45
23 BAB II LANDASAN TEORITIS A. Pelatihan Sebagai Bentuk Pendidikan Bagi Orang Dewasa 1. Pengertian Pelatihan (Training) Pelatihan merupakan wahana yang sangat penting untuk meningkatkan potensi sumber daya manusia pada era globalisasi yang penuh tantangan dan perkembangan ilmu pengetahuan yang sangat cepat. Sudah pasti akan ketinggalan apabila seseorang tidak berusaha mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan. Untuk itu peningkatan sumber daya manusia perlu ditingkatkan melalui pendidikan dan latihan (training). Disadari atau tidak bahwa dalam penempatan tenaga kerja tidak dapat menjamin sesorang berhasil menjalankan/ melaksanakan tugasnya. Harapan di lapangan pekerjaan menuntut kemampuan seorang pegawai dapat menjalankan fungsinya sebaik mungkin. Perkembangan dan pertumbuhan ilmu pengetahuan yang terlihat semakin besarnya tingkat deversifikasi (keanekaragaman) tenaga kerja, bentuk organisasi dan persaingan global yang semakin meningkat maka perlu adanya pendidikan/pelatihan (training) agar dapat memenuhi tuntutan dari lapangan pekerjaan. Berikut beberapa pengertian pelatihan (training) menurut: Rivai dan Sagala, (2010:211): “Pelatihan sebagai bagian pendidikan yang menyangkut proses belajar untuk memperoleh dan meningkatkan keterampilan di luar sistem pendidikan yang berlaku dalam relatif singkat dengan metode yang lebih mengutamakan pada praktik dari pada teori.

LANDASAN TEORITIS Pelatihan Sebagai Bentuk Pendidikan …a-research.upi.edu/operator/upload/t_pkkh_0908275_chapter2(1).pdf · “Pelatihan sebagai bagian pendidikan yang menyangkut

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: LANDASAN TEORITIS Pelatihan Sebagai Bentuk Pendidikan …a-research.upi.edu/operator/upload/t_pkkh_0908275_chapter2(1).pdf · “Pelatihan sebagai bagian pendidikan yang menyangkut

23

BAB II LANDASAN TEORITIS

A. Pelatihan Sebagai Bentuk Pendidikan Bagi Orang Dewasa

1. Pengertian Pelatihan (Training)

Pelatihan merupakan wahana yang sangat penting untuk

meningkatkan potensi sumber daya manusia pada era globalisasi yang

penuh tantangan dan perkembangan ilmu pengetahuan yang sangat

cepat. Sudah pasti akan ketinggalan apabila seseorang tidak berusaha

mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan. Untuk itu peningkatan

sumber daya manusia perlu ditingkatkan melalui pendidikan dan

latihan (training). Disadari atau tidak bahwa dalam penempatan tenaga

kerja tidak dapat menjamin sesorang berhasil menjalankan/

melaksanakan tugasnya. Harapan di lapangan pekerjaan menuntut

kemampuan seorang pegawai dapat menjalankan fungsinya sebaik

mungkin.

Perkembangan dan pertumbuhan ilmu pengetahuan yang terlihat

semakin besarnya tingkat deversifikasi (keanekaragaman) tenaga kerja,

bentuk organisasi dan persaingan global yang semakin meningkat

maka perlu adanya pendidikan/pelatihan (training) agar dapat

memenuhi tuntutan dari lapangan pekerjaan. Berikut beberapa

pengertian pelatihan (training) menurut: Rivai dan Sagala, (2010:211):

“Pelatihan sebagai bagian pendidikan yang menyangkut proses belajar untuk memperoleh dan meningkatkan keterampilan di luar sistem pendidikan yang berlaku dalam relatif singkat dengan metode yang lebih mengutamakan pada praktik dari pada teori.

Page 2: LANDASAN TEORITIS Pelatihan Sebagai Bentuk Pendidikan …a-research.upi.edu/operator/upload/t_pkkh_0908275_chapter2(1).pdf · “Pelatihan sebagai bagian pendidikan yang menyangkut

24

Pelatihan secara singkat didefinisikan sebagai suatu kegiatan untuk meningkatkan kinerja saat ini dan kinerja di masa mendatang”.

Pengertian tersebut mengandung makna bahwa pelatihan

sebagai bagian pendidikan dalam waktu relatif singkat untuk

meningkatkan kinerja serta mengutamakan praktik dari pada teori.

Menurut Kamil, (2010:3) mengemukakan bahwa yang dimaksud

dengan pelatihan adalah:

“Istilah pelatihan merupakan terjemahan dari kata training dalam Bahasa Inggris. Secara harfiah arti kata training adalah “train” yang berarti: (1) memberi pelajaran dan praktik (give teaching and practice), (2) menjadikan berkembang dalam arah yang dikehendaki (couse to grow in a required direction), (3) persiapan (preparation), dan (4) praktik (practice).

Pelatihan merupakan terjemahan training mengandung arti

memberikan pelatihan dan praktik kearah perkembangan yang

dikehendaki oleh pelatih agar yang dilatih memiliki/mempunyai

kesiapan secara pratik.

Definisi pelatihan menurut Edwin B. filippo dalam Kamil,

(2010:3) mengemukakan bahwa: ‘training is the act of increasing the

knowladge and skill of an employee for doing a particular job’

(pelatihan adalah tindakan meningkatkan pengetahuan dan

keterampilan seorang pegawai untuk melaksanakan pekerjaan

tertentu). Definisi pelatihan ini diartikan sebagai upaya peningkatan

keterampilan terhadap pegawai yang berjutuan agar dapat

melaksanakan tugas/pekerjaan tertentu.

Page 3: LANDASAN TEORITIS Pelatihan Sebagai Bentuk Pendidikan …a-research.upi.edu/operator/upload/t_pkkh_0908275_chapter2(1).pdf · “Pelatihan sebagai bagian pendidikan yang menyangkut

25

Pelatihan menurut Simamora dalam Kamil (2010:3)

mengartikan: ‘Pelatihan sebagai serangkaian aktivitas yang dirancang

untuk meningkatkan keahlian-keahlian, pengetahuan, pengalaman,

ataupun perubahan sikap seseorang individu’. Pelatihan menurut

Simamora diartikan sebagi aktivitas yang dirancang untuk

meningkatkan pengetahuan, pengalaman dan keterampilan agar

individu dapat berubah sikapnya. Pengertian tersebut dapat

disimpulkan bahwa pelatihan (taining) adalah cara atau perbuatan

melatih.

Definisi pelatihan menurut para tokoh di atas, istilah pelatihan

itu mengandung unsur kegiatan/proses untuk meningkatkan keahlian

dengan maksud orang yang dilatih dapat melakukan pekerjaan sesuai

dengan kebutuhan di lapangan secara efektif dan efisien.

Kegiatan pelatihan memberikan keuntungan (deviden) kepada

pegawai dan lembaga, berupa keahlian dan keterampilan selanjutnya

menjadi aset bagi lembaga atau institusi. Melalui pelatihan pegawai

akan bertambah pengetahuan dan keterampilan begitu pula bagi

lembaga atau institusi dalam rangka memenuhi tuntutan profesi.

Namun kegiatan pelatihan bukan suatu solusi secara universal (umum)

yang dapat memenuhi semua kebutuhan lembaga atau institusi. Hal

yang perlu diperhatikan adalah perencanaan, tugas yang efektif,

pemilihan yang tepat, penempatan personil serta kegiatan-kegiatan lain

juga menjadi bahan pertimbangan dalam pelatihan.

Page 4: LANDASAN TEORITIS Pelatihan Sebagai Bentuk Pendidikan …a-research.upi.edu/operator/upload/t_pkkh_0908275_chapter2(1).pdf · “Pelatihan sebagai bagian pendidikan yang menyangkut

26

Kegiatan pelatihan adalah bentuk pendidikan, pelatihan pada

pembahasan ini dimaksudkan untuk menjelaskan pengertian yang

berhubungan dengan pendidikan bagi orang dewasa. Serta proses

belajar yang dilandasi kerangka pikir khusus tentang pendidikan orang

dewasa. Pendidikan yang akan diuraikan dalam bab ini mengenai

pengertian pendidikan orang dewasa (andragogik) dan pendidikan

bagi anak (pedagogik). Mengapa pendidikan bagi anak dicantumkan

dalam bab ini? Karena untuk memberikan perbedaan antara kedua

macam pendidikan tersebut.

2. Pengertian Pendidikan Orang dewasa

Konsep pendidikan orang dewasa dirumuskan sebagai suatu

proses yang membangun keinginan untuk bertanya dan belajar secara

berkesinambungan berlangsung sepanjang hidup. Menurut Pannen

dalam Suprijanto (2009) bahwa pendidikan orang dewasa berhubungan

dengan bagaimana untuk mengarahkan diri sendiri yang dimulai dari

bertanya dan mencari jawabanya sendiri.

Pengertian andragogi berasal dari dua kata dalam Bahasa

Yunani, yakni andra berarti orang dewasa dan agogos berarti

memimpin. Definisi andragogi kemudian dirumuskan sebagai "suatu

seni dan ilmu untuk membantu orang dewasa belajar," Supriadi

(Andragogik Sebuah Konsep Teoritik:2006). Lebih lanjut Suprijanto

(2009:11) menyatakan bahwa:

“Pendidikan orang dewasa (andragogy) berbeda dengan pendidikan anak-anak (paedagogy). Pendidikan berlangsung

Page 5: LANDASAN TEORITIS Pelatihan Sebagai Bentuk Pendidikan …a-research.upi.edu/operator/upload/t_pkkh_0908275_chapter2(1).pdf · “Pelatihan sebagai bagian pendidikan yang menyangkut

27

dalam bentuk identifikasi dan peniruan, sedangkan pendidikan orang dewasa berlangsung dalam bentuk pengarahan diri sendiri untuk memecahkan masalah”.

Menurut pendapat tersebut dapat penulis simpulkan bahwa

pendidikan bagi anak adalah proses pendidikannya mengandung unsur

identifikasi dan peniruan yang lebih menonjol, tetapi kalau pendidikan

bagi orang dewasa adalah pendidikan yang timbul dari dalam diri

sendiri bagaimana merefleksi diri tentang sesuatu yang belum

diketahui dengan jalan bertanya pada diri sendiri dan jawabannya

dicari sendiri oleh yang bersangkutan.

