View
230
Download
7
Embed Size (px)
DESCRIPTION
hhuhugg
Citation preview
Tweenty Four Sabtu, 14 Mei 2011
Laporan Indentifikasi BTA
BAB I
PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Mikroorganisme atau mikroba adalah organisme yang berukuran sangat kecil dan
hanya dapat diamati dengan menggunakan mikroskop.
Mikroorganisme terdapat dimana-mana. Interaksinya dengan sesama mikroorganisme
ataupun organisme lain dapat berlangsung dengan cara yang aman dan
menguntungkan maupun merugikan (Pratiwi,2008).
Mikroorganisme di dunia ini ada yang menguntungkan dan ada juga yang merugikan.
Mikroorganisme yang menguntungkan dapat kita manfaatkan untuk kepentingan
kesejahteraan hidup manusia. Akan tetapi, banyak juga mikroorganisme yang
tidak menguntungkan yaitu dengan menyebabkan terjadinya penyakit pada tubuh
manusia. Salah satu mikroorganisme yang dapat menyebabkan atau menginfeksi
manusia adalah Mycobacterium tuberculosis.
Bakteri ini dapat mengakibatkn penyakit tuberculosis pada manusia.
Tuberculosis itu sendiri merupakan salah satu penyakit yang mematikan dan
berbahaya di dunia. Tuberculosis merupakan penyakit berbahaya ke-3 yang
menyebabkan kematian di dunia setelah penyakit kardiovaskuler dan penyakit
saluran pernapasan, dan merupakan nomor satu dari golongan penyakit infeksi. Saat ini
tuberculosis disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis.
Bakteri ini dapat menginfeksi sepertiga populasi dunia, setiap detik ada satu orang yang
terinfeksi tuberculosis, tetapi hanya bakteri yang aktif menyebabkan orang menjadi sakit.
Setiap tahunnya sekitar 4 juta penderita tuberculosis paru menular di dunia, ditambah lagi
penderita yang tidak menular. Hal ini menggambarkan setiap tahun di dunia akan ada sekitar
8 juta penderita tuberculosis paru, dan ada sekitar 3 juta orang meninggal setiap tahunnya
akibat penyakit ini. Sampai hari ini, penyakit TBC masih menempatkan Indonesia dalam tiga
besar negara dengan jumlah penderita terbanyak. Pada umumnya kegagalan pengobatan TBC
terjadi disebabkan terapi yang terputus karena pasien merasa sudah merasa sembuh. Kendala
lain yang sering timbul adalah lamanya waktu pengobatan. Obat untuk TBC harus dimakan
sedikitnya enam bula. Sementara biasanya setelah makan obat selama dua bulan, pasien
malas meneruskan pengobatan karena merasa sembuh dan tidak merasakan gejala lagi.
Padahal kalau pengobatan obat yang digunakan.berhenti di tengah jalan, maka bukan saja
penyakitnya tidak sembuh dengan tuntas, tetapi juga meyebabkan bakteri TBC menjadi kebal
terhadap obat yang digunakan. Ketidak biaya malah membuat seseorang tidak berobat,
karena tidak mengetahui program pemerintah yang menggratiskan obat TBC di seluruh
Puskesmas di Indonesia. Penyaikit ini sering dianggap enteng oleh penderita karena masih
bisa bekerja seperti biasanya, namun tanpa disadari keparahan penyakit yang semakin
meningkat sebanding dengan perjalanan waktu dan menurunnya daya tahan tubuh.
Penanganan TBC masih terus menjadi tantangan besar untuk para tenaga kesehatan. Untuk
memutuskan rantai penularan perlu pula mendapati perhatian lintas sektoral karena berkaitan
dengan faktor sosial budaya dan tempat hunian. Namun, pada dasarnya penyakit TBC bisa
disembuhkan secara tuntas apabila pasien mengikuti anjuran tenaga kesehatan untuk minum
obat secara teratur dan rutin sesuai dengan dosis yang dianjurkan. Selain ini diperlukan juga
kepedulian dan pengawasan dari tenaga kesehatan untuk mengawal perkembangan terapi
pasien.
Penyebab penyakit TBC memang bukan bakteri biasa, karena itu diperlukan konsistensi dan
kepatuhan pasien dalam menjalani terapi untuk mencapai hasil terapi yang optimal.
I.2. Tujuan Percobaan
Berdasarkan latar belakang yang telah di uraikan sebelumnya, maka adapun tujuan dari
percobaan ini, antara lain :
Mengidentifikasi basil tahan asam (Mycobacterium tubercolusis) pada sputum,
Menentukan jumlah basil yang terdapat di dalam sampel
I.3. Prinsip Percobaan
Ø Pewarnaan : Didasarkan pada sifat kimiawi dalam sel yaitu zat warna yang bersifat asam akan bereaksi
dengan komponen sel yang bersifat alkalis demikian pula sebaliknya, sehingga menghasilkan
warna pada sel.
Ø Mycobacterium tuberculosis yang bersifat asam diwarnai dengan pengecatan tahan asam yang
menghasilkan warna akhir bakteri merah dan bentuk batang. Bakteri ini dapat diamati dengan
pembesaran 1000 kali.
