laporan akhir manajemen

Embed Size (px)

Citation preview

Laporan Akhir Praktek Manajemen Keperawatan BAB I PENDAHULUAN 1.2 Latar Belakang Masalah Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan yang professional yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan . Pelayanan keperawatan menjadi bagian terdepan dari pelayanan kesehatan yang memnentukan kwalitas pelayanan kesehatan di Rumah Sakit . Keberadaan keperwatan dalam memberikan ASKEP dalam situasi yang komplek selain 24 jam secara berkesinambungan melibatkan klien , keluarga maupun profesi atau tenaga kesehatan yang lain . Menurt Huber ( 1996 ) pelayanan Rumah Sakit adalah pelayanan keperawatan , sedangkan menurut Gillies ( 1994 ) sekitar 40% - 60% pelayanan Rumah Sakit adalah pelayanan keperawatan . Oleh karena itu pengelolaan pelayanan keperawatan harus mendapatkan perhatian yang lebih dan menyeluruh karena pelayanan keperawatan sangat menentukan baik buruknya citra Rumah Sakit . Untuk mewujudkan pelayanan keperawatan yang berkwalitas sesuai dengan visi dan misi Rumah Sakit tidak terlepas dari proses manajemen , yang merupakan satu pendekatan dinamis dan proaktif dalam menjalankan suatu kegiatan organisasi. Didalam organisasi keperawatan, pelaksanaan manajemen dikenal sebagai manajemen keperawatan. Manajemen keperawatan adalah suatu proses kerja yang dilakukan oleh anggota staf keperawatan untuk memberikan ASKEP secara professional . Dalam hal ini seorang manajer keperawatan dituntut untuk melakukan lima fungsi utama yaitu POAC agar dapat memberikan ASKEP yang efektif dan efisien bagi pasien dan keluarganya ( Nursalam 2002,Gillis, 1996 ) . Proses manajemen keperawatan dilaksanakan dalam tahap tahap yaiti pengkajian ( kajian situasional ) ,perencanaan ( strategi dan operasional ) . implementasi dan evaluasi. Kerangka konsep dasar manajemen dalam keperawatan hdala manajemen partisipatif yang berlandaskan kepada paradigma keperawatan yaitu manusia , keperawatan , kesehatan dan lingkungan , Dengan demikian fokus tela perawata hdala respon manusia dalam menghadapi masalah kesehatan baik actual maupun potencial , sehingga lingkup garapan perawat hdala penyimpangan pemenuhan KDM .Proses manajemen satu unit pelayanan kesehatan mencakup manajemen asuhan dan manajemen pelayanan , dimana kedua manajemen tersebut saling terkait dan terintegrasi. Rumah sakit Ahmad Muctar bukittinggi adalah salah satu Rumah sakit tipe B yang menerima pasien dari berbagai daerah disekitarnya baik yang berasal dari sumatera barat sendiri atau pun yang berasal dari berbagai daerah perbatasan seperti Riau , Jambi ,Sumatera utara . Perlu menampilkan metode pemberian ASKEP yang tepat sehingga dapat memberikan pelayanan yang berkwalitas. Hasil observasi wawancara yang dilakukan oleh kelompok praktek preklinik manajemen keperawatan tanggal 05 -20 januari 2009 di ruangan paru di dapatkan beberapa masalah diantaranya ,metoda asuhan keperawatan yang belum optymal , timbang terima yang belum efektif ,dll.Hal ini dapat disebabkanoleh pemahaman yang kurang tentang konsep asuhan keperawatan ,tenaga dan fasilitas yang kurang memadai , motivasi yang kurang ,dll Untuk memecahkan masalah tersebut maka kelompok merasa perlu mengadakan pertemuan dalam bentuk lokakarya mini guna mencari alternatif pemecahan masalah bersama kepala ruangan , staf ruangan , pada tanggal 20 januari 2009 .pertemuan ini uga dihadiri oleh Direktur RSAM , Wadir pelayanan medik & perawatan ,Kabid perawatan ,Ka instalansi diklat , Ka.instalasi rawat inap paru. 1.2 Tujuan 1.2.1 Tujuan Umum Setelah melakukan praktek manajemen selama 12 hari dinas calon praktisi keperawatan mampu melaksanakan proses manajemen keperawatan yang ada di ruang inap paru 1.2.2 Tujuan Khusus Setelah melakukan praktek selama 12 hari dinas ,calon praktisi keperawatan mampu mencapai kompetensi pada siklus manajemen keperawatan meliputi : a. melakukan pengkajian situasi diunit rawat inap paru sebagai dasar untuk menyusun rencna strategi dan operasional. b. untuk menentukan alternative pemecahan masalah diruangan. c. memenuhi salah satu tugas untuk preklinik manajemen S1 keperawatan UMSB

BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Filosofi Keperawatan Paru Filosofi keperawatan paru adalah pemberian tindakan, diagnosa dan treatment respon pasien terhadap masalah kesehatan yang dihadapi baik actual maupun potensial yang berkelanjutan untuk meningkatkan status kesehatan pasien seoptimal mungkin. 2.2 Pengertian Ruang rawat inap penyakit paru adalah suatu ruangan untuk memberikan asuhan keperawatan pada klien yang mengalami berbagai gangguan dari system respirasi baik yang actual maupun yang potensial yang meliputi atelektasis, efusi pleura, pneumonia, bronchitis, enfisema paru, TB paru, Ca paru, PPOK. 2.3 Tujuan Dan Prinsip Keperawatan a. memberikan askep secara professional b. meminimalkan penderitaan pasien hingga mencapai kemandirian c. mencegah terjadinya komplikasi d. menjamin kebutuhan dasar pasien selama perawatan e. membina peran serta atau kerja sama keluarga pasien f. membantu asien agar dapat meninggal dengan damai 2.4 Sifat Kekaryaan 2.4.1 Fokus Telaah Dalam bidang pelayanan fokus telaah ruang rawat inap paru adalah individu dengan gangguan pada sistem respirasi yang meliputi atelektasis, efusi pleura, pneumonia, bronchitis, enfisema paru, TB paru, Ca paru, PPOK. Dalam bidang pendidikan fokus telaah ruang rawat inap paru adalah individu atau kelompo ( pratiakn, perawat, staf, pasien dan keluarganya ) yang membutuhkan pengetahuan dan pengalaman dalam memenuhi kebutuhan pasien terkait dengan masalah kesehatan yang dialami dan dampak yang ditimbulkan. Dalam bidang penelitian fokus telaah ruang rawat inap par adalah individu / institusi yang akan atau sedang meneliti permasalahan yang timbul pada berbagai unsur yang ada di ruang rawat penyakit inap paru. 2.4.2. Basic intervensi Basic intervensi ruang rawat inap paru dalam bidang pelayanan berupa ketidakmampuan dalam pemenuhan kebutuhan dasar manusia. Dalam bidang pendidikan berupa ketidaktahuan , ketidakmampuan, dan ketidak mauan peserta didik dalam mencapai tingkat pengetahuan dan pengalaman tertentu yang berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan dasar manusia. Dalam bidang penelitian basic intervensinya adalah berupa menjadi lahan penelitian bagi individu atau kelompok yang ingin meneliti permasalahan pada berbagai insur di ruang rawat inap paru. 2.4.3 Lingkungan Garapan Lingkup garapan keperawatan paru dalam pelayanan meliputi pemenuhan kebutuhan dasar pasien dan keluarga, penyimpangan dan pemberian intervensi untuk mengatasi masalah yang muncul baik aktual maupun potensial. Elemen elemen dalam lingkup garapan ruang rawat inap paru : a. pemeliharaan pola pola normal dari fungsi fungsi dasar / kebutuhan dasa manusia b. pengelolaan rasa nyeri dan ketidaknyamanan c. penanganan masalah psikis ( emosional ) berkaitan dengan penyakit & pengobatan d. peningkatan pengetahuan klien dan keluarga tentang pemeliharaan kesehatan e. memfasilitasi selfcare ( perawatan diri ) pasien secara mandiri oleh klien maupun keluarga f. membantu pasien menghadapi kematian beserta prosesnya agar dapat meninggal dengan damai 2.5 Manajemen Manajemen keperawatan merupakan proses pelaksanaan kegiatan organisasi melalui upaya oranglain untuk mencapai bersama. Sedangkan manajemen keperawatan merupakan pengalokasian aktivitas keperawatan yang merupakan bagian yang dilaksanakan oleh para perawat dalamupaya memberikan pelayanan keperawatan yang merupakan bagian yang integral dari pelayanan kesehatan. Manajemen keperawatan harus dapat diaplikasikan dalam tatanan pelayanan nyata, yaitu di rumah sakit dan komunitas sehingga perawat perlu memahami konsep dan aplikasinya. Konsep manajemen keperawatan, perencanaan, berupa rencana strategi melalui pendekatan : pengumpulan data, analisa SWOT dan menyusun langkah langkah perencanaan. Pelaksanaan secara operasional, khususnya dalam pelaksanaan metode asuhan keperawatan, melakukan pengawasan dan pengendalian serta dokumentasi yang lengkap. Fungsi manajemen :

