68
Laporan Akhir

Laporan Akhir - bppp.kemendag.go.idbppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/ANALISIS_KEBIJAKAN... · mempengaruhi Inflasi (teori), kebijakan Pemerintah di Indonesia, pentingnya inflasi

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Laporan Akhir - bppp.kemendag.go.idbppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/ANALISIS_KEBIJAKAN... · mempengaruhi Inflasi (teori), kebijakan Pemerintah di Indonesia, pentingnya inflasi

Laporan Akhir

Page 2: Laporan Akhir - bppp.kemendag.go.idbppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/ANALISIS_KEBIJAKAN... · mempengaruhi Inflasi (teori), kebijakan Pemerintah di Indonesia, pentingnya inflasi

Puska Dagri, BP2KP, Kementerian Perdagangan i

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah subhanahu wata’ala atas rahmat serta

hidayah-Nya, sehingga laporan “Analisis Dampak Kebijakan Pemerintah

Terhadap Inflasi dan Kemiskinan” dapat diselesaikan. Analisis ini

dilatarbelakangi oleh ditetapkannya beberapa kebijakan pemerintah yang

seringkali diiringi dengan dampak atau efek negatif. Salah satunya adalah

tekanan pada inflasi. Tekanan pada inflasi dapat menyebabkan tekanan pula

pada daya beli masyarakat, khususnya pada kelompok masyarakat yang

berkategori miskin dan hampir miskin.

Dampak kebijakan pemerintah dapat berlangsung melalui kenaikan

harga kebutuhan pokok. Kebijakan pemerintah dalam analisis ini

direpresentasikan oleh kebijakan yang mempengaruhi dinamika harga energi,

yaitu bensin, solar, dan elpiji. Sementara itu, barang-barang kebutuhan pokok

direpresentasikan oleh beberapa komoditi, yaitu beras, jagung, terigu,

kedelai, daging sapi, daging ayam, telur ayam, bawang merah, minyak

goreng dan gula.

Analisis ini diselenggarakan secara swakelola oleh Pusat Kebijakan

Perdagangan Dalam Negeri dengan tim peneliti internal yang dibantu oleh

tenaga ahli dari Brighten Institute.

Disadari bahwa laporan ini masih terdapat berbagai kekurangan baik

ditinjau dari aspek substansi, analisa maupun data-data pendukung, oleh

karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun.

Dalam kesempatan ini tim peneliti mengucapkan terimakasih terhadap semua

pihak yang membantu terselesaikannya laporan ini. Sebagai akhir kata

semoga penelitian ini dapat menjadi bahan masukan bagi pimpinan dalam

merumuskan kebijakan di bidang logistik, investasi dan fasilitasi usaha.

Page 3: Laporan Akhir - bppp.kemendag.go.idbppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/ANALISIS_KEBIJAKAN... · mempengaruhi Inflasi (teori), kebijakan Pemerintah di Indonesia, pentingnya inflasi

Puska Dagri, BP2KP, Kementerian Perdagangan ii

ABSTRAK

ANALISIS DAMPAK KEBIJAKAN PEMERINTAH TERHADAP INFLASI

DAN KEMISKINAN

Kebijakan pemerintah terutama yang terkait dengan peningkatan harga energi dapat memberikan dampak terhadap harga barang kebutuhan pokok yang berujung pada peningkatan harga barang konsumsi dan penurunan daya beli masyarakat. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis dampak kebijakan pemerintah terhapap inflasi dan kemiskinan serta membangun model untuk memperkirakan dampak penerapan kebijakan pemerintah terhadap inflasi dan kemiskinan. Model-model beserta simulasi yang dikembangkan dalam kajian ini, telah dapat menunjukkan bagaimana kebijakan yang ditetapkan pemerintah berdampak pada inflasi dan kemiskinan. Hasil simulasi menunjukkan bahwa skenario-skenario kebijakan pemerintah yang menghasilkan kombinasi kenaikan harga komoditas-komoditas energi dapat dikembangkan untuk menghasilkan dampak yang minimal, utamanya untuk kemiskinan. Selain itu, patut dikembangkan juga skenario peningkatan tingkat konsumsi masyarakat untuk memkompensasi pergerakan garis kemiskinan yang memperbesar tingkat kemiskinan.

Kata kunci: kebijakan pemerintah, harga, inflasi, kemiskinan, garis

kemiskinan

ABSTRACT

GOVERNMENT POLICY IMPACT ANALYSIS ON INFLATION AND

POVERTY

Government policy particularly which is related to the increasing of energy prices could have an impact on prices of basic need products which led to an increase in prices of consumer goods and a decrease in purchasing power. The purpose of this study was to analyze the impact of government policy on inflation and poverty and build a model to estimate the impact of government policies on inflation and poverty. The models and simulations developed in this study, has been able to show how the policies set by the government have an impact on inflation and poverty. The simulation results show that the scenarios of government policies that produce a combination of rising prices of energy commodities can be developed to minimalizing the impact, especially for poverty. Besides, it should be developed consumption rate increase scenario to compensate for the movement of the poverty line which increase the level of poverty.

Keywords: government policy, prices, inflation, poverty, poverty line

Page 4: Laporan Akhir - bppp.kemendag.go.idbppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/ANALISIS_KEBIJAKAN... · mempengaruhi Inflasi (teori), kebijakan Pemerintah di Indonesia, pentingnya inflasi

Puska Dagri, BP2KP, Kementerian Perdagangan iii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .........................................................................................i

ABSTRAK ........................................................................................................ ii

ABSTRACT ...................................................................................................... ii

DAFTAR ISI .................................................................................................... iii

DAFTAR TABEL ..............................................................................................v

DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... vi

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ................................................................................... 1

1.2 Tujuan Analisis................................................................................... 3

1.3 Output Kajian ..................................................................................... 3

1.4 Manfaat Kajian ................................................................................... 3

1.5 Ruang Lingkup ................................................................................... 3

1.6 Metodologi Penelitian ......................................................................... 4

1.7 Sistematika Penelitian ........................................................................ 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................... 6

2.1 Pengaruh Harga Komoditas Terhadap Infllasi ................................... 6

2.2 Kebijakan Pemerintah Yang Mempengaruhi Harga Pangan .............. 6

2.2.1 Kebijakan harga bahan bakar minyak (BBM) ............................... 6

2.2.2 Kebijakan Tarif Dasar Listrik (TDL) .............................................. 9

2.2.3 Kebijakan Harga Pangan ........................................................... 15

2.3 Pentingnya Pengendalian Inflasi dalam Perekonomian ................... 24

2.4 Principal Component Analysis (PCA) ............................................... 26

2.5 Tinjauan Penelitian Sebelumnya...................................................... 29

BAB III METODOLOGI.................................................................................. 31

3.1 Kerangka Pemikiran ......................................................................... 31

3.2 Data dan Sumber Data .................................................................... 32

3.3 Metode Analisis................................................................................ 32

3.3.1 Struktur model dampak kebijakan pemerintah terhadap harga kebutuhan

pokok dan Inflasi........................................................................ 32

Page 5: Laporan Akhir - bppp.kemendag.go.idbppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/ANALISIS_KEBIJAKAN... · mempengaruhi Inflasi (teori), kebijakan Pemerintah di Indonesia, pentingnya inflasi

Puska Dagri, BP2KP, Kementerian Perdagangan iv

3.3.2 Struktur model dampak kebijakan pemerintah terhadap kemiskinan ................................................................................. 34

3.3.3 Struktur simulasi dampak kebijakan pemerintah terhadap inflasi dan kemiskinan .......................................................................... 35

BAB IV ANALISIS DAMPAK KEBIJAKAN PEMERINTAH TERHADAP INFLASI DAN KEMISKINAN ......................................................................... 37

4.1 Formulasi Indeks Harga dengan PCA .............................................. 37

4.2 Analisis Dampak kebijakan Pemerintah terhadap harga kebutuhan pokok dan Inflasi .............................................................................. 41

4.3 Model Dampak kebijakan Pemerintah terhadap kemiskinan ........... 47

4.4 Simulasi Dampak kebijakan Pemerintah terhadap Inflasi dan Kemiskinan ................................................................................................ 49

BAB V KESIMPULAN ................................................................................... 52

5.1 Kesimpulan ...................................................................................... 52

5.2 Rekomendasi Kebijakan .................................................................. 52

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 54

Page 6: Laporan Akhir - bppp.kemendag.go.idbppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/ANALISIS_KEBIJAKAN... · mempengaruhi Inflasi (teori), kebijakan Pemerintah di Indonesia, pentingnya inflasi

Puska Dagri, BP2KP, Kementerian Perdagangan v

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Kebijakan Harga BBM di Indonesia................................................. 7

Tabel 4.1 Perhitungan Indeks Harga Kelompok Makanan I .......................... 38

Tabel 4.2 Perhitungan Indeks Harga Kelompok Makanan II ......................... 39

Tabel 4.3 Perhitungan Indeks Harga Kelompok Makanan III ........................ 39

Tabel 4.4 Perhitungan Indeks Harga Kelompok Energi ................................ 40

Tabel 4.5 Pendugaan parameter untuk persamaan Indeks Harga

Kelompok Makanan I .................................................................... 42

Tabel 4.6 Pendugaan parameter untuk persamaan Indeks Harga

Kelompok Makanan II ................................................................... 43

Tabel 4.7 Pendugaan parameter untuk persamaan Indeks Harga

Kelompok Makanan III .................................................................. 45

Tabel 4.8 Pendugaan parameter untuk persamaan Indeks Harga

Konsumen ..................................................................................... 46

Tabel 4.9 Hasil Simulasi Dampak Kebijakan Perubahan Harga terhadap

Inflasi dan Kemiskinan (Kelompok-1) ............................................ 49

Tabel 4.10 Hasil Simulasi Dampak Kebijakan Perubahan Harga terhadap

Inflasi dan Kemiskinan (Kelompok-2) .......................................... 50

Tabel 4.11 Hasil Simulasi Dampak Kebijakan Perubahan Harga terhadap

Inflasi dan Kemiskinan (Kelompok-3) .......................................... 50

Page 7: Laporan Akhir - bppp.kemendag.go.idbppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/ANALISIS_KEBIJAKAN... · mempengaruhi Inflasi (teori), kebijakan Pemerintah di Indonesia, pentingnya inflasi

Puska Dagri, BP2KP, Kementerian Perdagangan vi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Perkembangan subsidi listrik tahun 2000 – 2013 ...................................... 12

Gambar 3.1 Kerangka Pemikiran .................................................................................. 31

Gambar 3.2 Ilustrasi Perubahan tingkat kemiskinan ..................................................... 35

Gambar 3.3 Tahapan dalam simulasi dampak kebijakan terhadap inflasi

dan kemiskinan ........................................................................................ 36

Gambar 4.1 Distribusi penduduk dan tingkat kemiskinan (Maret 2013) ........................ 48

Page 8: Laporan Akhir - bppp.kemendag.go.idbppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/ANALISIS_KEBIJAKAN... · mempengaruhi Inflasi (teori), kebijakan Pemerintah di Indonesia, pentingnya inflasi

Puska Dagri, BP2KP, Kementerian Perdagangan 1

1. BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kebijakan pemerintah dapat secara langsung mempengaruhi

perekonomian, khususnya harga dan dampaknya pada inflasi yang berujung

pada kemampuan dayabeli masyarakat. Pada era sebelum tahun 2010,

inflasi dapat dikendalikan melalui kebijakan fiskal dan kebijakan moneter.

Namun, pergerakan ekonomi terus berubah dimana inflasi tidak hanya

disebabkan oleh pengaruh makroekonomi saja seperti sukubunga, nilai tukar

dan jumlah uang beredar tetapi juga peran komoditi (Bank Indonesia, 2014).

Inflasi dapat menyebabkan perubahan yang sangat luas terhadap kegiatan

ekonomi masyarakat. Inflasi mencerminkan stabilitas harga, semakin rendah

nilai suatu inflasi berarti semakin besar adanya kecenderungan ke arah

stabilitas harga. Namun masalah inflasi tidak hanya berkaitan dengan

melonjaknya harga suatu barang dan jasa. Inflasi juga sangat berkaitan

dengan purchasing power atau daya beli dari masyarakat. Inflasi yang

rendah dan stabil merupakan salah satu penopang utama daya beli

masyarakat

Kebijakan pemerintah untuk mencapai tujuan tertentu (misalnya

pertumbuhan), seringkali diiringi dengan dampak atau efek negatif. Salah

satunya adalah tekanan pada inflasi. Tekanan pada inflasi dapat

menyebabkan tekanan pula pada daya beli masyarakat, khususnya pada

kelompok masyarakat yang berkategori miskin dan hampir miskin. Sinyal dari

kebijakan pemerintah melalui stabilitas harga pangan dan non pangan dan

berujung pada inflasi. Besarnya kebijakan pemerintah akan menentukan

Page 9: Laporan Akhir - bppp.kemendag.go.idbppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/ANALISIS_KEBIJAKAN... · mempengaruhi Inflasi (teori), kebijakan Pemerintah di Indonesia, pentingnya inflasi

Puska Dagri, BP2KP, Kementerian Perdagangan 2

respon perubahan harga dari suatu komoditi yang berdampak pada

kemampuan dayabeli masyarakat.

Dalam rangka mengemban tugas untuk menciptakan kesejahteraan,

keadilan, dan keberlanjutan dalam kehidupan masyarakat, pemerintah

diberikan kewenangan untuk mengeluarkan kebijakan. Setiap kebijakan yang

dikeluarkan dapat berdampak positif atau negatif, dan dalam mekanisme

transmisi yang langsung maupun tidak langsung. Artinya, suatu kebijakan

yang diarahkan untuk memberikan dampak positif pada aspek tertentu, dapat

melahirkan dampak negatif pada aspek yang lain. Oleh karena itu, suatu

kebijakan seringkali perlu direspon oleh kebijakan yang lain untuk

meminimalkan dampak negatif yang ditimbulkan.

Salah satu visi Kementerian Perdagangan adalah menciptakan

stabilitas harga dan memperlancar jaringan distribusi. Dalam mendukung ini,

bagaimana memastikan tercapainya stabilisas harga bahan pokok, supaya

kemampuan/ daya beli masyarakat terjaga. Terkait dengan hal ini, maka

inflasi dan kemiskinan menjadi dua indikator yang perlu diperhatikan. Dari

sini, kita dapat melihat dua sisi yang saling terkait, yaitu kebijakan pemerintah

yang diarahkan pada aspek tertentu, dan aspek stabilitas harga pokok

(inflasi) serta kemampuan daya beli masyarakat (tingkat kemiskinan) yang

perlu dikelola. Pemerintah perlu mempertimbangkan dampak penerapan

suatu kebijakan terhadap inflasi dan kemiskinan. Dalam konteks inilah

analisis ini sangat penting, yaitu bagaimana melihat keterkaitan (atau

dampak) dari satu kebijakan terhadap inflasi dan tingkat kemiskinan. Hasil

kajian ini sangat penting untuk dijadikan sebagai salah satu guidance dalam

merespon satu kebijakan, dengan melihat dampaknya kepada masyarakat

melalui indikator inflasi dan kemiskinan.

Page 10: Laporan Akhir - bppp.kemendag.go.idbppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/ANALISIS_KEBIJAKAN... · mempengaruhi Inflasi (teori), kebijakan Pemerintah di Indonesia, pentingnya inflasi

Puska Dagri, BP2KP, Kementerian Perdagangan 3

1.2 Tujuan Analisis

Tujuan dari analisis ini adalah:

a. Menganalisis dampak kebijakan pemerintah terhadap inflasi dan

kemiskinan

b. Membangun model untuk memperkirakan dampak penerapan kebijakan

pemerintah terhadap inflasi dan kemiskinan

1.3 Output Kajian

Output analisis dalam kajian ini adalah sebagai berikut:

a. Respon dari setiap komoditi bahan pangan pokok terhadap dampak

kebijakan pemerintah

b. Respon Kebijakan Pemerintah terhadap indikator inflasi dan kemiskinan

c. Tersusunnya suatu model (template) untuk memperhitungkan dampak

kebijakan pemerintah terhadap perubahan harga (inflasi) dan kemiskinan

1.4 Manfaat Kajian

Analisis ini menjadi salah satu bahan rujukan (Referensi) bagi

pemerintah untuk mengantisipasi atau memitigasi dampak negatif dari

kebijakan pemerintah dalam menerapkan suatu kebijakan dan dapat

merespon dampak tersebut secara cepat dan masukan dalam upaya

mendukung kebijakan stabilisasi harga dan kelancaran distribusi.

1.5 Ruang Lingkup

Analisis dalam kajian ini mencakup 3 (tiga) aspek, yaitu:

a. Aspek Komoditi; melihat dampak kebijakan terhadap inflasi bahan

makanan meliputi komoditi bahan kebutuhan pokok yaitu beras, gula,

minyak goreng, tepung terigu, kedelai, daging ayam, daging sapi, telur

ayam, aneka cabai dan aneka bawang.

