Upload
prisciliarosdinatarosdinata
View
263
Download
7
Embed Size (px)
DESCRIPTION
ttff
Citation preview
Sunday, December 8, 2013
Teori Perkembangan Anak Usia Dini
A. Hakikat Perkembangan Anak Usia Dini
Perkembangan merupakan suatu proses yang bersifat kumulatif, yang artinya
perkembangan terdahulu akan menjadi dasar perkembangan selanjutnya. Oleh sebab itu,
jika terjadi hambatan pada perkembangan terdahulu maka perkembangan selanjutnya
cenderung akan menjadi hambatan.
Anak usia dini berada dalam masa keemasan dalam sepanjang perkembangan
manusia. Montessori mengatakan bahwa masa ini merupakan periode sensitif dimana
anak secara mudah menerima stimulus-stimulus dari lingkungannya. Pada masa peka
inilah terjadi pematangan fungsi-
fungsi fisik dan psikis sehingga anak siap merespon dan mewujudkan semua tugas-tugas
perkembangan yang diharapkan muncul pada pola perilakunya sehari-hari.
Berdasarkan teori perkembangan anak, diyakini bahwa setiap anak lahir dengan
lebih dari satu bakat. Untuk itulah anak perlu diberikan pendidikan yang sesuai dengan
perkembangannya dengan cara memperkaya lingkungan bermainnya. Orang dewasa
perlu memberi peluang pada anak untuk menyatakan diri, berekspresi, berkreasi, dan
menggali sumber-sumber terunggul pada anak. Untuk itu, paradigma baru bagi ana usia
dini atau anak prasekolah adalah harus berorientasi pada anak (student centered) dan
prlahan-lahan menyeimbangkan dominasi pendekatan lama yang berpusat pada
guru (teacher centered).
Pada hakitkatnya anak adalah makhluk individu yang membangun sendiri
pengetahuannya. Anak lahir membawa sejumlah potensi yang siap untuk
ditumbuhkembangkan asalkan lingkungan menyiapkan situasi dan kondisi yang dapat
merangsang kemunculan dari potensi yang tersembunyi tersebut.
Berdasarkan tinjauan aspek pedagogis, masa usia dini merupakan masa pondasi
awal bagi pertumbuhan dan perkembangan selanjutnya. Diyakini bahwa masa kanak-
kanak yang bahagia merupakan dasar bagi keberhasilan di masa mendatang dan
sebaliknya. Jadi, agar tumbuh kembangnya tercapai secara optimal dibutuhkan situasi
dan kondisi yang kondusif pada saat memberikan stimulus dan pendidikan yang sesuai
dengan kebutuhan dan minat anak.
Secara teoritis berdasarkan aspek perkembangannya, seorang anak dapat belajar
dengan sebaik-baiknya apabila kebutuhan fisiknya terpenuhi dan mereka merasa aman
dan nyaman secara psikologis.
B. Teori Pertumbuhan dan Perkembangan
1. Teori Behaviorisme
Watson, Thorndike, dan Skinner adalah ahli behaviorisme yang terkenal.
Skinner identik dengan teori stimulus-respon dan operant conditioning. Unsur-unsurnya
meliputi bantuan dan hukuman. Kalau dalam classical conditioning, seorang anak
diberikan stimulus dan suatu penghargaan dan mengharapkan penghargaan kapan saja
stimulus diperkenalkan.
Kalau dalam operant conditioning perilaku sudah mendahului penguatan
tersebut. Seperti percobaan pada tikus dan pedal dalam skinner box yang sudah kita
pelajari sebelumnya. Jika seorang anak melengkapi suatu tugas dan memperlihatkan
perilaku yang diinginkan, guru dapat menguatkan perilaku tersebut dengan memberi
pujian,dsb. Penguatan negatif dapat diberikan untuk melepaskan anak dari tindakan atau
situasi yang tidak menyenangkan. Contohnya, dengan memberikan “time out” pada
anak, atau distrap.
Operant conditioning dapat digunakan untuk membentuk suatu perilaku dengan
cara menyediakan bantuan ketika perilaku anak semakin menjauh dari tujuannya.
Membentuk perilaku melibatkan kompunen berikut:
Mengarahkan perilaku yang diinginkan tersebut.
Perbaikan dari suatu dasar terhadap perilaku.
Memilih penguatan.
Menerapkan sistem penguatan secara sistematis.
Perilaku negatif dapat dikurangi dengan sikap orang dewasa yang tidak
mendukung atau mengacuhkan perilaku anak yang tidak baik. Tujuan akhir dari teori ini
adalah untuk semakin meningkatkan perilaku yang diinginkan untuk memberikan
penghargaan pada anak, sehingga guru atau orang tua tidak perlu memberikan
penghargaan secara terus menerus. Teori behavioris lebih terkait bagaimana anak
berkembang secara sosial, emosional, dan intelektual.
2. Teori Maturationis
Teori maturationis (kematangan) pertama kali ditemukan oleh Hll, Rousseau dan
Gessel dimana ketiganya percaya bahwa anak harus diberi kesempatan berkembang.
Menurut teori ini, pengalaman memainkan peranan yang sangat penting dalam
perkembangan. Hal ini dipandang lebih baik dari teori behaviorisme.
Teori maturationis meyakini bahwa perkembangan fisik, sosial, intelektual,
emosional, mengikuti tahapan perkembangan dari setiap anak yang pada dasarnya
berbeda-beda. Mereka percaya bahwa setiap anak akan mengembangkan potensi mereka
apabila mereka ditempatkan pada suatu lingkungan yang optimal dan perkembangan
mereka akan menjadi lambat apabila lingkungan tidak sesuai.
Teori maturationis menyatakan bahwa anak-anak akan mempunyai kesukaran
disekolah apabila mereka “salah ditempatkan” dimana anak ditempatkan pada kelas
yang memiliki tingkatan yang berbeda dengan tingkatan perkembangan si anak. Teori
ini menekankan tahapan perkembangan si anak lebih penting dari sekedar penghargaan,
hukuman, dll.
3. Teori Interaksi
Teori interaksi atau perkembangan ditemukan oleh Piaget. Piaget percaya bahwa
anak-anak itu membangun pengetahuan melalui interaksi dengan lingkungan. Anak-
anak bukan merupakan objek penerima pengetahuan yang pasif, melainkan mereka
dengan aktif melakukan pengaturan pengalaman mereka ke dalam struktur mental yang
kompleks.
Selanjutnya Piaget menguraikan tentang pemikiran anak-anak mengenai konsep
asimilasi, akomodasi, dan keseimbangan. Asimilasi terjadi ketika anak melakukan
pencocokan informasi ke kategori yang ada. Jika anak diberikan pengetahuan tentang
anjing, contoh tersebut akan dimasukkan ke kategori yang sudah ada. Jika kemudian
diberikan pengetahuan tentang kucing, maka anak akan meciptakan suatu kategori baru
dimana bukan hanya anjing hewan berbulu yang dapat digendong dan ditimang.
Menciptakan suatu kategori baru adalah bagian dari akomodasi anak yang mana anak
secepatnya menciptakan suatu struktur mental yang berkaitan dengan semua hewan
yang ada.
Keseimbangan adalah merupakan bagian akhir dari sisa yang mencapai semua
informasi dan pengalaman, yang kapan saja dapat dicocokan ke dalam suatu bagan yang
baru diciptakan untuk hal tersebut. Keseimbangan ini berumur sangat pendek, sebagai
suatu informasi dan pengalaman yang baru yang secara konstan ditemui oleh anak.
Keseimbangan adalah proses dari pergerakan dari keadaan ketidakseimbangan kepada
keadaan seimbang.
Pendukung teori Piagetian menggolongkan pengetahuan sebagai berikut yaitu
perkembangan fisik, sosial, atau logika-matematika. Istilah yang digunakan dalam
literatur untuk menguraikan kategori ini adalah meta-knowledge. Jika seorang anak
memahami tentang sistem nomor, jumlah, maka ia juga memahami pengetahuan lain
yang tidak bersifat sosial, fisik, atau logika-matematika.
Wadsworth menguraikan tentang defenisi belajar dalam terminologi para
pengikut Piagetian: ada dua penggunaan. Penggunaan pertama, disebut sebagi makna di
dalam pengertian yang luas, dimana bersinonim dengan kata perkembangan.
Penggunaan kedua, adalah mengenai hal-hal yang lebih dangkal. Hal ini mengacu pada
pengadaan informasi yang spesifik dari lingkungan, yang berasimilasi dalam suatu
bagan yang ada. Bagi teori behavioristik, mengatakan memori dihafal tanpa berpikir.
Sedangkan pada teori Poaget, belajar melibatkan konstruksi dan pengertian.
4. Teori Psikoanalisis
Sigmund Freud, bapak dari teori psikoanalitical, yang menggambarkan
perkembangan dan pertumbuhan anak. Di dalam terminologi dikatakan bahwa anak-
anak bergerak melalui langkah-langkah yang berbeda dengan tujuan untuk mencari
kepuasan yang berasal dari sumber yang berbeda, di mana mereka juga harus berusaha
untuk menyeimbangkan keadaan tersebut dengan harapan orang tua. Mekanisme
pertahanan diri diciptakan untuk tujuan agar dapat berhubungan dengan ketertarikan.
Kebanyakan orang belajar untuk mengendalikan perasan mereka dan juga berusaha agar
dapat diterima di dalam lingkungan sosial serta untuk mengintegrasi diri mereka.
5. Teori Pengaruh
Berbagai teori yang berbeda mengemukakan sudut pandang mereka yang
berbeda dalam hal menginterpretasikan pengamatan yang sudah mereka lakukan
terhadap anak-anak ketika mereka tumbuh dan berkembang. Seorang anak akan
berkembang secara menyeluruh. Perkembangan di suatu area pasti memengaruhi
perkembangan di area lain. Sebagai contoh, ketika anak menjadi gesit ia membuka lebih
banyak lagi hal-hal lain dari berbagai kemungkinan untuk melakukan eksplorasi dan
belajar tentang lingkungan. Anak-anak yang merasakan bahwa mereka sedang belajar
dengan sukses atau anak-anak yang merasa yakin tentang kemampuan fisik mereka
memiliki kepercayaan diri yang baik. Anak-anak yang belajar untuk mampu
mengendalikan perilaku mereka yang impulsif dapat berinteraksi dengan orang lain atau
alat-alat permainan dalam waktu yang lebih lama, dimana hal ini juga berpengaruh
terhadap perkembangan intelektual mereka. Perkembangan sosial, fisk, dan intelektual
selalu berkaitan.
6. Teori Konstruktivisme
Semiawan berpendapat bahwa pendekatan konstruktivisme bertolak dari suatu
keyakinan bahwa belajar adalah membangun pengetahuan itu sendiri, setelah
dicernakan kemudian dipahami dalam diri individu, dan merupakan perbuatan dari
dalam diri seseorang. Pengetahuan itu diciptakan kembali dari dalam diri seseorang
melalui pengalaman, pengamatan, dan pemahamannya.
Vygotsky dikenal sebagai socialkultural constructivist berpendapat bahwa
pengetahuan tidak diperoleh dengan cara dialihkan dari orang lain, melainkan
merupakan sesuatu yang dibangun dan diciptakan oleh anak. Vygotsky yakin bahwa
belajar merupakan suatu proses yang tidak dapat dipaksa dari luar karena anak adalah
pembelajaran aktif dan memiliki struktur psikologis yang mengendalikan perilaku
belajarnya. Prinsip dari teori Vygotsky adalah bahwa anak melakukan proses konstruksi
membangun berbagai pengetahuannya tidak dapat dipisahkan dari konteks sosial
dimana anak tersebut berada.
Berhubungan dengan proses pembentukan pengetahuan, Vygotsky
mengemukakan konsep Zone of Proximal Development (ZPD) sebagai kapasitas
potensial belajar anak yang dapat erwujud melalui bantuan orang dewasa atau orang
yang lebih terampil. Vygotsky mendefenisikan ZPD sebagai jarak antarab level
perkembangan aktual dengan pemecahan masalah secara mandiri dengan level
perkembangan potensial oleh pemecahan masalah dengan bimbingan orang dewasa.
Stuyf mengatakan bahwa strategi pembelajaran pentahapan memberikan bantuan
secara perseorangan berdasarkan ZPD. Aktifitas-aktifitas yang diberikan dalam
pembelajaranscaffolding hanya melewati tingkatan yang dapat dilalui sendiri. Askep
penting dalam pembelajaran scaffolding adalah bantuan bersifat sementara. Akhirnya
anak dapat menyelesaikan tugas dengan sendirinya tanpa bantuan lagi.
Penerapan teori konstruktivisme dalam program kegiatan bermain pada anak
usia dini haruslah memperlihatkan hal-hal berikut: anak hendknya memperoleh
kesempatan luas dalam kegiatan pembelajaran, pembelajaran pada anak usia diini
hendaknya dikaitkan dengan tingkat perkembangan potensial daripada perkembangan
aktualnya, program kegiatan bermain lebih diarahkan pada penggunaan strategi, anak
diberi kesempatan luas untuk melakukan tugas-tugas dan memecahkan masalah, dan
proses belajar tidak sekedar transfersal tetapi lebih kepada ko-konstruksi.
C. Aspek Perkembangan Anak Usia Dini
Catron Allen (1999 :23-26) menyebutkan bahwa terdapat 6 aspek perkembangan
anak usia dini yaitu kesadaran personal , kesehatan emosional, sosialisasi, komunikasi,
kognisi, dan keterampilan motorik sangat penting dan harus dipertimbangkan sebagai
fungsi interaksi. Kreatifitas tidak dipandang sebagai perkembangan tambahan,
melainkan sebagai komponen yg integral dari lingkungan bermain yang kreatif.
Pertumbuhan anak pada enam aspek perkembangan dibawah ini membentuk
fokus sentral dari pengembangan kurikulum bermain kreatif pada anak usia dini.
Kesadaran Personal
Permainan kreatif memungkinkan perkembangan kesadaran personal.bermain
membantu anak untuk tumbuh secara mandiri dan memiliki kontrol atas lingkungannya.
Melalui bermain anak dapat menemukan hal baru, bereksplorasi, meniru, dan
mempraktikkan kehidupan sehari-hari sebagai sebuah langkah dalam membangun
keterampilan menolong diri sendiri, keterampilan ini membuat anak menjadi
berkompeten.
Pengembangan Emosi
Melalui bermain anak dapat belajar menerima, berekspresi dan mengatasi
masalah dengan cara yang positif. Bermain juga memberikan kesempatan pada anak
untuk mengenal diri mereka sendiri dan untuk mengembangkan pola perilaku yang
memuaskan dalam hidup.
Membangun Sosialisasi
Bermain memberikan jalan bagi perkembangan sosial anak ketika berbagi
dengan anak lain. Bermain adalah sarana paling utama bagi pengembangan kemampuan
bersosialisasi dan memperluas empati terhadap orang lain serta mengurangi sikap
egosentrisme. Bermain dapat menumbuhkan dan meningkatkan rasa sosialisasi anak.
Melalui bermain anak dapat belajar perilaku prososial seperti menunggu giliran, kerja
sama, saling membantu, dan berbagi.
Pengembangan komunikasi
Bermain merupakan alat yang paling kuat untuk membelajarkan kemampuan
berbahasa anak. Melalui komunikasi inilah anak dapat memperluas kosakata dan
menembangkan daya penerimaan serta pengekspresian kemampuan berbahasa mereka
melalui interaksi dengan anak-anak lain dan orang dewasa pada situasi bermain spontan.
Secara spesifik, bermain dapat memajukan perkembangan dari segi komunikasi berikut
ini : (1) bahasa reseptif (penerimaan), yaitu mengikuti petunjuk-petunjuk dan
memahami konsep dasar, (2) bahasa ekspresif, yaitu kebutuhan mengekspresikan
keinginan, perasaan: penggunaan kata-kata, frase-frase, kalimat: berbicara secara jelas
dan terang, (3)komunikasi nonverbal, yaitu penggunaan komunikasi kongruen, ekspresi
muka, isyarat tubuh,isyarat tangan dan (4) memori pendengaran/perbedaan, yaitu
memahami bahasa berbicara dan membedakan bunyi.
Pengembangan Kognitif
Bermain dapat memenuhi kebutuhan anak untuk secara aktif terlibat dengan
lingkungan, untuk bermain dan bekerja dalam menghasilkan suatu karya, serta untuk
memenuhi tugas-tugas perkembangan kognitif lainnya. Selama bermain, anak menerima
pengalaman baru, memanipulasi bahan dan alat, berinteraksi dengan orang lain dan
mulai memasukkandunia mereka. Bermain adalah awalan dari semua fungsi kognitif
selanjutnya, oleh karenanya bermain sangat diperlukan dalam kehidupan anak-anak.
Pengembangan Kemampuan Motorik
Kesempatan yang luas untuk bergerak, pengalaman belajar untuk menemukan,
aktivitas sensori motor yang meliputi penggunaan otot-otot besar dan kecil
memungkinkan anak untuk memenuhi perkembangan perseptual motorik. Bermain
dapat memacu perkembangan perseptual motorik pada beberapa area yaitu : (1)
koordinasi mata-tangan atau mata-kaki, seperti saat menggambar, menulis, manipulasi
objek, mencari jejak secara visual, melempar, menangkap, menendang. (2) kemampuan
motorik kasar, seperti gerak tubuh ketika berjalan, melompat, berbaris, berlari,
berguling-guling, dan merayap. (3) kemampuan bukan motorik kasar (statis) seperti
menekuk, meraih, bergiliran, memutar, meregangkan tubuh, jongkok, duduk, berdiri,
bergoyang. (4) manajemen tubuh dan kontrol seperti menunjukkan kepekaan tubuh,
kepekaan akan tempat, keseimbangan, kemampuan untuk memulai, berhenti dan
mengubah petunjuk.
D. Pola Perkembangan Anak
Bagian ini menjelaskan mengenai ikhtisar dari pola perkembangan fisik,
sosial, emosional, dan intelektual dari setiap anak.
1. Perkembangan Fisik
Perkembangan fisik berlangsung secara teratur, tidak secara acak, perkembangan bayi
ditandai dengan adanya perubahan dari aktivitas yang tidak terkendali menjadi suatu
aktivitas yang terkendali.
Perkembangan fisik pada masa bayi berjalan dengan cepat. Bayi belajar untuk
mengendalikan kepala, menggapai sebuah objek, dan barangkali berdiri dan berjalan
ditahun pertama tersebut. Ketika anak-anak tumbuh, perkembangan dari keterampilan
motor mereka tidaklah sama cepatnya dengan seperti pada kanak-kanak, tetapi hal
tersebut berlangsung terus sepanjang masa kanak-kanak. Pengamatan atas fisik
mengungkapkan bahwa pertumbuhan itu adalah bersifat cephalocaudal (proses
pertumbuhan dimulai dari kepala hingga ke kaki) dan jugaproximo-distal (proses
pertumbuhan dimulai berasal pusat badan ke arah luar), dan perkembangan motorik
kasar tersebut mulai berjalan dahulu sebelum motorik halus berkembang. Kendali
terhadap kepala dan otot tangan diperoleh sebelum adanya kendali otot kaki. Dengan
cara yang sama, anak-anak dapat mengendalikan otot dari tangannya sebelum mereka
dapat mengendalikan otot motorik halus pada tangan mereka yang diperlukan untuk
melakukan tugas seperti menulisndan memotong dengan gunting.
Pada saat mereka berusia tiga tahun, kebanyakan anak-anak sudah dapat berjalan
mundur, berjalan pada ujung jari kaki dan dapat berlari. Mereka juga dapat
melemparkan suatu bola dan menangkapnya dengan tangan mereka sendiri. Mereka
juga dapat mengendarai sepeda roda tiga dan memegang krayon atau pensil dengan jari
mereka atau dengan genggaman tangan mereka.
Implikasi dalam Pengembangan Kurikulum
Perkembangan fisik merupakan hal penting dalam rentang kehidupan anak. Anak
memerlukan waktu yang cukup untuk aktivitas secara fisik. Anak-anak sejak lahir
sampai berusia tiga tahun manakala dorongan dari orang tua dan guru dengan
memberikan kesempatan agar anak dapat melakukan kegiatan fisik dengan aman dan
tidak mengharapkan ketrampilan motorik yang akan dicapai oleh anak.
Beberapa hal di bawah ini dapat membantu guru dalam mengembangkan keadaan fisik
dari anak-anak lewat kegiatan-kegiatan.
Menyediakan permainan di luar ruangan. Permainan yang ada sebaiknya merupakan
permainan yang dapat mengembangkan keterampilan memanjat, berlari, melompat, dan
seterusnya.
Meyakinkan anak-anak bahwa mereka memiliki suatu kesempatan untuk berada di
dalam suatu area permainan yang berisi matras, bola karet dan target, dan bahan-bahan
lain yang dapat mendukung perkembangan anak.
Bagi setiap anak, peralatan yang ada di dalam rumah diperuntukkan bagi
perkembangan fisik anak, meliputi perahu goyang, anak tangga bersusun, terowongan
dan seluncuran yang rendah.
Menyediakan bola yang sesuai dengan usia anak. Bagi setiap anak bola harus
berukuran besar dan dibuat dari bahan yang lembut seperti busa dan benang. Ketika
anak belajar untuk menangkap dan melemparkan bola dengan mudah, mereka dapat
menggunakan bola yang terbuat dari karet yang lunak.
Banyak aktivitas kelas yang dapat membantu anak-anak dalam mengendalikan motorik
halus mereka seperti melukis, memotong dengan gunting, bermain plastisin, meronce
manik-manik, dan seterusnya.
2. Perkembangan sosial
a. Perkembangan kepribadian
Salah satu unsur perkembangan sosial adalah perkembangan kepribadian. Eric
Erikson, memandang perkembangan identitas anak sebagai cerminan dari hubungan
anak dengan orangtua dan keluarganya. Orangtua dan lingkungan yang dapat
memberikan kepercayaan dan penghargaan atas prestasi anak akan membentuk karakter
anak yang percaya diri. Buzzelli dan Memfile menyatakan bahwa membangun sebuah
persahabatan juga penting untuk membangun sebuah kepercayaan.
o Perkembangan konsep diri
Konsep diri dikembangkan secara bertahap, dimulai dengan interaksi anak
dengan orangtua, keluarga, dan lingkungan. Kemudian anak secara berangsung-angsur
mulai mengembangkan konsep mengenai siapa dan seperti apa dirinya.
Dalam sebuah studi klasik, mengenai konsep diri anak-anak, Coopersmith
menemukan bahwa anak, terutama anak laki-laki yang memiliki konsep diri yang baik,
memiliki orangtua yang menerima, menyayangi, memperhatikan anak-anaknya dan
memberikan aturan-aturan yang mengarahkan anak untuk memiliki perilaku baik dan
kedisiplinan.
Tugas guru adalah merencanakan suatu kegiatan yang bertujuan untuk
mengembangkan konsep diri anak dengan mengajak anak untuk berpartisipasi dalam
berbagai aktivitas yang bervariasi.
b. Peran dari permainan
Pengalaman bermain sangat penting didalam perkembangan sosial dan
emosional anak. Anak- anak dapat memainkan berbagai peran, seperti berperan sebagai
seorang kakak, ayah, atau sebagi seorang dokter. Disini anak akan belajar bagaimana
pola perilaku tokoh yang mereka perankan.
c. Hubungan sosial dan keterampilan sosial
Tahapan-tahapan perkembangan psikologis menurut erikson :
Trust vs Mistrust (pada usia 0-1 atau 1 ½ tahun)
Bayi mengembangkan perasaan bahwa dunia merupakan tempat yang baik dan
aman. Disini, orangtua harus dapat membantu anak menumbuhkan dan
mengembangkan serta menyeimbangkan kepercayaan dengana rasa curiga. Nilai lebih
yang akan berkembang di dalam diri anak tersebut yaitu harapan dan keyakinan yang
sangat kuat bahwa kalau segala sesuatu itu tidak berjalan sebagaimana mestinya, tetapi
mereka masih dapat mengolahnya menjadi baik.
Autonomy vs Shame and Doubt (pada usia 18 bulan sampai 3 atau 4 tahun)
Pada masa ini, anak mengembangkan kemandirian (otonomi) sekaligus
mengurangi perasaan malu dan ragu-ragu. Orang tua yang terlalu membatasi ruang
gerak/eksplorasi lingkungan dan kemandirian, akan membentuk karakter anak yang
mudah menyerah karena menganggap dirinya tidak mampu atau tidak seharusnya
bertindak sendirian.
