32
Makalah Presentasi Arsitektur Lansekap Arsitektur Lansekap Tradisional Jawa Disusun oleh: (Kelompok 2) Husnul Mubarak (1204104010033) Dhita Puspa Dewi (1204104010032) Nursaidah (1204104010018) Fakultas Teknik Jurusan Arsitektur

Lansekap Tradisional Jawa

Embed Size (px)

Citation preview

Makalah Presentasi Arsitektur LansekapArsitektur Lansekap Tradisional Jawa

Disusun oleh: (Kelompok 2)Husnul Mubarak (1204104010033)Dhita Puspa Dewi (1204104010032)Nursaidah (1204104010018)

Fakultas TeknikJurusan ArsitekturUniversitas Syiah Kuala2015

BAB IPENDAHULUAN1.1. Latar BelakangAkhir-akhir ini, para ahli lansekap semakin bebas menuangkangagasannya ke dalam bentuk perancangan lansekap, baik untuk lansekap yang bersifat pribadi maupun yang bersifat umum. Mereka tidak lagi berpegang teguh pada satu bentuk gaya atau style tertentu, Namun demikian kekhasan etnik (bersifat tradisional) pada perancangan lansekap masih bertahan sampai sekarang. Sentuhan etnik ini telah menjadi tren dalam pertamanan.Dr. RE. Holthum didalam bukunya yang berjudul Gardening In The Laow Lands of Malaya menyebutkan bahwa, ketidak alamiahan suatu kebun atau taman dalam konteks keseluruhan alam lingkungan sekitarnya, justru merupakan salah satu ciri taman /garden di Indonesia.Dr. Mien A. Rifai berpendapat bahwa pola dasar dari vegetasi alamiah suatu kawasan merupakan campuran yang harmonis antara bermacam- macam pohon tahunan, perdu, tanaman semusim, menjalar dan tanaman merambat.Pada dasarnya, lansekap suatu bangsa tidak dapat dipisahkan dari keadaan budaya bangsa itu sendiri, termasuk keadaan manusianya dan sejarah perkembangan bangsanya.Indonesia kaya akan budaya dan adat istiadat dan kaya pula dengan tempat-tempat indah untuk dikunjungi yang merupakan warisan budaya dan kekayaan alam indonesia yang dapat kita kenal sebagai Taman Indonesia. Prof. Vincent van Ramondt, seorang arsitek Belanda, menyatakan bahwa Arsitektur lansekap Indonesia yang otentik hanya dapat dilihat di Pulau Jawa, baik untuk daerah Jawa Barat (tanah Pasundan) maupun JawaTengah (Yogyakarta dan Surakarta) serta di Pulau Bali.Dari beberapa hal tersebut di atas dapat kita pelajari mengenai Konsep Dasar dari Arsitektur Lansekap Indonesia. Ada beberapa style atau gaya yang sering dipergunakan sebagai konsep dasar arsitektur lansekap Indonesia yaitu : Bernuansa etnis, dengan gaya-gaya tradisional disesuaikan dengan daerah setempat, dimana akan kita pelajari lebih lanjut untuk lansekap Jawa khususnya Yogyakarta, lansekap Jawa Barat, serta lansekap Bali. Lansekap dengan Style Natural atau alami, dengan menghadirkan suara gemericik air atau suara gemuruh air terjun, penggunaan batu artisial, dilengkapi aneka fauna taman (seperti ikan hias maupun burung hias).Penataan taman pada style natural ini, biasanya tanaman dibiarkan tumbuh liar tanpa pengarahan yang berarti, namun tetap terpelihara. Tanaman pembatas lahan maupun tanaman semak/perdu sengaja dibaurkan, begitu pula dengan pohon-pohon besar, seolah-olah pohon tersebut tumbuh di alam hutan.Natural Style pada taman, dilengkapi dengan air terjun dan batu artisial Lansekap dengan Style Trogis, biasanya ditandai dengan adanya tanaman palem-paleman seperti palem botol, palem merah, pakis haji, sikas, cemara udang dan sebagainya, serta penggunaan beberapa tanaman langka yang hanya tumbuh di daerah tropis.

Lansekap dengan style tropis, dengan adanya pohon palem. Taman Agotik Hidug yaitu penggunaan tanaman yang dapat berfungsiatau dapat dipergunakan sebagai apotik hidup maupun dagur hidup, seperti kedondong laut (Notophanax frusticosa), Pisang (Musa Paradisiaca), Daun Katuk (Sauropus Androgynus), Daun Sirih (Piper Betle) dan Kumis Kucing (Ortosiphon grandiorus).