Terdapat perbedaan yang jelas antara pendidikan bagi anak-anak

dengan pendidikan bagi orang dewasa jika ditinjau dari segi umur

anak-anak masih memiliki ketergantungan dengan orang yang lebih

dewasa. Sedangkan orang dewasa dapat bertanggung jawab sendiri,

tidak selalu tergantung orang lain, berani mengambil resiko, dan berani

mengambil keputusan dalam kegiatan pembelajaran.

Pengertian pendidikan orang dewasa menurut UNESCO dalam

Lanuardi dalam Suprijanto (2009:12) mengemukakan:

“Keseluruhan proses pendidikan yang akan diorganisasikan, apapun isi, tingkatan, metodenya; baik formal atau tidak, yang melanjutkan ataupun menggantikan pendidikan semula di sekolah, akademi atau universitas serta latihan kerja, yang membuat orang dianggap dewasa oleh masyarakat mengembangkan kemampuan memperkaya pengetahuannya, meningkatkan kualifikasi teknis atau profesionalnya, dan mengakibatkan perubahan pada sikap dan perilakunya dalam perspektif rangkap perkembangan pribadi secara utuh dan partisipasi dalam pengembangan sosial, ekonomi, dan budaya yang seimbang dan bebas”.

Page 6: LANDASAN TEORITIS Pelatihan Sebagai Bentuk Pendidikan …a-research.upi.edu/operator/upload/t_pkkh_0908275_chapter2(1).pdf · “Pelatihan sebagai bagian pendidikan yang menyangkut

28

Menurut pendapat Bryson dalam Supriyadi (2009:13)

nenyatakan bahwa yang dimaksud dengan pendidikan orang dewasa

adalah: “semua aktivitas pendidikan yang dilakukan oleh orang dewasa

dalam kehidupan sehari-hari yang hanya menggunakan sebagian waktu

dan tenaganya untuk mendapatkan tambahan intelektual.”

Kedua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa pendidikan

orang dewasa adalah pendidikan yang ditempuh oleh orang dewasa

untuk menambah atau memperkaya ilmu pengetahuan yang digunakan

untuk menunjang peningkatan kualitas kenerja secara profesional

maupun secara sosial. Pendidikan dapat dilakukan pada jenjang formal

ataupun non formal.

1) Ciri-Ciri Pendidikan Orang Dewasa

Cara belajar orang dewasa berbeda dengan anak-anak, oleh

karena itu proses pembelajarannya harus memperhatikan ciri-ciri

belajar orang dewasa. Menurut Soedomo dalam Suprijanto

(2009:45) menyatakan bahwa ciri-ciri belajar orang dewasa adalah

sebagai berikut:

“(1) menginginkan timbulnya pertukaran pendapat, tuntutan dan nilai-nilai, (2) menginginkan terjadi komunikasi timbal balik, (3) suasanan belajar yang diharapkan adalah suasana belajar yang menyenangkan dan menantang, (4) mengutamakan peran pesrta didik, (5) orang dewasa akan belajar bila pendapatnya dihormati, (6) belajar orang dewasa bersifat unik, (7) perlu adanya saling percaya antara pembimbing dan peserta didik, (8) orang dewasa umumnya mempunyai pendapat yang berbeda, (9) orang dewasa mempunyai kecerdasan yang beragam, (10) kemungkinan terjadi berbagai cara belajar, (11) orang dewasa belajar ingin mengetahui kelebihan dan kekurangannya, (12) orientasi

Page 7: LANDASAN TEORITIS Pelatihan Sebagai Bentuk Pendidikan …a-research.upi.edu/operator/upload/t_pkkh_0908275_chapter2(1).pdf · “Pelatihan sebagai bagian pendidikan yang menyangkut

29

belajar orang dewasa berpusat pada kehidupan nyata, dan (13) motivasi belajar dari dirinya sendiri”.

Menurut Lunandi dalam Suprijanto (2009:45)

menyatakan tentang keadaan belajar orang dewasa secara

psikologis:

(1) belajar adalah suatu pengalaman yang diinginkan oleh orang dewasa itu sendiri, (2) orang dewasa belajar bila bermanfaat bagi dirinya, (3) belajar bagi orang dewasa kadang-kadang merupakan proses yang menyakitkan, (4) belajar bagi orang dewasa adalah hasil mengalami sesuatu, (5) proses belajar bagi orang dewasa adalah khas, (6) sumber bahan belajar terkaya bagi orang dewasa berada pada diri orang itu sendiri, (7) belajar adalah proses emosional dan intelektual sekaligus, dan (8) belajar adalah hasil kerja sama antara manusia.

Kedua pendapat tersebut di atas mengandung maksud,

bahwa ciri-ciri pendidikan orang dewasa adalah:

1) Motivasi belajar yang paling kuat timbul dari dalam diri

sendiri.

2) Orientasi belajar bagi orang dewasa keuntungan diri, dan

berorientasi pada kehidupan nyata. Jadi pabila

menguntungkan bagi dirinya motivasinya akan lebih kuat.

3) Orang dewasa mau belajar jika pendapatnya dihormati.

4) Ingin mengetahui kelebihan dan kelemahan sesuatu yang

dipelajari.

5) Perlu adanya saling mempercayai antara pembimbing

dengan peserta didik.

Page 8: LANDASAN TEORITIS Pelatihan Sebagai Bentuk Pendidikan …a-research.upi.edu/operator/upload/t_pkkh_0908275_chapter2(1).pdf · “Pelatihan sebagai bagian pendidikan yang menyangkut

30

6) Mengharapkan belajar yang menyenangkan dan menantang

kreatifitas.

7) Sumber belajar yang paling banyak berada pada diri

sendiri. Maksudnya sesuatu yang akan dipelajari tergantung

seberapa banyak pertanyaannya dan solusiaanya

pemecahannya tergantung bagaimana kreatifitas orang

dewasa tersebut.

8) Belajar bagi orang dewasa adalah hasil mengalami sesuatu.

Jadi pengertian ini maksudnya adalah hasil belajar orang

dewasa itu karena adanya proses kegiatan yang ia lakukan,

sehingga pengalaman itu menjadi miliknya yang akan

melekat dalam dirinya.

9) Belajar bagi orang dewasa bersifat unik. Proses belajar

dikatakan unik karena setiap orang dewasa memiliki cara

sendiri-sendiri untuk memperoleh pengetahuan.

10) Mungkin terjadi komunikasi timbal balik. Komunikasi

timbal balik yang dimaksudkan adalah, terjadi dialog

interaktif antara pembimbing dengan peserta didik.

11) Belajar adalah proses emosional dan intelektual sekaligus.

Maksudnya bahwa belajar itu menuju perubahan tingkah

laku serta memperoleh ketrampilan dan pengetahuan secara

langsung dan berasamaan.

Page 9: LANDASAN TEORITIS Pelatihan Sebagai Bentuk Pendidikan …a-research.upi.edu/operator/upload/t_pkkh_0908275_chapter2(1).pdf · “Pelatihan sebagai bagian pendidikan yang menyangkut

31

2) Maksud Pendidikan Orang Dewasa

Maksud pendidikan bagi orang dewasa adalah sebagai

pembinaan dan pengembangan potensi yang melekat pada diri

manusia, yaitu potensi fisik, proses berfikir, kepekaan akan

rasa, menguatkan kreatifitas (cipta), mengembangkan perilaku

yang baik. Sehingga dapat meningkatkan pengetahuan dan

keterampilan yang dapat dipergunakan dalam tugas keprofesian

dan tugas hidup bermasyarakat, (Suprijanto, 2009).

3. Pengertian Pedagogik

Pedagogik merupakan ilmu yang membahas pendidikan anak

atau ilmu pendidikan anak. Pedagogik adalah ilmu pendidikan yang

dibutuhkan guru, tentunya guru mengajar terhadap anak-anak yang

belum dewasa. Tugas guru bukan hanya mengajar untuk

mennyampaikan atau mentrasformasikan ilmu pengetahuan kepada

anak di sekolah, melainkan guru juga bertugas mengembangkan

kepribadian anak secara terpadu. Sehingga anak memiliki

pengetahuan, keterampilan, serta sikap pribadi yang baik, untuk

menghadapi segala permasalahan hidupnya.

Pengertian pedagogik menurut Langeveld dalam Suprijanto

(2009:2) bahwa yang dimaksud dengan pedagogik adalah: “ilmu

mendidik, lebih menitik beratkan kepada pemikiran, perenungan

pendidikan. Suatu pemikiran bagaimana kita membimbing anak,

mendidik anak.”

Page 10: LANDASAN TEORITIS Pelatihan Sebagai Bentuk Pendidikan …a-research.upi.edu/operator/upload/t_pkkh_0908275_chapter2(1).pdf · “Pelatihan sebagai bagian pendidikan yang menyangkut

32

Pendapat tersebut mengandung arti bahwa pengertian pedagogik

adalah ilmu mendidik tentang bagaimana cara membimbing anak atau

mendidik anak. Sedangkan mendidik sendiri memiliki arti tersendiri,

sebagaimana yang dikemukakan Brojonegoro dalam Suprijanto

(2009:3) bahwa: “mendidik berarti memberi tuntunan kepada manusia

yang belum dewasa dalam pertumbuhan dan perkembangan, sampai

tercapainya kedewasaan dalam arti rohani dan jasmani.” Kemudian

menurut Dewantara dalam Suprijanto (2009:3) berpendapat bahwa

mendidik adalah: “menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada

anak-anak agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota

masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang

setinggi-tingginya.”

Menurut kedua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa

yang disebut mendidik adalah memberikan bimbingan kepada anak

yang belum dewasa agar mencapai perkembangan dan pertumbuhan

kearah kedewasaan secara lahir dan batin, sehingga dapat mencapai

tujuan yang diharapkan.

Arti pendidikan sendiri adalah suatu proses pertumbuhan dan

perkembangan, sebagai hasil interaksi individu dengan lingkungan

sosial dan lingkungan fisik, berlangsung sepanjang hayat sejak

manusia lahir, Suprijanto (2009). Sedangkan menurut Undang-Undang

Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional dalam Supriyanto (2009:5) menyatakan:

Page 11: LANDASAN TEORITIS Pelatihan Sebagai Bentuk Pendidikan …a-research.upi.edu/operator/upload/t_pkkh_0908275_chapter2(1).pdf · “Pelatihan sebagai bagian pendidikan yang menyangkut

33

“Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat bangsa, dan negara”.

