27
LAPORAN AKHIR ILMU KAYU DISUSUN OLEH : ENDAH DWI PURWANINGSIH C1L 012 015 PROGRAM STUDY KEHUTANAN UNIVERSITAS MATARAM 2014

LAPORAN AKHIR ILMU KAYU.docx

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: LAPORAN AKHIR ILMU KAYU.docx

LAPORAN AKHIR

ILMU KAYU

DISUSUN OLEH :

ENDAH DWI PURWANINGSIH

C1L 012 015

PROGRAM STUDY KEHUTANAN

UNIVERSITAS MATARAM

2014

Page 2: LAPORAN AKHIR ILMU KAYU.docx
Page 3: LAPORAN AKHIR ILMU KAYU.docx

BAB I

PENDAHULUAN

1.      Latar Bealakang

Kayu merupakan hasil hutan dari sumber daya alam yang merupakan bahan mentah

yang mudah diproses menjadi barang atau bentuk lain yang sesuai dengan kemajuan

teknologi. Pengertian kayu adalah suatu barang yang diporoleh dari hasil pemungutan pohon

di hutan yang merupakan bagian pohon tersebut. Kayu berasal dari berbagai pohon yang

memiliki sifat berbeda-beda. Bahkan dari pohon memiliki sifat agak berbeda. Sifat yang

dimaksud antara lain sifat anatomi kayu, sifat fisika dan kimianya. Dalam hubungannya maka

ada perlunya jika sifat-sifat kayu itu diketahui lebih dulu, sebelum dipergunakan berbagai

bahan bangunan industri kayu, maupun untuk pembuatan perabotan.

Kayu merupakan sumber daya alam yang dapat diperbaharui dan tersedia dalam

berbagi macam spesies. Namun, salah satu sifat kayu yang tidak menguntungkan adalah

kepekaan terhadap faktor perusak kayu, baik faktor biotik maupun non biotik. Faktor  biotik

perusak kayu antara lain adalah jamur, bakteri, serangga dan cacing laut. Faktor perusak kayu

non biotik meliputi pengaruh mekanis, kimia dan fisis pada kayu.

Berat jenis kayu adalah salah satu sifat fisika kayu yang paling penting. Kebanyakan

sifat mekanik kayu sangat berhubungan dengan berat jenis dan kerapatan. Di dalam bahasan-

bahasan umum istilah berat jenis dan kerapatan sering digunakan secara campur aduk.

Namun, seperti yang akan dibahas kemudian istilah-istilah ini mempunyai arti yang tepat dan

berbeda meskipun keduanya mengacu pada konsep yang sama. Kekuatan maupun kekakuan

kayu naik dengan berat jenis. Ciri transmisi panas kayu naik dengan berat jenis seperti halnya

panas per satuan volume yang dihasilkan dalam pembakaran. Kelakuan penyusutan dan

pengembangan kayu juga terpengaruh, meskipun hubungannya tidak begitu langsung seperti

halnya sifat-sifat kekuatan. Sifat-sifat fisik lainnya adalah kadar air, kembang susut dan

kekuatan kayu.

Oleh sebab itu, pemahaman mengenai ilmu kayu penting adanya dengan maksud

untuk lebih mengetahui berbagai jenis kayu,kandungannya,manfaatnya,maupun cara

perkembangbiakannya.

2.      Tujuan

Page 4: LAPORAN AKHIR ILMU KAYU.docx

Adapun tujuan praktikum anatomi dan sifat fisia kayu ini sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui anatomi kayu sesuai sampel yaitu kayu weru, sengon, jati, pulai,

bayur.

2. Untuk mengetahui cara pengukuran perubahan dimensi pada kayu.

3. Untuk mengetahui cara menentukan kadar air dengan metode kering tanur pada kayu.

4. Untuk mengetahui cara penentuan berat jenis kayu.

Page 5: LAPORAN AKHIR ILMU KAYU.docx

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. Anatomi Kayu

Sifat struktur/mikroskopis adalah sifat yang dapat kita ketahui dengan

mempergunakan alat bantu, yaitu kaca pembesar (loupe) dengan pembesaran 10 kali.

Sifat makroskopis kayu dapat diidentifikasi dari beberapa hal, yaitu warna kayu, tekstur, arah

serat, corak, berat, kesan raba, lingkaran tumbuh dan bau. (Haygreen dan Bowyer 1996)

Perbedaan tekstur pada berbagai jenis kayu disebabkan oleh adanya variasi tekstur sel 

dan ukuran sel penyusun masing-masing kayu yang berbeda.  Kayu yang memiliki pori besar

kemungknan memiliki tekstur yang kasar sedangkan kayu yang berpori kecil memiliki tekstur

yang halus (Dumanauw, 1990).