1.2. Rumusan MasalahRumusan masalah pada makalah ini adalah mengenai desain lansekap arsitektur tradisional jawa, perkembangan sejarahnya berdasarkan pengaruh dari hindu, islam dan kolonial.1.3. TujuanUntuk mengetahui mengenai desain lansekap arsitektur tradisional jawa, perkembangan sejarahnya berdasarkan pengaruh dari hindu, islam dan kolonial.1.4. ManfaatManfaat makalah ini memberi informasi mengenai desain lansekap arsitektur tradisional jawa, perkembangan sejarahnya berdasarkan pengaruh dari hindu, islam dan kolonial.BAB IIKAJIAN KEPUSTAKAAN2.1. Sejarah Desain Lansekap Arsitektur Tradisional JawaArsitektur jawa pada dasarnya sangat berpegaruh terhadap pengaruh Hindu. Hal ini bisa dilihat pada pembagian ruang luar yang berdasarkan kosmologi, berdasarkan tingkat-tingkatannya. Seperti yang telah diketahui pengaruhi ini berasal dari Hindu yang di kenal dengan sistem pengkastaan atau pengelompokan suatu golongan masyarakat berdasarkan status sosialnya.Pengaruh hindu masih sangat kental walaupun ketika Islam masuk ke pulau jawa. Adat atau kebudayaan Hindu masih melekat pada masyarakat jawa, akan tetapi tetap menerapkan nilai-nilai islam dalam kehidupannya tersebut. Ada beberapa pengaruh desain lansekap Hindu yang tidak diperbolehkan dalam islam, misalnya penggunaan elemen-elemen patung yang kemudian di hilang dalam ciri khas desain lansekap arsitektur tradisional jawa.Selanjutnya perkembangan desain lansekap arsitektur tradisional jawa dipenagruhi oleh desain arsitektur kolonialisme pada masa Indonesia dijajah oleh Belanda, Inggris dan Jepang.2.2. Konsep, Pola dan Ciri Khas Desain Lansekap Arsitektur Jawa Norman K.Booth, pakar arsitektur lansekap dari Amerika Serikat, banyak mengulas mengenai konsep taman tradisional dari jawa ini, di dalam bukunya basic element of lansecape architectural design, ia mengatakan bahwa material tanaman adalah suatu elemen yang sangat penting dalam arsitektur jawa.Bersama bentuk tanah dan bangunan, material tanaman menbentuk komponen utama yang digunakan arsitek pertamanan untuk menyusun organisasi ruang serta pengatasan masalah-masalahnya.Menurut Booth pula, sebenarnya tanaman memilik karakter khusus yang dibedakan dengan elemen desain arsitektur pertamanan lainnya. Karakteristik ini adalah bahwa material tanaman merupakan elemen hidup dan selalu berkembang. Berdasarkan karakter tersebut, Booth mengkatagorikan tanaman dalam tiga hal, yaitu:

Kegunaan tanaman Karakteristik visual tanaman Tanaman sebagai pencipta keindahan Tanaman mempengaruhi perasaan dan emosiMasih dalam tulisan Booth, menunjukkan bahwa konsep taman jawa sangat bernilai. Taman jawa tidak hanya bersifat fisikal saja seperti halnya taman-taman di barat atau taman masa kini, melainkan lebih bersifat simbolik selalu mencoba mengkaitkan dengan kehidupan manusia secara total, yakni melalu pemilihan dan penataan tanamannya terutama berbentuk pohon besar.Hal ini menunjukan suatu usaha dari manusia jawa untuk selalu menciptakan lingkungannya yang tidak hanya mewadahi namun juga menunjukkan genius loci, a sense of place (arti sebuah tempat).Selain konsep tersebut diatas, adanya prinsip kosmologi hindu-jawa dalam suatu lingkungan kehidupan jawa, dijabarkan adanya suatu tingkatan hirarkis yang memperlihatkan perbedaan tingkat kehidupan manusia dalam sistem kosmos, dimana kecenderungannya terkait dengan stratifikasi sosial kemasyarakatan. Nilai hirarkis ini akhirnya ikut membedakan dalam penataan konsep taman jawa yang masing-masing tingkatannya. Dalam konsep taaman jawa, kita mengenal 3 tingkatan, yaitu:1. Kraton Yogyakarta beserta taman sarinya (water palace)2. Taman dalem pangeranan3. Taman kampung dan pendesaan2.3. Konsep Taman Jawa Barat (Sunda)Daerah Jawa Barat dikenal dengan sebutan daerah Parahyangan, dimana terkenal dengan pemandangan alamnya yang indah. Alam pedesaan Jawa Barat memang sangat khas, dengan pohon bambu dan gemericik suara air yang merupakan dua elemen alam disamping adanya sungai, gunung, kolam ikan dan berbagai pepohonan dan kebun.Taman rumah style Jawa barat Sunda umumnya hanya berupa pekarangan rumah. Setiap jenis tanaman yang ditanam di pekarangan merupakan tanaman yang memberikan penghidupan kepada warga masyarakat. Tanaman tersebut berfungsi bukan saja sebagai apotik hiduptetapi juga dapur hidup.Jenis tanaman yang ditanam misalnya, kedondong laut (Notophanax fructicosa), pisang (Musa paradisiaca), katuk (Sauropus androgynus), tebu (Sacharum afcinarum), sirih (Piper Betle) dan Kumis Kucing (Orthosiphon grandiorus). Di samping itu ditanam juga beberapa jenis tanaman Iangka dan jarang digunakan sebagai pelengkap taman.Taman dengan gaya jawa barat I Sunda ini selain merupakan perpaduan dari alam parahyangan juga memiliki pelengkap yang khas berupa ig atau rumah bambu yang dalam bahasa tamannya Iazim disebut galgg.

Saung Bambu berada di tengah-tengah taman, menjadi point of interest dari Taman gaya Jawa Barat.

