70
V - 1 A. KAJIAN LINGKUNGAN FISIK 1. KLIMATOLOGI Kota Makassar beriklim tropis karena wilayah ini dipengaruhi monsoon barat dan pola curah hujan ekuatorial karena letak geografisnya di dekat ekuator. Suhu rata-rata sepanjang tahun 2008 berkisar antara 26,60°C -28,90 °C. Suhu udara maksimum berkisar antara 29,80°C 32,90°C dan suhu udara minimum berkisar antara 23,60°C 25,30°C. Kelembapan udara rata- rata wilayah Kota Makassar berdasarkan data tahun 2008 adalah 81,5%,dengan persentase penyinaran matahari di Kota Makassar berkisar antara 25,5% - 87,5%, dengan rata-rata penyinaran sekitar 61,02%. a. Curah hujan Berdasarkan analisis data curah hujan dari Stasiun BMG Paotere, curah hujan rata-rata bulanan terjadi di musim hujan dan musim kemarau. Musim hujan dengan curah hujan rata-rata bulanan lebih besar dari 200 mm terjadi pada bulan Desember sampai April. Musim kemarau dengan curah hujan rata-rata bulanan lebih kecil dari 200 mm terjadi pada bulan Mei sampai November. Besar curah hujan rata-rata bulanan berkisar antara 6 sampai 685 mm dengan curah hujan terendah terjadi pada bulan September dan tertinggi pada bulan Februari. Variasi curah hujan rata-rata bulanan dapat dilihat pada Tabel 5-1. Tahun Bulan Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nop Des 1997 529 846 193 189 21 4 14 0 0 0 25 176 1998 167 110 240 220 87 23 257 110 56 174 684 862 1999 1277 994 433 580 140 76 31 6 12 126 225 836 2000 823 778 1114 338 337 37 180 67 0 47 84 303 2001 445 893 813 687 163 11 92 0 0 6 20 550 2002 1042 813 435 617 139 87 31 2 0 0 1.5 97 2003 492 695 534 157 110 147 5 15 0 7 20 104 2004 928 618 690 624 54 59 33 0 0 0 24 129 2005 531 718 235 200 139 6 2 35 0 0 165 225 2006 398 587 649 353 265 26 137 1 0 0 0 20 2007 694 486 283 197 36 130 4 3 0 16 215 869 Rata 666 685 511 378 136 55 71 22 6 34 133 379 LAPORAN AKHIR BAB V. KAJIAN LINGKUNGAN WILAYAH KOTA MAKASSAR Tabel 5-1 Data Curah Hujan Rata-Rata Bulanan Sumber: Badan Metereologi dan Geofisika Wilayah IV, Makassar, 2008

Laporan Akhir_Bab 5_Kajian Lingkungan WKM

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Laporan Akhir_Bab 5_Kajian Lingkungan WKM

V - 1

A. KAJIAN LINGKUNGAN FISIK

1. KLIMATOLOGI

Kota Makassar beriklim tropis karena wilayah ini

dipengaruhi monsoon barat dan pola curah hujan

ekuatorial karena letak geografisnya di dekat ekuator.

Suhu rata-rata sepanjang tahun 2008 berkisar antara

26,60°C -28,90 °C. Suhu udara maksimum berkisar

antara 29,80°C – 32,90°C dan suhu udara minimum berkisar antara 23,60°C – 25,30°C. Kelembapan udara rata-

rata wilayah Kota Makassar berdasarkan data tahun 2008 adalah 81,5%,dengan persentase penyinaran matahari di

Kota Makassar berkisar antara 25,5% - 87,5%, dengan rata-rata penyinaran sekitar 61,02%.

a. Curah hujan

Berdasarkan analisis data curah hujan dari Stasiun BMG Paotere, curah hujan rata-rata bulanan terjadi di musim

hujan dan musim kemarau. Musim hujan dengan curah hujan rata-rata bulanan lebih besar dari 200 mm terjadi

pada bulan Desember sampai April. Musim kemarau dengan curah hujan rata-rata bulanan lebih kecil dari 200

mm terjadi pada bulan Mei sampai November. Besar curah hujan rata-rata bulanan berkisar antara 6 sampai 685

mm dengan curah hujan terendah terjadi pada bulan September dan tertinggi pada bulan Februari. Variasi curah

hujan rata-rata bulanan dapat dilihat pada Tabel 5-1.

Tahun Bulan

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nop Des

1997 529 846 193 189 21 4 14 0 0 0 25 176

1998 167 110 240 220 87 23 257 110 56 174 684 862

1999 1277 994 433 580 140 76 31 6 12 126 225 836

2000 823 778 1114 338 337 37 180 67 0 47 84 303

2001 445 893 813 687 163 11 92 0 0 6 20 550

2002 1042 813 435 617 139 87 31 2 0 0 1.5 97

2003 492 695 534 157 110 147 5 15 0 7 20 104

2004 928 618 690 624 54 59 33 0 0 0 24 129

2005 531 718 235 200 139 6 2 35 0 0 165 225

2006 398 587 649 353 265 26 137 1 0 0 0 20

2007 694 486 283 197 36 130 4 3 0 16 215 869

Rata 666 685 511 378 136 55 71 22 6 34 133 379

LAPORAN AKHIR

BAB V. KAJIAN LINGKUNGAN

WILAYAH KOTA MAKASSAR

Tabel 5-1 Data Curah Hujan Rata-Rata Bulanan

Sumber: Badan Metereologi dan Geofisika Wilayah IV, Makassar, 2008

Page 2: Laporan Akhir_Bab 5_Kajian Lingkungan WKM

V - 2

b. Hari Hujan

Berdasarkan data rata-rata hari hujan dari Stasiun BMG, jumlah hari hujan yang terjadi sepanjang tahun 2008

berlangsung selama 197 hari. Rata-rata hari hujan adalah 1 sampai 29 hari hujan, bulan yang mempunyai hari

hujan yang terendah adalah September, sedangkan yang tertinggi adalah pada bulan Februari (lihat tabel 5-2)

Tabel 5-2 Jumlah Hari Hujan dirinci Menurut Bulan pada Stasiun Maritim Paotere Makassar

Bulan Jumlah Hujan (hari) Januari 27

Februari 29

Maret 22

April 16

Mei 7

Juni 8

Juli 10

Agustus 8

September 4

Oktober 13

Nopember 26

Desember 27

Sumber Makassar dalam Angka Tahun 2008

c. Intensitas Hujan

Berdasarkan analisis frekuensi untuk mendapatkan curah hujan rancangan periode ulang 2, 5, 10, dan 25 tahun

menggunakan metode Gumbel dan pendekatan Mononobe diperoleh hasil perhitungan intensitas hujan

ditunjukkan pada Tabel 5-3 dan pada Gambar 5-1 diperlihatkan hubungan antara intensitas dan durasi hujan.

Tabel 5-3 Hasil perhitungan Intensitas Hujan

tc I2 I5 I10 I25

menit Jam (mm/jam) (mm/jam) (mm/jam) (mm/jam)

5 0.0833 349.46 497.38 595.30 719.05

10 0.1667 220.15 313.33 375.01 452.98

15 0.2500 168.00 239.11 286.19 345.69

20 0.3333 138.68 197.38 236.24 285.36

30 0.5000 105.84 150.63 180.29 217.77

40 0.6667 87.37 124.34 148.82 179.76

50 0.8333 75.29 107.16 128.25 154.92

60 1.0000 66.67 94.89 113.57 137.19

75 1.2500 57.46 81.78 97.88 118.22

90 1.5000 50.88 72.42 86.67 104.69

105 1.7500 45.91 65.34 78.21 94.47

120 2.0000 42.00 59.78 71.55 86.42

150 2.5000 36.20 51.52 61.66 74.48

180 3.0000 32.05 45.62 54.60 65.95

Sumber: Hasil Perhitungan Penyusunan Studi AMDAL

Page 3: Laporan Akhir_Bab 5_Kajian Lingkungan WKM

V - 3

Gambar 5-1 Curva Intensitas – Durasi Hujan, 2008

Intensitas hujan mengalami kenaikan seiring dengan bertambahnya waktu (durasi hujan dari 2 – 25 tahun).

Intensitas hujan maksimum sebesar 719,05 mm/jam dan intensitas hujan minimum sebesar 32,05. Berdasarkan

data-data klimatologi di atas maka Kota Makassar masuk dalam kriteria hujan lebat karena intensitas hujan lebih

besar dari 20 mm/jam. Indikasi ini menunjukkan bahwa Kota Makassar diprediksi menjadi daerah rawan banjir di

tahun yang akan datang. Tingginya intensitas curah hujan yang terjadi lebih disebabkan karena tingginya

evaporasi yang terjadi.

Selain dari faktor curah hujan dan intensitasnya, kondisi bentang alamnya yang diklasifikasikan datar hingga

miring landai (0 – 21 m) serta berada dekat dengan kawasan pantai dan sebagai tempat muara 2 sungai besar

(Sungai Jeneberang dan Sungai Tallo) dan kondisi baik buruknya sistem drainase kota (seperti kanal) juga

berpengaruh terhadap terbentuknya genangan air dan potensi banjir. Tingginya curah hujan yang terjadi dapat

mempengaruhi aliran drainase kota, dimana volume tampungan aliran tidak sesuai dengan volume hujan yang

turun. Adanya fenomena La Nina yang terjadi juga dapat menjadi salah satu faktor terjadinya banjir, Fenomena La

Nina dapat mengakibatkan besarnya curah hujan yang turun terjadi diatas rata-rata dan volumenya tidak merata

dengan jumlah hari hujan, sehingga mampu meningkatkan debit aliran drainase hingga ke aliran sungai,

Fenomena La Nina terhadap cuaca di Indonesia dapat dilihat pada Gambar 5-2.

Gambar 5-2 Fenomena La Nina Terhadap Cuaca di Indonesia

Curva Intensitas - durasi

0

100

200

300

400

500

600

700

800

0 30 60 90 120 150 180 210

t (menit)

I (m

m/ja

m)

I2

I5

I10

I25

Page 4: Laporan Akhir_Bab 5_Kajian Lingkungan WKM

V - 4

2. TOPOGRAFI

Secara topografi Kota Makassar dicirikan dengan keadaan dan kondisi sebagai berikut: tanah relatif datar,

bergelombang, dan berbukit serta berada pada ketinggian 0-25 meter diatas permukaan laut (dpl) dengan tingkat

kemiringan lereng (elevasi) 0-15%. Sementara itu, dilihat dari klasifikasi kelerengannya, sebagian besar berada

pada kemiringan 0-8%.

Tabel 5-4 .Peta Kemiringan Makassar, 2007

KODE WIL.

KECAMATAN BUJUR LINTANG TINGGI DPL (M)

(1) (2) (3) (4) (5)

010 MARISO 5º9’59‖ 119º24’30‖ 1 – 4

020 MAMAJANG 5º9’05‖ 119º25’04‖ 1 – 5

030 TAMALATE 5º10’30‖ 119º24’28‖ 1 – 6

031 RAPPOCINI 5º11’20‖ 119º26’30‖ 2 – 6

040 MAKASSAR 5º8’40‖ 119º25’25‖ 1 – 4

050 UJUNG PANDANG 5º8’15‖ 119º24’27‖ 1 – 3

060 WAJO 5º7’45‖ 119º24’40‖ 1 – 4

070 BONTOALA 5º7’54‖ 119º25’24‖ 1 – 4

080 UJUNG TANAH 5º7’47‖ 119º25’23‖ 1 – 4

090 TALLO 5º7’16‖ 119º26’10‖ 1 – 3

100 PANAKKUKANG 5º9’40‖ 119º27’35‖ 1- 13

101 MANGGALA 5º10’03‖ 119º29’29‖ 2 – 22

110 BIRINGKANAYA 5º4’50‖ 119º30’10‖ 1 – 19

111 TAMALANREA 5º8’25‖ 119º29’31‖ 1- 22

Sumber: Badan Pertanahan, 2008

Berdasarkan tabel 5-4 menunjukkan bahwa sebagian besar kawasan kecamatan Kota Makassar berelief datar.

Beberapa kawasan tersebut, yaitu: kecamatan Mariso, ujung pandang, Tallo dll. Kondisi kawasan seperti ini

terancam rawan banjir akibat luapan kanal pada saat hujan rata-rata maksimum 200 mm/jam. Akan tetapi wilayah

dengan topografi relative datar berpotensi sebagai kawasan pemukiman, usaha ataupun industri. Kawasan

pemukiman dilakukan secara vertical bagi kawasan/kecamatan perkotaan, dimana kawasan tersebut memiliki lahan

yang relative terbatas. Begitu juga sebaliknya, dilakukan pembangungan secara horizontal bagi kawasan yang

memiliki lahan kosong masih relative luas. Selain itu, dapat juga dilakukan pengembangan kawasan usaha/industry

sesuai dengan potensi dari tiap kawasan tersebut, yakni dengan memiliki tingkat aksesbilitas yang tinggi dan

potensial alam yang dimilikinya.

Gambar 5-3 Peta Geomorfologi Kota Makassar, 2008

Page 5: Laporan Akhir_Bab 5_Kajian Lingkungan WKM

V - 5

Berdasarkan Gambar 5-3 menunjukkan bahwa keadaan geomorfologi Kota Makassar dicirikan dengan daratan

bergelombang miring denudasial dan pedataran flufial.

Dari hasil penelitian yang ada menunjukkan bahwa untuk kondisi ruang seperti ini Kota Makassar sangat berpotensi

untuk pengembangan kegiatan permukiman, perdagangan, jasa, industri, rekreasi, pelabuhan laut dan fasilitas

penunjang lainnya. Melihat kondisi real makassar saat ini, daerah yang cenderung relatif datar akan memungkinkan

untuk terjadi genagan air atau banjir akibat meluapnya air permukaan pada saat musim hujan. Air akan terakumulasi

di daerah dengan relief lebih rendah.

3. GEOLOGI

a. Geologi Umum

Berdasarkan gambar peta di atas menunjukkan bahwa kondisi geologi umum Kota Makassar disusun atas 3 satuan

batuan:

1) Satuan Aluvial

Satuan batuan alluvial mendominasi seluruh wilayah kota dengan luas 11.693,83 ha yang penyebaran di sekitar

daratan sampai ke pantai. Daerah yang mengandung kandungan alluvial cocok untuk pengembangan daerah

pertanian. Hal ini karena alluvial banyak mengandung mineral dan miskin basa sehingga alluvial merupakan jenis

tanah yang sangat subur. Di Makassar jenis tanah tersebut tersebar disekitar kecamatan Mariso, Tamalate,

Wajo, Tamalanrea, Ujung Tanah dan lainnya.

2) Satuan Basal

Satuan batuan basal terdapat di Kota Makassar hanya terdapat di dua wilayah kecamatan yaitu Kecamatan

Tamalanrea dengan luas 3,201 ha dan di Kecamatan Biringkanaya dengan luas 25,027 ha.

3) Satuan Tufa dan Breksi

Satuan tufa dan breksi terdapat di Kecamatan Biringkanaya, Tamalanrea, Panakukang dan Kecamatan

Manggala. Sedangkan Stratigrafi berupa endapan alluvium, rawa dan pantai. Di bawahnya terdapat batuan

gunung api Lompobatang (QW), sedangkan batuan tertua adalah batuan sedimen flysch kapur atas yang

dipetakan sebagai formasi Marada (Km). Batuan gunung api Lompobatang tersusun atas konglomerat, lava,

breksi, endapan lahar dan tufa.

Gambar 5-4 Peta Geologi Kota Makassar, 2008

Page 6: Laporan Akhir_Bab 5_Kajian Lingkungan WKM

V - 6

b. Geologi wilayah

Karakteristik litologi Kota Makassar dibagi menjadi beberapa bagian antara lain:

a) Daerah Aliran Sungai Jeneberang

Bagian hulu daerah aliran Sungai Jeneberang disusun oleh batuan gunung api yang terdiri dari aglonmerat,

breksi, lava, endapan lahar dan tufa. Batuan gunungapi tersebut termasuk dalam batuan gunung api Battrape-

Cindako dan batuan gunung api Lompobattang. Beberapa diantara batuan gunung api tersebut tidak mengalami

kompaksi yang sempurna, sehingga sangat mudah mengalami longosoran dan erosi.

Bagian tengah daerah aliran Sungai Jeneberang, selain batuan gunungapi, dijumpai juga batuan sedimen laut

dari formasi Camba yang terdiri dari batupasir, batulempung, napal, batu gamping, konglomerat dan breksi

gunung api.

Bagian hilir Sungai Jeneberang tersusun atas endapan fluvial yang terdiri dari kerikil, pasir, lempung, lumpur dan

batu gamping koral. Batuan yang menyusun daerah perairan pantai di sekitar muara Sungai Jeneberang sebagai

endapan aluvial pantai terdiri dari pasir, lempung dan lumpur.

Dalam pengolahannya endapan berupa pasir tersebut dapat dimanfaatkan masyarakat sebagai material

campuran dalam pembuatan konstruksi bangunan.

b) Daerah Pantai Kota Makassar

Batuan alas yang menyusun pada Pantai Kota Makassar berasal dari formasi Camba yang berumur miosen

tengah sampai miosen akhir, batuan alas ini terdiri dari satuan batupasir, batu lempung, tufa dan breksi.

Bagian atas batuan alas yang berbentuk cekungan diisi oleh endapan pasir kasar dari Sungai Jeneberang dan

endapan pasir halus dari Sungai Tallo. Sedangkan di sepanjang daerah pantai, ditemukan pasir berbutir kasar

dan halus yang berwarna abu abu hingga kehitaman.

c. Geologi Permukaan

Berdasarkan peta jenis tanah menunjukkan bahwa secara geologi Makassar tersusun oleh jenis tanah inceptisol dan

ultisol, Jenis tanah inceptisol dominan berada di bagian barat dan selatan Kota Makassar. Jenis tanah ini terdiri dari

tanah alluvial, andosol, regosol dan gleihumus. Daerah bagian barat dan selatan berpotensi untuk pengembangan

pemukiman, bisnis dan pariwisata. Hal ini disebabkan karena jenis tanah inceptisol memiliki tingkat porositas yang

rendah dan permeabilitas yang tinggi sehingga kemungkinan terjadinya erosi kecil bila dilihat dari segi

geologinya.Sebagai contoh, Kecamatan Mariso yang potensial sebagai kawasan pariwisata yang ditunjang dengan

adanya ‖land mark‖ Kota Makassar di daerah tersebut yaitu Pantai Losari.

Sebaliknya jenis tanah ultisol dominan berada di sebelah utara Kota Makassar. Jenis tanah ini termasuk didalamnya

podzolik merah kuning, latosol dan hidromorf kelabu. Daerah utara tidak cocok dijadikan sebagai kawasan

pertambakan karena jenis tanah ini banyak mengandung lapisan tanah liat dan bersifat asam serta miskin unsur

hara. Daerah ini lebih diarahkan pada pengembangan pemukiman. Hal ini ditunjang oleh masih luasnya areal yang

belum terbangun dan jumlah penduduknya masih sedikit sehingga tidak terjadi konsentrasi penduduk di pusat kota.

Bagian timur Kota Makassar jenis tanahnya merupakan kombinasi kedua jenis tanah. Pengembangan kawasan di

daerah ini lebih beragam mulai dari kawasan pendidikan, kawasan pemukiman hingga kawasan riset. Daerah ini juga

merupakan jalur lingkar baru Kota Makassar sehingga dapat mengurangi kemacetan dari pusat kota.

Page 7: Laporan Akhir_Bab 5_Kajian Lingkungan WKM

V - 7

4. HIDROLOGI

a. Air Permukaan

Pada dasarnya sistem aliran Kota Makassar di pengaruhi oleh dua faktor, yakni sistem aliran dari sungai

Jeneberang dan sungai Tello. Komponen DAS Kota Makassar pada umumnya sudah

beralih fungsi menjadi lahan pemukiman dan aktivitas manusia lainnya, akibatnya hujan

yang jatuh di DAS Kota Makassar menghasilkan genangan air. Air hujan yang jatuh

seharusnya teresap langsung ke dalam tanah dan mengalirkan airnya pada kantong-

kantong resapan sebelum masuk ke sungai atau laut, mengalami gangguan, sehingga

membentuk genangan banjir pada daerah yang mempunyai relief lebih rendah.

b. Kajian Kecenderungan DAS Jeneberang

Debit sungai jeneberang berkisar antara 238,8 – 1.152 m3/detik dengan debit rata-

rata tahunan sebesar 33,05 m3/detik. Debit aliran sungai ini mengalami penurunan

tiap tahunnya akibat meningkatnya derajat sebaran lumpur (sedimen) dari daerah

hulu. Dengan Panjang sungai 75,6 km dan debit 33,05 m3/detik kondisi sungai ini

masih relatif aman. Dalam artian bahwa kondisi sungai ini tetap stabil/aman jika

dalam pengelolaan dan pemeliharaan dam Bili-Bili dilakukan secara kontinyu. Jika stabilitas dam Bili-bili menurun

hingga secara teknis tidak mampu berfungsi dengan maksimal, hal ini akan memberikan pengaruh yang berbahaya

terhadap pedataran Kota Makassar. Karena penurunan stabilitas Dam ini akan menaikkan besarnya kecepatan

aliran debris. Kecepatan alir yang terlalu besar memungkinkan gaya gravitasi bumi sangat kuat yang dapat mengikis

permukaan tanah yang sampai akhirnya dapat menyebabkan longsor. Ancaman ini akan semakin besar dikarenakan

tekstur tanah yang tersusun dan tersebar di kawasan ini merupakan struktur tanah yang tidak terkompaksi secara

maksimal.

c. Kajian Kecenderungan DAS Tello

Debit aliran sungai Tello 143,07 liter/detik dengan panjang sungai 61,2 km. Sistem DAS Sungai Tallo penyebab

utama dalam pembentukan daerah rawan banjir Kota Makassar, sehingga apabila hujan datang dengan rata-rata

592,54 mm/bulan daerah Kota Makassar yang masuk dalam sisitem DAS ini akan membentuk banjir, terkhusus di

sekitar samping kiri dan kanan.

d. Air Tanah

Makassar sebagai kota bisnis dan daerah industri di wilayah indonesia Timur, membutuhkan ruang/wilayah yang

cukup besar untuk beroperasi, sehingga sering terjadi peralihan fungsi ruang. Laju industri dan bisnis yang cukup

pesat mengakibatkan tingkat Kebutuhan sumberdaya air terus meningkat, Meskipun sering tidak diimbangi oleh

siklus air yang relatif tetap. Perubahan lahan akibat tekanan aktifitas penduduk yang mengakibatkan perubahan

badan air yang terbentuk di daratan. Contoh nyata di berbagai wilayah pada saat musim hujan selalu/menjadi banjir,

sedangkan pada saat musim kemarau daerah yang sama mengalami kekeringan.

Perubahan ini mengakibatkan penduduk di beberapa wilayah seperti, daerah Tamalanrea, sering terjadi kekeringan

pada saat kemarau dan terjadi luapan muka air yang cukup signifikan akibat pengaruh hujan. Luapan muka air juga

disebabkan oleh adanya siklus pola aliran yang tidak tetap dan tidak terencana.

Siklus air yang relatif tidak tetap diakibatkan oleh ketidak seimbangan antara meningkatnya ekstensifikasi

pembangunan dengan desentralisasi daerah resapan air. Secara abstrak tingkat kebutuhan air tanah yang

dieksplorasi saat ini disentralisasikan untuk penggunaan air bersih, sehingga penggunaan air tanah relatif meningkat

cukup signifikan.

Page 8: Laporan Akhir_Bab 5_Kajian Lingkungan WKM

V - 8

Akibat dari eksploitasi berlebih ini mulai terasa dampaknya, yakni menurunnya muka air tanah secara berkala yang

mengakibatkan keringnya sumur-sumur setempat, amblesan tanah, intrusi air laut dan banyak lagi.

