50
ZAHRA FARAS SUKMA 1102014291 FK B 2014 PBL IPT SKENARIO 3 1. Memahami dan Menjalaskan Plasmodium 1.1 Klasifikasi plasmodium merupakan genus protozoa parasit. Penyakit yang disebabkan oleh genus ini dikenal sebagai malaria. Parasit ini sentiasa mempunyai dua inang dalam siklus hidupnya: vektor nyamuk dan inang vertebra. Sekurang-kurangnya sepuluh spesies menjangkiti manusia. Spesies lain menjangkiti hewan, termasuk burung, reptilia dan hewan pengerat. Taksonomi dari Plasmodium. Kingdom : Protista Kelompok : Protozoa Phylum : Apicomplexa Kelas : Coccidia Ordo : Eucococidiorida Family : Plasmodidae Genus : Plasmodium sp. Spesies Plasmodium : 1. Plasmodium vivax: menyebabkan malaria tertiana 2. Plasmodium falciparum: menyebabkan malaria tertiana maligna 3. Plasmodium malariae : menyebabkan malaria kuartana 4. Plasmodium ovale : menyebabkan malaria teriana 1.2 Morfologi Plasmodium vivax Pada trofozid muda terdapat bentuk cincin, eritrosit membesar, dan mulai tampak titik schuffner.Pada trofozoid tua sitoplasma berbentuk ameboid, titik schuffner jelas.Pada skizon muda, inti membelah 4-8 skizon matang inti membelah 12-24 buah, dan pigmen kuning tengguli.Pada makrogametosit bulat, sitoplasma berwarna biru, initi kecil, padat berwarna merah.Pada mikrogametosit bulat, sitoplasma pucat, biru kelabu

langkah 3 ipt3

Embed Size (px)

DESCRIPTION

kkh

Citation preview

ZAHRA FARAS SUKMA

1102014291

FK B 2014

PBL IPT SKENARIO 3

1. Memahami dan Menjalaskan Plasmodium

1.1 Klasifikasi

plasmodium merupakan genus protozoa parasit. Penyakit yang disebabkan oleh genus inidikenal sebagai malaria. Parasit ini sentiasa mempunyai dua inang dalam siklushidupnya: vektor nyamuk dan inang vertebra. Sekurang-kurangnya sepuluh spesiesmenjangkiti manusia. Spesies lain menjangkiti hewan, termasuk burung, reptilia danhewan pengerat.

Taksonomi dari Plasmodium.

Kingdom : Protista

Kelompok : Protozoa

Phylum: Apicomplexa

Kelas: Coccidia

Ordo: Eucococidiorida

Family: Plasmodidae

Genus: Plasmodium sp.

Spesies Plasmodium :1. Plasmodium vivax: menyebabkan malaria tertiana2. Plasmodium falciparum: menyebabkan malaria tertiana maligna3. Plasmodium malariae: menyebabkan malaria kuartana4. Plasmodium ovale: menyebabkan malaria teriana

1.2 Morfologi

Plasmodium vivax

Pada trofozid muda terdapat bentuk cincin, eritrosit membesar, dan mulai tampak titik schuffner.Pada trofozoid tua sitoplasma berbentuk ameboid, titik schuffner jelas.Pada skizon muda, inti membelah 4-8 skizon matang inti membelah 12-24 buah, dan pigmen kuning tengguli.Pada makrogametosit bulat, sitoplasma berwarna biru, initi kecil, padat berwarna merah.Pada mikrogametosit bulat, sitoplasma pucat, biru kelabu inti pucat.Plasmodium vivax menyebabkan malaria tertiana (malaria tertiana begigna).

Plasmodium falciparum :

Trofozoid muda (bentuk cincin) eritrosit tidak membesar dan terdapat titik maurer.Hanya ada satu parasit dalam sebuah eritrosit.Pada trofozid (multipel) terdapat lebih dari satu parasit dalam sebuah eritrosit.Skizon muda jumlah inti 2-6, pigmen sudah menggumpal warna hitam.Skizon matang inti membelah 8-24.Makrogametosit bentuk pisang, agak lonjong, plasma biru, inti padat kecil, pigmen di sekitar inti.Mikrogametosit bentuk sosis, plasma pucat, merah muda, inti tidak padat, pigmen tersebar.Plasmodium falciparum menyebabkan malaria topika (malaria tertiana maligna)

Plasmodium malariae:

Stadium trofozoid muda dalam darah tepi tidak berbeda dengan plasmodium vivax, meskipun sitoplasmanya lebih tebal dan pada pulasan giemza lebih gelap.Trofozoid yang lebih tua bila membulat besarnya setengah eritrosit.Pada sediaan darah tipis, stadium trofozoid dapat melintang di sepanjang sel darah merah dan membentuk seperti pita.Skizon dengan enam hingga dua belas merozoit yang biasanya tersusun dengan konfigurasi rosette.Plasmodium malariae menyebabkan malaria quartana pada manusia.

PlasmodiumOvale :

Plasmodium yang terutama ditemukan di Afrika timur dan tengah.Trofozoid muda berukuran kira-kira 2 mikron (1/3 eritrosit).titik schufner terbentuk saat dini dan tampak jelas. stadium trofozoid berbentuk bulat dan kompak dengan granula pigmen yang lebih kasar tetapi tidak sekasar pigmen P.malariae.pada stadium ini eritrosit agak membesar dan sebagian besar berbentuk lonjong.Stadium gamettosit betina bentuk bulat.puna inti kecilkompak dan sitoplasma warna biru.gametosit jantan punya inti difus.sitoplasma warna pucat kemerah-merahan berbentuk bulat.Plasmodium ovale menyebabkan malaria ovale.

1.3 Siklus hidup

Fase vertebrata

Bila nyamuk terinfeksi Plasmodium menghisap darah vertebrata, nyamuk menginjeksikan air ludahnya (saliva) yang berisi sporozoit yang kecil dan memanjang masuk kedalam aliran darah. Pada dasarnya sporozoit bentuknya mirip dengan Emeria atau parasit coccidia dengan panjang 10-15 um dan diameter 1 um.

Begitu masuk aliran darah sporozoit langsung menghilang dalam waktu 1 jam. Ternyata mereka masuk kedalam parenchym hati atau organ internal lainnya. Fase ini disebut fase Pre erytrocytic atau exoerytrocytic primer (schizogony). Begitu masuk kedalam sel hati, parasit bermetamorfosis menjadi trophozoit. Trophozoit memakan cytoplasma dari sel hospes secara pynositosis. Setelah sekitar 1 minggu, trophozoit menjadi masak dan mulai mengalami proses scizogony. Sejumlah anak nuclei terbentuk dan berubah bentuk menjadi schizont yang disebut Merozoid. Dalam masa pembelahan inti, membrana nukleus tetap utuh. Mitokondria membesar pada saat terjadi perkembangan trophozoit menjadi banyak mitokondria. Merozoit yang terbentuk terjadi setelah proses cytokinesis. Merozoit lebih pendek daripada sporozoit. Merozoit masuk ke sel hati lainnya dan membentuk schizont dan kemudian membentuk merozoit lagi.

Merozoit meninggalkan sel hati berpenetrasi ke dalam sel erytrocyt, ini adalah awal fase erytrocytic. Begitu masuk erytrocyt, merozoit berubah bentuk menjadi trophozoit lagi. Cytoplasma sel darah dimakan dan membentuk vacuola cincin cytoplasma dengan nukleus berada dipinggirnya. Pada saat trophozoit tumbuh, vacuola menjadi tidak jelas, tetapi terlihat granula pigmen dari hemozoin dari vacuola. Hemozoin adalah produk dari digesti parasit asal hemoglobin dari hospes tetapi bukan degradasi dari bagian hemoglobin.

