28
LAPORAN AKHIR TAHUNAN KEGIATAN PENELITIAN TAHUN ANGGARAN 2017 (Periode 2016/2017) (Dra. Hikmah Thoha, M.Si) PUSAT PENELITIAN OSEANOGRAFI LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN INDONESIA TAHUN 2017 Studi Fitoplankton Toksik di Cirebon dan Kepulauan Pangkajene, Sulawesi Selatan : Fokus Terhadap Pyrodinium var. compressum, Cochlodinium polykrikoides, dan Alexandrium spp.

LAPORAN AKHIR TAHUNAN KEGIATAN PENELITIAN ...oseanografi.lipi.go.id/laporan/HIKMAH_LAPORAN AKHIR...1. Latar Belakang Ledakan populasi (blooming) fitoplankton, seringkali dikaitkan

  • Upload
    others

  • View
    12

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: LAPORAN AKHIR TAHUNAN KEGIATAN PENELITIAN ...oseanografi.lipi.go.id/laporan/HIKMAH_LAPORAN AKHIR...1. Latar Belakang Ledakan populasi (blooming) fitoplankton, seringkali dikaitkan

LAPORAN AKHIR TAHUNAN

KEGIATAN PENELITIAN TAHUN ANGGARAN 2017

(Periode 2016/2017)

(Dra. Hikmah Thoha, M.Si)

PUSAT PENELITIAN OSEANOGRAFI

LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN INDONESIA

TAHUN 2017

Studi Fitoplankton Toksik di Cirebon dan Kepulauan Pangkajene, Sulawesi Selatan : Fokus Terhadap Pyrodinium var. compressum, Cochlodinium

polykrikoides, dan Alexandrium spp.

Page 2: LAPORAN AKHIR TAHUNAN KEGIATAN PENELITIAN ...oseanografi.lipi.go.id/laporan/HIKMAH_LAPORAN AKHIR...1. Latar Belakang Ledakan populasi (blooming) fitoplankton, seringkali dikaitkan
plankton
Pencil
plankton
Pencil
plankton
Pencil
plankton
Pencil
plankton
Pencil
plankton
Pencil
plankton
Pencil
Page 3: LAPORAN AKHIR TAHUNAN KEGIATAN PENELITIAN ...oseanografi.lipi.go.id/laporan/HIKMAH_LAPORAN AKHIR...1. Latar Belakang Ledakan populasi (blooming) fitoplankton, seringkali dikaitkan

ii

PENGANTAR

Kegiatan ini merupakan kegiatan penelitian yang termasuk dalam sub-kegiatan

Progam Penelitian, Penguasaan, dan Pengembangan IPTEK Lembaga Ilmu Pengetahuan

Indonesia (LIPI) tahun 2017 dengan judul ; “Studi Fitoplankton Toksik di Cirebon dan Selat

Makassar : Fokus Terhadap Pyrodinium var. compressum, Cochlodinium polykrikoides, dan

Alexandrium spp”.

Tujuan penelitian ini untuk mempelajari komunitas dinoflagellata toksik di kolom

air dan di cyst bank yang ada di sedimen dasar perairan, mempelajari faktor yang

menyebabkan spesies tersebut mengalami ledakan populasi di area kajian, serta

mengetahui sebaran geografis spesies-spesies tersebut di Indonesia. Secara spesifik

penelitian ini merupakan bagian dari usaha mitigasi bencana HABs di perairan Indonesia

dengan memprediksi spesies fitoplankton toksik yang akan mengalami ledakan

berdasarkan hasil analisa cyst bank.. Sasaran dari penelitian ini adalah terkumpulnya data

struktur komunitas fitoplankton toksik dari kolom air dan cyst bank di dasar perairan,

didapatkannya kultur murni minimal 3 spesies fitoplankton toksik dari genus Pyrodinium,

Alexandrium, dan Cochlodinium, serta diketahuinya penyebab ledakan populasi spesies-

spesies tersebut di lokasi kajian. Sasaran spesifik dari penelitian ini adalah diketahuinya

pola distrbusi geografis dari spesies-spesies dinoflagellata toksik sebagai informasi penting

untuk mempelajari asal hadirnya spesies tersebut di area kajian.

Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya

kepada Pimpinan Pusat Penelitian Oseanografi, Balai Penelitian dan Pengembangan

Budidaya Air Payau Maros Sulawesi Selatan, TPI setempat, peneliti, teknisi dan tim

administrasi atas bantuan, kerjasama dan dukungannya dalam pelaksanaan kegiatan ini.

Jakarta, Desember 2017

Tim Peneliti

Page 4: LAPORAN AKHIR TAHUNAN KEGIATAN PENELITIAN ...oseanografi.lipi.go.id/laporan/HIKMAH_LAPORAN AKHIR...1. Latar Belakang Ledakan populasi (blooming) fitoplankton, seringkali dikaitkan

iii

TIM PENELITI :

1.

[email protected]

Dra. Hikmah Thoha, M.Si.

2. Nurul Fitriya, M.Si.

3. Ir. Tumpak Sidabutar, M.Sc

4. Oksto Ridho Sianturi, S.Kel

5. Dra. Yunia Witasari, M. St

Kontak : Dra. Hikmah Thoha, M.Si

196204031986022001

Page 5: LAPORAN AKHIR TAHUNAN KEGIATAN PENELITIAN ...oseanografi.lipi.go.id/laporan/HIKMAH_LAPORAN AKHIR...1. Latar Belakang Ledakan populasi (blooming) fitoplankton, seringkali dikaitkan

iv

DAFTAR ISI

PENGANTAR ................................................................................................................................. ii

TIM PENELITI :............................................................................................................................ iii

DAFTAR ISI .................................................................................................................................. iv

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................................................... v

DAFTAR TABEL .......................................................................................................................... vi

PENDAHULUAN .......................................................................................................................... 1

1. Latar Belakang ..................................................................................................................... 1

1. Permasalahan ................................................................................................................ 2

2. Tujuan dan Sasaran ....................................................................................................... 3

3. Hipotesis ....................................................................................................................... 3

2. Prosedur dan Metodologi ..................................................................................................... 4

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .............................................................................. 6

1. Parameter Fisika dan Kimia ................................................................................................. 7

2. Diversitas Kista .................................................................................................................. 10

3. Karakteristik Sedimen Dasar ............................................................................................. 12

KESIMPULAN DAN SARAN..................................................................................................... 15

1. Kesimpulan ........................................................................................................................ 15

2. Saran .................................................................................................................................. 15

REKAPITULASI PENGGUNAAN DANA................................................................................. 16

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................... 17

LAMPIRAN .................................................................................................................................. 19

Data dan analisis data................................................................................................................ 19

Tabel analisa ekstraksi kista .................................................................................................. 19

