35
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ekosistem perairan air tawar umumnya di bagi menjadi dua yaitu perairan mengalir dan perairan menggenang. Perairan mengalir dicirikan dengan adanya arus yang terus menerus dengan kecepatan yang bervariasi sehingga perbedaan massa air berlangsung terus menerus, contohnya sungai, parit, dan lain-lain. Perairan menggenang atau yang disebut juga perairan tenang yaitu perairan dimana aliran air lambat atau bahkan tidak ada dan massa air terakumulasi dalam periode waktu yang lama, contohnya danau, waduk, dan kolam, namun arus tidak menjadi faktor pembatas utama bagi biota yang hidup didalamnya seperti benthos (Sumarwoto, 1980). Benthos merupakan beragam binatang dan tumbuhan yang hidup pada dasar perairan, misalnya sungai, kolam, danau, dan lautan. Nama benthos diberikan pada organisme penghuni dasar. Benthos mencakup substrat pada garis pantai dan kedalaman terbesar dari badan air. Kondisi untuk kehidupan beragam, tidak hanya pada kedalaman berbeda, namun juga dengan fisik substrat, dan keragaman (Sumarwoto, 1980). Keragaman dan keberadaan hewan benthos di suatu perairan dipengaruhi oleh berbagai faktor lingkungan, 1

Laporan Akhir Benthos

Embed Size (px)

DESCRIPTION

bentos di permukaan laut

Citation preview

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ekosistem perairan air tawar umumnya di bagi menjadi dua yaitu

perairan mengalir dan perairan menggenang. Perairan mengalir dicirikan dengan

adanya arus yang terus menerus dengan kecepatan yang bervariasi sehingga

perbedaan massa air berlangsung terus menerus, contohnya sungai, parit, dan lain-

lain. Perairan menggenang atau yang disebut juga perairan tenang yaitu perairan

dimana aliran air lambat atau bahkan tidak ada dan massa air terakumulasi dalam

periode waktu yang lama, contohnya danau, waduk, dan kolam, namun arus tidak

menjadi faktor pembatas utama bagi biota yang hidup didalamnya seperti benthos

(Sumarwoto, 1980).

Benthos merupakan beragam binatang dan tumbuhan yang hidup pada

dasar perairan, misalnya sungai, kolam, danau, dan lautan. Nama benthos

diberikan pada organisme penghuni dasar. Benthos mencakup substrat pada garis

pantai dan kedalaman terbesar dari badan air. Kondisi untuk kehidupan beragam,

tidak hanya pada kedalaman berbeda, namun juga dengan fisik substrat, dan

keragaman (Sumarwoto, 1980).

Keragaman dan keberadaan hewan benthos di suatu perairan dipengaruhi

oleh berbagai faktor lingkungan, baik biotik maupun abiotik. Faktor biotik yang

berpengaruh diantaranya adalah produsen, yang merupakan salah satu sumber

makanan bagi hewan benthos.  Adapun faktor abiotik adalah fisika-kimia air yang

diantaranya adalah suhu, arus, oksigen terlarut (DO), kebutuhan oksigen biologi

(BOD) dan kimia (COD), serta kandungan nitrogen (N), kedalaman air, dan

substrat dasar (Sumarwoto, 1980).

1.2  Rumusan Masalah   

Rumusan masalah pada praktikum mempelajari benthos dengan faktor

ekologisnya adalah :

1. Apa metode yang digunakan untuk sampling benthos? 

1

2. Berapa indeks keanekaragaman dan dominansi benthos yang ditemukan

dalam praktikum?

3. Bagaimana kualitas perairan berdasarkan indeks diversitas dan dominansi

benthos?

1.3 Tujuan

Tujuan pada praktikum mempelajari benthos dengan faktor-faktor

ekologisnya adalah :

1. Mengetahui metode yang digunakan untuk sampling benthos.

2. Mengetahui indeks diversitas dan dominansi benthos yang ditemukan dalam

praktikum.

3. Mengetahui kualitas perairan perairan berdasarkan indeks diversitas dan

dominansi benthos.