Parasit cepat berkembang menjadi schizont. Bilamana perkembangan merozoit telah sempurna, maka sel pecah kemudian keluar sel metabolik dari parasit dan residu dari sel hospes termasuk hemozoin. Banyak merozoit dibunuh oleh sel reticulo endothelial dan leucocyt, tetapi masih ada sejumlah merozoit yang berparasit dalam sel hospes.

Setelah beberapa generasi proses reproduksi asexual tersebut, beberapa merozoit masuk kedalah sel erytrocyt dan membentuk Macrogametocyt dan microgametocyt, berbentuk agak pipih dan mengandung hemozoin. Gametocytogenesis mungkin juga terjadi dalam hati. Bila tidak termakan nyamuk, gametocyt segera akan mati atau dimakan oleh sel phagocyt dalam sistem reticulo endothelial.

Fase invertebrata

Bila erytrocyt yang mengandung gemetocyt dihisap oleh nyamuk yang bukan vektor (tidak cocok), maka darah akan didigesti dan parasit akan mati. Tetapi bila dihisap oleh nyamuk vektor (cocok) maka gametocyt berkembang menjadi gamet. Secara alami hanya nyamuk betina yang menghisap darah. Hospes yang cocok pada parasit Plasmodium adalah nyamuk Anopheles spp. Setelah keluar dari erytrocyt, macrogametocyt masak dan menjadi macrogamet. Dilain pihak microgamet berubah bentuk menjadi exflagelasi. Begitu microgamet menjadi extraseluler, dalam waktu 10-12 menit, nucleus membelah diri menjadi 6-8 anak nuclei, dimana setiap nuclei berkembang menjadi axonema. Pada saat dinding microgamet pecah setiap flagella yang mengandung nuclei bergerak keluar bebas mencari macrogamet dan berpenetrasi sehingga terjadi fertilisasi. Hasilnya adalah zygot diploid yang dengan cepat berkembang menjadi ookinete yang motil dengan bentuk yang memanjang. Ookinete berpenetrasi ke membran periothropic dinding usus nyamuk, bermigrasi ke haemocel usus dan berubah bentuk menjadi oocyt. Oocyt ditutupi oleh capsul segera setelah keluar dari haemocel. Selama perjalanannya tersebut zygot membelah diri secara haploid dengan banyak inti sel disebut mitokondria dan inclusion lainnya. Sporoblast membelah menjadi ribuan sporozoit. Sporozoit ini memecah oocyst dan keluar bermigrasi dalam tubuh nyamuk, kemudian masuk kedalam kelenjar ludah nyamuk menunggu untuk diinjeksikan ke hospes vertebrata.

2. Memahami dan Menjalaskan Malaria

2.1 Definisi

Malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh parasit malaria bentuk aseksual yang masuk kedalam tubuh manusia lewat gigitan nyamuk Anopheles betina.

2.2 Epidemiologi

Infeksi malaria menyebar pada lebih dari 100 negara di benua Afrika, Asia, Amerika (bagian Selatan) dan daerah Oceania dan kepulauan Caribia. Lebih dari 1,6 triliun manusia terpapar oleh malaria dengan dugaan morbilitas 200-300 jta dan mortalitas lebih dari 1 juta pertahun. Beberapa daerah yang bebas malaria yaitu Amerika Serikat, Canada, Megara di Eropa (kecuali Rusia), Israel, Singapura, Hongkong, Japan, Taiwan, Korea, Brunei dan Australia. Negara tersebut terhindar dari malaria karena vector kontrolnya yang baik; walaupun demikian di Negara tersebut makin banyak dijumpai kasus malaria ynag diimport karena pendatang dari Negara malaria atau penduduknya mengunjungi daerah-daerah malaria.

P. falciparum dan P.malariae umumnya dijumpai pada semua Negara dengan malariae; di Afrika, Haiti, dan Papua Nugini umumnya P.falciparum; P.vivax banyak di Amerika Latin. Di Amerika Selatan, Asia Tenggara, Negara Oceania dan India umumnya P.falciparum dan P.vivax. P.ovale biasanya hanya di Afrika. Di Indonesia kawasan timur ulai dari Kalimantan, Sulawesi Tengah sampai ke Utara, Maluku, Irian Jaya dan dari Lombok sampai Nusa Tenggara Timur serta Timor Timur merupakan darah daerah endemis malaria dengan P. falciparum dan P. vivax. Beberapa daerah di Sumatera mulai dari Lampung, Riau, Jambi dan Batam kasus malaria cenderung meningkat.

Tingginya side positive rate (SPR) menentukan endemisitas suatu daerah dan pola klinis penyakit malaria akan berbeda. Secara tradisi endemisitas daerah dibagi menjadi :

HIPOENDEMIK : bila parasite rate atau spleen rate 0-10%

MESOENDEMIK : bila parasite rate atau spleen rate 10-50%

HIPERENDEMIK : bila parasite rate atau spleen rate 50-75%

HOLOENDEMIK : bila parasite rate atau spleen rate >75%

Parasite rate dan spleen rate ditentukan pada anak-anak usia 2-9 tahun. Pada daerah holoendemik banyak penderita anak-anak dengan anemia berat, pada daerah hiperendemik dan mesoendemik mulai banyak malaria serebral pada usia kanak-kanak (2-10 tahun), sedangkan pada daerah hipoendemik/daerah tidak stabil banyak dijumpai malaria serebral, malaria dengan gangguan fungsi hati atau gangguan fungsi ginjal pada usia dewasa.

Angka limpa adalah presentase orang dengan pembesaran limpa dalam suatu masyarakat. Pemeriksaan ini dapat dilakukan dengan berbagai cara yaitu cara Hackett dan cara Schuffner

Pembesaran limpa yang diukur dengan cara Hackett :

0 = bila pada pernapasan dalam, limfa tidak teraba

1 = bila pada pernapasan dalam, limfa teraba

2 = limpa membesar sampai batas dari garis melalui arcus costae dan pusar umbilikulus

3 = limpa > sampai garis melalui pusar

4 = limpa > sampai batas dari garis melalui pusar dan simfisis

5 = limpa > sampai garis melalui simfisis

2.3 Etiologi

Malaria disebabkan oleh parasit sporozoa Plasmodium yang ditularkan melalui gigitan nyamuk anopheles betina infektif. Sebagian besar nyamuk anopheles akan menggigit pada waktu senja atau malam hari, pada beberapa jenis nyamuk puncak gigitannya adalah tengah malam sampai fajar.

Plasmodium sebagai penyebab malaria terdiri dari 4 spesies:

Plasmodium vivax

Plasmodium vivax

Plasmodium falciparum

Plasmodium malariae

Selain oleh gigitan nyamuk, malaria dapat ditularkan melalui transfuse darah yang tercemar atau dari ibu hamil kepada bayinya.

