50
LAPORAN AKHIR TAHUN 2010 PENINGKATAN PADI IP 400 MENGGUNAKAN VARIETAS DODOKAN DAN INPARI-1 SERTA PUPUK ORGANIK 2 TON/HEKTAR PADA LAHAN SAWAH IRIGASI TEKNIS SPESIFIK BENGKULU UNTUK MENCAPAI PRODUKSI 28 TON/HEKTAR/TAHUN DAN EFISIENSI PUPUK AN-ORGANIK 20% Oleh: Sri Suryani M.Rambe Wahyu Wibawa Umi Pudji Astuti Ahmad Damiri Yahumri Johan Safri BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN BENGKULU BALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2010 NOMOR : 26.3.RPTP.00323.A

LAPORAN AKHIR TAHUN 2010 - bengkulu.litbang.pertanian.go.idbengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/LAPKHIR2010/IP400.pdf · Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: LAPORAN AKHIR TAHUN 2010 - bengkulu.litbang.pertanian.go.idbengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/LAPKHIR2010/IP400.pdf · Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa

LAPORAN AKHIR TAHUN 2010

PENINGKATAN PADI IP 400 MENGGUNAKAN VARIETAS DODOKAN DAN INPARI-1 SERTA PUPUK ORGANIK 2 TON/HEKTAR

PADA LAHAN SAWAH IRIGASI TEKNIS SPESIFIK BENGKULU UNTUK MENCAPAI PRODUKSI 28 TON/HEKTAR/TAHUN DAN

EFISIENSI PUPUK AN-ORGANIK 20%

Oleh:

Sri Suryani M.Rambe Wahyu Wibawa Umi Pudji Astuti Ahmad Damiri

Yahumri Johan Safri

BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN BENGKULU BALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PERTANIAN

BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN

2010

NOMOR : 26.3.RPTP.00323.A

Page 2: LAPORAN AKHIR TAHUN 2010 - bengkulu.litbang.pertanian.go.idbengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/LAPKHIR2010/IP400.pdf · Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa

2

LAPORAN AKHIR TAHUN 2010

PENINGKATAN PADI IP 400 MENGGUNAKAN VARIETAS DODOKAN DAN INPARI-1 SERTA PUPUK ORGANIK 2 TON/HEKTAR PADA LAHAN SAWAH IRIGASI TEKNIS SPESIFIK BENGKULU UNTUK MENCAPAI PRODUKSI 28

TON/HEKTAR/TAHUN DAN EFISIENSI PUPUK AN-ORGANIK 20%

Oleh:

Sri Suryani M.Rambe Wahyu Wibawa Umi Pudji Astuti Ahmad Damiri

Yahumri Johan Safri

BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN BENGKULU BALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PERTANIAN

BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN

2010

Page 3: LAPORAN AKHIR TAHUN 2010 - bengkulu.litbang.pertanian.go.idbengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/LAPKHIR2010/IP400.pdf · Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa

3

LEMBAR PENGESAHAN

1. Judul Kegiatan : Peningkatan IP padi 400 menggunakan varietas

Dodokan dan Inpari-1 serta pupuk organik 2 ton/ha pada lahan sawah irigasi teknis spesifik Bengkulu untuk mencapai produksi 28 ton/ha/tahun dan efisiensi pupuk an-organik 20%

2. Unit kerja : Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Bengkulu

3. Alamat Unit Kerja : Jln Irian km. 6,5 Bengkulu 30119

PO Box 1010 Bkl. 38001

4. Penanggung Jawab Kegiatan

a. Nama : Ir. Sri Suryani M.Rambe, M.Agr.

b. Pangkat / Golongan : Pembina Tk.I ( IV/b )

c. Jabatan

c1. Struktural : -

c2. Fungsional : Penyuluh Pertanian Madya

5. Lokasi Kegiatan : Kabupaten Seluma dan Bengkulu Utara

6. Status Kegiatan : Lanjutan

7. Tahun Dimulai : 2009

8. Tahun ke : I. 2009

II. 2010

9. Biaya : Rp. 123.585.000,- (Seratus dua puluh tiga juta lima ratus delapan puluh lima ribu rupiah)

10. Sumber Dana : Satker Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu

Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, TA. 2010

Mengetahui; Kepala BPTP Bengkulu, Penanggung Jawab Kegiatan,

Dr. Tri Sudaryono, MS

Nip. 19580820 198303 1 002

Ir. Sri Suryani M.Rambe, M.Agr

Nip. 19630805 198703 2 007

Page 4: LAPORAN AKHIR TAHUN 2010 - bengkulu.litbang.pertanian.go.idbengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/LAPKHIR2010/IP400.pdf · Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa

4

KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa dan atas rahmat dan karunia-Nya,

Laporan Akhir Tahun Kegiatan Pengkajian IP padi 400 dapat diselesaikan. Laporan ini

dibuat sebagai salah satu pertanggung jawaban terhadap hasil pelaksanaan kegiatan

mulai bulan Januari sampai dengan bulan Desember tahun 2010. Laporan ini meliputi

kegiatan pengkajian yang dilaksanakan di Kabupaten Seluma dan Kabupaten Bengkulu

Utara. Dari rencana tanam 4 kali setahun, baru dapat dilaporkan data dari pelaksanaan

dua kali tanam padi dan panen (pertengahan Mei hingga akhir Desember 2010).

Pelaksanaan akan dilanjutkan hingga pertanaman keempat).

Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang ikut berpartisipasi

dan membantu pelaksanaan kegiatan ini. Saran dan masukan kami harapkan untuk

menyempurnakan laporan ini.

Bengkulu, Desember 2010

Penanggung Jawab,

Ir. Sri Suryani M.Rambe, M.Agr

Nip. 19630805 198705 2 007

Page 5: LAPORAN AKHIR TAHUN 2010 - bengkulu.litbang.pertanian.go.idbengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/LAPKHIR2010/IP400.pdf · Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa

5

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL................................................................................... ii LEMBAR PENGESAHAN........................................................................... iii KATA PENGANTAR ................................................................................ iv DAFTAR ISI .......................................................................................... v DAFTAR TABEL...................................................................................... vii DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... viii I. PENDAHULUAN................................................................................ 1

1.1. Latar Belakang .......................................................................... 1 1.2. Tujuan....................................................................................... 2 1.3. Keluaran.................................................................................... 2

II. TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................ 3 III. METODE PELAKSANAAN .................................................................. 7

3.1. Lokasi Kegiatan.......................................................................... 7 3.2. Cakupan Kegiatan....................................................................... 7 3.3. Metode Pengkajian...................................................................... 7 3.4. Pengumpulan Data...................................................................... 8 3.5. Metode Analisis .......................................................................... 8 3.6. Parameter Yang Diukur................................................................ 9 3.7. Bahan dan Alat yang dibutuhkan.................................................. 9

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN................................................................... 10 4.1. HASIL......................................................................................... 10 4.1.1. Introduksi varietas padi super genjah dan genjah untuk Pergiliran varietas…………………………………............................ 10 4.1.2. Organisme Pengganggu Tanaman (OPT)………...................... 10 4.1.3. Peningkatan efisiensi pupuk dengan Penggunaan Pupuk Organik ………………………………………………….......................... 12 4.1.4. Peningkatan Produktivitas dan Pendapatan Petani………………. 14 4.2. PEMBAHASAN.............................................................................. 15 4.2.1. Karakteristik petani dan usahatani padi................................ 15

4.2.2. Introduksi varietas padi super genjah dan genjah untuk Pergiliran varietas…………………………………............................ 16 4.2.3. Organisme Pengganggu Tanaman (OPT)………...................... 17 4.2.4. Peningkatan efisiensi pupuk dengan Penggunaan Pupuk Organik ………………………………………………….......................... 18 4.2.5. Peningkatan Produktivitas dan Pendapatan Petani………………. 20

4.2.6. Paket Teknologi Budidaya padi Menuju IP 400...................... 20 V. KESIMPULAN DAN SARAN.................................................................... 21 VI. KINERJA HASIL PENGKAJIAN............................................................... 23 VII.DAFTAR PUSTAKA............................................................................... 24 LAMPIRAN............................................................................................... 26

Page 6: LAPORAN AKHIR TAHUN 2010 - bengkulu.litbang.pertanian.go.idbengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/LAPKHIR2010/IP400.pdf · Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa

6

DAFTAR TABEL

Halaman

1. Komponen teknologi PTT padi sawah dengan IP padi 400 yang

diterapkan di lokasi pengkajian................................................ 8

2. Pergiliran varietas padi super genjah dan genjah untuk pergiliran

varietas .................................................................................. 10

3. Distribusi curah hujan di Kabupaten Seluma dan Kerkap pada tahun

2010.......................................................................................... 11

4. Serangan hama penyakit pada pertanaman padi sawah di lokasi

pengkajian................................................................................ 11

5. Status hara tanah sawah berdasarkan PUTS di Kab. Seluma dan

Bengkulu Utara.......................................................................... 12

6. Rata-rata tinggi tanaman dan jumlah anakan maksimum pada pertanaman padi

sawah varietas Inpari 1 di Kab.bengkulu Utara

dan Seluma................................................................................ 12

7. Komponen hasil padi sawah Inpari 1, Dodokan dan Cigeulis di

Kab. Seluma dan Bengkulu Utara................................................. 13

8. Efisiensi pupuk kimia dengan pemberian pupuk organik pada lahan

sawah lokasi pengkajian di Kab. Bengkulu Utara dan Seluma........ 13

9. Analisis usaha tani padi sawah pengkajian IP padi 400 di

Desa Rimbo Kedui, Kecamatan Seluma Kanan Kab.

Seluma Tahun 2010.................................................................... 14

10. Analisis usaha tani padi sawah pengkajian IP padi 400 di

Desa Talang Pasak, Kecamatan Kerkap, Kab. Bengkulu Utara ........ 14

11. Peningkatan produktivitas dan pendapatan petani kooperator

di Kab. Seluma dan Bengkulu Utara ............................................. 15

Page 7: LAPORAN AKHIR TAHUN 2010 - bengkulu.litbang.pertanian.go.idbengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/LAPKHIR2010/IP400.pdf · Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa

7

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1. Rangkaian foto kegiatan Pengkajian IP Padi 400 di Kabupaten

Seluma............................................................................... 26

2. Rangkaian foto kegiatan Pengkajian IP Padi 400 di Kabupaten

Bengkulu Utara.................................................................... 27

3. Diskripsi varietas padi sawah Tahun 2006 sampai 2009 (Balai Besar Penelitian Tanaman Padi, Sukamandi).................. 28

Page 8: LAPORAN AKHIR TAHUN 2010 - bengkulu.litbang.pertanian.go.idbengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/LAPKHIR2010/IP400.pdf · Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa

8

ABSTRAK

Komoditas padi merupakan komoditas tanaman pangan utama di Provinsi Bengkulu, akan tetapi tetapi produktivitasnya belum optimal. Permasalahannya antara lain penerapan teknologi yang belum sesuai amjuran dan pemanfaatan lahan yang belum optimal. Upaya untuk meningkatkan produktivitas dan pendapatan petani dapat dilakukan antara lain melalui intensifikasi (penerapan teknologi budidaya padi sawah melalui pendekatan pengelolaan tanaman terpadu) dan ekstensifikasi (peningkatan indeks pertanaman padi). Tujuan pengkajian ini adalah mengintroduksikan varietas padi super genjah dan genjah untuk pergiliran varietas mendukung pengembangan IP padi 400 pada lahan sawah irigasi teknis, mengkaji efisiensi penggunaan pupuk an-organik dan meningkatkan pendapatan petani. Pengkajian dilaksanakan tahun 2009 s/d 2010 di Desa Rimbo Kedui Kecamatan Seluma Selatan Kabupaten Seluma dan di Desa Talang Pasak dan Desa Salam Harjo Kecamatan Kerkap Kabupaten Bengkulu Utara masing-masing seluas 1 ha. Pendekatan yang digunakan melalui pengelolaan tanaman terpadu (PTT) padi sawah. Pergiliran varietas yang dilakukan yaitu varietas genjah 3 kali dan varietas super genjah 1 kali. Varietas yang digunakan adalah Inpari 1, Cigeulis, Inpari 7 dan Dodokan. Pada tahun 2010 penanaman ke-1 pertengahan Mei 2010 dan pada akhir Desember 2010 sudah melaksanakan tanam ke-3. Masalah yang ditemui dalam penerapan IP padi 400 antara lain benih genjah/super genjah tidak selalu tersedia, tenaga kerja terbatas, tingginya intensitas hujan (anomali iklim) dan tingginya tingkat serangan hama penyakit, terutama tungro. Dari hasil pelaksanaan dua kali panen, perlu di perkenalkan varietas-varietas lain terutama yang tahan terhadap curah hujan yang tinggi dan tahan penyakit tungro. Efisiensi pupuk kimia dilakukan dengan aplikasi pupuk organik 2 ton GKP/ha dan pengurangan dosis pupuk kimia. Produktivitas padi berkisar 3,65 s/d 5,07 pada pertanaman tanpa pupuk organik dan 4,20 s/d 5,93 t GKP/ha pada pertanaman dengan aplikasi pupuk organik. Hasil pengkajian menunjukkan bahwa aplikasi pupuk organik mampu mengurangi dosis pupuk kimia NPK dan Urea hingga 4 s/d 16,7% dan meningkatkan produktivitas padi sawah hingga 13,1 s/d 26,98% serta pendapatan 12,92 s/d 44,11%. Paket teknologi budidaya padi menuju IP 400 masih dalam proses, khususnya mengenai pergiliran varietas.

