Upload
ade-ayu-wulan-suci
View
650
Download
2
Embed Size (px)
Citation preview
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA III
PENENTUAN PANAS PELARUTAN
OLEH:
NAMA : ADE AYU WULAN SUCI
NIM : 1008105034
KEL/GEL : 3/1
LABORATORIUM KIMIA FISIKA
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS UDAYANA
BUKIT JIMBARAN
2012
PENENTUAN PANAS PELARUTAN
I. Tujuan Percobaan
Adapun tujuan dari percobaan ini adalah untuk mempelajari, bahwa:
a. Setiap reaksi kimia selalu disertai dengan perubahan energi
b. Perubahan kalor dapat diukur atau dipelajari dengan percobaan yang sederhana
c. Menentukan tetapan kalorimeter
d. menentukan kalor penetralan HCl dan NaOH
II. Dasar Teori
Kajian tentang kalor yang dihasilkan atau dibutuhkan oleh reaksi kimia
disebut termokimia. Termokimia merupakan cabang dari termodinamika karena
tabung reaksi dan isinya membentuk sistem. Jadi kita dapat mengukur (secara
langsung dengan cara mengukur kerja atau kenaikan temperatur) energi yang
dihasilkan oleh reaksi sebagai kalor dan dikenal sebagai Joule. Berganti dengan
kondisinya, apakah dengan perubahan energi dalam atau perubahan entalpi.
Sebaliknya jika tahu ΔC atau ΔH suatu reaksi kita dapat meramalkan jumlah energi
yang dihasilkannya sebagai kalor.
Sebagian besar reaksi kimia yang terjadi,disertai dengan penyerapan atau
perubahan energi. Energi merupakan kemampuan untuk melakukan kerja. Ketika
sistem bekerja / melepaskan kalor, kemampuan untuk melakukan kerja berkurang
dengan kata lain energinya berkurang.
Termokimia berkaitan dengan fungsi energi dalam (U), entalpi (H), entropi
(S) serta energi bebas Gibbs (G). Dasar termokimia adalah Hukum Termodinamika
yaitu:
1. Hukum Pertama Termodinamika
Hukum pertama termodinamika merupakan uraian baru dari hukum kekekalan
energi. Dalam hukum ini dinyatakan bahwa ”bila suatu sistem mengalami
serangkaian perubahan yang akhirnya membawa sistem kembali ke keadaan
awalnya maka beda perubahan energinya adalah nol”.
2. Hukum Kedua Termodinamika
Dalam hukum kedua termodinamika ini terlihat adanya hubungan antara entropi
dan spontanitas suatu reaksi. Hukum ini menyatakan bahwa ”Entropi alam
semesta bertambah dalam suatu perubahan spontan dan tetap dalam suatu proses
kesetimbangan”
3. Hukum Ketiga Termodinamika
Hukum ini menyatakan bahwa ”Entropi suatu kristal sempurna adalah nol pada
temperatur absolut”. Jadi, entropi berhubungan dengan ketidakteraturan molekul
dalam sistem.
Entalpi (H) merupakan kalor reaksi pada sistem isobar (tekanan tetap), yang
menyatakan banyaknya energi yang tersimpan dalam suatu zat atau sistem. Adapun
jenis-jenis entalpi reaksi diantaranya adalah:
1. Entalpi pembentukan standar (ΔHf0) yaitu jumlah kalor yang terlibat untuk
membentuk satu mol suatu zat dari unsur- unsurnya dalam keadaan standar.
H2 (g) + ½ O2 (g) H2O(l) ΔHf = -285,85 kJ/mol
2. Perubahan entalpi penguraian standar (ΔHd0) yaitu jumlah kalor yang terlibat
untuk menguraikan satu mol suatu zat menjadi unsurnya dalam keadaan
standar.
NaCl (s) Na (s) + ½ Cl (g) ΔHd = + 411 kJ/mol
3. Entalpi pembakaran standar (ΔHC0) yaitu jumlah kalor yang terlibat untuk
pembakaran (mereaksikan gas O2) satu mol zat dalam keadaan standar.
