labiopalatoschizis

Embed Size (px)

DESCRIPTION

bedah

Citation preview

A. PengertianLabio palatoshcizis atau sumbing bibir langitan adalah cacat bawaan berupa celah pada bibir atas, gusi, rahang dan langit-langit (Fitri Purwanto, 2001).Labio palatoshcizis merupakan suatu kelainan yang dapat terjadi pada daerah mulut palato shcizis (sumbing palatum) labio shcizis (sumbing pada bibir) yang terjadi akibat gagalnya perkembangan embrio (Hidayat, 2005).Labio palatoschizis adalah merupakan congenital anomaly yang berupa adanya kelainan bentuk pada wajah ( Suryadi SKP, 2001).Berdasarkan ketiga pengertian di atas maka penulis dapat menyimpulkan bahwa labio palatoschizis adalah suatu kelainan congenital berupa celah pada bibir atas, gusi, rahang dan langit-langit yang terjadi akibat gagalnya perkembangan embrio.

B. PatofisiologiPenyebab utama bibir sumbing karena kekurangan seng dan karena menikah/kawin dengan saudara/kerabat. Bagi tubuh, seng sangat dibutuhkan enzim tubuh. Walau yang diperlukan sedikit, tapi jika kekurangan berbahaya. Sumber makanan yang mengandung seng antara lain : daging, sayur sayuran dan air. Di NTT airnya bahkan tidak mengandung seng sama sekali. Soal kawin antara kerabat atau saudara memang menjadi pemicu munculnya penyakit generatif, (keterununan) yang sebelumnya resesif. Kekurangan gizi lainya seperti kekurangan vit B6 dan B complek. Infeksi pada janin pada usia kehamilan muda, dan salah minum obat obatan/jamu juga bisa menyebabkan bibir sumbing.

Proses terjadinya labio palatoshcizis yaitu ketika kehamilan trimester I dimana terjadinya gangguan oleh karena beberapa penyakit seperti virus. Pada trimester I terjadi proses perkembangan pembentukan berbagai organ tubuh dan pada saat itu terjadi kegagalan dalam penyatuan atau pembentukan jaringan lunak atau tulang selama fase embrio.

Apabila terjadinya kegagalan dalam penyatuan proses nasal medical dan maxilaris maka dapat mengalami labio shcizis (sumbing bibir) dan proses penyatuan tersebut akan terjadi pada usia 6-8 minggu. Kemudian apabila terjadi kegagalan penyatuan pada susunan palato selama masa kehamilan 7-12 minggu, maka dapat mengakibatkan sumbing pada palato (palato shcizis).

C. PenatalaksanaanPenatalaksanaan tergantung pada kecacatan. Prioritas pertama antara lain pada tekhnik pemberian nutrisi yang adekuat untuk mencegah komplikasi, fasilitas pertumbuhan dan perkembangan.

Penanganan : bedah plastik yang bertujuan menutupi kelainan, mencegah kelainan, meningkatkan tumbuh kembang anak. Labio plasty dilakukan apabila sudah tercapai rules of overten yaitu : umur diatas 10 minggu, BB diatas 10 ponds ( 5 kg), tidak ada infeksi mulut, saluran pernafasan unutk mendapatkan bibir dan hidung yang baik, koreksi hidung dilakukan pada operasi yang pertama. Palato plasty dilakukan pada umur 12-18 bulan, pada usia 15 tahun dilakukan terapi dengan koreksi-koreksi bedah plastik. Pada usia 7-8 tahun dilakukan bone skingraft, dan koreksi dengan flap pharing. Bila terlalu awal sulit karena rongga mulut kecil. Terlambat, proses bicara terganggu, tidak lanjutnya adalah pengaturan diet. Diet minum susu sesuai dengan kebutuhan klien.

D. Konsep Tumbuh Kembang, Bermain, Nutrisi dan Dampak Hospitalisasi. Dibawah ini akan diuraikan mengenai konsep tumbuh kembang, bermain, nutrisi dan dampak hospitalisasi pada anak yang berumur 5 tahun.1. Pertumbuhan, menurut Whalley dan Wong (2000), mengemukakan pertumbuhan sebagai suatu peningkatan jumlah dan ukuran, hal ini merupakan suatu proses yang alamiah yang terjadi pada setiap individu, sedangkan Marlow (1998) mengemukakan pertumbuhan sebagai suatu peningkatan ukuran tubuh yang dapat diukur dengan meter atau sentimeter untuk tinggi badan dan kilogram atau gram untuk berat badan. Pertumbuhan pada anak usia 5 tahun pertumbuhan fisik khususnya berat badan mengalami kenaikan rata-rata per tahunnya adalah 2 Kg, kelihatan kurus akan tetapi aktifitas motorik tinggi, dimana sistem tubuh mencapai kematangan seperti berjalan, melompat, dan lain-lain. Pada pertumbuhan khususnya ukuran tinggi badan anak akan bertambah rata-rata 6,75 sampai 7,5 cm setiap tahunnya (Hidayat, 2006).

2. Perkembangan, perkembangan menitikberatkan pada perubahan yang terjadi secara bertahap dari tingkat yang paling rendah ke tingkat yang paling tinggi dan kompleks yang melalui maturasi dan pembelajaran. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi perkembangan anak diantaranya faktor herediter, faktor lingkungan, dan faktor internal. Perkembangan psikoseksual, anak pada fase falik (3-6 tahun), selama fase ini genitalia menjadi area yang menarik dan area tubuh yang sensitif. Anak mulai mempelajari adanya perbedaan jenis kelamin, seringkali anak merasa penasaran dengan pertanyaan yang diajukannya. Dengan perbedaan ini anak sering meniru ibu atau bapaknya untuk memahami identitas gender (Freud). Pada masa ini anak mengalami proses perubahan dalam pola makan dimana anak pada umumnya mengalami kesulitan untuk makan. Proses eliminasi pada anak sudah menunjukkan proses kemandirian dan masa ini adalah masa dimana perkembangan kognitif sudah mulai menunjukkan perkembangan dan anak sudah mempersiapkan diri untuk memasuki sekolah yang terlihat sekali kemampuan anak belum mampu menilai sesuatu berdasarkan apa yang mereka lihat dan anak membutuhkan pengalaman belajar dengan lingkungan dan orang tuanya (Hidayat, 2006).

3. Nutrisi, nutrisi sangat penting untuk tumbuh dan berembang, anak membutuhkan zat gizi yang esensial mencakup protein, lemak, karbohidrat, mineral, vitamin dan air yang harus dikonsumsi secara seimbang, dengan jumlah yang sesuai kebutuhan pada tahapan usianya. Kebutuhan cairan pada anak usia 5 tahun yaitu 1600-1800cc/24 jam (Hidayat, 2006). Kebutuhan kalorinya adalah 85 kkal per kg BB, Pada masa prasekolah kemampuan kemandirian dalam pemenuha kebutuhan nutrisi sudah mulai muncul, sehingga segala peralatan yang berhubungan dengan makanan seperti garpu, piring, sendok dan gelas semuanya harus dijalaskan pada anak atau doperkenalkan dan dilatih dalam penggunaannya, sehingga dapat mengikuti aturan yang ada. Dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi pada usia ini sebaiknya penyediaan bervariasi menunya untuk mencegah kebosanan, berikan susu dan makanan yang dianjurkan antara lain daging, sup, sayuran dan buah-buahan.