Kesimpulan pengertian pendidikan menurut Undang-Undang

Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tersebut bahwa yang

dimaksud pendidikan adalah mewujudkan suasana pembelajaran agar

peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya yang

meliputi potensi spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,

kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya

untuk hidup bermasyarkat, berbangsa, dan bernegara.

1) Pengertian Anak Didik

Pengertian anak didik, anak didik adalah seorang anak

yang sedang berkembang, memiliki potensi, untuk

mengembangkan potensinya itu seorang anak memerlukan

bimbingan agar dapat menjadi manusia yang lebih dewasa

(Sadulloh:2011).

Menurut Tritaharja dalam Sadulloh (2011:135) ada 4

karakteristik anak didik yaitu:

“Untuk mengembangkan kearah kedewasaan anak ada 4 karakteristik yang dimaksudkan yaitu: a) individu yang memiliki potensi fisik dan psikis yang khas, sehingga merupakan makhluk yang unik. Anak dari lahir memiliki potensi-potensi yang ingin dikembangkan diaktualisasikan. Untuk mengatualisasikannya membutuhkan bantuan dan bimbingan dari pendidik; b) individu yang sedang berkembang sejak lahir bahkan sejak dalam kandungan, manusia berada dalam proses perkembangan, dan proses

Page 12: LANDASAN TEORITIS Pelatihan Sebagai Bentuk Pendidikan …a-research.upi.edu/operator/upload/t_pkkh_0908275_chapter2(1).pdf · “Pelatihan sebagai bagian pendidikan yang menyangkut

34

melalui suatu rangkaian bertahap, melalui fase tetentu, di mana pada setiap tahap (fase) perkembangan memiliki sifat khusus. Perbedaan perkembangan tersebut harus dipahami oleh pendidik pada tiap fasenya, sehingga atas dasar itu pendidikan dapat mengatur kondisi dan strategi yang relevan dengan kebutuhan anak didik; c) individu yang membutuhkan bimbingan individual dan manusiawi. Dalam proses perkembangannya anak didik membutuhkan bantuan dan bimbingan. Sepanjang anak belum dewasa, ia membutuhkan bantuan dan menggantungkan diri kepada orang dewasa.…; dan d) individu memiliki kemampuan untuk mandiri.Anak didik dalam perkembangannya memiliki kemampuan untuk berkembang kearah kedewasaan. Pada diri anak ada kecenderungan untuk mendekatkan diri , sehingga menimbulkan kewajiban bagi pendidik untuk secara bertahap member kebebasan dan pada akhirnya pendidik mengundurkan diri dari usaha member bantuan kepada anak, apabila anak benar-benar telah mandiri. …”.

Pendapat tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa

karakteristik anak adalah: Pertama anak sebagai individu yang

memiliki potensi fisik dan psikis yang khas, sehingga

merupakan makhluk yang unik. Anak dari lahir memiliki

potensi-potensi yang ingin dikembangkan atau

diaktualisasikan. Ke dua sebagai individu mengalami

perkembngan sejak mulai dari dalam kandungan dan melalui

fase-fase tertentu, sehingga memiliki potensi masing-masing,

oleh sebab itu pendidikan berdasarkan atas perbedaan tersebut .

Ke tiga individu yang membutuhkan bimbingan individual dan

manusiawi. Dalam proses perkembangannya anak didik

membutuhkan bantuan dan bimbingan dari orang dewasa. Ke

empat individu memiliki kemampuan untuk mandiri. Anak

Page 13: LANDASAN TEORITIS Pelatihan Sebagai Bentuk Pendidikan …a-research.upi.edu/operator/upload/t_pkkh_0908275_chapter2(1).pdf · “Pelatihan sebagai bagian pendidikan yang menyangkut

35

didik dalam perkembangannya memiliki kemampuan untuk

berkembang kearah kedewasaan

2) Ciri-Ciri Anak Didik

Menurut Suardi dalam Sadulloh (2011)

mengungkapkan ciri-ciri anak didik, bahwa anak sejak lahir

dalam keadaan tidak berdaya atau lemah. Untuk dapat bergerak

memerlukan beberapa tahapan dan pertolongan orang dewasa,

kelemahan dan ketidak berdayaan makin lama makin hilang

berkat bantuan orang tuanya. Proses bantuan dan bimbingan ini

disebut pendidikan.

Pendidik harus mengetahui kapan saatnya memberikan

pendidikan dan kapan saatnya memberhentikan, karena apabila

terus-menerus bimbingan diberikan akan berakibat kurang baik

bagi anak didik itu sendiri. Anak didik akan mengalami kurang

percaya diri dalam menghadapi permasalahan.

Anak didik adalah makhluk yang ingin berkembang,

suatu contoh bahwa mereka ingin berkembang: bahwa

kelemahan dan ketidakberdayaan saat bayi berangsur-angsur

akan hilang dan ini menjadi motor yang sangat penting

sehingga ia ingin berkembang. Kelemahan dan

ketidakberdayaan inilah yang menjadi alasan untuk

berkembang dan ingin mengetahui hal-hal yang berada di luar

dirinya. Pendidik harus menyadari hal ini bahwa setiap peserta

Page 14: LANDASAN TEORITIS Pelatihan Sebagai Bentuk Pendidikan …a-research.upi.edu/operator/upload/t_pkkh_0908275_chapter2(1).pdf · “Pelatihan sebagai bagian pendidikan yang menyangkut

36

didik ingin mengetahui banyak hal, pada tahap ini memang

ternyata bahwa semua individu itu memiliki potensi untuk

berkembang.

Ciri yang berikutnya dari seorang anak didik adalah

ingin menjadi diri sendiri, hal ini sangat penting apabila

seorang pendidik tidak mengajarkan atau mendidik agar anak

didiknya nantinya menjadi diri sendiri. Mengapa harus seperti

itu? Karena apabila anak didik tidak dibentuk menjadi diri

sendiri nantinya akan menjadi manusia yang selalu mengikuti

kehendak orang lain, tidak mempunyai kemauan yang kuat,

tidak mempunyai daya juang untuk meraih cita-cita.

4. Perbedaan antara Pendidikan dan Pelatihan

Bila dikaji lebih dalam pendidikan dengan pelatihan

sebenarnya saling menunjang satu dengan yang lainnya. Sehubungan

dengan kontek keperluan penulisan tesis ini mengungkap tentang

pelatihan maka untuk menghindari kesalahan penafsiran mengenai arti

dan lain sebagainya maka penulis sampaikan perbedaan antara

pendidikan dan pelatihan sebagai berikut:

Page 15: LANDASAN TEORITIS Pelatihan Sebagai Bentuk Pendidikan …a-research.upi.edu/operator/upload/t_pkkh_0908275_chapter2(1).pdf · “Pelatihan sebagai bagian pendidikan yang menyangkut

37

Tabel 2.1 Perbedaan Pendidikan dan Pelatihan

NO PENDIDIKAN PELATIHAN

1 Umumnya berkaitan dengan mempersiapkan calon tenaga kerja yang diperlukan oleh suatu instansi atau organisasi

Berkaitan dengan peningkatan atau keterampilan pegawai yang sudah menduduki suatu pekerjaan atau tugas tertentu

2 Orientasi atau penekanannya pada pengembangan kemampuan umum

Orientasi atau penekanannya pada tugas yang harus dilaksanakan (job orientation)

3 Waktu penyelenggaraan lebih lama

Waktu penyelenggaraan relatif pendek

4 Tenaga pendidiknya lebih banyak

Tenaga pendidiknya lebih sedikit

5 Umumnya peserta belum bekerja

Peserta sudah bekerja

6 Umumnya biaya ditanggung oleh peserta

Biaya ditanggung pihak penyelenggara

7 Kurikulum standar nasional Kurikulum lokal

B. Pendidikan dan Latihan Sebagai Upaya Peningkatan Kualitas Profesi

Guru

1. Upaya Peningkatan Kualitas Profesi Guru

Semangat baru dalam dunia pendidikan di Indonesia untuk

mengangkat profesi keguruan, yang sebelumnya telah

mendeskripsikan sisi kelemahan guru, ternyata hal tersebut menambah

merosotnya mutu pendidikan di Indonesia bila dilihat dari ranking

pendidikan di dunia. Oleh karena itu, tinggi rendahnya pengakuan

profesionalisme guru sangat tergantung pada tingkat pendidikan yang

ditempuhnya. Pengembangan keprofesionalan guru dilakukan

berdasarkan pada kebutuhan institusi, kelompok guru, maupun oleh

Page 16: LANDASAN TEORITIS Pelatihan Sebagai Bentuk Pendidikan …a-research.upi.edu/operator/upload/t_pkkh_0908275_chapter2(1).pdf · “Pelatihan sebagai bagian pendidikan yang menyangkut

38

individu itu sendiri. Menurut Danim dalam Saud (2010)

pengembangan keprofesionalan pada kontek institusi untuk

merangsang, memelihara, serta meningkatkan kualitas staf dalam

menghadapi permasalahan organisasi. Apabila dikaitkan dengan

deskripsi tersebut di atas maka pendidikan dan latihan memiliki tujuan

antara lain:

1. Memenuhi tuntutan lembaga/institusi sehingga dapat memberikan

layanan terhadap masyarakat dengan baik.

2. Mengembangkan keahlian sehinga pekerjaan dapat diselesaikan

secara efektif dan efisien.

3. Mengembangkan pengetahuan sehingga pekerjaan dapat selesai

secara rasional menurut kaidah yang berlaku secara umum.

4. Mengembangkan sikap kearah yang lebih maju.

2. Prinsip-Prinsip Pelatihan

Pelatihan adalah bagian dari pada pembelajaran, oleh karena itu

prinsip pelatihan perlu dirumuskan agar pelatihan dapat berhasil.

Menurut Kamil, (2010:11) ada 12 prinsip umum dalam pelatihan yaitu:

a) prinsip perbedaan individu, b) prinsip motivasi, c) prinsip pemilihan dan pelatihan para pelatih, d) prinsip belajar, e) prinsip partisipasi aktif, f) focus pada batasan materi, g) prinsip diagnosis dan koreksi, h) prinsip pembagian waktu, i) prinsip keseriusan, j) prinsip kerjasama, k) prinsip metoda pelatihan, dan l) prinsip hubungan pelatih dengan pekerjaan atau dengan kehidupan nyata.