C (s) + O2 (g) CO2 (g) ΔHC = -393,52 kJ/mol
4. Entalpi pelarutan standar (ΔHS0) yaitu jumlah kalor yang terlibat untuk
melarutkan satu mol zat dalam keadaan standar.
H2O (l) H2O (g) ΔHS = + 44,01 kJ/mol
5. Entalpi netralisasi yaitu jumlah kalor yang terlibat ketika satu mol air
terbentuk akibat reaksi netralisasi asam dan basa.
HCN (aq) + KOH (aq) KCN (aq) + H2O (l) ΔH = -12 kJ/mol
6. Entalpi pengenceran yaitu jumlah kalor yang terlibat ketika suatu zat atau
larutan diencerkan dalam konsentrasi tertentu.
HCl (g) + H2O (l) HCl (aq) ΔH = -72,4 kJ/mol
Untuk mengukur perubahan energi dalam reaksi kimia (umumnya dalam
bentuk kalor) biasanya digunakan alat kalorimeter. Dalam percobaan penentuan
panas pelarutan ini juga dipergunakan alat kalorimeter. Kalorimeter yaitu suatu
tabung yang dibuat sedemikian rupa sehingga tidak ada pertukaran atau perpindahan
kalor dengan sekeliling, atau walaupun ada pertukaran kalor harus sekecil mungkin
sehingga dapat diabaikan.
Dalam penggunaan kalorimeter berlaku bahwa kalor (Q) yang dilepas sama
dengan kalor (Q) yang diterima. Besarnya kalor yang dilepas atau diterima
ditentukan dengan persamaan berikut:
Q = m . s . ∆T (1)
Dimana:
Q = jumlah kalor yang diserap atau dilepaskan (J)
m = massa sampel (g)
s = kalor jenis (J/g 0C)
∆T = perubahan temperatur (0C)
Jumlah kalor yang diserap oleh kalorimeter untuk menaikkan temperaturnya
sebesar satu derajat disebut tetapan kalorimeter. Tetapan kalorimeter dapat
ditentukan dengan melakukan percobaan sederhana yaitu dengan mencampurkan
sejumlah air panas dengan sejumlah air dingin sehingga akan terjadi penyerapan
kalor oleh kalorimeter sebesar selisih dari kalor yang dilepaskan air panas dikurangi
kalor yang diserap oleh air dingin. Harga tetapan kalorimeter didapat dengan
membagi jumlah kalor yang diserap kalorimeter dengan perubahan temperaturnya.
Dua buah sistem yang mempunyai kalor yang berbeda, maka apabila kedua
sistem dalam keadaan berkontakan satu sama lain akan membentuk keadaan
setimbang, sehingga kedua sistem mempunyai kalor yang sama. Perpindahan kalor
tersebut akan berlangsung terus hingga kedua sistem memiliki suhu yang sama.
Kalor jenis (s) merupakan banyaknya kalor yang diperlukan untuk menaikan
temperatur 1 gram zat sebesar satu derajat Celsius. Sedangkan kapasitas kalor (C)
adalah banyaknya kalor yang diperlukan untuk menaikan temperatur sejumlah
tertentu zat sebesar satu derajat Celsius.
Larutan memiliki entropi yang lebih besar dari pada zat terlarut dan pelarut
murninya. Suatu zat dengan panas pelarut positif hanya akan terlarut jika kenaikan
entropi pada saat pelarutan cukup tinggi. Pengaruh suhu pada kelarutan zat padatan
lebih mudah larut pada temperatur tinggi. Kelarutan gas dalam air berkurang dengan
naiknya temperatur. Kelarutan akan semakin besar dengan bertambahnya tekanan.
III. Alat dan Bahan
Alat:
- Kalorimeter, pengaduk dan bahan isolasi
- Termometer
- Gelas ukur
- Beaker glass
- Pemanas
- stopwatch
Bahan:
- aquades
- NaOH 2M
- HCl 2M
IV. Prosedur Kerja
Penentuan Tetapan Kalorimeter:
1. 20 cm3 air dimasukkan ke dalam kalorimeter dengan buret, lalu temperaturnya
dicatat.
