Upload
anggie-imaniah-sitompul
View
221
Download
8
Embed Size (px)
Citation preview
PAPERDEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATAFAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
NAMA : SITI ZUBAIDAHNIM : 100100168
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Coats disease is a condition characterized by idiopathic retinal telangiectasia and aneurysmal vessels, often with intraretinal and subretinal exudation.1 Described in 1908, the exact etiology of Coats disease remains unknown; however, mutations in retinal proteins encoded by CRB1 and NDP may be shedding light on possible causes.1
Coats' disease is a chronic, progressive disorder that affects the retina, the
light-sensitive nerve layer in the back of the eye. Coats' disease is an abnormal
growth spurt of the small blood vessels that nourish the retina. The fragile
abnormal vessels break and leak the clear serum part of the blood into the
intraretinal and subretinal spaces, causing the retina to swell and even detach. This
fluid can track into the macula causing loss of central vision. First described in
1908 by the Scottish ophthalmologist George Coats, Coats Disease is a rare eye
condition that can cause partial or complete blindness.
Coats disease is defined by the presence of vascular dilatations (retinal
telangiectasia), including ectatic arterioles, microaneurysms, venous dilations
(phlebectasias), and fusiform capillary dilatations, frequently associated with
exudative retinal detachment. Described in 1908, the exact etiology of Coats
disease remains unknown; however, mutations in retinal proteins encoded by
CRB1 and NDP may be shedding light on possible causes.1
Coats’ disease affects men three times as often as women, has noreportedracial or ethnic predilection, and is usually unilateral, althoughas many as 10–15% of cases may be bilateral. The average age at diagnosisis 8–16 years, although the disease has been described in patients asyoung as 4 months. Approximately two thirds of juvenile cases presentbefore age 10 years. Coats’ disease can also be diagnosed in adulthood
in individuals aged 30 years and older.3
Coats disease is a condition characterized by idiopathic retinal
telangiectasia and aneurysmal vessels, often with intraretinal and subretinal
exudation.1 Described in 1908, the exact etiology of Coats disease remains
1
PAPERDEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATAFAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
NAMA : SITI ZUBAIDAHNIM : 100100168
unknown; however, mutations in retinal proteins encoded by CRB1 and NDP may
be shedding light on possible causes.1
It is sometimes referred to as exudative retinitis, retinal telangiectasis, or Leber multiple miliary aneurysm disease. Coats Disease is an idiopathic condition characterized by telangiectatic and aneurismal retinal vessels. Increased permeability of these abnormal retinal vessels causes leakage of serum into the intraretinal and subretinal spaces. This fluid can track into the macula causing loss of central vision. Progression is slow, but partial or complete retinal detachment can occur at advanced stages. Visual prognosis depends upon the stage at which the disease is diagnosed.
Coats’ disease is an idiopathic, ophthalmic conditioncaused by a defect in the development of retinal vasculature,characterized by retinal telangiectasis, haemorrhage,intraretinal and subretinal exudation [1–3] . It wasfirst described in 1908 by George Coats, a Scottish medicalstudent, as a unilateral condition with retinal exudationand telangiectasis in male children.
Coats disease is defined by the presence of vascular dilatations (retinal
telangiectasia), including ectatic arterioles, microaneurysms, venous dilations
(phlebectasias), and fusiform capillary dilatations, frequently associated with
exudative retinal detachment.
Coats disease usually presents in childhood; it has a 3:1male predominance and is unilateral in 95% of cases.2,3
Patients present with poor vision, strabismus, or leukocoria.3 Fundus evaluation often reveals peripheral retinaltelangiectasia, aneurysms (light bulbs), and subretinalfluid and exudation, often tracking back to the macula.1
As the disease further progresses, complications includesecondary glaucoma, anterior chamber cholesterolosis,corneal edema, cataract, lens dislocation, macular fibrosis,and amblyopia.3,
Coats' disease usually affects children (especially boys) in the first ten to
twenty years of life, but it can also affect young adults. The condition can affect
central vision, typically in only one eye. Severity can range from mild vision loss to
total retinal detachment and blindness. Glaucoma can also develop. No cause has yet
been identified for Coats' disease.
2
PAPERDEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATAFAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
NAMA : SITI ZUBAIDAHNIM : 100100168
which typically affects one eye of boys in their first decade of life
although as many as 10–15% of cases may be bilateral. The average age at
diagnosis is 8–16 years, although the disease has been described in patients as
young as 4 months. Approximately two thirds of juvenile cases present before age
10 years. Coats’ disease can also be diagnosed in adulthood in individuals aged 30
years and older.3
In early stages it is characterised by large areas of intra and subretinal
yellowish exudates and haemorrhages associated with overlying dilated and
tortuous retinal blood vessels and a number of small aneurysms near the posterior
pole and around the disc. It may present with visual loss, strabismus or leukocoria
(whitish pupillary reflex) and thus needs to be differentiated from retinoblastoma.
The condition usually progresses to produce exudative retinal detachment and a
retrolental mass. In late stages complicated cataract, uveitis and secondary
glaucoma occur, which eventually end in phthisis bulbi.
