Upload
choirunnisa-latief
View
52
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pengujian lengkung merupakan salah satu pengujian sifat mekanik bahan
yang dilakukan terhadap bahan pangan dari bahan baik bahan yang akan
digunakan sebagai konstruksi atau komponen yang akan menerima
pembebanan lengkung maupun proses pelengkungan dalam pembentukan.
Dalam proses pengujian kita juga mengenal namanya pengujian tekstur pada
suatu bahan pangan.
Bahan pangan memiliki tekstur yang sangat mudah patah dan mudah
rusak. Tekstur dari bahan tersebut sangat berpengaruh dalam mutu atau
kwalitas suatu bahan pangan. Bardasarkan hal tersebut kita melakukan
pengujian tekstur daalam hal kekuatan atau titik patah suatu bahan pangan.
Pengujian tersebut biasa dikatakan bending.
Pelengkuan (bending) merupakan proses pembebanan terhadap suatu
bahan pada suatu titik ditengah-tengah dari bahan yang ditahan diatas dua
tumpuan. Dengan pembebanan ini bahan akan mengalami deformasi
dengan dua buah gaya yang berlawanan bekerja pada saat yang bersamaan.
Sebagaimana prilaku bahan terhadap pembebanan, semua bahan akan
mengalami perubahan bentuk (deformasi) secara bertahap dari elastis menjadi
plastis hingga akhirnya mengalami kerusakan (patah).
Berdasarkan uraian diatas maka dilakukan praktikum mengenai bending
dengan menggunakan alat Texture Analyzer. Dalam praktikum ini kita
diajarkan untuk mengukur tingkat kelenturan dari suatu bahan pangan.
1.2. Tujuan dan Kegunaan
Tujuan praktikum ini adalah untuk mengetahui sifat mekanik bahan
dalam hal ini uji bending atau kepatahan pada bahan pisang ambon, wortel
dan timun dengan menggunakan alat Teksture Analyzer, menghitung strain,
stress, shear stress, dan puncture force, serta dapat menggolongkan bahan
pangan berdasarkan sifat mekaniknya.
Kegunaan dari Praktikum Bending adalah agar mahasiswa mampu
menggunakan alat texture analyzer, agar mahasiswa mengetahui tingkat
kelenturan atau patah pada suatu bahan pangan.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Bending
Bend atau pengujian lentur adalah pengujian bahan-bahan pangan yang
gagal perilaku yang linear seperti buah-buahan, keripik, sayur-mayur, dan
lain-lain. Jenis bahan-bahan ini diproses dan bahan biasanya diuji di bawah
lentur melintang. Uji lengkung karena itu cocok untuk mengevaluasi
kekuatan bahan pangan di mana interpretasi hasil uji tarik dari bahan yang
sama sulit karena melanggar bahan sekitar bahan-bahan yang mencengkeram.
Evaluasi dari hasil tarik karena itu tidak berlaku karena area yang gagal tidak
termasuk dalam mengukur panjang bahan (Dowling, 1999).
Bahan pangan yang berbentuk persegi panjang mulus tanpa
takik umumnya digunakan untuk pengujian tikungan di bawah tiga-titik
(three poin) atau empat-titik (four poin) pengaturan tikungan seperti
yang ditunjukkan dalam angka 1 a) dan b) masing-masing. Pada pengujian
ini tiga titik lentur yang mampu sudut tikungan 180o untuk bahan
pangan (Dowling, 1999).
Gambar 29. Pengujian Three Point dan Four Point
Mengingat tiga titik uji lengkung dari bahan elastis, ketika P beban
diterapkan pada bahan pangan dalam bidang xy, distribusi tegangan melintasi
lebar pada bahan dan terjadi lengkungan patahan (w = 2c). Stres pada
dasarnya nol pada sumbu netral NN. Menekankan pada sumbu y di arah
positif merupakan tegangan tarik sedangkan tekanan dalam arah negatif
mewakili tegangan tekan. Dalam rentang elastis, bahan pangan menunjukkan
hubungan linear beban dan lendutan mana yang menghasilkan terjadi pada
lapisan tipis dari permukaan bahan yang diletakkan di tengah bentang. Hal ini
pada gilirannya menyebabkan retak awal yang akhirnya melanjutkan
kegagalan bahan yang diuji. Bahan yang keras namun memberikan beban-
lendutan kurva yang menyimpang dari hubungan linier sebelum kegagalan
terjadi sebagai lawan mereka dari bahan pangan disebutkan sebelumnya.