1.4 Hipotesis

1.4.1 Hipotesis Kerja

Semakin besar indeks keanekaragaman spesies benthos, maka semakin

besar jenis spesies benthos yang dapat ditemukan dan semakin baik pula

kualitas perairan tersebut.

2

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Benthos

Benthos merupakan organisme yang mendiami dasar perairan dan tinggal

di dalam atau pada sedimen dasar perairan. Benthos hidup di pasir, lumpur,

batuan, patahan karang, atau karang yang sudah mati. Beberapa contoh benthos

antara lain kerang, bulu babi, bintang laut, terumbu karang, dan lain-lain (Cole,

1983).

Benthos memegang peranan penting dalam perairan seperti dalam proses

dekomposisi dan mineralisasi material organik yang memasuki perairan, serta

menduduki beberapa tingkatan trofik dalam rantai makanan. Aktifitas manusia

yang mempengaruhi habitat benthos seperti kegiatan pertanian, perkebunan,

pemukiman, industri, dan lain sebagainya secara langsung atau tidak langsung

dapat mengakibatkan perubahan terhadap sifat fisika, kimia, maupun sifat biologi

habitat benthos yang kemudian berpengaruh tehadap organisme bentik. Pengaruh

tersebut antara lain kondisi fisik seperti tipe substrat, kekeruhan, arus, kedalaman,

dan suhu, selain itu juga oleh faktor kimia (pH, oksigen terlarut), dan faktor

biologi (adanya predator dan kompetitor) (Cole, 1983).

2.2 Cara Benthos Memperoleh Makanan

Sumber makanan utama untuk benthos adalah alga dan organik limpahan

dari tanah. Hewan bentik seperti diatom yang mampu berfotosintesis dapat

berkembang biak di perairan pantai dan tempat-tempat lain di mana cahaya

mencapai bagian bawah. Adapun cara dari setiap benthos untuk memperoleh

makanannya adalah sebagai berikut :

a. Filter feeder

Filter feeder adalah hewan yang makan dengan menyaring padatan

tersuspensi dan partikel makanan dari air, biasanya dengan melewatkan air

melalui struktur penyaringan khusus. Contohya seperti spons dan bivalvia yang

memiliki tubuh yang keras. Proses ini dapat terjadi pada daerah yang berpasir

(Syamsurisal, 2011).

3

b. Deposit feeders

Deposit feeders adalah hewan yang mengkonsumsi sisa-sisa makanan

pada substratum di bagian bawah air. Hewan tersebut seperti polychaetes yang

memiliki permukaan tubuh yang lunak, ikan, bintang laut, siput, cumi, dan

krustasea yang merupakan predator. Organisme bentik seperti bintang laut, tiram,

kima, teripang, bintang rapuh, dan anemon laut, memainkan peran penting sebagai

sumber makanan bagi ikan dan manusia (Syamsurisal, 2011).

2.3 Klasifikasi Jenis-Jenis Benthos

2.3.1 Berdasarkan Sifat Hidupnya

a. Fitobenthos

Fitobenthos yaitu organisme benthos yang bersifat tumbuhan. Sumber

makanan utamanya adalah alga dan organik limpahan dari tanah. Cara hidup

fitobenthos yaitu dengan cara melekatkan diri pada dasar perairan berupa batu

karang mati, pasir, lumpur, kulit kerang, batu kali, dan kayu (Syamsurisal, 2011).

b. Zoobenthos

Zoobenthos merupakan hewan yang sebagian atau seluruh siklus

hidupnya berada di dasar perairan, baik yang sesil, merayap, maupun yang

menggali lubang. Zoobenthos memegang peranan penting dalam perairan seperti

dalam proses dekomposisi, mineralisasi material organik yang memasuki perairan,

dan menduduki tingkatan trofik dalam rantai makanan. Zoobenthos bersifat

herbivor dan detritivor, yaitu dapat menghancurkan makrofit akuatik yang hidup

maupun mati di dalam perairan dengan menjadikan potongan-potongan kecil

sehingga mempermudah mikroba untuk menguraikannya menjadi nutrient bagi

produsen perairan (Odum, 1993).