Rencana kerja tahun berikutnya (2018) .................................................................................... 20

Dokumentasi Kegiatan .............................................................................................................. 21

Page 6: LAPORAN AKHIR TAHUNAN KEGIATAN PENELITIAN ...oseanografi.lipi.go.id/laporan/HIKMAH_LAPORAN AKHIR...1. Latar Belakang Ledakan populasi (blooming) fitoplankton, seringkali dikaitkan

v

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Lokasi Stasiun Penelitian di Sukalila, Cirebon ……………………………………............ 6

Gambar 2. Lokasi Stasiun Penelitian di Kepulauan Pangkajene, Sulawesi Selatan………….. 7

Gambar 3. Grafik oksigen terlarut dari setiap stasiun di Cirebon………………………………… 8

Gambar 4. Grafik suhu permukaan dari setiap stasiun di Cirebon ………………………………. 8

Gambar 5. Grafik oksigen terlarut dari setiap stasiun di Kepulauan Pangkajene………….... 9

Gambar 6. Grafik suhu permukaan dari setiap stasiun di Kepulauan Pangkajene………….. 10

Gambar 7. Kista dinoflagellata dalam sedimen di Cirebon…………………………………………... 10

Gambar 8. Kista dinoflagellata dalam sedimen di Kepulauan Pangkajene…………………….. 11

Gambar 9. Empty cysts dari Cirebon (kiri) dan Kepulauan Pangkajene (kanan)................... 12

Gambar 10. Karakter sedimen dasar laut di PK 11............................................................................. 13

Page 7: LAPORAN AKHIR TAHUNAN KEGIATAN PENELITIAN ...oseanografi.lipi.go.id/laporan/HIKMAH_LAPORAN AKHIR...1. Latar Belakang Ledakan populasi (blooming) fitoplankton, seringkali dikaitkan

vi

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Ukuran butiran sedimen dasar di perairan Cirebon....................................................... 12

Tabel 2. Ukuran butiran di sedimen Kepulauan Pangkajene 2017............................................ 13

Page 8: LAPORAN AKHIR TAHUNAN KEGIATAN PENELITIAN ...oseanografi.lipi.go.id/laporan/HIKMAH_LAPORAN AKHIR...1. Latar Belakang Ledakan populasi (blooming) fitoplankton, seringkali dikaitkan

1

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Ledakan populasi (blooming) fitoplankton, seringkali dikaitkan dengan kerugian

ekonomi yang sangat besar, yaitu ketika terjadi kematian massal ikan, penutupan area

budidaya perikanan (budidaya kerang dan ikan) dan berkurang bahkan hilangnya

biodiversitas organisme laut. Kerugian ekonomi yang diakibatkan oleh adanya

blooming fitoplankton toksik di Amerika Serikat dan Eropa pada tahun 2005 berturut-

turut adalah 82 juta US$ dan 813 juta US$ (Hoagland and Scatasta, 2006).

Perkembangan masif dari fitoplankton toksik yang diikuti oleh produksi toksin seperti

saxitoxin (Paralytic Shellfish Poisoning/PSP), ciguatoxin (Ciguatera Fish Poisoning/ CFP)

dan domoic acid (Amnesic Shellfish Poisonong/ASP) oleh fitoplankton berpotensi

membahayakan kesehatan manusia. Fitoplankton beserta toksin-toksin tersebut bisa

terakumulasi pada ikan maupun kerang. Jika ikan dan kerang ini dikonsumsi, maka

akan menimbulkan dampak buruk bagi kesehatan misalnya terjadinya gangguan

pencernaan, saraf hingga kematian. Spesies fitoplankton yang menghasilkan saxitoxin

misalnya Alexandrium catenatum dan Alexandrium catenella, sedangkan fitoplankton

yang menghasilkan ciguatoxin dan acid domoic berturut-turut adalah Gambierdiscus

toxicus dan Pseudonitzschia sp.

Sindrom Parallytic Shelfish Poisoning yang disebabkan oleh fitoplankton genus

Alexandrium (A. catenella, A. catenatum, A. tamarense) semakin tersebar di seluruh

dunia. Glibert et al (2005) menyatakan bahwa pada tahun 1970 sindrom PSP hanya

ditemukan di pantai Amerika, pantai di Afrika Selatan, India dan Jepang. Kurang lebih

30 tahun kemudian hampir seluruh pantai di dunia telah ditemukan spesies

fitoplankton (Alexandrium sp) yang mampu memproduksi saxitoxin yang

mengakibatkan sindrom PSP. Penelitian di Golfo Nuevo, Argentina menunjukkan bahwa

kemampuan cyst dari Alexandrium spp. untuk bertahan dalam kondisi perairan yang

buruk, merupakan faktor utama yang menyebabkan spesies tersebut dapat tersebar

dan bertahan hidup di berbagai macam habitat di perairan dunia (Gayoso, 2001).

Gambar 1. Distribusi fenomena Parallytic Shelfish Poisoning di dunia

(Glibert et al, 2005)

Fenomena Harmful Algal Blooms (HABs) pernah terjadi di beberapa kawasan

pesisir Indonesia, baik di kawasan timur, maupun barat Indonesia. Praseno et al.

Page 9: LAPORAN AKHIR TAHUNAN KEGIATAN PENELITIAN ...oseanografi.lipi.go.id/laporan/HIKMAH_LAPORAN AKHIR...1. Latar Belakang Ledakan populasi (blooming) fitoplankton, seringkali dikaitkan

2

(2004), menyatakan fitoplankton spesies Noctiluca sp mengalami pertumbuhan massal

di Teluk Jakarta, sedangkan spesies fitoplankton lain seperti Pyrodinium bahamense

tercatat pernah menyebabkan terjadinya HABs di Teluk Kao, Teluk Ambon, Perairan

Pulau Seram dan Papua. Ledakan populasi P. bahamense di Teluk Kao Halmahera terjadi

pada permulaan musim penghujan yang ditandai dengan perubahan warna dari

kecoklatan menjadi merah (Wiadyana and Sidabutar, 1997). Secara spesifik, spesies

Pyrodinium bahamense var.bahamense yang dilaporkan di Teluk Ambon juga

merupakan penyebab munculnya HABs di Malaysia, Burnei Darussalam, dan Filipina,

merupakan spesies endemik Asia Tenggara. Spesies ini sangat berbahaya karena dapat

memproduksi biotoksin racun penyebab Paralytic Shellfish Poisoning (PSP) (Mizushima

et al, 2007; Usup et al, 2012).