Initiatif vs Guilt (pada usia 3 sampai 5 atau 6 tahun)
Anak mengembangkan inisiatif ketika mencoba aktivitas baru dan tidak terlalu
terbebani dengan rasa bersalah. Salah satu contoh hal yang dapat dilakukan orangtua
atau guru untuk membantu anak pada tahap ini adalah dengan mengarahkan anak untuk
melakukan pekerjaan sehari-hari. Hal ini dapat membantu mengembangkan inisiatif
anak untuk mengambil keputusan.
Industry vs Inferiority (pada usia 6 sampai 12 tahun)
Anak harus belajar untuk mengembangkan rasa percaya dirinya dan dapat
menghadapi perasaan tidak kompeten. Dalam budaya kita, dimana prestasi sering diukur
sebagai keberhasilan melakukan sesuatu dengan hasil yang lebih baik dari orang lain,
maka anak juga belajar untuk bersaing dan mengukur produktivitas dirinya dengan
orang lain.
Di satu sisi anak belajar untuk lebih menghargai prestasi kerja dari hal lain, yang
membuat anak mengasingkan diri dari teman-teman sebayanya karena adanya kompetisi
diantara mereka. Di sisi lain, anak dapat merasakan ketidakmampuannya dalam
melaksanakan suatu tugas yang dapat mengembangkan perasaan rendah diri dan
menyebabkan anak malas berusaha.
d. Agresi
Aspek yang lain tentang pembangunan sosial yang patut mendapat perhatian
adalah agresi. Para guru dan orangtua mempunyai kaitan dengan perilaku agresif anak.
Sebuah studi mengungkapkan bahwa perilaku yang agresif dikelas dapat dikurangi
dengan menyediakan sarana dan fasilitas yang cukup sehingga anak-anak tidak
mempunyai alasan untuk bersaing antara anak yang satu dengan anak yang lain. Studi
ini juga menyarankan agar anak tidak diberikan mainan yang dapat mengarahkan diri
anak kearah agresif.
e. Identifikasi peran seks
Identifikasi peran seks adalah hal penting lain dalam pembangunan sosial anak.
Anak harus dapat mengidentifikasi diri mereka sendiri dan diri orang lain sebagai anak
laki-laki atau anak perempuan. Selanjutnya mereka mulai belajar mengembangkan
konsep identitas seksual dan sikap mereka tentang peran yang sesuai bagi pria dan
wanita.
Implikasi dalam pengembangan kurikulum
Aktivitas yang dilakukan seharusnya berupa kegiatan yang dapat mendorong
anak-anak untuk dapat saling bekerja sama, mengembangkan konsep diri mereka, dan
untuk memperoleh ketermpilan dalam interaksi dengan anak-anak yang lain.
Beberapa saran yang dapat dilakukan seorang guru untuk membantu
perkembangan sosial anak, seperti:
Menggunakan boneka sebagai model yang memerankan suatu peran atau suatu
tindakan yang nantinya dapat dicontoh anak
Mendorong anak untuk membuat keputusan sebanyak mungkin dengan mengizinkan
anak untuk memilih dan melakukan sesuatu
Mendorong anak untuk melakukan suatu perilaku
Mintalah anak untuk memainkan suatu peran yang merupakan solusi untuk
memecahkan masalah dalam interaksi sosial
Perkembangan emosional
Perkembangan emosional, sama halnya dengan perkembangan fisik dan sosial
yang berkembang secara bertahap. Dimulai sejak bayi, dimana bayi bereaksi terhadap
emosi apapun dengan mengeluarkan suara tangisan yang tidak dapat dibedakan. Dalam
beberapa bulan kemudian, bayi mulai mengekspresikan emosi mereka dengan menjerit
dimana hal ini disebabkan oleh adanya kesakitan fisik.
Anak memiliki perilaku yang sangat memaksa. Mereka hanya mempunyai
sedikit kendali dari dorongan hati mereka dan mudah merasa putus asa. Pada saat anak
mencapai usia tiga dan empat tahun, mereka sudah menumbuhkan beberapa sikap
toleransi untuk mengatasi hal tersebut. Mereka sudah dapat menunggu untuk beberapa
waktu dan sudah dapat mengendalikan diri. Anak pada usia ini juga mulai
mengembangkan selera humor. Mereka juga sering tertawa ketika mendengar suara dan
kata-kata yang lucu.
Bagi anak yang berada dibangku taman kanak-kanak dan anak sd kelas satu,
biasanya sudah dapat menyatakan dan melabelkan suatu emosi yang luas. Mereka
menjadi lebih mampu dalam mengendalikan perasaan agresif mereka. anak-anak yang
berusia lima dan enam tahun ini juga sudah mulai mengembangkan suara hati dan suatu
perasaan tentang benar atau salah. Untuk humor, mereka mengekspresikannya lewat
lelucon atau kata-kata yang tidak masuk akal.
Sedangkan pada anak-anak yang berusia tujuh dan delapan tahun, mereka mulai
menunjukkan ketekunan mereka didalam usaha yang mereka lakukan untuk mencapai
tujuan mereka. pada usia ini anak-anak mengembangkan sikap empati yang lebih
kepada oranglain, dan sudah mulai merasa bersalah ketika melukai oranglain, baik
secara fisik maupun emosional.
Implikasi untuk kurikulum
Beberapa hal berikut ini merupakan salah satu contoh dari aktivitas kelas yang
dapat membantu anak :
Mintalah anak untuk menggambarkan suatu situasi dimana rasa frustasi dan kemarahan
seharusnya ditangani dengan sewajarnya.
Menggunakan boneka sebagai model yang tepat dalam memberikan respon terhadap
emosi.
Memberikan rasa empati bagi anak-anak yang merasa ketakutan dan juga yang
membutuhkan perhatian
Perkembangan intelektual
Perkembangan kognitif mengacu pada perkembangan anak dalam berpikir dan
kemampuan untuk memberikan alasan. Menurut Piaget, perkembangan kognitif anak
terbagi dalam empat tahapan, yaitu:
Tahap sensorimotor (dari lahir sampai usia dua tahun)
Bayi mulai dapat melakukan aktivitas yang berhubungan dengan lingkungan melalui
aktivitas sensoris dan motorik. Tugas dari periode ini adalah untuk mengembangkan
suatu konsep dari objek yang tetap, yakni berupa pemikiran dimana objek ada bahkan
ketika mereka tidak dapat dilihat atau didengar.
Tahap praoperasional (dari usia dua sampai tujuh tahun)
Anak mulai menggunakan simbol untuk merepresentasikan orang, tempat, dan
peristiwa. Bahasa dan imajinasi memainkan peranan penting pada tahap ini. Pemikiran
masih belum logis.
Tahap operasional konkret( dari usia tujuh sampai sebelas tahun)
Pada tahap ini, anak sudah dapat memecahkan masalah secara logis tapi belum dapat
berpikir secara abstrak.
Implikasi dalam pengembangan kurikulum
Anak-anak yang berada pada tahapan sensorimotor memerlukan pengalaman
yang berkaitan dengan sentuhan dan gerak. Para guru dapat memberikan anak sebuah
mainan baru yang nantinya anak akan mulai memahami karakteristik dari mainan
tersebut melalui indra-indra yang berhubungan dengan perasaan. Untuk anak yang
berada pada tahap praoperasional biasanya memiliki pemahaman yang cepat terhadap
bahasa. Para guru dapat mendorong perkembangan bahasa anak dengan memberikan
berbagi kosakata baru yang memiliki makna.
Basis Pendidikan Anak Usia Dini
Terdapat 3 basis pendidikan anak usia dini, yaitu :
1. Berbasis pada keholistikan dan keterpaduan
Pengembangan anak usia dini mempunyai arah pada pengembangan segenap
aspek pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani anak. Pelaksanaannya
terintegrasi dalam suatu kesatuan program yang utuh dan proporsional. Dalam hal ini,
diharapkan adanya keselarasan antara pendidikan yang dilakukan di berbagai unit
pendidikan, yaitu antara keluarga dengan sekolah dan masyarakat.
2. Berbasis pada multi disiplin ilmu dan budaya
Prinsip ini mengandung arti bahwa praktik pendidikan anak usia dini yang tepat
perlu dikembangkan berdasarkan temuan mutakhir dalam bidang keilmuwan yang
relevan. Pendidikan anak usia dini sendiri muncul karena dalam perkembangannya
bersinggungan dengan ilmu lain yang menjadi objek penelaahan yaitu pendidikan untuk
anak usia 0-8 tahun sehingga muncul ilmu baru yang bernama pendidikan anak usia
dini.
3. Berbasis pada taraf perkembangan anak
Pendidikan anak usia dini dilaksanakan sesuai dengan karakteristik dan tingkat
perkembangan anak sehingga proses pendidikan bersifattidak terstruktur, informal, dan
responsive terhadap perbedaan individual anak serta melalui aktivitas belajar sambil
bermain.
Kajian dalam bidang medis-neurologis, psikososiokultural dan pendidikan menyajikan
pandangan yang komprehensif, secara singkat pandangan tersebut adalah:
a. Anak usia dini lahir sampai usia enam tahun adalah sosok individu dan makhluk
sosiokultural yang sedang mengalami proses perkembangan yang sangat fundamental
dengan sejumlah potensi dan karakteristik tertentu.
b. Sebagai individu, anak usia dini adalah organisme dalam kesatuan jasmani dan rohani
yang utuh dengan segala struktur dan perangkat biologis dan psikologisnya sehingga
menjadi sosok yang unik.
c. Sebagai makhluk sosiokultural, mereka perlu tumbuh dan berkembang
dalam setting sosial tempat mereka hidup, serta diasuh dan dididik sesuai nilai
sosiokultural dan harapan masyarakat.
Oleh karena itu fungsi pendidikan anak usia dini sendiri adalah, sebagai berikut :
a. Mengembangkan segenap potensi anak
b. Penanaman nilai dan norma kehidupan
c. Pembentukan dan pembiasaan perilaku yang diharapkan
d. Pengembangan pengetahuan dan keterampilan dasar
e. Pengembangan motivasi dan sikap belajar yang positif
Diharapkan dengan fungsi tersebut dapat meminimalisir rendahnya sumber daya
manusia, yang berakar dari lemahnya penanganan masalah pendidikan terhadap
generasi muda. Keberadaan PAUD menjadi solusi yang tepat dalam mengatasi masalah
tersebut.
F. Pendekatan dalam Pendidikan Anak Usia Dini
1. Berorientasi pada Kebutuhan Anak
Perkembanga zaman menuntut saat ini menuntut pembelajaran yang
memberikan skill(kemampuan) anak dari segi IPTEK dan menguasai lebih dari satu
bahasa. Model ini menekankan pada kebutuhan anak untuk mendapatkan layanan
pendidikan, kesehatan dan gizi yang dikembangkan secara integratif dan holistik.
Sebagai contoh, anak dengan kemampuan diatas rata-rata dapat diberikan pengayaan,
sedangkan anak dengan kemampuan dibawah rata-rata diberikan bimbingan sesuai
dengan kemampuan yang akan dicapai.
2. Berorientasi pada Perkembangan Anak
Jamaris (2006:19), perkembangan merupakan suatu proses yang bersifat
kumulatif, artinya perkembangan terdahulu akan menjadi dasar perkembangan
selanjutnya. Oleh karena itu, jika terdapat hambatan pada perkembangan sebelumnya,
maka perkembangan selanjutnya cenderung mengalami hambatan.
Masa usia dini menurut Montessori dalam Hainstock merupakan periode
sensitif(sensitive period), selama masa ini anak secara khusus mudah menerima
stimulus dari lingkungan. Pada masa ini lah, terjadi pematangan fungsi-fungsi fisik dan
psikis sehingga anak siap merespon dan mewujudkan tugas-tugas perkembangan yang
diharapkan muncul pada pola perilaku sehari-hari. Oleh karena itu anak perlu diberikan
pendidikan sesuai dengan perkembangannya dengan cara memperkaya lingkungan
bermainnya.
Pada dasarnya terdapat dua pendekatan utama dalam PAUD yaitu: pendekatan
perilaku dan pendekatan perkembangan. Hainstock (1999:7) mengatakan bahwa
pendekatan perilaku beranggapan bahwa konsep pengetahuan, sikap ataupun
keterampilan tidaklah berasal dari dalam diri anak dan tidak berkembang secara
spontan, dengan kata lain harus ditanamkan pada anak.
Kemudian pendekatan perkembangan mengatakan bahwa perkembanganlah
yang memberikan kerangka untuk memahami dan menghargai pertumbuhan alami anak
usia dini. Wolfgang dan Wolfgang (1992:6) menyatakan beberapa anggapan dalam
pendekatan ini, yaitu:
1. Anak usia dini adalah pembelajar aktif yang secara terus menerus mendapat informasi
mengenai dunia lewat permainannya.
2. Setiap anak mengalami kemajuan melelui tahapan-tahapan perkembangan yang dapat
diperkirakan
3. Anak bergantung pada orang lain dalam hal pertumbuhan emosi dan kognitif melalui
interaksi sosial
4. Anak adalah individu yang unik, yang tumbuh dan berkembang dengan kecepatan yang
berbeda.
Berdasarkan hal tersebut diatas Wolfgang dan Wolfgang (1992:14) mengatakan
bahwa maka pendidik anak usia dini berkaitan dengan teori perkembangan antara lain:
1. Tanggap dalam proses yang terjadi dari dalam diri anak dan berusaha mengikuti arus
perkembangan anak yang individual
2. Mengkreasikan lingkungan dengan materi luas yang beragam dan alat-alat yang
memungkinkan anak belajar
3. Memperhatikan laju dan kecepatan belajar dari masing-masing anak
4. Adanya bimbingan dari guru agar anak tertantang untuk melakukan sendiri
Anak usia dini memiliki cirri-ciri seperti berikut:
Anak belajar dengan sebaik-baiknya apabila kebutuhan fisiknya terpenuhi serta
merasakan aman dan tentram secara psikologis. Contoh: membiasakan anak sarapan
sebelum memulai aktivitas, agar anak bebas bermain tanpa ada tuntutan dari dalam
dirinya.
Siklus belajar anak berulang, dimulai dari membangun kesadaran, melakukan
penjelajahan (eksplorasi), memperoleh penemuan untuk selanjutnya anak dapat
menggunakannya. Contoh: ada saat dimana anak-anak sangat senang belajar, tetapi ada
pula saatnya anak malas dan mencari-cari perhatian orang dewasa.
Anak belajar melalui interaksi sosial dengan orang dewasa dan teman sebayanya.
Minat anak dan keingintahuannya memotivasi belajarnya.
Perkembangan dan belajar anak harus memperhatikan perbedaan individual. Contoh:
belajar konsep angka 1-5 sesuai dengan usia 3 tahun dengan menghitung bola, namun
buat anak-anak yang sudah lebih baik, dapat ditambahkan dengan angka 6-10.
Anak belajar dari cara yang sederhana hingga ke yang rumit, dari konkret ke abstrak,
dari gerakan ke verbal, dan dari keakuan ke rasa sosial.
3. Anak Usia Dini Belajar melalui Bermain
Mengutip pernyataan Mayesty (1990:196-197) bagi seorang anak, bermain
adalah kegiatan yang mereka lakukan sepanjang hari karena bagi anak bermain adalah
hidup dan hidup adalah permainan. Anak-anak tidak membedakan antara bermain,
belajar dan bekerja.
Menurut Parten dalam Mayesty (1990:61-62) memandang kegiatan bermain
sebagai sarana sosialisasi, diharapkan melalui bermain dapat memberikan kesepakatan
anak bereksplorasi, menemukan, mengekspresikan perasaan, berkreasi, dan belajar
secara menyenangkan.
Bermain adalah dunia anak, melalui kegiatan bermain anak mengembangkan
berbagai aspek kecerdasan secara jamak. Bermian edukatif dapat membantu
mengoptimalkannya. Dengan bermain anak dapat mengenal siapa dirinya dan
ligkungannya, dan tak kalah penting anak dikenalkan kepada Tuhannya melalui
makhluk ciptaannya.
4. PAKEM (Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan)
Pembelajaran yang aktif, dimaksudkan guru harus mampu membuat suasana
sedemikian rupa agar anak dapat aktif berinteraksi, bertanya, mempertanyakan, dan
mengemukakan gagasan.
Pembelajaran kreatif, memiliki daya cipta, memiliki kemampuan untuk
berkreasi (Silberman, 1996:9). Peran aktif anak akan menghasilkan pola pikir yang
kreatif, artinya mereka mampu menghasilkan sesuatu untuk kepentingan dirinya dan
orang lain kreatif disini juga ditujukan kepada bentuk pembelajaran yang beragam
sehingga memenuhi berbagai tingkat kemampuan anak.
Efektif, pembelajaran yang efektif adalah pembejalaran yang dapat
menimbulkan daya kreatif dari anak-anak, sehingga akan dapat membekali anak dengan
berbagai kemampuan. Pembelajaran efektif dapat dicapai dengan tindakan
nyata (learning by doing).
Menyenangkan, suasana belajar harus menyenangkan sehingga anak dapat
memusatkan perhatian secara penuh untuk belajar. Kondisi menyenangkan, aman dan
nyaman akan mengaktifkan bagian neo-cortex (otak berpikir) dan mengoptimalkan
proses belajar, serta meningkatkan kepercayaan diri anak.
5. Pembelajaran Terpadu
Collin dan Hazel (1991:6-7) menyatakan bahwa pembelajaran terpadu
merupakan suatu bentuk pembelajaran yang memadukan berbagai peristiwa
otentik(authentic events) melalui pemilihan tema yang dapat mendorong rasa
keingintahuan anak (driving force) untuk memecahkan masalah melalui pendekatan
eksploratif atau investigasi (inquiry approach).
Pada pembelajaran ini, saat melakukan suatu kegiatan, anak dapat
mengembangkan beberapa aspek pengembangan sekaligus. Sebagai contoh: ketika anak
melakukan kegiatan makan, kemampuan motorik halus anak dilatih untuk memegang
sendok dan menyuap nasi, kemampuan berbahasa dengan mengenal kosa kata tentang
nama jenis sayuran dan peralatan makanan, dan pendidikan moral dengan berdo’a
sebelum makan.
Model pembelajaran terpadu beranjak dari tema yang menarik anak (center of
interest), agar anak mampu mengenal berbagai konsep secara mudah dan jelas sehingga
pembelajaran semakin bermakna dan membangkitkan minat anak.
6. Pengembangan Keterampilan Hidup
Maddaleno dan Infante (2001:5) mengidentifikasi tiga kategori kunci dalam life
skill, yaitu:
1. Keterampilan sosial dan interpersonal
2. Keterampilan kognitif
3. Keterampilan meniru emosi
Metode pembelajaran life skill harus bervariatif, antara lain dengan metode
bernyanyi, bercerita, bermain peran, demonstrasi dan penugasan. Tujuan pembelajaran
ini adalah mempersiapkan anak baik secara akademik, sosial, dan emosional dalam
menghadapi kesulitan dimasa yang akan datang.
Sudiana (2004:3) mendefenisikan keterampilan hidup adalah kecakapan yang
dimiliki seseorang untuk berani menghadapi problematika hidup dan kehidupan dengan
wajar tanpa merasa tertekan, kemudian secara proaktif dan kreatif mencari serta
menemukan solusi hingga akhirnya mampu mengatasinya. Keterampilan atau
kecakapan hidup perlu dipelajari sejak dini, agar nanti anak dapat bertahan dalam
kehidupannya kelak, untuk bertahan hidup seorang manusia harus memiliki
pengetahuan diri (self knowledge).
G. Prinsip Pembelajaran Anak Usia Dini
1. Anak Sebagai Pembelajar Aktif
Pendidikan hendaknya mengusahakan agar anak menjadi pembelajar aktif.
Pendidikan seperti ini bertumpu pada metode pembelajaran John Dewey (learning by
doing) dan dilanjutkan oleh Killpatrik dengan pengajaran proyek.
Proyek pada dasarnya merencanakan suatu pemecahan masalah pada berbagai
bidang studi (pengembangan) yang memungkinkan murid melakukan berbagai bentuk
kegiatan mempelajari, menyimpulkan, dan menyampaikan berbagai temuan yang
dilakukan anak-anak dalam memahami berbagai pengetahuan.
Montessori dalam Seldin (2004:5) menganggap bahwa anak tidak perlu dilatih
terus menerus menulis suatu kata, karena sambil bermain aktif membuat huruf dan
mengarsir huruf itu, suatu saat anak tiba-tiba mengetahui bahwa dia dapat menulis, ini
disebut sebagai eksplorasi menulis.
Metode yang diberikan berupa pemecahan masalah dan penyampaian penemuan
mereka. Sebagai contoh: anak membuat kerajinan tangan sesuai dengan inspirasi (daya
khayal) mereka sendiri, anak mengarang dan membuat puisi sendiri, mengamati suatu
tanaman dan mencari tahu apa nama tanamannya, dll.
2. Anak Belajar Melalui Sensori dan Panca Indera
Menurut pandangan dasar Montessori meyakini bahwa panca indera adalah pintu
gerbang masuknya berbagai pengetahuan ke dalam otak manusia (anak), karena
perannya yang sangat strategis maka seluruh panca indera harus memperoleh
kesempatan untuk berkembang sesuai dengan fungsinya.
Dalam konsep ini, anak mengeksploitasikan seluruh inderanya, mengamati dan
memahami segala hal dengan inderanya lalu dapat menyebutkan fungsi dari masing-
masing panca indera. Misalnya anak melakukan eksperimen tentang aneka rasa (kopi:
pahit, gula: manis, garam: asin, sambal: pedas, dll).
3. Anak Membangun Pengetahuan Sendiri
Pestalozzi dalam Soejono (1988:32), pendidikan pada hakikatnya usaha
pertolongan (bantuan) pada anak agar mampu menolong dirinya sendiri yang dikenal
dengan “Hilfe Zur Selfbsthilfe” ; Pestalozzi berpandangan, pengamatan seorang anak
pada sesuatu akan menimbulkan pengertian, bahkan pengertian tanpa pengamatan
merupakan suatu pengertian kosong.
Pada konsep ini anak dibiarkan belajar melalu pengalaman dan pengetahuan
yang mereka pelajari sejak lahir. Anak diberikan fasilitas yang dapat menunjang untuk
membangun pengetahuan mereka sendiri:
Anak diajak untuk berpikir, percaya diri dan kreatif dalam mencari dan mendapatkan
pengetahuan yang mereka inginkan. Orang tua dan guru hanya lah fasilitator.
Setiap anak diharapkan dapat menambah dan membangun pengetahuan mereka sendiri
melalui media cetak dengan studi literatur (kunjungan kepustaka), dan media elektronik
baik browsing internet maupun menonton VCD edukatif.
4. Anak Berpikir melalui Benda Konkrit
Anak harus diberikan pembelajaran dengan benda-benda yang nyata, agar anak
tidak menerawang dan bingung. Anak akan lebih dapat mengingat benda-benda yang
dapat dilihat, dipegang lebih membekas dan dapat diterima oleh otak dalam sensasi dan
memori.
Menurut Lighart dalam Soejono (1988:75-76), langkah dalam pengajaran
dengan barang sesungguhnya:
1. Menentukan sesuatu yang menjadi pusat minat anak. Mis. Buah jeruk sebagai tema
pembahasan
2. Melakukan perjalanan sekolah. Mis. Melakukan field trip ke taman buah, untuk melihat
tanaman jeruk
3. Pembahasan hasil pengamatan. Mis. Buah jeruk dipetik untuk dijual atau dibuat
minuman
4. Menceritakan lingkungan yang diamati. Mis. Mengamati kegiatan petani jeruk.
5. Kegiatan ekspresi. Mis. Kegiatan ekspresi digambarkan pada bagan jaring laba-laba.
5. Anak Belajar dari Lingkungan
Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mengoptimalkan
potensi anak sehingga anak mampu beradaptasi dengan lingkungannya. Disini jelas
bahwa tujuan dari pendidikan adalah kemampuan anak melakukan adaptasi dengan
lingkungan dalam arti yang luas, guna mendekatkan anak dengan lingkungannya.
Out bound learning merupakan salah satu model pembelajaran dimana hamper
90 % kegiatan dilakukan dengan berinteraksi dengan alam tanpa ada kekangan. Dalam
kegiatan ini anak diajarkan membangun ikatan emosional diantara individu (anak),
dengan menciptakan kesenangan belajar, menjalin hubungan dan memengaruhi memori
dan ingatan yang cukup lama akan bahan yang akan di pelajari.
3 aspek penting dari alam menurut Vaquette (1983:67), yaitu:
Alam merupakan ruang lingkup untuk menemukan kembali jati diri secara kolektif dan
menyusun kembali kehidupan sosial.
Alam merupakan ruang lingkup yang dapat dieksplorasi.
Peranan pendidik di lokasi kegiatan.