2.3.2 Berdasarkan Letaknya

a. Infauna

Infauna adalah benthos yang hidupnya terpendam di dalam substrat

perairan. Cara hidupnya yaitu dengan menggali lubang, sebagian besar hewan

tersebut hidup dan tinggal di suatu tempat. Contoh hewan yang termasuk jenis

infauna yaitu cacing, tiram, macoma, dan remis (Barnes, 1994).

4

b. Epifauna

Epifauna adalah benthos yan hidup di permukaan dasar perairan.

Epifauna bergerak dengan lambat di atas permukaan dari sedimen yang lunak atau

menempel dengan kuat pada substrat padat yang terdapat pada dasar perairan.

Contoh hewan yang termasuk jenis ini yaitu kepiting, siput laut, dan bintang laut

(Barnes, 1994).

2.3.3 Berdasarkan Ukuran tubuhnya

Menurut Lalli & Parsons (1993), berdasarkan ukuran tubuhnya benthos

dapat dibagi menjadi beberapa bagian, yaitu:

a. Makrobenthos

Makrobenthos adalah kelompok hewan yang ukurannya lebih besar dari

1,0 mm. Kelompok ini adalah hewan benthos yang terbesar. Jenis hewan yang

termasuk kelompok ini adalah molusca, annelida, crustaceae, beberapa insekta

air, larva dari dipteral, odonata, dan lain sebagainya (Syamsurisal, 2011).

b. Mesobenthos

Mesobenthos adalah kelompok benthos yang berukuran antara 0,1 mm –

1,0 mm. Kelompok ini adalah hewan kecil yang dapat ditemukan di pasir atau

lumpur. Hewan yang termasuk kelompok ini adalah molusca kecil, cacing kecil,

dan crustaceae kecil (Syamsurisal, 2011).

c. Mikrobenthos

Mikrobenthos adalah kelompok benthos yang berukuran lebih kecil dari

0,1 mm. Kelompok ini merupakan hewan yang terkecil. Hewan yang termasuk

kedalamnya adalah protozoa khususnya ciliata (Syamsurisal, 2011).

2.4 Peranan Benthos

2.4.1 Indikator Pencemaran Perairan

Keberadaan benthos di perairan memiliki peranan yang sangat penting,

karena benthos mempunyai kemampuan dalam mendaur ulang bahan organik dan

membantu proses mineralisasi. Benthos juga sering digunakan untuk menduga

ketidakseimbangan lingkungan fisik kimia dan biologi suatu perairan. Perairan

yang tercemar akan mempengaruhi kelangsungan hidup organisme perairan,

diantaranya adalah makrozoobenthos, karena makrozoobenthos merupakan

5

organisme air yang mudah terpengaruh oleh adanya bahan pencemar, baik bahan

pencemar kimia maupun fisik, sehingga benthos dapat digunakan sebagai

indikator pencemaran perairan (Odum, 1994).

2.4.2 Indikator Biologis

Benthos dapat dijadikan sebagai indikator biologis, yang didasarkan

pada mobilitas terbatas sehingga memudahkan dalam pengambilan sampel,

ukuran tubuh relatif besar sehingga memudahkan untuk identifikasi, hidup di

dasar perairan, relatif diam yang menyebabkan benthos secara terus-menerus

terdedah (exposed) oleh air sekitarnya, pendedahan yang terus-menerus

mengakibatkan makrozoobenthos dipengaruhi oleh keadaan lingkungan,

perubahan lingkungan mempengaruhi keanekaragaman makrozoobenthos

(Michael, 1995).

2.5 Metode Pengambilan Benthos

Benthos yang terdapat di dasar perairan dapat disampling dengan

menggunakan alat yaitu ponar grab dan surber net.

