16
ABSTRAK Seorang penderita perempuan, 30 tahun, suku Minahasa, bangsa Indonesia, agama Kristen Protestan, pekerjaan IRT, alamat Mapanget Barat, datang ke Poliklinik Mata RSU Prof. dr. R.D. Kandou pada tanggal 14 Desember 2010 dengan keluhan utama penurunan tajam penglihatan pada kedua mata. Penurunan tajam penglihatan pada kedua mata dirasakan mengganggu sejak 3 bulan yang lalu, terutama dialami saat melihat benda atau tulisan pada jarak jauh. Awalnya penderita tidak menyadari terjadi penurunan tajam penglihatan. Namun lama kelamaan penderita sulit melihat benda atau tulisan pada jarak jauh dan merasa lebih enak bila melihat atau membaca dalam jarak dekat. Penderita sering merasa sakit kepala yang hilang timbul, mata berair, dan cepat lelah terutama bila melihat atau membaca pada jarak jauh dalam waktu yang cukup lama. Pada pemeriksaan subjektif didapatkan VOD 6/9 dikoreksi dengan S - 1,00 didapatkan visus 6/6, sedangkan VOS 6/12 dikoreksi dengan S - 1,25 didapatkan visus 6/6. Diagnosis pada penderita ini adalah miopia okuli dekstra et sinistra. Terapi yang dianjurkan adalah pemakaian kacamata monofokus OD: S – 1,00 dan 1

Lapkas Miopia Koreksi i

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Lapkas Miopia Koreksi i

ABSTRAK

Seorang penderita perempuan, 30 tahun, suku Minahasa, bangsa Indonesia,

agama Kristen Protestan, pekerjaan IRT, alamat Mapanget Barat, datang ke

Poliklinik Mata RSU Prof. dr. R.D. Kandou pada tanggal 14 Desember 2010

dengan keluhan utama penurunan tajam penglihatan pada kedua mata.

Penurunan tajam penglihatan pada kedua mata dirasakan mengganggu sejak

3 bulan yang lalu, terutama dialami saat melihat benda atau tulisan pada jarak

jauh. Awalnya penderita tidak menyadari terjadi penurunan tajam penglihatan.

Namun lama kelamaan penderita sulit melihat benda atau tulisan pada jarak jauh

dan merasa lebih enak bila melihat atau membaca dalam jarak dekat.

Penderita sering merasa sakit kepala yang hilang timbul, mata berair, dan

cepat lelah terutama bila melihat atau membaca pada jarak jauh dalam waktu yang

cukup lama.

Pada pemeriksaan subjektif didapatkan VOD 6/9 dikoreksi dengan S - 1,00

didapatkan visus 6/6, sedangkan VOS 6/12 dikoreksi dengan S - 1,25 didapatkan

visus 6/6. Diagnosis pada penderita ini adalah miopia okuli dekstra et sinistra.

Terapi yang dianjurkan adalah pemakaian kacamata monofokus OD: S – 1,00 dan

OS: S – 1,25 dan roborantia. Prognosis penderita ini adalah bonam.

1

Page 2: Lapkas Miopia Koreksi i

PENDAHULUAN

Miopia merupakan suatu keadaan refraksi mata dimana sinar sejajar yang

datang dari jarak tak terhingga dalam keadaan mata istirahat, dibiaskan di depan

retina sehingga pada retina didapatkan lingkaran difus dan bayangan kabur.

Cahaya yang datang dari jarak yang lebih dekat mungkin dibiaskan tepat di retina

tanpa akomodasi.1,2,3

Berdasarkan penyebabnya, miopia dapat dibedakan atas :1,3,4

1. Miopia aksialis

Jarak sumbu anterior – posterior terlalu panjang. Jarak normal adalah 23mm,

sedangkan pada miopia 3D = 24mm, 10D = 27mm. Dapat merupakan kelainan

kongenital (makroftalmus), akuisita (membaca terlalu dekat, muka yang

lebar), juga ada faktor herediter.

2. Miopia pembiasan

Penyebabnya dapat terletak pada:

a. Kornea : kongenital (keratokonus, keratoglobus) dan akuisita

(keratektasia/kornea menonjol ke depan).

b. Lensa : luksasi/subluksasi lensa, atau pada katarak imatur dimana lensa

menjadi cembung akibat masuknya humor akuos.

c. Cairan mata : kadar gula pada humor akuos meninggi sehingga daya

biasnya meninggi (pada penderita diabetes mellitus).