Daerah lain di Indonesia yang pernah mengalami blooming HABs adalah di pesisir

Sukalila, Cirebon dan Pangkep, Sulawesi Selatan. Pada tahun 2007 tercatat terjadi

blooming Chaetoceros (Diatom) di kedua daerah tersebut. Selain itu, Sidharta (2005). (

dan Rashidy et. al. (2013) melaporkan ditemukan kista Dinoflagelata pada sedimen

pesisir Sukalila, Cirebon dan Pangkep, Sulawesi Selatan. Kedua daerah tersebut

memiliki karakteristik dengan perairan Teluk Jakarta yang mana banyak mendapat

sumbangan bahan pencemar yang berasal dari daratan, yang proses masuknya melalui

pengadukan (turbulensi) dan arus laut. Situasi tersebut dapat meningkatkan

munculnya Harmful Algal Blooms (HABs), khususnya yang disebabkan oleh

Dinoflagellata, seperti yang terjadi di Teluk Jakarta, Teluk Lampung, dan Teluk Ambon.

1. Permasalahan

Fenomena Harmful Algal Blooms (HABs) di Indonesia merupakan masalah

lingkungan yang telah rutin terjadi setiap tahun di beberapa lokasi, seperti Sukalila,

Cirebon dan Pangkep, Sulawesi Selatan. Penelitian mengenai HABs khususnya yang

disebabkan oleh Dinoflagellata masih belum diketahui secara pasti. Berdasarkan

masalah tersebut, maka masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan dalam bentuk

pertanyaan sebagai berikut:

a. Bagaimana distribusi dan kelimpahan spesies-spesies dinoflagellata toksik,

terutama dari genus Cochlodinium, Pyrodinium, dan Alexandrium di Sukalila,

Cirebon dan Pangkep, Sulawesi Selatan?

b. Bagaimana kondisi cyst bank dinoflagellata toksik di dasar perairan?

c. Apakah terdapat potensi ledakan populasi spesies-spesies toksik di perairan kajian

pada masa depan?

d. Apakah spesies dan strain yang ditemukan di kedua lokasi kajian merupakan strain

yang sama, dan apakah strain tersebut juga ditemukan di negara lain?

Page 10: LAPORAN AKHIR TAHUNAN KEGIATAN PENELITIAN ...oseanografi.lipi.go.id/laporan/HIKMAH_LAPORAN AKHIR...1. Latar Belakang Ledakan populasi (blooming) fitoplankton, seringkali dikaitkan

3

2. Tujuan dan Sasaran

a. Tujuan

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mempelajari komunitas

dinoflagellata toksik di kolom air dan di cyst bank yang ada di sedimen dasar

perairan, mempelajari factor yang menyebabkan spesies tersebut mengalami

ledakan populasi di area kajian, serta mengetahui sebaran geografis spesies-

spesies tersebut di Indonesia. Secara spesifik penelitian ini merupakan bagian

dari usaha mitigasi bencana HABs di perairan Indonesia dengan memprediksi

spesies fitoplankton toksik yang akan mengalami ledakan berdasarkan hasil

analisa cyst bank.

b. Sasaran

Secara umum sasaran dari penelitian ini adalah terkumpulnya data struktur

komunitas fitoplankton toksik dari kolom air dan cyst bank di dasar perairan,

didapatkannya kultur murni minimal 3 spesies fitoplankton toksik dari genus

Pyrodinium, Alexandrium, dan Cochlodinium, serta diketahuinya penyebab

ledakan populasi spesies-spesies tersebut di lokasi kajian. Sasaran spesifik dari

penelitian ini adalah diketahuinya pola distrbusi geografis dari spesies-spesies

dinoflagellata toksik sebagai informasi penting untuk mempelajari asal

hadirnya spesies tersebut di area kajian.

3. Hipotesis

a. Komunitas dinoflagellata toksik yang ditemukan di tiap area kajian

diperkirakan memiliki struktur komunitas yang khas.

b. Spesies yang jumlah cyst-nya ditemukan paling melimpah di cyst bank area

kajian, sangat mungkin mengalami ledakan populasi di masa depan.

c. Diduga spesies dinoflagelata toksik yang ditemukan di ketiga lokasi kajian,

merupakan strain-strain yang berbeda, dan mungkin merupakan spesies

introduksi dari negara lain.

Page 11: LAPORAN AKHIR TAHUNAN KEGIATAN PENELITIAN ...oseanografi.lipi.go.id/laporan/HIKMAH_LAPORAN AKHIR...1. Latar Belakang Ledakan populasi (blooming) fitoplankton, seringkali dikaitkan

4

2. Prosedur dan Metodologi

Pengambilan sampel dalam penelitian ini akan dilakukan di: (1) Sukalila,

Cirebon (2) Pangkep, Sulawesi Selatan. Pengambilan sampel hanya dilakukan 1 kali per

tahun pada masing-masing area kajian dalam periode 2017.

Metodologi :

1. Pengambilan Paremeter Lingkungan dan Deskripsi Lokasi Sampling

Lokasi pengambilan sampel ditaging dengan menggunakan GPS. Kemudian

parameter lingkungan seperti kedalaman, pH, suhu, dan DO diambil dengan

menggunakan alat portable YSI. Parameter salinitas diambil dengan menggunakan

refraktometer. Pengambilan parameter lingkungan diambil pada setiap lokasi

dengan mencatat keadaan setiap lokasi, seperti keadaan kegiatan antropogenik

dan histori kejadian blooming alga.

2. Pengambilan Sampel Plankton di Kolom Air

Sampel plankton di kolom air akan diambil dengan menggunakan metode vertical

towing menggunakan jaring Kitahara (mesh size 20 µm) untuk fitoplankton, dan

jaring NORPAC (mesh size 300 µm). Kedalaman pengambilan sampel plankton

akan bervariasi mengikuti kondisi dasar perairan area kajian. Pengambilan sampel

fitoplankton juga dapat dilakukan dengan menggunakan modifikasi Nansen Bottle

dengan volume 1 Liter. Sampel yang diambil dengan jaring plankton akan

diawetkan dengan menggunakan 4% formaldehyde, sedangkan sampel yang

diambil dengan Nansen Bottle akan diawetkan dengan Lugol’s Iodine (Edler and

Elbrächter, 2010).

3. Pengambilan Sampel Cyst di Sedimen Dasar Perairan

Pengambilan sampel cyst dinoflagellata akan dilakukan dengan menggunakan

Ekman Grab. Sampel sedimen yang telah diambil kemudian akan dimasukkan ke

dalam kotak plastik berwarna gelap, kemudian disimpan dengan suhu minimal 4oC

serta terhindar dari paparan cahaya matahari. Cyst dari sampel ini kemudian akan

dipisahkan dari sedimen dengan metode Gradient Density (Blanco, 1986;

Mizushima et. al., 2007; Genovesi et. al., 2009). Sedangkan sebagian sampel

sedimen yang tersisa akan dianalisa untuk mengetahui struktur penyusun sedimen

tersebut.

