Upload
zendy-aprio
View
194
Download
11
Embed Size (px)
DESCRIPTION
laporan akhir
Citation preview
Laporan Akhir
PRAKTIKUM GEOFISIKA I
MENGUKUR KETINGGIAN DENGAN MENGGUNAKAN
ALTIMETER
GF 1-6
Nama : Fitri Yudiasiswi
NPM : 1403100100085
Hari/Tgl Percobaan : Senin 22 Oktober 2012
Waktu Percobaan : 12.30 – 15.00 WIB
Asisten : R. Herwindo W.P
LABORATORIUM GEOFISIKA
PRODI GEOFISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2012
IntisariAltimeter PAulin merupakan salah satu jenis altimeter yang mempunyai
konstruksi khusus dan berbeda dari jenis laiinya, yaitu terbagi atas surveying
altimeter yaitu pembaca langsung yang dilaukan pengamat, dan altimeter barograph
yaitu altimeter otomat, alat yang secara otomatis mencatat setiap perubahan tinggi
dalam interval waktu tertentu.
.
GF 1-6
MENGUKUR KETINGGIAN DENGAN MENGGUNAKAN
ALTIMETER
Tujuan
1. Memahami cara penggunaan Altimeter
2. Memahami cara akusisi data dengan metode satu alat atau dua alat
3. Memahami cara pengolahan datanya
Peralatan
1. Altimeter Paulin
2. Alat tulis, hitung
3. Tabel pengamatan data
Teori Dasar
Ketinggian suatu titik pada dasarnya menunjukan posisi suatu titik diatas
bidang datum tertentu, sehingga koordinatnya hanya terdiri dari satu parameter saja,
yaitu jarak titik tersebut terhadap bidang datum.
ΔH
A
Beda Tinggi titik A dan B
I. Metode Pengukuran Tinggi
Ketinggian atau beda tinggi suatu tempat dipermukaan bumi dapat
ditentukan dengan berbagai metode pengukuran secara prinsip Metode pengukutan
beda tinggi dapat dikelompokan menjadi :
Metode Sifat Datar.
Metode pengukuran beda tinggi yang paling teliti dibandingkan yang
lainnya. Pada prinsipnya beda tinggi antara dua titik adalah jarak antara bidang
ekuipotensial yang melalui suatu titik dengan ekuipotensial lainnya.
Pada metode sifat datar, pengukuran beda tinggi tersebut dilakukan dengan
menggunakan alat ukur waterpass ditempatkan diantara dua titik ukur.
Seperti Gambar Berikut :
B M
ΔH
Q
P
Gambar 1.1Pengukuran Beda Tinggi dengan Metode Sifat Datar
Beda Tingginya :
B : Pembacaan alat pada rambu belakang
M : Pembacaan Alat pada rambu muka
AB : Garis Bidik dalam keadaan mendatar ke rambu belakang
AM : Garis Bidik dalam keadaan mendatar ke rambu muka
ΔH : Beda tinggi antara titik P dan Q
Metode Trigonometris,
Garis bidik dari alat ukur dapat dibuat dalam keadaan miring serta alat
ukur pada umumnya ditempatkan diatas titik ukur (R) sedangkan pada titik ukur
lainnya (S) ditempatkan Rambu Ukur.
ΔH = B - M
Gambarnya sebagai berikut
BA
BB
Jm
B
z
m
HAB
i
A
Jd
Gambar 1.2 Pengukuran Beda Tinggi dengan Cara Trigonometri
Metode Barometris
Metode barometris menggunakan barometer sebagai alat ukur. Metode
ini memakai prinsip menggunakan tekanan udara pada tempat yang akan dicari
ketinggiannya. Untuk mengetahui ketinggian dari muka air laut rata-rata. Setelah
ketinggian diketahui maka beda tinggi yang diperoleh kurang akurat, karena
tergantung dari suhu, kelembaban udara, dan juga gaya tarik bumi.