2. 20 cm3 air dipanaskan dalam gelas kimia sampai ± 10
0 diatas temperatur kamar
kemudian temperaturnya dicatat.
3. Air panas tersebut dicampurkan kedalam kalorimeter, diaduk atau dikocok
kemudian temperaturnya diamati selama 10 menit dengan selang 1 menit
setelah pencampuran.
4. Kurva pengamatan temperatur vs selang waktu dibuat untuk menentukan harga
penurunan air panas dan penaikan temperatur air dingin.
Penentuan Kalor Penetralan HCl dan NaOH:
1. 20 cm3 HCl 2 M dimasukkan kedalam kalorimeter.
2. Temperatur larutan HCl diukur dengan termometer
3. Sebanyak 20 cm3 NaOH 2 M diukur dan temperaturnya dicatat (diatur
sedemikian rupa sehingga temperaturnya sama dengan temperatur HCl).
4. Basa ini dicampurkan kedalam kalorimeter dan temperatur campuran dicatat
selama 5 menit dengan selang waktu ½ menit.
5. Grafik dibuat untuk memperoleh perubahan temperatur akibat reaksi ini.
6. Kalor penetralan dihitung, jika kerapatan kelarutan 1,03 g cm-3
dan kalor
jenisnya sebesar 3,96 J/g K.
V. Hasil Pengamatan
a. Penentuan Tetapan Kalorimeter
T air dingin = 300C
T air panas = 400C
V air dingin = 20 cm3
V air panas = 20 cm3
Setelah pencampuran:
t (menit) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Temperatur (0C) 40 35 35 35 34 34 33 33 33 33
b. Penentuan Kalor Penetralan HCl dan NaOH
T HCl = 300C T NaOH = 30
0C
V HCl = 20 cm3 V NaOH = 20 cm
3
M HCl = 2 M M NaOH = 2 M
Setelah pencampuran :
t (menit) 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5 4 4,5 5
Temperatur (0C) 40 40 40 39 39 39 39 39 38 38
VI. Pengolahan Data
Penentuan Tetapan Kalorimeter
Diketahui : V air dingin = 20 cm3
V air panas = 20 cm
3
ρ air = 1 g/ cm
3
kalor jenis (s) air = 4,2 J/g K
Ditanya : q1, q2, q3, dan k = ……. ?
Jawab:
m air dingin = ρ air x V air dingin
= 1 g/ cm3 x 20 cm
3
= 20 g
m air panas = ρ air x V air panas
= 1 g/ cm3 x 20 cm
3
= 20 g
Untuk air dingin: T1 = 30 0C
T2 = 33 0C
∆T = T2 – T1
= 330C – 30
0C
= 3 0C (adanya kenaikan temperatur)
Untuk air panas: T1 = 40 0C
T2 = 33 0C
∆T = T2 – T1
= 33 0C – 40
0C
= -7 0C (adanya penurunan temperatur)
1. Kalor yang diserap air dingin (q1)
q1 = massa air dingin x kalor jenis air x kenaikan temperatur
= m air dingin x sair x ∆T
= 20 g x 4,2 J/g K x (3) K
= 252 J
2. Kalor yang diberikan air panas (q2)
q2 = massa air panas x kalor jenis air x kenaikan temperatur
= m air panas x sair x ∆T
= 20 g x 4,2 J/g K x (7) K
= 588 J
3. Kalor yang diterima kalorimeter (q3)
q3 = q2 - q1
= 588 J – 252 J
= 336 J
4. Tetapan Kalorimeter (k)
k = T
q
3
= K
J
3
336
= 112 J/K
Penentuan Kalor Penetralan HCl dan NaOH
Diketahui : ρlarutan = 1,03 g/ cm3
slarutan = 3,96 Jg-1
K-1
T1 = 40 0C
T2 = 38 0C
[NaOH] = 2 M
[HCl] = 2 M
V NaOH = 20 cm3
= 20 mL
V HCl = 20 cm3
= 20 mL
Ditanya : q11, q12, q13, dan ∆Hn = ……. ?
