Upload
rizkypratama
View
325
Download
4
Embed Size (px)
Citation preview
7/25/2019 Laporan Akhir Pengolahan Sinyal
1/50
1
BAB 1
RANGKAIAN PENGUAT NON-INVERTING
1.1Tujuan Percobaan
Setelah selesai melakukan percobaan ini, anda diharapkan dapat :
1. Dapat mempelajari dan menggambarkan bentuk sinyal yang dihasilkan oleh penguat non-
inverting.
2. Dapat memahami fungsi dari IC Op-Amp 741.
3. Mengetahui prinsip kerja penguat non-inverting
1.2 Tinjauan Pustaka
Penguat Tak-Membalik (Non-Inverting Amplifier) merupakan penguat sinyal dengankarakteristik dasar sinyal output yang dikuatkan memiliki fasa yang sama dengan sinyal input.
Penguat tak-membalik (non-inverting amplifier) dapat dibangun menggunakan penguat operasional,
karena penguat operasional memang didesain untuk penguat sinyal baik membalik ataupun tak
membalik. Rangkain penguat tak-membalik ini dapat digunakan untuk memperkuat isyarat AC
maupun DC dengan keluaran yang tetap sefase dengan sinyal inputnya. Impedansi masukan dari
rangkaian penguat tak-membalik (non-inverting amplifier) berharga sangat tinggi dengan nilai
impedansi sekitar 100 MOhm.
Gambar 1.1 Rangkaian Penguat Non Inverting
Rangkaian diatas merupakan salah satu contoh penguat tak-membalik menggunakan
operasional amplifier (Op-Amp) tipe 741 dan memnggunakan sumber tegangan DC simetris. Dengan
sinyal input yang diberikan pada terminal input non-inverting, maka besarnya penguatan tegangan
rangkaian penguat tak membalik diatas tergantung pada harga Rin dan Rf yang dipasang. Besarnya
penguatan tegangan output dari rangkaian penguat tak membalik diatas dapat dituliskan dalam
persamaan matematis sebagai berikut.
http://1.bp.blogspot.com/--r23p4CosXs/UWPw0AaePdI/AAAAAAAAALU/4lM0KL-s0A0/s1600/1.PNG7/25/2019 Laporan Akhir Pengolahan Sinyal
2/50
2
Apabila besarnya nilai resistor Rf dan Rin rangkaian penguat tak membalik diatas sama-sama
10K Ohm maka besarnya penguatan tegangan dari rangkaian penguat diatas dapat dihitung secara
matematis sebagai berikut.
Untuk membuktikan bahwa penguat tak-membalik akan menguatkan sinyal input sebesar 2
kali dengan fasa yang sama dengan sinyal input. Dapat dibuktikan dengan memberikan sinyal input
berupa sinyal AC (sinusoidal) dan mengukurnya menggunakan oscilocope, dimana sinyal input
diukur melalui chanel 1 osciloscope dan sinyal output diukur dengan chanel 2 osciloscope. Sehinggadiperoleh bentuk sinyal output dan sinyal input penguat tak-membalik (non-inverting amplifier)
seperti pada gambar berikut.
Pada gambar diatas terlihat rangkaian penguat tak membalik diberikan inpul sinyal ACdengan tegangan 1 Vpp. Dari gambar sinyal input dan output diatas terbukti bahwa rangkaian penguat
tak-membalik (non-inverting amplifier) diatas memiliki output yang tegangannya 2 (dua) kali lebih
besar dari sinyal input dan memiliki fasa yang sama dengan sinyal input yang diberikan ke rangkaian
penguat tak-membalik (non-inverting amplifier) tersebut.
7/25/2019 Laporan Akhir Pengolahan Sinyal
3/50
3
1.3Hasil Percobaan Menggunakan Livewire
Vin= 1v
7/25/2019 Laporan Akhir Pengolahan Sinyal
4/50
4
7/25/2019 Laporan Akhir Pengolahan Sinyal
5/50
5
7/25/2019 Laporan Akhir Pengolahan Sinyal
6/50
6
Vin = 2v
7/25/2019 Laporan Akhir Pengolahan Sinyal
7/50
7
7/25/2019 Laporan Akhir Pengolahan Sinyal
8/50
8
1.4 Perbandingan Hasil antara Praktik dan Live wire
Tabel 1 Sinyal DC
Resistor ()Multimeter
(volt)
Osiloskop
(Vp)
Av
R1 R2 R3 Vin Vout
Vin Vout
Multitester Osiloskop
1M 1K 1K 1 2 1 2 2 2
1M 2K2 1K 1 3,2 1 3,2 3,2 3,2
1M 3K3 1K 1 4,3 1 4 4,3 4
1M 4K7 1K 1 5,7 1 5,6 5,8 5,6
1M 1K 1K 2 4 2 4 2 2
1M 2K2 1K 2 6,4 2 6,4 3,2 3,2
1M 3K3 1K 2 8,7 2 8,8 4,3 4,4
1M 4K7 1K 2 11,5 2 11,2 5,7 5,7
1M 1K 1K 3 5,9 3 6 2 21M 2K2 1K 3 9,6 3 9,5 3,2 3,2
1M 3K3 1K 3 12,8 3 13 4,3 4,3
1M 4K7 1K 3 14 3 14 5,7 5,7
Tabel 2 Sinyal AC
Resistor ()Multimeter
(volt)
Osiloskop
(Vpp)Av
R1 R2 R3 Vin Vout
Vin Vout
Multitester Osiloskop
1M 1K 1K 1 1,9 1 2 2,0 2
1M 2K2 1K 1 3,3 1 3,2 3,3 3,2
1M 3K3 1K 1 4,6 1 4,4 4,6 4,4
1M 4K7 1K 1 6,3 1 5,6 6,3 5,6
1M 1K 1K 2 4,3 2 4 2,15 2
1M 2K2 1K 2 7,1 2 7 3,05 3,5
1M 3K3 1K 2 10 2 9,2 5 4,6
1M 4K7 1K 2 12,2 2 12 6,6 6
1M 1K 1K 3 6,4 3 6 2,13 2
1M 2K2 1K 3 10,6 3 10 3,5 3,3
1M 3K3 1K 3 12,4 3 12 4,13 41M 4K7 1K 3 16,7 3 12 5,5 4
7/25/2019 Laporan Akhir Pengolahan Sinyal
9/50
9
Hasil Dengan Menggunakan Livewire
Sinyal DC
Resistor ()Multimeter
(volt)
Osiloskop
(Vp)
Av
R1 R2 R3 Vin Vout
Vin Vout
Multitester Osiloskop
1M 1K 1K 1 2 1 2 2 2
1M 2K2 1K 1 3,2 1 3,2 3,2 3,2
1M 3K3 1K 1 4,3 1 4,3 4,3 4,3
1M 4K7 1K 1 5,7 1 5,7 5,7 5,7
1M 1K 1K 2 4 2 4 2 2
1M 2K2 1K 2 6,4 2 6,4 3,2 3,2
1M 3K3 1K 2 8,6 2 8,6 4,3 4,3
1M 4K7 1K 2 11,4 2 11,4 5,7 5,7
1M 1K 1K 3 6 3 6 2 21M 2K2 1K 3 9,6 3 9,6 3,2 3,2
1M 3K3 1K 3 12,9 3 12,9 4,3 4,3
1M 4K7 1K 3 14,4 3 14,4 4,8 4.8
1.5Analisa
Op-amp pada dasarnya adalah penguat. Pada percobaan ini di pelajari fungsi dari penguat
non- inverting yaitu rangkaian yang dapat memperkuat sinyal input di mana membalikkan sinyal
output bahkan ketika mereka menambah sinyal input bersama-sama. Dalam percobaan ini input
sinyal yang masuk ke terminal positif IC OP-AMP 741 sedangkan terminal negatif dari IC OP-
AMP dihubungkan dengan ground. Sinyal output yang dihasilkan oleh penguat non- inverting
adalah berbanding lurus dengan sinyal inputnya atau dengan kata lain sinyal output sefasa dengan
sinyal inputnya.