Makna, Falsafah dan Fungsi Taman Jawa BaratTaman Jawa Barat tidak lepas dari unsur batu dan air yang mengaiir, secara umum taman gaya ini lebih mendekati suasana alam pegunungan. Selain itu banyak hal dari kebiasaan kehidupan masyarakat Jawa Barat menjadi unsur pelengkap taman yang sering tidak diketahui makna dan falsafahnya oieh kalangan awam, seperti: Batu Nemprak, adalah sebuah batu dengan permukaan Iebar di pinggirsungai, biasa digunakan untuk sholat. Batu Pamentasan, istilah umum untuk batu Ioncatan (stepping stone) Cukang /emah, sebuah jembatan terbuat dari tanah dan cukang batu jembatan yang terbuat dari batu Karang hawu, sebuah karang dilengkapi dengan goa. Padasan, air mancur yang digunakan untuk mencuci tangan atau wudhu Batu turun kesik naek, merupakan filter alam sehingga air di daerah parahyangan ini menjadi bening. Paranggong Sereuh atau pergolaSelain hal tersebut di atas, unsur suara di taman bukan hanya dari gemericiknya air saja tetapi juga dari suara yang ditimbulkan dari pancuran bambu yang mengeluarkan suara khas bambu yang saling bersahutan. Pancuran bambu ini ada beberapa macam, antara lain : Pancur Rendang, biasanya dilengkapi dengan kincir air, berfungsi sebagai penghaiau pemakan ikan. Pancur Dengklang, sebuah pancuran bambu yang bergerak bila bambunya telah terisi air dan memukul bambu lainnya. Pancur Angklung, pancuran air dimana bambunya ditata sedemikian rupa hingga timbul bunyi bambu yang bersahut-sahutan.

Tentang kegunaan tanaman yang ada pada taman Gaya Jawa Barat, antara Iain adaiah: Kumis Kucing, sering digunakan untuk penyakit susah buang air kecil. Dauk Katuk, berkhasiat sangat baik untuk memperlancar ASI. Kedondong laut dan Daun Mankokan, selain dapat digunakan untulalap dapat pula untuk menghilangkan bau badan. Tebu Wuluh, yang mempunyai batang dan pelepah daun bewvamahitam, dimaksudkan untuk penolak bala.

2.4. Desain Lansekap Arsitektur Tradisional Jawa dengan Gaya ModernArsitektur tradisional jawa memiliki pengaruh dari arsitektur kolonial. Pada saat indonesia dijajah oleh belanda dan inggris. Pemerintah kolonial menerapkan pola desain yang ada di eropa dengan konsep arsitektur tropis yang tanggap terhadap iklim indonesia.2.5. Penerapan Desain Lansekap Arsitektur Tradisional Jawa diluar Wilayah Jawa

BAB IIISTUDI KASUS3.1. Taman Kraton Yogyakarta (The Yogyakarta King of Palace)

Taman SariYogyakartaatauTaman Sari Keraton YogyakartaTaman Sari YogyakartaatauTaman Sari Keraton Yogyakarta(Tamansari Ngayogyakarta) adalah situs bekas taman atau kebun istanaKeraton Ngayogyakarta Hadiningrat, yang dapat dibandingkan denganKebun Raya Bogorsebagai kebunIstana Bogor. Kebun ini dibangun pada zaman Sultan Hamengku Buwono I (HB I) pada tahun 1758-1765/9. Awalnya, taman yang mendapat sebutan "The Fragrant Garden" ini memiliki luas lebih dari 10 hektare dengan sekitar 57 bangunan baik berupa gedung, kolam pemandian, jembatan gantung, kanal air, maupun danau buatan beserta pulau buatan dan lorong bawah air. Kebun yang digunakan secara efektif antara1765-1812ini pada mulanya membentang dari barat daya kompleks Kedhaton sampai tenggara kompleks Magangan. Namun saat ini, sisa-sisa bagian Taman Sari yang dapat dilihat hanyalah yang berada di barat daya kompleks Kedhaton saja.Konon, Taman Sari dibangun di bekas keraton lama, Pesanggrahan Garjitawati, yang didirikan oleh SusuhunanPaku Buwono IIsebagai tempat istirahat kereta kuda yang akan pergi keImogiri. Sebagai pimpinan proyek pembangunan Taman Sari ditunjuklahTumenggung Mangundipuro. Seluruh biaya pembangunan ditanggung oleh BupatiMadiun,Tumenggung Prawirosentiko, besrta seluruh rakyatnya. Oleh karena itu daerah Madiun dibebaskan dari pungutan pajak. Di tengah pembangunan pimpinan proyek diambil alih olehPangeran Notokusumo, setelah Mangundipuro mengundurkan diri. Walaupun secara resmi sebagai kebun kerajaan, namun bebrapa bangunan yang ada mengindikasikan Taman Sari berfungsi sebagai benteng pertahanan terakhir jika istana diserang oleh musuh. Konon salah seorang arsitek kebun kerajaan ini adalah seorangPortugisyang lebih dikenal denganDemang Tegis.Kompleks Taman Sari setidaknya dapat dibagi menjadi 4 bagian. Bagian pertama adalah danau buatan yang terletak di sebelah barat. Bagian selanjutnya adalah bangunan yang berada di sebelah selatan danau buatan antara lain Pemandian Umbul Binangun. Bagian ketiga adalah Pasarean Ledok Sari dan Kolam Garjitawati yang terletak di selatan bagian kedua. Bagian terakhir adalah bagian sebelah timur bagian pertama dan kedua dan meluas ke arah timur sampai tenggara kompleks Magangan.a. Bagian PertamaBagian pertama merupakan bagian utama Taman Sari pada masanya. Pada zamannya, tempat ini merupakan tempat yang paling eksotis. Bagian ini terdiri dari danau buatan yang disebut"Segaran"(harfiah=laut buatan) serta bangunan yang ada di tengahnya, dan bangunan serta taman dan kebun yang berada di sekitar danau buatan tersebut. Di samping untuk memelihara berbagai jenis ikan, danau buatan Segaran juga difungsikan sebagai tempat bersampan Sultan dan keluarga kerajaan. Sekarang danau buatan ini tidak lagi berisi air melainkan telah menjadi pemukiman padat yang dikenal dengan kampung Taman. Bangunan-bangunan yang tersisa dalam kondisi yang sangat memprihatinkan.