2.4 Patogenesis

Patogenesis malaria akibat dari interaksi kompleks antara parasit, inang dan lingkungan.Patogenesis lebih ditekankan pada terjadinya peningkatan permeabilitas pembuluh darahdaripada koagulasi intravaskuler. Oleh karena skizogoni menyebabkan kerusakaneritrosit maka akan terjadi anemia. Beratnya anemi tidak sebanding dengan parasitemiamenunjukkan adanya kelainan eritrosit selain yang mengandung parasit. Hal ini didugaakibat adanya toksin malaria yang menyebabkan gangguan fungsi eritrosit dan sebagianeritrosit pecah melalui limpa sehingga parasit keluar. Faktor lain yang menyebabkanterjadinya anemia mungkin karena terbentuknya antibodi terhadap eritrosit (Harijanto,2000)Limpa mengalami pembesaran dan pembendungan serta pigmentasi sehingga mudahpecah. Dalam limpa dijumpai banyak parasit dalam makrofag dan sering terjadifagositosis dari eritrosit yang terinfeksi maupun yang tidak terinfeksi. Pada malariakronis terjadi hyperplasia dari retikulosit diserta peningkatan makrofag Pada malaria berat mekanisme patogenesisnya berkaitan dengan invasi merozoit kedalam eritrosit sehingga menyebabkan eritrosit yang mengandung parasit mengalamiperubahan struktur dan biomolekular sel untuk mempertahankan kehidupan parasit.Perubahan tersebut meliputi mekanisme, diantaranya transport membran sel,Sitoadherensi, Sekuestrasi dan Resetting (Harijanto, 2000)Sitoadherensi merupakan peristiwa perlekatan eritrosit yang telah terinfeksi P.falciparum pada reseptor di bagian endotelium venule dan kapiler. Selain itu eritrositjuga dapat melekat pada eritrosit yang tidak terinfeksi sehingga terbentuk roset(Harijanto, 2006).Resetting adalah suatu fenomena perlekatan antara sebuah eritrosit yang mengandungmerozoit matang yang diselubungi oleh sekitar 10 atau lebih eritrosit non parasit,sehingga berbentuk seperti bunga. Salah satu faktor yang mempengaruhi terjadinya. Resetting adalah golongan darah dimana terdapatnya antigen golongan darah A dan Byang bertindak sebagai reseptor pada permukaan eritrosit yang tidak terinfeksi.Menurut pendapat ahli lain, patogenesis malaria adalah multifaktorial dan berhubungandengan hal-hal sebagai berikut:1. Penghancuran eritrositFagositosis tidak hanya pada eritrosit yang mengandung parasit tetapi juga terhadaperitrosit yang tidak mengandung parasit sehingga menimbulkan anemia danhipoksemia jaringan. Pada hemolisis Intravascular yang berat dapat terjadihemoglobinuria (Black White Fever) dan dapat menyebabkan gagal ginjal. 2. Mediator endotoksin-makrofag.Pada saat skizogoni, eritrosit yang mengandung parasit memicu makrofag yangsensitive endotoksin untuk melepaskan berbagai mediator. Endotoksin mungkinberasal dari saluran cerna dan parasit malaria sendiri dapat melepaskan faktornekrosis tumor (TNF) yang merupakan suatu monokin, ditemukan dalam peredarandarah manusia dan hewan yang terinfeksi parasit malaria. TNF dan sitokin dapatmenimbulkan demam, hipoglikemia, dan sindrom penyakit pernapasan pada orangdewasa3. Sekuestrasi eritrosit yang terlukaEritrosit yang terinfeksi oleh Plasmodium dapat membentuk tonjolan-tonjolan(knobs) pada permukaannya. Tonjolan tersebut mengandung antigen dan bereaksidengan antibodi malaria dan berhubungan dengan afinitas eritrosit yang mengandungparasit terhadap endothelium kapiler alat dalam, sehingga skizogoni berlangsung disirkulasi alat dalam. Eritrosit yang terinfeksi menempel pada endothelium danmembentuk gumpalan yang mengandung kapiler yang bocor dan menimbulkanAnoksia dan edema jaringan

2.5 Patofisiologis

Terjadinya infeksi oleh parasit Plasmodium ke dalam tubuh manusia dapat terjadi melalui duacara yaitu :1. Secara alami melalui gigitan nyamuk anopheles betina yang mengandung parasit malaria

Induksi yaitu jika stadium aseksual dalam eritrosit masuk ke dalam darah manusia, misalnyamelalui transfuse darah, suntikan, atau pada bayi yang baru lahir melalui plasenta ibu yangterinfeksi (congenital).Patofisiologi malaria sangat kompleks dan mungkin berhubungan dengan hal-hal sebagai berikut:1. Penghancuran eritrosit yang terjadi oleh karena :-Pecahnya eritrosit yang mengandung parasit-Fagositosis eritrosit yang mengandung dan tidak mengandung parasitAkibatnya terjadi anemia dan anoksia jaringan dan hemolisis intravaskuler2. Pelepasan mediator Endotoksin-makrofagPada proses skizoni yang melepaskan endotoksin, makrofag melepaskan berbagai mediatorendotoksin.3. Pelepasan TNFMerupakan suatu monokin yang dilepas oleh adanya parasit malaria. TNF ini bertanggungjawab terhadap demam, hipoglikemia, ARDS.4. Sekuetrasi eritrositEritrosit yang terinfeksi dapat membentuk knob di permukaannya. Knob ini mengandungantigen malaria yang kemudian akan bereaksi dengan antibody. Eritrosit yang terinfeksi akanmenempel pada endotel kapiler alat dalam dan membentuk gumpalan sehingga terjadibendungan Pada malaria berat mekanisme patogenesisnya berkaitan dengan invasi merozoit kedalam eritrosit sehingga menyebabkan eritrosit yang mengandung parasit mengalamiperubahan struktur dan biomolekular sel untuk mempertahankan kehidupan parasit.Perubahan tersebut meliputi mekanisme, diantaranya transport membran sel,Sitoadherensi, Sekuestrasi dan Resetting Sitoadherensi merupakan peristiwa perlekatan eritrosit yang telah terinfeksi P.falciparum pada reseptor di bagian endotelium venule dan kapiler. Selain itu eritrositjuga dapat melekat pada eritrosit yang tidak terinfeksi sehingga terbentuk rosetResetting adalah suatu fenomena perlekatan antara sebuah eritrosit yang mengandungmerozoit matang yang diselubungi oleh sekitar 10 atau lebih eritrosit non parasit,sehingga berbentuk seperti bunga. Salah satu faktor yang mempengaruhi terjadinyaResetting adalah golongan darah dimana terdapatnya antigen golongan darah A dan Byang bertindak sebagai reseptor pada permukaan eritrosit yang tidak terinfeksi.Menurut pendapat ahli lain, patogenesis malaria adalah multifaktorial dan berhubungandengan hal-hal sebagai berikut:1. Penghancuran eritrositFagositosis tidak hanya pada eritrosit yang mengandung parasit tetapi juga terhadaperitrosit yang tidak mengandung parasit sehingga menimbulkan anemia danhipoksemia jaringan. Pada hemolisis Intravascular yang berat dapat terjadihemoglobinuria (Black White Fever) dan dapat menyebabkan gagal ginjal2. Mediator endotoksin-makrofag.Pada saat skizogoni, eritrosit yang mengandung parasit memicu makrofag yangsensitive endotoksin untuk melepaskan berbagai mediator. Endotoksin mungkinberasal dari saluran cerna dan parasit malaria sendiri dapat melepaskan faktornekrosis tumor (TNF) yang merupakan suatu monokin, ditemukan dalam peredarandarah manusia dan hewan yang terinfeksi parasit malaria. TNF dansitokin dapatmenimbulkan demam, hipoglikemia, dan sindrom penyakit pernapasan pada orangdewasa. (Pribadi, 2000)

3. Sekuestrasi eritrosit yang terlukaEritrosit yang terinfeksi oleh Plasmodium dapat membentuk tonjolan-tonjolan(knobs) pada permukaannya. Tonjolan tersebut mengandung antigen dan bereaksidengan antibodi malaria dan berhubungan dengan afinitas eritrosit yang mengandungparasit terhadap endothelium kapiler alat dalam, sehingga skizogoni berlangsung disirkulasi alat dalam. Eritrosit yang terinfeksi menempel pada endothelium danmembentuk gumpalan yang mengandung kapiler yang bocor dan menimbulkanAnoksia dan edema jaringan

2.6 Manifestasi klinis

Malaria mempunyai gambaran karakteristik demam periodic, anemia, dan splenomegaly. Masa inkubasi bervariasi pada masing-masing plasmodium. Keluhan prodromal dapat terjadi sebelum terjadinya demam berupa kelesuan, malaise, sakit kepala, sakit belakang, merasa dingin di punggung, nyeri sendi dan tulang, demam ringan, anoreksia, perut tak enak, diare ringan, dan kadang-kadang dingin. Keluhan prodromal sering terjadi pada Plasmodium vivax dan Plasmodium ovale, sedangkan pada Plasmodium falciparum dan Plasmodium malariae keluhan prodromal tidak jelas bahkan gejala dapat mendadak.