Apabila tegangan yang masuk adalah DC maka gelombang yang terbentuk adalah datar
(lurus). Sedangkan apabila tegangan yang masuk adalah AC maka gelombang yang terbentuk
adalah gelombang sinusoidal yang terdiri dari bukit dan lembah.
Pada saat rangkaian non-inverting ini diberi tegangan DC 1 V, tegangan outputnya dapat
terlihat pada multimeter sebesar 2 Volt, 3 Volt atau lebih tergantung besarnya R2 yang dipasang
karena semakin besar R2 yang dipasang maka tegangan outputnya akan semakin besar. Serta
tegangan input juga berpengaruh besar pada rangkaian penguat non-inverting. Ini dibenarkanmelalui persamaan :
1
3
2.R
RVinVout
Untuk lebih jelasnya simak perhitungan dibawah ini
Untuk Sinyal DC
Vin = 1Volt
R1 = 1 M
, R2 = 1 K
, R3 = 1 K
, Vin = 1 V
7/25/2019 Laporan Akhir Pengolahan Sinyal
10/50
10
1
3
2.R
RVinVout
=
1
1
1.1
K
KV
= 2 V
Vin
VoutAV
V
V
1
2
= 2
Jika dibandingkan dengan hasil percobaan di dapat :
Untuk input sinyal DC sebesar 2 V Serta penguatannya di dapat sebesar 2
R1 = 1 M, R2 = 2,2 K, R3 = 1 K, Vin = 1 V
1
3
2.R
RVinVout
V2,3
Vin
VoutAV
=,
= 3,2
Jika dibandingkan dengan hasil percobaan di dapat :
Untuk input sinyal DC sebesar 3,2 V
R1 = 1 M, R2 = 3,3 K, R3 = 1 K, Vin = 1 V
1
3
2.R
RVinVout
1
1
3,3.1
K
KV
V3,4
Vin
VoutAV
V
V
1
3,4
= 4,3
Jika dibandingkan dengan hasil percobaan di dapat :
Untuk input sinyal DC sebesar 4,3 V
7/25/2019 Laporan Akhir Pengolahan Sinyal
11/50
11
R1 = 1 M, R2 = 4,7 K, R3 = 1 K, Vin = 1 V
1
3
2.R
RVinVout
1
1
7,4.1
K
KV
V7,5
Vin
VoutAV
V
V
1
7,5
= 5,7
Jika dibandingkan dengan hasil percobaan di dapat :
Untuk input sinyal DC sebesar 5,8 V
Terlihat pada tabel pengukuran bahwa hasil antara keduanya (praktik dan livewire) hampir
mendekati teori (rumus), kalaupun ada perbedaan selisih nilai 0,2-0,5 Volt, itu adalah resistansi
dari IC OP-AMP 741 dan komponen pendukung lainnya seperti resistor (pada saat praktik).
Pada sinyal keluaran AC ada beberapa nilai pengukuran yang tidak sesuai dengan
perhitungan. Misalnya pada R2= 4K7, Vinput = 3V dan F = 1 KHz.
Didapat hasil pengukuran sebesar 14,5 Vp. Ini dikarenakan bahwa hasil tegangan yang keluar
pada penguat non-inverting tidak akan melebihi nilai VCC-nya yakni 15 V.
1.6Kesimpulan
1. IC Op Amp 741 mempunyai keluaran yang tidak akan melebihi tegangan power IC itu sendiri
2. Semakin besar R2 maka Vout akan semakin besar
3. Pengukuran praktik dan pengukuran dengan menggunakan livewire memiliki perbedaan yang
kecil
4. Livewire lebih akurat dibandingkan dengan praktik langsung karena tidak mengalami factor
factor yang merugikan seperti usia komponen dan human error.
7/25/2019 Laporan Akhir Pengolahan Sinyal
12/50
12
BAB 2
PENGUAT INVERTING
2.1 Tujuan
1. Dapat membuat rangkaian penguat inverting dengan benar
2. Mengetahui cara kerja penguat inverting
3. Dapat menggambar sinyal output dari penguat inverting
2.2 Tinjauan Pustaka
Inverting Amplifier merupakan penerapan dari penguat operasional sebagai penguat sinyal
dengan karakteristik dasar sinyal output memiliki phase yang berkebalikan dengan phase sinyal input.
Pada dasarnya penguat operasional (Op-Amp) memiliki faktor penguatan yang sangat tinggi (100.000
kali) pada kondisi tanpa rangkaian umpan balik. Dalam inverting amplifier salah satu fungsi
pamasangan resistor umpan balik (feedback) dan resistor input adalah untuk mengatur faktorpenguatan inverting amplifier (penguat membalik) tersebut. Dengan dipasangnya resistor feedback
(RF) dan resistor input (Rin) maka faktor penguatan dari penguat membalik dapat diatur dari 1 sampai
100.000 kali. Untuk mengetahui atau menguji dari penguat membalik (inverting amplifier) dapat
menggunakan rangkaian dasar penguat membalik menggunakan penguat operasional (Op-Amp)
seperti pada gambar berikut.
Rangkaian penguat membalik diatas merupakan rangkaian dasar inverting amplifier yang
menggunakan sumber tegangan simetris. Secara matematis besarnya faktor penguatan (A) pada
rangkaian penguat membalik adalah (-Rf/Rin) sehingga besarnya tegangan output secara matematis
adalah :
Apabila nilai resistansi feedback (Rf) adalah 10KOhm dan resisntansi input 1 KOhm maka
secara matematik besarnya faktor penguatan rangkaian penguat membalik (inverting amplifier) diatas
adalah :
7/25/2019 Laporan Akhir Pengolahan Sinyal
13/50
13
Untuk melakukan pengujian rangkaian penguat membalik (inverting amplifier) maka
tegangan sumber (simetris) +10Vdc diberikan ke jalur +Vcc sedangkan -10Vdc dihubungkan ke jalur
-Vcc. Sebagai sinyal input sebaiknya menggunakan sinyal input sinusoidal dengan range frekuensi
audio (20 Hz 20 KHz) agar terlihat jelas perbedaan sinyal input dan output rangkaian penguat
membalik ini yang berbeda phase antar input dan outpunya. Dengan nilai resistansi dan sumber
tegangan seperti disebutkan sebelumnya apabila pada rangkaian penguat membalik diatas diberikan
sinyal input sebesar 0,5 Vpp maka idealnya tegangan output rangkaian penguat membalik (inverting
amplifier) ini adalah.
