Upload
samuel-christian
View
88
Download
12
Embed Size (px)
Citation preview
Laporan Kasus Obstetri
Pendahuluan
Sectio Caesarea
Istilah sectio caesarea berasal dari perkataan latin yang artinya memotong. Seksio sesarea adalah
suatu cara melahirkan janin dengan membuat sayatan pada dinding uterus melalui dinding depan
perut atau vagina atau seksio sesarea adalah suatu histerotomia untuk melahirkan janin dari
dalam rahim.1
Seksio sesarea primer merupakan seksio yang dari semula telah direncanakan karena tidak
diharapkan lagi kelahiran biasa, misalnya pada panggul sempit. Seksio sesarea sekunder
merupakan seksio yang pada mulanya dilakukan sikap mencoba menggu kelahiran biasa, bila
tidak ada kemajuan persalinan atau partus percobaan gagal baru dilakukan seksio sesarea.
Dikenal juga seksio sesarea ulang, seksio sesarea histerektomi dan operasi porro.
Perluasan indikasi melakukan seksio sesarea dan kemajuan dalam tehnik operasi dan anestesi
serta obat-obat antibiotika menyebabkan angka kejadian seksio sesarea dari periode ke periode
meningkat.
Indikasi seksio sesarea1
Plasenta previa sentralis dan lateralis
Panggul sempit
Disproporsi sefalo-pelvik
Rupture uteri mengancam
Partus lama
Partus tak maju
Distosia serviks
Pre-eklamsi dan hipertensi
Malpresentasi janin :
1. letak lintang
2. letak bokong
3. presentasi dahi dan muka (letak defleksi) bila reposisi dan cara-cara lain tidak
berhasil
4. presentasi rangkap bila reposisi tidak berhasil
1
Laporan Kasus Obstetri
5. Gemelli (locking of the twins, shoulder presentation, gawat janin, dan distosia)
Jenis-jenis seksio sesarea
Abdomen (seksio sesarea abdominalis)
Seksio sesarea transperitonealis
o Seksio sesarea klasik atau corporal dengan insisi memanjang pada korpus
uteri
o Seksio sesarea ismika dengan insisi pada segmen bawah rahim.
Seksio sesarea ekstraperitonealis, yaitu tanpa membuka peritoneum parietalis, dengan
tidak membuka kavum abdominal
Vagina
Menurut arah sayatan pada rahim, seksio sesarea dapat dilakukan sebagai berikut :
1. sayatan memanjang menurut Kronig
2. Sayatan melintang menurut Kerr
3. Sayatan huruf T
Komplikasi
o Infeksi Puerperal
o Perdarahan
o Luka kandung kemih, emboli paru, dan keluhan kandung kemih bila reperitonialisasi terlalu
tinggi
o Kemungkinan rupture uteri spontan pada kehamilan mendatang.
Prognosis
Dulu angka morbiditas dan mortalitas untuk ibu dan janin tinggi. Pada masa sekarang, oleh
karena kemajuan yang pesat dalam teknik operasi, anestesi, penyediaan cairan dan darah,
indikasi dan antibiotika angka ini sangat menurun.
Nasib janin yang ditolong secara seksio sesarea sangat tergantung dari keadaan janin sebelum
dilakukan operasi.
Nasihat pasca operasi
1. dianjurkan jangan hamil selama kurang lebih satu tahun, dengan memakai kontrasepsi
2. kehamilan berikutnya hendaknya diawasi dengan antenatal yang baik
3. apakah persalinan yang berikut harus dengan seksio sesarea bergantung dari indikasi
seksio sesarea dan keadaan pada kehamilan berikutnya.
2
Laporan Kasus Obstetri
4. ”once a cesarean not always a cesarean” kecuali pada panggul sempit atau disproporsi
sefalo-pelvik.
Gemeli (kehamilan ganda)
Kehamilan ganda adalah kehamilan dengan dua janin atau lebih.2
Etiologi
1. Faktor-faktor yang mempengaruhi adalah : bangsa, umur, dan paritas, sering
mempengaruhi kehamilan kembar 2 telur.
2. Faktor obat-obat induksi ovulasi: profertil, clomid, dan hormon gonadotropin dapat
menyebabkan kehamilan dizigotik dan kembar lebih dari dua.
3. faktor keturunan.
4. faktor yang lain belum diketahui.2
Jenis Gemeli
o Gemeli dizigotik (kembar 2 telur, heterolog, biovuler, dan fraternal), kedua telur bisa
berasal dari :
- 1 ovarium dan dari 2 folikel de Graff
- 1 ovarium dan dari 1 folikel de Graff
- 1 dari ovarium kanan dan satu lagi dari ovarium kiri
o Gemeli monozigotik (kembar 1 telur, homolog, uniovuler, identik), dapat terjadi karena :
- satu telur dengan 2 inti, hambatan pada tingkat blastula
- hambatan pada tingkat segmentasi
- hambatan setelah amnion dibentuk, tetapi sebelum primitive streak.
Conjuined twins atau kembar siam adalah kembar dimana janin melekat satu dengan lainnya.
Superfekundasi adalah pembuahan dua telur yang dikeluarkan pada ovulasi yang sama pada
dua kali koitus yang dilakukan pada jarak waktu yang pendek. Superfetasi adalah kehamilan
kedua yang terjadi beberapa minggu atau bulan setelah kehamilan pertama.
Perbedaan ciri, sifat, dan lain-lainnya antara kembar monozigotik dan dizigotik
Perbedaan Kembar monozigot Kembar dizigot
Plasenta 1 (70%) 2 (+ 100%)
2 (30%)
3
Laporan Kasus Obstetri
Korion 1 (70%) 2 (+ 100%)
2 (30%)
Amnion 1 (70%) 2 (+ 100%)
2 (30%)
Tali pusat 2 2
Sirkulasi darah janin bersekutu terpisah
Sekat kedua kantong 2 lapis 4 lapis
Jenis kelamin sama sama atau tidak
Rupa dan sifat sama agak berlainan
Mata, gigi, kulit sama berbeda
Ukuran antopologik sama berbeda
Sidik jari sama berbeda
Cara pegangan bisa sama sama
Kira-kira sepertiga kembar adalah monozigotik dan dua pertiga lainnya adalah dizigotik.