Gejala klasik yaitu terjadinya Trias Malaria secara berurutan : periode dingin (15-60 menit) : mulai mengigil, penderita sering membungkus diri dengan selimut atau sarung dan pada saat menggigil sering seluruh badan bergetar dan gigi-gigi saling terantuk, diikuti dengan meningkatnya temperature; diikuti dengan periode panas : muka penderita merah, nadi cepat, dan panas badan tetap tinggi beberapa jam, diikuti dengan keadaan berkeringat; kemudian periode berkeringat : penderita berkeringat banyak dan temperature turun, dan penderita merasa sehat. Trias malaria lebih sering terjadi pada infeksi Plasmodium vivax , pada Plasmodium falciparum menggigil dapat berlangsung berat atau tidak ada. Periode tidak panas berlangsung 12 jam pada Plasmodium falciparum, 36 jam pada Plasmodium vivax dan Plasmodium ovale, 60 jam pada Plasmodium malariae.

Anemia merupakan gejala yang sering dijumpai pada infeksi malaria. Beberapa mekanisme terjadinya malaria adalah : pengrusakan eritrosit oleh parasite, hambatan eritropoiesis sementara, hemolysis oleh karena proses complement mediated immune complex, eritrofagositosis, panghambatan pengeluaran retikulosit, dan pengaruh sitokin. Pembesaran limpa (splenomegaly) sering dijumpai pada penderita malaria, limpa akan teraba setelah 3hari sejak serangan infeksi akut, limpa menjadi bengkak, nyeri dan hiperemis. Limpa merupakan organ yang penting dalam pertahan tubuh terhadap infeksi malaria, penelitian pada binatang percobaan limpa menghapuskan eritrosit yang terinfeksi melalui perubahan metabolism, antigenic dan rheological dari eritrosit yang terinfeksi.

Beberapa keadaan klinik dalam perjalanan infeksi malaria ialah :

Serangan primer : yaitu keadaan mulai dari akhir masa inkubasi dan mulai terjadi serangan paroksismal yang terdiri dari dingin/mengigil, panas dan berkeringat. Serangan paroksimal ini dapat pendek atau panjang tergantung dari perbanyakan penyakit dan keadaan immunitas penderita.

Periode latent : yaitu periode tanpa gejala dan tanpa parasitemia selama terjadinya infeksi malaria. Biasanya terjadi diantara 2 keadaan paroksismal.

Recrudescense : berulangnya gejala klinis dan parasitemia dalam masa 8 minggu sesudah berakhirnya serangan primer.

Recurrence : yaitu berulangnya gejala klinik atau parasitemia setelah 24 minggu berakhirnya serangan primer.

Relaps atau Rechute : ialah berulangnya gejala klinik atau parasitemia yang lebih lama dari waktu diantara serangan periodic dari infeksi primer yaitu setelah periode yang lama dari masa latent (sampai 5 tahun), biasanya terjadi karena infeksi tidak sembuh atau oleh bentuk diluar eritrosit (hati) pada malaria vivax atau ovale.

P.vivax:

Sindrom prodromal: sakit kepala, nyeri punggung, mual, dan malaise umum.

Demam tidak teratur pada 2-4 hari pertama, kemudian menjadi intermitten dengan perbedaan yang nyata pada pagi dna sore hari, mulai jelas dengan stadium menggigil, panas, dan berkeringat yang klasik. Suhu badan >40,6 0C. Mual dan muntah, pusing, mengantuk atau gejala lain akibat iritasi serebral dapat terjadi tapi hanya berlangsung sementara.

P. Malariae:

Gambaran klinis pada serangan pertama mirip malaria vivax. Serangan demam lebih teratur dan terjadi pada sore hari. Splenomegali dapat mencapai ukuran besar. Parasitemia asimtomatik tidak jarang dan menjadi masalah pada donor darah untuk transfuse.

P. Ovale:

Gejala klinis malaria ovale mirip malaria vivax. Serangannya sama hebat tetapi penyembuhan sering secara spontan dan relapsnya lebih jarang.

P. Falciparum:

Nyeri kepala, punggungm dan ekstremitas, perasaan dingin, mual, muntah atau diare ringan. Demam mungkin tidak ada atau ringandan penderita tidak tampak sakit. Ketika penyakit berlangsung terus maka nyeri kepala, punggung dan ekstremitas lebih hebat dan keadaan umum memburuk. Penderita tampak gelisah, pikau mental (mental confussion). Demam tidak teratur dan tidak menunjukan periodisitas yang jelas. Keringat keluar banyak walaupun demamnya tidak tinggi. Nadi dan napas menjadi cepat. Mual, muntah dan diare menjadi lebih hebat, kadang-kadan batuk oleh karena kelainan paru.

2.7 Diagnosis dan diagnosis banding

Diagnosa

AnamnesisPada anamnesis, sangat penting diperhatikan:a. Keluhan utama: demam, menggigil, berkeringan dan dapat disertai sakit kepala, mual, muntah, diare dan nyeri otot atau pegal-pegal.b. Riwayat berkunjung dan bermalam 1-4 minggu yang lalu ke daerah endemik malaria.c. Riwayat tinggal di daerah endemik malariad. Riwayat sakit malariae. Riwayat minum obat malaria satu bulan terakhirf. Riwayat mendapat transfusi darahSelain hal di atas, pada penderita tersangka malaria berat, dapat ditemukan keadaansebagai berikut:a. Gangguan kesadaran dalam berbagai derajatb. Keadaan umum yang lemah (tidak bisa duduk/berdiri)c. Kejang-kejangd. Mata atau tubuh kuninge. Perdarahan hidung, gusi atau saluran pencernaanf. Nafas cepat dan atau sesak nafasg. Muntah terus menerus dan tidak dapat makan minumh. Warna air seni seperti the tua dan dapat sampai kehitaman

i. Jumlah air seni kurang (oliguria) sampai tidak ada (anuria)j. Telapak tangan sangat pucat.Pemeriksaan FisikPada pemeriksaan fisik, didapat kondisi pasien antara lain:a. Demam (pengukuran dengan termometer > 37,5Cb. Konjungtiva atau telapak tangan pucatc. Pembesaran limpa (splenomegali)d. Pembesaran hati (hepatomegali)Pada tersangka malaria berat, ditemukan tanda-tanda klinis sebagai berikut:a. Temperatur rektal 40Cb. Nadi cepat dan lemah/kecilc. Tekanan darah sistolik 40 kali permenit pada balita,anak di bawah 1 tahun >50 kali per menit.e. Penurunan derajat kesadaran dengan Glasgow coma scale (GCS) 10 parasit dalam 1 LPB)ii. KuantitatifJumlah parasit dihitung per mikro liter darah pada sediaan darah tebal(leukosit) atau sediaan darah tipis (eritrosit)Contoh:Bila dijumpai 1500 parasit per 200 leukosit, sedangkan jumlah leukosit8.000/uL, maka hitung parasit = 8.000/200 x 1500 parasit = 60.000 parasit/uL.