Page 11: Laporan Akhir - bppp.kemendag.go.idbppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/ANALISIS_KEBIJAKAN... · mempengaruhi Inflasi (teori), kebijakan Pemerintah di Indonesia, pentingnya inflasi

Puska Dagri, BP2KP, Kementerian Perdagangan 4

b. Aspek kebijakan; meliputi identifikasi dan telaahan atas berbagai

instrument kebijakan yang diperkirakan dapat memberikan dampak

terhadap inflasi dan kemiskinan

c. Aspek Ekonomi; melihat dampak dari suatu kebijakan dengan

menggunakan besaran elastisitas.

1.6 Metodologi Penelitian

a. Metode Analisis

Analisis ini akan dilakukan dengan menggunakan pendekatan

ekonometrik dengan model persamaan Simultan 2 SLS (Two-Stages

Least Squares (2-SLS) untuk estimasi elastisitas.

b. Data yang dibutuhkan merupakan data sekunder yang diperoleh dari

Badan Pusat Statistik (BPS), Kementerian Pertanian, Kementerian

Perdagangan, Kementerian ESDM dan sumberdata lainnya yang

relevan.

1.7 Sistematika Penelitian

Penulisan laporan didasarkan pada ketersediaan data dan informasi

yang diperoleh dari hasil penelusuran data sekunder, publikasi berbagai

sumber (media), institusi serta penggalian informasi di lapangan. Dari hasil

kegiatan tersebut, sistematika penulisan meliputi :

BAB I. Pendahuluan

Pada bab ini disampaikan mengenai latar belakang pentingnya analisis,

isu dampak kebijakan pemerintah dalam mempengaruhi inflasi baik

komoditi pangan maupun non pangan serta dampaknya lanjutannya ke

dayabeli masyarakat dan kemiskinan, permasalahan, tujuan analisis,

keluaran, manfaat dan ruang lingkup analisis serta sistematika

penulisan.

Page 12: Laporan Akhir - bppp.kemendag.go.idbppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/ANALISIS_KEBIJAKAN... · mempengaruhi Inflasi (teori), kebijakan Pemerintah di Indonesia, pentingnya inflasi

Puska Dagri, BP2KP, Kementerian Perdagangan 5

Bab II. Tinjauan Pustaka

Pada bab ini disampaikan tentang bagaimana harga dapat

mempengaruhi Inflasi (teori), kebijakan Pemerintah di Indonesia,

pentingnya inflasi dalam perekonomian, serta tinjauan hasil penelitian

sebelumnya terkait dampak kebijakan pemerintah terhadap inflasi.

Bab III. Metodologi

Pada bab ini disampaikan mengenai kerangka analisis yang digunakan,

data dan sumber data serta pendekatan analisis yang digunakan untuk

menganalisis dampak kebijakan pemerintah terhadap inflasi dan

kemiskinan.

Bab IV. Analisis Dampak Kebijakan Pemerintah Terhadap Inflasi dan

Kemiskinan,

Pada bab ini menjelaskan Model Dampak kebijakan Pemerintah

terhadap harga kebutuhan pokok, model Dampak kebijakan Pemerintah

terhadap inflasi dan kemiskinan serta model simulasi dampak kebijakan

pemerintah terhadap harga kebutuhan bahan pokok, inflasi dan

kemiskinan (bisa di aplikasikan dalam bentuk kerangka template).

BAB V. Kesimpulan dan Rekomendasi Kebijakan

Pada bab ini dijelaskan mengenai intisari dari apa yang disampaikan

dalam bab-bab sebelumnya serta menyimpulkan sesuai dengan hasil

analisis dan simulasi dampak kebijakan pemerintah terhadap inflasi dan

kemiskinan serta usulan rekomendasi kebijakan dalam mendukung

stabilisasi harga bahan kebutuhan pokok.

Page 13: Laporan Akhir - bppp.kemendag.go.idbppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/ANALISIS_KEBIJAKAN... · mempengaruhi Inflasi (teori), kebijakan Pemerintah di Indonesia, pentingnya inflasi

Puska Dagri, BP2KP, Kementerian Perdagangan 6

2. BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab ini, dibahas beberapa konsep dan literatur yang relevan

dengan kajian ini. Pembahasan meliputi teori pengaruh harga komoditas

terhadap inflasi, kebijakan pemerintah di Indonesia, pentingnya inflasi dalam

perekonomian serta penelitian yang terkait dengan dampak kebijakan

pemerintah terhadap inflasi dan kemiskinan.

2.1 Pengaruh Harga Komoditas Terhadap Infllasi

Dalam hal hubungan harga komoditas terhadap inflasi, Furlong dan

Ingenito (1996) menyatakan bahwa harga komoditi dapat dijadikan sebagai

leading indicator inflasi dengan dua argumen. Argumen pertama adalah

harga komoditas mampu merespon secara cepat shock yang terjadi dalam

perekonomian secara umum, seperti peningkatan permintaan (aggregate

demand shock). Kedua, harga komoditas juga mampu merespon terhadap

non-economic shock seperti banjir, tanah longsor dan bencana alam lainnya

yang menghambat jalur distribusi dari komoditas tersebut. Pergerakan harga

komoditas pangan/pertanian akan selaras dengan perkembangan harga

barang secara keseluruhan, walaupun besarannya akan berbeda. Respon

harga yang cepat tersebut dapat memberikan sinyal bahwa kenaikan harga

barang lainnya akan menyusul sehingga tekanan inflasi meningkat.

2.2 Kebijakan Pemerintah Yang Mempengaruhi Harga Pangan

2.2.1 Kebijakan harga bahan bakar minyak (BBM)

Pasal 72 Peraturan Pemerintah (PP) No. 36 Tahun 2004 mengatur

bahwa harga bahan bakar minyak dan gas bumi diatur dan/atau ditetapkan

oleh pemerintah. Sebelumnya, MK mengamanatkan bahwa dalam kebijakan

penentuan harga komoditas yang menguasai hajat hidup orang banyak,

Page 14: Laporan Akhir - bppp.kemendag.go.idbppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/ANALISIS_KEBIJAKAN... · mempengaruhi Inflasi (teori), kebijakan Pemerintah di Indonesia, pentingnya inflasi

Puska Dagri, BP2KP, Kementerian Perdagangan 7

termasuk di dalamnya BBM dan gas bumi dibutuhkan campur tangan

pemerintah. Hanya saja, campur tangan pemerintah dalam penentuan harga

terbatas untuk BBM bersubsidi.

Pengaturan mengenai BBM terdapat dalam Peraturan Presiden No.

191 Tahun 2014 tentang penyediaan, pendistribusian dan harga jual eceran

BBM. Kemudian, lebih lanjut pengaturan mengenai BBM bersubsidi

dijabarkan dalam Peraturan Menteri ESDM No. 39 Tahun 2014 dan

Peraturan Menteri ESDM No. 4 Tahun 2014. Di dalam Permen ESDM

tersebut ditetapkan bahwa BBM bersubsidi adalah solar dan minyak tanah.

Arah kebijakan harga BBM di Indonesia secara umum dapat dilihat

pada Tabel 2.1. Harga BBM diharapkan tidak mendapat subsidi lagi mulai

tahun 2007. Meskipun pada akhirnya realisasinya tidak demikian.

Tabel 2.1 Kebijakan Harga BBM di Indonesia

Sumber: BPH Migas

Keterangan:

Page 15: Laporan Akhir - bppp.kemendag.go.idbppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/ANALISIS_KEBIJAKAN... · mempengaruhi Inflasi (teori), kebijakan Pemerintah di Indonesia, pentingnya inflasi

Puska Dagri, BP2KP, Kementerian Perdagangan 8

R=Regulated : Harga ditetapkan Pemerintah (masih

mengandung subsidi harga)

NR=Non Regulated : Harga sudah tidak mengandung subsidi

NA : Sudah tidak dipasarkan lagi

Kategori BBM (Tahap

II)

: Premium, minyak tanah, solar, diesel,

minyak bakar

Kategori Non BBM

(Tahap III)

: Minyak bakar, avtur, avgas, LPG, pelumas,

aspal, parasilin, dll

Sejak Desember 2014, Pemerintah mengeluarkan kebijakan baru

penetapan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) Bersubsidi. Pemerintah

mengklasifikasikan BBM menjadi tiga kategori dengan variasi harga

didalamnya, tiga kategori tersebut yaitu, BBM Tertentu yaitu adalah BBM

yang diberikan subsidi, BBM khusus penugasan dan BBM Umum.

Mengenai kebijakan harga, Pemerintah telah menetapkan variasi

harga BBM dengan formula perhitungannya. Pertama, dua jenis BBM

Bersubsidi yaitu, minyak tanah harganya tidak berubah tetap pada harga Rp

2.500 per liter termasuk PPN, dan kedua minyak solar, cara penetapannya

adalah dibuat formula yang terdiri dari harga dasar ditambah dengan PPN

ditambah pajak bahan bakar kendaraan bemotor dikurangi dengan subsidi

sebesar Rp. 1000. Apabila harga keekonomian solar naik atau turun maka

harga subsidi akan naik turun.

BBM Penugasan adalah BBM bukan bersubsidi yang harus

didistribusikan ke wilayah-wilayah sudah ditentukan yang terkadang jauh/sulit

sehingga memerlukan effort dari pemerintah, maka disebutnya sebagai BBM

khusus penugasan. Kebijakan harga BBM Khusus penugasan ditetapkan

dengan formula harga dasar ditambah dengan Pajak Pertambahan Nilai

(PPN) dan Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor (PBBKB) ditambah

dengan biaya distribusi yang akan diberikan kepada badan usaha yang

melaksanakan distribusi besarnya 2%.

Page 16: Laporan Akhir - bppp.kemendag.go.idbppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/ANALISIS_KEBIJAKAN... · mempengaruhi Inflasi (teori), kebijakan Pemerintah di Indonesia, pentingnya inflasi

Puska Dagri, BP2KP, Kementerian Perdagangan 9

Sedangkan, BBM Umum adalah BBM yang harganya akan mengikuti

harga keekonomian pasar dan formula harga jualnya juga ditetapkan oleh

pemerintah. Harga BBM Umum juga ditetapkan dengan formula, harga dasar

ditambah dengan PPN ditambah dengan PBBKP ditambah dengan margin

badan usaha. Karena ini adalah berkaitan dengan harga keekonomian, maka

diserahkan sepenuhnya pada badan usaha, namun tetap berpedoman pada

formula dari pemerintah. Pemerintah tidak ingin kompetisi antar badan usaha

tidak sehat, karena itu diberi margin minimal 5% dan margin maksimal 10%.

Sementara itu, harga dasar ditetapkan oleh pemerintah. Harga dasar ini

meliputi biaya perolehan, biaya distribusi, ditambah biaya penyimpanan serta

margin. Disinilah instrumen pemerintah untuk mengatur harga. Perhitungan

harga dasar menggunakan rata-rata harga indeks pasar dan nilai tukar

Rupiah terhadap Dollar Amerika dengan kurs beli Bank Indonesia periode

tanggal 25 sampai dengan tanggal 24 pada periode bulan sebelumnya.

Selain itu, PBBKB untuk jenis BBM tertentu bersubsidi dan BBM

khusus penugasan adalah 5%, sedangkan BBM Umum ditetapkan oleh

Pemerintah Daerah dengan patokan maksimal 10%. Hal ini dilakukan untuk

mendorong agar antar Pemerintah Daerah berkompetisi, kalau daerah ingin

harga BBMnya lebih murah maka PBBKBnya dapat dibuat lebih rendah.

Sehingga diharapkan dapat mendorong Pemerintah Daerah membangun

daya saing di masing-masing daerahnya.

2.2.2 Kebijakan Tarif Dasar Listrik (TDL)

Energi listrik telah menjadi kebutuhan pokok dalam kehidupan modern

manusia, tanpa listrik aktivitas menjadi lumpuh. Hampir seluruh aspek

kehidupan akan terpengaruh termasuk roda pemerintahan dan perekonomian

secara khusus bisa terganggu bila tidak ada listrik, hampir seluruh aktivitas

kehidupan modern sangat bergantung pada listrik. Menyadari hal tersebut,

Pemerintah terus berupaya menyediakan pasokan listrik kepada masyarakat.

PT PLN (Persero) yang menjadi perpanjangan tangan Pemerintah dalam

menyediakan listrik bagi masyarakat harus terus meningkatkan kapasitasnya

Page 17: Laporan Akhir - bppp.kemendag.go.idbppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/ANALISIS_KEBIJAKAN... · mempengaruhi Inflasi (teori), kebijakan Pemerintah di Indonesia, pentingnya inflasi

Puska Dagri, BP2KP, Kementerian Perdagangan 10

agar mampu mengimbangi tingginya pertumbuhan permintaan listrik di

Indonesia.

Kebutuhan listrik nasional rata-rata tumbuh sekitar 8 – 9 % per tahun.

Angka ini berarti bahwa setiap tahun harus ada tambahan sekitar 5.700 MW

kapasitas pembangkit baru. Hal ini menjadi tantangan besar bagi Pemerintah

dalam penyediaan listrik karena dibutuhkan dana yang begitu besar dalam

investasi infrastruktur ketenagalistrikan, mulai dari pembangunan

pembangkit-pembangkit baru, jaringan transmisi, dan hingga jaringan

distribusi agar listrik dapat disalurkan hingga ke konsumen. Tantangan

berikutnya adalah bahwa kenyataan rasio elektrifikasi yang baru mencapai

sekitar 80,5%, artinya masih ada sekitar 19,5% masyarakat belum memiliki

akses terhadap listrik sehingga tidak dapat menikmati listrik. Tantangan besar

lainnya adalah kebutuhan subsidi listrik yang terus meningkat jumlahnya

seiring dengan pertumbuhan kebutuhan listrik yang dipicu oleh pertumbuhan

ekonomi dan pertumbuhan jumlah penduduk yang relatif tinggi.

Subsidi listrik yang harus ditanggung oleh Pemerintah dalam belanja

APBN terus meningkat, dimana pada tahun 2013, jumlah subsidi listrik naik

mencapai Rp 101,21 triliun. Padahal pada era tahun 2000-2004, subsidi listrik

hanya berkisar Rp 3,3 triliun. Ini artinya subsidi listrik mengalami laju

peningkatan yang luar biasa, lebih dari 30 kali lipat. Untuk itu diperlukan

upaya pengendalian subsidi listrik agar anggaran yang seharusnya dapat

digunakan untuk pembangunan yang lebih bermanfaat bagi masyarakat tidak

mampu, terus menerus tersedot oleh belanja subsidi listrik.

Pada dasarnya subsidi listrik adalah selisih antara harga jual/tarif listrik

dengan biaya produksinya. Saat ini masih terdapat selisih yang jauh antara

biaya produksi dengan harga jualnya ke konsumen. Sebagai gambaran, data

realisasi tahun 2013, rata-rata BPP tenaga listrik sebesar Rp.1.289/kWh,

dengan margin 7% menjadi sebesar Rp. 1.379/kWh, sementara harga jual

rata-rata (tarif) yang dibayar oleh pelanggan hanya sebesar Rp.819/kWh,

sehingga ada selisih sebesar Rp. 560/kWh. Untuk menutup selisih ini, pada

Page 18: Laporan Akhir - bppp.kemendag.go.idbppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/ANALISIS_KEBIJAKAN... · mempengaruhi Inflasi (teori), kebijakan Pemerintah di Indonesia, pentingnya inflasi

Puska Dagri, BP2KP, Kementerian Perdagangan 11

tahun 2013, Pemerintah harus membayar selisih tersebut dalam bentuk

subsidi kepada PT PLN (Persero), besarnya mencapai Rp. 101,21 triliun,

untuk menjaga agar PLN dapat terus beroperasi menyediakan pasokan

listrik.

Kebijakan subsidi listrik diawali pada tahun 2000 dengan bentuk

“corporate cash flow subsidy” atau defisit arus kas yaitu Pemerintah

memberikan selisih antara biaya operasional PLN dalam penyediaan tenaga

listrik dengan pendapatan tarif listrik yang diperoleh dari pelanggan PLN agar

PLN tidak merugi. Kemudian pada tahun 2001 hingga tahun 2004 kebijakan

subsidi listrik diganti menjadi subsidi konsumen terarah, yaitu hanya

pelanggan dengan daya sampai dengan 450 VA yang diberikan subsidi,

itupun hanya penggunaan 60 kWh pertama. Dengan adanya gejolak

memburuknya kondisi perekonomian nasional pada tahun 2005, dimana

terjadi terjadi pelemahan nilai tukar Rupiah dan naiknya harga minya dunia

yang mempengaruhi kemampuan ekonomi masyarakat. Tentunya hal ini

menyebabkan biaya penyediaan listrik akan membengkak yang

menyebabkan harga jual listrik semestinya harus dinaikkan untuk

mengimbangi. Namun untuk menjaga agar masyarakat dapat membeli listrik

dengan harga yang terjangkau maka Pemerintah mengubah kebijakan

subsidi listrik menjadi subsidi konsumen diperluas. Dengan subsidi konsumen

diperluas ini maka seluruh konsumen yang tarif listrik nya masih dibawah

biaya penyediaannya wajib diberikan subsidi listrik oleh Pemerintah.