Tekstur sering digunakan secara umum menyatakan semua sel kayu yang terpisahkan

dalam proses pempuatan pulp. Namun dalam konteks morfologi kayu istilah tekstur adalah

xylem kayu teraspanjang meruncing dan biasa berdinding tebal (Haygreen dan Bowyer,

1996).

Kekerasan atau kelunakkan kayu merupakan petunjuk penting dalam menentukan

sifat fisik kayu.  Kekerasan dari suatu jenis kayu biasanya ditentukan oleh banyak tidaknya

zat dinding sel dalam kayu.  Kayu keras biasanya dihasilkan dari kayu daun lebar yang

menggugurkan daunnya pada musim kemarau atau musim gugur sedangkan kayu daun jarum

menghasilkan kayu lunak.  Dalam pembagian antara kayu daun lebar dan kayu daun jarum

didasarkan atas ada tidaknya pembuluh (Sjostrom, 1995).

Kilap kayu adalah suatu sifat kayu yang dapat memantulkan cahaya dimana kilap kayu

bergantung pada sudut datangnya sinar yang mengenai permukaan kayu dan juga tergantung

pada tipe sel yang menyusun permukaan kayu.  Kayu berkadar ekstraktif lebih berkilap dari

pada yang berkadar ekstraktif tinggi. (http://trisnusatriadi.blogspot.com/2009/05/html.kadar-

air-kayu. Makassar).

Arah serat adalah arah sejajar sumbu batang yang sebagian besar serat kayunya

meruncing dan panjang.  Arah serat dapat ditentukan oleh alur-lur yang terdapat pada

permukaan kayu.  Kayu dikatakan berserat lurus jika arah sel-selnya melintang atau

Page 6: LAPORAN AKHIR ILMU KAYU.docx

membentuk sudut terhadap sumbu panjang batang, maka kayu tersebut dikatakan serat

moncong (Dumanauw, 1990).

Kesan raba adalah kesan yang kita peroleh saat kita meraba permukaan suatu kayu

tertentu. Ada kayu yang bila diraba terasa kasar, licin dan sebagainya. Kesan raba yang

berbeda-beda tersebut untuk setiap jenis kayu tergantung dari tekstur kayu, besra kecilnya air

dan dikandung serta kadar zat ekstraktif yang terdapat pada kayu (Dumanauw, 1990).

1.1. Anatomi Kayu Bayur

Kayu teras bayur berwarna merah pucat, merah-coklat muda, hingga keungu-

unguan atau semu lembayung. Kayu gubalnya putih kotor hingga kelabu. (Sjostrom.

1995)

1.2. Anatomi Kayu Sengon

Tekstur kayu sengon adalah agak halus sampai kasar. Kayu tarik memiliki

banyak kelemahan, salah satunya adalah timbulnya permukaan yang berserabut pada

kayu setelah digergaji. (Tsoumis1976)

1.3. Anatomi Kayu Weru

Kayun Weru berwarna cokelat hingga cokelat terang, dengan jalur-jalur terang

dan gelap; sukar untuk digergaji karena adanya serat yang berpadu. (Sanusi, 1985).

1.4. Anatomi Kayu Jati

Jati merupakan kayu yang agak keras dan agak berat. Bagian teras berwarna

kuning emas kecoklatan sampai coklat kemerahan, mudah dibedakan dari gubal yang

berwarna putih agak keabu-abuan. Kayu bercorak dekoratif yang indah karena

mempunyai lingkaran tumbuh yang jelas yang dapat dilihat baik pada bidang lintang,

radial maupun tangensial, sedikit buram dan berminyak. Tekstur kayu agak kasar

sampai kasar dan tidak rata. Arah serat lurus, bergelombang sampai agak berpadu.

Berat jenis kayu rata-rata 0,67 (0,62-0,75) dengan kelas awet I-II, dan kelas kuat II

(Siarudin M dan Marsoem SN. 2007).

Kayu jati mudah dikerjakan, baik dengan mesin maupun dengan alat tangan.

Jika alat-alat yang digunakan cukup tajam dapat dikerjakan sampai halus, tetapi

Page 7: LAPORAN AKHIR ILMU KAYU.docx

bidang transversal harus dikerjakan dengan hati-hati karena kayunya agak rapuh.