Miopia dapat terjadi sementara akibat :5

1. Gula darah yang tiba-tiba meninggi (diabetes).

2. Pengobatan (misalnya : sulfonamid dan asetazolamid).

3. Perubahan lensa karena usia (sklerosis nuklear) dengan meningkatnya indeks

refraksi nukleus lensa.

4. Cedera benturan pada mata.

Berdasarkan derajat beratnya miopia dibagi atas :5

1. Miopia ringan (1 – 3 dioptri)

2. Miopia sedang (3 – 6 dioptri)

3. Miopia tinggi (> 6 dioptri)

2

Page 3: Lapkas Miopia Koreksi i

Secara klinis, miopia dapat dibedakan atas :1,5

1. Miopia simpleks, miopia stasioner, miopia fisiologik

Timbul pada usia muda kemudian berhenti, dapat juga naik sedikit pada

waktu atau segera setelah pubertas, atau dapat naik sedikit sampai umur 20

tahun. Tidak disertai kelainan patologik fundus namun dapat disertai kelainan

fundus yang ringan. Berat kelainan refraktifnya kurang dari -5 D atau -6 D.

2. Miopia progresif

Dapat ditemukan pada semua umur dan mulai sejak lahir, dimana

kelainan mencapai puncak pada waktu remaja, bertambah terus sampai umur

25 tahun atau lebih. Kelainan refraktifnya melebihi 6 D.

3. Miopia patologik, miopia degeneratif, miopia maligna

Miopia progresif yang lebih ekstrim. Terjadi peningkatan beratnya

miopia dalam waktu yang relatif pendek. Disertai kelainan degenerasi di

koroid dan bagian lain dari mata. Dalam hal ini miopia dapat dianggap sebagai

penyakit.

Hal yang biasa dikeluhkan adalah penglihatan jauh yang berkurang, sakit

kepala, mata berair, rasa lekas lelah dan pusing yang hilang timbul terutama bila

membaca atau menonton televisi terlalu lama. Seseorang dengan miopia

mempunyai kebiasaan mengernyitkan matanya untuk mendapatkan efek lubang

kecil (untuk mengurangi cahaya yang masuk sehingga ketajaman penglihatannya

diperbaiki.4,5

Penanganan pada penderita miopia adalah dengan pemakaian kacamata

(lensa sferis negatif terkecil yang memberikan visus maksimal), lensa kontak,

pembedahan (keratotomy radial) dan LASIK (Laser In Situ Keratomiolisis).5,6,7

Komplikasi yang dapat terjadi adalah strabismus divergen, ablasi retina dan

perdarahan badan kaca.1,2,5

Untuk mencegah agar miopia tidak bertambah, kesehatan badan, dan mata

harus dijaga. Bila membaca jangan terus menerus dan usahakan dalam posisi

tegak, jangan membungkuk di atas buku. Kacamata harus terus dipakai.

Penerangan haruslah sesuai, yang terbaik adalah penerangan dari atas dan

3

Page 4: Lapkas Miopia Koreksi i

belakang. Untuk miopia tinggi, hindari olah raga seperti sepak bola, tinju, angkat

berat dan yang sejenisnya.1,5,8

Prognosis pada miopia simpleks adalah baik dengan koreksi yang baik dan

pemeliharaan mata yang baik. Miopia progresif yang disertai penyulit yang gawat,

kadang-kadang membutuhkan pengurangan bahkan penghentian dan pekerjaan

dekat. Miopia maligna, prognosisnya buruk.1,4,5

Berikut ini dilaporkan sebuah kasus mengenai miopia dengan judul “Miopia

Okuli Dekstra et Sinistra”.

4

Page 5: Lapkas Miopia Koreksi i

LAPORAN KASUS

Seorang penderita perempuan, 30 tahun, suku Minahasa, bangsa Indonesia,

agama Kristen Protestan, pekerjaan IRT, alamat Mapanget Barat, datang ke

Poliklinik Mata RSU Prof. dr. R.D. Kandou pada tanggal 14 Desember 2010

dengan keluhan utama penurunan tajam penglihatan pada kedua mata.

Anamnesis

Penurunan tajam penglihatan pada kedua mata dirasakan mengganggu sejak

3 bulan yang lalu, terutama dialami saat melihat benda atau tulisan pada jarak

jauh. Awalnya penderita tidak menyadari terjadi penurunan tajam penglihatan.