Untuk menentukan atau memetakkan derah resapan air tidak hanya di tinjau dari tingkat kemiringan lereng dan

gravitasi tanah, tetapi perlu juga pengkajian geologi dan struktur tanah wilayah Makassar

Gambar 5-5 Peta Kawasan Rawan Genangan air Kota Makassar, 2008

Berdasarkan gambar 5-5 menunjukkan bahwa kawasan yang rawan terjadi genangan air disebabkan oleh topografi

yang relatif landai dan ketidakmampuan sistem saluran yang tidak optimal. Daerah tersebut sering terjadi pada

daerah kecamatan Tallo, Biringkanaya, dan Tamalanrea.

e. Sedimen

Sebaran sedimentasi daerah Kota Makassar terbentuk di sekitar Sungai Tallo dan Sungai Jeneberang, yang

membentuk endapan delta dan tersebar mengikut pesisir pantai kota membentuk spit dan gundukan pulau. Proses

sedimentasi ini menjadikan penampang sungai menjadi sempit, sehingga sangat mempengaruhi terjadinya

limpasan air pada saat musim hujan kearah samping kiri/kanan sungai.

Berdasarkan hasil penelitian ―Lingkungan hidup Kota Makassar”, 2007 menunjukkan bahwa sebaran sedimen

diketahui dengan mengacu pada debit sungai Janeberang, yaitu antara 238,8 – 1.152 m3/detik dengan debit rata-

rata tahunan sebesar 33,05 m3/ detik dengan kadar lumpur yang terbawa antara 25 – 200 gr/liter. Pengaruh

perkembangan sedimentasi ini berdampak pada daerah sekitar Tanjung Bunga relatif kearah barat laut hingga utara.

Namun mengingat berfungsinya DAM Bili-bili sebagai alternatif pembendungan muatan sedimentasi, diperkirakan

muatan sedimentasi menuju muara akan menurun hingga 0,2 x 106 m/tahun atau seperempat kali volume semula.

Sebaran sedimen yang lain datang dari sungai Tallo dengan debit alir 143,07 liter/detik. Kecepatan sedimentasi

sungai Tallo yang bermuara di pelabuhan Paotere berkisar antara 29,6 – 76,1 cm dengan rata-rata kecepatan

sedimentasi 52,85 cm/tahun. Lambatnya kecepatan aliran sungai Tallo dengan laju sedimentasi yang cukup tinggi,

menimbulkan kecenderungan mengalami perubahan alur membentuk meander. Ditambah dengan kondisi

kemiringan yang landai (1/10.000) dan pasang surut air laut yang dapat menjalar hingga jarak 20 km, maka

kecepatan sedimentasi seperti ini menjadi rawan bagi daerah pelabuhan Paotere, pemukiman termasuk Kawasan

Industri Makassar.

Page 9: Laporan Akhir_Bab 5_Kajian Lingkungan WKM

V - 9

B. KAJIAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA UNGGUL

Untuk pengembangan Kota Makassar saat ini pemerintah daerah tidak hanya merevisi infrastruktur kota tetapi juga

dengan meningkatkan kualitas sumber daya manusianya. Karena manusia merupakan subyek sekaligus objek dalam

mobilitas pembangunan kota.

Peningkatan sumber daya manusia sangat erat hubungannya dengan kualitas pendidikan. Secara statistik, tingkat

sumber daya manusia berbanding lurus dengan kualitas pendidikan.

Upaya yang dilakukan pemerintah dalam meningkatkan SDM adalah dengan cara memberikan subsidi penuh sekitar

400 sekolah negeri, dari SD hingga SMP di 14 kecamatan. Subsidi penuh ini di kenal dengan program sekolah gratis.

Selain itu dilakukan pula program penghapusan ―Buta Aksara‖ di beberapa daerah, khususnya para orang tua yang buta

huruf.

Ditinjau dari aspek infrastruktur kota, pemerintah kota merevisi dan mengembangkan sarana dan prasarana sekolah. Hal

ini dapat dilihat dari meningkatnya jumlah sekolah dalam tiap tahun. Selain itu, Berdasarkan data BPS 2008

menunjukkan bahwa jumlah sekolah SD 448 unit, SMP 172 unit, dan SMU sebanyak 110 unit.

Mengacu pada data BPS yang sama, jumlah pencari kerja menurut tingkat pendidikan terlihat bahwa tingkat pendidikan

SMA yang menempati peringkat pertama yaitu sekitar 50,87 persen disusul tingkat pendidikan Sarjana sekitar 30,51

persen. Hal ini mengindikasikan bahwa kualitas sumber daya manusia di Kota Makassar masih tergolong sedang.

Namun peningkatan jumlah Enginer dan lulusan sarjana cukup real setiap periodenya. Upaya-upaya pemerintah Kota

Makassar masih terus berjalan, yakni dengan dibangunnya sarana universitas terbuka. Hal ini dimaksudkan bahwa

pemerintah Kota Makassar memberi kesempatan seluasnya kepada masyarakat yang tidak mampu untuk dapat

mengenyam bangku perkuliahan. Selain itu diadakannya pula kegiatan pelatihan-pelatihan tenaga siap kerja kepada

para lulusan kerja. Strategi-strategi terus dilakukan pemerintah sehingga tercipta masyarakat sebagai sumber daya

manusia yang unggul dan berdaya saing, dimana sesuai dengan visi Makassar sendiri ― Menuju Kota Dunia dengn

kearifan lokal.

C. KAJIAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA ALAM DAN LINGKUNGAN BERKELANJUTAN

Kajian Aspek Lokasi

Makassar sebagai kawasan yang cukup strategis dan potensial, sangat memungkinkan untuk menjadi kota yang

unggul, mandiri dan bahkan berpeluang untuk menjadi kota dunia. Kawasan-kawasan di kota ini memiliki banyak

kelebihan, mulai dari aspek eksotisme ekologis, seni tradisi yang kuat serta nialai-nilai budaya yang khas.

Kajian Aspek Sumberdaya Alam

Dari aspek sumber daya alam, Makassar tidak potensial untuk daerah tambang, karena secara geologi daerah ini

tidak ditemukan titik/sumber tambang. Untuk wilayah darat sebagian masyarakat memanfaatkan pasir sebagai

bahan bangunan. Hal ini dapat dilihat dari kegiatan pengerukan masyarakat di sekitar Maccini Sombala. Pasir

tersebut merupakan akumulasi sedimen dari Dam bili-bili.

Dari sektor maritim, Kota Makassar cukup potensial untuk peningkatan sumber daya alam. Keanekaraman hayati

yang dimiliki cukup menarik perhatian wisatawan, selain itu Makassar juga memiliki gugusan pulau-pulau yang

masing-masing memiliki karakter eksotik yang berbeda-beda. Sebagai contoh pulau Kodingareng Keke, pulau ini

memiliki nilai estetika Coral reefs dengan formasi yang membentuk lereng vertikal.

Page 10: Laporan Akhir_Bab 5_Kajian Lingkungan WKM

V - 10

Makassar saat ini telah menjadi kota pengekspor ikan jenis pelagis dan ikan karang untuk kawasan Negara-negara

Asia (Singapura, Hongkong, Cina, dan Filipina) dan bahkan ke benua Amerika (Amerika serikat). Selain itu terdapat

pula jenis karang keras yang di budidayakan untuk penghias akuarium. Jenis Karang ini juga telah berhasil di ekspor

ke luar negeri. Dengan keadaan seperti ini, tentunya dapat meningkatkan kualitas ekonomi daerah. Selain itu Kota

Makassar dan keanekaragaman hayati yang dimilikinya dapat terekspos secara luas. Keadaan seperti ini sangat

menguntungkan terhadap perkembangan wilayah makassar pada umumnya, karena akan semakin banyak

wisatawan atau tourism yang akan berkunjung dan menarik investor-investor baru.

1. Budidaya Perikanan dan Pantai

Makassar berbatasan langsung dengan Selat Makassar, mempunyai garis pantai sepanjang 32 Km serta

mencakup 12 pulau dengan luas keseluruhan 178.5 Ha atau 1,1% dari luas wilayah daratan. Dengan kondisi

geografis yang demikian, maka prospek pengembangan wilayah pesisir dan kepulauan dengan melakukan

eksplorasi terhadap potensi kelautan dan perikanan, harusnya sangat kondusif bagi peningkatan investasi.

Perkembangan sektor perikanan di Kota Makassar tidak hanya terpusat pada potensi perikanan laut tetapi juga

perikanan darat (tambak).

Berdasarkan peta kawasan tambak kota (Gambar 5-24), menunjukkan bahwa luas areal kawasan penggunaan

lahan tambak masih tergolong besar yakni sebesar 2354,183 ha, yang terkonsentrasi di beberapa kecamatan

yang letaknya berdekatan dengan daerah aliran sungai yakni Kec. Biringkanaya, Tamalanrea, Tallo, dan

Tamalatea.

Gambar 5-6 Peta Kawasan Tambak Kota Makassar, 2008

Page 11: Laporan Akhir_Bab 5_Kajian Lingkungan WKM

V - 11

Tabel 5-5 Produksi Perikanan Menurut Kecamatan (dalam ton)

Kecamatan Perikanan Laut

Perikanan Darat

Jumlah Total

MARISO 1227 - 1227

MAMAJANG - 38.4 38.4

TAMALATE 2696 - 2696

RAPPOCINI - - -

MAKASSAR - - -

UJUNG PANDANG - - -

WAJO - - -

BONTOALA - - -

UJUNG TANAH 6709 - 6709

TALLO 2784 74.9 2858.9

PANAKKUKANG - - -

MANGGALA - 59.1 59.1

BIRINGKANAYA 1725 149.8 1874.8

TAMALANREA 409 190.1 599.1

Sumber: BPS, 2008

Tabel 5-6 Produksi Perikanan dari Tahun 2006-2008 (dalam ton)

Mengacu pada data BPS 2008 (tabel 5-6) menunjukkan bahwa produksi perikanan tiap kecamatan bervariasi.

Hal ini dipengaruhi oleh kondisi lingkungan fisik masing-masing kecamatan serta letak kecamatan dari laut

berbeda-beda. Nilai produksi ikan terbesar dimiliki oleh Kecamatan Tallo sebesar 2858.9 ton dan terendah di

Kecamatan Mamajang sebesar 38.4 ton. Selanjutnya dari tahun 2006 hingga tahun 2008 (Tabel 5-6), produksi

perikanan laut dan darat berfluktuatif bahkan cenderung menurun. Hal ini disebabkan oleh sarana dan prasarana

yang kurang memadai, seperti alat tangkap nelayan yang cenderung masih Manual serta kurangnya keterlibatan

pihak Engineer dalam bidang tersebut. Yakni minimnya kegiatan penyuluhan terhadap petani tambak mengenai

cara peningkatan jumlah produksi ikan hasil budidaya. Selain itu pula, adanya penurunan kualitas air laut yang

mempengaruhi jumlah tangkapan nelayan dan menurunnya kualitas tanah tambak. Penurunan produktivitas

tambak lebih dipengaruhi oleh pesatnya aktivitas industri di kecamatan Biringkanaya, desakan pemukiman

penduduk di beberapa kecamatan yang merubah fungsi kawasan tambak dan peningkatan pencemaran

(air,udara dan tanah) kawasan tambak.

Tahun Perikanan

Laut

Perikanan

Darat

Total

2008 15550 512.30 16062.30

2007 15619 453.20 16072.30

2006 20338 712.10 21051.10

Sumber: BPS, 2008

Page 12: Laporan Akhir_Bab 5_Kajian Lingkungan WKM

V - 12

Foto Pulau Lajukkang (September, 2004)

2. Pulau-Pulau

Dalam kapasitas pemanfaatan lahan untuk lingkungan wilayah lautnya dari wilayah administratif Makassar

tercatat bahwa pemanfaatan lahan terbatas hanya pada pemanfaatan 12 pulau dan 1 gusung yang dimiliki

Makassar, dengan luas lahan pulau yang mencapai ±140 ha dengan luas laut yang mencapai ±10.000 ha.

Berikut ini data potensi yang menyangkut karakteristik dan potensi dari 12 pulau berpasir putih yang dimiliki

Makassar(sumber: Badan Riset Kelautan dan Perikanan Departemen Kelautan dan Perikanan), sebagai berikut:

Pulau Lajukkang

Luas Pulau : 6,3 Ha Jarak dari Makassar : 40,17 Km (pulau terluar Makassar) Kecamatan/Kelurahan : Ujung Tanah/Barrang Caddi Jumlah Penduduk : 32 Jiwa (9 kepala keluarga) Fasilitas : Dermaga belum ada Belum Ada transportasi reguler

Perahu carteran (10 Penumpang) bisa disewa dengan biaya sewa pulang pergi Rp. 750.000,-

Ciri Spesifik : Pasir Putih Terumbu karang 11 Ha Panorama bawah air sangat indah Vegetasi : Pohon Pinus, Pohon kelapa, dan Pohon pisang ditengah pulau Mata Pencaharian Penddk : Nelayan Pemancing Aktivitas Wisata : Camping, Snorkling, dan Sport Fishing

Pulau Langkai

Luas Pulau : 26,7 Ha Jarak dari Makassar : 35,8 Km (3 pulau terluar Makassar) Jarak dari Pulau Terdekat : 3,3 mil dari P. Lajukkang Kecamatan/Kelurahan : Ujung Tanah/Barrang Caddi Jumlah Penduduk : 430 Jiwa (127 KK) Fasilitas : Dermaga Belum Ada transportasi reguler Perahu carteran (10 Penumpang)

bisa disewa dengan biaya sewa pulang pergi Rp. 750.000,- Ciri Spesifik : Pasir Putih Terumbu karang 142,2 Ha Panorama bawah air sangat indah Vegetasi : Pohon kelapa Mata Pencaharian Penddk : Nelayan Pancing, Nelayan Pukat, Pengrajin Perahu, Pedagang Kelontong,

Guru dan pegawai Negeri Aktivitas Wisata : Camping, Snorkling, dan Sport Fishing

Page 13: Laporan Akhir_Bab 5_Kajian Lingkungan WKM

V - 13

Foto Pulau Langkai (September, 2004)

Pulau Lumu-Lumu

Luas Pulau : 3,75 Ha Jarak dari Makassar : 27,54 Km (pulau terdekat dari 3 pulau terluar Makassar) Kecamatan/Kelurahan : Ujung Tanah/Barrang Caddi Jumlah Penduduk : 984 Jiwa, dengan tingkat kepadatan 262 jiwa/ha Fasilitas : Dermaga Belum ada transportasi reguler

Perahu carteran (10Penumpang) bisa disewa dengan biaya sewa pulang pergi Rp. 400.000,-

Masjid Permanen :(1 buah) Puskesmas :(1 buah) Sekolah Dasar :(1 buah) Ciri Spesifik : Pasir Putih Panorama bawah air sangat indah Vegetasi : Pohon kelapa, Pohon Kayu Cina Mata Pencaharian Penddk : Nelayan Pancing, Nelayan Pukat, Aktivitas Wisata : Sport Fishing, Swimming

Pulau Bonetambung

Luas Pulau : 5 Ha Jarak dari Makassar : 17,87 Km (3 pulau terluar Makassar) Kecamatan/Kelurahan : Ujung Tanah/Barrang Caddi Jumlah Penduduk : 481 Jiwa Fasilitas : Dermaga Belum ada transportasi reguler

Perahu carteran (10 Penumpang) bisa disewa dengan biaya sewa pulang pergi Rp. 350.000,-

Masjid Permanen (1 buah) Puskesmas Pembantu (1 buah) Sekolah Dasar (1 buah)

Foto Pulau Lumu-Lumu (September, 2004)

Page 14: Laporan Akhir_Bab 5_Kajian Lingkungan WKM

V - 14

Foto Pulau Kodingareng Lompo (September, 2004)

Instalasi Listrik (generator); beroperasi pada pukul 18.00-22.00 wita Ciri Spesifik : Pasir Putih Panorama bawah air sangat indah Vegetasi : Pohon kelapa Biota laut : Kepiting, crustasea, molusca, cacing pasir, kerang-kerangan, bintang laut, bulu

babi; cumi-cumi, baronang, papakulu, mairo (teri), katamba, banyar. Mata Pencaharian Penddk : Nelayan Ikan Kerapu Aktivitas Wisata : Camping, Snorkling, dan Sport Fishing

Pulau Kodingareng Lompo

Luas Pulau : 14 Ha Jarak dari Makassar : 15,05 Km Kecamatan/Kelurahan : Ujung Tanah/Barrang Caddi Jumlah Penduduk 4.170 Jiwa (891 KK) Fasilitas : Dermaga Tersedia Transportasi Reguler Rp. 4.000/penumpang Perahu carteran (10 Penumpang) bisa disewa dengan biaya sewa pulang pergi

Rp. 250.000,- Masjid Permanen (2 buah); Mushalla (2 buah)

Puskesmas Pembantu (1 buah) Pos Yandu Bantu (1 buah) Taman Kanak-Kanak (1 buah) Sekolah Dasar (2 buah) Pos Obat Desa (1 buah) Lapangan Sepak Bola Instalasi Listrik (generator), beroperasi selama 12 jam.

Ciri Spesifik : Pasir Putih Panorama bawah air sangat indah Vegetasi : Pohon kelapa Biota : Bulu babi, ubur-ubur, kepiting, bintang laut; beseng-beseng, giru, leto-leto,

cepa, belawas (sejenis baronang) Mata Pencaharian Penddk : Nelayan Tangkap

Foto Pulau Bonetambun (September, 2004)

Page 15: Laporan Akhir_Bab 5_Kajian Lingkungan WKM

V - 15

Foto Pulau Kodingareng Keke (September, 2004)

Pulau Kodingareng Keke

Luas Pulau : 1 Ha Jarak dari Makassar : 13,48 Km Kecamatan/Kelurahan : Ujung Tanah/Barrang Caddi Jumlah Penduduk : --- Fasilitas : Dermaga tidak ada Belum ada transportasi reguler Perahu carteran (10 Penumpang) bisa disewa dengan biaya sewa pulang pergi

Rp. 300.000,- Tersedia tempat peristirahatan yang dipersewakan oleh seorang warga negara Belanda

Ciri Spesifik : Pasir Putih Panorama bawah air sangat indah Vegetasi : Pohon Pinus Biota : Ikan Karang Aktivitas Wisata : Camping, Swimming, Diving

Pulau Barrang Lompo

Luas Pulau : 19,23 Ha Jarak dari Makassar : 12,77 Km Kecamatan/Kelurahan : Ujung Tanah/Barrang Caddi Jumlah Penduduk : 3.563 Jiwa Fasilitas : Dermaga (2 buah)

Tersedia transportasi reguler dengan biaya Rp. 4000/sekali jalan Masjid Permanen (2 buah); Mushalla (2 buah) Puskesmas (1 buah); Puskesmas Pembantu (1 buah) Taman Kanak-Kanak (1 buah) Sekolah Dasar (2 buah) Marine Field Station – Universitas Hassanuddin Instalasi Listrik (2 generator; 360 KVA), beroperasi dari pukul 18.00-06.00 Wita.

Ciri Spesifik : Pasir Putih, kuburan tua Panorama bawah air sangat indah

Vegetasi : Pohon Asam, Pohon Pisang, Pohon Sukun Mata Pencaharian Penddk : Nelayan pemancing, pedagang, pegawai negeri Aktivitas Wisata : Camping, Snorkling, Sport Fishing, dan Wisata Budaya

Page 16: Laporan Akhir_Bab 5_Kajian Lingkungan WKM

V - 16

Foto Pulau Barrang Lompo (September, 2004)

Foto Pulau Barrang Caddi (September, 2004)

Pulau Barrang Caddi

Luas Pulau : 4 Ha Jarak dari Makassar : 11,15 Km Kecamatan/Kelurahan : Ujung Tanah/Barrang Caddi Jumlah Penduduk : 1263 Jiwa Fasilitas : Dermaga Tersedia transportasi reguler dengan biaya Rp. 4000/ sekali jalan Puskesmas Pembantu (1 buah) Pos Yandu (1 buah) Taman Kanak-Kanak (1 buah) Sekolah Dasar Sekolah Menengah Pertama

Terdapat fasilitas penyulingan air laut menjadi air tawar bantuan Pemerintah Jepang

Tersedia Instalasi Listrik Ciri Spesifik : Pasir Putih Panorama bawah air sangat indah Vegetasi : Pohon Kelapa Mata Pencaharian Penddk : Nelayan tradisional (bubu, pancing, rengge, dan lepa-lepa) Aktivitas Wisata : Camping, Snorkling, Sport Fishing, Wisata Budaya.

Page 17: Laporan Akhir_Bab 5_Kajian Lingkungan WKM

V - 17

Foto Pulau Samalona (September, 2004)

Foto Pulau Kayangan (September, 2004)

Pulau Samalona

Luas Pulau : 2,34 Ha Jarak dari Makassar : 6,8 Km Kecamatan/Kelurahan : Mariso/Mariso Jumlah Penduduk : 82 Jiwa Fasilitas : Dermaga rusak Belum Tersedia Transportasi Reguler

Perahu carteran (10 Penumpang) bisa disewa dengan biaya sewa pulang pergi Rp. 200.000,-

Musahallah Rumah Sewa lengkap MCK Tersedia Instalasi Listrik dari PLN yang beroperasi dari pukul 18.00-22.00 Wita Ciri Spesifik : Pasir Putih Panorama bawah air sangat indah Vegetasi : Pohon Kelapa, Pohon Cina, Tammate, Mata Pencaharian Penddk : Nelayan tangkap, pedagang wisata Aktivitas Wisata : Camping, Snorkling, Sport Fishing

Pulau Kayangan

Luas Pulau : 1 Ha Jarak dari Makassar : 0,8 Km Kecamatan/Kelurahan : Ujung Pandang/Bulo Gading Jumlah Penduduk : ---- Fasilitas : Dermaga

Transportasi Reguler dengan biaya Rp. 10.000,-/org pulang-pergi (senin- minggu); bila ada atraksi wisata biaya bisa mencapai Rp. 15.000,-/org pulang- pergi Tempat penginapan yang cukup representatif

Mushollah Tersedia Air Bersih Tersedia Instalasi Listrik dari PLN yang beroperasi dari pukul 18.00-22.00 Wita

Ciri Spesifik : Pasir Putih Panorama bawah air sangat indah

Aktivitas Wisata : Camping dan rekreasi

Page 18: Laporan Akhir_Bab 5_Kajian Lingkungan WKM

V - 18

Foto Pulau Lae-Lae Kecil (September, 2004)

Foto Pulau Lae-Lae (September, 2004)

Pulau Lae-Lae

Luas Pulau : 11,6 Ha Jarak dari Makassar : 1,2 Km Kecamatan/Kelurahan : Ujung Pandang/Lae-Lae Jumlah Penduduk : 1.500 Jiwa Fasilitas : Dermaga

Tersedia Transportasi Reguler Rp. 2.000/org/sekali jalan Masjid Permanen Puskesmas Pos Yandu

Sekolah Dasar Pos Air bersih yang disupplai dari Makassar

Instalasi Listrik (2 generator), beroperasi dari pukul 17.30-21.00 Wita. Ciri Spesifik : Pasir Putih Vegetasi : Pohon kelapa Mata Pencaharian Penddk : Nelayan Tangkap (ikan kerapu) Aktivitas Wisata : Rekreasi, berjemur

Pulau Lae-Lae Kecil

Luas Pulau : 2 Ha Jarak dari Makassar : 1,6 Km Kecamatan/Kelurahan : Ujung Pandang/Lae-Lae Jumlah Penduduk : Tidak berpenghuni Ciri Spesifik : Pulau Gusung (Sand Barrier) Vegetasi : Tidak ada pohon, ada tanaman rumput dan perdu pantai

Dari luas keseluruhan pulau yang dimiliki Makassar kurang lebih 140 ha, perkembangan laju pembangunan yang

ada belum menunjukkan perkembangan yang berarti dan relatif orientasi kegiatan masyarakatnya masih

berfokus pada kegiatan nelayan. Belum banyak diantaranya yang sudah dikelola dengan baik untuk dijadikan

sebagai objek wisata yang bernilai jual, kecuali untuk pulau kodingareng keke yang secara swakelola telah

dikembangkan oleh sepasang suami istri berkewarganegaraan Belanda atas nama Pemerintah Kota Makassar.

