6
 LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FARMAKOLOGI PERCOBAAN 3 UJI EFEKTIFITAS ANTI SEDATIF DAN HIPNOTIKA Dosen Pembimbing Praktikum : Fadli, S.Farm, Apt Ha ri /T anggal Pr ak ti kum : 8 Desember 20! Disusun ole": KELOMPOK 5 / GOLONGAN A . Ded i Fe bri andi #$8% & 2. D"ea 'i( k) # $8%*& $. +nda" opaparadila # $8% -& !. e ga uniat i # $8%!*& *. e ssi D1i Sa nti # $%0 0*& LABORATORIUM FARMAKOLOGI AKADEMI FARMASI YARSI PONTIANAK 2014

Laporan Akhir Praktikum Farmakologi

Embed Size (px)

DESCRIPTION

farmakologi 1

Citation preview

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FARMAKOLOGIPERCOBAAN 3UJI EFEKTIFITAS ANTI SEDATIF DAN HIPNOTIKA

Dosen Pembimbing Praktikum : Fadli, S.Farm, AptHari/Tanggal Praktikum : 8 Desember 2014

Disusun oleh:KELOMPOK 5 / GOLONGAN A

1. Dedi Febriandi (138911)2. Dhea Rizky (138915)3. Endah Nopaparadila (138917)4. Mega Juniati (138945)5. Yessi Dwi Santi (139005)

LABORATORIUM FARMAKOLOGIAKADEMI FARMASI YARSI PONTIANAK2014

I. PENDAHULUANA. Tujuan PercobaanMahasiswa diharapkan dapat mempelajari pengaruh obat penekan SSP.

B. Dasar TeoriHipnotika atau obat tidur adalah zat-zat yang dalam dosis terapi diperuntukkan meningkatkan keinginan faali untuk tidur dan mempermudah atau menyebabkan tidur. Umumnya, obat ini diberikan pada malam hari. Bila zat-zat ini diberikan pada siang hari dalam dosis yang lebih rendah untuk tujuan menenangkan, maka dinamakan sedatif (Tjay, 2002). Hipnotik sedatif merupakan golongan obat depresan susunan saraf pusat (SSP), mulai yang ringan yaitu menyebabkan tenang atau kantuk, menidurkan , hingga yang berat (kecuali benzodiazepine) yaitu hilangnya kesadaran, koma dan mati bergantung kepada dosis. Pada dosis terapi obat sedasi menekan aktifitas, menurunkan respons terhadap rangsangan dan menenangkan. Obat hipnotik menyebabkan kantuk dan mempermudah tidur serta mempertahankan tidur yang menyerupai tidur fisiologis (H. Sarjono, Santoso dan Hadi R D., 1995).Pada penilaian kualitatif dari obat tidur, perlu diperhatikan faktor-faktor kinetik berikut: a. lama kerjanya obat dan berapa lama tinggal di dalam tubuh, b. pengaruhnya pada kegiatan esok hari, c. kecepatan mulai bekerjanya, d. bahaya timbulnya ketergantungan,e. efek rebound insomnia, f. pengaruhnya terhadap kualitas tidur, g. interaksi dengan otot-otot lain, h. toksisitas, terutama pada dosis berlebihan (Tjay, 2002). Sedatif menekan reaksi terhadap perangsangan, terutama rangsangan emosi tanpa menimbulkan kantuk yang berat. Hipnotik menyebabkan tidur yang sulit dibangunkan disertai penurunan refleks hingga kadang-kadang kehilangan tonus otot (Djamhuri, 1995). Hipnotika dapat dibagi menjadi beberapa kelompok, yaitu benzodiazepin, contohnya: flurazepam, lorazepam, temazepam, triazolam; barbiturat, contohnya: fenobarbital, tiopental, butobarbital; hipnotik sedatif lain, contohnya: kloralhidrat, etklorvinol, glutetimid, metiprilon, meprobamat; dan alkohol (Ganiswarna dkk, 1995).Efek samping umum hipnotika mirip dengan efek samping morfin, yaitu: a. depresi pernafasan, terutama pada dosis tinggi. Sifat ini paling ringan pada flurazepam dan zat-zat benzodiazepin lainnya, demikian pula pada kloralhidrat dan paraldehida; b. tekanan darah menurun, terutama oleh barbiturat; c. sembelit pada penggunaan lama, terutama barbiturat; d. hang over, yaitu efek sisa pada keesokan harinya berupa mual, perasaan ringan di kepala dan termangu. Hal ini disebabkan karena banyak hipnotika bekerja panjang (plasma-t-nya panjang), termasuk juga zat-zat benzodiazepin dan barbiturat yang disebut short-acting. Kebanyakan obat tidur bersifat lipofil, mudah melarut dan berkumulasi di jaringan lemak (Tjay, 2002).II. ALAT DAN BAHANAlat: Spuit injeksi dan jarum sonde (1mL) Rotarod (batang berputar)Bahan: Diazepam (Valisanbe 5mg) Aquabidest Hewan uji: mencitIII. CARA KERJA1. Siapkan alat yang dibutuhkan2. Buat bahan bila belum tersedia3. Kelompokkan 3 ekor mencit untuk tiap kelompok4. Adaptasikan mencit pada rotarod selama 5 menit5. Tandai mencit6. Lakukan percobaan pada menit ke 0-15, 15-30, 30-45 untuk melihat reflek balik badan7. Amati reflek balik badan dan onset