2.5.1 Metode Pengambilan Benthos dengan Ponar Grab atau Eckman Grab

Ponar grab adalah alat yang digunakan untuk sampling benthos yang

digunakan untuk sampling benthos di perairan yang berarus deras dan cenderung

dalam. Pengambilan sampel menggunakan ponar grab yaitu ketika hendak

digunakan, ponar grab harus dikunci dengan kunci berpegas, kemudian

diturunkan pelan-pelan sampai dasar perairan dengan posisi vertikal. Ponar grab

yang sampai di dasar perairan, di angkat sedikit dan kemudian dihentakkan

kembali dan diangkat dan isinya di pindahkan ke dalam tempat yang disediakan.

Sedimen yang terambil di letakkan di atas ayakan, kemudian di cuci dengan air

dan benthos yang ada diambil. Benthos yang telah terambil dimasukkan ke dalam

kantong plastik yang kemudian diberi air dan diawetkan dengan formalin 4% serta

kemudian diidentifikasi (Michael, 1995).

2.5.2 Metode Pengambilan Benthos dengan Surber Net

Surber net digunakan pada sampling benthos diperairan yang berarus

tenang dan dangkal. Pengambilan benthos dengan surber net yaitu surber net di

letakkan pada dasar perairan yang relatif tidak bergelombang. Mulut bukaan

6

surber net menghadap ke arah arus yang mengalir, kemudian dasar perairan di

injak-injak agar benthos yang ada dapat terkena aliran air dan terperangkap di

surber net. Sedimen dan benthos yang terangkap di surber net di pindahkan ke

tempat yang sudah disediakan. Benthos yang ada kemudian di ambil dan di

masukkan ke kantong plastik, dan diisi air. Pengawetan benthos menggunakan

formalin 4%. Benthos kemudian di identifikasi (Michael, 1995).

2.6 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penyebaran Benthos

2.6.1 Faktor Kimia

a. Oksigen

Oksigen adalah gas yang amat penting bagi makhluk hidup seperti

hewan. Perubahan kandungan oksigen terlarut di lingkungan sangat berpengaruh

terhadap hewan air. Kebutuhan oksigen bervariasi, tergantung oleh jenis, stadia,

dan aktivitas. Kandungan oksigen terlarut mempengaruhi jumlah dan jenis

makrobentos di perairan. Semakin tinggi kadar O2 terlarut maka jumlah bentos

semakin besar (Syamsurisal, 2011).

b. pH

Nilai pH menunjukkan derajat keasaman atau kebasaan suatu perairan

yang dapat mempengaruhi kehidupan tumbuhan dan hewan air. pH tanah atau

substrat akan mempengaruhi perkembangan dan aktivitas organisme lain. pH

berpengaruh terhadap organisme benthos di perairan, dan berpengaruh secara

tidak langsung melalui daya racun melalui bahan pencemar. Setiap jenis benthos

atau organisme perairan lainnya mempunyai nilai toleransi yang berbeda-beda

terhadap nilai pH. Kisaran pH biota laut pada umumnya dapat hidup layak yaitu 5

– 9. Jika perairan mengalami perubahan pH yang mendadak sehingga nilai pH

melampaui kisaran tersebut, akan mengakibatkan tekanan fisiologis biota yang

hidup di dalamnya dan berakhir kematian (Syamsurisal, 2011).

c. Kedalam dan Kekeruhan

Kedalaman perairan mempengaruhi jumlah dan jenis hewan. Secara

teoritis dikatan bahwa perbedaan variasi dari jumlah spesies antara kedalaman 0,2

– 4 meter adalah kecil. Secara tidak langsung kecerahan perairan juga akan

mempengaruhi komunitas benthos di perairan. Interaksi antara kekeruhan dan

7

kedalaman akan mempengaruhi penetrasi cahaya matahari sehingga produktivitas

mikroalga bentik yang merupakan salah satu sumber makanan hewan benthos

akan terganggu. Komposisi hewan benthos tergantung pada sumber makanan

yang tersedia. Perairan yang keruh mempengaruhi populasi hewan benthos,

karena partikel suspensi dapat mengganggu sistem pernapasan pada insang

akibatnya akan mengganggu pertumbuhannya (Susanto, 2000).

d. Tipe Substrat

Tipe substrat dasar ikut menentukan jumlah dan jenis hewan bentos

disuatu perairan (Susanto, 2000). Macam dari substrat sangat penting dalam

perkembangan komunitas hewan bentos. Pasir cenderung memudahkan untuk

bergeser dan bergerak ke tempat lain. Substrat berupa lumpur biasanya

mengandung sedikit oksigen dan karena itu organisme yang hidup didalamnya

harus dapat beradaptasi pada keadaan ini (Ramli, 1989).

