Upload
doliem
View
239
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
Laporan Akuntabilitas Kinerja BB Pengkajian 2014
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian i
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA
BALAI BESAR PENGKAJIAN DAN
PENGEMBANGAN TEKNOLOGI
PERTANIAN TAHUN
2014
BALAI BESAR PENGKAJIAN DAN
PENGEMBANGAN TEKNOLOGI
PERTANIAN
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN
KEMENTERIAN PERTANIAN
2015
Laporan Akuntabilitas Kinerja BB Pengkajian 2014
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian i
KATA PENGANTAR
Penyusunan LAKIP (Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah) Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan
Teknologi Pertanian (BB Pengkajian) sebagai salah satu
instansi pemerintah merupakan pertanggungjawaban
terhadap akuntabilitas kinerjanya sesuai dengan tugas
pokok, fungsi, dan kewenangan pengelolaan sumberdaya
yang ditetapkan sebelumnya.
Hal ini sesuai dengan Inpres No. 7 Tahun 1999 yang mengamanatkan
setiap instansi pemerintah wajib menyusun LAKIP setiap akhir tahun
anggaran.Sesuai keputusan Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan
Pertanian No. 161/2006, BB Pengkajian mengemban mandat untuk membina dan
mengkoordinasikan pelaksanaan pengkajian, pengembangan, dan perakitan
teknologi spesifik lokasi yang dilakukan Balai/Loka Pengkajian Teknologi Pertanian
(B/LPTP). Oleh karena itu, BB Pengkajian juga berkewajiban untuk melaporkan
akuntabilitas kinerja BPTP secara keseluruhan.
Kepada semua pihak yang telah berpartisipasi dan berkontribusi dalam
penyusunan laporan ini disampaikan terima kasih. Harapan kami, semoga laporan
ini dapat bermanfaat khususnya bagi BB Pengkajian dan BPTP dalam perbaikan
kinerja ke depan.
Kepala Balai Besar,
Dr.Ir. Abdul Basit, MS
B
o
g
Laporan Akuntabilitas Kinerja BB Pengkajian 2014
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 118
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
IKHTISAR EKSEKUTIF
I. PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang 1
I.2. Tugas, Fungsi, dan Organisasi Balai Besar Pengkajian 3
I.3. Tujuan 5
II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA
II.1. Visi dan Misi 7
II.2. Tujuan dan Saran 7
II.3. Dinamika Lingkungan Strategis dalam Pencapaian Tujuan dan
Sasaran
8
II.4. Perencanaan Kinerja 10
II.5. Perjanjian Kinerja 12
III. AKUNTABILITAS KINERJA
III.1. Akuntabilitas Kinerja BB PENGKAJIAN 20
III.2. Pengukuran Capaian Kinerja Tahun 2014 21
III.3. Analisis Capaian Kinerja 25
IV. AKUNTABILITAS KEUANGAN 95
V. PENUTUP 101
LAMPIRAN
Laporan Akuntabilitas Kinerja BB Pengkajian 2014
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian i
IKHTISAR EKSEKUTIF
Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian (BB
Pengkajian) merupakan salah satu Unit Pelaksana Teknis (UPT) yang berada
dibawah Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Kementerian Pertanian.
Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian No. 301/2005 tentang Organisasi dan Tata
Kerja Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, BB
PENGKAJIAN memiliki tugas melaksanakan pengkajian dan pengembangan teknologi
pertanian. Sebagai bentuk pertanggungjawaban pelaksanaan kegiatan, BB
PENGKAJIAN diwajibkan untuk melakukan evaluasi terhadap kinerjanya yang
dituangkan dalam bentuk Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP)
BB PENGKAJIAN TA. 2014.
Sesuai dengan rencana stratejik BB Pengkajian tahun 2010-2014, pada
tahun 2014 mengimplementasikan satu kegiatan prioritas “Program Penciptaan
Teknologi dan Varietas Unggul Berdaya Saing” untuk mencapai lima sasaran
strategis yang akan dicapai yaitu 1) Tercapainya inovasi pertanian unggul spesifik
lokasi, 2) Terdiseminasinya inovasi pertanian spesifik lokasi yang unggul serta
terhimpunnya umpan balik dari implementasi program dan inovasi pertanian unggul
spesifik lokasi, 3) Adanya sinergi operasional serta terciptanya manajemen
pengkajian dan pengembangan inovasi pertanian unggul spesifik lokasi, 4)
Dihasilkannya rumusan rekomendasi kebijakan mendukung percepatan
pembangunan pertanian wilayah berbasis inovasi pertanian spesifik lokasi, dan 5)
Terjalinnya kerjasama nasional dan internasional dibidang pengkajian, diseminasi,
dan pendayagunaan inovasi pertanian. Berdasarkan pengukuran capaian kinerja,
rata-rata capaian realisasi sebesar 100 persen. Secara keseluruhan realisasi capaian
ini menunjukkan bahwa seluruh kegiatan BB PENGKAJIAN telah dilakukan sesuai
dengan rencana yang ditetapkan.
Dari aspek pengelolaan anggaran, pada tahun 2014 BB PENGKAJIAN
berdasarkan revisi anggaran terakhir, mengelola anggaran sebesar Rp
480.844.134.000, terdiri dari pagu belanja pegawai sebesar Rp 206.995.609.000;
pagu belanja barang operasional sebesar Rp 39.363.219.000,- ; pagu belanja barang
non operasional Rp 190.367.012.000,-; serta pagu belanja modal sebesar Rp
44.118.294.000,-. Adapun realisasi keuangan atas dasar SP2D sampai dengan akhir
TA. 2014 sebesar Rp 449.779.892.529,- (93,54%).
Laporan Akuntabilitas Kinerja BB Pengkajian 2014
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian ii
Keberhasilan capaian kinerja pada tahun 2014 antara lain disebabkan oleh:
(1) kesiapan dan kelengkapan dokumen perencanaan yang tepat waktu,
(2) intensifnya kegiatan pertemuan masing-masing tim penanggung jawab, serta
(3) sumbangsih substansi teknis dari para narasumber dalam forum seminar
proposal dan pertemuan lainnya. Namun demikian, dalam pencapaian indikator
kinerja pada tahun 2014 masih dijumpai beberapa kendala yang secara aktif telah
diupayakan untuk diperbaiki oleh seluruh jajaran BB PENGKAJIAN dengan
mengoptimalkan kegiatan koordinasi dan sinkronisasi serta sosialisasi peningkatan
kapabilitas dan pembinaan program.
Laporan Akuntabilitas Kinerja BB Pengkajian 2014
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 1
I.PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) merupakan
perwujudan pertanggungjawaban atas kinerja pencapaian visi dan misi pada
Tahun Anggaran 2014 dan alat kendali serta alat pemacu peningkatan kinerja
setiap unit organisasi di lingkungan pemerintahan. Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah (AKIP) BB PENGKAJIAN Tahun 2014 merupakan LAKIP tahun
keempat pelaksanaan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
(RPJMN) Tahun 2010-2014, yang merupakan tahun akhir penuntasan kinerja
periode 2010-2014. LAKIP BB PENGKAJIAN yang disusun mengacu pada
Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan
Kinerja Instansi Pemerintah, Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 tentang
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, dan Instruksi Presiden Nomor 5 Tahun
2004 tentang Percepatan Pemberantasan Korupsi, serta Rencana Strategis Badan
Litbang Pertanian. Fungsi LAKIP antara lain adalah sebagai alat penilai kinerja
secara kuantitatif, sebagai wujud akuntabilitas pelaksanaan tugas dan fungsi BB
PENGKAJIAN menuju terwujudnya good governance, dan sebagai wujud
transparansi serta pertanggungjawaban kepada masyarakat, Inpres No. 7 Tahun
1999 pada dasarnya mengamanatkan setiap instansi pemerintah sebagai unsur
penyelenggara manajeman pemerintahan wajib untuk membuat laporan LAKIP
pada setiap akhir tahun anggaran. Inpres ini diperbaharui dengan Keputusan
Kepala Lembaga Administrasi Negara No. 239/IX/6/8/2003 tentang Perbaikan
Pedoman Penyusunan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah dan
PERMENPAN dan RB No. 29 Tahun 2010 tentang Pedoman Penyusunan
Penetapan Kinerja dan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah.
Petunjuk Teknis dari inpres tersebut adalah Surat Keputusan Kepala Lembaga
Administrasi Negara (LAN) Nomor 239 Tahun 2003 tentang Tata Cara
Penyusunan Laporan Akuntabilitas Instansi Pemerintah.
Dalam pelaksanaannya kinerja instansi suatu pemerintahan juga perlu
dilakukan evaluasi. Evaluasi merupakan suatu aplikasi penilaian yang sistematis
terhadap konsep, desain, implementasi, dan manfaat aktivitas dan program dari
suatu instansi pemerintah. Evaluasi juga dilakukan untuk menilai dan
meningkatkan cara-cara dan kemampuan berinteraksi instansi pemerintah
yang pada akhirnya akan meningkatkan kinerjanya. Evaluasi yang dilakukan
untuk mengukur kinerja dari instansi pemerintah adalah Evaluasi Laporan
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP). Evaluasi ini merupakan
Laporan Akuntabilitas Kinerja BB Pengkajian 2014
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 2
perkembangan dari suatu riviu atas kinerja organisasi dengan dukungan
informasi dan pengumpulan data melalui riset terapan (applied research)
sehingga hasil evaluasi akan lebih komprehensif untuk melihat organisasi dan
kontribusinya pada peningkatan kinerja pemerintahan secara keseluruhan. Pola
pendekatan yang demikian akan mendukung simpulan hasil evaluasi yang lebih
menyeluruh (makro) sehingga dapat menghindari resiko bias yang besar. Di
dalam penyusunan LAKIP mengacu pada Pengukuran Kinerja. Dalam pengukuran
kinerja dilakukan pembandingan antara kinerja yang sesungguhnya pada suatu
periode atau pada saat pengukuran dilakukan dengan suatu pembanding
tertentu, misalnya, dibandingkan dengan rencana, standar, atau benchmark
tertentu. Sedangkan evaluasi berupaya lebih jauh untuk menemukan
penjelasan-penjelasan atas outcome yang diobservasi dan memahami logika-
logika di dalam intervensi publik. Sistem pengukuran kinerja yang didesain
dengan baik, sering diidentifikasikan sebagai salah satu bentuk dari evaluasi.
Menurut Rider Dale (2004), Evaluasi dari kinerja suatu pekerjaan dapat
dilaksanakan selama pelaksanaan program atau setelah program itu selesai
dilaksanakan, tergantung dari tujuan evaluasi. Secara keseluruhan, evaluasi
dapat dibedakan menjadi dua yaitu evaluasi formatif dan sumatif. Evaluasi
formatif bertujuan untuk meningkatkan kinerja program yang dievaluasi melalui
pembelajaran dari pengalaman yang diperoleh. Sementara itu evaluasi sumatif
dilaksanakan setelah pekerjaan selesai dilaksanakan atau evaluasi dari sesuatu
program secara keseluruhan. Adapun LAKIP adalah suatu kegiatan evaluasi
untuk menilai konsep dari suatu program serta desain dan manajemen. Dalam
pelaksanaannya dilakukan evaluasi Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah (SAKIP) yang merupakan penerapan manajemen kinerja pada sektor
publik yang sejalan dan konsisten dengan penerapan reformasi birokrasi dan
berorientasi pada pencapaian outcomes dan upaya untuk mendapatkan hasil
yang lebih baik. Menurut Azwar Abubakar, bahwa SAKIP merupakan integrasi
dari sistem perencanaan, sistem penganggaran dan sistem pelaporan kinerja,
yang selaras dengan pelaksanaan sistem akuntabilitas keuangan. Output akhir
dari SAKIP adalah LAKIP, yang menggambarkan kinerja yang dicapai oleh suatu
instansi pemerintah atas pelaksanaan program dan kegiatan yang dibiayai
APBN/APBD.
Laporan Akuntabilitas Kinerja BB Pengkajian 2014
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 3
Gambar 1 : Mekanisme Evaluasi Kinerja
Evaluasi untuk penilaian LAKIP meliputi 5 komponen yaitu adalah
perencanaan kinerja yang terdiri dari renstra, rencana kinerja tahunan, dan
penetapan kinerja (bobot 35), pengukuran kinerja, yang meliputi pemenuhan
pengukuran, kualitas pengukuran, dan implementasi pengukuran (bobot 20),
pelaporan kinerja yang merupakan komponen ketiga, terdiri dari pemenuhan
laporan, penyajian informasi knerja, serta pemanfaatan informasi kinerja (bobot
15), evaluasi kinerja yang terdiri dari pemenuhan evaluasi, kualitas evaluasi, dan
pemanfaatan hasil evaluasi (bobot 10), dan pencapaian kinerja terdiri dari kinerja
yang dilaporkan (output dan outcome), dan kinerja lainnya (bobot 20). Nilai
tertinggi dari evaluasi LAKIP adalah AA (memuaskan) skor 85–100, sedangkan A
(sangat baik) skor 75-85, B (baik) skor 65-75, CC (cukup baik) skor 50–65, C
(agak kurang) skor 30–50, dan nilai D (kurang) skor 0-30.