Pulo KenongoDi tengah-tengah Segaran terdapat sebuah pulau buatan,"Pulo Kenongo", yang ditanami pohon Kenanga (Kananga odorantum[?], familiMagnoliaceae[?]). Di atas pulau buatan tersebut didirikan sebuah gedung berlantai dua,"Gedhong Kenongo". Gedung terbesar di bagian pertama ini cukup tinggi. Dari anjungan tertingginya orang dapat mengamati kawasanKeraton Yogyakartadan sekitarnya sampai ke luar benteng baluwarti. Konon Gedhong Kenongo terdiri dari beberapa ruangan dengan fungsi berbeda. Dari jauh gedung ini seperti mengambang di atas air. Oleh karenanya tidak mengherankan jika kemudian Taman Sari dijuluki dengan nama "Istana Air" (Water Castle). Saat ini (Januari2008) gedung ini tinggal puing-puingnya saja.Di sebelah selatan Pulo Kenongo terdapat deratan bangunan kecil yang disebut dengan"Tajug". Bangunan ini merupakan menara ventilasi udara bagi terowongan bawah air. Terowongan ini merupakan jalan masuk menuju Pulo Kenongo selain menggunakan sampan/perahu mengarungi danau buatan. Dahulu di bagian barat pulau buatan tersebut juga terdapat terowongan, namun kondisinya sekarang kurang terawat dibandingkan dengan terowongan selatan.Pulo Cemethi dan Sumur GumulingDi sebelah selatan Pulo Kenongo terdapat sebuah pulau buatan lagi yang disebut dengan"Pulo Cemethi". Bangunan berlantai dua ini juga disebut sebagai"Pulo Panembung". Di tempat inilah konon Sultan bermeditasi. Ada juga yang menyebutnya sebagai "Sumur Gumantung", sebab di sebelah selatannya terdapat sumur yang menggantung di atas permukaan tanah. Untuk sampai ke tempat ini konon dengan adalah melalui terowongan bawah air. Saat ini bangunan ini sedang dalam tahap renovasi besar - besaran yang bertujuan untuk merestorasi bangunan - bangunan yang masih ada.Sementara itu di sebelah barat Pulo Kenongo terdapat bangunan berbentuk lingkaran seperti cincin yang disebut"Sumur Gumuling". Bangunan berlantai 2 ini hanya dapat dimasuki melalui terowongan bawah air saja. Sumur Gumuling pada masanya juga difungsikankan sebagai Masjid. Di kedua lantainya ditemukan ceruk di dinding yang konon digunakan sebagai mihrab, tempat imam memimpin salat. Di bagian tengah bangunan yang terbuka, terdapat empat buah jenjang naik dan bertemu di bagian tengah. Dari pertemuan keempat jenjang tersebut terdapat satu jenjang lagi yang menuju lantai dua. Di bawah pertemuan empat jenjang tersebut terdapat kolam kecil yang konon digunakan untuk berwudu.

b. Bagian KeduaBagian kedua yang terletak di sebelah selatan danau buatan segaran merupakan bagian yang relatif paling utuh dibandingkan dengan bagian lainnya. Bagian yang tetap terpelihara adalah bangunan sedangkan taman dan kebun di bagian ini tidak tersisa lagi. Sekarang bagian ini merupakan bagian utama yang banyak dikunjungi wisatawan.

Gedhong Gapura Hageng"Gedhong Gapura Hageng" merupakan pintu gerbang utama taman raja-raja pada zamannya. Kala itu Taman Sari menghadap ke arah barat dan memanjang ke arah timur. Gerbang ini terdapat di bagian paling barat dari situs istana air yang tersisa. Sisi timur dari pintu utama ini masih dapat disaksikan sementara sisi baratnya tertutup oleh pemukiman padat. Gerbang yang mempunyai beberapa ruang dan dua jenjang ini berhiaskan relief burung dan bunga-bungaan yang menunjukkan tahun selesainya pembangunan Taman Sari pada tahun 1691 Jawa (kira-kira tahun1765Masehi).

Gedhong Lopak-lopakDi sebelah timur gerbang utama kuno Taman Sari terdapat halaman bersegi delapan. Dahulu di tengah halaman ini berdiri sebuah menara berlantai dua yang bernama "Gedhong Lopak-lopak", versi lain menyebut gopok-gopok. Sekarang (Januari2008) gedung ini sudah tidak ada lagi. Di halaman ini hanya tersisa deretan pot bunga raksasa serta pintu-pintu yang menghubungkan tempat ini dengan tempat lainnya. Pintu di sisi timur halaman bersegi delapan tersebut merupakan salah satu gerbang menuju Umbul Binangun.