Jawab :
mmol NaOH = 2 mmol/mL x 20 mL
= 40 mmol
mmol HCl = 2 mmol/ mL x 20 mL
= 40 mmol
NaOH + HCl NaCl + H2O
m : 40 mmol 40 mmol - -
b : 40 mmol 40 mmol 40 mmol 40 mmol
s : - - 40 mmol 40 mmol
Pada reaksi ini dihasilkan 40 mmol NaCl = 0,040 mol NaCl
Volume total larutan = 40 cm3
m larutan = V total larutan x ρ larutan
= 40 cm3
x 1,03 g/ cm3
= 41,2 gram
1. Kalor yang diserap (q11)
q11 = m larutan x s x ∆T3
= 41,2 g x 3,96 Jg-1
K-1
x (38 – 40)K
= 41,2 g x 3,96 Jg-1
K-1
x (-2) K
= -326,304 J
2. Kalor yang diserap kalorimeter (q12)
q12 = k x ∆T3
= 112 J/K x (-2) K
= -224 J
3. Kalor yang dihasilkan oleh reaksi (q13)
q13 = q11 + q12
= (-326,304) J + (-224) J
= -550,304 J
4. Kalor Penentralan (∆Hn)
molJq
Hn
/040,0
13
molJ /040,0
304,550
= -13757,6 J/mol
= -13,7576 kJ/mol
VII. Pembahasan
Pada percobaan Penentuan Panas Pelarutan kali ini bertujuan untuk
menentukan tetapan kalorimeter dan menentukan kalor penetralan HCl dan NaOH.
Adapun dalam percobaan ini dipergunakan alat kalorimeter untuk mengukur
perubahan temperatur yang terjadi selama percobaan berlangsung.
Adapun untuk menentukan tetapan kalorimeter ini dilakukan dengan
mencampurkan air dingin dengan air panas ke dalam kalorimeter. Sebelum
pencampuran, temperatur masing-masing zat diukur. Untuk temperatur air panas
yang akan dicampurkan diatur sedemikian rupa sehingga perbedaan temperaturnya
sebesar ± 10 0C dari temperatur kamar. Untuk temperatur air dingin sebesar 30
0C
sedangkan untuk temperatur air panas sebesar 40 0C. Setelah proses pencampuran
air dingin dan air panas dilakukan maka temperatur campuran diukur selama 10
menit dengan selang waktu 1 menit. Pada awal pencampuran suhu yang tertera pada
thermometer adalah 40 0C dan menurun menjadi 35
0C kemudian 34
0C dan konstan
pada suhu 33 0C. Untuk air dingin terjadi kenaikan suhu sebesar 3 derajat dan untuk
air panas terjadi penurunan suhu sebesar 7 derajat.
Hal ini menunjukkan bahwa dalam proses pencampuran tersebut terjadi
peristiwa pelepasan dan penyerapan kalor yaitu air panas melepaskan kalor dan
diserap oleh air dingin. Untuk lebih jelas tentang kenaikan temperatur air dingin dan
penurunan temperatur air panas dapat dilihat pada kurva pencampuran air panas-
dingin dibawah ini.
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
0 2 4 6 8 10 12
suh
u
waktu (mnt)
Kurva Penentuan Tetapan Kalorimeter
Proses pelepasan dan penyerapan kalor yang terjadi dalam kalorimeter dapat
dihitung. Adapun kalor yang dilepaskan oleh air panas sebesar 588 J sedangkan
kalor yang diserap oleh air dingin sebesar 252 J. Dari kedua nilai kalor tersebut
dapat diketahui besarnya kalor yang diterima oleh kalorimeter yaitu sebesar 336 J.
Untuk tetapan kalorimeter (k) itu sendiri dihitung dengan cara membagi besarnya
kalor yang diserap oleh kalorimeter (336 J) dengan perubahan temperaturnya (3K),
sehingga diperoleh nilai tetapan kalorimeter (k) sebesar 112 J/K.