Namun lama kelamaan penderita sulit melihat benda atau tulisan pada jarak jauh

dan merasa lebih enak bila melihat atau membaca dalam jarak dekat.

Penderita sering merasa sakit kepala yang hilang timbul, mata berair, dan

cepat lelah terutama bila melihat atau membaca pada jarak jauh dalam waktu yang

cukup lama.

Pemeriksaan Fisik

Status Generalis

Keadaan umum cukup, kesadaran kompos mentis.

Tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 80 x/menit, respirasi 24 x/menit, suhu

badan afebris.

Pada kepala didapatkan konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterus.

Jantung dan paru dalam batas normal.

Abdomen dalam batas normal.

Ekstremitas akral hangat.

Status Psikiatri

Sikap penderita kooperatif, ekspresi wajar dan bersikap baik.

5

Page 6: Lapkas Miopia Koreksi i

Status Oftalmikus

Pemeriksaan Subjektif

VOD 6/9, dikoreksi dengan S – 1,00 6/6

VOS 6/12, dikoreksi dengan S – 1,25 6/6

Jarak kedua pupil 63 mm.

Pemeriksaan Objektif

Dari inspeksi ODS secara umum, posisi kedua bola mata normal, simetris di

tengah, tidak ada benjolan, pergerakan bola mata normal. Supersilia, palpebra dan

aparatus lakrimalis tidak ada kelainan, konjungtiva bulbi jernih, benjolan tidak

ada. Kornea jernih, COA cukup dalam pupil bulat isokor, refleks cahaya positif

normal. Palpasi ODS tidak ada nyeri tekan dan benjolan.

Pemeriksaan dengan oftalmoskop pada ODS didapatkan refleks fundus (+)

uniform, batas tegas, warna vitae, makula dan retina dalam batas normal.

RESUME

Seorang penderita perempuan, 30 tahun, datang berobat ke Poliklinik Mata

RSU Prof. Dr. R.D. Kandou pada tanggal 14 Desember 2010 dengan keluhan

utama penurunan tajam penglihatan pada kedua mata.

Penurunan tajam penglihatan pada kedua mata dirasakan mengganggu sejak

3 bulan yang lalu, terutama dialami saat melihat benda atau tulisan pada jarak

jauh. Awalnya penderita tidak menyadari terjadi penurunan tajam penglihatan.

Namun lama kelamaan penderita sulit melihat benda atau tulisan pada jarak jauh

dan merasa lebih enak bila melihat atau membaca dalam jarak dekat.

Penderita sering merasa sakit kepala yang hilang timbul, mata berair, dan

cepat lelah terutama bila melihat atau membaca pada jarak jauh dalam waktu yang

cukup lama.

6

Page 7: Lapkas Miopia Koreksi i

Status Oftalmikus

Pemeriksaan Subjektif

VOD 6/9, dikoreksi dengan S – 1,00 6/6

VOS 6/12, dikoreksi dengan S – 1,25 6/6

Jarak kedua pupil 63 mm.

Diagnosis

Miopia okuli dekstra et sinistra.

Terapi

Kacamata monofokus OD: S – 1,00 dan OS: S – 1,25

Roborantia

Prognosis

Bonam

Anjuran

Bila membaca jangan terus-menerus dan usahakan dalam posisi tegak,

jangan membungkuk di atas buku.

Kacamata harus terus dipakai.

Penerangan haruslah sesuai, yang terbaik adalah penerangan dari atas dan

belakang

7

Page 8: Lapkas Miopia Koreksi i

DISKUSI

Diagnosis miopia ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan

oftalmologi.

Dari anamnesis didapatkan adanya keluhan berupa penurunan tajam

penglihatan terutama saat melihat benda atau tulisan pada jarak jauh. Penderita

merasa lebih enak bila melihat atau membaca dalam jarak dekat. Hal ini sesuai

dengan kepustakaan bahwa miopia merupakan suatu keadaan refraksi mata

dimana sinar sejajar yang datang dari jarak tak terhingga dalam keadaan mata

istirahat, dibiaskan di depan retina sehingga pada retina didapatkan lingkaran

difus dan bayangan kabur. Cahaya yang datang dari jarak yang lebih dekat

mungkin dibiaskan tepat di retina tanpa akomodasi.1,2,3

Keluhan lain yang biasa didapatkan pada penderita miopia juga didapati

pada penderita, antara lain : sakit kepala, mata berair, rasa lekas lelah dan pusing