4. Bermain , bermain merupakan suatu aktifitas dimana anak dapat melakukan atau mempraktikkan keterampilan, memberikan ekspresi terhadap pemikiran, menjadi kreatif, mempersiapkan diri untuk berperan dan berprilaku dewasa. Pada usia 3-6 tahun anak sudah mulai mampu mengembangkan kreatifitas dan sosialisasi sehingga sangat diperlukan permainan yang dapat mengembangakan kemampuan menyamakan dan membedakan, kemampuan berbahasa, mengembangkan kecerdasan, menumbuhkan sportifitas, mengembangkan koordinasi motorik, mengembangkan dalam mengontrol emosi, motorik kasar dan halus, memperkenalkan pengertian yang bersifat ilmu pengetahuan dan memperkenalkan suasana kompetisi serta gotong royong. Sehingga jenis permainan yang dapat digunakan pada anak usia ini seperti benda-benda sekitar rumah, buku gambar, majalah anak-anak, alat-alat gambar, kertas untuk belajar melipat, gunting dan air.

5. Dampak HospitalisasiHospitalisasi merupakan suatu poroses yang karena suatu alasan yang berencana atau darurat, mengharuskan anak untuk tinggal di rumah sakit, menjalani terapi dan perawatan sampai pemulangannya sampai kembali kerumah. Selama proses tersebut, anak dan orang tua dapat mengalami berbagai kejadian yang menurut beberapa penelitian ditunjukkan dengan pengalaman yang sangat traumatik dan penuh dengan sterss. Perawatan anak dirumah sakit memaksa anak untuk berpisah dari lingkungan yang dirasakan amat, penuh kasih sayang, dan menanyakan, yaitu lingkungan rumah, permainan, dan teman sepermainannya. Reaksi terhadap perpisahan dengan menolak makan, sering bertanya, menangis walaupun secara perlahan, dan tidak kooperatif terhadap petugas kesehatan. Perawatan dirumah sakit juga membuat anak kehilangan kontrol terhadap dirinya, anak merasa kehilangan kekuatan diri, malu, bersalah, atau takut.anak akan bereaksi agresif dengan marah dan berontak, tidak mau bekerjasama dengan perawat.

E. PengkajianPada klien dengan labio palato schiziz diperoleh data sebagai berikut (post op labio plasty) : perdarahan berlebihan akibat dari peregangan pada sisi insisi atau tanda infeksi. Pernafasan stridor, distres atau obstruksi, iritasi kulit dibawah restrein siku. Kemampuan terhadap tekhnik makanan.

Pemeriksaan penunjang1. Tes pendengaran, bicara dan evaluasi.2. Laboratorium untuk persiapan operasi; Hb, Ht, leuko, BT, CT.3. Evaluasi ortodental dan prostontal dari mulai posisi gigi dan perubahan struktur dari orkumaxilaris.4. Konsultasi bedah plastik, ahli anak, ahli THT, ortodentisist, spech therapi.5. MRI

F. Diagnosa KeperawatanDiagnosa keperawatan pada klien labio palatoschizis menurut Fitri purwanto SKp adalah sebagai berikut :1. Perubahan nutrisi kurang dari kebetuhan tubuh atau tidak efektip dalam meneteki ASI, berhubungan dengan ketidak mampuan menelan/kesukaran dalam makan, sekunder dari kecacatan dan pembedahan.2. Risiko aspirasi, berhubungan dengan ketidakmampuan mengeluarkan sekresi sekunder dari palato schizis.3. Risiko infeksi berhubungan dengan kecacatan (sebelum operasi) dan atau insisi pembedahan.4. Kurangnya pengetahuan keluarga berhubungan dengan tehnik pemberian makan, dan perawatan di rumah.5. Nyeri berhubungan dengan insisi pembedahan.6. Tidak efektif bersihan jalan nafas berhubungan dengan efek anastesi, edema setelah pembedahan, sekresi yang meningkat.7. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan insisi pembedahan.8. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan tampak kecacatan pada anak.

G. PERENCANAANSetelah diagnosa keperawatan ditemukan, maka perencanaan pada klien dengan labio palatoschizis menurut Fitri purwanto SKp Fitri purwanto SKp adalah sebagai berikut:1. Nutrisi yang adekuat dapat di pertahankan yang ditandai dengan adanya peningkatan berat badan dan adaptasi dengan metode makan yang sesuai.2. Anak akan bebas dari aspirasi3. Anak tidak menunjukan tanda tanda infeksi sebelum dan setelah operasi, luka tampak bersih, kering dan tidak edema.4. Orang tua dapat memahami dan dapat mendemonstrasikan dengan metode pemberian makan pada anak, pengobatan setelah pembedahan dan harapan perawatan sebelum dan setelah operasi5. Rasa nyaman anak dapat di pertahankan yang ditandai dengan anak tidak menangis, tidak labil dan tidak gelisah.6. Pada anak tidak ditemukan komplikasi sistem pernafasan yang ditandai dengan jalan nafas bersih dan pernafasan teratur dan bunyi paru vesikuler.7. Anak tidak memperlihatkan kerusakan pada kulit yang ditandai dengan insisi tetap utuh, tidak ada tanda infeksi dan terdapat tanda tanda penyembuhan.8. Orang tua sering melakukan bonding dengan anak yang ditandai dengan keinginan untuk merawat anak, dan mampu untuk mengidentifikasi aspek positif pada anak.

H. PelaksanaanPelaksanaan menurut Potter (2005), merupakan tindakan mandiri berdasarkan ilmiah, masuk akal dalam melaksanakan yang bermanfaat bagi klien yang diantisipasi berhubungan dengan diagnosa keperawatan dan tujuan yang telah ditetapkan. Pelaksanaan merupakan pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan. Tindakan keperawatan pada klien dapat berupa tindakan mandiri maupun tindakan kolaborasi. Dalam pelaksanaan tindakan, langkah-langkah yang dilakukan adalah mengkaji kembali keadaan klien, validasi rencana keperawatan, menentukan kebutuhan dan bantuan yang diberikan serta menetapkan strategi tindakan yang dilakukan. Selain itu juga dalam pelaksanaan tindakan, semua tindakan yang dilakukan pada klien dan respon klien pada setiap tindakan keperawatan didokumentasikan dalam catatan keperawatan. Dalam pendokumentasian catatan keperawatan hal yang perlu didokumentasikan adalah waktu tindakan dilakukan, tindakan dan respon klien serta diberi tanda tangan sebagai aspek legal dari dokumentasi yang dilakukan.