Kata kunci: IP padi 400, PTT padi sawah, varietas genjah, varietas super genjah

Page 9: LAPORAN AKHIR TAHUN 2010 - bengkulu.litbang.pertanian.go.idbengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/LAPKHIR2010/IP400.pdf · Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa

9

EXECUTIVE SUMMARY

Paddy is the main food crops in the province of Bengkulu, however the productivity has

not optimal yet. The problems are technology application which is not suitable and land

uses of rice fields that has not been optimal. Efforts to increase productivity and incomes

of farmers can be done through the intensification (the application of wetland rice

cultivation technology through integrated crop management approach) and extension

(increasing rice cropping index.). The purpose of this study is (1) to introduce very-early

and early maturing rice varieties for the rotation of rice to support the development of IP

400 in irrigated land, (2) to assess the efficiency of the use of inorganic fertilizer and (3)

to improve farmer incomes. The assessment has been conducted from 2009 until 2010 in

Rimbo Kedui village, South Seluma District and the Village of Talang Pasak and Salam

Harjo, North Bengkulu District. The approach is used through integrated crop

management (ICM) of rice. The varieties used were Inpari 1, Cigeulis, Inpari 7 and

Dodokan. The first planting on May 2010 and at the end of December 2010 had been

carrying out the 3rd

planting. Problems encountered in implementation of rice planting

index 400, are unavailable early maturing seed / very-early maturity, limited manpower,

the high intensity of rainfall (climate change) and the high intensity of pest attack,

especially tungro. From the results of two times planting, it seems that introducing other

varieties, especially resistant varieties for high rain and tungro disease is needed. The

efficiency of chemical fertilizers assessment consists of 2 treatments : 1) application of 2

tons per ha of organic fertilizer with reduction of chemical fertilizer and 2) application of

chemical fertilizers without organic fertilizer. The productivity of paddy ranged 3.65 to

5.07 with no organic fertilizer application and 4.20 to 5.93 t GKP / ha with organic

fertilizer application. The assessment indicated that the application of organic fertilizers

can reduce the dose of chemical fertilizers (NPK and urea) in the range of 4 to 16,

7% and increase the productivity of paddy 13.1 up to 26.98% and increase farmer

income 12.92% up to 44.11%.

Keywords: Rice planting index 400, PTT rice, early maturing varieties, very

early maturing varieties.

Page 10: LAPORAN AKHIR TAHUN 2010 - bengkulu.litbang.pertanian.go.idbengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/LAPKHIR2010/IP400.pdf · Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa

10

I. PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Berdasarkan agroekosistem dan kesesuaian lahannya, tanaman padi mempunyai

potensi dan peluang yang tinggi untuk dikembangkan di Provinsi Bengkulu. Provinsi

Bengkulu memiliki lahan sawah seluas 99.905 ha dengan produksi dan produktivitas

yang relatif rendah, yang berturut-turut adalah 406.117 ton dan 4,06 t/ha (BPS Provinsi

Bengkulu, 2009). Permasalahannya adalah adanya senjang hasil (yield gap) ditingkat

petani yang cukup besar. Penyebabnya antara lain adalah penggunaan varietas unggul

dan benih bersertifikat di tingkat petani masih relatif rendah, penggunaan pupuk yang

belum berimbang dan efisien, penggunaan pupuk organik yang belum populer dan

budidaya spesifik lokasi masih belum terdifusi secara baik.

Peluang untuk meningkatkan produksi padi di Provinsi Bengkulu masih terbuka

melalui intensifikasi dan ekstensifikasi. Intensifikasi dilaksanakan dengan penerapan

Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) padi sawah. Teknologi yang disusun dengan PTT

bersifat spesifik lokasi dan mempertimbangkan keragaman sumberdaya, iklim, jenis

tanah, sosial-ekonomi-budaya masyarakat, serta menjaga kelestarian lingkungan (Dirjen

Tanaman Pangan, 2008) . Komponen teknologi PTT adalah: penggunaaan varietas

unggul, benih bermutu, bibit muda, tanam dengan sisitem jajar legowo, jumlah bibit 1-3

batang/lubang tanam, pemupukan N berdasarkan Bagan Warna Daun (BWD),

pemupukan spesifik lokasi, penggunaan bahan organik, pengairan berselang,

pengendalian gulma terpadu, pengendalian hama dan penyakit terpadu (PHT) dan

panen beregu atau penggunaan alat perontok (Sembiring dan Abdulrahman, 2008).

Hasil penelitian Balai Besar Penelitian Tanaman Padi menunjukkan bahwa dengan

teknologi PTT hasil padi dapat ditingkatkan sebesar 7-38% (Balasubramaniam et al.,

2006). Penggunaan varietas unggul merupakan komponen yang paling penting dalam

penerapan PTT padi sawah. Umur panen, potensi hasil, dan keinginan pasar merupakan

aspek yang penting dalam penentuan varietas. Varietas super dan ultra genjah dengan

potensi hasil yang tinggi merupakan tuntutan yang mendesak bagi pengembangan padi

sawah. Saat ini tersedia berbagai varietas unggul yang dapat dipilih sesuai dengan

kondisi wilayah dan keinginan pasar.

Page 11: LAPORAN AKHIR TAHUN 2010 - bengkulu.litbang.pertanian.go.idbengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/LAPKHIR2010/IP400.pdf · Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa

11

Penggunaan bahan organik merupakan komponen teknologi yang penting untuk

meningkatkan produksi dan pendapatan petani. Kelangkaan pupuk bersubsidi di sentra

produksi padi merupakan salah satu faktor penghambat peningkatan produksi.

Ketergantungan petani terhadap pupuk anorganik perlu dikurangi. Salah satu caranya

adalah memanfaatkan jerami yang melimpah sebagai sumber pupuk organik.

Peningkatan produktivitas padi secara parsial, dengan pendekatan PTT, belum

mampu meningkatkan pertumbuhan dan stabilitas produksi padi nasional, sehingga

diperlukan terobosan dalam peningkatan produksi padi. Salah satu terobosannya adalah

dengan meningkatkan IP dari IP 200 ke IP 300-400. IP 400 merupakan implementasi

dari efisiensi penggunaan lahan (Balai Besar Padi, 2009).

1.2. TUJUAN

a. Tujuan Umum

1. Memperoleh paket teknologi budidaya padi menuju IP 400

2. Meningkatkan pendapatan petani

b. Tujuan Tahunan

1. Mengintroduksikan Varietas padi super genjah dan genjah (Dodokan dan Inpari-

1) untuk pergiliran varietas mendukung pengembangan IP padi 400 pada lahan

sawah irigasi teknis spesifik Bengkulu

2. Mengkaji efisiensi penggunaan pupuk an-organik 20%.

3. Memperoleh produksi padi 28 t/ha/th

1.3. KELUARAN

1. Rekomendasi varietas padi Dodokan dan Inpari -1 mendukung pengembangan IP

padi 400 pada lahan sawah irigasi spesifik Bengkulu

2. Tercapainya efisiensi penggunaan pupuk an-organik hingga 20 %

3. Tercapainya produksi 28 ton/ha/tahun

Page 12: LAPORAN AKHIR TAHUN 2010 - bengkulu.litbang.pertanian.go.idbengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/LAPKHIR2010/IP400.pdf · Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa

12

II. TINJAUAN PUSTAKA

Ketahanan pangan mempunyai fungsi yang sangat penting dan strategis, karena

ketahanan pangan adalah martabat suatu bangsa (Darmadjati, 2006; Dirjen Tanaman

Pangan, 2008; Sembiring dan Abdulrahman, 2008). Sub sektor tanaman pangan tetap

mendapat perhatian besar dan merupakan kegiatan utama dalam pembangunan

perekonomian Provinsi Bengkulu. Kontribusi subsektor tanaman dan bahan makanan

terhadap PDRB sektor pertanian sebesar 47,59%, sedangkan terhadap total PDRB

Provinsi Bengkulu kontribusinya sebesar 19,44%.

Produksi padi sawah di Provinsi Bengkulu tahun 2008 adalah 484.900 ton

dengan produktivitas 3,8 ton/ha (BPS, 2009). Produksi padi dapat ditingkatkan melalui

peningkatan produktivitas dan luas panen. Peningkatan produktivitas padi secara parsial

dengan pendekatan Pengelolaan Tanaman dan Sumberdaya Terpadu (PTT) mampu

meningkatkan produksi secara signifikan (Fagi, 2003; Balasubramaniam et al., 2006),

tetapi belum mampu menjamin stabilitas produksi padi nasional (Simatupang, 2001).

Peningkatan indeks pertanaman (IP) merupakan salah satu cara yang efisien untuk

meningkatkan luas panen jika dibandingkan dengan pencetakan sawah baru.

PTT adalah model atau pendekatan dalam budidaya yang mengutamakan

pengelolaan tanaman, lahan, air, dan organisme pengganggu tumbuhan (OPT) secara

terpadu. Hasil penelitian (Las et al., 2003) menyimpulkan bahwa terdapat lima pilihan

komponen teknologi budidaya untuk meningkatkan produktivitas padi sawah, yaitu: (1)

penanaman bibit muda, (2) pemberian pupuk organik pada saat pengolahan tanah, (3)

irigasi berselang, (4) pemupukan P dan K berdasarkan status hara tanah, dan (5)

pemupukan N menurut tingkat kehijauan daun tanaman dengan mengacu kepada bagan

warna daun (BWD). Untuk mencerminkan kebutuhan alternatif paket teknologi spesifik

lokasi, teknologi budi daya tersebut dilengkapi dengan delapan komponen teknologi

lainnya, yaitu: (1) penggunaan varietas unggul baru, (2) penggunaan benih bermutu

dengan daya tumbuh tinggi, (3) penanaman 1-3 bibit per lubang, (4) peningkatan

populasi tanaman melalui sistem tanam tegel 20 cm x 20 cm atau sistem tanam jajar

legowo 2:1 dan 4:1, (5) penyiangan menggunakan rotary weeder atau landak, (6)

pengendalian OPT berdasarkan pendekatan PHT, (7) panen tepat waktu, dan (8)

perontokan gabah menggunakan thresher (Las et al., 2003; Zaini et al., 2003).

Page 13: LAPORAN AKHIR TAHUN 2010 - bengkulu.litbang.pertanian.go.idbengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/LAPKHIR2010/IP400.pdf · Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa

13

Teknologi yang disusun dengan PTT bersifat spesifik lokasi dan mempertimbangkan

keragaman sumberdaya, iklim, jenis tanah, sosial-ekonomi-budaya masyarakat, serta

menjaga kelestarian lingkungan (Sembiring dan Abdulrahman, 2008).

Penggunaan varietas unggul merupakan komponen yang paling penting dalam

penerapan PTT padi sawah. Umur panen, potensi hasil, dan keinginan pasar merupakan

aspek yang penting dalam penentuan varietas (Balasubramaniam et al., 2006). Varietas

super dan ultra genjah dengan potensi hasil yang tinggi merupakan tuntutan yang

mendesak bagi pengembangan padi sawah. Saat ini tersedia berbagai varietas unggul

yang dapat dipilih sesuai dengan kondisi wilayah dan keinginan pasar.

Terdapat beberapa komponen teknologi dalam PTT yang bersifat sinergis satu

dengan lainnya. Selain sebagai penciri PTT, teknologi tersebut mudah diterapkan,

beradaptasi luas, dan besar pengaruhnya terhadap kenaikan hasil dan pendapatan

petani. Evaluasi terhadap implementasi model PTT di 26 propinsi di Indonesia

menunjukkan bahwa inovasi teknologi yang dikembangkan dengan model PTT mampu

meningkatkan produktivitas padi rata-rata 1 t/ha. Hasil penelitian Balai Besar Penelitian

Tanaman Padi menunjukkan bahwa dengan teknologi PTT hasil padi dapat ditingkatkan

sebesar 7-38%.

Selain meningkatkan hasil, model PTT juga hemat dalam penggunaan benih,

pupuk, dan air irigasi. Dalam model PTT, benih yang diperlukan hanya 24 kg, sedangkan

dalam usaha tani padi non-PTT 40 kg/ha (Puslitbangtan, 2006). Takaran pupuk N, P,

dan K dalam model PTT masing-masing 15%, 5%, dan 75% lebih efisien daripada

usaha tani padi non-PTT. Meskipun biaya produksi padi 8% lebih besar, keuntungan

yang diperoleh dari penerapan model PTT 35% lebih tinggi daripada usaha tani padi

non-PTT (Puslitbangtan, 2006). Pemberian pupuk N yang didasarkan pada skala BWD

dapat meningkatkan efisiensi penggunaan pupuk N 10−53% dibanding takaran

rekomendasi (Wahid, 2003).

Pelaksanaan PTT dalam pengelolaan hara spesifik lokasi untuk tanaman padi,

selain penggunaan pupuk kimia juga mengikutsertakan pupuk organik dari kompos

jerami sebagai sumber K dan bahan organik dari pupuk kandang sebagai sumber N, P,

K, dan Ca. Hal ini dipertegas dengan SK Mentan No.40/Permentan/OT.140/4/2007

mengenai rekomendasi pemupukan padi sawah spesifik lokasi. Konsep revolusi hijau

lestari, agroekoteknologi, pengelolaan tanaman dan sumber daya terpadu (PTT), dan

Page 14: LAPORAN AKHIR TAHUN 2010 - bengkulu.litbang.pertanian.go.idbengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/LAPKHIR2010/IP400.pdf · Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa

14

ecofarming yang diketengahkan akhir-akhir ini semuanya menekankan pentingnya

penggunaan bahan organik di samping pupuk anorganik dalam usaha tani padi (Zaini

dan Las, 2004).

