Click here to load reader
Upload
juwita-raditya
View
235
Download
5
Embed Size (px)
Citation preview
1
PEMBUATAN GEL AGAROSE DAN PENGENALAN
ELEKTROFORESIS Juwita Raditya Ningsih
(07/252184/KG/8196)
Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
_____________________________________________________________
ABSTRACT
Deoxyribonuklease acid (DNA) is carrier genetic information. Electrophoresis
can be applied to the separation of different size fragments of DNA or RNA chains. In
this lab work we made agarose gel with concentration 2 %. The aim of this lab work is to
study about process of DNA identification and to recognize electrophoresis. We use 500
mg agarose powder and added sterilized aquadest until 25 ml. In electrophoresis we use
DNA sample, agarose gel, micropipette, and apparatus electrophoresis with 220
voltages. Smaller molecules migrate at a faster rate through the gel than larger
molecules. The principal of agarose gel electrophoresis is separate DNA based on its
molecule size. Each fragment of DNA will appears as band colored in blue represent its
staining using ethidium bromide after exposed by UV light. Electrophoresis is a choice to
analyze DNA in small molecule.
Keyword: DNA, electrophoresis, agarose gel
Pendahuluan
Deoxyribonuklease acid (DNA) atau asam deoksiribosanukleat dikenal
sebagai bahan kimia pembawa informasi genetik. RNA adalah riboukleic aIcd atau asam
ribonukleat sebagai hasil transkripsi DNA (Goodenough, 1988). DNA merupakan
polimer terdiri dari rangkaian subunit yang disebut nukleotida. Setiap nukleotida terdiri
dari 3 bagian: basa nitrogen, gula pentosa dan gugus fosfat. Kombinasi basa-gula disebut
nukleosida sedangkan kombinasi basa-gula-fosfat disebut dengan nukleotida. Baik DNA
maupun RNA mengandung basa purin yang sama yakni adenine dan guanine. Sedangkan
basa pirimidin untuk DNA adalah cytosine dan thiamin dan pada RNA adalah cytosine
dan urasil (Recee, 2004). Suatu gena adalah sepotong DNA yang mengandung beberapa
ratus atau ribu pasang basa (Harris H, 1980).
Umumnya, DNA terdapat di dalam kromosom sel-sel hidup. Pada sel prokariotik
terdapat banyak DNA ekstrakromosomal yang disebut dengan plasmid (Recee, 2004).
Salah satu cara yang paling umum dilakukan untuk mengetahui sekuen DNA
spesifik adalah dengan memasukkan protein α- heliks pada groove mayor DNA. Protein
2
α- heliks adalah protein sekunder dengan struktur right-handed heliks dari asam amino
pada ikatan polipeptida. Penelitian pertama dalam memotong dan menggabungkan
molekul DNA dapat dimonitor dengan kecepatan sedimentasi pada gradient sukrosa.
Namun teknik ini membutuhkan DNA yang cukup banyak dan kurang sensitif dalam
mengetahui adanya sedikit perubahan pada ukuran molekul DNA. Teknik separasi yang
diperlukan dalam penelitian genetika yang efektif adalah yang hanya membutuhkan
sedikit material dan separasi derajat tinggi (Recee, 2004).
Elektroforesis adalah teknik yang memberikan kontribusi yang besar dalam
analisis asam nukleat (Klug WS, dkk, 2009). Elektroforesis gel medan listrik bergetar
juga dapat digunakan untuk interpretasi pola sidik jari (Matsumoto,dkk, 2005). Gugus
fosfat pada ikatan gula-fosfat memberikan muatan negatif pada DNA. DNA yang panjang
akan lebih negatif dibandingkan dengan rantai pendek karena memiliki gugus fosfat yang
lebih banyak. Sehingga apabila aliran listrik dikenakan pada sampel DNA baik rantai
pendek maupun panjang pada larutan netral makan keduanya akan bergerak menuju
kutub positif (anoda) dengan asumsi mengabaikan adanya gesekan. Sehingga molekul
DNA yang pendek akan bergerak lebih cepat karena gesekkannya juga lebih kecil
daripada molekul DNA yang panjang. Menggerakkan molekul DNA pada gel akan
menyediakan gesekan yang dibutuhkan untuk memisahkan molekul DNA yang memiliki
ukuran berbeda-beda. (Recee, 2004). Elektroforesis dengan bidang listrik bergetar
merupakan metode yang paling efektif dalam metode typing tetapi tidak dilakukan secara
rutin di laboratorium (Chomvarin C,dkk, 2005).
Gel yang digunakan pada elektroforesis terdiri atas poliakrilamida atau
agarose. Agarose paling baik digunakan untuk memisahkan fragmen-fragmen DNA yang
mempunyai ukuran rentang bberapa ratus hingga 20.00 pasangan basa. Poliakrilamida
lebih disukai untuk fragmen-fragmen DNA yang lebih kecil (Old RW dan Primrose SB,
1989). Gel agarose, merupakan protein alami yang di ekstrak dari rumput lain. Gel
agarose dibuat dalam bentuk suspense dari agarose serbuk dengan konsentrasi 1-3%
dengan larutan buffer kemudian dididihkan hingga larut. Gel yang telah larut dituangkan
pada cetakkan yang telah ditempatkan comb sebelumnya untuk membuat wells dan
dibiarkan dingin hingga membentuk gel.