Pertumbuhan Janin Kembar
1. berat badan satu janin kehamilan kembar rata-rata 1000 gr lebih ringan dari janin tunggal.
2. berat badan baru lahir biasanya pada kembar dua dibawah 2500 gr, triplet dibawah 2000
gr, quadriplet dibawah 1500 gr, dan quintuplet dibawah 1000 gr.
3. berat badan masing-masing janin dari kehamilan kembar tidak sama, umumnya berselisih
antara 50 sampai 1000 gr, dan karena pembagian sirkulasi tidak sama, maka yang satu
lebih kurang tumbuh dari yang lainnya.
4. pada kehamilan ganda monozigotik :
pembuluh darah janin yang satu beranastomosis dengan janin yang lain karena itu
setelah bayi satu lahir tali pusat harus diikat untuk menghindari perdarahan.
Karena itu janin yang satu dapat terganggu pertumbuhannya dan menjadi monstrum,
seperti akardiakus.
Dapat terjadi sindroma transfusi fetal.
5. Pada kehamilan kembar dizigotik :
Dapat terjadi satu janin meninggal dan yang satu tumbuh sampai cukup bulan.
Janin yang mati bisa diresorbsi, atau janin jadi pipih yang disebut fetus papyraseus
atau kompresus.
4
Laporan Kasus Obstetri
Letak pada Presentasi Janin
Pada hamil kembar sering terjadi kesalahan presentasi dan posisi kedua janin. Begitu pula letak
janin kedua dapat berubah setelah janin pertama lahir. Berbagai kombinasi letak, presentasi dan
posisi bisa terjadi, yang paling sering dijumpai adalah:
1. Kedua janin dalam letak membujur, presentasi kepala (44-47%)
2. Letak membujur, presentasi kepala bokong (37-38%)
3. Keduanya presentasi bokong (8-10%)
4. Letak lintang dan presentasi kepala (5-5,3%)
5. Letak lintang dan presentasi bokong (1,5-2%)
6. Dua-duanya letak lintang (0,2-0,6%)
7. Letak dan presentasi “69” adalah letak yang berbahaya, karena dapat terjadi kunci-
mengunci (interlocking).2
Diagnosis Kehamilan Kembar
1. Anamnesis
Perut lebih buncit dari semestinya sesuai dengan umur tuanya kehamilan
Gerakan janin lebih banyak dirasakan ibu hamil
Uterus terasa lebih cepat membesar
Pernah hamil kembar atau ada riwayat keturunan kembar
2. Inspeksi dan palpasi
1. Pada pemeriksaan pertama dan ulangan ada kesan uterus lebih besar dan lebih cepat
tumbuhnya dari biasa
2. Gerakan-gerakan janin terasa lebih sering
3. Bagian-bagian kecil teraba lebih banyak
4. Teraba ada 3 bagian besar janin
5. Teraba ada 2 balotemen
3. Auskultasi
Terdengar 2 denyut jantung janin pada 2 tempat yang agak berjauhan dengan perbedaan
kecepatan sedikitnya 10 denyut permenit atau bila dihitung bersamaan terdapat selisih 10.
4. Rontgen foto abdomen
Tampak gambaran 2 janin.
5. Ultrasonografi
5
Laporan Kasus Obstetri
Bila tampak 2 janin atau dua jantung yang berdenyut yang telah dapat ditentukan pada
triwulan I.
6. Elektrokardiogram total
Terdapat gambaran dua EKG yang berbeda dari kedua janin.
7. Reaksi kehamilan
Karena pada hamil kembar umumnya plasenta besar atau ada 2 plasenta, maka produksi
HCG akan tinggi, jadi titrasi reaksi kehamilan bisa positif, kadang-kadang sampai 1/200.
Hal ini dapat dikacaukan dengan mola hidatidosa.
Kadangkala dignosa baru diketahui setelah bayi pertama lahir, uterus masih besar dan
ternyata ada satu janin lagi dalam rahim. Kehamilan kembar sering terjadi bersamman
dengan hidramnion dan toksemia gravidarum.2
Pengaruh terhadap Ibu dan Janin
1. Terhadap Ibu
Kebutuhan akan zat-zat bertambah, sehingga dapat menyebabkan anemia dan
defisiensi zat-zat lainnya
Kemungkinan terjadinya hidramnion bertambah 10 kali lebih besar
Frekuensi pre-eklamsi dan eklamsi lebih sering
Karena uterus yang besar, ibu mengeluh sesak napas, sering miksi, serta terdapat
edema dan varises pada tungkai dan vulva.
Dapat terjadi inersia uteri, perdarahan postpartum, dan solusio plasenta sesudah anak
pertama lahir.
2. Terhadap Janin
Usia kehamilan tambah singkat dengan bertambahnya jumlah janin pada kehamilan
kembar: 25% pada gemeli; 50% pada triplet; dan 75% pada quadruplet, yang akan
lahir 4 minggu sebelum cukup bulan. Jadi kemungkinan terjadinya bayi prematur
akan tinggi.
Bila sesudah bayi pertama lahir terjadi solusio plasenta, maka angka kematian bayi
kedua tinggi.
Sering terjadi kesalahan letak janin, yang juga akan mempertinggi angka kematian
janin.
Penanganan dalam kehamilan
6
Laporan Kasus Obstetri
1. Perawatan prenatal yang baik untuk mengenal kehamilan kembar dan mencegah
komplikasi yang timbul, dan bila diagnosis telah ditegakkan pemeriksaan ulangan harus
lebih sering.
2. Setelah kehamilan 30 minggu, koitus dan perjalanan jauh sebaiknya dihindari, karena
akan merangsang partus prematurus.
3. Pemakaian korset gurita yang tidak terlalu ketat diperbolehkan, suapaya terasa lebih
ringan.
4. Periksa darah lengkap, Hb, dan golongan darah.
Penanganan dalam persalinan
1. Bila anak pertama letaknya membujur, kala I diawasi seperti biasa, ditolong seperti biasa
dengan episiotomi mediolateralis
2. Setelah itu baru waspada, lakukan periksa luar, periksa dalam untuk menentukan
keadaan anak kedua. Tunggu, sambil memeriksa tekanan darah dan lain-lain.