Potensi untuk mengembangakan pulau-pulau diatas menjadi objek wisata sesungguhnya cukup menjanjikan,

selain karena memiliki jarak yang relatif dekat dengan Kota Makassar juga secara lingkungan cukup menarik

Page 19: Laporan Akhir_Bab 5_Kajian Lingkungan WKM

V - 19

untuk dijual karena semua pulau-pulau diatas berpasir putih dan memiliki panorama bawah laut yang cukup

menarik. Banyak kegiatan yang bisa dilakukan dari menjadi pulau-pulau ini menjadi objek wisata diantaranya

kegiatan snorkling, rekreasi pulau, sport fishing, wisata budaya dan lain-lain.

Pertumbuhan Wisata

Pada tahun 2007, jumlah objek wisata di Kota Makassar sebanyak 83 buah. Sebanyak 12 buah diantaranya

adalah objek wisata pulau. Sementara itu, objek wisata sungai yang ada sebanyak 8 buah, Objek wisata pantai

6 buagh, objek wisata budaya dan sejarah sebanyak 31 buah, objek wisata belanja atau niaga sebanyak 13 buah,

objek wisata pendidikan 8 buah dan objek wisata olahraga sebanyak 5 buah.

Pada tahun 2008, jumlah objek kunjungan wisata yang ada di Kota Makassar mengalami peningkatan menjadi 88

buah. Peningkatan ini dialami terjadi pada objek wisata belanja ata niaga yang bertambah 5 buah, dari 83 menjadi

88 buah. Sementara itu untuk objek wisata lain, jumlahnya tidak berubah.

Perkembangan Kota Makassar yang telah bertransformasi menjadi kota Metropolitan memang memberi peluang

yang lebih besar untuk tumbuh kembangnya pariwisata belanja atau niaga. Bentuk konkritnya adalah berdirinya

sejumlah pusat perbelanjaan baru di beberapa titik di Kota Makassar.

Tabel 5-7 , Jenis Obyek Wisata di Kota Makassar

Pertumbuhan objek wisata cukup signifikan dari beberapa tahun terakhir ini, sebagai contoh konkritnya, yakni

pada tahun 2009, bertambahnya objek wisata moderen hadir di Kota Makassar, yaitu Transtudio Park Trans

Studio, yang merupakan bagian dari Para Group, adalah Indoor Theme Park terbesar di dunia. Di Trans Studio ini

ada 21 wahana, seperti Dunia Lain, Si Bolang, Jelajah, Magic Thunder Coaster, Ayun Ombak, Angin Beliung, dan

masih banyak lagi wahana yang menarik dan seru. Para pengunjung dapat merasakan bagaimana menjadi

seorang bintang di depan kamera, serta menjadi orang-orang di balik layar dari tayangan-tayangan favorit Trans

TV dan Trans7, seperti: Ceriwis, Dunia Lain, dan Jelajah.

Kehadiran Transtudio di tengah-tengah Kota Makassar merupakan genjatan awal dalam peranserta Kota

Makassar menuju kota Dunia. Makassar mampu menampakkan jati dirinya kepada dunia melalui objek-objek

wisata yang dimilikinya. Namun, upaya-upaya yang dilakukan pemerintah Kota Makassar tidak hanya dari satu

segi saja, dari segi/aspek pemerintahan dan pendidikan, niaga dan aspek lainnya juga mendapat perhatian yang

sama.

Selain itu, ada juga da Studio Central, sebuah kawasan menakjubkan yang menampilkan gemerlap dunia layar

lebar dan TV dalam tampilan a'la Hollywood era tahun 60-an. Zona ini menyingkap rahasia-rahasia di balik layar.

Ada juga The Lost City, suatu kawasan super seru yang dikemas secara apik untuk dinikmati para petualang

sejati.

Sejumlah titik kunjungan pariwisata berwawasan global lain juga rencananya akan di bangun di Kota Makassar.

Hal ini untuk mewujudkan Kota Makassar sebagai kota yang berkelas dunia namun tetap memelihara kearifarn-

kearifan lokalnya.

No Jenis obyek/Daya Tarik Wisata 2007 2008

1 obyek Wisata Pulau 12 12

2 Obyek Wisata Sungai/Kanal 8 8

3 Obyek Wisata Pantai/Pelabuhan 6 6

4 Obyek Wisata budaya dan Sejarah 31 31

5 Obyek wisata belanja /niaga 13 17

6 Obyek wisata pendidikan 8 8

7 Obyek Wisata Olahraga 5 5

JULMLAH 83 87

Page 20: Laporan Akhir_Bab 5_Kajian Lingkungan WKM

V - 20

D. KAJIAN PENGEMBANGAN SOSIAL BUDAYA

1. Tatanan Perkembangan Ruang Wilayah Kota Makassar

Sejak abad ke-16, Makassar merupakan pusat perdagangan yang dominan di Indonesia Timur, dan kemudian menjadi

salah satu kota terbesar di Asia

Tenggara. Raja-raja Makassar

menerapkan kebijakan

perdagangan bebas yang ketat, di

mana seluruh pengunjung ke

Makassar berhak melakukan

perniagaan disana, dan menolak

upaya VOC (Belanda) untuk

memperoleh hak monopoli di kota

tersebut.

Selain itu, sikap yang toleran

terhadap agama berarti bahwa

meskipun Islam semakin menjadi

agama yang utama di wilayah

tersebut, pemeluk agama Kristen

dan kepercayaan lainnya masih

tetap dapat berdagang di

Makassar. Hal ini menyebabkan

Makassar menjadi pusat yang

penting bagi orang-orang Melayu yang bekerja dalam perdagangan di kepulauan Maluku, dan juga menjadi markas

yang penting bagi pedagang-pedagang dari Eropa dan Arab.Semua keistimewaan ini tidak terlepas dari

kebijaksanaan Raja Gowa-Tallo yang memerintah saat itu (Sultan Alauddin, Raja Gowa & Sultan Awalul Islam Raja

Tallo).

Kepentingan Makassar menurun seiring semakin kuatnya Belanda di wilayah tersebut, dan semakin mampunya

mereka menerapkan monopoli perdagangan rempah-rempah seperi keinginan mereka. Pada tahun 1669, Belanda,

bersama dengan La Tenri Tatta Arung Palakka dan beberapa kerajaan sekutu Belanda Melakukan penyerangan

terhadap kerajaan Islam kembar Gowa-Tallo yang mereka anggap sebagai Batu Penghalang terbesar untuk

menguasai rempah-rempah di Indonesia timur. dan setelah berperang habis-habisan mempertahankan Negaranya

melawan beberapa koalisi kerajaan yang dipimpin oleh belanda, akhirnya Gowa-Tallo (Makassar)terdesak dan

dengan terpaksa menanda tangani perjanjian Bungayya. Sebenarnya jejak kehadiran Makassar sudah dapat dilihat

didalam kitab Nagara kartagama yang di tulis oleh Empu Prapanca pada abad ke14.

Sejak tahun 2004 Kota Makassar sudah mulai melakukan pembangunan sarana-sarana publik yang baru dan

berkualitas. Hal ini dilakukan berdasarkan pada slogan Kota Makassar yaitu Great Expectation City. Sejak saat itu

dimulailah pembangunan mulai dari Menara Balaikota sekarang sudah difungsikan, Graha Pena Fajar yang juga

merupakan gedung tertinggi di Makassar, Pelataran Losari, Bandar Udara Internasional Sultan Hasanuddin,

Pelebaran Jalan tol yang menghubungkan Kota Makassar ke Bandara dan juga GOR Sudiang.

Page 21: Laporan Akhir_Bab 5_Kajian Lingkungan WKM

V - 21

Namun masih ada beberapa bagungan yang sementara dikerjakan dan yang akan dikerjakan seperti Kalla Tower,

Menara Bosowa, Perubahan Lapangan Karebosi, Pembangunan Trans Kalla yang merupakan Family Entertainment

Center pertama di Indonesia, Center Point of Makassar (Equilibrium) yang akan memberikan ikon baru bagi Kota

Makassar selain Pantai Losari. Penambahan 2 pelataran di Pantai Losari.

2. Kependudukan

a. Kondisi Eksisting

Berdasarkan data BPS tahun 2008, jumlah penduduk Kota Makassar

sebanyak 1.253.656 jiwa. Angka ini mengalami peningkatan sebesar 1,65

% dari setahun sebelumnya. Kecamatan Tamalate menjadi wilayah

dengan jumlah penduduk terbanyak, yaitu dengan 152.197 Jiwa, disusul

oleh kecamatan Rappocini (142.958), Tallo (135.315 jiwa) dan

Panakukkang (132.479). Namun, pertumbuhan penduduk yang paling

pesat dalam 8 tahun terakhir ini di alami oleh Kecamatan Biringkaya. Di

kecamatan yang berbatasan langsung dengan kabupaten Maros ini, angka pertumbuhan penduduknya sebesar

3,54 %. Posisinya yang berada di daerah peripheral atau perbatasan, memang memungkinkan masuknya

penduduk dari luar Kota Makassar untuk kemudian bermukim. Mobilitas penduduk yang ingin mendekatkan diri

dengan daerah ibukota, biasanya menjadikan wilayah pheriperal sebagai pijakan awal. Apalagi memang, daya tarik

Kota Makassar bagi warga diluar kota, semakin hari semakin besar saja. Sementara itu, peningkatan jumlah

penduduk yang paling rendah dialami oleh kecamatan Ujung Pandang, dimana peningkatannya rata-ratanya hanya

sekitar 0,32 %. Angka ini jauh dibawah pertumbuhan rata-rata kota Nakassar secara umum dalam 8 tahun terakhir

yang besarnya 1,65 %.

Tabel 5-8 Jumlah Penduduk tahun 2007 dan 2008 di tiap Kecamatan Kota Makassar

Dari segi kepadatan penduduk, Kecamatan Makassar merupakan wilayah yang terpadat di Kota Makassar. Angka

kepadatannya mencapai 32.900 jiwa/Km2. Angka ini jauh melampuai angka kepadatan Kota Makassar yang hanya

7.132 /km2. Sementara untuk kecamatan dengan angka kepadatan paling rendah, adalah kecamatan Biringkanaya.

Di kecamatan ini kepadatan penduduknya berada pada angka 2.670 jiwa/km persegi.

Page 22: Laporan Akhir_Bab 5_Kajian Lingkungan WKM

V - 22

Tabel 5-9 Komposisi jumlah penduduk berdasarkan Umur di Kota Makassar.

Dari komposisi kependudukannya, jumlah

perempuan di Kota Makassar sebesar 652.352 jiwa,

sedangkan laki-laki sebanyak 601.304. Porsi

terbesar penduduk Kota Makassar berada pada

usia 20-24 tahun. Memang, dari data yang ada

bisa terlihat bahwa jumlah terbesar komposisi

penduduk Kota Makassar berada pada usia 29

tahun ke bawah. Termasuk juga pada usia anak-

anak (0-15 tahun). Satu kesimpulan yang diperoleh

dari data ini, bahwa dimasa mendatang, Kota

Makassar akan mengalami kepadatan penduduk

yang jauh lebih tinggi dari saat ini.

b. Proyeksi Kependudukan

Penghitungan proyeksi penduduk per kawasan sesuai dengan arahan yang ingin dicapai dalam RTRWK Makassar

dilakukan dengan cara memproyeksikan jumlah penduduk berdasarkan tingkat pertumbuhannya di setiap kawasan

selama rentang waktu 2010-2030. Sebagaimana telah diuraikan diatas bahwa tingkat pertumbuhan penduduk kota

erat kaitannya dengan jumlah dan tingkat kelahiran, kematian, dan migrasi yang terjadi pada kota ini. Adapun

tahapan-tahapan yang dilalui dalam penghitungan proyeksi penduduk Kota Makassar untuk jangka waktu 2010-2030

adalah sebagai berikut:

1) Menghitung tingkat pertambahan penduduk Alamiah (sudah termasuk komponen migrasi neto). Formulasi yang

digunakan untuk menghitung tingkat pertumbuhan penduduk untuk setiap periode waktu yaitu:

Pt = Po . (1 +r)n

Dimana :

Pt = Jumlah penduduk tahun ke-t

Po = Jumlah penduduk tahun dasar

n = kurun waktu

r = Tingkat pertumbuhan penduduk (0,01)

Gambar 5-7 Grafik Perbandingan Jumlah Penduduk Laki Laki dan Perempuan

di Kota Makassar.

LAKI-LAKI PEREMPUAN TOTAL

0 - 4 66076 55733 121809

5 - 9 67321 63769 131090

10 - 14 52437 62959 115396

15 - 19 51661 60558 112219

20 - 24 67292 70667 137959

25 - 29 51697 66637 118334

30 - 34 48900 57362 106262

35 - 39 48496 47364 95860

40 - 44 37272 44140 81412

45 - 49 29275 26867 56142

50 - 54 26767 28494 55262

55 - 59 20034 20493 40526

60 - 64 12836 14826 27662

21240 32483 53723

601304 652352 1253656JUMLAH

65+

UMUR

Page 23: Laporan Akhir_Bab 5_Kajian Lingkungan WKM

V - 23

2) Membuat asumsi bahwa kebijakan percepatan pengembangan perekonomian (melalui penggalian secara

intensif potensi-potensi yang dimiliki seperti pariwisata, perdagangan dan jasa, industri, hasil laut dan lain-lain)

serta kebijakan ketenagakerjaan (pemberian berbagai bentuk insentif untuk membuka peluang usaha baru dan

sekaligus menyerap tenaga kerja) mempunyai dampak positif kepada pertumbuhan penduduk di ruang Kota

Makassar.

3) Menghitung proyeksi penduduk khususnya untuk wilayah Kota Makassar berdasarkan tingkat pertumbuhan

penduduknya.

Berdasarkan tahapan dan asumsi yang dikemukakan dalam perhitungan proyeksi di atas, maka dapat

diperoleh data dan informasi yang berkaitan dengan proyeksi jumlah penduduk dan tingkat kebutuhan

ruangnya untuk kurun waktu 2010-2030 dari masing-masing kawasan dalam RTRW Makassar. Selanjutnya,

dari data dan informasi ini nantinya bisa digunakan sebagai dasar RUJUKAN BARU

dalam menentukan arah kebijakan pembangunan kota yang berkesesuaian dengan

kebutuhan dasar kota dan masyarakatnya.

Dalam melakukan proyeksi jumlah penduduk Makassar, hal yang paling mendasar

yang perlu diperhitungkan dari output nilai proyeksi tersebut adalah bagaimana kota

meng‖upgarade‖ kemampuannya agar bisa beradaptasi dengan tingkat jumlah

penduduk yang terus bertambah dengan tingkat kemampuan kota yang semakin

terbatas.

Berikut ini, akan dikemukakan proyeksi jumlah penduduk dimulai dari tahun dasar 2010 hingga tahun 2030.

Terbagi dan tersebar dalam wilayah masing-masing kawasan dalam RTRW Makassar (terencana dalam 12

Kawasan Terpadu).

Tabel 5-10 Prediksi Jumlah Penduduk Tahun 2008 -2030 di Kota Makassar

PREDIKSI JUMLAH PENDUDUK 2008-2030 (JIWA)

KAWASAN TERPADU TAHUN TAHUN TAHUN TAHUN TAHUN

2008 2015 2020 2025 2030

Kawasan Pusat Kota 289.324,57 310.195,10 326.018,17 342.648,38 360.126,85

Kawasan Permukiman Tepadu 355.014,05 380.623,11 400.038,71 420.444,71 441.891,61

Kawasan Pelabuhan Terpadu 28.750,92 30.824,87 32.397,25 34.049,84 35.786,72

Kawasan Bandara Terpadu 110.216,44 118.166,95 124.194,65 130.529,82 137.188,16

Kawasan Maritim Terpadu 23.232,01 24.907,86 26.178,41 27.513,77 28.917,25

Kawasan Industri Terpadu 136.089,57 145.906,44 153.349,14 161.171,48 169.392,85

Kawasan Pergudangan Terpadu 64.180,07 68.809,72 72.319,71 76.008,74 79.885,95

Kawasan Pendidikan Terpadu 69.387,04 74.392,30 78.187,05 82.175,38 86.367,15

Kawasan Budaya Terpadu 1.204,36 1.291,24 1.357,11 1.426,33 1.499,09

Kawasan Olahraga Terpadu 79.420,02 85.149,01 89.492,46 94.057,48 98.855,35

Kawasan Bisnis dan Pariwisata 11.899,67 12.758,06 13.408,85 14.092,84 14.811,71

Kawasan Bisnis Global Terpadu 68.928,83 73.901,04 77.670,73 81.863,72 85.796,81

JUMLAH LUAS 1.253.656 1.344.089 1.412.651 1.484.710 1.560.446

3. Pendidikan

Peningkatan kualitas Sumberdaya Manusia banyak ditentukan oleh ketersediaan sarana dan prasarana pendidikan

yang berkualitas dan mudah di akses. Kebijakan sekolah gratis yang di canangkan oleh pemerintah daerah,

berimplikasi mpada peningkatan jumlah penyerapan anak sekolah. Pada tahun 2008/2009 di Kota Makassar, jumlah

Sekolah Dasar sebanyak 448 unit dengan jumlah guru sebanyak 5.747 orang dan jumlah murid sebanyak 148.179

orang. Jumlah SLTP sebanyak 172 unit dengan jumlah guru sebanyak 4.369 orang dan jumlah murid sebanyak

59.878 orang. Jumlah SLTA 110 unit dengan jumlah guru sebanyak 1.589 orang dan jumlah murid sebanyak 41.738

orang.

Page 24: Laporan Akhir_Bab 5_Kajian Lingkungan WKM

V - 24

Untuk mencapai target peningkatan kualitas SDM di Kota Makassar, penyediaan pendidikan gratis tidaklah cukup.

Namun diperlukan juga peningkatan kualitas dari sistem pembelajaran. Menyangkut kualitas guru pengajar, sarana

dan prasarana, serta penciptaan lingkungan pembelajaran yang nyaman dan berwawasan informatif.

4. Kesehatan

Upaya memenuhi kebutuhan akan sarana dan fasilitas kesehatan bagi masyarakat Kota Makassar terlihat dari

giatnya pembanguna sarana dan prasarana tersebut dalam beberapa tahun terakhir. Pada tahun 2008 di Kota

Makassar terdapat 15 Rumah Sakit, yang terdiri dari 7 Rumah Sakit Pemerintah/ABRI, 7 Rumah Sakit Swasta serta

1 Rumah Sakit khusus lainnya. Jumlah Puskesmas pada tahun 2008, dari 116 unit puskesmas dapat di kategorikan

menjadi 37 puskesmas, 42 puskesmas pembantu dan puskesmas keliling 37 buah. Di samping sarana kesehatan,

ada sumber daya manusia di bidang kesehatan seperti dokter praktek sebanyak 3.329 orang dan bidan praktek

sebanyak 168 orang. Dalam pelaksanaan Keluarga Berencana (KB), jumlah akseptor KB baru secara keseluruhan

pada tahun 2008 sebanyak 39.060 orang yang terdiri dari 1.235 orang memakai IUD, 19 orang memakai MOP, 638

orang memakai MOW, 1.688 orang memakai IMP, 14.551 orang memakai PIL, 21.837 orang memakai suntikan dan

2.672 orang yang memakai kondom.

Sosialisasi penggunaan alat kontrasepsi untuk mengendalikan angka kelahiran harus terus dilakukan. Hal ini penting

untuk mencegah terjadinya ledakan penduduk di Kota Makassar. Kepadatan penduduk (over crowded) yang

berlebihan, bisa membawa dampak sosial yang buruk bagi masyarakat secara keseluruhannya.

5. A g a m a

Kota masyarakat sudah lama dikenal sebagai kota berlandaskan nilai-nilai religius. Kesadaran akan pentingnya

membangun kehidupan beragama di Kota Makassar, tercermin pada giatnya pembangunan sarana peribadatan.

Perkembangan pembangunan dibidang spiritual dapat dilihat dari besarnya sarana peribadatan masing-masing

agama. Tempat peribadatan umat Islam berupa mesjid dan mushalla pada tahun 2008 masing-masing berjumlah

849 buah dan 114 buah. Tempat peribadatan Kristen berupa gereja masing-masing 90 buah gereja protestan dan 32

buah gereja katholik. Tempat peribadatan untuk agama Budha dan Hindu masing-masing berjumlah 15 buah dan 3

buah.

Hanya saja, aspek terpenting dari semua itu, adalah bagaimana membangun sebuah pemahaman keberagaman

dan keberagamaan. Hal ini terkait dengan sikap toleransi dan saling menghargai

eksistensi yang lain.

6. Sosial Lainnya

Di Kota Makassar pada tahun 2008 jumlah anak asuh yang tercatat yang

ditampung di 84 Panti Asuhan ada sebanyak 4.100 anak yang diasuh. Sedangkan

jumlah gelandangan/ pengemis dan anak jalanan di Kota Makassar tahun 2008

sebanyak 340 orang dan 869 orang. Jumlah kerugian yang diakibatkan oleh

penyebab kebakaran tahun 2008 telah tercatat sebanyak 97 kali dan jumlah

korban yang meninggal sebanyak 188 orang.

Sementara itu, Jumlah narapidana menurut jenis hukuman dilembaga

pemasyarakatan ada 423 orang (laki-laki 423 orang dan tidak ada perempuan).

Page 25: Laporan Akhir_Bab 5_Kajian Lingkungan WKM

V - 25

Jumlah pelanggaran lalu lintas pada tahun 2008 sebanyak 71.561 kasus. Adapun jumlah kecelakaan sebanyak

2.001 kasus dengan korban meninggal 1.042 orang, luka berat 625 orang dan luka ringan 1.536 orang.

Gambar 5-8. Anjungan Pantai Losari merupakan keunggulan ruang yang menyerap wisatawan

E. KAJIAN EKONOMI WILAYAH

a. Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB)

PDRB adalah jumlah nilai barang dan jasa yang dihasilkan oleh berbagai unit produksi di suatu wilayah dalam

jangka waktu tertentu, biasanya satu tahun. PDRB merupakan jumlah balas jasa yang diterima oleh faktor

produksi yang ikut serta dalam proses produksi di suatu wilayah dalam jangka waktu tertentu, biasanya satu

tahun. Komponen balas jasa faktor produksi yang dimaksud adalah upah dan gaji, sewa tanah, bunga modal dan

keuntungan. Semua komponen tersebut dijumlahkan sebelum dipotong pajak penghasilan dan pajak tak langsung

lainnya. Dalam pengertian PDRB, kecuali faktor pendapatan, termasuk pula komponen penyusutan dan pajak

tidak langsung.

PDRB merupakan salah satu pencerminan kemajuan ekonomi suatu daerah. Berdasarkan hasil penghitungan

PDRB tahun 2008, nilai PDRB Kota Makassar atas dasar harga berlaku telah mencapai Rp.26.068,221 miliar

rupiah. Sedangkan PDRB atas dasar harga konstan 2008, nilainya sebesar Rp 13.561,827 milliar rupiah. Struktur

ekonomi bias memberikan gambaran masing-masing sektor dalam pembentukan total PDRB suatu daerah.

Semakin besar persentase suatu sektor semakin besar pula pengaruh sektor tersebut dalam perekonomian

daerah.

Tabel 5-11 Perkembangan PDRB Kota Makassar.