Mikroskopik, dengan pewarnaan Ziehl-Neelsen dapat dilakukan identifikasi bakteri tahan
asam, dimana bakteri akan terbagi menjadi dua golongan:
Bakteri tahan asam, adalah bakteri yang pada pengecatan ZN tetap mengikat warna pertama,
tidak luntur oleh asam dan alkohol, sehingga tidak mampu mengikat warna kedua. Dibawah
mikroskop tampak bakteri berwarna merah dengan warna dasar biru muda.
Bakteri tidak tahan asam, adalah bakteri yang pada pewarnaan ZN, warna pertama, yang
diberikan dilunturkan oleh asam dan alkohol, sehingga bakteri akan mengikat warna kedua.
Dibawah miskroskop tampak bakteri berwarna biru tua dengan warna dasar biru yang lebih
muda.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1. Penyakit Tuberculosis
TBC merupakan salah satu penyakit menular yang masih menjadi masalah kesehatan di
Indonesia. Penularan kumant uber culosis pada orang sehat dan risiko kematian pada
penderita yaitu salah satu masalah yang perlu ditangani oleh segenap lapisan masyarakat dan
petugas kesehatan. (Depkes,2002).
II.1.1. Pengertian
Penyakit Tuberkulosis: adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TB
(Mycobacterium Tuberculosis), sebagian besar kuman TB menyerang Paru, tetapi dapat juga
mengenai organ tubuh lainnya (Depkes RI, 2008).
II.1.2. Etiologi
Mycobacterium Tuberculosis adalah sejenis kuman berbentuk batang, berukuran panjang 1-4
mm dengan tebal 0,3-0,6 mm. Sebagian besar komponen M.Tuberculosis adalah berupa
lemak/lipid sehingga kuman mampu tahan terhadap asam serta tahan terhadap zat kimia dan
faktor fisik. Mikroorganisme ini adalah bersifat aerob yakni menyukai daerah yang banyak
oksigen. Oleh karena itu M. Tuberculosis senang tinggal di daerah apeks paru-paru yang
kandungan oksigennya tinggi. Daerah tersebut menjadi tempat yang kondusif untuk penyakit
tuberkulosis (Somantri, 2008).
Kuman ini mempunyai sifat khusus yaitu tahan terhadap asam pada pewarnaan, oleh karena
itu disebut pula sebagai Basil Tahan Asam (BTA), kuman TB cepat mati dengan sinar
matahari langsung, tetapi dapat bertahan hidup beberapa jam ditempat yang gelap dan
lembab. Dalam jaringan tubuh kuman ini dapatdorman, tertidur lama selama beberapa tahun.
Karakteristik Mycobacterium Tuberculosis adalah sebagai berikut
(Darmajono, 2001) :
1. Merupakan jenis kuman berbentuk batang berukuran panjang 1-4 mm dengan tebal 0,3-0,6
mm.
2. Bakteri tidak berspora dan tidak berkapsul.
3. PewarnaanZiehl- Nellse n tampak berwarna merah dengan latar
belakang biru.
4. Bakteri sulit diwarnai dengan Gram tapi jika berhasil hasilnya Gram positif.
5. Pemeriksaan menggunakan mikroskop elektron dinding sel tebal, mesosom mengandung
lemak (lipid) dengan kandungan 25%, kandungan lipid memberi sifat yang khas pada bakteri
yaitu tahan terhadap kekeringan, alkohol, zat asam, alkalis dan germisida tertentu.
6. Sifat tahan asam karena adanya perangkap fuksin intrasel, suatu pertahanan yang dihasilkan
dari komplek mikolat fuksin yang terbentuk di dinding.
7. Pertumbuhan sangat lambat, dengan waktu pembelahan 12-18 jam
dengan suhu optimum 37Oc
8. Kuman kering dapat hidup di tempat gelap berbulan-bulan dan tetap virulen.
9. Kuman mati dengan penyinaran langsung matahari
II.1.3. Gejala-gejala Tuberkulosis (TB)
Menurut Crofton,et al (1992) pedoman untuk menegakkan diagnosis didasarkan atas gejala
klinis dan kelainan fisik (Idris, 2004)
1) Gejala utama
Gejala klinis yang penting dari TB dan sering digunakan untuk menegakkan diagnosis klinik
adalah batuk terus menerus selama 3 (tiga) minggu atau lebih yang disertai dengan keluarnya
sputum dan berkurangnya berat badan.(Idris,2004)
2) Gejala tambahan
Gejala tambahan yang sering dijumpai, yaitu:
dahak bercampur darah
batuk darah
sesak nafas dan rasa nyeri dada
badan lemah, nafsu makan menurun, berat badan turun, rasa kurang enak badan (malaise),
berkeringat malam walaupun tanpa kegiatan, demam meriang lebih dari sebulan (Depkes,
2005).
II.1.4. Cara Penularan
Menurut Nur Nasri, 1997 dalam Woro (1997), penularan penyakit TB dapat terjadi secara:
1) Penularan langsung
Penularan yang terjadi dengan cara penularan langsung dari orang ke orang yaitu dalam
bentuk droplet nuclei pada orang yang berada pada jarak yang sangat berdekatan.