Kebijakan ini yang terus berlangsung hingga saat ini dan menjadi beban

keuangan Negara, dikarenakan jumlah subsidi yang terus membengkak (

Gambar 2.1 ).

Page 19: Laporan Akhir - bppp.kemendag.go.idbppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/ANALISIS_KEBIJAKAN... · mempengaruhi Inflasi (teori), kebijakan Pemerintah di Indonesia, pentingnya inflasi

Puska Dagri, BP2KP, Kementerian Perdagangan 12

Gambar 2.1 Perkembangan subsidi listrik tahun 2000 – 2013

Untuk menjaga keuangan Negara, Pemerintah melakukan perubahan

arah kebijakan. Subsidi listrik tidak boleh terus menggerus keuangan Negara.

Untuk itu perlu suatu upaya bagaimana beban subsidi listrik ini dapat

dikendalikan bahkan dikurangi secara bertahap. Apalagi mengingat bahwa

subsidi listrik sesuai amanat Undang-undang No.30 Tahun 2007 tentang

Energi maupun Undang-Undang No.30 Tahun 2009 tentang

Ketenagalistrikan hanya untuk kelompok masyarakat yang tidak mampu.

Berdasarkan hal-hal tersebut, maka pada tahun 2013, dengan

meminta persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR-RI)

dalam pembahasan APBN Tahun 2013, maka Pemerintah melakukan

penyesuaian tarif tenaga listrik dengan kenaikan rata-rata sebesar 15%

melalui penyesuaian secara bertahap untuk periode triwulanan (4 kali dalam

setahun). Pemerintah melakukan penyesuaian di tahun 2014 untuk

penghapusan subsidi bagi 4 (empat) golongan pelanggan, yaitu:

Page 20: Laporan Akhir - bppp.kemendag.go.idbppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/ANALISIS_KEBIJAKAN... · mempengaruhi Inflasi (teori), kebijakan Pemerintah di Indonesia, pentingnya inflasi

Puska Dagri, BP2KP, Kementerian Perdagangan 13

1. Pelanggan Rumah Tangga Besar (R-3, daya 6.600 VA ke atas), contoh:

rumah mewah.

2. Pelanggan Bisnis Menengah (B-2, daya 6.600 VA s.d 200 kVA), contoh:

hotel bintang 3, kantor perbankan, restoran besar.

3. Pelanggan Bisnis Besar (B-3, daya diatas 200 kVA), contoh: Shopping

Center/Mall, Hotel bintang 4, hotel bintang 5, taman hiburan dan

rekreasi komersil, stasiun TV swasta.

4. Pelanggan Kantor Pemerintah sedang (P-1, daya 6.600 VA s.d 200

kVA), contoh: Kantor Pemerintah dan Pemerintah Daerah.

Pada tahun 2014, dalam rangka mengurangi beban subsidi listrik

Pemerintah kembali mengusulkan penghapusan subsidi listrik untuk

pelanggan listrik golongan industri besar I-4 daya diatas 30.000 kVA dan

industri menengah I-3 go public daya diatas 200 kVA. Pada awalnya,

kebijakan penghapusan subsidi sekaligus terhadap kedua pelanggan

tersebut mendapat persetujuan, yang berarti bahwa tarifnya langsung

dinaikkan ke tarif keekonomiannya yang dilakukan secara bertahap 4 x 2

bulanan.

Seiring dengan adanya perubahan kurs yang melonjak tinggi, dari

asumsi APBN 2014 yaitu Rp. 10.500/USD menjadi Rp.11.600/USD dalam

APBN-P 2014, maka Pemerintah kembali mengusulkan penghapusan subsidi

listrik untuk 6 (enam) golongan pelanggan, yaitu:

1. Industri I-3 non go public (daya diatas 200 kVA), melalui kenaikan tarif

listrik secara bertahap rata-rata 11,57% setiap dua bulan,

2. Rumah Tangga R-1 (daya 1.300 VA), melalui kenaikan tarif listrik secara

bertahap rata-rata 11,36% setiap dua bulan,

3. Rumah Tangga R-1 (daya 2.200 VA), melalui kenaikan tarif listrik secara

bertahap rata-rata 10,43% setiap dua bulan,

4. Rumah Tangga R-2 (daya 3.500 VA s.d 5.500 VA), melalui kenaikan

tarif listrik secara bertahap rata-rata 5,70 % setiap dua bulan,

Page 21: Laporan Akhir - bppp.kemendag.go.idbppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/ANALISIS_KEBIJAKAN... · mempengaruhi Inflasi (teori), kebijakan Pemerintah di Indonesia, pentingnya inflasi

Puska Dagri, BP2KP, Kementerian Perdagangan 14

5. Pemerintah P-2 (daya diatas 200 kVA), melalui kenaikan tarif listrik

secara bertahap rata-rata 5,36 % setiap dua bulan,

6. Penerangan Jalan Umum P-3, melalui kenaikan tarif listrik secara

bertahap rata-rata 10,69% setiap dua bulan,

yang diberlakukan mulai 1 Juli 2014 sampai dengan Desember 2014.

Kebijakan Pemerintah mengurangi subsidi listrik dengan penyesuaian

TTL masih disambut negatif oleh berbagai kalangan. Namun demikian tidak

selalu harus dipandang negatif, penyesuaian TTL juga memberi dampak

positif, antara lain:

Selama ini masyarakat pelanggan listrik dimanjakan dengan tarif listrik

yang disubsidi, mengakibatkan penggunaan listrik yang cenderung

boros, dan sulit sekali diajak untuk hemat listrik. Dengan disesuaikannya

tarif listrik pelanggan tersebut menjadi tarif listrik non subsidi, tentu akan

memaksa pengguna dengan sendirinya untuk lebih berhemat

menggunakan listrik, jika dia tidak mau membayar tagihan yang besar.

Dengan adanya penghematan di sisi konsumen, tentu turut mengurangi

tenaga listrik yang harus disediakan/dibangkitkan, terutama yang

dibangkitkan dengan membakar BBM di pembangkit listrik, dan ini akan

mengurangi biaya produksi listrik, dan pada akhirnya juga mengurangi

subsidi listrik;

Dengan adanya penghapusan subsidi listrik bagi pelanggan industri

menengah I-3 daya di atas 200 kVA dan industri besar I-4 daya 30.000

kVA ke atas akan merangsang pelanggan industri tersebut untuk

mengusahakan kebutuhan listriknya sendiri dengan biaya yang lebih

murah dibandingkan dengan membeli dari PLN.

Subsidi listrik yang dihemat dapat dialihkan oleh Pemerintah untuk

membangun infrastruktur listrik di Indonesia dalam rangka

meningkatkan rasio elektrifikasi yang saat ini baru mencapai 80,51%,

Page 22: Laporan Akhir - bppp.kemendag.go.idbppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/ANALISIS_KEBIJAKAN... · mempengaruhi Inflasi (teori), kebijakan Pemerintah di Indonesia, pentingnya inflasi

Puska Dagri, BP2KP, Kementerian Perdagangan 15

sehingga semakin banyak lagi daerah-daerah yang bisa menikmati

listrik.

2.2.3 Kebijakan Harga Pangan

Sistim perdagangan pangan dunia yang semakin terbuka atau pasar

bebas menyebabkan harga produk pangan di dalam negeri ikut terpengaruh

oleh situasi dan kondisi harga internasional. Kondisi tersebut dan berbagai

masalah ketersediaan dan distribusi, menyebabkan harga komoditas pangan,

terutama pangan strategis seperti beras, kedelai, daging sapi, cabai dan

bawang merah menjadi berfluktuasi. Indonesia sebagai negara agraris

menghasilkan berbagai macam produk pangan strategis, bahkan untuk

komoditas tertentu sudah surplus.

Agar produksi pangan dapat berkelanjutan, dan kebutuhan pangan

masyarakat dapat terpenuhi, pemerintah harus melindungi masyarakat dan

petani dari gejolak harga, seperti harga jatuh pada saat panen raya, dan

harga melambung pada saat di luar panen. Salah satu upaya yang dilakukan

pemerintah adalah dengan kebijakan stabilisasi harga pangan agar petani

sebagai produsen mendapatkan hasil yang menguntungkan, dan masyarakat

sebagai konsumen mampu membeli bahan pangan dengan harga yang

terjangkau.

Kebijakan stabilisasi harga pangan berperan dalam memantapkan

ketahanan pangan, ketahanan ekonomi dan ketahanan/stabilitas politik

nasional. Pengalaman Tahun 1996 dan Tahun 1998 membuktikan bahwa

terjadinya goncangan ekonomi yang kemudian berubah menjadi krisis politik,

terjadi karena harga pangan melonjak drastis dalam jangka waktu yang

pendek. Untuk menghindari terulangnya kejadian tersebut, pemerintah

berupaya merumuskan kebijakan stabilitas harga pangan yang komprehensif

dan dapat merespon beberapa perubahan lingkungan strategis seperti

dinamika ekonomi global dan perubahan sistem manajemen pemerintahan

agar krisis ekonomi dan krisis politik tidak terulang kembali.

Page 23: Laporan Akhir - bppp.kemendag.go.idbppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/ANALISIS_KEBIJAKAN... · mempengaruhi Inflasi (teori), kebijakan Pemerintah di Indonesia, pentingnya inflasi

Puska Dagri, BP2KP, Kementerian Perdagangan 16

Secara umun, kebijakan harga pangan meliputi kebijakan perberasan

(Harga Pembelian Pemerintah/HPP), kebijakan stabilisasi harga kedelai

(SHK), pemantauan harga pangan pokok pada hari-hari besar keagamaan

dan nasional (HBKN), prognosa ketersediaan dan kebutuhan pangan

strategis, serta kebijakan Rekomendasi Impor Produk Hortikultura (RIPH).

Secara rinci perumusan kebijakan dan stabilisasi harga tersebut diuraikan di

bawah ini:

Penetapan Harga Pembelian Pemerintah (HPP) Gabah/Beras

Salah satu masalah klasik yang sering dialami petani padi adalah

anjloknya harga jual gabah/beras pada saat panen raya, dan meningkatnya

harga pada saat diluar panen. Kondisi tersebut menyebabkan petani menjadi

rugi dan usahatani padi tidak menguntungkan. Selain itu, kenaikan harga

beras dapat menimbulkan gejolak sosial mengingat beras merupakan

makanan pokok masyarakat Indonesia. Oleh karena itu, pemerintah

berupaya membuat regulasi/kebijakan perberasan agar gabah/beras petani

dibeli dengan harga tertentu yang bisa memberikan keuntungan yang layak

bagi petani. Selain itu, beras dijual ke masyarakat/konsumen diatur dengan

harga tertentu sehingga masyarakat mampu mengakses dalam batas wajar.

Kebijakan tersebut dikenal dengan istilah Harga Pembelian Pemerintah

(HPP) procurement price policy.

Penetapan HPP dilakukan dalam rangka meningkatkan pendapatan

petani, pengembangan ekonomi pedesaan, stabilitas ekonomi nasional,

peningkatan ketahanan pangan, dan dalam rangka pengadaan cadangan

pangan. Selain itu juga untuk mendukung peningkatan produktivitas petani

padi dan produksi beras nasional. HPP gabah yang ditetapkan pemerintah

diharapkan menjadi “semacam harga minimum” (floor price) yang berfungsi

sebagai referensi harga (price reference) bagi petani dan pedagang yang

melakukan transaksi jual-beli gabah/beras.

Penetapan HPP gabah/beras pertama kali dilakukan pada tahun 2002

yang dituangkan melalui Instruksi Presiden No. 9 Tahun 2002. Sampai tahun

Page 24: Laporan Akhir - bppp.kemendag.go.idbppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/ANALISIS_KEBIJAKAN... · mempengaruhi Inflasi (teori), kebijakan Pemerintah di Indonesia, pentingnya inflasi

Puska Dagri, BP2KP, Kementerian Perdagangan 17

2012, sudah 8 (delapan) kali ditetapkan kebijakan HPP gabah/beras untuk

menyesuaikan situasi perberasan dalam negeri, terutama akibat

perkembangan harga yang terus meningkat dari tahun ke tahun. Selama

periode tersebut, kenaikan HPP Gabah Kering Panen (GKP) berkisar 8-30

persen atau rata-rata 15,43 persen per tahun, kenaikan HPP Gabah Kering

Giling (GKG) berkisar 4-27 persen atau rata-rata 13,82 persen per tahun, dan

HPP beras berkisar 0-30 persen atau rata-rata 15,90 persen per tahun.

Beberapa hal yang mendasari perubahan kebijakan HPP antara lain

penyesuaian harga bahan bakar minyak (BBM), seperti kejadian pada

tanggal 1 Oktober 2005 terjadi kenikan solar sebesar 124 persen yang

berdampak sangat besar terhadap kinerja sektor pertanian. Untuk

mempertahankan profitabilitas usahatani padi agar usaha tani padi

menguntungkan (minimal 30 persen), pemerintah mengeluarkan kebijakan

perberasan baru melalui Inpres No. 13/2005 yang menaikan HPP

gabah/beras.

Faktor lain yang menyebabkan perubahan HPP adalah harga

gabah/beras di pasaran yang jauh lebih tinggi dibanding HPP, seperti pada

akhir Tahun 2006 sampai awal 2007, harga gabah/beras sekitar 40-60

persen di atas HPP. Hal ini menyebabkan Bulog tidak dapat memenuhi target

pengadaan gabah/beras pemerintah, sehingga pemerintah kembali

mengeluarkan kebijakan perberasan melalui Inpres No. 3 Tahun 2007. Selain

itu, tingginya harga beras dunia yang terjadi karena berbagai masalah di

negara-negara produsen, seperti bencana alam dan tingginya harga minyak

juga menjadi salah satu pertimbangan perubahan kebijakan HPP.

Kenaikan Harga Eceran Tertinggi (HET) pupuk subsidi pada April 2010

yang berdampak pada tingginya usahatani padi, juga menjadi salah satu

alasan pemerintah kembali menaikkan HPP sebesar 10 persen dengan

mengeluarkan Inpres No. 7 Tahun 2009 yang mulai diberlakukan pada

Januari 2010. Diharapkan dengan penyesuaian HPP tersebut, pendapatan

Page 25: Laporan Akhir - bppp.kemendag.go.idbppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/ANALISIS_KEBIJAKAN... · mempengaruhi Inflasi (teori), kebijakan Pemerintah di Indonesia, pentingnya inflasi

Puska Dagri, BP2KP, Kementerian Perdagangan 18

petani tidak menurun dan peningkatan produksi beras nasional tidak

terganggu.

Selama Tahun 2002 – 2004, harga Gabah Kering Panen (GKP) di

tingkat petani masih berada di bawah HPP (antara 41,6 – 66,67 persen),

namun sejak Tahun 2005 – 2012, harga GKP selalu berada di atas HPP,

yaitu pada kisaran 4,4 – 36,20 persen di atas HPP, seperti terlihat pada

Gambar 1. Dengan demikian kenaikan HPP GKP berdampak positif dalam

meningkatkan harga aktual GKP petani dengan persentase yang jauh lebih

tinggi, baik pada bulan-bulan panen raya (Maret-April) maupun tahunan. Hal

ini menunjukkan kenaikan harga aktual GKP di tingkat petani berdampak

langsung terhadap keuntungan usahatani padi.

Di tingkat konsumen, kebijakan perberasan dengan penetapan HPP

juga dinilai cukup efektif mengendalikan harga beras dalam negeri. Pada

Januari 2008, dunia internasional sedang mengalami krisis pangan yang

menyebabkan harga komoditas pangan penting seperti beras, jagung,

kedelai dan gandum melonjak tajam. Melonjaknya harga beras dunia pada

periode tersebut tidak mempengaruhi harga beras dalam negeri.

Stabilisasi Harga Kedelai (SHK)

Kedelai merupakan salah satu komoditas pangan yang sangat

strategis karena merupakan bahan baku tahu dan tempe yang merupakan

sumber lauk-pauk utama sebagian besar penduduk Indonesia. Bahkan pada

tahun 60-an, bangsa Indonesia dikenal sebagai bangsa tempe, karena

tingginya konsumsi masyarakat pada komoditas tempe.

Kebutuhan kedelai dari tahun ke tahun semakin meningkat, namun

Indonesia mengalami berbagai permasalahan seperti ketersediaan dalam

negeri yang belum mencukupi, rata-rata baru mencapai sekitar 40 persen

sehingga untuk memenuhi kekurangannya melalui impor. Selain itu, tata

niaga kedelai yang didominasi pengusaha importir sering berdampak pada

instabilitas harga kedelai di tingkat masyarakat, baik produsen dalam hal ini

pengrajin tahu dan tempe, maupun konsumen atau masyarakat luas.