I.2 Tugas, Fungsi, dan Organisasi Balai Besar Pengkajian
Tugas utama BB Pengkajian adalah melaksanakan pengkajian dan
pengembangan teknologi pertanian. Dalam melaksanakan tugas pokoknya BB
Pengkajian memiliki fungsi sebagai berikut : (a) Pelaksanaan penyusunan
program, rencana kerja, anggaran, evaluasi dan laporan pengkajian dan
pengembangan teknologi pertanian (b) Pelaksanaan pengkajian dan
pengembangan norma dan standar metodologi pengkajian dan pengembangan
Laporan Akuntabilitas Kinerja BB Pengkajian 2014
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 4
pertanian (c) Pelaksanaan pengkajian dan pengembangan paket teknologi
unggulan (d) Pelaksanaan pengkajian dan pengembangan model teknologi
pertanian regional dan nasional (e) Pelaksanaan analisis kebijakan teknologi
pertanian (f) Pelaksanaan kerjasama dan pendayagunaan hasil pengkajian dan
pengembangan teknologi pertanian (g) Pelaksanaan pengembangan sistim
informasi hasil pengkajian dan pengembangan teknologi pertanian (h)
Pengelolaan urusan kepegawaian, keuangan, rumah tangga dan perlengkapan.
Guna menyinergikan kegiatan pengkajian dan pengembangan teknologi pertanian
yang mempunyai keunggulan di tingkat nasional, maka BB Pengkajian
mengoordinasikan kegiatan pengkajian dan pengembangan teknologi pertanian
yang bersifat spesifik lokasi. Disamping melaksanakan tugas pokoknya, sesuai
dengan keputusan Kepala Badan Litbang Pertanian No. 161/2006, BB Pengkajian
diberi mandat untuk membina dan mengkoordinasikan pelaksanaan pengkajian,
pengembangan, dan perakitan teknologi spesifik lokasi yang dilakukan oleh Balai
Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) dan Loka Pengkajian Teknologi Pertanian
(LPTP), serta mempercepat pemasyarakatan inovasi teknologi yang telah
dihasilkan oleh Unit Kerja/Unit Pelaksana Teknis (UK/UPT) lingkup Badan Litbang
Pertanian. Pemberian mandat BB Pengkajian untuk melakukan koordinasi dan
pembinaan terhadap BPTP/LPTP terkait erat dengan tekad Badan Litbang
Pertanian untuk mengakselerasi pemasyarakatan inovasi teknologi pertanian yang
telah dihasilkan oleh Badan Litbang Pertanian maupun lembaga penelitian dan
pengembangan lain yang ada di Indonesia. Fungsi koordinasi dan pembinaan
terhadap BPTP/LPTP dilaksanakan BB Pengkajian dengan memanfaatkan jaringan
penelitian dan pengembangan lingkup Badan Litbang Pertanian dan lembaga
litbang lainnya.
Struktur organisasi BB Pengkajian diatur berdasarkan Peraturan Menteri
Pertanian Nomor 39/Permentan/OT.140/3/2013 tanggal 11 Maret 2013, tentang
Organisasi dan Tata Kerja Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi
Pertanian. Pimpinan tertinggi adalah Kepala Balai Besar Pengkajian, membawahi
Kabag Tata Usaha (TU), Kabid Program dan Evaluasi, Kabid Kerjasama dan
Pendayagunaan Hasil Pengkajian (KSPHP). Kabag TU membawahi Kasubbag
Rumah Tangga, Kasubbag Kepegawaian, dan Kasubbag Keuangan dan
Perlengkapan. Kabid PE membawahi Kasie Program dan Kasie Monev. Sedangkan
Kabid KSPHP membawahi Kasie Kerjasama Pengkajian dan Kasie Pendayagunaan
Hasil Pengkajian. Sementara itu Kelompok Jabatan Fungsional berada langsung di
bawah Kepala Balai Besar Pengkajian.
Laporan Akuntabilitas Kinerja BB Pengkajian 2014
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 5
Pengelolaan sumberdaya penelitian merupakan prasyarat utama untuk
mendukung kinerja Balai Besar Pengkajian. Pada tahun 2014 tercatat sebanyak
3.159 pegawai lingkup BB Pengkajian yang tersebar di 31 BPTP dan 2 Loka
Pengkajian. Sebanyak 823 orang merupakan fungsional peneliti, 337 orang
penyuluh, dan 131 orang adalah perekayasa.
Gambar 2. Sebaran SDM per BPTP
I.3 Tujuan
Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian (BB
PENGKAJIAN) merupakan salah satu Unit Pelaksana Teknis (UPT) yang berada di
bawah Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Kementerian Pertanian.
Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian No. 301/2005 tentang Organisasi dan
Tata Kerja Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, BB
PENGKAJIAN memiliki tugas melaksanakan pengkajian dan pengembangan
teknologi pertanian. Sebagai salah satu unit kerja mandiri yang berada dibawah
Badan Litbang Pertanian, maka BB Pengkajian memiliki kewajiban utnuk
mempertanggungjawabkan capaian kinerja yang telah dilaksanakan atas
pelaksanaan DIPA Tahun 2012. Dengan demikian tujuan penyusunan LAKIP BB
Pengkajian adalah sebagai berikut:
Jumlah Pegawai BBP2TP Tahun 2010-2014
3397 3410
3297
31373159
3000
3050
3100
3150
3200
3250
3300
3350
3400
3450
2010 2011 2012 2013 2014
JumlahPegawai
JumlahPegawai
Jumlah Peneliti, Penyuluh Pertanian dan Teknisi
Litkayasa Tahun 2010 - 2014
893
986
890 891823
283 291 299370 377
157 152 149 149 131
0
200
400
600
800
1000
1200
2010 2011 2012 2013 1014
Peneli
Penyuluh
Litkayasa
Laporan Akuntabilitas Kinerja BB Pengkajian 2014
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 6
a. Mendeskripsikan pencapaian sasaran kinerja pengkajian dan diseminasi
inovasi pertanian spesifik lokasi
b. Menganalisis senjang (gap) pencapaian kinerja dengan rencana kinerja
pengkajian dan diseminasi inovasi pertanian spesifik lokasi
c. Menganalisis langkah-langkah operasional peningkatan kinerja pengkajian dan
diseminasi inovasi pertanian spesifik lokasi
Laporan Akuntabilitas Kinerja BB Pengkajian 2014
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 7
II. PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA
II.1 Visi dan Misi
Visi BB PENGKAJIAN merupakan bagian integral dari visi pertanian dan
perdesaan 2020; ruh, visi, dan misi pembangunan pertanian 2010 – 2014; serta
visi dan misi Badan Litbang Pertanian 2010 – 2014 yang dirumuskan untuk
menggali dan menyampaikan persepsi yang sama mengenai masa depan
pembangunan pertanian dan perdesaan. Persepsi tersebut diwujudkan dalam
bentuk komitmen jajaran BB PENGKAJIAN dalam merealisasikan tujuannya. Oleh
karena itu, visi BB PENGKAJIAN harus mengakomodir situasi dan perkembangan
di masa depan sesuai dengan dinamika lingkungan strategis dan harus mampu
menjadi salah satu akselerator pembangunan pertanian dan perdesaan.
Berdasarkan hal tersebut, BB PENGKAJIAN menetapkan Visi yaitu “Pada tahun
2014 menjadi lembaga pengkajian dan pengembangan inovasi pertanian spesifik
lokasi bertaraf internasional” Sedangkan misi BB PENGKAJIAN merupakan
pernyataan mengenai garis besar kiprah utama BB PENGKAJIAN dalam
mewujudkan visi di tersebut. Untuk itu, BB PENGKAJIAN menetapkan Misi
sebagai berikut:
1. Menghasilkan dan mengembangkan inovasi pertanian spesifik lokasi.
2. Menghasilkan rekomendasi kebijakan percepatan pembangunan pertanian
melalui inovasi pertanian spesifik lokasi.
3. Mengembangkan komunikasi program dan kebijakan pembangunan
pertanian wilayah.
4. Mengembangkan jejaring pengkajian dan pengembangan inovasi pertanian
spesifik lokasi dengan lembaga penelitian/pengkajian di tingkat nasional dan
internasional.
II.2 Tujuan dan Sasaran
Tujuan :
Sesuai mandat Badan Litbang Pertanian kepada BB PENGKAJIAN untuk
melakukan pengkajian dan pengembangan teknologi pertanian,
mengkoordinasikan dan membina BPTP/LPTP, maka tujuan BB PENGKAJIAN
adalah:
1. Meningkatkan ketersediaan inovasi pertanian spesifik lokasi.
Laporan Akuntabilitas Kinerja BB Pengkajian 2014
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 8
2. Meningkatkan penyebarluasan, adopsi, dan komunikasi inovasi pertanian
spesifik lokasi.
3. Meningkatkan sinergi operasional dan manajemen pengkajian dan
pengembangan inovasi pertanian spesifik lokasi.
4. Meningkatkan rekomendasi kebijakan pembangunan pertanian yang
berbasis inovasi pertanian spesifik lokasi.
5. Meningkatkan kapasitas kelembagaan, kompetensi pengkajian, dan
pengembangan inovasi pertanian spesifik lokasi.
Sasaran :
a) Tersedianya inovasi pertanian spesifik lokasi.
b) Terdiseminasinya inovasi pertanian spesifik lokasi serta terhimpunnya
umpan balik dari implementasi program dan inovasi pertanian spesifik
lokasi.
c) Adanya sinergi operasional serta terciptanya manajemen pengkajian dan
pengembangan inovasi pertanian spesifik lokasi.
d) Dihasilkannya rumusan rekomendasi kebijakan mendukung percepatan
pembangunan pertanian wilayah berbasis inovasi pertanian spesifik lokasi.
e) Terjalinnya kerjasama nasional dan internasional di bidang pengkajian,
diseminasi, dan pendayagunaan inovasi pertanian.
II.3 Dinamika Lingkungan Strategis dalam Pencapaian Tujuan dan
Sasaran
Perubahan lingkungan strategis terkait dengan kebijakan di bidang
pertanian baik global maupun domestik secara langsung maupun tidak langsung
telah dan akan berpengaruh terhadap perkembangan sektor pertanian di
Indonesia, sehingga menjadi perlu untuk mengidentifikasi berbagai perubahan
lingkungan strategis tersebut, untuk dijadikan sebagai salah satu bahan
pertimbangan dalam menyusun kebijakan dan program pembangunan pertanian
domestik, khususnya dalam kegiatan penelitian dan pengembangan pertanian.
Beberapa perubahan lingkungan strategis yang mempengarudi program
dan kegiatan khusunya Lingkup Balai Besar Pengkajian antara lain Pertemuan
Bukittinggi yang membahas kebijakan pendampingan padi, jagung, kedelai, sapi
dalam skala pendampingan Laboratorum Lapang, kegiatan pendampingan
Laporan Akuntabilitas Kinerja BB Pengkajian 2014
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 9
kawasan hortikultura dengan fokus pada pengembangan bawang merah dan
cabai merah untuk mengantisipasi kekurangan stok komoditas tersebut.
Aspek lain yang mempengaruhi kebijakan program dan kegiatan di Balai
Besar Pengkajian khususnya kegiatan pengkajian adalah Sistem Inovasi Nasional,
yang dicanangkan oleh Kemeterian Riset dan Teknologi. Dari aspek kegiatan
pengkajian di daerah khususnya yang menghasilkan kegiatan pengkajian spesifik
lokasi, arah kegiatan pengkajian dan pengembangan inovasi tersebut hendaknya
bersinergi dengan Sistem Inovasi Daerah yang dicanangkan di masing-masing
Provinsi.
Dari aspek kebijakan global yang berpengaruh kepada program dan
kegiatan bidang pertanian yaitu Penerapan Masyarakat Ekonomi Asean (MEA)
pada tahun 2015, menuntut komoditas pertanian untuk lebih memiliki daya saing
di pasar global, khususnya pasar ASEAN. Oleh karena itu, kegiatan-kegiatan yang
diciptakan dari kegiatan pengkajian dan pengembangan inovasi harus
mendukung kearah penciptaan Good Agricultural Practises (GAP). Kegiatan
pengkajian dan pengembangan teknologi spesifik lokasi akan lebih diarahkan
pada perakitan inovasi pertanian spesifik agroekosistem yang menghasilkan
komoditas berdaya saing tinggi baik di pasar domestik maupun pasar
internasional dalam rangka mengakselerasi pembangunan pertanian wilayah.