2) Penularan melalui udara
Penularan ini terjadi tanpa kontak dengan penderita dan dapat terjadi dalam bentuk droplet
nuclei yang keluar dari mulut atau hidung, maupun dalam bentuk dust (debu). Penularan
melalui udara memegang peranan yang cukup penting dalam penularan penyakit TB.
Droplet nuclei merupakan partikel yang sangat kecil sebagai sisa droplet yang mengering.
Sedangkan Dust adalah bentuk partikel dengan berbagai ukuran sebagai hasil dari resuspensi
partikel yang terletak di lantai, di tempat tidur serta yang tertiup angin bersama debu lantai/
tanah.
3) Penularan melalui makanan/minuman
Penularan TB dalam hal ini dapat melalui susu (milk borne disease) karena susu merupakan
media yang paling baik untuk pertumbuhan dan perkembangan mikro organisme penyebab,
juga karena susu sering diminum dalam keadaan segar tanpa dimasak atau dipasteurisasi,
sedangkan pada susu yang mengalami kontaminasi oleh bakteri tidak memperlihatkan tanda-
tanda tertentu.
II.1.5. Sumber Penularan
Sumber penularan adalah penderita TBC BTA (+) Pada waktu batuk atau bersin, penderita
menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk droplet (percikan dahak). Droplet yang
mengandung kuman dapat bertahan di udara pada suhu kamar selama beberapa jam. Orang
dapat terinfeksi kalaudroplet tersebut terhirup ke dalam saluran pernafasan. Setelah kuman
TBC masuk ke dalam tubuh manusia melalui pernafasan, kuman TBC tersebut dapat
menyebar dari paru ke bagian tubuh lainnya, melalui sistem peredaran darah, sistem saluran
limfe, saluran nafas, atau penyebaran langsung ke bagian-bagian tubuh lainnya.
(Depkes,2008)
Daya penularan dari seorang penderita ditentukan oleh banyaknya kuman yang dikeluarkan
dari parunya. Semakin tinggi derajat positif hasil pemeriksaan dahak, makin menular
penderita tersebut. Bila hasil pemeriksaan negatif (tidak terlihat kuman), maka penderita
tersebut tidak dianggap menular. Kemungkinan seseorang terinfeksi TBC ditentukan oleh
konsentrasidroplet dalam udara dan lamanya menghirup udara tersebut. Selain itu, kontak
jangka panjang dengan penderita TB dapat menyebabkan tertulari, seorang penderita tetap
menular sepanjang ditemukan basil TB didalam sputum mereka. Penderita yang tidak diobati
atau yang diobati tidak sempurna dahaknya akan tetap mengandung basil TB selama
bertahun-tahun.(Chin,2006). Tingkat penularan sangat tergantung pada hal-hal seperti:
jumlah basil TB yang dikeluarkan, virulensi dari basil TB, terpajannya basil TB dengan sinar
ultra violet, terjadinya aerosolisasi pada saat batuk, bersin, bicara atau pada saat bernyanyi,
tindakan medis dengan risiko tinggi seperti pada waktu otopsi, intubasi atau pada saat waktu
melakukan bronkoskopi. Faktor yang mempengaruhi kemungkinan seseorang menjadi
penderita TB adalah daya tahan tubuh yang rendah, diantaranya karena gizi buruk atau
HIV/AIDS (Utama, 2007).
II.1.6. Risiko Penularan
Resiko penularan setiap tahun (Annual Risk of TB paru Infection = ARTI) di Indonesia
dianggap cukup tinggi dan bervariasi antara 1-2%. Pada daerah dengan ARTI sebesar 1%
berarti setiap tahun diantara 1000 penduduk, 10 orang akan terinfeksi. Sebagian besar dari
orang yang terinfeksi tidak akan terjadi penderita TB paru, hanya 10% dari yang terinfeksi
yang akan menjadi penderita TB paru.
Masa inkubasi adalah mulai saat masuknya bibit penyakit sampai timbul gejala adanya lesi
primer atau reaksi tes tuberkulosis positif kira- kira memakan waktu 2-10 minggu. Risiko
menjadi TB paru dan TB ekstrapulmoner progresif setelah infeksi primer biasanya terjadi
pada tahun pertama dan kedua. Infeksi laten dapat berlangsung seumur hidup. Infeksi HIV
dapat meningkatkan risiko terhadap infeksi dan memperpendek masa inkubasi (Chin, 2006).
Menurut Coberly, 2005 yang dikutip dari Mahpudin (2006) Sebagian besar tuberkulosis paru
aktif, berkembang dalam dua tahun pertama sesudah infeksi terjadi.
Tb lebih mudah menular pada orang dengan kondisi tubuh yang lemah, seperti kelelahan,
kurang gizi, terserang penyakit atau terkena pengaruh obat-obatan tertentu. Risiko tertular TB
semakin tinggi pada masyarakat golongan sosial ekonomi rendah yang tinggal di lingkungan
perumahan yang padat penduduk dan kurang cahaya dan ventilasi udara (koalisi). Infeksi TB
rentan terjadi pada kelompok- kelompok khusus seperti: para Perempuan, anak, manula, dan
orang-orang dengan risiko penularan tinggi seperti para tahanan dan kaum pendatang.