Coats disease adalah penyakit dari perkembangan pembuluh darah retina,
yang tidak bersifat keturunan, progresif dan hampir sel alu unilateral. Ada pola
variabel telangiektasia retina, dengan dilatasi pembuluh fokus retina yang tidak
kompeten dan kebocoran cairan. Ablasi retina eksudatif adalah yang paling
signifikan di antara beberapa kemungkinan komplikasi dari kondisi ini.1
Coats disease dikenal juga sebagai retinitis eksudativa, ini merupakan
kondisi medis yang ditandai dengan pertumbuhan yang tidak seharusnya dari
pembuluh darah di belakang retina. Hal ini menyebabkan terkumpulnya carian di
belakang bola mata, menyebabkan pelepasan sebagian atau seluruhnya dari retina
yang menyebabkan penurunan penglihatan sebagian atau seluruhnya. Kondisi ini
merupakan kelainan kongenital (tetapi tidak diturunkan) yang sangat jarang yang
biasanya terjadi pada satu mata. Laki-laki mulai anak-anak hingga remaja
memiliki risiko yang lebih tinggi dibandingkan dengan perempuan (3: 1).
Meskipun sering dianggap sebagai penyakit unilateral, sekitar 10% dari kasusnya
bilateral.2,3,4
3
PAPERDEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATAFAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
NAMA : SITI ZUBAIDAHNIM : 100100168
Prevalensi puncak kondisi ini adalah pada usia 6 sampai 8 tahun, tetapi
berbagai rentang usia bisa sangat lebar (5 bulan sampai 71 tahun). Dominasi laki-
laki (69-85%), dan penyakit ini biasanya unilateral (83-95%). Jika bilateral, satu
mata hanya terpengaruh sedikit. Sejauh ini tanda presentasi yang paling umum
adalah leukokoria, tetapi pasien mungkin juga hadir dengan strabismus, glaukoma
menyakitkan, atau kehilangan penglihatan. Kondisi ini mempengaruhi kelompok
usia yang sedikit lebih tua daripada retinoblastoma.5
Prognosis bervariasi tergantung kapan tepatnya penyakit ini didiagnosis.
Secaraumum, semakin dini diagnosis semakin baik prognosisnya.
Direkomendasikan pada individu dengan keluhan seperti ini agar segera
berkonsultasi dengan seorang dokter. Komplikasi, seperti yang telah disebutkan di
atas, biasanya terbatas pada kehilangan penglihatan lengkap. Pada tahap ini,
penanganan yang mungkin hanyalah mengangkat bola mata yang terkena melalui
pembedahan.2
1.2. TUJUAN
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk memahami Coats
disease, mulai dari definisi, epidemiologi, etiologi, patogenesis, gejala klinisnya,
diagnosis , diagnosis banding, penatalaksanaannya, prognosis serta komplikasi
yang mungkin terjadi dari penyakit ini.
1.3. MANFAAT
Makalah ini diharapkan dapat bermanfaat untuk para pembaca khususnya
yang terlibat dalam bidang medis dan masyarakat secara umumnya dapat lebih
mengetahui dan memahami Coats disease
4
PAPERDEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATAFAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
NAMA : SITI ZUBAIDAHNIM : 100100168
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi dan Fisiologi Retina
Retina adalah selembar tipis jaringan saraf yang semitransparan, dan
multilapis yang melapisi bagian dalam dua per tiga posterior dinding bola
mata, mengandung reseptor yang menerima rangsangan cahaya. Retina
membentang ke anterior hampir sejauh corpus ciliare dan berakhir pada ora
serrata dengan tepi yang tidak rata. Retina mempunyai tebal 0,1 mm pada ora
serrata dan 0,56 mm pada kutub posterior. Di tengah-tengah retina posterior
terdapat makula berdiameter 5,5-6 mm, yang secara klinis dinyatakan sebagai
daerah yang dibatasi oleh cabang-cabang pembuluh darah retina temporal.
Makula lutea secara anatomis didefenisikan sebagai daerah berdiameter 3 mm
yang mengandung pigmen luteal kuning-xantofil. Fovea yang berdiameter 1,5
mm ini merupakan zona avaskular retina. Di tengah makula, 4 mm lateral dari
diskus optikus, terdapat foveola yang berdiameter 0,25 mm.7
Lapisan- lapisan retina dikelompokkan menurut neuron retina yang
membentuknya :8
1. Epitel pigmen retina
5
PAPERDEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATAFAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
NAMA : SITI ZUBAIDAHNIM : 100100168
2. Lapisan sel fotoreseptor, terdiri atas sel batang dan sel kerucut.
3. Membran limitans eksterna, yang merupakan membran ilusi.
4. Lapisan nukleus luar, merupakan susunan lapis nukleus sel kerucut dan
batang.
5. Lapisan pleksiform luar, merupakan lapis aselular dan merupakan tempat
sinapsis sel fotoreseptor dengan sel bipolar dan sel horizontal.
6. Lapisan nukleus dalam, merupakan tubuh sel bipolar, sel horizontal dan
sel Muller.
7. Lapisan pleksiform dalam, merupakan lapis aselular, tempat sinaps sel
bipolar, sel amakrin, dengan sel ganglion.
8. Lapisan sel ganglion, merupakan lapis badan sel daripada neuron kedua.
9. Lapisan serabut saraf, merupakan lapis akson sel ganglion menuju ke arah
saraf optik. Di dalam lapisan-lapisan ini terletak sebagian besar pembuluh
darah retina.