Dalam bentuk grafik bentuk sinyal output dan sinyal input rangkaian penguat membalik
(inverting amplifier) ini dapat digambarkan sebgai berikut.
Dalam percobaan untuk mendapatkan bentuk sinyal output dan sinyal input seperti diatas
dapat digunakan osciloscope doble trace dengan input A osciloscope dihubungkan ke jalur input
penguat membalik (inverting amplifier) dan input B osciloscope dihubungkan ke jalur output penguat
mebalik tersebut. Dengan alat ukur osciloscope yang terhubung seperti ini dapat dianalisa
perbandingan sinyal input dengan sinyal output rangkaian penguat membalik (inverting amplifier)
secara lebih life dalam berbagai perubahan sinyal input.
7/25/2019 Laporan Akhir Pengolahan Sinyal
14/50
14
2.3 Hasil Percobaan
7/25/2019 Laporan Akhir Pengolahan Sinyal
15/50
15
7/25/2019 Laporan Akhir Pengolahan Sinyal
16/50
16
7/25/2019 Laporan Akhir Pengolahan Sinyal
17/50
17
7/25/2019 Laporan Akhir Pengolahan Sinyal
18/50
18
2.4 Perbandingan antara praktik dan livewire
Hasil Praktik
Sinyal DC 1 Input
Resistor () Tegangan (V)V/Div AV
Rf R1 Vin Vout
2K2 1K 1 -2,34 2 -2,34
3K3 1K 1 -3,52 1 -3,52
4K7 1K 1 -4,99 2 -4,99
10K 1K 1 -10,6 5 -10,6
2K2 1K 2 -4,7 2 -2,35
3K3 1K 2 -7 2 -3,5
4K7 1K 2 -10 5 -5
10K 1K 2 -12,9 5 -6,45
2K2 1K 3 -6,7 2 -2,23
3K3 1K 3 -10 5 -3,33
4K7 1K 3 -12,8 5 -4,26
10K 1K 3 -12,9 5 -4,3
2K2 1K 4 -9 5 -2,25
3K3 1K 4 -12,8 5 -3,2
4K7 1K 4 -12,9 5 -3,225
10K 1K 4 -13 5 -3,25
2K2 1K 5 -11,3 5 -2,26
3K3 1K 5 -12,8 5 -2,56
4K7 1K 5 -12,8 5 -2,56
10K 1K 5 -13 5 -2,6
Tabel 2 input sinyal AC
Resistor ()Tegangan
(V)/(Vpp) V/Div AV
Rf R1 Vin Vout
2K2 1K 1 -1,8 1 -1,8
3K3 1K 1 -3 1 -3
4K7 1K 1 -4,6 1 -4,6
10K 1K 1 -10,5 1 -10,5
2K2 1K 2 -3 1 -1,5
7/25/2019 Laporan Akhir Pengolahan Sinyal
19/50
19
3K3 1K 2 -4,8 1 -2,4
4K7 1K 2 -7,4 2 -3,7
10K 1K 2 -17 2 -8,5
2K2 1K 3 -6 2 -2
3K3 1K 3 -9 2 -34K7 1K 3 -12 2 -4
10K 1K 3 -25 5 -8,3
2K2 1K 4 -7,5 5 -1,875
3K3 1K 4 -11 5 -2,75
4K7 1K 4 -15 5 -3,75
10K 1K 4 -28 5 -7
2K2 1K 5 -9 5 -1,8
3K3 1K 5 -14 5 -2,8
4K7 1K 5 -20 5 -410K 1K 5 -28 5 -5,6
Hasil Livewire . Sinyal DC 1 Input
Resistor () Tegangan (V)V/Div AV
Rf R1 Vin Vout
2K2 1K 1 -2,20 4 -2,20
3K3 1K 1 -3,30 4 -3,304K7 1K 1 -4,69 4 -4,69
10K 1K 1 -9,99 4 -9,99
2K2 1K 2 -4,40 4 -2,20
3K3 1K 2 -6,60 4 -3,30
4K7 1K 2 -9,39 4 -4,69
10K 1K 2 -15,26 4 -7,63
2K2 1K 3 -6,60 4 -2,20
3K3 1K 3 -9,90 4 -3,30
4K7 1K 3 -14,09 4 -4,6910K 1K 3 -15,26 4 -5,08
2K2 1K 4 -8,80 4 -2,20
3K3 1K 4 -13,20 4 -3,30
4K7 1K 4 -15,26 4 -4,69
10K 1K 4 -15,26 4 -3,81
2K2 1K 5 -11,00 4 -2,20
3K3 1K 5 -15,25 4 -3,05
4K7 1K 5 -15,26 4 -3,05
10K 1K 5 -15,26 4 -3,05
7/25/2019 Laporan Akhir Pengolahan Sinyal
20/50
20
2.5 Analisa
Pada percobaan kali ini, saya akan menganalisis rangkaian penguat inverting. Rangkaian
penguat inverting merupakan rangkaian penguat pembalik dengan impedansi masukan sangat rendah.
Rangkaian penguat inverting akan menerima arus atau tegangan dari tranduser sangat kecil dan akan
membangkitkan arus atau tegangan yang lebih besar.
Pada rangkaian penguat inverting dengan satu masukan, set Vcc = 15V, Vee = -15V, Rin =
1K, dengan Rf = 2K2, 3K3,4K7, 10K dan Vin = 1V,2V,3V,4V dan 5V dengan input DC.
Pada tabel 1 dan 2 dapat kita lihat bahwa jika kita mengganti Rf lebih besar terdapat pengaruh
terhadap penguatan tegangan (Vo). Semakin besar Rf yang digunakan maka penguatan tegangan akan
semakin besar pula yang dihasilkan.
Dalam inverting amplifier salah satu fungsi pamasangan resistor umpan balik (feedback) dan
resistor input adalah untuk mengatur faktor penguatan inverting amplifier (penguat membalik)
tersebut. Dengan dipasangnya resistor feedback (RF) dan resistor input (Rin) maka faktor penguatan
dari penguat membalik dapat diatur dari 1 sampai 100.000 kali.