Apabila diuraikan satu-persatu prisip-prinsip terbut adalah:

Page 17: LANDASAN TEORITIS Pelatihan Sebagai Bentuk Pendidikan …a-research.upi.edu/operator/upload/t_pkkh_0908275_chapter2(1).pdf · “Pelatihan sebagai bagian pendidikan yang menyangkut

39

a) Prinsip perbedaan individu. Dalam penyelenggaraan pelatihan

harus memperhatikan perbedaan individu baik perbedaan sosial,

pendidikan, bakat, minat, pengalaman, maupun kepribadian.

b) Prinsip motivasi. Untuk meningkatkan agar peserta pelatihan mau

belajar dengan sungguh-sungguh perlu adanya motivasi dari unsur

pemangku kepentingan. Tentunya dengan bertambahnya

pengetahuan dan keterampilan akan meningkatkan kesejahteraan

nantinya.

c) Prinsip pemilihan dan pelatihan para pelatih. Keberhasilan

pelatihan juga ditentukan oleh seorang pelatih, bahwa pelatih yang

menguasai suatu keahlian dan memiliki kemampuan tehnik

menyampaikan materi berpengaruh terhadap pencapaian tujuan

pula.

d) Prinsip belajar. Pembelajaran ada yang dimulai dari apa yang

dikuasai oleh warga belajar, atau dimulai dari yang lebih sederhana

menuju ke hal yang kompleks.

e) Prinsip partisipasi aktif. Untuk mencapai hasil pelatihan harus

dapat membangun aktifitas yang dilatih terlibat secara aktif.

f) Fokus pada batasan materi. Pelatihan hanya difokuskan pada

penguasaan salah-satu bidang keterampilan saja, bukan untuk

penguasaan pengetahuan serta sikap secara menyeluruh.

Page 18: LANDASAN TEORITIS Pelatihan Sebagai Bentuk Pendidikan …a-research.upi.edu/operator/upload/t_pkkh_0908275_chapter2(1).pdf · “Pelatihan sebagai bagian pendidikan yang menyangkut

40

g) Prinsip diagnosis dan koreksi. Pelatihan dilaksanakan untuk

menegakkan diagnostik permasalahan di lapangan untuk

mengoreksi kesalahan atau belum maksimalnya pekerjaan.

h) Prinsip pembagian waktu. Pelatihan diselenggarakan menganut

efektifitas waktu, sehingga pelatihan dilakukan secara singkat.

i) Prinsip keseriusan. Pelatihan harus dilaksanakan dengan

sungguh-sungguh, bukan hanya sekedar kegiatan sambilan

sehingga dilakukan dengan seenaknya.

j) Prinsip kerjasama. Pelatihan akan berhasil dengan baik apabila

kerjasama antar semua unsur dapat terbina dengan baik.

k) Prinsip metoda pelatihan. Metode pelatihan harus bervariasi karena

tidak ada satu metode yang paling baik dalam penyampaian materi

pelatihan. Untuk itu harus dipilih metode yang cocok, dan tentunya

lebih dari satu metode.

l) Prinsip hubungan pelatih dengan pekerjaan atau dengan kehidupan

nyata. Prinsip ini berkenaan dengan kehidupan nyata di masyarakat

sehingga pelatihan diselenggarakan atas kebutuhan di lapangan.

3. Macam- Macam Pelatihan Bagi Guru

Pelatihan yang berhubungan dengan tugas guru di lapangan

tentunya banyak sekali, menyangkut tentang proses pembelajaran,

pembuatan program pembelajaran, bidang studi yang harus dikuasai

oleh guru, macam-macam keteampilan/vokasional, Menurut Allison

Page 19: LANDASAN TEORITIS Pelatihan Sebagai Bentuk Pendidikan …a-research.upi.edu/operator/upload/t_pkkh_0908275_chapter2(1).pdf · “Pelatihan sebagai bagian pendidikan yang menyangkut

41

and Arwady dalam Kamil (on line) http://file.upi.edu, (2010)

mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan model pelatihan adalah:

“Suatu model pelatihan dianggap efektif manakala mampu dilandasi kurikulum, pendekatan dan strategi yang sesuai dengan kebutuhan belajar sasaran didik dan permasalahan-permasalahan yang terjadi di tengah-tengahnya. Untuk itu diperlukan persyaratan khusus dalam membangun sebuah model pelatihan yang efektif dan efesien. Persyaratan tersebut diantaranya adalah kebutuhan belajar peserta pelatihan (sasaran didik, warga belajar dll.) istilah tersebut dalam dunia pendidikan luar sekolah dikenal dengan TNA (Training Needs Assessment), SMA (Subject Matter Analysis) dan ATD (Approaches to Training and Development).

Pengertian tersebut mengemukakan bahwa suatu model

pelatihan dianggap efektif apalila dilandasi oleh kurikulum pelatihan,

menggunakan pendekatan yang cocok, rancangan strategi

pembelajaran, penentuan perseta pelatihan, dan permasalahan yang

aktual. Untuk itu diperlukan asesmen tentang kebutuhan pelatihan

analisa sasaran pokok, menentukan pendekatan dalam pelatihan.

Banyak cara yang dapat dilakukan oleh guru untuk

pengembangan diri, dapat dilakukan secara perorangan maupun

kelompok, atau dalam suatu sistem yang diatur oleh lembaga. Menurut

Mulyasa dalam Saud (2010:102) menyatakan bahwa: “pengembangan

guru dapat dialakukan dengan cara on the job taraining dan in service

training”. Maksud dari pernyataan tersebut adalah bahwa pembinaan

guru agar dapat berkembang potensinya dapat dilakukan dengan cara

on the job taraining dan in service training atau dilakukan pada

lingkungan kerja sendiri. Sedangkan menurut Castetter dalam Saud

Page 20: LANDASAN TEORITIS Pelatihan Sebagai Bentuk Pendidikan …a-research.upi.edu/operator/upload/t_pkkh_0908275_chapter2(1).pdf · “Pelatihan sebagai bagian pendidikan yang menyangkut

42

(2010:102) menyatakan pengembangan profesi guru dapat dilakukan

melalui lima model pengembangan yaitu:

“Individual guided staff development (pengembangan guru yang dipandu secara individual). Para guru dapat menilai kebutuhan belajar mereka dan mampu belajar aktif serta mengarahkan diri sendiri. Para guru harus dimotivasi saat menyeleksi tujuan belajar berdasar penilaian personil dari kebutuhan mereka. Observation/assessment (observasi atau penilaian). Observasi dan penilaian dari instruksi, menyediakan guru dengan data yang dapat direfleksikan dan dianalisis umtuk tujuan peningkatan belajar siswa. Refleksi guru pada praktiknya dapat ditingkatkan observasi lainnya. Involvement in a development/Improvement process (keterlibatan dalam suatu proses pengembangan/peningkatan). Pembelajaran orang dewasa lebih efektif ketika mereka perlu untuk mengetahui atau memecahkan suatu masalah. Guru perlu untuk memperoleh pengetahuan atau keterampilan melalui keterlibatan pada proses peningkatan sekolah atau pengembangan kurikulum. Training (pelatihan). Ada teknik-teknik dan perilaku-perilaku yang pantas untuk ditiru guru dalam kelas. Guru-guru dapat merubah perilaku mereka dan belajar meniru perilaku. Inquiri (pemeriksaan). Pengembangan profesional adalah studi kerjasama oleh para guru sendiri untuk permasalahan dan isu yang timbul dari usaha untuk membuat praktik mereka konsisten dengan nilai-nilai bidang pendidikan”.

Pengertian tersebut dapat peneliti simpulkan bahwa yang

dimaksud dengan model pengembangan pofesi guru ada lima yaitu

antara lain:

a. Pengembangan guru yang dipandu secara individual, yaitu untuk

pengembangan diri ini para guru aktif mengarahkan dirinya sendiri,

motivasi yang diperlukan berdasarkan kebutuhan oleh guru itu

sendiri.

b. Observasi atau penilaian, yang dimaksud pada pengertian ini adalah

pengembangan guru melalui observasi diri atau penilaian diri yang

Page 21: LANDASAN TEORITIS Pelatihan Sebagai Bentuk Pendidikan …a-research.upi.edu/operator/upload/t_pkkh_0908275_chapter2(1).pdf · “Pelatihan sebagai bagian pendidikan yang menyangkut

43

dijadikan refleksi, kemudian dijadikan sebagai bahan peningkatan

belajar siswa.

c. Keterlibatan dalam suatu proses pengembangan/peningkatan, yaitu

suatu model pengembangan guru dengan melibatkan secara aktif

dalam proses peningkatan sekolah atau pengembangan kurikulum.

d. Pelatihan, yaitu suatu model pengembangan dengan memberikan

contoh perbuatan, keterampilan, atau perilaku yang perlu dicontoh

oleh guru sehingga dapat diterapkan di dalam kelas.

e. Pemeriksaan, yaitu suatu model pengembangan guru dengan cara

bekerja sama antar guru sendiri untuk saling berbagi pendapat /

berbagi pengetahuan untuk meningkatkan kinerja mereka.

Kelima model pengembangan guru tersebut kemudian yang

paling banyak diklakukan oleh lembaga pendidikan adalah model

pelatihan “training” . Untuk pengembangan guru di lingkungan

pendidikan dalam rangka pengembangan kemampuan profesional guru

adalah dengan melakukan penataran (in service training), baik dalam

rangka penyegaran ataupun peningkatan kemampuan (up grading).

Cara yang dilakukan dapat melalui: on the job training, workshop,

seminar, diskusi panel, rapat-rapat, simposium, konferensi dan

sebagainya.

Page 22: LANDASAN TEORITIS Pelatihan Sebagai Bentuk Pendidikan …a-research.upi.edu/operator/upload/t_pkkh_0908275_chapter2(1).pdf · “Pelatihan sebagai bagian pendidikan yang menyangkut

44

C. Pelatihan Untuk Mengembangkan Layanan Pendidikan Kebutuhan

Khusus

Berbagai macam pelatihan untuk mengembangkan layanan

pendidikan berkebutuhan khusus, dari mulai layanan pembelajaran secara

akademik, pengembangan diri, dan layanan kebutuhan khusus bagi peserta

didik. Dalam bab ini peneliti memfokuskan materi pelatihan yang

berkaitan dengan pembahasan penelitian ini, yaitu materi pelatihan tentang

asesmen. Ruang lingkup materi pelatihan ini dalah pengertian asesmen

secara umum dan asesmen pra membaca.