(Tuberkulosis, 2008)
Mereka yang paling berisiko terpajan Mycobacterium Tuberculosis ini adalah mereka yang
tinggal berdekatan dengan orang yang terinfeksi aktif, seperti gelandangan yang tinggal di
tempat penampungan yang terdapat penderita tuberkulosis, dan pengguna fasilitas kesehatan
dan pekerja kesehatan yang merawat pasien tuberkulosis (Corwin, 2000).
II.1.7. Perjalanan Alamiah Penyakit TB Paru
1) Tahap Pre-Patogenesa
Tuberculosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TBC
(Mycobacterium tuberculosis). Sebagian besar kuman TBC menyerang paru, tetapi juga
mengenai organ tubuh lainnya. Kuman tuberculosis berbentuk batang, mempunyai sifat
khusus yaitu tahan terhadap asam pada pewarnaan. Oleh karena itu disebut pula sebagai Basil
Tahan Asam (BTA). Kuman TBC cepat mati dengan sinar matahari langsung tetapi dapat
bertahan hidup beberapa jam di tempat gelap dan lembab.
Sumber penularan adalah penderita TBC BTA positif. Pada waktu batuk dan bersin, penderita
menyebarkan kuman ke udara dalam bentukdroplet (percikan dahak). Droplet yang
mengandung kuman dapat bertahan hidup di udara pada suhu kamar selama beberapa jam.
2) Tahap Patogenesa
a. Inkubasi
Droplet yang mengandung kuman dapat bertahan di udara pada suhu kamar selama beberapa
jam. Orang dapat terinfeksi kalau droplet tersebut terhirup kedalam saluran pernafasan.
Setelah kuman TBC masuk kedalam tubuh manusia melalui pernafasan, kuman TBC tersebut
dapat menyebar dari peru ke bagian tubuh lainnya, melalui sistem peredaran darah, sistem
saluran limfe, saluran nafas atau penyebaran langsung ke bagian- bagian tubuh lainnya.
Dalam jaringan tubuh kuman ini dapatdormant, tertidur lama selama beberapa tahun. Masa
inkubasi yaitu waktu yang diperlukan mulai terinfeksi sampai menjadi sakit, diperkirakan
sekitar 6 bulan.
b. Penyakit Dini
Daya penularan dari seseorang penderita ditentukan oleh banyaknya kuman yang dikeluarkan
dari parunya. Makin tinggi derajat positif hasil pemeriksaan dahak, makin menular penderita
tersebut. Bila hasil pemeriksaan dahak negative (tidak terlihat kuman), maka penderita
tersebut dianggap tidak menular.
Kemungkinan seseorang terinfeksi TBC ditentukan oleh konsentrasi droplet dalam udara dan
lamanya menghirup udara tersebut. Infeksi primer terjadi saat seseorang terpapar pertama kali
dengan kuman TBC. Droplet yang terhirup sangat kecil ukurannya, sehingga dapat melewati
system pertahanan mukosiler bronkus, dan terus berjalan sehingga sampai di alveolus dan
menetap disana. Infeksi dimulai saat kuman TBC berhasil berkembang biak dengan cara
pembelahan diri di paru, yang mengakibatkan peradangan didalam paru. Saluran limfe akan
membawa kuman TBC ke kelejar limfe disekitar hilus paru, dan ini disebut sebagai kompleks
primer. Waktu antara terjadinya infeksi sampai pemebentukan kompleks primer adalah
sekitar 4-6 minggu.
Adanya infeksi dapat dibuktikan dengan terjadinya perubahan reaksi tuberkulin dari negatif
menjadi positif.
c. Penyakit Lanjut
Kelanjutan setelah infeksi primer tergantung dari banyaknya kuman yang masuk dan
besarnya respon daya tahan tubuh (imunitas seluler). Pada umumnya reaksi daya tahan tubuh
tersebut dapat menghentikan perkembangan kuman TBC. Meskipun demikian, ada beberapa
kuman akan menetap sebagai kumanper sist er ataudorm ant (tidur). Kadang-kadang daya
tahan tubuh tidak mampu mengentikan perkembangan kuman, akibatnya dalam beberapa
bulan, yang bersangkutan akan menjadi penderita TBC.
Tuberkulosis pasca primer biasanya terjadi setelah beberapa bulan atu tahun sesudah infeksi
primer, misalnya karena daya tahan tubuh menurun akibat terinfeksi HIV atau status gizi
yang yang buruk. Ciri khas dari tuberkulosis pasca primer adalah kerusakan paru yang luas
dengan terjadinya kavitas atau efusi pleura.
d. Tahap akhir penyakit
Sembuh sempurna
Penyakit TBC akan sembuh secara sempurna bila penderita telah menyelesaikan pengobatan
secara lengkap, dan pemeriksan ulang dahak (follow up) paling sedikit 2 kali berturut-turt
hasilnya negatif yaitu pada akhir dan/atau sebulan sebelum akhir pengobatan, dan pada satu
pemeriksaan follow up sebelumnya.