Penentuan kalor penetralan dilakukan dengan mencampurkan larutan HCl
dengan larutan NaOH. Sebelum pencampuran, temperatur kedua larutan diukur
dimana temperatur basa yaitu NaOH diatur sedemikian rupa agar sama dengan
temperatur HCl. Dari hasil pengukuran temperatur sebelum pencampuran, diperoleh
temperatur kedua larutan sebesar 30 0C. Selanjutnya dilakukan pencampuran kedua
larutan dalam kalorimeter. Adapun dalam reaksi penetralan tersebut diperoleh
molekul air (H2O) dengan reaksi yang terjadi yaitu:
HCl (aq) + NaOH (aq) NaCl (aq) + H2O (l)
Setelah pencampuran, dilakukan pengukuran temperatur selama 5 menit
dengan selang waktu ½ menit. Dari hasil pengukuran temperatur terlihat bahwa
terjadi penurunan temperatur campuran dari 40 0C (pada menit-0,5) sampai 38
0C
(pada menit ke-5). Sehingga nilai penurunan temperaturnya sebesar 2 0C. Nilai
perubahan temperatur campran ini dapat digunakan untuk menghitung nilai kalor
netralisasi untuk HCl dan NaOH.
Dari hasil perhitungan diperoleh kalor yang diserap sebesar -326,304 J
sedangkan kalor yang diserap kalorimeter sebesar -224 J. Sehingga kalor yang
dihasilkan oleh reaksi dapat dihitung dengan menjumlahkan kalor yang diserap
larutan dengan kalor yang diserap kalorimeter yaitu sebesar -550,304 J. Untuk
menghitung kalor penetralan HCl dan NaOH dilakukan dngan cara membagi jumlah
kalor yang dihasilkan dalam reaksi dengan jumlah mol NaCl yang terbentuk
sehingga diperoleh kalor penetralan untuk HCl dan NaOH sebesar -13,7576 kJ/mol.
Kalor penetralan yang diperoleh lebih besar dari kalor penetralan HCl dan
NaOH pada literature, dimana disebutkan kalor penetralan HCl dan NaOH adalah -
57 kJ/mol namun pada perhitungan diperoleh -13,7576. Hal ini disebabkan karena
perbedaan konsentrasi pada kedua larutan. Perbedaan konsentrasi bisa disebabkan
karena adanya pengenceran pada saat percobaan dilakukan. Pengenceran bisa terjadi
karena alat yang digunakan masih berisi zat lain seperti akuades.
Perbahan temperatur yang terjadi saat reaksi netralisasi berlangsung adalah
sebagai berikut.
37.5
38
38.5
39
39.5
40
40.5
0 2 4 6 8 10 12
suh
u
waktu (mnt)
Kurva Reaksi Netralisasi HCl dan NaOH
VIII. Kesimpulan
Dari percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan beberapa hal yaitu:
- Kenaikan temperatur pada air dingin sebesar 3 0C sedangkan penurunan
temperatur pada air panas sebesar 7 0C.
- Kalor yang diserap oleh air dingin sebesar 588 J sedangkan kalor yang
dilepaskan oleh air panas sebesar 252 J.
- Nilai tetapan kalorimeter sebesar 112 J/ K.
- Besarnya kalor netralisasi asam kuat (HCl) dengan basa kuat (NaOH) pada
percobaan ini adalah 13,7576 kJ/ mol.
- Perbedaan hasil percobaan dengan literature disebabkan karena adanya
pengenceran pada saat pengerjaan dengan alat yang terkontaminasi oleh zat lain.
Daftar Pustaka
Bird, Tony, 1993, Kimia Fisika untuk Universitas, Gramedia, Jakarta.
Dogra, S dan S.K Dogra, 1990, Kimia Fisik dan Soal-Soal, Universitas Indonesia
Press, Jakarta.
Sastrohamidjojo, H, 2001, Kimia Dasar, Edisi ke-2, Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta.
Sukardjo, 1989, Kimia Fisika, Bina Aksara, Yogyakarta.
Tim Laboratorium Kimia Fisika, 2012, Penuntun Praktikum Kimia Fisika III,
Jurusan Kimia F.MIPA Universitas Udayana, Bukit Jimbaran.
