Upload
yoanapuspita
View
34
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
ENZIM PENCERNAAN : GETAH LAMBUNG
Yoana Puspita Sari (G84110066)1, Riswan Dwi Cahyana
2, Syaefudin, M.Si.
3
Mahasiswa Praktikum1, Asisten Praktikum
2, Dosen Praktikum
3
Metabolisme
Departemen Biokimia
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Institut Pertanian Bogor
Bogor
2013
ABSTRAK
Proses pencernaan makanan sangat penting sebelum makanan diabsorbsi oleh
dinding saluran pencernaan. Pencernaan makanan terdiri dari proses mekanik dan
kimiawi. Zat makanan tidak dapat diserap dalam bentuk alami dan tidak berguna
sebagai nutrisi sebelum proses pencernaan awal. Zat makanan akan dipersiapkan
untuk diabsorbsi melalui proses tertentu dengan bantuan enzim dalam saluran
pencernaan, salah satunya pepsin. Pepsin berfungsi memecah ikatan peptida antara asam amino pembentuk protein. Aktivitas pepsinogen dinetralisir dengan
penambahan Na-karbonat, namun Na-karbonat berlebih pada pepsin dengan pH
rendah tidak berpengaruh pada aktivitasnya. Suhu optimum dari pepsin adalah 370C
dan pH optimum 2.0 sehingga inaktif pada pH 4.00 dan suhu 1000C.
Pendahuluan
Enzim adalah satu atau beberapa gugus polipeptida berasal dari protein yang
berfungsi sebagai katalis, yaitu senyawa yang mempercepat proses reaksi tanpa habis
bereaksi, dalam suatu reaksi kimia. Menurut Fardiaz (1992), enzim bekerja dengan
cara menempel pada permukaan molekul zat-zat yang bereaksi dan dengan demikian
mempercepat proses reaksi karena enzim dapat menurunkan energi pengaktifan yang
mempermudah terjadinya reaksi. Berdasarkan strukturnya, enzim terdiri atas
komponen apoenzim yang berupa protein dan gugus prostetik (nonprotein).
Proses pencernaan dilakukan secara mekanik dan kimiawi. Proses mekanik
mengutamakan proses pengubahan makanan yang berukuran besar sampai ukurannya
lebih kecil dibantu oleh gigi, lambung, dan usus dengan gerakan peristaltik.
Pencernaan kimiawi adalah proses pencernaan yang dibantu dengan dilakukan enzim.
Getah lambung merupakan cairan yang berasal dari lambung dengan komponen
terdiri atas air, asam klorida, dan enzim (Kusnandar 2010). Sekresi getah lambung
diatur mekanisme syaraf dan hormonal, impuls parasimpatis yang terdapat pada
medula dihantarkan melalui syaraf vagus dan merangsang gastrik glands untuk
mensekresikan pepsinogen, asam klorida, mukus, dan hormon gastrin (Maryati 2000).
Faktor yang merangsang sekresi lambung yaitu fase sefalik, fase gastrik, dan
fase intestinal. Fase sefalik muncul sebelum makanan makanan masuk ke lambung
dan mempersiapkan lambung untuk mencerna. Fase gastrik terjadi ketika makanan
memasuki lambung. Semua jenis makanan menyebabkan penggelembungan dan
merangsang reseptor yang terdapat pada dinding lambung. Fase intestinal terjadi saat
makanan meninggalkan lambung dan memasuki usus halus. Saat protein yang telah
tercerna sebagian memasuki duodenum, protein ini merangsang lapisan mukosa pada
dinding duodenum untuk melepaskan hormon gastrin yang merangsang kelenjar
gastrik untuk melanjutkan sekresi (Aryulina 2007).
Prinsip dari aktivitas pencernaan adalah memulai pencernaan protein. Asam
lambung mempunyai pH sekitar 1.00 – 2.00, berfungsi memecah molekul protein
dengan mengaktivasi pepsin karena pepsin paling efektif bekerja di lingkungan yang
sangat asam (Hawab 2004). Pepsin memecah ikatan peptida antara asam amino yang
membentuk protein. Pepsin disekresikan menjadi bentuk inaktif yang disebut
pepsinogen, sehingga tidak dapat mencerna protein di sel-sel zymogen. Pepsinogen
tidak akan diaktifkan sebelum melakukan kontak dengan asam hidroklorik yang
disekresikan sel parietal. Pepsin akan memotong grup karbolik dari asam amino
seperti fenilalanin dan tirosin. Pepsin tidak memotong ikatan pada valin, alanine, atau
glisin.
Praktikum ini bertujuan mengetahui aktivasi pepsinogen dan aktivitas pepsin,
serta mengetahui aktivitas pepsin pada pH dan suhu optimumnya.
Metode Praktikum
Praktikum materi Enzim Pencernaan khususnya getah lambung dilakukan di
Laboratorium Biokimia pada tanggal 27 September 2013 pukul 13.00-16.00 WIB.