Kayu jati dapat divernis dan dipelitur dengan baik (Martawijaya et al., 1995).

Kayu jati memiliki ciri anatomi, yaitu pori berbentuk bulat sampai oval, tata

lingkar, diameter tangensial bagian kayu awalnya sekitar 340-370 μm, bagian kayu

akhirnya sekitar 50-290 μm, pori berisi tilosis dan berisi deposit berwarna putih.

Parenkim paratrakeal selubung tipis yang pada bagian kayu awal selubungnya agak

lebar sampai membentuk pita marginal, apotrakeal jarang umumnya membentuk

rantai yang terdiri dari sekitar 4 sel. Jari-jari dengan lebar yang terdiri dari 4 sel atau

lebih, jumlahnya sekitar 4-7 per mm arah tangensial, komposisi seragam dan tinggi

dapat mencapai 0,9 mm (Pandit dan Ramdan, 2002).

1.5. Anatomi Kayu Pulai

Pulai (Alstonia scholaris) memiliki pembuluh tunggal dan radial, parenkim

metatrakea dan jari-jari kayunya terlihat bertingkat serta serat kayunya

lurus,bertekstur sedang (Martawijaya dan Kartasujana, 1977).

2.                  Sifat Fisika Kayu

Kayu memiliki sifat higroskopis dimana keberadaan sifat ini menyebabkan kayu dapat

menyerap (absorpsi) dan melepaskan (desorpsi) air untuk menyesuaikan diri dengan kondisi

lingkungannya. Kemampuan arbspsi dan desorpsi kayu ini berakibat pada besarnya kadar air

yang selalu berubah tergantung pada suhu kelembaban lingkungan sekitarnya. Kadar air

merupakan banyaknya air yang dikandung kayu yang dinyatakan dalam persen terhadap berat

kering tanurnya (Krisnawati H, Kallio M, dan Kanninen M. 2011)

Besarnya kadar air dalam pohon hidup bervariasi antara 30-300% tergantung dari

spesies pohon, (hardwood atau softwood), posisi dalam batang (vertical dan horizontal) serta

musim (salju, semi, panas dan gugur). (Tsoumis.1991)

Ada dua hal yang terjadi pada perubahan dimensi kayu, yaitu penyusutan dan

pengembangan kayu. Penyusutan kayu merupakan Penyusutan dinding sel terjadi saat

molekul-molekul air terikat melepaskan diri dari molekul-molekul selulosa berantai panjang

dan molekul-molekul hemiselulosa yang kemudian bergerak saling mendekat. Banyaknya

penyusutan yang terjadi umumnya sebanding dengan jumlah air yang keluar dari dinding sel.

Pengembangan secara sederhana adalah kebalikan proses ini. (Siarudin M dan Marsoem SN.

2007).

Kekerasan kayu adalah kemampuan kayu untuk menahan gaya yang membuat takik

atau suatu lekukkan.  Kekerasan kayu dan kelunakkan kayu merupakan petunjuk penting

Page 8: LAPORAN AKHIR ILMU KAYU.docx

dalam menentukan sifat fisik kayu terutama tergantung pada banyaknya zat dinding sel.

(Fengel dan Wegener 1983)

Umumnya kayu memiliki berat antara 0,2-0,8 gram/cm3, jika kayu tidak memiliki

ruangan antar sel maka besarnya 12,3 gram/cm3.  Berat kayu juga dipengaruhi oleh

banyaknya pori dalam kayu.  Semakin banyak pori pada kayu, maka semakin ringan dan

sebaliknya kayu yang kurang memiliki pori maka kayu tersebut akan semakin berat (Sanusi,

1985).

Kadar air kayu berturut-turut dimulai dari kondisi segar, basah, titik jenuh serat, kadar

air tertentu, kering udara dan kering tanur. Kayu pada kondisi basah paling rawan terhadap

serangan organisme perusak misalnya serangga dan jamur. Kondisi kadar air tertentu (di

bawah titik jenuh serat) kayu rawan terhadap efek penyusutan yang tidak terkendali,

sedangkan kayu kering udara (disebut juga kering angin, seimbang, siap pakai atau stabil)

sangat penting untuk diterapkan di dalam penggunaan kayu sebagai bahan baku produk

tertentu. (Sanusi, 1985).