I. EvaluasiEvaluasi menurut Hidayat (2007), merupakan tahap akhir dari proses keperawatan yang mengukur seberapa jauh tujuan yang telah ditetapkan dapat tercapai, berdasarkan standar atau kriteria yang telah ditetapkan. Evaluasi merupakan aspek penting didalam proses keperawatan, karena menghasilkan kesimpulan apakah intervensi keperawatan diakhiri atau ditinjau kembali atau dimodifikasi. Dalam evaluasi prinsip obyektifitas, reabilitas dan validitas dapat dipertahankan agar keputusan yang diambil tepat. Evaluasi proses keperawatan ada dua arah yaitu evaluasi proses (evaluasi formatif) dan evaluasi hasil (evaluasi sumatif). Evaluasi proses adalah evaluasi yang dilakukan segera setelah tindakan dilakukan dan didokumentasikan pada catatan keperawatan. Sedangkan evaluasi hasil adalah evaluasi yang dilakukan untuk mengukur sejauh mana pencapaian tujuan yang ditetapkan dan dilakukan pada akhir keperawatan.

LABIOPALATOSCHIZIS

PengertianLabio palatoshcizis atau sumbing bibir langitan adalah cacat bawaan berupa celah pada bibir atas, gusi, rahang dan langit-langit (Fitri Purwanto, 2001).Labio palatoshcizis merupakan suatu kelainan yang dapat terjadi pada daerah mulut palato shcizis (sumbing palatum) labio shcizis (sumbing pada bibir) yang terjadi akibat gagalnya perkembangan embrio (Hidayat, 2005).Labio palatoschizis adalah merupakan congenital anomaly yang berupa adanya kelainan bentuk pada wajah ( Suryadi SKP, 2001).Berdasarkan ketiga pengertian di atas maka penulis dapat menyimpulkan bahwa labio palatoschizis adalah suatu kelainan congenital berupa celah pada bibir atas, gusi, rahang dan langit-langit yang terjadi akibat gagalnya perkembangan embrio.Beberapa jenis bibir sumbing : a. Unilateral IncompleteApabila celah sumbing terjadi hanya di salah satu sisi bibir dan tidak memanjang hingga ke hidung.b. Unilateral completeApabila celah sumbing terjadi hanya di salah satu bibir dan memanjang hingga ke hidung.c. Bilateral complete Apabila celah sumbing terjadi di kedua sisi bibir dan memanjang hingga ke hidung.B. Etiologi1. Faktor herediter2. Kegagalan fase embrio yang penyebabnya belum diketahui3. Akibat gagalnya prosessus maksilaris dan prosessus medialis menyatu4. Dapat dikaitkan abnormal kromosom, mutasi gen dan teratogen (agen/faktor yang menimbulkan cacat pada embrio).5. Beberapa obat (korison, anti konsulfan, klorsiklizin).6. Mutasi genetic atau teratogen.

C. Patofisiologi1. Kegagalan penyatuan atau perkembangan jaringan lunak dan atau tulang selama fase embrio pada trimester I.2. Terbelahnya bibir dan atau hidung karena kegagalan proses nosal medial dan maksilaris untuk menyatu terjadi selama kehamilan 6-8 minggu.3. Palatoskisis adalah adanya celah pada garis tengah palato yang disebabkan oleh kegagalan penyatuan susunan palato pada masa kehamilan 7-12 minggu.4. penggabungan komplit garis tengah atas bibir antara 7-8 minggu masa kehamilan.Penyebab utama bibir sumbing karena kekurangan seng dan karena menikah/kawin dengan saudara/kerabat. Bagi tubuh, seng sangat dibutuhkan enzim tubuh. Walau yang diperlukan sedikit, tapi jika kekurangan berbahaya. Sumber makanan yang mengandung seng antara lain : daging, sayur sayuran dan air. Di NTT airnya bahkan tidak mengandung seng sama sekali. Soal kawin antara kerabat atau saudara memang menjadi pemicu munculnya penyakit generatif, (keterununan) yang sebelumnya resesif. Kekurangan gizi lainya seperti kekurangan vit B6 dan B complek. Infeksi pada janin pada usia kehamilan muda, dan salah minum obat obatan/jamu juga bisa menyebabkan bibir sumbing.Proses terjadinya labio palatoshcizis yaitu ketika kehamilan trimester I dimana terjadinya gangguan oleh karena beberapa penyakit seperti virus. Pada trimester I terjadi proses perkembangan pembentukan berbagai organ tubuh dan pada saat itu terjadi kegagalan dalam penyatuan atau pembentukan jaringan lunak atau tulang selama fase embrio.Apabila terjadinya kegagalan dalam penyatuan proses nasal medical dan maxilaris maka dapat mengalami labio shcizis (sumbing bibir) dan proses penyatuan tersebut akan terjadi pada usia 6-8 minggu. Kemudian apabila terjadi kegagalan penyatuan pada susunan palato selama masa kehamilan 7-12 minggu, maka dapat mengakibatkan sumbing pada palato (palato shcizis).

D. Manifestasi Klinis1. Deformitas pada bibir2. Kesukaran dalam menghisap/makan3. Kelainan susunan archumdentis.4. Distersi nasal sehingga bisa menyebabkan gangguan pernafasan.5. Gangguan komunikasi verbal6. Regurgitasi makanan.7. Pada Labio skisisDistorsi pada hidungTampak sebagian atau keduanyaAdanya celah pada bibir8. Pada Palati skisisa. Tampak ada celah pada tekak (unla), palato lunak, keras dan faramen incisive.b. Ada rongga pada hidung.c. Distorsi hidungd. Teraba ada celah atau terbukanya langit-langit saat diperiksadn jarie. Kesukaran dalam menghisap/makan.

E. Komplikasi 1. Gangguan bicara2. Terjadinya atitis media3. Aspirasi4. Distress pernafasan5. Resiko infeksi saluran nafas6. Pertumbuhan dan perkembangan terhambat7. Gangguan pendengaran yang disebabkan oleh atitis media rekureris sekunder akibat disfungsi tuba eustachius.8. Masalah gigi9. Perubahan harga diri dan citra tubuh yang dipengaruhi derajat kecacatan dan jaringan paruh.