H. Asas Pembelajaran Anak Usia Dini
Asas Perbedaan Individu
Setiap anak itu unik, berbeda antara satu dengan yang lainnya. Sehingga metode
pembelajaran memperhatikan perbedaan individu, misalnya: perbedaan latar belakang
keluarga, perbedaan kemampuan, perbedaan minat, gaya belajar, dan lain-lain agar anak
dapat mencapai hasil belajar secara optimal.
Asas Kekonkretan
Melalui interaksi dengan benda-benda nyata dan pengalaman konkret,
pembelajaran perlu menggunakan berbagai media dan sumber belajar, agar apa yang
dipelajari anak menjadi lebih bermakna, misalnya, menggunakan gambar binatang, atau
membawa binatang hidup ke dalam kelas, menggunakan audio visual, dll.
Asas Apersepsi
Kegiatan mental anak dalam mengolah hasil belajar dipengaruhi oleh
pengetahuan dan pengalaman yang telah dimiliki sebelumnya. Oleh sebab itu dalam
pembelajaran, pendidik hendaknya memperhatikan pengetahuan dan pengalaman awal
agar anak dapat mencapai hasil belajar yang optimal.
Asas Motivasi
Belajar akan optimal jika anak memiliki motivasi untuk belajar. Oleh karena itu
pembelajaran dirancang sedemikian rupa sesuai dengan minat, kebutuhan, dan kemauan
anak. Misalnya mengapresiasi anak yang berprestasi dengan pujian dan hadiah,
memajang setiap karya dari mereka di kelas, lomba antar kelompok yang
membangkitkan semangat, melibatkan anak dalam berbagai perlombaan, dan
melakukan pekan unjuk kemampuan anak.
Asas Kemandirian
Kemandirian adalah upaya yang dilakukan untuk melatih anak dalam
memecahkan masalah dengan mandiri. Pembelajaran yang baik dirancang untuk
mewujudkan kemandirian anak, misalnya bagaimana cara makan yang baik, mengikat
tali sepatu, bagaimana memakai baju, menggosok gigi, buang air kecil dan buang air
besar, merapikan mainan setelah dipakai, dan lain-lain.
Asas Keterpaduan
Keterkaitan antara aspek pengembangan diri anak antara satu dengan yang
saling saling mendukung perkembangan anak. Sehingga pembalajaran anak usia dini
harus dilaksanakan secara terpadu guna meningkatkan potensi diri mereka. Misalnya,
perkembangan bahasa berkaitan dengan perkembangan kognitif mereka, perkembangan
kognitif berkaitan dengan perkembangan diri, dan lain-lain.
Asas Kerja Sama (Kooperatif)
Bekerja sama akan meningkatkan keterampilan sosial anak dengan optimal.
Oleh karena itu praktek berkerja sama harus ditanamkan dalam PAUD untuk memupuk
keterampilan sosial dengan baik, misalnya bertanggung jawab terhadap kelompok,
menghargai pendapat teman, aktif dalam kelompok, membantu anak-anak yang lain,
dan lain-lain.
Asas Belajar Sepanjang Hayat
Pembelajaran tidak hanya berlangsung pada usia dini, tapi berlangsung
sepanjang hidup. Sehingga PAUD harus dapat mengupayakan pembekalan pada anak,
agar anak dapat belajar disepanjang rentang kehidupan mereka dan mendorong anak
untuk selalu ingin belajar dimanapun dan kapanpun.
Sumber: - Sujiono,Yuliani. 2011. Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta :
PT. Indeks.
- Patmonodewo, Soemiarti. 2000. Pendidikan Anak Pra sekolah. Jakarta : PT.
Rineka Cipta.
KAJIAN TEORI
Teori Perkembangan Kognitif, dikembangkan oleh Jean Piaget, seorang psikolog Swiss yang hidup tahun 1896-1980. Teorinya memberikan banyak konsep utama dalam lapangan psikologi perkembangan dan berpengaruh terhadap perkembangan konsep kecerdasan, yang bagi Piaget, berarti kemampuan untuk secara lebih tepat merepresentasikan dunia dan melakukan operasi logis dalam representasi konsep yang berdasar pada kenyataan. Teori ini membahas munculnya dan diperolehnya schemata—skema tentang bagaimana seseorang mempersepsi lingkungannya— dalam tahapan-tahapan perkembangan, saat seseorang memperoleh cara baru dalam merepresentasikan informasi secara mental. Teori ini digolongkan ke dalam konstruktivisme, yang berarti, tidak seperti teori nativisme (yang menggambarkan perkembangan kognitif sebagai pemunculan pengetahuan dan kemampuan bawaan), teori ini berpendapat bahwa kita membangun kemampuan kognitif kita melalui tindakan yang termotivasi dengan sendirinya terhadap lingkungan. Untuk pengembangan teori ini, Piaget memperoleh Erasmus Prize. Piaget membagi skema yang digunakan anak untuk memahami dunianya melalui empat periode utama yang berkorelasi dengan dan semakin canggih seiring pertambahan usia:1. Periode sensorimotor (usia 0–2 tahun)2. Periode praoperasional (usia 2–7 tahun)3. Periode operasional konkrit (usia 7–11 tahun)4. Periode operasional formal (usia 11 tahun sampai dewasa)
Kajian Teori Piaget untuk anak usia 5 – 6 tahun masuk dalam Periode Praoperasional. Tahapan ini merupakan tahapan kedua dari empat tahapan. Dengan mengamati urutan permainan, Piaget bisa menunjukkan bahwa setelah akhir usia dua tahun jenis yang secara kualitatif baru dari fungsi psikologis muncul. Pemikiran (Pra)Operasi dalam teori Piaget adalah prosedur melakukan tindakan secara mental terhadap objek-objek. Ciri dari tahapan ini adalah operasi mental yang jarang dan secara logika tidak memadai. Dalam tahapan ini, anak belajar menggunakan dan merepresentasikan objek dengan gambaran dan kata-kata. Pemikirannya masih bersifat egosentris: anak kesulitan untuk melihat dari sudut pandang orang lain. Anak dapat mengklasifikasikan objek menggunakan satu ciri, seperti mengumpulkan semua benda merah walau bentuknya berbeda-beda atau mengumpulkan semua benda bulat walau warnanya berbeda-beda.
Menurut Piaget, tahapan pra-operasional mengikuti tahapan sensorimotor dan muncul antara usia dua sampai enam tahun. Dalam tahapan ini, anak mengembangkan keterampilan berbahasanya. Mereka mulai merepresentasikan benda-benda dengan kata-kata dan gambar. Bagaimanapun, mereka masih menggunakan penalaran intuitif bukan logis. Di permulaan tahapan ini, mereka cenderung egosentris, yaitu, mereka tidak dapat memahami tempatnya di dunia dan bagaimana hal tersebut berhubungan satu sama lain. Mereka kesulitan memahami bagaimana perasaan dari orang di sekitarnya. Tetapi seiring pendewasaan, kemampuan untuk memahami perspektif orang lain semakin baik. Anak memiliki pikiran yang sangat imajinatif di saat ini dan menganggap setiap benda yang tidak hidup pun memiliki perasaan.
Teori perkembangan anak menurut para ahli
Perkembangan Anak Menurut Jean Piaget dan Vigotsky
The National for the Educational of Young Children (NAEYC) mendefinisikan pendidikan anak usia dini adalah pendidikan yang melayani anak usia lahir hingga 8 tahun untuk kegiatan setengah hari maupun penuh baik di rumah ataupun institusi luar. Asosiasi para pendidik yang berpusat diAmerika tersebut mendefinisikan rentang usia berdasarkan perkembangan hasil penelitian di bidang psikologi perkembangan anak yang mengindikasikan bahwa terdapat pola umum yang dapat diprediksi menyangkut perkembangan yang terjadi selama 8 tahun pertama kehidupan anak. NAEYC juga berperan sebagai lembaga yang memberikan panduan dalam menjaga mutu program pendidikan anak usia dini yang berkualitas yaitu program yang sesuai dengan tingkat perkembangan dan keunikan individu.Pembagian rentang usia berdasarkan keunikan dalam tingkat pertumbuhan dan perkembangannya di Indonesia, tercantum dalam buku kurikulum dan hasil belajar anak usia dini yang terbagi ke dalam rentang tahapan berikut: (1) Masa bayi berusia lahir – 12 bulan; (2) Masa “toddler” atau balita usia 1-3 tahun; (3) Masa prasekolah usia 3-6 tahun; (4) Masa kelas B TK usia 4-5/6 tahun
Teori perkembangan Piaget dengan konsep kecerdasan seperti halnya sistem biologi membangun struktur untuk berfungsi, pertumbuhan kecerdasan ini dipengaruhi oleh lingkungan fisik dan sosial, kematangan dan ekuilibrasi. Semua organisme dilahirkan dengan kecenderungan untuk beradaptasi (menyesuaikan diri) dengan lingkungannya. Cara beradaptasi berbeda bagi setiap individu, begitu juga proses dari tahap yang satu ke tahap yang lain dalam satu individu. Adaptasi terjadi dalam proses asimilasi dan akomodasi. Kita merespon dunia dengan menghubungkan pengalaman yang diterima dengan pengalaman
masa lalu kita (asimilasi), sedangkan setiap pengalaman itu berisi aspek yang mungkin saja baru sama sekali. Aspek yang baru inilah yang menyebabkan terjadinya dalam struktur kognitif (akomodasi).Asimilasi adalah proses merespon pada lingkungan yang sesuai dengan struktur kognitif seseorang. Tetapi proses pertumbuhan intelektual tidak akan ada apabila pengalaman yang ditangkap tidak berbeda dengan skemata yang ada oleh sebab itu diperlukan proses akomodasi, yaitu proses yang merubah struktur kognitif. Bagi Piaget proses akomodasi tersebut dapat disamakan dengan belajar. Konsep ini mejelaskan tentang perlunya guru memilih dan menyesuaikan materi berpijak dari ide dasar yang diketahui anak, untuk kemudian dikembangkan dengan stimulasi lebih luas misalnyadalam bentuk pertanyaan sehingga kemampuan anak meningkat dalam menghadapi pengalaman yang lebih kompleks.
Piaget selain meneliti tentang proses berpikir di dalam diri seseorang ia juga dikenal dengan konsep bahwa pembangunan struktur berfikir melalui beberapa tahapan. Piaget membagi tahap perkembangan kognitif anak menjadi empat tahap: (1) Tahap sensori motor (lahir-2 tahun); (2) Tahap praoperasi (usia 2-7 tahun); (3) Tahap operasi konkrit (usia 7-11 tahun); (4) Tahap operasi formal (usia 11-15 tahun). Tahapan-tahapan ini sudah baku dan saling berkaitan. Urutan tahapan Tidak dapat ditukar atau dibalik karena tahap sesudahnya melandasi Terbentuknya tahap sebelumnya. Akan tetapi terbentuknya tahap tersebut dapat berubah-ubah menurut situasi sesorang. Perbedaaan antara tahap sangat besar. Karena ada perbedaan kualitas pemikiran yang lain. Meskipun demikian unsur dari perkembangan sebelumnya tetap tidak dibuang. Jadi ada kesinambungan dari tahap ke tahap, walaupun ada juga perbedaan yang sangat mencolok.
Vigotsky memandang bahwa sistem sosial sangat penting dalam perkembangan kognitif anak. Orangtua, guru dan teman berinteraksi dengan anak dan berkolaborasi untuk mengembangkan suatu pengertian. Jadi belajar terjadi dalam konteks sosial, dan muncul suatu istilah zona Perkembangan Proksimal (ZPD). ZPD diartikan sebagai daerah potensial seorang anak untuk belajar, atau suatu tahap dimana kemampuan anak dapat ditingkatkan dengan bantuan orang yang lebih ahli. Daerah ini merupakan jarak antara tahap perkembanan aktual anak yaitu ditandai dengan kemampuan mengatasi permasalahan sendiri batas tahap perkembangan potensial dimana kemampuan pemecahan masalah harus melalui bantuan orang lain yang mampu.Sebagi contoh anak usia 5 tahun belajar menggambar dengan bantuan pengarahan dari Orang tua atau guru bagimana caranya secara bertahap, sedikit demi sedikit bantuan akan berkurang sampai ZPD berubah menjadi tahap perkembangan aktual saat anak dapat menggambar sendiri. Oleh karena itu dalam mengembangkan setiap kemampuan anak diperlukan scaffolding atau bantuan arahan agar anak pada akhirnya menguasai keterampilan tersebut secara independen. Dalam mengajar guru perlu menjadi mediator atau fasilitator di
mana pendidik berada disana ketika anak-anak membutuhkan bantuan mereka. Mediatoring ini merupakan bagian dari scaffolding. Jadi walaupun anak sebagai pebelajar yang aktif dan ingin tahu hampir segala hal, tetapi dengan bantuan yang tepat untuk belajar lebih banyak perlu terus distimuluasi sehingga proses belajar menjadi lebih efektif.
Vigotsky meyakini bahwa pikiran anak berkembang melalui: (1) Mengambil bagian dalam dialog yang kooperatif dengan lawan yang terampil dalam tugas di luar zone proximal Development; (2) Menggunakan apa yang dikatakan pendidik yang ahli dengan apa Yang dilakukan. Berbeda dengan Piaget yang memfokuskan pada perkembangan berfikir dalam diri anak (intrinsik), Vigotsky menekankan bahwa perkembangan kognitif seorang anak sangat dipengaruhi oleh sosial dan budaya anak tersebut tinggal. Setiap budaya memberikan pengaruh pada pembentukan keyakinan, nilai, norma kesopanan serta metode dalam memecahkan masalah sebagai alat dalam beradaptasi secara intelektual. Budayalah yang mengajari anak untuk berfikir dan apa yang seharusnya dilakukan.
Riwayat Maria Montessori
Maria Montessori lahir tahun 1870 di kota Chiara Valle, Italia dimana ia menghabiskan masa kecilnya. Maria Montessori pindah ke Roma pada usia 3 tahun dan tumbuh di lingkungan yang di dominasiprestasi akademis. Maria Montessori belajar matematika dan teknik dijurusan teknik, kemudian melanjutkan kuliah di universitas Roma. Iamenjadi wanita pertama yang memperoleh gelar dokter. Selanjutnyamenekuni karier dokter di State Orthophenis School di Roma, danbekerja menangani anak-anak cacat. Keberhasilan Maria Montessori menangani anak cacat, meyakinkan dirinya untuk meninggalkan profesi dokter dan memfokuskan diri pada pendidikan. Untuk mempelajarifungsi pikiran manusia, ia kembali ke kampus untuk mempelajaripsikologi dan antropologi. Bahkan akhirnya Maria Montessori menjadidekan jurusan antropologi pendidikan.Maria Montessori melanjutkan bekerja dengan anak-anak dariberbagai budaya dan latar belakang, tidak hanya anak cacat, tetapi jugaanak normal dari keluarga kaya dan miskin. Ia menyimpulkan bahwaanak perlu lebih dari sekedar perawatan fisik dan medis gunamenunjang pertumbuhan dan perkembangan jiwa dan raganya, anakmemerlukan lebih dari sekedar pelajaran yang diajarkan di sekolahumum. Ia memperkenalkan strategi pendidikan yang mencakup melatihpanca indera dan ketrampilan motorik anak. Dengan alat peraga khususdan di lingkungan yang tepat, anak cenderung bisa mengerjakanaktivitas secara spontan, dan , lewat aktivitas anak mendapatkanpengetahuan dan ketrampilan. Anak akan belajar sekuat keinginanpribadi dan mengatasi ketidakmampuannya tanpa bantuan dan campurtangan orang tua.Pengalaman kerja pertama Maria Montessori adalah mendidikanak cacat. Selanjutnya hasil observasi Maria Montessori
juga berlaku untuk anak normal. Eksperimen awal Maria Montessori mengajarkanbahwa guru perlu mengajarkan dasar-dasar hidup. Misalnya melatihpanca indera dan sistem urat saraf.
Setelah berhasil mengajar anak cacat. Kesempatan menguji metode Maria Montessori untuk anaknormal datang ketika diminta menguji 60 anak di kawasan kumuh SanLorenzo, Roma. Anak-anak ini berusia 3-7 tahun. Berasal dari keluargamiskin. Sebagian orang tua mereka bahkan buta huruf. Karena danakurangia membuat sendiri furnitur dan perlengkapan mengajar.Usaha untuk menumbuh-kembangkan anak dilakukan MariaMontessori dengan mendirikan Casa Dei Bambini atau rumah anak. Disini, Maria Montessori menelaah respon terhadap metode mengajaranak prasekolah. Metode mengajar Maria Montessori mulai terkenaldan membuka jalan untuk membuat proyek serupa bagi MariaMontessori dan pengikutnya. Maria Montessori mendirikan sekolahuntuk anak normal dan anak orang kaya. Maria Montessori mengatakananak normal mempunyai kemampuan yang sama untuk melakukanaktifitas anak cacat. Maria Montessori telah menemukan metodemengajar yang tepat dan menyadari perlu adanya revolusi pendidikan.Untuk menyebarluaskan penemuannya, ia berkenan mengajar hingga keAmerika, Inggris, Australia, dan Asia. Tidak mengherankan jika MariaMontessori didominasikan 3 kali untuk menerima hadiah nobel dibidang perdamaian.Maria Montessori meninggal di Belanda tahun 1952, sebelumulang tahunnya yang ke-82. dia bekerja setiap hari untuk mengajarkansistem pendidikan ke seluruh dunia. Selain buku dan program pelatihan guru, banyak asosiasi dan sekolah di Eropa, Amerika, dan Asia yangmengabdikan nama Maria Montessori
a. Prinsip-prinsip yang digunakan dalam metode Maria
Prinsip-prinsip yang digunakan dalam metode Maria Montessori adalah metode Student Centered Learning. Maria Montessori mengajarkan anak untuk lebih aktif berperan serta dalam pembelajaran. Dia menerapkan belajar sambil bermain agar anak-anak lebih dapat mengerti bahan yang dibahas. Secara garis besar Montessori juga membantu para orang tua dalam menerapkan pola pengajaran yang sesuai bagi anaknya.
b. Metode Maria Montessori terhadap perkembangan kognitif, afektif, dan psikomotorik
Setiap manusia terdiri atas 3 kemampuan, yaitu kognitif, afektif dan psikomotor, oleh karena itu penulis akan membahas mengenai kelebihan dengan metode Maria Montessori dari 3 segi.
1. Kognitif
2. Afektif (emosi)
- Tidak boleh dipaksa
- Proses pendidikan harus dengan kemauan anak sendiri
- Anak harus merasa senang dalam belajar
SKEMA dan CERITA
Melalui alat yang digunakan tanpa dipaksa
Membuat anak melakukan sesuatu
2. Anak menjadi senang
cerita :
Pada hari Ibu, anak-anak diminta menggambar atau membuat sesuatu untuk ibu. Anak diberi pengertian bahwa apa yang akan mereka buat adalah tanda rasa sayang mereka pada ibu, sehingga anak akan membuat sesuatu untuk ibunya tanpa dipaksa.
3. Psikomotor
Cerita:
Saat bermain, anak-anak diminta untuk membuat kelompok kecil bersama temantemannya. Kemudian disediakan alat-alat seperti sekop kecil, pasir, batu-batuan, gerobak kecil. Tiap kelompok diminta untuk membuat suatu bangunan sederhana, dari permainan tersebut anak-anak dapat belajar bekerja sama untuk membangun bangunan sederhana tersebut
c. Tujuan Metode Maria Montessori
Tujuan penggunaan metode Maria Montessori adalah membantu para orang tua dalam menerapkan pola pengajaran yang efektif bagi anak mereka. Penerapan metode belajar yang baik sangat berperan penting dalam pembentukan kemampuan intelektual, kepribadian, dan dalam hubungan sosial dan emosional. Hal ini dikarenakan umur lima tahun merupakan umur emas. Dikatakan umur emas karena pada saat ini kemampuan intelektual anak sedang meningkat sampai taraf optimal. Jadi orang tua harus menerapkan metode pengajaran yang baik kepada anak mereka. Sebelum membina perlu menentukan seperangkat nilai yang mau ditanamkan.
1. Watak kepribadian macam apa yang ingin dilatihkan dan dikembangkan?
2. Sikap sosial macam apa yang hendak kita bangun?
3. Kegiatan atau pengalaman apa yang hendak kita berikan untuk membangun etika dan moral yang baik sesuai dengan usia?
Namun yang paling penting adalah nilai, etika dan moral dari sikap dan perilaku orang tuanya sendiri. Nilai apa yang hendak kita transferkan kepada anak-anak? Kita dapat mencari "potret" orang tua yang positif dalam menanamkan nilai-nilai. Pendekatan macam apa yang hendak kita gunakan secara positif.adapun tujuan dari metode Maria Montessori adalah:
1. Membantu para orang tua dalam menerapkan pola pengajaran yang efektif bagi anak mereka
2. Membantu anak-anak didik dalam mengembangkan tingkat intelektual, psikomotor, dan afektif yang ada pada diri mereka.
3. Membuat anak dituntut untuk dapat berkembang sesuai dengan periode perkembangannya saat mereka mulai peka terhadap tugas-tugasnya.
4. Mengajarkan pada anak cara belajar yang efektif dan optimal melalui permainan.
5. Mengembangkan keterampilan yang menekankan pada pentingnya anak bekerja bebas dan dalam pengawasan terbatas.
6. Anak diajarkan untuk dapat berkonsenterasi dan berkreasi.
7. Guru hanya sebagai pengamat dan pembimbing, karena anak dibiasakan untuk memilih sesuai dengan keinginan sendiri.
d. Alat Permainan Edukatif ciptaan Montessori
Montessori menciptakan alat permainan yang memudahkan anak untuk mengingat dan mengenal konsep-konsep tanpa perlu dibimbing. Alat dirancang dengan sedemikian rupa agar anak dapat bekerja secara mandiri. Beberapa alat permainan tersebut antara lain:
a. Alat timbangan
b. Silinder dengan ukuran serial sepuluh ukuran
c. Tongkat-tongkat desimeter, meter
d. Gambar-gambar untuk dicontoh, bahan untuk mengembangkan motorik halus
e. Bentuk-bentuk segitiga, segi empat, segi enam yang dipecah-pecah
f. Bentuk-bentuk tiga dimensi, kerucut, kubus, prisma, bola
g. Bujur telur, limas, dan sebagainya
e. Landasan Teori
Maria Montessori merupakan seorang pendidik yang menggunakan metode pendidikan yang menekankan pada pentingnya anak bekerja bebas dan dalam pengawasan terbatas. Metode Maria Montessori merupakan metode belajar pada zaman dahulu. Sekarang, Maria Montessori lebih di kenal dengan nama Problem Based Learning (PBL). PBL ini mempunyai nama lain yaitu Project Based Learning (pembelajaran berdasarkan proyek), Experience Based Education (belajar berdasarkan pengalaman), Authentic Learning (pembelajaran otentik), dan Anchored Instruction (berakar pada kehidupan nyata).
Maria Montessori ini merupakan gabungan dari berbagai macam pembelajaran yang disebut dengan kolaboratif learning. Kolaboratif learning terdiri dari PBL, PQ4R, SQ3R. Metode Maria Montessori membuat anak dituntut untuk dapat berkembang sesuai dengan periode perkembangannya saat mereka mulai peka terhadap tugastugasnya. Maria Montessori berpusat pada peserta didik. Oleh sebab itu, disebut dengan Student Centered Learning.
Pada metode ini guru hanya bersifat sebagai fasilitator dan mediator saja selebihnya menjadi tanggung jawab peserta didik. Student Centered Learning ini lebih menekankan pada pembelajaran-pembelajaran kasus. Peserta didik di bagi menjadi kelompok-kelompok, lalu peserta didik belajar cara untuk mengkaji masalah, menganalisa dan mencari solusi masalah
yang dikaji. Setelah itu, peserta didik mengajukan pertanyaan atau masalah, lalu terintegrasi dengan disiplin ilmu lain.
Setelah itu, penyelidikan otentik pun dapat dilakukan dan akan menghasilkan produk atau karya yang menggangumkan. Cara inilah yang akan menghasilkan sumber daya manusia yang potensial. Belajar dengan kasus-kasus dapat mempengaruhi kognitif dan metakognitif peserta didik itu sendiri. Peserta didik dapat mengembangkan kemampuan kognitif dan metakognitif pada saat mereka belajar. Tujuan yang ingin dicapai adalah dengan cara mengkonstruksikan pengetahuan yang telah mereka dapat sebelumnya. Selain itu, Faktor sosial dan faktor individu itu sendiri berpengaruh dalam metode ini. Metode ini mengajarkan agar peserta didik aktif dalam bertanya dan menjawab pertanyaanpertanyaan.