H = 0.5 X x ( BA- BB) x 100 x sin 2 m
Gambar 2.4. Pengukuran dengan Metode Barometris
Dalam pemilihan titik detail harus disesuaikan dengan kondisi lapangan,,
yaitu jangan terlalu jarang maupun terlalu rapat. Jika titik terlalu jarang maka hasil
peta situasi tidak akan mencerminkan kondisi yang sebenarnya, namun jika terlalu
rapat, kurang efisien. Untuk daerah datar cukup diambil beberapa titik saja tetapi
untuk tanah bergelombang diambil titik efektifnya, untuk parit diambil data tentang
kedalaman dan lebarnya. Pada awalnya alat ukur yang digunakan untuk pengukuran
tekanan udara ini adalah barometer baik raksa dan aneroid, sehingga mengalamo
perubahan dimana hasil ukuran udara ini dapat langsung dikonversikan kedalam
bacaan tinggi, Barometer ini yang disebut dengan Altimeter
Altimeter adalah alat untuk mengukur ketinggian suatu titik dari permukaan
laut. Biasanya digunakan sebagai navigasi dalam penerbangan, pendakian, dan
kegiatan yang berhubungan dengan ketinggian. Altimeter dipengaruhi oleh 3 hal
dalam cara kerjanya, yaitu tekanan udara, magnet bumi, dan gelombang
Pada altimeter sendiri, hasil pengukuran tekanan udaranya dapat dikonfersi
kedalam ukuran ketinggian secara langsung. Tetapi pada altimeter sendiri juga
memiliki ketetapan, saat pengukuran diluar kondisi ideal, maka diperlukan koreksi
temperatur dan barometris.
Pada kondisi ini kita berbicara tentang penggunaan altimeter dalam dunia
eksplorasi. Pada situasi ini kita menggunakan altimeter paulin. Altimeter paulin
sendiri mempunyai dua jenis, yaitu altimeter survey dan altimeter barograf
h AB
A
II. Koreksi Yang dilakukan Dalam Survey Altimeter
1. Koreksi temperatur
Koreksi ini dilakukan untuk mengetahui selisih bacaan tinggi yang diperoleh
altimeter sebagai akibat perbedaan temperatur udara dengan temperatur baku
pada altimeter itu sendiri. Pada dasarnya, perhitungan koreksi temperatur ini
didasarkan pada perubahan volume suatu masa udara pada temperatur baku
untuk tiap perubahan temperatur pada tekanan tetap (0,204%)
Beda altimeter bisa didapat dari hasil pengurangan nilai pembacaan sesudah
dengan nilai sebelum pembacaan dan temperatur rata-rata bisa diperoleh dari
penjumlahan temperatur sebelumnya dengan temperatur sesudahnya yang
kemudian dibagi dua
2. Koreksi Barometer
Untuk menentukan koreksi barometris maka jalur pengukuran harus
diletakkan pada suatu titik acuan. Saat pengukuran pertama dititik awal dan
dititik akhir pasti akan berbeda walau kembali ke titik yang sama, itulah yang
menjadi koreksinya.
III. Metode Pengukuran. Pada Altimeter
1. Metode satu altimeter
a. Dimulai dari satu titik acuan
b. Menggunakan 1 altimeter
c. Memerlukan pengamat
d. Perlunya alat ukur pelengkap
i. 1 termometer
ii. 1 arloji
e. Menyetel altimeter pada titik ketinggian acuan
f. Catat data yang didapatkan
g. Dilakukan di alam terbuka dan terlindung dari terik matahari
h. Kondisi atmosfer harus sama
i. Mengasumsikan tekanan udara berbanding lurus dengan lamanya
pengukuran
2. Metode dua altimeter dengan satu basis
a. Perlunya titik acuan
b. Menggunakan dua altimeter
c. Diperlukan alat pelengkapa
i. Dua termometer
ii. Dua arloji
d. Pada awal pengukuran, dua altimeter dalam ketinggian yang sama
e. Satu altimeter (diam) ditempatkan dititik awal pengukuran
f. Baca data yang didapatkan
g. Altimeter bergerak berjalan dan kembali ke titik awal
h. Baca juga harga temperatur dan arloji
i. Harus dilakukan di alam terbuka
j. Kondisi atmosfer harus sama
k. Mengasumsikan tekanan udara berbanding lurus dengan lamanya
pengukuran.