10. Membran limitans interna, merupakan membran hialin antara retina dan
badan kaca.8
Gambar 1. Lapisan – lapisan retina 7
Perdarahan Retina
6
PAPERDEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATAFAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
NAMA : SITI ZUBAIDAHNIM : 100100168
Pembuluh darah di dalam retina merupakan cabang arteri
oftalmika. Retina menerima darah dari dua sumber : koriokapilaris
mendarahi sepertiga luar retina, termasuk lapisan pleksiform luar, lapisan
inti luar, fotoreseptor, lapisan epitel pigmen retina, dan fovea; arteri retina
sentral masuk retina melalui papil saraf optik akan memberikan nutrisi
pada retina dalam. Lapisan sel kerucut dan batang mendapat nutrisi dari
koroid.6,7 Pembuluh darah retina mempunyai lapisan endotel yang tidak
berlubang,yang membentuk sawar darah retina. Lapisan endotel
pembuluh koroid berlubang-lubang. Sawar darah retina sebelah luar
terletak setinggi lapisan epitel pigmen retina.7
2.2 Definisi Coats Disease
Telangiektasia retina bawaan dengan anomali vaskular yang hampir selalu
unilateral dan dapat menyebabkan eksudasi dan akhirnya ablasi retina
eksudatif.Coats disease adalah kondisi bawaan di mana pembuluh darah abnormal
di retina mengalami kebocoran dan gagal untuk memelihara jaringan dengan baik.
Kondisi ini biasanya tidak turun-temurun (artinya tidak diturunkan dari generasi
ke generasi) namun penelitian baru-baru ini telah mengungkapkan beberapa kasus
terkait dengan cacat genetik dalam gen NPD terletak di kromosom X (Xp11.4).3 , 9
2.3 Epidemiologi
Coats disease mempengaruhi laki-laki tiga kali lebih sering dibanding
perempuan, dilaporkan tidak memiliki predileksi ras atau etnis, dan biasanya
unilateral, meskipun sebanyak 10-15 % kasus dapat bilateral. Rata-rata usia saat
diagnosis adalah 8-16 tahun, meskipun penyakit ini pernah ditemukan pada pasien
usia 4 bulan. Sekitar dua pertiga dari kasus yang terjadi pada usia remaja hadir
sebelum usia 10 tahun. Coats disease juga dapat didiagnosis pada masa dewasa
pada individu berusia 30 tahun dan usia lebih tua. Meskipun tidak diwariskan,
laporan terbaru melibatkan mutasi genetik dalam pengembangan penyakit ini.
Cremers dan rekan menemukan bahwa 55 % kasus dengan retinitis pigmentosa
dan coats seperti vaskulopati eksudatif terdapat mutasi pada gen CRB1. Beberapa
7
PAPERDEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATAFAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
NAMA : SITI ZUBAIDAHNIM : 100100168
laporan mengimplikasikan kekurangan Norrin, protein retina, dalam patogenesis
Coats disease. Analisis jaringan pada sembilan mata enukleasi dari laki-laki
dengan Coats disease unilateral mengungkapkan mutasi gen pada kromosom
NDP Xp11.10
2.4 Etiopatogenesis
Penyebab dari Coats disease sampai saat ini belum diketahui dengan jelas.
Reese menemukan pada pemeriksaan dengan pewarnaan periode acid-Schiff
(PAS) pada basal membran endotelium dari vena retina terdapat penumpukan
polisakarida sehingga menimbulkan terjadinya atresia dan penyempitan lumen
pembuluh darah. Penyempitan lumen pembuluh darah ini menyebabkan vaskular
ectasia dan terbentuknya saluran pembuluh darah kolateral. Weis
memperkirakan adanya hipoksia pada daerah lokal retina yang merangsang faktor
proliferasi sehingga menyebabkan terbentuknya pembuluh darah baru dari vena
dan kapiler.4
Suatu penelitian histologi dan ultrastuktur menyokong perkiraan bahwa
Coats disease berasal dari perubahan primer beberapa pembuluh darah. Studi ini
menemukan gambaran histopatologi klasik berupa menipis atau hilangnya elemen
endotelium diantara ketebalan dan hyalinisasi pembuluh darah. Keadaan ini
menyebabkan rusaknya barier retina-darah pada tingkat endotelium sehingga
pembuluh darah menjadi nekrotik dan terbentuk dilatasi dan telangiektasis. Tahap
lanjut dari kelemahan pembuluh darah ini pada jaringan yang berdekatan dengan
retina menghasilkan eksudat kolesterol intraretinal dan subretinal, perdarahan,
kista, edema, infiltrasi limfosit, dan penumpukan lemak atau fibrin. Perubahan ini
mengakibatkan degenerasi dari lapisan neural retina dan infiltrasi fagosit dari
lipid-laden.4
Black dan rekan menyatakan bahwa Coats disease adalah suatu
mutasi somatik dari gen NPD yang menghasilkan norrin (produk protein dari gen
NPD). Penelitian baru-baru ini telah mengungkapkan beberapa kasus terkait
dengan cacat genetik dalam gen NPD terletak di kromosom X (Xp11.4).Gen ini
mengkode protein yang disebut Norrin, yang sangat penting dalam perkembangan
8
PAPERDEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATAFAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
NAMA : SITI ZUBAIDAHNIM : 100100168
pembuluh darah yang normal. Keterkaitan dengan kromosom X menjelaskan
mengapa laki-laki lebih sering terkena Coats disease (76%).4, 9
Gambar 2a : Retina Normal9 Gambar 2b : Retina dengan Coats disease9
2.5 Gejala Klinis
Gejala klinis tahap awal ditandai dengan hilangnya ketajaman visual, tahap
selanjutnya oleh leukokoria (pupil tampak putih), atau strabismus sepihak,
meskipun kombinasi leukokoria dan strabismus juga mungkin.2, 3
Coats disease ditandai dengan perubahan zona diskrit dalam struktur vaskular
retina dengan dilatasi aneurisma, kapiler putus, dan kebocoran. Penglihatan dapat
menurunkan akibat kebocoran dari saluran pembuluh darah abnormal yang
terbentuk, dengan edema konsekuen, deposisi lipid, dan ablasi retina eksudatif.