Untuk penderita tersangka malaria berat, perlu memperhatikan hal-hal sebagaiberikut:1. Bila pemeriksaan sediaan darah pertama negatif, perlu diperiksa ulang setiap 56jam sampai 3 hari berturut-turut.2. Bila hasil pemeriksaan sediaan darah tebal selama 3 hari berturut-turut tidakditemukan parasit maka diagnosis malaria disingkirkan.b. Pemeriksaan tes diagnostik cepat (RDT)Mekanisme kerja tes ini berdasarkan deteksi antigen parasit malaria, denganmenggunakan metode imunokromatografi, dalam bentuk dipstick. Tes ini sangatbermanfaat pada unit gawat darurat, pada saat terjadi kejadian luar biasa dan didaerah terpencil yang tidak tersedia fasilitas lab serta untuk survei tertentu.Tes yang tersedia di pasaran saat ini mengandung:1. HRP-2 (Histidine rich protein 2) yang diproduksi oleh trophozoit, skizon, dangametosit muda P. falciparum.2. Enzim parasite lactate dehydrogenase (p-LDH) dan aldolase yang diproduksioleh parasit untuk aseksual atau seksual P. falciparum, P. vivax, P. ovale, P.malariae.Kemampuan rapid test yang beredar pada umumnya ada 2 jenis, yaitu:1. Single, yang mampu mendiagnosis hanya infeksi P. falciparum.2. Combo, yang mampu mendiagnosis infeksi-infeksi P. falciparum dan nonfalciparumOleh karena teknologi baru sangat perlu untuk memperhatikan kemampuansensitivity dan specificity dari alat ini. Dianjurkan untuk menggunakan rapid testdengan kemampuan minimal sensitivity 95% dan specificity 95%. Hal yang pentinglainnya adalah penyimpanan RDT ini sebaiknya dalam lemari es tetapi tidak dalamfreezer pendingin.c. Pemeriksaan penunjang untuk malaria berat1. Hemoglobin dan hematokrit2. Hitung jumlah leukosit & trombosit3. Kimia darah lain (gula darah, serum bilirubin, SGOT & SGPT, alkali fosfatase,albumin/globulin, ureum, kreatinin, natrium dan kalium, analisis gas darah)4. EKG5. Foto toraks6. Analisis cairan serebrospinalis7. Biakan darah dan uji serologi8. Urinalisis

Diagnosis banding

Manifestasi klinis malaria sangat bervariasi dari gejala yang ringan sampai berat. Malariatanpa komplikasi harus dapat dibedakan dengan penyakit infeksi lain sebagai berikut:a. Demam tifoidDemam lebih dari 7 hari ditambah keluhan sakit kepala, sakit perut (diare, obstipasi),lidah kotor, bradikardi relatif, roseola, leukopenia, limfositosis relatif, aneosinofilia,uji Widal positif bermakna, biakan empedu positif. b. Demam dengueDemam tinggi terus menerus selama 2 7 hari, disertai keluhan sakit kepala, nyeritulang, nyeri ulu hati, sering muntah, uji torniquet positif, penurunan jumlahtrombosit dan peninggian hemoglobin dan hematokrit pada demam berdarah dengue,tes serologi inhibisi hemaglutinasi, IgM atau IgG anti dengue positif.c. Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA)Batuk, beringus, sakit menelan, sakit kepala, manifestasi kesukaran bernafas antaralain: nafas cepat/sesak nafas, tarikan dinding dada ke dalam dan adanya stridor.d. Leptospirosis ringanDemam tinggi, nyeri kepala, mialgia, nyeri perut, mual, muntah, conjunctivalinjection (kemerahan pada konungtiva bola mata), dan nyeri betis yang menyolok.Pemeriksaan serologi Microscopic Agglutination Test (MAT) atau tes Leptodipstikpositif.e. Infeksi virus akut lainnya.Malaria berat atau malaria dengan komplikasi dibedakan dengan penyakit infeksi lainsebagai berikut:a. Radang otak (meningitis/ensefalitis)Penderita panas dengan riwayat nyeri kepala yang progresif, hilangnya kesadaran,kaku duduk, kejang dan gejala neurologis lainnya.b. Stroke (gangguan serebrovaskuler)Hilangnya atau terjadi gangguan kesadaran, gejala neurologik lateralisasi(hemiparese atau hemiplegia), tanpa panas, ada penyakit yang mendasari (hipertensi,diabetes mellitus, dan lain-lain).c. Tifoid EnsefalopatiGejala demam tifoid ditandai dengan penurunan kesadaran dan tanda-tanda demamtifoid lainnya.d. HepatitisProdromal hepatitis (demam, mual, nyeri pada hepar, muntah, tidak bisa makandiikuti dengan timbulnya ikterus tanpa panas), mata atau kulit kuning, urin sepertiair teh. Kadar SGOT dan SGPT meningkat >5 kali.

2.8 Komplikasi

Komplikasi malaria umumnya di sebabkan oleh plasmodium falciparum dan sering di sebut pernicious manifestations. Sering terjadi mendadak dan tanpa gejala-gejala sebelumnya dan sering terjadi pada penderita yang tidak imun dan wanita hamil. Komplikasi sering terjadi 5-10% dan 20% merupakan kasus yg fatal. Malaria dengan komplikasi umumnya di golongkan sebagai malaria berat yang menurut WHO di golongkan sebagai infeksi plasmodium falciparum dengan 1 atau lebih komplikasi sebagai berikut:

1. Malaria serebal (coma)

Yang tidak di sebabkan oleh penyakit lain atau lebih dari 30 menit setelah serangan kejang penurunan kesadaran harus di lakukan penilaian berdasarkan GSC ialah di bawah 7 atau equal dengan keadaan klinis soporous. Sebagian penderita terjadi ganguan kesadaran yang lebih ringan seperti apati somonolen delirium dan perubahan tingkah laku,k ejang kaku kuduk dan hemiparese dapat terjadi walau cukup jarang. Dalam pemeriksaan divergen, pupil ukuran normal dan reaktif, funduskopi normal atau dapat terjadi pendarahan ,sedangkan anal reflex dapat hilang. Keadaan ini sering di sertai dengan hiverpentilasi. Lama koma pada orang dewasa 2-3 hari dan pada anak 1 hari. Diduga pada malaria serebral terjadi sumbatan kapiler pembuluh darah otak sehingga terjadi anoksia otak. Sumbatan tersebut terjadi karena eritrosit yng mengandung parasit sulit melalui pembuluh kapiler proses sitoaderensi dan sekuekstrasi parasit.

1. Gagal ginjal

Kelainan fungsi ginjal pada penderita orang dewasa. Kelainan ini dapat pre renal karena dehidrasi dan hanya 5-10% di sebabkan oleh nekrosis tubulus akut. Ganguan ini diduga karena anoksia karena penurunan aliran darah ke ginjal akibat sumbatan kapiler sebagai akibat penurunan filtrasi pada glomerulus. Secara klinis dapat terjadi fase oliguria atau pun poliuria. Pemeriksaan urin yang di perlukan yaitu urin mikroskopik, berat jenis urin , natrium, kalium, ureum, kreatinin, analisa gas darah ,produksi urin. Beberapa resiko yang dapat menyebabkan Gagal Ginjal Akut adalah hiperparasitemia , hipotensi, ikterus, hemoglobinuri. dan ditandai dengan penurunan kesadaran berupa apatis, disorientasi, somnolen, stupor, spoor, koma.dan terdapat ganguan metabolism seperti asidosis, hipoglikemia, terjadi karena proses patologis.

1. Kelainan hati (Malaria biliosa)

Jaundice atau ikterus di jumpai pada infeksi malaria falsiarum.

1. Hipoglikemia

Keadan terminal pada binatang sebagai malaria berat. Hal ini di sebabkan karena kebutuhan metabolic dari parasit telah menghabiskan cadangan glikogen dalam hati. Hipoglikemia dapat tanpa gejala pada penderita dengan keadan umum yang berat artaupun penurunan kesadaran. Penyebab hipoglikemi karena pemberian terapi kina yg bnyak, kegagalan glukogeneogenesis pada penderita dengan ikterik, hiperparasitemia oleh karena parasit mengkonsumsi karbohidrat, dan pada malaria tanpa komplikasi hipoglikemia dapat terjdi dan sulit di obati secara konvensionil karena hipoglikemia yg persisten karena hiperinsulinemia akibat kina.

1. Blackwater Fever (Malaria Haemoglobinuria)

Suatu syndrome dengan gejala dengan karakteristik serangan akut, menggigil, demam, hemolisis, intravascular, hemoglubinuri, dan gagal ginjal. Terjadi karena p.falcifarum yang tidak imun yang beulang-ulang dapat terjadi pada penderrita tanpa kekurangan ansim G-6-PD dan parasit falsifarum atau pun dengan penderita kekurangan G-6-PD yg biasanya disebabkan pemberian Primakuin.