Page 26: Laporan Akhir - bppp.kemendag.go.idbppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/ANALISIS_KEBIJAKAN... · mempengaruhi Inflasi (teori), kebijakan Pemerintah di Indonesia, pentingnya inflasi

Puska Dagri, BP2KP, Kementerian Perdagangan 19

Ketergantungan kedelai terhadap produk impor juga berpengaruh terhadap

harga di dalam negeri akibat fluktuasi harga kedelai di pasar internasional.

Kondisi tersebut menyebabkan kedelai berpengaruh terhadap perubahan

inflasi.

Selama periode 2002-2012, harga kedelai dalam negeri baik kedelai

lokal ataupun kedelai eks-impor terus mengalami kenaikan dari tahun ke

tahun dengan perubahan kenaikan sekitar 11,46 persen per tahun seperti

terlihat pada Gambar 3. Lonjakan kenaikan harga kedelai yang sangat

signifikan terjadi pada tahun 2008, sebesar 58,41 persen dari Rp 5.389/kg

menjadi Rp 8.536/kg, yang diakibatkan kenaikan harga kedelai di pasar

internasional sebesar 48,16 persen.

Melihat berbagai permasalahan seperti di atas, pemerintah mengambil

langkah-langkah penanganan terhadap stabilitas dan pengendalian harga

kedelai agar ketersediaan dan fluktuasi harga kedelai tidak menganggu

stabilitas masyarakat. Seperti tahun 2008, untuk menurunkan harga kedelai

dalam negeri, pemerintah membebaskan kebijakan bea masuk kedelai impor

pada tahun 2008 dan menggalakan petani untuk menanam kedelai dengan

memberikan subsidi.

Mengingat kedelai merupakan komoditas strategis, dan banyaknya

permasalahan dalam penanganannya, sejak tahun 2002 pemerintah telah

berupaya untuk menjaga stabilitas harga kedelai. Pada tahun 2003

pemerintah telah menargetkan untuk tahun 2006 tidak akan melakukan impor

kedelai terutama untuk kebutuhan industri, namun harus dipenuhi dari dalam

negeri agar harga jual kedelai petani tidak jatuh. Untuk melindungi produsen

lokal agar harga kedelai lebih murah, pada Tahun 2005 bea masuk kedelai

impor ditetapkan 10 persen, jauh lebih rendah dari usulan sekitar 30 persen.

Pada Tahun 2008, pemerintah mengeluarkan kebijakan untuk

menekan gejolak harga kedelai impor, yaitu bea masuk dibebaskan, PPh

impor turun dari 2,5 persen ke 0,5 persen, dan pemberian subsidi bagi bahan

baku kedelai Rp 1.000/kg selama 6 bulan. Selain itu, mengingat produksi

Page 27: Laporan Akhir - bppp.kemendag.go.idbppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/ANALISIS_KEBIJAKAN... · mempengaruhi Inflasi (teori), kebijakan Pemerintah di Indonesia, pentingnya inflasi

Puska Dagri, BP2KP, Kementerian Perdagangan 20

nasional kedelai masih rendah, pemerintah menargetkan alokasi dana Rp 1

triliun bagi pengembangan kedelai nasional yang akan digunakan untuk

peningkatan produksi nasional kedelai menjadi 1 juta ton, dan pemberian

bibit paritas unggul pagi petani.

Sampai tahun 2012, produksi kedelai dalam negeri masih belum

mencukupi kebutuhan nasional, sehingga pemenuhanya dilakukan melalui

impor. Namun demikian, kebijakan tersebut berdampak pada gejolak harga di

tingkat masyarakat. Harga jual kedelai petani biasanya anjlok pada saat

panen raya akibat harga kedelai impor yang jauh lebih murah. Sedangkan

pada saat tidak panen, harga jual kedelai ke pengrajin sangat mahal

sehingga berdampak pada naiknya harga tahu dan tempe yang ujungnya

berdampak pada terganggunya daya beli masyarakat.

Pada Tahun 2013, Pemerintah mengeluarkan kebijakan Program

Stabilisasi Harga Kedelai (Program SHK) yang bertujuan untuk stabilisasi

harga kedelai di tingkat petani dan di tingkat pengrajin secara bersamaan.

Hal ini dilakukan mengingat sejak bulan Agustus 2012, harga kedelai dalam

negeri melonjak tinggi dan sulit dikendalikan sehingga menimbulkan gejolak

dimasyarakat. Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian terlibat

langsung dalam penyusunan kebijakan Program SHK, dari mulai proses

penyusunan peraturan, hingga mekanisme pelaksanaan kebijakan, termasuk

di dalamnya dalam penentuan harga beli kedelai di tingkat petani.

Kebijakan SHK ditetapkan pada tanggal 28 Mei 2013 melalui

Peraturan Menteri Perdagangan No.23/2013 tentang program Stabilisasi

Harga Kedelai yang merupakan implementasi dari Perpres No.32/2013

tentang Penugasan Kepada Perum Bulog untuk Pengamanan Harga dan

Penyaluran Kedelai. Melalui program stabilisasi harga kedelai, pemerintah

berupaya mengatur tata niaga kedelai melalui pembelian kedelai petani

dengan harga tertentu sehingga petani mendapat keuntungan yang layak,

dan menjual kedelai kepada pengrajin tahu/tempe dengan harga tertentu

sehingga harga jual produk terjangkau masyarakat. Untuk mendukung

Page 28: Laporan Akhir - bppp.kemendag.go.idbppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/ANALISIS_KEBIJAKAN... · mempengaruhi Inflasi (teori), kebijakan Pemerintah di Indonesia, pentingnya inflasi

Puska Dagri, BP2KP, Kementerian Perdagangan 21

pelaksanaan kebijakan ini, pemerintah juga telah mengeluarkan peraturan

tentang Penetapan Harga Pembelian/Penjualan Kedelai Petani melalui

Permendag No.25/2013.

Di dalam Program SHK, Harga Pembelian Kedelai Petani yang

selanjutnya disebut HBP Kedelai adalah harga acuan pembelian kedelai di

tingkat petani yang ditetapkan sebesar Rp 7.000/kg. HBP kedelai tersebut

berlaku untuk masa panen raya triwulan III periode 1 Juli sampai dengan 30

September 2013. Sementara harga penjualan kedelai di tingkat pengrajin

tahu/tempe disebut HJP kedelai berlaku 1 bulan, ditetapkan sebesar Rp

7.450/kg berlaku untuk bulan Juli 2013, dan Rp.7.700/kg untuk bulan Agustus

2013, dan akan ditinjau kembali untuk bulan selanjutnya. Apabila masa

berlaku telah lewat, tetapi penetapan HJP yang baru belum ditetapkan, maka

HJP kedelai yang berlaku masih sama dengan harga sebelumnya.

Prognosa Kebutuhan dan Ketersediaan Pangan

Upaya penyediaan pangan memerlukan perencanaan yang matang

dimulai dari perencanaan produksi, pengolahan, sampai dengan

distribusinya. Upaya tersebut memerlukan waktu dan proses yang panjang

serta melibatkan banyak pihak. Penyusunan prognosa tersebut harus

dilakukan secara tepat dan akurat agar perencanaan dan kebijakan yang

diambil juga tepat sasaran.

Prognosa kebutuhan dan ketersediaan pangan sudah dimulai sejak

tahun 2002. Prognosa tersebut merupakan informasi tentang kondisi

kebutuhan dan ketersediaan pangan yang disusun dalam format bulanan.

Pada awalnya penyusunan prognosa bertujuan untuk sosialisasi dan

informasi perkiraan kondisi ketersediaan dan kebutuhan pangan menjelang

Hari-hari Besar Keagamaan dan Nasional (HBKN). Bagi masyarakat,

informasi tersebut diharapkan dapat dijadikan acuan untuk mengantisipasi,

mencari alternatif bahan pangan dan mengatur tingkat konsumsi dalam

mengatasi kebutuhan pangan yang relatif meningkat pada periode menjelang

HBKN. Bagi pemerintah, informasi tersebut diperlukan untuk mengambil

Page 29: Laporan Akhir - bppp.kemendag.go.idbppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/ANALISIS_KEBIJAKAN... · mempengaruhi Inflasi (teori), kebijakan Pemerintah di Indonesia, pentingnya inflasi

Puska Dagri, BP2KP, Kementerian Perdagangan 22

langkah-langkah antisipasi menjaga stabilitas pasokan bahan pangan pokok

dalam menghadapi HBKN agar volumenya mencukupi dengan harga yang

tidak melonjak terlalu tinggi. Dengan berjalannya waktu, penyusunan

prognosa mempunyai tujuan yang lebih luas lagi yaitu prognosa kebutuhan

dan ketersediaan pangan dijadikan acuan dalam menentukan sasaran

produksi, penyediaan pasokan impor, dan perumusan langkah-langkah

antisipasi pemenuhan kebutuhan selama 1 (satu) tahun.

Selama tahun 2005-2010, perhitungan prognosa kebutuhan dan

ketersediaan pangan dilakukan pada 9 komoditas strategis yang pada hari-

hari besar keagamaan mengalami gejolak harga dan mengalami peningkatan

kebutuhan konsumen, yaitu beras, kacang tanah, gula pasir, minyak goreng,

cabai merah, bawang merah, daging sapi, daging ayam dan telur ayam. Pada

tahun 2011, meningkat menjadi 10 komoditas dengan penambahan

komoditas jagung, dan mulai tahun 2012 menjadi 12 komoditas dengan

penambahan kedelai dan cabai (cabai rawit dan cabai besar).

Dalam beberapa tahun terakhir ini, prognosa kebutuhan dan

ketersediaan bahan pangan sudah menjadi bahan utama dalam rapat

koordinasi kebijakan stabilisasi harga pangan, baik dalam rapat teknis

maupun rapat terbatas di Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian.

Selain itu, prognosa kebutuhan dan ketersediaan pangan juga menjadi acuan

dalam pemberian rekomendasi impor oleh Kementerian Pertanian yang

digunakan untuk memperoleh surat penerbitan impor (SPI) oleh Kementerian

Perdagangan.

Penyusunan prognosa kebutuhan dan ketersediaan pangan pokok

minimal disusun berdasarkan kebutuhan dan angka sasaran produksi

(prognosa I). Selanjutnya prognosa tersebut akan dievaluasi dan

disempurnakan sesuai dengan perubahan angka prognosa produksi (BPS),

angka realisasi produksi (Ditjen teknis), ekspor dan impor. Beberapa tahapan

penyusunan prognosa, yaitu: (a) Revisi I: Prognosa kebutuhan dan

ketersediaan pangan yang didasarkan pada prognosa produksi BPS (Maret-

Page 30: Laporan Akhir - bppp.kemendag.go.idbppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/ANALISIS_KEBIJAKAN... · mempengaruhi Inflasi (teori), kebijakan Pemerintah di Indonesia, pentingnya inflasi

Puska Dagri, BP2KP, Kementerian Perdagangan 23

April); (b) Revisi II: Prognosa kebutuhan dan ketersediaan pangan yang

didasarkan pada ARAM I BPS (Juli-Agustus); dan (c) Revisi III: Prognosa

kebutuhan dan ketersediaan pangan yang didasarkan pada ARAM II BPS

(November).

Pemantauan Harga Hari-Hari Besar Keagamaan dan Nasional (HBKN)

Indonesia adalah negara yang sangat beragam, baik dari aspek

budaya, sosial dan agama, serta pendirian bangsa yang penuh dengan latar

belakang historis. Hal tersebut menyebabkan banyaknya hari-hari besar

keagamaan dan nasional (HBKN) seperti Puasa, Idul Fithri, Idul Adha, Natal

dan lainnya. Kultur budaya sebagian besar masyarakat Indonesia dalam

menyambut dan merayakan HBKN umumnya membutuhkan bahan pangan

dalam jumlah yang lebih banyak dibanding hari biasa. Kondisi ini

menyebabkan tidak seimbangnya permintaan masyarakat dengan

ketersediaan yang ada dalam periode tertentu. Hal tersebut mengakibatkan

fluktuasi harga yang cukup tinggi pada hampir semua komoditas pangan.

Sejak tahun 2002-2012, secara umum kondisi harga pangan nasional

cenderung berfluktuasi dan naik setiap tahunnya. Fluktuasi harga disebabkan

adanya kenaikan permintaan menjelang HBKN seperti Idul Fitri, Idul Adha

dan Natal, serta dampak dari kenaikan harga di pasar internasional.

Kebijakan pemerintah seperti kenaikan harga BBM juga berpengaruh

terhadap instabilitas harga. Sebagai contoh, pada pertengah tahun 2012

terjadi kenaikan harga BBM pada saat menjelang bulan puasa. Hal ini

berdampak pada peningkatan harga bahan pangan pada hampir semua

komoditas, terutama cabai, bawang merah, dan daging sapi yang membuat

gejolak di masyarakat. Pemerintah mengantisipasi gejolak harga pada saat

dan menjelang HBKN antara lain melalui pemantauan harga di pasar-pasar,

baik pasar modern maupun tradisional untuk mengetahui kondisi riil serta

upaya antisipasi kenaikan harga pangan.

Page 31: Laporan Akhir - bppp.kemendag.go.idbppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/ANALISIS_KEBIJAKAN... · mempengaruhi Inflasi (teori), kebijakan Pemerintah di Indonesia, pentingnya inflasi

Puska Dagri, BP2KP, Kementerian Perdagangan 24

2.3 Pentingnya Pengendalian Inflasi dalam Perekonomian

Kestabilan inflasi merupakan prasyarat bagi pertumbuhan ekonomi

yang berkesinambungan yang pada akhirnya memberikan manfaat bagi

peningkatan kesejahteraan masyarakat. Pentingnya pengendalian inflasi

didasarkan pada pertimbangan bahwa inflasi yang tinggi dan tidak stabil

memberikan dampak negatif kepada kondisi sosial ekonomi masyarakat.

Dampak negatif inflasi tersebut adalah pertama, inflasi yang tinggi akan

menyebabkan pendapatan riil masyarakat akan terus turun sehingga standar

hidup dari masyarakat turun dan akhirnya menjadikan semua orang, terutama

orang miskin, bertambah miskin. Kedua, inflasi yang tidak stabil akan

menciptakan ketidakpastian (uncertainty) bagi pelaku ekonomi dalam

mengambil keputusan. Pengalaman empiris menunjukkan bahwa inflasi yang

tidak stabil akan menyulitkan keputusan masyarakat dalam melakukan

konsumsi, investasi, dan produksi, yang pada akhirnya akan menurunkan

pertumbuhan ekonomi. Ketiga, tingkat inflasi domestik yang lebih tinggi

dibanding dengan tingkat inflasi di negara tetangga menjadikan tingkat bunga

domestik riil menjadi tidak kompetitif sehingga dapat memberikan tekanan

pada nilai rupiah (Bank Indonesia, 2015).

Pencapaian suatu target inflasi dengan tingkat fluktuasi yang minimal

merupakan kerangka dasar tujuan kebijakan ekonomi makro di berbagai

negara maju dan berkembang. Inflasi yang rendah dan stabil mencerminkan

stabilitas kondisi ekonomi makro. Faktor ini sangat penting bagi

terselenggaranya proses pembangunan ekonomi yang berkelanjutan dalam

rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Berbagai penelitian telah

menunjukkan adanya hubungan yang negatif antara inflasi dan pertumbuhan

ekonomi meskipun pada suatu batasan tertentu inflasi merupakan indikasi

berjalannya roda kegiatan ekonomi. Inflasi yang melebihi batas tertentu

(threshold) secara signifikan menghambat laju pertumbuhan ekonomi.

Threshold inflasi untuk negara maju antara 1 – 3%, sedangkan untuk negara

berkembang 11 – 12% (Khan & Senhadji, 2000).

Page 32: Laporan Akhir - bppp.kemendag.go.idbppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/ANALISIS_KEBIJAKAN... · mempengaruhi Inflasi (teori), kebijakan Pemerintah di Indonesia, pentingnya inflasi

Puska Dagri, BP2KP, Kementerian Perdagangan 25

Inflasi yang cenderung tinggi berkaitan erat dengan besarnya variabel

biaya yang harusdikeluarkan dalam aktivitas kegiatan ekonomi, yang pada

gilirannya menentukan tingkatefisiensi suatu perekonomian. Besarnya

variabel biaya “ekstra” yang harus dikeluarkan olehpelaku usaha ini akan

mempengaruhi keputusan bisnis pengusaha dalam melakukanekspansi dan

atau berproduksi. Situasi pergerakan inflasi yang berfluktuasi secara tajam

menimbulkan ketidakpastian bagi pengusaha dalam menentukan rencana

bisnisnya. Kondisi ini secara agregat berdampak pada peran investasi yang

lebih konservatif dalam perekonomian dan menekan laju produktivitas

kegiatan usaha (Fischer, 1993). Survei yang diselenggarakan oleh Bappenas

5 menunjukkan bahwa inflasi sebagai salah satu faktor penting yang

mempengaruhi investasi baru. Tingginya inflasi maupun ketidakstabilannya

akan dapat menghambat perkembangan investasi baru.