Kerapatan suatu benda yang homogen adalah massa atau berat persatuan volume,

sehingga kerapatan selalu dinyatakan dengan satuan gram/cm3 atau kg/m3. Massa atau berat

dan volume pada perhitungan kerapatan kayu dapat menggunakan berbagai macam kondisi

kayu (kondisi segar/basah, kering udara, kadar air tertentu dan kering tanur) . (Panshin dan de

Zeeuw 1980)

Kerapatan kayu di dalam suatu spesies ditemukan bervariasi dengan sejumlah faktor

yang meliputi letaknya di dalam pohon, letak dalam kisaran spesies tersebut, kondisi tempat

tumbuh, dan sumber sumber genetik. Beberapa pola variasi berat jenis yang telah dilaporkan

oleh dalam berbagai posisi batang yaitu pada arah radial (dari empulur/hati ke arah kulit).

(Panshin dan de Zeeuw 1980)

2.1. Sifat Fisika Kayu Bayur

Berat jenis kayu bayur berkisar antara 0,35–0,70 (rata-rata 0,53), dan

dimasukkan ke dalam kelas kuat III. Kayu ini termasuk mudah dikerjakan dengan

hasil yang baik; walaupun teksturnya agak kasar, namun permukaan kayu yang

dihasilkan umumnya licin dan berkilap. Kayu ini mudah dipelitur, dan mudah

dijadikan venir (lembaran tipis bahan kayu lapis). (Sanusi. 1990)

Page 9: LAPORAN AKHIR ILMU KAYU.docx

2.2. Sifat Fisika Kayu Weru

Kayu weru tergolong ke dalam kayu menengah hingga berat, dengan densitas

600–950 kg/m³ pada kadar air 15%, kuat, awet, dan tahan serangan rayap. (Tsoumis,

1991).

2.3. Sifat Fisika Kayu Jati

Kayu yang tergolong dalam kelas awet I-II dan kelas kuat II ini, memiliki tingkat kekerasan sedang, penyusutan arah radial dan tangensialnya rendah -masing-masing 2,8% dan 5,2%, serta mudah dikerjakan dengan tangan atau mesin (Martawijaya, 1977 dalam Yudiarti, 2001).

2.4. Sifat Fisika Kayu SengonSengon (Albizia moluccana) termasuk kelas awet IV/V dan kelas IV-V dengan

berat jenis 0,33 (0,24-0,49). Kayunya lunak dan mempunyai nilai penyusutan dalam

arah radial dan tangensial berturut-turut 2,5 persen dan 5,2 persen (basah sampai

kering tanur). Kayunya mudah digergaji, tetapi tidak semudah kayu meranti merah

dan dapat dikeringkan dengan cepat tanpa cacat (Martawijaya, 1989).

Page 10: LAPORAN AKHIR ILMU KAYU.docx

BAB III

METODOLOGI PRAKTIKUM

A.    WAKTU DAN TEMPAT PRAKTIKUM

Praktikum ilmu kayu ini dilaksanakan pada hari sabtu, tanggal 13 Desember pukul

14.00 WITA sampai selesai dan hari jumat tanggal 20 Desember 2013 pukul 14.00 WITA

sampai selesai, bertempat di Laboratorium Ilmu Kayu Program Studi Kehutanan Universitas

Mataram.

B.     ALAT DAN BAHAN

         Alat

Adapun alat-alat yang digunakan pada saat praktikum yaitu :

1.      Loupe (kaca pembesar)

2.      1 buah oven

3.      2 buah caliper

4.      1 buah gergaji

5.      3 buah spidol permanen

6.      1 buah timbangan

7.      Pisau

         Bahan

Adapun bahan-bahan yang digunakan pada saat praktikum yaitu :

1.      5 potong sampel kayu ukuran 2x2x2 cm dan 2x2x4 cm

2.      Buku praktikum

3.      Alat tulis

4.      Lembar pengamatan

C.     CARA KERJA

         Anatomi kayu

1.      Dilakukan pengamatan terhadap cirri-ciri dan sifat-sifat fisik kayu dengan mata

atau loupe.

2.      Digambar bidang tranversal (x) dari setiap jenis kayu yang diamati.

Page 11: LAPORAN AKHIR ILMU KAYU.docx

3.      Dibuat risalah untuk setiap jenis kayu yang diamati.

         Fisika kayu

A.    Perubahan Dimensi Kayu

1.      Disiapkan disk (lempeng kayu) yang berkondisi segar dengan tebal 4 cm, yang

akan digergaji menjadi sampel pengukuran dimeensi kayu.