Untuk lebih jelasnya lebih baik kita melakukan perhitungan berdasarkan rumus dan
membandingkan hasil praktik dan livewire
Vo= - Untuk Vin = 1V
Rf = 2K2, 3K3,4K7, 10K
Vo= -, 1= -2,2V Vo= -, 1= -3,3V Vo= -,7 1= -4,7V Vo= - 1= -10V
Pada hasil pengukuran praktik dengan inputan sinyal DC tercatat :
RF 2k2 = -2,34
RF 3k3 = -3,52
RF 4k7 = -4,99
RF 10k = -10,6
Pada hasil pengukuran livewire
RF 2k2 = -2,20
RF 3k3 = -3,30
RF 4k7 = -4,69
RF 10k = -9,99
Hal ini menunjukkan bahwa livewire lebih mendekati perhitungan dengan menggunakan
rumus dibandingkan dengan hasil pengukuran dengan menggunakan multimeter. Selain terjadi rugi
rugi komponen, human error lah juga termasuk penyebab berbedanya data perhitungan dan
7/25/2019 Laporan Akhir Pengolahan Sinyal
21/50
21
pengukuran. Namun human error tersebut dapat ditoleransi karena perbedaan tegangannya hanya
berkisar 0,1V-0,5V dibandingkan dengan perhitungan.
2.6 Kesimpulan
1. Inverting Amplifier merupakan penerapan dari penguat operasional sebagai penguat sinyal
dengan karakteristik dasar sinyal output memiliki phase yang berkebalikan dengan phase
sinyal input. Pada dasarnya penguat operasional (Op-Amp) memiliki faktor penguatan yang
sangat tinggi (100.000 kali) pada kondisi tanpa rangkaian umpan balik.
2. R IN dan RF berpengaruh terhadap Vo
3. Cara menghitung Vo adalah Vo= -
7/25/2019 Laporan Akhir Pengolahan Sinyal
22/50
22
BAB 3
SUMMING INVERTING
3.1Tujuan
Tujuan percobaan ini adalah sebagai berikut :
1. Dapat membuat (menterjemahkan) rangkaian summing inverting ke protoboard.
2. Dapat membedakan rangkaian summing inverting dengan rangkaian penguat inverting.
3. Memahami prinsip kerja dari rangkaian summing inverting.
4. Dapat membandingkan hasil pengukuran dengan hasil perhitungan yang diperoleh dari
rangkaian summing inverting.
3.2 Tinjauan Pustaka
Summing inverting adalah penguat yang memiliki tegangan keluarannya sama-besarnya denganjumlah tegangan masukan dan polaritas dari tegangan keluarannya ini terbalik dengan polaritas
tegangan masukannya. Besarnya tegangan keluaran ini berbanding lurus dengan besarnya hasil
perkalian antara jumlah arus pada R1 dan R2 dengan besar tahanan Rf. Keuntungan yang dimiliki
oleh rangkaian penguat summing inverting adalah kemampuannya untuk menangani lebih dari satu
masukan sekaligus Gambar 3.1 memperlihatkan sebuah penguat penjumlahan pembalik (summing
inverting).
Tiap arus masukan ditentukan oleh tegangan masukan dan resistansi masukannya yang dinyatakan
secara sistematis :
I1 =
I2 =
IRL=
7/25/2019 Laporan Akhir Pengolahan Sinyal
23/50
23
Sedangkan arus yang mengalir pada tahanan Feedback (IRF) sama dengan arus input pada rangkaian
I f = I = 1 + 2Karena tahanan-tahanan input terhubung paralel, maka tegangan input pada masing-masing tahanan
sama besarnya, yaitu :
1 = 2 = Sehingga :
1 + 2 = 11 +22 =
11 +
12
Atau :
= 1
1+ 1
2
Karena :
=
Maka tegangan keluaran (Vo) menjadi :
= (1 +2)Vin
Dan penguatan adalah :
=
Contoh soal :
Seperti pada gambar 3.1 diketahui
R1 = R2 = 1K, Rf = 4K, Vin = 1mV
Hitunglah :
a. Tegangan Output
b.
Penguatan
Penyelesaian :
a. Tegangan Output :
= +
= +1
= 81mV
=8
7/25/2019 Laporan Akhir Pengolahan Sinyal
24/50
24
b. Penguatan Total :
= = = 8
3.3Hasil Percobaan
Tanpa RL Vin=1V
7/25/2019 Laporan Akhir Pengolahan Sinyal
25/50
25
7/25/2019 Laporan Akhir Pengolahan Sinyal
26/50
26
Vin=2V
7/25/2019 Laporan Akhir Pengolahan Sinyal
27/50
27
7/25/2019 Laporan Akhir Pengolahan Sinyal
28/50
28
Menggunakan RL
7/25/2019 Laporan Akhir Pengolahan Sinyal
29/50
29
7/25/2019 Laporan Akhir Pengolahan Sinyal
30/50
30
3.4 Perbandingan antara praktik dan livewire
Tabel 1
Hasil Praktik (Tanpa RL)
Resistor() Teg Input (V)Teg
Output(V)
TegFeedback(V)
Arus Input (mA)
R1 R2 RF V1 V2 Vo VRf I1 I2
1K 1K 1K 1 1 -2 2 1 1
1K 2K2 1K 1 1 -1,45 1,45 1 0,5