Distribusi tegangan dari bahan keras telah menghasilkan kendutan yang
berbeda dari bahan pangan yang lain (Dowling, 1999).
Gambar 30. Elastisitas Bahan
Oleh karena itu, dapat dilihat bahwa pengujian tikungan tidak cocok
untuk bahan keras karena kesulitan dalam menentukan titik hasil dari bahan
lentur dan di bawah kurva tegangan-regangan yang diperoleh di wilayah
elastis mungkin tidak linear. Hasil yang diperoleh mungkin tidak divalidasi.
Akibatnya, tes tikungan karena itu lebih tepat untuk pengujian bahan mudah
patah yang tegangan-regangan kurva menunjukkan perilaku linier elastis tepat
sebelum bahan gagal (Dowling, 1999).
Untuk bahan yang mudah patah memiliki tegangan-regangan hubungan,
stres fraktur (σf) yang dapat ditentukan dari stres patah pada bahan dalam
kondisi lentur menurut Dowling (1999) analisis balok linear elastis seperti
yang ditunjukkan dalam persamaan yaitu:
σf=
McI
=3 M
2 t c2
..........................................(8)
I=2t c3
3......................................... …(9)
dimana
M adalah momen lentur
c adalah setengah dari lebar spesimen
t adalah ketebalan spesimen
I adalah momen inersia dari luas penampang
Di bawah ini adalah rumus untuk menentukan three point, ketika P beban
diterapkan pada wadah dari sebuah bar persegi panjang dari L panjang antara
dua rol, momen lentur tertinggi di wadah adalah
M= PL4
…………………………… ……….… …. … (10 )
Kemudian,
σβ=3 L P I
8t c2 =3 L PI
2 t w2 ...........................… ..(11)
dimana:
σ fb adalah stres fraktur
Pf adalah beban fraktur yang diperoleh dari uji bending
w adalah lebar spesimen panjang = 2c
Stres fraktur di bending disebut kekuatan tikungan atau kekuatan lentur,
yang setara dengan modulus pecah dalam lipatan. Kekuatan tikungan sedikit
sulit dari stres fraktur yang diperoleh dari uji tarik jika kegagalan terjadi jauh
dari menghasilkan. Namun, bahan lentur memiliki kekuatan yang lebih tinggi
di kompresi dari dalam ketegangan material kegagalan di bawah bending.
Oleh karena itu hasil tarik menekankan terutama di sepanjang permukaan
berlawanan dengan arah beban (Hibbleler, 2005).
Penentuan kekuatan yield (σy) dilakukan dengan mengganti beban di
menghasilkan Pf Beban yang dihasilkan ditentukan pada titik yield tertentu
atau di% offset tertentu. Kekuatan yield yang diperoleh dari uji lengkung
tidak berbeda dari kekuatan yield dicapai dari uji tarik. Hal ini karena
hubungan antara beban dan defleksi tetap linear pada menghasilkan
(Hibbleler, 2005).
σ O=3L Py
2 t w2 .........................................(11)
Regangan lentur εf dihitung dari persamaan (v adalah defleksi balok)
ε f=6 wv
L2...........................................(12)
Selain itu, kita juga dapat memperoleh modulus elastis materi sesuai
dengan analisis linier-elastis. Defleksi balok (v) dari pusat seperti yang
diilustrasikan yaitu:
v= P L3
48 EI........................................ … (13)
dimana modulus elastisitas (EB) dapat dihitung dari kemiringan kurva
beban-lendutan (dPdv
), di daerah linier sebagai berikut:
EE=L3
48 I ( dPdF )= L3
32t c3 ( dPdv ) ................. …(14 )
atau
EE=L3 m4 t w3 .........................................(15)
Dimana, m adalah kemiringan garis singgung pada bagian garis lurus dari
balok beban-defleksi.
2.2. Modulus Young dan Maximum Stress
Persamaan modulus young merupakan persamaan yang digunakan untuk
melihat tingkat keelastisan/kelenturan dari suatu bahan. Young modulus
(modulus tarik) [MPa, N/mm2]. Bagaimana ukuran kekuatan bahan tertentu
dan didefinisikan sebagai rasio tegangan uniaksial (stres mekanik
yang disebabkan oleh indentor) dan perpindahan uniaksial didaerah linier
elastis. Hal ini dapat dihitung dari kemiringan kurva beban perpindahan
didaerah linier elastis (Sebastian, 2010).