LAMPIRAN
Jawaban Pertanyaan
1. Kalor penetralan adalah kalor reaksi yang dihasilkan atau dilepaskan pada penetralan 1
mol asam oleh basa atau 1 mol basa oleh asam. Panas netralisasi asam kuat oleh basa
kuat adalah konstan yaitu -57 kJ/ mol. Tetapi panas netralisasi asam lemah dan basa
lemah kurang dari -57 kJ/ mol karena asam atau basa mengalami ionisasi sedangkan
asam kuat dan basa kuat berdisosiasi sempurna dan reaksinya hanya:
H+
(aq) + OH-(aq) H2O(l)
Contohnya:
a. Basa kuat dengan asam kuat (NaOH dengan HCl)
NaOH + HCl NaCl + H2O
∆Hn untuk sistem reaksi adalah -57 kJ/ mol
b. Basa lemah dengan asam kuat (NH4OH dengan HCl)
∆Hn untuk sistem reaksi adalah kurang dari -57 kJ/ mol
c. Basa lemah dengan asam lemah (NH4OH dengan CH3COOH )
∆Hn untuk sistem reaksi adalah kurang dari -57 kJ/ mol
2. Jika sistem yang dipelajari hanya menyangkut zat padat dan zat cair saja, maka kerja
dapat diabaikan dimana yang terjadi perubahan volume sangat kecil. Sehingga kerja
yang bersangkutan dengan sistem tersebut dapat diabaikan (P∆V). Akibatnya
perubahan entalphi ∆H dan perubahan energi ∆U dalam hal ini adalah identik.
3. Diketahui : T air panas = 35 0C
T air dingin = 29 0C
V air panas = 40 cm3
V air dingin = 40 cm3
ρ air = 1 g/ cm
3
kalor jenis (s) air = 4,2 J/g K
Data pengamatan :
t (menit) 0 1 2 3 4 5
Temperatur
(0C)
29,0 28,8 28,6 28,4 28,2 28,0
Ditanya : k = …… ?
Jawab :
m air dingin = m air panas = ρair x Vair
= 1 g/ cm3 x 40 cm
3 = 40 g
Air panas : T1 = 35 0C
4,28
5
142
5
0,282,284,286,288,282
T
T
Ttsm
T
qk
).(.3
∆t untuk air panas : T1 = 35 0C
T2 = 28,4 0C
∆t = T2 – T1
= (28,4 – 35) 0C = - 6,6
0 C
∆T untuk air dingin : T1 = 29 0C
T2 = 28,4 0C
∆t = T2 – T1
= (28,4 – 29) 0C = - 0,6
0C
KJK
Jk
K
Jk
K
KgKJgk
T
Ttsmk
/16806,0
1008
6,0
6.2,4.40
6,0
)6,06,6.(/2,4.40
).(.
4. Diketahui : m Na2CO3 = 8,4 g
m air = 80 g
∆T3 = 6,24 K
s = 4,0 J/g K
Ditanya : ∆Hs = . . . . . . . . . ?
Jawab : Na2CO3 + 2H2O 2NaOH + H2CO3
molmolg
gCOmolNa 0792,0
/106
4,832
molmolg
gOmolH 44,4
/18
802
Reaksi stokiometri :
Na2CO3 + 2 H2O 2NaOH + H2CO3
m : 0,0792 mol 8,88 mol - -
b : 0,0792 mol 0,1584 mol 0,1584 mol 0,0792 mol
s : - 8,7216 mol 0,1584 mol 0,0792 mol
a. Kalor yang diserap (q11)
q11 = m larutan x s x ∆T3
= 88,4 g x 4,2 Jg-1
K-1
x 6,24 K
= 2316,79 J
b. Kalor yang diserap kalorimeter (q12)
q12 = k x ∆T3
= 1680 J/K x 6,24 K
= 10483,2 J
c. Kalor yang dihasilkan oleh reaksi (q13)
q13 = q11 + q12
= 2316,79 J + 10483 J
= 12799,99 J
= 12,79999 Kj
d. Kalor Penentralan (∆Hn)
molkJJmolmol
JH
molmol
qH
n
n
/87,53538722376,0
99,12799
0792,01584,0
1
13