Rekomendasi pemupukan spesifik lokasi untuk tanaman padi sawah tertuang

dalam Peraturan Menteri Pertanian No. 40/Permentan/OT.140/4/2007 sebagai perbaikan

dari Keputusan Menteri Pertanian No.01/Kpts/SR.130/1/2006. Dalam rekomendasi

tersebut dinyatakan perlunya penggunaan bahan organik 2 t/ha di samping pupuk

anorganik untuk padi sawah. Penggunaan bahan organik/pupuk organik akan

menghemat pemakaian urea, SP36, dan KCl masing-masing 25-50 kg/ha (Badan

Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 2007).

Penggunaan bahan organik melalui PTT di tingkat petani di 26 provinsi mampu

meningkatkan hasil rata-rata 1 t GKG/ha. Di lahan sawah irigasi pada jenis tanah

hidromorf kelabu, pemberian bahan organik melalui pendekatan PTT meningkatkan hasil

padi 14,8% (Pirngadi et all., 2002a). Pemberian pupuk kandang 5 t/ha di lahan sawah

Alluvial serta 250 kg N/ha meningkatkan hasil padi walik jerami 7,3% (Pirngadi et et al.,

2002b).

Teknologi yang dikembangkan untuk mengendalikan hama dan pertanaman padi

didasarkan kepada konsep pengendalian hama terpadu (PHT) dengan

mempertimbangkan ekosistem, stabilitas, dan kesinambungan produksi sesuai dengan

tuntutan praktek pertanian yang baik (Departemen Pertanian, 2003). Hama tanaman

padi tidak akan meledak sepanjang musim dan peningkatan populasinya hanya terjadi

pada musim hujan (Baehaki, 1992).

Meningkatnya produktivitas padi melalui pendekatan PTT pada berbagai

agroekologi tersebut menunjukkan adanya pengaruh sinergis antar komponen teknologi

yang dianjurkan dalam PTT yang berakibat pada meningkatnya efisiensi pemupukan

(Zaini dan Las, 2004). PTT dengan teknologi hemat benih, hemat pupuk kimia, hemat

air, dan hemat pestisida akan menurunkan biaya produksi per satuan luas. Dengan

menurunnya biaya produksi maka pendapatan petani akan meningkat. Dari hasil

evaluasi di tingkat petani di 26 provinsi, melalui model PTT produktivitas padi meningkat

rata-rata 1 t GKG/ha atau Rp. 2000.000. Tambahan biaya untuk pembelian bahan

organik (2 ton/ha) dan aplikasinya sebesar Rp1.060.000 sehingga pendapatan

meningkat Rp. 940.000/ha dibanding menggunakan teknologi non-PTT (Pirngadi, 2009).

Page 15: LAPORAN AKHIR TAHUN 2010 - bengkulu.litbang.pertanian.go.idbengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/LAPKHIR2010/IP400.pdf · Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa

15

Rekayasa teknologi pada IP padi 400 difokuskan pada varietas unggul yang

berumur sangat genjah (90 – 104 hari), teknologi pengairan yang efisien, pesemaian

dapok atau culikan, dan pengembangan sistem monitoring dini baik sebelum tanam,

persemaian, pertanaman dan sesudah panen (BB Padi, 2009).

IP padi 400 perlu dikelola dengan baik karena rawan terhadap ledakan hama dan

penyakit, kekurangan air, dan kekurangan oksigen karena tanah melumpur sepanjang

tahun. Penyerapan hara yang berasal dari tanah meningkat dan dapat mempercepat

terjadinya ketidakseimbangan unsur hara dalam tanah. Untuk meningkatkan

keberhasilan IP padi 400, maka persyaratan-persyaratan yang harus dipenuhi

diantaranya adalah: (a) Waktu yang tersedia harus sama atau kurang dari 12 bulan

untuk 4 musim tanam atau kurang dari 3 bulan/musim, (b) Persediaan air ada

sepanjang tahun, (c) Semua kegiatan perlu dilaksanakan secara cepat bahkan ada

kegiatan yang bersifat tumpang tindih, misalnya penyemaian benih dilakukan sebelum

panen, (d) Padi ditanam dalam satu hamparan secara serentak, karena jika tidak

demikian jenis dan intensitas serangan hama dan penyakit akan meningkat (BB Padi,

2009).

Page 16: LAPORAN AKHIR TAHUN 2010 - bengkulu.litbang.pertanian.go.idbengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/LAPKHIR2010/IP400.pdf · Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa

16

III. METODE PELAKSANAAN

3.1. LOKASI PENGKAJIAN

Pada tahun 2009, lokasi pengkajian di Desa Rimbo Kedui Kecamatan Seluma

Selatan, Kabupaten Seluma. Pada tahun 2010 dilakukan pengembangan IP-400 di Desa

Rimbo Kedui. Selain itu juga dilakukan pengkajian IP 400 di di Desa Talang Pasak dan

Salam Harjo, Kecamatan Kerkap, Kabupaten Bengkulu Utara.

3.2. CAKUPAN KEGIATAN

Pengkajian ini dilakukan dalam bentuk percobaan lapangan, analisis laboratorium

dan survei terhadap petani di lokasi pengkajian. Percobaan di lapangan dilaksanakan di

lahan milik petani kooperator. Kegiatan lapangan terdiri dari 3 unit yaitu 1) Kegiatan

pada lokasi lanjutan tahun 2009 (Desa Rimbo Kedui, 1 kelompok tani);

2) Pengembangan IP padi 400 di Desa Rimbo Kedui seluas 1 ha, dan 3) pengembangan

IP padi 400 di Desa Talang Pasak dan Salam Harjo, Kabupaten Bengkulu Utara seluas 2

ha.

3.3. METODE PENGKAJIAN

Tahapan kegiatan diawali dengan kegiatan desk study dan koordinasi dengan

Dinas dan Institusi terkait yang berhubungan dengan sumber–sumber teknologi (BB

Padi, BBSDLP dan BPSB) dan stakeholders di lokasi pengkajian. Percobaan lapangan

dilaksanakan oleh 10 orang petani kooperator. Rencana pola tanam/pergiliran varietas

ada dua yaitu: 1) Inpari – Inpari – Dodokan - Inpari dan 2) Dodokan - Inpari – Inpari -

Inpari. Realisasinya terjadi penambahan varietas selain Inpari 1 dan Dodokan, yaitu

Cigeulis dan Inpari 7. Komponen teknologi yang dilakukan berdasarkan pendekatan PTT

(Tabel 1). Untuk mengetahui kandungan unsur hara dilakukan analisis status hara

dengan menggunakan Perangkat Uji Tanah Sawah (PUTS). Untuk mengkaji efisiensi

pemupukan dilakukan 2 kombinasi perlakuan pupuk organik dan an-organik yaitu

1) dosis rekomendasi lengkap tanpa pupuk organik dan 2) pengurangan dosis pupuk

kimia dengan aplikasi pupuk organik 2 t/ha (disesuaikan dengan hasil analisis tanah dan

varietas yang digunakan.

Page 17: LAPORAN AKHIR TAHUN 2010 - bengkulu.litbang.pertanian.go.idbengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/LAPKHIR2010/IP400.pdf · Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa

17

Tabel 1. Komponen teknologi PTT dengan IP 400 yang diterapkan dilokasi pengkajian.

Komponen Teknologi

Teknologi PTT dengan Pola Tanam/Pergiliran Varietas IP 400*

Genjah-Genjah- Super Genjah -Genjah

Super Genjah-Genjah-Genjah-Genjah

1. Varietas

2. Pengolahan tanah 3. Sistem tanam 4. Jarak tanam (cm) 5. Umur bibit (HSS) 6. Jumlah bibit per rumpun(btg) 7. Pemupukan (kg/ha)** - N, P, K - Pupuk Organik/Kompos

jerami (ton/ha) 8. Cara Pemupukan 9. Penyiangan 10.Pengendalian hama penyakit 11.Sistem panen

Inpari1 - Inpari1 - Dodokan - Inpari1

Sempurna Jajar legowo 4:1

20x20x10 18-21 2-3

Rekomendasi

2

tebar 2 kali PHT

Sabit bergerigi

Dodokan - Inpari1 -Inpari1 - Inpari1

Sempurna Jajar legowo 4:1

20x20x10 18-21 2-3

Rekomendasi

2

tebar 2 kali PHT

Sabit bergerigi

Sumber: Badan Litbang Pertanian (2007) *: Pertanaman ke-3 menggunakan varietas Inpari 7.

**: Pengkajian efisiensi pemupukan terdiri dari 2 perlakuan, tanpa dan dengan kompos jerami/pupuk kandang dengan dosis pupuk kimia disesuaikan hasil analisis tanah.

3.4. PENGUMPULAN DATA

Jenis data yang dikumpulkan adalah data primer yang meliputi teknologi petani,

data agronomis (vegetatif dan generatif), perkembangan hama & penyakit padi,

produktivitas tanaman, serta data sosial ekonomi (input-output usahatani, prilaku dan

sikap dan pengetahuan petani, kelembagaan sosial dan usahatani yang ada, harga

saprodi dan harga gabah).

3.5. METODE ANALISIS

Data primer (komponen pertumbuhan, komponen hasil dan produktivitas)

dianalisis secara statistik. Selama pengkajian dilakukan pengamatan terhadap komponen

pertumbuhan, komponen hasil dan produktivitas tanaman padi. Analisis status hara

tanah dilaksanakan secara periodik selama pengkajian. Pengisian form Farm Record

Keeping (FRK) dilakukan untuk penyusunan keragaan finansial.

Page 18: LAPORAN AKHIR TAHUN 2010 - bengkulu.litbang.pertanian.go.idbengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/LAPKHIR2010/IP400.pdf · Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa

18

3.6. BAHAN DAN ALAT YANG DIBUTUHKAN

Bahan pengkajian yang digunakan adalah benih padi varietas Inpari, Cigeulis dan

Dodokan, Urea dan NPK, pupuk organik (kompos jerami, pupuk kandang), aktivator

mikroba, dolomit, herbisida, pestisida dan lain-lain. Alat-alat yang dibutuhkan meliputi

hand sprayer, Bagan Warna Daun (BWD), Perangkat Uji Tanah Sawah (PUTS), karung,

jaring dan lain-lain.

3.7. PARAMETER YANG DIUKUR

Parameter yang diukur adalah keragaan agronomis (vegetatif dan

generatif/komponen hasil), hasil riil dan hasil ubinan, kesuburan lahan, perkembangan

hama dan penyakit padi, input produksi, harga output saat pengkajian berlangsung.

Page 19: LAPORAN AKHIR TAHUN 2010 - bengkulu.litbang.pertanian.go.idbengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/LAPKHIR2010/IP400.pdf · Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa

19

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. HASIL

4.1.1. Introduksi varietas padi super genjah dan genjah untuk pergiliran varietas Pergiliran varietas yang dilaksanakan pada kegiatan IP padi 400 dan produktivitas

padi genjah dan super genjah di Kabupaten Seluma dan Bengkulu Utara disajikan pada

Tabel 2.

Tabel 2. Pergiliran varietas dalam pelaksanaan IP padi 400 di Kab. Bengkulu Utara dan Seluma

Desa/Kabupaten Varietas padi (Produktivitas, ton GKP/ha)

Tanam 1 Tanam 2 Tanam 3 Tanam 4

Desa Rimbo Kedui Kab. Seluma

Inpari 1 (5,93)

Inpari 1 (4,09)

Inpari 7

Dodokan*

Desa Talang Pasak (1) Kab.Bengkulu Utara

Inpari 1 (5,27)

Inpari 1

Inpari 7* Dodokan*

Desa Talang Pasak (2) Kab.Bengkulu Utara

Dodokan (4,3)

Inpari 1

Inpari 7* Dodokan*

Desa Salam Harjo(1) Kab.Bengkulu Utara

Cigeulis (4,2)

Inpari 1

Inpari 7* Dodokan*

Desa Salam Harjo(2) Kab.Bengkulu Utara

Dodokan (puso)

Inpari 1

Inpari 7* Dodokan*

Ket: * belum tanam

4.1.2. Organisme Pengganggu Tanaman (OPT)

Distribusi curah hujan di Kabupaten Seluma dan Bengkulu Utara selama 1 tahun

(2010) disajikan pada Tabel 3.

Page 20: LAPORAN AKHIR TAHUN 2010 - bengkulu.litbang.pertanian.go.idbengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/LAPKHIR2010/IP400.pdf · Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa

20

Tabel 3. Distribusi curah hujan di Kabupaten Seluma dan Kerkap pada tahun 2010

Bulan Seluma Kerkap

CH HH CH HH

1 234 14 283 16

2 195 13 511 21

3 179 14 609 20

4 111 11 317 12

5 166 10 245 14

6 287 15 288 15

7 357 14 544 16

8 356 12 429 13

9 256 15 565 16

10 357 18 361 15

11 225 20 555 19

12 186 19 250 10

Jumlah 2809 175 1941 91

Sumber: BP3KP Kab. Seluma, 2010; BP3KP Kab. Bengkulu Utara, 2010

Pada pertanaman ke-1 dan ke-2, OPT yang menganggu pertanaman pada awal

pertumbuhan vegetatif adalah hama adalah wereng hijau, keong mas, ulat grayak,

kepinding tanah. Penyakit yang intensitas serangannya tinggi adalah penyakit tungro.

Saat fase generatif, hama utama yang menyerang adalah walang sangit dan burung

(Tabel 4).