1. Pengertian Asesmen

Pengertian asesmen menurut Lerner, dalam Mulyono, (2003

:46), bahwa:

“a. Asesmen adalah proses yang sistematis dalam mengumpulkan data seorang anak. b. Asesmen adalah suatu proses pengumpulan informasi tentang seorang anak yang akan digunakan untuk membuat pertimbangan dan keputusan yang berhubungan dengan anak tersebut”.

Menurut pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa yang

dimaksud dengan asesmen adalah upaya pengumpulan data atau

informasi seorang anak yang dipergunakan untuk membuat keputusan

terhadap anak tersebut.

Menurut Herman at.all dalam Mulyono (1995:3) bahwa yang

dimaksud dengan asesmen adalah:

“suatu proses atau upaya formal mengumpulkan informasi yang berkaitan dengan variabel-variabel prnting pembelajaran

Page 23: LANDASAN TEORITIS Pelatihan Sebagai Bentuk Pendidikan …a-research.upi.edu/operator/upload/t_pkkh_0908275_chapter2(1).pdf · “Pelatihan sebagai bagian pendidikan yang menyangkut

45

sebagai bahan dalam mengambil keputusan oleh guru untuk memperbaiki proses dan hasil belajar siswa”.

Dengan mengkaji pendapat tersebut di atas maka dapat penulis

simpulkan bahwa yang disebut dengan asesmen adalah upaya formal

yang sistematis dilakukan oleh guru untuk menghimpun informasi

berkaitan dengan variabal-variabel dalam pembelajaran sebagai bahan

pengambil keputusan untuk memperbaiki proses belajar. Dalam konteks

pendidikan asesmen berfungsi untuk melihat kemampuan dan kesulitan

yang dihadapi seseorang saat itu, sebagai bahan untuk untuk

menentukan apa yang sesungguhnya dibutuhkan

Berdasarkan informasi hasil asesmen seorang guru akan dapat

menyusun program pembelajaran yang bersifat realistis sesuai dengan

kenyataan obyektif dari anak tersebut. Sebagai contoh dari hasil

assesmen diperoleh informasi bahwa anak itu mengalami kesulitan

dalam hal belajar matematika. Dalam hal ini seorang guru tidak

diharapkan dengan mudah member label bahwa anak itu diskalkuli.

Tetapi selanjutnya guru segera menyusun instrumen asesmen untuk

menemukan hal-hal yang sangat spesifik berkaitan dengan masalah

dalam belajar matematika tersebut. Dengan demikian program

pendidikan didasarkan kepada kebutuhan, dan bukan berdasar

program secara klasikal.

Asesmen adalah sebuah aktivitas pengumpulan informasi,

tujuannya ialah untuk menyediakan berbagai jawaban atas pertanyaan-

pertanyaan edukasional yang cukup penting, apakah yang berkaitan

Page 24: LANDASAN TEORITIS Pelatihan Sebagai Bentuk Pendidikan …a-research.upi.edu/operator/upload/t_pkkh_0908275_chapter2(1).pdf · “Pelatihan sebagai bagian pendidikan yang menyangkut

46

dengan identifikasi serta penempatan, perencanaan pembelajaran, atau

pengawasan kemajuan siswa serta keefektivan suatu program. Proses

asesmen diawali dengan perencanaan yang teliti dan langkah-langkah

persiapan dan yang paling penting adalah pemilihan alat-alat yang tepat.

Sejumlah alat dipilih untuk asesmen yang akan mempengaruhi

keberhasilan proses pengumpulan data. Asesmen yang tidak akurat

akan menghasilkan informasi yang kurang tepat dan informasi yang

secara potensial cukup berbahaya; alat-alat yang tidak tepat bahkan jika

hasilnya cukup akurat, maka dalam penyediakan jenis informasi yang

dibutuhkan untuk membantu pengambilan keputusan pendidikan juga

kurang tepat.

Ketepatan dari sebuah alat asesmen tergantung pada konteks di

mana alat ini akan dipergunakan. Kualitas asesmen yang kurang baik

akan menghasilkan hasil-hasil yang tidak akurat dan tidak pernah tepat,

sebagian besar alat asesmen menyediakan informasi yang bermanfaat

bagi sejumlah tujuan, bagi sejumlah siswa, pada sejumlah situasi.

Dalam memutuskan manfaat dari sebuah asesmen atau strategi, para

guru pertama-tama harus menjamin kelayakan tekniknya, baru

kemudian menentukan nilainya bagi aktivitas asesmen tertentu.

2. Manfaat Asesmen

Manfaat suatu hasil asesmen, secara spesifik untuk evaluasi

serta penempatan peserta didik berkebutuhan khusus pada program

pendidikan khusus. Fokus pada penggunaan informasi asesmen untuk

Page 25: LANDASAN TEORITIS Pelatihan Sebagai Bentuk Pendidikan …a-research.upi.edu/operator/upload/t_pkkh_0908275_chapter2(1).pdf · “Pelatihan sebagai bagian pendidikan yang menyangkut

47

keputusan-keputusan mengenai identifikasi serta untuk layanan-layanan

pendidikan khusus.

Informasi ini berimplikasi terhadap keputusan-keputusan

pembelajaran jangka panjang seperti keputusan-keputusan yang

diasosiasikan dengan rancangan Program Pendidikan yang

diindividualisasikan (PPI). Bagaimanapun juga, aturan-aturan tidak

berupaya untuk membuat peraturan asesmen kelas serta keputusan-

keputusan pembelajaran sehari-hari yang dihadapi oleh para guru.

Tetapi asesmen tidak memperbolehkan adanya diskriminasi, alat-alat

asesmen harus bebas dari ras serta budaya. Sejumlah tes serta

prosedur-prosedur lainnya harus dipilih berdasarkan hal tersebut, dan

ketelitian serta kehati-hatian harus dilakukan untuk mencegah instruksi

yang bias pada waktu pelaksanaan tes.

Jika seorang peserta didik yang berbahasa asing/bahasa daerah

selain Bahasa Indonesia, maka harus diupayakan untuk menyediakan

alat-alat asesmen yang sesuai dengan bahasa yang dipergunakan oleh

peserta didik. Hal ini tidak hanya diperuntukkan bagi orang-orang yang

berbicara di luar Bahasa Indonesia namun juga bagi mereka yang cara

komunikasinya tidak mempergunakan bahasa lisan atau bahasa isyarat.

Misalnya, jika peserta didik yang mengalami gangguan pendengaran

melakukan komunikasi lewat bahasa isyarat, maka asesmennya juga

harus dilakukan dengan bahasa isyarat.

Page 26: LANDASAN TEORITIS Pelatihan Sebagai Bentuk Pendidikan …a-research.upi.edu/operator/upload/t_pkkh_0908275_chapter2(1).pdf · “Pelatihan sebagai bagian pendidikan yang menyangkut

48

Alat-alat asesmen tidak boleh melakukan pembedaan

berdasarkan kondisi keterbatasan. Kecuali kalau tujuan asesmen ialah

untuk mempelajari masalah kecacatan, sejumlah tes serta prosedur-

prosedur lainnya harus menghindari persoalan peserta didik. Misalnya,

jika tujuan asesmen ialah untuk mempelajari pencapaian atau prestasi

dalam hal membaca, seorang peserta didik yang mengalami gangguan

kemampuan motorik tidak harus dituntut untuk menulis jawabannya.

Asesmen harus bersifat komprehensif yang tidak mengabaikan

satu aspek saja, sejumlah sumber harus dikonsultasikan untuk

mendapatkan informasi tentang seorang peserta didik. Baik tentang

kesehatan, penglihatan, pendengaran, status sosial serta status

emosional, kecerdasan umum, kemampuan akademik, kemampuan

komunikasi serta kemampuan motorik mungkin perlu dipertimbangkan.

Jika bidang-bidang kebutuhan potensial tersebut dianggap cukup

penting bagi siswa yang tengah dinilai.

Asesmen juga harus bersifat multidisipliner. Tim harus terdiri

dari para profesional yang mewakili beberapa bidang disiplin ilmu,

termasuk sekurang-kurangnya seseorang yang banyak mengetahui

tentang keterbatasan (cacatan) yang diduga diderita oleh seorang siswa.

Alat-alat asesmen harus merupakan alat penilaian yang baik

yang telah divalidasi untuk tujuan yang spesifik di mana alat-alat

tersebut akan dipergunakan. Alat-alat tersebut harus memiliki kualitas

teknis yang cukup untuk menjamin serta memastikan hasil-hasil yang

Page 27: LANDASAN TEORITIS Pelatihan Sebagai Bentuk Pendidikan …a-research.upi.edu/operator/upload/t_pkkh_0908275_chapter2(1).pdf · “Pelatihan sebagai bagian pendidikan yang menyangkut

49

akurat. Jika tujuannya untuk mempelajari pencapaian keterampilan

membaca, maka instrumen yang dipilih harus merupakan penilaian

pencapaian membaca yang cukup valid.

Asesmen juga harus dilakukan oleh para profesional yang

terlatih. Aturan-aturan pelaksanaan, penilaian serta aturan-aturan

interpretasi yang selanjutnya disusun dalam manual asesmen, harus

dilakukan secara cermat dan seksama.

3. Asesmen bagi Guru

Para guru mempergunakan teknik asesmen informal setiap hari

saat mereka mengobservasi perilaku dari seorang peserta didik di dalam

kelas. Atau menilai tugas atau karya seorang peserta didik atau

mewawancarai seorang peserta didik, untuk menemukan sebuah pola

kesalahan atau mewawancarai seorang peserta didik tentang sejumlah

prosedur yang telah dipergunakan.

Keuntungan utama dari teknik asesmen informal ialah untuk

menyesuaikan program pengajaran dengan kebutuhan belajar peserta

didik. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan biro scholastic.com

(1996):

“The assessment used needs to match the purpose of assessing. Formal or standardized measures should be used to assess overall achievement, to compare a student's performance with others at their age or grade, or to identify comparable strengths and weaknesses with peers. Informal assessments sometimes referred to as criterion referenced measures or performance based measures, should be used to inform instruction.The most effective teaching is based on identifying performance objectives, instructing according to these objectives, and then assessing these performance objectives. Moreover, for any objectives not attained, intervention activities to re-teach these objectives are necessary”.