Cara pembelajaran lainnya adalah Teori Scaffolding, dimana guru memberikan materi, lalu peserta didik menangkapnya dan berjalan terus hingga akhirnya peserta didik sudah mendapat banyak materi dan guru sedikit memberikan materi. Pada saat ini peserta didik dituntut untuk berkonsentrasi agar dapat menangkap apa yang telah diberikan oleh guru. Kita seharusnya membantu anak untuk menjadikan fantasi sebagai suatu hal yang nyata. Setiap orang berimijanasi, namun kita harus mengetahui cara mengembangkan imajinasi tersebut.
Teori Piaget tentang Perkembangan Kognitif
Tahapan dalam perkembangan intelektual (kognitif) yang dirumuskan oleh piaget berhubungan dengan pertumbuhan otak. Menurut Piaget, otak manusia tidak berkembang sepenuhnya hingga masa adolesen, bahkan otak laki-laki kadang tidak berkembang sepenuhnya hingga masa dewasa awal.
Menurut Piaget, intelegensi adalah dasar fungsi hidup yang membantu organism beradaptasi dengan lingkungan. Piaget juga mengemukakan bahwa intelegensi adalah suatu bentuk keseimbangan yang menjedi kecenderungan semua struktur kognitif. Piaget menekankan bahwa anak-anak bersifat aktif dan merupakan penjelajah yang selalu ingin tahu. Piaget meyakini bahwa ketidakseimbangan antara bentuk berpikir anak dan kejadian dalam lingkungan, memaksa anak membuat penyesuaian mental yang membuatnya dapat menyelesaikan pengalaman baru yang membingungkan dan kemudian menghasilkan keseimbangan kognitif.
Piaget mendeskripsikan anak sebagai seorang kontruktivis dimana jika mereka ingin mengetahui sesuatu, mereka harus membangun pengetahuan tersebut sendiri.
Tahap-tahap perkembangan kognitif menurut Piaget
Piaget mengidentifikasi empat periode utama dalam perkembangan kognitif, yaitu tahap sensorimotor (0-2 tahun), tahap praoperasional (2-7 tahun), tahap operasi konkrit (7-11 tahun), dan tahap
operasi formal (11 tahun keatas). Tahap pertumbuhan intelektual akan menunjukkan tingkat kualitas yang berbeda dari fungsi dan bentuk kognitif yang disebut tahap perkembangan Invarian, yaitu semua anak mengalami kemajuan melalui tahap dalam urutan yang persis sama tanpa melewati suatu tahap.
Menurut Piaget, urutan tahap-tahap intelektual adalah tetap, namun dia menemukan bahwa ada perbedaan individual yang besar pada tahun dimana anak masuk dari suatu tahap tertentu. Rentangan pertumbuhan intelektual anak dipengaruhi oleh factor budaya dan pengaruh lingkungan.
Tahap perkembangan anak usia dini menurut Piaget hanya berada pada tahap Sensorimotor dan Praoperasional.
1) Tahap Sensorimotor ( 0-2 tahun)
Tahap sensorimotor yaitu tahap dimana anak berumur sejak lahir hingga sekitar dua tahun. Pada tahap ini merupakan periode dimana bayi dapat mengkoordinasikan input sensor dan kemampuan geraknya untuk membentuk skema perilaku yang memungkinkannya bergerak dalam lingkungan dan mengetahui lingkungannya.
Pada dua tahun pertama, bayi berkembang dari makhluk yang berkembang dengan reflek dan dengan pengetahuan yang sangat terbatas. Piaget membagi periode sensorimotor menjadi 6 sub tahap yang menggambarkan transisi bertahap dari organism yang menggunakan reflek menjadi organism yang bercermin pada diri sendiri.
2) Perkembangan Ketrampilan Memecahkan Masalah
Piaget memberi ciri pertama dalam hidup bayi sebagai tahap kegiatan reflek, yaitu suatu periode dimana perilaku bayo terbatas pada latihan reflek yang alami, menambahkan
obyek baru ke dalam skema refleksif, dan menghantarkan reflek kepada benda nyata. Pada tahap ini merupakan permulaan dari perkembangan kognitif.
3) Perkembangan Imitasi (Peniruan)
Piaget menemukan adanya adaptasi peniruan yang bermakna dimana bayi tidak mampu meniru respon asli yang ditunjukkan oleh orang dewasa hingga usia 8-12 bulan. Pada usia 18-12 bulan terdapat peniruan yang tertunda, yaitu kemampuan melakukan kembali perilaku yang telah lama dicontohkan karena mereka sedang membangun mental simbolis, atau imajinasi dari perilaku contoh yang tersimpan dan dimunculkan di lain waktu. Tetapi, menurut pendapat para ahli lainnya menyatakan bahwa kapasitas untuk penundaan peniruan yang memungkinkan bayi untuk menyusun, menyimpan, dan kemudian memunculkan kembali mental simbolis ditunjukkan jauh lebih awal dari yang telah dikemukakan Piaget.
4) Perkembangan Ketetapan Benda
Pada tahap ini merupakan suatu pemikiran bahwa benda tetap ada ketika benda tersebut tidak lagi dapat terlihat oleh indera lainnya, tetapi karena pada bayi usia 4-8 bulan sangat tergantung pada panca indera dan kemampuan motorik untuk memahami suatu benda, maka ia akan berpikir bahwa suatu benda ada apabila dapat diinderai.
Pada bayi usia 12-18 bulan, konsep ketetapan benda meningkat meskipun belum lengkap, karena anak tidak dapat membuat kesimpulan secara mental yang diperlukan untuk memahami pemindahan benda dengan cara yang tidak telihat. Selanjutnya pada usia ini bayi mampu secara mental menggambarkan pemindahan benda secara tak terlihat dan menggunakan kesimpulan mental untuk memandu pencariannya terhadap benda yang telah lama menghilang.
5) Tahap praoperasional (2-7 tahun)
Pada saat anak memasuki tahap ini, anak telah mengalami peningkatan drastic dalam perkembangan intelektualnya pada penggunaan symbol (kata dan imajinasi) untuk menggambarkan benda, situasi, dan kejadian. Symbol merupakan sesuatu yang mewakili sesuatu yang lain.
Piaget mendeskripsikan bahwa intelejensi praoperasional berfokus pada keterbatasan anak dalam berpikir. Anak usia dini masih belum menguasai operasi kognitif yang memungkinkan mereka untuk berpikir logis.
Pada tahap ini terdapat periode prakonseptual yang ditandai dengan munculnya fungi simbolis, yaitu kemampuan membuat suatu hal mewakili sesuatu yang lain. Pada periode ini
terjadi pergeseran dari keingintahuan segala sesuatu melalui tangan menuju kepada perenungan.
Teori perkembangan anak menurut Lavengeveld
Lavengeveld menyatakan bahwa tahap-tahap perkembangan anak meliputi:
1. 3½ -5 tahun
Masa pendidikan pendahuluan (menuruti dan meniru orang tua).
2. 3 - 6 tahun
Tahap Taman Kanak-kanak, yang hendaknya dicapai adalah
a. Berbahasa lisan (berbicara, bercerita)
b. Mengenal pola hidup keluarga (saya, keluarga, dan sekolah)
c. Menguasai keterampilan untuk kebutuhan sehari-hari (mandi, menggosok gigi, berganti pakaian, makan, dll).
d. Mengenal diri, keinginannya dan kehendaknya.
e. Mulai berkhayal (tidak dapat membedakan khayalan dan kenyataan).
3. Kelas I dan II SD
Membaca buku cerita yang ada ekspresi seninya. Mengumpulkan benda-benda kecil, dan bermain dengan teman sebaya
Laporan Observasi
BAB ILandasan Teori
Aspek Perkembangan Motorik dan Kognitif pada anak usia 2-6 Tahun
Masa kanak-kanak awal terjadi pada rentang usia 2 – 6 tahun, masa ini sekaligus merupakan masa prasekolah, dimana anak umumnya masuk Kelompok Bermain dan Taman Kanak-Kanak.
Seperti bayi dan balita, anak-anak prasekolah tumbuh dengan cepat, baik secara fisik, kognitif maupun psikososialnya.
Masa kanak–kanak awal usia 2 sampai 6 tahun, masa ini merupakan masa prasekolah, dimana anak umumnya masuk kelompok bermain dan Taman kanak-kanak. Di dalam Islam masa ini disebut dengan faseal-thifl. Anak usia Taman Kanak-kanak dalam rentangan usia 4-5 atau 6 tahun berada dalam masa usia emas(golden age) segala sesuatunya sangat berharga, baik fisik, emosi dan intelektualnya. Perkembangan fisik anak mengalami perubahan seperti, tinggi badan dan berat badan. Masa kanak-kanak rata-rata tinggi
badannya bertambah 6.25 cm setiap tahun dan bertambah berat badan 2-5 kg. Pada usia 6 tahun berat badan anak normal harus kurang lebih mencapai 7 kali berat pada waktu lahir. Anak usia Taman Kanak-kanak ini sangat besar energinya sehingga diperlukan suatu pembelajaran yang sangat tepat sehingga berkembang kemampuan motorik kasar maupun halus.
Prinsip-prinsip perkembangan fisiologis anak usia Taman Kanak-kanak adalah koordinasi gerakan motorik, baik motorik kasar maupun halus. Pada awal perkembangannya, gerakan motorik anak tidak terkoordinasi dengan baik. Sehingga seiring dengan kematangan dan pengalaman anak kemampuan motorik tersebut berkembang dari tidak terkoordinasi dengan baik menjadi terkoordinasi secara baik. Prinsip utama perkembangan motorik adalah kematangan, urutan, motivasi, pengalaman dan latihan atau praktek.
Perkembangan Motorik Kasar merupakan tugas perkembangan jasmani berupa koordinasi gerakan tubuh, seperti: berlari, berjinjit, melompat, bergantung, melempar dan menangkap, serta menjaga keseimbangan. Kegiatan ini diperlukan dalam meningkatkan keterampilan koordinasi gerakan motorik kasar. Pada anak usia 4 tahun, anak sangat menyenangi kegiatan fisik yang mengandung bahaya, seperti melompat dari tempat tinggi atau bergantung dengan kepala menggelantung ke bawah. Pada usia 5 atau 6 tahun keinginan untuk melakukan kegiatan berbahaya bertambah. Anak pada masa ini menyenangi kegiatan lomba, seperti balapan sepeda, balapan lari atau kegiatan lainnya yang mengandung bahaya. Selain mengandalkan kekuatan otot, rupanya kesempurnaan otak juga turut menentukan keadaan. Anak yang pertumbuhan otaknya mengalami gangguan tampak kurang terampil menggerak-gerakkan tubuhnya.
Perkembangan gerakan motorik halus anak TK ditekankan pada koordinasi gerakan motorik halus dalam hal ini berkaitan dengan kegiatan meletakkan atau memegang suatu objek dengan menggunakan jari tangan. Pada usia 4 tahun koordinasi gerakan motorik halus anak sangat berkembang bahkan hampir sempurna. Walaupun demikian anak usia ini masih mengalami kesulitan dalam menyusun balok-balok menjadi suatu bangunan. Hal ini disebabkan oleh keinginan anak untuk meletakkan balok secara sempurna sehingga kadang-kadang meruntuhkan bangunan itu sendiri. Pada usia 5 atau 6 tahun koordinasi gerakan motorik halus berkembang pesat. Jadi, pada masa ini anak telah mampu mengkoordinasikan gerakan visual motorik, seperti mengkoordinasikan gerakan mata dengan tangan, lengan, dan tubuh secara bersamaan,antara lain dapat dilihat pada waktu anak menulis atau menggambar.
Ketika anak mampu melakukan suatu gerakan motorik, maka akan termotivasi untuk bergerak kepada motorik yang lebih luas lagi. Aktivitas fisiologis meningkat dengan tajam. Anak seakan-akan tidak mau berhenti melakukan aktivitas fisik, baik yang melibatkan motorik kasar maupun motorik halus. Pada saat mencapai kematangan untuk terlibat secara aktif dalam aktivitas fisik yang ditandai dengan kesiapan dan motivasi yang tinggi dan seiring dengan hal tersebut, orang tua dan guru perlu memberikan berbagai kesempatan dan pengalaman yang dapat meningkatkan keterampilan motorik anak secara optimal. Peluang-peluang ini tidak saja berbentuk membiarkan anak melakukan kegiatan fisik akan tetapi perlu didukung dengan berbagai fasilitas yang berguna bagi pengembangan keterampilan motorik kasar dan motorik halus.
Perkembangan intelektual pada masa kanak-kanak awal, anak berpikir konvergen menuju ke suatu jawaban yang paling mungkin dan paling benar terhadap suatu persoalan. Menurut teori perkembangan kognitif Piaget, anak pada masa kanak-kanak awal berada pada tahap praoperasional (2-7 tahun), istilah praoperasional menunjukkan pada pengertian belum matangnya cara kerja pikiran. Pemikiran pada tahap praoperasional masih kacau dan belum terorganisasi dengan baik (Santrock,2002) yang sering dikatakan anak belum mampu menguasai operasi mental secara logis. Jadi, pada masa ini anak memiiki perkembangan inteektual yang tinggi yang menyebabkan mereka menanyakan apa-apa yang mereka lihat dan mereka dengar.
Memori adalah kemampuan untuk mengkodekan, mempertahankan, dan mengingat informasi dari waktu ke waktu. Anak-anak harus belajar untuk mengkodekan benda, orang, dan tempat-tempat dan kemudian dapat mengingat mereka dari memori jangka panjang.
Anak-anak kecil tidak ingat serta anak-anak yang lebih tua dan orang dewasa. Selain itu, anak-anak ini lebih baik dari pada pengakuan tugas ingat memori. Peneliti menduga beberapa kemungkinan penyebab untuk pengembangan ini. Salah satu penjelasan adalah bahwa anak-anak prasekolah mungkin kurang dalam aspek-aspek tertentu dari perkembangan otak yang diperlukan untuk kemampuan memori matang. Penjelasan lain adalah bahwa anak-anak prasekolah tidak memiliki nomor yang sama dan jenis pengalaman untuk memanfaatkan sebagai orang dewasa saat memproses informasi. Alasan lain adalah bahwa anak-anak kurang perhatian selektif, yang berarti mereka lebih mudah terganggu. Masih penjelasan lain adalah bahwa anak-anak tidak memiliki kualitas yang sama dan kuantitas strategi mnemonic efektif sebagai orang dewasa.
Anak-anak prasekolah, namun, menunjukkan minat yang kuat dalam belajar. Apa seorang anak mungkin kurang dalam keterampilan terdiri dalam inisiatif. Jadi anak-anak memiliki rasa ingin tahu yang melekat tentang dunia, yang mendorong kebutuhan untuk belajar sebanyak mungkin, secepat mungkin. Beberapa anak muda mungkin menjadi frustrasi ketika belajar tidak terjadi secepat atau mengingat seefisien anak yang lebih tua. Ketika situasi belajar yang terstruktur sehingga anak-anak dapat berhasil menetapkan tujuan-cukup dicapai dan memberikan bimbingan dan dukungan-anak bisa menjadi sangat matang dalam kemampuan mereka untuk memproses informasi.
B. Aspek Perkembangan Sosial-Emosi pada anak usia 2-6 tahun
Emosi yang meninggi pada awal masa kanak-kanak ditandai oleh ledakan amarah yang kuat, ketakutan yang hebat dan iri hati yang tidak masuk akal.Penyebab emosi ini adalah akibat lamanya bermain, tidak mau tidur siang, dan makan terlalu sedikit.Pada masa ini, emosi yang dilakukan adalah termasuk dalam emosi yang disadari. Ekspresi dari emosi-emosi ini menunjukkan bahwa anak sudah mulai memahami dan menggunakan peraturan dan norma sosial untuk menilai perilaku mereka. Emosi yang umum pada masa kanak-kanak awal adalah:
a. Amarah
Muncul ketika anak sedang bermain dengan teman sebayanya, lalu terjadi perebutan mainan oleh salah satu pihak, mungkin juga karena keinginannya tidak tercapai, ataupun karena ada serangan dari anak lain. Ekspresi yang biasa muncul adalah menangis, berteriak, menggertak, menendang, melompat, dan memukul.
b. Takut
Dirasakan ketika ia mendengar cerita yang menyeramkan, melihat gambar, melihat TV, mendengarkan radio, maupun melihat orang yang sedang marah-marah. Ia biasanya langsung panik, lari, menghindar, bersembunyi, maupun menangis.
c. Cemburu
Biasa diungkapkan dengan pura-pura sakit, nakal, maupun regresi (melakukan hal-hal yang dulu pernah dilakukan dan menarik perhatian, misalnya ngompol
lagi setelah lama tidak ngompol). Penyebab umumnya adalah karena perhatian orang tua beralih kepada orang lain, misalnya adiknya yang baru lahir.
d. Ingin tahu
Emosi ini biasanya dilakukan dengan banyak bertanya.Ia ingin mengetahui hal-hal yang baru, juga ingin mengetahui tubuhnya sendiri.
e. Iri hati
Jika emosi ini sedang muncul, maka ia akan mengeluh tentang hal-hal yang dimiliki, mengungkapkan keinginan untuk memiliki barang orang lain, ataupun bahkan mengambil benda yang ingin dimilikinya. Ia sering iri hati mengenai kemampuan atau barang yang dimiliki orang lain.
f. Gembira
Dapat mereka rasakan tatkala ia sedang sehat, mendengar bunyi yang tiba-tiba, ataupun berhasil melakukan tugas yang dianggapnya sulit. Ungkapannya adalah dengan tersenyum, tertawa, bertepuk tangan, melompat-lompat, memeluk benda atau orang yang membutanya bahagia.
g. Sedih
Tatkala kehilangan sesuatu yang disayanginya.Ia akan menangis dan kehilangan gairah mengerjakan kegiatan sehari-hari.
h. Kasih sayang
Emosi ini ditimbulkan dengan memeluk, menepuk, mencium obyek yang disayangi dengan kasih sayang, mengajak bicara dengan mesra, mengelus-elus binatang yang disayangi dan menggendongnya.
i. Malu
Muncul ketika anak menganggap dirinya tidak mampu memenuhi standar atau target tertentu. Anak yang sedang malu sering kali berharap mereka bisa bersembunyi atau menghilang dari situasi tersebut.Rasa malu biasanya berhubungan dengan serangan terhadap self dan dapat mengakibatkan kebingungan dan membuat anak tidak mampu berkata-kata. Tubuh anak yang mengalami rasa malu ini biasanya akan terlihat seperti “merengut” seolah-olah ingin menghindar dari tatapan orang lain. Rasa malu bukan merupakan hasi dari situasi tertentu tetapi lebih disebabkan oleh interpretasi individu terhadap kejadian tertentu.
Hasil sebuah penelitian menunjukkan bahwa anak perempuan akan lebih menunjukkan perasaan malu dan bersalah jika dibandingkan dengan laki-laki. Perbedaan di antara gender ini sangat menarik karena biasanya anak perempuan adalah pihak yang lebih rentan terhadap internalisasi seperti kecemasan dan depresi, di mana salah satu ciri khasnya adalah perasaan malu dan kritik terhadap diri yang berlebihan.
j. Bersalah
Emosi ini biasanya muncul ketika anak menilai perilakunya sebagai sebuah kegagalan.Perasaan malu dan bersalah memiliki karakteristik fisik yang berbeda.Ketika seorang anak menunjukkan rasa malu, mereka seolah-olah mengecilkan tubuh mereka seperti ingin bersembunyi, sedangkan ketika mereka mengalami perasaan bersalah, mereka biasanya melakukan gerakan-gerakan tertentu seakan berusaha memperbaiki kegagalan mereka.
k. Bangga
Emosi ini muncul ketika anak merasakan kesenangan setelah sukses melakukan perilaku tertentu.Rasa bangga sering kali diasosiakan dengan pencapaian suatu tujuan tertentu.
Perkembangan emosi evaluatif yang disadari ini sangat dipengaruhi oleh respons orang tua terhadap perilaku anak. Sebagai contoh, seorang anak akan mengalami perasaan bersalah ketika orang tua berkata “Kamu seharusnya tidak boleh menggigit kakakmu”.
Beberapa di antara perubahan penting dalam perkembangan emosi pada masa kanak-kanak awal adalah meningkatnya kemampuan untuk membicarakan emosi diri dan orang lain dan peningkatan pemahaman tentang emosi. Mereka juga mulai belajar mengenai penyebab dan konsekuensi dari perasaan-perasaan yang dialami.
Ketika menginjak usia 4-5 tahun, anak-anak mulai menunjukkan peningkatan kemampuan dalam merefleksi emosi. Mereka juga mulai memahami bahwa mereka harus mengatur emosi mereka untuk memenuhi standar sosial.
Perbandingan antara emosi anak dan emosi orang dewasa:
Emosi Anak Emosi Orang Dewasa
Berlangsung singkat dan berakhirBerlangsung lebih lama dan berakhir lambat
Terlihat lebih hebat atau kuat Tidak terlihat hebat dan kuat
Bersifat sementara atau dangkal Lebih mendalam dan lama
Lebih sering terjadi Jarang terjadi
Dapat diketahui dengan jelas dari tingkah lakunya
Sulit diketahui, lebih pandai menyembunyikannya.
Perkembangan emosi tak dapat dipisahkan dengan perkembangan sosial, yang sering disebut sebagai perkembangan tingkah laku sosial. Sejak lahir anak dipengaruhi oleh lingkungan sosial dimana ia berada secara terus-menerus.Jenis hubungan sosial lebih penting daripada jumlahnya, kalau anak menyenangi hubungan dengan orang lain meskipun kadang-kadang saja, maka sikap terdapat kontak sosial mendatangkan lebih baik daripada hubungan sosial yang sering, tetapi sifat hubungannya kurang baik. Anak yang lebih menyukai interaksi dengan manusia daripada benda akan lebih mengembangkan kecakapan sosial sehingga mereka lebih populer dari pada anak yang interaksinya terbatas.
Pada masa prasekolah (terutama mulai usia 4 tahun) perkembangan sosial anak sudah mulai tampak jelas, karena mereka sudah mulai aktif berhubungan dengan teman sebayanya.
Ciri-ciri perkembangan pada tahap ini adalah :
1. Anak sudah mulai tahu aturan-aturan, baik dilingkungan keluarganya maupun dalam lingkungan bermain.
2. Sedikit demi sedikit anak sudah mulai tunduk pada peraturan.
3. Anak sudah mengetahui hak atau kepentingan orang lain.
4. Anak sudah mulai dapat bermain bersama anak-anak lain atau teman sebaya (peer group)
Perkembangan sosial anak sangat dipengaruhi oleh iklim sosio psikilogis keluarganya. Apabila memperhatikan, saling membantu dalam menyelesaikan tugas-tugas keluarga, terjalin komunikasi antara anggota keluarga dan konsisten dalam melaksanakan aturan, maka anak akan memiliki kemampuan atau penyesuaian sosial dalam hubungan dengan orang lain.
Aspek-aspek penting yang berkembang pada masa ini diantaranya adalah hubungan keluarga, hubungan dengan teman sebaya, perkembangan permainan, perkembangan gender, dan perkembangan moral (Jahja, 2011: 191).
C. Aspek Perkembangan Bahasa pada anak usia 2-6 Tahun
Perkembangan Bahasa Anak Usia Dini (2-6 tahun )Ada beberapa perubahan perkembangan bahasa yang terjadi pada usia dini, diantaranya:a. Berkenaan dengan fonologi, beberapa anak usia prasekolah memiliki kesulitan dalam mengucapkan kelompok konsonan misalnya (str dalam kata strika). Serta sulitnya mengucapkan huruf ‘r’.
b. Berkenaan dengan morfologi, bahwa pada kenyataannya anak-anak itu juga dapat mengembangkan ungkapannya lebih dari dua kata-kata setiap kalimatnya.c. Berkenaan dengan sintaksis, bahwa anak-anak belajar dan menerapkan secara aktif aturan-aturan yang dapat ditentukan pada tingkat sintaksis. Mereka mulai tahu aturan yang kompleks tentang bagaimana kata-kata seharusnya diurutkan menurut subjek, predikat dan objeknya dalam membuat kalimat.
d. Berkenaan dengan semantik, bahwa begitu anak sudah mampu membuat kalimat dan sudah mampu mengembangkan makna kalimat tersebut dengan cepat. Perbedaan bahasa anak usia 2 dan 6 tahun :
1. Anak usia 6 tahun memiliki keterampilan dalam berdialog lebih baik, sehingga mampu membicarakan benda-benda yang fisikal (imaginatif).
2. Anak usia 6 tahun mampu menunjukan gaya bicara yang sesuai dengan situasi sosial dan dengan siapa mereka sedang berbicara.