IV. HASIL PERCOBAAN DAN PERHITUNGAN4.1 Larutan StockPGA 2% = 60 ml0,0026 X 5 ml = 0,013 mg/ml

0,013 X 60 ml = 0,78 mgUntuk 60 ml = 42,12 mg5 mg270mg0,78x4.2 Pemberian MaksimumVolume yang disuntikkan x dosis maksimal tiap rute

a. Mencit 1 (26 g) Volume Suntik x 1 = 0,87mLb. Mencit 2 (23,1 g) Volume Suntik x 1 = 0,77mLc. Mencit 3 (24,7 g) Volume Suntik x 1 = 0,82mLd. Mencit 4 (23,7 g) Volume Suntik x 1 = 0,79mL4.3 Tabel Dosis MaksimumNoRute pemberrianBB (g)Volume pemberian maks.Dosis

1PO2610,87

2PO23,110,77

3PO24,710,82

4PO23,710,79

4.4 ReflekBalik BadanKelompokOnsetDurasiReflek Balik Badan

10-15 menit15-30 menit30-45 menit

11300-412

21105-222

31517-211

40348-213

50209-226

60544-345

70506-4207

8701-15187

91502-365

101100-334

4.5 Grafik Balik Badan

V. PembahasanHipnotik sedatif merupakan golongan obat depresan susunan saraf pusat (SSP), mulai dari yang ringan yaitu menyebabkan tenang atau kantuk, menidurkan, hingga yang berat (kecuali benzodiazepin) yaitu hilangnya kesadaran, keadaan anestesi, koma dan mati, bergantung pada dosis. Pada dosis terapi obat sedatif menekan aktivitas, menurunkan respons terhadap perangsangan emosi dan menenangkan. Obat hipnotik menyebabkan kantuk dan mempermudah tidur serta mempertahankan tidur yang menyerupai tidur fisiologis.Obat yang digunakan pada praktikum kali ini adalah obat yang mengandung zat aktif Diazepam dengan merk dagang Valisanbe dengan kadar 5 mg. Obat ini tidak larut dalam air sehingga perlu dibuat suspensi terlebih dahulu.Pada praktikum, digunakan empat mencit yang beratnya berbeda sehingga volume pemberiaannya juga berbeda pada tiap mencit untuk mengetahui perbedaan onset dan durasi kerja dari diazepam. Saat diazepam dikonsumsi secara oral, obat ini secara cepat diabsorbsi dan memiliki onset kerja yang cepat. Kadar puncak dalam plasma terjadi setelah 30 menit dan 90 menit melalui pemberial oral dan 30 menit (Riss, J.; Cloyd, J.; Gates, J.; Collins, S., Aug 2008).Berdasarkan literatur tersebut dapat diketahui bahwa kadar puncak dalam plasma melalui pemberian oral terjadi setelah 30 menit. Pada praktikum, onset terjadi pada menit ke 2-13, hal ini mungkin disebabkan karena diazepam sudah mencapai kadar puncak dalam darah. Baru setelah menit ke 2-15 terjadi efek balik badan dari diazepam yang ditunjukkan dengan adanya gerakan mencit. Bergeraknya juga dipengaruhi oleh volume pemberian diazepam yang berbeda-beda. Semakin tinggi volume pemberian semakin sedikit mencit bergerak. Namun demikian pada data yang didapat, diketahui bahwa ada beberapa penyimpangan yaitu adanya mencit yang bergerak lebih sering. Hal ini kemungkinan besar dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain adanya kesalahan pada saat penyuntikan per oral pada masing-masing mencit, yaitu volume yang salah, seringnya mencit memuntahkan larutan obat, dan pengambilan volume yang kurang tepat. Kesalahan data ini juga dapat disebabkan karena proses pengambilan larutan obat yang kurang tepat. Perlu diingat bahwa obat yang digunakan dalam praktikum kali ini berbentuk suspensi, sehingga pada waktu pengambilan perlu adanya pengkocokan terlebih dahulu agar obar terdispersi merata.VI. KesimpulanPerbedaan volume pemberian dalam pengobatan, dalam hal ini hipnotik-sedativ, mempengaruhi daya kerja obat. Namun demikian perlu diperhatikan juga tempat pemberiannya, karena berbeda tempat pemberian obat, berbeda pula onset dan durasi kerjanya.VII. Daftar Pustaka

Djamhuri, Agus., 1995, Sinopsis Farmakologi dengan Terapan Khusus di Klinik dan Perawatan, Edisi 1, Cetakan Ketiga, Hipokrates, Jakarta. Ganiswara, Sulistia G (Ed), 1995, Farmakologi dan Terapi, Edisi IV. Balai Penerbit Falkultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta. H. Sarjono, Santoso dan Hadi R D., 1995, Farmakologi dan Terapi, Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Indonesia, Jakarta.Riss, J.; Cloyd, J.; Gates, J.; Collins, S. (Aug 2008). Benzodiazepines in epilepsy: pharmacology and pharmacokinetics. (PDF). Acta Neurol Scand.Tjay, T.H. dan K. Rahardja. 2002.Obat-Obat Penting Khasiat, Penggunaan, dan Efek-Efek Sampingnya Edisi Kelima Cetakan Pertama. Penerbit PT Elex Media : Jakarta