F. PenatalaksanaanPenatalaksanaan tergantung pada kecacatan. Prioritas pertama antara lain pada tekhnik pemberian nutrisi yang adekuat untuk mencegah komplikasi, fasilitas pertumbuhan dan perkembangan.Penanganan : bedah plastik yang bertujuan menutupi kelainan, mencegah kelainan, meningkatkan tumbuh kembang anak. Labio plasty dilakukan apabila sudah tercapai rules of overten yaitu : umur diatas 10 minggu, BB diatas 10 ponds ( 5 kg), tidak ada infeksi mulut, saluran pernafasan unutk mendapatkan bibir dan hidung yang baik, koreksi hidung dilakukan pada operasi yang pertama. Palato plasty dilakukan pada umur 12-18 bulan, pada usia 15 tahun dilakukan terapi dengan koreksi-koreksi bedah plastik. Pada usia 7-8 tahun dilakukan bone skingraft, dan koreksi dengan flap pharing. Bila terlalu awal sulit karena rongga mulut kecil. Terlambat, proses bicara terganggu, tidak lanjutnya adalah pengaturan diet. Diet minum susu sesuai dengan kebutuhan klien.1. Penatalaksanaan MedisPenatalaksanaan bibir sumbing adalah tindakan bedah efektif yang melibatkan beberapa disiplin ilmu untuk penanganan selanjutnya. Adanya kemajuan teknik bedah, orbodantis,dokter anak, dokter THT, serta hasil akhir tindakan koreksi kosmetik dan fungsional menjadi lebih baik. Tergantung dari berat ringan yang ada, maka tindakan bedah maupun ortidentik dilakukan secara bertahap. biasanya penutupan celah bibir melalui pembedahan dilakukan bila bayi tersebut telah berumur 1-2 bulan. Setelah memperlihatkan penambahan berat badan yang memuaskan dan bebas dari infeksi induk, saluran nafas atau sistemis. Perbedaan asal ini dapat diperbaiki kembali pada usia 4-5 tahun. Pada kebanyakan kasus, pembedahan pada hidung hendaknya ditunda hingga mencapi usia pubertas. Karena celah-celah pada langit-langit mempunyai ukuran, bentuk dan derajat cerat yang cukup besar, maka pada saat pembedahan, perbaikan harus disesuaikan bagi masing-masing penderita. Waktu optimal untuk melakukan pembedahan langit-langit bervariasi dari 6 bulan 5 tahun. Jika perbaikan pembedahan tertunda hingga berumur 3 tahun, maka sebuah balon bicara dapat dilekatkan pada bagian belakang geligi maksila sehingga kontraksi otot-otot faring dan velfaring dapat menyebabkan jaringan-jaringan bersentuhan dengan balon tadi untuk menghasilkan penutup nasoporing.2. Penatalaksanaan Keperawatana. Perawatan Pra-Operasi:1) Fasilitas penyesuaian yang positif dari orangtua terhadap bayi.a) Bantu orangtua dalam mengatasi reaksi berdukab) Dorong orangtua untuk mengekspresikan perasaannya.c) Diskusikan tentang pembedahand) Berikan informasi yang membangkitkan harapan dan perasaan yang positif terhadap bayi.e) Tunjukkan sikap penerimaan terhadap bayi.2) Berikan dan kuatkan informasi pada orangtua tentang prognosis dan pengobatan bayi.a) Tahap-tahap intervensi bedahb) Teknik pemberian makanc) Penyebab devitasi3) Tingkatkan dan pertahankan asupan dan nutrisi yang adequate.a) Fasilitasi menyusui dengan ASI atau susu formula dengan botol atau dot yang cocok.Monitor atau mengobservasi kemampuan menelan dan menghisap.b) Tempatkan bayi pada posisi yang tegak dan arahkan aliran susu ke dinding mulut.c) Arahkan cairan ke sebalah dalam gusi di dekat lidah.d) Sendawkan bayi dengan sering selama pemberian makane) Kaji respon bayi terhadap pemberian susu.f) Akhiri pemberian susu dengan air.4) Tingkatkan dan pertahankan kepatenan jalan nafasa) Pantau status pernafasanb) Posisikan bayi miring kekanan dengan sedikit ditinggikanc) Letakkan selalu alat penghisap di dekat bayib. Perawatan Pasca-Operasi1) Tingkatkan asupan cairan dan nutrisi yang adequatea) Berikan makan cair selama 3 minggu mempergunakan alat penetes atau sendok.b) Lanjutkan dengan makanan formula sesuai toleransi.c) Lanjutkan dengan diet lunakd) Sendawakan bayi selama pemberian makanan.2) Tingkatkan penyembuhan dan pertahankan integritas daerah insisi anak.a) Bersihkan garis sutura dengan hati-hatib) Oleskan salep antibiotik pada garis sutura (Keiloskisis)c) Bilas mulut dengan air sebelum dan sesudah pemberian makan.d) Hindari memasukkan obyek ke dalam mulut anak sesudah pemberian makan untuk mencegah terjadinya aspirasi.e) Pantau tanda-tanda infeksi pada tempat operasi dan secara sistemik.f) Pantau tingkat nyeri pada bayi dan perlunya obat pereda nyeri.g) Perhatikan pendarahan, cdema, drainage.h) Monitor keutuhan jaringan kuliti) Perhatikan posisi jahitan, hindari jangan kontak dengan alat-alat tidak steril, missal alat tensi

G. Pemeriksaan penunjang1. Tes pendengaran, bicara dan evaluasi.2. Laboratorium untuk persiapan operasi; Hb, Ht, leuko, BT, CT.3. Evaluasi ortodental dan prostontal dari mulai posisi gigi dan perubahan struktur dari orkumaxilaris.4. Konsultasi bedah plastik, ahli anak, ahli THT, ortodentisist, spech therapi.5. MRI

BAB 2TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Labio palatoshizis adalah suatu keadaan terbukanya bibir dan langit langit rongga mulut dapat melalui palatum durum maupun palatum mole, hal ini disebabkan bibir dan langit langit tidak dapat tumbuh dengan sempurna pada masa pembentukan mesuderm pada saat kehamilan. Labio palatoshizis yang terjadi seringkali berbentuk fistula, dimana fistula ini dapat diartikan sebagai suatu lubang atau celah yang menghubungkan rongga mulut dan hidung (Sarwoni, 2001)

2.2 Etiologi Ada beberapa etiologi yang dapat menyebabkan terjadinya kelainan Labio palatoschizis, antara lain:1. Faktor GenetikMerupakan penyebab beberapa palatoschizis, tetapi tidak dapat ditentukan dengan pasti karena berkaitan dengan gen kedua orang tua. Diseluruh dunia ditemukan hampir 25 30 % penderita labio palatoscizhis terjadi karena faktor herediter. Faktor dominan dan resesif dalam gen merupakan manifestasi genetik yang menyebabkan terjadinya labio palatoschizis. Faktor genetik yang menyebabkan celah bibir dan palatum merupakan manifestasi yang kurang potensial dalam penyatuan beberapa bagian kontak.2. Insufisiensi zat untuk tumbuh kembang organ selama masa embrional, baik kualitas maupun kuantitas (Gangguan sirkulasi foto maternal).Zat zat yang berpengaruh adalah: Asam folat Vitamin C ZnApabila pada kehamilan, ibu kurang mengkonsumsi asam folat, vitamin C dan Zn dapat berpengaruh pada janin. Karena zat - zat tersebut dibutuhkan dalam tumbuh kembang organ selama masa embrional. Selain itu gangguan sirkulasi foto maternal juga berpengaruh terhadap tumbuh kembang organ selama masa embrional.