2.      Diberi gambar bentuk bujursangkar dengan ukura 2 X 2 cm dari salah satu tepi ke

tepi yang lain dengan melalui pusat disk.

3.      Digergaji disk sesuai dengan gambaran yang telah dibuat sehiingga diperoleh

sampel kecil dengan ukuran 2 X 2 X 4 cm.diberi kode dengan penomoran pada

masing-masing sampel tersebut dan beri tanda arah radial, tangensial, dan

longitudinal.

4.      Diukur dimensi awal dari contoh uji pada tempat/bagian yang telah diberi garis

yaitu pada arah radial, tangensial, dan longitudinal dengan menggunakan caliper.

5.      Dimasukkan sampel kayu ke dalam oven pada suhu 103 ˚C ± 2 ˚C, sampai

mencapai kondisi kering tanur.

6.      Diujkur dimensi dari contoh uji yang telah mencapai kondisi kering tanur pada

tempat yang telah digaris yaitu arah radial, tangensial, longitudinaldengan

menggunakan caliper.

7.      Dicatat semua hasil pengukuran yang telah dilakukan.

B.     Kadar Air Kayu

1.      Disiapkan disk (lempeng kayu) yang berkondisi segar dengan tebal 2 cm, yang

akan digergaji menjadi sampel pengukuran dimensi kayu.

2.      Diberi gambar bentuk bujursangkar dengan ukura 2 X 2 cm dari salah satu tepi ke

tepi yang lain dengan melalui pusat disk.

3.      Digergaji disk sesuai dengan gambaran yang telah dibuat sehiingga diperoleh

sampel kecil dengan ukuran 2 X 2 X 2 cm.diberi kode dengan penomoran pada

Page 12: LAPORAN AKHIR ILMU KAYU.docx

masing-masing sampel tersebut dan beri tanda arah radial, tangensial, dan

longitudinal.

4.      Ditimbang sampel kayu sebagai berat awal, kemudian sampel dimasukkan ke

dalam oven pada suhu 103 ˚C ± 2 ˚C. setiap hari selama satu minggu sampel

ditimbang pada waktu yang sama sampai diperoleh berat sampel konstan.

5.      Dicatat hasil penimbangan yang diperoleh ke dalam lembar pengamatan.

C.     Berat Jenis Kayu

1.      Disiapkan disk (lempeng kayu) yang berkondisi segar dengan tebal 2 cm dan 4 cm,

yang akan digergaji menjadi sampel pengukuran dimeensi kayu.

2.      Diberi gambar bentuk bujursangkar dengan ukura 2 X 2 cm dari salah satu tepi ke

tepi yang lain dengan melalui pusat disk.

3.      Digergaji disk sesuai dengan gambaran yang telah dibuat sehiingga diperoleh sampel

kecil dengan ukuran 2 X 2 X 4 cm dan 2 X 2 X 2 cm.diberi kode dengan penomoran

pada masing-masing sampel tersebut dan beri tanda arah radial, tangensial, dan

longitudinal untuk kayu berukuran 2 X 2 X 4 cm.

4.      Diukur volume kayu dengan mengukur panjang masing-masing sisi kayu kemudian

dikelola dengan menggunakan rumus V=P X I X t.

5.      Dimasukkan sampel kayu ke dalam oven pada suhu 103 ˚C ± 2 ˚C, sampai mencapai

kondisi kering tanur.

6.      Diulangi langkah kerja 4, di catat hasil pengukuran pada lembar pengamatan.

Page 13: LAPORAN AKHIR ILMU KAYU.docx

BAB IV

HASIL PENGUKURAN DAN PEMBAHASAN

Dari praktikum yang dilakukan di dapat sifat anatomi atau struktur 5 kayu sampel yaitu

Kayu Bayur, Kayu Sengon, Kayu Weru, Kayu Pulai dan Kayu Jati pada perbesaran loupe

dengan 10 kali perbesaran antara lain yaitu :

Dari hasil pengamatan di dapat struktur kayu bayur antara lain, tidak memiliki ligkaran

tahun, memiliki pembuluh dengan bentuk penyebaran tunggal, ganda radial, juga memiliki

tekstur sedang dan serat yang berpadu. Kayu bayur memiliki sifat fisik antara lain: warna

yang khas, bau yang khas apabila dicium namun memiliki berat yang termasuk kayu ringan,

kayu lunak, dengan kenampakan yang suram dan kesan raba licin. Kayu bayur biasanya

digunakan sebagai: konstruksi dibawah atap, kayu pertukangan, lantai, mebel, tangkai

peralatan, kano dan korek api.