1K 3K3 1K 1 1 -1,3 1,3 1 0,3
1K 4K7 1K 1 1 -1,2 1,2 1 0,2
1K 1K 1K 2 2 -4 4 1,8 2
1K 2K2 1K 2 2 -2,9 2,9 1,8 0,9
1K 3K3 1K 2 2 -2,6 2,6 1,8 0,6
1K 4K7 1K 2 2 -2,4 2,4 1,8 0,41K 1K 1K 3 3 -6 6 3 3
1K 2K2 1K 3 3 -4,3 4,3 3 1,4
1K 3K3 1K 3 3 -3,8 3,8 3 0,9
1K 4K7 1K 3 3 -3,6 3,6 3 0,6
Hasil Livewire
Resistor() Teg Input (V)Teg
Output
(V)
TegFeedback(V)
Arus Input (mA)
R1 R2 RF V1 V2 Vo VRf I1 I2
1K 1K 1K 1 1 -2 2 1 11K 2K2 1K 1 1 -1,45 1,45 1 0,45
1K 3K3 1K 1 1 -1,3 1,3 1 0,3
1K 4K7 1K 1 1 -1,2 1,2 1 0,2
1K 1K 1K 2 2 -4 4 2 2
1K 2K2 1K 2 2 -2,9 2,9 2 0,9
1K 3K3 1K 2 2 -2,6 2,6 2 0,6
1K 4K7 1K 2 2 -2,4 2,4 2 0,4
1K 1K 1K 3 3 -6 6 3 3
1K 2K2 1K 3 3 -4,3 4,3 3 1,4
1K 3K3 1K 3 3 -3,8 3,8 3 0,9
1K 4K7 1K 3 3 -3,6 3,6 3 0,6
7/25/2019 Laporan Akhir Pengolahan Sinyal
31/50
31
Tabel 2
Hasil praktik ( Memakai RL)
Resistor()Teg Input
(V)
TegOutput
(V)
Teg
Feedback(V)Arus Input (mA)
R1 R2 RF V1 V2 Vo VRf I1 I2 IRf1K 1K 1K 1 1 -2 2 1 1 2
1K 2K2 1K 1 1 -1,45 1,45 1 0,5 1,4
1K 3K3 1K 1 1 -1,3 1,3 1 0,3 1,3
1K 4K7 1K 1 1 -1,2 1,2 1 0,2 1,2
1K 1K 1K 2 2 -4 4 1,8 2 4
1K 2K2 1K 2 2 -2,9 2,9 1,8 0,9 2,9
1K 3K3 1K 2 2 -2,6 2,6 1,8 0,6 2,6
1K 4K7 1K 2 2 -2,4 2,4 1,8 0,4 2,4
1K 1K 1K 3 3 -6 6 3 3 6
1K 2K2 1K 3 3 -4,3 4,3 3 14 4,3
1K 3K3 1K 3 3 -3,8 3,8 3 0,9 3,9
1K 4K7 1K 3 3 -3,6 3,6 3 0,6 3,6
Hasil Livewire
Resistor()Teg Input
(V)
TegOutput
(V)
TegFeedback(V)
Arus Input (mA)
R1 R2 RF V1 V2 Vo VRf I1 I2 IRf
1K 1K 1K 1 1 -2 2 1 1 2
1K 2K2 1K 1 1 -1,45 1,45 1 0,5 1,4
1K 3K3 1K 1 1 -1,3 1,3 1 0,3 1,31K 4K7 1K 1 1 -1,2 1,2 1 0,2 1,2
1K 1K 1K 2 2 -4 4 1,8 2 4
1K 2K2 1K 2 2 -2,9 2,9 1,8 0,9 2,9
1K 3K3 1K 2 2 -2,6 2,6 1,8 0,6 2,6
1K 4K7 1K 2 2 -2,4 2,4 1,8 0,4 2,4
1K 1K 1K 3 3 -6 6 3 3 6
1K 2K2 1K 3 3 -4,3 4,3 3 14 4,3
1K 3K3 1K 3 3 -3,8 3,8 3 0,9 3,9
1K 4K7 1K 3 3 -3,6 3,6 3 0,6 3,6
PERHITUNGAN SECARA TEORI
Tabel 1.
1. Vo = - (Rf/R1+Rf/R2)Vin 1. VRF = V1/R1+V2/R2
= - (1K/1K+1K/1K) 1V = 1/1+1/1= 2 V
= - 2V
7/25/2019 Laporan Akhir Pengolahan Sinyal
32/50
32
2. Vo = - (Rf/R1+Rf/R2)Vin 2. VRF = V1/R1+V2/R2
= - (1K/1K+1K/2K2) 1V = 1/1+1/2,2= 1,45 V
= - 1,45 V
3. Vo = - (Rf/R1+Rf/R2)Vin 3. VRF = V1/R1+V2/R2
= - (1K/1K+1K/3K3) 1 V = 1/1+1/3,3= 1,3 V
= - 1,3 V
4. Vo = - (Rf/R1+Rf/R2)Vin 4. VRF = V1/R1+V2/R2
= - (1K/1K+1K/4K7) 1V = 1/1+1/4,7= 1,21 V
= - 1,21 V
5. Vo = - (Rf/R1+Rf/R2)Vin 5. VRF = V1/R1+V2/R2
= - (1K/1K+1K/1K) 2 = 2/1+2/1= 4 V
= - 4 V
6. Vo = - (Rf/R1+Rf/R2)Vin 6. VRF = V1/R1+V2/R2
= - (1K/1K+1K/2K2) 2 = 2/1+2/2,2= 2,9 V
= - 2,9 V
7. Vo = - (Rf/R1+Rf/R2)Vin 7. VRF = V1/R1+V2/R2
= - (1K/1K+1K/3K3) 2 = 2/1+2/3,3= 2,6 V
= - 2,6 V
8. Vo = - (Rf/R1+Rf/R2)Vin 8. VRF = V1/R1+V2/R2
= - (1K/1K+1K/4K7) 2 = 2/1+2/4,7= 2,42 V
= - 2,42 V
9. Vo = - (Rf/R1+Rf/R2)Vin 9. VRF = V1/R1+V2/R2
= - (1K/1K+1K/1K) 3 = 3/1+3/1= 6 V
= - 6 V
10. Vo = - (Rf/R1+Rf/R2)Vin 10. VRF = V1/R1+V2/R2
= - (1K/1K+1K/2K2) 3 = 3/1+3/2,2= 4,35 V
= - 4,35 V
11. Vo = - (Rf/R1+Rf/R2)Vin 11. VRF = V1/R1+V2/R2
7/25/2019 Laporan Akhir Pengolahan Sinyal
33/50
33
= - (1K/1K+1K/3K3) 3 = 3/3+3/3,3= 3,9 V
= - 3,9 V
12. Vo = - (Rf/R1+Rf/R2)Vin 12. VRF = V1/R1+V2/R2
= - (1K/1K+1K/4K7) 3 = 3/1+3/4,7= 3,63 V
= - 3,63 V
1. I1 = V1/R1 1. I2 = V2/R2
= 1/1 = 1/1
=1 mA = 1 mA
2. I1 = V1/R1 2. I2 =V2/R2
=1/1 =1/2,2
=1 mA =0,45 mA
3. I1 = V1/R1 3. I2 =V2/R2
=1/1 = 1/3,3
=1 mA =0,30 mA
4. I1 = V1/R1 4. I2 =V2/R2
=1/1 = 1/4,7
=1 mA =0,21 mA
5. I1 = V1/R1 5. I2 =V2/R2
=2/1 = 2/1
=2 mA =2 mA
6. I1 = V1/R1 6. I2 =V2/R2
=2/1 = 2/2,2
=2 mA =0,90 mA
7. I1 = V1/R1 7. I2 =V2/R2
=2/1 = 2/3,3
=2 mA =0,60 mA
8. I1 = V1/R1 8. I2 =V2/R2
=2/1 = 2/4,7
7/25/2019 Laporan Akhir Pengolahan Sinyal
34/50
34
=2 mA =0,42 mA
9. I1 = V1/R1 9. I2 =V2/R2
=3/1 =3/1
=3 mA =3 mA
10. I1 = V1/R1 10. I2 =V2/R2
=3/1 = 3/2,2
=3 mA = 1,36 mA
11.I1 = V1/R1 11. I2 =V2/R2
=3/1 = 3/3,3
=3 mA =0,90 mA
12.I1 = V1/R1 12. I2 =V2/R2
=3/1 =3/4,7
=3 mA =0,63 mA
Tabel 2.