Umbul Pasiraman

Umbul Pasiraman

"Umbul Pasiraman" atau ada yang menyebut dengan"Umbul Binangun"(versi lain "Umbul Winangun") merupakan kolam pemandian bagi Sultan, para istri dia, serta para putri-putri dia. Kompleks ini dikelilingi oleh tembok yang tinggi. Untuk sampai ke dalam tempat ini disediakan dua buah gerbang, satu di sisi timur dan satunya di sisi barat. Di dalam gerbang ini terdapat jenjang yang menurun. Di kompleks Umbul Pasiraman terdapat tiga buah kolam yang dihiasi dengan mata air yang berbentuk jamur. Di sekeliling kolam terdapat pot bunga raksasa. Selain kolam juga terdapat bangunan di sisi utara dan di tengah sebelah selatan.Bangunan di sisi paling utara merupakan tempat istirahat dan berganti pakaian bagi para puteri dan istri (selir). Di sebelah selatannya terdapat sebuah kolam yang disebut dengan nama "Umbul Muncar". Sebuah jalan mirip dermaga menjadi batas antara kolam ini dengan sebuah kolam di selatannya yang disebut dengan "Blumbang Kuras". Di selatan Blumbang Kuras terdapat bangunan dengan menara di bagian tengahnya. Bangunan sayap barat merupakan tempat berganti pakaian dan sayap timur untuk istirahat Sultan. Menara di bagian tengah, konon digunakan Sultan untuk melihat istri dan puterinya yang sedang mandi kemudian yang tubuh telanjangnya paling mengesankan sultan akan di panggil ke menara. Di selatan bangunan tersebut terdapat sebuah kolam yang disebut dengan "Umbul Binangun", sebuah kolam pemandian yang dikhususkan untuk Sultan dan Permaisurinya saja. Pada zamannya, selain Sultan, hanyalah para perempuan yang diizinkan untuk masuk ke kompleks ini. Ini di mungkinkan karena semua perempuan (permaisuri, istri ( selir ) dan para putri sultan) yang masuk ke dalam taman sari ini harus lepas baju (telanjang), sehingga selain perempuan di larang keras oleh sultan untuk masuk ke Taman Sari.

Gedhong SekawanDi timur umbul pasiraman terdapat sebuah halaman bersegi delapan. Di halaman yang dihiasi dengan deretan pot bunga raksasa ini berdiri 4 buah bangunan yang serupa. Bangunan ini bernama"Gedhong Sekawan". Tempat ini digunakan untuk istirahat Sultan dan keluarganya. Di setiap sisi halaman terdapat pintu yang menghubungkannya dengan halaman lain.

Gedhong Gapuro PanggungDi sebelah timur halaman bersegi delapan tersebut terdapat bangunan yang disebut dengan"Gedhong Gapura Panggung". Bangunan ini memiliki empat buah jenjang, dua di sisi barat dan dua lagi di sisi timur. Dulu di bangunan ini terdapat empat buah patung ular naga namun sekarang hanya tersisa dua buah saja. Gedhong Gapura Panggung ini melambangkan tahun dibangunnya Taman Sari yaitu tahun 1684 Jawa (kira-kira tahun1758Masehi). Selain itu di bangunan ini juga terdapat relief ragam hias seperti di Gedhong Gapura Hageng. Sisi timur bangunan ini sekarang menjadi pintu masuk situs Taman Sari.Gedhong TemantenDi tenggara dan timur laut gerbang Gapuro Panggung terdapat bangunan yang disebut dengan"Gedhong Temanten". Bangunan ini dulu digunakan sebagai tempat penjaga keamanan bertugas dan tempat istirahat. Menurut sebuah rekonstruksi Taman Sari di selatan bangunan ini terdapat sebuah bangunan lagi yang sekarang tidak ada bekasnya sedangkan di sisi utaranya terdapat kebun yang juga telah berubah menjadi pemukiman penduduk.

c. Bagian ketigaBagian ini tidak banyak meninggalkan bekas yang dapat dilihat. Oleh karenanya deskripsi di bagian ini sebagian besar berasal dari rekonstruksi yang ada. Dahulu bagian ini meliputi Kompleks "Pasarean Dalem Ledok Sari" dan Kompleks kolam "Garjitawati" serta beberapa bangunan lain dan taman/kebun. Pasarean Dalem Ledok Sari merupakan sisa dari bagian ini yang tetap terjaga. Pasarean Dalem Ledok Sari konon merupakan tempat peraduan Sultan bersama Pemaisurinya. Versi lain mengatakan sebagai tempat meditasi. Bangunannya berbentuk seperti U. Di tangah bangunan terdapat tempat tidur Sultan yang di bawahnya mengalir aliran air. Sebuah dapur, ruang penjahit, ruang penyimpanan barang, dan dua kolam untuk pelayan begitu pula kebun rempah-rempah, buah-buahan, dan sayur-sayuran diperkirakan berada bagian ini. Di sebelah baratnya dulu terdapat kompleks kolam Garjitawati. Jika hal itu benar maka kompleks ini merupakan sisa pesanggrahan Garjitawati dan kemungkinan besar juga merupakan Umbul Pacethokan yang pernah digunakan olehPanembahan Senopati.