Tingkat inflasi suatu negara turut menentukan daya saing ekspor

dalam pasar internasional.Inflasi yang lebih tinggi relatif dibandingkan dengan

inflasi di negara-negara pesaing dagang menyebabkan harga komoditas

ekspor menjadi tidak kompetitif. Inflasi yang tinggi juga memicu turunnya

pendapatan riil sehingga menggerus daya beli masyarakat. Kenaikan inflasi

yang tinggi memiliki pengaruh yang negatif pada pendapatan per kapita

masyarakat (Barro, 1995). Dalam jangka panjang, efek dari kenaikan inflasi

ini secara substantif menurunkan tingkat kesejahteraan masyarakat suatu

negara. Implikasi negatif yang ditimbulkan dari ketidakstabilan dan kenaikan

inflasi yang tinggi menjadi suatu konsensus bagi para pengambil kebijakan

ekonomi makro dan bank sentral untuk menitikberatkan pencapaian tingkat

inflasi yang rendah dan stabil sebagai tujuan utama kebijakan (Pokjanas

TPID, 2014).

Page 33: Laporan Akhir - bppp.kemendag.go.idbppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/ANALISIS_KEBIJAKAN... · mempengaruhi Inflasi (teori), kebijakan Pemerintah di Indonesia, pentingnya inflasi

Puska Dagri, BP2KP, Kementerian Perdagangan 26

2.4 Principal Component Analysis (PCA)

PCA digunakan untuk menjelaskan struktur matriks varians- kovarians

dari suatu set variabel melalui kombinasi linier dari variabel-variabel tersebut.

Secara umum komponen utama dapat berguna untuk reduksi dan interpretasi

variabel-variabel.

Misalkan saja terdapat p buah variabel yang terdiri atas n buah objek.

Misalkan pula bahwa dari p buah variabel tersebut dibuat sebanyak k buah

komponen utama (dengan k ≤ p) yang merupakan kombinasi linier atas p

buah variabel tersebut. k komponen utama tersebut dapat menggantikan p

buah variabel yang membentuknya tanpa kehilangan banyak informasi

mengenai keseluruhan variabel. Umumnya PCA merupakan analisis

intermediate yang berarti hasil komponen utama dapat digunakan untuk

analisis selanjutnya.

Dalam bentuk matematis, katakan saja bahwa Y merupakan

kombinasi linier dari variabel-variabel X1, X2, … , Xp yang dapat

dinyatakan sebagai

Y = W1X1 + W2X2 + … + WpXp

dengan

Wi adalah bobot atau koefisien untuk variabel ke-i

Xi adalah variabel ke-i

Y adalah kombinasi linier dari variabel X

Secara prinsip pembentukan komponen utama merupakan

pembentukan kombinasi linier dari variabel-variabel yang diamati. Dalam

PCA ditentukan suatu metode untuk mendapatkan nilai-nilai koefisien atau

bobot dari kombinasi linier variabel-variabel pembentuknya dengan

ketentuan sebagai berikut:

a) Ada sebanyak p komponen utama, yaitu sebanyak variabel yang

diamati dan setiap komponen utama adalah kombinasi linier dari

variabel-variabel tersebut

Page 34: Laporan Akhir - bppp.kemendag.go.idbppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/ANALISIS_KEBIJAKAN... · mempengaruhi Inflasi (teori), kebijakan Pemerintah di Indonesia, pentingnya inflasi

Puska Dagri, BP2KP, Kementerian Perdagangan 27

b) Setiap komponen utama saling ortogonal (tegak lurus)

dan saling bebas.

c) Komponen utama dibentuk berdasarkan urutan varians dari yang

terbesar hingga yang terkecil, dalam arti sebagai berikut

komponen utama pertama (KU1) merupakan kombinasi linier

dari seluruh variabel yang diamati dan memiliki varians terbesar.

komponen utama kedua (KU2) merupakan kombinasi linier

dari seluruh variabel yang diamati yang bersifat ortogonal

terhadap KU1 dan memiliki varians kedua terbesar.

komponen utama ketiga (KU3) merupakan kombinasi linier

dari seluruh variabel yang diamati yang bersifat ortogonal baik

terhadap KU1 maupun KU2, dan memiliki varians ketiga

terbesar.

komponen utama ke p (KUp) merupakan kombinasi linier dari

seluruh variabel yang diamati yang bersifat ortogonal terhadap

KU1, KU2, … , KU(p-1) dan memiliki varians yang terkecil.

Untuk mendapatkan koefisien komponen utama secara bersamaan

dapat menggunakan salah satu cara berikut ini

dekomposisi eigen value dan eigen vector dari matriks korelasi

atau kovarians dari variabel-variabel yang diamati. Dalam hal ini

eigen value merupakan varians setiap komponen utamanya dan

eigen vector merupakan koefisien-koefisien komponen utamanya

dekomposisi nilai singular dari matriks data yang berukuran n x p.

Interpretasi dari komponen utama adalah bahwa komponen utama

tersebut merupakan suatu sistem sumbu baru dalam ruang vektor

berdimensi banyak peubah yang diamati. Melalui komponen utama salib-

salib sumbu tersebut telah diubah skalanya dan dirotasi hingga

memiliki sifat varians yang terurut semakin kecil dan ortogona. Apabila

Page 35: Laporan Akhir - bppp.kemendag.go.idbppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/ANALISIS_KEBIJAKAN... · mempengaruhi Inflasi (teori), kebijakan Pemerintah di Indonesia, pentingnya inflasi

Puska Dagri, BP2KP, Kementerian Perdagangan 28

varians dari variabel-variabel yang diamati mempengaruhi besarnya bobot

atau koefisien komponen utamanya maka PCA dapat dilakukan

menggunakan matriks varians-kovarians. Secara sederhana varians

merupakan suatu informasi dari variabel yang diamati yang berarti apabila

sebuah variabel memiliki pengamatan yang semua nilainya sama maka

variabel tersebut tidak memiliki informasi yang dapat membedakan antar

pengamatan.

Komponen utama adalah himpunan variabel baru yang merupakan

kombinasi linier dari variabel-variabel yang diamati. Komponen utama

memiliki sifat varians yang semakin mengecil, sebagian besar variasi

(keragaman atau informasi) dalam himpunan variabel yang diamati

cenderung berkumpul pada beberapa komponen utama pertama, dan

semakin sedikit informasi dari variabel asal yang terkumpul pada

komponen utama terakhir. Hal ini berarti bahwa komponen-komponen

utama pada urutan terakhir dapat diabaikan tanpa kehilangan banyak

informasi. Dengan cara ini PCA dapat digunakan untuk mereduksi variabel-

variabel.

Untuk keperluan reduksi variabel tentu harus ditentukan berapa

banyak komponen utama yang mesti diambil. Ada beberapa cara untuk

menentukan berapa banyak komponen utama yang harus diambil

diantaranya adalah: (i) menggunakan scree plot. Banyak komponen yang

diambil adalah pada titik kurva tidak lagi menurun tajam atau mulai melandai;

dan (ii) menggunakan proporsi kumulatif varinas terhadap total varians

Telah dijelaskan bahwa antar komponen utama bersifat ortogonal

yang artinya bahwa setiap komponen utama merupakan wakil dari seluruh

variabel asal sehingga komponen- komponen utama tersebut dapat

dijadikan pengganti variabel asal apabila analisis terhadap variabel

tersebut membutuhkan ortogonalitas, Dalam analisis regresi linier berganda

memerlukan suatu syarat tidak adanya multikolinieritas antara variabel-

variabel bebasnya. Apabila ternyata dalam data terdapat multikolinieritas

Page 36: Laporan Akhir - bppp.kemendag.go.idbppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/ANALISIS_KEBIJAKAN... · mempengaruhi Inflasi (teori), kebijakan Pemerintah di Indonesia, pentingnya inflasi

Puska Dagri, BP2KP, Kementerian Perdagangan 29

maka komponen utama dapat digunakan sebagai pengganti variabel-

variabel bebas dalam model regresi tersebut.

Dalam PCA diperoleh beberapa ukuran-ukuran berikut:

1. Nilai total varians merupakan informasi dari seluruh variabel asal yang

dapat dijelaskan oleh komponen-komponen utamanya.

2. Proporsi varians komponen utama ke k terhadap total varians

menunjukkan besarnya persentase informasi variabel-variabel asal

yang terkandung dalam komponen utama ke-k.

3. Nilai koefisien korelasi antara komponen utama dengan variabelnya.

2.5 Tinjauan Penelitian Sebelumnya

Secara empiris harga komoditas pangan (volatile foods) mempunyai

peranan penting dalam pengendalian inflasi. Porsi sumbangannya yang

cukup signifikan terhadap inflasi dan responnya yang cepat terhadap

berbagai shocks membuatnya layak untuk dijadikan sebagai leading

indicators inflasi. Permintaan konsumsi komoditas pangan yang telah

menjadi kebutuhan pokok cenderung stabil sehingga gejolak harganya lebih

dipengaruhi oleh shock di sisi penawaran seperti siklus panen, bencana, dan

distribusi.

Secara lebih spesifik, paper ini mencoba menelaah peran distribusi

dalam pembentukan harga komoditas. Faktor distribusi yang diamati meliputi

rantai distribusi,marjin keuntungan, biaya dan gangguan distribusi. Dalam

kajian ini, analisis pengaruh distribusi terhadap harga dilakukan dengan

membangun model pembentukan harga di tingkat konsumen dalam jangka

pendek di mana harga di tingkat konsumen ditentukan oleh harga di tingkat

petani/produsen ditambah biaya pemasaran/distribusi komoditas dari

petani/produsen sampai ke tingkat pedagang pengecer. Model pembentukan

harga komoditas diformulasikan sebagai berikut:

Page 37: Laporan Akhir - bppp.kemendag.go.idbppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/ANALISIS_KEBIJAKAN... · mempengaruhi Inflasi (teori), kebijakan Pemerintah di Indonesia, pentingnya inflasi

Puska Dagri, BP2KP, Kementerian Perdagangan 30

Pt = 𝑓 (Pt-1,Pit,Pmt,Pst,Qt,XtDt,Zt)

Dimana:

Pt : harga komoditas di tingkat konsumen (eceran)

Pit : harga bahan baku/harga input

Pmt : harga impor atau harga komoditas di pasar internasional

Pst : harga komoditas subtitusi

Qt : volume/jumlah produksi

Xt : faktor-faktor dari sisi permintaan

Dt : variabel yang menggambarkan faktor-faktor yang mempengaruhi

distribusi

Zt : kebijakan pemerintah yang mempengaruhi pembentukan harga

komoditas

Estimasi persamaan dalam model tersebut dilakukan dengan

menggunakan data time series bulanan dengan periodisasi yang bervariasi

untuk tiap komoditas sesuai dengan ketersediaan data. Untuk kepentingan

estimasi, pada umumnya data ditransformasikan ke dalam bentuk logaritma

natural (ln). Hasil analisis menunjukkan bahwa Peningkatan harga BBM

yang mendorong peningkatan biaya transportasi tidak signifkan terhadap

harga komoditas produk industri seperti minyak goreng dan gula pasir.

Namun signifkan terhadap komoditas non-industri dengan peningkatan biaya

aktual sekitar 1%, namun peningkatan harga yang terjadi dapat mencapai

5%. Dengan demikian dampak peningkatan BBM terhadap harga komoditas

dan inflasi secara keseluruhan lebih besar dari faktor distribusi lainnya.

Page 38: Laporan Akhir - bppp.kemendag.go.idbppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/ANALISIS_KEBIJAKAN... · mempengaruhi Inflasi (teori), kebijakan Pemerintah di Indonesia, pentingnya inflasi

Puska Dagri, BP2KP, Kementerian Perdagangan 31

3. BAB III

METODOLOGI

3.1 Kerangka Pemikiran

Analisis dampak kebijakan pemerintah terhadap inflasi dan kemiskinan

dirumuskan dengan kerangka pemikiran sebagai berikut: (Gambar 3.1)

Gambar 3.1 Kerangka Pemikiran

Kerangka diatas menjelaskan bahwa transmisi dampak kebijakan pemerintah

terhadap inflasi dan kemiskinan dapat berlangsung melalui kenaikan harga

kebutuhan pokok. Kenaikan harga kebutuhan pokok ini kemudian dapat

mendorong pergerakan inflasi. Selanjutnya, inflasi ini dapat menggeser garis

kemiskinan naik, sehingga jika diasumsikan tidak terdapat kenaikan

pendapatan atau tingkat pengeluaran penduduk (terutama yang miskin dan

hampir miskin), maka dapat dipastikan tingkat kemiskinan juga akan bergerak

naik.

Page 39: Laporan Akhir - bppp.kemendag.go.idbppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/ANALISIS_KEBIJAKAN... · mempengaruhi Inflasi (teori), kebijakan Pemerintah di Indonesia, pentingnya inflasi

Puska Dagri, BP2KP, Kementerian Perdagangan 32

3.2 Data dan Sumber Data

Data utama yang digunakan untuk analisis ini adalah harga bahan

kebutuhan pokok meliputi beras, jagung, terigu, kedelai, ayam, sapi, telur,

gula, bawang, dan minyak goreng. Data tersebut adalah data time series

periode bulanan mulai tahun 2011-2014. Karena umumnya data harga

komoditas tersebut adalah data nominal, maka sebelum digunakan dalam

proses pemodelan lebih lanjut, data tersebut akan di-riil-kan terlebih dahulu

dengan menggunakan indeks harga konsumen (IHK) tahun dasar 2007.

Selain menggunakan data harga, perhitungan analisis dampak

kebijakan pemerintah terhadap inflasi dan kemiskinan ini juga menggunakan

beberapa data pendukung lainnya seperti harga komoditas energi (bensin,

solar, elpiji, dan listrik), Indeks Harga Konsumen (IHK), jumlah/persentase

penduduk miskin, garis kemiskinan, Data-data di atas utamanya bersumber

dari beberapa instansi resmi seperti Badan Pusat Statistik (BPS) dan

Kementerian Perdagangan.

3.3 Metode Analisis

3.3.1 Struktur model dampak kebijakan pemerintah terhadap harga

kebutuhan pokok dan Inflasi

Kebijakan pemerintah dalam hal ini direpresentasikan oleh kebijakan yang

mempengaruhi dinamika harga energi, yaitu bensin, solar, dan elpiji.

Sementara itu, barang-barang kebutuhan pokok direpresentasikan oleh

beberapa komoditi, yaitu beras, jagung, terigu, kedelai, daging sapi, daging

ayam, telur ayam, bawang merah, minyak goreng dan gula.

Secara umum proses pemodelan adalah sebagai berikut:

Pemodelan untuk mengukur dampak kebijakan pemerintah terhadap

harga kebutuhan pokok. Di sini konteks kebijakan pemerintah yang dikaji

adalah kebijakan yang berkait dengan harga energi (BBM (bensin dan solar),

elpiji, dan listrik). Dengan demikian, pada tahap ini model akan mengukur

dampak dari kebijakan fluktuasi harga energi ini terhadap dinamika sepuluh

harga kebutuhan pokok.

Page 40: Laporan Akhir - bppp.kemendag.go.idbppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/ANALISIS_KEBIJAKAN... · mempengaruhi Inflasi (teori), kebijakan Pemerintah di Indonesia, pentingnya inflasi

Puska Dagri, BP2KP, Kementerian Perdagangan 33

Pada tahap ini, akan dibangun suatu model yang merepresentaiskan

hubungan antara harga energi, harga komoditas pokok, dan inflasi.

Hubungan tersebut dinyatakan dalam suatu model regresi linier berganda.

Namun demikian, karena model regresi melibatkan jumlah indikator yang

cukup besar, maka untuk menghindari gejala multikolinieritas dalam model,

variabel-variabel komoditas akan dikelompokkan dalam suatu indeks harga

dengan menggunakan pendekatan principal component analysis (PCA).

PCA digunakan untuk menjelaskan struktur matriks varians-kovarians dari

suatu set variabel melalui kombinasi linier dari variabel-variabel tersebut.

Secara umum komponen utama dapat berguna untuk reduksi dan interpretasi

variabel-variabel. Dalam hal ini, komponen utama adalah himpunan variabel

baru yang merupakan kombinasi linier dari variabel-variabel yang diamati.

Pengelompokkan variabel berdasarkan PCA disajikan sebagai berikut:

1 2 3 4EP W BENSIN W SOLAR W ELPIJI W LISTRIK ………………...... (1)

1 11 12 13 14KP W BERAS W JAGUNG W TERIGU W KEDELAI …………… (2)

2 21 22 23KP W AYAM W SAPI W TELUR ………………………………...... (3)

3 31 32 33KP W GULA W MIGOR W BAWANG ……………………………… (4)

Keterangan:

Wi adalah bobot atau koefisien untuk variabel ke-i

P adalah harga yang mencerminkan dari kombinasi linier dari variabel

harga yang bersangkutan.