Isu sentral yang berkaitan dengan peran BPTP adalah lambannya
diseminasi inovasi pertanian dan belum intensifnya pemanfaatan inovasi yang
dihasilkan oleh Balai Penelitian Nasional. Untuk mempercepat proses diseminasi,
maka kinerja BPTP yang diharapkan antara lain melakukan pengkajian dan
pengembangan inovasi yang mudah dilihat oleh petani dan masyarakat luas,
termasuk pemerintah daerah. Beberapa kinerja kegiatan yang diharapkan dapat
dilaksanakan ke depan, diantaranya:
1. Kinerja pendampingan teknologi dalam upaya pencapaian target
swasembada beras nasional yang didukung melalui kegiatan pendampingan
SLPTT di 32 Provinsi serta sinergi pelaksanaan kegiatan KRPL dengan Badan
Ketahanan Pangan Kemetrian Pertanian.
2. Diseminasi hasil-hasil pengkajian dan kebijakan lingkup BBP2TP melalui
implementasi konsep SDMC (Sistem Diseminasi Multi Channel) melalui
kegiatan model-model pengembangan inovasi pertanian antara lain m-P3MI
dan m-AP2RL serta Laboratorium Lapang, lebih merupakan implementasi
inovasi dalam skala ekonomis/skala luas. Keterkaitan antara BPTP sebagai
Laporan Akuntabilitas Kinerja BB Pengkajian 2014
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 10
penghasil teknologi spesifik lokasi perlu disebarluaskan melalui saluran
diseminasi dalam bentuk media dan teknologi, serta Pemda/Penyuluh daerah
diharapkan akan tercipta sinergisme kerja.
Perumusan visi dan misi BB Pengkajian yang tertuang dalam Rencana
Strategis lima tahun ke depan mengacu pada Renstra Badan Litbang Pertanian
yang juga mendukung Renstra Kementerian Pertanian. BB Pengkajian juga
berkomitmen untuk melakukan kontrol kualitas secara intensif pada setiap level
manajemen yang mencakup perencanaan, pelaksanaan penelitian dan pelaporan.
II.4 Perencanaan Kinerja
BB Pengkajian sebagai institusi pemerintah yang bersentuhan langsung
dengan pengguna dan pemangku kepentingan di berbagai level terutama di
daerah, dituntut untuk berperan secara nyata apa, bagaimana, serta dimana
kegiatan tersebut telah dilaksanakan, termasuk hasil-hasil kegiatan pengkajian
dan diseminasi lingkup BB Pengkajian. Berbagai program yang dilakukan oleh BB
Pengkajian untuk mendukung empat sukses Kementerian Pertanian yaitu:
a) Pencapaian swasembada dan swasembada berkelanjutan, b) Peningkatan
diversifikasi pangan, c) Peningkatan nilai tambah dan daya saing ekspor, dan
d) Peningkatan kesejahteraan petani.
Sejalan dengan mekanisme perencanaan seperti tertuang dalam Undang-
undang Nomor 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan
Nasional, maka Rencana Kinerja Tahun 2013 merupakan penjabaran dari rencana
kerja (Renja). Renja merupakan rencana kerja tahunan di tingkat kementerian
atau lembaga yang mengacu kepada Rencana Kerja Pemerintah (RKP). Sementara
RKP merupakan rencana kerja pemerintah tahunan (annual plan) yang
merupakan bagian integral dari perencanaan pembangunan Kementerian jangka
menengah (RPJM Kementerian), yang terdokumentasikan dalam Renstra.
Program Badan Litbang periode 2010-2014 adalah Penciptaan
teknologi dan varietas unggul berdaya saing. Sejalan dengan hal tersebut,
sesuai dengan anggaran yang telah dialokasikan dalam Rencana Kinerja Anggaran
Kementerian dan Lembaga (RKA-KL) pada tahun 2014, lingkup BB PENGKAJIAN
telah mengimplementasikan Kegiatan Prioritas Pengkajian dan Percepatan
Diseminasi Inovasi Teknologi Pertanian melalui beberapa kegiatan utama
dan indikator kinerja, yang berdasarkan RKA-KL dan POK (Petunjuk Operasional
Kinerja) lingkup BB PENGKAJIAN Tahun 2014, telah disusun Rencana Kinerja
Tahunan (RKT) 2013. Penyusunan Rencana kinerja kegiatan tersebut diselaraskan
Laporan Akuntabilitas Kinerja BB Pengkajian 2014
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 11
dengan sasaran Renstra Balai Besar Pengkajian 2010-2014. Rencana Kinerja
tersebut memuat Sasaran strategis kegiatan yang akan dilaksanakan; Indikator
Kinerja berupa hasil yang akan dicapai secara terukur, efektif, efisien, dan
akuntabel; serta target yang akan dihasilkan. Selanjutnya RKT yang telah disusun
ditetapkan menjadi Penetapan Kinerja (PK) guna mendorong pengembangan
menuju Good Governance. Adapun matriks RKT kegiatan Balai Besar Pengkajian
disajikan pada tabel berikut.
Tabel 1. Rencana Kinerja Tahunan BB Pengkajian Tahun 2014
No Sasaran Strategis Indikator Outcome/Indikator
Kegiatan
Target
1 Tersedianya inovasi
pertanian unggul spesifik
lokasi
Jumlah teknologi spesifik lokasi 125 Teknologi
2 Terdisiminasinya inovasi
pertanian spesifik lokasi
yang unggul serta
terhimpunnya umpan balik
dari implementasi program
dan inovasi pertanian
unggul spesifik lokasi
Jumlah teknologi yang didiseminasikan
ke pengguna
320 Teknologi
3 Adanya sinergi operasional
serta terciptanya
manajemen pengkajian dan
pengembangan inovasi
pertanian unggul spesifik
lokasi
Jumlah kegiatan pendampingan model
diseminasi spektrum multi channel dan
program strategis nasional/daerah
130 Laporan
1. 1. Jumlah laporan kegiatan
pendampingan model
diseminasi SDMC dan program
strategis
2. 2. Jumlah dokumen perencanaan
dan evaluasi kegiatan serta
administrasi keuangan,
kepegawaian, dan sarana
prasarana
3. 3. Jumlah SDM yang meningkat
kompetensinya
4. 4. Jumlah BPTP yang menerapkan
ISO 9001:2008
5. 5. Jumlah Laboratorium yang
terfungsikan secara produktif
6. 6. Jumlah kebun percobaan yang
terfungsikan secara produktif
7. Jumlah unit usaha penangkaran
benih sumber yang
diberdayakan
8. Jumlah publikasi bertaraf
nasional/internasional
9. Jumlah website yang ter-update
secara berkelanjutan
Laporan Akuntabilitas Kinerja BB Pengkajian 2014
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 12
No Sasaran Strategis
Indikator
Outcome/Indikator
Kegiatan
Target
4
Dihasilkannya rumusan
rekomendasi kebijakan
mendukung percepatan
pembangunan pertanian
wilayah berbasis inovasi
pertanian spesifik lokasi
Jumlah rekomendasi
kebijakan mendukung empat
sukses Kementerian
Pertanian.
68 Rekomendasi
5 Terjalinnya kerjasama
nasional dan internasional di
bidang pengkajian,
diseminasi, dan
pendayagunaan inovasi
pertanian
Jumlah kerjasama
pengkajian, pengembangan
dan pemanfaatan inovasi
pertanian.
34 Dokumen
II.5 Perjanjian Kinerja
Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif,
transparan, dan akuntabel, Balai Besar Pengkajian terus berupaya meningkatkan
akuntabilitas kinerja yang meliputi efisiensi masukan (input), kualitas perencanaan
dan pelaksanaan (proses), keluaran (output), dan outcome. Sejalan dengan
dinamika kebijakan perencanaan yang ditetapkan dengan melihat kebutuhan
stakeholder (bottom up) serta program di level pusat (top down), maka umpan
balik (feedback) yang diperoleh dari proses perencanaan dan operasionalisasi
program/kegiatan di BB Pengkajian disesuaikan dengan tuntutan dan dinamika
yang ada serta alokasi penganggaran yang tertuang dalam DIPA. Dengan
demikian, Rencana Kinerja yang telah ditetapkan kemudian disahkan menjadi
kontrak Kinerja BB Pengkajian untuk Tahun 2014 melalui Penetapan Kinerja
Tahunan, yang merupakan wujud komitmen perjanjian kinerja sebagai tolok ukur
keberhasilan dan dasar evaluasi akuntabilitas kinerja Balai Besar Pengkajian (tabel
2).
Laporan Akuntabilitas Kinerja BB Pengkajian 2014
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 13
Tabel 2. Penetapan Kinerja BB Pengkajian Tahun 2014
No Sasaran Strategis Indikator Outcome/Indikator
Kegiatan
Target
1 Tersedianya inovasi
pertanian unggul spesifik
lokasi
Jumlah teknologi spesifik lokasi 250 Teknologi
2 Terdiseminasinya inovasi
pertanian spesifik lokasi
yang unggul serta
terhimpunnya umpan balik
dari implementasi program
dan inovasi pertanian
unggul spesifik lokasi
Jumlah teknologi yang
didiseminasikan ke pengguna
330 Teknologi
3 Meningkatnya manajemen
pengkajian dan
pengembangan inovasi
pertanian
Jumlah laporan strategis
nasional/daerah yang memperoleh
pendampingan inovasi oleh BPTP
dan mencapai target sasaran
216 Laporan
1. Jumlah laporan kegiatan
pendampingan model
diseminasi SDMC dan program
strategis
2. Jumlah dokumen perencanaan
dan evaluasi kegiatan serta
administrasi keuangan,
kepegawaian, dan sarana
prasarana
3. Jumlah BPTP yang menerapkan
ISO 9001:2008
4. Jumlah SDM yang meningkat
kompetensinya
5. Jumlah publikasi bertaraf
nasional/internasional
6. Jumlah Laboratorium yang
terfungsikan secara produktif
7. Jumlah kebun percobaan yang
terfungsikan secara produktif
8. Jumlah unit usaha penangkaran
benih sumber yang terfungsikan
secara produktif
9. Jumlah website yang ter-
update secara berkelanjutan
10. Jumlah juklak/juknis
Laporan Akuntabilitas Kinerja BB Pengkajian 2014
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 14
No Sasaran Strategis
Indikator
Outcome/Indikator
Kegiatan
Target
4
Meningkatnya kerjasama
nasional dan internasional
(di bidang pengkajian,
diseminasi dan
pendayagunaan)
Jumlah laporan kerjasama
pengkajian, pengembangan
dan pemanfaatan hasil
penelitian dan pengembangan
pertanian
32 laporan
5 Meningkatnya sinergi
operasional pengkajian
dan pengembangan
inovasi pertanian
Jumlah rekomendasi kebijakan
pembangunan nasional.
52 Rekomendasi
Mencermati Rencana Kinerja Tahunan (RKT) dan Penetapan Kinerja
Tahunan (PKT) Tahun 2014, terdapat senjang target Indikator Kinerja “jumlah
teknologi spesifik lokasi” sebesar 125 teknologi (50%). Hal ini disebabkan karena
adanya dinamisasi kebijakan penganggaran sebagai respon terhadap kebutuhan
stakeholder di daerah untuk penciptaan teknologi spesifik lokasi serta mendukung
pembangunan pertanian wilayah sesuai dengan potensi sumberdaya yang
tersedia. Demikian pula untuk Indikator Kinerja “Jumlah Teknologi yang
Didiseminasikan Kepada Pengguna/Stakeholder”, terjadi senjang target sebesar
10 teknologi yang didiseminasikan (3,125%). Adapun faktor yang menyebabkan
peningkatan target dimaksud antara lain ketersediaan teknologi di balai-balai
penelitian nasional lingkup Badan Litbang Pertanian maupun inovasi pertanian
spesifik lokasi di BPTP mengalami penderasan diseminasi, terutama sejak
implementasi Spektrum Diseminasi Multi Channel (SDMC). Demikian pula untuk
indikator lainnya juga mengalami senjang target pencapaian output, mengingat
besarnya harapan pengguna dan stakeholder lainnya terhadap inovasi teknologi
spesifik lokasi.
Alokasi anggaran untuk melaksanakan Perjanjian Kinerja pada tahun 2014
sebesar Rp 480.844.134.936,- yang dialokasikan untuk 34 Unit Kerja, termasuk
Satker BBP2TP. Adapun rincian pagu anggarn per Output kegiatan lingkup Balia
Besar Pengkajian selama Periode 2010-2014 sebagaimana pada Tabel 3 berikut.