TAHUN PDRB SUL SEL PDRB KOTA MAKASSAR PERSENTASE MAKASSAR THDP SUL SEL

2004 48.509.525,38 13.127.238,54 27,06

2005 52.042.724,45 15.744.193,91 30,25

2006 60.902.828,80 18.165.876,32 29,83

2007 69.271.924,56 20.794.721,30 30,02

2008 85.143.191,27 26.068.221,49 30,62

PDRB Kota Makassar selama ini telah memberikan sumbangsih yang besar bagi PDRB Propinsi Sulawesi

Selatan secara keseluruhan. Untuk tahun 2008 ini presentasenya sekitar 30,62 %. Angka ini meningkat 0,60 %

dari tahun sebelumnya. Pertumbuhan pesat sektor ekonomi yang di alami oleh Kota Makassar memang

memberikan dampak yang signifikan terhadap kenaikan ini.

Page 26: Laporan Akhir_Bab 5_Kajian Lingkungan WKM

V - 26

Sektor penggerak utama ekonomi di Kota Makassar masih di kuasai oleh sektor perdagangan, restoran dan hotel.

Kontribusi sektor ini berada pada angka 29,06 %. Menyusul setelah sektor perdagangan, restoran dan hotel itu,

adalah sektor industri pengolahan dengan angka konstribusi 22,24 %. Gambaran besaran porsi sumbangsih dari

tiap sektornya pada tahun 2008 bisa dilihat pada gambar berikut :

Sektor industri dapat dibedakan atas industri Besar, Sedang, Kecil dan Rumahtangga. Data mengenai industry

Besar dan Sedang tersedia setiap tahun yang dikumpulkan dengan cara sensus lengkap. Sedangkan data industri

Kecil dan Rumah tangga tidak tersedia setiap tahun. Perusahaan industri di Kota Makassar tahun 2008 sebanyak

18 buah dengan jumlah tenaga kerja sebanyak 306 orang. Nilai output industri besar/sedang pada tahun 2008

sebesar 217.074.096.000 rupiah dengan nilai tambah atas harga pasar sebesar 160.068.434.000 rupiah.

Tabel 5-12 Jumlah Industri Berdasarkan Kecamatan, 2008

KECAMATAN RATA – RATA

No PERUSAHAAN TENAGA

KERJA NILAI INPUT

NILAI OUTPUT

NILAI TAMBAH

1 MARISO 2 31 9.704.520 84.553.000 71.350.000

2 MAMAJANG - - - - -

3 TAMALATE - - - - -

4 RAPPOCINI 1 27 271.000 2.400.000 2.129.000

5 MAKASSAR - - - - -

6 UJUNG PANDANG - - - - -

7 WAJO - - - - -

8 BONTOALA - - - - -

9 UJUNG TANAH - - - - -

10 TALLO 2 5 219.090 315.000 95.910

11 PANAKKUKANG 2 3 295.500 688.000 392.500

12 MANGGALA - - - - -

13 BIRINGKANAYA 6 19 3.026.541 4.465.016 1.438.474

14 TAMALANREA 5 16 374.046 3.354.400 1.126.353

JUMLAH 18 101 13.890.697 95.775.416 76.532.237

Sumber: BPS, 2008

Gambar 5-9 Grafik sektor penggerak ekonomi di Kota Makassar

Page 27: Laporan Akhir_Bab 5_Kajian Lingkungan WKM

V - 27

Berdasarkan Tabel 5-12 menunjukkan bahwa industri yang berada di Kota Makassar tersebar di 14 kecamatan.

Namun tidak semua kecamatan terdapat perusahaan industri. Daerah tersebut seperti Mamajang, Tamalate,

makassar dan lain-lain. Perusahaan industri lebih terkosentrasi di Kecamatan Biringkanaya dan Tamalanrea

dengan masing-masing sebanyak 6 dan 5 perusahaan. Kecamatan Mariso merupakan daerah yang memiliki

pendapatan terbesar dibidang industri. Jenis industri makanan dan minuman menjadikan daerah ini maju lebih

pesat, hal ini di picu oleh letaknya yang berada di jantung kota dan dekat dengan objek pariwisata Makassar,

seperti Anjungan Losari, Pantai Tanjung Bunga dan dekat dengan Mall. Industri makanan dan minuman yang

dimaksud, seperti Cafe, Restoran, Hotel dana beberapa warung makan lainnya. Dengan pendapatan yang

demikian tentunya dapat memberikan kontribusi yang besar terhadap PDRB Kota Makassar.

b. Angka Inflasi

Sementara itu, angka inflasi sepanjang tahun 2008 lalu di Kota Makassar, mencapai angka tertingginya pada

bulan Juni, yaitu pada angka 3,39 persen. Kenaikan itu umumnya disumbangkan oleh komioditi bahan makanan,

dengan angka kenaikan yang mencapai 3,83 %. Sedangkan pada sektor perumahan, angka inflasinya berada

pada posisi 3,08 %.

Sebaliknya, angka inflasi terendah bagi Kota Makassar di tahun 2008 lalu, terjadi pada medio bulan Oktober.

Pada bulan itu angkanya berada pada titik minus (-0,18 %). Sebulan berselang, persentase inflasi secara umum

di kota ini belum bergerak dari posisi minus, yaitu 1013. Dan pada akhir tahun, Kota Makassar mencatat inflasi

umum sebesar 0,46 %.

c. Kredit Usaha

Kota Makassar mengalami pertumbuhan ekonomi yang sangat signifikan dalam beberapa tahun terakhir ini.

Bahkan sampai mencapai angka 10,5%. Angka ini bahkan jauh melampuai target dan pencapaian pertumbuhan

ekonomi secara nasional yang hanya 5,5 %.

Trend positif pada pertumbuhan ekonomi itu, sangat mungkin untuk terus berlanjut pada tahun 2009 ini. Indikasi

itu bisa terlihat pada pengucuran kredit pada beberapa sektor yang juga mengalami peningkatan. Untuk sektor

UMKM misalnya, pada triwulan I tahun 2009 lalu share kreditnya sebesar 71,69 %. Sedangkan untuk

penyalurannya sendiri, masih terjadi pada sektor konsumsi dan perdagangan, dimana masing-masing sebesar 57

% dan 28 %. Menurut data yang tersedia, jumlah rekening UMKM saat ini mencapai Rp. 567,1 miliar. Dari jumlah

itu, Kredit usaha kecil mendominasi jumlah rekening dengan proporsi sebesar 44,68%.

Sementara itu, pengucuran Kredit usaha Rakyat atau KUR sampai dengan periode Maret 2009 lalu mencapai

angka Rp 739 Miliar, dengan angka pengembaliannya yang sudah melampaui separuhnnya, yakni Rp 429 Miliar

rupiah. Pengembalian ini mengindikasikan bahwa secara umum tidak ada masalah berarti dalam membangun

sektor usaha di Makassar. Kota ini sangat prospektus untuk berinvestasi dan menggerakkan usaha-usaha

mandiri.

Berdasarkan data KBI Makassar, jumlah kredit konsumsi hingga Maret 2009 tercatat mencapai Rp12,97

triliun.Sementara kredit untuk modal kerja dan investasi sebagai kegiatan produktif masing-masing hanya

tersalurkan Rp12,2 triliun dan Rp6triliun.Share kredit konsumsi untuk kredit per jenis penggunaan ini mencapai

Rp41,09%.

Page 28: Laporan Akhir_Bab 5_Kajian Lingkungan WKM

V - 28

F. KAJIAN SUMBER DAYA BUATAN

1. Kajian Jaringan Transportasi

a. Transportasi Darat

Melihat kondisi real jalur transportasi di Kota Makassar, pemerintah di

daerah melakukan strategi dan upaya dengan cara memperlebar

jalan beberapa tempat, khususnya jalan utama. Hal ini dilakukan

dengan maksud untuk mengurangi tingkat kemacetan jalur

transportasi kota. Sebagai contoh, diadakannya proyek pelebaran

Jalan di Jalan Urip Sumoharjo menjadi 22 meter. Ini merupakan

lanjutan dari pembangunan fly over. Selain itu dilakukan pula

Penggalian di dekat Taman Makam Pahlawan dan pagar Bosowa.

Setelah pelebaran, Jalan Urip Sumoharjo tetap dua jalur. Khusus jalur

kiri dari arah depan Kantor Gubernur Sulsel sampai ke jembatan

Sungai Pampang, badan jalan dibuat selebar 12 meter. Jalur

kanannya diperlebar menjadi 10 meter.

Sementara mulai dari arah depan Kantor Gubernur ke Tugu Adipura, pelebaran jalur kiri dan kanan jalan masing-

masing 10 meter. Pelebarannya menggunakan konstruksi beton yang dilapisi aspal. Dengan dilakukan

pembangunan dan pelebaran jalan di jalan utama setidaknya memberikan kontribusi yang bernilai positip bagi

masyarakat Kota Makassar. Beberapa faktor yang mempengaruhi transportasi darat di Kota Makassar

hubungannya dengan aktivitas masyarakat antara lain:

Besar Bangkitan – Tarikan Pergerakan Masyarakat

Besar bangkitan – tarikan pergerakan masyarakat di Kota Makassar yang dilakukan dengan pendekatan

analisis kategori, disajikan pada Tabel 5-13 dan Gambar 2.21 berikut :

Tabel 5-13. Bangkitan – Tarikan Pergerakan Kota Makassar

No Nama Kecamatan Besar Pergerakan (Orang)

Tarikan Bangkitan

1 KEC. MARISO 57,286 45,896

2 KEC. MAMAJANG 51,632 51,173

3 KEC. TAMALATE 91,430 125,561

4 KEC. RAPPOCINI 89,156 118,839

5 KEC. MAKASSAR 80,506 69,868

6 KEC. UJUNG PANDANG 33,117 24,269

7 KEC. WAJO 29,482 29,671

8 KEC. BONTOALA 70,021 49,536

9 KEC. UJUNG TANAH 52,144 39,810

10 KEC. TALLO 124,823 111,378

11 KEC. PANAKKUKANG 86,497 112,965

12 KEC. MANGGALA 88,613 80,421

13 KEC. BIRINGKANAYA 112,949 104,144

14 KEC. TAMALANREA 69,661 73,785

JUMLAH 1,037,316 1,037,316

Page 29: Laporan Akhir_Bab 5_Kajian Lingkungan WKM

V - 29

Gambar 5-10. Bangkitan – Tarikan Pergerakan Kota Makassar

Tabel 5-13 dan Gambar 5-10 memperlihatkan bahwa dari jumlah penduduk Kota Makassar sebesar 1.193.434

jiwa (BPS Makassar, 2006), terdapat seabanyak 1.037.316 jiwa atau sebesar 86,9% penduduk yang

melakukan pergerakan/perjalanan dari dan ke tempat tinggalnya dalam sehari. Tabel dan gambar tersebut

juga memperlihatkan bahwa terdapat 5 (lima) kecamatan yang mempunyai bangkitan – tarikan pergerakan

terbesar di Kota Makassar, yaitu Kecamatan Tamalate, Kecamatan Tallo, Kecamatan Rappocini, Kecamatan

Biringkanaya, dan Kecamatan Panakukang, dengan jumlah pergerakan rerata di atas 10.000 orang per-hari.

Sebaran Pergerakan Masyarakat

Sebaran pergerakan masyarakat di Kota Makassar yang dilakukan dengan pendekatan survai wawancara

rumah tangga yang kemudian dianalisis dan dimodelkan dengan metode furness, disajikan pada Tabel 5-14

dalam bentuk Matriks Asal – Tujuan (MAT) Pergerakan dan Garis Keinginan Perjalan Penduduk sebagaimana

divisualisasikan dalam Gambar 5-11. berikut

Tabel 5-14. Matriks Asal-Tujuan Pergerakan Penduduk Kota Makassar 2007

KE

C.

MA

RIS

O

KE

C.

MA

MA

JA

NG

KE

C.

TA

MA

LA

TE

KE

C.

RA

PP

OC

INI

KE

C.

MA

KA

SS

AR

KE

C.

UJU

NG

PA

ND

AN

G

KE

C.

WA

JO

KE

C.

BO

NT

OA

LA

KE

C.

UJU

NG

TA

NA

H

KE

C.

TA

LL

O

KE

C.

PA

NA

KK

UK

AN

G

KE

C.

MA

NG

GA

LA

KE

C.

BIR

ING

KA

NA

YA

KE

C.

TA

MA

LA

NR

EA

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

11

12

13

14

1 KEC. MARISO 21,476 4,826 4,971 1,689 2,172 1,448 1,158 772 1,158 1,448 1,737 869 1,158 1,013 45,896

2 KEC. MAMAJANG 10,150 13,752 3,695 6,128 3,228 2,479 281 1,544 2,011 2,807 2,058 702 1,918 421 51,173

3 KEC. TAMALATE 2,031 9,268 50,021 16,251 6,094 6,221 1,523 2,793 2,285 7,237 7,490 3,301 6,856 4,190 125,561

4 KEC. RAPPOCINI 4,244 7,686 12,848 24,089 12,618 1,835 459 5,162 3,900 16,289 14,798 5,735 5,277 3,900 118,839

5 KEC. MAKASSAR 1,656 2,070 5,050 4,056 25,662 3,477 2,070 6,291 2,235 3,063 6,291 3,063 3,063 1,821 69,868

6 KEC. UJUNG PANDANG 1,849 1,386 1,436 2,173 1,849 7,794 824 1,037 2,423 587 1,012 587 637 674 24,269

7 KEC. WAJO 1,396 984 537 1,181 1,092 1,056 13,422 2,720 4,241 895 823 591 537 197 29,671

8 KEC. BONTOALA 471 706 588 4,412 2,471 647 1,294 17,532 4,001 8,295 3,883 1,000 1,235 3,000 49,536

9 KEC. UJUNG TANAH 1,030 858 686 858 3,260 1,544 2,402 4,633 8,408 7,550 515 686 6,692 686 39,810

10 KEC. TALLO 1,169 1,670 1,169 4,175 6,345 668 501 17,533 12,524 52,767 2,505 1,002 7,514 1,837 111,378

11 KEC. PANAKKUKANG 4,707 4,450 4,407 14,121 8,644 3,937 1,412 5,777 4,108 12,366 21,481 11,596 7,531 8,430 112,965

12 KEC. MANGGALA 866 578 2,021 4,765 1,877 289 144 866 1,877 722 10,395 51,833 1,877 2,310 80,421

13 KEC. BIRINGKANAYA 3,465 1,121 1,223 1,121 2,751 306 1,325 1,223 917 6,216 4,484 2,344 56,352 21,298 104,144

14 KEC. TAMALANREA 2,777 2,277 2,777 4,138 2,444 1,416 2,666 2,138 2,055 4,582 9,025 5,304 12,302 19,883 73,785

57,286 51,632 91,430 89,156 80,506 33,117 29,482 70,021 52,144 124,823 86,497 88,613 112,949 69,661 1,037,316JUMLAH

ASAL

.

.

.

.

TUJUAN

ZONA

JUMLAH

0

20,000

40,000

60,000

80,000

100,000

120,000

140,000

KEC

. MARIS

O

KEC

. MAM

AJA

NG

KEC

. TAM

ALATE

KEC

. RAPP

OCIN

I

KEC

. MAKA

SSAR

KEC

. UJU

NG

PAN

DANG

KEC

. WAJO

KEC

. BO

NTO

ALA

KEC

. UJU

NG

TANAH

KEC

. TALL

O

KEC

. PAN

AKK

UKAN

G

KEC

. MANGG

ALA

KEC

. BIR

ING

KAN

AYA

KEC

. TAM

ALANREA

NAMA KECAMATAN

JU

ML

AH

PE

ND

UD

UK

(O

RG

)

TARIKAN BANGKITAN

Page 30: Laporan Akhir_Bab 5_Kajian Lingkungan WKM

V - 30

Gambar 5-11. Garis Keinginan Perjalanan Penduduk Kota Makassar 2007

Tabel 5-14 dan Gambar 5-11 di atas memperlihatkan bahwa asal – tujuan pergerakan terbesar di Kota

Makassar terjadi pada pergerakan Kecamatan Biringkanaya – Kecamatan Tamalanrea, Kecamatan Rappocini

– Kecamatan Panakukang, Kecamatan Rappocini – Kecamatan Tamalate, Kecamatan Rappocini –

Kecamatan Tallo, dan Kecamatan Tallo – Kecamatan Bontoala.

b. Transportasi Laut

1) Posisi dan Wilayah Kerja Pelabuhan Soekarno – Hatta

Posisi dan wilayah kerja Pelabuhan Soekarno – Hatta Makassar dapat dilihat secara visual pada gambar

berikut :

Gambar 5-12. Lokasi Pelabuhan Soekarno-Hatta

Page 31: Laporan Akhir_Bab 5_Kajian Lingkungan WKM

V - 31

Adapun wilayah kerja Pelabuhan Soekarno – Hatta Makassar disajikan pada Tabel berikut :

Tabel 5-15. Wilayah Kerja Pelabuhan Soekarno – Hatta Makassar

A KANTOR PELABUHAN

PT. PELABUHAN INDONESIA IV (PERSERO) CABANG MAKASSAR JL. SOEKARNO NO 1 MAKASSAR- SULAWESI SELATAN

B WILAYAH / SATUAN KERJA

PT. PELABUHAN INDONESIA IV (PERSERO) KAWASAN PAOTERE JL. SABUTUNG MAKASSAR- SULAWESI SELATAN

C DUKS TIDAK ADA DUKS

Berdasarkan SK KM 85 Tahun 1999, Tanggal 13/10/1999, maka wilayah Master Plan Pelabuhan Soekarno

Hatta meliputi :

Daerah Lingkungan Kerja Pelabuhan, dengan luas Perairan adalah 2.978 Ha dan luas daratan yang

dikuasai adalah 1.192.933 M2.

Daerah Lingkungan Kepentingan Pelabuhan, dengan luas perairan adalah 39.740 Ha.

2) Kondisi Operasional Pelabuhan Soekarno – Hatta Makassar

Kondisi operasional arus penumpang dan barang yang terjadi di Pelabuhan Soekarno – Hatta Makassar pada

periode waktu tahun 2002 – 2006 disajikan pada Tabel dan Gambar berikut :

Tabel 5-16. Data Operasional Pelabuhan Makassar Thn 2002 – 2006

Gambar 5-13. Data Arus Kapal di Pelabuhan Makasar Tahun 2002 - 2006

Page 32: Laporan Akhir_Bab 5_Kajian Lingkungan WKM

V - 32

Gambar 5-13, memperlihatkan bahwa arus kunjungan kapal (Call) dalam 5 (lima) tahun terakhir mengalami

kecenderungan penurunan, dimana pada tahun 2006 penurunan yang terjadi cukup drastis/signifikan.

Demikian pula hal yang sama terjadi pada arus kapal dengan satuan Grt (Gambar 5-14).

Gambar 5-14. Data Arus Kapal di Pelabuhan Makasar Thn. 2002 - 2006

Gambar 5-15. Volume Ekspor - Impor Pelabuhan Makassar Thn. 2002 - 2006

Gambar 5-15, memperlihatkan bahwa jumlah impor jauh lebih besar dibandingkan dengan jumlah impor.

Namun demikian, kecenderungan volume ekspor – impor dari tahun 2002 hingga tahun 2006 relatif sama.

Dimana kecenderungan yang terjadi adalah bahwa dari tahun 2002 hingga tahun 2004 volume ekspor – impor

mengalami peningkatan dari 1.649.313 ton hingga 1.949.766 ton. Namun dari tahun 2004 hingga tahun 2006,

volume ekspor – impor mengalami penurunan. Penurunan drastis atau signifikan terjadi dari tahun 2005 ke

tahun 2006, dimana volume total ekspor – impor sebesar 1.726.645 ton pada tahun 2005 turun menjadi

842.317 ton pada tahun 2006.

Page 33: Laporan Akhir_Bab 5_Kajian Lingkungan WKM

V - 33

Gambar 5-16. Volume Bongkar - Muat Pelabuhan Makasar Thn. 2002 - 2006

Gambar 5-16, memperlihatkan bahwa jumlah volume bongkar lebih besar dibandingkan dengan jumlah volume muat.

Namun demikian, kecenderungan volume bongkar - muat dari tahun 2002 hingga tahun 2006 relatif sama. Dimana

kecenderungan yang terjadi adalah bahwa dari tahun 2002 hingga tahun 2005 besar volume total bongkar – muat

barang mengalami peningkatan dari 5.773.459 ton hingga 7.955.157 ton. Namun dari tahun 2005 ke tahun 2006,

volume total bongkar – muat barang mengalami penurunan yang cukup drastis/signifikan, dimana volume total

bongkar – muat barang pada tahun 2006 turun menjadi sebesar 3.672.024 ton.

Gambar 5-17, memperlihatkan bahwa kecenderungan jumlah arus penumpang di Pelabuhan Soekarno – Hatta

Makassar dari tahun 2002 hingga tahun 2006 secara keseluruhan mengalami penurunan. Grafik memperlihatkan

bahwa meskipun pada tahun 2005 sedikit terjadi peningkatan jumlah penumpang dari tahun 2004, namun

peningkatan tersebut tidak signifikan. Pada tahun 2006 justru terjadi penurunan jumlah penumpang yang sangat

drastis/signifikan dari jumlah penumpang tahun 2005 sebesar 426.262 orang untuk penumpang naik dan 348.048

orang untuk penumpang turun, turun menjadi 131.482 orang untuk penumpang naik dan 168.631 orang untuk

penumpang turun. Grafik juga memperlihatkan bahwa jumlah penumpang naik relatif lebih besar dibandingkan

dengan jumlah penumpang turun.

Gambar 5-17. Jumlah Penumpang Pelabuhan Makasar Tahun 2002 - 2006

Data kondisi operasional pelabuhan tersebut di atas, sangat ditentukan oleh kondisi potensi hinterland Pelabuhan

Soekarno – Hatta Makassar yang meliputi potensi sebagaimana disajikan pada Tabel berikut :

Page 34: Laporan Akhir_Bab 5_Kajian Lingkungan WKM

V - 34

Tabel 5-17. Jenis Potensi Hinterland Pelabuhan Soekarno – Hatta Makassar

c. Transportasi Udara

Bandara Hasanuddin adalah bandar udara yang terletak 30 km dari Kota Makassar, provinsi Sulawesi Selatan.

Bandara ini dioperasikan oleh PT. Angkasa Pura I. Meskipun berstatus bandara internasional, sejak 28 Oktober

2006 tidak ada lagi rute internasional kecuali penerbangan haji setelah rute internasional terakhir Hasanuddin,

Makassar-Singapura ditutup Garuda Indonesia karena merugi. Sebelumnya, Silk Air dan Malaysia Airlines telah

terlebih dahulu menutup jalur internasional mereka ke Hasanuddin.