Sembuh tapi cacat
Komplikasi berikut sering terjadi pada penderita stadium lanjut :
o Hemoptisis berat (perdarahan dari saluran nafas bawah) yang dapat mengakibatkan karena
syok hipovolemik atau tersumbatnya jalan nafas.
o Kolaps dari lobus akibat retraksi bonkial.
o Bronkiektasis (pelebaran bronkus setempat) dan fibrosis (pembentukan jaringan ikat pada
proses pemulihan atau reaktif) pada paru.
o Pneumotorak (adanya udara didalam rongga pleura) spontan : kolaps spontan karena
kerusakan jaringan paru.
o Penyebaran infeksi ke organ lain seperti otak, tulang, persedian, ginjal dan sebagainya.
o Insufisiensi Kardio Pulmoner (Cardio Pulmonary Insufficiency) Penderita yang mengalami
komplikasi berat perlu dirawat inap di rumah sakit.
Penderita TBC paru dengan kerusakan jaringan luas yang telah sembuh (BTA negatif) masih
bisa mengalami batuk darah. Keadaan ini seringkali dikelirukan dengan kasus sembuh. Pada
kasus ini, pengobatan dengan OAT tidak diperlukan, tapi cukup diberikan pengobatan
simtomatis. Bila perdarahan berat, penderita harus dirujuk ke unit spesialistik.
Karier
Penderita yang telah menyelesaikan pengobatannya secara lengkap tapi tidak ada hasil
pemeriksaan ulah dahak 2 kali berturut-turut negatif. Tindak lanjut : penderita diberitahu
apabila gejala muncul kembali supaya memeriksakan diri dengan mengikuti prosedur tetap.
Seharusnya terhadap semua penderita BTA positif harus dilakukan pemeriksaan ulang dahak.
Kronik
Penderita BTA positif yang hasil pemeriksaan dahaknya tetap positif atau kembali menjadi
positif pada satu bulan sebelum akhir pengobatan atau pada akhir pengobatan. Tindak lanjut :
Penderita BTA positif baru dengan kategori 1 diberikan kategori 2 muali dari awal. Penderita
BTA positif pengobatan ulang ulang dengan kategori 2 dirujuk ke UPK spesialistik atau
diberikan INH seumur hidup.
Penderita BTA negatif yang hasil pemeriksaan dahaknya pada akhir bulan kedua menjadi
positif. Tindak lanjut : berikan pengobatan kategori 2 muali dari awal.
Meninggal Dunia
Penderita yang dalam usia masa pengobatan diketahui meninggal karena sebab apapun.
Tanpa pengobatan, setelah lima tahun 50% dari penderita TBC akan meninggal, 25% akan
sembuh sendiri dengan daya tahan tubuh tinggi, dan 25%
sebagai kasus kronik yang tetap menular (WHO, 1996)
II.1.8. Riwayat Terjadinya Tuberkulosis
1) Infeksi Primer
Infeksi primer terjadi saat seseorang terpapar pertama kali dengan kuman TBC. Droplet yang
terhirup sangat kecil ukurannya, sehingga dapat melewati sistem pertahanan mukosilier
bronkus, dan terus berjalan sehingga sampai di alveolus dan menetap disana. Infeksi dimulai
saat kuman TBC berhasil berkembang biak dengan cara pembelahan diri di paru, yang
mengakibatkan peradangan di dalam paru. Saluran limfe akan membawa kuman TBC di
sekitar hilus paru, dan ini disebut sebagai kompleks primer. Waktu antara terjadinya infeksi
sampai pembentukan kompleks primer adalah 4-6 minggu. Infeksi dapat dibuktikan dengan
terjadinya perubahan reaksi tuberkulin dari negatif menjadi positif.
Kelanjutan setelah infeksi primer tergantung dari banyaknya kuman yang masuk dan
besarnya respon daya tahan tubuh (imunitas seluler). Pada umumnya reaksi daya tahan tubuh
tersebut dapat menghentikan perkembangan kuman TBC. Meskipun demikian, ada beberapa
kuman akan menetap sebagai kumanpersister atau dormant (tidur). Terkadang daya tahan
tubuh tidak mampu menghentikan perkembangan kuman, akibatnya dalam beberapa bulan,
yang bersangkutan akan menjadi penderita TBC 2) Tuberkulosis Pasca Primer (Post Primary
TBC).
Tuberkulosis pasca primer biasanya terjadi setelah beberapa bulan atau tahun sesudah infeksi
primer, misalnya karena daya tahan tubuh menurun akibat terinfeksi HIV atau status gizi
buruk. Ciri khas dari tuberkulosis pasca primer adalah kerusakan paru yang luas dengan
terjadinya kavitas atau efusi pleura (Depkes, 2005).
II.1.9. Komplikasi
Komplikasi yang sering terjadi pada penderita stadium lanjut:
1) Hemoptisis berat (pendarahan dari saluran nafas bawah) yang dapat mengakibatkan kematian
karena syok hipovolemik atau tersumbatnya jalan nafas.
2) Kolaps dari lobus akibat retraksi bronkial
3) Bronkiektasis (peleburan bronkus setempat) dan fibrosis (pembentukan jaringan ikat pada
proses pemulihan atau retraktif) pada paru.