Laporan Akuntabilitas Kinerja BB Pengkajian 2014
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 15
Tabel 3. Pagu Anggaran berdasarkan Output Kegiatan Lingkup BB Pengkajian TA 2010-2014
KODE OUTPUT KEGIATAN
2010 2011 2012 2013 2014
PAGU
(RP. Juta) %
PAGU
(RP. Juta) %
PAGU
(RP. Juta) %
PAGU
(RP. Juta) %
PAGU
(RP. Juta) %
Pengkajian dan Percepatan Diseminasi Inovasi
Teknologi Pertanian 529.049,4 529.049,4 529.049,4 529.049,4 480.844,1
1.801.003 Laporan Pengelolaan Satker 36.553,4 6,91 36.553,4 6,91 36.553,4 6,91 36.553,4 6,91 35.859,2 7,46
1.801.006 Peningkatan Kapasitas SDM 403,3 0,08 403,3 0,08 403,3 0,08 403,3 0,08 0,00
1.801.008
Laporan kerjasama, pengkajian,
pengembangan, dan pemanfaatan inovasi pertanian 4.173,1 0,79 4.173,1 0,79 4.173,1 0,79 4.173,1 0,79 3.311,0 0,69
1.801.010 Laporan koordinasi dan sinkronisasi kegiatan satker 6.637,1 1,25 6.637,1 1,25 6.637,1 1,25 6.637,1 1,25 6.753,5 1,40
1.801.012 Pengelolaan Website/Database/Kepustakaan 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
1.801.013 Teknologi Spesifik Lokasi 33.112,2 6,26 33.112,2 6,26 33.112,2 6,26 33.112,2 6,26 33.650,6 6,26
1.801.015 Rekomendasi Kebijakan Pembangunan Pertanian 2.894,2 0,55 2.894,2 0,55 2.894,2 0,55 2.894,2 0,55 3.477,3 0,72
1.801.016 Pengelolaan Instalasi Pengkajian 3.502,0 0,66 3.502,0 0,66 3.502,0 0,66 3.502,0 0,66 3.415,3 0,71
1.801.017 Peningkatan Mutu Manajemen Satker 67,0 0,01 67,0 0,01 67,0 0,01 67,0 0,01 0,00
1.801.018 Teknologi yang terdiseminasikan ke pengguna 73.750,2 13,94 73.750,2 13,94 73.750,2 13,94 73.750,2 13,94 17.836,04 3,71
Laporan Akuntabilitas Kinerja BB Pengkajian 2014
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 16
KODE OUTPUT KEGIATAN 2010 2011 2012 2013 2014
PAGU (RP. Juta) %
PAGU (RP. Juta) %
PAGU (RP. Juta) %
PAGU (RP. Juta) %
PAGU (RP. Juta) %
1.801.019 Laporan pelaksanaan kegiatan pendampingan inovasi pertanian dan program strategis nasional 25.871,9 4,89 25.871,9 4,89 25.871,9 4,89 25.871,9 4,89 55.792,3 11,6
1.801.021 Bangunan 1.784,4 0,34 1.784,4 0,34 1.784,4 0,34 1.784,4 0,34 0,00
1.801.022 Peralatan 2.387,4 0,45 2.387,4 0,45 2.387,4 0,45 2.387,4 0,45 0,00
1.801.023 Kendaraan 1.890,9 0,36 1.890,9 0,36 1.890,9 0,36 1.890,9 0,36 0,00
1.801.024 Pengadaan Buku 684,1 0,13 684,1 0,13 684,1 0,13 684,1 0,13 95 0,02
1.801.025 Produksi benih 11.792,2 2,23 11.792,2 2,23 11.792,2 2,23 11.792,2 2,23 30.292,1 6,30
1.801.994 Layanan Perkantoran 237.973,5 44,98 237.973,5 44,98 237.973,5 44,98 237.973,5 44,98 246.358,8 51,23
1.801.995 Kendaraan bermotor 6.078,6 1,15 6.078,6 1,15 6.078,6 1,15 6.078,6 1,15 2.690,2 0,56
1.801.996 Perangkat Pengolah data dan komunikasi 9.471,8 1,79 9.471,8 1,79 9.471,8 1,79 9.471,8 1,79 2.817,1 0,59
1.801.997 Peralatan dan fasilitas kantor 19.318,4 3,65 19.318,4 3,65 19.318,4 3,65 19.318,4 3,65 12.123,1 2,52
1.801.998 Gedung dan Bangunan 57.169,3 10,81 57.169,3 10,81 57.169,3 10,81 57.169,3 10,81 26.372,5 5,48
Laporan Akuntabilitas Kinerja BB Pengkajian 2014
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 17
Adapun masing-masing kegiatan utama tersebut dijabarkan kedalam rencana
kegiatan yang akan dilaksanakan oleh Balai besar pengkajian beserta alokasi
anggaran per output kegiatan utama sebagai berikut:
1) Teknologi Spesifik Lokasi, dengan input anggaran sebesar Rp
33.650.650.000,- atau 7% dari total pagu anggaran.
- Pengkajian Inhouse/Kompetitif. Target output: paket teknologi spesifik
lokasi sesuai dengan judul kegiatan pengkajian inhouse/kompetitif
- Pengelolaan Sumberdaya Genetik. Target output kegiatan: karakterisasi
Sumberdaya Genetik Lokal
- Agro-ecological zone (AEZ) skala 1:50.000. Target output: Peta Agro-
Ecological Zone Digital skala 1:50.000 pada luasan lahan 50.000 ha.
- Kegiatan Model Akselerasi Percepatan Pembangunan Pertanian Ramah
Lingkungan (m-AP2RL). Target Output: rekomendasi teknologi ramah
lingkungan
- Kegiatan Laboratorium Lapang. Target output: teknologi spesifik lokasi
yang diimplementasikan di skala ekonomi
2) Teknologi yang didiseminasikan ke Pengguna, dengan input anggaran
sebesar 17.836.040.000,- atau 3,71% dari total pagu anggaran.
- Model Pengembangan Pertanian Perdesaan. Target output: a)
peningkatan kinerja kelompok tani, pemda, dan kelembagaan pendukung
usaha tani; b) perintisan jaringan kerjasama antar kelembagaan agribisnis
di lokasi kajian.
- Model Kawasan Rumah Pangan Lestari. Target output: a) Penerapan
model pemanfaatan pekarangan spesifik lokasi; b) Kebun bibit desa
sesuai kebutuhan rumah tangga
- Pengembangan Informasi, Diseminasi, dan Penjaringan Umpan Balik.
Target output: a) Tersusun dan tersebarluaskan media publikasi tercetak
buletin dan media elektronik; b) Terlaksananya fasilitasi pameran
(Nasional, Provinsi, dan Kab/Kota; c) Terpeliharanya dan berkembangnya
kegiatan Visitor Plot
- Diseminasi paket teknologi pendukung kegiatan pendampingan program
strategis Kementrian Pertanian
Laporan Akuntabilitas Kinerja BB Pengkajian 2014
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 18
3) Laporan pelaksanaan kegiatan Pendampingan inovasi pertanian dan
program strategis nasional, dengan input anggaran sebesar
55.792.280.000,- atau 11,60% dari total pagu anggaran.
- Laporan pelaksanaan kegiatan pendampingan SL-PTT Padi, Jagung,
Kedelai. Target output: a) tersedianya benih untuk display varietas atau
uji adaptasi varietas, b) terdampingi penerapan teknologi spesifik lokasi
dan penerapan kalender pola tanam terpadu, c) Tersampaikan materi
PTT, d) Terdistribusikan publikasi, bahan cetakan dan elektronik untuk
bahan penyuluhan kepada petugas di dinas pertanian dan badan
pelaksana penyuluhan pada lokasi pendampingan teknologi
- Laporan pelaksanaan kegiatan pendampingan Kawasan Agribisnis
Hortikultura. Target output: a) Terlaksananya diseminasi dan
pendampingan teknologi mendukung pengembangan kawasan
hortikultura, b) Peningkatan aplikasi inovasi teknologi para petani,
penyuluh/petugas lapang
- Laporan pelaksanaan kegiatan pendampingan Swasembada Sapi. Target
output: a) Terlaksananya diseminasi dan pendampingan teknologi dalam
pelaksanaan pada kelompok di kabupaten; b) Peningkatan aplikasi inovasi
teknologi para peternak, penyuluh/petugas lapang
- Laporan pelaksanaan kegiatan pendampingan Swasembada Tebu (P2T3).
Target output: a) Terlaksananya diseminasi dan pendampingan teknologi
mendukung pelaksanaan P2T3 secara optimal, b) Terlaksananya teknologi
introduksi varietas unggul tebu
- Pendampingan Kalender Tanam mendukung SL-PTT. Target output:
Tersosialisasikannya informasi dalam Kalender Tanam
- Denfarm Kedelai. Target Output : a) Tersebarnya informasi teknologi VUB
kedelai, b) Diterapkannya komponen teknologi PTT kedelai oleh petani
- Koordinasi Pendampingan PUAP. Target Output : a) Terdistribusinya dana
PUAP untuk pemberdayaan kelembagaan ekonomi pedesaan, b)
meningkatnya fungsi kelembagaan ekonomi petani menjadi mitra
lembaga keuangan dalam akses permodalan
4) Laporan Kerjasama, Pengkajian, Pengembangan dan Pemanfaatan
Hasil Litbang, dengan input anggaran sebesar 3.311.020.000,- atau 0,69%
dari total pagu anggaran. Target output: a) Termanfaatkannya paket
Laporan Akuntabilitas Kinerja BB Pengkajian 2014
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 19
teknologi pertanian tepat guna spesifik lokasi BPTP, b) Terwujudnya
kerjasama pengkajian dengan stakeholder daerah
5) Rekomendasi Kebijakan Pembangunan Pertanian, dengan input
anggaran sebesar 3.477.270.000,- atau 0,72% dari total pagu anggaran.
Target output: rekomendasi kebijakan antisipatif dan responsif terkait isu di
daerah
Laporan Akuntabilitas Kinerja BB Pengkajian 2014
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 20
III. AKUNTABILITAS KINERJA
III.1 Akuntabilitas Kinerja BB PENGKAJIAN
Dalam tahun anggaran 2014, BB PENGKAJIAN telah menetapkan lima
sasaran strategis yang akan dicapai yaitu: (1) Tersedianya inovasi pertanian
unggul spesifik lokasi, (2) Terdiseminasinya inovasi pertanian spesifik lokasi yang
unggul serta terhimpunnya umpan balik dari implementasi program dan inovasi
pertanian unggul spesifik lokasi, (3) Adanya sinergi operasional serta terciptanya
manajemen pengkajian dan pengembangan inovasi pertanian Unggul spesifik
lokasi, (4) Dihasilkannya rumusan rekomendasi kebijakan mendukung percepatan
pembangunan pertanian wilayah berbasis inovasi pertanian spesifik lokasi, (5)
Terjalinnya kerjasama nasional dan internasional di bidang pengkajian,
diseminasi, dan pendayagunaan inovasi pertanian. Kelima sasaran tersebut
dicapai melalui satu kegiatan prioritas, yaitu Pengkajian dan Percepatan
Diseminasi Inovasi Teknologi Pertanian, untuk mendukung Program Badan
Litbang yaitu Penciptaan Teknologi dan Varietas Unggul Berdaya Saing.
Selanjutnya, Kelima sasaran tersebut selanjutnya diukur dengan 13 indikator
kinerja output berupa: 1) jumlah teknologi spesifik lokasi; 2) Jumlah teknologi
yang didiseminasikan ke pengguna; 3) Jumlah kegiatan pendampingan model
diseminasi spektrum multi channel dan program strategis nasional/daerah; 4)
Jumlah rekomendasi kebijakan mendukung empat sukses Kementerian Pertanian;
5) Jumlah kerjasama pengkajian, pengembangan dan pemanfaatan inovasi
pertanian.
Jumlah Teknologi spesifik lokasi yang dihasilkan oleh BB Pengkajian selama
tahun 2014 tersebut mendukung terciptanya Scientific Base Badan Litbang.
Demikian pula halnya untuk output teknologi yang didiseminasikan kepada
stakeholder merupakan Impact Base dari hasil kegiatan pengkajian yang telah
dilakukan. Dengan demikian capaian kinerja yang telah dihasilkan oleh BB
Pengkajin selama Tahun 2014 tersebut mengarah kepada spirit Badan Litbang
yaitu “Science.Innovation.Network.” Disamping itu, keberhasilan pencapaian
sasaran kegiatan tidak terlepas dari telah diterapkannya Sistem Pengendalian
Interen Pemerintah (SPIP) lingkup BB Pengkajian. Mekanisme monitoring dan
evaluasi kegiatan dilakukan melalui rapat mingguan penanggung jawab kegiatan,
pelaporan bulanan masing-masing kegiatan, seminar tengah tahun/evaluasi
tengah tahun dan uji petik kegiatan ke lokasi, serta seminar akhir tahun.