4. Identifikasi dan Penghitungan Cacah Cyst Dinoflagellata

Cyst yang telah dipisahkan dari sedimen, kemudian dipindahkan ke Sedgewick

Rafter Counting Chamber (SRCC). Identifikasi dan penghitungan cacah cyst

dilakukan dengan mikroskop cahaya (Light Microscope) dengan perbersaran

Antara 100 – 400X. Pengambilan foto cyst akan dilakukan menggunakan kamera

DSLR yang tersambung dengan mikroskop cahaya. Proses identifikasi dilakukan

dengan bantuan referensi menurut Al-Yamani and Saburova (2010).

5. Isolasi Cyst dari Sedimen Dasar Perairan

Page 12: LAPORAN AKHIR TAHUNAN KEGIATAN PENELITIAN ...oseanografi.lipi.go.id/laporan/HIKMAH_LAPORAN AKHIR...1. Latar Belakang Ledakan populasi (blooming) fitoplankton, seringkali dikaitkan

5

Isolasi cyst dilakukan menggunakan modifikasi pipet Pasteur. Hasil isolasi ini lalu

ditumbuhkan dalam multi-plate culture 96 kolom berisi media kultur Enriched

Natural Sea Water (ENSW) (Harrison et. al., 1980). Secara bertahap, kultur ini akan

dipindahkan ke multi-plate culture 48, kemudian 24, dan terakhir dipindahkan ke

dalam botol kultur berisi 10 ml medium ENSW. Medium dalam botol kultur

tersebut kemudian ditambahkan secara bertahap hingga mencapai volume ± 30 ml.

Isolat ini kemudian akan digunakan untuk mempelajari beberapa karakter

taksonomis, fisiologis, dan untuk keperluan analisa molekuler (ribotyping).

6. Identifikasi dan Penghitungan Cacah Sel dan Individu Plankton

Proses analisa sel fitoplankton akan dilakukan dengan metode fraksi menggunakan

pipet stempel (0.1 ml) atau syringe (2 ml) dan SRCC. Sampel yang sudah

dimasukkan ke SRCC kemudian diamati dengan mikroskop cahaya pada

perbesaran antara 100-400X. Proses analisa individu zooplankton juga akan

dilakukan dengan metode fraksi menggunakan pipet stempel (2.5 ml) dan Bogorov

Counting Disc. Untuk pengamatan individu zooplankton, digunakan mikroskop

stereo dengan perbesaran antara 4-100X. Idenfitikasi sel dan individu plankton

akan dilakukan berdasarkan referensi Yamaji (1966), Shirota (1966), Wickstead

(1976), Davis (1955), Praseno dan Sugestiningsih (2000), Tomas (1997), dan

Omura et. al. (2012).

7. Analisa Genetika Dinoflagellata (Ribotyping)

Proses Ribotyping spesies dinoflagellata ini dimulai dengan ekstraksi DNA dari

isolat murni dengan menggunakan kit ekstraksi DNA. DNA hasil ekstraksi ini

kemudian digunakan untuk proses amplifikasi gen Ribosomal menggunakan PCR

untuk keperluan ribotyping (Rene et. al., 2013). Struktur Primer yang akan

digunakan adalah D1R dan D2C yang diekstraksi dari sel Alexandrium, Pyrodinium,

dan Cochlodinium yang sudah ditumbuhkan dalam kultur murni (Scholin et. al.,

1994; Leaw et. al., 2005; Rene et. al., 2013).

8. Analisa Karakteristik Sedimen Dasar

Sedimen dasar perairan Cirebon diambil dengan menggunakan grab dari atas

perahu. Setelah diankat dari dasar laut sedimen diamati secara visual untuk

menentukan warna, baud an jenis awal. Kemudian langsung dimasukkan dalam

wadah tertutup, disimpan dalam tempat yang bersuhu dibawah 30 derajat ceclius

untuk kemudian dibawa ke laboratorium untuk dianalisa karakter tekstur, dan

ukuran butirannya. Kedalaman laut diukur dengan menggunakan tali ukur. Di

laboratorium, sedimen diayak menggunakan pengukuran langsung ayakan basah

(wet sieve) dan ukuran butir dianalisa berdasarkan metode Wenthworth (1922).

Pengenalan komposisi sedimen dilakukan dengan mikroskop binokuler.

Page 13: LAPORAN AKHIR TAHUNAN KEGIATAN PENELITIAN ...oseanografi.lipi.go.id/laporan/HIKMAH_LAPORAN AKHIR...1. Latar Belakang Ledakan populasi (blooming) fitoplankton, seringkali dikaitkan

6

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini dilaksanakan sehubungan dengan adanya indikasi munculnya

fenomena red tide atau algal bloom melalui pertumbuhan fitoplankton yang sangat

tinggi akibat perubahan ekologis di perairan Cirebon dan Kepulauan Pangkajene.

Perubahan ekologis dan indikasi munculnya red tide atau algal bloom akan dilihat

melalui distribusi kista fitoplankton toksik Pyrodinium var. compressum,

Cochlodinium polykrikoides, dan Alexandrium spp di sedimen dasar perairan.

Kegiatan penelitian di Sukalila, Cirebon telah dilaksanakan pada tanggal 26-

27 April 2017 (Gambar 1). Sedangkan kegiatan di Kepulauan Pangkajene Sulawesi

Selatan pada tanggal 15-16 Mei 2017 (Gambar 2) Jumlah stasiun di Sukalila Cirebon

sebanyak 21 stasiun, sedangkan di Kepulauan Pangkajene sebanyak 22 stasiun.

Penentuan stasiun berdasarkan penelitian HABs sebelumnya, yaitu faktor faktor

yang dapat memicu terjadinya bloom HAB seperti, topografi, kedalaman air,

karakteristik sedimen serta aktivitas antropogenik.

Gambar 1. Lokasi Stasiun Penelitian di Sukalila, Cirebon.

Page 14: LAPORAN AKHIR TAHUNAN KEGIATAN PENELITIAN ...oseanografi.lipi.go.id/laporan/HIKMAH_LAPORAN AKHIR...1. Latar Belakang Ledakan populasi (blooming) fitoplankton, seringkali dikaitkan

7

Perairan Sukalila Cirebon banyak dipengaruhi oleh aktivitas pelayaran dan

pelabuhan dari kapal nelayan dan kapal kapal pabrik di sekitar perairan Cirebon.

Selain itu juga dipengaruhi inputan sungai yang dipengaruhi oleh limbah rumah dari

penduduk sekitar serta adanya rencana pembangunan pelabuhan penumpang.

Sementara di Kepulauan Pangkejene sangat dipengaruhi oleh inputan dari sungai

dimana terdapat sekitar 8 muara sungai di lokasi kajian (Gambar 2). Selain itu juga

terdapat pelabuhan buat kapal angkut dari perusahaan Semen Tonasa dan adanya

pabrik marmer di sekitar perairan Kepulauan Pangkajene.