a. Perencanaan Perencanaan adalah memikirkan apa yang akan dikerjakan dengan sumber yang dimiliki. Perencanaan dilakukan untuk menentukan tujuan perusahaan secara keseluruhan dan cara terbaik untuk memenuhi tujuan itu. Manajer mengevaluasi berbagai rencana alternatif sebelum mengambil tindakan dan kemudian melihat apakah rencana yang dipilih cocok dan dapat digunakan untuk memenuhi tujuan perusahaan. Perencanaan merupakan proses terpenting dari semua fungsi manajemen karena tanpa perencanaan, fungsi-fungsi lainnya tak dapat berjalan. b. Pengorganisasian Pengertian organisasi 1) Organisasi Menurut Stoner Organisasi adalah suatu pola hubungan-hubungan yang melalui mana orang-orang di bawah pengarahan manajer mengejar tujuan bersam 2) Organisasi Menurut James D. Mooney Organisasi adalah bentuk setiap perserikatan manusia untuk mencapai tujuan bersama 3) Organisasi Menurut Chester I. Bernard Organisasi merupakan suatu sistem aktivitas kerja sama yang dilakukan oleh dua orang atau lebih Maka dapat disimpulkan organisasi adalah Dua orang atau lebih yang punya tujuan visi dan misi yang telah disepakati bersama dalam rangka mencapai tujuan.Pengorganisasian dilakukan dengan tujuan membagi suatu kegiatan besar menjadi kegiatan-kegiatan yang lebih kecil. Pengorganisasian mempermudah manajer dalam melakukan pengawasan dan menentukan orang yang dibutuhkan untuk melaksanakan tugas-tugas yang telah dibagi-bagi tersebut. Pengorganisasian dapat dilakukan dengan cara menentukan tugas apa yang harus dikerjakan, siapa yang harus mengerjakannya, bagaimana tugas-tugas tersebut dikelompokkan, siapa yang bertanggung jawab atas tugas tersebut, pada tingkatan mana keputusan harus diambil. c. Pengarahan Pengarahan atau directing adalah suatu tindakan untuk mengusahakan agar semua anggota kelompok berusaha untuk mencapai sasaran sesuai dengan perencanaan manajerial dan usaha-usaha organisasi. Jadi actuating artinya adalah menggerakkan orang-orang agar mau bekerja dengan sendirinya atau penuh kesadaran secara bersama-sama untuk mencapai tujuan yang dikehendaki secara efektif. Dalam hal ini yang dibutuhkan adalah kepemimpinan (leadership). d. Pengevaluasian Pengevaluasian atau evaluating dalah proses pengawasan dan pengendalian performa perusahaan untuk memastikan bahwa jalannya perusahaan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan. Seorang manajer dituntut untuk menemukan masalah yang ada dalam operasional perusahaan, kemudian memecahkannya sebelum masalah itu menjadi semakin besar. 2.6 Timbang Terima 2.6.1 Pengertian timbang terima Profesionalisme dalam pelayanan keperawatan dapat dicapai dengan mengoptimalkan peran dan fungsi perawat, terutama peran dan fungsi mandiri perawat. Hal ini dapat diwujudkan dengan abik melalui komunikasi yang efektif antar perawat, maupun dengan tim kesehatan lainnya. Salah satu bentuk komunikasi yang harus ditingkatkan efektivitasnya adalah saat pergantian shift ( timbang teriam pasien ). Timbang teriam pasien ( overan ) merupakan teknik atau cara untuk menyampaikan dan menerima sesuatu ( laporan ) yang berkaitan dengan keadaaan pasien. Timbang terima pasien harus dilakukan seefektif mungkin dengan menjelaskan secara singkat, jelas dan lengkap tentang tindakan mandiri perawat, tindakan kolaboratif yang sudha dilakukan/ belum dan perkembangan pasien saat itu. Informasi yang disampaikan harus akurat sehingga kesinambungan asuhan keperawatan dapat berjalan dengan sempurna. Timbang terima dilakukan oleh perawat primer ( penanggungjawab ) dinas sore atau dinas malam secara tertulis dan lisan. 2.6.2 Manfaat Timbang Terima a. Bagi Perawat - meningkatkan kemampuan komunikasi antarperawat - menjalin hubungan kerja sama dan bertanggungjawab antar perawat - pelaksanaan asuhan keperawatan yang berkesinambungan - perawat dapat mengikuti perkembangan pasien secara paripurna b. Bagi Pasien - klien bisa menyampaikan masalah secara langsung bila ada yang belum terungkap 2.6.3 Hal Hal Yang Perlu Diperhatikan Saat Timbang Terima a. Dilaksanakan tepat pada saat pergantian shift b. Dipimpin oleh kepala ruangan atau penanggungjawab pasien

c. Diikuti oleh semua perawat yang telah dan yang akan dinas d. Hal-hal yang harus dilaporkan harus sesuai dengan kondisi klien e. Adanya unsur bimbingan dan pengarahan dari penanggung jawab 2.7 Dokumentasi Proses Keperawatan 2.7.1 Pengertian Dokumentasi berasal dari kata document yang berarti semua warkat asli yang dapat dibuktikan dalam persoalan hukum yang bersifat kebenaran ( Jon ME, 1975 ). Dokumentasi proses keperawatan adalah bahan komunikasi yang terulis untuk mendukung informasi atau kejadian ( Fiosbach, 1991 ). Jadi, dokumentasi asuhan keperawatan adalah dokumentasi tentang fakta fakta terhadap penyakit klien, gejala gejala, diagnosa, penatalaksanaan serta evaluasinya. Catatan tersebut harus lengkap, akurat dan terbaru, mudah dan cepat diakses serta sistematis sehingga dapat memberikan informasi yang akurat. 2.7.2 Tujuan Dokumentasi Proses Keperawatan a. Memfasilitasi pemberian perawatan yang berfokus pada klien b. Memastikan kemajuna hasil yang berfokus pada klien c. Memfasilitasi komunikasi antara disiplin mengenai konsistensi tujuan dan kemajuan pengobatan d. Teknik evaluasi Pencatatan dan pelaporan dibuat untuk mempermudah penilaian terhadap perawatan yang telah diberikan pada klien dan dapat dipastikan apakah rencana yang diimplementasikan sudah mencapai kemajuan e. Pembayaran kembali ( Reinforcement ) Catatan perawatan merupakan sumber untuk mendapatkan informasi tentang penanganan klien dan memberikan bukti adanay pelayanan. f. Akreditasi Salah satu syarat penting bagi fasilitas perawatan kesehatan menurut lembaga pemberi lisensi dan akreditasi adalah mempertahankan rekam medik, termasuk dokumentasi asuhan keperawatan. 2.7.3 Hal hal yang Penting Diperhatikan dalam Pendokumentasian asuhan Keperawatan a. Elemen dari proses keperawatan yaitu pengkajian, diagnosa, perencanaan, implementasi, dan eveluasi b. Catatan data dasar awal menggunakan format yang sistematis, serta berdasarkan sistem tubuh atau dari kepala sampai ke kaki. c. Data pengkajian dikumpulkan dan diletakkan sesuai dengan format yang dirancang oleh institusi d. Diagnosa keperawatan formulasikan dari data yang dikumpulkan e. Rencana keperawatan ditulis untuk setiap klien dan meliputi tujuan, hasil yang diharapkan dan aktifitas keperawatan yang ditetapkan berdasarkan diagnosa keperawatan f. Implementasi rencana keperawatan mencakup intervensi yang membuat klien dapat berpartisipasi dalam promosi, pemeliharaan dan restorasi kesehatan dan juga untuk memaksimalkan potensi kesehatan g. Catatan evaluasi tepat waktu kesehatan dan perkembangan atau kurangnya perkembangan ke arah pencapaian tujuan yang diharapkan h. Aktivitas, prioritas dan tujuan direvisi berdasarkan espon klien terhadap perawatan atau perubahan dalam kondisi klien. 2.7.4 Pedoman Umum dalam Mendokumentasikan Proses Keperawatan a. Dokumentasi harus ditulis secara objektif tanpa bias dan informasi subjektif b. Gambaran penafsiran data subjektif harus didukung oleh hasil pengamatan khusus c. Hindari pernyataan yang bersifat umum karena memiliki arti ganda d. Data dokumentasi sacara jelas, singkat dan ringkas e. Hasil pengkajian dicatat dengan tulisan yang bersih dan dapat dibaca f. Temuan-temuan hendaknya diuraikan sejelas mungkin g. Ejaan harus jelas h. Dokumentasi harus ditulis dengan tinta jangan dengan pensil, untuk data biasa gunakan tinta hitam atau biru dan tinta merah untuk obat-obatan i. Apaila catatan tidak penuh jangan dikosongkan tetapi butlah garis horizontal atau vertikal sepanjang bagian yang kosong j. Jika ada ksalahan, pernyataan yang salah dicoret, twetapi harus dapat dibaca selanjutnya diparaf k. Pencatatan harus selalu dimulai dari tanggal, jam dan diakhiri dengan tanda tangan, nama jelas serta jabatan perawat. 2.7.5 Pentingnya Dokumentasi Keperawatan a. Pendokumentasian merupakan mekanisme komunikasi antara anggota tim pelayanan kesehatan. Ada hubungan berbagai disiplin ilmu yang terlibat dalam pelayanan kesehatan : 1) Masing-masing disiplin ilmu butuh informasi mutakhir dari klien melalui pengkajian 2) Agar informasi terpelihara dengan baik perlu didokumentasikan

b. c. d. e.

Dengan catatan yang akurat dapat membantu tercapainya hubungan yang kreatif antara klien dan provider Dapat mempermudah pelaksanaan pelayanan klien, fokus asuhan keperawatan dapat ditentukan Sesuai dengan empat peran yang harus dijalankan perawat dan tanggungjawab serta tanggung gugat Data yang lengkap dapat digunakan untuk menentukan status kesehatan klien dan tingkat ketergantungan klien, sehingga dapat diperkirakan jumlah kebutuhan teaga perawat. f. Bahan audit keperawatan, penghitung jasa, pertimbangan pihak ketiga dan bukti tuntutan hukum. 2.7.6 Unsus-Unsur Dokumentasi Asuhan Keperawatan a. Pengkajian Pengkajian merupakan langkah pertama dalam proses keperawatan, dimana pada fase ini perawat mengumpulan data tentang status kesehatan klien secara sistematis menyeluruh, akurat dan berkesianambungan. b. Mengumpulkan Data Meliputi pengumpulan data dasar mencakup informasi tentang klien : 1) Riwayat kesehatan dulu, seperti riwayat alergi terhadap makanan atau obat tertentu, riwayat pernah dilakukan tindakan bedah, riwayat menderita penyakit kronis dan lain-lain 2) Riwayat kesehatan sekarang seperti adanya perasaan nyeri, mual, gangguan tidur dan lain-lain 3) Pemeriksaan fisik, dalam hal ini perawat dapat menggunakan teknik inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi ( IPPA ) dengan prinsip pemeriksaan head to toe atau berdasarkan sistem tubuh seperti sistem pernapasan, pencernaan, eliminasi dan lain-lain 4) Pemeriksaan penunjang seperti meliputi : pemeriksaan laboratorium, radiologi, CT scan dan lain-lain. Tipe data yang dikumpul yaitu : Data subjektif yaitu: Data yang meliputi gejala yang dirasa kan oleh klien ,kebiasaan dan persepsi klien terhadap kesehatannya saat ini. Selain klien ,informasi juga didapatkan dari keluarga ,teman ,dan orang terdekat pasien atau tenaga kesehatan yang mengetahui keadaan klien. Data objektif yasitu: Meliputi tanda dan gejala mengenai kondisi klien dapat dilihat ,didengar ,dirasakan atau dicium serta data data lain yang dapat diperoleh dari observasi dan pemeriksaan fisik. c. Pengorganisasian Data Untuk mendapat data secara sistematik ,perawat menggunakan format pengkajian atau disebut juga pengkajian perawat .format pengkajian dapat dimodifikasi dengan keadadan klien .Da;lam keperawatan format pengkajian yang di gunakan dapat didasarkan ada berbagai teori keperawatan ,diantaranya: 1) teori gordon tentang fungsi kesehatan 2) teori orem tentang perawatan diri 3) teori roy tentang model adaptasi 4) teori maslow berdasarkan tingkat kebutuhan manusia d. Validasi Data Informasi yang telah dikumpulkan harus slengkap ,akurat dan sesuai dengan keadaan klien sehingga harus dilakukan validasi atau pemeriksaan kembali terhadap data yang telah dikumpulkan tersebut e. Pencatatan Data Untuk melengkapi pengkajian ,dokumentasi data akurat dan mencakup semua keadaan kesehatan klien dan tidak berdasarkan hasil intervensi perawat f. Diagnosa Keperawatan Diagnsa keperawatan adalah kesimpulan klinis tentang individu ,keluarga atau masyarakat yang aktual ,resiko dari status kesehatan seseorang. Diagnosa keperawatan ini merupakan dasar untuk melakukan intervensi keperawatan dalam mencapai tujuan dan dapat dievalusi ( NANDA ,1990 ). Tipe diagnosa keperawatan yaitu: 1) aktual pernyataan tentang respon klien terhadap kesehatannya saat ini berdasarkan hasil pengkajian yang meliputi tanda dan gejala seperti jalan nafas tidak efektif dan ansietas 2) resiko resiko penyertaan klinis dari kondisi kesehatan klien dimana masalah lebih beresiko untk menjadi aktual pada klien tersebut dibanding dengan orang lain pada kondisi atau situasi yang sama. Komponen dari diagnosa keperawatan yaitu: Problem Menggambarkan masalah kesehatan klien atau responnya terhadap terapi yang diberikan oleh perawat yang di tuliskan dalam beberapa kata antara lain: 1. perubahan ( perubahan dari sebelumnya ) 2. gangguan ( kelemahan , kerusakan dan pengurangan )