Sedangkan realisasi keuangan dipantau menggunakan program i-monev berbasis
Laporan Akuntabilitas Kinerja BB Pengkajian 2014
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 21
web yang diupdate setiap minggu serta penerapan Permenkeu No.249/2011
setiap bulannya untuk seluruh Satker lingkup Balai Besar Pengkajian.
III.2 Pengukuran Capaian Kinerja Tahun 2014
Pengukuran kinerja terhadap keberhasilan Instansi Pemerintah dapat
dilakukan dengan cara membandingkan antara hasil aktual yang dicapai dengan
sasaran dan tujuan strategis. Pengukuran kinerja juga didifinisikan sebagai suatu
metode untuk menilai kemajuan yang selalu dicapai dibandingkan dengan tujuan
yang selalu ditetapkan. Pengukuran keberhasilan kinerja suatu Instansi
Pemerintah diperlukan indikator sebagai tolok ukur pengukuran. Pengertian
indikator kinerja adalah ukuran kuantitatif dan atau kualitatif yang
menggambarkan tingkat pencapaian suatu sasaran atau tujuan yang telah
ditetapkan. Sesuatu yang dapat dijadikan indikator kinerja yang berlaku untuk
semua kelompok kinerja harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
(1) Spesifik dan jelas, (2) dapat diukur secara objektif baik yang bersifat
kuantitatif maupun kualitatif, (3) harus relevan, (4) dapat dicapai, penting dan
harus berguna untuk menunjukkan keberhasilan masukan, proses, keluaran, hasil,
manfaat dan dampak, (5) harus fleksibel dan sensitif dan (6) efektif,
data/informasi yang berkaitan dengan indikator dapat dikumpulkan, diolah dan
dianalisis. Secara umum indikator kinerja memiliki beberapa fungsi yaitu (1) dapat
memperjelas tentang apa, berapa dan kapan suatu kegiatan dilaksanakan
(2) membangun dasar bagi pengukuran, analisis dan evaluasi kinerja unit kerja.
Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, BB Pengkajian diawali dengan
perencanaan dengan menyusun penggunaan sarana, sumber daya manusia,
melalui suatu proses, menghasilkan suatu teknologi dan memberikan
kesejahteraan bagi petani dan masyarakat. Oleh karena itu faktor yang dapat
dinilai dari tahapan ini adalah dalam bentuk kesesuaian antara rencana yang telah
ditetapkan sampai dengan dampaknya bagi pengguna. Adapun kriteria
keberhasilannya dilihat dari realisasi terhadap target, sasaran kegiatan yang
dilaksanakan, serta permasalahan dan upaya yang telah dilakukan. Untuk
mengukur keberhasilan kinerja ditetapkan 4 (empat) kategori keberhasilan, yaitu
(1) sangat berhasil: capaian >100 persen; (2) berhasil: capaian 80-100
persen; (3) cukup berhasil: capaian 60-79 persen; dan (4) tidak berhasil:
capaian 0-59 persen.
Pengukuran tingkat capaian kinerja Balai Besar Pengkajian dilakukan
dengan cara membandingkan antara target indikator kinerja sasaran pada Tahun
Laporan Akuntabilitas Kinerja BB Pengkajian 2014
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 22
2014 dengan realisasinya melalui survey yang dilakukan di akhir tahun. Realisasi
yang dibandingkan terhadap target indikator kinerja sasaran sampai akhir tahun
2014 menunjukkan bahwa target sasaran kegiatan tahun 2014 telah dapat dicapai
dengan hasil baik. Hasil ini diperkuat oleh adanya dokumen pendukung yang
disampaikan Satker BPTP ke BBP2TP terkait perkembangan capaian IKU disertai
hasil monitoring dan evaluasi tim Monev BBP2TP di beberapa BPTP secara selektif
untuk memastikan seberapa jauh tercapainya target setiap kegiatan. Metode yang
dilakukan untuk memantau capaian output adalah melalui pelaporan berkala
capaian kinerja setiap bulan ataupun triwulanan beserta kendala yang dihadapi.
Sehingga dengan demikian diharapkan bila tidak tercapainya target suatu
indikator dapat diantisipasi sejak awal. Rincian tingkat capaian kinerja masing-
masing indikator sasaran tersebut terangkum sebagaimana tabel berikut:
Laporan Akuntabilitas Kinerja BB Pengkajian 2014
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 23
Tabel 4. Sasaran, Indikator Kinerja, Target dan Capaian Lingkup BB Pengkajian, 2010-2014
INDIKATOR KINERJA
URAIAN Target Capaian % Target Capaian % Target Capaian % Target Capaian % Target Capaian %
1 Tersedianya inovasi
pertanian unggul spesifik
lokasi
Jumlah teknologi spesifik
lokasi (teknologi)
64 67 105 96 122 127 244 246 100,8 112 204 182% 250 250 100
3 Meningkatnya
manajemen pengkajian
dan pengembangan
inovasi pertanian
Jumlah laporan strategis
nasional/daerah yang
memperoleh
pendampingan inovasi
oleh BPTP dan mencapai
target sasaran
(laporan/lokasi)
96 76 79,2 96 350 364,6 96 382 397,9 105 130 124% 216 216 100
4 Meningkatnya kerjasama
nasional dan
internasional (di bidang
pengkajian, diseminasi
dan pendayagunaan)
Jumlah laporan
kerjasama pengkajian,
pengembangan dan
pemanfaatan hasil
penelitian dan
pengembangan pertanian
33 27 81,8 33 91 300 33 53 160,6 34 34 100 32 32 100
5 Meningkatnya sinergi
operasional pengkajian
dan pengembangan
inovasi pertanian
Jumlah rekomendasi
kebijakan pembangunan
nasional (rekomendasi)
34 25 73,5 66 66 100 66 66 100 68 68 100 51*) 51 100
329*) 329 100382 382 100 330 330 100
2014
2 Terdiseminasinya inovasi
pertanian spesifik lokasi
yang unggul serta
terhimpunnya umpan
balik dari implementasi
program dan inovasi
pertanian unggul spesifik
lokasi
Jumlah teknologi yang
didiseminasikan ke
pengguna (teknologi)
320 236 73,8 320 347 108,4
NO SASARAN
2010 2011 2012 2013
*Hasil revisi PK
Laporan Akuntabilitas Kinerja BB Pengkajian 2014
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 24
Tabel diatas menunjukkan bahwa kinerja BB PENGKAJIAN selama periode
Renstra 2010-2014 secara umum menunjukkan hasil yang relatif telah mencapai
keberhasilan dari sasaran yang ditargetkan pada tahun tersebut. Hal ini dapat
dicapai karena kegiatan yang dilaksanakan berjalan secara bersinergi dan
didukung oleh anggaran yang dialokasikan untuk kegiatan tersebut. Demikian
pula halnya untuk kegiatan penyediaan teknologi spesifik lokasi yang target serta
realisasinya lebih besar dibandingkan tahun sebelumnya, hal ini didukung oleh
makin meningkatnya kebutuhan teknologi spesifik lokasi dalam rangka
mendukung kebutuhan pembangunan di daerah. Selain itu, kesiapan dan
kelengkapan dokumen perencanaan yang tepat waktu, intensifnya kegiatan
pertemuan Tim Penanggung Jawab Kegiatan di masing-masing Unit Pelaksana
Teknis (UPT) untuk memantau capaian pelaksanaan kegiatan, Input substansi
teknis dari para narasumber dalam pertemuan yang relevan dengan sifat dan
jenis kegiatan, Kesiapan dan kerjasama yang sinergis antara sumberdaya manusia
(peneliti, penyuluh, litkayasa, dan tenaga administrasi), dan dukungan fasilitas
sarana dan prasarana yang memadai turut mendukung keberhasilan pelaksanaan
kegiatan.
Jika dibandingkan dengan capaian dalam tahun 2010-2014, Khusus untuk
capaian Indikator Kinerja Utama (IKU) Tahun 2010 yang tidak tercapai 100%
yaitu “Jumlah Teknologi yang Didiseminasikan ke Pengguna” serta “Jumlah
Rekomendasi Kebijakan” disebaban karena tidak semua BPTP mendapatkan
alokasi anggaran pendampingan untuk melakukan kegiatan koordinasi dan
sinkronisasi operasional pengkajian dan pengembangan inovasi pertanian, yang
pada saat itu dilaksanakan melalui kegiatan FEATI. Sedangkan untuk capaian IKU
diatas 100% khususnya pada “Jumlah kegiatan pendampingan model diseminasi
spektrum multi channel dan program strategis nasional/daerah”, disebabkan
karena target tersebut ditetapkan dalam satuan laporan, sedangkan realisasinya
dihitung dari jumlah lokasi yang dilakukan pendampingan program strategis
Kementan.
Laporan Akuntabilitas Kinerja BB Pengkajian 2014
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 25
III.3 Analisis Capaian Kinerja
Analisis dan evaluasi capaian kinerja tahun 2014 BB PENGKAJIAN dapat dijelaskan
sebagai berikut:
Sasaran 1 : Tersedianya inovasi pertanian unggul spesifik lokasi
Untuk mencapai sasaran tersebut, diukur dengan satu indikator kinerja sebagai
berikut:
Indikator Kinerja Target Realisasi %
Jumlah teknologi spesifik lokasi
250
Teknologi
250
Teknologi 100
Indikator kinerja sasaran yang telah ditargetkan dalam Tahun 2014 telah tercapai
sebesar 100 persen, atau terealisasi 250 teknologi dari target 250 teknologi.
Sehingga dapat dikatakan berhasil. Adapun rincian output serta outcome yang
telah dicapai dari kegiatan ini diuraikan sebagai berikut:
Tabel 5. Rekapitulasi Teknologi Spesifik Lokasi lingkup BB Pengkajian
No Kategori Jumlah Teknologi
1 Paket Teknologi Budidaya Tanaman Pangan Spesifik Lokasi 55
2 Paket Teknologi Budidaya Perkebunan Spesifik Lokasi 15
3 Paket Teknologi Budidaya Hortikultura Spesifik Lokasi 15
4 Paket Teknologi Pascapanen Spesifik Lokasi 8
5 Paket Teknologi Peternakan Spesifik Lokasi 30
6 Teknologi Kelembagaan Spesifik Lokasi 5
7 Paket Teknologi Sumberdaya Lahan 7
8 Paket Teknologi AEZ Spesifik Lokasi 33
9 Paket Teknologi Plasma Nutfah dan Sumberdaya Genetik Spesifik Lokasi 33
10 Paket Teknologi Mekanisasi Spesifik Lokasi 4
11 Model Akselerasi Pembangunan Pertanian Ramah Lingkungan Lestari 33
12 Laboratorium Lapang 12
Total 250
Laporan Akuntabilitas Kinerja BB Pengkajian 2014
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 26
Paket Teknologi Budidaya Tanaman Pangan Spesifik Lokasi
Pada tahun 2014, BBP2TP menghasilkan teknologi budidaya tanaman
pangan padi, jagung, kedelai, umbi-umbian spesifik lokasi sebagai berikut:
a) Teknolologi speklok padi: uji adaptasi padi gogo, uji adaptasi pad toleran
genangan lahan gambut, uji adaptasi VUB speklok, teknologi budidaya padi,
teknologi peningkatan produktsi dan produktivitas padi tadah hujan, teknologi
padi sawah di lahan bukaan baru, teknologi surya untuk pertanaman padi,
teknologi SUT lahan kering dan padi sawah, teknologi efisiensi pemupukan
NPK padi hibrida, teknologi pengendalian penyakit potong leher padi,
teknologi peningkatan IP padi sawah tadah hujan dan lahan kering, teknologi
SUT padi di Pantura, teknologi budidaya padi gogo, teknologi pemupukan padi
speklok, teknologi optimalisasi lahan irigasi non fungsional untuk padi,
teknologi IP Padi 300 di lahan sawah tadah hujan, teknologi SUT padi gogo,
teknologi pengendalian kresek.
b) Teknologi speklok jagung: teknologi budidaya jagung, teknologi tumpangsari
kacang tanah-jagung di lahan kering masam, teknologi pemupukan
menggunakan Mdec, teknolgoi tumpangsari kacangtanah-jagung di lahan
suboptimal
c) Teknologi speklok kedelai: teknologi jabalsim kedelai, teknologi invigorasi
benih kedelai, uji adaptasi kedelai lahan kering, SUT kedelai lahan kering,
teknologi budidaya kedelai pasang surut, teknologi budidaya kedelai
Penjelasan capaian output untuk teknologi tersebut beserta potensi outcome
sebagai berikut:
1) Teknologi pemanfaatan lahan kering masam dengan tumpangsari (kacang
tanah-jagung) dilaksanakan di Desa Pasar Pedati Kecamatan Pondok Kelapa
Kabupaten Bengkulu Tengah dengan jumlah petani kooperator sebanyak 5
orang. Teknologi yang diintroduksikan adalah varietas, amelioran,
pemupukan, sistem tanam tumpangsari, dan pengendalian OPT. Teknologi
tersebut telah diadopsi oleh 75 orang petani di Desa Pasar Pedati Kabupaten
Bengkulu Tengah. Stakeholders yang terlibat diantaranya adalah Dinas
Pertanian Kabupaten serta Badan Pelaksanaan Penyuluhan Kabupaten dan
Balai Penyuluhan Pertanian Kecamatan.