Gambar 2. Lokasi Stasiun Penelitian di Kepulauan Pangkajene, Sulawesi Selatan.

1. Parameter Fisika dan Kimia

Cirebon

Parameter fisika perairan Cirebon dilihat dari kedalamannya bervariasi mulai dari

1,5 m sampai dengan 6 m dengan salinitas yang bervariasi dari 29,5 – 32 ppt.

Salinitas tertinggi saat pengukuran berada di stasiun CR 6 yang merupakan stasiun

yang berada paling jauh dari daratan sehingga minim pengaruh dari inputan sungai.

Sementara salinitas terendah terdapat di stasiun CR 17 dimana tercatat sebesar 29.5

ppt dengan lokasi stasiun yang berada agak dekat dengan mulut pelabuhan Cirebon.

Page 15: LAPORAN AKHIR TAHUNAN KEGIATAN PENELITIAN ...oseanografi.lipi.go.id/laporan/HIKMAH_LAPORAN AKHIR...1. Latar Belakang Ledakan populasi (blooming) fitoplankton, seringkali dikaitkan

8

Gambar 3. Grafik oksigen terlarut dari setiap stasiun di Cirebon

Kandungan oksigen terlarut di perairan Cirebon bervariasi dari paling rendah 4,73

mg/L di stasiun CR 26 (gambar 3) dan paling tinggi di stasiun CR 24 sebesar 7.69

mg/L. Sementara dari pengukuran suhu bervariasi dari 30 oC sampai dengan 32.1 oC dengan suhu tertinggi didapat di stasiun 13 dan suhu terendah tercatat di stasiun

19 (Gambar 4). Tinggi nya suhu permukaan di stasiun 13 diduga dipengaruhi oleh

posisi stasiun yang berada tepat didepan dermaga Cirebon yang merupakan alur

lalu lintas kapal menuju dan keluar dari dermaga.

Gambar 4. Grafik suhu permukaan dari setiap stasiun di Cirebon

Page 16: LAPORAN AKHIR TAHUNAN KEGIATAN PENELITIAN ...oseanografi.lipi.go.id/laporan/HIKMAH_LAPORAN AKHIR...1. Latar Belakang Ledakan populasi (blooming) fitoplankton, seringkali dikaitkan

9

Kepulauan Pangkajene

Lokasi kajian di perairan Kepulauan Pangkajene merupakan lokasi kajian yang

terletak di antara gugusan pulau pulau kecil Kepulauan Pangkajene dengan pulau

Sulawesi bagian selatan. Selain adanya pulau pulau kecil, lokasi penelitian juga

dipengaruhi inputan dari setidaknya 8 sungai yang bermuara di perairan Kepulauan

Pangkajene dan adanya aktifitas pelabuhan di 2 dermaga yaitu dermaga Semen

Tonasa dan dermaga penumpang Baccini Baji (gambar 2).

Hasil pengukuran salinitas lapangan menunjukkan variasi nilai salinitas dari 29 ppt

sampai dengan 32 ppt. Stasiun PK 1 dan PK 2 merupakan stasiun dengan nilai

salinitas tertinggi yang terletak di antara pulau Sulawesi dan pulau Sabangko,

sedangkan untuk nilai salinitas terendah tercatat di 6 stasiun, yakni PK 6, 8, 9, 10, 14

dan 15.

Hasil pengukuran suhu permukaan menunjukkan variasi antara 29,6 oC sampai

dengan 31,9 oC dengan suhu tertinggi tercatat di stasiun PK 21 dan suhu terendah

tercatat di stasiun PK 15 (Gambar 6). Sementara dari pengukuran oksigen terlarut

didapatkan variasi nilai dari 4,29 mg/L sampai dengan 6,29 mg/L dengan nilai

tertinggi tercatat di stasiun PK 5 dan nilai terendah tercatat di stasiun PK 9 (Gambar

5).

Gambar 5. Grafik oksigen terlarut dari setiap stasiun di Kepulauan Pangkajene

Page 17: LAPORAN AKHIR TAHUNAN KEGIATAN PENELITIAN ...oseanografi.lipi.go.id/laporan/HIKMAH_LAPORAN AKHIR...1. Latar Belakang Ledakan populasi (blooming) fitoplankton, seringkali dikaitkan

10

Gambar 6. Grafik suhu permukaan dari setiap stasiun di Kepulauan Pangkajene

2. Diversitas Kista

Gambar 7. Kista dinoflagellata dalam sedimen di Cirebon

Kista dinoflagellate dalam sedimen di Cirebon (Premiliminary results) dari 9 stasiun

penelitian diamati sebanyak empat stasiun sampling (on-going). Hasil pengamatan

menunjukkan beberapa kista dinoflagellata yang diduga merupakan kista

Page 18: LAPORAN AKHIR TAHUNAN KEGIATAN PENELITIAN ...oseanografi.lipi.go.id/laporan/HIKMAH_LAPORAN AKHIR...1. Latar Belakang Ledakan populasi (blooming) fitoplankton, seringkali dikaitkan

11

Alexandrium dan kista Pyrodinium (Gambar 7), namun hasil pengamatan ini butuh

verifikasi lebih lanjut melalui kultur kista di laboratorium untuk melihat bentuk

vegetatif sel dinoflagelatta tersebut. Verifikasi lain juga bisa dilakukan dengan

melakukan identifikasi secara molecular dengan ekstraksi DNA dan sequence DNA.

Gambar 8. Kista dinoflagellata dalam sedimen di Kepulauan Pangkajene

Kista dinoflagellata yang diamati dari sedimen Kepulauan Pangkajene didominasi

oleh kista yang diduga Pyrodinium, namun demikian ditemukan juga kista yang

diduga merupakan kista Alexandrium (Gambar 8). Hasil dari pengamatan ini juga

membutuhkan pengamatan lebih lanjut dari kultur kista dan identifikasi secara

molekular untuk mendapatkan hasil identifikasi yang lebih akurat. Selain

ditemukan kista (resting cysts) juga ditemukan kista yang diduga sudah aktif

kembali (germinated cysts) melalui cirri ciri kista yang terlihat kosong serta

ditemukan nya bentuk yang diduga mirip dengan archeopyle (Gambar 9)

Page 19: LAPORAN AKHIR TAHUNAN KEGIATAN PENELITIAN ...oseanografi.lipi.go.id/laporan/HIKMAH_LAPORAN AKHIR...1. Latar Belakang Ledakan populasi (blooming) fitoplankton, seringkali dikaitkan

12

Gambar 9. Empty cysts dari Cirebon (kiri) dan Kepulauan Pangkajene (kanan)

3. Karakteristik Sedimen Dasar

Di daerah penelitian di Cirebon, ukuran butiran yang paling banyak

didapatkan adalah lanau dan lempung, dengan penamaan berdasarkan persentase

lanau dan lempung antara lain lanau lempungan apabila lanau berjumlah diatas

70% dan lempung diatas 25% . Sedangkan Lempung lanauan, apabila lempung

lebih banyak daripada jumlah lanau ( table 1.)