3
Setelah gel menjadi setting, makan sampel DNA dimasukkan ke dalam
sumuran atau wells. Kemudian gel dialiri dengan arus listrik konstan ( 10V/ cm gel) dan
DNA akan bergerak ke anoda (kutub positif). Setelah di separasi maka harus dilakukan
pengecatan agar DNA dapat diamati. Cara yang paling umum untuk pengecatan gel
agarose adalah dengan merendam di dalam ethidium bromide (Klug WS, dkk, 2009).
Iluminasi sinar UV yang digunakkan untuk menampakkan pita fluoresense DNA ialah
sebesar 260-300 nm.
Tujuan praktikum ini dilakukan adalah agar mahasiswa mampu memahami
proses identifikasi suatu DNA dan mengenal penggunaan alat serta bahan yang
berhubungan dengan elektrophoresis.
Cara Kerja
Dalam praktikum praktikan melakukan prosedur pembuatan gel agarose dan
elektroforesis. Alat-alat dan bahan yang digunakan dalam pembuatan gel agarose 2 %
adalah bubuk agarose, aquades, cetakan gel, sisir gel, tabung erlenmeyer, dan microwave.
Sedangkan untuk elektroforesis alat dan bahan yang digunakan antara lain sampel DNA,
gel agarose 2 %, buffer TBE, gel loading buffer dan apparatus elektroforesis horisontal.
Dalam pembuatan 2 % gel agarose, 500 mg bubuk agarose dimasukkan ke
dalam tabung enlemeyer yang berisi 25 ml aquades. Kemudian tabung tersebut
dipanaskan dalam microwave sampai hampir mendidih (baru timbul sedikit letupan air)
kemudian tabung dikeluarkan dan digoyangkan agar gel tercampur. Setelah semua gel
larut kemudian dituangkan dalam cetakan. Selanjutnya sisir gel diinsersikan pada
tempatnya dan ditunggu sampai larutan gel tersebut membeku. Setelah membeku sisir gel
diangkat.
Pada elektroforesis, cara kerjanya adalah sebagai berikut sampel DNA diambil
8 mikroliter dan diletakkan di atas parafilm. Kemudian ditambahkan 2 mikroliter larutan
gel loading buffer yang mengandung bromphenol blue. Lalu campuran tersebut diaspirasi
dengan mikropipet sebanyak 3-4 kali, kemudian dimasukkan dalam sumuran gel agarose
2 % yang terendam oleh buffer TBE. Elektriforesis dilakukan dengan sumber daya 100
mA. Pergerakan pita DNA tersebut diamati, setelah pita DNA berada pada bagian bawah
maka elektroforesis dinyatakan selesai, dicatat berapa waktu yang dibutuhkan untuk
proses tersebut.
4
Hasil Pengamatan
Gb.1 H2O di dalam tabung Erlenmeyer
Gb. 2 Serbuk Agarose
Gb.3 Timbangan Analitik
Gb. 4 Elektrofosesis
Gb.5 Agarose gel di dalam perangkat
elektroforesis
Pembahasan
Gel agarose konsentrasi 2% dibuat dengan mencampurkan 500 mg serbuk agarose
dengan aquades steril hingga mencapai volume 25 ml. Pertama-tama serbuk dimasukkan
ke dalam tabung erlenmeyer kemudian ditambahkan aquades steril hingga 25 ml. Hal ini
dilakukan agar volume dan konsentrasi yang diperoleh bisa tepat dan akurat.
Memasukkan aquades 25 ml terlebih dahulu baru kemudian memasukkan serbuk agarose
500 mg akan menghasilkan suspensi dengan konsentrasi yang tidak tepat 2% seperti yang
diharapkan. Setelah serbuk tercampur di dalam aquades maka kemudian dipanaskan di
5
dalam microwave hingga terjadi letupan ”pulp” pada gel agarose agar campuran tersebut
bisa terlarut dan menjadi homogen. Tidak diperkenankan untuk memanaskan campuran
agasrose hingga mendidih karena akan meningkatkan penguapan sehingga konsentrasi
gel bisa berubah.
Gel agarose yang telah dipanaskan kemudian dituangkan ke dalam cetakkan agar
yang telah di tempatkan comb sebelumnya untuk membentuk wells atau sumuran. Wells
inilah yang nantinya akan menjadi tempat untuk meletakkan DNA sampel ke dalam
agarose. Ketebalan gel kurang lebih 1 cm, jangan tidak terlalu berlebih dan tidak terlalu
kurang. Jika kurang, maka DNA yang diletakkan ke dalam sumuran akan keluar.