1) Pergerakan Lalu Lintas Angkutan Udara

a. Trend Pergerakan Lalu Lintas Angkutan Udara Tahun 1991 - 2005

Pergerakan lalu lintas angkutan udara, baik dalam bentuk penumpang orang, bagasi, kargo, barang pos,

mulai tahun 1991 hingga tahun 2005, disajikan pada Tabel berikut :

Tabel 5-18a. Pergerakan Angkutan Udara BU Hasanuddin 1991s/d 1998

PESAWAT 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998

DATANG 10,269 10,733 12,192 13,722 15,003 16,204 16,900 10,680

BERANGKAT 10,232 10,729 12,177 13,703 14,967 16,175 16,972 10,676

L O K A L 2,751 1,921 1,654 1,201 1,914 1,410 1,524 1,022

JUMLAH 23,252 23,383 26,023 28,626 31,884 33,789 35,396 22,378

KENAIKAN / TAHUN

1,651 131 2,640 2,603 3,258 1,905 1,607 -13,018

% KENAIKAN 7% 0.56% 11.29% 10.00% 11.38% 5.97% 4.76% -36.78%

PENUMPANG

DATANG 364,536 395,724 424,318 474,906 563,755 610,628 580,029 399,623

BERANGKAT 273,631 293,815 327,440 385,981 465,531 517,866 522,051 327,967

TRANSIT 299,108 316,903 367,795 417,042 492,710 514,617 525,925 355,036

JUMLAH 937,275 1,006,442 1,119,553 1,277,929 1,521,996 1,643,111 1,628,005 1,082,626

KENAIKAN / TAHUN

73,140 69,167 113,111 158,376 244,067 121,115 -15,106 -545,379

% KENAIKAN 8.60% 7.38% 11.24% 14.15% 19.10% 7.96% -0.92% -33.50%

B A G A S I

BONGKAR 4,336,712 4,535,369 5,171,497 5,832,753 7,134,824 7,749,414 8,609,215 5,832,186

MUAT 6,190,293 6,983,685 8,016,584 9,397,626 11,325,322 12,502,717 11,338,312 4,780,765

JUMLAH 10,527,005 11,519,054 13,188,081 15,230,379 18,460,146 20,252,131 19,947,527 10,612,951

KENAIKAN / TAHUN

77,345 992,049 1,669,027 2,042,298 3,229,767 1,791,985 -304,604 -9,334,576

% KENAIKAN 0.77% 9.42% 14.49% 15.49% 21.21% 9.71% -1.50% -46.80%

KARGO

BONGKAR 10,068,210 9,505,740 9,631,374 9,597,952 11,027,436 12,844,328 13,624,830 10,548,340

MUAT 9,453,269 10,176,489 10,843,448 13,400,812 16,266,046 20,517,599 18,635,727 17,216,650

JUMLAH 19,521,479 19,682,229 20,474,822 22,998,764 27,293,482 33,361,927 32,260,557 27,764,990

KENAIKAN / TAHUN

-957,398 160,750 792,593 2,523,942 4,294,718 6,068,445 -1,101,370 -4,495,567

% KENAIKAN -4.67% 0.82% 4.03% 12.33% 18.67% 22.23% -3.30% -13.94%

P O S

BONGKAR 878,877 1,041,776 931,900 835,977 705,072 874,320 1,226,893 897,793

MUAT 900,107 975,779 1,099,267 1,000,046 901,702 1,011,172 1,289,310 1,194,653

JUMLAH 1,778,984 2,017,555 2,031,167 1,836,023 1,606,774 1,885,492 2,516,203 2,092,446

KENAIKAN / TAHUN

21,684 238,571 13,612 -195,144 -229,249 278,718 630,711 -423,757

% KENAIKAN 1.23% 13.41% 0.67% -9.61% -12.49% 17.35% 33.45% -16.84%

Tabel 5-18b. Pergerakan Angkutan Udara BU Hasanuddin 1999s/d 2005

Page 35: Laporan Akhir_Bab 5_Kajian Lingkungan WKM

V - 35

PESAWAT 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005

Rata2

Kenaikan

DATANG 8,484 9,954 12,369 14,736 19,534 23,618 21,422

BERANGKAT 8,445 9,910 12,348 14,734 19,478 23,584 21,412

L O K A L 894 582 378 427 272 76 106

JUMLAH 17,823 20,446 25,095 29,897 39,284 47,278 42,940

KENAIKAN / TAHUN -4,555 2,623 4,649 4,802 9,387 7,994 -4,338

% KENAIKAN -20.35% 14.72% 22.74% 19.14% 31.40% 20.35% -9.18% 6%

PENUMPANG

DATANG 343,137 429,977 526,916 700,085 990,560 1,381,326 1,370,665

BERANGKAT 295,695 370,748 456,214 645,485 926,631 1,322,792 1,278,648

TRANSIT 289,058 311,095 355,082 469,656 653,836 904,280 947,925

JUMLAH 927,890 1,111,820 1,338,212 1,815,226 2,571,027 3,608,398 3,597,238

KENAIKAN / TAHUN -154,736 183,930 226,392 477,014 755,801 1,037,371 -11,160

% KENAIKAN -14.29% 19.82% 20.36% 35.65% 41.64% 40.35% -0.31% 12%

B A G A S I

BONGKAR 5,184,690 6,567,962 7,684,198 9,775,342 13,598,554 18,165,333 18,126,038

MUAT 3,890,152 4,973,289 6,022,638 8,487,542 21,102,278 27,596,725 27,473,645

JUMLAH 9,074,842 11,541,251 13,706,836 18,262,884 34,700,832 45,762,058 45,599,683

KENAIKAN / TAHUN -1,538,109 2,466,409 2,165,585 4,556,048 20,993,996 27,499,174 10,898,851

% KENAIKAN -14.49% 27.18% 18.76% 33.24% 114.95% 79.25% 23.82% 20%

KARGO

BONGKAR 9,356,985 10,393,911 11,563,001 10,993,568 13,349,248 14,603,356 16,284,835

MUAT 17,454,094 17,210,457 19,720,503 12,892,435 21,641,843 23,035,493 26,183,666

JUMLAH 26,811,079 27,604,368 31,283,504 23,886,003 34,991,091 37,638,849 42,468,501

KENAIKAN / TAHUN -953,911 793,289 3,679,136 -7,397,501 3,707,587 13,752,846 7,477,410

% KENAIKAN -3.44% 2.96% 13.33% -23.65% 11.85% 57.58% 21.37% 8%

P O S

BONGKAR 886,196 657,520 704,758 697,685 570,575 617,676 479,887

MUAT 1,471,396 1,069,203 874,147 476,450 763,007 633,735 576,451

JUMLAH 2,357,592 1,726,723 1,578,905 1,174,135 1,333,582 1,251,411 1,056,338

KENAIKAN / TAHUN 265,146 -630,869 -147,818 -404,770 159,447 -82,171 -195,073

% KENAIKAN 12.67% -26.76% -8.56% -25.64% 13.58% -6.16% -15.59% -2%

Secara visual volume arus lalu lintas angkutan udara untuk setiap jenis lalu lintas tersebut di atas beserta trend

kenaikannya disajikan pada gambar-gambar berikut :

0

5,000

10,000

15,000

20,000

25,000

30,000

35,000

40,000

45,000

50,000

1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005

Tahun

Ju

mla

h P

esaw

at

(Bu

ah

)

Gambar 5-18. Trend Arus Lalu Lintas Pesawat di Bandara Hasanuddin

Page 36: Laporan Akhir_Bab 5_Kajian Lingkungan WKM

V - 36

Gambar 5-19. Trend Arus Lalu Lintas Penumpang di Bandara Hasanuddin

0

5,000,000

10,000,000

15,000,000

20,000,000

25,000,000

30,000,000

35,000,000

40,000,000

45,000,000

50,000,000

1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005

Tahun

Ju

mla

h B

ag

asi (k

g)

Gambar 5-20. Trend Arus Lalu Lintas Bagasi di Bandara Hasanuddin

0

5,000,000

10,000,000

15,000,000

20,000,000

25,000,000

30,000,000

35,000,000

40,000,000

45,000,000

1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005

Tahun

Ju

mla

h K

arg

o (

kg

)

Gambar 5-21. Trend Arus Lalu Lintas Kargo di Bandara Hasanuddin

0

500,000

1,000,000

1,500,000

2,000,000

2,500,000

3,000,000

1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005

Tahun

Ju

mla

h B

ara

ng

Po

s (

kg

)

Gambar 5-22. Trend Arus Lalu Lintas Barang Pos di Bandara Hasanuddin

0

500,000

1,000,000

1,500,000

2,000,000

2,500,000

3,000,000

3,500,000

4,000,000

1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005

Tahun

Ju

mla

h P

en

um

pan

g (

Ora

ng

)

Page 37: Laporan Akhir_Bab 5_Kajian Lingkungan WKM

V - 37

-60%

-40%

-20%

0%

20%

40%

60%

80%

100%

120%

1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005

Tahun

Tin

gkat

Ken

aik

an

Lali

Ud

ara

(%)

Pesawat Penumpang Bagasi Kargo Pos

Gambar 5-23. Trend Kenaikan Arus Lalu Lintas di Bandara Hasanuddin

Tabel 5-18 dan Gambar 5-18 – 5-23, memperlihatkan bahwa kecenderungan atau trend jumlah arus lalu lintas

angkutan udara mulai dari jenis penumpang, bagasi, kargo, barang dan barang pos dari tahun 1991 hingga tahun

2005 mempunyai kecenderungan yang relatif sama yaitu mengalami peningkatan dari tahun 1991 hingga tahun

1997. Namun akibat krisis ekonomi yang menimpa Indonesia pada tahun 1997, maka jumlah arus lalu lintas

angkutan udara cenderung mengalami penurunan dari tahun 1997 hingga tahun 1999. Upaya pemulihan

ekonomi Indonesia yang dilakukan oleh Pemerintah juga mulai berdampak pada volume arus lalu lintas

tranportasi udara, yang diperlihatkan dengan terjadinya peningkatan dari tahun 1999 hingga ke tahun 2004.

Namun jumlah volume bagasi penumpang dari tahun 2004 hingga tahun 2005 cenderung relatif turun.

2) Lintasan Rute Maminasata

Angkutan Umum Perkotaan

Angkutan umum perkotaan adalah angkutan umum yang melintasi 2 atau lebih wilayah administratif kota atau

kabupaten yang berdekatan. Dalam hal ini, untuk Kota Makassar terdapat berbagai trayek angkutan umum

perkotaan yang bergerak dalam wilayah Metropolitan Mamminasata (Kota Makassar, Kota Maros, Kota

Sungguminasa dan Kota Takalar), baik dari jenis kendaraan mikrolet, maupun dari jenis kendaraan bus (Bus

DAMRI). Adapaun indikator karakteristik dari angkutan perkotaan yang menuju dan meninggalkan Kota Makassar,

diuraikan sebagai berikut :

a. Lintasan Rute

Lintasan rute dari berbagai trayek angkutan perkotaan jenis mikrolet di wilayah Mamminasata yang berstatus

sebagai angkutan dalam propinsi (AKDP) disajikan pada Tabel dan Gambar 5-24.

Tabel 5-19. Lintasan Rute Angkutan Perkotaan di Mamminasata

No Nama Trayek Lintasan Rute

Rute Pergi Rute Pulang

1 Maros – Makassar via Perintis Terminal Marusu – Jl. Perintis K. – TRD

TRD – Jl. Perintis K. – Terminal Marusu

2 Maros – Makassar via Tol Term. Marusu – Jl. Sutami – TRD

TRD – Jl. Sutami – Terminal Marusu

3 Sungguminasa – Makassar

Term. Bajiminasa – Jl. St. Alauddin – Jl. A. Tonro – Jl. Kumala – Jl. Ratulangi – Jl. Sudirman – Jl. B. Saraung

Jl. B. Saraung – Jl. Lompo Battang – Jl. BWK – Jl. Sudirman – Jl. Landak – Jl. Veteran – Jl. St. Alauddin – Ter. Bajiminasa

Page 38: Laporan Akhir_Bab 5_Kajian Lingkungan WKM

V - 38

4 Takalar – Makassar

Term.Takalar –Sungguminasa - Jl. St. Alauddin – Jl. A. Tonro – Jl. Kumala – Jl. Ratulangi – Jl. Sudirman – Jl. B. Saraung

Jl. Bulusaraung – Jl. Lompobattang – Jl. BWK – Jl. Sudirman – Jl. Landak – Jl. Veteran – Jl. St. Alauddin –Sungguminasa - Term. Takalar

5 Makassar Mall – Sungguminasa

Term. Bajiminasa – Jl. St. Alauddin – Jl. A. Pettarani – Jl. Urip – Jl. BWK – Jl. Sudirman – Makassar Mall

Makassar Mall – Jl. B. Saraung– Jl. Urip – Jl. Pettarani – Jl. St. Alauddin – Ter. Bajiminasa

Tabel 5-19 di atas memperlihatkan bahwa terdapat 5 trayek angkutan perkotaan jenis mikrolet yang beroperasi

yaitu : Trayek Makassar – Maros via Jl. Perintis dan via Jl. Sutami, Trayek Makassar - Takalar, dan Trayek

Makassar – Sungguminasa (Gowa) yang terdiri atas jenis moda yaitu moda mikrolet dan moda bus DAMRI.

Gambar 5-24a. Lintasan Rute Trayek Makassar - Maros

Gambar 5-24b. Lintasan Rute Trayek Makassar – Sungguminasa

Ter

min

al

Cap

pa

Bun

gay

a

Lapa

ngan

Kare

bosi

RSU

Labuang

Baji

Terminal

Malengke

ri

KONDISI

Eksisting Rute

AKDP Trayek

Sungguminasa –

Makassar

Rute AKDP

Trayek

Sungguminasa –

Makassar

Terminal

Maros

Termina

l

Regiona

l Daya

(TRD)

Eks

Terminal

Panaikang

Rute AKDP

Trayek Maros –

Makassar via Tol

Rute Trayek

Maros –

Makassar via

Perintis

Pasar

Butung

Makassar

Mall

Pasar

Pannampu

Perumahan

BTP

Perumahan

Sudiang

Kondisi

Eksisting

Rute AKDP

Trayek Maros –

Makassar

Kampus

Unhas

Page 39: Laporan Akhir_Bab 5_Kajian Lingkungan WKM

V - 39

Gambar 5-24c. Lintasan Rute Trayek Makassar - Takalar

b. Jenis Armada dan Kapasitas

Jenis armada dan kapasitas tempat duduk (seat) dari armada angkutan umum perkotaan di wilayah Kota

Makassar dan sekitarnya disajikan pada Tabel 5-20 berikut :

Tabel 5-20. Jenis Armada Angkutan Perkotaan di Mamminasata

No Nama Trayek AKDP Jenis Armada Kapasitas

(Seat)

1 Maros – Makassar via Perintis Mikrolet 12

2 Maros – Makassar via Tol Mikrolet 12

3 Sungguminasa – Makassar Mikrolet 12

4 Takalar – Makassar Mikrolet 12

5 Makassar Mall - Sungguminasa Bus DAMRI 40

Tabel 5-20 memperlihatkan bahwa dari 5 jenis trayej angkutan perkotaan, terdapat 4 trayek dengan jenis

armada mikrolet dan 1 trayek dengan jenis bus, dengan kapasitas 12 seat untuk mikrolet dan 40 seat untuk

bus.

c. Jumlah Armada

Jumlah armada angkutan perkotaan baik jenis mikrolet maupun jenis bus di wilayah Makassar dan sekitarnya

disajikan pada Tabel 5-21 berikut :

Ke

Makassar

Page 40: Laporan Akhir_Bab 5_Kajian Lingkungan WKM

V - 40

Tabel 5-21. Jumlah Armada Angkutan Perkotaan di Makassar

No Trayek AKDP Jumlah Armada (Unit)

1 Maros – Makassar via Perintis 423

2 Maros – Makassar via Sutami 224

3 Sungguminasa – Makassar 860

4 Takalar – Makassar 298

5 Makassar Mall - Sungguminasa 6

Tabel 5-21 di atas memperlihatkan bahwa jumlah armada angkutan umum perkotaan untuk trayek Maros –

Makassar sebesar 423 unit (trayek via Jl. Perintis) dan 224 unit (trayek via Jl. Sutami). Untuk Trayek

Sungguminasa – Makassar, terdapat 860 unit bagi jenis armada mikrolet dan 6 unit bagi armada bus. Adapun

untuk Trayek Takalar – Makassar, terdapat sebesar 298 unit.

3) Pergerakan Lalu Lintas Angkutan Udara Tahun 2007

Pergerakan Lalu Lintas Angkutan Udara (LLAU) Khusus Kedatangan & Keberangkatan di Bandara Hasanuddin

Makassar berdasarkan Asal Penerbangan pada bulan April 2007, disajikan pada Tabel 5-22.

Tabel 5-22 Lalu Lintas Berdasarkan Asal Penerbangan April 2007

Asal Kota Aerodrome Jumlah Asal Kota Aerodrome Jumlah

CGK JKT/SOEKARNO-HATTA WIII 551 LUW LUWUK WAMW 9

SUB SURABAYA WARR 265 KOE KUPANG/ELTARI WRK 8

KDI KENDARI WAWW 124 MLG ABDULRAHMAN SALEH WIA 6

PLW PALU WAML 119 RTA RETURN TO APRON 4

MDC MANADO WAMM 108 XXL LOKAL 4

SOQ SORONG WASS 75 AMI MATARAM/SELAPARANG WRRA 3

DPS DENPASAR WADD 71 DJJ JAYAPURA WAJJ 2

AMQ AMBON WAPP 67 DRW DARWIN YPDI 2

BIK BIAK WABB 62 MOF MAUMERE WATC 1

GTO GORONTALO WAMG 60 MDN MADIUN WARI 1

TIM TIMIKA/TEMBAGAPURA WABP 56 RTB RETURN TO BASE 1

BPN BALIKPAPAN WALL 42 SIN SINGAPURA WSSS 1

TTE TERNATE WAMT 40 BMU BIMA WADB 1

SKO SOROAKO WAWS 33 XMA MADIUN WARA 1

MKW MANOKWARI WASR 31 XRE REMBIGA WADA 1

JOG JOGYAKARTA WARJ 30 DIL DILLI 1

HLP JKT/HALIM PK WIHH 13

Pergerakan Lalu Lintas Angkutan Udara (LLAU) Khusus Kedatangan & Keberangkatan di Bandara Hasanuddin

Makassar berdasarkan Asal Penerbangan pada bulan April 2007, disajikan pada Tabel 2.45.

Page 41: Laporan Akhir_Bab 5_Kajian Lingkungan WKM

V - 41

Tabel 5-23. Lalu Lintas Berdasarkan Tujuan Penerbangan April 2007

Tujuan (*) Kota (*) Aerodrome (*) Jumlah Tujuan (*) Kota (*) Aerodrome (*) Jumlah

CGK JKT/SOEKARNO-HATTA WIII 548 KOE KUPANG/ELTARI WRK 8

SUB SURABAYA WARR 292 MLG ABDULRAHMAN SALEH WIA 5

KDI KENDARI WAWW 125 SOC SOLO WARQ 4

MDC MANADO WAMM 123 RTA RETURN TO APRON 4

PLW PALU WAML 118 XXL LOKAL 4

DPS DENPASAR WADD 69 AMI MATARAM/SELAPARANG WRRA 2

BIK BIAK WABB 62 PSJ POSO WAMP 1

SOQ SORONG WASS 62 KKB KINIBALU 1

GTO GORONTALO WAMG 62 KUL KUALA LUMPUR 1

TIM TIMIKA/TEMBAGAPURA WABP 55 MDN MADIUN WARI 1

AMQ AMBON WAPP 43 DRW DARWIN YPDI 1

BPN BALIKPAPAN WALL 41 RTB RETURN TO BASE 1

TTE TERNATE WAMT 41 DJJ JAYAPURA WAJJ 1

SKO SOROAKO WAWS 33 SIN SINGAPURA WSSS 1

JOG JOGYAKARTA WARJ 30 SRG SEMARANG WARS 1

MKW MANOKWARI WASR 29 XRE REMBIGA WADA 1

HLP JKT/HALIM PK WIHH 14 PUM POMALA WAWP 1

LUW LUWUK WAMW 11

Pergerakan Lalu Lintas Angkutan Udara (LLAU) Khusus Kedatangan & Keberangkatan di Bandara Hasanuddin

Makassar berdasarkan Operator Penerbangan pada bulan April 2007, disajikan pada Tabel 2.46.

Tabel 5-24. Lalu Lintas Berdasarkan Operator Penerbangan April 2007

Kode (*) Operator (*) Jumlah Rata #Hari Kode (*) Operator (*) Jumlah Rata #Hari

LNI LION AIR 838 28 PAS PELITA AIR SERV 87 3

MNA MERPATI 838 28 MDL MANDALA AIRLINES 58 2

GIA GARUDA 510 17 TGN TRIGANA AIR 31 1

BTV BATAVIA AIR 356 12 XAL TNI - AL 13 0

SJY SRIWIJAYA AIR 240 8 XXD POLDA 10 0

XAR EXPRESS AIR 140 5 XXI INTERNASIONAL LAIN 6 0

DHI ADAM AIR 132 4 TWI TRANS WISATA 6 0

WON WINGS AIR 116 4 XDU DITJENUD 6 1

AFE AIR FAST 100 3 XPO POLRI 4 0

XAU TNI-AU 94 3 RPX RPX 2 0

Page 42: Laporan Akhir_Bab 5_Kajian Lingkungan WKM

V - 42

2. Kajian Jaringan Listrik

Pemenuhan energi dalam bentuk listrik merupakan salah satu indikator kemajuan suatu kota. Pemenuhan

kebutuhan listrik tidak hanya untuk kebutuhan rumah tangga tetapi juga untuk industri. Berdasarkan data BPS 2008

(Gambar 5-25), jumlah pelanggan sambungan baru sebesar 12792 pelanggan sedangkan untuk tambahan daya

sebesar 2290 pelanggan dengan jumlah daya listrik yang digunakan sebesar 1.208.539.708 Kwh. Dari tahun 2006

hingga 2008 terjadi peningkatan pelanggan sambungan baru secara signifikan dibandingkan dengan pelanggan

tambahan baru. Peningkatan jumlah pelanggan listrik perlu direspon oleh pemerintah guna menjawab kebutuhan

listrik masyarakat dengan meningkatkan produksi daya listrik melalui pembangunan pembangkit listrik baru,

mengusahakan sumber energi alternatif yang dapat dikonversi menjadi energi listrik dan penerapan-penerapan

teknologi elektronik yang hemat listrik.

Gambar 5-25 Pertumbuhan jumlah Pelanggan PLN

(Sumber BPS Tahun 2008)

3. Kajian Jaringan Telekomunikasi

Pembangunan sarana komunikasi diarahkan untuk meningkatkan kelancaran arus informasi dari suatu daerah ke

daerah lainnya. Kelancaran arus informasi dapat memperlancar aktifitas perekonomian di suatu wilayah.

a. Media Pos

Bila dilihat dari data kantor pos, pada tahun 2008, banyaknya surat pos yang dikirim secara keseluruhan

sebanyak 1.827.858 buah, untuk surat dalam negeri sebanyak 1.812.290 dan 15.568 buah surat luar negeri.

Sementara jumlah surat yang diterima secara keseluruhan sebanyak 2.349.581 surat dalam negeri.dan luar

negeri. Masing-masing sebanyak 2.331.051 surat dalam negeri dan 18.530 surat luar negeri.

Tabel 5-25 Jumlah penggunaan media komunikasi surat di Kantor Pos

JENIS SURAT POS 2005 2006 2007 2008

I. DALAM NEGERI

1.1. BIASA 943.656 437.871 1.193.076 1.002.473

1.2. KILAT 93.455 135.553 146.556 112.741

1.3. KILAT KHUSUS 356.486 493.546 468.719 678.637

1.4. TERCATAT BIASA 4.671 5.848 22.939 18.439

II. LUAR NEGERI

2.1. POS UDARA 0 13.064 13.775 11.432

2.2. E M S/Biasa 14.037 2.555 2.913 3.097

2.3. TERCATAT 3.129 - 2.621 1.039

JUMLAH-Total ( I + II ) 1.415.434 1.088.437 1.850.599 1.827..858

Sumber: BPS, 2008

Page 43: Laporan Akhir_Bab 5_Kajian Lingkungan WKM

V - 43

Gambar 5-26 Grafik Jenis Surat Pos Dalam Negeri

Berdasarkan gambar 5-26 menunjukkan bahwa pemanfaatan telkomunikasi surat pos dalam negeri mengalami

fluktuasi dan cenderung menurun. Dengan kemajuan tekhnologi yang super canggih di bidang telekomunikasi

memungkinkan surat pos mengalami penurunan, karena dianggap aksesnya cukup lama dengan biaya relatif

mahal. Sehingga penggunaan dalam bidang ini kurang diminati lagi oleh masyarakat.