3. Pengaruh obat teratogenik.Yang termasuk obat teratogenik adalah: Jamu. Mengkonsumsi jamu pada waktu kehamilan dapat berpengaruh pada janin, terutama terjadinya labio palatoschizis. Akan tetapi jenis jamu apa yang menyebabkan kelainan kongenital ini masih belum jelas. Masih ada penelitian lebih lanjut Kontrasepsi hormonal. Pada ibu hamil yang masih mengkonsumsi kontrasepsi hormonal, terutama untuk hormon estrogen yang berlebihan akan menyebabkan terjadinya hipertensi sehingga berpengaruh pada janin, karena akan terjadi gangguan sirkulasi fotomaternal. Obat obatan yang dapat menyebabkan kelainan kongenital terutama labio palatoschizis. Obat obatan itu antara lain : - Talidomid, diazepam (obat obat penenang)- Aspirin (Obat obat analgetika)- Kosmetika yang mengandung merkuri & timah hitam (cream pemutih)Sehingga penggunaan obat pada ibu hamil harus dengan pengawasan dokter.4. Faktor lingkungan. Beberapa faktor lingkungan yang dapat menyebabkan Labio palatoschizis, yaitu: Zat kimia (rokok dan alkohol). Pada ibu hamil yang masih mengkonsumsi rokok dan alkohol dapat berakibat terjadi kelainan kongenital karena zat toksik yang terkandung pada rokok dan alkohol yang dapat mengganggu pertumbuhan organ selama masa embrional. Gangguan metabolik (DM). Untuk ibu hamil yang mempunyai penyakit diabetessangat rentan terjadi kelainan kongenital, karena dapat menyebabkan gangguan sirkulasi fetomaternal. Kadar gula dalam darah yang tinggi dapat berpengaruh padatumbuh kembang organ selama masa embrional.h Penyinaran radioaktif. Untuk ibu hamil pada trimester pertama tidak dianjurkan terapi penyinaran radioaktif, karena radiasi dari terapi tersebut dapat mengganggu proses tumbuh kembang organ selama masa embrional.5. Infeksi, khususnya virus (toxoplasma) dan klamidial . Ibu hamil yang terinfeksi virus (toxoplasma) berpengaruh pada janin sehingga dapat berpengaruh terjadinya kelainan kongenital terutama labio palatoschizis. Dari beberapa faktor tersebit diatas dapat meningkatkan terjadinya Labio palatoshizis, tetapi tergantung dari frekuensi dari frekuensi pemakaian, lama pemakaian, dan wktu pemakaian.

2.3 Patofisiologi Cacat tebentuk pada trimester pertama, prosesnya karena tidak terbentuknya mesoderm pada daerah tersebut sehingga bagian yang telah menyatu (Prosesus nasalis dan maksialis) pecah kembali.

2.4 Klasifikasi2.4.1 Berdasarkan organ yang terlibat Celah bibir ( labioscizis ) : celah terdapat pada bibir bagian atas Celah gusi ( gnatoscizis ) : celah terdapat pada gusi gigi bagian atas Celah palatum ( palatoscizis ) : celah terdapat pada palatum2.4.2 Berdasarkan lengkap atau tidaknya celah yang terbentuk Komplit : jika celah melebar sampai ke dasar hidung Inkomplit : jika celah tidak melebar sampai ke dasar hidung2.4.3 Berdasarkan letak celah Unilateral : celah terjadi hanya pada satu sisi bibir Bilateral : celah terjadi pada kedua sisi bibir Midline : celah terjadi pada tengah bibir

2.5 Prevalensi penyakit Labio palatoschizis adalah suatu kelainan kongenital sehingga insidensnya adalah neonatus, dengan prevalensi penyakit 1:1000 kelahiran. Insiden dari Labio palatoschizis tertinggi terdapat pada orang Asia dan insiden paling rendah pada orang amerika keturunan Afrika.

2.6 Manifestasi Klinisa) Tampak ada celahb) Adanya rongga pada hidungc) Distorsi hidungd) Kesukaran dalam menghisap atau makan.

2.7 KomplikasiKomplikasi yang terjadi pada pasien dengan Labio palatoschizis adalah:1. Kesulitan berbicara hipernasalitas, artikulasi, kompensatori. Dengan adanya celah pada bibir dan palatum, pada faring terjadi pelebaran sehingga suara yang keluar menjadi sengau.2. Maloklusi pola erupsi gigi abnormal. Jika celah melibatkan tulang alveol, alveol ridge terletak disebelah palatal, sehingga disisi celah dan didaerah celah sering terjadi erupsi.3. Masalah pendengaran otitis media rekurens sekunder. Dengan adanya celah pada paltum sehingga muara tuba eustachii terganggu akibtnya dapat terjadi otitis media rekurens sekunder.4. Aspirasi. Dengan terganggunya tuba eustachii, menyebabkan reflek menghisap dan menelan terganggu akibatnya dapat terjadi aspirasi.5. Distress pernafasan. Dengan terjadi aspirasi yang tidak dapat ditolong secara dini, akan mengakibatkan distress pernafasan 6. Resiko infeksi saluran nafas. Adanya celah pada bibir dan palatum dapat mengakibatkan udara luar dapat masuk dengan bebas ke dalam tubuh, sehingga kuman kuman dan bakteri dapat masuk ke dalam saluran pernafasan.7. Pertumbuhan dan perkembangan terlambat. Dengan adanya celah pada bibir dan palatum dapat menyebabkan kerusakan menghisap dan menelan terganggu. Akibatnya bayi menjadi kekurangan nutrisi sehingga menghambat pertumbuhan dan perkembangan bayi.8. Asimetri wajah. Jika celah melebar ke dasar hidung alar cartilago dan kurangnya penyangga pada dasar alar pada sisi celah menyebabkan asimetris wajah.9. Penyakit peri odontal. Gigi permanen yang bersebelahan dengan celah yang tidak mencukupi di dalam tulang. Sepanjang permukaan akar di dekat aspek distal dan medial insisiv pertama dapat menyebabkan terjadinya penyakit peri odontal. 10. Crosbite. Penderita labio palatoschizis seringkali paroksimallnya menonjol dan lebih rendah posterior premaxillary yang colaps medialnya dapat menyebabkan terjadinya crosbite.11. Perubahan harga diri dan citra tubuh. Adanya celah pada bibir dan palatum serta terjadinya asimetri wajah menyebabkan perubahan harga diri da citra tubuh.