Gambaran opthalmoskopi khas coats disease adalah salah satu kelainan pembuluh
darah retina berhubungan dengan deposisi lipid lokal dan berbagai tingkat eksudat
retina subneural.11
9
PAPERDEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATAFAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
NAMA : SITI ZUBAIDAHNIM : 100100168
Gambar 3 : Perhatikan kelainan vaskular khas dengan dilatasi aneurisma,
telangiektasia, eksudasi, dan deposisi lipid parah di makula.11
Pembuluh darah dapat muncul berselubung dan telangiektasia, dan mereka
mungkin memiliki aneurisma yang mirip anggur, berkerumun, atau berbentuk
bola lampu; sering terjadi, pembuluh darah berdekatan dengan daerah yang
kekurangan kapiler yang normal.11
Gambar 4 : Pembuluh darah dapat muncul berselubung, dilatasi, dan
telangiektasia atau fitur tandan anggur-seperti aneurisma. Perubahan vaskular
yang berbentuk saccular dan bola lampu dapat dilihat juga.11
10
PAPERDEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATAFAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
NAMA : SITI ZUBAIDAHNIM : 100100168
Gambar 5 : Eksudat submacular yang berlangsung lama. Hal ini dapat
merangsang pertumbuhan pembuluh darah atau jaringan fibrosa, dengan retina
migrasi epitel pigmen dan hiperplasia dan pembentukan bekas luka berserat.11
2.6 Diagnosis
Pada anak-anak, Coats disease biasanya didiagnosis sebagai hasil dari
pengakuan penglihatan yang menurun, strabismus, atau leukokoria. Pada pasien
dengan leukokoria, sebuah pupil refleks warna putih pada foto mungkin kelainan
awal yang tampak. (Kelainan ini ditemukan paling sering oleh orang tua atau
dokter anak atau skrining penglihatan rutin di sekolah.) Dalam kasus ini, penyakit
ini biasanya sudah lanjut, dengan deposisi luas lipid dan ablasi retina (lihat
Gambar 6). Pada orang dewasa, keluhan utama yang paling umum dengan coats
disease adalah penglihatan yang buruk; dalam kasus ini, penyakit ini mungkin
jauh lebih terbatas luasnya.
11
PAPERDEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATAFAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
NAMA : SITI ZUBAIDAHNIM : 100100168
Gambar 6 : Pada anak-anak, coats disease dapat hadir sebagai leukokoria, dengan
deposisi lipid canggih dan ablasi retina eksudatif. Dalam mata ini, ruang anterior
ditelan sedikit, dan retina segera di belakang lensa.9
Gambar 7 : Perubahan khas vaskular telangiektasia (panah) disertai dengan ablasi
retina eksudatif dengan berbagai deposito lipid (panah).9
Diagnosis dikonfirmasi dengan opthalmoskopi ketika kelainan vaskular
khas terlihat dalam hubungan dengan deposisi lipid dan eksudat subretinal.
Kelainan vaskular retina terjadi dalam kelompok kecil dan termasuk pembuluh
darah tertekuk, melingkar, berliku-liku, dan pembuluh darah berselubung kaliber
bervariasi dan tidak teratur.11
Angiografi fluorescein adalah alat yang berguna untuk menggambarkan
sifat dan luasnya kelainan pembuluh darah hadir dalam penyakit ini. Paling
12
PAPERDEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATAFAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
NAMA : SITI ZUBAIDAHNIM : 100100168
umum, berbagai daerah telangiektasia dan mikro dan pembentukan
microaneurysm terlihat, dengan manik-manik dari dinding pembuluh darah dan
pembuluh darah berkomunikasi saluran anomaly. Kebocoran di awal dan terus-
menerus mendokumentasikan sumber eksudasi dan perdarahan. Microvasculature
mungkin difus absen, dengan bidang nonperfusion kapiler lengkap.11
Ultrasonography (USG) juga bisa menjadi alat diagnostik yang berguna,
seperti yang ditunjukkan oleh Atta dan Watson, yang menunjukkan bahwa temuan
pada USG dapat berkorelasi dengan histologi. Fitur khas Coats disease di USG
adalah kekeruhan subretina karena cholesterolosis hadir dari eksudat, serta ablasi
retina yang dapat divisualisasikan sebagai gema linear. Hal ini juga dapat
digunakan untuk mengabaikan retinoblastoma, karena memungkinkan visualisasi
ruang intra-okular.12
CT-scan dapat sama berguna untuk menyingkirkan retinoblastoma.