2.6.2 Faktor Fisika

Perubahan tekanan air ditempat-tempat yang berbeda kedalamannya

sangat berpengaruh bagi kehidupan hewan yang hidup di dalam air. Perubahan

tekanan di dalam air sehubungan dengan perubahan kedalaman adalah sangat

besar. Faktor kedalaman berpengaruh terhadap hewan bentos pada jumlah jenis,

jumlah individu, dan biomasa. Sedangkan faktor fisika yang lain adalah pasang

surut perairan, hal ini berpengaruh pada pola penyebaran hewan bentos (Susanto,

2000).

2.5.3 Faktor Biologi

Faktor biologi perairan juga merupakan faktor penting bagi kelangsungan

hidup hewan seperti benthos. Faktor biologi ini berpengaruh terhadap kelimpahan

benthos. Sehubungan dengan peranannya sebagai organisme kunci dalam jaring

makanan, jika komposisi jenis hewan yang ada dalam suatu perairan seperti

kepiting, udang, dan ikan melalui predasi, akan mempengaruhi kelimpahan

benthos (Susanto, 2000).

8

2.7 Metode Perhitungan Keanekaragaman Benthos

2.7.1 Indeks Diversitas Benthos

Indeks keanekaragaman (diversitas) benthos dapat diukur menggunakan

formula Shannon-Wiener berikut ini:

H1 = -Σ [(ni/N) x ln (ni/N)]

Keterangan:

H1 = Indeks diversitas Shannon-Wiener.

ni = Jumlah individu spesies i.

N = Jumlah total individu semua spesies (Michael, 1995).

Tabel 1. Tolak Ukur Diversitas

Nilai Tolak Ukur KeteranganH1 < 1,0 Keanekaragaman rendah,

miskin, produktivitas sangat rendah sebagai indikasi adanya tekanan yang berat dan ekosistem tidak stabil

1,0 < H1 < 3,322 Keanekaragaman sedang, produktivitas cukup, kondisi ekosistem cukup seimbang, tekanan ekologis sedang

H1 > 3,322 Keanekaragaman tinggi, stabilitas ekosistem mantap, produktivitas tinggi, tahan terhadap tekanan ekologis

2.7.2 Indeks Dominasi (D)

Indeks dominasi benthos dapat dirumuskan sebagai berikut :

D = ni2 / N2 x 100%

Keterangan:

D = Indeks dominasi.

ni = Jumlah individu spesies i.

N = Jumlah total individu semua spesies (Michael, 1995).

9

(Halaman ini sengaja dikosongkan)

10

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Praktikum

3.1.1 Tempat

Sampel benthos yang digunakan dalam praktikum ini diambil di selokan

depan Student Center (SC) Universitas Airlangga, sedangkan identifikasi benthos

dilakukan di Laboratorium 226 Fakultas Sains dan Teknologi.

Gambar 1. Denah Lokasi Student Center Universitas Airlangga

3.1.2 Waktu

Praktikum ini dilaksanakan pada hari Kamis, 17 April 2014 pukul 10.50

– 12.20 WIB, dan diidentifikasi pada hari Kamis, 17 April 2014 pukul 15.00 –

16.30 WIB dan pada hari Senin, 21 April 2014 pukul 09.30 – 11.00.

.

3.2    Alat dan Bahan

3.2.1 Alat

Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah ponar grab atau van

veen grab, surber net, kantong plastik, ayakan, ember, kunci identifikasi

makroinvertebrata, dan lup.

11

3.2.2 Bahan

Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah air sampel benthos

dan alkohol atau formalin 4%.