2.8 Penatalaksanaan Penatalaksanaan labio palatoschizis adalah dengan tindakan pembedahan. Tindakan operasi pertama kali dikerjakan untuk menutup celah bibir palatum berdasarkan kriteria rule of ten , yaitu:a. Umur lebih dari 10 minggu ( 3 bulan )b. Berat lebih dari 10 pond ( 5 kg )c. Hb lebih 10 g / dld. Leukosit lebih dari 10.000 / ul Cara operasi yang umum dipakai adalah cara millard. Tindakan operasi selanjutny adalah menutup bagian langitan ( palatoplasti ), dikerjakan sedini mungkin ( 15 24 bulan ) sebelum anak mampu berbicara lengkap sehingga pusat bicara di otak belum membentuk cara bicara. Kalau operasi dikerjakan terlambat, seringkali hasil operasi dalam hal kemampuan mengeluarkan suara normal ( tidak sengau ) sulit dicapai. Bila Ini telah dilakukan tetapi suara yang keluar masih sengau dapat dilakukan laringoplasti. Operasi ini adlah membuat bendungan pada faring untuk memperbaiki fonasi, biasanya dilakukan pada umur 6 tahun keatas. Pada umur 8 -9 tahun dilakukan operasi penambalan tulang pada celah alveolus atau maksila untuk memungkinkan ahli ortodonti mengatur pertumbuhan gigi di kanan kiri celah supaya normal. Graft tulang diambil dari dari bagian spongius kista iliaca. Tindakan operasi terakhir yang mungkin perlu dikerjakan setelah pertumbuhan tulang tulang muka mendekatiselesai, pada umur 15 17 tahun. Sering ditemukan hiperplasi pertumbuhan maksila sehingga gigi geligig depan atas atau rahang atas kurang maju pertumbuhannya. Dapat dilakukan bedah ortognatik memotong bagian tulang yang tertinggal pertumbuhannya dan mengubah posisinya maju ke depan.BAB 3WEB OF CAUTION

Fakto genetik Insufisiensi zat untuk Pengaruh obat Faktor lingkungan Infeksikelainan tumbuh kembang teratogenik : Zat kimia, Radioaktif Virus kromosom selama embrional Jamu, Kortison, Gx. Metabolik Klamidial (kualitas&kuantitas) : Klorsiklizin, asam folat, Zn, Vit C Anti konvulsan, Kontrasepsi hormonal

Mesoderm tdk terbentuk pada trimester I kehamilan

Prosesus nasalis & maksialis tdk menyatu

LABIO PALATOSCIZIS

Sistem pencernaan Sistem Pernapasan

Ada celah pada bibir & palatum Ada celah pada bibir& palatum

Spingter di muara tuba eustachia terganggu Distorsi nasal

Tidak dapat menghisap Dispnea & maloklusi

Perub. Nutrisi kurang dari kebutuhan Aspirasi Resiko tinggi infeksi

Dampak hospitalisasi

Anak Keluarga Cemas Pre Op Post Op Ketegangan Cemas Perub. Nutrisi kurang dari kebutuhan Kurang pengetahuan Ketegangan Nyeri Koping klg tidak efektif Perub. Nutrisi kurang Resiko tinggi trauma insisi pembadahan dari kebutuhan Resiko tinggi infeksi

BAB IVASUHAN KEPERAWATAN

4.1 PengkajianRiwayat pertumbuhan dan perkembanganA. BB normal neonatus : 2,75 3,00 kgB. TB normal neonatus : 50 cmC. LK normal neonatus : 43 -35 cmD. LD normal neonatus : 32 -33 cmE. Perkembangan motorik kasar1. Usia 1 - 4 bulana. Mengangkat kepala saat tengkurapb. Dapat duduk sebentar dengan ditopangc. Dapat duduk dengan kepala tegakd. Jatuh terduduk di pangkuan ketika disokong pada posisi berdirie. Kontrol kepala keluarf. Mengangkat kepala sambil berbaring terlentangg. Berguling dari terlentang kemiringh. Posisi lengan dan tungkai kurang flexii. Berusaha merangkak2. Usia 4 -8 bulana. Menahan kepala tegak terus menerusb. Berayun ke depan dan ke belakangc. Berguling dari terlentang ke tengkurapd. Dapat duduk dengan bantuan selama interval singkat3. Usia 8 -12 bulana. Duduk dari posisi tegak tanpa bantuanb. Dapat berdiri tegak dengan bantuanc. Menjelajahd. Berdiri tegak tanpa bantuan walaupun sebentare. Membuat posisi merangkakf. Merangkakg. Berjalan dengan bantuanF. Perkembangan motorik halus1. Usia 1 4 bulana. Melakukan usaha yang bertujuan untuk memegang suatu obyekb. Mengikuti obyek dari sisi ke sisic. Mencoba memgang benda tapi terlepasd. Memasukkan benda ke dalam mulute. Memperhatikan tangan dan kakif. Memegang benda dengan kedua tangang. Mempertahankan benda di tangan walaupun hanya sebentar2. Usia 4 - 8 bulana. Menggunakan ibu jari dan telunjuk untuk memegangb. Mengeksplorasi benda yang sedang dipegangc. Mampu menahan menahan kedua benda di kedua tangan secara simultand. Menggunakan bahu dan tangan sebagai satu kesatuane. Memindahkan objek dari satu tangan ke tangan yang lainnya3. Usia 8 12 bulana. Melepas objek dengan jari lurusb. Mampu menjepit bendac. Melambaikan tangand. Menggunakan tangan untuk bermaine. Menempatkan objek ke dalam wadahf. Makan biskuit sendirig. Minum dengan cangkir engan bantuanh. Menggunakan sendok dengan bantuani. Makan dengan jarij. Memegang krayon dan membuat coretan di atas kertasG. Perkembangan sensoris1. Usia 0 -1 bulana. Membedakan rasa manis dan asamb. Menari diri dari stimulus yang menyakitkanc. Membedakan bau, mampu mendeteksi bau ibud. Memalingkan kepala dari bau yang tidak disukaie. Membedakan bunyi berdasarkan perbedaan nada, frekuensi dan durasif. Berespon terhadap penurunan cahayag. Mudah melacak objek tetapi mudah juga kehilangan objek tersebuth. Lebih berfokus pada wajah manusia dibandingkan benda benda lain yang ada dalam satu lapang pandangi. Mempunyai ketajaman penglihatan 20 / 40, mampu berfokus pada objek yang berada pada jarak 20 cmj. Terdiam jika mendengar bunyi suara