3. penurunan (pengecilan , dari segi ukuran , jumlah atau tingkat /derajat ) 4. tidak efektif ( tidak menghasilkan efek yang sesuai ) 5. akut ( terjadi dalam waktu yang mendadak dan pendek ) 6. kronis ( terjadi dalam waktu yang lama , berulang dan tetap ) Etiologi Mengidentifikasi kemungkinan penyebab dari masalah kesehatan dalam melakukan intervensi keperawatan yang mencakup tingkah laku , lingkungan disekitar atau gabungan dari keduanya . Simtom Pengelompokan tanda dan gejala yang merupakan bagian dari diagnosa keperawatan. 2.7.6.7. perencanaan Perencanaan adalah tahap sistematik pross keperawatan yang melibatkan perbuatan keputusan dan penyelesaian masalah . Dalam perencanaan , perawat mengacu pada pengkajian dasar klien dan pernyataan diagnostik sebagai acuan dalam meujudkan tujuan klien dan mendesain strategi keperawatan untuk mencegah ,mengurangi masalah kesehatan klien . Proses perencanaan keperawatan meliputi 1. membuat prioritas perencanaan prioritas perencanaan adalah suatu proses dalam melakukan strategi keperawatan 2. membuat tujuan dan kriteria hasil tujuan adalah pernyataan yang lebih luas tentang dampak dari intervensi keperawatan .Kriteria hasil adalah pernyataan yang lebih spesifik , dan diukur untuk mengevaluasi apakah tujuan tercapai . 2.7.6.8 implementasi dalam proses keperawatan implementasi merupakan suatu tahap dimana perawat melaksanakan rencana keperawatan dalam suatu tindakan .implementasi terdiri dari melaksanakan tindakan keperawatan ,mendel;egasi dan mencatat apa yang dilakukan . dalam melaksanakan tindakan kperawatan perawat mencatat tindakan apasaja yang dilakukan serta respon klien. 2.7.6.9 evaluasi evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan .evaluasi merupakan perencanaan , pelaksanaan ,kemajuan aktivitas yang mana klien dan profesional kesehatan lainnya dapat mempertimbangkan kemajuan klien sesuai tujuan dan keefektifan rencana keperawatab 2.8 metode pemberian pelayanan kesehatan Menurut Ann Marriner Tomei (1991) Grat & Massey (1997) dan Marquis& Huston (1998) metoda pemberian asuhan keperawatan profesional yang sudah ada dab akan terus di kembangkan di masa depan dalam menghadapi trend pelayanan keperawatan yaitu: Metode fungsional - perawat melakukan tugas tertentu sesuai jaswal kegiatan yang ada - perwat senior akan sibuk melakukan tugas manajerial sesangkan asuhan keperawatan pasa pasien dilakukakn oleh perawat yunior atau yang belum punya pengalaman - penanggung jawab askep dibebankan kepada perawat yang bertugas pada tindakan tertentu Kelebihan manajemen klasik yang menekankan efisiensi, pemberian tugas yang jelas dan pengawasan yang baik sangat baik untuk rumah sakit yang yenaga dengan perbandingan tenaga perawat profesiaonal(pelaksana lanjutan atau penyedia) yang lebih sedikit di bandingkan dengan tenaga perawat pelaksana san perawat pembantu (pemula) Kekurangan tidak memberikan kepuasan pasa pasien ataupun perawat pelayanan keperawatan silakukan terpisah-pisah sehingga tidak dapat menerapkan proses keperawatan perawat cebdrung berorientasi pasa tindakan yang berkaitan debgab keterampil saja Metode tim Metoda ini menggunakan tim yang terdiri dari abggota yang berbeda-beda dalam memberikan askep terhadap pasien. Perawat dibagi menjadi 2-3 grup yang terdiri dari tenaga profesional teknikal pembantu dalam satu grup kecil yang saling membantu bengan jumlah tenaga 6-7 orang dalam satu tim Konsep metoda tim ketua tim sebagai perawat profesional harus mampu menggunakan berbagai teknik kepemimpinan pentingnya komunikasi yang efektif agar kontinuitas rencana dan pelaksanaan pemberiab pelayanan keperawatan terjamin anggota tim harus menghargai kepemimpinan ketua tim peran kepala ruangan penting dalam model ini model tim akan berhasil baik bila di dukung oleh KARU Tanggung jawab ketua tim membuat perencanaan membuat koordinasi, penugasan, superpisi,dan evaluasi mengenal atau mengetahui kondisi pasien dan dapat menilai tingkat kebutuhan pasien Tanggung jawab anggota tim memberikan askep kepada pasien sesuai tanggung jawab secara langsung

kerja sama antar anggota tim dan antar tim memberikan laporan mengembangkan kepemimpinan anggota menyelenggarakan konferensi selama 15-20 menit setiap hari untuk pengembangan dan revisi rencana askep Kelebihan Memungkinkan pelayanan keperawatan yang menyeluruh Mendukung pelaksanaan proses keperawatan Memungkinkan komunikasi antar tim sehingga konflik mudah di atasi dan memberikan kepuasan kepada anggota tim Kekurangan Komunikasi antar tim bisa membutuhkan waktu dimana sulit melaksanakan di waktu sibuk Metode primer Metoda penugasan diman satu perawat brtnggung jawab penuh selama 24 jam terhadap askep pasien mulai pasien masuk sampai keluar rumah sakit, mendorong pratik mandiri perawat, ada kejelasan antar si pembuat rencana askep pelaksana. Metoda primer ini di tandai dengan adanya keterkaitan kuat yang terus menerus antara pasien dan perawat yang di tugaskan untuk merencanakan, melakukan dan koordinasi askep selama pasien di rawat Konsep dasar model askep ini adalah adanya tanggung jawab, tanggung gugat serta otonomi dari perawat serta melibatkan keterlibatan pasien dan keluarga Tugas perawat primer menerima pasien dan mengkaji kebutuhan pasien secara komprehensif membuat tujuan dan rencana keperawatan melaksanakan rencana yang telah di buat selama dinas mengkomunikasikan dan mengkoordinasikan pelayanan yang di berikan dokter maupun perawat lain mengevaluasi keberhasilan yang di capai menerima dan menyesuaikan rencana menyiapkan penyuluhan pulang melakukan rujukan kepada pekerja sosial, kontak dengan lembaga sosial masyarakat membuat jadwal perjanjian klinik mengadakan kunjungan rumah sakit Ketenagaan metoda primer setiap perawat primer adalah perawat bed side beban kasus pasien 4-6 orang perawat atau debgan rasio perawat dan pasien sebesar 1:4 atau 1; 5 disesuaikan dengan jumlah yang ada di ruangan dab jumlah perawat yang ada Kelebihan bersifat kontiniunitas dan komprehensif perawat primer mendapatkan akuntabilitas yang tinggi terhadap hasil dan memungkinkan pengembangan diri keuntungan antara lain terhadap pasien, perawat, doter dan rumah sakit (Gillies, 1989) keuntungan yang di rasakan adalah pasien merasa di manusiawikan karena terpenuhi kebutuhan secara individu asuhan yang diberikan bermutu tinngi dan tercapai pelayanan yang efektif terhadap pengobatan,dukungan,proteksi informasi dan advokasi pertukaran informasi tentang kondisi pasien selalu di perbaharui dan kolprehensif kekurangan hanya dapat di lakukan oleh perawat yang memiliki pengalaman dan pengetahuan yang memadai dengan kriteria insertif, sel direction. Kemampuan pengambilan keputusan yabg tepat menguasai keperawatan clinik accountable serta mampu berkolaborasi dan berbagai di siplin Metode pengelolaan kasus Model ini menggunakan pendekatan holistic dari filosofi keperawatan dimana setiap perawat di tugaskan untuk melayani seluruh kebutuhan pasien selam jam dinasnya. Pasien akan dirawt oleh perawat yamg berbeda untuk setiap shif dab tidak ada jaminan bahwa pasien akan di rawat oleh orang yang sama pada hari berikutnya. Metode penugasan kasus biasa siterapkan satu pasien satu perawat. Dalam hal ini umunya dilaksanakan oleh perwat privat atau untuk keperawatan khusus seprti isolasi. Intensive care Kelebihan perawat lebih memahami kasus per kasus sistem evaluasi dari manajerial lebih mudah Kekurangan belum dapat di identifikasinya perawat penanggung jawab sperlu tenaga yang cukup banyak dengan kemampuan dasar yang sama 2.9 pengelolaan pemberian pelayanan kesehatan 2.9.1 kepala ruangan Pengertian Kepala ruangan adalah seorang tenaga keperawatan yang diberi tanggung jawab dan wewenang dalam mengatur dan mengendalikan kegiatan keperawatan di ruang rawat.