4) Pneumotorak (adanya udara didalam rongga pleura) spontan: kolaps spontan karena
kerusakan jaringan paru.
a. Penyebaran infeksi ke organ lain seperti otak, tulang, persendian, ginjal dan sebagainya.
b. Insufisiensi Kardio Pulmoner (Cardio Pulmonary Insufficiency).
Penderita yang mengalami komplikasi berat perlu dirawat inap di rumah sakit. Penderita TBC
paru dengan kerusakan jaringan luas yang telah sembuh (BTA negatif) masih bisa mengalami
batuk darah. Keadaan ini seringkali dikelirukan dengan kasus sembuh. Pada kasus seperti ini,
pengobatan dengan OAT tidak diperlukan, tapi cukup diberikan pengobatan simtomatis. Bila
pendarahan berat, penderita harus dirujuk ke unit spesialistik (Depkes, 2005).
II.2. Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian TB paru
1. Umur
Beberapa faktor resiko penularan penyakit tuberkulosis yaitu umur, jenis kelamin, serta
infeksi AIDS. Penelitian yang dilakukan di Panti penampungan orang-orang gelandangan
menunjukkan bahwa kemungkinan mendapat infeksi tuberkulosis aktif meningkat secara
bermakna sesuai dengan umur. Insiden tertinggi tuberkulosis paru biasanya mengenai usia
dewasa muda. Di Indonesia diperkirakan 75% penderita TB Paru adalah kelompok usia
produktif yaitu 15-50 tahun. Pada usia tersebut merupakan masa yang paling produktif untuk
melakukan berbagai kegiatan (Prabu,2008).
2. Jenis Kelamin
Kematian wanita karena TB lebih banyak dari pada kematian karena kehamilan, persalinan
serta nifas (WHO). TB Paru merupakan penyakit menular paling ganas yang menyerang dan
membunuh kaum wanita, lebih dari 900 juta wanita tertular oleh kuman TB. 1 juta
diantaranya akan meninggal dan 2,5 juta akan segera menderita penyakit tersebut pada tahun
ini, wanita yang menderita TB paru ini berusia antara 15 - 44 tahun. Wanita dalam usia
reproduksi lebih rentan terhadap TB paru dan lebih mungkin terjangkit oleh penyakit TB
Paru dibandingkan pria dari kelompok usia yang sama sehingga stigma atau rasa malu akibat
TB Paru menyebabkan terjadinya isolasi, pengucilan dan perceraian bagi kaum wanita.
3. Tingkat Pendidikan
Pendidikan merupakan salah satu faktor risiko terjadinya penularan penyakit TB paru.
Sehingga tingkat pendidikan seseorang akan mempengaruhi terhadap pengetahuan tentang
penyakit TB diantaranya mengenai rumah yang memenuhi syarat kesehatan dan pengetahuan
mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan TB Paru sehingga dengan pengetahuan
yang cukup maka seseorang akan mencoba untuk mempunyai perilaku hidup bersin dan
sehat. Selain itu tingkat pedidikan seseorang akan mempengaruhi terhadap jenis
pekerjaannya.
4. Keadaan Sosial Ekonomi
Keadaan sosial ekonomi berkaitan erat dengan pendidikan, keadaan sanitasi lingkungan, gizi,
pekerjaan dan akses terhadap pelayanan kesehatan. Salah satu faktor yang berkaitan dengan
penularan penyakit TB adalah jenis pekerjaan. Bila pekerja bekerja di lingkungan yang
berdebu paparan partikel debu di daerah terpapar akan mempengaruhi terjadinya gangguan
pada saluran pernafasan. Paparan kronis udara yang tercemar dapat meningkatkan morbiditas,
terutama terjadinya gejala penyakit saluran pernafasan dan umumnya TB Paru.
Jenis pekerjaan seseorang juga mempengaruhi terhadap pendapatan keluarga yang akan
mempunyai dampak terhadap pola hidup sehari-hari diantara konsumsi makanan dan
pemeliharaan kesehatan selain itu juga akan mempengaruhi terhadap kepemilikan rumah
(kontruksi rumah). Kepala keluarga yang mempunyai pendapatan dibawah UMR akan
mengkonsumsi makanan dengan kadar gizi yang tidak sesuai dengan kebutuhan bagi setiap
anggota keluarga sehingga mempunyai status gizi yang kurang dan akan memudahkan untuk
terkena penyakit infeksi diantaranya TB Paru. Dalam hal jenis kontruksi rumah dengan
mempunyai pendapatan yang kurang maka kontruksi rumah yang dimiliki tidak memenuhi
syarat kesehatan sehingga akan mempermudah terjadinya penularan penyakit TB Paru.
5. Kebiasaan Merokok Hubungannya Dengan Penyakit Tb paru
Asap rokok mengandung ribuan bahan kimia beracun dan bahan- bahan yang dapat
menimbulkan kanker (karsinogen). Bahkan bahan berbahaya dan racun dalam rokok tidak
hanya mengakibatkan gangguan kesehatan pada orang yang merokok, namun juga kepada
orang disekitarnya yang tidak merokok yang sebagian besar adalah bayi, anak- anak dan ibu-
ibu yang teraksa menjadi perokok pasif oleh karena salah satu anggota keluarga merokok di
rumah.