Pasien dengan retinoblastoma dapat hadir dengan tumor padat dan kalsifikasi,
divisualisasikan dengan CT-scan, sedangkan dalam Coats disease CT scan akan
jelas dengan lesi ini. Namun, perlu dicatat bahwa CT-scan mungkin tidak berguna
dalam membedakan kasus retinoblastoma tanpa kalsifikasi, dimana Potter et al.
menunjukkan terdapat hingga 46% dari retinoblastoma. Selain itu, Eisenberg et al.
dan Senft et al. menunjukkan bahwa pada Coats disease, di mana telah terjadi
pembentukan tulang intraokular disamping pembuluh darah dan retinopati
eksudatif, menunjukkan kalsifikasi pada kedua CT-scan dan USG. Dalam kasus
lanjut, CT-scan juga dapat menunjukkan eksudat lipid sebagai daerah hiperdense
dalam orbit, serta ablasi retina juga tampak.12
MRI sangat berguna dalam diagnosis Coats disease lanjut, tetapi mungkin
memiliki utilitas yang lebih rendah pada tahap awal; MRI lebih unggul dari CT-
scan, dalam mengesampingkan retinoblastoma sebagai perbedaan antara eksudasi
subretinal dan massa yang solid lebih jelas di MRI. Secara khusus, eksudat pada
Coats disease hiperintens pada kedua gambar MRI T1-weighted dan T 2-
weighted, sedangkan di retinoblastoma, gambar T1- weighted akan menunjukkan
massa hiperintens, namun gambar T2- weighted menunjukkan massa hipointense.
Eisenberg et al. juga menggunakan spektroskopi resonansi magnetik, yang dapat
13
PAPERDEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATAFAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
NAMA : SITI ZUBAIDAHNIM : 100100168
memberikan informasi biokimia non-invasif dari berbagai jaringan tubuh. Selain
itu, penggunaan kontras gadolinium juga dapat membantu dalam diagnosis
diferensial dari retinoblastoma karena peningkatan tumor padat tidak terlihat pada
Coats disease.12
Dalam sebagian besar kasus, modalitas diagnostik invasif, seperti aspirasi
jarum halus (FNA), tidak dianjurkan. Namun, FNA dapat digunakan untuk
mengkonfirmasi diagnose ketika modalitas non-invasif tidak terdiagnostik. Yang
cukup menarik, Shields et al. menunjukkan bahwa FNA adalah kontraindikasi jika
ada ablasi retina total atau jika ada kecurigaan klinis yang kuat dari
retinoblastoma.12
2.7 Klasifikasi
Klasifikasi Coats Disease adalah sebagai berikut :12
Stage 1 : hanya telangiektasia retina
Stage 2 : telangiektasia dan eksudasi
- A : eksudasi extrafoveal
- B : foveal
Stage 3 : eksudasi ablasi retina
- A : ablasi retina subtotal
- 1 extrafoveal
- 2 foveal
- B : ablasi retina total
Stage 4 : ablasi retina total dan glaukoma
Stage 5 : penyakit stadium akhir lanjutan
14
PAPERDEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATAFAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
NAMA : SITI ZUBAIDAHNIM : 100100168
Gambar 8 : eksudasi ablasi retina4
2.8 Diagnosis Banding
Diagnosis banding dari Coats disease bervariasi berdasarkan stadium pada
presentasi klinis. Coats disease stadium lanjut harus dibedakan dari penyebab-
penyebab pelepasan retina non regmatogen lainnya termasuk : 6,13
1. Retinoblastoma
Retinoblastoma eksofitik dikaitkan dengan rongga subretina yang penuh
dengan material putih abu-abu pada slit lamp. USG okular ( A scan dan B
Scan) dapat mendeteksi massa intraokular dan atau kalsifikasi yang
merupakan karakteristik dari eksofitik retinoblastoma. Lebih dari 90%
retinoblastoma stadium lanjut menunjukkan kalsifikasi pada CT scan.
Kalsifikasi pada retinoblastoma biasanya menyebar, multifokal, dan
ukurannya bervariasi.6,13
2. Vaskulatur fetal persisten
Vaskular fetal persisten (VFP) sebelumnya dikenal sebagai persisten
vitreous primer hiperplastik (PHPV), adalah suatu kondisi bawaan yang
biasanya muncul selama beberapa hari pertama atau minggu-minggu
pertama kehidupan. Dalam hampir semua kasus, VFP adalah kondisi
unilateral yang terjadi dan berhubungan dengan sejumlah anomali okuler
bawaan lainnya termasuk: mikroptalmus, ruang anterior dangkal atau flat,
iris hipoplasia dengan pembuluh darah yang menonjol, dan massa
fibrovaskular retrolental yang menyebabkan cilliary body berproses untuk
memutar ke dalam. Pada pemeriksaan mata, struktur seperti tangkai
menghubungkan saraf optik pada kapsul lensa posterior dapat
digambarkan. USG dapat digunakan untuk mengkonfirmasi diagnosis.
Pada B-scan, sisa-sisa hyaloid persisten yang timbul dari saraf optik dapat
diamati. Vitreous Band mungkin sangat tipis, dan seluruh rangkaiannya
tidak dapat divisualisasikan.
3. Prematuritas retinopati
15
PAPERDEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATAFAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
NAMA : SITI ZUBAIDAHNIM : 100100168
Prematuritas retinopati (ROP) terjadi pada keadaan : prematuritas, berat
badan lahir rendah, dan paparan oksigenasi tambahan dalam periode
neonatal. ROP juga dapat hadir dengan leokokoria. Pada ROP tidak ada
refleks merah yang disebabkan oleh penyeretan retina ke arah jaringan
fibrovaskular di pinggiran retina. Pada ROP biasanya mata mengalami
pemendekan panjang axis beberapa derjat. Selain itu, ROP biasanya
kondisinya bilateral sedangkan Coats disease unilateral. Dalam kasus yag
paling lanjut, pada ROP retina terlepas dalam konfigurasi seperti corong,
menghasilkan membran Retrolental hiperreflektif pada B-scan. Retina
perifer sering menunjukkan loop atau penampilan seperti palung sebagai
hasil dari penarikan oleh membran retrolental.