Gambar 5-27 Grafik Jenis Surat Pos Luar Negeri

Berdasarkan gambar 5-27 menunjukkan bahwa penggunaan jasa pos surat untuk akses ke luar negeri di Kota

Makassar fluktuatif. Pada tahun 2006 penggunaan jasa EMS cenderung stabil. Perbandingan penggunaan jasa

pos udara dengan jasa EMS tahun 2006 – 2008 terlihat cukup

signifikan. Jika dilihat dari tahun sebelumnya (tahun 2005)

penggunan jasa EMS/biasa sebanyak 14.037 buah,

Secara total (gambar 5.28), penggunaan jasa pos surat dalam

negeri dan luar negeri di Kota Makassar fluktuatif dalam empat

tahun terakhir. Terjadi penurunan dari tahun 2007 ke tahun

2008. Hal ini disebabkan karena penggunaan jasa via pos

dianggap sudah tidak efektif lagi. Keberadaan perusahan-

perusahaanhan serupa (TIKI), juga turut berperan dalam

menurunnya jumlah pengguna surat pos. Apalagi, masyarakat

banyak beranggapan kalau sistem pengiriman melalui perusahan jasa pengiriman swasta ini lebih canggih dan

lebih baik dibandingkan dengan jasa pos.

Gambar 5-28 Grafik Total Jumlah Surat

Page 44: Laporan Akhir_Bab 5_Kajian Lingkungan WKM

V - 44

b. Sambungan Telepon

Tabel 5-26 Jumlah Sambungan Telepon Kandatel di Kota Makassar

Tahun Pelanggan Line in Service

Connected Line

2003 101.706 106.206 107.414

2004 120.076 124.997 126.270

2005 123.376 128.302 129.679

2006 122.756 127.707 129.033

2007 *) *) *)

2008 196.787 198.353 286.100

Sumber: BPS, 2008 Keterangan: *) tidak ada data

Berdasarkan Tabel 5-26, menunjukkan bahwa jumlah pelanggan sambungan telepon untuk Line in Service Kota

Makassar mengalami peningkatan dari tahun 2006 – 2008 sebanyak 70.646 sambungan yang tersebar di seluruh

wilayah makassar, sedangkan untuk Connected Line peningkatan tersebut sebanyak 157.067 buah sambungan.

Hal ini menunjukkan bahwa tingkat kebutuhan masyarakat terhadap sambungan telepon cukup signifikan.

c. Gelombang Radio

Keberadaan regulasi yang mengatur penggunaan frekuensi radio, telah menertibkan keberadaan stasiun radio yang

ada di Kota Makassar. Menurut data yang dilansir dari AC Nielsen, di Kota Makassar saat ini terdapat sekitar 34

Radio siaran yang mengudara pada 3 jenis jenis gelombang. Yaitu MW, SW dan FM. Secara lebih rinci, jumlah

stasiun Radio yang mengudara pada MW sebanyak 4 stasiun, di SW 3 stasiun dan pada gelombang FM sebanyak

22 Stasiun Radio.

Tabel 5-27 Nama Stasiun Radio

Berdasarkan Gelombang Radio

4. Kajian Sumber Daya Air Bersih

Gelombang Radio Nama Stasiun Radio

Medium Wave

RRI PRO 1

Radio Christy Ria

Radio Suara As'adiyah

Radio Suara Victoria

Short Wave PRO 1 - 4757 kHz

PRO 1 - 9552 kHz

Frequency Modulation

Radio Forum Madama

Radio Rema

Radio Fajar

Radio Swara Medika

Radio Swara Celebes

Radio De Javu

Radio Tudang Sipulung

RRI PRO 4

Radio Nursery Swara

Radio PRO 1

Radio Bharata

Radio Suara Sonata

Two Radio

Radio Venus Nusantara

Radio PRO 2

Radio Metro Bersatu

Radio Delta

Radio SQ FM

Radio SMART FM

Radio Al Ihwan

Radio Telstar FM

Radio SPFM

Radio Merkurius

Radio Prambors

Radio Gamasi

Radio RRI PRO 3

Radio Savana FM

Radio Maestro

Radio EBS FM

Radio Matrix

Radio Kharisma

Page 45: Laporan Akhir_Bab 5_Kajian Lingkungan WKM

V - 45

Sumber air bersih yang digunakan oleh masyarakat Kota Makassar pada saat sekarang ini yaitu berasal dari sumur,

PDAM dan sumur bor. Berdasarkan data dari Perusahaan Air Minum Daerah (PDAM) Kota Makassar sampai dengan

akhir tahun 2008 jumlah pelanggan PDAM Kota Makassar sebanyak 140.457 pelanggan, dengan jumlah total Air

yang disalurkan sepanjang tahun 2008 sebanyak 35.664.607 m3. Persentase volume air terbesar yang disalurkan

oleh PDAM adalah pelanggan rumah tangga, persentasenya mencapai 81% dari persentase keseluruhan.

Sedangkan yang lainnya merupakan Pemakaian pelanggan dalam bidang Bisnis, Industri, Pemerintah, Sosial,

dengan masing-masing persentasenya mencapai 9%, 1 %, 5%, 4%.

Gambar 5-29 Persentase Volume Air yang disalurkan PDAM untuk Kategori Pelanggan

Tabel 5-28 Jumlah Volume Air Minum Yang Disalurkan Oleh Pdam Menurut Bulan dan Nilai di Kota Makassar (2008)

Bulan

Volume Air Minum

Nilai (Rp) yang Disalurkan

(m3)

Januari 3.004.802 10.639.954.777

Februari 2.900.389 10.119.771.982

Maret 2.804.968 9.702.698.981

April 2.820.618 9.685.390.315

Mei 2.963.584 10.430.304.585

Juni 3.012.564 10.476.050.380

Juli 3.016.120 10.336.403.474

Agustus 3.035.097 10.764.369.534

September 3.097.750 10.917.071.760

Oktober 3.090.143 10.630.984.861

Nopember 2.915.915 10.137.044.117

Desember 3.002.657 10.575.343.614

jumlah 2008 35.664.607 124.415.388.380

2007 33.575.620 114.973.934,570 Sumber: BPS, 2008

Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa jumlah air minum yang disalurkan oleh PDAM sepanjang tahun 2007-

2008 mengalami peningkatan sebesar 3,02% atau sebanyak 2088987 m3. Pemakaian terbanyak terjadi pada bulan

September 2008. Sedangkan jika dilihat dari segi Rupiah kenaikan tersebut mencapai Rp 3.943.974.482

Page 46: Laporan Akhir_Bab 5_Kajian Lingkungan WKM

V - 46

5. Kajian Jaringan Prasarana Wilayah Kota

a. Sistem Drainase Kota Makassar

Kanal merupakan jantung dari sistem drainase Kota Makassar. Oleh sebab itu sistem pola air kanal perkotaan

lebih diperhatikan guna menjaga kestabilan dan keseimbangan lingkungan. Melihat kondisi real kanal saat ini

cukup memprihatinkan, karena telah terjadi sedimentasi dan pencemaran yang menurut standarisasi lingkungan

dan kesehatan telah melewati ambang batas. Pendangkalan sedimen bukan hanya di daerah hilir, tetapi juga di

daerah hulu. Hal ini di sebabkan oleh pembuangan sampah yang tidak bersahabat dengan lingkungan, yakni

sampah dalam bentuk anorganik. Hal ini sesuai hasil study Dinas Pekerjaan Umum (PU) Kota Makassar, bahwa

dari 14 kilometer (km) kanal yang membelah kota dari selatan ke utara, Jongaya hingga Pannampu hampir 70

persen di antaranya sudah dipenuhi endapan lumpur. Dari lima sampai enam meter kedalaman kanal, dua sampai

tiga meter di antaranya merupakan tanah endapan. "Dengan berkurangnya daya tampung saluran utama (tersier)

bisa mempercepat genangan air di wilayah yang berada di seputar kanal," dan ini menjadi ancaman serius

terhadap keseimbangan pola air kanal dengan pendangkalan (proses sedimentasi di sepanjang kanal dengan

relief rendah). Dengan kondisi seperti ini perlu dilakukan tindakan dan mitigasi sistem pengairan yang tepat dan

berbasis lingkungan.

b. Sarana Kesehatan

Keberhasilan pembangunan di bidang kesehatan bisa dilihat dari 2 aspek kesehatan yaitu sarana kesehatan dan

sumber daya manusia. Pada tahun 2008 di Kota Makassar terdapat 15 Rumah Sakit, yang terdiri dari 7 Rumah

Sakit Pemerintah/ABRI, 7 Rumah Sakit Swasta serta 1 Rumah Sakit khusus lainnya.

Jumlah Puskesmas pada tahun 2008, dari 116 unit puskesmas dapat di kategorikan menjadi 37 puskesmas, 42

puskesmas pembantu dan puskesmas keliling 37 buah.

Di samping sarana kesehatan, ada sumber daya manusia di bidang kesehatan seperti dokter praktek sebanyak

3.329 orang dan bidan praktek sebanyak 168 orang. Dalam pelaksanaan Keluarga Berencana (KB), jumlah

akseptor KB baru secara keseluruhan pada tahun 2008 sebanyak 39.060 orang yang terdiri dari 1.235 orang

memakai IUD, 19 orang memakai MOP, 638 orang memakai MOW, 1.688 orang memakai IMP, 14.551 orang

memakai PIL, 21.837 orang memakai suntikan dan 2.672 orang yang memakai kondom.

Berdasarkan data dari BPS, 2008 menunjukkan bahwa pengembangan sarana kesehatan tidak hanya dari

fasilitas kesehatan yang lengkap namun di picu juga dengan peningkatan kualitas maupun kuantitas dari sumber

daya manusianya. Hal ini dimaksudkan agar terjadi keseimbangan antara pelayanan dokter terhadap pasien.

Selain itu peran dokter dan oknum kesehatan lainnya terhadap pemerintah, yaitu dengan menggalakkan program

KB guna mengurangi tingkat laju pertumbuhan penduduk. Peran serta ini memberikan dampak yang positif

terhadap pengembangan sumber daya manusia dan peningkatan keluarga sejahterah di Kota Makassar.

Page 47: Laporan Akhir_Bab 5_Kajian Lingkungan WKM

V - 47

Tabel 5-29 Sarana Kesehatan

No SARANA KESEHATAN Jumlah (Unit)

1 Rumah Sakit Umum 16

2 Rumah Sakit Jiwa 1

3 Rumah Sakit Bersalin 13

4 RS. Khusus Lainnya 1

5 Puskesmas 37

6 Puskesmas Pembantu 41

7 Puskesmas Keliling 39

8 Balai Pengobatan 4

9 Apotik 275

10 Toko Obat 85

11 Dokter Praktek 3329

Total 3841

Sumber : BPS, 2008

c. Sarana Pendidikan

Pembangunan bidang pendidikan dengan tujuan mencerdaskan kehidupan bangsa sebagaimana diamanatkan

dalam Undang-Undang Dasar 1945 menggambarkan peran strategis pendidikan dalam meningkatkan daya saing

bangsa pada tingkat dunia. Hal ini didasarkan pada pemahaman bahwa pembangunan sumberdaya manusia

akan mempengaruhi dan menentukan karakter dari pembangunan ekonomi dan sosial, karena manusia

merupakan subyek dan obyek dari seluruh kegiatan produktif tersebut.

Berdasarkan data yang ada, partisipasi masyarakat dalam bidang pendidikan dari tahun ke tahun mengalami

peningkatan. Hal ini berkaitan dengan dengan berbagai program pendidikan yang dicanangkan oleh pemerintah

untuk lebih meningkatkan kesempatan kepada masyarakat untuk dapat mengenyam bangku pendidikan.

Keputusan stratejik dalam bidang pendidikan di Kota Makassar telah diambil oleh Pemerintah Propinsi Sulawesi

Selatan dengan meluncurkan program pendidikan gratis. Diharapkan dengan adanya program ini rasio tingkat

pendidikan yang berhasil ditamatkan penduduk Sulawesi akan terus mengalami peningkatan dan perbaikan.

Data tahun 2008/2009 menunjukkan bahwa di Kota Makassar jumlah Sekolah Dasar sebanyak 448 unit dengan

jumlah guru sebanyak 5.747 orang dan jumlah murid sebanyak 148.179 orang. Jumlah SLTP sebanyak 172 unit

dengan jumlah guru sebanyak 4.369 orang dan jumlah murid sebanyak 59.878 orang. Jumlah SLTA 110 unit

dengan jumlah guru sebanyak 1.589 orang dan jumlah murid sebanyak 41.738 orang.

Tabel 5-30 Rasio Jumlah Guru Terhadap Murid

GURU MURID RASIO

SD 5.747 148.179 1 : 26

SLTP 4.369 59.878 1 : 14

SLTA 1.589 41.738 1 : 26

Sumber: Analisis Konsultan Berdasarkan Data BPS, 2008/2009

Page 48: Laporan Akhir_Bab 5_Kajian Lingkungan WKM

V - 48

Tabel 5-31 Standarisasi Rasio Jumlah Guru Terhadap Jumlah Murid

Tingkatan Rasio

SD 1:15

SLTP 1:13

SLTA 1:15

Sumber: Diknas,2008

Berdasarkan standarisasi nasional kualitas pelayanan guru terhadap murid dikatakan mendekati kondisi ideal

untuk SLTP, dalam artian bahwa tingkat daya serap siswa terhadap materi pelajaran cukup baik. Sedangkan

untuk siswa SD dan SLTA, tingkat rasio guru terhadap murid menunjukkan kurang ideal. Dalam artian bahwa

efektifitas pelayanan terhadap daya serap materi siswa kurang baik. Semakin kecil rasio guru terhadap murid

akan semakin besar tingkat kualitas murid.

Usaha yang dilakukan pemerintah terhadap peningkatan mutu pendidikan di Kota Makassar, PEMDA

mengaluarkan kebijakan dengan membuka penerimaan CPNS 2009 sebanyak 195 orang untuk golongan strata

satu (S1) dan diploma dua (D2) kualifikasi pendidikan guru sekolah dasar (PGSD). hal ini dilakukan dengan tujuan

untuk meningkatkan keseimbangan rasio guru terhadap murid. Dimana tingkat kebutuhan guru semakin

meningkat setiap periode/tahunnya.

d. Sarana Peribadatan

Perkembangan pembangunan di bidang spiritual dapat dilihat dari besarnya sarana peribadatan masing-masing

agama. Jumlah tempat peribadatan umat Islam di Makassar sampai dengan tahun 2008 mencapai 1.249 masjid

dan 114 musholla. Tempat peribadatan untuk umat lainnya meliputi 32 gereja Katholik, 90 gereja Protestan, 3

Pura, 15 Wihara dan 5 klenteng.

Keberadaan tempat peribadatan masing-masing agama yang mengalami peningkatan mengindikasikan bahwa

terdapat kebutuhan bagi masyarakat Kota Makassar untuk melaksanakan dan menjalankan agamanya melalui

ibadah di tempat peribadatan. Hal ini diharapkan dapat memberikan dampak yang positif terhadap ketersediaan

sumberdaya manusia yang didukung dengan kesehatan (fisik dan jiwa) dan kesehatan spiritual.

Tabel 5-32 Jumlah sarana ibadah di Kota Makassar

No KECAMATAN

Sarana Peribadatan

Mesjid Langgar Musholla Gereja

Protestan

Gereja

Katolik Pura Wihara Klenteng

1 MARISO 36

2 2 2

1

2 MAMAJANG 37

6 5 1 1

3 TAMALATE 104

15 1 3

4 RAPPOCINI 486

19 3 2

5 MAKASSAR 35

1 27

1

6 UJUNG PANDANG 21

14 15 3

6

7 WAJO 24

3

7 3

8 BONTOALA 20

8 2 3

2

9 UJUNG TANAH 33

3

1

10 TALLO 66

5 5 4

11 PANAKKUKANG 85

7 14 6

12 MANGGALA 78

3

3

13 BIRINGKANAYA 129

10 7 3

14 TAMALANREA 95

18 9 1 2

Total 1249 0 114 90 32 3 15 5

Sumber : BPS 2009

Page 49: Laporan Akhir_Bab 5_Kajian Lingkungan WKM

V - 49

G. KAJIAN STRUKTUR DAN PRODUKTIVITAS POLA RUANG

Tata ruang adalah wujud struktur ruang dan pola ruang dimana pola ruang merupakan distribusi peruntukan ruang dalam

suatu wilayah yang meliputi peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan peruntukan ruang untuk fungsi budi daya.

Pola ruang merupakan alokasi pemanfaatan ruang yang pada prinsipnya merupakan perwujudan dari upaya

pemanfaatan sumberdaya alam di suatu wilayah melalui pola pemanfaatan yang diyakini dapat memberikan suatu

proses pembangunan yang berkesinambungan. Dalam UU penataan ruang secara jelas sudah lebih tegas dinyatakan

bahwa pola pemanfaatan ruang adalah bentuk pemanfaatan ruang yang menggambarkan ukuran, fungsi, serta karakter

kegiatan manusia dan atau kegiatan alam. Karakter dan innerbeauty wilayah yang dimiilki merupakan suatu kebanggaan

yang harus dimanfaatkan dan lestarikan. Sehingga melahirkan keunggulan-keunggulan yang tentunya dapat membawa

nilai positif tersendiri dalam suatu wilayah dalam segala aspek. Wujud dari pola pemanfaatan ruang tersebut

teridentifikasi dari keunggulan dan keunikan lokal yang ada, yaitu dengan

mengklasifikasikan pola ruang menjadi 12 kawsan terpadu.

a. Keunggulan dan Keunikan Lokal

Kebutuhan ruang kota berkembang sesuai dengan karakter dan anatomi fisik,

sehingga menuntut pemenuhan kebutuhan ruang yang memiliki keunggulan

dan keunikan lokal dalam bentuk pembagian kawasan terpadu yang fungsional

dan operasional. Secara administratif Kota Makassar terbagi menjadi 13 kawasan terpadu, antara lain:

1) Kawasan Pusat Kota

Dengan branding kawasan ‖Karebosi, Pantai Losari dan Fort Rotterdam‖,

merupakan kawasan yang tumbuh sebagai pusat kota dengan percampuran

berbagai kegiatan, memiliki fungsi strategis dalam peruntukannya seperti

kegiatan pemerintahan, sosial, ekonomi, dan budaya serta kegiatan pelayanan

kota. Mencakup wilayah Kecamatan Wajo, Bontoala, Ujung Pandang, Mariso,

Makassar, Ujung Tanah, dan Tamalate.

2) Kawasan Permukiman Terpadu

Dengan branding kawasan ‖LAKUCINI‖ , merupakan kawasan

yang diarahkan dan diperuntukkan bagi pemusatan dan

pengembangan cluster-cluster permukiman atau tempat

tinggal/hunian beserta prasarana dan sarana lingkungannya

yang terstruktur secara terpadu. Mencakup wilayah Kecamatan

Manggala, Panakukang, Rappocini dan Tamalate.

3) Kawasan Pelabuhan Terpadu

Dengan branding kawasan ‖Paotere‖ merupakan kawasan yang diarahkan sebagai kawasan yang memberi

dukungan kuat dalam satu sistem ruang yang bersinergi

terhadap berbagai kepentingan dan kegiatan yang lengkap

berkaitan dengan aktivitas kepelabuhanan dan segala

persyaratannya. Mencakup wilayah Kecamatan Ujung Tanah

dan Wajo.

Page 50: Laporan Akhir_Bab 5_Kajian Lingkungan WKM

V - 50

4) Kawasan Bandara Terpadu

Dengan branding kawasan ‖Bandara Internasional Sultan

Hasanuddin‖, merupakan kawasan yang diarahkan dan

diperuntukkan sebagai kawasan yang memberi dukungan

kuat dalam satu sistem ruang yang bersinergi terhadap berbagai kepentingan dan kegiatan yang lengkap

berkaitan dengan aktivitas bandara dan segala persyaratannya. Mencakup wilayah Kecamatan

Biringkanaya dan Tamalanrea.

5) Kawasan Maritim Terpadu

Dengan branding kawasan ‖Politeknik Ilmu Pelayaran‖,

merupakan kawasan yang diarahkan dan diperuntukkan

sebagai kawasan dengan pemusatan dan pengembangan

berbagai kegiatan kemaritiman yang dilengkapi dengan

kegiatan-kegiatan penunjang yang lengkap yang saling

bersinergi dalam satu sistem ruang yang solid. Mencakup

wilayah Kecamatan Biringkanaya.

6) Kawasan Industri Terpadu

Dengan branding kawasan ‖Kawasan Industri Makassar (KIMA)‖,

merupakan kawasan yang diarahkan dan diperuntukkan sebagai

kawasan dengan pemusatan dan pengembangan berbagai

kegiatan industri yang dilengkapi dengan kegiatan-kegiatan

penunjang yang lengkap yang saling bersinergi dalam satu

sistem ruang yang solid. Mencakup wilayah Kecamatan

Tamalanrea dan Biringkanaya

7) Kawasan Pergudangan Terpadu

Dengan branding kawasan ‖Sutami‖ Adalah kawasan yang diarahkan dan diperuntukkan sebagai kawasan

dengan pemusatan dan pengembangan berbagai kegiatan pergudangan yang dilengkapi dengan kegiatan-

kegiatan penunjang yang lengkap yang saling bersinergi dalam satu sistem ruang yang solid. Mencakup

wilayah Kecamatan Tamalanrea, Biringkanaya dan Tallo.

8) Kawasan Pendidikan Tinggi Terpadu

Dengan branding kawasan ‖Perguruan-perguruan tinggi‖ , merupakan kawasan yang diarahkan dan

diperuntukkan sebagai kawasan dengan pemusatan dan pengembangan berbagai kegiatan pendidikan

tinggi yang dilengkapi dengan kegiatan-kegiatan penunjang yang lengkap yang saling bersinergi dalam satu

sistem ruang yang solid. Mencakup wilayah Kecamatan Panakukang, Tamalanrea dan Tallo.

9) Kawasan Budaya Terpadu

Dengan branding kawasan ‖Somba Opu‖,merupakan kawasan yang diarahkan dan diperuntukkan sebagai

kawasan dengan pemusatan dan pengembangan berbagai kegiatan budaya yang dilengkapi dengan

kegiatan-kegiatan penunjang yang lengkap yang saling bersinergi dalam satu sistem ruang yang solid.

Mencakup wilayah Kecamatan Tamalate.

Page 51: Laporan Akhir_Bab 5_Kajian Lingkungan WKM

V - 51

10) Kawasan Olahraga Terpadu

Dengan branding Adalah kawasan ‖Barombong‖ yang diarahkan dan diperuntukkan sebagai kawasan

dengan pemusatan dan pengembangan berbagai kegiatan olahraga yang dilengkapi dengan kegiatan-

kegiatan penunjang yang lengkap yang saling bersinergi dalam satu

sistem ruang yang solid. Mencakup wilayah Kecamatan Tamalate

11) Kawasan Bisnis dan Pariwisata Terpadu

Dengan branding kawasan ‖Gowa Makassar Tourism Development

(GMTD)‖, merupakan kawasan yang diarahkan dan diperuntukkan

sebagai kawasan dengan pemusatan dan pengembangan berbagai

kegiatan bisnis dan pariwisata yang dilengkapi dengan kegiatan-kegiatan penunjang yang lengkap yang

saling bersinergi dalam satu sistem ruang yang solid. Mencakup wilayah Kecamatan Tamalate.