Tanggung jawab kepala ruangan Mengatur pembagian tugas pegawai Mengatur dan mengendalikan kebersihan dan ketertiban ruangan Mengatur dan mengendalikan logistik /administrasi ruangan Mengadakan diskusi dengan staf untuk memecahkan masalah Mengikuti ronde tim medis Mengadakan ronde keperawatan Membimbing siswa / mahasiswa dalam proses keperawatan di ruang rawat Menilai kerja staf ruangan, membuat DP3 dan usulan kenaikan pangkat Memberikan administrasi, membuat jadwal dinas dan surat menyurat Memberikan orientasi pada pegawai baru, termasukkepada residen, mahasiswa kedokteran dan mahasiswa keperawatan yang akan melakukan praktek di ruangan dan melakukan pembinaan tenaga keperawatan Menciptakan dan memelihara kerja yang harmonis dengan klien, keluarga,dan tim kesehatan lain. Wewenang seorang karu adalah Meminta informasidan pengarahan kepada atasan Memberi pentunjuk dan bimbingan pelaksanaan tugas kepada staf keperawatan Mengawasi,mengendalikan dan menilai pendayagunaan tenaga keperawatan peralatan dan mutu asuhan keperawatan di ruang rawat. Menanda tangani surat dan ketepatan yang menjadi keputusan ruangan. Menghadiri rapat berkala dengan kepala instansi atau kepala RS untuk kelancaran pelaksaan keperawatan. Peran kepala ruangan menurut burges ( 2988 ) dan Swanaburg ( 1990 ) 1. peran interpersonal seorang kepala ruangan berperan sebagai symbol pimpinan organisasi dengan pekerjaan rutin organisasi .seorang pemimpin bertanggung jaewab memberikan motivasi dan mengaktifkan anggotannya . 2. peran informasional peran monitor , mencari dan menerima berbagai informasi intuk mengembangkan organisasi .merupakan pusat informasi internal dan eksternal .peran deseminator , menginterpestasikan dan mentransfornmasikan informasi yang diperoleh dari luar maupun dari dalam organisasi.Peran pembicara: meruskan informasi kepada orang lain tentang rencana organisasi dan lain lain.peran decisional , yaitu mengambil keputusan untuk mengatasi masalah. Uraian tugas karu 1) Perencanaan a. Menunjukan ketua tim dan bertugas diruangan masing-masing b. Mengikuti serah terima pasien di shift sebelumnya c. Mengindentifikasi tingkat ketergantungan klien : gawat, transisi dan persiapan pulang bersama ketua tim d. Mengidentifikasi jumlah perawatyang dibutuhkan berdasarkan aktivitas dan kebutuhan klien bersama ketua tim, mengatur penugasan / penjadwalan. e. Merencanakan stategi pelaksaan keperawatan f. Mengikuti visite dokter, untuk mengetahui kondisi, patofisiologi, tindakan medis yang dilakukan, program pengobatan dan mendikusikan dengan dokter tentang tindakan yang akan dilakukan terhadap pasien. g. Mengatur dan mengendalikan asuhan keperawatan - membimbing pelaksanaan asuhan keperawatan - membimbing penerapan proses keperawatan dan menilai asuhan keperawatan. - Mengadakan diskusi untuk pemecahan masalah - Memberikan informasi kepada pasien / keluarga yang baru masuk. h. Menbantu mengembangkan niat pendidikan dan latihan diri i. Membantu membimbing terhadap peserta didik keperawatan j. Menjaga terwujudnya visi dan misi keperawaratan dan RS k. Ronde keperawatan, yaitu merupakan suatu metode yang dilakukan dalam ruangan keperawatan oleh kepala ruangan, ketua tim, dan perawat pelaksana. 2. Pengorganisasian Merumuskan metode penugasan yang digunakan Merumuskan tujuan metode penugasan Membuat rincian tugas katim dan anggota tim secara jelas Membuat rentang kendali, karu membawahi 2 katim dan katim membawahi 2-3 PP Mengatur dan mengendalikan tenaga keperawatan : membuat proses dinas, mengatur tenaga yang ada setiap hari dll Mengatur dan mengendalikan situasi tempat praktek Mengatur dan mengendalikan logistik ruangan Mendelegasikan tugas saat karu tidak berada di tempat, kepada katim Memberikan wewenang tata usaha untuk mengurus administrasi pasien Mengatur penugasan jadwal post dan prakarya Identifikasi masalah dan cara penanganan 3.Pengarah dan Pengawasan

Pengarahan : Memberikan pengarahan tentang penugasan kepada katim Memberikan pujian kepada anggota tim yang melaksanakan tugas yang baik Memberikan motivasi dalam peningkatan pengetahuan keterampilan dan sikap Melibatkan bawahan sejak awal hingga akhir kegiatan Meningkatkan kolaborasi dengan anggota lain Pengawasan. Melakukan komunikasi : mengawasi dan berkomunikasi langsung dengan katim maupun pelaksana askep yang diberikan kepada pasien Melalui super visi : pengawasan langsung, mengamati sendiri / laporan langsung secara lisan. Pengawasan tidak langsung yaitu mengecek daftar hadir katim, membaca dan memeriksa intervensi serta semua catatan dokumentasi, mendengarkan laporan katim tentang pelaksanaan tugas. 2.9.2 ketua tim Pengertian Ketua tim adalah seorang perawat yang bertugas yang mengepalai sekelompok tenaga keperawatan dalam melaksanakan asuhan keperawatan di ruang rawat dan bertanggung jawab langsung langsung kepada karu. Tanggung jawab ketua tim mengkaji klien dan menerapkan tindaka keperawatan yang tepat.pengkajian merupakan proses yang berlanjut dan berkesinangan, dapat melakukan serah terima tugas. Mengkoordinasikan rencana perawatan yan tepat waktu membimbing anggota tim untuk mencatat tindakan keperawatan yang telah di lakukan. Meyakinkan semua evaluasi evaluasi berupa respon klien terhadap tindakan keperawatan. Menilai kemajuan semua klien dari hasil pengamatan langsung / laporan anggota tim. Ketua tim harus memiliki kemampuan : mengkomunikasikan dan mengkoordinasikan semua kegiatan tim menjada kesultan dalam asuhan keperawatan melakukan pengkajian dan menentukan kebutuhan pasien menyusun rencana keperawatan untuk semua pasien merevisi dan menyesuaikan rencana keperawatan sesuai kebutuhan pasien melaksanakan observasi baik terhadap perkembangan pasien maupun kerja dari anggota tim menjadi guru atau pengajar melaksanakan evaluasi secara baik dan objektif Uraian tugas 1. Perencanaan Bersama karu mengadakan serah terima tugas pada setiap pergantian dinas Melakukan pembagian tugas pada anggota berdasarkan ketergantungan klien Menyusun rencana asuhan keperawatan yang meliputi pengkajian, intervensi dan kriteria evaluasi Menyiapkan keperluan untuk melaksanakan askep meliputi : o Menyiakan format pencatatan o Menyiakan alat untuk pemantauan pasien o Menyiakan peralatan oba Mengikuti vissite dokter Menilaai hasil pengkajian kelompok dan mendiskusikan permasalahan yang ada Menciptakan kerja sama yang harmonis antara tim dan antara anggota tim Memberikan pertolongan segera pada klien dan kdaruratan Membuat laporan klien Melakukan ronde kperawatan bersama dengan karu Memberikan orientasi pada klien baru 2. Pengorganisasian Merumuskan tujuan dari pengorganisasian tim keperawatan yaitu tercapainya proses askep sesuai dengan kondisi dan kebutuhan klien secara profesional melaluai pembagian kerja yang tepat, pemamfaatan alat dan barang yang tersedia tampa mnyimpang dari prinsip tindakan. Melakukan pembagian tugas bersaaama kepala ruangan sesuai dengan perencanaan terhadap klien yang menjadi tanggung jawab nya. Pembagian tugas / kerja berdasarkan tingkat ketergantungan klien dimana seorang perawat bertanggung jawab terhadap 2 3 orang klien dan saling bekerja sama dengan perawat lain serta tidak mengabaikan klien yang bukan menjadi tanggung jawab nya Mengatur waktu istirahat untuk anggota tim Mendelegasikan pelaksanaan proses asuhan keperawatan kepada anggota kelompok dan pelimpahan wewenang yang meliputi wewenang mengambil keputusan, wewenang dalam menggunakan sumber daya seperti sesama perawat, pasien termasuk keluarga pasien. Membuat rincian tugas meliputi : o Melaksanakan asuhan keperawatan sesuai rencana

o Mendokumentasikan tindakan dan hasil yang telah di laksanakan. o Membuat laporan tentang keadaan klien dan asuhan keperawatan o Mengevaluasi hasil dan proses keperawatan yang telah di berikan. o Melaksanakan kerja sama dengan anggota tim lainnya. 3. Pengarahan Memberikan pengarahan tentang tugas setiap anggota tim dalam waktu melakukan askep Memberikan petunjuk kepada anggota tim dalam melaksanakan asuhan keperawatan. Memberikan teguran, pengarahan kepada anggota tim yang melakukan tugas / berbuat kesalahan Memberi pujian kepada anggota tim yang melaksanakan tugasnya tepat sesuai waktu, tepat berdasarkan prinsip tindakan, rasional dan sesuai dengan kebutuhan serta kondisi klien. 4. Pengawasan Melaluai komunikasi Ketua tim mengawasi dan berkomunikasi langsung terhadap pelaksana dalam memberikan asuhan keperawatan kepada klien. Melaluai supervisi o Secara langsung Melihat aatau mengawasi proses asuhan keperawatan yang di laksanakan oleh anggota o Secara tidak langsung Melihat daftar perawat pelaksana, membaca dan memeriksa cover, membaca catatan perawat yang di buat selama proses keperawatan, mendengar laporan secara lisan dari anggota tim tentang tugas yang telah di lakukan. Melalui evaluasi o Bersama karu mengevaluasi kegiatan dan laporan dari anggota tim o Meningkatkan kemampuan analisa ( pengetahauaan ) dan kemampuan psikomotor serta sikap melalui diskusi dan pengarahan. o Mengevaluasi penampilan kerja perawat pelaksana dan askep yang di lakukan oleh anggota tim o Mengecek dokumentasi setelah tindakan perawat yang di lakukan 2.9.3 perawat pelaksana Defenisi Perawat pelaksana adalah seorang tenaga keperawatan yang diberi wewenang untuk melaksanakan pelayanan asuhan keperawatan diruang rawat. Tugas dan tanggung jawab perawat pelaksana Mengikuti serah terima klien dari dinas pagi, bersama perawat primer, sore dan malam. Mengikuti pre-conference / post conference dengan perawat primer. Melakukan pengkajian awal pada klien baru jika perawat primer tidak ada ditempatnya. Melakukan implementasi pada klien berdasarkan rencana asuhan keperawatan yang telah dibuat oleh perawat primer. Melakukan evaluasi terhadap tindakan yang telah dilakukan. Melakukan pencatatan dan pelaporan berdasarkan format dokumentasi keperawatan yang ada diruangan. Menyiapkan klien untuk pemeriksaan diagnostik / laboratorium, pengobatan dan tindakan. Memberikan penjelasan atas pertanyaan klien / keluarga dengan kalimat yang mudah dimengerti, bersikap sopan, dan ramah tamah. Berperan serta dalam melakukan penyuluhan kesehatan pada klien dan keluarga. Memelihara kebersihan klien, ruangan dan lingkungan ruang rawat. Menyimpan, memelihara dan menyiapkan perawatan yang diperlukan sehingga siap pakai. Melakukan dinas rotasi sesuai dengan jadwal yang sudah dibuat oleh kepala ruangan rawat. Melaksanakan kebijakan yang ditentukan oleh kepala ruang rawat. Uraian tugas perawat pelaksana a. Memberikan pelayanan keperawatan secara langsung berdasarkan proses keperawatan dengan proses kasih sayang. Menyusun rencana keperawatan sesuai dengan masalah klien. Melaksanakan tindakan keperawatan sesuai dengan rencana Mengevaluasi tindakan perawatan yang telah diberikan. Mencatat / melaporkan semua tindakan perawatan dan respon klien pada catatan keperawatan. b. Melaksanakan program medis dengan penuh tanggung jawab Pemberian obat Pemeriksaan laboratorium Persiapan klien yang akan dioperasi. c. Memerhatikan keseimbangan kebutuhan fisik, mental, sosial, dan spiritual dari klien Memelihara kebersihan klien dengan lingkungan. Penderitaan klien dengan memberi rasa aman, nyaman dan ketenangan. Pendekatan dan komunikasi teraupetik. d. Memepersiapkan klien secara fisik dan mental untuk menghadapi tindakan keperawatan dan pengobatan / diagnosis