Sedangkan jika terlalu tebal maka sumuran atau wells tidak akan terbentuk dengan baik
karena ukuran comb juga tidak terlalu tinggi, sehingga saat diangkat akan menjadikan gel
agarose menjadi rusak atau luka.
Setelah gel menjadi kenyal, maka gel tersebut segera dimasukkan ke dalam
perangkat elektroforesis sehingga gel terendam dalam aquades yang netral. Sampel DNA
sebesar 8 µl yang telah dicampur dengan loading buffer sebesar 2 µl yang mengandung
bromphenol blue dimasukkan ke dalam sumuran menggunakan mikropipet. Aparatus
elektroforesis kemudian dikenakan aliran listrik sebesar 100 mA, 220 volt selama kurang
lebih 15 menit sampai DNA bergerak sejauh ¾ dari panjang gel. Apabila arus listrik tetap
diberikan sementara sampel DNA sudah hampir mendekati ujung gel agarose maka
sampel DNA tersebut akan terus bergerak hingga keluar dan meninggalkan gel agarose
yang menjadi kosong. Prinsip utama pergerakkan DNA di dalam aparatus elektroforesis
adalah bergeraknya muatan negatif ke kutub positif. DNA bermuatan negatif karena
kandungan basa nitrogen, sehingga cenderung bergerak ke anoda ketika dialiri listrik.
DNA yang telah di elektroforesis telah terpisah-pisah berdasarkan berat molekul
dan ukurannya, namun belum dapat dapat diamati sebelum dilakukan pengecatan dengan
ethidium bromida dan diamati menggunakan UV light di ruangan yang gelap. Ekspresi
DNA yang sudah dipisahkan, akan tampak sebagai pita-pita berwarna biru yang memiliki
ketebalan tertentu sesuai dengan adanya nicked, coiled dan supercoiled dari DNA. Pita
yang berada di ujung gel merupakan fragmen DNA yang paling kecil sedangkan pita
yang berada di pangkal yaitu yang paling dekat dengan sumuran adalah fragmen DNA
yang paling besar.
6
Kesimpulan
- Dalam prosedur pembuatan gel agarose diperlukan ketelitian dalam menghitung
w/p ratio dan memperkirakan ketebalan gel
- Metode Elektroforesis melibatkan aliran listrik untuk memindahkan molekul
DNA melewati gel agarose
- Agarose gel elektroforesis mampu mendeteksi adanya DNA dengan
memisahkannya berdasarkan ukuran atau berat molekul DNA
Daftar Pustaka
Chomvarin, Chariya; Tishyaadhigama, Prapawadee; Siripornmongcolchai, Taweeporn;,
Wongwanich, Siripan; Limpaiboon, Temduang; dan Chaicumpar, Kunyaluk.
2005. Analysis of Phenotyping Methods amd Pulses-Field Gel Electrophoresis for
Differentiation of Methicillin Resistant Staphyloicoccus aureus Isolated from two
Hospitals in Thailand, The Southeast Asian Journal of tropical Medicine and
Public Health. Volume 36 no. 5 September 2005, Hal 1227.
Goodenough, Ursula. 1988. Genetika edisi ketiga Jilid I, Erlangga Jakarta, hal 1- 13 dan
Hal 64 – 66.
Harris, Harry. 1980. Dasar – Dasar Genetika Biokemis Manusia edisi 3. Gadjah Mada
University Press. Yogyakarta. Hal: 2 – 4.
Klug, William S; Cummings, Michael R; Spencer, Charlotte A; dan Palladino, Michael
A. 2009. Concept of Genetic Ninth edition. Pearson Benjamin Cummings. San
Francisco. Hal: 270.
Matsumoto Masakado and Suzuki Yasumoto., 2005, Evaluation of Pulsed-Field Gel
Electrophonesis Analysis Performed at Selected Prefectural Institutes of Public
Health for use in Pulse Net Japan, Japanese journal of Infectious Disease, volume
58, hal 182.
Old, RW; Dan, Primrose S. B. 1989. Prinsip – Prinsip Manipulasi Gen Suatu Pengantar.
Rekayasa Genetika. Blackwell Scientific Publication. Oxford. Hal: 5 – 7.
Seashore, Margretta Reed dan Wappner, Rebecca S. 1996. A Large Medical Book
Genetic in Primary Care & Clinical Medicine First edition, Prentice – Hall
International. Stainford.
Recce, Richard J. 2004. Analysis Genes and Genomes. John Wiley and Sons. West
Sussex, UK.
7
LAPORAN PRAKTIKUM
BIOLOGI MULUT III
PEMBUATAN GEL AGAROSE DAN PENGENALAN
ELEKTROFORESIS
Disusun oleh :
Nama : Juwita Raditya Ningsih
N I M : 07/252184/KG/8196
Kelompok : C3
Hari/tanggal : Rabu, 24 Maret 2010
BAGIAN BIOLOGI MULUT
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2010