3. Biasanya dalam 10-15 menit his akan kuat lagi. Bila anak kedua terletak membujur,
ketuban dipecahkan pelan-pelan supaya air ketuban tidak mengalir deras keluar. Tunggu
dan pimpin persalinan anak kedua seperti biasa.
4. Waspadalah atas kemungkinan terjadinya perdarahan postpartum, maka sebaiknya
pasang infus profilaksis.
5. Bila ada kelainan letak pada anak kedua, maka janin dilahirkan dengan cara operatif
obstetrik:
Pada letak lintang coba versi luar dulu, atau lahirkan dengan cara versi dan ekstraksi
Pada letak kepala, persalinan dipercepat dengan ekstraksi vakum atau forseps.
Pada letak bokong atau kaki, ekstraksi bokong atau kaki.
6. Indikasi seksio sesarea hanya pada:
Janin pertama letak lintang
Bila terjadi prolaps tali pusat
Plasenta previa
Terjadi interlocking pada letak janin 69, anak pertama letak sungsang dan anak kedua
letak kepala.
7. Kala IV diawasi terhadap kemungkinan terjadinya perdarahan postpartum: berikan
suntikan sinto-metrin yaitu 10 satuan sintosinon tambah 0,2 mg methergin intravena.
7
Laporan Kasus Obstetri
Prognosis
Prognosis untuk ibu lebih jelek bila dibandingkan pada kehamilan tunggal, karena seringnya
terjadi toksemia gravidarum, hidramnion, anemia, pertolongan obstetri operatif, dan perdarahan
postpartum.
Angka kematian perinatal tinggi terutama karena prematur, prolaps tali pusat, solusio plasenta
dan tindakan obstetrik karena kelainan letak janin.2
HIPERTENSI DALAM KEHAMILAN
Istilah toksemia gravidarum dewasa ini tidak dianjurkan untuk dipakai lagi karna istilah tersebut
mencakup berbagai penyakit hipertensif dalam kehamilan dengan etiologi berbeda-beda. Selain
itu pada toksemia gravidarum tidak pernah ditemukan toksin sebagai penyebab.(3)
Klasifikasi hipertensi dalam kehamilan
Diagnosa Tekanan darah Tanda lain
Hipertensi pada kehamilan
Hipertensi
Preeklampsia ringan
Preeklampsia berat
Berat
Kenaikan tekanan diastolik
15mmHg atau >90 mmHg dalam
2 pengukuran berjarak 1 jam atau
tekanan diastolik sampai 110
mmHg
Idem
Tekanan diastolik > 110 mmHg
Hipertensi
Proteinuria (- )
Kehamilan >20 minggu
Proteinuria 1+
Proteinuria 2+
Oliguria
Hiperrefleksia
Gangguan penglihatan
Nyeri epigastrium
Kejang
Hipertensi kronik
Hipertensi kronik
Superimposed pre-eclampsia
Hipertensi
Hipertensi kronik
Kehamilan < 20 minggu
Proteinuria + yanda-tanda lain
preeklampsia
Hipertensi karena kehamilan 5
8
Laporan Kasus Obstetri
» Lebih sering pada primigravida. Patologi telah terjadi akibat implantasi sehingga timbul
iskemia plasenta yang diikuti sindrom inflamasi.
» Resiko meningkat pada :- masa plasenta besar (pada gemelli, penyakit trofoblas)
- Diabetes melitus
- Isoimunisasi rhesus
- Faktor herediter
- Masalah vaskuler
Hipertensi karena kehamilan : - hipertensi tanpa proteinuria atau edema
- preeklampsia ringan
- preeklampsia berat
- eklampsia
Hipertensi karena kehamilan dan preeklampsia ringan sering ditemukan tanpa gejala, kecuali
meningkatnya tekanan darah. Prognosis menjadi lebih buruk dengan terdapatnya
proteinuria. Edema tidak lagi menjadi suatu tanda yang pasti untuk preeklampsia.
Preeklampsia berat didiagnosis pada kasus dengan salah satu gejala berikut :
Tekanan diastolik > 110 mmHg
Proteinuria 2+
Oliguria < 400 ml per 24 jam
Edema paru : nafas pendek, sianosis, rhonkhi +
Nyeri daerah epigastrium atau kuadran atas kanan
Gangguan penglihatan : skotoma atau penglihatan berkabut
Nyeri kepala hebat, tidak berkurang dengan analgesik biasa
Hiperrefleksia
Mata : spasme arteriolar, edema, ablasio retina
Koagulasi :koagulasi intravaskuler disseminata, sindrom HELLP
Pertumbuhan janin terhambat
Otak : edema serebri
Jantung : gagal jantung
Eklampsia ditandai oleh gejala-gejala preeklampsia berat dan kejang :
Ejang dapat terjadi tidak tergantung dari beratnya hipertensi
Kejang bersifat tonik-klonik, menyerupai kejang pada epilepsi grand mal
9
Laporan Kasus Obstetri
Koma terjadi sesudah kejang, dapat berlangsung lama (berjam-jam)
Hiperetensi Kronik
• Dideteksi sebelum usia kehamilan 20 minggu
• Superimpossed preeclampsia adalah hipertensi kronik dengan preelpamsia
Diagnosis Diferensial
Hiperetensi Kronik
Jika tekanan darah sebelum kehamilan 20 minggu tidak diketahui, sulit membedakan antara
preeklampsia dan hipertensi kronik, dalam hal demikian, tanggani tangani sebagai hipertensi
karena kehamilan.
Proteinuria
Sekret vagina atau cairan amnion dapat mengkotaminasi urin sehingga terdapat proteinuria.
Kateterisasi tidak dianjurkan → dapat mengakibatkan infeksi.
Infeksi kandung kencing, anemia berat, payah jantung, partus lama → menyebabakan
proteinuria
Darah dalam urin, skistosomiassis, kontaminasi darah vagina dapat menghasilkan
proteinuria positif palsu.