Kayu Sengon memiliki ciri struktur antara lain, tidak memiliki lingkaran, tekstur kayu

halus dan terdapat serat yang lurus. Sifat-sifat fisik kayu sengon antara lain adalah memiliki

warna yang khas, tidak berbau apabila dicium, termasuk berat yang ringan, dan kayu lunak,

dan jika diperhatikan kayu sengon terlihat kilap dan terasa licin apabila dipegang.

Penggunaannya adalah sebagai bahan bangunan, kayu lapis, bahan pembungkus korek api,

dan sebagai pulp.

Ciri-ciri strutur kayu Weru adalah pori-pori berbentuk tunggal, ganda radial dan baris

radial, tidak terlihat parenkim dan jari-jari kayunya, tektur kasar, dan serat berpadu.

Sedangkan sifat-sifat fisik kayu weru antara lain: memiliki warna yang tidak khas, dan tidak

bebbau, berat sedang, termasuk kayu lunak dan kilap suram, kesan raba licin. Penggunaan

kayu weru biasanya adalah untuk pembuatan jembatan, tiang rumah, lantai veneer, dan alat-

alat musik.

Struktur kayu Pulai yaitu, tidak terdapat lingkaran tahun, terlihat pembuluh atu pori-

pori dengan penyebaran tunggal, ganda radial dan baris radial yang tidak terlihat isi pada

pembuluhnya karena hanya bisa dilihat melalui mikroskop, tidak terlihat jari-jari kayu,

memiliki tekstur kasar dan serat yang terlihat berpadu. Sifat fisik kayu pulai adalah kayunya

memiliki warna yang tidak khas, bau yang harum apabila dicium, berat yang tergolong

ringan, temasuk kayu lunak, kilapnya agak seram, dan kesan rabanya licin. Kayu ini biasanya

digunakan untuk membuat peti, korek api, cetakan beton, barang kerajinan seperti wayang

golek dan topeng.

Page 14: LAPORAN AKHIR ILMU KAYU.docx

Ciri-ciri struktur kayu Jati adalah terdapat lingkaran tahun yang sangat jelas, memiliki

pembuluh tata lingkar semu, tekstur kayu kasar, dan memiliki serat yang lurus. Sifat-sifat

fisik kayu jati adalah warna yang khas, bau yang harum,memiliki berat yang tergolong berat

dan keras , kayunya kilap dan kesan raba yang licin. Penggunaannya adalah sebagai bahan

bangunan, mebel, papan dinding, lantai, tiang listrik, telepon perkapalan, patung, ukiran dan

kerajinan tangan.

1). Penyusutan

*data 1B Kayu Bayur

*data 1A Kayu Kemiri

Ulangan Dimensi Awal (gram) Dimensi Akhir (gram) Penyusutan (%)

L T R L T R L T R1 3,57 2,11 1,57 3,5 2,07 1,5 1,96 1,89 4,452 3,66 2,05 1,72 3,52 1,98 1,67 3,83 3,14 2,93 3,61 2,06 1,62 3,51 1,96 1,58 2,77 4,85 2,474 3,75 2,14 1,58 3,61 2,05 1,54 3,73 4,2 2,535 3,79 2,08 1,54 3,69 1,98 1,47 3,79 4,8 4,54

Rata-Rata 3,22 3,78 3,38

Penyusutan kayu adalah perubahan dimensi atau perubahan volume yang terjadi

karena adanya perubahan kadar air di bawah titik jenuh serat (TJS). Penyusutan terjadi pada

saat molekul-molekul air terikat melepaskan diri antar molekul-molekul selulosa berantai

panjang dan molekul-molekul hemiselulosa dan kemudian molekul- molekul rantai ini akan

bergerak saling mendekat. Besarnya penyusutan yang terjadi pada umumnya sebanding

dengan jumlah air yang keluar dari dinding sel. Besarnya kembang susut tidak sama pada

berbagai arah orientasi, penyusutan terbesar ada pada arah radial dengan rata-rata 22,82 %,

kemudian tangensial rata-rata 16,14%, dan susut paling kecil terjadi pada arah longitudinal

rata-rata 9,61%.