Page 28: LANDASAN TEORITIS Pelatihan Sebagai Bentuk Pendidikan …a-research.upi.edu/operator/upload/t_pkkh_0908275_chapter2(1).pdf · “Pelatihan sebagai bagian pendidikan yang menyangkut

50

Kesimpulan dari pendapat tersebut adalah bahwa asesmen

informal yang dirujuk untuk menilai kinerja serta digunakan untuk

sebuah instruksi dalam pengajaran yang efektif berdasarkan atas

tujuan-tujuan yang telah dirumuskan.

Teknik-teknik tersebut menyediakan informasi tentang tingkat

gambaran terbaru peserta didik, membantu dalam pemilihan tujuan-

tujuan pembelajaran, memperlihatkan atas modifikasi pembelajaran,

mendokumentasikan kemajuan peserta didik, serta menyarankan arah

untuk asesmen lebih lanjut. Dan sesmen menganjurkan terfokus pada

kemampuan peserta didik yang berfungsi sebagai pengujian terstruktur,

penilaian-penilaian informal sangat mendekati kondisi peserta didik di

dalam kelas.

Manfaat asesmen informal tidak hanya untuk mengevaluasi

keberadaan peserta didik namun juga untuk mempelajari seting-seting

pembelajaran serta tugas-tugas pembelajaran. Serta diperbolehkan

menggunakan pendekatan lingkungan terhadap studi kebutuhan khusus.

Sejumlah alat atau instrumen dirancang untuk menjelaskan

kondisi terkini, bukan untuk memprediksi gambaran/keadaan di masa

yang akan datang. Dengan asesmen informal, keberadaan peserta

didik dikaitkan dengan persoalan pembelajaran seperti dengan

rangkaian tugas-tugas pembelajaran dalam kurikulum sekolah.

Sebagian besar alat atau instrumen informal tidak distandarisasikan,

dan sedikit diantaranya menyediakan informasi tentang reliabilitas

Page 29: LANDASAN TEORITIS Pelatihan Sebagai Bentuk Pendidikan …a-research.upi.edu/operator/upload/t_pkkh_0908275_chapter2(1).pdf · “Pelatihan sebagai bagian pendidikan yang menyangkut

51

serta validitas. Jika para guru merancang asesmen informal untuk

digunakan di dalam kelas mereka, harus ada informasi tentang kualitas

pengukuran secara ilmiah yang tersedia, kecuali jika informasi tersebut

dikumpulkan oleh guru itu sendiri.

4. Kreteria untuk Memilih Alat-Alat Asesmen

Untuk menyusun sejumlah atau serangkaian prosedur untuk

mencegah pelaksanaan penilaian serta penempatan yang tidak tepat

maka perlu adanya efektifitas sebuah asesmen. Pernyataan tersebut

sesuai dengan pendapat beberapa penulis dalam tulisannya yang

berjudul efficiency and effectivess in assessment antara lain:

McLoughlin dan Lewis (1986):

“one purpose of the education for all handicapped children act

of 1975, was the establishment of set procedures to guard agains inappropriate assessment and placement practices. as table suggests,this law provides safeguards to prevent reoccurrence of pass abuses. Although appropriate assessment procedures are mandated, it's regulations, and the state laws resulting from it, actual practice may fall short of intended goals. However, special education laws do attempt to describe an exemplary system for assessment of handicapped students”.

Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa untuk

menjaga penilaian yang tidak tepat dan untuk mencegah terulangnya

kesalahan untuk itu dibuatkan suatu peraturan pendidikan berkebutuhan

khusus sebagai gambaran keteladanan dalam asesmen terhadap peserta

didik berkebutuhan khusus. Menurut Hornby & Laing (2003) dalam

artikel Assessment Survey Report No 1: Efficiency and Effectivitness

in Assessment, http://www4.rgu.ac.uk/files sebagai berikut:

Page 30: LANDASAN TEORITIS Pelatihan Sebagai Bentuk Pendidikan …a-research.upi.edu/operator/upload/t_pkkh_0908275_chapter2(1).pdf · “Pelatihan sebagai bagian pendidikan yang menyangkut

52

“efficiency and effectivess in assessment. To be useful and to satisfy the criteria for being “good”, assessment methods must be both effective and efficient. Thus in evaluating various assessment methods some key questions need to be addressed. These can be listed below under two broad sets of criteria (a) Educational Effectiveness Criteria and (b) Management and Resources Efficiency Criteria”.

Kesimpulan dari pendapat Hornby & Laing untuk

menciptakan suatu alat asesmen yang efektif dan efisien dalam rangka

memenuhi kreteria yang baik perlu adanya pertanyaan kunci yang tepat,

kata kunci itu terletak pada efektivitas pendidikan dan ketenagaan yang

efisien. Sebuah alat yang efisien akan menghasilkan informasi yang

dibutuhkan dengan membutuhkan waktu serta upaya yang minimum.

Pelaksanaan, persiapan yang dilakukan oleh seorang penguji, penilaian

terhadap hasil-hasil asesmen, serta interpretasi data semuanya

merupakan faktor yang harus dipertimbangkan.

Kemudahan dalam penggunaan juga akan mempengaruhi

efisiensi; semakin sulit sebuah prosedur biasanya akan menghabiskan

lebih banyak waktu dan memiliki kemungkinan kekeliruan yang lebih

besar. Sejumlah asesmen dianggap efektif dan efisien jika hasil-

hasilnya sangat menghargai waktu serta upaya pesert didik oleh para

guru. Jika tidak ada penilaian yang tepat untuk sebuah tugas asesmen

untuk menghasilkan sebuah alat yang cukup komprehensif dalam

mengumpulkan informasi yang dibutuhkan, atau sebuah instrumen dan

strategi pengumpulan data yang dapat dimodifikasi agar sesuai dengan

Page 31: LANDASAN TEORITIS Pelatihan Sebagai Bentuk Pendidikan …a-research.upi.edu/operator/upload/t_pkkh_0908275_chapter2(1).pdf · “Pelatihan sebagai bagian pendidikan yang menyangkut

53

tujuan asesmen dan karakteristik peserta didik, maka pembuatan

program pembelajaran kurang sesuai dengan kebutuhan peserta didik.

5. Observasi, Analisis Kerja, dan Analisis Tugas

Dasar yang dipergunakan untuk asesmen adalah menggunakan

teknik observasi, analisa kerja, dan analisa tugas, jadi seseorang yang

akan melakukan asesmen terhadap peserta didik harus menguasai

teknik tersebut. Seperti pendapat McLoughlin dan lewis (1986:89)

adalah sebagai berikut:

“These are fundamental assessment strategies basic to all types of assessment. Skill in the use of these procedures is critical for any assessment professional. These techniques allow the direct examination of student behaviors, tasks, and settings without the introduction of test tasks. They are more important tools for gathering assessment information in the classroom, where they olso serve as instructional tools”.

Dari uraian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa observasi,

analisis kerja, dan analisis tugas merupakan strategi asesmen yang

mendasar. Untuk itu bagi setiap profesional dalam asesmen harus

menguasai teknik tersebut. Di samping itu juga berfungsi sebagai

pengumpulan informasi dalam penilaian di kelas.

Teknik-teknik tersebut memungkinkan dilakukannya asesmen

langsung terhadap perilaku peserta didik, tugas, serta performen siswa

tanpa meberikan tugas-tugas tes. Teknik-teknik tersebut merupakan

alat yang cukup penting untuk mengumpulkan informasi asesmen di

dalam kelas.

6. Observasi dalam Asesmen

Page 32: LANDASAN TEORITIS Pelatihan Sebagai Bentuk Pendidikan …a-research.upi.edu/operator/upload/t_pkkh_0908275_chapter2(1).pdf · “Pelatihan sebagai bagian pendidikan yang menyangkut

54

Para guru mempergunakan teknik observasi sebagai cara

mengumpulkan informasi yang hasilnya dapat digunakan untuk

pembuatan program pembelajaran, atau sebagai bahan pelengkap

pengumpulan informasi untuk perbaikan belajar peserta didik. Seperti

yang di tuliskan McLoughlin dan lewis tentang observasi (1986:89)

adalah sebagai berikut:

“systematic observation techniques assist the teacher to specify, record, and analyze student behaviors. in the most basic type observation, the teacher simply observes and record all the behaviors a student exhibits during some set time period”.

Pendapat tersebut dapat disimpulkan sebagai berikut bahwa

teknik observasi merupakan teknik yang sistematik dalam membantu

guru untuk menentukan, merekam, dan menganalisa perilaku siswa.

Dalam pengamatan jenis yang paling dasar, guru hanya mengamati dan

merekam semua perilaku sebuah aktivitas peserta didik selama

beberapa waktu yang ditetapkan oleh guru.

Teknik-teknik observasi yang sistematis membantu seorang

guru untuk menspesifikasi, mencatat, serta menganalisa perilaku siswa

dalam sebagian besar tipe observasi, guru benar-benar mengobservasi

serta mencatat seluruh perilaku yang diperlihatkan oleh seorang siswa

selama periode waktu tertentu. Selain itu sebuah upaya juga dilakukan

untuk identifikasi terhadap setiap kejadian serta setiap konsekuensi dari

setiap perilaku peserta didik, menyediakan informasi tentang

bagaimana setiap kegiatan dalam lingkungan mungkin mempengaruhi

pelayanan pendidikan bagi peserta didik.

Page 33: LANDASAN TEORITIS Pelatihan Sebagai Bentuk Pendidikan …a-research.upi.edu/operator/upload/t_pkkh_0908275_chapter2(1).pdf · “Pelatihan sebagai bagian pendidikan yang menyangkut

55

Langkah berikutnya dalam merencanakan sebuah observasi

ialah menentukan alat. Sejumlah pertanyaan yang harus dijawab

mencakup: Kapan dan di mana observasi akan dilaksanakan?, Berapa

lama periode observasi akan berlangsung dan berapa kali observasi

akan dilakukan?, Siapa yang akan bertindak sebagai observer?,

Bagaimana data observasional akan dicatat? Para guru juga

mempergunakan observasi untuk mempelajari tugas para peserta didik

untuk mendapatkan sebuah contoh dari pekerjaan peserta didik

misalnya: saat ujian tertulis, sebuah soal essay, sebuah karya seni, atau

bahkan sebuah rekaman tanggapan membaca lisan atau diskusi yang

dilakukan di dalam kelas kemudian menganalisanya untuk menentukan

keberhasilan serta bidang di mana peserta didik mungkin memerlukan

bantuan.