3.3 Cara Kerja

3.3.1 Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel dilakukan menggunakan dua alat, yaitu dengan

ponar grab dan surber net. Cara menggunakan ponar grab yaitu penutup ponar

grab dibuka, kemudian diturunkan perlahan sampai ke dasar perairan, diangkat

sedikit kemudian di hendakkan kembali. Hendaknya saat menurunkan, posisi tali

tegak lurus. Ponar grab kemudian diangkat perlahan dan dipindahkan isinya ke

dalam ember. Sedimen disaring dengan saringan mesh, kemudian sedimen

tersebut dicuci dan hewan-hewan yang ada diambil untuk kemudian dimasukkan

ke dalam kantong plastik yang telah diisi formalin 4% dan air sampel. Plastik

sampel kemudian diberi label di setiap kantong plastik dan dibawa ke

laboratorium. Cara sampling benthos menggunakan ponar grab dapat dilihat pada

lampiran 1 dan 2.

Pengambilan dengan surber net yaitu, surber net diletakkan pada dasar

selokan yang relatif tidak bergelombang. Mulut bukaan surber net menghadap ke

arah arus yang berlawanan, kemudian dasar selokan diaduk-aduk dengan tangan

di depan mulut surber net sehingga benthos dapat masuk ke surber net bersama

aliran air. Sedimen diletakkan diatas ayakan dan dicuci. Hewan-hewan yang ada

diambil lalu dimasukkan ke dalam kantong plastik yang telah diisi formalin 4%

dan air sampel. Label diberikan di setiap kantong plastik dan dibawa ke

laboratorium. Cara sampling benthos menggunakan surber net dapat dilihat pada

lampiran 3 dan 4.

3.3.2   Pengamatan Benthos

Pengamatan dilakukan dengan menggunakan lup atau kaca pembesar.

Sampel yang sudah diambil dan diawetkan, kemudian ditumpahkan ke dalam

ayakan. Sampel diambil secara acak satu per satu dengan tangan dan diletakkan ke

dalam ayakan yang lain. Sampel yang didapatkan dicocokkan dengan buku

12

panduan. Identifikasi hewan-hewan makroinvertebrata yang didapat dengan

menghitung dari setiap jenis dan keseluruhan jenis, sehingga dapat diketahui

jumlah makroinvertebrata keseluruhan dan masing-masing jenis. Cara

pengamatan benthos dapat dilihat pada lampiran 5 dan 6.

13

(Halaman ini sengaja dikosongkan)

14

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan

Berdasarkan hasil pengamatan diperoleh data sebagai berikut :

Tabel 2. Hasil identifikasi sampling benthos menggunakan surber net

No. Gambar Spesies Jumlah

1. Melanoides torulosa 7

2. Melanoides tubercilata 4

3. Faunus ater 1

15

4. Stenothyra ventricosa 1

Tabel 3. Hasil identifikasi sampling benthos menggunakan ponar grab

No. Gambar Spesies Jumlah1. Anentome helena 8

2. Faunus ater 10

3. Melanoides maculata 5

16

4. Melanoides punetata 2

5. Sulcospira sulcospira 2

6. Syncera hidalgoi 2

7. Telecopium telescopium

2

8. Tereblaria palustris 16

17

4.2 Analisis Data

Berikut ini adalah hasil analisis perhitungan dari data yang diperoleh :

4.2.1 Sampling Benthos Menggunakan Surber Net

Tabel 4. Indeks Keanekaragaman Shannon-Wheaver Benthos

No. Spesies Jumlah (Ni)

(Ni/N) In(Ni/N)

H1 D (%)

1. Melanoides torulosa

7 0.538 -0.620 0.334 28.99

2. Melanoides tubercilata

4 0.308 -1.178 0.363 9.47

3. Faunus ater 1 0.077 -2.564 0.197 0.594. Stenothyra

ventricosa1 0.077 -2.564 0.197 0.59

Jumlah total spesies

13 1 -6.926 1.091 39.64

4.2.2 Sampling Benthos Menggunakan Ponar Grab

Tabel 5. Indeks Keanekaragaman Shannon-Wheaver Benthos

No. Spesies Jumlah (Ni)

(Ni/N) In(Ni/N)

H1 D (%)