Tabel 1. Ukuran butiran sedimen dasar di perairan Cirebon

No Stasiun Kerakal (%) Kerikil

(%) Pasir (%)

Lanau (%) Lempung

(%) 1 CR. 1 0,0000 0,0000 0,9706 73,4223 25,6071

2 CR. 2 0,0000 0,0346 1,1198 59,1738 39,6719

3 CR. 4 0,0000 0,0173 1,0311 77,2781 21,6736

4 CR. 5 0,6847 1,7045 2,0892 72,5344 22,9872

5 CR. 6 3,8597 2,5784 1,6879 81,3537 10,5203

6 CR. 7 0,0000 0,0000 0,5816 74,0786 25,3398

7 CR. 8 0,0352 0,0000 0,5650 86,0518 13,3481

8 CR. 10 29,9174 13,0348 37,6775 12,7217 6,6486

9 CR. 11 35,4862 8,0695 18,0814 26,8261 11,5368

10 CR. 13 0,4756 0,4379 2,3986 57,1440 39,5439

11 CR. 14 1,0373 0,4507 4,6864 72,6970 21,1286

12 CR. 15 1,7625 0,7293 1,7269 65,0374 30,7440

13 CR. 16 0,6546 2,2845 3,6905 77,3767 15,9937

14 CR. 17 2,9175 4,4098 4,4725 40,4460 47,7541

15 CR. 19 2,1418 0,9439 2,0539 58,3120 36,5483

16 CR. 20 1,1290 0,9124 2,1727 42,6154 53,1704

17 CR. 22 0,8867 0,7455 1,3631 66,0301 30,9747

18 CR. 23 0,1819 0,1572 0,9517 56,9471 41,7621

19 CR. 24 0,1391 0,5993 2,1579 62,2054 34,8983

20 CR. 25 0,1892 0,1604 1,5311 62,9401 35,1792

21 CR. 26 1,8334 1,5090 2,2011 33,6007 60,8559

archeopyle

archeopyle

Page 20: LAPORAN AKHIR TAHUNAN KEGIATAN PENELITIAN ...oseanografi.lipi.go.id/laporan/HIKMAH_LAPORAN AKHIR...1. Latar Belakang Ledakan populasi (blooming) fitoplankton, seringkali dikaitkan

13

Sementara di perairan Kepulauan Pangkajene, Tekstur Sedimen sedimen

dasar laut secara umum terdiri dari lempung dan lanau berwarna coklat kebijauan,

dengan sortasi baik hingga sedang (Gambar 10). Hasil pengukuran ukuran butiran

menunjukkan bahwa ukuran lanau mendominasi seluruh daerah yaitu antara 67-

91%. Ukuran lanau tertinggi di PK 6 sebanyak 91% dan yang terendah adalah 3,2%,

di st PK18, karena st PK 18 berukuran pasir. Nama sedimen Lanau apabila jumlah

lanau lebih dari 75%, sedangkan nama lanau lempungan bila jumlah lempung lebih

dari 25% dan lanau 60-70%. Lanau lempungan antara lain ditemukan di PK3, 4, 5,

7, 15, 19 dan 20. Sedangkan pasir hanya di st PK 16 dan 18. Selebihnya adalah

lanau. Ukuran dan nama sedimen Selengkapnya disajikan dalam tabel 2.

Gambar 10. Karakter sedimen dasar laut di PK 11

Tabel 2. Ukuran butiran di sedimen Kepulauan Pangkajene 2017

No Stasiun Kerakal

(%)

Kerikil

(%)

Pasir

(%)

Lanau

(%)

Lempung

(%)

Nama

Sedimen

1 PK. 1 6,3151 1,0144 4,6501 69,8312 18,1892 Lanau

lempungan

2 PK. 2 0,0000 0,0604 1,1835 80,4141 18,3420 Lanau

3 PK. 3 0,0000 0,0817 3,5858 65,7093 30,6231 Lanau

lempungan

4 PK. 4 0,0000 0,0000 1,2451 69,6564 29,0985 Lanau

lempungan

5 PK. 5 0,1617 0,1432 1,6428 69,9738 28,0785 Lanau

lempungan

6 PK. 6 0,0000 0,0000 1,3644 91,0869 7,5487 Lanau

7 PK. 7 0,0000 0,0000 1,3527 70,0023 28,6450 Lanau

Page 21: LAPORAN AKHIR TAHUNAN KEGIATAN PENELITIAN ...oseanografi.lipi.go.id/laporan/HIKMAH_LAPORAN AKHIR...1. Latar Belakang Ledakan populasi (blooming) fitoplankton, seringkali dikaitkan

14

lempungan

8 PK. 8 0,0000 0,0000 3,6346 91,0727 5,2928 Lanau

9 PK. 9 0,0000 0,0811 1,8513 78,3949 19,6728 Lanau

10 PK. 10 0,0000 0,0000 6,2693 85,3577 8,3731 Lanau

11 PK. 11 0,0000 0,0000 1,5500 83,7569 14,6931 Lanau

12 PK. 12 0,1335 0,3485 1,9778 78,0466 19,4937 Lanau

13 PK. 13 0,0000 0,0158 6,3103 82,8411 10,8329 Lanau

14 PK. 14 0,0000 0,0172 1,6017 77,8324 20,5487 Lanau

15 PK. 15 0,0000 0,0605 1,5920 72,8330 25,5145 Lanau

lempungan

16 PK. 16 0,5259 0,0255 92,9274 3,6411 2,8801 Pasir

17 PK. 17 0,0000 0,0349 2,2611 76,7360 20,9681 Lanau

18 PK. 18 0,2482 0,0044 93,7978 3,2266 2,7230 Pasir

19 PK. 19 0,0000 0,5917 4,7993 67,1482 27,4607 Lanau

lempungan

20 PK. 20 0,0000 0,3658 3,6353 70,9767 25,0223 Lanau

lempungan

21 PK. 21 0,0000 0,0202 5,4315 83,2413 11,3071 Lanau

22 PK. 22 0,1313 0,0509 1,3948 78,3258 20,0972 Lanau

Page 22: LAPORAN AKHIR TAHUNAN KEGIATAN PENELITIAN ...oseanografi.lipi.go.id/laporan/HIKMAH_LAPORAN AKHIR...1. Latar Belakang Ledakan populasi (blooming) fitoplankton, seringkali dikaitkan

15

KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan

- Kualitas perairan pesisir Cirebon dan Kepulauan Pangkajene terpengaruh oleh

aktivitas manusia, seperti limbah perkotaan/pemukiman warga melalui air

sungai, dan aktifitas pelabuhan dan lalu lintas kapal

- Densitas dan diversitas kista dinoflagellata sedang, namun sebagian besar

belum teridentifikasi (on-going).