1. Malaria Algid

Terjadi syok paskular ditandai dengan hipotensi, perubahan pertahan perifer dan berkurangnya ferfusi jaringan, gambaran klinik berupa perasaan dingin, basah kulit, temperatur rektal tinggi, kulit tidak elastic, pucat pernapasan dangkal, nadi cepat, tekanan darah turun, tekanan sistolik tidak teratur sering dikaitkan dengan septisemia gram negative.

1. Kecenderungan pendarahan

Pendarahan spontan berupa pendarahan gusi, epistaksis, pendarahan di bawah kulit petakie, purpura, hematoma, dapat terjadi sebagai komplikasi malaria tropika. Pendarahan ini dapat terjadi karna trombositopenia karena pengaruh sitokinin atau gangguan koagulasi intravaskuler atau gangguan fungsi hati.

1. Edema paru

Sering terjadi pada malaria dewasa dan jarang terjadi pada anak. Komplikasi paling berat di banding malaria tropika dan sering menyebabkan kematian. Dapat terjadi karena kelebihan cairan atau adult respiratory distress syindrom, kehamilan, malaria serebral, hiperparasitemi, hipotensi, asidosis, dan uremi. Adanya peningkatan respirasi adalah gejala awal. Pemeriksaan radiologic di jumpai peningkatan gambaran bronkovaskuler tanpa pembesaran jantung

2.9 Penatalaksanaan

Berdasarkan kerjanya pada tahapan perkembangan plasmodium, antimalaria dibedakan atas :

a. Skizontosid darah

Untuk mengendalikan serangan klinik digunakan skizontosid darah yang bekerja terhadap merozoit di eritrosit (fase eritrosit). Dengan demikian tidak terbentuk skizon baru dan tidak terjadi penghancuran eritrosit yang menmbulkan gejala klinik.

Contoh golongan obat ini ialah klorokuin, kuinin, meflokuin, halofantrin, dan qinghaosu (artemisinin).

Antimalaria golongan antifolat dan antibiotik, juga merupakan skizontosid darah, tetapi kurang efektif dan kerjanya lambat.

Pengobatan supresi ditujukan untuk menyingkirkan semua parasit dalam tubuh pasien dengan memberikan skizontosid darah dalam waktu yang lebih lama dari masa hidup parasit.

b. Skizontosid jaringan

Pada pencegahan kausal digunakan skizontosid jaringan yang bekerja pada skizon yang baru memasuki hati. Dengan demikian tahap infeksi eritrosit dapat dicegah dan transmisi lebih lanjut dihambat.

Kloroguanid (proguanil) efektif untuk profilaksis kausal malaria palciparum. Meskipun primakuin juga memiliki aktivitas terhadap P. falciparum, obat yang berpotensi toksik ini dicadangkan untuk penggunaan klinik yang lain.

Pencegahan relaps juga menggunakan skizontosid jaringan. Senyawa ini bekerja pada bentuk laten jaringan P. vivax dan P. ovale, setelah bentuk primernya di jaringan hati dilepaskan ke sirkulasi skizon jaringan dimanfaatkan untuk profilaksis terminal atau penyembuhan terminal.

Untuk profilaksis terminal obat tersebut diberikan segera sebelum atau segera sesudah meninggalkan daerah endemik, sedangkan untuk memperoleh penyembuhan radikal penyembuhan radikal obat tersebut diberikan selama masa infeksi laten atau selama serangan akut.

Pada saat serangan akut, skizontosid jaringan diberikan bersama skizontosid darah. Klorokuin dipakai untuk memusnahkan P. vivax dan P. ovale fase eritrosit, sedangkan skizontosid jaringan untuk memusnahkan bentuk laten jaringan yang dapat menimbulkan serangan baru lagi.

Primakuin adalah obat prototip yang digunakan untuk mencegah relaps, yang dicadangkan khusus untuk infeksi eritrosit berulang akibat plasmodia yang tersembunyi di jaringan hati.

Pengobatan radikal dimaksudkan untuk memusnahkan parasit dalam fase eritrosit dan eksoeritrosit. Untuk ini digunakan kombinasi skizontosid darah dan jaringan. Bila telah tercapai penyembuhan radikal maka individu ini diperbolehkan menjadi donor darah. Tetapi sulit untuk mencapai penyembuhan radikal karena adanya bentuk laten jaringan, kecuali pada infeksi P. falciparum.

Pengobatan untuk mengatasi serangan klinik infeksi P. falciparum juga merupakan pengobatan radikal karena kemungkinan reinfeksi besar. Pengobatan seperti ini ditujukan kepada pasien yang kambuh setelah meninggalkan daerah endemik.

c. Gametosid

Gametosid membunuh gametosit yang berada dalam eritrosit sehingga transmisinya ke nyamuk dihambat.

Klorokuin dan kina memperlihatkan efek gametosidal pada P. vivax, P. ovale dan P. malariae, sedangkan gametosit P. falciparum dapat dibunuh oleh primakuin.

d. Sporontosid

Sporontosid menghambat perkembangan gametosit lebih lanjut di tubuh nyamuk yang menghisap darah pasien, dengan demikian rantai penularan terputus. Kerja seperti ini terlihat dengan primakuin dan kloroguanid. Obat antimalaria biasanya tidak dipakai secara klinis untuk tujuan ini.

1. Klorokuin dan derivatnya

Klorokuin ( 7- kloro-4-( 4 dietilamino-1-metil-butilamino) kuinolin adalah turunan 4 aminokuinolin.

Amodiakuin dan hidroksiklorokuin merupakan turunan klorokuin yang sifatnya mirip klorokuin. Walaupun in vitro dan in vivo amodiakuin lebih aktif terhadap P. falciparum yang mulai resisten terhadap klorokuin, obat ini tidak digunakan rutin karena efek samping agranulositosis yang fatal dan toksik pada hati.

Farmakodinamik

Mekanisme kerja : menghambat aktivitas polimerase heme plasmodia. Polimerase heme plasmodia berperanan mendetoksifikasi heme ferriprotoporphyrin IX menjadi bentuk homozoin yang tidak toksik. Heme ini merupakan senyawa yang bersifat membranolitik dan terbentuk dari pemecahan haemoglobin di vakuol makanan parasit. Peningkatan heme di dalam parasit menimbulkan lisis membran parasit.

Farmakokinetik

Absorpsi absorpsi klorokuin setelah pemberian oral terjadi lengkap dan cepat, dan makanan mempercepat absorpsi ini. Sedangkan kaolin dan antasid yang mengandung kalsium dan magnesium dapat mengganggu absorpsi klorokuin. Sehingga, obat ini sebaiknya jangan diberikan bersama-sama dengan klorokuin.

Kadar puncak dalam plasma dicapai setelah 3-5 jam.

Distribusi 55% dari jumlah obat dalam plasma akan terikat pada non-diffusible plasma constituent. Klorokuin lebih banyak diikat di jaringan , pada hewan coba ditemukan klorokuin di hati, limpa, ginjal, paru, dan jaringan bermelanin sebanyak 200-700 kali kadarnya dalam plasma. Sebaliknya, otak dan medulla spinalis hanya mengandung klorokuin 10-30 kali kadarnya dalam plasma.

Metabolisme metabolisme klorokuin dalam tubuh berlangsung lambat sekali. Waktu paruh terminalnya (T ) berkisar 30-60 hari.

Ekskresi metabolit klorokuin, monodesetilklorokuin dan bisdesetilklorokuin, diekskresi melalui urin. Metabolit utamanya, monodesetilklorokuin, juga mempunyai aktivitas anti malaria. Kadarnya sekitar 20-35% dari senyawa induknya. Asidifikasi akan mempercepat ekskresi klorokuin.