1. Anentome helena

8 0.170 -1.772 0.301 2.89

2. Faunus ater 10 0.470 -0.755 0.355 4.53

3. Melanoides maculata

5 0.106 -0.244 0.026 1.13

4. Melanoides punetata

2 0.043 -3.147 0.135 0.18

5. Sulcospira sulcospira

2 0.043 -3.147 0.135 0.18

6. Syncera hidalgoi

2 0.043 -3.147 0.135 0.18

7. Telecopium telescopium

2 0.043 -3.147 0.135 0.18

8. Tereblaria palustris

16 0.340 -1.079 0.367 11.59

Jumlah total spesies

47 1.258 -16.438 1.589 20.86

4.3 Pembahasan

Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui metode yang digunakan untuk

sampling benthos, dan mengetahui indeks keanekaragaman dan dominansi benthos yang

ditemukan dalam praktikum. Sampling dilakukan pada dua titik. Titik pertama berada di

18

sungai sebelah Student Center Universitas Airlangga dan titik kedua berada di selokan

depan Student Center Universitas Airlangga. Sampling benthos pada titik pertama

dilakukan dengan menggunakan surber net, pada metode ini surber net diletakkan pada

dasar selokan yang relatif tidak bergelombang. Mulut bukaan surber net menghadap

kearah arus yang berlawanan, kemudian dasar selokan diaduk-aduk dengan tangan di

depan mulut surber net sehingga benthos dapat masuk ke surber net bersama aliran air.

Sedimen diletakkan diatas ayakan dan dicuci. Hewan-hewan yang ada diambil lalu

dimasukkan kedalam kantong plastik yang telah diisi formalin 4% dan air sampel.

Perbandingan antara air sampel dan formalin adalah 9 : 1, yaitu 180 mL air sampel dan

20 mL formalin 4%.

Sampling benthos pada titik kedua, dilakukan dengan menggunakan ponar

grab, pada metode ini pertama-tama penutup ponar grab dibuka, kemudian diturunkan

perlahan sampai ke dasar sungai dengan posisi tali tegak lurus, ponar grab dilepaskan

sehingga alat ini menutup lalu diangkat perlahan dan dipindahkan isinya ke dalam ember.

Sedimen yang terambil disaring dengan saringan mesh, kemudian sedimen tersebut dicuci

dan hewan-hewan yang ada diambil untuk kemudian dimasukkan kedalam kantong

plastik yang telah diisi formalin 4% dan air sampel. Perbandingan antara air sampel dan

formalin adalah 9 : 1, yaitu 180 mL air sampel dan 20 mL formalin 4%. Label diberikan

di setiap kantong plastik dan dibawa ke laboratorium untuk diamati. Label ini berguna

agar benthos yang diambil dengan menggunakan surber net dan ponar grab tidak

tertukar.

Pengamatan dilakukan dengan menggunakan lup atau kaca pembesar. Sampel

yang sudah diambil dan diawetkan, kemudian ditumpahkan kedalam ayakan. Sampel

diambil secara acak satu per satu dengan tangan dan diletakkan kedalam ayakan yang

lain. Sampel yang didapatkan dicocokkan dengan buku panduan. Jika dirasa benthos yang

ada kotor, maka dapat digunaka sikat gigi untuk membersihkannya. Identifikasi hewan-

hewan benthos yang di dapat dengan menghitung dari setiap jenis dan keseluruhan jenis,

sehingga dapat diketahui jumlah benthos keseluruhan dan masing-masing jenis. Hasilnya

adalah terdapat 4 jenis spesies yang ditemukan dalam sampel pertama dan 8 jenis spesies

pada sampel kedua.

Semua jenis sampel digabung dalam satu tabel, kemudian dihitung

menggunakan perhitungan indeks diversitas Shannon-Wiener. Titik sampel pertama, hasil

indeks diversitas yang paling tinggi dimiliki oleh bentos dengan jenis spesies Melanoides

tuberculata yaitu dengan hasil H1 = 0,363 dengan indeks dominansi sebesar 9,47%.