1. Vo = - (Rf/R1+Rf/R2)Vin 1. VRL = V1/R1+V2/R2
= - (1K/1K+1K/1K) 1V = 1/1+1/1= 2 V
= - 2V
2. Vo = - (Rf/R1+Rf/R2)Vin 2. VRL = V1/R1+V2/R2
= - (1K/1K+1K/2K2) 1V = 1/1+1/2,2= 1,45 V
= - 1,45 V
3. Vo = - (Rf/R1+Rf/R2)Vin 3.VRL = V1/R1+V2/R2
= - (1K/1K+1K/3K3) 1 V = 1/1+1/3,3= 1,3 V
= - 1,3 V
4. Vo = - (Rf/R1+Rf/R2)Vin 4. VRL = V1/R1+V2/R2 = -
(1K/1K+1K/4K7) 1V = 1/1+1/4,7= 1,21 V
= - 1,21 V
5. Vo = - (Rf/R1+Rf/R2)Vin 5. VRL = V1/R1+V2/R2
= - (1K/1K+1K/1K) 2 = 2/1+2/1= 4 V
7/25/2019 Laporan Akhir Pengolahan Sinyal
35/50
35
= - 4 V
6. Vo = - (Rf/R1+Rf/R2)Vin 6. VRL = V1/R1+V2/R2
= - (1K/1K+1K/2K2) 2 = 2/1+2/2,2= 2,9 V
= - 2,9 V
7. Vo = - (Rf/R1+Rf/R2)Vin 7. VRL = V1/R1+V2/R2
= - (1K/1K+1K/3K3) 2 = 2/1+2/3,3= 2,6 V
= - 2,6 V
8. Vo = - (Rf/R1+Rf/R2)Vin 8. VRL = V1/R1+V2/R2
= - (1K/1K+1K/4K7) 2 = 2/1+2/4,7= 2,42 V
= - 2,42 V
9. Vo = - (Rf/R1+Rf/R2)Vin 9. VRL = V1/R1+V2/R2
= - (1K/1K+1K/1K) 3 = 3/1+3/1= 6 V
= - 6 V
10. Vo = - (Rf/R1+Rf/R2)Vin 10. VRL = V1/R1+V2/R2
= - (1K/1K+1K/2K2) 3 = 3/1+3/2,2= 4,35 V
= - 4,35 V
11. Vo = - (Rf/R1+Rf/R2)Vin 11. VRL = V1/R1+V2/R2
= - (1K/1K+1K/3K3) 3 = 3/3+3/3,3= 3,9 V
= - 3,9 V
12. Vo = - (Rf/R1+Rf/R2)Vin 12. VRL = V1/R1+V2/R2
= - (1K/1K+1K/4K7) 3 = 3/1+3/4,7= 3,63 V
= - 3,63 V
1. I1 = V1/R1 1. I2 = V2/R2
= 1/1 = 1/1
=1 mA = 1 mA
2. I1 = V1/R1 2. I2 =V2/R2
=1/1 =1/2,2
7/25/2019 Laporan Akhir Pengolahan Sinyal
36/50
36
=1 mA =0,45 mA
3. I1 = V1/R1 3. I2 =V2/R2
=1/1 = 1/3,3
=1 mA =0,30 mA
4. I1 = V1/R1 4. I2 =V2/R2
=1/1 = 1/4,7
=1 mA =0,21 mA
5. I1 = V1/R1 5. I2 =V2/R2
=2/1 mA = 2/1
=2 mA =2 mA
6. I1 = V1/R1 6. I2 =V2/R2
=2/1 = 2/2,2
=2 mA =0,90 mA
7. I1 = V1/R1 7. I2 =V2/R2
=2/1 = 2/3,3
=2 mA =0,60 mA
8. I1 = V1/R1 8. I2 =V2/R2
=2/1 = 2/4,7
=2 mA =0,42 mA
9. I1 = V1/R1 9. I2 =V2/R2
=3/1 =3/1
=3 mA =3 mA
10. I1 = V1/R1 10. I2 =V2/R2
=3/1 = 3/2,2
=3 mA = 1,36 mA
11.I1 = V1/R1 11. I2 =V2/R2
=3/1 = 3/3,3
=3 mA =0,90 mA
7/25/2019 Laporan Akhir Pengolahan Sinyal
37/50
37
12.I1 = V1/R1 12. I2 =V2/R2
=3/1 =3/4,7
=3 mA =0,63 mA
1. IRL =VRL/RL 7. IRL =VRL/RL
= 2/330 =2,6/330
= 6,06 mA = 7,87 mA
2. IRL =VRL/RL 8. IRL =VRL/RL
= 2/330 =2,4/330
= 6,06 mA = 7,27 mA
3. IRL =VRL/RL 9. IRL =VRL/RL
= 1,5/330 =5,8/330
= 4,5 mA = 17,57 mA
4. IRL =VRL/RL 10. IRL =VRL/RL
= 1,3/330 =4/330
= 3,93 mA = 12,12 mA
5. IRL =VRL/RL 11. IRL =VRL/RL
= 1,2/330 =3,8/330
= 3,63 mA = 11,51 mA
6. IRL =VRL/RL 12. IRL =VRL/RL
= 4/330 =3,6/330
= 12,12 mA = 10,90 mA
7/25/2019 Laporan Akhir Pengolahan Sinyal
38/50
38
3.5Analisa
Berdasarkan hasil Praktikum yang telah kami lakukan mengenai praktikum job 3 yang
berjudul Summing inverting.Summing inverting adalah rangkaian elektronika yang berfungsi untuk
menjumlahkan dua buah atau lebih tegangan listrik. Rangkaian ini dibuat dengan menggunakan IC
Operational Amplifier yang memiliki banyak kegunaan dan aplikatif. Summing inverting dapatdiartikan sebagai penguat balikan yang memiliki 2 masukan atau lebih yang pada masukan tersebut
masing-masing diberi resistor serta pemberian resistor feedback sebagai tahanan penguatan. Nilai arus
I feedback sama dengan nilai arus I input karena pada kedua masukan kita yang diatur secara paralel
sehingga menghasilkan nilai I yang sama. Karena tahanan-tahanan input terhubung secara paralel,
maka tegangan input pada masing-masing tahanan sama besarnya V1 = V2 = Vin. Sehingga pada
keluarannya nilai Vin sama dengan Vout. Sedangkan nilai dari output tersebut polaritasnya terbalik
dengan masukannya karena tipe rangkaian yang digunakan adalah tipe inverting atau pembalik. Kami
dapat menganalisa data-data hasil praktikum dan hasil perhitungan secara teori bahwa untuk data tabel
1 nilai perhitungan dan nilai perhitungan secara teori sama atau sesuai. Hanya sedikit perbedaan
berkisar antara 0,1-0,4 V untuk pengukuran tegangan, tegangan output ataupun tegangan feedback.Untuk penghitungan arus input juga terdapat perbedaan berkisar antara 0,1-0,4 mA. Namun perbedaan
pada hasil pengukuran masih dalam batas kewajaran karena melihat tingkat ketelitian pengukuran
pada multimeter maupun tingkat penglihatan kita yang berbeda-beda. Oleh sebab itu data pada tabel
1 sudah sesuai. Untuk tabel 2 pada diagram rangkaian ditambahkan beban resistor sebesar 330 maka
untuk hasil dari perhitungan teori dan pengukuran menggunakan multimeter relatif sama hanya
terdapat sedikit perbedaan berkisar antara 0,01-1 mA untuk I1, I2, dan IRL pada perhitungan arus dan
sedikit perbedaan berkisar antara 0,1-0,4 V untuk pengukuran tegangan, tegangan output ataupun
tegangan beban hal ini terjadi karena melihat tingkat ketelitian pengukuran pada multimeter maupun
tingkat penglihatan kita yang berbeda-beda. Oleh sebab itu data pada tabel 2 sudah sesuai
3.6
Kesimpulan
Setelah melakukan praktikum job 3 yang berjudul Summing Inverting maka kami dapat
menyimpulkan beberapa poin penting sebagai berikut :
1. Definisi Summing inverting adalah rangkaian elektronika yang berfungsi untuk
menjumlahkan dua buah atau lebih tegangan listrik. Rangkaian ini dibuat dengan
menggunakan IC Operational Amplifier yang memiliki banyak kegunaan dan aplikatif.