Laporan Akuntabilitas Kinerja BB Pengkajian 2014
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 27
Gambar 3.
Teknologi Lahan Kering Masam
Tumpangsari
2) Teknologi produksi benih padi di Banten, telah dilaksanakan mulai tahun 2013
hingga 2014. Sampai saat ini, teknologi ini telah diadopsi di 6 ha di Desa
Tambakbaya Kec. Cibadak dan Desa Kalanganyar Kec. Kalanganyar Kab.
Lebak, pada dua kelompok tani. Selain itu, apresiasi juga datang dari Dinas
Pertanian Kab. Lebak, BP4K Kab Lebak, BPP Cibadak, BBI, BBU, Asbenten,
PPL dan Poktan setempat.
3) Teknologi budidaya dan perbenihan jagung hibrida di DIY, dilaksanakan mulai
tahun 2013 sampai 2014. Dampak dari introduksi ini yaitu telah diadopsi
secara luas (13 ha) di Kabupaten Kulon Progo dan Gunung Kidul dengan
jumlah petani kooperator sekitar 100 orang. Teknologi ini mendapat
dukungan dari BBI Gading, Dipertahut Kulon Progo, KP4K Kulon Progo, Dinas
TPH Gunungkidul, BKPP Gunungkidul, BPSB DIY.
4) Teknologi peningkatan produksi padi di lahan kering intensif dari IP100 menjadi
IP200 dan di lahan sawah tadah hujan dari IP200 menjadi IP300 yang
dilaksanakan di Jawa Timur, dilakukan melalui perbaikan sistem tanam,
pengolahan tanah dan penggunaan varietas unggul berumur genjah dan
sangat genjah. Hal ini merupakan tindakan efisiensi waktu tanam dengan
mengurangi resiko kegagalan panen akibat kekurangan air pada pertanaman
Musim Kemarau I dan II. Sistem tanam gogo rancah mampu mempercepat
waktu tanam 28 hari karena waktu tanam lebih awal 10 hari dibanding sistem
tanam pindah, sehingga memberi peluang tumbuh lebih baik pada
pertanaman berikutnya. Hasil pengamatan pada MT III dengan menggunakan
Laporan Akuntabilitas Kinerja BB Pengkajian 2014
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 28
varietas Inpari 7 dan Inpari 30 menunjukkan bahwa perlakuan PTT dapat
meningkatkan jumlah anakan dibandingkan teknolgi eksisiting yang berkisar
antara 23,5 sampai 25,7 anakan/rumpun tanaman. Hasil panen belum dapat
dilaporkan, menunggu hasil panen yang diperkirakan pada minggu ketiga
bulan Maret 2015. Pengkajian peningkatan IP padi gogo dapat dilakukan
dengan menanam dalam 2 musim tanam secara berurutan. Pengamatan hasil
panen pada MT I menunjukkan bahwa teknologi PTT dapat meningkatkan
hasil panen dibanding teknologi petani. Varietas Inpago 4 dan Inpagi 8
memberikan hasil yang lebih tinggi yakni 3,1 dan 3,5 kg dibanding teknologi
petani yakni 2,7 kg. Sementara pada MT II yakni dengan varietas Inpago 4
dan Batutegi menunjukkan pertumbuhan dan perkembangan tanaman yang
cukup baik sampai masa bunting.
5) Teknologi Rekomendasi Pemupukan Spesifik Lokasi pada Tanaman Padi di
Kalimantan Tengah, telah Digunakan oleh Pemda setempat sebagai dasar
rekomendasi pemupukan padi di wilayah yang sudah di lakukan analisis
antara lain di Kab. Kotim, Seruyan, Lamandau, Kobar dan Sukamara
Gambar 4.
Pengkajian di lahan
sawah tadah hujan
Gambar 5.
Pengkajian padi gogo
Gogo rancah (kiri = cara petani; kanan = perbaikan)
Laporan Akuntabilitas Kinerja BB Pengkajian 2014
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 29
6) Teknologi Pengendalian Penyakit Potong Leher yang disebabkan oleh jamur P.
grisea di Jawa Timur dilaksanakan melalui Penerapan PTT. Teknologi ini secara
nyata menurunkan intensitas penyakit potong leher, meningkatkan jumlah
anakan produktif dan meningkatkan hasil panen tanaman padi. Intensitas
penyakit potong leher di demplot rata-rata 0,15% (lokasi Pasuruan) dan
0,25% (lokasi Jombang), nyata lebih rendah dibanding di luar demplot yang
rata-rata 2,8% (lokasi Pasuruan) dan 4,2% (lokasi Jombang). Jumlah anakan
produktif di demplot rata-rata 15,5 anakan (lokasi Pasuruan) dan 11,7 anakan
(lokasi Jombang), nyata lebih tinggi dibanding di luar demplot yang rata-rata
10,1 anakan (lokasi Pasuruan dan 8 anakan (lokasi Jombang). Demikian juga
dengan hasil panen, tanaman padi di demplot berproduksi 3,35 ton/ha (lokasi
Pasuruan) dan 3,05 ton/ha (lokasi Jombang), nyata lebih tinggi dibanding di
luar demplot yang hanya 2,1 ton/ha (lokasi Pasuruan) dan 2,6 ton/ha (lokasi
Jombang). Komponen PTT yang diduga potensial menurunkan intensitas
penyakit potong leher, meningkatkan jumlah anakan produktif dan
meningkatkan hasil panen tanaman padi adalah varietas, cara tanam jajar
legowo dan pemupukan NPK berimbang. Terdapat perbedaan respon petani
terhadap masing-masing komponen PTT yang dikenalkan di demplot, dan
komponen PTT yang mendapat respon petani cukup tinggi adalah varietas
(75% petani di lokasi Pasuruan dan 71% petani di lokasi Jombang), cara jajar
legowo (54% petani di lokasi Pasuruan dan 58% petani di lokasi Jombang),
dan pemupukan NPK berimbang sesuai Permentan no. 40/OT.140/4/2007
(62% petani di lokasi Pasuruan dan 58% petani di lokasi Jombang).
7) Teknologi Usahatani menggunakan sistem Surjan di Lahan Rawa Lebak,
dilaksanakan di Jambi pada komoditas padi dan sayuran. Tujuan penerapan
teknologi ini untuk meningkatkan produktivitas lahan dan tanaman di lahan
rawa lebak. Hasil pengkajian optimalisasi lahan rawa lebak dengan penerapan
sistem surjan melalui pendekatan PTT padi meliputi komponen teknologi
diantaramya pengolahan tanah, varietas unggul Inpara 3, sistem tanam jajar
legowo 4:1, pemupukan, pemberian pupuk organik/dolomit, dan PHT
menunjukkan bahwa penerapan teknologi penataan lahan sistem surjan
untuk usahatani berbasis padi diperoleh hasil 4,5 t/0,87 ha, dan tanaman
sayuran di antaranya kacang panjang 249 kg/0,04 ha, terong 105 kg/0,03 ha
dan cabai 85 kg/0,06 ha. Pendapatan yang diperoleh dari komoditas padi
adalah Rp 4.780.000, tanaman sayuran masing-masing adalah kacang
panjang Rp 869.000, terong Rp 290.000 dan cabai Rp 975.000. Pendapatan
usahatani sistem surjan dengan luas 1 ha adalah Rp. 6.914.000/ha.
Laporan Akuntabilitas Kinerja BB Pengkajian 2014
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 30
8) Teknologi berupa varietas lokal dan VUB padi gogo yang beradaptasi di lahan
rawa, dihasilkan di Provinsi Jambi. Hasil uji adaptasi tersebut menghasilkan
Varietas Unggul Baru (VUB) padi gogo produksi tinggi, tahan kekeringan dan
penyakit blas pada lahan kering. Variatas yang diuji meliputi 4 VUB (Inpago 4,
Inpago 5, Inpago 7 dan Inpago 8) dan 8 varietas lokal (Tunggung, Seni
Bungin Putih, Perak, Rejang, Kasah, Silang dan Air Mas).
9) Teknologi berupa model pembangunan pertanian berbasis inovasi pada lahan
rawa pasang surut, dilaksanakan di Kabupaten Tanjung Jabung Timur pada
luasan 100ha. Teknologi budidaya yang diintroduksikan adalah pengelolaan
tanaman secara terpadu (PTT) dengan komponen teknologi varietas Inpara 3,
penyiapan lahan dengan baik, pupuk Urea 150 kg/ha, SP36 50 kg/ha, rock
fosfat 100 kg/ha, KCl 50 kg/ha, pupuk organik 25 kg/ha (bantuan Dinas
Pertanian setempat), jerami dikembalikan ke tanah, pengendalian gulma,
hama dan penyakit tanaman sesuai kebutuhan. Sebagai pembanding
dilakukan pengamatan pada petani dengan cara budidaya yang biasa mereka
lakukan. Hasil kajian menunjukkan bahwa dengan menerapkan pengelolaan
tanaman padi rawa pasang surut secara terpadu (PTT) pada MT II (MK I)
Tahun 2014 memberikan produktivitas rata-rata 4,7 t/ha dengan nilai R/C 3,5
dan keuntungan Rp. 10.095.000.-, sedangkan dengan cara budidaya petani
memberikan produktivitas rata-rata 2,9 t/ha dengan nilai R/C 2,6 dan
keuntungan Rp. 5.255.000,-.
10) Teknologi pupuk organik pada padi di BPTP Jawa Tengah , diaplikasikan di
lahan petani seluas 1,8ha. Teknologi ini juga direspon oleh Dinas Pertanian
Kabupaten dan petani setempat.
Gambar 6. Teknologi Pupuk Organik Pada Padi di BPTP Jateng
Laporan Akuntabilitas Kinerja BB Pengkajian 2014
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 31
11) Teknologi pemanfaatan lahan kering masam di Bengkulu dilakukan melalui
sistem tumpang sari. Hasil pengkajian menunjukkan varietas Lokal memiliki
jumlah biji paling banyak denga jumlah 33.69 biji/rumpun dibandingkan
varietas lainnya namun untuk berat 1000 butir didominasi oleh varieta Talam
dengan berat 510.60 gram/rumpun. Untuk komponen hasil berat kering
polong terbesar didominasi oleh varietas Tuban dengan jumlah hasil polong
kering 2.53 t/ha diikuti oleh varietas Talam (2.24 t/ha), Kancil (2.07 t/ha) dan
Varietas Lokal 1.92 t/ha. Untuk indeks panen terbesar terdapat pada varietas
kancil sebesar 49.88 persen diikuti oleh varietas Tuban, Talam dan Lokal.
Analisis keunggulan komparatif menunjukkan bahwa produktivitas kacang
tanah 0.78 ton/ha polong kering sudah memperoleh keuntungan. Pada awal
fase pertumbuhan (28-42 HST) semua tanaman jagung yang
ditumpangsarikan dengan keempat varietas kacang tanah mempunyai persen
pertumbuhan dan tinggi tanaman yang hampir sama. Keuntungan dalam
usahatani dengan sistem monokultur kacang tanah adalah sebesar Rp.
14.081.500 dan keuntungan usahatani dengan sistem tumpangsari kacang
tanah dan jagung adalah sebesar Rp. 30.264.000. Adapun Revenue Cost
Rasio (R/C Ratio) untuk monokultur sebesar adalah 2,4; sedangkan untuk
tumpangsari kacang tanah dan jagung Revenue Cost Rasio (R/C Ratio) adalah
6,0.
Gambar 7.
Penanaman kacang tanah
dan jagung pada lokasi
pengkajian Bengkulu
12) Teknologi pengelolaan ubi banggai terpadu di Sulawesi Tengah. Dampak
teknologi ini telah diadopsi oleh petani kooperator dan dikerjasamakan
dengan Pemda Kabupaten Banggai setempat.