Alat-alat yang diguanakan dalam praktikum ini antara lain tabung reaksi,
penangas air, pipet volumetric, bulb hitam, indikator universal, gelas piala,
stopwatch, batang pengaduk, dan termometer. Bahan-bahan yang digunakan dalam
praktikum ini antara lain ekstrak pepsinogen, HCl 0.4%, akuades, Na-karbonat 0.5%,
fibrin, ekstrak pepsin, dan HCl 1 N.
Aktivitas Pepsinogen 2.1. Sebanyak 2 ml ekstrak pepsinogen dimasukkan ke
dalam dua tabung reaksi. Tabung 1 ditambahkan 1.5 ml HCl 0.4% dan tabung 2
dimasukkan 1.5 ml akuades dan dikocok. Kedua tabung disimpan di dalam penangas
air selama 15 menit bersuhu 37-400C.
Aktivitas Pepsinogen 2.2. Ekstrak pepsinogen sebanyak 2 ml dimasukkan ke
dalam dua tabung reaksi. Tabung 1 ditambahkan 1.5 ml HCl 0.4% dan tabung 2
dimasukkan 1.5 ml akuades dan dikocok. Kedua tabung disimpan di dalam penangas
air selama 15 menit bersuhu 37-400C. kemudian tabung 1 ditambahkan Na-karbonat
0.5% dan tabung 2 ditambahkan akuades hingga volume sama dan pH keduanya
kisaran 7 dan diinkubasi pada suhu 37-400C 15 menit. Kemudian tambahkan HCl
sampai pH 1.0-2.0.
Aktivitas Pepsin 2.1. Tabung reaksi sebanyak dua buah diisi dengan 1.5 ml
ekstrak pepsin dan 1.5 ml HCl. Tabung 1 dipanaskan pada penangas air selama 15
menit dan dinginkan. Lalu kedua tabung ditambahkan fibrin sama banyak dan
keduanya dipanaskan di dalam penangas air.
Aktivitas Pepsin 2.2. Tiga tabung reaksi diisi dengan HCl 1 N, akuades, dan
ekstrak pepsin dengan perbandingan sebagai berikut dalam satuan ml : tabung 1 (0.0 ;
2.5 ; 2.5), tabung 2 (0.2 ; 2.3; 2.5), dan tabung 3 (0.6; 1.9; 2.5).
Hasil dan Pembahasan
Pepsin merupakan enzim yang dihasilkan kelenjar di lambung dengan bantuan
asam lambung. Pepsin berfungsi memecah protein kompleks menjadi protein
sederhana sehingga dapat dibawa oleh pembuluh darah ke seluruh jaringan tubuh.
Jumlah produksi pepsin sebanding dengan banyaknya asam lambung. Semakin
banyak pepsin, berarti jumlah asam lambung juga banyak, berlaku pula hal
sebaliknya. Akibatnya, lambung rentan terkena infeksi karena fungsi asam lambung
melapisi mukosa lambung agar terlindung dari infeksi.
Tabel 1 Pengamatan aktivitas pepsinogen
Tabung ke- Hasil pengamatan Gambar
1 (HCl) +
2 (akuades) -
Keterangan : + : pudar ++ : lebih pudar
: tidak pudar
Fibrin merupakan protein larut yang diproduksi sebagai respon terhadap
perdarahan dan merupakan komponen utama dari pembekuan darah (Martoharsono
2006). Fibrin merupakan zat protein tinggi yang diatur dalam rantai berserat panjang,
terbentuk dari fibrinogen (protein larut yang diproduksi oleh hati dan ditemukan
dalam plasma darah. Jika terjadi perdarahan atau tubuh mengalami luka, fibrinogen
akan diubah pada luka menjadi fibrin oleh enzim pembekuan yang disebut trombin.
Molekul fibrin bergabung membentuk benang fibrin panjang yang melibatkan platelet
untuk membangun jaringan yang mengeras secara bertahap oleh zat yang dikenal
sebagai faktor fibrin (Budiyanto 2003). Fibrin digunakan sebagai indikator
bekerjanya enzim pepsin pada praktikum ini karena kemampuan fibrin sebagai
substrat yang bekerja efektif pada enzim tertentu, ditandai dengan terhidrolisisnya
fibrin sehingga warnanya memudar (Hidayat 2006). Sampai saat ini belum dapat
ditemukan indikator lain pengganti fibrin untuk mengetahui aktivitas enzim pepsin.
Pepsinogen merupakan bentuk dari enzim yang masih inaktif. Tabung 1 yang
berisi HCl 0.4% menghasilkan warna lebih keruh dari tabung 2 yang berisi akuades.
Tampak pada tabung 1 warna fibrin memudar dan warna larutan berubah keruh dan
agak sedikit kemerahan, sedangkan pada tabung 2 cenderung tidak ada pelepasan
warna benang-benang fibrin. Percobaan ini membuktikan bahwa pepsin bekerja pada
asam kuat dan tidak bekerja pada larutan yang bersifat netral.