6. Adanya Kontak Dengan Penderita TB
Kontak, adalah orang yang tinggal serumah atau berhubungan langsung
dengan orang yang menderita TB. Di dalam ruangan dengan ventilasi
yang baik,tetesan kecil tersebut akan terbawa aliran udara, tetapi di
ruangan tertutup (sempit), tetesan tersebut melayang di udara dan akan
bertambah jumlahnya setiap kalli orang tersebut batuk.(Kurnia,2006)
Orang yang berada di ruangan yang sama dengan orang batuk tersebut
dan menghirup udara yang sama berisiko menghirup kuman tuberculosis,
dan risiko paling tinggi adalah bagi mereka yang berada paling dekat dengan orang yang
batuk. Kedua orang tua dapat berbahaya yang tinggal atau tidur di ruangan sempit.
(Crofton,2002)
Terjadinya pemaparan oleh kuman TB tersebut bias dimana saja antara lain didalam rumah,
sekitar rumah, tempat-tempat umum, seperti sekolah,
pasar, rumah sakit, sarana angkutan umum, dan lainnya. Sehingga harus
dilindungi dengan melakukan pengawasan sistematis pada individu, yang
karena pekerjaannya berhubungan dengan orang lain. Adapun penderita
tuberculosis dewasa yang dapat menularkan adalah orang dewasa
penderita tuberculosis aktif, yaitu pada pemeriksaan dahak secara
mikroskop terlihat BTA positif, dan orang tersebut harus segera diobati.
Selain itu orang yang didiagnosis sebagai tuberkulosis BTA
negatifdengan rontgen positifdan tuberculosis ekstra paru, yang diberikan
pengobatan. (Kurnia, 2006)
7. Kebiasaan Menggunakan Peralatan Makan Penderita
8. Kebiasaan Tidur Bersama Dengan Penderita TB
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
III.1. Waktu dan Tempat
Hari / Tanggal : Jumat 06 Mei 2011
Pukul : 09.00 – 11.00 WITA
Tempat : Laboratorium Terpadu Lantai 3 FKM UH
III.2. Alat
Mikroskop binokuler
Pot dahak
Ose
Objek gelas
Pasir lisol
Rak pewarnaan
Spiritus
Penjepit tabung
Pipet tetes
III.3. Bahan
Aquades atau air keran
Oil emersi
Larutan carbol fuchsin 0,3%
Larutan methylen blue 0,3%
HCL-alkohol 3%
Pasir lisol
III.4. Prosedur Kerja
III.4.1. Teknik pembuatan preparat
Buat pola pada objek glass dengan ukuran 2 x 3 cm
Objek glass 1 dan 2 direkatkan satu sama lain dengan menggunakan penjepit tabung
Pijarkan ose hingga ujungnya berwarna merah
Dinginkan ose tersebut, kemudian ambil sampel sebanyak satu mata ose
Taruh sampel pada objek glass, kemudian ratakan sesuai pola yang telah dibuat. Setelah
selesai masukkan ose ke dalam pasir lisol, goyangkan untuk melepaskan partikel yang
melekat pada ose.
Tempelkan label pada objek glass, kemudian lepaskan objek glass berpola
Pijarkan objek glass agar sampel (sputum) tersebut melekat pada objek glass.
III.4.2. Cara pengecatan
Sediaan dicat dengan Carbol fuchsin sampai menutupi seluruh permukaan objek
Dengan api kecil, kaca objek dipanasi dari bawah sampai zat warna menguap (tidak boleh
mendidih) dilakukan 3 x selama 5 menit.
Zat warna dibuang dan dicuci dengan air, kemudian dilunturkan dengan HCl alkohol 3 %
sampai semua zat warna terlepas dari sediaan.
Sediaan dicuci dengan air kemudian dicat dengan Methylein selama 20 detik.
Sediaan dicuci dengan air, keringkan, periksa / amati di bawah mikroskop
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
IV.1. Hasil
Berdasarkan data (gambar) hasil pemeriksaan bahwa pada dahak yang kita teliti ditemukan
basil. Ditemukannya basil ini menunjukkan bahwa sampel yang kita teliti positif terinfeksi
Mycobacterium tuberculosis. Mycobacterium tuberculosis pada gambar berbentuk batang
(basil) berwarna merah jambu dan tidak terlalu banyak, sehingga tidak menyulitkan kita
untuk menghitung jumlah basil pada sampel dalam satu lapangan pandang.
Mycobacterium tuberculosis ini berwarna merah jambu karena telah dilakukan pewarnaan
sebelumnya dengan Carbol fuchsin. Pewarnaan ini mempermudah kita membedakan basil
dengan bukan basil.
Setelah melakukan penghitungan jumlah basil pada satu lapangan pandang diperoleh jumlah
basil adalah > 10 dalam satu lapangan pandang. Hal ini menunjukkan bahwa sampel tersebut
masuk dalam kelompok positif 3 (+++).