e. Melatih klien untuk menolong dirinya sendiri sesuai dengan kemampuannya f. Memeberikan pertolongan segera pada klien gawat/ sakratul maut. g. Membantu kepala ruangan dalam penatalaksanaan ruangan / pulang secara administratif. Menyiapakan data klien baru meninggal / pulang misalnya : menyediaakn surat izin pulang,surat keterangan istirahat sakit, petunjuk diet, resep obat untuk dirumah jika diperlukan, kartu control, surat rujukan atau pemeriksaan ulang dan lain-lain. Sensus harian / formulir Rujukan harian / formulir. h. Mengatur dan menyiapkan ala-alat yang ada diruangan menurut fungsinya supaya siap pakai. i. Menciptakan dan memelihara kebersihan, keamanan, kenyamanan, dan keindahan ruangan. j. Melaksanakan tugas pagi, sore, malam/ hari libur secara bergantian sesuai harian tugas. k. Memeberikan penyuluhan kesehatan sehubungan dengan penyakitnya (PKMRS) l. Melaporkan segala sesuatu mengenai keadaan klien baik secara lisan/tulisan. m. Melatih pasien untuk melaksanakn tindakan keperawatan dirumahnya, misalnya : perawatan luka, melatih anggota gerak. n. Melatih pasien untuk menggunakan alat Bantu yang dibutuhkan, seperti rodstool, tongkat penyangga, protesa. 2. Wewenang pelaksana Membina informasi dan petunjuk pada atasan Memberikan asuhan keperawatan kepada pasien atau keluarga pasien sesuai kemampuan dan batas kewenangannya. Diposkan oleh NURSE di Senin, Januari 26, 2009 http://adelinecalonperawat.blogspot.com/2009/01/laporan-akhir-praktek-manajemen.html

LAPORAN PRAKTIK PROFESI MANAJEMEN KEPERAWATAN DI RUANG OBSERVASI JINGGA B-1 RSUD SIDOARJO

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang Tuntutan masyarakat terhadap kualitas pelayanan keperawatan dirasakan sebagai fenomena yang harus direspon oleh perawat. Respons yang ada harus bersifat kondusif dengan pengelolaan keperawatan dan langkahlangkah konkret dalam pelaksanaannya. Manajemen Keperawatan di Indonesia di masa depan perlu mendapatkan prioritas utama dalam pengembangan. Hal ini bekaitan dengan tuntutan profesi dan tuntutan global bahwa setiap perkembangan dan perubahan memerlukan pengelolaan secara profesional dengan memperhatikan setiap perubahan yang terjadi di Indonesia. Menurut Gilles (1986) diterjemahkan oleh Dika Sukmana dan Rika Widya Sukmana (1996), manajemen didefinisikan sebagai suatu proses dalam menyelesaikan pekaryaan melalui orang lain, sedangkan managemen keperawatan adalah suatu proses bekerja melalui anggota staf keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan secara professional. Manajer keperawatan dituntut untuk merencanakan, mengorganisasian, memimpin, dan mengevaluasi sarana dan prasarana yang tersedia untuk dapat memberikan asuhan keperawatan yang seefektif dan seefisien mungkin bagi individu, keluarga, dan masyarakat. Berdasarkan pengambilan data pada 22 responden (pasien yang akan KRS, dan telah 3 hari MRS) tanggal 05 oktober 2009 yang dilakukan oleh mahasiswa profesi S1 keperawatan STIKES Bina Sehat PPNI tentang kepuasa customer terhadap pelayanan rawat inap RSU Daerah Sidoarjo ruang observasi mawar jingga B1 diketahui sebesar 50% (11 klien) menilai sangat puas terhadap pelayanan rumah sakit, 32% (7 klien) menilai puas terhadap pelayanan rumah sakit, 9% (2 klien) cukup puas terhadap pelayanan rumah sakit, 0% tidak puas terhadap pelayanan rumah sakit. Hasil akhir desiminasi ke-2 kelompok A1 dan A2 yang telah melakukan praktek profesi keperawatan menejemen dengan menerapkan MAKP sesuai standart diketahui timbang terima (79% baik, 21% cukup, 0% kurang, 0% tidak baik), ronde keperawatan (71% baik, 22% cukup, 7% kurang, 0% tidak baik), sentralisasi obat (43% baik, 57% cukup, 0% kurang, 0% tidak baik), supervise (79% baik, 14% cukup, 7% kurang, 0% tidak baik), discart planning (79% baik, 21% cukup) dan dokumentasi (79% baik, 21% cukup, 0% kurang, 0% tidak baik). Sedangkan berdasarkan observasi MAKP masih belum terlaksana dengan baik. Model asuhan keperawatan profesional yang saat ini sedang dilaksanakan ruang Mawar Jingga B1 adalah model asuhan keperawatan profesional dengan metode tim. Kelebihan dari metode ini adalah memungkinkan pelayanan keperawatan menyeluruh, mendukung pelaksanaan proses keperawatan, serta memungkinkan komunikasi antar tim, sehingga konflik mudah diatasi dan memberi kepuasan kepada anggota tim. Namun kelemahan dari metode ini adalah komunikasi antaranggota tim terbentuk terutama dalam bentuk konferensi tim, yang biasanya membutuhkan waktu, yang sulit untuk dilaksanakan pada waktu-waktu sibuk (Nursalam,2008). Berdasarkan fenomena tersebut, maka kami mencoba menerapkan kembali MAKP sesuai standar di ruang mawar jingga B1 RSUD Sidoarjo khususnya ruang observasi. MAKP yang nantinya diharapkan dapat diaplikasikan diruangan akan melaksanakan role play yang meliputi supervisi, ronde keperawatan, timbang terima, sentralisasi obat, dan dokumentasi dengan melibatkan perawat ruangan. 1.2 Tujuan Tujuan Umum Setelah melaksanakan praktek profesi manajemen keperawatan, mahasiswa diharapkan dapat mengerti dan memahami prinsip manajemen keperawatan dan model pemberian asuhan keperawatan profesional yang sesuai dengan prinsip MAKP yang dijalankan. Tujuan Khusus Setelah melaksanakan praktek profesi manajemen keperawatan, mahasiswa mampu : 1. Menganalisis lingkungan suatu ruang perawatan dan menghitung kebutuhan tenaga keperawatan disuatu ruangan perawatan. 2. Melaksanakan peran sesuai dengan model MAKP yang telah ditentukan. 3. Melakukan supervise keperawatan. 4. Melakukan ronde keperawatan. 5. Melakukan timbang terima keperawatan 6. Melakukan Discharge Planning. 7. Mendokumentasikan asuhan keperawatan dengan menggunakan model problem, intervensi, dan evaluasi. 8. Melakukan penerapan sentralisasi obat 9. Menganalisis tingkat keberhasilan post pelaksanaan MAKP yang diterapkan.

1.3 Manfaat a. Bagi Mahasiswa 1. Tercapainya pengalaman dalam pengelolaan suatu ruang rawat sehingga dapat memodifikasi metode penugasan yang akan dilaksanakan. 2. Mahasiswa dapat mengumpulkan data dalam penerapan model MAKP yang diaplikasikan di ruang mawar jingga B1. 3. Mahasiswa dapat mengidentifikasi kelebihan dan kekuarangan penerapan model MAKP di ruang mawar jingga B1. 4. Mahasiswa dapat menganalisis masalah dengan metode SWOT dan menyusun rencana strategi. 5. Mahasiswa dapat memperoleh pengalaman dalam menerapkan model asuhan keperawatan profesional ruang mawar jingga B1. b. Bagi Perawat Ruangan 1. Melalui praktek profesi manajemen keperawatan dapat diketahui masalah-masalah yang ada di ruang mawar jingga B1 yang berkaitan dengan pelaksanaan MAKP. 2. Tercapainya tingkat kepuasan kerja yang optimal. 3. Terbinanya hubungan yang baik antara perawat dengan perawat, perawat dengan tim kesehatan lain, dan perawat dengan pasien serta keluarga. 4. Tumbuh dan terbinanya akuntanbilitas dan disiplin diri perawat. c. Bagi Pasien dan Keluarga 1. Pasien dan keluarga mendapatkan pelayanan yang memuaskan. 2. Tingkat kepuasan pasien dan keluarga terhadap pelayanan tinggi. d. Bagi institusi dan pendidikan Sebagai bahan masukan dan gambaran tentang pengelolaan ruangan dengan pelaksanaan model MAKP:Tim.

BAB 2 PENGKAJIAN Dalam bab ini akan disajikan tentang tahapan proses manajemen keperawatan yang meliputi pengumpulan data, analisa SWOT, dan identifikasi masalah. 2.1 Visi, Misi, Motto, Tujuan dan Falsafah RSUD Sidoarjo VISI Menjadi RS mandiri dengan pelayanan prima MISI Mengupayakan pelayanan kesehatan yang bermutu dan mandiri melalui pendekatan sumber daya RS TUJUAN 1. Mewujudkan pelayanan yang bermutu, hemat dan manusiawi sebagai RS rujukan. 2. Terwujudnya SDM RS yang professional, akuntabel, dan berorientasi pelanggan. 3. Terwujudnya sarana dan prasarana RS sesuai standar. 4. Terwujudnya pelayanan kesehatan dengan memperhatikan aspek sosial ekonomi. MOTTO Kesembuhan anda adalah kebahagiaan kami FALSAFAH RSUD SIDOARJO Ikhlaskan diri untuk sehat, terawat dan penuh manfaat.

2.2 PENGUMPULAN DATA Pengumpulan data dilakukan tanggal 5 11 Oktober 2009, meliputi ketenagaan, sarana dan prasarana, BOR (Bed Occuption Rate), MAKP, sumber keuangan dan pemasaran (marketing). Data yang diperoleh, dianalisis dengan analisa SWOT sehingga didapatkan beberapa rumusan masalah, kemudian dipilih satu sebagai prioritas masalah. 2.2.1 TENAGA DAN PASIEN (M1/MAN) Analisis ketenagaan, jumlah tenaga keperawata dan non keperawatan, latar belakang pendidikan, status kepegawaian, jabatan, jenis pelatihan yang diikuti, struktur organisasi, kebutuhan tenaga perawat berdasarkan tingkat ketergantungan pasien.

a. Struktur Organisasi

b. Tenaga perawat Jumlah tenaga keperawatan tingkat pendidikan di Ruang Mawar Jingga B1 RSUD Sidoarjo adalah sebagai berikut. Status Kepegawaian Pendidi kan PNS Kont rak Volun ter

No.