4. Vitreoretinopati eksudatif familial
Vitreoretinopati eksudatif familial ( familial exudative vitreoretinopathy
(FEVR)) adalah gangguan retina terkait dengan mutasi gen FZD4 pada
kromosom 11q14 dengan fitur serupa dengan retinopati prematuritas
(ROP), namun pasien tidak memiliki riwayat prematur atau suplementasi
oksigen. Berbeda dengan ROP, biasanya ada riwayat keluarga yang
mengalami gangguan yang biasanya menunjukkan mode pewarisan
autosomal dominan. FEVR ditandai dengan avaskularitas dari retina
perifer, yang terutama terlihat pada angiografi fluoresens. Dalam kedua
penyakit, proliferasi fibrovaskular reaktif berkembang yang dapat
menyebabkan perubahan sikatrisial dan traksi retina di pinggiran temporal.
Sehingga menyeret diskus optik, makula ektopik, dan ablasio retina.
5. Hemangioma kapiler retina
Hemangioma kapiler retina ( retinal capillary hemangioma / RCH), lebih
tepatnya hemangioblastomas, merupakan tumor pembuluh darah dengan
prominent feeding dan pembuluh darah yang kosong. Ketika sporadis,
mereka biasanya unilateral dan unifokal. Angiografi fluoresens
hiperfluoresens dini, kebocoran, dan membedakan feeder vessel dari
16
PAPERDEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATAFAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
NAMA : SITI ZUBAIDAHNIM : 100100168
venula yang kosong. RCH perifer kecil, dinyatakan tidak terdeteksi. B-
scan USG mendeteksi massa, lesi, mengukur dimensi basal, dan
mendeteksi cairan subretinal. A-scan menunjukkan media untuk
reflektifitas interna yang tinggi. OCT dapat mengukur ketebalan retina
pada makula memantau respon pengobatan. RCH kebanyakan berada di
anterior ke equator dan biasanya supratemporal.
6. Hemangioma kavernosa retina
Hemangioma kavernosa retina adalah tumor yang terdiri dari kelompok
aneurisma sakular berdinding tipis yang diisi dengan darah vena gelap
yang memberikan tampilan seperti sekelompok anggur yang
diproyeksikan dari permukaan dalam retina. Sekelompok kecil aneurisma
yang terisolasi sering hadir di sekitar massa tumor. Jumlah yang bervariasi
dari membran fibrosa abu-abu mungkin sebagian menutupi permukaan
tumor anterior. Pemisahan eritrostik plasma dalam aneurisma biasa terjadi.
Kaliber pembuluh retina utama tidak terpengaruh oleh tumor. Eksudasi
jarang terjadi.
7. Inkontinensia pigmenti
Inkontinensia pigmenti adalah displasia ektodermal general inheritan.
Dalam setidaknya 30% dari kasus, terdapat keterlibatan okular. Rambut,
gigi, dan sistem saraf pusat juga terlibat dalam sekitar 30% kasus. Hal ini
biasanya diwariskan sebagai sifat dominan terkait-X yang mematikan pada
laki-laki. Alopesia dan dental hipoplasia bergabung dengan gangguan
sistem saraf pusat yang meliputi kejang dan kelumpuhan spastik serta
keterbelakangan mental sebagai fitur-fitur umum. Bentuk autosomal
resesif- dan x-linked juga mungkin ada. Kelainan pembuluh darah retina
perifer, termasuk non-perfusi, telangiektasis, shunt arteriovenosa, dan
aneurisma, yang hadir dalam fundus. Penarikan pembuluh darah retina
posterior ke pinggiran sering terjadi. Derajat yang bervariasi dari eksudasi
subretinal perifer dan intraretinal dengan deposisi lipid terlihat bersama
dengan kecenderungan ablasi retina traksisional karena proliferasi
fibrovaskular.
17
PAPERDEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATAFAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
NAMA : SITI ZUBAIDAHNIM : 100100168
8. Norrie’s disease
Norrie’s disease adalah gangguan resesif terkait-X, dengan tampilan pria
yang buta pada saat lahir atau pada awal masa bayi. Dua puluh lima
persen laki-laki yang terkena dampak perkembangan yang tertunda. Pada
penyakit ini bisa terdapat displasia vitreoretinal bilateral.
9. Toksokariasis
Toksokariasis disebabkan oleh toxocara canis. Ini biasanya terjadi pada
anak- anak yang lebih tua dengan riwayat menelan tanah atau kontak
dengan anjing. Secara klinis, toksokariasis pada mata dapat hadir sebagai
massa inflamasi yang besar pada retina dengan vitreitis yang menyebar.
Tampilan pada toksokariasis adalah granuloma subretinal soliter dengan
peradangan vitreous kecil, lesi dapat menyerupai retinoblastoma eksofitik.