Kejang dan koma
Eklampsia harus di DD dengan epilepsi, malaria selebral, trauma kepala, penyakit
sorebrosvaskuler, intoksifikasi (alkohol, obat, racun), kelainan metabolisme (asidosis),
miningitis, ensefalitis, ensefalopati, intoksifikasi air, histeria, dll.
Komplikasi
Iskemia uteroplasenta:
- Pertumbuhan janin terhambat
- Kematian janin
- Persalinan prematur
- Solutio plasenta
10
Laporan Kasus Obstetri
Spasme arteriolar:
Perdarahan serebral
Gagal jantung, ginjal, hati
Ablasio retinah
Tromboembolisme
Kejang dan koma :
Trauma karena kejang
Asporasi cairan, darah, muntahan, dengan akibat gangguan pernafasan
Penanganan tidak tepat :
Pneumonia
Infeksi saluran kemih
Kelebihan cairan
Komplikasi anestesi atau tindakan obstetrik
Pencegahan
• Pemabatasan kalori, cairan dan diet rendah garam tidak dapat mencegah hipertensi karena
kehamilan, sebaliknya dapat membahayakan janin.
• Manfaat aspirin, kalsium, dan lain-lain dalam mencegah hipertensi karena kehamilan →
belum terbukti
• Deteksi dini dan penanganan cepat-tepat → penting, kasus harus ditindaklanjuti secara reguler
dan diberi penanganan yang jelas jika harus kembali ke pelayanan kesehatan. Dalam
pendidikan keluarga (suami, orang tua, mertua, dll) harus dilibatkakn lebih awal.
• Pemasukan cairan yang berlebihan → edema paru.
PENANGANAN
HIPERTENSI KARENA KEHAMILALN TANPA PROTEINURIA
Jika kehamilan < 37 minggu, tangani secara rawat jalan :
- Pantau tekanan darah, proteinuria dan kondisi janin setiap minggu
- Jika tekanan darah meningkat, tangani sebagai preeklampsia
- Jika kondisi janin memburuk atau terjadi pertumbuhan janin terhambat, rawat dan
pertimbangkan terminasi kehamilan.
11
Laporan Kasus Obstetri
PREEKLAMPSIA RINGAN
Jika kehamilan < 37 minggu, tidak ada tanda-tanda perbaikan → lakukan penilaian 2 kali
seminggu secara rawat jalan :
- Pantau tekanan darah, proteinuria, refleks dan kondisi janin
- Lebih banyak istirahat
- Diet biasa
- Tidak perlu diberi obat-obatan
- Jika rawat jalan tidak mungkin → rawat di rumah sakit:
diet biasa
Pantau tekanan arah 2 X sehari, proteinuria 1 X sehari
Tidak perlu oabt-obatan
Tidak perlu diuretik, kecuali jika terdapat edema paru, dekompensasi kordis atau gagal
ginjal akut
Jika tekanan diastolik turun sampai normal → pasien dapat dipulangkan :
• Nasehatkan untuk istirahat dan perhatikan tanda-tanda preeklampsia berat
• Kontrol 2 X seminggu
• jika tekanan diastolik naik lagi → rawat kembali
Jika tidak ada tanda-tanda perbaikan → tetap dirawat
Jika terdapat tanda-tanda pertumbuhan janin terhambat, pertimbangkan terminasi
kehamilan
Jika proteinuria meningkat → tangani sebagai preeklampsia berat
Jika kehamilan >37 minggu, pertimbangkan terminasi :
- Jika serviks matang → induksi dengan oksitoksin 5 IU dalam 500 ml dekstrose IV 10
tetes/menit atau dengan prostaglandin
- Jika serviks belum matang → berikan prostaglandin, misoprostol atau kateter Foley, atau
terminasi dengan seksio sesarea.
PREEKLAMPSIA BERAT DAN EKLAMPSIA
12
Laporan Kasus Obstetri
Penanganan preeklampsia berat dan eklampsia sama, kecuali bahwa persalinan harus
berlangsung dalam 12 jam setelah timbulnya kejang pada eklampsia.
Penanganan kejang:
- Beri obat antikonvulsan
- Perlengkapan untuk penanganan kejang (jalan nafas, sedotan, masker oksigen, oksigen)
- Lindungi pasien dari kemungkinan trauma
- Aspirasi mulut dan tenggorokan
- Baringkan pasien pada posisi kiri, posisi Trendelenburg untuk mengurangi resiko aspirasi
- Beri oksigen 4-6 liter/menit
Penaganan umum:
- Jika tekanan diastolik >110 mmHg → beri antihipertensi, sampai tekanan diastolik
diantara 90-100 mmHg
- Pasang infus Ringer Laktat dengan jarum besar (16 gauge atau >)
- Ukur keseimbangan cairan, jangn sampai terjadi overload
- Kateterisasi urin untuk pengeluaran volume dan proteinuria
- Jika jumlah urin <30 ml/jam : - infus cairan dipertahankan 1 1/8 jam
- pantau kemungkina edema paru
- Pasien jangan ditinggalkan sendiri, kejang disertai aspirasi → kematian ibu dan janin
- Observasi tanda-tanda vital, refleks, dan denyut janin setiap jam
- Auskultasi paru → mencari tanda-tanda edema paru
Krepitasi → tanda edema paru
Jika ada edema paru → pemberian cairan dihentikan, berikan diuretik (mis: furosemide
40 mg IV)
• Nilai pembekuan darah dengan uji pembekuan bedside. Jika pembekuan tidak terjadi
sesudah 7 menit → kemungkinan terdapat koagulopati.
Antikonvulsan
13
Laporan Kasus Obstetri
Magnesium sulfat merupakan obat pilihan untuk mencegah dan mengatasi kejang pada
preeklampsia dan eklampsia. Alternatif lain adalah diazepam (resiko terjadinya depresi
neonatal).