13) Teknologi kedelai ramah lingkungan di Jawa Tengah, dilaksanakan melalui
pemberian pupuk organik, pestisida nabati, dan pemberian agen hayati.
Laporan Akuntabilitas Kinerja BB Pengkajian 2014
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 32
Teknologi ini diimplementasikan pada 30 petani koperator pada luasan 5 ha.
Hasil penerapan teknologi ini diperoleh nilai RC antara 1,24-1,69.
Gambar 9. Teknologi kedelai ramah lingkungan di Jawa Tengah
Paket Teknologi Budidaya Tanaman Perkebunan Spesifik Lokasi
Teknologi budidaya tanaman perkebunan yang dihasilkan oleh BBP2TP
pada tahun 2014 sebagai berikut:
a) Teknologi pengendalian penyakit busuk kakao, teknologi SUT kakao, teknologi
integrasi jagung-kakao, teknologi pemanfaatan limbah kakao, teknologi
pemupukan kakao, teknologi pemanfaatan pupuk hayati dan pestisida nabati,
teknologi pemanfaatan limbah kakao, teknologi pengendalian hama, teknologi
produksi, teknologi fermentasi kakao
b) Teknologi pengendalian hama penggerek buah kopi
c) Teknologi ameliorasi pada kelapa sawit
d) Teknologi pemanfaatan tegakan kelapa dengan introduksi varietas kedelai
e) Teknologi pengendalian PHT pala dan Teknologi Peningkatan produktivitas
lada. Antara lain diimlementasikan di Bangka Belitung. Teknologi ini
diiimplementasikan melalui pengelolaan hara dan jumlah bibit per rumpun.
Dampak dari teknolologi ini telah terjadi peningkatan produktivitas komoditas
lada di wilayah kajian.
Laporan Akuntabilitas Kinerja BB Pengkajian 2014
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 33
Paket Teknologi Budidaya Hortikultura Spesifik Lokasi
Teknologi budidaya tanaman perkebunan yang dihasilkan oleh BBP2TP
pada tahun 2014 meliputi:
a) Teknologi budidaya sayuran: teknologi budidaya jamur tiram, teknologi
budidaya kentang, teknolgoi SUT bawang merah dan bawang putih, teknologi
budidaya cabai, teknologi pengembangan VUB bawang merah, teknologi
pengendalian busuk daun kentang, teknologi pemanfaatan biofertilizer pada
sayuran
b) Teknologi budidaya tanaman pekarangan spesifik perkotaan
c) Teknologi bididaya buah: teknologi pemupukan organik dan penjarangan
salak gula pasir, Teknologi budidaya pisang ambon, teknologi agroproduksi
pepaya
Penjelasan capaian output untuk teknologi tersebut beserta potensi
outcome sebagai berikut:
1) Teknologi vertiminaponik versi 2, yang diintruksikan di BPTP DKI. Teknologi
ini telah diadopsi di 5 wilayah propinsi DKI Jakarta (reproduksi + 110 buah,
BPP), meliputi 4 Kelompok Tani.
2) Teknologi Adaptasi Perubahan klim pada Tanaman Kentang melalui Perakitan
Model Simulasi dalam Menentukan Hasil Umbi, dilaksanakan di Provinsi Jambi.
Penelitian dilakukan untuk penyusunan model simulasi pertumbuhan,
perkembangan, dan neraca air tanaman kentang. Hasil pengujian dengan uji t
berpasangan antara prediksi model dengan observasi di Kerinci untuk varietas
Granola (G2) menunjukkan perbedaan yang tidak nyata (P > 0,05) pada
peubah umur tanaman, biomassa akar, batang, dan umbi, LAI serta kadar air
tanah. Berdasarkan validasi model tersebut, model simulasi tanaman kentang
mampu menduga umur tanaman, produksi biomassa dari masing-masing
organ tanaman berupa akar, batang, daun, dan umbi, serta LAI dan kadar air
tanah sesuai dengan pengukuran lapang di pertanaman kentang.
3) Teknologi agroproduksi pepaya di Kalimantan Barat, dilaksanakan melalui uji
pertumbuhan pepaya varietas Hawaii dan pepaya madu. Pertumbuhan pepaya
hawai lebih cepat dibanding varietas madu, serta waktu tanamnya lebih awal
dari pada pepaya madu. Adapun tingkat kemurnian tanaman pepaya hawaii
dan pepaya madu pada siklus kempat (S-4) ini masing-masing 90.57 dan
95.33%.
Laporan Akuntabilitas Kinerja BB Pengkajian 2014
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 34
4) Teknologi budidaya bawang merah berwawasan lingkungan, dilaksanakan di
BPTP Jawa Tengah. Teknologi ini menggunakan agen hayati, feromon exi,
dan yellow trap. Dampak yang dirasakan yaitu peningkatan hasil bawang
merah 10,5 ton/ha dan dilaksanakan oleh 16 petani kooperator. Teknologi ini
juga diadopsi oleh Dinas Pertanian Kabupaten, penangkar benih, dan petani.
5) Teknologi budidaya bawang putih ramah lingkungan, diperkenalkan di
Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah. Teknolologi yang dihasilkan berupa
pemurnian bawang putih varietas tawangmangu Baru dan Lumbu HIjau
dengan menggunakan agen hayati dan mulsa jerami. Dampak
diperkenalkannya teknologi ini, telah dimanfaatakn untuk pengembangan
bawang putih di Kabupaten Karanganyar dan Kabupaten Temanggung.
Gambar 9.
Hasil Budidaya Bawang Putih Ramah
LIngkungan (varietas Tawangmangu
Baru) dan Bawang Merah non TSS
(Varietas Bima)
6) Teknologi penggunaan trichoderma pada tanaman hortikultura di Jawa Timur,
telah berkembang di 21 Kabupaten di Jatim dan juga di Maluku, Sultra.
Adapun luasan trichoderman yang telah berkembang dan digunakan sebanyak
989,8 kg.
7) Teknologi Pengembangan Varietas Unggul Baru Kentang di Jawa Timur.
Bersama dengan mitra kerjanya di daerah, yaitu Dinas Pertanian Provinsi
Jawa Timur dan Dinas Peranian Kabupaten Pasuruan, sukses menerapkan
sistem kepenangkaran pengembangan perbenihan kentang Granola Kembang.
Laporan Akuntabilitas Kinerja BB Pengkajian 2014
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 35
Benih inti Granola Kembang berupa planlet bebas penyakit diproduksi oleh
BPTP Jawa Timur, di tanam di Pusat Perbenihan Kentang Tosari (PPTK)
menghasilkan umbi benih penjenis (G0), kemudian diperbanyak oleh BBI
Tosari di Kabupaten Pasuruan, BBI Sumber di Kabupaten Probilinggo, BBI
Sarangan di Magetan dan BBI Argosari di Kabupaten Lumajang menghasilkan
benih dasar G1 dan G2, selanjutnya G2 tersebar ke petani penangkar.
Kapasitas terpakai 2000 planlet benih inti yang diproduksi oleh Laboratorium
Kultur Biak BPTP Jawa Timur, menghasilkan benih sebar yang diproduksi oleh
petani-penangkar hingga kelas berikutnya menghasilkan 945 ton umbi benih
G4. Jika jumlah benih 1,5 ton/ha, maka 968 ton G4 dapat memenuhi luasan
kentang 645 ha.Ketika itu harga benih G4 Rp 10.500/kg,-makaLaboratorium
Kultur Biak BPTP Jawa Timur mempunyai kontribusi sekitar Rp.9.680.000.000
selama empat tahun terakhir ini. Penggunaan benih bermutu yang dimulai
dari benih inti berupa plantlet dari Laboratorium Kultur Biak BPTP Jawa
Timurtelah mensuplai benih sebar kepada petani meningkatkan produktivitas
tanaman dari 12,5 ton/ha menjadi 22,5 ton/ha (2 kali lipat jika dibandingkan
dengan varietas lama). Dalam kaitan meningkatnya produktivitas, maka BPTP
Jawa Timur telah memberikan kontribusi 8.062,5 ton/tahun. Distribusi benih
Granola Kembang ini juga terjadi difusi ke luar Provinsi Jawa Timur, yaitu ke
Kelompok tani Makmur, Pangalengan, Jawa Barat, dan ke luar pulau Jawa
yaitu NTB, NTT dan Papua.
8) Teknologi pengembangan VUB Bawang Merah di Jawa Timur merupakan
salah satu hasil pengkajian bermitra dengan pemerintah daerah Provinsi dan
Kabupaten/Kota yang berkontribusi besar terhadap perkembangan agribisnis
bawang merah. Varietas tersebut adalah Super Philip, Bauji, Batu Ijo,
BiruLancordanRubaru. Lima varietas tersebut telah mendominasi wilayah di
sentra-sentra produksibawang merah di Nganjuk, Probolinggo, Kediri,
Malang, Sumenep, Bojonegoro , Magetan dan Batu. Pada awal pelepasan
varietas dari setiap varietas,BPTP JawaTimur selalu menyiapkan benih sumber
sejumlah 14.357 kg/varietas, selanjutnya distribusikanke UPT Perbenihan
Hortikultura JawaTimur (BBI) dan penangkar binaan BPTP JawaTimur. Dari
benih BS tersebut diregulasikan ke penangkar menjadi benih FS, SS, ES yang
hingga saat berkembang memenuhi areal tanamseluas 13.774 ha tersebar di
8 kabupaten. Maknanya BPTP JawaTimur secara tidak langsung telah
berkontribusi 13.774 x 1 ton benih x Rp.30.000.000 = Rp. 413.220.000.000,-
melalui pemenuhan benih sebar yang dikelola oleh 60 penangkar.
Laporan Akuntabilitas Kinerja BB Pengkajian 2014
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 36
Paket Teknologi Pascapanen Spesifik Lokasi
Teknologi budidaya tanaman perkebunan yang dihasilkan oleh BBP2TP
pada tahun 2014 meliputi:
a) Teknologi pengolahan tanaman perkebunan: teknologi pengolahan kopi
b) Teknologi pengolahan tanaman hortikultura: teknologi pengolahan jeruk
menjadi tepung dan sari buah, teknologi pascapanen pisang, teknologi
pascapanen biji pala, teknologi pascapanen limbah skala perkotaan, teknologi
olahan hasil pekarangan
c) Teknologi pengolahan tanaman pangan: teknologi identifikasi pangan non
beras, teknologi pangan lokal berbasis jagung putih, teknologi pengolahan
kedelai, teknologi pascapanen ubi kayu dan sagu
Penjelasan capaian output untuk teknologi tersebut beserta potensi
outcome sebagai berikut:
1) Teknologi pengolahan hasil Jeruk Gerga Lebong dilaksanakan pada tahun
2014 di Kabupaten Lebong, Bengkulu. Teknologi yang dihasilkan berupa
paket teknologi pembuatan sari buah jeruk gerga lebong dengan petani
kooperator masing-masing sebanyak 30 orang. Teknologi pembuatan
selai/marmalade jeruk gerga lebong telah diadopsi oleh 5 kelompok tani atau
sebanyak 150 orang petani sedangkan teknologi pembuatan sari buah jeruk
gerga lebong diadopsi oleh 3 kelompok tani atau sebanyak 90 orang petani.
Stakeholders yang terlibat diantaranya adalah Dinas Pertanian Kabupaten
serta Badan Pelaksanaan Penyuluhan Kabupaten dan Balai Penyuluhan
Pertanian Kecamatan. Adapun dampak secara ekonomi untuk komoditas jeruk
RGL yang diolah sebanyak 50 kg dapat menghasilkan 125 liter sari buah jeruk
dan meningkatkan nilai tambah jeruk RLG sebesar Rp.17.500/kg.
Gambar10.