Tabel 2 Pengamatan aktivitas enzim
Tabung ke- Hasil pengamatan Gambar
1 +
2 ++
Keterangan : + : pudar ++ : lebih pudar
: tidak pudar
Tabung 1 yang ditambahkan ekstrak pepsinogen dan HCl 0.4% dipanaskan
pada suhu 370C menunjukkan adanya perubahan warna, namun ketika ditambahkan
Na-karbonat enzim tidak dapat bekerja lagi. Tabung 2 dengan ekstrak pepsinogen dan
akuades dipanaskan pada suhu 370C menunjukkan pepsin tidak bekerja. Penambahan
Na-karbonat tidak berpengaruh banyak terhadap pepsin karena pepsin tetap tidak
bekerja.
Tabung 3 Suhu optimum aktivitas pepsin
Tabung ke- Hasil pengamatan Gambar
1 +
2 ++
Keterangan : + : pudar ++ : lebih pudar
: tidak pudar
Kerja enzim yang terdeteksi membuktikan bahwa enzim dapat bekerja
optimum pada suhu tertentu sehingga nilai kuantitatif aktivitasnya besar. Gaman dan
Sherrington (1994) memiliki teori yang menyebutkan bahwa enzim dipengaruhi oleh
suhu yang sama dengan suhu tubuh yaitu sekitar 30-400C. Suhu di atas 100
0C dapat
membuat enzim rusak, sedangkan pada suhu sangat rendah enzim belum teraktivasi
sehingga tidak dapat menjalankan fungsinya dengan baik.
Rata-rata enzim bekerja pada suhu optimum, namun tidak dapat bekerja pada
suhu yang terlalu tinggi atau belum aktif pada suhu yang terlalu rendah (Keusch
2003). Hal itu juga terjadi pada pepsin. Pepsin akan rusak jika dipanaskan pada suhu
1000C karena ikatan yang terjadi pada protein mengalami denaturasi. Pepsin yang
dipanaskan pada suhu 370C – 40
0C menunjukkan bahwa pepsin bekerja yang
ditunjukkan dengan benang-benang fibrin yang warnanya semakin memudar karena
terhidrolisis. Hasil menunjukkan bahwa suhu optimum pepsin adalah 370C.
Tabel 4 Pengamatan konsentrasi optimum HCl untuk aktivitas hidrolisis pepsinogen
Tabung ke- Hasil pengamatan Gambar
1 -
2 ++
3 +
Keterangan : + : pudar ++ : lebih pudar
: tidak pudar
Suasana asam atau basa dapat menyebabkan protein terdenaturasi dan
aktivitas enzim akan hilang (Ahmad 2000) . Tiap enzim memiliki karakteristik pH
optimal yang berbeda pada suatu substrat dan akan aktif pada range pH yang sangat
kecil. Enzim memiliki pH optimum sekitar 7 (netral). Enzim memiliki konstanta
disosiasi pada gugus asam ataupun gugus basa pada residu terminal karboksil dan
asam amino. Reaksi apapun tidak tampak pada tabung 1 yang hanya berisi akuades
dan pepsin karena tidak ada suasana asam yang cukup untuk membantu enzim pepsin
bekerja. Tabung 1 memiliki pH berkisar 3.0 - 4.0. Tabung 2 yang bersi HCl, akuades,
dan pepsin dengan pH 2.0 dipanaskan pada suhu 370C menunjukkan terjadinya
pelepasan benang-benang fibrin dengan jumlah yang banyak. Hasil pengamatan ini
membuktikan bahwa pepsin bekerja pada suhu optimum sebesar 370C dan pH
optimum sebesar 2.0.
Simpulan
Aktivitas pepsinogen terjadi pada pH rendah, yakni pada asam kuat, yang
mengaktifkan pepsinogen dengan perubahan warna larutan dan memudarnya warna
fibrin. Pepsinogen perlu diaktifkan oleh HCl dan tidak akan aktif lagi jika
ditambahkan Na-karbonat. Enzim pepsin bekerja pada suhu optimum sebesar 370C
dan pH optimum sebesar 2.0.
Daftar Pustaka
Ahmad H. 2000. Larutan Asam dan Basa. Bandung: Ganesa.
Aryulina D. 2007. Biologi 2. Esis: Jakarta.
Budiyanto MAK. 2003. Mikrobiologi Terapan. Malang: Universitas Muhammadiyah.
Gaman PM, KB Sherrington. 1994. Ilmu Pangan, Pengantar Ilmu Pangan, Nutrisi
dan Mikrobiologi. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada Press.
Hawab HM. 2004. Pengantar Biokimia. Malang: Banyumedia Publishing.
Hidayat N. 2006. Mikrobiologi Industri. Yogyakarta: Andi Offset CV.
Keusch P. 2003. Basic and Acid Azo Dyes. USA: Chemie-uni.
Kusnandar F. 2010. Kimia Pangan Komponen Makro. Jakarta: PT Dian Karya.
Martoharsono S. 2006. Biokimia 1. Yoyakarta. Gadjah Mada University Press.
Maryati S. 2000. Sistem Pencernaan Makanan. Jakarta: Erlangga.