Perkembangan Bahasa prasekolah
Perkembangan bahasa anak pra-sekolah, dapat diklasifikasikan kedalam dua tahap (sebagai kelanjutan dari dua tahap sebelumnya). Masa Ketiga (2,0-2,6 tahun) bercirikan;
a) Anak sudah mulai bisa menyusun kalimat tunggal yang sempurna.
b) Anak sudah mampu memahami memahami tetang perbandingan.
c) Anak banyak menanyakan tempat dan nama; apa, dimana, darimana, dsb.
d) Anak sudah mulai menggunakan kata-kata berawalan dan berakhiran.
Tahap Keempat (2,6-6,0 tahun) bercirikan;
a) Anak sudah menggunakan kalimat majemuk beserta anak kalimatnya.
b) Tingkat berpikir anak sudah lebih maju
c) Anak banyak bertanya tentang waktu, sebab akibat melalui pertanyaan kapan, mengapa, bagaimana, dsb.
Tabel Perkembangan Tahapan Perkembangan sebuah Pandangan Holistik
UsiaPerkembangan Fisik
Perkembangan Kognitif
Perkembangan Bahasa
Perkembangan Emosi
Perkembangan Sosial
18-30 bulan
Dapat berjalan tegak
Menggunakan representasi mental dan simbol
Mulai memberikan penamaan
Emosi-emosi mengevaluasi diri sendiri (malu, iri, empati) serta tanda-tanda rasa malu dan bersalah muncul.
Dorongan untuk mandiri mulai berkembang
Mulai mencoret-coret tanpa arti
Kepermanenan objek tercapai
Kalimat pertama sering kali singkat
Munculnya negativisme
Meningkatnya konflik dengan saudara kandung
Dapat membentuk konsep dan pengelompokkan
Mulai melibatkan diri dalam percakapan
Munculnya emosi-emosi mengevaluasi diri sendiri
Kebanyakan bermain paralel dengan orang lain
Ingatan episodek muncul
Anak terlalu tertib dalam aturan berbahasa
Mulainya tahap
praoperasional
30-36 bulan
Anak sudah memiliki gigi susu yang lengkap
Anak dapat menghitung
Anak mempelajari kata-kata baru hampir setiap hari
Anak menunjukkan kemampuan yang meningkat dalam ‘membaca’ emosi, keadaan mental, dan maksud orang lain.
Anak menunjukkan peningkatan ketertarikan kepada orang lain, terutama anak-anak lainnya.
Anak dapat melompat
Anak mengetahui Anak mengkombinasikan tiga kata atau lebih, dan dapat mengucapkan 1.000 kata
Anak memahami perumpamaan mengenai benda-benda yang dikenal
Anak menggunakan kata kerja lampau
Anak dapat menjelaskan hubungan sebab akibat yang dikenali
3-4 tahun
Anak dapat menyalin bentuk-bentuk dan menggambar desain-desain
Anak memahami simbol
Kosakata, tata bahasa, dan tata kalimat meningkat dan makin rumit
Negativisme mencapai puncaknya, temper tantrum biasanya muncul
Anak menunjukkan peningkatkan ketertarikan kepada orang lain
Anak dapat menuangkan
Dimulainya ingatan
Kemampuan baca-tulis mulai
Sedikit terlihat kesadaran
Bermain pura-pura yang
cairan, makan dengan perangkat makan, dan menggunakan toilet sendiri
otografikal (ingatan mengenai sejarah seseorang)
tumbuh akan kebanggaan dan rasa malu
memiliki tema interaksi sosial
Anak mengenakan baju dengan bantuan
Anak melibatkan diri dalam permainan berpura-pura
Meningkatnya berbicara sendiri
Konflik dengan saudara kandung mengenai kepemilikan barang-barang merupakan hal yang lazim
Anak dapat menghitung menggunakan seluruh angka
Anak memahami kualitas yang terpecah-pecah
5-6 tahun
Anak dapat turun tangga, melompat, berjingkrak dan mengubah arah
Teori pikiran telah matang, anak bisa membedakan antara khayalan dan kenyataan
Kemampuan bicara hampir seperti orang dewasa dan kosakata yang terucap sekitar 2.600 kata
Negativisme menurun
Pola menggertak (bulliying) dan memperdaya (victimization) mungkin mulai terbangun
Dapat mengenakan pakaian tanpa dibantu
Mulai lebih efisien dalam mengode, menggeneralisasi, dan membangun strategi
Anak memahami sekitar 20.000 kata
Anak mengenali rasa bangga dan malu kepada orang lain, tetapi tidak pada diri sendiri
Gigi susu mulai tanggal, digantikan oleh gigi tetap
Anak dapat menceritakan kembali alur cerita
Anak menyadari rasa bangga atau malu mereka
BAB IIHASIL OBSERVASI
A . Identitas Subjek Nama Lengkap : Shareya Kamiya Laquinta DewiNama Panggilan : KamiyaTempat, Tanggal lahir : Banjarbaru, 20 September 2008Usia : 5 tahunAgama : IslamJenis Kelamin : PerempuanNama Sekolah : PAUD Dharma Wanita Persatuan UNLAM (TK Teratai)
Alamat : Jalan Galuh Marindu 2 No. F30 RT. 033 RW. 007 BanjarbaruNama Orang Tua (Pekerjaan) Ayah : Ir. Iwan Setiawan, M.P (PNS)
Ibu : Agustina Tri Wardhani (Ibu Rumah Tangga)B. Kondisi Subjek
Dalam observasi yang telah dilakukan oleh tim peneliti, ditemukan hasil yang berbeda-beda tentang kondisi subjek jika dilihat dari beberapa segi perkembangan subjek, antara lain:
Perkembangan Kognitif, pada observasi perkembangan kognitif subjek usia 5 tahun diperoleh hasil tentang keadaan subjek sebagai berikut: Jumlah indikator perkembangan kognitif usia 4-5 tahun adalah 8. Sebanyak 6 indikator perkembangan kognitif usia 4-5 tahun telah berhasil dilalui oleh subjek yaitu mampu melompat dan menari, menggambar orang yang terdiri dari kepala, lengan dan badan, dapat menghitung jari-jarinya, mendengar dan mengulang hal-hal penting dan cerita, di TK itu membedakan besar dan kecil, dan menaruh minat kepada aktivitas orang dewasa. Sedangkan indikator perkembangan kognitif usia 4-5 tahun yang tidak dapat atau belum dilalui sebanyak 2 indikator yaitu memprotes bila dilarang apa yang diinginkannya dan minat kepada kata baru dan artinya. Semua indikator perkembangan kognitif 2-4 tahun juga telah berhasil dilalui oleh subjek, sedangkan pada indikator perkembangan kognitif 5-6 tahun ditemukan sebanyak 2 indikator belum dilalui oleh subjek yaitu mulai lebih efisien dalam mengode, menggeneralisasikan dan membangun strategi dan mungkin menentang dan tidak sopan dan sebanyak 3 indikator telah berhasil dilalui yaitu teori
pikiran telah matang, anak bisa membedakan anatara khayalan dan kenyataan, mengetahui kanan kiri, dan memperlihatkan tempertantrum. Hal ini menunjukkan bahwa semua perkembangan kognitif usia 2-4 tahun dan sebagian besar perkembangan kognitif usia 4-6 tahun telah berhasil dilalui oleh subjek.
Perkembangan Motorik, pada observasi perkembangan motorik subjek usia 5 tahun diperoleh hasil tentang keadaan subjek sebagai berikut: Jumlah indikator perkembangan motorik usia 4-5 tahun adalah 3. Semua indikator perkembangan motorik usia 4-5 tahun telah berhasil dilalui oleh subjek yaitu mampu melompat dan menari, menggambar orang yang terdiri dari kepala, lengan dan badan, dan dapat menghitung jari-jarinya. Semua indikator perkembangan motorik 2-4 tahun juga telah berhasil dilalui oleh subjek, sedangkan pada indikator perkembangan motorik 5-6 tahun ditemukan sebanyak 1 indikator belum dilalui oleh subjek yaitu gigi susu mulai tanggal, digantikan oleh gigi tetap dan sebanyak 3 indikator telah berhasil dilalui yaitu anak dapat turun tangga, melompat, berjingkrak dan mengubah arah, dapat mengenakan pakaian tanpa dibantu, dan bermain sepeda. Hal ini menunjukkan bahwa semua perkembangan motorik usia 2-5 tahun dan sebagian besar perkembangan usia 5-6 tahun telah berhasil dilalui oleh subjek.
Perkembangan Sosial, pada observasi perkembangan sosial subjek usia 5 tahun diperoleh hasil tentang keadaan subjek sebagai berikut: Jumlah indikator perkembangan sosial usia 4-5 tahun adalah 4. Semua indikator perkembangan sosial usia 4-5 tahun telah berhasil dilalui oleh subjek yaitu senang bermain keluar rumah, perasaan yang berubah-ubah, susah mulai berteman, bisa bekerjasama dan berpartisispasi dalam kelempok, sudah bisa menelepon, dan mulai mengenal sahabat, saling bercerita tentang kegiatan dirinya dan keluarganya, anak usia ini juga mulai menyukai figur atau tokoh seperti kakak, ibu, ayah atau guru, saat bermain, mereka mulai sering memerankan tokoh panutan mereka tersebut. Semua indikator perkembangan sosial 2-4 tahun juga telah berhasil dilalui oleh subjek, sedangkan pada indikator perkembangan sosial 5-6 tahun ditemukan sebanyak 3 indikator belum dilalui oleh subjek yaitu pola menggertak (bullying) dan memperdaya (victimization) mungkin mulai terbangun, bisa memimpin kelompok kegiatan, dan mengenal peraturan dan mengikuti peraturan dan sebanyak 2 indikator telah berhasil dilalui yaitu telah memiliki kemampuan untuk menceritakan sesuatu pada temannya dan mampu bermain dan bekerjasama dan temannya dalam kelompok. Hal ini menunjukkan bahwa semua perkembangan sosial usia 2-5 tahun dan sebagian kecil perkembangan sosial usia 5-6 tahun telah berhasil dilalui oleh subjek.
Perkembangan Emosi, pada observasi perkembangan emosi subjek usia 5 tahun diperoleh hasil tentang keadaan subjek sebagai berikut: Jumlah indikator perkembangan emosi usia 4-5 tahun adalah 3. Semua indikator perkembangan emosi usia 4-5 tahun telah berhasil dilalui oleh subjek yaitu tidak mudah menangis bila ada hal yang diinginkan tidak terpenuhi, dapat bertindak sopan dan ramah dengan orang lain, tidak menunjukkan sikap marah dalam kondisi yang wajar. Semua indikator perkembangan emosi usia 2-3 tahun dan 3-4 tahun juga telah berhasil dilalui oleh subjek, sedangkan pada indikator perkembangan emosi 5-6 tahun ditemukan sebanyak 1 indikator dari 3 indikator belum dilalui oleh subjek yaitu respon negatif anak pada segala sesuatu
menurun. Hal ini menunjukkan bahwa semua perkembangan emosi usia 2-3 tahun, 3-4 tahun dan 4-5 tahun dan sebagian besar perkembangan emosi usia 5-6 tahun telah berhasil dilalui oleh subjek.
Perkembangan Bahasa, pada observasi perkembangan bahasa subjek usia 5 tahun diperoleh hasil tentang keadaan subjek sebagai berikut: Jumlah indikator perkembangan bahasa usia 4-5 tahun adalah 12. Sebanyak 8 indikator perkembangan bahasa usia 4-5 tahun telah berhasil dilalui oleh subjek yaitu mampu berbincang atau bercakap dengan teman sebaya, mampu menyebut nama teman bermain atau belajarnya, dapat menggunakan lawan kata dengan benar, mampu menghafal lagu atau puisi pendek, mampu membentuk suatu kalimat yang menggunakan keterangan waktu, bicaranya mudah dimengerti dalam menyebutkan huruf angka atau nama-nama hari, mampu menirukan atau membaca huruf, dapat menyebut nama, umur, dan tempat tinggal sendiri. Sedangkan indikator perkembangan bahasa usia 4-5 tahun yang tidak dapat atau belum dilalui sebanyak 2 indikator yaitu minat kepada kata-kata baru dan arti dari kata tersebut, dan dapat menyebut alamat serta nomor telepon. Sebanyak 2 indikator dari 9 indikator perkembangan bahasa usia 2-3 tahun belum berhasil dilalui oleh subjek yaitu dapat memahami perkataan orang lain dengan baik dan menjadi makin peka apakah kata-kata mereka dapat dipahami atau tidak. Juga sebanyak 2 indikator dari 8 indikator perkembangan bahasa usia 3-4 tahun belum berhasil dilalui oleh subjek yaitu mulai senang bercerita dan dapat menyampaikan humor secara verbal, sedangkan semua indikator perkembangan bahasa 5-6 tahun ditemukan telah berhasil dilalui oleh subjek. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar perkembangan bahasa usia 2-5 tahun dan semua perkembangan bahasa usia 5-6 tahun telah berhasil dilalui oleh subjek.
BAB IIIPEMBAHASAN
Menurut teori yang dikemukakan pada landasan teori, memang ada beberapa indikator dalam tugas-tugas perkembangan, yang masih belum bisa dicapai menurut usianya. Kemungkinan ada beberapa faktor yang mempengaruhinya :
A. Pada perkembangan aspek Kognitif- memprotes bila dilarang apa yang diinginkannya dan mungkin menentang dan tidak
sopan , dia memang orangnya sopan dan patuh, jadi kalau dilarang, dia akan menurut. Apalagi dalam pola pengasuhan orang tuanya, dia memang diajarkan untuk menjadi seorang anak yang patuh, dan sopan.
- minat kepada kata baru dan artinya, dia anaknya memang pemalu, dan kalau mau bicara harus di beri stimulus atau dalam bentuk modelling, baru anak ini aktif dan berbicara.
- mulai lebih efisien dalam mengode, menggeneralisasikan dan membangun strategi, ini memang sepertinya belum mencapai pada usianya , anak ini memang berusia 5 tahun, tapi dia masih berada di kelas TK “nol kecil”.
Dia hobinya menggambar , jadi tidak hanya menggambar seperti kebanyakan anak lainnya, menggunakan imajinasinya untuk berkarya dalam gambar yang akan dia gambar. Sepertinya sudah ada bakat menggambar , waktu istirahat dan santai di rumah
pun , dia lebih senang menghabiskan waktunya dengan menggambar. Dalam aspek kognitif / berpikir, dia lebih banyak menggunakan otak kanannya.
B. Pada Perkembangan aspek Motorik- Gigi susu mulai tanggal, digantikan oleh gigi tetap , kalau masalah pertumbuhan gigi,
sepertinya memang belum mencapai usianya, biasanya berkisar usia 6 tahun, gigi baru tanggal dan digantikan oleh gigi tetap.
C. Pada Perkembangan Sosial- pola menggertak (bullying) dan memperdaya (victimization) mungkin mulai terbangun,
bisa memimpin kelompok kegiatan, dan mengenal peraturan dan mengikuti peraturan, untuk seorang anak seperti kamiya, sepertinya tidak diajarkan oleh orang tuanya seperti menggertak dan memperdaya. Dan dia ini anak perempuan, yang cenderung pemalu sepertinya faktor itu yang tidak bisa membuat dia jadi pemimpin. Dan di TK tersebut kebanyakan yang dipilih jadi pemimpin kelompok kegiatan adalah anak laki-laki.
Setelah dia bisa menggambarkan apa yang dia gambar , dia ceritakan sama guru-gurunya maupun teman-temannya yang telah dia gambar. Dia mampu bersosialisasi dengan baik tapi dengan cara menceritakan tentang apa yang dia gambar.
D. Pada Perkembangan Emosi- respon negatif anak pada segala sesuatu menurun, seperti yang telah dijelaskan pada
aspek-aspek sebelumnya, anak ini penurut dan patuh. Walaupun dia bisa marah , itu memang respon negatif, tapi tidak pada segala sesuatu yang menurun, misal nilai dia lebih bagus dari teman yang lain, dia biasa saja.
E. Pada Perkembangan Bahasa- Minat kepada kata-kata baru dan arti dari kata tersebut, dan dapat menyebut alamat
serta nomor telepon. Seperti yang telah dijelaskan di atas dia anaknya memang pemalu, dan kalau tentang alamat, dia tahu, tapi tidak bisa menyebutkan secara lengkapnya dimana dan nomor telepon pun dia tidak tahu, apalagi menyebutkannya.
Di penelitian ini ,tidak ada perbedaan secara signifikan antara teori dengan hasil penelitian. Anak ini bagus di kemampuan kognitif, tapi tidak dalam lingkungan sosial, kalau ada orang asing yang belum dia kenal, dia ini sangat pemalu. Harus ada stimulus – stimulus yang di berikan , biar dia mengeluarkan bakatnya dan kemampuannya yang lain yang ia miliki.
Diposkan oleh Atone Asteria Lotus di 21.37
1 komentar:1.
Dyaah Ayu 7 Juli 2015 20.15
Permisi kak mau tanya. Ini literaturnya pake apa ya ? makasih
Balas
BAB 1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Proses perkembangan manusia dimulai dengan perkembangan prakelahiran,
perkembangan fase bayi, perkembangan fase awal kanak-kanak, perkembangan fase
akhir kanak-kanak, perkembangan fase remaja, perkembangan tahap dewasa, dan
perkembangan lanjut usia. Pembahasan di sini difokuskan pada perkembangan anak dari
usia 3,5 tahun.
Perkembangan jasmanai maupun rohani sudah dimulai sejak masih dalam
kandungan yang biasanya Sembilan bulan lamanya. Pada waktu lahir kemampuan otak
telah terbentuk 50% dan kemampuan itu akan terus meningkat sampai dengan umur 5
tahun. Pertumbuhan otak sangat bergantung pada kondisi kesehatan anak, dan hal itu
sangat dipengaruhi oleh asupan gizi yang terkandung dalam makanan pada sang anak.
Untuk perkembangan rohani tidak dapat diselidiki terlepas dari perkembangan
jasmani. Sesungguhpun ada perbedaan antara keduanya, dan perbedaan itu tidak selalu
perlu apalagi pada seorang bayi. pada masa usia ini seorang bayi hanya dapat
memberikan isyarat dengan menggerakan tangannya, menangis, tertawa dalam
menginginkan sesuatu dan hal itu akan terus berkembang hingga ia dapat berbicara
berjalan dan berlari.
B. CATATAN OBSERVASI
IDENTITAS ANAK
a. Nama : Aisyah Shakila Putri
b. Umur : 3,5 Tahun (25 Mei 2009)
c. Jenis Kelamin : Perempuan
1. PENGAMATAN PERTAMA
WAKTU DAN TEMPAT
a. Hari/Tanggal : Minggu/ 4 November 2012
b. Lokasi : Rumah (Sungailiat)
c. Waktu Kejadian :19.00 s.d 09.00 WIB
DESKRIPSI KEJADIAN
a. Perkembangan Kognitif
- Dapat mengucapkan Salam
b. Perkembangan Afektif
- Merespon ketika diajak berkomunikasi
c. Perkembangan Psikomotorik
- Dapat menendang bola
TEMUAN HASIL PENGAMATAN
Aisyah sudah dapat mengucapkan salam kepada orang lain, misalnya saat ditelpon atau
masuk rumah dan dia juga dengan mudah merespon lawan bicaranya. Rizki adalah salah
satu teman sepermainan dilingkungan rumahnya, mereka sering bermain bola. Dan
Aisyah dapat dapat melakukan itu dengan mudahnya.
2. PENGAMATAN KEDUA
WAKTU DAN TEMPAT
a. Hari/Tanggal : Minggu/ 11 November 2012
b. Lokasi : Rumah (Sungailiat)
c. Waktu Kejadian :10.00 s.d 21.00 WIB
DESKRIPSI KEJADIAN
a. Perkembangan Kognitif
- Dapat menjawab salam dan mulai aktif dalam bicara.
b. Perkembangan Afektif
- Lebih merespon apa yang disampaikan orang lain.
c. Perkembangan Psikomotorik
- Menangis untuk meluapkan keinginannya.
TEMUAN HASIL PENGAMATAN
Dia mulai aktif dalam berkomunikasi terhadap lawannya, dan sudah bisa menjawab
salam (wa’alaikum salam) walaupun tidak begitu jelas. Selain itu juga, dia mudah
menanggapi pembicaraan ibu dan ayahnya misalnya disaat ibunya meminta dia untuk
mengambilkan sesuatu. Anak seperti Aisyah dapat meluapkan keinginannya melewati
menangis, misalnya disaat dia meminta sesuatu (susu atau mainan) jika tidak sesuai
dengan keinginannya.
3. PENGAMATAN KETIGA
WAKTU DAN TEMPAT
a. Hari/Tanggal : Rabu/ 14 November 2012
b. Lokasi : Rumah (Sungailiat)
c. Waktu Kejadian :16.00 s.d 22.00 WIB
DESKRIPSI KEJADIAN
a. Perkembangan Kognitif
- lebih aktif berkomunikasi
b. Perkembangan Afektif
- Mengemukakan apa pendapatnya misalnya akan kata “tak mau” ketika dia tidak
menyukai sesuatu.
c. Perkembangan Psikomotorik
- Marah ketika tidak menyukai sesuatu.
TEMUAN HASIL PENGAMATAN
Hari demi hari, Aisyah dapat berkomunikasi lebih aktif dari sebelumnya. Dan dia dapat
mengemukakan kata-kata “tak mau” ketika dia tidak menyukai sesuatu. Selain
menangis, rasa kesal dan marah muncul didirinya terhadap orang yang ia maksud.
4. PENGAMATAN KEEMPAT
WAKTU DAN TEMPAT
a. Hari/Tanggal : Kamis/ 15 November 2012
b. Lokasi : Rumah (Nangka)
c. Waktu Kejadian :14.00 s.d 15.00 WIB
DESKRIPSI KEJADIAN
a. Perkembangan Kognitif
- Bertambahnya kosa-kata
b. Perkembangan Afektif
- Menunjukkan kemampuan berbicara yang baik, seperti mulai diajak bercerita.
c. Perkembangan Psikomotorik
- Mulai bernyanyi sambil menggerakkan Anggota badannya.
TEMUAN HASIL PENGAMATAN
Semakin hari semakin bertambah kosa-kata, karena hampir setiap hari Aisyah menonton
ataupun mendengar cerita. Dia dapat menceritakan apa yang sudah kita ceritakan pada
dirinya. Selain itu dia juga dapat berperan sebagai seorang guru layaknya. Pernah terjadi
saat pertanyaan dari saya sendiri terlontarkan kepada dia “Adek mau jadi apa?” dan dia
dengan lantang menjawabnya “jadi guru”. Dan saya disaat jawaban itu membuat saya
penasaran, apakah dia tau bagai mana guru yang sesungguhnya atau hanya sekedar
bicara saja. Ternyata Aisyah mampu melakukan apa yang saya tanyakan, waktu yang
bertepatan, dia berperan layaknya seorang guru dihadapan saya, orang tua, nenek dan
kakeknya.
Dan disaat bernyanyi lagu “topi saya bundar” dia sudah dapat menggerakkan anggota
tubuhnya, misalnya tanggan, kaki dan kepalanya.
5. PENGAMATAN KELIMA
WAKTU DAN TEMPAT
a. Hari/Tanggal : Minggu/ 18 November 2012
b. Lokasi : Rumah (Sungailiat)
c. Waktu Kejadian :09.00 s.d 15.00 WIB
DESKRIPSI KEJADIAN
a. Perkembangan Kognitif
- Menyukai buku cerita
b. Perkembangan Afektif
- Dapat mengajak lawan bicara untuk mendengar cerita dari dirinya.
c. Perkembangan Psikomotorik
- Dapat berpose layaknya orang yang usianya diatas 3 tahunan
TEMUAN HASIL PENGAMATAN
Selain suka bernyanyi sambil menggerakkan anggota tubuhnya, dia suka dengan buku
cerita, dan itu dapat ia ceritakan kembali jika dia mendengan cerita tersebut dengan
baik. Bagi orang yang mendengar ceritanya, saya rasa kita dapat mengerti apa yang ia
ceritakan tersebut. Jika disuruh bergaya-gaya didepan kamera, Aisyah adalah anak yang
senang berpose.
6. PENGAMATAN KEENAM
WAKTU DAN TEMPAT
a. Hari/Tanggal : Minggu/ 25 November 2012
b. Lokasi : Rumah (Sungailiat)
c. Waktu Kejadian :08.00 s.d 10.00 WIB
DESKRIPSI KEJADIAN
a. Perkembangan Kognitif
- Sudah dapat mengenal warna
b. Perkembangan Afektif
- Dapat mematuhi peraturan sederhana dalam permainan.
c. Perkembangan Psikomotorik
- Dapat meniru gerakan lingkaran.