- Hasil identifikasi kista (sementara) ditemukan kista dinoflagellata yang diduga

merupakan Alexandrium dan Pyrodinium dalam sedimen yang diambil dari area

penelitian.

- Identifikasi pasti hanya bisa dilakukan dengan kultur (germinasi) dan analisis

molekuler (ribotyping)

- Kista kemungkinan besar didapatkan dari sedimen halus seperti lanau atau

lumpur

- Daerah penelitian di perairan Cirebon umumnya memiliki ukuran butiran halus

yaitu lanau dan lempung

- Perairan Pangkep sebagian besar tersusun atas sedimen berukuran lanau dan

lanau lempungan.

- Hasil sampel air di Kepulauan Pangkajene hanya ditemukan Alexandirum di

beberapa stasiun.

2. Saran

- Aktivitas di laboratorium seperti kultur kista perlu dilanjutkan untuk

menumbuhkan kista dinoflagellata yang selama ini masih dorman.

- Diperlukan metode dan bahan kultur yang disesuaikan dengan kondisi lapangan

untuk memecahkan dormansi kista yang didapat dari sedimen.

- Dinoflagellata yang didapat dari kultur kista akan digunakan untuk keperluan

analisa molekular.

Page 23: LAPORAN AKHIR TAHUNAN KEGIATAN PENELITIAN ...oseanografi.lipi.go.id/laporan/HIKMAH_LAPORAN AKHIR...1. Latar Belakang Ledakan populasi (blooming) fitoplankton, seringkali dikaitkan

16

REKAPITULASI PENGGUNAAN DANA

(PERIODE 1 FEBRUARI-30 NOVEMBER 2017)

NO. JENIS BELANJA PAGU

ANGGARAN

DAYA SERAP SISA

JUMLAH % JUMLAH %

01 Honorarium penunjang

penelitian/perekayasa

- - - - -

02 Honorarium kegiatan

seminar/rakor/sosialisasi/dis

eminasi/FGD/kegiatan sejenis

- - - - -

03 Belanja Bahan (habis pakai) Rp. 50.000.000 Rp. 50.000.000 100 - 0

04 Belanja Barang Non

Operasional

Rp. 4.500.000 Rp. 0 0 Rp. 4.500.000 100

05 Belanja perjalanan Rp. 120.000.000 Rp.120.000.00

0

100 - 0

06 Belanja Sewa Rp. 25.500.000 Rp. 25.500.000 100 - 0

07 Kegiatan rapat/pertemuan di

luar kantor (dalam/luar kota)

- - - - -

08 Peralatan dan Mesin (rancang

bangun)

- - - - -

JUMLAH SELURUHNYA

Page 24: LAPORAN AKHIR TAHUNAN KEGIATAN PENELITIAN ...oseanografi.lipi.go.id/laporan/HIKMAH_LAPORAN AKHIR...1. Latar Belakang Ledakan populasi (blooming) fitoplankton, seringkali dikaitkan

17

DAFTAR PUSTAKA

Al-Yamani, F. Y., and M. A. Saburova. 2010. Illustrated Gide on the flagellates: Kuwait’s

intertidal soft sediments. Kuwait Institute for Scientific Research. Kuwait. 197

pp.

Blanco, J. 1986. Separacion de quistes de dinoflagelados en gradiante de densidad.

Oceanography (3): 181-184.

Davis, CC. 1955. The marine and freshwater plankton. Michigan State University Press.

USA. 426 pp.

Elder, L and M. Elbrachter. 2010. The utermohl method for quantitative phytoplankton

analysis. In Karlson, B., C. Cusack and E. Bresnan (Eds.). Microscopic and

molecular methods for quantitative phytoplankton analysis. Intergovernmental

Oceanograpic Commission, United Nations Educational, Scientific and Cultural

Organization. Spain. pp. 13-15.

Genovesi, B., M. Laabir, E. Masseret, Y. Collos, A. Vaquer, and G. Grzebyk. 2009. Dormancy

and germination features in testing cysts of Alexandrium tamarense spesies

complex (Dinophyceae) can facilitate bloom formation in a shallow lagoon

(Thau, southern France). J. Plankton. Res. 10 (31): 1209-1224.

Glibert, P. M., D. M. Anderson, P. Gentien, E. Graneli, and K. G. Sellner. 2005. The global,

complex phenomena of harmful agal blooms. Oceanography 18 (2): 136-147.

Goyoso, A. M. 2001. Observation on Alexandrium tamarense (Lebour) Balech and other

dinoflagellate populations in Golfo Nuevo, Patagonia (Argentina). J. Plankton

Res. 5 (23): 463-468.

Harrison, P. J., R. E. Waters, and F. J. R. Taylor. 1980. A Broad spectrum artificial seawater

medium for coastal and open ocean phytoplankton. J. Phycol. (16): 28-35.

Hoagland, P and S. Scatasta. 2006. The economic effects of harmful algal blooms.

Ecological Studies,Vol. 189. E. Graneli and J. T.Turner (Eds.). Ecology of Harmful

Algae. Springer-Verlag, Berlin, Heidelberg.

Iwataki, M., H. Kawami, K. Mizushima, C. M. Mikulski, G. J. Doucette, J. R. Relox Jr., A.

Anton, Y. Fukuyo, and K. Matsuoka. 2008. Phylogenetic relationships in the

harmful dinoflagellate Cochlodinium polykrikoides (Gymnodiniales,

Dinophyceae) inferred from LSU rDNA sequences. Harmful Algae (7): 271-277.

Leaw, C. P., P. T. Lim, B. K. Ng, M. Y. Cheah, A. Ahmad, and G. Usup. 2005. Phylogenetic

analysis of Alexandrium species and Pyrodinium bahamense (Dinophyceae)

based on theca morphology and nuclear ribosomal gene sequence. Phycologia

44 (5): 550-565.

Mizushima, K., K. Matsuoka, and Y. Fukuyo. 2007. Vertical distribution of Pyrodinium

bahamense var. compressum (Dinophyceae) cysts in Ambon Bay and Hurun Bay,

Indonesia. Plankton Benthos Res. 2 (4): 163-174.

Page 25: LAPORAN AKHIR TAHUNAN KEGIATAN PENELITIAN ...oseanografi.lipi.go.id/laporan/HIKMAH_LAPORAN AKHIR...1. Latar Belakang Ledakan populasi (blooming) fitoplankton, seringkali dikaitkan

18

Omura, T., M. Iwataki, V. M. Borja, H. Takayama & Y. Fukuyo. 2012. Marine Phytoplankton

of the Western Pacific. Kouseisha Kouseikaku Co., Ltd. Japan. 160 pp.