Pada toksokariasis, massa korioretinal ini paling sering terletak di fundus
perifer dan menghasilkan band vitreoretinal yang dapat memanjang ke
disk optik. Kontraksi membran vitreoretinal ini menghasilkan ablasi retina
traksisional. Pita traksi vitreous dan lipatan traksisional retina atau
pelepasan retina merupakan karakteristik mata toksokariasis pada USG.14
Tujuan prinsipil dan tantangan dari menyingkirkan diagnosa banding coats
disease ini adalah menyingkirkan kemungkinan kasus retinoblastoma yang juga
ditandai oleh triad ablasio retina, dilatasi pembuluh darah retina dan timbulnya
massa subretinal. Penggunaan teknologi imaging radiologi dan ultrasonografi
memungkinkan diferensiasi antara coats disease dan retinoblastoma yang lebih
mudah dan dapat dipercaya.15
2.9 Penatalaksanaan
Tujuan utama dari pengobatan pada Coats disease adalah untuk
mempertahankan atau meningkatkan ketajaman visual atau, jika ini tidak
mungkin, untuk menjaga integritas anatomi mata. Intervensi direnungkan ketika
terjadi eksudasi luas dan progresif, mengancam ketajaman pusat, atau
menghasilkan ablasi retina perifer yang signifikan. Dalam keadaan yang berat,
kasus yang tidak diobati, sejumlah ablasi retina, neovaskularisasi iris dengan
18
PAPERDEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATAFAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
NAMA : SITI ZUBAIDAHNIM : 100100168
glaukoma, dan penyakit phithisis bulbi dapat terjadi. Pengobatan Coats disease
diarahkan untuk penutupan abnormal, kebocoran pembuluh retina untuk
memungkinkan penyerapan eksudat. Restorasi penglihatan mungkin merupakan
tujuan yang sulit dicapai; dalam banyak kasus, hasil visual akan buruk meskipun
dengan pengobatan yang berhasil, terutama ketika makula terlibat sejak awal
dalam proses eksudatif.11
Foto koagulasi laser adalah pengobatan pilihan dalam kasus ringan
sampai sedang kasus eksudasi dari Coats disease. Panduan angiografi fluorescein
yang tepat, memungkinkan pengobatan lokal dari kebocoran aneurisma dan
pembuluh darah. Lesi yang bocor diperlakukan secara langsung dengan relatif
besar (200-500 µm) aplikasi moderat intensitas cahaya. Pencar foto koagulasi ke
daerah-daerah nonperfusion luas memiliki nilai yang belum terbukti, tetapi dapat
mengurangi kemungkinan neovaskularisasi sekunder. Lesi perifer dapat diobati
dengan laser tidak langsung jika mereka tidak dapat diakses melalui lensa kontak
dan sistem pengiriman celah-lampu. Laser langsung juga merupakan modalitas
yang berguna pada anak-anak, yang sering perlu dirawat dengan anestesi umum.11
Gambar 9 : Angiografi fluorescein Coats disease. Dalam mata ini,
perubahan vaskular yang luas terlihat untuk memperpanjang temporal dari
makula, dengan zona telangiektasia dan pembentukan aneurisma berdekatan
19
PAPERDEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATAFAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
NAMA : SITI ZUBAIDAHNIM : 100100168
dengan area besar kapiler nonperfusion. Manik-manik dari dinding pembuluh
darah dan anomali saluran berkomunikasi vaskular yang hadir.11
Gambar 10 : Foto koagulasi awal dari mata ditunjukkan pada Gambar 9.
Intensitas besar, sedang telah ditempatkan pada kebocoran aneurisma,
menghindari zona avaskular foveal pada awalnya. Lebih ke perifer, Foto
koagulasi meliputi aneurisma temporal dan juga ditempatkan dalam pola
tersebarnya zona nonperfusion11
Cryotherapy digunakan dalam ablasi retina pembuluh abnormal pada
Coats disease. Dimana cairan subretinal hadir, cryotherapy, dibandingkan dengan
laser, pembuluh anomali dianjurkan menggunakan pembekuan tunggal atau teknik
beku-refreeze. Jika retina sangat tinggi, mungkin perlu untuk mengalirkan cairan
subretinal untuk meratakan retina dan memungkinkan cukup beku untuk
mencapai pembuluh darah retina. Dalam kasus ini, retina diratakan, mata
direformasi, dan cryotherapy atau laser yang digunakan (Gambar 11). Pigmentasi
subretinal dan fibrosis biasanya terjadi dan mengikuti resolusi lipid. Jika ini
melibatkan makula, pengembalian visual secara sepadan akan buruk.11
20
PAPERDEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATAFAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
NAMA : SITI ZUBAIDAHNIM : 100100168
Gambar 11 : Teknik yang digunakan untuk drainase cairan subretinal mata
dengan detasemen eksudatif luas. Pediatric infusion cannula dijahit ke ruang
anterior melalui sayatan menusuk limbal dengan jahitan Vicryl tunggal. Hal ini
ditempatkan dalam kuadran nyaman sehingga mata bisa diputar dan posterior
mengeringkan sclerotomy dibentuk. Infus berjalan ke ruang anterior dan sekitar
zonules lensa utuh, menjaga mata terbentuk sebagai kuantitas yang tebal sekali,
cairan subretinal kuning dikeringkan; cairan subretinal ini berbintik-bintik dengan
kolesterol dan lipid deposito.11
Penatalaksanaan berdasarkan klasifikasi penyakit adalah :12
2.10 Prognosis
Jika Coats disease tidak diobati, penyakit ini akhirnya akan menyebabkan
kebutaan karena banyaknya ablasi retina yang terjadi. Pengobatan efektif dalam
mencegah kebutaan pada sekitar 50% dari semua pasien.3
21
PAPERDEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATAFAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
NAMA : SITI ZUBAIDAHNIM : 100100168
Karena pasien sering didiagnosis dengan penyakit lanjut, tidaklah aneh
untuk jaringan parut retina tetap ada, bahkan jika pembengkakan retina dan cairan
subretinal menetap. Dalam serial subklinis terbesar dilaporkan sampai saat ini,
hanya 14% dari mata yang berakhir dengan penglihatan yang meningkat atau
lebih baik, lebih besar dari atau sama dengan 20/50.9
BAB 3
KESIMPULAN
Coats Disease adalah penyakit mata berat yang sering didiagnosis pada
negara maju. Coats Disease dikenal juga sebagai retinitis eksudativa, ini
merupakan kondisi medis yang ditandai dengan pertumbuhan yang tidak
seharusnya dari pembuluh darah di belakang retina. Hal ini menyebabkan
terkumpulnya carian di belakang bola mata, menyebabkan pelepasan sebagian
atau seluruhnya dari retina yang menyebabkan penurunan penglihatan sebagian
atau seluruhnya. Kondisi ini merupakan kelainan kongenital (tetapi tidak
diturunkan) yang sangat jarang yang biasanya terjadi pada satu mata.Lebih sering
terjadi pada laki-laki dibandingkan pada wanita.