UlanganDimensi Awal Dimensi Akhir PenyusutanL T R L T R L T R

1 4 2,15 1,74 3,62 1,84 1,35 9,50% 14,41% 22,41%2 3,95 2,25 2,1 3,54 1,91 1,35 10,37% 15,11% 35,71%3 4,02 2,05 1,8 3,62 1,68 1,42 9,95% 18,04% 21,11%4 4 2,23 2,15 3,63 1,88 1,36 9,25% 15,69% 36,74%5 4 2,12 1,75 3,64 1,75 1,83 9% 17,45% -4,57%

Rata2 3,994

2,16 1,90 3,61 1,81 1,46 9,61% 16,14% 22,28%

Page 15: LAPORAN AKHIR ILMU KAYU.docx

Pada Kayu kemiri memiliki penyusutan lebih besar dibandingkan dengan kayu bayur,

hal ini menunjukkan bahwa selain perbedaan arah, besar kecilnya pembuluh atau pori-pori

pada kayu, jenis kayu juga berpengaruh paling besar terhadap tingkat penyusutan kayunya.

Pada arah longitudinal, Variasi susut yang terjadi pada jenis yang sama dibawah

kondisi yang sama terutama disebabkan oleh tiga faktor yaitu ukuran dan bentuk potongan

sampel, kerapatan, serta laju pengeringan. Selain pengaruh kadar air, penyusutan kayu juga

dipengaruhi oleh berat jenis kayu. Berat jenis memberikan hubungan yang linier terhadap

penyusutan kayu, semakin tinggi berat jenis suatu kayu maka penyusutan kayu akan semakin

tinggi.

2). Kadar Air*data 1B Kayu Bayur

Ulangan Berat Awal(g)

Berat Akhir(g) Kadar Air(%)

1 6,146 3,577 71,812 3,402 2,345 45,073 3,435 2,393 43,544 3,155 2,225 41,795 3,224 2,225 44,89

Rata2 3,874 2,553 49,42

*data 1A Kayu KemiriUlangan Berat Awal

(gram)Berat Akhir

(gram)Kadar Air

(%)1 6,285 3,347 87,782 5,814 2,913 99,593 6,33 3,102 104,064 6,039 2,957 104,225 6,259 3,042 105,57

Rata-Rata 100,2

Kadar air merupakan berat air dalam kayu yang dinyatakan dalam persen terhadap

berat kering tanur. Pengujian kadar air bertujuan untuk mengetahui berapa persentase kadar

air yang masih terkandung di dalam kayu. Air dalam kayu terdiri dari air bebas dan air terikat

dimana keduanya secara bersama-sama menentukan kadar air kayu. Kadar air sangat

mempengaruhi kekuatan kayu, jika terjadi penurunan kadar air atau kayu tersebut kering

maka kekuatan kayu akan meningkat. Di dalam kayu bayur, KA rata-rata sebesar 49,42%.

besarnya kadar air bervariasi tergantung dari jenis, posisi dalam batang, dan musim.

Sedangkan rata-rata KA pada kayu kemiri yaitu sebesar 100,2%.

Page 16: LAPORAN AKHIR ILMU KAYU.docx

3). Berat Jenis Kayu

*data 1B Kayu Bayur

UlanganBerat Kering Tanur(BKT)

Volume(m3) Berat Jenis(BJ)Awal Akhir Segar Kering

Tanur1 4,706 14,964 8,992 0,31 0,522 4,49 18,663 9,127 0,24 0,493 5,06 14,833 8,635 0,34 0,584 4,419 19,178 9,281 0,23 0,475 4,357 14,807 11,657 0,29 0,37

Rata2 4,606 16,489 9,538 0,282 0,486

*data 1A Kayu Kemiri

UlanganBKT (gram)

Volume (cm3 ) Berat Jenis

Awal Akhir SegarKering Tanur

1 2,913 5,041 4,712 0,58 0,622 3,165 5,605 4,823 0,56 0,663 3,102 6,169 4,83 0,5 0,644 2,957 5,545 4,842 0,53 0,615 3,042 5,707 5,206 0,53 0,58

Rata-Rata 0,54 0,62

Besarnya berat jenis kayu berbeda-beda, tergantung struktur kayu dan perbandingan

antara jumlah dinding sel dan rongga kayu, nilai BJ biasanya bertambah jika KA kayu

berkurang di bawah TJS-nya. Berat jenis kayu bervariasi tergantung dari kadar air yang

dikandung. BJ kayu umumnya dipengaruhi oleh ukuran sel, tebal dinding sel serta hubungan

antara jumlah sel dengan berat dan tebal dinding sel. Sel serat sangat penting pengaruhnya

terhadap BJ karena porsinya yang tergolong tinggi sebagai komponen penyusun kayu.