Eσ=Lsp
3 m
4 b d3 .................................. ………(16)
dengan,
Lsp= (16 ± 1 ) d ................................ … (17)
Stress maksimum merupakan beban maksimum yang dapat diterima oleh
bahan hingga batas titik elastisitas bahan tersebut yang mengakibatkan bahan
patah.
σ f=McI
= 3 M
2t c2.............................. …. (18)
di mana M adalah momen lentur, c adalah setengah dari lebar spesimen, t
adalah ketebalan spesimen, i adalah momen inersia dari luas penampang
σ max=Mxyl
............................. …….…(19)
Persamaan maximum bending moment :
M=WxL4
................................… ……(20)
Persamaan momen inersia :
I= π64
x (D24−D1
4 ) ..............................(21)
2.3. Jenis-jenis Buah
2.3.1. Pisang Raja
Gambar 31. Pisang Raja
Klasifikasi
Kingdom : Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas : Liliopsida (berkeping satu / monokotil)
Sub Kelas : Commelinidae
Ordo : Zingiberales
Famili : Musaceae (suku pisang-pisangan)
Genus : Musa
Spesies : Musa paradisiaca
Tanaman pisang merupakan tanaman herba tahunan yang mempunyai
sistem perakaran dan batang di bawah tanah. Pohon pisang berakar rimpang
yang berpangkal pada umbi batang. Batang yang berdiri tegak di atas tanah
dan terbentuk dari pelepah daun yang saling menelungkup dan disebut batang
semu. Tinggi batang semu berkisar antara 3,5-7,5 meter (ITB, 2012).
Daun pisang letaknya tersebar. Helaian daun berbentuk lanset
memanjang,dan mudah sekali robek oleh hembusan angin yang keras karena
tidak mempunyai tulang-tulang pinggir yang menguatkan lembaran daun.
Bunga berkelamin satu, berumah satu dan tersusun dalam tandan. Daun
pelindung berukuran panjang 10-25 cm, berwarna merah tua, berlilin, dan
mudah rontok. Bunga tersusun dalam dua baris yang melintang. Bakal buah
berbentuk persegi, sedangkan bunga jantan tidak ada. Setelah bunga keluar,
bunga membentuk sisir pertama, kedua dan seterusnya (ITB, 2012).
Pisang termasuk tanaman yang mudah tumbuh. Pisang merupakan
tanaman yang terdapat di daerah dataran rendah di lingkungan yang
basah.Tanaman ini dapat tumbuh di sembarang tempat namun agar
produktivitasnya optimal, sebaiknya ditanam di daerah dataran rendah dengan
ketinggian tempat di bawah 1000 mdpl (di atas permukaan laut) (ITB, 2012).
Pada umumnya, tanaman pisang tumbuh dan berproduksi secara optimal
di daerah yang mempunyai ketinggian antara 400 – 600 m dpl. Suhu yang
baik untuk perkembangan buah pisang adalah berkisar antara 15 – 380 C
dengan suhu optimum 270 C. Tipe iklim yang cocok adalah iklim basah
sampai kering dengan curah hujan 1400 – 2500 mm per tahun dan merata
sepanjang tahun. Tempat penanaman pisang yang baik adalah tempat yang
mendapat sinar matahari atau terbuka. Di daerah atau tempat yang terlindung,
tanaman pisang akan terhambat pertumbuhannya. Tiupan angin yang terlalu
kencang kurang baik terhadap tanaman pisang karena dapat menyebabkan
helaian daun sobek (ITB, 2012).
Tanaman pisang mempunyai sistem perakaran yang dangkal, sehingga
untuk pertumbuhan yang optimal dibutuhkan lapisan tanah atas (top soil)
yang subur, gembur, dan mengandung bahan organik (Rukmana 1999).
Tanaman ini tahan terhadap kekeringan atau kekurangan air karena
perakarannya banyak mengadung air. Pemberian air pada waktu musim
kemarau sangat diperlukan terutama bila tanaman sedang berbuah dan
berbunga. Pisang yang ditanam di tanah yang kritis juga dapat menghasilkan.