Tabel 4. Serangan hama penyakit pada pertanaman padi sawah di lokasi pengkajian

Lokasi Pengkajian Serangan hama penyakit

Pertanaman ke-1 Pertanaman ke-2

Desa Rimbo Kedui Kab. Seluma

wereng hijau/tungro, hama putih, ulat grayak, walang sangit, burung

wereng hijau/tungro, hama putih, kepinding tanah, walang sangit, burung

Desa Talang Pasak (1) Kab.Bengkulu Utara

wereng hijau/tungro, hama putih, penggerek batang, walang sangit, burung

blas leher malai, hawar daun, tungro, hama putih, walang sangit, burung

Desa Talang Pasak (2) Kab.Bengkulu Utara

wereng hijau/tungro, hama putih, penggerek batang, walang sangit, burung

hama putih, tungro, walang sangit, burung

Desa Salam Harjo(1) Kab.Bengkulu Utara

keong mas, tungro, walang sangit, burung

Desa Salam Harjo(2) Kab.Bengkulu Utara

wereng hijau/tungro, keong mas

Page 21: LAPORAN AKHIR TAHUN 2010 - bengkulu.litbang.pertanian.go.idbengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/LAPKHIR2010/IP400.pdf · Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa

21

4.1.3. Peningkatan Efisiensi Pupuk dengan Penggunaan Pupuk Organik

Tingkat Kesuburan Lahan

Hasil analisis tanah dengan PUTS memperlihatkan bahwa di Desa Talang Pasak

dan Salam Harjo Kecamatan Kerkap Kabupaten Bengkulu Utara tingkat kesuburan

lahannya relatif rendah, sedangkan di Desa Rimbo Kedui Kecamatan Seluma Selatan

Kabupaten Seluma tingkat kesuburan lahannya termasuk sedang.

Tabel 5. Status hara tanah sawah berdasarkan PUTS di Kab. Seluma dan Bengkulu Utara.

Unsur Hara Status hara tanah

Desa Rimbo Kedui Desa Talang Pasak Desa Salam Harjo

Nitrogen

Phosfor

Kalium

pH tanah

ST

S

S

AM

ST

R

R-S

AM

ST

R

R-S

AM

Ket: R= rendah S=sedang ST=sangat tinggi AM-agakmasam

Hasil Pengamatan Vegetatif dan Generatif

Pertanaman pertama dimulai pada pertengahan Mei 2010 di Desa Rimbo Kedui

Kab. Seluma. Benih ditanam pada umur 18 – 21 hari setelah semai (HSS). Tinggi

tanaman dan jumlah anakan maksimum merupakan parameter pertumbuhan vegetatif

yang diamati (Tabel 6).

Tabel 6. Rata-rata tinggi tanaman dan jumlah anakan maksimum pada pertanaman padi sawah varietas Inpari 1 (tanam ke-1) di Kab.Seluma dan Bengkulu Utara

Desa/Kab. Tinggi tanaman (cm) Jumlah anakan maks./ rumpun

Kab. Seluma

Desa Rimbo Kedui (Inpari 1) -Tanpa pupuk organik -Dengan pupuk organik

92,5 94,4

14,9 17,8

Kab. Bengkulu Utara

Desa Talang Pasak (Inpari 1) -Tanpa pupuk organilk -Dengan pupuk organik

84,9 87,4

14,1 15,6

Desa Talang Pasak (Dodokan) -Tanpa pupuk organilk -Dengan pupuk organik

95

101,5

16,7 16,7

Desa Salam Harjo (Cigeulis) -Tanpa pupuk organilk -Dengan pupuk organik

98,3 100,2

16,7 21,5

Page 22: LAPORAN AKHIR TAHUN 2010 - bengkulu.litbang.pertanian.go.idbengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/LAPKHIR2010/IP400.pdf · Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa

22

Pada Tabel 7 terlihat bahwa rata-rata komponen hasil padi sawah pada berbagai

varietas menunjukkan bahwa aplikasi pupuk organik memberikan hasil yang relatif lebih

baik dari pada tanpa pemberian pupuk organik.

Tabel 7. Komponen hasil padi sawah varietas Inpari 1, Dodokan dan Cigeulis (tanam ke-1) di Kab.Seluma dan Bengkulu Utara tahun 2010

Desa/Kab. Panjang Malai

Gabah Isi Gabah Hampa

Berat 100 Butir

Kab. Seluma

Desa Rimbo Kedui (Inpari 1) -Tanpa pupuk organik -Dengan pupuk organik

20,6 22,0

62,6 74,8

37,4 25,2

2,6 2,7

Kab. Bengkulu Utara

Desa Talang Pasak (Inpari 1) -Tanpa pupuk organilk -Dengan pupuk organik

16,5 21,7

45,0 51,6

16,8 22,2

2,4 2,5

Desa Talang Pasak (Dodokan) -Tanpa pupuk organilk -Dengan pupuk organik

23,0 24,6

59,3 107,7

35,3 15,3

2,3 2,4

Desa Salam Harjo (Cigeulis) -Tanpa pupuk organilk -Dengan pupuk organik

19,4 20,6

63,4 76,9

36,6 23,1

2,5 2,6

Efisiensi pupuk kimia dengan aplikasi bahan organik ke lahan sawah di

Kabupaten Bengkulu Utara dan Seluma disajikan pada Tabel 8.

Tabel 8. Efisiensi pupuk kimia dengan pemberian pupuk organik pada lahan sawah di

lokasi Pengkajian IP Padi 400 di Kab.Bengkulu Utara dan Seluma.

Petani/Teknologi Produktivitas (t GKP/ha)

Efisiensi pupuk (%)

Jumlah pupuk

Biaya pupuk

Kab. Seluma

Desa Rimbo Kedui (Inpari) -Tanpa pupuk organik -Dengan pupuk organik

5,07 5,93

4

5,3

Kab. Bengkulu Utara

Desa Talang Pasak (Inpari 1) -Tanpa pupuk organilk -Dengan pupuk organik

3,87 5,30

10 7

Desa Talang Pasak (Dodokan) -Tanpa pupuk organilk -Dengan pupuk organik

3,65 4,30

16,7 12

Desa Salam Harjo -Tanpa pupuk organilk -Dengan pupuk organik

3,65 4,20

11

12

Page 23: LAPORAN AKHIR TAHUN 2010 - bengkulu.litbang.pertanian.go.idbengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/LAPKHIR2010/IP400.pdf · Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa

23

4.1.4. Peningkatan Produktivitas dan Pendapatan Petani

Analisia usahatani padi sawah di Desa Rimbo Kedui Tahun 2010 disajikan pada

Tabel 9.

Tabel 9. Analisa Usahatani Padi Sawah Pengkajian IP Padi 400 di Desa Rimbo Kedui, Kecamatan Seluma Kanan Kabupaten Seluma Tahun 2010.

URAIAN Tek petani Komponen tek. PTT

Aplikasi kompos Tanpa kompos

A. Biaya Produksi (Rp)

Bibit 100.000 100.000 100.000

Pupuk 940.000 824.000 870.000

Pestisida 184.000 262.500 262.500

Tenaga Kerja 3.350.000 3.350.000 3.350.000

Total Biaya Produksi 4.574.000 4.536.500 4.582.500

B. Penerimaan (Rp)

Produksi (kg/ha) 4.000 5.620 5.210

Harga Jual 2.000 2.000 2.000

Total Penerimaan 8.000.000 11.240.000 10.420.000

C. Pendapatan (Rp)

Penerimaan-Biaya Produksi

(B-A) 3.426.000 6.703.500 5.837.500

Analisa usahatani padi sawah di lokasi pengkajian Desa Talang Pasak, Kab.

Bengkulu Utara Tahun 2010 disajikan pada Tabel 10.

Tabel 10. Analisa Usahatani Padi Sawah Pengkajian IP Padi 400 di Kab. Bengkulu Utara Tahun 2010.

URAIAN Tek petani Komponen tek. PTT

Aplikasi kompos Tanpa kompos

A. Biaya Produksi (Rp)

Bibit 100.000 100.000 100.000

Pupuk 660.000 824.000 870.000

Pestisida 184.000 262.500 262.500

Tenaga Kerja 3.350.000 3.350.000 3.350.000

Total Biaya Produksi 4.294.000 4.536.500 4.582.500

B. Penerimaan (Rp)

Produksi (kg/ha) 4.000 5.300 3870

Harga Jual 2.000 2.000 2.000

Total Penerimaan 8.000.000 10.600.000 7.740.000

C. Pendapatan (Rp)

Penerimaan-Biaya Produksi

(B-A) 3.706.000 6.063.500 3.157.500

Page 24: LAPORAN AKHIR TAHUN 2010 - bengkulu.litbang.pertanian.go.idbengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/LAPKHIR2010/IP400.pdf · Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa

24

Persentase peningkatan produktivitas padi sawah dan pendapatan disajikan pada

Tabel 11.

Tabel 11. Peningkatan produktivitas dan pendapatan petani kooperator di Kab. Seluma dan Bengkulu Utara.

Petani/Teknologi Produktivitas (t GKP/ha)

Peningkatan Produktivitas

(%)

Pendapatan (Rp/ha)

Peningkatan Pendapatan

(%)

Kab. Seluma

Desa Rimbo Kedui (Inpari1) -Tanpa pupuk organik -Dengan pupuk organik

5,07 5,93

14,5

5.837.500

12,92

Kab. Bengkulu Utara

Desa Talang Pasak (Inpari 1) -Tanpa pupuk organilk -Dengan pupuk organik

3,87 5,3

26,98

3.556.000 6.370.000

44,11

Desa Talang Pasak (Dodokan) -Tanpa pupuk organilk -Dengan pupuk organik

3,65 4,30

15,12

3.356.000 4.570.000

26,56

Desa Salam Harjo -Tanpa pupuk organilk -Dengan pupuk organik

3,65 4,20

13,10

3.285.000 5.335.000

38,43

4.2. PEMBAHASAN

4.2.1. Karakteristik petani dan usahatani padi

Pada ketiga lokasi pengkajian di Kabupaten Seluma dan Kabupaten Bengkulu Utara,

sebagian besar petani telah berpengalaman menanam padi secara semi intensif dan

intensif. Teknologi yang diterapkan selama ini adalah panca usaha tani dan hanya 30%

petani mengenal teknologi baru. Dari aspek pembibitan, petani biasa menanam pada

usia bibit 21 s/d 30 hari dengan jumlah bibit 3 – 7 tanaman/lubang. Cara tanam

menggunakan cara tegel dan sudah ada yang menggunakan tandur jajar legowo tetapi

tidak dilakukan penyisipan sehingga jumlah populasi tanaman setiap hektar berkurang.

Penggunaan pupuk sebagian besar belum sesuai anjuran baik dosis pupuk mapupun

waktu pemupukannya. Pengendalian hama penyakit belum nenerapkan konsep PHT.

Produksi yang dihasilkan 3 – 4 ton/ha, gabah langsung dijemur dan dijual dalam bentuk

gabah.

Page 25: LAPORAN AKHIR TAHUN 2010 - bengkulu.litbang.pertanian.go.idbengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/LAPKHIR2010/IP400.pdf · Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa

25

Dalam pelaksanaan inovasi kegiatan pengkajian IP padi 400 dilakukan 2 aspek

inovasi yaitu dari aspek teknologi diinovasikan budidaya padi sawah melalui pendekatan

PTT (penggunaan bibit unggul baru Inpari 1 dan Dodokan, penanaman bibit muda

(umur 18 – 20 hari), penanaman 1 – 2 bibit /lubang, tandur jajar legowo dan

pemupukan spesifik lokasi serta penggunaan bahan organik) serta peningkatan indeks

pertanaman. Dari aspek kelembagaan/sosial diinovasikan kerjasama kelompok dan

tanam/panen serentak mendukung peningkatan IP padi menuju IP 400.

4.2.2. Introduksi varietas padi super genjah dan genjah untuk pergiliran varietas

Introduksi varietas padi genjah dan super genjah telah dilaksanakan selama 3

musim tanam yaitu varietas Inpari 7, Cigeulis, Inpari 1 dan Dodokan. Pemilihan varietas

merupakan aspek yang sangat penting dalam peningkatan IP padi karena umur

tanaman serta ketahanan terhadap penyakit pada saat musim hujan dan musim kering

serta penyakit endemik akan sangat mempengaruhi hasil. Varietas IR-64, Ciherang dan

Inpari 1 di Provinsi Bengkulu umumnya terkena serangan tungro. Varietas Cigeulis juga

terkena serangan tetapi masih mendapatkan hasil. Varietas-varietas tahan tungro yang

bisa ditanam antara lain Tukad unda, Kalimas, Bondoyudo, Inpari 6,7, 8, terutama

Inpari 13.

Ketersediaan benih menjadi masalah dalam peningkatan IP padi karena sering

tidak tersedia pada saat yang dibutuhkan. Oleh karena itu diperlukan penumbuhan

penangkar-penangkar padi varietas-varietas unggul baru yang berumur genjah dan

super genjah.

Pergiliran varietas yang dilaksanakan pada kegiatan IP padi 400 dan produktivitas

padi genjah dan super genjah di Kabupaten Seluma dan Bengkulu Utara disajikan pada

Tabel 2. Berdasarkan diskripsi varietas padi sawah, varietas Inpari 1 berumur 108 hari

setelah semai dengan potensi hasil 10 ton GKP/ha. Padi varietas Inpari 1 di Desa Rimbo

Kedui dipanen saat berumur 109 hari atau 91 hari setelah semai dengan produktivitas

5,93 ton GKP/ha (hasil riil). Umur panen melebihi diskripsi varietas karena pada minggu

pertama dan kedua bulan Agustus tersebut turun hujan terus menerus sehingga

menyulitkan petani untuk melaksanakan panen padi.