Selanjutnya, berdasarkan variabel yang telah direduksi di atas, dapat

dirumuskan model yang mencerminkan hubungan antara harga energi,

harga komoditas, dan inflasi. Model tersebut dispesifikasikan sebagai berikut:

1 10 11 12 2 13 3 1K t Et K t K t tP P P P ………………………………..... (5)

2 20 21 22 1 23 3 2K t Et K t K t tP P P P ……………………………….... (6)

Page 41: Laporan Akhir - bppp.kemendag.go.idbppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/ANALISIS_KEBIJAKAN... · mempengaruhi Inflasi (teori), kebijakan Pemerintah di Indonesia, pentingnya inflasi

Puska Dagri, BP2KP, Kementerian Perdagangan 34

3 30 31 32 1 33 2 3K t Et K t K t tP P P P ………………………………..... (7)

40 41 1 42 2 43 3 4K t K t K t tIHK P P P ……………………………….. (8)

Keterangan:

1K tP, 2K tP

, 3K tP : menyatakan komponen harga kelompok komoditas.

βij : menyatakan parameter regresi

ε: menyatakan error term

3.3.2 Struktur model dampak kebijakan pemerintah terhadap

kemiskinan

Analisis dampak kebijakan pemerintah terhadap kemiskinan dilakukan

dengan menggeser garis kemiskinan sebesar pergeseran IHK yang diperoleh

dari model IHK (persamaan 8). Dari pergeseran garis kemiskinan tersebut,

selanjutnya dilakukan perhitungan pergerakan angka tingkat kemiskinannya.

Untuk dapat menghitung pergerakan tingkat kemiskinan tersebut

menggunakan data dasar (baseline) berupa tabel distribusi penduduk

menurut kelompok pengeluarannya. Pada kajian ini, kita menggunakan tabel

distribusi penduduk menurut kelompok pengeluaran sebagaimana yang dirilis

oleh Badan Pusat Statistik.

Dengan pendekatan diatas, angka kemiskinan pada tingkat baseline

diestimasi kembali. Estimasi tersebut akan menyimpang dari angka

kemiskinan yang resmi. Penyimpangan tersebut bersumber dari perbedaan

basis data yang digunakan dalam menghitung angka kemiskinan itu. Dalam

angka kemiskinan yang resmi, perhitungan dilakukan dengan menggunakan

basis data di tingkat rumahtangga, sedangkan dalam kajian ini, angka

kemiskinan diperkirakan atau diestimasi dari data tabel frekuensi. Disini, jelas

ada perbedaan dari sisi keakuratannya, Namun, hal itu tidak terlalu masalah

karena yang akan kita analisis atau perhitungkan adalah pergerakan angka

kemiskinan sebagai akibat adanya pergeseran pada garis kemiskinan.

Page 42: Laporan Akhir - bppp.kemendag.go.idbppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/ANALISIS_KEBIJAKAN... · mempengaruhi Inflasi (teori), kebijakan Pemerintah di Indonesia, pentingnya inflasi

Puska Dagri, BP2KP, Kementerian Perdagangan 35

Sementara itu, sebagaimana telah diulas di atas, pergeseran garis

kemiskinan tersebut mengikuti besaran pergeseran (growth) dari IHK yang

dihasilkan melalui model.

Pendekatan analisis dampak terhadap kemiskinan tersebut

diilustrasikan pada Gambar 3.2 berikut ini:

0.00

5.00

10.00

15.00

20.00

25.00

30.00

35.00

< 1

50

00

0

1500

00 -

1999

99

2000

00 -

2999

99

3000

00-4

9999

9

5000

00 -

7499

99

75

00

00

-99

99

99

10

00

00

0 -

14

99

99

9

>= 1

50

00

00

00

Distribusi penduduk menurut kelompok pengeluaran (%)

GK1

GK2

%pov1

%pov2

Gambar 3.2 Ilustrasi Perubahan tingkat kemiskinan

3.3.3 Struktur simulasi dampak kebijakan pemerintah terhadap inflasi

dan kemiskinan

Dengan menggunakan model-model diatas, maka dapat

dikembangkan simulasi dampak kebijakan pemerintah terhadap inflasi dan

kemiskinan. Simulasi ini mengikuti tahapan sebagaimana diilustrasikan pada

Gambar 3.3 berikut.

Page 43: Laporan Akhir - bppp.kemendag.go.idbppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/ANALISIS_KEBIJAKAN... · mempengaruhi Inflasi (teori), kebijakan Pemerintah di Indonesia, pentingnya inflasi

Puska Dagri, BP2KP, Kementerian Perdagangan 36

KebijakanPerubahan Harga Energi

Perubahan pada Indeks PE

Perubahan Harga Bahan Makanan

Perubahan pada Indeks

PK1, PK2, dan PK3

Perubahan pada IHK

Perubahan pada Garis

Kemiskinan

Perubahan pada tingkat

pengeluaran (asumsi)

Perubahan pada tingkat kemiskinan

Gambar 3.3 Tahapan dalam simulasi dampak kebijakan terhadap inflasi dan kemiskinan

Page 44: Laporan Akhir - bppp.kemendag.go.idbppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/ANALISIS_KEBIJAKAN... · mempengaruhi Inflasi (teori), kebijakan Pemerintah di Indonesia, pentingnya inflasi

Puska Dagri, BP2KP, Kementerian Perdagangan 37

4. BAB IV

ANALISIS DAMPAK KEBIJAKAN PEMERINTAH TERHADAP

INFLASI DAN KEMISKINAN

4.1 Formulasi Indeks Harga dengan PCA

Sebagaimana telah dibahas pada bagian metode, variabel-variabel

komoditas akan dikelompokkan dalam suatu indeks harga dengan

menggunakan pendekatan principal component analysis (PCA). PCA

digunakan untuk menjelaskan struktur matriks varians-kovarians dari suatu

set variabel melalui kombinasi linier dari variabel-variabel tersebut. Secara

umum komponen utama dapat berguna untuk reduksi dan interpretasi

variabel-variabel. Dalam hal ini, komponen utama adalah himpunan variabel

baru yang merupakan kombinasi linier dari variabel-variabel yang diamati.

Pengelompokkan variabel berdasarkan PCA disajikan sebagai berikut:

1 2 3 4EP W BENSIN W SOLAR W ELPIJI W LISTRIK ………………….. (1)

1 11 12 13 14KP W BERAS W JAGUNG W TERIGU W KEDELAI …………... (2)

2 21 22 23KP W AYAM W SAPI W TELUR …………………………………. (3)

3 31 32 33KP W GULA W MIGOR W BAWANG …………………………….. (4)

Keterangan:

Wi adalah bobot atau koefisien untuk variabel ke-i

P adalah harga yang mencerminkan dari kombinasi linier dari

variabel harga yang bersangkutan.

Page 45: Laporan Akhir - bppp.kemendag.go.idbppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/ANALISIS_KEBIJAKAN... · mempengaruhi Inflasi (teori), kebijakan Pemerintah di Indonesia, pentingnya inflasi

Puska Dagri, BP2KP, Kementerian Perdagangan 38

Hasil perhitungan indeks harga dengan menggunakan PCA ini disajikan

pada Tabel 4.1 - Tabel 4.4 berikut :

Tabel 4.1 Perhitungan Indeks Harga Kelompok Makanan I

PCA: Bahan Komoditas I (Beras, Jagung, Kedelai, Terigu)

Principal components/correlation Number of obs =

48

Number of comp. =

4

Trace =

4

Rotation: (unrotated = principal) Rho =

1.0000

------------------------------------------------------------------------

--

Component | Eigenvalue Difference Proportion Cumulative

-------------+----------------------------------------------------------

--

Comp1 | 2.14626 1.14039 0.5366 0.5366

Comp2 | 1.00587 .460662 0.2515 0.7880

Comp3 | .545209 .242548 0.1363 0.9243

Comp4 | .302661 . 0.0757 1.0000

------------------------------------------------------------------------

--

Principal components (eigenvectors)

--------------------------------------------------------------------

Variable | Comp1 Comp2 Comp3 Comp4 | Unexplained

-------------+----------------------------------------+-------------

beras | 0.2096 0.9140 0.3450 -0.0406 | 0

jagung | 0.6114 -0.1084 0.0080 0.7839 | 0

kedelai | 0.5272 -0.3700 0.6047 -0.4685 | 0

terigu | -0.5517 -0.1264 0.7178 0.4055 | 0

--------------------------------------------------------------------

Yg digunakan dalam model --> Comp3

Page 46: Laporan Akhir - bppp.kemendag.go.idbppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/ANALISIS_KEBIJAKAN... · mempengaruhi Inflasi (teori), kebijakan Pemerintah di Indonesia, pentingnya inflasi

Puska Dagri, BP2KP, Kementerian Perdagangan 39

Tabel 4.2 Perhitungan Indeks Harga Kelompok Makanan II

PCA: Bahan Komoditas II (Beras, Jagung, Kedelai, Terigu)

Principal components/correlation Number of obs =

48

Number of comp. =

3

Trace =

3

Rotation: (unrotated = principal) Rho =

1.0000

------------------------------------------------------------------------

--

Component | Eigenvalue Difference Proportion Cumulative

-------------+----------------------------------------------------------

--

Comp1 | 1.80417 .903436 0.6014 0.6014

Comp2 | .900734 .605638 0.3002 0.9016

Comp3 | .295096 . 0.0984 1.0000

------------------------------------------------------------------------

--

Principal components (eigenvectors)

----------------------------------------------------------

Variable | Comp1 Comp2 Comp3 | Unexplained

-------------+------------------------------+-------------

sapi | 0.3416 0.9344 0.1011 | 0

ayam | 0.6750 -0.1691 -0.7182 | 0

telur | 0.6539 -0.3136 0.6885 | 0

----------------------------------------------------------

Yg digunakan dalam model --> Comp1

Tabel 4.3 Perhitungan Indeks Harga Kelompok Makanan III

PCA: Bahan Komoditas III (Minyak Goreng, Bawang, Gula)

Principal components/correlation Number of obs =

48

Number of comp. =

3

Trace =

3

Rotation: (unrotated = principal) Rho =

1.0000

Page 47: Laporan Akhir - bppp.kemendag.go.idbppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/ANALISIS_KEBIJAKAN... · mempengaruhi Inflasi (teori), kebijakan Pemerintah di Indonesia, pentingnya inflasi

Puska Dagri, BP2KP, Kementerian Perdagangan 40

------------------------------------------------------------------------

--

Component | Eigenvalue Difference Proportion Cumulative

-------------+----------------------------------------------------------

--

Comp1 | 1.98619 1.30416 0.6621 0.6621

Comp2 | .682026 .350239 0.2273 0.8894

Comp3 | .331787 . 0.1106 1.0000

------------------------------------------------------------------------

--

Principal components (eigenvectors)

----------------------------------------------------------

Variable | Comp1 Comp2 Comp3 | Unexplained

-------------+------------------------------+-------------

migor | 0.6349 -0.0634 -0.7700 | 0

bawang | 0.5306 0.7602 0.3748 | 0

bensin | 0.5616 -0.6466 0.5163 | 0

----------------------------------------------------------

Yg digunakan dalam model --> rata-rata Comp 1-4

Tabel 4.4 Perhitungan Indeks Harga Kelompok Energi

PCA: Bahan ENERGI (Bensin, Solar, Elpiji, Listrik)

Principal components/correlation Number of obs =

48

Number of comp. =

4

Trace =

4

Rotation: (unrotated = principal) Rho =

1.0000

------------------------------------------------------------------------

--

Component | Eigenvalue Difference Proportion Cumulative

-------------+----------------------------------------------------------

--

Comp1 | 2.67577 1.74578 0.6689 0.6689

Comp2 | .929992 .57685 0.2325 0.9014

Comp3 | .353142 .312045 0.0883 0.9897

Comp4 | .0410968 . 0.0103 1.0000

Page 48: Laporan Akhir - bppp.kemendag.go.idbppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/ANALISIS_KEBIJAKAN... · mempengaruhi Inflasi (teori), kebijakan Pemerintah di Indonesia, pentingnya inflasi

Puska Dagri, BP2KP, Kementerian Perdagangan 41

------------------------------------------------------------------------

--

Principal components (eigenvectors)

--------------------------------------------------------------------

Variable | Comp1 Comp2 Comp3 Comp4 | Unexplained

-------------+----------------------------------------+-------------

bensin | 0.5932 -0.1751 0.1192 0.7767 | 0

solar | 0.5574 0.0913 0.6524 -0.5053 | 0

elpiji | 0.2780 0.9006 -0.3314 0.0415 | 0

listrik | -0.5100 0.3871 0.6711 0.3738 | 0

--------------------------------------------------------------------

Yg digunakan dalam model --> Comp 1

4.2 Analisis Dampak kebijakan Pemerintah terhadap harga kebutuhan

pokok dan Inflasi

Dalam analisis ini, kita melakukan perhitungan untuk menduga atau

mengestimasi parameter model dengan struktur yang telah dirumuskan pada

bagian metode.

I. Persamaan Indeks Harga Kelompok Makanan I ( Beras, Jagung,

Terigu, dan Kedelai).

Hasil pendugaan parameter untuk persamaan Indeks Harga Kelompok

Makanan I (PK1) disajikan pada Tabel 4.5. Hasil pendugaan parameter

memberikan nilai koefisien determinasi (R2) sebesar 18,65 persen. Variabel

endogen (PK1) di dalam persamaan dipengaruhi secara nyata oleh variabel-

variabel penjelas secara bersama-sama pada taraf nyata 5 persen. Hal ini

diperlihatkan oleh nilai statistik-F sebesar 3,34.

Page 49: Laporan Akhir - bppp.kemendag.go.idbppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/ANALISIS_KEBIJAKAN... · mempengaruhi Inflasi (teori), kebijakan Pemerintah di Indonesia, pentingnya inflasi

Puska Dagri, BP2KP, Kementerian Perdagangan 42

Tabel 4.5 Pendugaan parameter untuk persamaan Indeks Harga Kelompok Makanan I

Persamaan: 1 10 11 12 2 13 3 1K t Et K t K t tP P P P

Dependent Variable: PK1

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 13.33001 0.725086 18.38405 0.0000

PE 0.057050 0.022978 2.482800 0.0169

PK2 0.092367 0.044461 2.077475 0.0436

PK3 -0.040538 0.028175 -1.438811 0.1573

R-squared 0.185478 Mean dependent var 15.11407

Adjusted R-squared 0.129942 S.D. dependent var 0.022022

S.E. of regression 0.020541 Akaike info criterion -4.853094

Sum squared resid 0.018566 Schwarz criterion -4.697161

Log likelihood 120.4743 Hannan-Quinn criter. -4.794167

F-statistic 3.339798 Durbin-Watson stat 0.831381

Prob(F-statistic) 0.027654

Secara individual, variabel penjelas yang memeberikan pengaruh

nyata terhadap variabel PK1 adalah Indeks Harga Kelompok Energi (PE), dan

Indeks Harga Kelompok Makanan II (PK2). Koefisien estimasi PE sebesar

0,057 yang signifikan pada taraf nyata 5 persen menjelaskan bahwa

kenaikan PE sebesar 1 persen, diduga menyebabkan kenaikan PK1 sebesar

0,057 persen, ceteris paribus. Begitu juga koefisien estimasi PK2 sebesar

0,092 yang signifikan pada taraf nyata 5 persen menjelaskan bahwa

kenaikan PK2 sebesar 1 persen, diduga menyebabkan kenaikan PK1 sebesar

0,092 persen, ceteris paribus. Sementara itu, hasil estimasi memperlihatkan

bahwa Indeks Harga Kelompok Makanan III (PK3) ditemui tidak berpengaruh

signifikan terhadap PK1.

Page 50: Laporan Akhir - bppp.kemendag.go.idbppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/ANALISIS_KEBIJAKAN... · mempengaruhi Inflasi (teori), kebijakan Pemerintah di Indonesia, pentingnya inflasi

Puska Dagri, BP2KP, Kementerian Perdagangan 43

II. Persamaan Indeks Harga Kelompok Makanan II ( Daging Ayam,

Daging Sapi, dan Telur).

Hasil pendugaan parameter untuk persamaan Indeks Harga Kelompok

Makanan II (PK2) disajikan pada Tabel 4.6. Hasil pendugaan parameter

memberikan nilai koefisien determinasi (R2) sebesar 22,62 persen. Variabel

endogen (PK2) di dalam persamaan dipengaruhi secara nyata oleh variabel-

variabel penjelas secara bersama-sama pada taraf nyata 1 persen. Hal ini

diperlihatkan oleh nilai statistik-F sebesar 4,29.