7. Pencatatan Hasil Asesmen

Pencatatan asesmen informal terhadap potensi peserta didik

dalam bidang kemampuan di sekolah sebagai bahan perbandingannya

adalah kurikulum. Pencatatan merupakan sebuah alat penyaringan yang

tidak bermaksud untuk mengasesmen penguasaan setiap fakta, konsep

serta sub kemampuan dalam sebuah bidang tertentu. Karena asesmen

hanya menilai kemampuan-kemampuan yang sesuai (representative),

maka sebagai contohnya sebuah pencatatan berbahasa mungkin

menyajikan beberapa fakta persoalan meskipun tidak semuanya,

beberapa fakta pra membaca serta membaca awal serta fakta membaca

Page 34: LANDASAN TEORITIS Pelatihan Sebagai Bentuk Pendidikan …a-research.upi.edu/operator/upload/t_pkkh_0908275_chapter2(1).pdf · “Pelatihan sebagai bagian pendidikan yang menyangkut

56

lanjut. Tujuannya ialah untuk mengidentifikasi pada kemampuan

secara umum peserta didik dalam bidang kurikulum.

Pencatatan mungkin dibuat oleh seorang guru dan guru-guru

harus memahami langkah-langkah yang tercakup dalam perancangan

sebuah pencatatan sehingga sebuah asesmen dapat dibuat, jika sebuah

asesmen yang tepat belum tersedia. Proses pencatan dari asesmen

selanjutnya dipergunakan untuk membuat laporan yang sebelumnya

data disimpulkan dan diinterpetasikan.

8. Iterpretasi, Laporan, dan Menggunakan Data Asesmen

Tahap selanjutnya dalam asesmen adalah menganalisis dan

melaporkan hasil dari keseluruhan asesmen, dalam hal ini adalah

keperluan dari asesmen itu sendiri. Langkahnya melalui proses

identifikasi siswa terhadap kesulitan belajarnya, melanjutkan proses

pengalihtanganan bila diperlukan tenaga ahli lain untuk mendapatkan

data atau penangan khusus, merancangan sebuah Program Pengajaran

Individual (PPI), pengadministrasian hasil asesmen, dan

menginterprestasikan tentang prosesdur asesmen peserta didik.

Proses asesmen diarahkan oleh sebuah kumpulan pertanyaan

asesmen, sebelum pelayanan pendidikan khusus diberikan kepada

peserta didik, tentang: masalah pembelajaran di sekolah, hubungan

dengan kondisi peserta didik, dan kebutuhan pendidikan setiap peserta

didik.

Page 35: LANDASAN TEORITIS Pelatihan Sebagai Bentuk Pendidikan …a-research.upi.edu/operator/upload/t_pkkh_0908275_chapter2(1).pdf · “Pelatihan sebagai bagian pendidikan yang menyangkut

57

Melalui proses dari bagian-bagian tersebut di atas informasi dan

prosedur tersebut untuk memenuhi program pembelajaran. Pertanyaan-

pertanyaan dalam asesmen harus memuat dan melaporkan serta

interpretasi hasilnya harus sesuai tujuan, dan dapat digunakan sebagai:

menyusun kebutuhan akan pendidikan seperti: program tahunan, obyek

pembelajaran, dan layanan pendidikan khusus dan layanan-layanan

yang terkait serta kebutuhan yang diperlukan dalam program

pembelajaran.

9. Pelaporan Hasil Asesmen

Interpretasi dan pelaporan hasil asesmen dipandu oleh sebuah

kumpulan prinsip dasar seperti dibuatkan sebuah format yang

terstruktur. Ketika menganalisis dan melaporkan hasil asesmen, guru

harus mengingat bahwa alasan untuk membuat rujukan adalah

menjawab pertanyaan yang ada dalam pertanyaan asesmen.

Interpretasi dan laporannya sebaiknya berupa tulisan, dan guru

harus memprosesnya di dalam sebuah urutan yang baik untuk

memberikan sebuah gambaran dari masalah-masalah yang dihadapi

oleh peserta didik khususnya dalam belajar.

Komponen-komponen laporan hasil asesmen antara lain:

a. Identifikasi data.

Mengidentifikasi informasi adalah sesuatu yang pokok dan harus

jelas serta menyeluruh. Data itu menyangkut:

Page 36: LANDASAN TEORITIS Pelatihan Sebagai Bentuk Pendidikan …a-research.upi.edu/operator/upload/t_pkkh_0908275_chapter2(1).pdf · “Pelatihan sebagai bagian pendidikan yang menyangkut

58

1) Peserta didik

Nama, alamat, dan nomor telepon. Usia, Tempat/tanggal lahir, Jenis

kelamin, nama orang tua, alamat.

2) Alamat Sekolah

Jenjang pendidikan, kelas, nama sekolah, alamat sekolah, nomor

telepon sekolah, dan nama kepala sekolah, nama guru, tanggal

pengujian, tanggal pelaporan, nama tim penguji.

3) Rujukan Hasil Asesmen.

Hasil asesmen peserta didik dirujuk kepada pembuatan program

pendidikan karena untuk keperluan peserta didik itu sendiri.

Atau alasannya melibatkan masalah pembelajaran misalnya

tentang membaca, menulis, atau berbicara. Para guru, orang tua,

dan pihak lainnya dapat juga terlibat terhadap dalam layanan

terhadap peserta didik yang memerlukan penanganan secara

bersama-sama atau berkesinambungan. Laporan harus ditanda

tangani tim asesmen.

b. Latar belakang peserta didik

Pada bagian ini menerangkan semua informasi tentang latar

belakang kesehatan, pendidikan, dan perilaku sosial peserta didik.

Gunanya untuk melaporkan secara singkat, laporan data yang

signifikan dan spesifik. Laporan data ini dilakukan sebelum asesmen

dimulai untuk menghindari salah pengarahan. Selain itu untuk

menghindari pembuatan asesmen atau interpretasi informasi yang

salah.

Page 37: LANDASAN TEORITIS Pelatihan Sebagai Bentuk Pendidikan …a-research.upi.edu/operator/upload/t_pkkh_0908275_chapter2(1).pdf · “Pelatihan sebagai bagian pendidikan yang menyangkut

59

c. Observasi

Pengamatan perilaku siswa selama asesmen dapat menjadi

data yang sangat relevan. Seorang peserta didik bisa saja diketahui

bahwa dia mengalami gangguan perhatian, ragu-ragu, suka memaksa

teman, suka bertanya, dan lain sebagainya. Perilaku-perilaku

tersebut dapat mengindikasikan strategi belajar sebagaimana respon

mereka terhadap pelaksanaan asesmen nantinya. Kecemasan, lelah,

kesedihan secara emosional, dan faktor lainnya dapat berakibat

dalam hasil asesmen.

Komponen esensial tersebut dapat menyediakan latar belakang

informasi dan kontekstual yang dapat digunakan untuk

menginterpretasikan data asesmen.

d. Penyusunan Laporan

Laporan diperlukan dalam pembahasan data asesmen dan

informasi lainnya diarahkan oleh panduan-panduan asesmen, yang

akan memfasilitasi penggabungan data pada keterampilan-

keterampilan yang berbeda dari berbagai sumber sehingga laporan

lebih lengkap.

e. Kesimpulan dan Rangkuman

Setelah menganalisis dan membahas beberapa masalah

belajar peserta didik, kemudian menyimpulkan aspek –aspek utama

dan menampilkan sebuah pandangan terintegrasi terhadap

kekurangan dan kelebihan peserta didik.

Page 38: LANDASAN TEORITIS Pelatihan Sebagai Bentuk Pendidikan …a-research.upi.edu/operator/upload/t_pkkh_0908275_chapter2(1).pdf · “Pelatihan sebagai bagian pendidikan yang menyangkut

60

Bagian ini bukanlah sebuah pengulangan dari semua aspek

yang telah dibuat, namun, aspek penting dari kemampuan peserta

didikdan ketidakmampuannya harus dimasukkan untuk memberikan

arah yang jelas dalam pembuatan rekomendasi.

Pertama, berikan tanda-tanda keseluruhan dari tingkat fungsi

di semua yang diasesmen, spesifikasikan kekuatan dan kelemahan.

Ke dua, laporkan tingkat kemampuan terkini untuk tiap bagian

secara terpisah, termasuk kelemahan dan kekuatannya. Ke tiga,

sebutkan keterampilan yang sudah dikuasai dan yang belum secara

lebih detail. Ke empat, berikan tanda-tanda hubungan yang baik di

antara berbagai macam masalah dan efek yang mungkin dari

hubungan permasalahan.

f. Rekomendasi

Asesmen ini adalah awal untuk menentukan kejelasan bagi

pelayanan pendidikan khusus atau sebuah asesmen ulang, hasilnya

harus ditransformasikan ke dalam rekomendasi. Ada beberapa

pertimbaangan yang esensial dalam memberikan rekomendasi yang

menghubungkan dengan pertanyaan-pertanyaan asesmen:

kurikulum, pelayanan khusus dan, lingkungan.

Adanya korelasi kebutuhan pendidikan, tujuan program

tahunan, dan sasaran, maka jenis pendidikan khusus dan pelayanan

yang terkait, penempatan pendidikan yang tidak membatasi dan

harus sesuai dengan peserta didik.

Page 39: LANDASAN TEORITIS Pelatihan Sebagai Bentuk Pendidikan …a-research.upi.edu/operator/upload/t_pkkh_0908275_chapter2(1).pdf · “Pelatihan sebagai bagian pendidikan yang menyangkut

61

Rekomendasi tersebut dapat dikonseptualisasikan sebagai

syarat ketika membuat format PPI, hasil asesmen digunakan untuk

membuat: pernyataan tentang kekuatan dan kelemahan peserta didik,

merumuskan tujuan pembuatan program tahunan dan sasaran

pembelajaran tiap semester, layanan pendidikan yang dibutuhkan,

program pendidikan apabila peserta didik bersekolah di kelas

inklusif, dan jadual untuk proses remedial terhadap peserta didik.