» Magnesium sulfat → preeklampsia dan eklampsia
• Dosis awal :
- MgSO4 4 g IV sebagai larutan 20 % selama 5 menit
- Diikuti dengan MgSO4 (50%) 5 g IM lignokain 2 % (dalam semprit yang sama)
- Pasien akan merasa agak panas sewaktu pemberian MgSO4
• Dosis pemelihara :
- MgSO4 (50%) 5 g + lignokain 2 % 1 ml IM setiap 4 jam
- Lanjutkan sampai 24 jam pasca persalinan atau kejang terakhir
• Sebelum pemberian MgSO4 , periksa :
- Frekuensi pernafasan minimal 16x/menit
- Refleks patella (+)
- Urin minimal 30 ml/jam dalam 4 jam terakhir
• MgSO4 deberhentikan, jika :
- Frekuensi pernafasan < 16x/menit
- Refleks patella (-)
- Urin < 30 ml/jam
• Siapkan antidotum, jika → terjadi henti nafas :
- bantu dengan ventilator
- beri kalsium glukonat 2g (20 ml dalam larutan 10%) IV, perlahan-lahan sampai
pernafasan mulai lagi
» Diazepam pada preeklmapsia dan eklampsia
• Dosis awal :
- Diazepam 10 mg IV, pelan-pelan selama 2 menit
- Jika kejang berulang → ulanagi dosis awal
• Dosis pemeliharaan :
14
Laporan Kasus Obstetri
- Diazepam 40 ml dalam 500 ml larutan RL per infus
- Dosis > 30 mg/jam → mungkin akan terjadi depresi pernafasan ibu
- Jangan berikan >100 mg/jam
• Pemberian melalui rektum :
- Jika pemberian IV tidak mungkin, diaxepam dapat diberikan per rektal dengna dosis
awal 20 mg dalam semprit 10 ml
- Jika masih terjadi kejang → beri tambahan 10mg/jam
- Dapat pula diberikan melalui kateter urin yang dimasukan kedalam rektum
Antihipertensi
• Obat pilihan adalah hidralazin → 5 ml IV selam 5 menit secara perlahan-lahan hingga
tekanan darah turun
• Bila perlu, pemberian hidralazin dapat diulang setiap jam atau 12,5 mg IM setiap jam
• Jika hidralazin tidak tersedia :
- Nifedipine 5 mg sublingual → jika respon tidak baik setelah 10 menit, beri tambahan 5
mg sublingual
- Labetolol 10 mg IV → jika respon tidak setelah 10 menit, diberikan lagi labetolol 20 mg
IV
Persalinan
• Pada preeklampsia berat persalinan harus terjadi dalam 24 ja, sedang pada eklampsia
dalam 12 jam sejak gejala eklampsia timbul
• Jika terdapat gawat janin atau persalinan tidak dapat terjadi dalam 12 jam (pada
eklampsia) → lakukan SC
• Jika SC akan dilakukan, perhatikan :
- Tidak terdapat koagulopati
- Anestesia yang aman atau terpilih adalah anestesia umum. Jangan dilakukan
anestesia lokal. Enestesia spinal berhubungan dengan resiko hipertensi
• Jika anestesia yang umum tidak tersedia atau janin mati, aterm terlalu kecil → lakukan
persalinan pervaginam
15
Laporan Kasus Obstetri
Laporan Kasus
IDENTITAS
Nama : Ny. SM Nama Suami : IP
Umur : 37 tahun Pendidikan : Tamat SLTA
Pendidikan : Tamat SLTA
Alamat : Teling Tingkulu
Pekerjaan : IRT
Agama : Kristen Protestan
Bangsa : Indonesia
MRS tanggal/jam : 3 oktober 2009 / jam 22.00
No. CM : 21.85.79
ANAMNESIS
G3P2A0 , 37 tahun, MRS tanggal 3 Oktober 2009 jam 22.00 dengan keluhan utama nyeri
perut bagian bawah ingin melahirkan.
Riwayat penyakit sekarang
Nyeri perut bagian bawah ingin melahirkan belum dirasakan teratur, pelepasan lendir campur
darah (-), pelepasan air dari jalan lahir (-), pergerakan janin masih dirasakan saat masuk rumah
sakit.
Riwayat penyakit dahulu
Riwayat penyakit jantung, paru, ginjal, hati, kencing manis (-). Riwayat gemelli disangkal
Anamnesis Kebidanan
Riwayat penyakit sekarang
Riwayat tekanan darah tinggi (+) sejak 1 tahun yang lalu, tidak berobat teratur. Keluhan
nyeri kepala hebat (-), pandangan kabur (-), nyeri ulu hati (-).
Pemeriksaan antenatal
16
Laporan Kasus Obstetri
Jumlah PAN selama kehamilan 5 kali
1 kali di dokter Ahli
4 kali di puskesmas Kakas
Riwayat Haid
HPHT : 22 Desember 2008
TTP : 29 September 2009
Riwayat keluarga
Kawin : 1 kali selama 9 tahun.
Keluarga berencana
KB : suntik 3 bulan, terakhir Juni 2008
Riwayat kehamilan dahulu
P1. 2001,Laki-laki, spontan letak belakang kepala di RS Budi Mulia, BBL:3400 gr, hidup
P2. 2004,Perempuan, spontan letak belakang kepala di RSUP Prof Dr.R.D Kandou, BBL:
3450 gr, hidup
PEMERIKSAAN FISIK
Status Praesens
Keadaan Umum : Cukup
Kesadaran : CM
Tekanan darah : 170/110mmHg
Nadi : 84 x/ mnt
Respirasi : 24 x/mnt
Suhu badan : 36,3° C
Konjungtiva : anemis (-)
Sklera : ikterik (-)
C/P : dalam batas normal
Edema : (-)
TB : 157 cm
BB : 69 kg
Status Obstetrik
17
Laporan Kasus Obstetri
Pemeriksaan luar
Tinggi fundus Uteri : 37 cm
Letak janin : Gemeli I : letak sungsang
Gemeli II: letak kepala
BJA : Gemeli I: 13-12-13
Gemeli II:13-12-14
HIS : (-)
Pemeriksaan dalam
Portio tebal lunak, arah aksial, pembukaan (-), PP bokong masih tinggi (ZA Score:3)
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Laboratorium
Hb : 11,0gr/dl,
Leukosit : 8.700/mm3,
Trombosit : 315.000/mm3,
GDS : 105mg/dl
Asam urat : 12,3mg/dl
Ureum : 20,3mg/dl
Kreatinin : 1,2mg/dl
SGOT : 27,1U/L
SGPT : 12,1U/L
2. USG
Janin intrauterine gemelli
Gemelli I : Letak sungsang FM(+) FHM(+)
Gemelli II: Letak kepala FM(+) FHM(+)
Gemelli I : BPD: 8,95cm AC:32,95 FL: 7,21cm EFW: 2900gr
Gemelli II: BPD: 8,20cm AC:32,27 FL: 7,20cm EFW: 2800gr
Plasenta di Fundus grade II-III
AFL > 2cm
Kesan hamil aterm , Gemelli I : letak sungsang, Gemelli II : letak kepala
3. EKG
18
Laporan Kasus Obstetri
Advis : EKG diulang
RESUME MASUK
G3P2A0, 37 tahun, MRS tanggal 3 oktober 2009 jam 22.00 dengan keluhan nyeri perut bagian
bawah ingin melahirkan. Tanda-tanda inpartu (-), pelepasan air dari jalan lahir (-). Pergerakan
janin (+) saat MRS. RPD disangkal. Riwayat tekanan darah tinggi (+), sejak 1 tahun yang lalu.