Dengan luasan penampang lintangnya yang relatif kecil, hanya dibutuhkan ruang yang sempit

untuk menempatkan jumlah sel yang lebih banyak. Jika serat berdinding tebal dan berongga

sempit, maka jumlah rongga udara sedikit dan BJ akan tinggi, sebaliknya jika serat

berdinding tipis dan berongga besar maka BJ akan berkurang. Faktor-faktor yang

mempengaruhi berat jenis kayu diantara nya umur pohon, tempat tumbuh, kecepatan tumbuh,

dan posisi kayu dalam batang.

Page 17: LAPORAN AKHIR ILMU KAYU.docx

Berdasarkan data hasil pengamatan praktikum diperoleh bahwa berat jenis kayu pada saat

kering tanur rata-rata sebesar 0,486 sedangkan pada berat jenis segar rata-rata sebesar 0,282.

Sedangkan pada kayu kemiri rata-rata berat jenis segarnya sebesar 0,54 dan berat jenis tanur

sebesaar 0,62.

BAB VPENUTUP

Page 18: LAPORAN AKHIR ILMU KAYU.docx

A.    Kesimpulan

Kesimpulan Dari hasil praktikum dapat disimpulkan bahwa:

1.      Besarnya penyusutan yang terjadi pada umumnya sebanding dengan jumlah air yang

keluar dari dinding sel. Besarnya kembang susut tidak sama pada berbagai arah

orientasi, penyusutan terbesar pada kayu bayur yaitu ada pada arah radial dengan rata-

rata 22,82 %, kemudian tangensial rata-rata 16,14%, dan susut paling kecil terjadi

pada arah longitudinal rata-rata 9,61%.

2.      Di dalam kayu bayur, KA rata-rata sebesar 49,42%. besarnya kadar air bervariasi

tergantung dari jenis, posisi dalam batang, dan musim.

3.      Faktor-faktor yang mempengaruhi berat jenis kayu diantara nya umur pohon, tempat

tumbuh, kecepatan tumbuh, dan posisi kayu dalam batang. Berdasarkan data hasil

pengamatan praktikum diperoleh bahwa berat jenis kayu pada saat kering tanur rata-

rata sebesar 0,486 sedangkan pada berat jenis segar rata-rata sebesar 0,282.

B.     Saran

Praktikum yang efektif dan efisien adalah praktikum yang berjalan secara

sistematis dengan arahan yang terpadu.

DAFTAR PUSTAKA

Dumanauw, J.F., 1999. Mengenal Kayu. Pika, Semarang.

Page 19: LAPORAN AKHIR ILMU KAYU.docx

Haygreen JG, Bowyer JL. 2003. Hasil Hutan dan Ilmu Kayu Suatu Pengantar, Terjemahan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

http://trisnusatriadi.blogspot.com/2009/05/html.kadar-air-kayu. MakassarDiakses pada hari kamis, pukul 01.54 WITA

Krisnawati H, Kallio M, dan Kanninen M. 2011. Anthocephalus cadamba Miq : Ekologi, Silvikultur dan Produktivitas. Bogor : Center for International Forestry Research.

Martawijaya, 1977 dalam Yudiarti, 2001. Pedoman Identifikasi Jenis Kayu di Lapangan.

Yayasan Porsea. Bogor .

Pandit dan Ramdan, H. 2005, Anatomi Kayu : Pengantar Sifat Kayu sebagai Bahan Baku, Tarsito, Bandung

Pandit IKN dan Ramdan H. 2002. Anatomi Kayu : Pengantar Sifat Kayu sebagai Bahan Baku. Bogor : Yayasan Penerbit Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.

Panshin AJ dan De Zeeuw C. 1964. Textbook of Wood Technology 4th Ed. New York : McGraw Hill.

Sanusi, Djamal. 1990. Teknologi Kayu , Fakultas Kehutanan Universitas Hasanuddin ;

Makasar

Siarudin M dan Marsoem SN. 2007. Karakteristik dan Varisasi Sifat Fisik KayuGajah Mada Universitas Press ; Jogyakarta.

Sjostrom. E. 1995. Kimia Kayu, Fakultas Kehhutanan Universitas Hasanuddin ; Makasar

Sonardi, B. 1974. Ilmu Kayu. Yayasan Pembinaan Pertanian dan Kehutanan, UGM ;

Jogyakarta

Tsoumis G. 1991. Science and Technology of Wood: Structure, Properties,. Utilization. New York : Van Nostrand Reinhold.