10. Menyiapkan Program Pengajaran Individual (PPI)

PPI seharusnya dirancang dalam forum antar unsur sekolah,

orang tua siswa, dan dewan sekolah sambil menjelaskan hasil asesmen.

Tim perancang PPI harus mencakup seseorang yang mengenal hasil

asesmen, informasi dasar PPI harus juga disiapkana dalam laporan

asesmen. Beberapa komponen PPI dapat diambil secara langsung dari

laporan asesmen, sedangkan aspek lain dari perencanaan diputuskan

dari sebuah kombinasi data asesmen dan faktor-faktor lainnya. Tim

yang merancang PPI harus memikirkan secara serius pada hal-hal yang

spesifik karean data asesmen adalah satu-satunya sumber pengarahan

dalam pembuatan program.

Tahapan-tahapan berikut mengindikasikan bagaimana caranya

untuk membuat elemen-elemen utama dari sebuah PPI dari data

penilaian dan sumber-sumber lainnya: tingkat kemampuan

pendidikan peserta didik pada saat ini, tujuan pembelajaran tahunan,

sasaran program semester, pendidikan khusus yang sesuai dengan

Page 40: LANDASAN TEORITIS Pelatihan Sebagai Bentuk Pendidikan …a-research.upi.edu/operator/upload/t_pkkh_0908275_chapter2(1).pdf · “Pelatihan sebagai bagian pendidikan yang menyangkut

62

peserta didik dan pelayanan-pelayanan yang dibutuhkan, alokasi

waktu yang cukup, jadual pelajaran, dan evaluasi dan remedial.

11. Tim Diskusi

Ketika hasil asesmen dilaporkan dan digunakan untuk

merencanakan PPI atau perubahan pembelajaran adalah sebuah

tahapan yang penting. Hasil-hasil asesmen harus dibagi dan

didiskusikan dengan para guru, para professional yang dibutuhkan,

orang tua peserta didik, atau dewan sekolah.

Penjelasan dari hasil asesmen harus dilaporkan ke dalam

forum diskusi, dan di dalam situasi ini mungkin akan banyak

masukan, diupayakan pertemuan ini efektif, agar dalam pembuatan

program belajar dapat maksimal. Konsep yang diuraikan tersebut

adalah mengenai pengertian asesmen informal secara umum serta

teknik melakukan asesmen, pada pembahasan berikut ini adalah

konsep asesmen pra membaca sebagai materi pelatihan untuk

meningkatkan kemampuan guru.

12. Asesmen Pra Membaca

Aspek keterampilan pra membaca terdiri dari dua, yaitu:

1) Kesadaran Linguistik

Unsur kesadaran linguistik yang berpengaruh dalam

keterampilan membaca seperti:

a) Fonem

Kesadaran fonem adalah suatu kelompok suara yang sedikit

berbeda tetapi semuanya dianggap mempunyai fungsi yang

Page 41: LANDASAN TEORITIS Pelatihan Sebagai Bentuk Pendidikan …a-research.upi.edu/operator/upload/t_pkkh_0908275_chapter2(1).pdf · “Pelatihan sebagai bagian pendidikan yang menyangkut

63

sama dengan penutur bahasa atau dialek yang

bersangkutan. Tautan yang serupa tentang kesadaran fonem

diposkan oleh time for learning (2011), Phonemic

Awareness, mendifinisikan fonem adalah sebagai berikut:

“Phonemic awareness deals with the structure of sounds and words. Phonemic awareness is the understanding that words are made up of sounds which can be assembled in different ways to make different words. Once a child has phonemic awareness, they are aware that sounds are like like building blocks that can be used to build all the different words”.

Konsep tersebut menjelaskan bahwasanya persyaratan

untuk membaca diperlukan adanya kesadaran hubungan

antara fonem dalam kata, kesadaran pendengaran terhadap

kata, setelah anak memiliki kesadaran fonem maka anak

dapat menggunakannya untuk membuat kata yang lainnya.

Kesadaran tersebut juga meliputi bunyi fonem pada kata

dan banyaknya bunyi fonem pada kata.

b) Morfem ((kesadaran panjang pendek pada kata)

Morfem adalah suatu rangkaian suara yang terkecil dari

bahasa, dan bahasa merupakan rangkaian dari kata-kata

yang terdiri dari satu, dua morfem atau lebih. Seperti uraian

Lelly dan Ulman dalam Santrock dalam Wibowo

(2008:68):

“ Sebagaimana aturan yang mengatur fonem memastikan urutan suara tertentu terjadi, aturan yang mengatur morfem memastikan bahwa serangkaian

Page 42: LANDASAN TEORITIS Pelatihan Sebagai Bentuk Pendidikan …a-research.upi.edu/operator/upload/t_pkkh_0908275_chapter2(1).pdf · “Pelatihan sebagai bagian pendidikan yang menyangkut

64

suara tertentu terjadi dalam urutan tertentu dan sesuai dengan aturan lainnya”.

Kesimpulan dari pendapat tersebut adalah bahwa

fonem mengatur urutan suara tertentu dan penyesuaian

suara dengan aturan lainnya.

c) Semantik (kesadaran semantik) Semantik berarti makna dari kata atau kalimat, setiap kata

mempunyai ciri semantik sendiri. Dalam linguistik,

semantik merupakan bagian yang dikhususkan untuk

mempelajari arti, seperti yang melekat pada tingkat kata,

frasa, kalimat, dan unit wacana yang lebih luas (teks).

d) Sintaksis (kesadaran sintaksis)

Pengertian sintaksis menurut Kamus Bahasa Indonesia

(Online: 2011) adalah: “pengaturan dan hubungan kata

dengan kata atau dengan satuan lain yang lebih besar; (2)

cabang linguistik tertentu susunan kalimat dan bagiannya;

ilmu tata kalimat; (3) sub-sistem bahasa yang mencakup hal

tersebut”. Pengertian tersebut menjelaskan bahwa ilmu

sintaksis bahasa itu merupakan rangkaian antara kata

dengan kata atau kalimat.

2) Persepsi Visual (Visual Perception)

Wikepedia (2011) “persepsi visual adalah kemampuan untuk

menginterpretasikan informasi dan sekitarnya dari efek cahaya

Page 43: LANDASAN TEORITIS Pelatihan Sebagai Bentuk Pendidikan …a-research.upi.edu/operator/upload/t_pkkh_0908275_chapter2(1).pdf · “Pelatihan sebagai bagian pendidikan yang menyangkut

65

mencapai mata”. Pengertian tersebut mengandung arti bahwa

pengamatan merupakan proses menanggapi informasi melalui

penglihatan. Dalam proses ini melibatkan unsur perhatian,

penafsiran, serta penyimpanan didalam memori.

Persepsi visual ini sangat berperan penting dalam proses belajar

khususnya membaca. Apabila seseorang mengalami gangguan

dalam proses persepsi visual ini maka akan mengalami

hambatan di dalam mengidentivikasi bentuk bidang/ ruang,

huruf, dan kata. Ada empat jenis persepsi visual, antara lain:

a) Visual Diskriminasi (mencocokkan bentuk)

Kemampuan mengamati perbedaan pemandangan, yang

diterapkan pada sebuah gambar yang hampir seruapa tetapi

tidak sama, anak yang siap membaca tentunya dapat

mengelompokkan gambar yang benar-benar sama

bentuknya. Karena apabila diterapkan dalam keterampilan

membaca anak harus bisa membedakan huruf-huruf yang

hampir sama pola maupun bentuknya.

b) Visual Spasial (Mencocokan Bentuk Ruang)

Pengertian kesadaran visual spasial menurut Rochyadi

(2010) adalah sebagai berikut:

”hubungan keruangan (spatial relation), menunjuk

pada persepsi tentang posisi berbagai objek dalam ruang. Dimensi fungsi visual ini mengimplikasikan persepsi tentang tempat suatu objek atau simbol (gambar, huruf, angka) dan hubungan keruangan yang

Page 44: LANDASAN TEORITIS Pelatihan Sebagai Bentuk Pendidikan …a-research.upi.edu/operator/upload/t_pkkh_0908275_chapter2(1).pdf · “Pelatihan sebagai bagian pendidikan yang menyangkut

66

menyatu dengan sekitarnya. Dalam membaca, kata-kata harus dilihat sebagai keseluruhan yang terpisah yang dikelilingi oleh ruang.”.

Dari pengertian tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa

hubungan spasial bengan membaca adalah kemampuan anak

untuk mepersepsi posisi obyek atau simbul pada suatu

ruangan yang tidak terpisah sehingga dalam membaca antara

kata yang satu dengan yang lainnya saling berhubungan.

c) Visual Figur and Ground

Pengertian figure and ground ini adalah berfokus pada obyek

dan mengabaikan latar belakang, adalah keterampilan

persepsi dalam memilih detail gambar tanpa kesalahan

walaupun ada latar belakang atau gambar sekitarnya.

Keterampilan ini sangat berguna bagi anak bila dihadapkan

pada informasi visual pada suatu waktu.

d) Visual Memori (ingatan)

Visual memori merupakan bagian dari memori melestarikan

beberapa karakteristik dari indra berkaitan dengan

pengalaman visual. Seperti yang di ungkapkan Farrald &

Schamber dalam Cusimano dalam artikel online (20030

“Students should be able to create visual images of life in the mind of a stimulus, such as words, and once the stimulus is removed, to be able to imagine or remember this picture without help. Various researchers have claimed that as many as eighty percent of all learning takes place through the eye with a visual memory that exists as an important aspect of learning”.

Page 45: LANDASAN TEORITIS Pelatihan Sebagai Bentuk Pendidikan …a-research.upi.edu/operator/upload/t_pkkh_0908275_chapter2(1).pdf · “Pelatihan sebagai bagian pendidikan yang menyangkut

67

Kesimpulan dari pendapat tersebut adalah bahwa peserta

didik harus mampu membuat bayangan dalam pikirannya,

seperti kata, atau gambar setelah kata atau gambar sudah

tidak terlihat lagi, untuk dapat membayangkan atau

mengingat gambar ini tanpa bantuan.

Berbagai peneliti telah menyatakan bahwa sebanyak delapan

puluh persen dari seluruh pembelajaran terjadi melalui mata

dengan memori visual yang ada sebagai aspek penting dalam

belajar.