Indikasi : fase eritrositer dan parasitemia serangan akut

Kontraindikasi : Penyakit hati, gangguan saluran cerna, gangguan neurologic, gangguan darah seperti G6PD, gangguan kulit berat seperti porfiria kutanea tanda dan psoriasis.

Efek samping

Dosis untuk malaria : headache, gangguan pencernaan, gangguan penglihatan, pruritus

Pemakaian kronik : headache, gangguan penglihatan, erupsi kulit likenoid, rambut putih, kelainan gelombang EKG

Dosis tinggi oral : ototoksik, retinopati menetap

Dosis tinggi parenteral : kardiotoksik

Interaksi obat

+ meflokuin menyebabkan kejang

+ antikonvulsan antikonvulsan 250000/ml atau >5%) Skizontemia dalam darah perifer Leukositosis PCV (packed cell volume) < 12% Hb 3 mg/dl Laktat dalam likuor serebrospinal meningkat SGOT meningkat > 3 kali normal Antitrombin rendah Peningkatan kadar plasma 5-nukleotidase

3 Memahami dan Menjalaskan Vektor Malaria

3.1 Morfologi

Nyamuk anophelini yang berperan sebagai vektor malaria hanyalah genus Anopheles. Di seluruh dunia, genus Anopheles jumlahnya 2000 spesies, 60 spesies di antaranya sebagai vektor malaria. Jumlah nyamuk anophelini di Indonesia 80 spesies dan 16 spesies telah dibuktikan berperan sebagai vektor malaria, yang berbeda-beda dari satu daerah ke daerah lain bergantung pada bermacam-macam faktor, seperti penyebaran geografik, iklim dan tempat perindukan.

Morfologi nyamuk anophelini berbeda jika dibandingkan dengan culicini. Telur anophelini yang diletakkan satu per satu di atas permukaan air berbentuk seperti perahu yang bagian bawahnya konveks, bagian atasnya konkaf dan mempunyai sepasang pelampung yang terletak pada sebelah lateral. Larva anophelini tampak mengapung sejajar dengan permukaan air, mempunyai bagian-bagian badan yang bentuknya khas, yaitu spirakel pada bagian posterior abdomen, tergal plate pada bagian tengah sebelah dorsal abdomen dan sepasang bulu palma pada bagian lateral abdomen. Pupa mempunyai tabung pernapasan (respiratory trumpet) yang bentuknya lebar dan pendek; digunakan untuk mengambil O2 dari udara.

Pada nyamuk dewasa palpus nyamuk jantan dan betina mempunyai panjang hampir sama dengan panjang probosisnya. Perbedaannya adalah pada nyamuk jantan ruas palpus bagian apikal berbentuk gada (club form), sedangkan pada nyamuk betina ruas tersebut mengecil. Sayap pada bagian pinggir (kosta dan vena I) ditumbuhi sisik-sisik sayap yang berkelompok membentuk gambaran belang-belang hitam dan putih. Selain itu, bagian ujung sisik sayap membentuk lengkung (tumpul). Bagian posterior abdomen tidak seruncing nyamuk Aedes dan tidak setumpul nyamuk Mansonia, tetapi sedikit melancip.

3.2 Siklus hidup

Siklus hidup anopheles terdiri dari empat stadium, yaitu telur, jentik, kepompong, dan dewasa. Stadium telur, jentik, dan kepompong berada di air, sedangkan stadium dewasa terbang bebas di udara. Telur diletakan satu persatu atau saling berlekatan pada ujungnya di permukaan air dan berpelampung. Jentik berenang bebas di air, tanpa corong udara, mempunyai rambut rambut berbentuk kipas. Posisi jentik saat istirahat sejajat dengan permukaan air. Jentik banyak dijumpai pada genangan air yang tidak terlalu kotor, seperti rawa, sawah, lading, lagun, dan sebagainya. Jentik akan tumbuh menjadi kepompong yang tidak makan. Siklus hidup dari telur sampai menjadi dewasa berlangsung antara 3-4 minggu. (Horfsall, 1955 dalam Pagaswoto, 1999)

Seperti semua nyamuk, anophelini melalui empat tahapan dalam siklus hidup mereka yaitu: telur, larva, pupa, dan dewasa. Tiga tahap pertama terjadi di perairan dan proses berlangsung selama 5-14 hari, tergantung pada spesies dan suhu lingkungan. Tahap dewasa adalah ketika nyamuk Anopheles betina bertindak sebagai vektor malaria. Betina dewasa dapat hidup sampai satu bulan (atau lebih di penangkaran) tetapi kebanyakan mungkin tidak hidup lebih dari 1-2 minggu di alam.

Telur

Betina dewasa dapat bertelur sebanyak 50-200 butir telur. Telur diletakkan secara tunggal langsung di atas air dan mengapung di atas air. Telur tidak tahan terhadap kekeringan dan menetas dalam waktu 2-3 hari, meskipun penetasan bisa memakan waktu hingga 2-3 minggu di daerah beriklim dingin.

Larva

Larva nyamuk memiliki kepala yang berkembang baik dengan sikat mulut digunakan untuk makan, sebuah thorax besar, dan perut tersegmentasi. Mereka tidak memiliki kaki. Berbeda dengan nyamuk lain, larva Anopheles tidak memiliki siphon pernapasan dan oleh karena itu mereka akan memposisikan dirinya sejajar dengan permukaan air untuk bernapas menggunakan spirakel yang terletak pada segmen perut ke-8.

Larva menghabiskan sebagian besar waktu mereka makan pada ganggang, bakteri, dan mikroorganisme lain dalam permukaan air. Mereka menyelam di bawah permukaan hanya ketika terganggu.

Larva dapat hidup di berbagai habitat tetapi sebagian besar spesies lebih menyukai air bersih, air yang tidak tercemar. Larva nyamuk Anopheles dapat ditemukan di air tawar atau air asin rawa-rawa, hutan bakau, sawah, parit berumput, tepi sungai dan sungai, dan genagan hujan sementara. Banyak spesies lebih memilih habitat dengan vegetasi. Beberapa lebih suka habitat yang tidak memiliki vegetasi. Beberapa berkembang biak di air yang terbuka, terpapar cahaya matahari. Tetapi sebagian lebih menyukai tempat yang tertutup dan redup.

Pupa

Pupa berbentuk koma bila dilihat dari samping. Kepala dan dada bergabung ke cephalothorax dengan perut melengkung. Sama seperti larva, pupa harus muncul ke permukaan untuk bernapas, mereka bernapas melalui sepasang terompet pernafasan pada cephalothorax. Durasi dari telur hingga dewasa bervariasi antara spesies dan sangat dipengaruhi oleh suhu lingkungan. Nyamuk dapat berkembang dari telur hingga dewasa hanya dalam 5 hari tetapi biasanya dalam 10-14 hari dalam kondisi tropis.

Dewasa

Seperti nyamuk lainnya anopheles memiliki badan yang ramping seperti nyamuk lainnya. Kepalanya terspesialisasi untuk menangkap sensor dan makan. Kepala anopheles terdiri dari mata dan antenna bersegmen yang panjang. Antenna penting untuk mendeteksi host dan tempat untuk bertelur dimana anopeheles betina bertelur. Kepalanya juga terditri dari proboscis yang digunakan untuk makan dan dua buah palpi. Bagian thorax terspesialisasi untuk pergerakan. Terdapat tiga pasang kaki dan sepasang sayap yang terdapat pada thorax. Abdomen terspesialisasi untuk pencernaan makanan dan pematangan telur. Badan yang bersegmen ini akan membesar ketika anopheles betina menghisap darah. Darah akan dicerna sebagai sumber protein yang akan digunakan untuk produksi telur yang perlahan lahan akan memenuhi abdomen. Sementara untuk anopheles jantan akan memakan nectar dan sumber gula lainnya. Nyamuk dewasa biasanya tidak akan hidup lebih lama dari 1-2 minggu. Kesempatan untuk bertahan hidup tergantung pada suhu dan kelembapan.