Berdasarkan diskripsi varietas, varietas padi sangat genjah Dodokan dengan umur

100 hari setelah semai (potensi hasil 5,1 ton GKP/ha) mencapai produktivitas 4,3 ton

Page 26: LAPORAN AKHIR TAHUN 2010 - bengkulu.litbang.pertanian.go.idbengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/LAPKHIR2010/IP400.pdf · Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa

26

GKP/ha di Desa Talang Pasak, sedangkan di Desa Salam Harjo Kec. Kerkap terserang

penyakit tungro yang cukup parah sehingga gagal panen (puso). Berdasarkan diskripsi

varietas padi sawah, varietas cigeulis berumur 115-125 hari setelah semai dan

mempunyai potensi hasil 8 ton GKP/ha. Pertanaman padi varietas Cigeulis pada

hamparan sawah yang sama di Desa Salam Harjo terserang penyakit tungro tetapi

masih dapat dikendalikan sehingga masih mencapai produktivitas 4,2 ton/ha.

Penggunaan varietas Cigeulis sebagai pengganti varietas Inpari 1 karena benih tidak

tersedia baik di Balai Besar Padi Sukamandi maupun di Provinsi Bengkulu.

4.2.3. Organisme Pengganggu Tanaman (OPT)

Kondisi iklim yang tidak menentu dan tingginya curah hujan serta

distribusinya yang tidak teratur mendukung perkembangan hama dan penyakit

tanaman padi (Tabel 3).

Serangan OPT pada kedua kabupaten relatif sama. Pada pertanaman ke-1

dan ke-2, OPT yang menganggu pertanaman pada awal pertumbuhan vegetatif

adalah hama adalah wereng hijau, keong mas, ulat grayak, kepinding tanah.

Penyakit yang intensitas serangannya tinggi saat fase vegetatif adalah penyakit

tungro. Pada tanaman padi varietas Dodokan di desa Salam Harjo, serangan

penyakit tungro menyebabkan gagal panen. Untuk pertanaman selanjutnya, varietas

Inpari 1 yang selalu terrserang penyakit tungro diganti dengan varietas lainnya yang

lebih tahan. Varietas Inpari 13 yang direkomendasikan, tetapi karena benihnya tidak

terrsedia di Balai Besar Padi Sukamandi, maka digunakan varietas Inpari 7 yang

relatif agak tahan penyakit tungro strain tertentu.

Saat fase generatif, hama utama yang menyerang adalah walang sangit dan

burung (Tabel 4). Kegiatan tanam 4 kali setahun belum diikuti oleh petani sekitarnya

sehingga seranngan kedua hama tersebut menuju pada pertanaman di lokasi

pengkajian. Jumlah burung hingga ratusan ekor dan dikendalikan dengan berbagai cara,

salah satunya dengan menggunakan jaring. Serangan hama walang sangit juga luar

biasa. Salah satu upaya pengendaliannya dengan penyemprotan pestisida.

Untuk memperoleh tingkat produktivitas yang optimal diupayakan agar tidak

hanya memilih varietas dengan potensi hasil tinggi, tetapi yang lebih penting adalah

Page 27: LAPORAN AKHIR TAHUN 2010 - bengkulu.litbang.pertanian.go.idbengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/LAPKHIR2010/IP400.pdf · Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa

27

pemilihan varietas yang tahan terhadap hama penyakit yang endemik di daerah

tersebut.

4.2.4 Peningkatan Efisiensi Pupuk dengan Penggunaan Pupuk Organik

a. Tingkat Kesuburan Lahan

Hasil analisis tanah dengan PUTS memperlihatkan bahwa di Desa Talang Pasak

dan Salam Harjo Kecamatan Kerkap Kabupaten Bengkulu Utara tingkat kesuburan

lahannya relatif rendah, sedangkan di Desa Rimbo Kedui Kecamatan Seluma Selatan

Kabupaten Seluma tingkat kesuburan lahannya termasuk sedang (Tabel 5). Penggunaan

pupuk kimia masih belum berimbang dan pemanfaatan bahan organik belum banyak

dilakukan petani di ketiga desa tersebut. Limbah dan sisa hasil panen biasanya dibakar.

Secara umum petani di ketiga desa tersebut mengaplikasikan pupuk 2 kali, yaitu

pada saat tanam dan pada saat anakan aktif. Pada pengkajian ini dilakukan pemberian

pupuk NPK 2 kali, yaitu pupuk dasar pada umur 7-14 hari setelah tanam (HST) dan pada

saat inisiasi primordia bunga (40 – 45 HST). Untuk pupuk Urea diberikan 2-3 kali

tergantung dari hasil pengamatan dengan menggunakan Bagan warna Daun. Sebagai

pupuk dasar digunakan Urea 50-75 kg/ha tergantung potensi hasil dari varietas yang

ditanam,

Pemupukan pada pertanaman padi sawah diberikan dengan 2 perlakuan yaitu: 1)

dengan pemberian 2 t/ha pupuk organik (pupuk kandang/kompos jerami) dan 2) tanpa

pupuk organik. Dosis pupuk kimia yang digunakan menjadi lebih rendah dengan aplikasi

bahan organik. Untuk pertanaman padi sawah varietas Inpari 1 (target hasil > 6 t

GKP/ha) di Desa Rimbo Kedui dengan tingkat kesuburan lahan sedang, dosis pupuk

yang digunakan ada dua yaitu: 1) Aplikasi pupuk organik : Urea 200 kg/ha (aplikasi

BWD), NPK 280 kg/ha dan 2) Tanpa pupuk organik: Urea 200 kg/ha (aplikasi BWD) dan

NPK 300 kg/ha.

Untuk pertanaman padi sawah varietas Inpari 1 (target hasil > 6 t GKP/ha) di

Desa Talang Pasak dengan tingkat kesuburan lahan rendah, dosis pupuk yang

digunakan ada dua yaitu: 1) Aplikasi pupuk organik : Urea 200 kg/ha (aplikasi BWD),

NPK 280 kg/ha dan pupuk kandang 2 t/ha dan 2) Tanpa pupuk organik: Urea 200

kg/ha (aplikasi BWD) dan NPK 300 kg/ha. Dosis pupuk untuk pertanaman padi varietas

Dodokan di Desa Talang Pasak lebih rendah disesuaikan dengan target hasilnya (<6 t

Page 28: LAPORAN AKHIR TAHUN 2010 - bengkulu.litbang.pertanian.go.idbengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/LAPKHIR2010/IP400.pdf · Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa

28

GKP/ha), dosis pupuk yang digunakan yaitu: 1) Aplikasi pupuk organik : Urea 100 kg/ha

(aplikasi BWD), NPK 200 kg/ha dan kompos jerami 2 t/ha, dan 2) Tanpa pupuk organik:

Urea 170 kg/ha (aplikasi Bagan Warna Daun) dan NPK 250 kg/ha.

Untuk pertanaman padi sawah varietas Cigeulis (target hasil > 6 t GKP/ha) di

Desa Salam Harjo dengan tingkat kesuburan lahan rendah, dosis pupuk yang digunakan

yaitu: 1) Aplikasi pupuk organik : Urea 200 kg/ha (aplikasi Bagan Warna Daun), NPK

250 kg/ha dan kompos jerami 2 t/ha dan 2) Tanpa pupuk organik: Urea 200 kg/ha,

(aplikasi Bagan Warna Daun) dan NPK 250 kg/ha.

b. Efisiensi pemupukan dengan aplikasi pupuk organik

Pertanaman pertama dimulai pada pertengahan Mei 2010 di Desa Rimbo Kedui

Kab. Seluma. Benih ditanam pada umur 18 – 21 hari setelah semai (HSS). Tinggi

tanaman dan jumlah anakan maksimum merupakan parameter pertumbuhan vegetatif

yang diamati disajikan pada Tabel 6. Tabel tersebut menunjukkan bahwa pertumbuhan

vegetatif tanaman padi Inpari pada tiga petani kooperator cukup baik melalui

pendekatan PTT. Pemupukan yang tepat dan pengendalian OPT secara terpadu

berperan terhadap komponen pertumbuhan tanaman. Berdasarkan data tinggi tanaman

dan jumlah anakan/rumpun diharapkan akan dicapai potensi genetik dari varietas Inpari

1 (10 t GKP/ha) (BB Padi, 2006). Pada Tabel 7 terlihat bahwa rata-rata komponen hasil

padi sawah pada berbagai varietas menunjukkan bahwa aplikasi pupuk organik

memberikan hasil yang relatif lebih baik dari pada tanpa pemberian pupuk organik.

Produktivitas padi sawah dengan aplikasi pupuk organik pada ketiga desa dan

pada ketiga varietas yang ditanam mencapai hasil yang lebih tinggi (Tabel 8). Tabel

tersebut menunjukkan bahwa pemberian pupuk organik pada varietas Inpari 1 di Desa

Rimbo Kedui menyebabkan penggunaan pupuk kimia menjadi lebih rendah 4%, dan

meningkatkan hasil 13%. Pemberian kompos jerami pada varietas Inpari 1 di Desa

Talang Pasak menyebabkan penggunaan pupuk kimia menjadi lebih rendah 10%, dan

meningkatkan hasil 26%. Pemberian kompos jerami pada varietas Dodokan di Desa

Talang Pasak menyebabkan penggunaan pupuk kimia menjadi lebih rendah 16,7%, dan

meningkatkan hasil 15%. Pemberian kompos jerami pada varietas Cigeulis di Desa

Salam Harjo menyebabkan penggunaan pupuk kimia menjadi lebih rendah 11%, dan

Page 29: LAPORAN AKHIR TAHUN 2010 - bengkulu.litbang.pertanian.go.idbengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/LAPKHIR2010/IP400.pdf · Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa

29

meningkatkan hasil 12%. Pada seluruh lokasi pengkajian, pemberian bahan organik

dapat meingkatkan hasil dan menghemat biaya pengeluaran pupuk kimia.

Peningkatan produktivitas dengan penggunaan pupuk organik berkisar 13,15 s/d

26,98 dibandingkan tanpa pupuk organik. Peningkatan pendapatan dengan penggunaan

pupuk organik sebesar 5-48% dibandingkan dengan teknologi petani.

4.2.5. Peningkatan Produktivitas dan Pendapatan Petani

Dari hasil analisa usahatani padi sawah terlihat bahwa terjadi peningkatan

pendapatan petani dengan melakukan perbaikan teknologi petani menjadi teknologi

introduksi melalui pendekatan PTT ((Tabel 9 dan 10). Peningkatan pendapatan petani

dari hasil padi sawah pada satu kali musim tanam tercapai di lokasi pengkajian baik di

Kabupaten Seluma maupun Kabupaten Bengkulu Utara. Peningkatan pendapatan yang

cukup besar di Desa Rimbo Kedui, Kecamatan Seluma Kanan , Kab. Seluma dari Rp.

3.426.000 menjadi Rp. 5.837.500 s/d Rp. 6.703.500.

Produktivitas padi sawah varietas Inpari 1 di Desa Rimbo Kedui Kab. Seluma

berkisar antara 5,07 s/d 5,93 ton GKP/ha. Produktivitas padi sawah dengan aplikasi

teknologi petani umumnya berkisar 4-5 ton GKP/ha. Produktivitas padi sawah varietas

Inpari 1 di Desa Talang Pasak Kab. Bengkulu Utara berkisar antara 3,87 s/d 5,30 ton

GKP/ha dan pada varietas Dodokan 3,65 s/d 4,30 ton GKP/ha. Produktivitas padi

varietas Cigeulis di desa Salam Harjo berkisar 3,65 s/d 4,20 ton GKP/ha. Produktivitas

padi sawah dengan aplikasi teknologi petani di lokasi pengkajian di Desa Talang Pasak

Dan Salam Harjo, Kecamatan Kerkap, Kab. Bengkulu Utara umumnya relatif rendah

yaitu 3-4 ton GKP/ha.

Kegiatan pengkajian IP padi tahun 2010 diperkirakan akan dapat mencapai IP

padi 350-400 karena dari pertengahan Mei 2010 hingga Desember 2010 sudah

terlaksana panen 2 x dan tanam 3 x di Kab. Seluma, sedangkan pelaksanaan pengkajian

baru pada tahapan pertanaman ke-2 dan panen ke-2 di Kab. Bengkulu Utara.

Page 30: LAPORAN AKHIR TAHUN 2010 - bengkulu.litbang.pertanian.go.idbengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/LAPKHIR2010/IP400.pdf · Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa

30

4.2.6. Paket Teknologi Budidaya Padi Menuju IP 400

Dari hasil pelaksanaan kegiatan pengkajian mulai tahun 2009 s/d 2010 diperoleh

paket teknologi budidaya padi sawah menuju IP 400. Paket teknologi ini disesuaikan

dengan kondisi lapangan baik dari segi teknis maupun dari segi sosial dan ekomoni.

Aspek-aspek yang dperlu diperhatikan dalam pelaksanaan IP padi menuju 400 adalah

pengaturan jadwal tanam, pergiliran varietas, pengolahan lahan, persemaian,

pembuatan kompos, tanam, pemupukan, pengairan, penyiangan, pengendalian hama

penyakit, panen dan pasca panen. Uraian secara rinci disajikan pada Lampiran 4.

Paket teknologi ini akan terus disempurnakan sesuai dengan perkembangan hama

penyakit tanaman maupun distribusi curah hujan selama 4 kali tanam.

Page 31: LAPORAN AKHIR TAHUN 2010 - bengkulu.litbang.pertanian.go.idbengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/LAPKHIR2010/IP400.pdf · Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa

31

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Pengkajian peningkatan IP padi di Provinsi Bengkulu telah dilaksanakan sejak

tahun 2009 di Kecamatan seluma Selatan Kabupaten Seluma dan pada tahun 2010

dikembangkan ke Kecamatan Kerkap Kabupaten Bengkulu Utara. Dari hasil pelaksanaan

pengkajian diperoleh hasil sementara bahwa :

1. Introduksi varietas padi genjah dan super genjah untuk pergiliran varietas dalam

mendukung IP padi 400 telah dilaksanakan selama 2 tahun (2009 dan 2010) yaitu

varietas Ciherang, Mekongga, Cigeulis, Inpari 1, Inpari 7, Silugonggo dan Dodokan.