Melanoides tuberculata merupakan kelompok gastropoda yang umum ditemukan di

19

perairan tawar. Kemampuan adaptasinya yang tinggi, membuatnya terdistribusi secara

luas di berbagai kondisi lingkungan termasuk di daerah kapur. Mengacu pada Tabel 3,

bahwa nilai total H1 pada titik sampel di sungai sebelah Student Center Universitas

Airlangga adalah sebesar 1,091. Hal ini dapat diketahui perairan di sungai sebelah

Student Center Universitas Airlangga memiliki keanekaragaman sedang, produktivitas

cukup, kondisi ekosistem cukup seimbang, dan tekanan ekologis sedang (1,0 < H1 <

3,322).

Titik sampel kedua indeks diversitas tertinggi dimiliki oleh benthos jenis

spesies Tereblaria palustris dengan hasil perhitungan indeks diversitas H1 = 0,367 dan

indeks dominansi sebesar 11,59%. Tidak berbeda dengan hasil di titik sampling pertama,

total H1 pada titik sampling ke dua adalah sebesar 1,589. Hal ini juga berarti bahwa

perairan di selokan depan Student Center Universitas Airlangga juga memiliki

keanekaragaman sedang, produktivitas cukup, kondisi ekosistem cukup seimbang, dan

tekanan ekologis sedang (1,0 < H1< 3,322).

20

DAFTAR PUSTAKA

Barnes RSK, Hughes RN. 2004. An Introduction to Marine Ecology. 3rd edition. Oxford: Blackwell Science Ltd.

Cole, G. A. 1983. Text Book of Limnology Third Edition. Waveland Press Inc. United States of America.

Michael, P. 1995. Metode Ekologi untuk Penyelidikan Ladang dan Laboratorium. Jakarta : UI Press.

Odum, E. P. 1993. Dasar-Dasar Ekologi. Edisi Ketiga. Penerjemah T. Samingan. Jakarta : Gadjah Mada University Press.

Odum, E. P. 1994. Dasar- DasarEkologi. www.academia.edu. Diakses tanggal 12 April 2014.

Ramli, D. 1989. Ekologi. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.Syamsurisal, 2011. Studi Beberapa Indeks Komunitas Makrozoobenthos Di Hutan

Mangrove Kelurahan Coppo Kabupaten Barru. www.academia.edu. Diakses pada 20 April 2014.

Sumarwoto, 1980. Ekologi Perairan. Bandung : Universitas Padjajaran.Susanto, P. 2000. Pengantar Ekologi Hewan. Departemen Pendidikan Nasional.

Jakarta.

21

(Halaman ini sengaja dikosongkan)

22

23

Lampiran 1. Cara Sampling Benthos Menggunakan Ponar Grab

Penutup ponar grab dibuka

Diturunkan perlahan sampai ke dasar danau dengan posisi tali tegak

lurus

Diangkat perlahan dan dipindahkan isinya ke dalam ember

Disaring dengan saringan mesh dan diletakkan di atas ayakan

Dicuci dan mengambil hewan-hewan yang ada

Dimasukkan ke dalam kantong plastik

Diawetkan dengan formalin 40%

Ponar grab

Sedimen

Hasil

Lampiran 2. Cara Sampling Benthos Menggunakan Surber Net

Diletakkan di dasar selokan yang relatif tidak bergelombang.

Mulut bukaan menghadap ke arah arus yang berlawanan

Dasar selokan diinjak-injak dengan kaki menghadap mulut surber

net

Diletakkan di atas ayakan

Dicuci dan mengambil hewan-hewan yang ada

Dimasukkan ke dalam kantong plastik

Diawetkan dengan formalin 4%

Surber Net

Sedimen

Hasil

Lampiran 3. Cara Pengamatan pada Benthos

Ditumpahkan ke dalam ayakan

Diambil secara acak satu per satu dengan tangan

Diletakkan ke dalam ayakan yang lain

Dilihat menggunakan lup atau kaca pembesar

Dicocokkan dengan buku panduan

Diidentifikasi hewan-hewan makroinvertebrata yang didapat

Jumlah hewan dari setiap jenis dihitung

Sampel

Hasil