12) Kawasan Bisnis dan Global Terpadu

Dengan branding kawasan ‖Pantai Losari, Center Point Of

Indonesia, Trans Studio, merupakan kawasan yang diarahkan dan

diperuntukkan sebagai kawasan dengan pemusatan dan

pengembangan berbagai kegiatan bisnis global yang dilengkapi

dengan kegiatan-kegiatan penunjang yang lengkap yang saling

bersinergi dalam satu sistem ruang yang solid. Mencakup wilayah

Kecamatan Mariso.

b. Anatomi dan Otonomi Ruang

Secara anatomi ruang Kota Makassar yang terbagi menjadi 13 kawasan terpadu, dimana Pantai Losari sebagai

identitas Kota Makassar dan Bandara Soekarno-Hattta sebagai Pintu

Utama memasuki kawasan-kawasan terpadu lainnya yang ada di Kota

Makassar. Operasionalisasi 13 kawasan terpadu ditunjang oleh sektor

jalur transportasi darat, laut dan udara yang tidak hanya menghubungkan

antar kawasan tetapi juga yang ada diluar kawasan terpadu.

Apresiasi tatanan nilai perencanaan yang disegmentasi dalam konotasi

otonomi ruang mengandung maksud bahwa nilai-nilai substansial kawasan yang diangkat berdasarkan

karakteristik, nilai fungsi ruang berlaku secara penuh dalam formulasi yang utuh dalam peran ruang yang

dimainkannya. Dari kebutuhan ini, ruang makassar terpola menurut pemanfaatan dan karakteristik pertumbuhan

alami dan buatannya, yang terdiri atas kawasan pulau dengan keunggulan eco-marine, kawasan pantai

merupakan daerah front, dimana pantai selatan merupakan perpaduan pertumbuhan pembangunan jasa bertaraf

global dan daerah pantai utara Untia merupakan konsentrasi pengembangan kemaritiman serta pembagian

daerah lain yang berada dibagian timur Kota Makassar.

Page 52: Laporan Akhir_Bab 5_Kajian Lingkungan WKM

V - 52

c. Metamorphosis dan organism ruang

Suatu bentuk analisis yang meformulasikan denyut pergerakan atau pertumbuhan suatu kawasan dengan rating

waktu tertentu yang disesuaikan berdasarkan kepentingan prioritas pencapaian tujuan ruang dengan

Gambar 5-30 Lapangan Karebosi yang Telah Berkembang Menjadi Pusat Kegiatan Masyarakat dan Kegiatan Perniagaan.

Organism ruang : ruang tersebut hidup tanpa meninggalkan peran lamanya menjadi satu kesatuan system

pencapaian tujuannya Time line metamorphosis ruang ekonomi, transportasi, social. Oleh karena itu, arah dan

perkembangan ruang Makassar berkembang sesuai dengan pertumbuhan ekonomi dan pertumbuhan

pendudukya yang dalam kelanjutannya membutuhkan lahan untuk pemenuhannya. Pertumbuhan pembangunan

Makassar turut merubah fungsi dan struktur ruang menjadi lebih bernilai ekonomi tinggi dan juga beberapa

diantaranya menyebabkan penurunan kwalitas lingkungan ruang ekologinya. Perubahan fungsi lahan dari

resapan air menjadi daerah pemukiman terjadi didaerah Toddopuli, Antang, Kelurahan Bung, dan daerah sekitar

sungai Tallo yang kini termanfaatkan untuk pemukiman. Perubahan lahan yang dari lahan kurang produktif

menjadi daerah LandBank adalah daerah Tanjung Bunga. Tanjung bunga telah menjadi kota Baru dibagian

pesisir selatan Kota Makassar yang mengintegrasikan konsep pembangunan perdagangan (mall GTC), Jasa &

Pemukiman (Perumahan Tanjung Bunga) dan wisata bahari (Pantai Akkarena).

Perubahan daerah tanjung bunga telah meningkatkan nilai prospectus kawasan terutama didaerah pesisir

Makassar yang juga telah memicu bertumbuhnya kawasan Tanjung Merdeka dan Tanjung Bayang sebagai

daerah wisata bahari.

Berbeda dengan daerah lainnya, Pantai Losari (Anjungan) mengalami pertumbuhan kawasan kearah pantai

dengan perluasan reklamasi sejauh 73 meter , dan menyediakan lahan 0,74 ha untuk kebutuhan Anjungan Losari.

Konsep revitalisasi losari memicu pertumbuhan kawasan sekitarnya yang ditandai dengan hadirnya gedung

convention center (Celebes Convention Centre ) Trans Studio Park, dan rencana kehadiran CenterPoint Of

Indonesia yang juga melakukan pembanguan kearah laut dengan rencana luas lahan 150 Ha.

Page 53: Laporan Akhir_Bab 5_Kajian Lingkungan WKM

V - 53

d. Positioning dan profesionalisme ruang

Dari segi posisinya Kota Makassar sangat diuntungkan karena kota ini merupakan titik pusat antara wilayah barat

dan timur serta antara wilayah utara dan selatan. Dengan letak yang strategis kota ini dapat berperan dalam

kegiatan-kegiatan yang dilakukan baik yang bersifat regional maupun internasional serta sebagai pengendali roda

kegiatan ekonomi melalui pengembangan agromaritim dan agro industri di kawasan timur Indonesia. Untuk

menunjang semua itu diperlukan profesionalisme ruang penataan kawasan yang berdasarkan daya dukung dan

fungsi peruntukannya. Adanya dukungan sumber daya hayati laut Kepulauan Spermonde seperti terumbu karang

yang memiliki persentase tutupan karang berkisar 5-60% , menjadikan kota ini sebagai salah satu kawasan yang

berperan dalam Coralreefs Triangle Initiative (CTI). CTI merupakan salah satu bentuk usaha yang dilakukan

dalam melestarikan terumbu karang demi kelangsungan keanekaragaman hayati laut. Nantinya CTI ini dapat

menjadi ―land mark‖ baru bagi kota ini. Oleh karena itu pengembangan kawasan ini menuntut adanya perlakuan

kawasan yang sesuai dengan sumber daya ekologi yang dimilikinya.

e. Prospektus dan engineering ruang

Sebagai sebuah kota yang ingin dikenal luas secara global, Makassar dituntut untuk memiliki keunggulan-

keunggulan lokal yang bisa diterima secara global. Selama ini Makassar banyak dikenal sebagai kota maritim

dengan latar sejarah dan tradisi budaya yang kuat. Keberadaan banyak situs sejarah seperti Benteng Somba

Opu, dan Benteng Fort Rotterdam, merupakan bentuk afiliasi masa lalu antara Kota Makassar dengan peradaban

dunia luar.

Sementara itu, keunggulan Maritim dari Kota Makassar tercermin dari keberadaan kampus PIP yang merupakan

Instistusi pendidikan pelayaran terbesar di Asia. Dengan kapasitas yang besar ini, kampus PIP bisa melahirkan

alumni-alumni pelayaran dengan keunggulan baik secara kualitas dan kuantitas. Persebaran para alumni PIP di

dunia pelayaran global dengan segenap kualitas dan keterampilannya, tentu saja akan turut mempopulerkan

nama Kota ini di komunitas dunia.

Perubahan visi Kota Makassar untuk bertransformasi menjadi kota dunia yang berlandaskan kearifan lokal,

menuntut adanya tata kelola ruang yang baru. Konsep penataan ruang yang baru itu, tentu saja juga harus

mengadopsi tuntutan baru perihal arah pembangunan Kota Makassar sebagaimana yang tertera dalam Visi dan

Misi Kota Makassar.

Proses tata kelola lahan dan transformasi kawasan merupakan aspek penting yang harus terpenuhi. Diawali

dengan analisis terhadap kondisi faktual dan prospek dari setiap lahan yang ada, kemudian dilanjutkan dengan

pembangunan lahan tersebut dengan mengacu pada peruntukan kawasan secara umum. Proses ini lazim

disebut sebagai proses engineering wilayah atau kawasan. Yaitu, bagaimana mentransformasi sebuah lahan

untuk bisa mendukung daya guna dan peruntukan kawasan secara umum.

Page 54: Laporan Akhir_Bab 5_Kajian Lingkungan WKM

V - 54

f. EcoBisnis dan Tourism

Merupakan suatu analisis substansial perencanaan ruang

kota yang berkelanjutan dengan memadukan aspek ekologi,

bisnis dan tourism satu kawasan. Sehingga nantinya

pemanfaaatan ruang tersebut tidak hanya memberikan

peluang bisnis bagi para investor dan peluang peningkatan

nilai ekologi satu kawasan, tetapi memberikan manfaat bagi

masyarakat yang menjadikan kawasan tersebut sebagai

sarana pariwisata yang mampu menghilangkan kejenuhan

yang dialami masyarakat perkotaan dan menciptakan akselerasi pemanfaatan kawasan.

g. Bioritmik dan Ekoritmik

Karakteristik bioritmik dan ekoritmik merupakan pola alami ruang yang terbentuk dari keberadaan ekosistem

darat, ekosistem pesisir, ekosistem estuaria, ekosistem laut dangkal dan ekosistem terumbukarang yang

melengkapi keutuhan Makassar sebagai daerah maritime dengan potensi ekologi dan bioekologi tinggi yang

menunjang produktivitas lahan dan tersedianya fauna atau biota yang hidup. Kawasan pantai memiliki

pendekatan atas usaha memanfaatkan lahan untuk pembangunan, dan menjaga karakteristik ekosistem pantai

dengan usaha mengurangi dampak pencemaran yang dapat terjadi akibat buangan, sehingga dalam pengelolaan

kawasan pantai system ekologi kawasan harus diadopsi untuk menunjang keberlanjutan lingkungan pantai.

H. KAJIAN TATA GUNA LAHAN

Sebagai kota metropolitan di kawasan Timur Indonesia, Kota Makassar memiliki luas lahan keseluruhan mencapai ±

17.577 Ha. Mayoritasnya merupakan lahan-lahan yang sudah terbangun, dengan komposisi ruang padat dan ruang

kosongnya relatif besar perbedaannya. Pengaruh urbanisasi yang kian meningkat, mempengaruhi pola pemanfaatan

lahan di ruang kota. Sehingga mengakibatkan tingginya penggunaan lahan atau terjadi peralihan fungsi ruang kota

menjadi kawasan pemukiman. Seperti jalur hijau yang banyak diubah fungsikan menjadi tempat bermukim dan atau

menjadi tempat berusaha. Berikut ini penggunaan lahan yang ada di Kota Makassar (Tabel 5-33 )

Tabel 5-33 Penggunaan Lahan di Kota Makassar

Penggunaan Lahan Luas Area (Ha) Persentase Terhadap

Luas Kota Makassar (%)

Pekarangan/Lahan untuk Bangunan dan Halaman Sekitarnya

7.481 42,5

Tegal / kebun / ladang / huma 1.016 5,8

Lahan sawah 2.700 15,4

Penggembalaan padang rumput - -

Lahan sementara tidak diusahakan 194 1,1

Lahan tanaman kayu – kayuan - -

Perkebunan - -

Rawa – rawa ( yang tidak ditanami )

104 0,6

Tambak 1.360 77

Kolam / tebat / empang - -

Lainnya 4.722 26,9

Sumber Makassar dalam Angka Tahun 2008

Page 55: Laporan Akhir_Bab 5_Kajian Lingkungan WKM

V - 55

Selain faktor urbanisasi, pengalihfungsian lahan juga dipengaruhi oleh faktor tingkat aktivitas dan kepentingan

masyarakat di dalamnya, sehingga berdampak pada metamorfosis ruang kota. Beberapa daerah tersebut diantaranya :

a. Daerah tambak yang berada di sebelah utara kota telah berubah menjadi daerah pemukiman penduduk. Hal ini

disebabkan karena produktivitas tambak menurun yang diakibatkan oleh tingginya pencemaran air dan tanah di

daerah tersebut serta miskin kandungan unsur hara. Untuk itu perlu dilakukan pemindahan kawasan budidaya ke

daerah lain yang masih produktif.

b. Daerah kawasan hijau yang berada disebelah timur dan tengah kota telah berubah menjadi daerah pemukiman. Hal

ini mengakibatkan semakin berkurangnya daerah resapan air. Untuk itu dibutuhkan suatu usaha pembangunan

media penyimpanan air (water storage) /situ/bendungan pada kawasan yang belum terbangun (dapat dilihat pada

Gambar 5.31)

c. Perkembangan Kota Makassar ke wilayah Timur didominasi oleh pembangunan ruko dan mengambil pola umum

linear dengan mengikuti ruas jalan. Hal ini mengakibatkan terjadinya pembangunan yang tidak terarah pengambilan

lahan yang kurang sesuai.

d. Pola pembangunan yang tidak teratur juga terdapat di Kecamatan Mariso. Tepatnya di sekitar pelabuhan Paotere

hingga ke pinggiran kanal. Pembangunan yang tidak tepat di kawasan ini telah mengakibatkan penurunan nilai

aksesibilitas dan estetika ruang kota, serta penurunan kestabilan lereng di sekitar daerah aliran sungai akibat telah

bertransportasi pemukiman penduduk.

e. Perkembangan Kota Makassar ke wilayah Barat ditujukan ke arah bisnis jasa yang ditandai dengan banyaknya

restoran dan hotel, yang memberikan kontribusi buangan limbah ke perairan Pantai Losari.

I. KAJIAN BENCANA DAN UPAYA MITIGASI

a. Bahaya Kenaikan Muka Air Laut (Sea level rise)

Kenaikan muka air laut tinggi telah terjadi dibeberapa daerah dan pulau di Indonesia, seperti hilangnya salah satu

pulau di Maluku, di Pulau Bonetambung Makassar telah terjadi perubahan garis pantai dan air masuk hingga

daratan pulau. Untuk daerah pesisir Makassar ancaman terbesar berada dipantai Selatan yaitu Tanjung Bunga dan

Pantai Akkarena yang saat ini juga dipengaruhi oleh abrasi pantai. Hal ini juga akan semakin parah karena pantai

tersebut tidak memiliki pelindung pantai seperti mangrove ataupun tanggul laut yang dapat meredam gelombang

Gambar 5-31 Peta Kawasan Tidak Terbangun Kota Makassar, 2007

Page 56: Laporan Akhir_Bab 5_Kajian Lingkungan WKM

V - 56

pantai dan mengurangi pengaruh kenaikan muka air laut. Sementara dipantai bagian Utara yang merupakan pantai

landai, telah terdapat vegetasi mangrove sebagai barier atau penghalang walaupun dalam jumlah kepadatan yang

semakin menurun.

Dalam analisis ilmuwan didunia melalui forum UNFCC, bahwa dalam 100 tahun kedepan kenaikan muka air laut

setinggi 110 cm sebagai akibat peningkatan suhu global sebesar 6o C, dan kejadiannya akan mengancam pulau

dan daerah pesisir yang dapat merendam daratan hingga batas ketinggian

diatas muka air laut rata rata. Untuk daerah Makassar dengan ketinggian

muka air laut rata rata saat ini dalam kisaran 157 cm, maka dalam prediksi

100 tahun kedepan, tinggi muka air laut rata rata meningkat hingga 267 cm,

yang mengakibatkann ancaman terhadap daerah relief rendah dan

ketinggian diatas permukaan air laut dibawah 2,5 meter. Adapun daerah

yang terancam bencana kenaikan air laut adalah sebagai berikut:

Tabel 5-34 Ancaman Sea Level Rise

Sumber:Badan Pusat Statistik 2009

Gambar 5-32 Peta Ancaman Kenaikan Muka Air Laut, 2007

Page 57: Laporan Akhir_Bab 5_Kajian Lingkungan WKM

V - 57

Gambar 5-33 Upaya Mitigasi Ketinggian Muka Air Laut dengan Pembangunan Revitalisasi Pantai Losari

b. Bahaya Banjir

Kejadian banjir berpotensi terjadi pada daerah dengan serapan rendah dan daerah sekitar sungai yang terjadi akibat

meluapnya air melewati badan sungai pada waktu musim hujan dan mengakibatkan genangan yang biasa disertai

dengan lumpur. Ruang rencana berada pada daerah dengan vegetasi yang baik dengan tumbuhan alami mangrove,

merupakan daerah yang jauh dari titik banjir ataupun sumber genangan. Titik genangan yang berpotensi banjir

terletak dibagian Antam dan Tamalanrea sebelah timur Kota Makassar , serta di DAS Sungai Tallo, sementara

kemungkinan terjadinya luapan yang berasal dari kanal juga sangat rendah dimana kanal terdekat berada di daerah

Pannampu yang bermuara di laut.

Gambar 5-34 Peta Potensi Banjir Kota Makassar, 2008

(Sumber : Hasil Penelitian)

Page 58: Laporan Akhir_Bab 5_Kajian Lingkungan WKM

V - 58

Kota Makassar termasuk daerah yang rawan dengan bahaya banjir dan genangan air. Selain karena wilayahnya

memang berada dekat dengan pantai dan berada pada dataran rendah juga menjadi tempat muara dari beberapa

sungai (Jeneberang dan Tallo) didalamnya. Setelah kejadian longsoran Gunung Bawakaraeng, hampir setiap

tahunnya beberapa bagian kota di Kota Makassar mengalami banjir. Banjir itu pada umumnya terjadi pada bulan

Desember- Februari, yaitu pada saat curah hujan tertinggi pada setiap tahunnya. Beberapa banjir besar yang pernah

terjadi di antaranya adalah pada tahun 1967 dan tahun 1976, sedangkan pada tahun 1983 dan 1986 telah pula terjadi

banjir yang walaupun tidak sebesar yang terjadi pada tahun 1976. Banjir yang cukup besar yang terjadi di Kota

Makassar beberapa tahun terakhir ini adalah yang terjadi pada tahun 1999 dan tahun 2000, dimana sebagian besar

wilayah kota mengalami kebanjiran Daerah-daerah yang menjadi langganan banjir pada umumnya merupakan

daerah rendah,dahulu berupa empang atau daerah rawa-rawa yang kemudian berkembang menjadi daerah

permukiman. Daerah-daerah itu terletak di sepanjang daerah aliran Sungai Tello dan daerah aliran Sungai

Jenneberang serta sepanjang Sungai Pampang. Daerah langganan banjir selanjutnya adalah daerah-daerah hulu

atau bagian tengah dari suatu daerah layanan (catchment area), daerah tersebut seperti kawasan Antang, Minasa

Upa dan lain-lain. Langganan banjir lainnya adalah sekitar Pelabuhan dan sekitar Jalan Tol dan beberapa kawasan

kota lainnya

Dengan adanya genangan di beberapa lokasi di Kota Makassar terutama di kawasan wilayah kota baru merupakan

salah satu indicator kemampuan drainase yang ada saat ini tidak mampu lagi menampung arus air, baik saluran

primer maupun saluran sekunder. Faktor utama yang mengakibatkan terjadinya genangan adalah air hujan tidak

mengalir karena disebabkan di samping topografi yang relatif datar juga karena kemampuan saluran itu sendiri.

Saluran kanal yang ada di Kota Makassar (Tabel 18.2) tidak dapat berfungsi secara optimal untuk dapat menampung

buangan saluran primer dan sekunder karena banyaknya sampah yang menghambat aliran air buangan.

Kejadian banjir saat ini telah berkurang intensitasnya akibat keterlambatan musim hujan, namun perlu

dipertimbangkan akan hujam yang datang secara tiba tiba yang dapat mengakibatkan banjir, daerah daerah potensi

banjir tinggi memerlukan pengendalian fisik lingkungan yang adaptif terhadap banjir berupa saluran tertutup dan

saluran drainase yang dalam dan lebih lebar.

Potensi terhadap kejadian banjir juga dimiliki oleh daerah dengan zona resapan rendah, terutama pada daerah

dengan ketinggian lebih rendah dari daerah sekitarnya yakni bagian utara dari Kecamatan Panakkukang, bagian

barat dan timur Kecamatan tamalanrea serta bagian utara dan barat dari Kecamatan Biringkanaya. Daerah ini

disusun oleh litologi batuan vulkanik dimana sebagian besar lahannya digunakan untuk kegiatan pertanian dan

perkantoran, naiaga pemukiman dan pendidikan. Walaupun wilayah ini tergolong zona resapan rendah termasuk

daerah berpotensi banjir, namun beberapa lokasi kecil peluangnya untuk mengalami banjir. Hal ini dapat terjadi

karena daerah tersebut berada pada topografi yang cukup tinggi. Berdasarkan zonasi tersebut diketahui bahwa

wilayah yang perlu dikonservasi sebagai daerah resapan dan cocok untuk pengembangan adalah wilayah dengan

luas lahan terbuka yang cukup lebar, laju infiltrasi tinggi dan dengan kondisi topografi tinggi. Wilayah - wilayah

tersebut diantaranya adalah di Kecamatan Manggala dan Biringkanaya.

Page 59: Laporan Akhir_Bab 5_Kajian Lingkungan WKM

V - 59

Gambar 5-35 Peta Laju Infiltrasi, 2008 (Sumber : Hasil Penelitian)

Zona laju infiltrasi tinggi dengan nilai berkisar antara 80,1 – 124 mm/jam. Zona ini menempati wilayah bagian

barat, sebagian kecil d bagian tenggara dan utara Kota Makassar. Litologi penyusun umumnya adalah endapan

aluvial berupa endapan pasir pantai dan sungai. Kondisi topografi bergelombang lemah ingá datar.

Zona laju infiltrasi sedang dengan nilai berkisar antara 40,1 – 80 mm/jam. Zona ini menempati wilayah bagian

tengah dan bagian timur Kota Makassar. Batuan penyusun zona ini adalah umumnya endapan aluvial rawa

dengan kemiringan lereng landai.

Gambar 5-36 Peta Resapan Air Kota Makassar, 2008 (Sumber: Hasil Penelitian)

Page 60: Laporan Akhir_Bab 5_Kajian Lingkungan WKM

V - 60

Zona laju infiltrasi rendah dengan nilai antara 0,1 – 40 mm/jam. Zona ini menempati wilayah yang luas yaitu

sebagian besar wilayah utara, tengah dan timur Kota Makassar. Wilayah ini tersusun oleh batuan vulkanik, aluvial

rawa dengan kondisi muka iartanah sangat dangkal dan bahkan berupa daerah rawa. Walaupun berada pada

elevasi yang tinggi, karena kelerengan agak besar dan tutupan soil agak tipis, maka laju infiltrasinya rendah.

Penentuan zona didasarkan pada tingkat laju infiltrasi, luas lahan terbuka, kedudukan muka air tanah dan kondisi

topografi daerah tersebut.

a). Zona resapan tinggi terutama berada di Kecamatan Manggala dan Tamalanrea bagian timur, Tamalate bagian

selatan serta sebagian kecil dari Kecamatan Rappocini dan Biringkanaya dengan luas 245,82 ha. Kriteria

penetapan wilayah ini memiliki laju infiltrasi tinggi, lahan terbuka yang cukup luas serta kondisi topografi yang

tinggi. Jika hujan turun, besar kemungkinan daerah - daerah ini akan terbebas dari banjir karena kemampuannya

untuk menampung curah hujan tinggi.

b) Untuk kategori daerah dengan zona resapan sedang berada di Kecamatan Biringkanaya bagian timur. Luas

wilayah yang termasuk kedalam zona ini adalah 3360,97 Ha. Lahan terbuka yang ada di daerah ini masih

terbilang luas dan laju infiltrasinyapun termasuk dalam kategori sedang.

c) Daerah lainnya yang berada di koridor tengah memanjang ke bagian Utara Kota Makassar, termasuk dalam

kategori daerah zona resapan rendah. Luas wilayah zona ini adalah 4955,23 Ha. Wialayah ini meliputi

Kecamatan Manggala bagian barat, Panakkukang, Tamalanrea dan Biringkanaya, yang dicirikan oleh laju

infiltrasi rendah dan kelembaban tanah tinggi (berada pada daerah pengaliran sungai dan sebagian besar lahan

di daerah ini digunakan untuk kegiatan pertanian dan perkotaan)

c. Kemungkinan Bahaya Longsor

Daerah Untia merupakan relief datar dengan tingkat kemiringan 0-2% berada

dalam daerah aman terhadap lonsoran. Daerah lonsor umumnya terjadi pada

daerah dengan kemiringan lereng diatas 40% sebagaimana kejadian di tahun

2004 di Gunung Bawakaraeng Kabupaten Gowa. Pantai Untia berada pada

ruang pesisir sehingga sangat aman dari bahaya lonsor yang selama ini

banyak terjadi pada daerah pegunungan dengan tingkat kemiringan lahan yang

tinggi, oleh karenanya dengan kemiringan tersebut memungkinkan adanya

pemanfaatan ruang yang aman dari bencana alam seperti longsor.