Status Praesens : Tekanan darah 170/110 mmHg
Status obstettrik : TFU 37 cm, letak janin Gemeli I : letak sungsang, Gemeli II: letak kepala
BJA : Gemeli I: 13-12-13 Gemeli II:13-12-14 HIS: (-)
Portio tebal lunak, arah aksial, pembukaan (-), PP bokong masih tinggi (ZA Score:3)
USG :
Janin intrauterine gemelli
Gemelli I : Letak sungsang FM(+) FHM(+)
Gemelli II: Letak kepala FM(+) FHM(+)
Gemelli I : BPD: 8,95cm AC:32,95 FL: 7,21cm EFW: 2900gr
Gemelli II: BPD: 8,20cm AC:32,27 FL: 7,20cm EFW: 2800gr
Plasenta di Fundus grade II-III
AFL > 2cm
DIAGNOSIS
G3P2A0, 37 tahun, hamil 40-41 minggu belum inpartu + superimposed preeklampsia
Janin intra uterin gemeli I hidup letak bokong & gemeli II hidup letak kepala
SIKAP
IVFD
MgSO4 20% (IV)
MgSO4 40% (IM) :10cc bokong kanan , 10cc bokong kiri
Kateterisasi Proteinuria : ++++
Seksio sesarea cito
MgSO4 dilanjutkan sesuai protokol
Laboratorium,USG,EKG,
19
Laporan Kasus Obstetri
Konsul bagian mata, konsul bagian interna
Sedia donor ,setuju operasi
Lapor konsulen: setuju seksio sesarea cito
Observasi lanjut (VK)
Tanggal/Jam
03/10/09
Jam 22.00 – 22.30 : BJA : Gemeli I : 12-12-13 HIS : (-)
Gemeli II :12-13-12
Jam 22.30 : Pasien di dorong ke OK cito
Jam 23.00 : Operasi dimulai dilakukan SCTP
Jam 23.05 : Lahir Gemeli I bayi perempuan, BBL :2900gr, PB: 47cm, AS: 7-9
Jam 23.07 : Lahir Gemeli II bayi perempuan, BBL:2450gr,PB: 46 cm, AS:7-9
Lahir plasenta ± 700gr, dengan 1 plasenta, 2 chorion, 2 amnion
Dilanjutkan dengan sterilisasi pomeroy
Jam 00.10 : Operasi selesai ; Perdarahan ± 700cc ; Diuresis ± 300cc
Sampai saat ini keadaan ibu dan bayi baik, sudah rawat gabung (Hb 10,1gr/dl)
20
Laporan Kasus Obstetri
Laporan Operasi
Dalam spinal anestesi, pasien dibaringkan terlentang diatas meja operasi. Dilakukan desinfeksi
dengan povidone iodine pada daerah abdomen dan sekitarnya. Kemudian ditutup dengan doek
steril kecuali lapangan operasi. Dilakukan insisi linea mediana inferior diperdalam secara tajam
sampai fascia, fascia dijepit dengan 2 kocher digunting kecil dan diperlebar ke atas dan ke
bawah, otot disisihkan secara tumpul, peritoneum dijepit dengan 2 pinset setelah yakin tidak ada
usus dibawahnya, peritoneum digunting kecil dan diperlebar ke atas dan ke bawah. Tampak
uterus gravidarum, identifikasi plica vesikouterina, plika dijepit dengan pinset, digunting kecil,
dan diperbesar ke kanan dan ke kiri. Disisihkan ke bawah dan dilindungi dengan haag abdomen.
Identifikasi SBR, SBR diinsisi semilunar dan diperdalam secara tumpul sampai menembus
cavum uteri. Selaput ketuban dipecahkan, keluar cairan putih keruh 100cc. Identifikasi janin
letak kepala. Bayi dilahirkan dengan cara meluksir kepala. Jam 23.05 lahir gemeli I, bayi
perempuan BBL 2900gr PBL 47cm AS 7-9 selaput ketuban dipecahkan keluar cairan putih
keruh 100cc, identifikasi janin letak bokong, bayi dilahirkan dengan cara meluksir bokong. Jam
23.07 lahir gemeli II bayi perempuan BBL 2450gr PBL 46cm AS 7-9. Sambil jalan napas
dibersihkan, tali pusar di klem dengan dua kocher dan digunting diantaranya. Bayi diserahkan ke
sejawat neonati untuk perawatan selanjutnya. Luka SBR dijepit dengan beberapa ringtang.