Tabel 4.6 Pendugaan parameter untuk persamaan Indeks Harga Kelompok Makanan II

Persamaan: 2 20 21 22 1 23 3 2K t Et K t K t tP P P P

Dependent Variable: PK2

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 0.986404 6.911190 0.142726 0.8872

PE -0.078967 0.078491 -1.006064 0.3199

PK1 0.967085 0.465510 2.077475 0.0436

PK3 0.256594 0.084887 3.022757 0.0042

R-squared 0.226278 Mean dependent var 17.10995

Adjusted R-squared 0.173524 S.D. dependent var 0.073112

S.E. of regression 0.066467 Akaike info criterion -2.504578

Sum squared resid 0.194384 Schwarz criterion -2.348645

Log likelihood 64.10987 Hannan-Quinn criter. -2.445651

F-statistic 4.289315 Durbin-Watson stat 0.868879

Prob(F-statistic) 0.009694

Page 51: Laporan Akhir - bppp.kemendag.go.idbppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/ANALISIS_KEBIJAKAN... · mempengaruhi Inflasi (teori), kebijakan Pemerintah di Indonesia, pentingnya inflasi

Puska Dagri, BP2KP, Kementerian Perdagangan 44

Secara individual, variabel penjelas yang memeberikan pengaruh nyata

terhadap variabel PK2 adalah Indeks Harga Kelompok Makanan I (PK1) dan

Indeks Harga Kelompok Makanan III (PK3). Koefisien estimasi PK1 sebesar

0,967 yang signifikan pada taraf nyata 5 persen menjelaskan bahwa

kenaikan PK1 sebesar 1 persen, diduga menyebabkan kenaikan PK2 sebesar

0,967 persen, ceteris paribus. Begitu juga koefisien estimasi PK3 sebesar

0,256 yang signifikan pada taraf nyata 1 persen menjelaskan bahwa

kenaikan PK3 sebesar 1 persen, diduga menyebabkan kenaikan PK2 sebesar

0,256 persen, ceteris paribus. Sementara itu, hasil estimasi memperlihatkan

bahwa Indeks Harga Kelompok Energi (PE) ditemui tidak berpengaruh

signifikan terhadap PK2.

III. Persamaan Indeks Harga Kelompok Makanan III (Bawang, Gula, dan

Minyak Goreng).

Hasil pendugaan parameter untuk persamaan Indeks Harga Kelompok

Makanan III (PK3) disajikan pada Tabel 4.7 Hasil pendugaan parameter

memberikan nilai koefisien determinasi (R2) sebesar 29,31 persen. Variabel

endogen (PK3) di dalam persamaan dipengaruhi secara nyata oleh variabel-

variabel penjelas secara bersama-sama pada taraf nyata 1 persen. Hal ini

diperlihatkan oleh nilai statistik-F sebesar 6,081.

Page 52: Laporan Akhir - bppp.kemendag.go.idbppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/ANALISIS_KEBIJAKAN... · mempengaruhi Inflasi (teori), kebijakan Pemerintah di Indonesia, pentingnya inflasi

Puska Dagri, BP2KP, Kementerian Perdagangan 45

Tabel 4.7 Pendugaan parameter untuk persamaan Indeks Harga Kelompok Makanan III

Persamaan: 3 30 31 32 1 33 2 3K t Et K t K t tP P P P

Dependent Variable: PK3

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 10.78893 11.05248 0.976155 0.3343

PE 0.345248 0.117265 2.944166 0.0052

PK1 -1.108476 0.770411 -1.438811 0.1573

PK2 0.670136 0.221697 3.022757 0.0042

R-squared 0.293122 Mean dependent var 8.922797

Adjusted R-squared 0.244926 S.D. dependent var 0.123614

S.E. of regression 0.107414 Akaike info criterion -1.544590

Sum squared resid 0.507665 Schwarz criterion -1.388657

Log likelihood 41.07016 Hannan-Quinn criter. -1.485663

F-statistic 6.081849 Durbin-Watson stat 0.412716

Prob(F-statistic) 0.001484

Secara individual, variabel penjelas yang memeberikan pengaruh

nyata terhadap variabel PK3 adalah Indeks Harga Kelompok Energi (PE), dan

Indeks Harga Kelompok Makanan II (PK2). Koefisien estimasi PE sebesar

0,345 yang signifikan pada taraf nyata 1 persen menjelaskan bahwa

kenaikan indeks harga kelompok energi sebesar 1 persen, diduga

menyebabkan kenaikan indeks harga kelompok makanan III sebesar 0,345

persen, ceteris paribus. Begitu juga koefisien estimasi PK2 sebesar 0,67 yang

signifikan pada taraf nyata 5 persen menjelaskan bahwa kenaikan PK2

sebesar 1 persen, diduga menyebabkan kenaikan PK3 sebesar 0,67 persen,

ceteris paribus. Sementara itu, hasil estimasi memperlihatkan bahwa Indeks

Harga Kelompok Makanan I (PK1) ditemui tidak berpengaruh signifikan

terhadap PK3.

Page 53: Laporan Akhir - bppp.kemendag.go.idbppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/ANALISIS_KEBIJAKAN... · mempengaruhi Inflasi (teori), kebijakan Pemerintah di Indonesia, pentingnya inflasi

Puska Dagri, BP2KP, Kementerian Perdagangan 46

IV. Persamaan Indeks Harga Konsumen (Inflasi)

Hasil pendugaan parameter untuk persamaan Indeks Harga

Konsumen (IHK) disajikan pada Tabel 4.8. Hasil pendugaan parameter

memberikan nilai koefisien determinasi (R2) sebesar 43,69 persen. Variabel

endogen (IHK) di dalam persamaan dipengaruhi secara nyata oleh variabel-

variabel penjelas secara bersama-sama pada taraf nyata 1 persen. Hal ini

diperlihatkan oleh nilai statistik-F sebesar 11,379.

Tabel 4.8 Pendugaan parameter untuk persamaan Indeks Harga Konsumen

Persamaan:

40 41 1 42 2 43 3 4K t K t K t tIHK P P P

Dependent Variable: IHK

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C -16.37344 5.372667 -3.047545 0.0039

PK1 1.273335 0.367005 3.469532 0.0012

PK2 -0.053765 0.119738 -0.449020 0.6556

PK3 0.301019 0.068496 4.394723 0.0001

R-squared 0.436890 Mean dependent var 4.637849

Adjusted R-squared 0.398496 S.D. dependent var 0.068846

S.E. of regression 0.053395 Akaike info criterion -2.942552

Sum squared resid 0.125444 Schwarz criterion -2.786619

Log likelihood 74.62125 Hannan-Quinn criter. -2.883625

F-statistic 11.37915 Durbin-Watson stat 0.280900

Prob(F-statistic) 0.000012

Secara individual, variabel penjelas yang memberikan pengaruh nyata

terhadap variabel IHK adalah Indeks Harga Kelompok Makanan I (PK1) dan

Indeks Harga Kelompok Makanan III (PK3). Koefisien estimasi PK1 sebesar

Page 54: Laporan Akhir - bppp.kemendag.go.idbppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/ANALISIS_KEBIJAKAN... · mempengaruhi Inflasi (teori), kebijakan Pemerintah di Indonesia, pentingnya inflasi

Puska Dagri, BP2KP, Kementerian Perdagangan 47

1,27 yang signifikan pada taraf nyata 5 persen menjelaskan bahwa kenaikan

PK1 sebesar 1 persen, diduga menyebabkan kenaikan PK2 sebesar 1,27

persen, ceteris paribus. Begitu juga koefisien estimasi PK3 sebesar 0,301

yang signifikan pada taraf nyata 1 persen menjelaskan bahwa kenaikan PK3

sebesar 1 persen, diduga menyebabkan kenaikan IHK sebesar 0,301 persen,

ceteris paribus. Sementara itu, hasil estimasi memperlihatkan bahwa Indeks

Harga Kelompok Makanan II (PK2) ditemui tidak berpengaruh signifikan

terhadap IHK.

4.3 Model Dampak kebijakan Pemerintah terhadap kemiskinan

Sebagaimana telah dikemukakan pada bagian terdahulu, model

dampak kebijakan pemerintah terhadap kemiskinan ini menggunakan hasil

perhitungan perubahan IHK yang merupakan output dari model sebelumnya.

Perubahan IHK ini kemudian menjadi input bagi pergeseran Garis

Kemiskinan dan asumsi pergeseran tingkat konsumsi atau pengeluaran

umum penduduk. Dari dua hal ini, kita dapat memperkirakan perubahan

angka atau tingkat kemiskinan.

Sebagai baseline, kita menggunakan data distribusi penduduk

menurut kelompok pengeluaran yang dirilis oleh BPS pada Maret 2013

sebagai berikut: (Gambar 4.1)

Page 55: Laporan Akhir - bppp.kemendag.go.idbppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/ANALISIS_KEBIJAKAN... · mempengaruhi Inflasi (teori), kebijakan Pemerintah di Indonesia, pentingnya inflasi

Puska Dagri, BP2KP, Kementerian Perdagangan 48

0.00

5.00

10.00

15.00

20.00

25.00

30.00

35.00

< 15

0000

15

00

00

-1

99

99

9

20

00

00

-2

99

99

9

30

00

00-

49

99

99

50

00

00

-7

49

99

9

7500

00 -

9999

99

1000

000

-14

9999

9

>= 1

5000

0000

Distribusi penduduk menurut kelompok pengeluaran (%) (Maret 2013)

GK = Rp. 271.626

Rp/kapita/bulan

%

Pov = 11,37 %

(official)

Gambar 4.1 Distribusi penduduk dan tingkat kemiskinan (Maret 2013)

Untuk mengembangkan simulasi menggunakan pendekatan distribusi

penduduk menurut pengeluaran tersebut, diperlukan perhitungan proyeksi

tingkat kemiskinan sebagai data dasar. Hasil perhitungan untuk

memproyeksikan tingkat kemiskinan menggunakan data distribusi diatas

(dengan tingkat garis kemiskinan Rp. 271.626), diperoleh tingkat

kemiskinannya sebesar 15,3 persen.

Angka ini memang berbeda dengan data tingkat kemiskinan yang

resmi (official) dikarenakan perbedaan besar dalam melakukan perhitungan

angka kemiskinannya. Walaupun demikian, dalam simulasi ini, yang akan kita

analisis adalah perubahan tingkat kemiskinan akibat terjadinya pergeseran

pada garis kemiskinannya maupun pergeseran pada tingkat pengeluaran

penduduk secara umum. Dengan demikian, angka tersebut dapat kita

gunakan dalam simulasi.

Page 56: Laporan Akhir - bppp.kemendag.go.idbppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/ANALISIS_KEBIJAKAN... · mempengaruhi Inflasi (teori), kebijakan Pemerintah di Indonesia, pentingnya inflasi

Puska Dagri, BP2KP, Kementerian Perdagangan 49

4.4 Simulasi Dampak kebijakan Pemerintah terhadap Inflasi dan

Kemiskinan

Dengan menggunakan model-model diatas, dilakukan simulasi

perhitungan dampak kebijakan pemerintah terhadap inflasi dan kemiskinan.

Dalam hal ini kita menggunakan dua kelompok skenario, yaitu (1) kelompok

skenario dimana kenaikan hanya terjadi pada sebagian komoditi energi (

Tabel 4.9), (2) kelompok skenario dimana kenaikan terjadi di semua

komoditi energi dengan besaran yang berbeda (Tabel 4.10), dan (3)

kelompok skenario dimana kenaikan terjadi di semua komoditi energi dengan

besaran yang sama (Tabel 4.11).

Tabel 4.9 Hasil Simulasi Dampak Kebijakan Perubahan Harga terhadap Inflasi dan Kemiskinan (Kelompok-1)

% Perubahan Harga Energi

skenario-1 skenario-2 skenario-3 skenario-4 skenario-5 skenario-6

Bensin 50 25 10 0 0 0

Solar 50 25 10 0 0 0

TDL 0 0 0 50 25 10

Elpiji 0 0 0 50 25 10

Growth (%)

PE 26.91 13.45 5.38 23.09 11.55 4.62

PK1 1.31 0.65 0.26 1.12 0.56 0.22

PK2 1.39 0.70 0.28 1.19 0.60 0.24

PK3 8.77 4.39 1.75 7.53 3.76 1.51

IHK 4.23 2.12 0.85 3.63 1.82 0.73

POV LINE 4.23 2.12 0.85 3.63 1.82 0.73

Pov Line Base 271,626 271,626 271,626 271,626 271,626 271,626

Pov Line New 283,119 277,373 273,925 281,490 276,558 273,599

% Poverty Base 15.30 15.30 15.30 15.30 15.30 15.30

% Poverty New 17.23 16.27 15.68 16.96 16.13 15.63

Delta % Pov 1.94 0.97 0.39 1.66 0.83 0.33

Page 57: Laporan Akhir - bppp.kemendag.go.idbppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/ANALISIS_KEBIJAKAN... · mempengaruhi Inflasi (teori), kebijakan Pemerintah di Indonesia, pentingnya inflasi

Puska Dagri, BP2KP, Kementerian Perdagangan 50

Pada

Tabel 4.9 diatas, kita dapat melihat bahwa dampak inflasi akibat

kenaikan harga pada kelompok komoditi bensin dan solar lebih besar dari

pada akibat kenaikan harga pada kelompok TDL dan elpiji. Gambaran seperti

ini juga terefleksikan pada skenario-skenario di kedua kelompok yang lain.

Tabel 4.10 Hasil Simulasi Dampak Kebijakan Perubahan Harga terhadap Inflasi dan Kemiskinan (Kelompok-2)

% Perubahan Harga Energi

skenario-1 skenario-2 skenario-3 skenario-4 skenario-5 skenario-6

Bensin 50 50 50 5 10 25

Solar 50 50 50 5 10 25

TDL 5 10 25 50 50 50

Elpiji 5 10 25 50 50 50

Growth (%)

PE 29.22 31.53 38.45 25.78 28.47 36.55

PK1 1.42 1.53 1.87 1.25 1.38 1.78

PK2 1.51 1.63 1.99 1.33 1.47 1.89

PK3 9.52 10.28 12.54 8.41 9.28 11.91

IHK 4.59 4.96 6.05 4.05 4.48 5.75

POV LINE 4.59 4.96 6.05 4.05 4.48 5.75

Pov Line Base 271,626 271,626 271,626 271,626 271,626 271,626

Pov Line New 284,105 285,092 288,051 282,639 283,788 287,236

% Poverty Base 15.30 15.30 15.30 15.30 15.30 15.30

% Poverty New 17.40 17.57 18.07 17.15 17.35 17.93

Delta % Pov 2.10 2.27 2.77 1.86 2.05 2.63

Tabel 4.11 Hasil Simulasi Dampak Kebijakan Perubahan Harga terhadap Inflasi dan Kemiskinan (Kelompok-3)

% Perubahan Harga Energi

skenario-1 skenario-2 skenario-3 skenario-4 skenario-5 skenario-6

Bensin 5 10 25 30 40 50

Solar 5 10 25 30 40 50

TDL 5 10 25 30 40 50

Elpiji 5 10 25 30 40 50

Growth (%)

PE 5.00 10.00 25.00 30.00 40.00 50.00

PK1 0.24 0.49 1.22 1.46 1.94 2.43

PK2 0.26 0.52 1.29 1.55 2.07 2.58

Page 58: Laporan Akhir - bppp.kemendag.go.idbppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/ANALISIS_KEBIJAKAN... · mempengaruhi Inflasi (teori), kebijakan Pemerintah di Indonesia, pentingnya inflasi

Puska Dagri, BP2KP, Kementerian Perdagangan 51

PK3 1.63 3.26 8.15 9.78 13.04 16.30

IHK 0.79 1.57 3.93 4.72 6.29 7.86

POV LINE 0.79 1.57 3.93 4.72 6.29 7.86

Pov Line Base 271,626 271,626 271,626 271,626 271,626 271,626

Pov Line New 273,762 275,897 282,304 284,440 288,711 292,983

% Poverty Base 15.30 15.30 15.30 15.30 15.30 15.30

% Poverty New 15.66 16.02 17.10 17.46 18.18 18.90

Delta % Pov 0.36 0.72 1.80 2.16 2.88 3.60

Dalam hal dampak terhadap kemiskinan, keseluruhan ketiga kelompok

skenario diatas mengasumsikan bahwa tidak ada peningkatan pada level

konsumsi (income) masyarakat. Perubahan level konsumsi atau income

masyarakat itu sangat penting dalam “mengkompensasi” pergeseran atau

peningkatan garis kemiskinan akibat inflasi.

Tabel-tabel diatas memberikan gambaran bagi pengambil kebijakan

untuk melakukan pemilihan skenario atau kombinasi kenaikan harga

komoditas energi. Salah satu pertimbangan penting lain yang dapat dijadikan

dasar untuk pemilihan skenario yang diambil selain pertimbangan

dampaknya pada inflasi dan kemiskinan adalah besarnya nilai subsidi yang

dapat dihemat akibat kenaikan harga tersebut. Selain itu, dapat juga diambil

pertimbangan skenario mana yang lebih memberikan landasan bagi

pengelolaan energi ke depan.

Jika melihat skenario-skenario diatas, atas beberapa pertimbangan

tersebut, dapat saja pengambil kebijakan mengambil skenario yang

memberikan dampak cukup besar pada inflasi dan kemiskinan. Dalam kasus

ini, maka kebijakan tersebut perlu didampingi dengan kebijakan lain untuk

mengkompensasi dampaknya terhadap kemiskinan. Kebijakan lain tersebut

dapat berupa kebijakan yang diarahkan untuk meningkatkan konsumsi (daya

beli) kelompok masyarakat yang diperkirakan akan terdampak kebijakan ini.