Praseno, D.P., Y. Fukuyo, R. Widiarti, and Sugestiningsih. 2004. Red tide occurrence in

Indonesian waters and the need to establish a monitoring system.

Praseno, D. P. and Sugestiningsih. 2000. Retaid di perairan Indonesia. Pusat Penelitian

dan Pengembangan Oseanologi. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. 83 pp.

Rene, A., E. Garces, and J. Camp. 2013. Phylogenetic relationships of Cochlodinium

polykrikoides Margalef (Gymnodiniales, Dinophyceae) from the Mediterranean

Sea and the implications of its global biogeography. Harmful Algae (25): 39-46.

Scholin, C. A., M. Herzog, M. Sogin, and D. M. Anderson. 1994. Indentification of the group

and strain specific genetic markers for globally distributed Alexandrium

(Dinophyceae). II. Sequence analysis of a fragment of The LSU rRNA gene. J.

Phycol. (34): 472-485.

Shirota, A. 1966. The plankton of South Vietnam: Freshwater and marine plankton. Over

Tech Coop. Agent. Japan. 419 pp.

Sidabutar, T. 2007. Keberadaan spesies toksik “Harmful Algal Bloom” di Perairan Teluk

Hurun Lampung. Jurnal Lingkungan Tropis, vol. 1, no. 1: 41-49.

Sidharta, Boy Rahardjo. "The current status of research on harmful algal bloom (HAB) in

Indonesia." Journal of Coastal Development 8.2 (2013): 75-88.

Tomas, C. R. 1997. Identifying Marine Phytoplankton. Academic Press. USA. 858 pp.

Usup, G., A. Ahmad, K. Matsuoka, P. T. Lim, and C. P. Leaw. 2012. Biology, ecoogy, and

bloom dynamics of the toxic marine dinoflagellate Pyrodinium bahamense.

Harmful Algae (14): 301-312.

Wiadnyana, N. N. And T. Sidabutar. 1997. Monitoring of harmful dinoflagellates in the

East Indonesian waters.In: Vigers, G., K. S. Ong, C. McPherson, N. Milson, I.

Watson and A. Tang (eds). ASEAN Marine Environmental Management.

Proceedings of the ASEAN-Canada Technical Conference on Marine Science (24-

28 June 1996), Penang, Malaysia. EVS Environmental Consultant, North

Vancouver and Department of Fisheries.

Wickstead, JH. 1976. The Institute of Biology’s studies in biology no. 62: Marine

zooplankton. Edward Arnold Publisher Ltd. pp 22-24.

Widiarti, R. 2000. Pola Suksesi Organisme Penyebab Red Tide, Pyrodinium bahamense

plate, di Teluk Hurun, Lampung Selatan. Tesis (tidak dipublikasikan). Fakultas

Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Yamaji, I. 1966. Illustration of the marine plankton of Japan. Houkusho. Japan. 369

pp.

Page 26: LAPORAN AKHIR TAHUNAN KEGIATAN PENELITIAN ...oseanografi.lipi.go.id/laporan/HIKMAH_LAPORAN AKHIR...1. Latar Belakang Ledakan populasi (blooming) fitoplankton, seringkali dikaitkan

19

LAMPIRAN

Data dan analisis data

Tabel analisa ekstraksi kista

No Code Location Date of

collection Date of

extraction

Weight of wet

sediment (grams)

Elution volume

(mL)

Thickness of intermediate zone (Cyst)

Isolator Total volume (mL)

1 CRB-6 Cirebon 26-Apr-17 20-Jul-17 6 20 + Ridho 20

2 PK-18 Makasar 16-May-17 01-Aug-17 6 20 + Ridho 20

3 CRB-5 Cirebon 26-Apr-17 13-Jul-17 6 20 ++ Ridho 20

4 CRB-24 Cirebon 27-Apr-17 17-Jul-17 6 20 ++ Ridho 20

5 CRB-23 Cirebon 27-Apr-17 18-Jul-17 6 20 ++ Ridho 20

6 CRB-2 Cirebon 26-Apr-17 20-Jul-17 6 20 ++ Ridho 20

7 CRB-14 Cirebon 26-Apr-17 18-Jul-17 6 20 ++ Ridho 20

8 PK-12 Makasar 15-May-17 02-Aug-17 6 20 ++ Ridho 20

9 PK-20 Makasar 16-May-17 27-Jul-17 6 20 ++ Ridho 20

10 PK-4 Makasar 15-May-17 08-Aug-17 6 20 ++ Ridho 20

11 PK-5 Makasar 15-May-17 08-Aug-17 6 20 ++ Ridho 20

12 PK-9 Makasar 15-May-17 07-Aug-17 6 20 ++ Ridho 20

13 CRB-13 Cirebon 26-Apr-17 26-May-17 6 20 +++ Ridho 20

14 PK-11 Makasar 15-May-17 04-Aug-17 6 20 +++ Ridho 20

15 PK-3 Makasar 15-May-17 02-Aug-17 6 20 +++ Ridho 20

16 CRB-22 Cirebon 27-Apr-17 17-Jul-17 6 20 ++++ Ridho 20

17 CRB-15 Cirebon 26-Apr-17 26-May-17 6 20 ++++ Ridho 20

18 CRB-4 Cirebon 26-Apr-17 13-Jul-17 6 20 +++++ Ridho 20

19 PK-10 Makasar 15-May-17 04-Aug-17 6 20 +++++ Ridho 20

20 PK-19 Makasar 16-May-17 27-Jul-17 6 20 +++++ Ridho 20

Page 27: LAPORAN AKHIR TAHUNAN KEGIATAN PENELITIAN ...oseanografi.lipi.go.id/laporan/HIKMAH_LAPORAN AKHIR...1. Latar Belakang Ledakan populasi (blooming) fitoplankton, seringkali dikaitkan

20

Rencana kerja tahun berikutnya (2018)

No Kegiatan Bulan

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

1 Identifikasi dan Cacah kista

Dinoflagellata (lanjutan)

2 Isolasi kista dari sedimen dasar

3 Kultur kista

4 Analisa Genetika Dinoflagellata

Page 28: LAPORAN AKHIR TAHUNAN KEGIATAN PENELITIAN ...oseanografi.lipi.go.id/laporan/HIKMAH_LAPORAN AKHIR...1. Latar Belakang Ledakan populasi (blooming) fitoplankton, seringkali dikaitkan

21

Dokumentasi Kegiatan

DOKUMENTASI KEGIATAN ( CIREBON )

DOKUMENTASI KEGIATAN ( Pangkep )