Identifikasi plasenta implantasi di fundus. Plasenta dilahirkan dengan cara tarikan ringan tali
pusat, cavum uteri dibersihkan dari sisa selaput ketuban. Uterus dijahit dengan dua lapis secara
jelujur. Retroperitonealisasi, kontrol perdarahan (-) eksplorasi lanjut uterus bentuk normal, kedua
tuba dan ovarium baik, dilanjutkan dengan sterilisasi pomeroy. Rongga abdomen dibersihkan
dari sisa darah dan bekuan darah. Dinding abdomen ditutup lapis demi lapis. Peritoneum dijahit
secara jelujur dengan plain catgut. Otot dijahit simpul dengan chromic catgut. Fasia dijahit
jelujur interlocking dengan dexan-1. Fat dijahit simpul dengan plain catgut. Kulit dijahit
subkutikular dengan chromic catgut. Luka operasi ditutup dengan gaas steril betadine. Jalan lahir
dibersihkan dengan gaas steril betadine. Operasi selesai.
Keadaan Post Operasi
KU : Sedang Kesadaran : kompos mentis
21
Laporan Kasus Obstetri
Tekanan darah: 150/100 mmHg; N : 88x/menit; R : 24x/menit
TFU : 2 jari dibawah pusat
Perdarahan : 700cc
Diuresis : 300cc
Instruksi Post Operasi
Kontrol T, N, R, suhu & balance cairan
Puasa sampai flatus (+) atau BU (+)
Infus : IVFD : RL : Dex 5% = 2 : 2 – 30 gtt/menit
Antibiotika : Cefotaxime 3 x 1 gr IV
Metronidazole 2 x 500mg IVFD
Piton 3 x 1 amp IV
Transamin 3 x 1 amp
Vitamin C 1 x 1 amp IM
kaltrofen 2 supp
Cek Hb 6 jam post operasi
Pemeriksaan Laboratorium
Leukosit : 9.600/L
Eritrosit : 3,84 x 105/L
Hb : 10,6 g/dL
Hematokrit : 34,2%
Trombosit : 213 x 103/L
Follow Up post operasi
(5 oktober 2009)
S : (-)
O : St. Praesens
KU : Cukup Kesadaran : Kompos mentis
T : 110/70 mmHg, N : 84x/menit, R : 20x/menit
St. Puerpuralis
22
Laporan Kasus Obstetri
Mammae : Laktasi +/+, Infeksi : -/-
TFU 2 jari dibawah pusat, kontraksi uterus baik, luka operasi ditutup dengan kasa,
flatus (+), BAB (-), BAK (+)
Lokia Rubra
A : P3A0, 37 tahun post SCTP atas indikasi superimposed preeclampsia + gemeli +
sterilisasi Pomeroy.
Lahir bayi I & II perempuan, BBL I : 2900 gr BBL II : 2450 gr
PBL I : 47 cm PBL II : 46cm, AS I : 7-9 AS II : 7-9
P : - Mobilisasi
- ASI on demand
- Diet bubur saring
- Cek Hb jika kurang dari 10 g/dL lakukan transfusi
- Cefadroxil 3 x 1
- Metronidazole 2 x 1
- Becomsi 1 x 1
- Luminal 3 x 1
(6 oktober 2009)
S : (-)
O : St. Praesens
KU : Cukup Kesadaran : Kompos mentis
T : 130/80 mmHg, N : 84x/menit, R : 20x/menit
St. Puerpuralis
Mammae : Laktasi +/+, Infeksi : -/-
TFU 2 jari dibawah pusat, kontraksi uterus baik, luka operasi kering
A : P3A0, 37 tahun post SCTP atas indikasi superimposed preeclampsia + gemeli +
sterilisasi Pomeroy.
Lahir bayi I & II perempuan, BBL I : 2900 gr BBL II : 2450 gr
PBL I : 47 cm PBL II : 46cm, AS I : 7-9 AS II : 7-9
P : - Mobilisasi
- ASI on demand
- Diet makanan lunak
23
Laporan Kasus Obstetri
- Cefadroxil 3 x 1
- Metronidazole 2 x 1
- Becomsi 1 x 1
- Luminal 3 x 1
(7 oktober 2009)
S : (-)
O : St. Praesens
KU : Cukup Kesadaran : Kompos mentis
T : 130/80 mmHg, N : 80x/menit, R : 20x/menit
St. Puerpuralis
Mammae : Laktasi +/+, Infeksi : -/-
TFU 2 jari dibawah pusat
A : P3A0, 37 tahun post SCTP atas indikasi superimposed preeclampsia + gemeli +
sterilisasi Pomeroy.
Lahir bayi I & II perempuan, BBL I : 2900 gr BBL II : 2450 gr
PBL I : 47 cm PBL II : 46cm, AS I : 7-9 AS II : 7-9
P : - ASI on demand
- Kontrol Konsulen
- Cefadroxil 3 x 1
- Becomsi 1 x 1
- Luminal 3 x 1
(8 Oktober 2009)
S : (-)
O : St. Praesens
KU : Cukup Kesadaran : Kompos mentis
T : 130/80 mmHg, N : 80x/menit, R : 20x/menit, Suhu : 36,4C
St. Puerpuralis
Mammae : Laktasi +/+, Infeksi : -/-
TFU 2 jari dibawah pusat
A : P3A0, 37 tahun post SCTP atas indikasi superimposed preeclampsia + gemeli +
sterilisasi Pomeroy.
24
Laporan Kasus Obstetri
Lahir bayi I & II perempuan, BBL I : 2900 gr BBL II : 2450 gr
PBL I : 47 cm PBL II : 46cm, AS I : 7-9 AS II : 7-9
P : - ASI on demand
- Cefadroxil 3 x 1
- Becomsi 1 x 1
- Dopamed 3 x 1
- Rencana pulang hari ini
25
Laporan Kasus Obstetri
PEMBAHASAN
Dalam laporan kasus ini akan di bahas mengenai:
Dasar penegakkan diagnosis
Penanganan pada kasus ini
Prognosis pasien ini
Dasar Diagnosis
Dalam kasus ini pasien didiagnosis dengan umur kehamilan 40-41 minggu, hal ini sesuai dengan
rumus Naegele dimana HPHT ibu adalah 22 desember 2008 dan TTP ibu adalah 29 september
2009.