Tabel data
Titik Amat
Koordinat Geodetis Koordinat UTMWaktu Nilai
AltimeterBujur Lintang X YBase 6.92735 107.77357 9233376 806507 11:15:30 780
1 6.92844 107.77366 9233262 806521 11:23:26 7752 6.9307 107.77486 9233021 806653 11:29:36 7603 6.93005 107.77588 9233085 806772 11:35:08 7684 6.92945 107.77659 9233156 806891 11:38:12 7285 6.92894 107.77745 9233272 806966 11:43:14 7796 6.92704 107.77762 9233410 806953 11:47:14 7927 6.92592 107.77691 9233541 806876 11:51:27 7928 6.92321 107.77467 9233844 806633 12:00:15 8029 6.92188 107.77259 9233999 806400 12:06:31 812
10 6.92167 107.77094 9234023 806103 12:17:49 82611 6.9238 107.77013 9233718 806263 12:23:54 80612 6.92503 107.77138 9233594 806235 12:28:05 802
Base 6.92743 107.77377 9233376 806526 12:36:33 790
Pengolahan Data
Pengolahan data pada altimeter yaitu koreksi temperature terhadap nilai
altimeter yang didapatkan
Contoh :
Koreksi Temperatur = ((49-50)*(0.204/100))*(775-760)
KT = 0,012
Dengan menggunakan cara rumus di atas dapat kita pakaikan, sehingga
mendapatkan data seperti di bawah ini
Titik Amat
Koordinat Geodetis Koordinat UTMWaktu Nilai
AltimeterKoreksi
TemperaturBujur Lintang X YBase 6.92735 107.77357 9233376 806507 11:15:30 780 0
1 6.92844 107.77366 9233262 806521 11:23:26 775 0.01022 6.9307 107.77486 9233021 806653 11:29:36 760 0.03063 6.93005 107.77588 9233085 806772 11:35:08 768 0.08164 6.92945 107.77659 9233156 806891 11:38:12 728 -0.104045 6.92894 107.77745 9233272 806966 11:43:14 779 -0.026526 6.92704 107.77762 9233410 806953 11:47:14 792 -0.026527 6.92592 107.77691 9233541 806876 11:51:27 792 08 6.92321 107.77467 9233844 806633 12:00:15 802 -0.02049 6.92188 107.77259 9233999 806400 12:06:31 812 -0.02856
10 6.92167 107.77094 9234023 806103 12:17:49 826 0.040811 6.9238 107.77013 9233718 806263 12:23:54 806 0.040812 6.92503 107.77138 9233594 806235 12:28:05 802 0.00816
Base 6.92743 107.77377 9233376 806526 12:36:33 790 1.6116
Analisa
Pada praktikum altimeter banyak data yang tidak didapakan, pada metodanya
sendiri harus memakai termometer, tetapi saat pengambilan data tidak dipakai
termometer. Sehingga hanya koreksi tempertaur yang dapat kita olah, dan suhu rata-
rata diambil dari prediksi yang telah ditentukan. Pengambilan data dilakukan dengan
mengambil 12 titik di selingkaran kampus Universitas Padjadjaran ditambah 1 titik
base. Dari angka yang didapatkan dapat kita lihat bagaimana permukaan daerah yang
telah diambil datanya. Tetapi tetap ada kurang akuratnya alat pada praktikum ini.
Karena data yang didapatkan di base awalnya tida sama dengan data yang didapatka
saat kembali ke base.
Kesimpulan
Dari praktikum ini praktikan dapat mengetahi cara penggunaan altimeter.
Bagaimana cara kerja altimeter. Altimeter harus diset terlebih dahulu pada base, yang
kemudian baru bisa dibawa untuk pengambilan data. Altimeter sangat berhantung
pada suhu untuk menentukan nilai ketinggiannya. Tapi sayangnya pada praktikum
kali ini temperatur tidak bisa didapatkan karena tidak adanya termometer saat
pengambilan data. Tapi dibalik itu, praktikan sudah dapat menggunakan dan
memakai alat altimeter.
Daftar Pustaka
1. http://www.artikata.com/arti-5782-altimeter.html
2. http://aris.sunawar.com/2008/11/10/altimeter/
3. http://id.wikipedia.org/wiki/Altimeter
4. http://www.ilmuterbang.com/artikel-mainmenu-29/teori-penerbangan-
mainmenu-68/27-instrument-rating/363-koreksi-altimeter