2. Usia 1 4 bulana. Membedakan wajah dan suara ibub. Menunjukkan pelacakan visual yang akuratc. Membeda-bedakan antar pola penglihatand. Membeda-bedakan wajah yang dikenal dan tidak kenal3. Usia 4 8 bulana. Berespon terhadap perubahan warnab. Mengikuti objek dari garis tengah ke sampingc. Mengikuti objek dari berbagi arah d. Mencoba mencari sumber bunyie. Berusaha mengkoordinasikan tangan mataf. Indera penciuman sudah berkembang dengan baikg. Mencapai batas ketajaman penglihatan dewasah. Berespon terhadap suara yang tidak terlihat 4. Usia 8 12 bulana. Persepsi ke dalam telah meningkatb. Mengenali namanya sendiriH. Perkembangan kognitif1. Usia 0 -1 bulana. Perilaku involunterb. Refleksif primerc. Orientasi autistikd. Tidak ada konsep baik diri sendiri maupun orang lain2. Usia 1 4 bulana. Perilaku reflektif secara bertahap diagantikan gerakan volunterb. Aktifitas berpusat di sekitar tubuhc. Membuat usaha awal untuk mengulang atau menirukan tindakand. Banyak menunjukkan perilaku trial dan errore. Berusaha memodifikasi perilaku sebagai respon terhadap berbagai stimulus (menghisap payudara vs botol)f. Menunjukkan orientasi simbolitikg. Tidak mampu membedakan diri sendiri dan orang lainh. Terlibat dalam suatu aktifitas, karena aktifitas tersebut menyenangkan3. Usia 4 8 bulana. Menunjukkan pengulangan tindakan yang bertujuanb. Menunjukkan keinginan berperilaku untuk mencapai tujuanc. Menentukan perbedaan intensitas (suara dan penglihatan)d. Menunjukkan tindakan sederhanae. Menunjukkan permulaan objek permanentf. Antisipasi kejadiaan kejadian di masa akan datang (makan)g. Menunjukkan kesadaran bahwa diri sendiri terpisah dengan orang tua4. Usia 8 12 bulana. Mengantisipasi kejadian sebagai suatu yang menyenangkan dan tidak menyenangkanb. Menunjukkan tingkat kegawatan pada kesengajaan perilakuc. Menunjukkan perilaku perilaku yang mengarah pada tujuand. Membuktikan kepermanenan objeke. Mencari objek objek yang hilangf. Dapat mengikuti sejumlah besar tindakang. Memahami dari kata kata dan perintah sederhanah. Menghubungkan sikap dan perilaku dengan symboli. Menjadi lebih mandiri dan figur keibuanI. Perkembangan bahasa1. Usia 0 -1 bulana. Mendengkurb. Membuat suara tanpa huruf hidupc. Membuat suara merengek ketika sedang kesald. Membuat suara berdeguk ketika sedang kenyange. Tersenyum sebagai respon terhadap pembicaraan orang dewasa2. Usia 1 -4 bulana. Bersuara dan tersenyumb. Dapat membuat bunyi huruf hidupc. Bersuarad. Berceloteh3. Usia 4 -8 bulana. Menggunakan vokalisasi yang semakin banyakb. Menggunakan kata kata yang terdiri dari 2 suku kata (buu buu)c. Dapat membuat dan bunyi vokal bersamaan4. Usia 8 -12 bulana. Mengucapkan kata kata pertamab. Menggunakan bunyi untuk mengidentifikasikan objek, orang dan aktifitasc. Menirukan berbagai bunyi katad. Mengucapkan serangkaian suku katae. Memahami arti larangan misal : jangan f. Berespon terhadap panggilan dan orang orang yang mirip anggota keluargag. Menunjukkaninfleksi kata kata yang nyatah. Menggunakan 3 kosa katai. Menggunakan kalimat satu kataJ. Perkembangan psikoseksual (Tahap oral)1. Berfokus pada tubuh mulut2. Tugas perkembangan gratifikasi kebutuhan dasar (makanan, kehangatan dan kenyamanan)3. Krisis perkembangan dan penyapihan; bayi dipaksa untuk menghentikan kesenangannya untuk minum ASI / menyusu dari botol4. Keterampilan koping yang umum menghisap, menangis, mendengkur, berceloteh, memukul dan bentuk perilaku lainnya sebagai respon iritan5. Kebutuhan seksual menggeneralisasikan sensasi tubuh yang menyenangkan. Meskipun berfokus pada kebutuhan oral, bayi mendapat kesenangan fisik dari digendong, ditimang, diayun6. Bermain stimultan taktil diberikan melalui aktifitas pengasuhanK. Perkembangan psikososial1. Tugas perkembangan perkembangan rasa percaya terhadap pemberian asuhan primer2. Krisis perkembangan disapih dari ASI / susu botol3. Bermain interaksi dengan pemberi asuhan. Membentuk dasar dasar perkembangan hubungan di kemudian hari4. Peran orang tua bayi merumuskan sikap dasar terhadap kehidupan berdasarkan pengalamannya bersama orang tua. Orang tua dapat dianggap sebagai sebagai seorang yang dapat dipercaya, konsisten, selalu ada dan penyayang L. Perilaku social1. Usia 0 -1 bulana. Bayi tersenyum tanpa membeda -bedakan2. Usia 1 4 bulana. Tersenyum pada wajah manusiab. Waktu tidur dalam sehari lebih sedikit daripada waktu terjagac. Membentuk siklus tidur bangun d. Menangis menjadi sesuatu yang berbedae. Membeda bedakan wajah yang dikenal dan tidak dikenalf. Senang menatap wajah wajah yang dikenalnyag. Diam saja jika ada orang asing3. Usia 4 8 bulana. Merasa terpaksa jika ada orang asingb. Mulai bermain dengan mainanc. Takut akan kehadiran orang asingd. Mudah frustasie. Memukul - mukul lengan dan kaki jika sedang kesal4. Usia 8 -12 bulana. Bermain permainan sederhana (cilukba)b. Menangis jika dimarahic. Membuat permintaan sederhana dengan gaya tubuhd. Menunjukkan peningkatan ansietas terhadap perpisahane. Lebih menyukai menyukai figure pemberi asuhan daripada orang dewasa lainnyaf. Mengenali anggota keluargaM. Perkembangan moralPerkembangan moral tidak dimulai sampai usia toddler, ketika kognitif awal sudah munculN. Perkembangan kepercayaan (tahap tidak membedakan)Rasa percaya dan interaksi dengan pemberi asuhan membentuk dasar untuk perkembangan kesetiaan selanjutnya

4.2 Observasi dan Pengkajian4.2.1 Respiratory Sistemo RR neonatus normal : 30 50 x/menito RR bayi normal : 26 40 x/menito Pernafasan abdominal dan diafragmao Pernafasan dangkal dan iregularo Pada pt dengan labio palatoschizis system pernafasannya terganggu, karena bayi tidak dapat bernafas melalui mulut apabila hidungnya tersumbat. Akibatnya dapat terjadi distress pernafasan atausebagai kompensasi melakukan hiperventilasi dan selanjutnya dapat terjadi dispnea4.2.2 Kardiovaskulero TD neonatus normal 80/50 mmHgo TD bayi normal 90/61 mmHgo Nadi neonatus normal 70 -170 mmHgo Nadi bayi normal 80 160 mmHgo Pada pasien labio palatoscizis, sistem kardiovaskuler tidak mengalami gangguan4.2.3 PersyarafanReflek pada bayi :A. BabinskiJari jari kaki ekstensi ketika telapak kaki diusap. Pada penderita labio palatoschizis reflek babinski positifB. GalantMelengkungkan badan ke arah sisi yang di stimulasi ketika dilakukan pengusapan di sepanjang tulang belakang. Pada penderita labio palatoschizis reflek gallant positifC. MoroEkstensi tiba tiba kea rah luar dan kembali kea rah garis tengah ketika bayi terkejut akibat suara keras / perubahan posisi yang cepat. Pada penderita labio palatoschizis reflek moro positifD. PalmarMenggenggam objek dengan jari ketika telapak tangan disentuh. Pada penderita labio palatoschizis reflek palmar positifE. PlacingUsaha untuk mengangkat dan meletakkan kaki di tepi permukaan kaki ketika kaki disentuh di bagian atasnya. Pada penderita labio palatoschizis reflek placing positif F. PlantarFleksi jari jari kaki ke arah dalam, ketika tumit telapak kaki diusap. Pada penderita labio palatoschizis reflek plantar positif G. RightingBerusaha untuk mempertahankan kepala pada posisi tegak. Pada penderita labio palatoschizis reflek ini positifH. RootingMemiringkan kepala ke arah pipi yang diberi stimulus sentuhan. Pada penderita labio palatoschizis reflek ini positifI. SuckingMenghisap objek yang diletakkan dalam mulut. Pada penderita labio palatoschizis reflek ini negative karena muara tuba eustachiinya tergangguJ. SteppingMembuat gerakan melangkah ketika digendong pada posisi tegak dengan kaki menyentuh permukaan. Pada penderita labio palatoschizis reflek ini positif.