d. Bagian KeempatBagian terakhir ini merupakan bagian Taman Sari yang praktis tidak tersisa lagi kecuali bekas jembatan gantung dan sisa dermaga. Deskripsi di bagian ini hampir seluruhnya merupakan sebuah rekonstruksi dari sketsa serangan pasukanInggriskeKeraton Yogyakartapada tahun1812. Bagian ini terdiri dari sebuah danau buatan beserta bangunan di tengahnya, taman di sekitar danau buatan, kanal besar yang menghubungkan danau buatan ini dengan danau buatan di bagian pertama, serta sebuah kebun. Danau buatan terletak di sebelah tenggara kompleks Magangan sampai timur laut Siti Hinggil Kidul. Di tengahnya terdapat pulau buatan yang konon disebut "Pulo Kinupeng". Di atas pulau tersebut berdiri sebuah bangunan yang konon disebut dengan "Gedhong Gading". Bangunan yang menjulang tinggi ini disebut sebagai menara kota (Cittadel Tower).Kanal besar terdapat di sisi barat laut dari danau buatan dan memanjang ke arah barat serta berakhir di sisi tenggara danau buatan di bagian pertama. Di kanal ini terdapat dua penyempitan yang diduga keras merupakan letak jembatan gantung. Salah satu jembatan tersebut berada di jalan yang menghubungkan kompleks Magangan dengan Kamandhungan Kidul. Bekas-bekas dari jembatan ini masih dapat disaksikan, walaupun jembatannya sendiri telah lenyap. Di sebelah barat jembatan gantung terdapat sebuah dermaga. Dermaga ini konon digunakan Sultan sebagai titik awal perjalanannya masuk ke Taman Sari. Konon Sultan masuk ke Taman Sari dengan bersampan. Di sebelah selatan Kanal terdapat kebun. Kebun ini berlokasi di sebelah barat kompleks Kamandhungan Kidul dan Siti Hinggil Kidul. Kini semua tempat itu telah menjadi pemukiman penduduk. Kebunnya telah berubah menjadi kampung Ngadisuryan sedangkan danau buatan berubah menjadi kampung Segaran.Analisa lansekap

Denah taman sari YogyakartaMenurut Pangeran Hadiwijaya (Pangeran Keraton Yogyakarta urusan taman pada tahun 1980), konsep yang mendasari perancangan lingkungan Keraton Yogyakarta adalah tanaman dengan bagian-bagian, yaitu: bunga, batang, daun, akar, dan buah. Beberapa tanaman tertentu mempunyai tempat tersendiri dalam konsep fungsional arsitektural dengan kualitas sesuai pemahaman manusia Jawa. Sebagian besar tanaman tersebut merupakan pohon yang mempunyai bunga yang harum atau tajuk yang luas.Keraton secara umumdibagi menjadi tiga kompleks, yaitu Komplek depan, inti, dan belakang keraton dengan berbagai tujuan pembangunan. Daerah Keraton memiliki dua bagian yaitu Bangsal Kencana dan Gedung Prabayeksa. Gedung Prabayeksa berfungsi sebagai tempat untuk menyimpan pusaka keraton seperti keris.Lanskap buatan menjadi karakteristik Keraton Yogyakarta dimana desain Keraton sengaja dibuat sesuai dengan fungsi dan kebutuhan dari bangunan Keraton itu sendiri. Karakter pada desain ini sebagian besar didesain secara modern. Adanya pembagian ruang dan fungsi ruang. Faktor budaya memengaruhi pembagian ruang.Taman yang ditanam bersifat simbolik selalu mencoba mengaitkan dengan kehidupan manusia secara total, yakni melalui pemilihan dan penataan tanamannnya terutama yang berbentuk pohon besar. Pembangunan Keraton sarat akan nilai-nilai budaya leluhur. kawasan ini dikategorikan sebagai lanskap budaya bersifat tradisional. Minimnya pengelolaan dan perhatian terhadap Keraton serta adanya vandalism yang dilakukan oleh para pengunjung menjadi masalah dalam desain Keraton itu sendiri. Saat ini, banyak ruang dalam Keraton yang memiliki banyak fungsi.Bangsal utama yaitu Bangsal Siti Inggil lebih tinggi dibandingkan dengan bangsal lainnya. Elemen ruang terbuka mencakup pada alun-alun utara, alun-alunselatan, dan taman keraton.Lanskap kawasan Keraton Yogyakarta (Ngayogyakarta) terbentuk sebagai hasil dari interaksi dan kebiasaan dari pola hidup masyarakat Yogyakarta sejak zaman kerajaan Mataram dan dalam pembangunannya menggunakan gaya-gaya tradisional masyarakat Yogyakarta, yaitu beratapkan joglo dan pola pembagian ruang yang masih mengikuti pola pembagian ruang masyarakat tradisional jawa.Pola bangunan simetris. Pola sirkulasi kawasan Keraton ialah sirkulasi linear. Akses yang terdapat di keraton Yogyakarta dibedakan berdasarkan pihak yang akan mengakses lokasi tersebut. Akses masuk para tamu di Keraton berbeda dengan keluarga.Perkerasan seperti paving cukup mendominasi di kawasan Keraton. Drainase yang dominan digunakan ialah perkerasan. Bangunan dibangun dengan bahan baku kayu. Atap yang digunakan berbentuk limasan, lebar dan pendek.Kondisi sosial, budaya dan sejarah merupakan faktor pembentuk tapak. Faktor utama pembentuk tapak pada Keraton adalah sejarah, yaitu sebagai merupakan pusat kerajaan Mataram di Yogyakarta. Pengaruh dari faktor budayanya dapat dilihat bahwa Keraton Yogyakarta ini menghubungkan Laut Selatan dengan Gunung Merapi dengan desain simetris dan mememanjang.Bangunan yang ada menggunakan fondasi dari beton dan bersifat permanen. Paving yang digunakan beragam bentuknya, diantaranya adalah stack bond, running bond, herring bond, Paving berasal dan beton. Bomanite kawasan candi menggunakan beton.Pemilihan tanaman di Kraton menitik beratkan tidak hanya pada Iambang yang ada pada pohon, namun juga selalu memiliki salah satu aspek dari kategori tersebut di bawah ini, yaitu :a) Bentuk Arsitektural I struktur tanaman, yang dibedakan atas : Monumental : Pohon Beringin, pohon Kepel Lanang Menaungi Efek pekat : pohon beringin dan Gayam Efek terang : Pohon Sawo Kecikb) Kegunaan Penghasil buah-buahan : Mangga, Sawo Kecik, jambu Dersono, Kepel, Asem dan Gayam Untuk sesaji/upacara : Beringin, Kanthil, Cengkir gading, dan Soka Obat-obatan I kosmetika : Kepel dan Gayamc) Estetika I Ornamental : Kemuning, dan Cengkir Gading