Nama

Jenis Kela min P

Jab ata n KA RU

Masa Kerja

Pendidikan yang Pernah Diikuti PPGD, BLS, ACLS, Manajemen Bangsal dan Mental, ECG, Remunerasi+Accountability, CI, Case Mix, Ina DRG, Rawat Luka Terkini, PBP VIII Bullou Drainage, SP2KP AKREDITASI, AIDS, Nosokomial/ DALIN, BLS, CI, ECG, Manajemen Bangsal dan Mental, Customer Service, Manajemen Laktasi, IMA BLS, Nasofaringeal, ECG, Rawat Luka ECU

1.

Puji Andayani, S.KM,S.Kep.Ns

S1 Kep

PNS -

-

24 th

2.

Sumberwati, Amd.Kep

P

D3 Kep

PNS

-

-

PER AW AT

27 th

3.

Ely Ariastutuik, Amd.Kep

P

D3 Kep

PNS

-

-

PER AW AT PER AW AT PER AW AT PER

8 th

4.

Dyah Ayu K. Amd Kep

P

D3 Kep

PNS

-

-

10 th

Nosokomial/ DALIN, BLS, ECG, HIV, Customer Service

5.

Miftahul Jannah, Amd.Kep

P

D3 Kep

PNS

-

V

6.

Cahyo Irawan,

L

D3 Kep

-

-

V

Amd.Kep

AW AT PER AW AT

7.

Andriyani, Amd.Kep

P

D3 Kep

-

-

V

8.

Latifa Erdiana, S.Kep.Ns

P

S1 Kep

-

-

V

PER AW AT

PPGD, Rawat Luka Terkini 2 th

9.

Rizki, Amd.Kep P D3 Kep V

PER AW AT

10.

Dewi Astutik, Amd.Kep

P

D3 Kep

-

-

V

PER AW AT

3,5 th

BLS, Rawat Luka Terkini, Nosokomial/ DALIN

11.

Dina Agustina, Amd.Kep

P

D3 Kep

-

-

V

PER AW AT

3,5 th

BLS, DALIN, HIV

12.

Terry Indra Kurniawan,Amd. Kep

L

D3 Kep

-

-

V

PER AW AT

2 th

PPGD, HIV, Rawat Luka Terkini

13.

Ika Kurniawati, Amd.Kep

P

D3 Kep

-

-

V

PER AW AT

2 th

ECU, Rawat Luka Terkini

14.

Fyrda Nurul Laily P D3 Kep V

PER AW AT

2 th

BLS

c. Tenaga non keperawatan Tenaga non keperawatan di Ruang Mawar Jingga B1 RSUD Sidoarjo terdiri dari : No. 1. 2. 3. 4. Kualifikasi Tata Usaha (Medical record) Ahli gizi Helper Cleaning service Jumlah 1 orang 1 orang 1 orang 2 orang SMA Jenis

d. Tenaga Medis Tenaga medis di ruang MJB1 RSUD Sidoarjo terdiri dari : No. 1 2 3 4 5 6 Kualifikasi Dokter bedah umum Dokter bedah syaraf Dokter urologi Dokter IPD Dokter Jantung Dokter Saraf Jumlah 4 1 1 1 1 1

e. Tenaga Mahasiswa Praktek Kualifikasi 1. S1 Keperawatan Prog.Profesi Ners STIKES Bina Sehat PPNI Dokter Muda Univ. Wijaya Kusuma Jumlah 11 orang

2.

f. Tingkat Ketergantungan Pasien dan Kebutuhan Tenaga Perawat Klasifikasi Pasien Berdasarkan Tingkat Ketergantungan Dengan Metode Douglas ( 1984 ). No. 1 KLASIFIKASI DAN KRITERIA Minimal Care (1-2 jam) 1. Dapat melakukan kebersihan diri sendiri, mandi, ganti pakaian dan minum. 2. Pengawasan dalam ambulasi atau gerakan. 3. Observasi Tanda vital setiap shift. 4. Pengobatan minimal, status psikologi stabil. 5. Persiapan prosedur pengobatan Intermediet Care (3-4 jam) 1. Dibantu dalam kebersihan diri, makan dan minum, ambulasi. 2. Observasi tanda vital tiap 4 jam. 3. Pengobatan lebih dari 1 kali. 4. Pakai foley kateter. 5. Pasang infuse, intake out-put dicatat. 6. Pengobatan perlu prosedur. Total Care (5-6 jam) 1. Dibantu segala sesuatunya. 2. Posisi diatur. 3. Observasi tanda vital tiap 2 jam. 4. Pakai NG tube. 5. Terapi intravena, pakai suction. 6. Kondisi gelisah / disorientasi / tidak sadar.

2

3

Pada suatu pelayanan profesional, jumlah tenaga yang dibutuhkan tergantung pada jumlah klien dan tingkat ketergantungan klien. Menurut Douglas (1984) Loverige dan cummings (1996) klasifikasi derajat ketergantungan klien dibagi 3 kategori yaitu :

1. Perawat Minimal : 1-2 jam / 24 jam 2. Perawat Intermediet / Partial : 3-4 jam / 24 jam 3. Perawat Total : 5-6 jam / 24 jam Kebutuhan tenaga perawat di ruang Ruang Mawar Jingga B1 dari hasil pengkajian adalah sebagai berikut : a. Tingkat ketergantungan pasien dan kebutuhan perawat pada tanggal 5 Oktober 2009 Ruang Mawar Jingga B1 Klasifikasi pasien Total care Partial care Minimal care Total Jumlah pasien 3 6 8 17 Pagi 3x0,36=1,08 6x0,27=1,62 8x0,17=1,36 4,06 Sore 3x0,36=1,08 6x0,15=0,90 8x0,14=1,12 3,10 Malam 3x0,20=0,60 6x0,10=0,60 8x0,07=0,56 1,76

Total tenaga perawat Dinas pagi : 4 orang Dinas siang : 3 orang Dinas malam : 2 orang Jumlah : 9 orang Jumlah perawat lepas dinas per hari : 86x9 =2,77 (dibulatkan menjadi 3) Jumlah perawat yang dibutuhkan untuk bertugas pada tanggal 5 Oktober 2009 di Ruang Mawar Jingga B1 adalah 9 orang (ditambah dengan kepala ruangan 1 orang), ditambah tenaga lepas dinas 3 orang = 13 orang. Jadi kebutuhan tenaga belum mencukupi. Ruang Observasi Mawar JinggaB1 Klasifikasi pasien Total care Partial care Minimal care Total Jumlah pasien 3 4 6 13 Pagi 3x0,36=1,08 4x0,27=1,08 6x0,17=1,02 3,18 Sore 3x0,36=1,08 4x0,15=0,60 6x0,14=0,84 2,52 Malam 3x0,20=0,60 4x0,10=0,40 6x0,07=0,42 1,42

Total tenaga perawat Dinas pagi : 3 orang Dinas siang : 3 orang Dinas malam : 1 orang Jumlah : 7 orang Jumlah perawat lepas dinas per hari : 86x7 =2,16 (dibulatkan menjadi 2) Jumlah perawat yang dibutuhkan untuk bertugas pada tanggal 5 Oktober 2009 diruang observasi MJB1 adalah 7 orang (ditambah dengan kepala ruangan 1 orang), ditambah tenaga lepas dinas 2 orang = 10 orang. b. Tingkat ketergantungan pasien dan kebutuhan perawat pada tanggal 6 Oktober 2009 Ruang Mawar Jingga B1 Klasifikasi pasien Total care Partial care Jumlah pasien 8 3 Pagi 8x0,36=2,88 3x0,27=0,81 Sore 8x0,36=2,88 3x0,15=0,45 Malam 8x0,20=1,60 3x0,10=0,30

Minimal care Total

6 17

6x0,17=1,02 4,71

6x0,14=0,84 4,17

6x0,07=0,42 2,32

Total tenaga perawat Dinas pagi : 5 orang Dinas siang : 4 orang Dinas malam : 2 orang Jumlah : 11 orang Jumlah perawat lepas dinas per hari : 86x11 =3,39 (dibulatkan menjadi 3) Jumlah perawat yang dibutuhkan untuk bertugas pada tanggal 6 Oktober 2009 diRuang Mawar Jingga B1 adalah 11 orang (ditambah dengan kepala ruangan 1 orang), ditambah tenaga lepas dinas 3 orang = 15 orang. Jadi kebutuhan tenaga belum mencukupi. Ruang Observasi Mawar Jingga B1 Klasifikasi pasien Total care Partial care Minimal care Total Jumlah pasien 5 2 4 11 Pagi 5x0,36=1,80 2x0,27=0,54 4x0,17=0,68 3,02 Sore 5x0,36=1,80 2x0,15=0,30 4x0,14=0,56 2,66 Malam 5x0,20=1,00 2x0,10=0,20 4x0,07=0,68 1,88

Total tenaga perawat Dinas pagi : 3 orang Dinas siang : 3 orang Dinas malam : 2 orang Jumlah : 8 orang Jumlah perawat lepas dinas per hari : 86x8 =2,47 (dibulatkan menjadi 2) Jumlah perawat yang dibutuhkan untuk bertugas pada tanggal 6 Oktober 2009 diruang Observasi Mawar Jingga B1 adalah 8 orang (ditambah dengan kepala ruangan 1 orang), ditambah tenaga lepas dinas 3 orang = 12 orang. c. Tingkat ketergantungan pasien dan kebutuhan perawat pada tanggal 7 Oktober 2009 Ruang Mawar Jingga B1 Klasifikasi pasien Total care Partial care Minimal care Total Jumlah pasien 4 7 1 12 Pagi 4x0,36=1,44 7x0,27=1,89 1x0,17=0,17 3,50 Sore 4x0,36=1,44 7x0,15=1,05 1x0,14=0,14 2,63 Malam 4x0,20=0,80 7x0,10=0,70 1x0,07=0,07 1,57

Total tenaga perawat Dinas pagi : 3 orang Dinas siang : 3 orang Dinas malam : 2 orang Jumlah : 8 orang Jumlah perawat lepas dinas per hari : 86x11 =2,47 (dibulatkan menjadi 2) 279 Jumlah perawat yang dibutuhkan untuk bertugas pada tanggal 7 Oktober 2009 diruang Mawar Jngga B1 adalah 11 orang (ditambah dengan kepala ruangan 1 orang), ditambah tenaga lepas dinas 2 orang = 14 orang. Jadi kebutuhan tenaga belum mencukupi.