Varietas Ciherang dan Inpari 1 umumnya terkena serangan tungro. Varietas Cigeulis.

terkena serangan lebih ringan.

2. Pemberian pupuk organik meningkatkan efisiensi pemupukan sehingga mengurangi

dosis pupuk kimia sebesar 4% s/d 16,7% dan mengurangi biaya pupuk sebesar

5,29%. Peningkatan pendapatan petani dari aplikasi pupuk organik berkisar 12,92

s/d 44,11%.

3. Dosis pupuk spesifik lokasi dengan penggunaan bahan organik/kompos

jerami/pupuk kandang di lokasi pengkajian yang dapat disarankan untuk digunakan

petani yaitu NPK 280 kg/ha dan Urea 200 kg/ha (aplikasi Bagan Warna Daun) untuk

varietas dengan potensi hasil lebih besar dari 5 ton GKP/ha dan dosis NPK 250 kg/ha

dan Urea 100 kg/ha (aplikasi Bagan Warna Daun) untuk varietas dengan potensi

hasil lebih kecil dari 5 ton GKP/ha.

4. Produktivitas padi sawah varietas Inpari 1 berkisar antara 4,84 s/d 5,93 ton GKP/ha,

varietas Dodokan 4,30 ton GKP/ha dan Cigeulis 4,20 ton GKP/ha. Peningkatan

pendapatan petani meningkat berkisar dari 12,92% s/d 38,43%.

5. Peningkatan pendapatan petani selama satu tahun melalui peningkatan IP

diperkirakan meningkat, namun belum dapat diukur peningkatannya karena

pelaksanaan tanam baru 6,5 bulan ( tiga kali tanam dan 2 kali panen). Peluang

untuk mencapai IP 350-400 cukup tinggi, tetapi produktivitas lahan sawah/tahun

belum optimal karena keterbatasan persediaan benih dan tenaga kerja, tingginya

intensitas hujan (anomali iklim) dan tingginya tingkat serangan hama penyakit.

Page 32: LAPORAN AKHIR TAHUN 2010 - bengkulu.litbang.pertanian.go.idbengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/LAPKHIR2010/IP400.pdf · Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa

32

6. Paket teknologi budidaya padi menuju IP 400 telah diperoleh, kecuali mengenai

pergiliran varietas. Perkiraan pergiliran varietas yang memberikan hasil optimal

adalah penanaman varietas super genjah saat bukan musim tanam raya atau saat

perkembangan hama penyakit tinggi dan penanaman varietas dengan potensi hasil

tinggi saat musim tanam raya.

5.2. Saran

1. Untuk pergiliran varietas dalam mendukung tercapainya IP padi 400 perlu

diintroduksikan varietas-varietas yang lebih tahan terhadap curah hujan tinggi dan

tahan terhadap penyakit khususnya (tungro) seperti Inpari 13.

2. Untuk pengembangan IP padi 400, peranan pemda diperlukan untuk mengawali

gerakan dengan memberi subsidi saprodi ke petani dalam hamparan yang cukup

luas (minimal 25 ha) sehingga pengendalian hama penyakit lebih mudah dilakukan.

Page 33: LAPORAN AKHIR TAHUN 2010 - bengkulu.litbang.pertanian.go.idbengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/LAPKHIR2010/IP400.pdf · Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa

33

VI. KINERJA HASIL PENGKAJIAN

Pengkajian IP Padi 400 merupakan impementasi dari upaya untuk meningkatkan

luas panen melalui efisiensi penggunaan lahan dan sumberdaya yang tersedia.

Teknologi budidaya yang diimplementasikan pada pengkajian IP Padi 400 adalah

pendekatan PTT padi sawah irigasi.

Teknologi introduksi mampu meningkatkan produktivitas padi pada kisaran

13,1% – 26,98%. Hal ini membuktikan bahwa teknologi yang diintroduksikan mampu

meningkatkan produktivitas yang cukup tinggi. Peningkatan produktivitas ternyata juga

diikuti dengan peningkatan pendapatan petani. Peningkatan pendapatan petani yang

melaksanakan PTT padi sawah berkisar antara 12,92% – 44,11% dibandingkan

teknologi petani.

Manfaat yang dapat diperoleh dari pengkajian ini adalah meningkatnya

pengetahuan dan kesadaran petani untuk memanfaatkan limbah tanaman padi yang

berupa jerami sebagai bahan baku pembuatan pupuk organik. Petani yang mempunyai

ternak memanfaatkan je\rami sebagai pakan ternak dan pupuk kandang untuk

menyuburkan lahan. Hal ini mendukung berkembangnya sistem integrasi antara sapi

dengan tanaman padi.

Dampak positif dari kegiatan ini adalah meningkatnya motivasi para petani di

Desa Rimbo Kedui dan sekitarnya untuk meningkatkan produktivitas dan IP padi

mereka. Dampak lain dalam jangka panjang adalah dapat menekan alih fungsi lahan

dari lahan sawah ke lahan sawit.

Page 34: LAPORAN AKHIR TAHUN 2010 - bengkulu.litbang.pertanian.go.idbengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/LAPKHIR2010/IP400.pdf · Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa

34

VII. DAFTAR PUSTAKA

Baehaki, S.E. 2009. Strategi Pengendalian Hama Terpadu Tanaman Padi Dalam Perspektif Praktek Pertanian Yang Baik (Good Agricultural Practices). Pengembangan Inovasi Pertanian 2(1), 2009: 65-78.

Balasubramaniam V., Rajendra, R., Ravi, V dan Las, I. 2006. Integrated Crop Management (ICM): Field Evaluation and Lesson Learn. In Rice Industry, Culture, and Environment. ICCR. ICFORD, IAARD. Jakarta.

BB Padi. 2009. Peningkatan Produksi Padi Melalui Pelaksanaan IP Padi 400. Pedum IP.Padi 400. Balai Besar Penelitian Tanaman Padi. Badan penelitian dan Pengembangan Pertanian.

BPS Provinsi Bengkulu. 2009. Provinsi Bengkulu dalam Angka. Badann Pusat Statistik Provinsi Bengkulu.

Damardjati, J.S. 2006. Learning form Indonesia Experiences in Achieve Rice Self Sufficientcy. In Rice Industry, Culture, and Enviroment. ICCR, ICFORD, IAARD. Jakarta.

Departemen Pertanian. 2003. Kebijakan dan Strategi Nasional Perlindungan Tanaman dan Kesehatan Hewan. Departemen Pertanian, Jakarta. 140 hlm.

Dirjen Tanaman Pangan. 2008. Pedoman Umum: Peningkatan Produksi dan Produktivitas Padi, Jagung, dan Kedelai melalui pelaksanaan SL-PTT. Dirjen Tanaman Pangan. 72 p.

Fagi, A.M., I. Las, M. Syam, A.K. Makarim dan A. Hasanuddin. 2002. Penelitian padi menuju revolusi hijau lestari. Balitpa, Sukamandi. 68. hlm.

Las, I., A.K. Makarim, H.M. Toha, A. Gani, H. Pane, dan S. Abdulrachman. 2003. Panduan Teknis Pengelolaan Tanaman dan Sumberdaya Terpadu Padi Sawah Irigasi. Departemen Pertanian, Jakarta. 30 hlm.

Pirngadi, K., O. Syahromi, dan T.S. Kadir. 2002a. Model pengelolaan tanaman padi pada lahan sawah beririgasi. J. Agrivigor 2 (2): 84-96.

Pirngadi, K., A. Guswara, K. Permadi, dan H. Pane. 2002b. Pengaruh persiapan lahan dan pemupukan terhadap hasil padi walik jerami pada sawah tadah hujan. hlm. 217-224. Dalam J. Soejitno, Hermanto, dan Sunihardi (Ed.). Sistem Produksi Pertanian Ramah Lingkungan. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, Bogor.

Pirngadi, K. 2009. Peran Bahan Organik Dalam Peningkatan Produksi Padi Berkelanjutan Mendukung Ketahanan Pangan Nasional. Pengembangan Inovasi Pertanian 2(1), 2009: 48-64.

Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. 2006. Sistem Produksi Padi Hemat Input. Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian Vol. 28, No. 2.

Sembiring, H. dan Abdulrahman, H. 2008. Filosofi dan Dinamika Pengelolaan Tanaman Terpadu Padi Sawah. BB Penelitian Padi Sawah. Sukamandi.

Simatupang, P. 2001. Anatomi Masalah Produksi Beras Nasional dan Upaya Mengatasinya. Prosiding Perspektif Pembangunan Pertanian dan Kehutanan Tahun 2001 Ke Depan. Buku I. Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian. Balitbangtan. hlm 119-146.

Wahid, A. S. 2003. Peningkatan Efisiensi Pupuk Nitrogen Pada Padi Sawah Dengan Metode Bagan Warna Daun. Jurnal Litbang Pertanian, 22(4), 2003.

Page 35: LAPORAN AKHIR TAHUN 2010 - bengkulu.litbang.pertanian.go.idbengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/LAPKHIR2010/IP400.pdf · Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa

35

Zaini, Z., I. Las, Suwarno, B. Haryanto, Suntoro, dan E.E. Ananto. 2003. Pedoman Umum Kegiatan Percontohan Peningkatan Produktivitas Padi Terpadu 2003. Departemen Pertanian, Jakarta. 25 hlm.

Zaini, Z. and I. Las. 2004. Development of integrated crop and resources management options for higher yield and profit in rice farming in Indonesia. p.252-257. Proc. Training on Agricultural Technology Tranfer and Training. APEC, Bandung-Indonesia, 18-22 July 2004.

Page 36: LAPORAN AKHIR TAHUN 2010 - bengkulu.litbang.pertanian.go.idbengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/LAPKHIR2010/IP400.pdf · Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa

36

Lampiran 1. Rangkaian foto-foto Kegiatan pengkajian IP padi 400 di Desa Rimbo Kedui, Kabupaten Seluma

Gambar 2. Keragaan pertanaman padi tanam ke-4 di desa Rimbo Kedui Kab. Seluma (kegiatan lanjutan 2009).

Gambar 1. Panen padi tanam ke-3 di desa Rimbo Kedui Kab. Seluma (kegiatan lanjutan 2009).

Gambar 6. Pertanaman padi menjelang panen ke-2 di Desa Rimbo Kedui Kab. Seluma.

Gambar 5. Serangan hama putih pada pertanaman padi sawah ke-1 di desa Rimbo Kedui Kab. Seluma.

Gambar 5. Pemberian pupuk dasari desa Rimbo Kedui Kab. Seluma.

Gambar 3. Serangan penyakit tungro di Kab. Seluma.

Page 37: LAPORAN AKHIR TAHUN 2010 - bengkulu.litbang.pertanian.go.idbengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/LAPKHIR2010/IP400.pdf · Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa

37

Lampiran 2. Rangkaian foto-foto Kegiatan pengkajian IP padi 400 di Kabupaten

Bengkulu Utara

Gambar 2. Pengumpulan bahan kompos tanam di desa Talang Pasak Kab. Bengkulu Utara

Bengkulu .

Gambar 1. Penyemaian benih padi varietas Inpari I tanam ke-1 di desa Talang Pasak Kab. Bengkulu Utara

Gambar 3. Pembuatan kompos untuk pertanaman ke-1 di desa Salam Harjo Kab. Bengkulu Utara

Gambar 4. Keragaan pertanaman ke-1 padi sawah di desa Salam Harjo Kab. Bengkulu Utara

Gambar 6. Pertanaman padi sawah menjelang panen ke-2 di Desa Talang Pasak Kab. Bengkulu Utara

Gambar 5. Pertanaman ke-2 padi sawah di Desa Salam Harjo Kab. Bengkulu Utara

Page 38: LAPORAN AKHIR TAHUN 2010 - bengkulu.litbang.pertanian.go.idbengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/LAPKHIR2010/IP400.pdf · Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa

38

Lampiran 3. Diskripsi varietas padi sawah Tahun 2006 sampai 2009 (Balai Besar Penelitian Tanaman Padi, Sukamandi).