2. Karena tahanan-tahanan input terhubung secara paralel, maka tegangan input pada masing-
masing tahanan sama besarnya V1 = V2 = Vin. Sehingga pada keluarannya nilai Vin sama
dengan Vout.
3.
Nilai dari output tersebut polaritasnya terbalik dengan masukannya karena tipe rangkaian
yang digunakan adalah tipe inverting atau pembalik.
4. Saat melakukan pengukuran sebaiknya menggunakan multimeter digital agar data yang
didapatkan lebih akurat.
BAB 4
Digital Analog Converter
7/25/2019 Laporan Akhir Pengolahan Sinyal
39/50
39
4.1Tujuan
Setelah melaksanakan praktikum mahasiswa diharapkan dapat :
1. Menjelaskan prinsip kerja digital analog converter, termasuk fungsi dari masing-masing
komponen yang digunakan.
2.
Mendemonstrasikan kerja rangkaian Digital Analog Converter
4.2Tinjauan Pustaka
Jika kita mempelajari elektronika digital maka kita akan menemui Digital Analog Converter.
Gambar (1) memperlihatkan penggunaan op-Amp dalam membangun sebuah converter D/C (Digital
Analog Converter). Pada rangkaian gambar tersebut ada empat masukan yang mewakili bilangan
biner. Berkat tahanan masukan itu, keluarannya menjadi :
= 1+0,52+0.253+0.1254
Gambar 1
7/25/2019 Laporan Akhir Pengolahan Sinyal
40/50
40
4.3Hasil Percobaan
7/25/2019 Laporan Akhir Pengolahan Sinyal
41/50
41
7/25/2019 Laporan Akhir Pengolahan Sinyal
42/50
42
7/25/2019 Laporan Akhir Pengolahan Sinyal
43/50
43
4.4 Perbandingan antara praktik dan livewire
Tabel 1
Ra=1K, Rb=2K, Rc=4K4, Rd=8K,Vin=1Volt
Angka Desimal Input Biner Voutput(V) Hasil Praktek Vout Secara Teoritis
D C B A RF=1K RF=10K RF=1K RF=10K
0 0 0 0 0 0 0 0 0
1 0 0 0 1 -1,05 -10,66 -1 -10
2 0 0 1 0 -0,52 -5,36 -0,5 -5
3 0 0 1 1 -1,58 -15,76 -1,5 -15
4 0 1 0 0 -0,23 -2,43 -0,22 -2,2
5 0 1 0 1 -1,29 -13,10 -1,22 -12,2
6 0 1 1 0 -0,77 -7,80 -0,72 -7,2
7 0 1 1 1 -1,82 -15,82 -1,72 -17,2
8 1 0 0 0 -0,123 -1,33 -0,125 -1,25
9 1 0 0 1 -1,18 -12,0 -1,125 -11,25
10 1 0 1 0 -0,66 -6,70 -0,625 -6,25
11 1 0 1 1 -1,71 -15,81 -1,625 -16,25
12 1 1 0 0 -0,37 -3,77 -0,345 -3,45
7/25/2019 Laporan Akhir Pengolahan Sinyal
44/50
44
13 1 1 0 1 -1,43 -14,44 -1,345 -13,45
14 1 1 1 0 -0,90 -9,14 -0,845 -8,45
15 1 1 1 1 -1,95 -15,82 -1,845 -18,45
Tabel 2
Ra=1K, Rb=2K, Rc=4K4, Rd=8K,Vin=1,5Volt
Angka Desimal Input Biner Voutput(V) Hasil Praktek Vout Secara Teoritis
D C B A RF=1K RF=10K RF=1K RF=10K
0 0 0 0 0 0 0 0 0
1 0 0 0 1 -1,53 -15,46 -1,5 -15
2 0 0 1 0 -0,76 -7,78 -0,75 -7,5
3 0 0 1 1 -2,29 -15,80 -2,25 -22,5
4 0 1 0 0 -0,34 -3,52 -0,3 -3
5 0 1 0 1 -1,88 -15,76 -1,8 -18
6 0 1 1 0 -1,12 -11,30 -1,09 -10,9
7 0 1 1 1 -2,64 -15,81 -2,59 -25,9
8 1 0 0 0 -0,18 -1,93 -0,1875 -1,875
9 1 0 0 1 -1,72 -15,76 -1,6 -16
10 1 0 1 0 -0,96 -9,72 -0,93 -9,3
11 1 0 1 1 -2,48 -15,74 -2,43 -24,3
12 1 1 0 0 -0,54 -5,47 -0,52 -5,2
13 1 1 0 1 -2,07 -15,69 -2,02 -20,2
14 1 1 1 0 -1,31 -13,25 -1,27 -12,7
15 1 1 1 1 -2,83 -15,78 -2,77 -27,7
7/25/2019 Laporan Akhir Pengolahan Sinyal
45/50
45
Hasil Livewire
Tabel 1
Ra=1K, Rb=2K, Rc=4K4, Rd=8K,Vin=1Volt
Angka Desimal Input Biner Voutput(V) Hasil Praktek Vout Secara Teoritis
D C B A RF=1K RF=10K RF=1K RF=10K
0 0 0 0 0 0 0 0 0
1 0 0 0 1 -0,9 -9 -1 -10
2 0 0 1 0 -0,5 -5 -0,5 -5
3 0 0 1 1 -1,5 -15 -1,5 -15
4 0 1 0 0 -0,25 -2,5 -0,22 -2,2
5 0 1 0 1 -1,23 -12,3 -1,22 -12,2
6 0 1 1 0 -0,725 -7,25 -0,72 -7,2
7 0 1 1 1 -1,73 -15,24 -1,72 -17,2
8 1 0 0 0 -0,123 -1,23 -0,125 -1,25
9 1 0 0 1 -1,12 -11,2 -1,125 -11,25
10 1 0 1 0 -0,623 -6,23 -0,625 -6,25
11 1 0 1 1 -1,62 -15,24 -1,625 -16,25
12 1 1 0 0 -0,35 -3,5 -0,345 -3,45
13 1 1 0 1 -1,62 -15,24 -1,345 -13,45
14 1 1 1 0 -0,85 -8,51 -0,845 -8,45
15 1 1 1 1 -1,85 -15,24 -1,845 -18,45
Hasil Livewire
Tabel 2
Ra=1K, Rb=2K, Rc=4K4, Rd=8K,Vin=1,5Volt
Angka Desimal Input Biner Voutput(V) Hasil Praktek Vout Secara Teoritis
D C B A RF=1K R-F=10K RF=1K RF=10K
0 0 0 0 0 0 0 0 0
1 0 0 0 1 -1,5 -15 -1,5 -15
2 0 0 1 0 -0,74 -7,4 -0,75 -7,5
3 0 0 1 1 -2,25 -15,24 -2,25 -22,5
4 0 1 0 0 -0,33 -3,3 -0,3 -3
5 0 1 0 1 -1,84 -15,24 -1,8 -18
6 0 1 1 0 -1,09 -10,9 -1,09 -10,9
7/25/2019 Laporan Akhir Pengolahan Sinyal
46/50
46
7 0 1 1 1 -2,59 -15,24 -2,59 -25,9
8 1 0 0 0 -0,18 -1,8 -0,1875 -1,875
9 1 0 0 1 -1,69 -15,24 -1,6 -16