Ruang Observasi Mawar Jingga B1 Klasifikasi pasien Total care Partial care Minimal care Total Jumlah pasien 4 3 0 7 Pagi 4x0,36=1,44 3x0,27=0,81 0x0,17=0 2,25 Sore 4x0,36=1,44 3x0,15=0,45 0x0,14=0 1,89 Malam 4x0,20=0,80 3x0,10=0,30 0x0,07=0 1,10

Total tenaga perawat Dinas pagi : 2 orang Dinas siang : 2 orang Dinas malam : 1 orang Jumlah : 5 orang Jumlah perawat lepas dinas per hari : 86x5 =1,54 (dibulatkan menjadi 2) Jumlah perawat yang dibutuhkan untuk bertugas pada tanggal 7 Oktober 2009 diruang Observasi Mawar Jingga B1 adalah 5 orang (ditambah dengan kepala ruangan 1 orang), ditambah tenaga lepas dinas 2 orang = 8 orang. g. Tingkat Kepuasan Klien Terhadap Kinerja Perawat Pengukuran tingkat kepuasan klien menggunakan kuesioner yang berisi 20 pertanyaan dengan pilihan jawaban ya dengan skore 3, jawaban kadang-kadang dengan skore 2 dan jawaban tidak dengan skore Selanjutnya tingkat kepuasan klien dikategorikan sebagai berikut : 1. Sangat Puas : 81 100 % 2. Puas :61 80% 3. Cukup Puas :41 60 % 4. Kurang Puas :21 - 40 % 5. Tidak Puas :0 - 20 % Berdasarkan penyebaran angket dari 22 klien pada tanggal 5-6 Oktober 2009 didapatkan hasil bahwa, 50 % (11 klien) dikategorikan sangat puas, 32% (7 klien) puas, 9% (2 klien) cukup puas, 9% (2 klien) kurang puas dan 0% klien tidak puas terhadap pelayanan di Ruang Mawar Jingga B1. Kepuasan klien di Ruang Observasi Mawar Jingga B1 dari 13 klien didapatkan hasil 54 % (7 klien) dikategorikan sangat puas, 31% (4 klien) puas, 15% (2 klien) cukup puas, 0% kurang puas dan 0% klien tidak puas terhadap pelayanan di Ruang Observasi Mawar Jingga B1. h. Jenis Penyakit Jumlah 10 penyakit terbanyak di Ruang Mawar Jingga B1 selama Bulan September 2009 No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Jenis Penyakit Cidera Kepala NIDDM Vomiting Stroke HIL Combus Appendiks CKD BPH Jumlah Klien 6 81 63 52 14 7 16 10 39 Presentase 1,95% 26,29% 20,45% 16,88% 4,55% 2,27% 5,19% 3,25% 12,66%

10.

Ca Mammae Total

20 308

6,49% 100%

1. SARANA PRASARANA (M2-MATERIAL) 1. Lokasi dan denah ruangan Lokasi penerapan proses managerial keperawatan yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran managemen keperawatan mahasiswa STIKES BINA SEHAT PPNI (PRODI S1 KEPERAWATAN) MOJOKERTO diruang Mawr Jingga B1 RSUD Sidoarjo dengan uraian sebagai berikut: 1. Timur : Mawar jingga D 2. Barat : Mawar ungu dan kuning 3. Selatan : Taman 4. Utara : Mawar jingga B2 Denah Ruang........ Keterangan : A : Gudang F : Nure station K : Gedung baru B : Nurse station mahasiswa G : R.Karu L : R. Mawar Kuning C : Nurse station H : R.Observasi D : Ruang tetanus i : R. combus E : R Bedah Umum j : R. Mawar Hijau. 2. BOR (Bed Occuption Rate) Berdasarkan hasil pengkajian pada tanggal 5 9 Oktober 2009 diruang Mawar Jingga B1 RSUD Sidoarjo didapatkan gambaran kapasitas tempat tidur adalah 38 tempat tidur dengan rincian sebagai berikut : BOR keseluruhan di ruang Mawar Jingga B RSUD Sidoarjo. Berdasarkan hasil pengkajian pada tanggal 5 9 Oktober 2009 di dapatkan gambaran kapasitas tempat tidur berdasarkan jumlah pasien ruang MJB1 adalah 38 tempat tidur dengan rincian sebagai berikut : Tanggal : 5 Oktober 2009 RUANG MJB1 OBSERVASI BEDAH UMUM COMBUS TOTAL JUMLAH TOTAL 13 17 8 38 BED TERPAKAI 13 4 0 17 BED TIDAK TERPAKAI 0 13 0 13

Gambaran umum jumlah tempat tidur di ruang Mawar Jingga B1 tanggal 5 Oktober 2009: Jumlah bed : 38 Bed (17 bed terpakai dan 13 bed tidak terpakai) Dengan BOR MJB1 : 17/38X100%= 44,74% BOR Ruang Observasi : 13/13x100%= 100% Tanggal : 6 Oktober 2009 RUANG MJB1 OBSERVASI BEDAH UMUM COMBUS TOTAL JUMLAH TOTAL 13 17 8 38 BED TERPAKAI 11 6 0 17 BED TIDAK TERPAKAI 2 11 8 21

Gambaran umum jumlah tempat tidur di ruang Mawar JinggaB1 tanggal 6 Oktober 2009 Jumlah bed : 38 Bed (17 bed terpakai dan 21 bed tidak terpakai) Dengan BOR MJB1 : 17/38X100%= 44,74%

BOR Ruang Observasi : 11/13x100%= 84,62% Tanggal : 7 Oktober 2009 RUANG MJB1 OBSERVASI BEDAH UMUM COMBUS TOTAL JUMLAH TOTAL 13 17 8 38 BED TERPAKAI 7 5 0 12 BED TIDAK TERPAKAI 6 12 8 26

Gambaran umum jumlah tempat tidur di ruang Mawar JinggaB1 tanggal 7 Oktober 2009 Jumlah bed : 38 Bed (12 bed ada pasien dan 26 bed kosong) Dengan BOR MJB1 : 12/38X100%= 31,58 % BOR Ruang Observasi :5/13x100%=38,46 % 3. Peralatan dan fasilitas Fasilitas untuk pasien 1. Secara keseluruhan ruang Mawar Jingga B1 memiliki 38 tempat tidur terdiri dari : Mawar Jingga B1 memiliki 38 tempat tidur dengan rincian : Ruang bedah umum : 17 bed Ruang observasi : 13 bed Ruang combusio : 8 bed 2. Kursi : 15 buah 3. Bantal : 38 buah 4. Kipas angin : 6 buah 5. Kursi roda : 1 buah 6. Kamar mandi dan wc : 2 buah 7. Sketsel stenlis : 2 buah 8. Tempat sampah medis/non : 5/5 buah 9. Tempat cucian : 3 buah 10. Lampu : 6 buah 11. Wastafel : 1 buah 12. Jam dinding besar : 2 buah 13. Lemari pasien : 38 buah 14. Lampu emergency : 2 buah 15. Mika observasi : 38 buah 16. Urinal : 3 buah Fasilitas untuk petugas kesehatan 1. Letak ruang perawat : Ditengah ruang pasien 2. Kamar mandi dan wc : 1 kamar 3. Gudang : 1 Kamar 4. Ruang Kepala ruangan : 1 kamar 5. Ruang perawat administrasi : 1 kamar 6. Komputer : 1 buah 7. Telepon : 1 buah 8. Kipas angin : 2 buah 9. Kasur : 2 buah Alat medik No Nama Barang Keperawatan Alat Ruang Mawar Jingga B1 Tensimeter Stetoskop EKG Temometer Kursi Roda/ Beranggkat Jumlah Yang Tersedia Kondisi

1. 2. 3. 4. 5.

2 3 1 2 2/2

Baik Baik Baik Baik Baik

6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30.

Slym Saker WSD Ambubag putih Bak instrumen besar Bak instumen sedang Gunting perban status Tromol besar Tromol panjang kecil Tromol sedang Senter Nabulazer Urinal/pispot Bengkok Baskom Drassing care Korentang Bak injeksi Kom/tutup Tabung O2 Troli instrumen Manometer Gunting bulu mata Blas spuit Standart Infus Alat ukur BB

1 1 1 2 2 1 2 1 2 1 1 3 1 3 2 1 1 1 10 1 5 1 1 11 1

Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik

Alat tenun 1. Selimut dari pav : 2 buah 2. Sprei : 38 buah 3. Korden : 5 buah 4. Perlak B/K :3/2 buah 5. Sarung bantal : 38 buah 6. Stik laken : 30 buah 7. Sarung O2 : 3 buah 8. Handuk : 7 buah 9. Taplak meja B/K : 39 buah 10. Skort : 5 buah Administrasi Penunjang 1. Buku Injeksi 2. Lembar Observasi 3. Lembar Dokumentasi 4. Buku TTV 5. Buku Timbang Terima 6. SOP (Standart Operasional Prosedur) 7. SAK (Standart Asuhan Keperawatan) 8. SPM (Standart Pelayanan Minimal) 9. Buku Makanan 10. Buku Obat 11. Buku Inventaris 12. Buku Penerimaan Darah 13. Buku Pasien Pulang 14. Buku Registrasi 15. Buku Wajib Baca 16. Buku Rincian pasien pindah 3. METODE PEMBERIAN ASKEP (M3-METHODE) Penerapan Model Asuhan Keperawatan 1. Penerapan Pemberian Model Asuhan Keperawatan (MAKP) Tabel Penerapan Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) di Ruang MJB1 Kriteria Frekuensi Prosentase

Baik Cukup Kurang Tidak baik Total

11 3 0 0 14

78,57 21,43 0 0 100

Unsur-unsur dalam praktek keperawatan dapat dibedakan menjadi empat, yaitu standar, proses keperawatan, pendidikan keperawatan dan sistem Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP). Dalam aplikasinya, RSUD Sidoarjo memiliki visi , misi dan motto sebagai pedoman dalam pelaksanaan pelayanan kesehatan yang jelas dalam mencapai tujuan organisasi yang telah ditentukan karena jika tidak , bisa terjadi ketimpangan yang justru akan menanbah ketidakjelasan arah pemgembangan manajemen keperawatan di masa depan. Ruangan atau bangsal sebagai salah satu unit terkecil dari pelayanan kesehatan di rumah sakit merupakan tempat yang memungkinkan bagi perawat untuk menerapkan ilmu dan skilnya secara optimal. Selain itu RSUD Sidoarjo juga selalu mengadakan pelatihan untuk para perawat guna meningkatkan pengetahuan perawat ruangan tentang manajemen keperawatan serta memberikan kesempatan untuk meningkatkan jenjang pendidikan formal melalui program khusus. Di ruang MJB1 memiliki berbagai administrasi penunjang yang mendukung pemberian MAKP yaitu berupa Standar Asuhan Keperawatan (SAK), Standar Operasional Prosedur (SOP) dan Standar Pelayanan Minimal (SPM). Bedasarkan hasil observasi tanggal 5 7 Oktober 2009 di dapatkan bahwa model asuhan keperawatan profesional yang di gunakan di ruang MJB1 adalah model Tim, dan telah terdapat tugas, peran dan wewenang yang jelas pada setiap anggota tim, namun pada pelaksanaannya tidak sesuai dengan uraian tugas masing-masing anggota tim, misalnya ketua tim juga melakukan tugas sebagai perawat pelaksana dan tidak menutup kemungkinan masingmasing perawat juga merangkap sebagai tenaga administrasi pada shift sore dan malam. Hal ini disebabkan karena kebutuhan tenaga perawat yang belum mencukupi dengan jumlah ketergantungan pasien yang diketahui melalui perhitungan BOR (Bed Occuption Rate). Penerapan model pelaksanaan manajemen MAKP juga dapat dipengaruhi oleh latar belakang pendidikan perawat ruangan, di ruang MJB1 terdapat 2 perawat lulusan S1 Keperawatan dan 12 perawat lulusan D3 keperawatan. Berdasarkan penyebaran angket yang telah dilakukan, diketahui bahwa penerapan MAKP diruang MJB1 termasuk kategori baik. 2. Dokumentasi Keperawatan Tabel dokumentasi di Ruang Mawar Jingga B1 Kriteria Baik Cukup Frekuensi 11 3 Prosentase 78,57 21,43