Makna atau Perlambang dan fungsi dibalik pemilihan pohon-pohon tersebut adalah :1. Pohon Beringin ( Ficus benyamina ), secara losofisadalah tempat menunjukkan kewibawaan Kraton dan secara fungsional menjadi tempat bertemunya raja dengan rakyat. Di Alun - alun Yogyakarta terdapat 62 pohon Beringin dan dua buah Beringin Kurung, yang terletak ditengah alun-alun Utara. Beringin yang terletak dibagian Barat disebut Kyiai Dewandaru berasaI'dari Majapahit dan yang berada dibagian Timur bernama Kyiai Vwjayandaru berasal dari Pajajaran. Keduanya merupakan simbol Yin dan Yang dalam dunia nyata.2. Pohon Gayam, ada 6 buah yang ditanam berjajar menuju Sithihinggil, maksudnya bila manusia berjalan di antaranya jumlahnya akan menjadi 7 (tujuh), yang melambangkan kearifan. Sedangkan pohon gayam sendiri memberi arti damai, sejuk dan kebahagiaan.3. Pohon Kepel Lanang, berjumlah 18 buah ditanam di sekelilingSitihinggil, secara simbolik sebagai penahan terhadap gangguan yang ingin mengacau jalannya upacara kerajaan yang sedang berlangsung di Sithihinggil.4. Pohon Jambu Dersono, berjumlah 2 buah, melambangkan kata kadarsansih ing sesame atau cinta pada sesama, menempati sisi barat Sithihinggil5. Kemuning (Murraya Paniculata), dengan tampilan siknya yang lembut menjadi latar belakang Sithihinggil, melambangkan heningnya pikiran serta penangkal tenung. Mengingat area Sithihinggil merupakan area sakral sebagai pusat pengendalian kerajaan.6. Pohon Jambu Telampok Arom, melambangkan manusia selalu mengeluarkan perkataan yang bijaksana (harum) dan ditempatkan di sisi Gerbang Sri Manganti bersama dengan pohon Mangga, Jambu Dersana, Kepel dan Kemuning.7. Pohon Sawo Kecik (Manilkara Kaukl), melambangkan keberuntungan (ben becik) mendominasi halaman Kraton Tengah, dengan tujuan memperoleh suasana rindang namun tetap terang, karena daun sawo kecik pada bagian bawah berwama putih keperakan.8. Sri rejeki (Aglaonema Costatum), ditanam di dalam pot yang ditaruh di sepanjang koridor, memiliki arti agar kebahagiaan menyerlai anda. Kadang-kadang dilengkapi dengan Beras tumpah (diffenbachia Picta), memberi makna bahwa tidak akan kekurangan beras.Tanaman Komleks Taman SariTaman Sari adalah karya arsitektur yang sangat mengagumkan dimana terdapat pemandian yang berhubungan dengan jalan rahasia di bawah tanah dan juga jalan air di bawah tanah yang berhubungan dengan Laut Selatan. Pada awa|nya taman ini di penuhi dengan taman yang indah dengan tanaman berbunga yang berbau harum, dilengkapi dengan air mancur. Taman Sari ini mempunyai fungsi sebagai tempat peristirahatan bagi Sultan dan keiuarganya, dan sekaligus digunakan sebagai tempat rekreasi.Secara konsepsual, Tamansari tidak dapat dipisahkan keberadaanya dari Kraton, Tamansari merupakan bagian dan fasilitas Kraton. Taman sari yang runtuh karena gempa pada tahun 1867 pada mulanya memiliki 57 bangunan dan 18 macam kebun dengan air sebagai elemen penting di dalam pengolahan desain. Sungai yang disebut Kali Larangan dialirkan dari Sungai Winongo ke Kraton dan Taman Sari untuk mengairi danau I Iaut buatan yang dibangun di taman tersebut.Dari taman ini segala kebutuhan sehari-hari Kraton untuk sayuran, buah-buahan, bunga, bumbu dapur, obat tradisional, sesaji dan kosmetik dapat terpenuhi. Di sini teroermin bahwa taman tidak sekedar indah dan fungsional dalam arti fisik (sebagai peneduh, pengarah dan lain-lain) serta memiliki simbol-simbol kehidupan juga sangat fungsional dalam arti memiliki kegunaan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

KompleksTaman SariTanam - tanaman yang dipakai di Taman Sari ini diantaranya adalah 1 Mawar (Rosa hybrida), Jeruk Kingkip (Triphasia trifolia), kemuning (Muraya paniculata), dan tanaman-tanaman sayuran serta kebun buah-buahan seperti kebun Durian (Durio zibethinus), kebun Sirih (Piper bitle), Mangga (Mangifera indica), Nam-nam (Cynometra cauliflora), Pandan wangi (Pandanus tectorius) dan juga beberapa tanaman rempah-rempah, yaitu : Cengkeh (Eugenia aromatica), Lada I merica (Piperningrum) dan Pala (myristica fragrans).