10 1 0 1 0 -0,93 -9,3 -0,93 -9,311 1 0 1 1 -2,44 -15,26 -2,43 -24,3
12 1 1 0 0 -0,5 -5 -0,52 -5,2
13 1 1 0 1 -2,03 -15,26 -2,02 -20,2
14 1 1 1 0 -1,28 -12,8 -1,27 -12,7
15 1 1 1 1 -2,78 -15,26 -2,77 -27,7
4.5
AnalisaDAC (Digital to Analog Converter) adalah perangkat atau rangkaian elektronika yang
berfungsi untuk mengubah suatu isyarat digital menjadi isyarat analog (tegangan) sesuai
harga dari isyarat tersebut. DAC dapat dibangun menggunakan penguat penjumlah inverting
dari sebuah Op Amp yang diberikan sinyal input berupa data logika digital (0 dan 1).
Pada percobaan ini,didapati rangkaianini berjenis Binary-Weighted DAC yaitu rangkaian
yang dapat disusun dari beberapa resistor dan operational amplifier yang diset seperti gambar
berikut :
Gambar Binary Weighted DAC
Voutnya dapat dicari dengan rumusan:
= 1+0,52+0.253+0.1254
Contoh :
Carilah Vo dari decimal 15. Vin= 1v
Vout = - (1+(0,5.1)+(0,25.1)+(0,125.1)
= 1,875 V
http://zonaelektro.net/dac-digital-to-analog-converter/rangkaian-binary-weighted-dac/7/25/2019 Laporan Akhir Pengolahan Sinyal
47/50
47
Hasil yang tertera diatas adalah hasil rill dari percobaan ini, namun, kami memakai resistor
4k4 pada Rc sehingga dapat mengubah hasil penjumlahan diatas.
Vout = - (1+(0,5.1)+(0,22.1)+(0,125.1)
= 1,845 V
Hasil di livewire lebih akurat dibandingkan dengan hasil praktik karena tingkat kesalahan
program dalam melakukan perhitungan adalah sangat kecil. Sedangkan pada data praktik
terjadi perbedaan dikarenakan komponen komponen yang digunakan juga sudah berumur dan
factor human error juga menyokong perbedaan data. Namun perbedaan datanya berkisar
0,1V-0,5V yang masih dapat ditoleransi.
4.6Kesimpulan
DAC (Digital to Analog Converter) adalah perangkat atau rangkaian elektronika yang berfungsi untuk
mengubah suatu isyarat digital menjadi isyarat analog (tegangan) sesuai harga dari isyarat tersebut.
7/25/2019 Laporan Akhir Pengolahan Sinyal
48/50
48
BAB 5
Integrator
5.1 Tujuan
Setelah melakukan percobaan diharapkan mahasiswa dapat :
1. Mengetahui prinsip kerja rangkaian integrator.
2. Mengetahui dan memahami perubahan sinyal masukan dan keluaran di rangkaian
integrator.
3. Mengetahui prinsip kerja dipengosongan kapasitor di rangkaian integrator.
5.2 Tinjauan Pustaka
Sebuah integrator adalah sebuah rangkaian yang melaksanakan operasi matematik. Sebuah
pemakaian yang lazim dari integrator adalah menggunakan tegangan yang tetap untuk menghasilkan
suatu lerengan pada tegangan keluaran. (Sebuah lerengan adalah tegangan naik atau turun secara inier
). Gambar 5.1 adalah sebuah Op-Amp integrator. Maksudnya sebuah pulsa segi empat seperti gambar
5.1b. Vin menyatakan tegangan yang tetap selama waktu pulsa T. Oleh karena bumi virtual. Maka
arus masukan tetap sama dengan :
I=Iin=
Hampir seluruh arus memasuki kapasitor. Hukum dasar kapasitor menyatakan bahwa:
C=V.q atau V=
Oleh karena itu yang mengalir tetap, maka muatan Q naik secara linier. Hal ini berarti
tegangan kapasitor naik linier dengan polaritas ditunjukkan dalam gambar 5.1c. Oleh karena
pembalikan fasa dari Op-Amp , maka tegangan keluaran adalah sebuah lerengan negatif, seperti
diperlihatkan dalam gambar 5.1c. Pada akhir dari perioda pulsa tegangan masukan kembali ke nol dan
arus pengisian berhenti. Oleh karena kapasitor menahan keluaran maka tegangan keluaran akan tetp
pada suatu tingkatan yaitu negatif.
Untuk memperoleh rumus bagi tegangan keluaran, kedua sisi dari persamaan diatas dibagi oleh
T,memberikan :
=
7/25/2019 Laporan Akhir Pengolahan Sinyal
49/50
49
Gambar 5.1a rangkaian integrator
Gambar 5.1b. gelombang sinyal input (Vin)
Gambar 5.1c gambar sinyal output (vout)
Oleh karena arus pengisian tetap, kita dapat menulis:
=
=
Rangkaian dari 5.2a menghasilkan tegangan offset yang terlalu besar suatu cara untuk memperkecil
pengaruh offset masukan adalah dengan menyisipkan tahanan paralel pada kapasitor, seperti
diperlihatkan pada gambar 5.2a.Resistor ini sekurang-kurangnya harus sepuluh kali besar dari tahanan
masukan.
7/25/2019 Laporan Akhir Pengolahan Sinyal
50/50
50
Gambar 5.2a Integrator R paralel dengan C
5.3 Hasil Percobaan