VARIETAS CIHERANG

Nomor seleksi : S3383-1D-PN-41-3-1

Asal persilangan : IR18349-53-1-3-1-3/3*IR19661-131-3-1-3//4*IR64

Golongan : Cere

Umur tanaman : 116 -125 hari

Bentuk tanaman : Tegak

Tinggi tanaman : 107 -115 cm

Anakan produktif : 14-17 batang

Warna kaki : Hijau

Warna batang : Hijau

Warna telinga daun : Tidak berwarna

Warna lidah daun : Tidak berwarna

Warna daun : Hijau

Muka daun : Kasar pada sebelah bawah

Posisi daun : Tegak

Daun bendera : Tegak

Bentuk gabah : panjang ramping

Warna gabah : Kuning bersih

Kerontokan : Sedang

Kerebahan : Sedang

Tekstur nasi : Pulen

Kadar amilosa : 23 %

Indek glikemik : 54

Bobot 1000 butir : 28 g

Rata-rata hasil : 6,0 t/ha

Potensi hasil : 8,5 t/ha

Ketahanan terhadap Hama : Tahan wereng coklat biotipe 2, dan agak tahan biotipe 3

Ketahanan terhadap Penyakit : Tahan terhadap penyakit hawar daun bakteri strain III dan IV

Anjuran tanam : Baik ditanam pada lahan sawah irigasi dataran rendah sampai 500 meter diatas permukaan laut

Pemulia : Tarjat T, Z. A. Simanullang, E. Sumadi dan Aan A. Draradjat

Dilepas tahun : 2000

Page 39: LAPORAN AKHIR TAHUN 2010 - bengkulu.litbang.pertanian.go.idbengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/LAPKHIR2010/IP400.pdf · Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa

39

VARIETAS CIGEULIS

Nomor seleksi : S3429-4D-PN-1-1-2

Asal persilangan : Ciliwung/Cikapundung/IR64

Golongan : Cere

Umur tanaman : 115 -125 hari

Bentuk tanaman : Tegak

Tinggi tanaman : 100 -110 cm

Anakan produktif : 14-16 batang

Warna kaki : Hijau

Warna batang : Hijau

Warna telinga daun : Tidak berwarna

Warna lidah daun : Tidak berwarna

Warna daun : Hijau

Muka daun : Agak kasar

Posisi daun : Tegak

Daun bendera : Tegak

Bentuk gabah : panjang ramping

Warna gabah : Kuning bersih

Kerontokan : Sedang

Kerebahan : Sedang

Tekstur nasi : Pulen

Kadar amilosa : 23 %

Indek glikemik : 64

Bobot 1000 butir : 28 g

Rata-rata hasil : 5,0 t/ha

Potensi hasil : 8,0 t/ha

Ketahanan terhadap Hama : Tahan wereng coklat biotipe 2, dan rentan biotipe 3

Ketahanan terhadap Penyakit : Tahan terhadap penyakit hawar daun bakteri strain IV,

Anjuran tanam : Baik ditanam pada musim hujan dan kemarau, cocok ditanam pada lokasi di bawah 600 meter di atas permukaan laut

Pemulia : Z.A. Simanullang, Aan A. Daradjat, dan N. Yunani

Tim Peneliti : B. Suprihatno, M.D. Muntono, Ismail B.P., Atito., Baehaki S.E., Triny S. Kadir dan W. S. Ardjasa

Teknisi : Toyib S. M., Edi Suwandi M. K., M. Suherman dan Sail Hanafi

Institusi Pengusul : BALITPA dan BPTP Lampung

Dilepas tahun : 2002

Page 40: LAPORAN AKHIR TAHUN 2010 - bengkulu.litbang.pertanian.go.idbengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/LAPKHIR2010/IP400.pdf · Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa

40

VARIETAS MEKONGGA

Nomor seleksi : S4663-5D-KN-5-3-3

Asal persilangan : A2790/2*/IR64

Golongan : Cere

Umur tanaman : 116 -125 hari

Bentuk tanaman : Tegak

Tinggi tanaman : 91 – 106 cm

Anakan produktif : 13-16 batang

Warna kaki : Hijau

Warna batang : Hijau

Warna telinga daun : Tidak berwarna

Warna lidah daun : Tidak berwarna

Warna daun : Hijau

Muka daun : Agak kasar

Posisi daun : Tegak

Daun bendera : Tegak

Bentuk gabah : Ramping panjang

Warna gabah : Kuning bersih

Kerontokan : Sedang

Tekstur nasi : Pulen

Kadar amilosa : 23 %

Indeks glikemik : 88

Bobot 1000 butir : 28 g

Rata-rata hasil : 6,0 t/ha

Potensi hasil : 8,4 t/ha

Ketahanan terhadap Hama : Agak tahan terhadap wereng coklat biotipe 2, dan biotipe 3

Ketahanan terhadap Penyakit : Agak tahan terhadap hawar daun bakteri strain IV

Anjuran tanam : Baik ditanam di lahan sawah dataran rendah sampai ketinggian 500 meter di atas prmukaan laut

Pemulia : Z.A. Simanullang, Idris Hadade, Aan A. Daradjat, dan Sahardi

Tim Peneliti : B. Suprihatno, Y. Samaullah, Atito DS., Ismail B.P., Triny S. Kadir, dan A. Rifki

Teknisi : M. Suherman, Abd. Rauf Sery, Uan D., S.Toyib S. M., Edi S. MK., M. Sailan, Sail Hanafi, Z. Arifin, Suryono, Didi dan Neneng S.

Institusi Pengusuul : BALITPA dan BPTP Sultra

Dilepas tahun : 2004

Page 41: LAPORAN AKHIR TAHUN 2010 - bengkulu.litbang.pertanian.go.idbengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/LAPKHIR2010/IP400.pdf · Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa

41

VARIETAS SILUGONGGO

Nomor seleksi : IR39357-71-1-1-2-2

Asal persilangan : IR9129-209-2-2-2/IR19774-23-2-2/IR9729-67-3

Golongan : Cere

Umur tanaman : 85 – 90 hari

Bentuk tanaman : Tegak

Tinggi tanaman : 80 – 85 cm

Anakan produktif : 9 – 11 batang

Warna kaki : Hijau

Warna batang : Hijau

Warna telinga daun : Tidak berwarna

Warna lidah daun : Tidak berwarna

Warna helai daun : Hijau

Muka daun : Bagian atas kasar, bawah permukaan daun halus

Posisi daun : Tegak

Daun bendera : Tegak

Bentuk gabah : Ramping

Warna gabah : Kuning jerami

Kerontokan : Sedang

Kerebahan : Sedang

Tekstur nasi : Agak pulen

Kadar amilosa : 23 %

Bobot 1000 butir : 25 g

Rata-rata hasil : 4,5 t/ha

Potensi hasil : 5,5 t/ha

Ketahanan terhadap Hama : Tahan wereng coklat biotipe 1 dan 2

Ketahanan terhadap Penyakit : Tahan penyakit blas, tidak tahan hawar daun bakteri

Anjuran tanam : Dapat dikembangkan sebagai padi sawah atau gogo. Beradaptasi baik untuk lingkungan tumbuh rawan kekeringan. Dapat tumbuh baik pada tanah regosol, mideteran dengan kahat Kalium dan Fosfat. Cocok di tanam pada daerah di bawah 500 m di atas permukaan laut

Pemulia : Ismail BP., B Suripto, ZA. Simanullang, Y. Samaullah, Atito DS., Hadis S., E. Sumadi, Aan A. Daradjat, Poniman, Taryat T.

Tim Peneliti : D. Suardi, Rasyid M., A. Ichwan, H. Toha, M. Amir, H. Pane dan Irsal L.

Dilepas tahun : 2001

Page 42: LAPORAN AKHIR TAHUN 2010 - bengkulu.litbang.pertanian.go.idbengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/LAPKHIR2010/IP400.pdf · Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa

42

VARIETAS DODOKAN

Nomor seleksi : Ir28128-45-3-3-2

Asal persilangan : IR36/IR10154-2-3-3-3-//IR9129-209-2-2-2-1

Golongan : Cere

Umur tanaman : 100 -105 hari

Bentuk tanaman : Tegak

Tinggi tanaman : 80 -95 cm

Anakan produktif : sedang

Warna kaki : Hijau

Warna batang : Hijau

Warna telinga daun : Tidak berwarna

Warna lidah daun : Tidak berwarna

Warna daun : Hijau

Muka daun : Kasar

Posisi daun : Miring

Daun bendera : Miring

Bentuk gabah : Ramping

Warna gabah : Warna Jerami

Kerontokan : Sedang

Kerebahan : Tahan hingga sedang

Rasa nasi : enak

Kadar amilosa : 23 %

Bobot 1000 butir : 23,3 gr

Potensi hasil : 5,1 t/ha

Ketahanan terhadap Hama : Cukup tahan wereng coklat biotipe 1 dan 2

Ketahanan terhadap Penyakit : Cukup tahan terhadap blas (Pyricularia oryzae)

Dilepas tahun : 1987

Page 43: LAPORAN AKHIR TAHUN 2010 - bengkulu.litbang.pertanian.go.idbengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/LAPKHIR2010/IP400.pdf · Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa

43

VARIETAS INPARI 1

Nomor seleksi : BP23f-PN-11

Asal persilangan : IR64/IBB-7//IR64

Golongan : Cere Indica

Umur tanaman : 108 hari

Bentuk tanaman : Tegak

Tinggi tanaman : 93 cm

Anakan produktif : 16 anakan

Warna kaki : Hijau

Warna telinga daun : Tidak berwarna

Warna lidah daun : Tidak berwarna

Warna daun : Hijau

Permukaan daun : Kasar

Posisi daun : Tegak

Posisi daun bendera : Tegak

Warna batang : Hijau Kerebahan : Tahan rebah

Leher malai : Sedang

Kerontokan : Sedang

Bentuk gabah : Ramping

Warna gabah : Kuning bersih

Rata-rata hasil : 7,32 t/ha GKG

Potensi hasil : 10 t/ha GKG

Bobot 1000 butir : 27 g

Tekstur nasi : Pulen

Kadar amilosa : 22 %

Ketahanan terhadap Hama : Tahan tehadap Wereng Batang Coklat biotipe 2, agak tahan trhadap Wereng Batang Coklat biotipe 3

Ketahanan terhadap Penyakit : Tahan Hawar Daun Bakteri strain III, IV dan VIII

Keterangan : Baik ditanam pada lahan sawah dataran rendah sampai ketinggian ± 500 m dpl

Pemulia : Bambang Kustianto, Supartopo, Soewito Tj., Buang Abdullah, Sularjo, Aris Hair mansis, Heni Safitri dan Suwarno

Peneliti : Atito D., Anggiani., Santoso, Arifin K., Endang S

Teknisi : Sail Hanafi, Sudarmo, Suryono, Panca Hadi Siwi

Pengusul : Balai Besar Penelitian Tanaman Padi

Alasan Utama dilepas : Lebih tahan BLB, perbaikan dari IR64 atas BLB

Dilepas tahun : 2008

Page 44: LAPORAN AKHIR TAHUN 2010 - bengkulu.litbang.pertanian.go.idbengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/LAPKHIR2010/IP400.pdf · Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa

44

VARIETAS INPARI 7 LANRANG

Nomor seleksi : RUTTST96B-15-1-2-2-2-1

Asal persilangan : S3054-2D-12-2/Utri Merah-2

Golongan : Cere

Umur tanaman : 110 – 115 hari

Bentuk tanaman : Tegak

Tinggi tanaman : 104 ±7 cm

Anakan produktif : 16 ± 3 anakan

Warna kaki : Hijau

Warna Batang : Hijau

Warna telinga daun : Putih

Warna lidah daun : Hijau

Warna daun : Hijau

Permukaan daun : Kasar

Posisi daun : Tegak

Daun bendera : Tegak

Bentuk Gabah : Panjang (P=7,06 mm; L=2,20 mm; P/L=3,21) Warnah Gabah : Kuning bersih

Kerontokan : Sedang

Tekstur Nasi : Pulen

Kadar Amilosa : 20,78 %

Bobot 1000 butir : 27,4 g

Rata-rata hasil : 6,23 t/ha

Potensi hasil : 8,7 t/ha GKG

Ketahanan terhadap Hama : Agak Tahan terhadap Wereng Batang Coklat biotipe 1, 2, dan 3

Ketahanan terhadap Penyakit : Agak tahan Hawar Daun Bakteri ras III dan agak rentan ras IV dan VIII ; serta rentan terhadap penyakit virus tungro inokulum no. 073 dan 031, agak tahan penyakit virus tungro inokulum no. 013

Anjuran Tanam : Cocok ditanam di ekosistem sawah dataran rendah sampai ketinggian 600 m dpl

Instansi Pengusul : Balai Besar Penelitian Tanaman Padi, Loka Penelitian Tanaman Tungro, Lanrang dan BPTP Sulawesi Selatan

Pemulia : Aan Andang Daradjat, Nafisah dan Bambang Suprihatno.

Peneliti : I Nyoman Widiarta, Jumanto, Burhanuddin, A. Yasin Said, Sahardi, Ahmad Muliadi, R. Heru Praptana, Baehaki SE, Triny SK, Prihadi Wibowo, Cucu Gunarsih, Ali Imron, Idris H.

Teknisi : Thoyib S. Ma`ruf, Maman Suherman, Meru, Uan Sudjanang, Sukanda, Suwarsa, Dede Munawar, Abd. Rauf Serry dan Abd Hanid.

Dilepas tahun : 2009

Page 45: LAPORAN AKHIR TAHUN 2010 - bengkulu.litbang.pertanian.go.idbengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/LAPKHIR2010/IP400.pdf · Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa

45

Lampiran 4. Paket Teknologi Budidaya Padi Menuju IP 400

Paket Teknologi Budidaya Padi Menuju IP 400

Pelaksanaan peningkatan IP padi menggunakan pendekatan Pengelolaan

Tanaman Terpadu (PTT). Aspek-aspek yang dperlu diperhatikan adalah pengaturan

jadwal tanam, pergiliran varietas, pengolahan lahan, persemaian, pembuatan kompos,

tanam, pemupukan, pengairan, penyiangan, pengendalian hama penyakit, panen dan

pasca panen.

1. Pengaturan jadwal tanam dan pergiliran varietas

Jadwal tanam disusun untuk 4 musim tanam agar pengaturan waktu atau tenaga

kerja dapat dilakukan dengan optimal. Perlu dihindari penggunaan tenaga kerja yang

banyak pada saat bulan puasa atau setelah lebaran karena pada umumnya tenaga kerja

tidak tersedia dan bili ada maka biayanya lebih mahal. Pengaturan jadwal tanam

disesuaikan dengan varietas benih padi yang digunakan, genjah atau super genjah.