Gambar 5-37 Peta waduk Bili-bili

Page 61: Laporan Akhir_Bab 5_Kajian Lingkungan WKM

V - 61

Longsoran Gunung Bawakaraeng ini meluncurkan 300 juta m3 tanah dan pasir melalui Sungai Jeneberang atas –

Waduk Bili-bili – Sungai Jeneberang bawah, yang bermuara di Makassar akan memberi dampak perubahan besar

terhadap morfologi pantai Makassar Terjadinya Longsor Gunung Bawakaraeng telah meluncurkan ± 300 juta m3

tanah dan pasir melalui Sungai Jeneberang atas – Waduk Bili-Bili - Sungai Jeneberang bawah, yang bermuara di

Makassar akan memberi dampak perubahan besar terhadap morfologi Pantai.

d. Kemungkinan Bahaya Gempa

Gambar 5-38 Peta Sebaran Gempa yang Pernah Terjadi di Pulau Sulawesi

Berdasarkan hasil Simulasi WinITDB (version 5.11 of July 31, 2004) (Gambar 5-38) terlihat bahwa Makassar aman

dari ancaman gempa, sehingga sangat prospectus untuk pengembangan kawasan PIP Makassar. Daerah rawan

gempa yang terdekat berada di (Teluk Mandar) sebelah barat kawasan dengan jarak cukup jauh yaitu ± 250 Km dan

pusat gempa berkisar pada kedalaman 50 – 100 Km.

Meskipun Makassar aman dari ancaman gempa, tetapi tetap harus mempertimbangkan prinsip mitigasi dalam

merancang kawasan ini. Strategi mitigasi dan Upaya Pengurangan Bencana sebagai berikut:

1) Zonasi daerah rawan bencana dan pengaturan penggunaan lahan

2) Perkuatan bangunan dengan mengikuti standar kualitas bangunan

3) Pembangunan fasilitas umum denggan standar kualitas yang tinggi

4) Masyarakat waspada terhadap resiko gempa bumi

e. Kemungkinan Bahaya Tsunami

Meskipun berada dalam Ring of fire, Makassar tidak memiliki gunung aktif yang berpotensi menimbulkan gempa dan

tidak terdapat gunung berapi dan daerah vulkanik yang aktif dalam kawasan darat dan laut. Kota Makassar hanya

mendapat pengaruh dari aktivitas gunung berapi atau daerah vulkanik yang aktif di daerah Majene (Teluk Mandar)

dengan potensi pengaruh kecil karena berjarak jauh 250 Km dikedalaman < 50, dan 50-100 m.

Kejadian gempa yang terjadi di daerah Ring of Fire yang terdapat dalam lingkup Pulau Sulawesi dan sekitarnya

memiliki pengaruh sangat rendah tehadap ruang rencana oleh karena jarak dari lokasi yang sangat jauh dan

intensitas rendah.

< 50 Km

Kedalaman

50 - 100 Km

100-200 Km

200-300 Km

> 300 Km

Km

Page 62: Laporan Akhir_Bab 5_Kajian Lingkungan WKM

V - 62

Berdasarkan hasil Simulasi WinITDB (version 5.11 of July 31, 2004) (Gambar 5-12) terlihat bahwa Kota Makassar

cukup aman dari ancaman tsunami, tetapi harus tetap mempertimbangkan kemungkinan adanya ancaman

gelombang kiriman dari pusat kejadian. Ancaman kawasan perencananaan terhadap bahaya tsunami berada di

sebelah Selatan yaitu sumbawa (sebelah Selatan kawasan perencanaan, karena titik tsunami yang berada di

Sumbawa memiliki intensitas tsunami yang tinggi. Untuk melihat pengaruh terjadinya tsunami terhadap kawasan

perencanaan dapat dilihat pada simulasi pergerakan gelombang akibat tsunami di beberapa titik tsunami yang

terdekat, seperti dibawah:

5-40a 5-40 b

Intensitas Tsunami

3 - 4

2.5 - <3

1 - <2.5

0

-1 - >-2

Km

Gambar 5-39 Peta Sebaran Tsunami di Pulau Sulawesi

Gambar 5-40 a. Simulasi pergerakan gelombang tsunami berpusat di Donggala (Sulteng) Gambar 5-40 b. Simulasi pergerakan gelombang yang berpusat di daerah Toli-Toli {Pada titik tsunami pada titik ini mempunyai intensitas tsunami (2 – >3), untuk titik kejadian di barat Laut Flores gelombang yang dimunculkan tidak terlalu berpengaruh dengan lokasi perencanaan}

Page 63: Laporan Akhir_Bab 5_Kajian Lingkungan WKM

V - 63

5-42b 5-42a

Gambar 5-42 a. Simulasi pergerakan gelombang tsunami berpusat di daerah Maluku, Gambar 5-42b. Simulasi pergerakan gelombang yang berpusat di daerah Buol - Toli-toli {Pada titik tsunami pada titik ini mempunyai intensitas tsunami yang cukup tinggi (1 – <2.5).

terlihat pada kedua gambar bahwa bangkitan gelombang yang dimuncul dari titik kejadian di Maluku lumayan besar, sedang dari titik Buol – Toli-toli kurang berpengaruh }

5-41 a

Gambar 5-41 a. Simulasi pergerakan gelombang tsunami berpusat di barat Laut Flores Gambar 5-41 b. Simulasi pergerakan gelombang yang berpusat di daerah Majene {Pada titik tsunami pada titik ini mempunyai intensitas tsunami (1 – <2.5), untuk titik kejadian di barat Laut Flores gelombang yang dimunculkan tidak terlalu berpengaruh ke kawasan, tetapi pengaruh cukup besar datang dari titik kejadian di Majene dengan bangkitan gelombang yang cukup besar}

5-41b

Page 64: Laporan Akhir_Bab 5_Kajian Lingkungan WKM

V - 64

Melihat ancaman tsunami cukup berpegaruh ke daerah kawasan walapun bukan pusat lokasi, maka ancaman

tsunami harus dipertimbangkan dalam setiap aktivitas pembangunan fisik di Kota Makassar. Strategi Mitigasi dan

Upaya Pengurangan Bencana tsunami sebagai berikut

a. Peningkatan kewaspadaan dan kesiapsiagaan terhadap bahaya tsunami

b. Penanaman mangrove serta tanaman lainnya sepanjang garis pantai meredam gaya air tsunami

c. Perancangan bangunan yang tahan terhadap bahaya tsunami

d. Memahami cara penyelamatan jika terlihat tanda-tanda tsunami

e. Meningkatkan kewaspadaan dan kesiapsiagaan dalam menghadapi tsunami

Kekuatan Tsunami sangat bergantung pada kekuatan gempa bawah laut, patahan dan intensitas letupan serta jarak

pengaruh terhadap daerah sekitar. Kejadian Tsunami di Aceh yang terjadi di tahun 2004 sebelah barat Indonesia

menjadi momentum antisipasi dalam perencanaan kawasan. Keberadaan ruang rencana yang terletak pada bagian

tengah merupakan zona aman terhadap kejadian Tsunami oleh karena tidak berada dalam gunung aktif bawah laut,

sumber terjadinya tsunami terdekat berada di laut Flores dan Teluk Mandar. Laut Flores berada dibagian Selatan

Kota Makassar memiliki pengaruh akan intensitas tinggi untuk mendapatkan pengaruhnya oleh karena penjalaran

gelombang langsung masuk kedalam selat Makassar.

Potensi tsunami yang terjadi di daerah lain di Indonesia patut kita adaptasi untuk itu dengan memperhatikan:

Perancangan bangunan yang tahan terhadap bahaya tsunami

Memahami cara penyelamatan jika terlihat tanda-tanda tsunami

Meningkatkan kewaspadaan dan kesiapsiagaan dalam menghadapi tsunami

f. Kemungkinan Bahaya ROB

Bahaya limpahan air pasang surut yang terjadi akibat naiknya pasang surut yang disertai dengan genangan air pada

saat hujan sehingga mengakibatkan daerah mendapatkan limpasan air yang berasal dari air laut. Kejadian ini

berpotensi terjadi pada daerah pesisir yang rendah dan tidak memiliki saluran pembuangan air baik, daerah dengan

penurunan permukaan pantai, daerah tanpa perlindungan fisik dari arus pasang air laut dan daerah pesisir dengan

ruang esapan rendah.

Kawasan Tallo pantai utara dan dan kawasan tanjung bunga pantai selatan Kota Makassar merupakan daerah

dengan garis pantai rendah dan memungkinkan adanya bahaya banjir ROB yang masuk lewat saluran drainase,

sungai dan outlet kota yang dapat membahayakan pemukiman masyarakat.

Tumbuhan mangrove di pantai utara Makassar menjadi barier terhadap arus pasang sehingga air tidak masuk jauh

kedaratan. Kawasan Untia miliki potensi sangat rendah akan bahaya Rob oleh karena adanya barier mangrove

sepanjang garis pantai.

g. Kemungkinan Bahaya Abrasi

Mengidentifikasi abrasi dilakukan dengan melihat faktor-faktor kejadiannya. Kawasan pantai Makassar dapat dibagi

atas daerah pantai utara yang diwakili pantai untia, dan pantai selatan merupakan daerah tanjung bunga. Pantai

Untia merupakan daerah teluk yang menjorok masuk kedalam daratan memiliki pengaruh gelombang rendah karena

telah hanya mendapat pengaruh dari ombak pecah dengan tinggi gelombang interval 1,1 sampai 1,5 m, sementara

arus yang terjadi sekitar pantai Untia juga dengan kecepatan rendah berkisar 0,051 sampai 0,10 m/det (76,79 %).

Meskipun arus tergolong rendah namun untuk ruang rencana patut mempertimbangkan akan arus residu yang

merupakan arus sisa saat terjadnya pasang yang mengarah keutara berupa arus susur pantai. Di sekitar ruang pantai

utara tidak terdapat daerah abrasi, yang diketahui melalui adanya tumbuhan mangrove yang tumbuh di sepanjang

garis pantai dan agent transpor sedimen dengan kekuatan relatif rendah.

Page 65: Laporan Akhir_Bab 5_Kajian Lingkungan WKM

V - 65

Gambar 5-43 Peta titik terjadinya abrasi pantai di Kota Makassar, 2008

Pantai selatan Makassar dengan daerah Pantai Maccini Sombala (Tanjung Bayang, Pantai Akkarena, Tanjung Bunga

dan Pantai Losari) merupakan daerah berpasir dengan tingkat kemungkinan abrasi tinggi karena daerah ini memiliki

porositas tinggi. Karakteristik angkutan sedimen mempengaruhi kejadian abrasi terutama didaerah tanjung bunga dan

Akarena. Pantai terkikis dan sedimenya terdistribusi kearah utara dan masuk kepantai losari. Proses tersebut

dijelaskan dalam proses angkutan sediment.

Angkutan sedimen di pantai Tanjung Bayang, Pantai Akkarena, dan Tanjung Bayang banyak terakumulasi di Pantai

Losari dan daerah pelabuhan. Daerah Tanjung Bayang yang banyak mendapat akumulasi lansung dari sungai

Jeneberang berkisar 94.53 gr/L/Hari, Pantai Akkarena dengan angkutan tertinggi 245.09 gr/L/Hari dan Tanjung

Bunga berkisar 119.144 gr/L/Hari. Sedangkan Pantai Losari yang kini lebih sebagai bejana sedimen akibat kondisi

perairan yang semi tertutup lebih rendah di banding pantai yang lain, yaitu 11.3706 gr/L/Hari akibat jarak antara

muara sungai Je’neBerang sebagai sumber sedimen sangat jauh dan kondisi perairan yang sangat tenang dan tidak

banyak mendapat pengaruh dari faktor oseanografi seperti arus perairan yang merupakan faktor yang sangat

berpengaruh dalam proses transport sedimen.

Tanjung Bayang dengan panjang pantai +1,20 Kilometer berada pada bagian utara sungai Jeneberang memiliki

tekstur pasir, Lankoke (2006) menuliskan bahwa Tanjung Bayang dicirikan oleh morfologi pantai yang bervariasi dari

pantai yang bergelombang kuat, bergelombang lemah sampai pantai lurus dengan kemiringan dasar pantai

bervariasi, landai, sedikit terjal hingga relatif lebih terjal.

Faktor faktor yang mempengaruhi angkutan sedimen, oleh dinamika air laut di mana air laut banyak mendapat

pengaruh ekstrinsik seperti keadaan keadaan atmosfer sangat menentukan kondisi ini, angin, curah hujan, musim

dan lain sebagainya. Angin berhembus dengan arah dominan dari barat laut dan di ikuti dari barat serta barat daya

telah membuat pola arus yang bergerak dari selatan pantai menuju utara pantai Makassar.

Page 66: Laporan Akhir_Bab 5_Kajian Lingkungan WKM

V - 66

Gambar 5-44 Gradasi perubahan garis pantai di Pesisir Tanjung BUnga dari tahun 1989—2004

Pola tersebut membentuk sebaran angkutan sedimen dan proses terjadinya perubahan garis pantai (erosi dan akresi)

yang ada di sepanjang pantai tanjung bayang hingga pantai Losari Makassar. Kondisi pantai yang terbuka di Tanjung

Bayang, Pantai Akkarena dan Tanjung Bunga sangat memudahkan terjadinya perubahan garis pantai oleh tenaga-

tenaga pengangkutan, pada pengamatan selama penelitian di dapatkan adanya daerah-daerah yang tererosi dengan

potensi keberlanjutan erosi yang semakin meningkat. Peningkatan kejadian semakin berkurangnya daratan di

sekitaran Tanjung Bunga di juga di sebabkan oleh kurangnya deposisi sedimen yang berasal dari sungai Jeneberang

sehingga kalau dulunya terjadi akresi hingga membentuk delta yang sangat besar sekarang justru sebaliknya, terjadi

setelah adanya bangunan bendungan Bili Bili di aliran sungai Jeneberang dan penutupan muara sungai bagian utara.

Peningkatan sedimen tersuspensi di pantai Losari oleh karena daerah ini merupakan daerah yang menampung

banyak jenis sedimen tersuspensi dari berbagi sumber yang didukung dengan semakin melemahnya arus didaerah

tersebut.

h. Kemungkinan Bahaya Angin Topan

Angin Topan adalah pusaran angin kencang dengan kecepatan angin 120 km/jam atau lebih yang sering terjadi di

wilayah tropis antara garis balik utara dan Selatan, kecuali di daerah-daerah yang sangat berdekatan dengan

khatulistiwa yang banyak terjadi di dataran asia Timur seperti Cina dan Jepang. Angin topan disebabkan oleh

perbedaan tekanan dalam suatu sistem cuaca. Angin paling kencang yang terjadi di daerah tropis ini umumnya

berpusar dengan radius ratusan kilometer di sekitar daerah sistem tekanan rendah yang ekstrem dengan kecepatan

sekitar 20 Km/jam. Di Indonesia dikenal dengan sebutan angin badai.

Makassar berada dibawah garis katulistiwa dengan kecepatan maksimum angin yaitu berkisar antara 15-39 m/det,

terjadi pada bulan Desember hingga Bulan Februari, dengan kecepatan angin rata rata 2,9 m/det relatif, dengan

interval nilai kecepatan angin maksimum ini dapat dikatakan di Makassar tidak terjadi angin topan.

Page 67: Laporan Akhir_Bab 5_Kajian Lingkungan WKM

V - 67

i. Bahaya Kebakaran

Kebakaran merupakan kejadian yang diakibatkan adanya pemicu api, udara dan dan material. Kebakaran di Kota

Makassar umumnya terjadi pada pemukiman padat, daerah pergudangan, dan daerah perniagaan tradisional (Pasar).

Hingga tahun 2008, tercatat 63 kasus kebakaran dengan factor kejadian berupa, sambungan listrik yang kurang

bagus sehingga memicu koslet dan arus pendek, akibat kelalaian pada alat rumah tangga seperti kompor yang

meledak, Dan kasus kebakaran tertinggi adalah listrik yang dipicu dari arus pendek sebanyak 49 kasus sepanjang

tahun. Dari segi besar dampak kebakaran,ditahun 2008 tercatat 185 orang meninggal dunia saat kejadian kebakaran

di Tallo. Kecamatan Tallo merupakan daerah padat pemukiman dan sambungan listrik yang belum tertata bai,

sehingga terdapat sambungan liar yang dapat memicu terjadinya arus pendek.

Tabel 5-35 Penyebab Kebakaran di Kota Makassar tahun 2008

NO KECAMATAN Listrik Kompor Minyak Kompor Gas Lampu Minyak

1 MARISO 2 - - - 2

2 MAMAJANG 1 1 1 - 3

3 TAMALATE 6 - 1 - 7

4 RAPPOCINI 4 1 - - 5

5 MAKASSAR 2 2 - - 4

6 UJUNG PANDANG 5 - 1 - 6

7 WAJO 4 - - - 4

8 BONTOALA - - - - 0

9 UJUNG TANAH 2 - - - 2

10 TALLO 4 - 1 1 6

11 PANAKKUKANG 5 2 1 - 8

12 MANGGALA 3 - - - 3

13 BIRINGKANAYA 7 - - - 7

14 TAMALANREA 4 1 1 - 6

49 7 6 1 63

TAHUN 2006 43 14 2 59

JUMLAH TAHUN 2008

JUMLAH

PENYEBAB KEBAKARAN

Sumber : data Badan Pusat Statistik, 2008

Dari tahun 2006 hingga tahun 2008, kasus kebakaran semakin meningkat jumlahnya, oleh karenanya persmasalahan

kebakaran harus dijawab dengan strategi ruang nyang adaptif terhadapp kebakaran dengan menyediakan fire alarm

kawasan, hydrant fire dan zona evakuasi untuk daerah yang rentan kebakaran.

j. Bahaya konflik Sosial

Tabel 5-36 Jumlah Pelanggaran Hukum dan Konflik Sosial yang Terjadi di Kota Makassar.

JENISKEJAHATAN/ 2007

NO PELANGGARAN Dilaporkan Diselesaikan Dilaporkan Diselesaikan Dilaporkan Diselesaikan

1 KEBAKARAN 55 14 36 8 31 6

2 PERZINAHAN 29 19 23 17 14 6

3 PERJUDIAN 86 81 83 70 85 70

4 PEMBUNUHAN 30 39 23 31 22 22

5 PENGANIAYAAN BERAT 803 615 643 476 405 285

6 PENGANIAYAAN RINGAN 405 378 317 296 194 164

7 PENCURIAN BERAT 640 246 715 321 468 252

8 PENCURIAN RINGAN 756 362 705 336 481 250

9 PENCURIAN DENGAN KEKERASAN 390 95 368 104 335 86

10 PENGGELAPAN 374 249 352 184 214 140

11 PENIPUAN 703 432 705 356 371 201

12 PENGRUSAKAN 187 134 171 108 76 44

13 PENADAHAN 2 13 14 16 4 9

14 KEJAHATAN 315 236 1806 1366 1318 1133

15 PENCURIAN KENDARAAN BERMOTOR 379 47 372 37 382 43

16 PELANGGARAN LALU LINTAS 35000 32039 33125 31343 20974 19771

17 KECELAKAAN LALU LINTAS 442 308 704 528 680 486

40596 35307 40162 35597 26054 22968

2006 2008

JUMLAH

Page 68: Laporan Akhir_Bab 5_Kajian Lingkungan WKM

V - 68

Makassar sebagai daerah pembauran warga dari multietnis, menempati perkotaan

dengan kebutuhan tinggi dan tingkat persaingan hidup yang juga semakin meningkat tiap

tahunnya akibat kepastian pendapatan yang rendah dan tuntutan kebutuhan tinggi. Jelas

ini mengawali munculnya polemic social dari kemiskinan dan rendahnya kualitas

sumberdaya serta kurang berfungsinya nilai budaya dan hokum dalam masyarakat

menyebabkan Kota Makassar memiliki 17 jenis kajahatan atau pelanggaran, dengan

jenis pelanggaran tertinggi yaitu pelanggaran lalulintas sejumlah 20974 kasus yang

dilaporkan dan diselesaikan sejumla 19771 kasus. Untuk kasus tindak kejahatan

terhadap masyarakat, berupa penganiayaan berat dan pencurian ringan yang masing masing sejumlah 405 kasus

dan 481 kasus, sementara kasus dengan tingkat pelaporan terendah yaitu permasalahan penadahan dengan jumlah

pelaporan 4 kasus.

J. KAJIAN KEMAMPUAN LAHAN

a. SKL morfologi

Gambar 5-45 Peta SKL Morfologi, 2008

Berdasarkan gambar 5-45, kawasan Makassar sebagian besar memiliki kemampuan lahan morfologi sedang.

Dalam artian bahwa tingkat kemiringan lereng daerah tersebut berkisar 0-2% dengan topografi relief datar.

Kawasan ini sangat potensial untuk dijadikan daerah pemukiman, pengembangan kawasan perdagangan atau

pusat kota. Daerah tersebut terutama daerah bagian barat Kota Makssar, sebagai contoh kecamtan Mariso,

Manggala dl.

Page 69: Laporan Akhir_Bab 5_Kajian Lingkungan WKM

V - 69

b. SKL kemudahan dikerjakan

Gambar 5-46 Peta SKL Kemudahan Dikerjakan, 2008

Berdasarkan gambar peta 5-46, menunjukkan bahwa sebagian besar wilayah Kota Makassar memiliki kemampuan

lahan yang sedang berdasarkan kemudahan dikerjakan untuk direncanakan sebagai kawasan pembangunan

karena memiliki relief yang datar dan struktur penyusun jenis tanahnya memiliki tingkat permeabilitas yang tinggi.

Hal ini mengindikasikan bahwa sebgaian besar wilayah Kota Makassar mudah untuk dijadikan sebagai pusat

kegiatan ekonomi, sosial ataupun budaya.

c. SKL Kestabilan Pondasi

Gambar 5-47 Peta SKL Kestabilan Pondasi, 2008

Berdasarkan gambar peta 5-47, menunjukkan bahwa wilayah kecamatan Biringkanaya, Kecamatan. Manggala utara

dan Kecamatan.Panakukang sebelah timur khususnya memiliki kestabilan pondasi yang cukup stabil. Karena

kawasan ini tersusun oleh jenis tanah ultisol, yang sifatnya mudah terkompaksi antar partikelnya, tetapi tanah jenis

seperti ini menghambat pertumbuhan tanaman sehingga tidak potensial untuk di jadikan kawasan

pertanian/perkebunan.

Page 70: Laporan Akhir_Bab 5_Kajian Lingkungan WKM

V - 70

d. SKL Terhadap Erosi

Berdasarkan gambar peta 5-48, wilayah utara (kecamatan Biringkanaya) dan timur (kecamatan Manggala) Kota

Makassar rentan terhadap erosi. Sesuai dengan jenis dan struktur tanah, kawasan ini tersusun oleh jenis tanah

ultisol. Tanah ultisol memiliki karakteristik partikel tanah yang relatif halus, porositas kecil sehingga daya kohesif

antar partikel tinggi.

e. SKL Untuk Drainase

Berdasarkan gambar peta 5-49, menunjukkan bahwa kawasan sekitar Kecamatan Panakukang, Keacamatan

Rappocini, Kecamatan Mariso, Kecamatan Wajo dan Kecamatan Ujung Pandang memiliki kemampuan drainase

rendah. Karena secara topografi daerah-daerah tersebut berelief datar, sehingga sistem alirannya lambat.

Gambar 5-49 Peta SKL Drainase, 2008

Gambar 5-48 Peta SKL Erosi, 2008