Kurang Tidak baik Total

0 0 14

0 0 100

Pendokumentasian yang berlaku di ruang Mawar Jingga B1 adalah system SOR (Sources Oriented Record) yaitu system pendokumentasian yang berorientasi dari berbagai sumber tenaga kesehatan, misalnya dari dokter, perawat, ahli gizi dll. Berdasarkan hasil observasi pada 17 status pasien, didapatkan pendokumentasian pada 13 status pasien (76%) telah diisi secara lengkap dan benar, sedangkan sisanya yaitu 4 status pasien (24%) pengisian status kurang lengkap dan kurang sesuai dengan kondisi pasien diruangan, yang terbukti dari belum diisinya lembar akep, format pengkajian dan masalah keperawatan yang masih kosong. Pengisian catatan perkembangan perawat (SOAP) kurang jelas, yaitu pada poin assesment dan planning hanya ditulis A: masalah teratasi sebagian dan P: intervensi dilanjutkan. Sedangkan berdasarkan penyebaran angket didapatkan hasil pelaksanaan dokumentasi ruang MJB1 termasuk kategori baik (79%) 3. Timbang Terima Tabel Timbang Terima di Mawar Jingga B1 Kriteria Baik Cukup Kurang Tidak baik Total Frekuensi 11 3 0 0 14 Prosentase 78,57 21,43 0 0 100

Timbang terima adalah metode untuk mengkomunikasikan informasi keperawatan dan merupakan fasilitas untuk menyampaikan informasi penting tentang pasien dalam memberikan asuhan keperawatan sehari-hari dan

berkelanjutan. Timbang terima harus dilakukan seefektif mungkin dengan menjelaskan secara singkat tentang keadaan klien saat itu, tindakan keperawatan yang sudah dan belum dilaksanakan, masalah keperawatan yang mungkin muncul, intervensi kolaboratif dan perkembangan klien saat itu ( Nursalam, 2002; 176). Mekanisme laporan dikerjakan ketika pergantian shift sebagai kesatuan proses komunikasi dalam menyampaikan informasi tentang kondisi klien saat itu, sebagai wujud professional perawat dan bentuk tanggung jawab perawat kepada klien (Dowding, 2001 dan Kerr, 2002). Informasi yang disampaikan harus akurat, sehingga kesinambungan asuhan keperawatan dapat berjalan dengan baik. Timbang terima dilakukan di nurse station yang diikuti oleh perawat dari kedua shift dinas, kemudian dilanjutkan dengan kunjungan langsung kepasien untuk vasidasi data dan memantau kondisi pasien secara langsung. Berdasarkan hasil observasi tanggal 5-7 Oktober 2009, timbang terima di ruang MJB1 dilakukan setiap pergantian shift yang diikuti oleh semua perawat yang bertugas di masing masing shift. Hal itu juga diperkuat dengan hasil kuesioner yang telah disebarkan ,didapatkan hasil 79% perawat melaksanakan timbang terima dengan kategori baik. Beberapa kelemahan pelaksanaan timbang terima di ruang MJB1 adalah kadang-kadang timbang terima dilaksanakan diruang nurse station saja tanpa kunjungan ke pasien. Isi timbang terima meliputi nama dan ruangan pasien,diagnosis medis, kondisi pasien, masalah keperawatan, intervensi yang telah dan belum dilakukan, terapi yang di berikan, dan semua dicatat dalam buku timbang terima, namun belum terdapat format khusus timbang terima yang memudahkan perawat untuk melakukan timbang terima. Selain itu beberapa kekurangan timbang terima adalah saat kunjungan ke pasien, perawat tidak memperkenalkan tim yang akan bertukar dinas. Kegiatan timbang terima yang dilakukan di ruang Mawar JinggaB1 selalu dipimpin oleh kepala ruangan terutama pada pergatian shift malam ke pagi, dan pagi ke siang. Proses timbang terima yang efektif dan terstruktur akan memperkuat status profesional perawat dalam pelayanan kesehatan era modern (Davies and Priestly, 2006). 4. Ronde Keperawatan Tabel Ronde Keperawatan di Mawar Jingga B1 Kriteria Baik Cukup Kurang Tidak baik Total Frekuensi 10 3 1 0 14 Prosentase 71,43 21,43 7,14 0 100

Ronde keperawatan merupakan metode untuk menggali dan membahas secara mendalam masalah keperawatan yang terjadi pada pasien dengan melibatkan tim keperawatan, kepala ruangan, dokter, ahli gizi dan melibatkan pasien secara langsung sebagai focus kegiatan. Berdasarkan penyebaran kuesioner didapatkan 100% perawat menjawab bahwa ronde keperawatan belum dilakukan di ruangan MJB1. Namun informasi dari kepala ruangan menyatakan bahwa ronde keperawatan pernah dilakukan hanya pada saat ada mahasiswa praktek managemen keperawatan, sebagai tugas untuk menyelesaikan praktek manajemen keperawatan. Dari data sebelumnya diketahui bahwa 72% pelaksanaan ronde keperawatan di ruang MJB1 termasuk kategori baik.

5. Pengelolaan Sentrilisasi Obat Tabel Sentralisasi Obat di Mawar Jingga B1 Kriteria Baik Cukup Kurang Tidak baik Total Frekuensi 6 8 0 0 14 Prosentase 42,86 57,14 0 0 100

Sentralisasi obat adalah pegelolaan obat dengan system menyerahkan seluruh obat pasien sepenuhnya kepada perawat, dengan tujuan peggunaan obat dapat dilakukan secara benar sehingga tidak terjadi pemborosan dan kemungkinan terjadinya kesalahan obat. Berdasarkan hasil kuesioner didapatkan 100% perawat menjawab bahwa di ruang MJB1 belum dilakukan sentralisasi obat dengan alasan tidak adanya kebijakan dari RSUD Sidorjo untuk melakukan sentralisasi obat, belum tersedianya sarana dan prasarana yang memadai untuk sentralisasi obat, seperti tidak adanya Inform Consent sentralisasi obat, serta tidak adanya format khusus sentralisasi obat. Data yang kami peroleh di ruang MJB1 hanya ada buku penerimaan obat dan lembar observasi Obat. Namun informasi dari kepala ruangan menyatakan bahwa sentralisasi obat pernah dilakukan hanya pada saat ada mahasiswa yang praktek managemen keperawatan, sebagai tugas untuk menyelesaikan praktek manajemen keperawatan. Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa pelaksanaan sentralisasi obat saat MAKP termasuk kategori baik sebanyak 43%. 6. Supervisi Keperawatan Tabel Supervisi di Mawar Jingga B1 Kriteria Baik Cukup Kurang Tidak baik Total Frekuensi 11 2 1 0 14 prosentase 78,57 14,28 7,14 0 100

Sebagian besar responden yaitu 11 responden (78,57 %).

Supervisi merupakan upaya untuk membantu pembinaan dan peningkatan kemampuan pihak yang di supervisi agar mereka dapat melaksanakan tugas kegiatan yang telaj ditetapkan secara efisien dan efektif (Sudjana, 2004). Berdasarkan hasil kuesioner didapatkan 100% perawat menjawab bahwa diruang MJ B1 belum dilakukan supevisi keperawatan yang sesuai dengan standart keperawatan. Namun supervisi yang dilakukan di Ruang MJB 1 hanya bersifat tidak langsung sesuai dengan keadaan ruangan dan tidak ada penjadwalan yang rutin tentang kegiatan supervisi sehingga tidak ada pendokumentasian kegiatan yang sudah di supervisi. Diruang MJB1 telah memiliki SAK (Standar Asuhan Keperawatan) dan SOP (Standar Operasional Prosedur), selain itu terdapat tenaga yang berkompeten untuk menjadi supervisor. Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa pelaksanaan supervisi di ruang MJB1 termasuk kategori baik 79%. 7. Discharge Planning . Tabel Discharge Plannig di Mawar Jingga B1 Kriteria Baik Cukup Baik Kurang Baik Tidak Baik Total Frekuensi 11 3 0 0 14 Prosentase 78,57 21,43 0 0 100 Sebagian besar responden yaitu 11 responden (78,57%)

Perencanaan pulang merupakan bagian penting dari program keperawatan klien yang dimulai segera setelah klien masuk rumah sakit. Hal ini merupakan suatu proses yang menggambarkan usaha kerjasama antar tim kesehatan, klien dan keluarga kien. Berdasarkan hasil kuesioner didapatkan 79% perawat termasuk kategori baik dalam pelaksanaan discharge planning. Perawat di ruang MJB1 selalu melakukan discharge planning setiap pasien akan pulang akan tetapi ruangan MJB1 belum memiliki format khusus tentang discharge planning.Selain itu isi dari discharge planning belum dilakukan secara optimal karena hanya meliputi pemberian informasi tentang waktu kontrol dan obat yang harus diminum (keteraturan minum obat) dan tidak tersedianya leaflet yang berguna bagi pasien sebelum pasien pulang. Sehingg nanti saat dirumah pasien bisa melihat kembali liflet jika pasien lupa dengan informasi yang diberikan perawat. 4. PEMBIAYAAN (M4-MONEY) Sebagian besar sumber pembiayaan ruangan berasal dari rumah sakit yang diperoleh dari APBD Propinsi Jawa Timur. Pembiayaan pasien sebagian besar dari JAMKESMAS, sedangkan sisanya dari ASKES PNS, Jamsostek, Askes swasta dan umum (biaya sendiri).

5. PEMASARAN (M5-MARKET) Jumlah pasien berdasarkan hasil pengkajian yang dilakukan pada tanggal 5-7 Oktober 2009 didapatkan data presentase kapasitas tempat tidur pasien di Ruang Mawar Jingga B1 RSUD Sidoarjo, yaitu : 1. Tanggal 5 Oktober 2009 BOR MJB1 : 17/38X100%= 44,74% BOR Ruang Observasi : 13/13x100%= 100% 2. Tanggal 6 Oktober 2009 BOR MJB1 : 17/38X100%= 44,74% BOR Ruang Observasi : 11/13x100%= 84,62% 3. Tanggal 7 Oktober 2009 BOR MJB1 : 12/38X100%= 31,58 % BOR Ruang Observasi :5/13x100%=38,46 % BOR rata-rata Ruang MJB1 adalah 40,35 % BOR rata-rata Ruang Observasi adalah 74,36 %

STANDART KEPERAWATAN MINIMAL NO JENIS PELAYANAN Traksi/Reposisi INDIKATOR STANDART TARGET

1.

Waktu tunggu operasi Lama perawatan Waktu tunggu operasi Lama waktu perawatan post operasi Waktu tunggu operasi Lama perawatan post operasi

< 3 hari 1-2 hari