TEMUAN HASIL PENGAMATAN
6 warna (merah, kuning, hijau, biru, putih dan hitam) sudah dapat ia kenal. Disaat
bermain peran, dia sudah bisa mematuhi aturan-aturan permainan. Kalau disuruh
menunggupun dia akan mengantri dengan sabarnya. Selain dapat bermain peran, dia
juga senang bermain lingkaran bersama teman sebayanya, salah satunya Rizki teman
sepermainannya. Aisyah dengan mudah meniru gerakkan lingkaran, disaat permainan
berlangsung.
BAB II
LANDASAN TEORI
Pada usia 3,5 tahun merupakan masa perkelanjutan dari perkembangan bayi yang telah
melewati masa kritis dimana seorang anak sudah mulai siap untuk menghadapi dunia,
sudah mulai mengenal dan memahami sesuatu yang berada di sekitarnya. Pada awal
kelahirannya bayi masih memiliki penglihatan yang buruk, mereka dapat melihat namun
masih kabur. Dan kemampuan penglihatan ini akan terus berkembang sesuai dengan
pengalamannya. Sedangkan pendengaran anak telah berkembang sejak sebelum lahir.
Dan seorang bayi akan bereaksi ketika mendengarkan suara yang keras atau tiba-tiba,
dan bayi juga dapat mendeteksi dengan cukup baik arah sumber suara. Dan pada usia
18 bulan bayi memiliki kemampuan yang sama baik dengan orang dewasa.
Perkembangan Kognitif Anak Usia 3,5 Tahun
Menurut Piaget, proses perkembangan kognisi merupakan rangkaian yang terdiri
dari beberapa tahap. Tahap sendiri adalah waktu dimana pikiran dan perilaku anak
dalam beberapa situasi merupakan fleksi atau pantulan dari tipe struktur mental tertentu
yang mendasarinya.
Salah satu perubahan kognitif penting terjadi antara anak-anak usia tiga ke
empat tahun adalah perkembangan pikiran simbolik. Pikiran simbolik ialah kemampuan
menghadirkan secara mental atau simbolis objek konkret, tindakan, dan peristiwa.
Anak-anak usia tiga tahun dan empat tahun dianggap pemikir pra-operasional, yang
merupakan fase perkembangan intelektual dengan benda-benda atau hal-hal riil, nyata,
konkret, tidak abstrak. Dengan operasi praoperasional ini kanak-kanak mulai mampu
mengadakan klasifikasi atau penggolongan benda-benda atau objek-objek secara kasar,
garis besar.[1]
Perkembangan Sosial Anak Usia 3,5 Tahun
Waktu anak-anak tiga sampai lima tahun bertumbuh, mereka semakin menjadi makhluk
sosial. Anak-anak usia tiga tahun memperlihatkan minat yang semakin besar terhadap
anak-anak lain dan orang-orang dewasa, tetapi sering lebih senang berada bersama
orang-orang dewasa atau bermain sendiri di dekat anak-anak lain. Anak-anak usia
empat dan lima tahun sedang menjadi makhluk sosial dan sering lebih suka ditemani
anak-anak lain daripada ditemani orang dewasa. Anak-anak mulai mengungkapkan
kesukaan mereka untuk bermain dengan beberapa anak lebih daripada anak-anak lain.
Bermain adalah aspek penting dari perkembangan sosial bagi anak-anak usia empat dan
lima tahun. [2]
Anak-anak usia tiga tahun masih mengembangkan minat terhadap anak-anak
lain, tetapi masih menyukai permainan pararel. Permainan pararel adalah melakukan
permainan dekat atau di sisi anak-anak lain. Anak-anak usia tiga tahun menjadi semakin
peka terhadap pengaruh mereka atas perasaan dan emosi orang lain. Bila mereka
melihat orang lain menangis, sering mereka mulai menangis. Mereka juga menangis
akibat dari sesuatu yang telah mereka lakukan. Anak-anak usia tiga tahun juga belajar
bagaimana mengatur diri dalam berbagai situasi sosial. Mereka akan sering
menghabiskan waktu untuk dengan seksama mengawasi anak-anak lain seolah-olah
mereka sedang mencoba memahami bagaimana interaksi sosial bekerja dan apakah
interaksi itu sesuai dengan situasi.[3]
Hubungan sosial bisa mempengaruhi perkembangan kognitif dan emosi anak-
anak. Anak-anak yang ditolak secara sosial akan menjadi anak yang tidak bahagia di
sekolah. Menolong anak-anak supaya rukun satu sama lain akan memajukan sikap
positif di ruang kelas dan menanamkan cinta belajar dalam diri anak-anak.
Perkembangan Motorik Anak
Motorik merupakan segala sesuatu yang ada hubungannya dengan gerak tubuh. Dalam
perkembangan motoris, unsur-unsur yang menentukan adalah otot, saraf, dan otak.
Ketiga unsur itu melaksanakan peranannya masing-masing secara interaksi positif,
artinya unsur-unsur yang satu saling berkaitan, saling menunjang, saling melengkapi
dengan unsur yang lainnya untuk mencapai kondisi yang motoris yang lebih sempurna
keadaannya.[4]
Selain mengandalkan kekuatan otot, rupanya kesmpurnaan otak juga
menentukan keadaan. Anak yang pertumbuhan otaknya mengalami gangguan tampak
kurang terampil menggerakkan tubuhnya. Dan dalam motorik anak, seorang anak
banyak melakukan gerakan yang kurang jelas tujuannya. Setelah mereka terus melatih
motoriknya, di kemudian hari anak akan lebih trampil menguasai otot-ototnya. Semakin
bertambah pengalamannya, semakin kurang ia melakukan sesuatu yang tidak jelas.[5]
Awal masa kanak-kanak merupakan masa yang paling baik untuk mempelajari
keterampilan tertentu. Menyangkut keterampilan tangan dan kaki. Keterampilan dalam
aktivitas makan dan berpakaian sendiri biasanya dimulai pada masa bayi dan
disempurnakan pada masa kanak-kanak awal. Sebagian besar anak sudah pandai
melempar dan menangkap bola. Mereka dapat menggunakan gunting, dapat membentuk
tanah liat, bermain membuat kue-kue dan menjahit, mewarnai dan menggambar dengan
pensil atau krayon. Mereka juga sudah dapat menggambar orang.
Keterampilan kaki anak belajar melompat dan berlari cepat, dan mereka sudah
dapat memanjat. Antara usia 3-4 tahun anak dapat mempelajari sepeda roda tiga dan
berenang. Lompat tali, keseimbangan tubuh dalam berjalan di atas dinding atau pagar,
sepatu roda, bermain sepatu es, menari.[6]
BAB III
PEMBAHASAN OBSERVASI
Berikut ini adalah hasil observasi yang dilakukan oleh penulis terhadap sabyek
observasi:
Aisyah Shakila Putri adalah anak dari pasangan Pipi Sumanti dan Samsir yang
lahir pada tanggal 25 Mei 2009. Ia tumbuh di lingkungan perumahan SDN 2 Sungailiat.
Ayahnya dan ibunya seorang pegawai kantoran. Setiap harinya ibunya berangkat ke
kantor mulai jam 7 pagi sampai jam 4 petang. Dan sesampai dirumah, kebiasaan ibunya
menyiapkan makanan dan bersih-bersih rumah. Sedangkan dimalam hariya ibu Pipi
mengajar privat dirumahnya. Sedangkan ayahnya berangkat jam 7 pulangnya jam 5
petang. Aisyah di urus oleh seorang pembantu, dan ibunya hanya menemani ketika sore
sampai pagi. Akan tetapi rasa sayang dan perhatian dari ibu Pipi terhadap putrinya tidak
berkurang sedikitpun walau disebukkan dengan bekerja pada siang hari.
Caca sapaannya, sudah dapat berjalan. Dia sudah mulai bermain keluar rumah
ke perkarangan sendirian. Dan apabila bermain masih bersifat merusak atau melempar
barang yang tidak disukainya, misalnya kertas yang disobek-sobek. Dia mencoba
bereksplorai tentang barang-barang yang dia temui dan ingin menemukan apakah
kegunaan dari barang tersebut atau digunakan sesuai imajinasinya.
Dalam berinteraksi dia sudah agak lancar dalam berbicara walaupun kejelasan
vocalnya masih ada yang belum terbaca secara jelas. Adapun perbendaharaan kata
sudah mulai meningkat dan sering dia mengulangi kata-kata yang kita lontarkan atau
yang dia dengar. Dan dia juga sering menanyakan apa ini namanya? Apa itu? siapakah
dia? untuk apa? dan sebagainya.
Ia mempunya kencenderungan yang agak unik. Caca lebih suka dengan orang
yang ia kenal tapi jarang berjumpa. Misalnya, disaat dia mengenal nenek, kakek, acu
(adek bungsu ibunya) dan apabila menginginkan apapun harus dari atau sama mereka
jika disaat itu ada mereka. Misalnya minta dibuatin susu, yang buat harus nenek ataupun
kakek dan acunya. Kecuali apabila mereka sedang tidak ada maka ia baru mau
mendapat atau minta dari ibunya dan apabila ibunya juga tidak ada baru mau pada
pembantunya.
BAB IV
PENUTUP
KESIMPULAN
Berdasarkan analisa diatas penulis menyimpulkan bahwa Aisyah sudah berada pada
tahap perkembangan yang normal, dimana Aisyah sudah berbicara sesuai dengan apa
yang ingin ia lakukan, jadi dia sudah bisa berpikir untuk melakukan sesuatu atau
berbicara sesuatu.
Dia juga sudah mampu untuk menguasai bahasa dengan aturan tata bahasa yang
baik dan sempurnya. Selain itu juga Aisyah mampu mengungkapkan kata-kata “tak
mau” jika dia tidak menginginkan sesuatu hal.
Ini Membuktikan bahwa perkembangan bahasa yaitu dalam hal ini pemerolehan
bahasa pada Aisyah sudah termasuk normal sesuai dengan tahapan perkembangan
berbicaranya.
Anak ini juga makin sering bertanya sebagai ungkapan rasa keingintahuannya,
seperti "kenapa?", "sedang apa?", "mau ke mana?" dan lain-lain.
Pada usia ini, Aisyah sudah mulai bisa mengerti penjelasan sederhana. Dapat
dilihat respon dan reaksinya disaat ibu atau orang terdekatnya berkomunikasi
kepadanya; jika ia melakukan apa yang kita inginkan, dari itu dapat diartikan dia cukup
mengerti kalimat orang lain. Aisyah sangat menyukai permainan peran karena hal itu
permainan mengasikkan buat dia sebagai salah satu cara mengekspresikan perasaan, dan
keingintahuan.
SARAN
Untuk Orang Tua dan Guru:
Sebaiknya orang tua memperhatikan karakteristik anaknya seperti apa dan dilakukan
pendekatan secara lebih. Karena anak membutuhkan tempat atau sandaran untuk
merasakan kenyamanan, keamanan, dan kedamaian.
Berilah anak diruang untuk bergerak dan kebebasan untuk bermain, berfantasi,
bereksplorasi, karena hal ini dapat melatih daya motorik dan kreasi anak dan hindarkan
dari benda-benda atau tempat yang berbahaya.
Ajaklah mereka berkomunikasi dan berbicara serta meluruskan apabila mereka terjadi
kesalahan dalam pelafalan kata.
Jadikanlah saat-saat bersama anak Anda sebagai masa yang menyenangkan, ceria,
santai dan segar.
Memberikan stimulus kepada anak untuk meningkatkan kemampuan berbahasanya.
Pakailah cerita-cerita dongeng dan fabel yang sebenarnya mencerminkan dunia anak
kita dan memakainya sebagai suatu cara untuk mengajarkan banyak hal tanpa
menyinggung perasaannya.
Untuk Anak (Aisyah Shakila Putri) :
Untuk Caca yang sudah bisa mengucapkan kata dengan bunyi yang sesuai dan satu
kalimat panjang dengan lancar, penulis memberikan saran agar diberikan stimulus yang
tepat untuk meningkatkan kemampuan berbahasanya, diantaranya yaitu dengan
melakukan permainan berbicara.
Permainan berbicara atau permainan deskriptif adalah permainan yang menuntut anak
anak untuk menguraikan benda dengan mendorong anak untuk mencari kata kata dan
membantu mereka berbicara dan berfikir dengan lebih jelas.
Beberapa contoh kegiatan permainan berbicara adalah :
1.Kotak Raba
Cara bermainnya adalah masukan benda benda yang dianak telah mengetahui nama
bendanya kedalam kotak tertutup yang diatasnya terdapat lubang untuk memasukan
tangan. Benda benda itu bisa berupa pensil, buku, penggaris, dll. Lalu minta anak untuk
memasukan tangannya dan mengambil satu benda, kemudian anak mencoba
menguraikan bentuk benda yang di pegang sebelum menebak nama bendanya.
2. Menceritakan gambar
Bacakan cerita bergambar pada Aisyah yang tidak ada tulisannya, seperti Gambar seri,
orangtua atau guru bisa mencontohkan cara bercerita dengan gambar sesuai dengan isi
gambarnya. Minta Aisyah untuk mengulanginya lagi yaitu bercerita sesuai dengan isi
gambar menurut bahasanya.
DAFTAR PUSTAKA
Aliah B. Purwakania Hasan. 2006. Psikologi Perkembangan Islami. Jakarta:
Persada PressDariyo, Agoes. 2007. Psikologi Perkembangan. Bandung: Refika Aditama.Fudyartanta, Ki. 2012. Psikologi Perkembangan. Yogyakarta: Pustaka Belajar.Hidayati, Wiji dan Sri Purnami. 2008. Psikologi Perkembangan. Yogyakarta:
Teras.Nuryanti, Lusi. 2008. Psikologi Anak. Jakarta: Indeks.
Zulkifli. 2009. Psikologi Perkembangan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
[1] Ki Fudyartanta. 2012. Psikologi Perkembangan. Yogyakarta: Pustaka Belajar.Hlm.
236.[2] Lusi Nuryanti. 2008. Psikologi Anak. Jakarta: Indeks. Hlm. 43-44.
[3] Agoes Dariyo. 2007. Psikologi Perkembangan. Bandung: Refika
Aditama. Hlm. 216-217.
[4] Zulkifli. 2009. Psikologi Perkembangan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Hlm. 11
[5] Aliah B. Purwakania Hasan. 2006. Psikologi Perkembangan Islami. Jakarta:
Persada Press. Hlm.105
[6] Wiji Hidayati dan Sri Purnami. 2008. Psikologi Perkembangan, Yogyakarta: Teras.
Hlm. 119-120.Diposkan oleh Siska Sartika di 19.43
BAB IPANDUAN WAWANCARA
I. Identitas SubjekSubjek Sasaran : Siswa TK PertiwiUsia : 4 – 6 TahunJumlah siswa : 73 siswaAlamat sekolah : Yogyakarta
II. Tujuan WawancaraUntuk mengetahui perkembangan anak usia dini TK Pertiwi periode 2012 – 2013.
III. Pedoman Wawancaraa) Dasar Teori
Definisi Konseptual :Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1991), "perkembangan" adalah perihal
berkembang. Selanjutnya, kata "berkembang" menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia ini berarti mekar terbuka atau membentang, menjadi besar, luas, dan banyak, serta menjadi bertambah sempurna dalam hal kepribadian, pikiran, pengetahuan, dan sebagainya. Dengan demikian, kata "berkembang" tidak saja meliputi aspek yang berarti abstrak seperti pikiran dan pengetahuan, tetapi juga meliputi aspek yang bersifat konkret.
Selain itu, perkembangan ialah proses perubahan kualitatif yang mengacu pada mutu fungsi organ-organ jasmaniah, bukan organ-organ jasmaniahnya itu sendiri. Dengan kata lain, penekanan arti perkembangan itu terletak pada penyempurnaan fungsi psikologis yang disandang oleh organ-organ fisik.
Ditinjau dari segi usia, anak usia dini adalah anak yang berada dalam rentang usia 0-8 tahun (Morrison, 1988). Standar usia ini adalah acuan yang digunakan oleh NAEYC (National Assosiation Education for Young Child). Menurut definisi ini anak usia dini merupakan kelompok yang sedang berada dalam proses pertumbuhan dan perkembangan. Hal ini mengisyaratkan bahwa anak usia dini adalah individu unik yang memiliki pola pertumbuhan dan perkembangan dalam aspek fisik, kognitif, sosio-emosional, kreativitas, bahasa dan komunikasi yang khusus sesuai dengan tahapan yang sedang dilalui oleh anak tersebut.Anak usia dini terbagi menjadi 4 (empat) tahapan yaitu masa bayi dari usia lahir sampai 12 (dua belas) bulan, masa kanak-kanak/batita dari usia 1 sampai 3 tahun, masa prasekolah dari usia 3 sampai 5 tahun dan masa sekolah dasar dari usia 6 sampai 8 tahun. Setiap tahapan usia yang dilalui anak akan menunjukkan karakteristik yang berbeda.
Menurut UUSPN No. 20/2003, perkembangan anak usia dini merupakan sekelompok manusia yang sedang dalam masa pertumbuhan, ini berarti anak usia dini bersifat unik, karena di setiap pertumbuhan dan perkembangan antara anak yang satu dengan yang lainnya itu berbeda-beda meski pada anak kembar sekali pun. Definisi Operasional :
Balitbang Diknas (2002) mengemukakan karakteristik setiap aspek perkembangan bagi anak usia dini sebagai berikut (karakteristik yang ditampilkan hanya sebagiannya).
1. FISIK Usia (0 - 12 Bulan) :
a. Motorik Halus.- Memegang, mengambil, dan melempar benda (seperti balok).- Memegang botol susu dalam mulutnya.- Bertepuk tangan.b. Motorik Kasar.- Mengangkat kepala.- Membalikan badan.- Merangkak.- Duduk dan Berdiri.- Berjalan sendiri beberapa langkah. Usia (1 - 3 Tahun) :a. Motorik Halus- Mencoret-coret dengan alat tulis dan menggambar bentuk-bentuk sederhana (garis dan
lingkaran beraturan).- Bermain dengan balok.b. Motorik Kasar.- Dapat benjalan dengan lancar.- Mencoba memanjat ketinggian (kursi, meja, atau tangga).
Usia (4 - 6 Tahun) :a. Motorik halus.- Dapat mengurus sendiri.- Belajar menggunting.- Menjahit sederhana.- Melipat kertas sederhana.b. Motorik Kasar.
- Berlari dengan cepat.- Naik tangga.- Melompat di tempat.- Dapat bangun dari tidur tanpa berpegangan.
2. BAHASA Usia (0 - 12 Bulan) :- Menangis.- Mengoceh.- Bereaksi ketika namanya dipanggil. Usia (1 - 3 Tahun) :- Mengucapkan kalimat terdiri dari dua kata.- Dapat menggunakan bahasa isyarat.- Mengerti perintah sederhana.- Dapat menyebut nama dirinya.- Dapat menggunakan kalimat tanya (seperti “apa ini?”).
- Mengerti larangan “jangan”. Usia (4 - 6 Tahun) :- Menyebutkan nama, jenis kelamin, umur, dan alamat rumah.- Berbicara lancar dengan kalimat sederhana.- Dapat menggunakan dan menjawab pertanyaan
“apa”,“mengapa’,“dimana”,“berapa”,“bagaimana’, dan “kapan”.- Senang mendengarkan dan menceritakan kembali cerita sederhana.
3. KOGNITIF/DAYA CIPTA Usia (0 - 12 Bulan) :- Mengamati mainan.- Mengenal dan membedakan wajah ayah dan ibu.- Memasukkan benda ke dalam mulut Usia (1 - 3 Tahun) :- Mulai mengenal benda milik sendiri.- Mulai mengenal konsep warna dan bentuk.- Meniru perbuatan orang lain.- Menunjukkan rasa ingin tahu yang besar dengan banyak bertanya.- Mengenal makhluk hidup. Usia (4 - 6 Tahun) :- Dapat menggunakan konsep waktu.- Dapat mengelompokkan benda dengan berbagai cara (warna, ukuran, bentuk).- Mengenal bermacam-macam rasa, bau, suara, ukuran, dan jarak.- Mengenal sebab akibat.- Dapat melakukan uji coba sederhana.- Mengenal konsep bilangan.- Mengenal bentuk-bentuk geometri.- Mengenal alat untuk mengukur.- Mengenal penambahan dan pengurangan dengan benda-benda.
4. SOSIAL-EMOSIONAL Usia (0 - 12 Bulan) :- Membalas senyuman orang lain.- Menangis sebagai reaksi terhadap perasaannya yang tidak nyaman.
Piaget membagi skema yang digunakan anak untuk memahami dunianya melalui empat periode utama yang berkorelasi dengan dan semakin canggih seiring pertambahan usia:
Periode sensorimotor (usia 0–2 tahun) Periode praoperasional (usia 2–7 tahun) Periode operasional konkrit (usia 7–11 tahun) Periode operasional formal (usia 11 tahun sampai dewasa)
Yelon dan Weinstein (1977: 15-17) mengemukakan karakteristik perkembangan anak usia dini sebagai berikut :
Aspek Usia Usia 1 – 3 Usia Prasekolah
1. Fisik a. Sangat aktif.
b. Belajar merangkak, brjalan, lari,memanjat, makan sendiri, bermain balok, dan menggaruk.
c. Belajar kebiasaan ke toilet.
a.Sangat aktif.
b.Dapat mengordinasikanmata dan tangan, melempar, menangkap, loncat, melompat, menggambar, dan menulis.
c.Dapat belajar berbagai keterampilan tangan sederhana.
2. Mental a. Perkembangan bahasa darimenangis ke berbicara
b. Belajar konsep-konsep, seperti : warna, satu, dan banyak.
c. Memandang benda sebagaisesuatu yang dapat berprilaku.
a-Egosentris, belum memahami pandangan atau perasaan orang lain.
b.Perkembangan bahasa : dapat berbicara dalam bentuk kalimat, perbendaharaan bahasanya sudah bertambah banyak, dan sangat tertarik dengan kisah-kisah.
c.-Memiliki kesulitan untuk berpikir abstrak.
3. Sosial a. Mulai senang bermain di luar rumah.
b. Menyenangi nak-anak yang lain, tetapi belum bisa bermain dengan mereka.
a.-Mulai menghormati otoritas.
b-Sudah dapat mengikuti aturan.
c.-Sudah dapat berteman, meskipun belum mempunyai teman yang tetap.
4. Emosional 1. Dapat merespons terhadap kasih sayang dan persetujuan.
2. Masih tergantung pada orang tua.
3. Berkembangnya beberapa bentuk pernyataan perasaan dari yang
1-Dapat merespons terhadap kasih sayang dan persetujuan.
2-Mulai memerhatikan tipe-tipe orang, baik yang terkait dengan jenis kelamin, peranan, maupun
sebelumnya hanya dengan menangis.
kemampuannya.
3-Dapat merespons kegiatan rutin dengan baik.
4-Dapat mengekspresikan semua emosinya.
Respons Orang Dewasa (Orang Tua atau Guru)
1. Menanamkan kedisiplinan yang ringan secara konsisten.
2. Memberikan perlindungan tanpa bersikap “over protection”.
3. Berbicara dengan anak dan merespons pembicaraannya.
4. Memberikan kesempatan untuk aktif bergerak dan bereksplorasi.
5. Memberikan penghargaan kepada prilaku anak yang baik.
1-Menanamkan sikap tanggung jawab dan independen.
2-Menjawab pertanyaan anak.
3-Membenikan berbagai objek fisik untuk dieksplorasi.
4-Memberikan pengalaman berinteraksi sosial melalui bekerja dengan kelompok kecil.
5-Membuat program-program kegiatan, seperti menyanyi, dan menari.
6-Melakukan berbagai kegiatan untuk mengembangkan bahasa anak, seperti: bercerita tentang kisah-kisah, membuat klasifikasi (benda-benda atau hal lain), mendiskusikan masalah-masalah sederhana, dan membuat peraturan.
b) Daftar Pertanyaan1. Aspek Fisik : Bagaimana perkembangan fisik anak secara umum di TK Pertiwi 41 ? Aktivitas apa yang biasanya di lakukan oleh anak agar menyatu atau focus dalam
pelajaran ?2. Aspek Sosial Emosional : Bagaimana perkembangan social emosional siswa secara umum di TP Pertiwi 41 ? Masalah apa yang menganggu emosional anak di TK Pertiwi 41 ? Bagaimana pendapat Bapak/ Ibu mengenai anak usil, apakah baik untuk perkembangan
anak tersebut ?
Bagaimana tanggapan Bapak/Ibu mengenai anak usil yang sering mengganggu anak lain ?