Selain itu, kebijakan pendamping ini juga dapat diarahkan untuk meringankan

beban masyarakat dalam mengakses atau membeli komoditi-komoditi pokok.

Page 59: Laporan Akhir - bppp.kemendag.go.idbppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/ANALISIS_KEBIJAKAN... · mempengaruhi Inflasi (teori), kebijakan Pemerintah di Indonesia, pentingnya inflasi

Puska Dagri, BP2KP, Kementerian Perdagangan 52

5. BAB V

KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan uraian pada bagian pembahasan sebelumnya, hasil

analisis ini dapt disimpulkan sebagai berikut:

a. Kebijakan pemerintah, khususnya yang sangat terkait atau berakibat

pada peningkatan harga energi, dapat memberikan dampak pada inflasi

dan kemiskinan. Model-model beserta simulasi yang dikembangkan

dalam kajian ini, telah dapat menunjukkan bagaimana kebijakan tersebut

berdampak pada inflasi dan kemiskinan.

b. Hasil simulasi menunjukkan bahwa skenario-skenario kebijakan

pemerintah yang menghasilkan kombinasi kenaikan harga komoditas-

komoditas energi dapat dikembangkan untuk menghasilkan dampak yang

minimal, utamanya terhadap kemiskinan. Selain itu, patut dikembangkan

juga skenario peningkatan tingkat konsumsi masyarakat untuk

mengkompensasi pergerakan garis kemiskinan yang melahirkan

pergerakan atau peningkatan tingkat kemiskinan.

c. model-model ini, skenario-skenario berikutnya dapat terus dikembangkan

yang berbasis pada dua instrumen diatas.

5.2 Rekomendasi Kebijakan

Pengembangan kebijakan untuk mengantisipasi dampak kenaikan

harga energi (dan pangan) terhadap inflasi dan (terutama) kemiskinan ini

sangat penting karena seringkali pengambilan kebijakan yang berakibat pada

kenaikan harga tersebut sulit dihindari. Pendekatan terbaik selanjutnya

adalah pada proses mitigasi atau meminimalkan dampaknya.

Untuk ini skenario mitigasi yang berbasis pada dua instrumen

(kombinasi kenaikan harga yang tepat, serta kompensasi pada masyarakat

Page 60: Laporan Akhir - bppp.kemendag.go.idbppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/ANALISIS_KEBIJAKAN... · mempengaruhi Inflasi (teori), kebijakan Pemerintah di Indonesia, pentingnya inflasi

Puska Dagri, BP2KP, Kementerian Perdagangan 53

untuk memastikan adanya peningkatan tingkat konsumsi) dapat penting

untuk dikembangkan.

Dalam kaitannya dengan tupoksi kementerian perdagangan, berbagai

instrumen perdagangan dapat dikembangkan untuk menghasilkan

peningkatan tingkat konsumsi masyarakat secara riil. Salah satu yang dapat

dilakukan untuk ini adalah kegiatan operasi pasar untuk meningkatkan akses

masyarakat miskin dan hampir miskin pada barang-barang kebutuhan pokok

dengan harga yang lebih murah. Kegiatan ini, walaupun secara nominal tidak

meningkatkan income masyarakat, namun secara riil daya beli atau

konsumsinya terangkat (dengan akses harga yang murah tersebut).

Sehingga, walaupun garis kemiskinan secara nominal meningkat, akses

terhadap barang-barang kebutuhan pokok (khususnya bahan makanan) tetap

terjaga.

Page 61: Laporan Akhir - bppp.kemendag.go.idbppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/ANALISIS_KEBIJAKAN... · mempengaruhi Inflasi (teori), kebijakan Pemerintah di Indonesia, pentingnya inflasi

Puska Dagri, BP2KP, Kementerian Perdagangan 54

DAFTAR PUSTAKA

Bank Indonesia. (2015). Retrieved Juli 7, 2015, from Bank Indonesia:

http://www.bi.go.id/id/moneter/inflasi/pengenalan/Contents/Pentingny

a.aspx

Barro, R. J. (1995). Inflation and Economic Growth. Working Paper National

Bureau of Economic Research .

Fischer, S. (1993). The Role of Macraeconomics Factor in Growth. Working

Paper National Bureau of Economics Research .

Furlong, F., & Ingenito, R. (1996). Commodity Price and Inflation. FRBSF

Economic Review , 27-47.

Khan, M. S., & Senhadji, A. S. (2000). Threshold Effect in Relationship

Between Inflation and Growth. IMF Working Paper .

Pokjanas TPID. (2014). Buku Petunjuk TPID.

Prastowo, N. J., Yanuarti, T., & Depari, Y. (2008). Pengaruh Distribusi dalam

Pembentukan Harga Komoditas dan Implikasinya terhadap Inflasi.

Bank Indonesia.

Page 62: Laporan Akhir - bppp.kemendag.go.idbppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/ANALISIS_KEBIJAKAN... · mempengaruhi Inflasi (teori), kebijakan Pemerintah di Indonesia, pentingnya inflasi

Puska Dagri, BP2KP, Kementerian Perdagangan 55

LAMPIRAN

Page 63: Laporan Akhir - bppp.kemendag.go.idbppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/ANALISIS_KEBIJAKAN... · mempengaruhi Inflasi (teori), kebijakan Pemerintah di Indonesia, pentingnya inflasi

Puska Dagri, BP2KP, Kementerian Perdagangan 56

NOTULENSI

DISKUSI TERBATAS

ANALISIS DAMPAK KEBIJAKAN PEMERINTAH TERHADAP

INFLASI DAN KEMISKINAN

Jumat, 8 Mei 2015

A. PENDAHULUAN

Diskusi terbatas Analisis Dampak Kebijakan Pemerintah Terhadap Inflasi dan

Kemiskinan dilaksanakan di ruang rapat Pusat Kebijakan Perdagangan Dalam

Negeri BP2KP, Lantai 15 Gedung Utama Kementerian Perdagangan. Diskusi

terbatas dipimpin oleh Kepala Pusat Kebijakan Perdagangan Dalam Negeri

BP2KP dengan narasumber dari Kemenko Bidang Perekonomian, Bank Indonesia

dan Badan Pusat Statistik. Tujuan diskusi terbatas adalah untuk mendapatkan

masukan terkait dengan hasil sementara dari Analisis Dampak Kebijakan

Pemerintah Terhadap Inflasi dan Kemiskinan yang telah dilakukan.

B. MASUKAN/TANGGAPAN

1. Elias Payong (Kemenko Bidang Perekonomian)

a. Salah satu hal yang perlu dicermati adalah bobot inflasi dari tiap

komoditi pangan. Dalam analisis ini komoditi pangan adalah hal terkena

kebijakan pemerintah dan selanjutnya akan berimbas kepada tingkat

inflasi.

b. Target inflasi dalam RPJMN 2015-2019 berkisar 3,5 persen sampai

dengan 4,7 persen per tahun. Sampai dengan bulan April tahun 2015

tingkat inflasi tahun kalender masih negatif, sehingga target asumsi

inflasi tahun ini masih bisa tercapai.

c. Untuk menghitung elastisitas, saat ini terdapat model baru yang masih

terus dikembangkan yaitu model Almost Ideal Demand System (AIDS

Page 64: Laporan Akhir - bppp.kemendag.go.idbppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/ANALISIS_KEBIJAKAN... · mempengaruhi Inflasi (teori), kebijakan Pemerintah di Indonesia, pentingnya inflasi

Puska Dagri, BP2KP, Kementerian Perdagangan 57

Model), model ini merupakan model yang bisa menghitung elastisitias

dengan data sisaan/ error lebih kecil

2. Yunita (BPS)

a. Penghitungan inflasi sangat terkait dengan bobot komoditas. Bobot

tersebut diperoleh dari survey biaya hidup (SBH) rumah tangga. Bobot

komoditas menggambarkan seberapa besar persentase pengeluaran

masing-masing komoditas. Perubahan harga sedikit saja pada komoditas

yang mempunyai bobot yang besar, akan berpengaruh terhadap inflasi.

b. Akan lebih baik jika data bobot dalam analisis tidak menggunakan data

Susenas, tetapi menggunakan data bobot hasil survei biaya hidup (SBH)

karena penelitian ini terkait dengan inflasi.

3. Diana (BI)

a. Berdasarkan model yang ditayangkan dalam pemaparan, akan lebih baik

jika variabel income (pendapatan) dimasukkan sehingga analisis

terhadap kemiskinan tidak hanya dilihat dari satu sisi. Karena jika analisis

kemiskinan tidak melihat variabel income atau mitigasi semacam

bantuan langsung tunai (BLT) sebagai variabel kontrol, model penelitian

ini hanya melihat satu sisi dan bisa jadi hasilnya akan bias.

b. Range data yang digunakan lebih baik diperpanjang tidak hanya dari

tahun 2011 agar hasil analisis lebih kokoh (robust). Selain itu data

kemiskinan dikeluarkan dua kali dalam setahun, sehingga jika range data

hanya dari 2011 maka mungkin hanya didapatkan 12 titik pengamatan

dan jumlah ini sangat sedikit jika akan dilakukan analisis ekonometri.

4. Wayan R Susila (CADS)

Bagi negara berkembang seperti Indonesia, pasar produk makanan (pangan)

merupakan salah satu pasar barang yang memegang peran kunci dalam

penentuan laju inflasi. Dengan demikian dalam mengendalikan laju inflasi di

Indonesia, salah satu aspek yang patut mendapat perhatian yaitu

Page 65: Laporan Akhir - bppp.kemendag.go.idbppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/ANALISIS_KEBIJAKAN... · mempengaruhi Inflasi (teori), kebijakan Pemerintah di Indonesia, pentingnya inflasi

Puska Dagri, BP2KP, Kementerian Perdagangan 58

pengendalian terhadap harga kelompok makanan. Dengan

mempertimbangan prospek perekonomian Indonesia yang relatif belum

menunjukkan perubahan yang substansial, peran kelompok pangan terhadap

laju inflasi diperkirakan akan masih dominan.

C. PENUTUP/KESIMPULAN

Analisis ini diharapkan dapat menghasilkan suatu model yang dapat

diaplikasikan sehingga jika pimpinan membutuhkan analisis mengenai dampak

kebijakan pemerintah terhadap inflasi dan kemiskinan, informasi yang

dibutuhkan dapat disampaikan dengan lebih cepat. Masukan dan tanggapan

dari narasumber dan peserta diskusi terbatas akan diakomodir untuk

memperbaiki dan melengkapi proses analisis ini. Diskusi terbatas yang kedua

akan diadakan lagi dengan agenda presentasi hasil akhir analisis dengan

narasumber dan peserta yang hadir diharapkan tidak berbeda.

Page 66: Laporan Akhir - bppp.kemendag.go.idbppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/ANALISIS_KEBIJAKAN... · mempengaruhi Inflasi (teori), kebijakan Pemerintah di Indonesia, pentingnya inflasi

Puska Dagri, BP2KP, Kementerian Perdagangan 59

NOTULENSI

DISKUSI TERBATAS II

ANALISIS DAMPAK KEBIJAKAN PEMERINTAH TERHADAP

INFLASI DAN KEMISKINAN

Jumat, 26 Mei 2015

A. PENDAHULUAN

Diskusi terbatas ini merupakan diskusi terbatas tahap kedua, yang dilaksanakan

dengan maksud untuk mendapatkan masukan terkait dengan hasil akhir dari

Analisis Dampak Kebijakan Pemerintah Terhadap Inflasi dan Kemiskinan yang

telah dilakukan. Diskusi terbatas Analisis Dampak Kebijakan Pemerintah

Terhadap Inflasi dan Kemiskinan dilaksanakan di ruang rapat Pusat Kebijakan

Perdagangan Dalam Negeri BP2KP, Lantai 15 Gedung Utama Kementerian

Perdagangan. Diskusi terbatas dipimpin oleh Kepala Pusat Kebijakan

Perdagangan Dalam Negeri BP2KP dengan narasumber dari Kemenko Bidang

Perekonomian, CADS, Bank Indonesia dan Badan Pusat Statistik. Pemaparan

hasil penelitian dari tenaga ahli dan tim penelitian mencakup perbaikan

berdasarkan masukan dari diskusi terbatas yang pertama dan juga perbaikan

struktur data untuk menghindari gejala multikolinieritas dalam model.

B. MASUKAN/TANGGAPAN

1. Elias Payong (Kemenko Bidang Perekonomian)

a. Sebenarnya harga-harga komoditas dapat dijadikan sebagai leading

indicator inflasi. Hal ini karena harga komoditas mampu merespon

secara cepat shock yang terjadi dalam perekonomian secara umum,

seperti peningkatan permintaan (aggregate demand shock). Selain itu,

harga komoditas juga mampu merespon terhadap non-economic shock

seperti banjir, tanah longsor dan bencana alam lainnya yang

menghambat jalur distribusi.

Page 67: Laporan Akhir - bppp.kemendag.go.idbppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/ANALISIS_KEBIJAKAN... · mempengaruhi Inflasi (teori), kebijakan Pemerintah di Indonesia, pentingnya inflasi

Puska Dagri, BP2KP, Kementerian Perdagangan 60

b. Pergerakan harga komoditas pangan/pertanian akan selaras dengan

perkembangan harga barang secara keseluruhan, walaupun besarannya

akan berbeda. Respon harga yang cepat tersebut dapat memberikan

sinyal bahwa kenaikan harga barang lainnya akan menyusul sehingga

tekanan inflasi meningkat.

2. Yunita (BPS)

a. Model regresi melibatkan jumlah indikator yang cukup besar, maka

untuk menghindari gejala multikolinieritas dalam model, variabel-

variabel komoditas bisa dikelompokkan dalam suatu indeks harga

dengan menggunakan pendekatan principal component analysis (PCA).

PCA digunakan untuk menjelaskan struktur matriks varians- kovarians

dari suatu set variabel melalui kombinasi linier dari variabel-variabel

tersebut.

b. Pasal 72 PP No. 36 Tahun 2004 mengatur bahwa harga bahan bakar

minyak dan gas bumi diatur dan/atau ditetapkan oleh pemerintah.

Sebelumnya, MK mengamanatkan bahwa dalam kebijakan penentuan

harga komoditas yang menguasai hajat hidup orang banyak, termasuk di

dalamnya BBM dan gas bumi dibutuhkan campur tangan pemerintah.

3. Diana (BI)

a. Analisis ini mengacu pada suatu model yang dibangun secara terintegrasi.

Dalam operasionalnya, analisis bisa dilakukan dengan menggunakan

beberapa tahap pemodelan dengan spesifikasi yang berbeda. Maka dari

itu bisa dibangun dua tahap model, pertama Pemodelan untuk mengukur

dampak kebijakan pemerintah terhadap harga kebutuhan pokok dan

kedua, pemodelan untuk melihat dampak dari kebijakan harga dan inflasi

terhadap kemiskinan berdasarkan hasil tahap pertama.

b. Sejak Desember 2014, Pemerintah mengeluarkan kebijakan baru

penetapan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) Bersubsidi. Pemerintah

Page 68: Laporan Akhir - bppp.kemendag.go.idbppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/ANALISIS_KEBIJAKAN... · mempengaruhi Inflasi (teori), kebijakan Pemerintah di Indonesia, pentingnya inflasi

Puska Dagri, BP2KP, Kementerian Perdagangan 61

mengklasifikasikan BBM menjadi tiga kategori dengan variasi harga

didalamnya, tiga kategori tersebut yaitu, BBM Tertentu yaitu adalah

BBM yang diberikan subsidi, BBM khusus penugasan dan BBM Umum.

4. Wayan R Susila (CADS)

Bagi negara berkembang seperti Indonesia, pasar produk makanan (pangan)

merupakan salah satu pasar barang yang memegang peran kunci dalam

penentuan laju inflasi. Dengan demikian dalam mengendalikan laju inflasi di

Indonesia, salah satu aspek yang patut mendapat perhatian yaitu

pengendalian terhadap harga kelompok makanan. Dengan

mempertimbangan prospek perekonomian Indonesia yang relatif belum

menunjukkan perubahan yang substansial, peran kelompok pangan terhadap

laju inflasi diperkirakan akan masih dominan.

C. PENUTUP/KESIMPULAN

Analisis ini telah menghasilkan suatu tempalate yang dapat diaplikasikan secara

langsung Maka dari itu jika pimpinan membutuhkan analisis mengenai dampak

kebijakan pemerintah terhadap inflasi dan kemiskinan informasi yang

dibutuhkan dapat disampaikan dengan lebih cepat. Masukan dan tanggapan

dari narasumber dan peserta diskusi terbatas merupakan hal yang sangat

bermanfaat bagi pelaksanaan analisis ini. Diharapkan hasil penelitian ini

dimanfaatkan terutama bagi para pengambil keputusan dan juga bisa dijadikan

acuan bagi para akademisi dan juga masayarakat umum.