Jenis tanah yang sesuai untuk tanaman pisang adalah tanah liat yang
mengandung kapur atau tanah alluvial dengan pH antara 4,5-7,5 sehingga
tanaman pisang yang tumbuh di tanah berkapur sangat baik. Di daerah yang
memiliki musim kering antara 4-5 bulan, tanaman pisang masih dapat tumbuh
subur apabila kedalaman air tanah tidak lebih dari 150 cm di bawah
permukaan tanah. Kedalaman air tanah yang sesuai untuk tanaman pisang
adalah 50 – 200 cm di bawah permukaan tanah (ITB, 2012).
2.2.2. Timun Jepang
Gambar 32. Timun Jepang
Mentimun (Cucumis sativus L)
Klasifikasi
Kingdom : Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub Kelas : Dilleniidae
Ordo : Violales
Famili : Cucurbitaceae (suku labu-labuan)
Genus : Cucumis
Spesies : Cucumis sativus L.
Mentimun (Cucumis sativus, L.; suku labu-labuan atau Cucurbitaceae)
merupakan tumbuhan yang menghasilkan buah yang dapat dimakan.
Kandungan gizi yang terdapat pada mentimun adalah protein, lemak,
karbohidrat, kalsium, fospor, besi, vitamin A,C, B1, B2,B6, air, kalium,
natrium. Mentimun memiliki khasiat, salah satunya adalah menurunkan
tekanan darah. Mentimun merupakan salah satu tanaman yang syarat
tumbunya sangat fleksibel, Karena dapat tumbuh dengan baik di dataran
rendah dan dataran tinggi. Mentimun dapat tumbuh dan beradaptasi dengan
hampir semua jenis tanah (Anonim 5, 20012).
2.2.3. Wortel
Gambar 33. Wortel
Wortel (Daucus carota L)
Klasifikasi
Kingdom : Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub Kelas : Rosidae
Ordo : Apiales
Famili : Apiaceae
Genus : Daucus
Spesies : Daucus carota L.
Wortel merupakan tanaman sayuran umbi semusim, berbentuk semak
yang dapat tumbuh sepanjang tahun, baik pada musim hujan maupun
kemarau. Batangnya pendek dan berakar tunggang yang fungsinya berubah
menjadi bulat dan memanjang. Warna umbi kuning kemerah-merahan,
mempunyai karoten A yang sangat tinggi, Umbi wortel juga mengandung
vitamin B, Vitamin c dan mineral (Pohan, 2008).
Menurut Rini, DKK (2010) mengatakan bahwa pada awalnya hanya
dikenal beberapa varietas wortel, namun dengan berkembangnya peradaban
manusia dan teknologi, saat ini telah ditemukan varietas-varietas baru yang
lebih unggul dari pada generasi-generasi sebelumnya. Varietas-varietas
wortel terbagi menjadi tiga kelompok yang didasarkan pada bentuk umbi,
yaitu tipe Imperator, Chantenay, dan Nantes. Wortel dapat tumbuh dengan
optimal pada tanah yang mempunyai struktur remah, gemburdan kaya akan
humus dengan pH berkisar antara 5,5- 6,5. Umbi wortel dapat dipanen setelah
berumur kira-kira2,5-4 bulan. Umbi yang baik adalah memiliki tekstur yang
mudah patah dan manis, sedangkan umbi yang sudah tua mempunyai tekstur
yang keras dan pahit.
Menurut Rini, DKK (2010), menyatakan bahwa ada beberapa tipe wortel
yaitu:
Tipe Imperator memiliki umbi berbentuk bulat panjang dengan ujung
runcing (menyerupai kerucut), panjang umbi 20-30 cm, dan rasa yang
kurang manis sehingga kurang disukai oleh konsumen.
Tipe Chantenay memiliki umbi berbentuk bulat panjang dengan ujung
tumpul, panjang antara 15-20 cm, dan rasa yang manis sehingga disukai
oleh konsumen.
Tipe Nantes memiliki umbi berbentuk peralihan antara tipe Imperator
dan tipe Chantenay, yaitu bulat pendek dengan ukuran panjang 5-6 cm
atau berbentuk bulat agak panjang dengan ukuran panjang 10-15 cm.
Dari ketiga kelompok tersebut, varietas yang termasuk ke dalam kelompok
chantenay yang dapat memberikan hasil (produksi) paling baik, sehingga paling
banyak dikembangkan (Anonim 5, 2012).