3. Aspek Mental : Bagaimana cara mengetahui mental anak di TK Pertiwi 41 ? Apakah anak-anak di TK Pertiwi 41 ini mau mengungkapkan apa yang diinginkannya
dengan bebas ?4. Aspek Bahasa : Bagaimana kelancaran berbicara anak pada umumnya di TK Pertiwi 41 ini ? Upaya apa yang di lakukan Bapak/Ibu dalam melatih bahasa anak ?5. Aspek Kognitif : Metode apa yang di gunakan untuk memahami kognitif anak di TK Pertiwi 41 ? Bagaimana Bapak/Ibu menghadapi anak yang kritis, namun mengkritisi sesuatu yang
tidak seharusnya ? Apakah ada di sini anak yang ketergantungan kepada orang tuanya di dalam aktivitas
belajarnya ? Aktivitas apa yang diterapkan di TK Pertiwi 41 ini ?
IV. Metode WawancaraMetode wawancara yang di gunakan adalah wawancara terstruktur.
V. Pelaksanaan Wawancaraa. Tempat : Taman Kanak-Kanak Pertiwi 41b. Waktu : Rabu, 8 Mei 2013c. Frekuensi : 45 menit dalam satu kali pertemuand. Alat Bantu wawancara : Alat Tulis : Kertas, Pena Alat Mekanis : Camera Digital
BAB IIPANDUAN OBSERVASI
Anecdotal RecordsTujuan : Mengamati Perkembangan Anak Usia DiniNama Subjek : Siswa TK Pertiwi 41Tanggal : 8 Mei 2013
Tempat : TK Pertiwi 41, Sonopakis Kidul, Kasihan, BantulWaktu : 09.30 WIB
No. Aspek Perkembangan
1
2
3
4
5
Fisik
Bahasa
Kognitif
Sosial Emosional
Mental
BAB IIIHASIL WAWANCARA
1. Wawancara Guru KelasM : Maaf ya bu sebelumnya mengganggu waktu ibu.
: Tidak apa-apa mba, TK sini sudah biasa kedatangan mahasiswa, kemaren saja dari STIKES, UMY. Malah sampai satu minggu.
: Oh begitu bu,,begini bu sebelum saya bertanya kepada ibu tentang perkembangan anak di TK ini, saya ingin bertanya tentang biodata ibu dulu.
G : Oh ya,,yang dibutuhkan apa saja mba?
: Tentang nama lengkap ibu, gelarnya, alamat, tempat tanggal lahir, sejarah pendidikan
diperguruan tinggi mana, mengajar sejak kapan di TK ini, dan jumlah anak.
: Kalau gitu ini saja mba, saya kasih data guru-guru disini sekalian mba, ini saya carikan.
M : Oh iya-iya bu.
: Ini mba bisa liat sendiri biodata saya, dulu saya ambil S1 BK di UPY juga, baru lulus kemarin 2009.
M : Berarti ibu dulu waktu mengajar disini belum S1 ya bu.
: oo ya belum mba, dulu waktu habis lulus SMP tahun 1983 saya melanjutkan di SPG PGRI Bantul terus lulus tahun 1986. Saya mengajar di TK ini tahun 1987 sampai sekarang.
M : Kalau SPG itu D2 ya bu?
: Iya, tapi sekarang SPG sudah tidak ada. Makanya kemarin untuk memenuhi persyaratan saya melanjutkan S1 di UPY yang dekat mengambil BK.
M : Tuntutan pemerintah ya bu?
: Iya jelas, sekarang kan guru PNS minimal S1, minimal ya di UT tapi kemarin saya ambil di UPY walau salah satu jurusan seharusnya S1 PAUD. Tapi di UPY ga ada ya sudah saya ambil BK.
M : Oh begitu bu,, kalau boleh tahu ibu putrane berapa?
G : Saya baru punya anak satu perempuan.
M : ga pengen nambah bu ?
G : Kalau diberi Allah ya saya terima mba.
: Hmm,., mungkin mengenai biodata ibu cukup ini dulu bu. Terus mengenai TK ini untuk jumlah siswa ada berapa ya bu?
G : Keseluruhan A dan B ada 73, untuk kelas A 37 dan B 36.
: Untuk jumlah laki-laki dan perempuan kelas masing-masing ada berapa ya bu?
: Untuk kelas A laki-laki ada 22 dan perempuan ada 15, kelas B laki-laki ada 18 dan perempuan ada 18.
: Fasilitas yang ada di TK ini guna mendukung proses belajar mengajar ada apa saja ya bu?
: fasilitasnya ada ya permainan di dalam dan luar kelas, sebagai sarana bermain sambil belajar walaupun belum lengkap seperti mba lihat. Karena keterbatasan dana dan juga keterbatasan ruang atau lahan untuk pengembangan.
M : Memangnya sumber dana di TK ini dari mana bu ?
: Sumber dana hanya dari orang tua murid yang berupa SPP tanpa ada dana lain.
M : Oh begitu,, ibu berharap tidak agar fasilitas di TK ini lengkap?
: Ya jelas mba,, agar proses belajar mengajar dapat mencapai hasil optimal dan siswa nyaman dalam mengikuti kegiatan belajar yaitu bermain sambil belajar.
M : Menurut ibu, fasilitas apa yang masih di butuhkan di TK ini?
: Ya banyak mba, kaya tempat parkir, ruang bermain, AULA, ruang kelas, kantin, ruang tamu, meja kursi tamu, komputer, drum band, ya semacam itu.
: Oya bu, kemarin kan ada ekstra B.Inggris, selain itu ada ekstra yang lain ga bu?
G : Ada, disini ada 4 ekstra, B.inggris, seni tari, TPA, dan melukis.
M : Itu semua yang mengajar ekstra gurunya dari luar apa bu?
G : Iya, semuanya gurunya dari luar.M : Ini saya lihat banyak piala, ini hasil menjuarai lomba apa bu?
: Iya ini mba, kemarin sempat juara satu lomba melukis, ketangkasan, pemahaman.
: Sekarang saya lanjut bertanya tentang perkembangan anak bu, sesuai tugas saya mengenai perkembangan anak usia dini, disini dalam perkembangannya kan ada fisik, mental, sosial emosional, respon orang dewasa, bahasa dan kognitif, lalu bagaimana si bu perkembanagan fisik anak-anak secara umum di TK ini?
: Perkembangan fisiknya secara umum baik, tidak ada yang mengalami gangguan fisik ataupun kelainan fisik.
: Aktifitas apa yang biasanya dilakukan oleh anak agar menyatu pada pelajaran atau fokus ?
G : Ya dengan bermain sambil belajar biar anak tidak bosan.
: Lalu bagaimana perkembangan sosial emosional siswa secara umum di TK ini?
: Sosial emosionalnya juga baik, meski ada satu dua anak yang memiliki sosial emosi lebih perlu pendekatan, arahan, dan bimbingan dari guru.
: Masalah yang mengganggu perkembangan sosial emosional anak apa si bu ?
: Yang mengganggu biasanya ya kurang kesadaran dari orang tua untuk melepas anaknya tanpa harus ditunggu di TK apalagi di kelas agar anak ditinggal dipercayakan sepenuhnya pada guru dengan tujuan agar siswa mandiri dan lebih percaya diri.
M : Emm,.,menurut ibu, anak usil itu baik tidak untuk perkembangannya?
: Baik, asal pada situasi yang tepat karena usil bisa mencerminkan anak itu cerdas atau sedang mencari jati dirianak itu sendiri, bisa juga anak itu kreatif atau banyak ide.
: Lalu ketika ada anak yang sedang serius belajar ada teman yang usil, bagaimana tanggapan ibu mengenai kondisi tersebut?
:Jelas anak yang serius akan terganggu dengan sikap anak yang usil, biasanya saya sebagai guru mendekati anak yang usil dengan memberi bimbingan, arahan agar anak tersebut mengerti dan tidak usil lagi sehingga menghargai teman yang lain.
: Berkaitan dengan perkembangan mental, bagaimana cara mengetahuinya bu?
: Biasanya melalui tes kematangan atau IQ anak tiap tahun, dan ada pemeriksaan dari puskesmas karena dulu ada anak yang kurang berkomunikasi ternyata setelah di priksa di puskesmas anak itu tergolong anak berkebutuhan khusus.
M : Nama anaknya siapa bu?
G : Tasela, tapi malah sekarang sudah kelas 1 SD.
: Owh gitu,., oya bu biasanya anak-anak mau mengungkapkan apa yang diinginkan tidak bu?
: Ya sebagian anak akan polos mengungkapkan apa yang diinginkan dengan jujur dan apa adanya.
: Biasanya lancar ga bu dalam berbicara ?
: Karena di TK ini memakai bahasa Indonesia dan Bahasa Jawa jadi ada anak yang lancar ada juga yang belum lancar.
M : Upaya yang dilakukan ibu apa untuk melatih bahasa anak ?
: Upaya utamanya didalam keluarga agar terbiasa diajari berbicara yang baik dan benar. Baik memakai bahasa Indonesia ataupun bahasa Jawa. Kami sebagai guru di TK ini biasanya melakukan pengenalan kata, kalimat dalam bidang pengembangan bahasa.
: Untuk memahami kognitif anak biasanya metode yang digunakan apa si bu ?
: Dengan observasi ketika anak bermain, pemberian tugas, penugasan, unjuk kerja, eksperimen, itu yang selama ini digunakan mba.
: Bagi ibu bagaimana si menghadapi anak yang kritis, tapi kritisnya menanyakan hal-hal yang belum seharusnya anak itu tahu lho bu.
: Anak yang kritis perlu diberi jempol, dipuji agar anak lebih berkembang, tapi kalau kritisnya seperti yang mba bilang tadiya harus diberi arahan agar anak tidak terbiasa seperti itu, karena biasanya hal seperti itu pengaruh lingkungan, teman dengan anak yang lebih dewasa yang terkadang menjadi anak ikut-ikutan.
: Iya benar itu bu, lalu disini anak-anak masih ketergantungan tidak bu dengan orang tua ketika melakukan aktivitas belajar di sekolah ?
: Tidak si mba, ada hanya satu dua anak yang memang ibunya masih menunggui, ya itu karena orang tua terlalu memanjakan anak.
: Biasanya yang dilakukan disini aktivitas apa untuk melatih sikap disiplin anak?
: Adanya baris berbaris setiap pagi ketika masuk kelas, jadwal pemakaian seragam, sepatu, dan kelengkapannya, upacara bendera tiap hari senin.
: Kalau upacara yang bertugas siapa bu?
: Ya anak-anak, tapi ya hanya anak-anak tertentu dan itu-itu saja karena yang bisa dan berani anak tersebut saja.
: Kemarin saat saya observasi mengamati anak yang bernama Fano, Fano itu anaknya bagaimana menurut ibu?
: Fano adalah anak yang enerjik dan perlu perhatian, pendekatan lebih khusus. Sebenarnya anaknya itu apabila didalam tugas ditunggui sama guru, tugas apapun dapat selesai. Memang Fano banyak gerak dan sering mengganggu teman tetapi ia juga dapat duduk tenang dengan cara diberi pujian-pujian atau bombongan.
M : Sepengetahuan ibu peran orang tua Fano terhadap Fano bagaimana ?
: Untuk orang tua Fano sudah berusaha semaksimal mungkin untuk dapat memberi arahan, bimbingan terhadap Fano, tetapi karena Fano anak tunggalbelum punya adik dan tidak punya kakak mungkin sering terlanjur dituruti, dimanja, ya jadilah perkembangan Fano yang maunya selalu dituruti atau dimanja oleh orang lain.
M : Pernah tidak orang tua Fano sharing dengan ibu ?
: Sering, katanya kewalahan untuk mengatasi terutama ibunya, karena kalau sama ayahnya sangat takut, tetapi kalau sama ibunya Fano berani membantah, mungkin karena ibunya selalu banyak ngatur atau bersikap keras.
M : Lalu upaya ibu untuk menghadapi anak seperti Fano gimana bu?
: Upayanya ya dengan pendekatan kasih sayang, memberi perhatian pujian.
: Oya bu, kemari saya lihat Fano duduk dekat dengan Lisa yang setau saya Lisa anaknya pendiam, itu diatur apa nda bu duduknya?
: Memang saya sengaja Fano duduk dekat dengan Lisa karena dengan duduk dekat anak yang pintar dan pendiam akan mengurangi kesempatan Fano untuk usil atau mengganggu teman lain. Karena saya amati kalau Fano duduk diapit sama teman-teman perempuan ia lebih dapat tenang dan memperhatikan.
M : Strategi apa yang dilakukan ibu untuk mengoptimalkan potensi anak?
: Kegiatan belajar mengajar dalam suasana nyaman dan menyenangkan, bermain sambil belajar.
M : Biasanya ada anak yang malas mengerjakan tugas dari ibu tidak?G : Jelas ada
M : Lalu ibu memberi hukuman tidak?
: Tidak saya beri hukuman, tetapi hanya saya beri pengarahan atau motivasi.
: Ketika ibu sudah selesai menjelaskan pada anak, biasanya anak-anak langsung mengerti atau ibu harus mengulangi kembali?
: Ada anak yang langsung mengerti, tetapi juga ada anak yang kurang memahami. Saya berusaha untuk mengulangi dan memperjelas penjelasan materi sampai anak benar-benar paham.
M : Kesan ibu selama mengajar disini apa si bu?
: Senang, bangga dapat mendidik, mengajar, melatih membimbing generasi penerus bangsa meski dalam kemampuan terbatas. Bangga ikut mencerdaskan bangsa, senang dapat berbagi ilmu yang bermanfaat.
M : Adakah hambatan yang ibu rasakan selama mengajar?
: Tidak ada hambatan karena memang masing-masing anak itu memiliki karakter perkembangan yang berbeda-beda kecerdasan yang berbeda-beda. Justru menghadapi anak yang misal susah itu menjadi tantangan bagi saya pribadi bukan hambatan.
M : Menurut ibu perlu tidak ada guru BK di TK?
: Saya kira tidak perlu, karena kalau di TK guru kelas juga merangkap wali kelas, juga sekaligus guru bimbingan dan penyuluhan secara otomatis, baik bimbingan itu secara individu maupun kelompok.
: Sepertinya cukup bu wawancara saya dengan ibu, maaf ya bu bila menggagu waktu ibu yang seharusnya sudah pulang jadi terhambat.
: Sama-sama mba, sudah biasa saya dengan rekan guru yang lain pulang jam 12.30, biasa sehabis duhur.
: Oh gitu bu, ya sudah bu saya pamit dulu, besok kalau datanya kurang lengkap saya kesini lagi bu.
: Iya-iya,.,
: Wassalamualaikum,,
: Waalaikumsalam.,.
BAB IVKESIMPULAN WAWANCARA
Perkembangan siswa di Taman Kanak-Kanak Pertiwi 41 rata-rata baik, adapun perkembangan anak usia dini antara lain :
1. FisikSecara fisik perkembangan anak di Taman kanak-kanak pertiwi 41 baik secara
umum, tidak ada yang memiliki gangguan fisik ataupun kelainan pada fisik. Aktivitas yang biasanya dilakukan agar anak menyatu pada pelajaran yaitu bermain sambil belajar.
2. Sosial emosionalPerkembangan secara sosial emosional baik, meski ada satu atau dua anak yang
memiliki sosial emosional lebih perlu pendekatan, arahan dan bimbingan dari guru. Biasanya masalah yang mengganggu perkembangan sosial emosional anak yaitu kurang kesadaran dari orang tua untuk melepas anaknya di TK tanpa ditunggui apalagi didalam kelas agar anak lebih belajar mandiri. Ini terbukti ketika Kami mewawancarai salah satu ibu dari anak yang bernama Gian salah satu anak kelas A yang tidak mau ditinggal ibunya pulang. Kata ibunya yaitu ibu Wartini tidak meninggalkan anaknya karena tiap ditinggal anaknya selalu menangis jadi sebagai ibu tidak tega.
Terkadang dalam belajar ada anak yang usil tapi usil itu dapat diartikan mencerminkan anak itu cerdas atau sedang mencari jati diri, bisa juga anak itu kreatif atau banyak ide namun semua itu kembali pada situasi yang tepat. Kalau usil itu menggangu teman yang lain maka harus segera diberi bimbingan dan arahan sehingga anak berubah dan dapat menghargai teman yang lain.
Saat Kami melakukan observasi di TK Pertiwi Kami mengamati anak bernama Fano menurut pengamatan Kami Fano anak yang suka mengganggu temannya, maka dari itu Kami berinisiatif tanya kepada guru kelasnya, menurut guru di kelasnya Fano merupakan anak yang enerjik dan perlu perhatian, pendekatan lebih khusus. Beliau juga berbicara bahwa orang tua Fano sudah berusaha semaksimal mungkin untuk dapat memiberi arahan dan bimbingan kepada Fano, tetapi mungkin karena Fano anak tunggal jadi mungkin sering terlanjur dituruti dimanja, jadi perkembangan Fano maunya selalu dituruti dan dimanja sama orang lain. Ibunya juga mengaku kewalahan untuk mengatasi Fano, kalau dengan ayahnya Fano takut tetapi kalau dengan ibunya Fano berani membantah. Menghadapi anak seperti Fano menurut bu Surtiyah harus dengan pendekatan dengan penuh kasih sayang, perhatian, dan pujian. Salah satu usaha yang guru lakukan agar Fano bisa berubah salah satunya dengan pengaturan tempat duduk Fano dekat dengan Lisa dimana dia anak yang pintar dan pendiam maka diharapkan Fano akan berkurang untuk usil atau mengganggu teman lain.
3. Mental
Perkembangan mental baik, biasanya untuk mengetahui perkembangan mental anak dilakukan tes IQ tiap tahun dan diperiksa ke Puskesmas. Anak biasanya berani mengungkapkan keinginannya dengan polos,jujur dan apa adanya.
4. BahasaPerkembangan bahasa anak rata-rata baik karena anak lancar berbicara walupun
masih campuran antara bahasa Indonesia dan bahasa Jawa. Namun ada upaya yang dilakukan untuk melatih bahasanya yaitu salah satunya dengan memberi arahan pada orang tua agar anak di dalam keluarga agar terbiasa diajari berbicara dengan baik dan lancar disamping guru di sekolah mengajari.
5. KognitifPerkembangan kognitif masing-masing anak berbeda namun rata-rata baik.
Biasanya untuk mengetahui perkembangan kognitif anak dengan cara observasi biasa dilakukan ketika anak bermain, pemberian tugas, penugasan, unjuk kerja, eksperimen. Dengan kondisi kognitif yang memiliki tingkat yang berbeda maka terkadang ada anak yang kritis, anak yang kritis harus diberi jempol dan dipuji agar anak lebih berkembang, tapi ketika kritis tersebut terkadang berbicara yang tidak seharusnya diucapkan maka harus segera diberi arahan agar tidak menjadi kebiasaan.
Untuk mengetahui kemampuan kognitif anak, saat dilapangan Kami melakukan permainan yaitu dengan memberi pertanyaan mengenai penjumlahan dan pengurangan serta menulis kalimat saat itu anak-anak berlomba-lomba untuk menjawab dan yang bisa menjawabKami kasih hadiah coklat. Ini merupakan salah satu bukti bahwa anak memiliki perkembangan kognitif yang baik.
Untuk melatih sikap disiplin anak yang dilakukan guru dengan cara baris berbaris setiap hari ketika anak akan masuk kelas, jadwal memakai seragam, sepatu dan kelengkapan, upacara berdera setiap hari senin. Biasanya dalam upacara ada yang bertugas dan yang bertugas beberapa anak. Strategi yang biasanya dilakukan guru di TK Pertiwi 41 agar dapat mengoptimalkan potensi siswa yaitu dalam kegiatan belajar mengajar dalam suasana nyaman dan menyenangkan, dan bermain sambil belajar. Biasanya ketika guru sudah menjelaskan pada anak biasanya ada anak yang langsung mengerti, tetapi juga ada anak yang kurang memahami sehingga guru harus mengulang dan memperjelas materi sampai anak benar-benar mengerti.
BAB VHASIL OBSERVASI
Anecdotal Records
Tujuan : Mengamati Perkembangan Anak Usia DiniNama Subjek : Siswa TK Pertiwi 41Tanggal : 8 Mei 2013Waktu : Disesuaikan
No. Aspek Perkembangan Keterangan
1 Fisik Rata-rata tinggi siswa TK Pertiwi 41 110 cm
Berat Badan Rata-rata 18-19 Kg, namun ada beberapa siswa yang memiliki berat badan lebih dari 20 Kg atau Gendut.
Hampir semua siswa di TK Pertiwi 41 aktif dan suka bergerak.
2 Bahasa Rata-rata siswa TK Pertiwi 41 sudah lancar dalam berbicara.
Hampir semua siswa menggunakan bahasa Indonesia dan bahasa Jawa.
Ada beberapa anak yang masih Cedal / Tidak jelas berbicara.
Ada beberapa siswa yang berbicara mengenai hal yang tidak seharusnya atau saru.
3 Kognitif Rasa ingin tahu siswa tinggi.
Rata-rata siswa rajin dalam mengerjakan tugas-tugas, namun ada beberapa siswa (kebanyakan laki-laki) yang tidak rajin dalam mengerjakan tugas.
Dalam belajar, ada beberapa siswa (kebanyakan laki-laki) yang perlu di dampingi guru saat belajar.
Siswa di TK Pertiwi 41 yang pintar dan rajin dominan anak perempuan.
Banyak anak yang kreatif seperti menggambar ataubermain
4 Sosial Emosional Ada satu atau dua siswa yang perlu pendekatan khusus seperti diberi pujian, arahan, atau perhatian yang lebih.
Ada sekitar 15 siswa yang masih harus ditunggui orang tuanya.
Rata-rata siswa bermain dalam kelompok-kelompok.
Ada beberapa siswa laki-laki yang usil saat bermain dan belajar.
Jarang siswa yang suka menyendiri.
Ada siswa yang tingkat emosionalnya tinggi.
5 Mental Rata-rata siswa memiliki kepercayaan diri yang tinggi, terbukti dengan berani bertanya, berani menjawab pertanyaan, dan sebagainya.
Rata-rata siswa di TK Pertiwi 41 memiliki tingkat kemandirian yang baik, terbukti dengan kebanyakan siswa yang sudah tidak perlu di tunggui oleh orang tuanya.
Hampir semua siswa memiliki keberanian untuk mengungkapkan keiinginannya secara bebas kepada guru ataupun teman sebayanya.
BAB VIDISKUSI
Melihat hasil wawancara dan observasi di TK Pertiwi 41 di atas. Maka banyak topik yang bisa dijadikan bahan diskusi. Diantaranya adalah:
1. Aspek Fisik
Perkembangan fisik atau pertumbuhan biologis (biological growth) merupakan salah satu aspek penting dari perkembanagan individu. Menurut Seifert dan Hoffnung (1994), perkembangan fisik meliputi perubahan-perubahan dalam tubuh (pertumbuhan otak, system syaraf dan lain-lain), dan perubahan dalam cara-cara individu dalam menggunakan tubuhnya (perkembangan keterampilan motorik), serta perubahan dalam kemampuan fisik (penurunan fungsi jantung, penglihatan dan sebagainya).
Pada masa ini peningkatan berat badan anak lebih banyak daripada panjang badannya. Kaki dan tangan menjadi lebih panjang, dada dan panggul lebih besar. Peningkatan berat badan anak selama masa ini terjadi terutama karena bertambahnya ukuran sistem rangka dan otot, serta ukuran beberapa organ tubuh. Pada saat yang sama, masa dan kekuatan otot-otot secara berangsur-angsur bertambah dan gemuk bayi (baby fat) berkurang. Pertambahan kekuatan otot ini adalah karena faktor keturunan dan latihan (olahraga). Karena perbedaan jumlah sel-sel otot, maka umumnya anak laki-laki lebih kuat dari pada anak perempuan (Santrock, 1995).