3.2. Taman dalem pangerananPenataan taman dalem pangeranan tersebut berorientasi ke Kraton dan konsep taman dipengaruhi oleh penataan taman Eropa. Pada kompleks dalam pangeranan perletakan taman dibagi dalam 3 ruang, yakni halaman deoan, halaman tengah dan halaman belakang, yang masing-masing halaman memiliki pemilihan tanaman dan konsep yang berbeda-beda, sebagai contoh hanya pada halaman belakang memiliki kolam ikan.a. Halaman depanDibedakan antara halaman depan menuju pintu gerbang dan halaman di depan pendopo. Tidak semua dalem pangeranan memiliki halaman menuju ke pintu gerbang, namun bila ada, sepanjang kanan kiri gerbang ditanam gohon taniung secara berderet membentuk jalan lingkungan, dengan maksud mengarahkan prosesi menuju gerbang.Selain ditanam pohon tanjung, juga ditanam pohon sawo kecik mengelilingi pendopo dalam suunan berderet dan simetris. Pohon sawo kecik ini memiliki banyak fungsi dikaitkan dengan keberadaan pendopo dan tanaman lain di sekitarnya, yaitu : Sebagai penahan angin. Sebagai material akustik ruangan. Sebagai pembentuk ruang' tambahan (dipergunakan jika ada upacara) Merindangj tapi tidak menutupi tanaman yang dibawahnya.Di bawah pohon sawo kecik dekat pintu gerbang, biasanya ditanam pohon-pohon yang tidak terlalu rimbun dengan tujuan estetika I ornamental, antaralain : kelapa gading, jambu dersono, belimbing Iingir atau nam-naman. Sedangkan di samping pendopo, ditanam tanaman perdu seperti tanaman pacar cina, jeruk pecel dan delima.Tanaman perdu ini dipilih dengan pertimbangan tanamannya memiliki tajuk terawang sehingga sinar matahari masih dapat masuk ke pendopo dengan baik, bahkan terjadinya pantulan sinar pada daun daun perdu menciptakan keindahan visual tersendiri.

b. Halaman TengahTidak banyak ciri khusus pada bagian ini, karena memang halaman tengah tidak Iuas dan hanya merupakan ruang-ruang yang terbentuk akibat bangunan-bangunan yang ada seperti gandok, dan bangunan tambahan. Tanaman kecil yang ditanam pada pot seperti: mawar, melati dan jeruk kingkit ditempatkan di sini.c. Halaman BelakangHalaman belakang merupakan bagian penting seperti halnya halaman depan bagi susunan ruang luar dalem pangeranan maupun rumah peristirahatan kerajaan ini. Ada 3 (tiga) kecenderungan penggunaan halaman belakang pada dalem pangeranan, yaitu : Sebagai taman yang menonjolkan keindahan, lengkap dengan kolamnya Sebagai kebun untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari baik buah-buahan, bumbu dapur, obat tradisional dan lain-lain. Pada umumnya pohon yang ditanam adalah : jambu mawar, mangga, dan buah-buahan lainnya. Sebagai taman dan kebun Secara konsepsual, pada halaman belakang, terlihat adanya kecenderungan untuk menciptakan Taman sari dalam skala yang kecil.

3.3. Taman kampung dan pendesaanUntuk rumah-rumah kampung dan pedesaan, aspek kegunaan menentukan di dalam pemilihan tanamannya. Mulai dari halaman depan hingga halaman belakang ditanam tetumbuhan yang menghasilkan tidak hanya untuk keperluan sendiri namun juga untuk diperdagangkan. Sebagai contoh untuk pagar hijau dipilih daun katuk atau luntas, dimana daunnya dapat dimakan.Ada aturan tertentu yang tidak tertulis yang masih melekat di kalangan masyarakat, diantaranya adalah :a. Adanya kecenderungan untuk selalu memilih tanaman yang tidak sama dengan yang ditanam di lingkungan Kraton. Sementara itu di dalam kraton sendiri juga tidak mempergunakan tanaman yang dipakai rakyat kebanyakan, kecuali yang ditanam di Tamansari.b. Bentuk struktur tanaman menentukan perletakan. Misalnya pohon pisang tidak ditanam di depan rumah, pertimbangannya adalah wujud tanaman ini tidak bisa diatur, sehingga sebaiknya ditanam di belakang rumah, pohon waru karena akamya mengarah kemana-mana bisa merusak batu bata harus ditanam jauh dari rumah.c. Tabu untuk menanam pohon kamboja di dalam rumahd. Tabu untuk menanam pohon beringin, karena beringin dianggap sakral dan melambangkan perlindungan dan kebesarane. Tanaman yang ditanam memiliki prinsip harusmenghasilkan.

BAB IVPENUTUP4.1. Kesimpulan4.2. Saran