yang hilang timbul.4,5

Pada pemeriksaan oftalmologi didapatkan visus okulus dekstra 6/9

sedangkan visus okulus sinistra 6/12. Untuk mencapai visus 6/6, mata kanan

dikoreksi dengan lensa sferis – 1,00 D, sedangkan mata kiri dikoreksi dengan

lensa sferis – 1,25 D. Berdasarkan kepustakaan, miopia dapat dikoreksi dengan

pemakaian lensa sferis negatif.5,6,7

Karena penderita miopia jarang melakukan akomodasi, jarang terjadi miosis,

sehingga pupil menjadi midriasis. Otot-otot siliaris menjadi atrofi menyebabkan

iris letaknya lebih ke dalam, sehingga bilik mata depan menjadi lebih dalam.1,5

Pada pasien ini dengan inspeksi didapatkan bilik mata depan yang cukup dalam.

Pasien ini diterapi dengan kacamata mengunakan lensa sferis negatif.

Ukuran lensa yang digunakan adalah yang terkecil yang memberikan visus

maksimal pada saat dilakukan koreksi. Hal ini sesuai dengan kepustakaan yang

menyatakan bahwa pada penderita miopia diberikan lensa sferis negatif yang

terkecil yang memberikan visus maksimal agar penderita dapat melihat dengan

baik tanpa melakukan akomodasi.1,5 Roborantia diberikan sebagai tambahan

nutrisi mata.

8

Page 9: Lapkas Miopia Koreksi i

Pemeriksaan dengan oftalmoskop pada ODS didapatkan refleks fundus (+)

uniform, batas tegas, warna vital, makula dan retina dalam batas normal. Hal ini

menunjukkan bahwa belum terjadi kelainan akibat miopianya, sehingga pada

pasien ini belum ditemukan adanya penyulit atau komplikasi.1

Berdasarkan tingginya dioptri, pasien ini mengalami miopia ringan. Dari

hasil pemeriksaan dengan oftalmoskop juga tidak ditemukan adanya kelainan.

Sehingga pasien ini dapat juga digolongkan sebagai miopia simpleks yang timbul

pada usia muda kemudian berhenti, atau dapat naik sedikit sampai umur 20 tahun,

tidak disertai kelainan patologik fundus, dan berat kelainan refraktifnya kurang

dari -5 D atau -6 D.1,5

Pada penderita miopia simpleks usia muda dianjurkan untuk menjaga

kesehatan badan dan mata. Bila membaca jangan terus-menerus dan usahakan

dalam posisi tegak, jangan membungkuk di atas buku. Kacamata harus terus

dipakai. Penerangan haruslah sesuai, yang terbaik adalah penerangan dari atas dan

belakang.1,5,8

Apabila penderita miopia simpleks dikoreksi dengan baik, dan menjaga agar

badan dan matanya sehat, maka prognosisnya baik.1,6

9

Page 10: Lapkas Miopia Koreksi i

PENUTUP

Demikian telah dilaporkan sebuah kasus berjudul “ Miopia Okuli Dekstra et

Sinistra” dari seorang penderita perempuan berusia 30 tahun yang datang berobat

ke Poliklinik Mata RSU Prof. dr. R.D. Kandou pada tanggal 14 Desember 2010.

10

Page 11: Lapkas Miopia Koreksi i

DAFTAR PUSTAKA

1. Wijana N. Refraksi. Dalam : Ilmu Penyakit Mata cetakan ke-6. Jakarta, 1993

2. Agarwal LP. Subjective Examination. Principle Of Optics and Refraction 2nd

ed. New Delhi : CBS Publihers and distributors, 1979 : 86 – 120

3. American Academy of Ophthalmology. Practical Ophthalmology 4 th ed. San

Fransisco, USA, 1996 : 77 – 85

4. Sidarta I, dkk. Sari Ilmu Penyakit Mata cetakan ke-2. Jakarta, 2000

5. Sidarta I. Kelainan Refraksi. Dalam : Penuntun Ilmu Penyakit Mata. Jakarta,

1991

6. Sidarta I, dkk. Ilmu Penyakit Mata untuk Dokter Umum edisi 2. Jakarta, 2002

7. BJO Online. Myopia [cited 2006 January 11]. Available from :

http://www.bmjjournals.com/cgi/reprintform

8. New scientist Breaking News. Lifestyle causes myopia. [cited 2006 January

12]. Available from :http://www.journals.com/cgi/reprintform

11