4.2.4 Gastro IntestinalPada penderita labio palatoschizis, system ini mengalami gangguan dikarenakan bentuk bibir. Labio palatoschizis pada bayi normal, jumlah nutrisi berdasarkan BB adalah :BBKebutuhan Nutrisi / Hari

1 10 kg11 20 kg> 20 kg100 cc / BB1000 + 50 cc ( BB 10 )1500 + 20 cc ( BB 20 )

Pada penderita labio palatoschizis asupan kurang dari kebutuhan karena proses menghisap terganggu4.2.5 Urinary SistemA. Jumlah urin = cairan yang masukB. Awal : urin keluar 20 ml dan meningkat sesuai dengan pemasukanC. Frekuensi voiding : 2 -6 x selanjutnya 5 25 x / 24 jamD. Pada bayi void : 15 60 ml/kg BB/24 jamE. BJ urin : 1,005 1,015F. Standar volume urin Bayi baru lahir : 10 90 ml/kg BB/ hari Bayi : 80 90 ml/kg BB/hariG. GFR bayi baru lahir : 30 50 % dewasaH. Rata rata bayi BAK : 8 -12 x/hariI. Pada penderita labio palatoschizis system ini mengalami gangguan 4.2.6 MuskuloskeletalA. Jumlah kartilago > osifikasi tulangB. Pertumbuhan ukuran otot karena hipertropi dibanding hiperplasia

4.3 Pemeriksaan Diagnostik MRI Rontgen

4.4 Daftar Prioritas Masalah Resiko tinggi trauma Nyeri Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan Cemas Ketegangan Resiko aspirasi Kurang informasi

4.5 Intervensi1. Diagnosa Keperawatan: Resiko tinggi trauma sisi pembedahan berhubungan dengan prosedur pembedahan, disfungsi menelanKriteria hasil :- Pasien tidak mengalami trauma pada sisi bedah- Sisi operasi tetap tidak rusakIntervvensiRasional

1. Beri posisi telentang / miring / duduk1. Untuk mencegah trauma pada sisi operasi

2. Pertahankan alat pelindung bibir2. Untuk melindungi garis jahitan

3. Gunakan teknik pemberian makan non traumatik3. Untuk meminimalkan resiko trauma

4. Gunakan jaket restrein pada bayi lebih besar4. Untuk mencegahnya agar tidak berguling dan menggaruk wajah

5. Hindari menempatkan objek di dalam mulut setelah perbaikan PS (kateter penhisap, spatel lidah, dot, sendok kecil)5. Untuk mencegah trauma pada sisi operasi

6. Jaga agar bayi tidak menangis keras dan terus menerus 6. Karena dapat menyebabkan tegangan pada jahitan

7. Bersihkan garis jahitan dengan perlahan setelah memberi makan7. Karena inflamasi dan infeks akan mempengruhi penyembuhan dan efek kosmetik dari perbaikan pembedahan

8. Ajari tentang pembersihan dan prosedur restrein khususnya bila pulang sebelum jahitan dilepas8. Untuk meminimalkan komplikasi setelah pulang

2. Diagnosa Keperawatan: Perubahan nutrisi; kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kesulitan makan setelah prosedur pembedahanKriteria hasil :- Bayi mengkonsumsi jumlah nutrient yang adekuat- Keluarga mendemonstrasikan kemampuan untuk menjalankan perawatan pasca operasi- Bayi menunjukkan penambahan BB yang adekuatIntervensiRasional

1. Beri diet sesuai usia dan ketentuan selama periode pasca operasi1. Bayi mendapat nutrisi yang adekuat

2. Libatkan keluarga dalam metode pemberian makan yang terbaik2. Memegang tanggung jawab pemberian makan di rumah

3. Ubah teknik pemberian makan 3. Untuk menyesuaikan diri efek pembedahan

4. Beri makan dalam posisi duduk4. Untuk meminimalkan resiko aspirasi

5. Sendawakan dengan sering 5. Kecenderungan menelan banyak udara

6. Bantu dalam menyusui, ajarkan teknik pada keluarga6. Untuk menjamin perawatan di rumah

3. Diagnosa Keperawatan: Nyeri berhubungan dengan prosedur pembedahanKriteria Hasil : Bayi tampak nyaman dan tenangIntervensiRasional

1. Kaji perilaku dan TTV1. Untuk adanya bukti nyeri

2. Berikan analgetik / sedatife sesuai instruksi2. Untuk meminimalkan nyeri

3. Beri stimulasi belaian dan taktil3. Untuk pertumbuhan dan perkembangan optimal

4. Libatkan orang tua dalam perawatan bayi4. Untuk memberikan rasa nyaman dan aman

BAB VPENUTUP

5.1 Kesimpulan1 Labio palatoschizis adalah suatu keadaan terbukanya bibir dan langit langit rongga mulut dapat melalui palatum durum maupum palatum mole, hal ini disebabkan bibir dan langit langit tiadak dapat tumbuh dengan sempurna pada masa pembentukan mesuderm pada saat kehamilan2 Beberapa penyebab labio palatoschizis antara lain : faktor genetik, insufisiensi zat untuk tumbuh kembang, pengaruh obat teratogenik, faktor lingkungan maupun infeksi khususnya toxoplasma dan klamidial3 Labio palatoshizis dibagi menjadi tiga klasifikasi: berdasarkan organ yang terlibat, berdasarkan lengkap atau tidaknya celah yang terbentuk, berdasarkan letak celah.4 Labio palatoshizis adalah suatu kelainan kongenital sehingga insidensnya adalah kongenital. Insiden tertinggi terdapat pada orang Asia dengan prevalensi 1:1000 kelahiran.5 Penatalaksanaan Labio palatoshizis adalah dengan tindakan pembedahan6 Asuhan keperawatan ditegakkan untuk mengatasi masalah dan dampak hospitalisasi yang ditimbulkan.