internasional disini yang menyelenggarakan seperti APLAC di asia atau ILAC di dunia. Justru metode yang diacu terserah lab masing-2. Terakhir, bolehkah lab di Indonesia diakreditasi oleh UKAS ? kalo menurut pendapat saya pribadi boleh, tergantung kebutuhan. Contoh lab yg mempunyai klien dari sabang sampai merauke cukup diakreditasi oleh KAN tapi lab yang mempunyai klien di luar Indonesia saya kira harus diakreditasi oleh badan internasional seperti UKAS.

Untuk sementara itu saja yang bisa saya jelaskan. Apabila ada kesalahan mohon ditegur. Terima kasih, Subhan Wahyudi ***** Dirman Artib Pak Anton, Saya dan rekan-rekan memohon untuk anda menjawab dengan singkat pertanyaan saya yang telah saya identifikasi, terima kasih sebelumnya. Salam, Dirman Art. ***** Adrianto Dear Pak Dirman/Pak Subhan/Pak Anton/ Pak Imam dan Rekan-Rekan Migas lainnya, Ternyata diskusi tentang akreditasi cukup menarik hingga membahas Proficiency Test. Untuk menambah ilmu tentang Proficiency Test, Statistical Quality Control, ada baiknya kita baca yang terbaru dari ASTM - D 6299 -02 (Copyright 2003) dengan judul : " Standard Practice for Applying Statistical Quality Assurance Techniques to Evaluate Analytical Measurement System Performance " Sebelum terjun di Uji Proficiency apakah semua data yang kita hasilkan dapat diterima Customer ? Apakah kita melakukan Uji Repeatibility dan Reproducebility di internal laboratory kita sendiri ? Lalu apa yang dilakukan jika data yang kita punyai outlayer misalnya..? Untuk Document IEC 17025 terbagi atas Quality Assurance, Standard Operating Procedure, Working Instruction, Form, dan document pendukung lainnya. Terima kasih Salam, Adrianto *** Anton Hartomo - SAL Dear all, terutama pDirmn, Diskusi PAS bisa dibawa ke dua ranah :

1. Peningkatan sikon umum di Indonesia, kajian/workshop/konsultansi dll, not of our direct business, tapi bukan mustahil bila KMI juga turut merintis yang "beyond wacana" 2. Praxis kita sendiri, karena terkait erat dengan tantangan/peluang market-tradecustomers, melampaui ISO seri 9000 dst. Untuk yang (2)mesti pilih strategis (bisnis) dulu : ASTM, ISO dll. Sesuai jatidiri & goals company kita. Lalu pumpun skema-praktek Lab kita sendiri dalam hal QA statistik sampai metoda-alatukur-standar/acuan. Setelah beres, adakan asesmen diri (antar analis/metoda dst). Kemudian ikuti program internasional profisiensi. Apa yang disebut pak Adri sudah tepat. Sebaiknya ikuti skema yang tepercaya semisal ASTM dll, sebab walau akarnya "nasional" tapi kini spt ASTM sudah ganti jadi ASTMI/internasional, sebagaimana SPE dll. Kalau ILAC-APLAC benar dari sononya mau "inter"nasional tapi APLAC/AsiaPacific saja websitusnya sudah sesak nafas. Kalau yang nasional kita ada websitus dan kuat skemanya, misalnya bidang material polimer, ya tolong saja saya diberitahu karena memang maasih tidak yakin. Jadi cari yang skemanya strong. Ikhtiarlah yang benar paling "cost effective". Hasilnya bagus/excellent, nah percaya diri muncul. Bila masih diluar/oulier ya diperbaiki (metoda/alat/standar dll). Kalau sudah bagus, baru siap ke arah akreditasi, dengan skema (internasional) yang diikuti. Biasanya kalau kita dari awal sudah bagus tertata (right man right place) ikut program profisiensi ya pasti bagus hasilnya. Boleh ikut lebih daripada satu skema, misalnya juga JIS, BSI, DIN sampai ISO. Contoh konkret Chandra Asri sesehari pakai ASTM/utama & JIS/makin dikurangi, selalu updated karena ikut anggota aktif. JIS kini mau mati2an disesuaikan ISO, repot bila ikut JIS tanpa reserve. Feel free saja, tapi alert terhadap masa depan & dunia trade/industry/market. Apalagi kalau kita punya "customers club" sendiri. Untuk skema ASTM tahun-tahun terakhir, bagi bidang petrokimia plastik, Chandra Asri-lah satu-satunya yang pertama kali dan saat ini di INDONESIA yang lulus. Kita tentu berharap perusahaan2 lain maumampu berlomba juga, karena hanya dengan begitu faktual kita dapat perbaiki dunia standarisasi di Indonesia. Praksis "internasional" menuju "nasional". Lebih jauh bagi Lab (juga yang kami established di Chandra Asri) : skema safety/health/enviro -cf.beberapa chem substance & efek hormonal wanita dalam plastik, serta skema "halal-haram" muslim, kosher/yahudi, kristen dll. ini melengkapi praxis QUALITY. Kerjasamanya pun juga internasional. Dengan begitu visi jauh kedepan tertancap kokoh. Beda akreditasi & sertifikasi : jelas. Yang terakhir menunjuk ke produk/output per se. Saya tidak suka membandingkan dengan akreditasi sekolah (hic et nunc -sini/di Indonesia) karena bisa salah tafsir. Kita tahu disini (sorry) banyak yang "incredible/amboi" sih. Saran saya : pilih dan ikuti satu skema kuat sesuai perusahaan kita, misi dan goalnya (market /customers). OK ? Salam, selamat dan sukses. Bila kita2 di milis saling tukar dokumen/ pengetahuan sistem mutu, itu juga buah2 lezat "paguyuban" ini kan ? Silakan, juga JAPRI.

ANTON Hartomo Adrianto Subject: [Oil&Gas] (lab) IEC 17025 " General Requirements for the Competence of Calibration and Testing Laboratories " Dear Rekan-Rekan MIGAS, Buat rekan-rekan MIGAS yang ingin tahu lebih banyak tentang IEC 17025, ISO, ILAC, ASTM, DOELAP, NATA, BSN, UKAS, NVLAP, NIST, A2LA, dan banyak lainnya silahan link di Situs ini : http://www.fasor.com/iso25/ Rekan-rekan dapat menjelajahi Situs-Situs yang berhubungan dengan : 1. INTERNATIONAL ACCREDITATION BODIES & STANDARDS ORGANIZATIONS 2. NATIONAL ACCREDITATION BODIES 3. ACCREDITED CALIBRATION & TESTING LABORATORIES 4. PRODUCT CERTIFICATION BODIES 5. UNCERTAINTY LINKS 6. MEASUREMENT & TESTING USEFUL LINKS 7. STANDARD & SPECIFICATION SUPPLIERS 8. LIMS, DATA ACQUISITION, & SOFTWARE STUFF 9. Proficiency Testing Programs & Reference Materials Terima Kasih Salam, Adrianto ***