Diagnosis gemeli pada kasus ini ditegakkan dari pemeriksaan penunjang yaitu USG, dimana
terlihat letak janin yaitu Gemeli I letak sungsang dan Gemeli II letak kepala. Hal inilah yang
merupakan salah satu indikasi dilakukannya SCTP karena adanya kemungkinan interlocking
pada Gemeli I dan II, dimana setelah bokong gemeli I lahir, dagu gemeli I tersangkut pada leher
dan dagu gemeli II. Dari pemeriksaan plasenta setelah operasi ditemukan adanya 1 plasenta
dengan 2 korion dan 2 amnion, ini menunjukkan bahwa ibu mengalami kehamilan kembar
monozigot dan dari keadaan ketubannya ini dapat diketahui saat terjadinya segmentasi adalah 0 –
72 jam.
Sedangkan diagnosis superimpossed preeclampsia ditegakkan dari status praesens dimana
didapati bahwa ibu memiliki tekanan dari 170/110 mmHg, dari kateterisasi yang menunjukkan
proteinuria 4+ secara kuantitatif, serta dari anamnesis pasien yang mengungkapkan adanya
riwayat hipertensi selama 1 tahun yang tidak ditangani dengan baik.
Dalam kasus ini pasien didiagnosis dengan umur kehamilan 40-41 minggu belum inpartu, karena
berdasarkan anamnesis didapatkan tanda-tanda inpartu seperti nyeri perut bagian bawah ingin
melahirkan, pelepasan lendir campur darah, dan pelepasan air dari jalan lahir masih belum
ditemukan.
26
Laporan Kasus Obstetri
Untuk memperbaiki keadaan Ibu yang antara lain hipertensi dengan tekanan darah 170/110
mmHg dan adanya proteinuria 4+ maka dilakukan injeksi MgSO4. Hal ini dilakukan karena
syarat-syarat untuk injeksi MgSO4 terpenuhi yaitu kecepatan pernapasan lebih dari 16 per menit,
diuresisnya baik, refleks patella positif, dan tersedianya antidotum yaitu glukonas calcicus.
Selain itu MgSO4 memiliki efek menenangkan sebagai profilaksis agar tidak terjadi kejang-
kejang pada ibu. Setelah pemberian MgSO4 20% (IV) dan MgSO4 40% (IM) 10cc pada bokong
kiri dan 10 cc pada bokong kanan tidak menunjukkan adanya perbaikan keadaan seperti
penurunan tekanan darah, dan peningkatan diuresis, serta adanya kecemasan terhadap jatuhnya
pasien ini dalam keadaan eklamsia sebab ditemukan proteinuria 4+ maka indikasi dilakukannya
SCTP pun semakin menguat sehingga SCTP segera dilakukan. Selain itu indikasi lain
dilakukanya SCTP adalah karena pada gemeli semakin lama usia kehamilan semakin buruk
prognosis terhadap janin dan adanya keadaan superimpossed preeklampsia yang mengacam
terjadinya gawat janin, dimana pada keadaan preeklampsia ini persalinan harus sudah
dilaksanakan sebelum 24 jam.
Tidak ditemukannya kontraksi uterus (his) juga merupakan suatu indikasi dilakukannya seksio
sesarea.
Penanganan pada Kasus ini
Dalam kasus ini pasien didiagnosis dengan G3P2A0 37 tahun hamil 40-41minggu belum inpartu
dengan superimpossed preeclampsia dan gemeli I letak sungsang, gemeli II letak kepala. Pada
kasus ini diambil sikap Seksio sesarea primer dimana seksio telah diindikasikan sejak diketahui
adanya kemungkinan interlocking dari gemeli I letak sungsang dan gemeli II letak kepala, serta
kecemasan terhadap jatuhnya pasien pada keadaan eklamsia. Sebelumnya telah diberikan
informasi pada pasien mengenai efek dan penanganan yang akan dilakukan apabila tidak terdapat
kemajuan dalam persalinan.
Sebagai pencegahan awal dari kemungkinan terjadinya keadaan eklampsia pada keadaan
superimpossed preeclampsia dilakukan injeksi MgSO4 20% (IV) dan MgSO4 40% pada bokong
kiri dan bokong kanan masing-masing 10cc sebagai loading dose dan untuk memperbaiki
tekanan darah dan diuresis dari pasien, serta mencegah dan mengatasi kejang pada pasien.
Setelah pemberian MgSO4 tidak menunjukkan adanya perbaikan dari kondisi ibu, serta tidak
adanya kontraksi uterus maka diambil tindakan untuk melakukan seksio sesarea dengan cara
27
Laporan Kasus Obstetri
SCTP (section caesarea transperitoneal profunda). Dan sebelumnya pasien dan keluarganya telah
menandatangani informed consent.
Prognosis
Prognosis untuk Ibu ini baik karena telah dilakukan terminasi kehamilan dan tidak adanya tanda-
tanda komplikasi setelah dilakukan operasi. Saat ini keadaan ibu dan bayi baik, serta sudah
diizinkan untuk pulang.
28
Laporan Kasus Obstetri
PenutupKesimpulan
Diagnosis Gemeli ditegakkan berdasarkan pemeriksaan penunjang yaitu USG sedangkan
Superimpossed preeclampsia ditegakkan dari adanya anamnesis yang baik serta
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium.
Penanganan pada kasus ini disesuaikan dengan keadaan pasien, dan tenaga medis.
Dimana sikap yang diambil adalah seksio sesarea primer, dengan upaya mencegah pasien
jatuh pada keadaan eklampsia.
Prognosis pada kasus ini baik hal ini dibuktikan dari keadaan Ibu dan Bayi yang telah
dirawat gabung, karena adanya penanganan yang cepat terhadap keadaan pasien sehingga
pasien tidak jatuh dalam keadaan eklampsia yang dapat menyebabkan kegawatdarutan
janin.
Saran
Untuk wanita yang memiliki riwayat hipertensi dan berencana untuk hamil agar
melakukan pengobatan yang teratur terhadap tekanan darahnya atau mengontrol tekanan
darahnya, agar tidak jatuh dalam keadaan superimpossed preeklampsia.
Bagi Ibu yang didiagnosis dengan gemeli agar sering melakukan pemeriksaan antenatal,
agar kesejahteraan janin dapat diketahui dengan baik, serta mengetahui adanya penyulit-
penyulit dalam persalinan.
29