3.3 Karakter

Ada beberapa jenis vektor malaria yang perlu diketahui diantaranya :

1) Anopheles Aconitus

Tempat perindukan larva :

a. Persawahan dengan saluran irigasi

b. Tepi sungai yg airnya mengalir perlahan pada musim kemarau

c. Kolam ikan dengan tanaman rumput di tepinya (kolam air tawar)

d. Ternak yg di tempatkan satu atap dengan rumah penduduk

Sifat :

a. Zoofilik (ternak)> Antropofilik(manusia)

b. Menggigit pada saat senja dini hari (eksofagik)

c. Tempat istirahat diluar rumah, 80% dari vektor ini bisa dijumpai diluar rumah penduduk

d. Suka hinggap didaerah-daerah yang lembab, seperti dipinggir-pinggir parit, tebing sungai, dekat air yang selalu basah dan lembab.

2) Anopheles Balabacensis

Tempat perindukan larva :

a. Genangan air

b. Tepi sungai saat kemarau

c. Kolam atau sungai yang berbatu

Sifat :

a. Antropofilik > Zoofilik

b. Menggigit saat malam (Endofilik)

c. Tempat istirahat diluar rumah (sekitar kandang)

3) Anopheles Bancrofti

Tempat perindukan larva :

a. Danau dengan tumbuhan bakung

b. Rawa dengan tumbuhan pakis

c. Genangan air tawar

Sifat :

d. Zoofilik > antropofilik

e. Tempat istirahat belum jelas

4) Anopheles Barbirostris

Tempat perindukan larva :

a. Sawah dan saluran irigasi

b. Kolam, rawa, sumur, dan lain-lain

Sifat :

a. Antropofilik (Sulawesi, Timor-timor& Nusa Tenggara Timur), Zoofilik (Jawa & Sumatra)

b. Menggigit malam hari (Eksofagik > Endofagik)

c. Tempat istirahat diluar rumah (pada tanaman, sering hinggap pada pohon-pohon seperti pahon kopi, nenas dan tanaman perdu disekitar rumah)

d. Penyebaran nyamuk jenis ini mempunyai hubungan cukup kuat dengan curah hujan disuatu daerah. Dari pengamatan yang dilakukan didaerah Sulawesi Tenggara vektor An. Barbirotris ini paling tinggi jumlahnya pada bulan Juni

5) Anopheles Barbumbrosus

Tempat perindukan larva :

Tepi sungai dengan aliran lambat (daerah hutan daratan tinggi)

Sifat :

a. Antropofilik

b. Bionomiknya masih belum banyak dipeajari

6) Anopheles Maculatus.

Tempat perindukan larva :

a. Aliran air jernih dengan arus lambat, sungai yang kecil dengan air jernih, mata air yang mendapat sinar matahari langsung (daerah pegunungan)

b. Di kolam dengan air jernih juga ditemukan jentik nyamuk ini, (densitasnya rendah)

Sifat :

a. Zoofilik > Antropofilik

b. Menggigit saat malam

c. Tempat istirahat di luar rumah (sekitar kandang)

d. Densitas An. Maculatus tinggi pada musim kemarau, sedangkan pada musim hujan vektor jenis ini agak berkurang karena tempat perindukan hanyut terbawa banjir

7) Anopheles Sub pictus

Temapat perindukan larva :

a. Kumpulan air yang permanen/sementara

b. Celah tanah bekas kaki binatang

c. Tambak ikan dan bekas galian di pantai

Sifat :

a. Antropofilik > Zoofilik

b. Menggigit saat malam

c. Tempat istirahat di dalam rumah (terkadang di luar rumah)

8) Anopheles Sundaicus

Tempat perindukan larva :

a. Muara sungai yang mendangkal pada musim kemarau

b. Tambak ikan yang kurang terpelihara

c. Parit disepanjang pantai yang berisi air payau(campuran air tawar dan air asin dengan kadar garam optimum antara 12% -18%.)

d. Tempat penggaraman

e. Air tawar

f. Penyebaran jentik ditempat perindukan tidak merata dipermukaan air, tetapi terkumpul ditempat-tempat tertutup seperti diantara tanaman air yang mengapung, sampah dan rumput - rumput dipinggir Sungai atau pun parit.

Sifat :

a. Antropofilik > Zoofilik

b. Menggigit pada saat malam

c. Tempat istirahat di dalam rumah, Perilaku istirahat nyamuk ini sangat berbeda antara lokasi yang satu dengan lokasi yang lain.

Jarak terbang Anopheles Sundaicus betina cukup jauh. Pada musim densitas tinggi, masih dijumpai nyamuk betina dalam jumlah cukup banyak disuatu tempat yang berjarak kurang lebih 3 KM dari tempat perindukan nyamuk tersebut

3.4 Epidemiologi

enentuan vektor malaria didasarkan atas penemuan sporozoit malaria di kelenjar liurnyamuk anophelini yang hidup di alam bebas.Cara yang digunakan adalah pembedahannyamuk betina.Berbagai faktor yang perlu diketahui untuk menentukan vektor di suatudaerah endemmi malaria adalah :1)Pada pembedahan nyamuk alam positif mengandungsporozoit;2)kebiasaan nyamuk anophelini mengisap darah manusia(antropofilik);3)umurnyamuk betina lebih dari 10 hari;4)kepadatan yang tinngi dan mendominasi spesieslain;5)hasil infeksi percobaan di laboratorium yang menunjukan kemampuan untukmengembangkan plasmodium menjadi stadium sporozoit.Prevalensi kasus malaria di satu daerah endemi malaria dan di daerah endemi malarialainnya tidak sama,tergantung pada prilaku spesies nyamuk yang menjadi vektor.

3.5 Tempat perindukan

NO

VEKTOR

TEMPAT PERINDUKAN

1

An. Sundaicus

Muara sungai yang dangkal pada musim kemarau, tambak ikan yang kurang terpelihara, parit disepanjang pantai bekas galianyang terisi air payau, tempat pengeraman, dan si air tawar

2

An. Aconitus

Persawahan dengan saluran irigrasi, tepi sungai pada musim kemarau, kolam ikan dengan tanaman rumput di tepinya

3

An. Subpictus

Kumpulan air, celah tanah bekas kaki binatang, tambak ikan, dan bekas galian pantai

4

An. Barbirostis

Sawah dan saluran irigrasi, kolam, rawa, mata air, sumur, dll

5

An. balanbacensis

Bekas roda yang tergenang air,air,bekas kaki binatang yang berlumpur yang berair,tepi sungai pada musim kemarau, kolam yang berbatu

6

An. Letifer

Air tergenang, terutama dataran tepi pantai

7

An. Farauti

Kebun kangkung, kolam, genangan air dalam perahu, genangan air hujan, rawa-rawa, dan saluran air

8

An. Punctulatus

Air ditempat terbuka dan terkena sinar matahari, pantai, tepi sungai

9

An. Lodlowi

Sungai di pegunungan

10

An Koliensis

Bekas roda kendaraan,lubang di tanah berisi air, saluran-saluran, kolam, kebun kangkung dan rawa tertutup

11

An. Nigerrimus

Sawah, kolam dan rawa yang ada tanaman air

12

An. Sinensis

Sawah, kolam dan rawa yang ada tanaman air

13

An. Flavirostis

Sungai dan mata air terutama bila bagian tepinya berumput

14

An karwari

Air tawar jernih yang terkena sinar matahari, di daerah pegunungan

15

An. Maculatus

Mata air dan sungai dengan air jernih yang mengalir lambat di daerah pegunungan dan perkebunan teh

16

An. Bancrofti

Danau dengan tumbuhan bakung, air rawa yang tergenang, dan rawa yang ditumbuhi pakis

17

An. Barbumbrosus

Di pinggir sungai yang terlindung dengan air yang mengalir lambat dekat hutan dataran tinggi