Gejala klinis yang terdapat pada Coats Disease adalah leukokoria,
strabismus, glaukoma menyakitkan, atau kehilangan penglihatan. Kondisi ini
22
PAPERDEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATAFAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
NAMA : SITI ZUBAIDAHNIM : 100100168
mempengaruhi kelompok usia yang sedikit lebih tua daripada retinoblastoma.
Tujuan utama dari pengobatan pada Coats Disease adalah untuk mempertahankan
atau meningkatkan ketajaman visual atau, jika ini tidak mungkin, setidaknya
untuk menjaga integritas anatomi mata.
Prognosis bervariasi tergantung kapan tepatnya penyakit ini didiagnosis.
Secara umum, semakin dini diagnosis semakin baik prognosisnya.
Direkomendasikan pada individu dengan keluhan seperti ini agar segera
berkonsultasi dengan dokter. Komplikasi, seperti yang telah disebutkan di atas,
biasanya terbatas pada kehilangan penglihatan lengkap.
Seringkali, perawatan berulang diperlukan untuk menstabilkan mata yang
terkena dampak, dan pemantauan serial seumur hidup diperlukan. Sangat penting
untuk membedakan Coats Disease dari retinoblastoma secara hati-hati
23
PAPERDEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATAFAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
NAMA : SITI ZUBAIDAHNIM : 100100168
DAFTAR PUSTAKA
1. Optician, 2006. Coats’ Disease Retinal Telangiektasia. Available
from
:https://s3-eu-west-1.amazonaws.com/rbi-communities/wp-content/uploads/
importedimages/opt-a-zno27.pdf.pdf[accessed 16 April 2015]
2. Tsai, J. C., et al., 2011. Vascular Anatomies. In : Medical Retina, ed. Oxford
Medical Handbook of Ophthalmology. New York : Oxford University Press,
Inc, 452
3. Lang, 2000. Coats’ Disease. In : Retina, ed. Ophthalmology A Short
Textbook. New York : Thieme, 325-326.
4. A m e r i c a n A c a d e m y o f O p h t h a l m o l o g y S t a f f U S . P e d i a t r i c
o p h t h a l m o l o g y a n d strabismus. Basic and clinical course.
Section 6. San fransisco ; AAO 2005-2006, 314-315
5. Rasalkar, DD., Chu WCW., Paunipagar, BK., 2010. Coats’ Disease
Mimicking Retinoblastoma in a Three-year-old Boywith Known Acute
Lymphoid Leukaemia. Available
from
:
http://www.hkjr.org/system/files/%252Fhome/hkjrorg/upload_file/v12n4_178
Coats.pdf[accessed 16 April 2015]
6. Longo,A.D., 2004. Coats Disease. Orphanet. Roma; Orphanet Encyclopedia
7. Paul R.E, Whitcher J.P. 2007. Vaughan & Asbury’s Oftalmologi Umum,
edisi 17. Penerbit Buku Kedokteran EGC. H.12-14.
8. Lee Ann Remington. 2005. Clinical Anatomy of the Visual System,2nd
edition. Philadelphia : Elsevier Limited. P.69.
9. Browning, D. J., and Sanders J., 2010. What You Should Know About Coats
disease.Available
from
:http://www.retinareference.com/diseases/4b2ec49e791dd2c8/documents/
4b2ec49e79/document.pdf[accessed 16 April 2015]
24
PAPERDEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATAFAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
NAMA : SITI ZUBAIDAHNIM : 100100168
10. Myron Y, Jay S. 2009. Yanoff & Duker Ophthalmology, 3nd edition.
Philadelphia : Elsevier Inc. P.631-633.
11. Do, D. V., and Haller, J. A., 2009. Coats’ Disease and Retinal Telangiektasia.
In : Retina and Vitreous, ed. Ophthalmology. China : Elsevier, Inc, 631-635
12. Ghorbanian, S., Jaulim, A., and Chatziralli, I. P., 2011. Diagnosis and
Treatment of Coats’ Disease : A Review of The Literature. Available
from :http://www.karger.com/Article/PDF/336906[accessed 16 April 2015]
13. Regillo Carl MD. 2009. Coats’s Disease : Diagnosis And Management.
Review Retinal of Ophthalmology.
14. Expert Consult. 2013. E-library. Available from :
http://www.expertconsultbook.com/expertconsult/ob/book.do?
method=display
15. American Academy Ophtalmology.2011 – 2012, Ophthalmic pathology and
intraocular tumors : section 4. Chapter 19: retinoblastoma. Differential
diagnosis.Singapore : LEO ; p.304-307
25