Varietas padi yang ditanam pada MT II dan MT IV harus berumur sangat genjah

(90-104 hari). Varietas padi yang berumur genjah (>105-124 hari) seperti Inpari 7,

Ciherang, Cigeulis dan Mekongga dapat ditanam pada MT I dan MT III. Varietas padi

berumur sangat genjah yang tersedia antara lain Silugonggo, Dodokan, Inpari 1 .

Pergiliran varietas sangat diperlukan pada penerapan pola tanam padi-padi-padi-padi

untuk mencegah ledakan hama dan penyakit tertentu dan juga menyesuaikan kapan

produksi tertinggi didapat. Pada awal MT I harus dipilih varietas padi yang tahan wereng

dan tahan beberapa penyakit. Untuk pertanaman MT III dan MT IV perlu dicari varietas

yang berumur sangat genjah dan relatif tahan kekeringan. Pemilihan varietas perlu juga

memperhatikan keberadaan hama dan penyakit yang endemik. Pada daerah endemik

tungro sebaiknya ditanam varietas Inpari 7, 8, 9 atau 13.

2. Pengolahan Lahan

Jerami dikumpulkan segera setelah panen untuk dicacah dan dibuat kompos.

Untuk mempercepat proses dekomposisi digunakan dekomposer/aktivator (Stardec,

EM-4, Dextro dan lainnya. Cara pengolahan tanah pada pola IP Padi 400 hampir sama

Page 46: LAPORAN AKHIR TAHUN 2010 - bengkulu.litbang.pertanian.go.idbengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/LAPKHIR2010/IP400.pdf · Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa

46

dengan pengolahan tanah yang sudah biasa dilakukan. Perbedaannya adalah

pengolahan tanah IP Padi 400 disiapkan 7 -14 hari setelah panen.

Cara pengolahan tanah adalah: 1) tanah ditraktor untuk membalik tanah; 2)

diratakan dan sedikit digenangi kira-kira setinggi 1 cm dan 3) lahan siap ditanami .

3. Persemaian

Pada IP Padi 400 benih disemai 7 hari sebelum panen. Bila tidak tersedia lahan

khusus untuk persemaian, maka dapat dilakukan tanam segera setelah panen. Jika

memungkinkan, persemaian dibuat di luar lahan dilahan sawah, parit dipinggir jalan

atau lahan kering yang diberikan bahan organik seperti kompos atau pupuk kandang.

Cara pembuatan persemaian diluar lahan sawah adalah: 1) persemaian dibuat di

areal pertanaman padi 7 hari sebelum panen; 2) lahan yang digunakan seluas 5% dari

luas rencana penanaman padi berikutnya; 3) lahan diolah sederhana dan 4) diberi

pupuk urea, SP18, dan KCl dengan takaran masing-masing 40 g/m2 serta 5) benih

diberi insektisida dan fungisida bila diperlukan. Cara pembuatan persemaian dalam

kotak (dapog) belum memungkinkan untuk dilaksanakan karena sulit untuk diterapkan

oleh petani.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam membuat persemaian adalah: 1)

gunakan benih yang bersih, dan berlabel; 2) jumlah benih 15-25 kg/ha; 3) masukkan

benih ke dalam ember yang berisi larutan garam/ZA dan buang benih yang mengapung

(seleksi benih awal); 4) pilih lokasi yang terbaik agar mudah diairi/lokasi tidak ternaungi;

5) luas persemaian kira-kira 4% dari luas pertanaman (400 m2 untuk 1 ha pertanaman);

6) lebar persemaian 1,0 - 1,2 m dan panjangnya sesuai petakan antara 10-20 m; 7)

tambahkan sekam padi yang sudah lapuk atau bahan organik atau campuran keduanya

sebanyak 2 kg/m2 untuk memudahkan pencabutan bibit; 8)t taburkan benih yang telah

direndam dan dikering anginkan secara merata di bedang persemaian; 9) untuk tanah

yang kurang subur persemaian diberikan 20-40 gr Urea tau NPK / m2 dan 10) cabut

bibit dengan posisi miring.

4. Pembuatan kompos

Aktivator yang dapat digunakan untuk mempercepat proses pengomposan antara

lain stardec, trichoderma, EM-4, Dextro dan mikro organisme lokal (MOL). Dalam

Page 47: LAPORAN AKHIR TAHUN 2010 - bengkulu.litbang.pertanian.go.idbengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/LAPKHIR2010/IP400.pdf · Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa

47

pelaksanaan IP padi 400, kompos dapat dibuat langsung setelah panen. Untuk

mempercepat waktu pengomposan maka dapat ditambahkan aktivator 2 x dosis dan

ditambahkan pupuk kandang 1-2 karung/ton bahan organik dan tambahkan urea

secukupnya.

Cara pembuatan kompos jerami: 1) jerami segar dibasahi hingga lembab atau

direndam selama 1 malam; 2) jerami tersebut ditebarkan setebal 30 cm lalu ditaburi

pupuk kandang, kapur, dan dekomposer secara merata; 3) dipercikkan airyang telah

diberi urea untuk mejaga kelembabannya; 4) setelah itu tumpukkan kembali lapisan

kedua dan taburkan kembali bahan bahan lainnya serta dipercikkan air hinggalembab;

5) demikian seterusnya hingga jerami habis; 6) tinggi tumpukan jerami sebaiknya

kurang dari 1,5 m agar lebih mudah dalam proses pembalikan; 7) tutup tumpukan

dengan plastik agar terlindung dengan hujan dan panas, atau diletakkan ditempat yang

terlindung; 8) lakukan pembalikan tumpukan setiap minggu; 9) kelembaban jerami

dijaga agar kadar airnya 60 – 80 % dengan cara memercikan/menyiram air (kalau

jeraminya diremas air tidak menetes); 10) kompos siap digunakan setelah 2 minggu;

11) untuk mempercepat waktu pengomposan ( < 2 minggu) tambahkan aktivator

menjadi 2 x lipat, tambahkan pupuk kandang 100 kg/ton jerami serta tambahkan urea

1-2 kg/ton jerami.

5. Tanam

Bibit yang ditanam 1-3 batang per lubang berumur 15-21 hari. Jika lokasi

persawahan merupakan daerah endemis keong mas, bibit bisa ditanam lebih tua (< 30

hari). Jarak tanam disesuaikan dengan varietas dan kesuburan tanah (20x20 cm, 22,5-

22,5 cm atau 20x25 cm). Sistem tanam yang dianjurkan adalah tanam pindah jajar

legowo 4 : 1. Penggunaan caplak diperlukan agar legowo yang dibuat dapat teratur.

6. Pemupukan

Untuk mengetahui kandungan unsur hara lahan sawah, terlebih dahulu diambil

sampel tanah dari masing-masing lokasi pada kedalaman 20 cm secara komposit dan

dianalisis unsur hara dan tingkat kemasamannya di laboratorium tanah atau

menggunakan PUTS. Sampel tanah diambil secara periodik pada awal kegiatan dan

setelah panen untuk mengetahui tingkat kesuburan tanah. Untuk memperoleh

Page 48: LAPORAN AKHIR TAHUN 2010 - bengkulu.litbang.pertanian.go.idbengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/LAPKHIR2010/IP400.pdf · Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa

48

rekomendasi pemupukan yang spesifik lokasi, diperlukan alat bantu yaitu Bagan Warna

Daun (BWD) dan Perangkat Uji Tanah Sawah (PUTS). Sebagai pupuk dasar perlu diberi

50-75 kg/ha urea pada musim hasil rendah, 75-100 kg/ha urea pada musim hasil tinggi

atau 100 kg/ha pada padi hibrida dan padi tipe baru.

Cara pemupukan Phosfor (P) dan Kalium (K) adalah : 1) Pupuk P (SP-36) dengan

dosis 75-100 kg/ha diberikan pada saat pemupukan dasar atau bersamaan dengan

pemupukan pertama N (urea) pada 7-10 HST; 2) Pupuk K dengan takaran 50 kg

KCl/ha, 50% diberikan bersamaan dengan pemupukan urea pertama dan sisanya

diberikan pada saat primordia; 3) Jika SP-36 tidak ada atau harganya mahal, maka

dapat diganti dengan pemberian pupuk NPK (15:15:15). Pemberian dilakukan 2 kali

yaitu sebagai pupuk dasar dan yang kedua umur 42-45 HST dengan dosis sesuai hasil

analisis tanah.

7. Pengairan Berselang

Jika memungkinkan, pengaturan air dilakukan secara berselang (pengaturan

kondisi lahan dalam kondisi kering dan tergenang secara bergantian). Cara pemberian

air adalah : 1) tanam bibit dalam kondisi sawah macak-macak; 2) secara berangsung-

angsur tanah diairi 2-5 cm sampai tanaman berumur 10 hari; 3) biarkan sawah

mengering sendiri, tanpa diairi (biasanya 5-6 hari); 4) setelah permukaan tanah agak

kering sampai retak selama 1 hari, sawah kembali diairi setinggi 5 cm; 5) biarkan sawah

mengering,tanpa diairi (5-6 hari) lalu diairi setinggi 5 cm; 6) ulangi hal di atas sampai

tanaman masuk stadia pembungaan dan 7) sejak fase keluar bunga sampai 10 hari

sebelum panen, lahan terus diairi setinggi 5 cm, kemudian lahan dikeringkan. Jika

pertanaman terserang kepinding tanah atau penyakit tungro maka lahan sawah jangan

dikeringkan.

8. Penyiangan

Penyiangan dapat dilakukan dengan cara mencabut gulma dengan tangan, alat

gosrok/landak atau menggunakan herbisida. Penyiangan dilaksanakan sebanyak 2 (dua)

kali dan dilakukan sebelum pemberian pupuk.

Page 49: LAPORAN AKHIR TAHUN 2010 - bengkulu.litbang.pertanian.go.idbengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/LAPKHIR2010/IP400.pdf · Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa

49

9. Pengendalian hama penyakit

Pengamatan perkembangan hama penyakit perlu dilakukan sedini mungkin,

pengamatan harus dilakukan secara intensif. Pengendalian hama penyakit perlu

memperhatikan aspek-aspek berikut; 1) penggunaan varietas tahan hama dan penyakit;

2) tanam tanaman yang sehat; 3) pengaturan pola tanam dan pergiliran tanaman; 4)

menjaga kebersihan lahan; 5) waktu tanam tepat; 6) melakukan pemupukan yang

tepat; 7) mengelola tanah dan pengairan dengan baik; 8) jika diperlukan tanam

tanaman perangkap untuk pengendalian tikus; 9) melakukan pengamatan berkala di

lapangan; 10) memanfaatkan musuh alami; 11) mengendalikan HPT secara mekanik;

12) mengendalikan HPT secara fisik dan 13) menggunakan pestisida seperlunya.

10. Panen dan Pasca Panen

Penanganan panen dan pasca panen padi meliputi beberapa tahap kegiatan yaitu

penentuan saat panen, pemanenan, penumpukan sementara di lahan sawah,

pengumpulan padi di tempat perontokan, penundaan perontokan, perontokan,

pengangkutan gabah ke rumah petani, pengeringan gabah, pengemasan dan

penyimpanan gabah, penggilingan, pengemasan dan penyimpanan beras.

Penentuan saat panen merupakan tahap awal dari kegiatan penanganan pasca

panen padi. Ketidaktepatan dalam penentuan saat panen dapat mengakibatkan

kehilangan hasil yang tinggi dan mutu gabah/beras yang rendah. Penentuan saat panen

dapat dilakukan berdasarkan pengamatan visual dan pengamatan teoritis.

Pengamatan visual dilakukan dengan cara melihat kenampakan padi pada hamparan

lahan sawah. Berdasarkan kenampakan visual, umur panen optimal padi dicapai apabila

90 sampai 95 % butir gabah pada malai padi sudah berwarna kuning atau kuning

keemasan. Padi yang dipanen pada kondisi tersebut akan menghasilkan gabah

berkualitas baik sehingga menghasilkan rendemen giling yang tinggi.

Pengamatan teoritis dilakukan dengan melihat deskripsi varietas padi dan mengukur

kadar air dengan moisture tester. Berdasarkan deskripsi varietas padi, umur panen padi

yang tepat adalah 30 sampai 35 hari setelah berbunga merata. Berdasarkan kadar air,

umur panen optimum dicapai setelah kadar air gabah mencapai 22 – 23 % pada musim

kemarau, dan antara 24 – 26 % pada musim penghujan.

Page 50: LAPORAN AKHIR TAHUN 2010 - bengkulu.litbang.pertanian.go.idbengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/LAPKHIR2010/IP400.pdf · Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa

50

Pemanenan padi harus dilakukan pada umur panen yang tepat, menggunakan alat dan

mesin panen yang memenuhi persyaratan teknis, kesehatan, ekonomi dan ergonomis,

serta menerapkan sistem panen yang tepat. Ketidaktepatan dalam melakukan

pemanenan padi dapat mengakibatkan kehilangan hasil yang tinggi dan mutu hasil yang

rendah. Pada tahap ini, kehilangan hasil dapat mencapai 9,52 % apabila pemanen padi

dilakukan secara tidak tepat.

Pemanenan padi harus dilakukan pada umur panen yang memenuhi persyaratan

sebagai berikut: 1) 90 – 95 % gabah dari malai tampak kuning; 2) malai berumur 30 –

35 hari setelah berbunga merata dan 3) kadar air gabah 22 – 26 % yang diukur dengan

moisture tester.

Pemanenan padi harus menggunakan alat dan mesin yang memenuhi

persyaratan teknis, kesehatan dan ekonomis. Alat dan mesin yang digunakan untuk

memanen padi harus sesuai dengan jenis varietas padi yang akan dipanen. Pada saat

ini, alat dan mesin untuk memanen padi telah berkembang mengikuti berkembangnya

varietas baru yang dihasilkan.