2. Aspek BahasaBahasa merupakan suatu hal yang penting dalam kehidupan manusia. Tanpa
bahasa seseorang tidak akan dapat berkomunikasi dengan orang lain. Berkomunikasi merupakan sebagai kebutuhan dasar bagi setiap anak, karena anak merupakan mahkluk sosial yang harus hidup berdampingan dengan sesamanya. Anak selalu menyesuaikan diri dengan lingkungan sosialnya. Untuk dapat bersosialisi dengan seorang tentulah harus menggunakan bahasa.Adapun tahapan proses perkembangan bahasa anak usia lahir sampai dengan usia 6 tahun sebagai berikut:
No. UsiaProses Mendengar/
MemahamiProses Berbicara
1. Lahir-3 bulan
bayi terbangun ketika mendengar suara yang keras (biasanya reaksinya adalah menangis)
bayi mendengar orang lain berbicara dengan cara memperhatikan orang yang berbicara
bayi tersenyum ketika diajak bicara
bayi mengenali suara pengasuhnya dan menjadi berhenti
anak membuat suara yang menyenangkan
anak akan mengulangi suara yang sama secara berulang-ulang (seperti ocehan)
anak akan menanagis dengan cara berbeda untuk menunjukkan kebutuhannya yang berbeda-beda pula (misal : menangis dengan melengking tinggi jika
menangis ketika diajak ngobrol
kesakitan)
2. 4-6 bulan anak sudah dapat merespon nada suara (lembut ataupun keras)
anak akan melihat sekeliling untuk mencari sumber bunyi (contoh : bunyi bel, telepon atau benda jatuh)
anak akan memperhatikan bunyi yang dihasilkan dari mainannya (misal : memukul-mukul mainan ke lantai)
anak akan berceloteh ketika sendirian
anak akan melakukan sesuatu (dengan bunyi atau gerakan tubuh) secara berulang ketika bermain
anak akan berbicara secara sederhana (tanpa tangisan) untuk menarik perhatian orang dewasa di sekitarnya
3. 7-12 bulan anak menyukai permainan ‘ciluk-ba’
anak akan mendengarkan ketika diajak berbicara
anak mengenali kata-kata yang sering ia dengar, misal : susu, mama, dll.
anak akan berbicara secara sederhana (tanpa tangisan) untuk menarik perhatian orang dewasa di sekitarnya
anak akan melakukan imitasi untuk berbagai jenis bunyi/ suara
anak akan berceloteh dengan kata-kata sederhana : “ma-mam”, “da-da”’ tapi masih belum jelas pengucapannya
4. 12-24 bulan
anak sudah dapat memahami perintah dan pertanyaan sederhana, contoh : “mana bolanya?”, “ambil bonekanya”
anak akan menunjuk benda yang dimaksud
anak telah dapat menggunakan berbagai bunyi huruf konsonan pada awal kata
anak sudah bisa menyusun dua kata.Contoh : mau minum,
ketika ditanyai
anak dapat menunjuk beberapa gambar dalam buku ketika ditanyai
mama ma’em, dll.
Anak dapat bertanya dengan 2 kata sederhana, misal : “mana kucing?”, “itu apa?”
5. 24-36 bulan
Anak bisa memahami dua perintah sekaligus (contoh : “ambil bolanya dan ditaruh di kursi”)
Anak sudah dapat memperhatikan dan memahami berbagai sumber bunyi (misal : suara TV, pintu ditutup, dll)
Anak telah memahami perbedaan makna dari berbagai konsep, misal : “jalan-berhenti”, “di dalam-di luar”, “besar-kecil”, dll)
Anak bisa bertanya dan mengarahkan perhatian orang dewasa dengan mengatakan nama benda yang dimaksud.
Cara anak berbicara sudah dapat dipahami secara keseluruhan
Anak sudah dapat menghafal kata-kata untuk keseharian
Anak memahami tata bahasa secara sederhana, misal “aku mau naik sepeda”
6. 4-6 tahun Anak sudah bisa menggunakan kata secara lebih rumit
Misal : “Ibu, aku lebih suka baju yang berwarna merah. Yang hijau tidak bagus.”
3. Aspek KognitifMenurut Piaget, anak usia dini berada pada tahapan pra-operasional. Tahapan
tersebutmengikuti tahapan sensorimotor dan muncul antara usia dua sampai enam tahun. Dalam tahapan ini, anak mengembangkan keterampilan berbahasanya. Mereka mulai merepresentasikan benda-benda dengan kata-kata dan gambar. Bagaimanapun, mereka masih menggunakan penalaran intuitif bukan logis. Di permulaan tahapan ini, mereka cenderung egosentris, yaitu, mereka tidak dapat memahami tempatnya di dunia dan bagaimana hal tersebut berhubungan satu sama lain. Mereka kesulitan memahami
bagaimana perasaan dari orang di sekitarnya. Tetapi seiring pendewasaan, kemampuan untuk memahami perspektif orang lain semakin baik. Anak memiliki pikiran yang sangat imajinatif di saat ini dan menganggap setiap benda yang tidak hidup pun memiliki perasaan.
4. Aspek EmosionalPada usia dini fase ini merupakan saat ketidakseimbangan dimana anak mudah
terbawa ledakan-ledakan emosional sehingga sulit di bimbing dan diarahkan. Menurut Hurlock(1978) perkembangan emosi ini mencolok pada saat anak berusia 2,5-3,5 tahun dan 5,5-6,5 tahun.
A. Ciri Utama Reaksi Emosi Pada AnakKarakteristik reaksi emosi pada anak antara lain :
Reaksi emosi anak sangat kuat. dalam hal kekuatan, makin bertambahnya usia anak, dan semakin bertambah matangnya emosi anak maka anak akan semakin terampil dalam memilih dan memilih kadar keterlibatan emosionalnya.
Reaksi emosi sering kali muncul pada setiap peristiwa dengan cara yang diinginkannya. Semakin emosi anak berkembang menuju kematangannya, mereka akan belajar mengontrol diri dan memperlihatkan reaksi emosi dengan cara yang dapat diterima lingkungan.
Reaksi emosi anak mudah berubah dari satu kondisi ke kondisi lain. Reaksi emosi bersifat individual] Keadaan emosi anak dapat dikenali melalui gejala tingkah laku yang ditampilkan.B. Bentuk Reaksi Emosi Pada Anak
Pada umumnya bentuk reaksi emosi yang dimiliki anak sama dengan orang dewasa.Perbedaannya hanya terletak pada penyebab tercetusnya reaksi emosi dan cara untuk mengekspresikan.
Adapun beberapa bentuk emosi umum terjadi pada awal masa anak-anak yang di kemukakan oleh Hurlock(1993:117) adalah :
1) AmarahMarah sering terjadi sebagai reaksi terhadap frustasi, sakit hati dan merasa
terancam. Menurut Hurlock reaksi marah pada umumnya bias di bedakan menjadi 2 kategori besar yaitu, Marah yang implusif ( agresi ) dan Marah yang terhambat ( dikendalikan ).
2) TakutReaksi takut sering diperlihatkan dengan gejala fisik yaitu : mata membelalak,
menangis, sembunyi, atau memegang orang, diam tidak bergerak.Menurut Hurlock berkenaan dengan rasa takut ia mengemukakan adanya reaksi
emosi yang berdekatan dengan reaksi takut, yaitu shyness atau rasa malu ,embarrassment, khawatir, anxiety atau cemas.
a) Shyness atau malu adalah reaksi takut yang di tandai dengan “rasa segan” berjumpa dengan orang yang di anggap asing.
b) Embarrasment ( merasa sulit, tidak mampu, atau malu melakukan sesuatu ) merupakan reaksi takut akan penilaian orang lain pada dirinya.
c) Khawatir timbul disebabkan oleh rasa takut yang dibentuk oleh pikiran anak sendirid) Anxiety ( cemas ) adalah perasaan takut sesuatu yang tidak jelas dan dirasakan oleh
anak sendiri karena sifatnya subjektif.3) Cemburu
Merupakan reaksi normal terhadap hilangnya kasih sayang. Menurut Hurlock(1991) reaksi ini meliputi pengunduran diri kearah bentuk perilaku yang infantile seperti : mengompol, mengisap jempol, makan makanan yang aneh-aneh, kenakalan yang umum, perilaku merusak.
4) Ingin TahuRasa ingin tahu yang besar merupakan perilaku khas anak pra sekolah. Bagi mereka kehidupan ini sangat ajaib dan menarik untuk dieksplorasi.
5) Iri hatiIri hati pada saat anak merasa tidak memperoleh perhatian yang diharapkan sebagaimana yang diperoleh teman atau kakaknya.
6) SenangAdalah emosi yang menyenangkan.
7) SedihPerasaan sedih adalah emosi negatif yang didorong oleh perasaan kehilangan atau ditinggalkan terutama oleh orang yang disayanginya.
8) kasih sayangAdanya perasaan kasih sayang serta kepercayaan.
5. Aspek SosialPerkembangan perilaku sosial anak ditandai dengan adanya minat terhadap
aktivitas teman-teman dan meningkatnya keinginan yang kuat untuk diterima sebagai anggota suatu kelompok, dan tidak puas bila tidak bersama teman-temannya. Anak tidak lagi puas bermain sendiri dirumah atau dengan saudara-saudara kandung atau melakukan kegiatan-kegiatan dengan anggota-anggota keluarga. Anak ingin bersama teman - temannya dan akan merasa kesepian serta tidak puas bila tidak bersama teman-teman
DAFTAR PUSTAKA
Izzaty, Rita Eka dkk.2008.Perkembangan Peserta Didik.Yogyakarta:UNY Press.http://belajarpsikologi.com/aspek-aspek-perkembangan-anak-usia-dini/
Hurlock, Elizabeth B.2000.Psikologi Perkembangan.Jakarta:Erlangga
HASIL OBSERVASI PERKEMBANGAN ANAK USIA DINITugas UTS Mata Kuliah Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini
Dosen : Neli Mulyani, S.PdI
Disusun Oleh : Arini Fauziyyah Nur Islami
PG PAUD
Semester I
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP)
SEBELAS APRIL SUMEDANG
TAHUN 2014
A. Identitas Anak Usia Dini
Nama : Dita Hilwatun Nisa
Tempat/Tanggal lahir : Tasikmalaya, 29 Juni 2009
Jenis Kelamin : Perempuan
Tinggi Badan : 102 cm
Berat Badan : 15 kg
Lingkar Kepala : 51 cm
Alamat kp. Sindanghayu RT/RW 008/005 Desa Sukamajukidul Kec. Indihiang Kota Tasikmalaya
Nama Ayah : Agus Setiawan
Pekerjaan : PNS
Nama Ibu : Yani Mardiyah
Pekerjaan : MRT
Alamat : kp Sindanghayu RT/RW 008/005 Desa Sukamajukidul Kecamatan Indihiang Kota Tasikmalaya
B. Tingkat Perkembangan Anak Usia Dini
No. Aspek Perkembangan Tingkat Pencapaian Perkembangan
1. Fisik-Motorik
1) Motorik Kasar a. Sudah dapat mengendalikan kecepatan dan arah saat berlari
b. Meloncat dengan satu kaki
Mengendarai sepeda roda dua
d. Melempar, menangkap, memantulkan dan menendang bola
e. Merangkak dan merayap dengan rintangan
2) Motorik Halus a. Memakai dan melepas kancing baju sendiri
b. Membentuk adonan/lilin mainan dengan tangkas
Menggambar rumah sederhana dengan disertai objek-objek
sederhana lainnya seperti bunga
d. Menulis nama sendiri
e. Menggunting bermacam-macam bentuk
2. Kognitif a. Mengelompokkan benda berdasarkan ukuran
b. Dapat menyelesaikan soal dengan benda konkret
Dapat menulis nama sendiri
d. Mengetahui nama-nama hari dalam seminggu dan nama bulan
dalam satu tahun
e. Bermain peran dengan melibatkan teman sesuai skenario
yang dibuatnya sendiri
Mengklasifikasikan benda berdasarkan fungsi
3. Bahasa a. Pandai untuk mengajukan pertanyaan
b. Menjawab pertanyaan yang lebih kompleks
Bisa mengisahkan cerita
d. Berbicara dengan orang dewasa sudah lancar
e. Bisa membaca sendiri
4. Sosial Emosional a. Suka berbagi sesuatu pada orang lain
b. Mengenal identitas diri; menyebut nama sendiri, mengenal
jenis kelamin sendiri
Mandiri dalam berbagai kegiatan
d. Mulai memiliki sikap bertanggung jawab
e. Tidak mudah menyerah dalam melakukan kegiatan
5. Nilai-nilai Agama dan
Moral
a. Mengetahui agama yang dianut
b. Melafalkan bacaan do’a harian
Mengenal huruf hijaiyah dan lafadz dalam Al-Qur’an
d. Melafalkan bacaan surat-surat dari sebagian juz Amma
e. Menirukan gerakan shalat dan melafalkan bacaan shalat
C. Kecerdasan Anak
Adapun ditinjau dari segi Multiple Intelligence (MI), Dita terlihat memiliki kecerdasan bahasa
(Linguistic Intelligence) mengingat Dita sangat pandai dalam mengolah kata-kata, menyenangi cerita-
cerita, senang membaca, mudah mengungkapkan perasaan-perasaan dengan kata-kata dan punya
ingatan tajam tentang hal-hal sepele. Untuk lebih meningkatkan kecerdasannya, saya mengenalkan dia
pada buku cerita bergambar. Selain itu saja kerap kali saya meminta Dita untuk menceritakan
pengalamannya di sekolah atau tempat bermainnya.
Tugas atau Tingkat Pencapaian Perkembangan Anak Usia 4-6 Tahun
Tingkat pencapaian perkembangan adalah deskripsi tentang perkembangan yang berhasil dicapai anak pada suatu tahap tertentu. Perkembangan yang dicapai merupakan integrasi aspek fisik-motorik, kognitif, bahasa, sosial-emosi, moral-agama dan kondisi kesehatan serta gizi anak.Perkembangan anak berlangsung secara kontinum, tingkat perkembangan yang dicapai pada suatu tahap diharapkan meningkat secara kuantitatif maupun kualitatif pada tahap selanjutnya. Terdapat perbedaan individual dalam perkembangan, karena terdapat pengaruh beberapa faktor internal maupun eksternal sehingga setiap anak memiliki karakter yang unik meskipun tetap berdasarkan atas pola perkembangan umum. Untuk mencapai tingkat perkembangan yang optimal dibutuhkan keterlibatan orang dewasa untuk memberikan rangsangan atau stimulasi. Diperlukan rangsangan yang bersifat holistik yang meliputi pendidikan, psikososial, kesehatan, dan gizi yang diberikan secara konsisten dan berulang. Tingkat pencapaian perkembangan disusun berdasarkan kategori usia sebagai berikut :
Aspek Perkembangan Pencapaian PerkembanganUsia 4-5 tahun Usia 5-6 tahunMotorik Kasar 1. Menari menirukan gerakan-gerakan binatang, pohon tertiup angin, pesawat terbang, dsb 2. Melakukan gerakan menggantung (bergelayut)1. Melakukan koordinasi gerakan kaki-tangan-kepala dalam menirukan tarian atau senam2. Meniti balok titian3. Terampil menggunakan tangan kanan dan kiri
4. Menyimpulkan tali sepatu5. Menyikat gigi tanpa bantuanMotorik Halus 1. Mengkoordinasikan jari-jari tangan dengan mata dalam melakukan gerakan yang lebih rumit secara baik 2. Memasang dan melepas kancing baju3. Mengekspresikan diri melalui kegiatan seni (menggambar, melukis, dll) 4. Membuat suatu bentuk dengan lilin/tanah liat (wax, clay)1. Menggambar – menulis dengan rapi2. Menggunting sesuai pola yang rumit3. Menempel gambar dengan tepatKognitif 1. Mengklasifikasikan benda berdasarkan bentuk, warna dan ukuran2. Menyebutkan beberapa angka dan huruf3. Menggunakan benda-benda sebagai permainan simbolik (kursi sebagai mobil)4. Mengenal sebab akibat tentang alam sekitar 5. Mengklasifikasikan benda berdasarkan fungsi (pisau untuk memotong, pensil untuk menulis)6. Menunjukkan aktivitas yang bersifat eksploratif dan menyelidik7. Mencari alternatif dalam memecahkan masalah yang dihadapi dalam suatu aktivitas8. Menyusun perencanaan kegiatan yang akan dilakukan bersama teman-teman9. Menunjukkan inisiatif dan kreativitas dalam memilih tema permainanBahasa 1. Mengutarakan sesuatu hal kepada orang lain2. Menyatakan alasan terhadap sesuatu yang diinginkan atau ketidaksetujuan 3. Mengenal pembendaharaan kata mengenai kata sifat (nakal, pelit, baik hati, berani dll)4. Menceritakan kembali cerita/ dongeng yang pernah didengar 5. Menyusun kalimat sederhana dalam struktur lengkap (pokok kalimat-predikat- keterangan)6. Terlibat dalam pemilihan dan memutuskan aktivitas yang akan dilakukan bersama temannya7. Perbendaharaan kata lebih kaya dan lengkap untuk melakukan komunikasi verbalSosial- Emosional 1. Mampu berbagi, menolong dan membantu teman2. Antusias dalam melakukan perlombaan3. Menahan perasaan dan mengendalikan reaksi (sakit tetapi tidak menangis, marah tetapi tidak memukul)4. Menaati aturan yang berlaku dalam suatu permainan 5. Bersikap kooperatif dengan teman6. Menunjukkan sikap toleran7. Mengekspresikan emosi dalam berbagai situasi (senang-gembira-antusias
dsb.)8. Memahami peraturan dan disiplin9. Mengenal tata krama dan sopan santun sesuai dengan nilai sosial budaya setempatPemahaman Moral & Agama 1. Berdoa sebelum atau sesudah melakukan sesuatu2. Mengenal perilaku baik dan buruk3. Menangkap tema cerita mengenai perilaku baik dan/ atau buruk 4. Mengenal agama yang dianut5. Menghormati agama orang lain6. Mengenal ritual dan hari besar agama7. Memahami perilaku utama (jujur, penolong, sopan, hormat, dsb.)
2.7 Pengertian Permasalahan Kesulitan Belajar Anak Usia Dini
Masalah gangguan belajar kerap kali dijumpai pada anak-anak. Masalah ini bisa timbul di sekolah maupun di luar sekolah. Anak yang mengalami gangguan belajar biasanya akan mengalami gangguan pemusatan perhatian (konsentrasi), gangguan daya ingat, gangguan membaca, menulis, berhitung dan lain-lain. Yang perlu kita ingat, bahwa anak-anak yang mengalami gangguan belajar bukanlah mengidap suatu penyakit, tetapi mereka hanya mengalami masalah pada proses pembelajarannya.Dampak yang dialami oleh anak yang mengalami gangguan belajar bukan hanya pada proses tumbuh kembangnya, tetapi juga berdampak pada proses interaksi anak tersebut dengan lingkungannya. Terkadang bahkan keharmonisan keluarga juga dapat terganggu. Diantara kedua orang tua saling menyalahkan, merasa frustasi, marah, kecewa, putus asa, merasa bersalah atau menolak kejadian yang menimpa mereka.Kesulitan belajar (Learning Difficulties=LD) adalah gangguan belajar pada anak yang ditandai dengan adanya kesenjangan antara taraf intelegensi dengan kemampuan akademik yang harus dicapai.Disfungsi Minimum Otak (DMO) yang mereka miliki membuat sinyal-sinyal pada indera otaknya tumpang tindih atau terjadi gangguan pada system syaraf pusat otak (neurobiologist). Hal ini yang menimbulkan gangguan berbagai perkembangan misalnya gangguan berbicara, berbahasa dan kemampuan akademik.
2.8 Ciri-ciri Anak Berkesulitan Belajar
1. Terlambat bicara dibanding dengan anak seusianya
2. Memiliki kesulitan dalam mengucapkan beberapa kata3. Dibandingkan anak seusianya, penguasaan jumlah katanya lebih sedikit (terbatas)4. Sering tidak mampu menemukan kata yang sesuai untuk satu kalimat yang akan dikemukakan.5. Sulit mempelajari dan mengenali angka, huruf dan nama-nama hari.6. Sulit merangkai kata untuk menjadi sebuah kalimat.7. Sering gelisah yang berlebihan.8. Mudah terganggu konsentrasinya9. Sulit berinteraksi dengan teman seusianya10. Sulit mengikuti instruksi yang diberikan untuknya11. Sulit mengikuti rutinitas tertentu12. Menghindari tugas-tugas tertentu seperti menggunting dan menggambar.
2.9 Jenis-jenis Kesulitan Belajar
A. Gangguan Membaca (Disleksia)Gangguan membaca (disleksia) adalah sebuah kondisi ketidakmampuan belajar pada anak yang disebabkan oleh kesulitan dalam melakukan aktivitas membaca dan menulis. Disleksia dapat terjadi karena adanya kondisi dari biokimia otak yang tidak stabil. Dalam beberapa kasus juga disebabkan karena faktor turunan dari orang tua.Berikut ini adalah ciri-ciri disleksia yang mungkin dapat dikenali oleh orang tua atau guru :a. Kesulitan mengenali huruf atau mengejanyab. Kesulitan membuat pekerjaan tertulis secara terstruktur misalnya essayc. Huruf tertukar-tukar, misal ’b’ tertukar ’d’, ’p’ tertukar ’q’, ’m’ tertukar ’w’, ’s’ tertukar ’z’d. Membaca lambat lambat dan terputus putus dan tidak tepat e. Daya ingat jangka pendek yang burukf. Kesulitan memahami kalimat yang dibaca ataupun yang didengarg. Tulisan tangan yang burukh. Mengalami kesulitan mempelajari tulisan sambungi. Ketika mendengarkan sesuatu, rentang perhatiannya pendekj. Kesulitan dalam mengingat kata-katak. Kesulitan dalam diskriminasi visuall. Kesulitan dalam persepsi spatialm. Kesulitan mengingat nama-naman. Kesulitan atau lambat mengerjakan PRo. Kesulitan memahami konsep waktu
p. Kesulitan membedakan huruf vokal dengan konsonanq. Kebingungan atas konsep alfabet dan simbolr. Kesulitan mengingat rutinitas aktivitas sehari-haris. Kesulitan membedakan kanan kiri.B. Gangguan Menulis (Disgrafia)Menurut National Joint Committee for Learning Disabilities (NJCLD), yang dimaksud dengan disgrafia adalah gangguan belajar yang terjadi karena anak kesulitan dalam mendengar, berbicara, menulis, menganalisis, dan memecahkan persoalan. Jadi anak tidak bisa menuliskan dan mengekspresikan pikirannya ke dalam bentuk tulisan.Gangguan menulis (disgrafia) disebabkan oleh faktor neurologis, adanya gangguan pada otak bagian kiri depan yang berhubungan dengan kemampuan membaca dan menulis. Anak mengalami kesulitan dalam harmonisasi secara otomatis antara kemampuan mengingat dan menguasai gerakan otot menulis huruf dan angka.Anak disgrafia tidak bisa menyusun huruf dan kata dengan baik. Mereka sulit mengkoordinasikan motorik halusnya (tangan) untuk menulis. Gejala ini mulai tampak ketika anak mulai belajar menulis. Anak disgrafia memiliki intelegensia normal, bahkan ada yang diatas rata-rata. Ia tidak mengalami gangguan motorik maupun visual, ia hanya mengalami kesulitan untuk menulis.Berikut ini ciri-ciri yang bisa dikenali dari penderita disgrafia yaitu :a. Terdapat ketidakkonsistenan bentuk huruf dalam tulisannyab. Saat menulis, penggunaan huruf besar dan huruf kecil masih tercampurc. Ukuran dan bentuk huruf dalam tulisannya tidak proporsionald. Anak tampak harus berusaha keras saat mengkomunikasikan suatu ide, pengetahuan, atau pemahamannya lewat tulisane. Sulit memegang bolpoin maupun pensil dengan mantap. Caranya memegang alat tulis seringkali terlalu dekat bahkan hampir menempel dengan kertasf. Berbicara pada diri sendiri ketika sedang menulis, atau malah terlalu memperhatikan tangan yang dipakai untuk menulisg. Cara menulis tidak konsisten, tidak mengikuti alur garis yang tepat dan proporsionalh. Tetap mengalami kesulitan meskipun hanya diminta menyalin contoh tulisan yang sudahC. Gangguan berhitung (Diskalkulia)Diskalkulia adalah gangguan belajar yang berkaitan dengan kemampuan berhitung atau aritmatik. Anak-anak diskalkulia kesulitan untuk menyelesaikan soal-soal matematika dan sulit menangkap konsep dasar aritmatik. Ciri-ciri anak diskalkulia adalah :
a. Sulit menentukan arah ke kiri atau ke kananb. Sulit membaca jam, menghitung uang kembalian atau uang yang harus dibayarkan saat belanja. Dampaknya anak tersebut jadi takut melakukan kegiatan apapun yang harus melibatkan uangc. Sulit melakukan proses-proses matematis, seperti menjumlah, mengurangi, membagi, mengali, dan sulit memahami konsep hitungan angka atau urutand. Terkadang mengalami disorientasi, seperti disorientasi waktu dan arah. Si anak biasanya bingung saat ditanya jam berapa sekarang. Ia juga tidak mampu membaca dan memahami peta atau petunjuk arahe. Mengalami hambatan dalam mempelajari musik, terutama karena sulit memahami notasi, urutan nada, dan sebagainyaf. Bisa juga mengalami kesulitan dalam aktivitas olahraga karena bingung mengikuti aturan main yang berhubungan sistem skorg. Sulit membedakan tanda-tanda: +, -, x, :, >, <, =h. Sering salah membedakan angka 9 dengan 6, 17 dengan 71, 2 dengan 5, 3 dengan 8, dan sebagainyai. Sulit membedakan bangun-bangun geometri (bangun ruang)