IV.2. Pembahasan
Bakteri tahan asam (BTA) merupakan bakteri yang memiliki ciri-ciri yaitu berantai karbon
(C) yang panjangnya 8 - 95 dan memiliki dinding sel yang tebal yang terdiri dari lapisan lilin
dan asam lemak mikolat, lipid yang ada bisa mencapai 60% dari berat dinding sel. Bakteri
yang termasuk BTA antara lain Mycobacterium tuberculose, Mycobacterium bovis,
Mycobacterium leprae, Nocandia meningitidis, dan Nocandia gonorrhoeae. Mycobacterium
tuberculose adalah bakteri patogen yang dapat menyebabkan penyakit tuberculose, dan
bersifat tahan asam sehingga digolongkan sebagai bakteri tahan asam (BTA). Penularan
Mycobacterium tuberculose terjadi melalui jalan pernafasan (Syahrurachman, 1994).
Pewarnaan Ziehl Neelson atau pewarnaan tahan asam memilahkan kelompok Mycobacterium
dan Nocandia dengan bakteri lainnya. Kelompok bakteri ini disebut bakteri tahan asam
karena dapat mempertahankan zat warna pertama (carbol fuchsin) sewaktu dicuci dengan
larutan pemucat (alkohol asam). Larutan asam terlihat berwarna merah, sebaliknya pada
bakteri yang tidak tahan asam karena larutan pemucat (alkohol asam) akan melakukan reaksi
dengan carbol fuchsin dengan cepat, sehingga sel bakteri tidak berwarna (Lay, 1994).
Uji bakteri tahan asam (BTA) pada praktikum kali ini menggunakan prosedur pewarnaan
Ziehl Neelson yaitu dengan memberi larutan pewarna carbol fuchsin, alkohol asam, dan
methylen blue. Hasil yang diperoleh saat praktikum yaitu positif 1 dan positif 2 yang
dilaporkan secara kuantitatif menurut IUAT, yaitu:
Negatif: apabila tidak ditemukan BTA.
Positif: apabila terdapat 1 – 9 BTA / 100 lapang pandang.
Positif 1: apabila terdapat 10 – 90 BTA / 100 lapang pandang.
Positif 2: apabila terdapat 1 – 9 BTA / 1 lapang pandang.
Positif 3: apabila terdapat > 10 BTA / 1 lapang pandang.
Tujuan pemberian carbol fuchsin 0,3% adalah untuk mewarnai seluruh sel bakteri. Tujuan
pemberian alkohol asam 3% adalah meluruhkan warna dari carbol fuchsin, tetapi pada
golongan BTA tidak terpengaruh pemberian alkohol asam 0,3% karena memiliki lapisan lipid
yang sangat tebal sehingga alkohol sukar menembus dinding sel bakteri tersebut dan warna
merah akibat pemberian carbol fuchsin tidak hilang. Tujuan pemberian methylen blue adalah
memberi warna background (Pelczar dan Chan, 1986).
Mewarnai bakteri yang tahan terhadap asam digunakan cara pewarnaan Ziehl Neelson.
Pewarnaan Ziehl Neelson terdapat beberapa perlakuan dan zat kimia yang diberikan. Fiksasi
bertujuan untuk mematikan bakteri tetapi tidak mengubah struktur sel bakteri. Perlakuan
pencucian dengan menggunakan aquades mengalir bertujuan untuk menutup kembali
lemaknya (Pelczar dan Chan, 1986).
BAB V
PENUTUP
V.1 Kesimpulan
Berdasarkan pemeriksaan yang dilakukan ini dapat kita simpulkan bahwa pada sampel
ditemukan basil tahan asam ( Mycobacterium tuberculosis). Ditemukannya jumlah BTA > 10
dalam satu lapangan pandang menunjukkan bahwa tingkat keparahan dan tingkat penularan
penderita masuk dalam positif 3 (+++) berdasarkan skala IUATLD.
V.2. Saran
Berdasarkan hasil penelitian, penulis mennyarankan agar masyarakat betul-betul menjaga
kebersihan lingkungannya serta melakukan vaksinasi secara rutin untuk mencegah penularan
penyakit TB. Adapun bagi orang-orang yang diduga menderita TB segera melakukan
pemriksaan agar penanganan TB bisa dilakukan secara cepat dan tepat.
DAFTAR PUSTAKA
http://downloads.ziddu.com/downloadfile/3458553/
dernisasiterhadapperubahansosialbudayadimasyarakat.doc.html
Diposkan oleh Dwi Restu S Haris di 07.05 Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Berbagi ke Twitter Berbagi ke Facebook Bagikan ke Pinterest
Tidak ada komentar:
Poskan Komentar
Posting Lebih Baru Beranda Langganan: Poskan Komentar (Atom)
Pengikut
Its Me
Dwi Restu S Haris Sengkang, Sul-Sel, IndonesiaKesempurnaan hanya milik-Nya
Lihat profil lengkapku
Arsip Blog ▼ 2011 (2)
o ▼ Mei (2) Tweenty Four: Laporan Indentifikasi
BTA Laporan Indentifikasi BTA
Template Ethereal. Gambar template oleh lobaaaato. Diberdayakan oleh Blogger.