Teknologi Pengolahan Jeruk Gerga
Lebong menjadi Selai (Marmalade)
Laporan Akuntabilitas Kinerja BB Pengkajian 2014
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 37
2) Teknologi pengolahan tepung mocaf dilaksanakan pada tahun 2014 di Desa
Pasar Pedati Kabupaten Bengkulu Tengah. Jumlah petani kooperator
sebanyak 30 orang petani dengan stakeholders yang terlibat adalah Badan
Ketahanan Pangan Kabupaten, Dinas Pertanian Kabupaten, serta Badan
Pelaksanaan Penyuluhan Kabupaten dan Balai Penyuluhan Pertanian
Kecamatan. Keluaran yang dihasilkan dari kegiatan teknologi pengolahan
tepung mocaf adalah: (1) Paket teknologi pembuatan tepung mocaf; (2)
Peningkatan nilai tambah yang dihasilkan dari proses pembuatan tepung ubi
kayu; dan (3) Terdiseminasinya hasil pengkajian ke stakeholders dan
pengguna. Teknologi yang diintroduksikan diadopsi di 5 desa di Kabupaten
Bengkulu Tengah. Dampak lain yaitu peningkatan nilai tambah komoditas
ubikayu yang diolah sebanyak 150 kg dapat menghasilkan 50 kg tepung
mocaf dengan peningkatan nilai tambah ubikayu sebesar Rp.2.106,67/kg
3) Teknologi pengolahan tortila jagung dan emping jagung di Jawa Timur, telah
diimplementasi oleh 5-20 pengrajin, yang meiiputi petani dan KWT. Sampai
dengan saat ini Kelompok Wanita Tani Arumanis mampu memproduksi rata-
rata emping jagung mencapai 300 kg/bulan (krecek/emping mentah) dan
tortila 400 kg/bulan (krecek/emping mentah) dengan harga Rp.20.000,00 per
kg. Pendapatan kotor KWT Arumnis dari usaha emping jagung
Gambar 11. Teknologi Pengolahan Tepung Mocaf
Laporan Akuntabilitas Kinerja BB Pengkajian 2014
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 38
Rp.72.000.000,00/tahun atau penghasilan kotor setiap bulan
Rp.6.000.000,00. Sedangkan pendapatan kotor dari usaha totila
Rp.96.000.000,00/tahun atau penghasilan kotor setiap bulan
Rp.8.000.000,00. Pendapatan bersih yang diperoleh dari usaha tortila adalah
sebesar Rp.1.400.000,00/bulan. Sedangkan pendapatan bersih dari usaha
emping jagung sebesar Rp.750.000,00 per bulan. KWT Arumanis Desa
Klampok membutuhkan bahan baku jagung pipilan kering setiap tahun untuk
olahan emping jagung sebanyak 4,5 ton dan untuk olahan tortila sebanyak
6,86 ton. Sehingga lebih dari 10 ton per tahun dibutuhkan jagung pipilan
kering di Desa Klampok untuk usaha olahan berbahan baku jagung.
4) Teknologi pengolahan tepung sagu di Maluku Utara, telah diadopsi di Desa
Halmahera Barat dan Ternate. Dampak lainnya yaitu teknologi ini telah
diapresiasi oleh Dinas Pertanian, BPK4K dan Universitas setempat.
5) Teknologi poduksi minyak atsiiri dari daun pala, cengkeh, dan kayu manis di
Maluku utara. Teknologi ini diaplikasikan di salah satu desa di Halmahera
Timur dengan petani 15 orang. Dampak teknologi ini telah mendapat
dukungan dari Dinas Pertanian Kabupaten Halmahera Timur dan BPP
setempat.
6) Teknologi pembuatan tepung dan mie berbahan baku lokal di Sulawesi Utara.
Dampak dari teknologi ini yaitu telah diadopsi pada dua kelompok tani di dua
wilayah serta mendapat dukungan pengembangan dari Pemda setempat.
Gambar 12. Pelatihan Pemanfaatan Umbi Lokal di Sulawesi Utara
Laporan Akuntabilitas Kinerja BB Pengkajian 2014
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 39
Paket Teknologi Peternakan Spesifik Lokasi
Teknologi budidaya peternakan yang dihasilkan oleh BBP2TP pada tahun
2014 meliputi:
a) Teknologi integrasi peternakan: teknologi integrasi tanaman perkebunan-
ternak, teknologi integrasi sapi-sawit, teknologi integrasi sapi potong-jagung,
teknologi integrasi sapi potong-tebu, teknologi integrasi sapi-kedelai.
b) Teknologi produksi dan reproduksi: teknologi peningkatan produksi daging sapi,
teknologi optimalisasi reproduksi kambing boerka, teknologi reproduksi sapi,
teknologi produksi sapi perah
c) Teknologi budidaya ayam KUB, teknologi pemeliharaan itik lokal, teknologi
pengembangan itik pedaging, teknologi pemurnian ayam merawang
d) Teknologi pakan: teknologi budidaya pakan dari limbah, teknologi alternatif
pakan sapi potong, teknologi ransum, teknologi optimalisasi pakan lokal dan
formulasi pakan sapi potong, teknologi Mikroorganisme lokal (MOL), teknologi
suplementasi wafer pakan komplit sapi pedet, teknologi formulasi pakan lokal
ayam kampung, teknologi pakan multi nutrisi untuk kambing, teknologi
multinutrisi untuk ternak kambing
e) Teknologi pengolahan limbah: teknologi budidaya pakan dari limbah, teknologi
pengolahan limbah sapi, teknologi efisiensi penggunaan pupuk organik dari
limbah ternak dan sayuran
Penjelasan capaian output untuk teknologi tersebut beserta potensi
outcome sebagai berikut:
1) Teknologi sistem usaha tani itik di Banten, dilaksanakan di Desa Sukatani
Kabupaten Serang. Dampak dari introduksi teknologi ini telah diikuti oleh dua
kelompok tani sekitar, serta telah diapresiasi oleh Dinas Pertanian, B2KP
Kabupaten Serang, serta PPL setempat. Teknologi budidaya itik petelur, itik
master dan itik lokal telah dikembangkan khususnya di Kecamatan Tanara Kab.
Serang dengan R/C rasio masing-masing komoditas adalah 1,01; 1,02; 1,07.
2) Teknologi integrasi kakao-kambing di DIY, telah dilaksanakan mulai tahun
2012. Teknologi ini telah diadopsi meliputi satu dusun di Banjarharjo,
Kalibawang, Kulon Progo. Jumlah petani adopter sekitar 30 orang dan didukung
Laporan Akuntabilitas Kinerja BB Pengkajian 2014
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 40
oleh Diperta DIY, Dipertahut Kulon Progo, Dinas Kelautan, Perikanan dan
Peternakan Kulon Progo, KP4K Kulon Progo, Balitnak
3) Teknologi Pengembangan Agribisnis Sapi Perah di Bengkulu, telah dilaksanakan
di Kabupaten Rejang Lebong dan Kepahiang. Pemasaran produksi peternak sapi
perah di daerah sentra pengembangan di Provinsi Bengkulu baru meliputi
wilayah setempat. Dampak usaha sapi perah memberikan kontribusi sebesar
30,89% terhadap total pendapatan peternak, selebihnya pendapatan peternak
berasal dari penjualan pedet, penjualan dari olahan susu segar dan memiliki
berbagai macam usaha tani. Analisis B/C yang dilakukan peternak sapi perah
memperoleh B/C kurang dari satu, yang artinya usaha tersebut belum
menguntungkan karena kurang dari 1. Hal ini disebabkan rata-rata jumlah
produksi 9,37 liter/ekor/hari dimana jenis pakan dan masa laktasi dari
responden berbeda-beda dan manajemen pemeliharaan sapi perah yang
diiterapkan peternak dari hasil pengamatan masih belum begitu baik.
4) Teknologi perbaikan pakan dan inovasi kandang perkawinan model
Balitbangtan, dilaksanakan di Kabupaten Kebumen Jawa Tengah. Dampak yang
dirasakan yaitu telah diimplementasikan di 6 Kecamatan di Kabupaten
Kebumen. Selain itu, telah dilakukan MoU dengan Asosiasi Pembibitan
setempat.
5) Teknologi pemanfaatan limbah padat dan cair tapioka sebagai pakan ternak
dan pupuk organic dihasilkan di Lampung. Dampak dari teknologi ini yaitu telah
diimplementasikan oleh Peternak di Negeri Katon, Pesawaran (satu poktan),
serta didukung oleh Penyuluh/BP3K, Dinas Peternakan
6) Teknologi Pembuatan Pupuk Organik dengan meode (CFI) ConFerm
Innvovation, dilaksanakan di luasan lahan 20 ha, dengan petani sebanyak satu
gapoktan. Dampak dari teknologi ini yaitu adanya dukungan dari Pemda
setempat untuk pengembangannya antara lain dari BI, Distan, dan Kabupaten
setempat.
7) Teknologi peningkatan produktivitas pembibitan dan pembesaran ternak
kambing di Sulawesi Tenggara, telah diaplikasikan di dua desa. Teknologi yang
diperkenalkan meliputi teknologi peningkatan keragaman mutu genetik ternak
kambing lokal dan inseminasi buatan. Dampak dari teknologi ini yaitu adanya
dukungan dari Pemda (Distan dan BP4K) setempat.
Laporan Akuntabilitas Kinerja BB Pengkajian 2014
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 41
Inovasi Kelembagaan/Sosial Ekonomi Spesifik Lokasi
Inovasi kelembagaan/sosial ekonomi yang dihasilkan oleh BBP2TP pada
tahun 2014 meliputi: rekomendasi/model penguatan kelembagaan peternakan,
rekomendasi/model pengembangan agribisnis sapi perah, rekomendasi/model
optimalisasi sistem produksi tepung umbi-umbian, rekomendasi/model manajemen
budidaya SDG ternak, rekomendasi/model kelembagaan agribisnis padi melalui
corporate farming, rekomendasi metode diseminasi dalam proses teknologi transfer,
rekomendasi/model sistem pertanian terpadu lahan kering, rekomendasi preferensi
petani pada VUB padi dan jagung, rekomendasi/model profitabilitas penerapan PTT
padi dan jagung, rekomendasi VUB dan efisiensi usaha tani, model kelembagaan
usaha penangkaran benih kentang, rekomendasi dampak gernas kakao,
rekomendasi preferensi karakteristik padi, rekomendasi/model pola pengembangan
olahan ubi kayu, rekomendasi/model peningkatan produksi beras.
Paket Teknologi sumberdaya lahan spesifik lokasi
Teknologi sumberdaya lahan spesifik spesifik lokasi yang dihasilkan oleh
BBP2TP pada tahun 2014 meliputi: teknologi untuk mengurangi cemaran pestisida,
teknologi bahan pembenahan tanah, teknologi pengelolaan tata air, teknologi
reklamasi lahan eks tambang, teknologi optimalisasi lahan sub optimal tadah hujan,
teknologi optimalisasi lahan pasang surut, teknologi optimalisasi lahan rawa non
pasang surut. Penjelasan capaian output untuk teknologi tersebut beserta potensi
outcomenya sebagai berikut:
a) Teknologi Pengelolaan Sumberdaya Air Terpadu yang dihasilkan di BPTP DIY
merupakan teknologi yang diimplementasikan di lahan kering.
b) Teknologi antisipasi produksi padi dan hortikultura, melalui rekomendasi
antisipasi resiko penurunan produksi padi dan melon di Jawa Tengah.
c) Teknologi Sistem Pertanian Terpadu di Lahan Kering di Nusa Tenggara Barat,
dilaksanakan melalui perbaikan status bahan organik tanah dan pengelolaan air
yang efisien. Untuk saat ini, telah ada jaringan irigasi dengan pipanisasi (D=6
inch) bantuan dari Dinas PU Provinsi NTB. Air tersebut ditampung pada bak
penampung berukuran 4,5 x 4,5 x 1,7m sebanyak 5 buah yang tersebar di
lahan petani, yang diharapkan dapat mencukupi kebutuhan usahatani non padi
sawah seluas 150 ha dan ternak. Sistem pengarian yang diintrooduksi dilahan
petani untuk tanaman cabe adalah irigasi tetes, sprinkler dan tampungan mini
Laporan Akuntabilitas Kinerja BB Pengkajian 2014
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 42
renteng. Dengan demikian pola tanam yang diintroduksi di lahan petani adalah
jagung-cabe atau sayur-sayur. Pada musim hujan (MT1), produksi jagung
komposit untuk petani kooperator tidak berbeda nyata dengan produksi jagung
hibrida yang ditanam oleh non koperator pada hamparan yang sama. Dengan
demikian keuntungan petani koopertaor yang menanam jagung komposit lebih
tinggi dibandingkan dengan nonkoperator dari segi harga benih. Pada MT2
petani kooperator menanam cabe di dengan sistem pengairan oirigasi tetes dan
tampungan mini renteng, sedangkan petani nonkoperator lahannya dibiarkan
bero. Pada kedua sistem pengairan tersebut, petani mampu mendapatkan
keuntungan bersih sebesar Rp 20.432.000 untuk lahan seluas 22.5 untuk
tanaman cabe, kacang panjang dan tomat. Secara umum dapat dirangkum
bahwa kegiatan pengkajian SPTLKIK dengan subsistem terdiri dari teknologi
tata lahan, sistem irigasi, budidaya jagung, pembibitan sapi, dan prosesing
kompos telah telah berjalan dengan baik.
Gambar 13. Teknologi Sistem Pertanian Terpadu di Lahan Kering di Nusa Tenggara Barat
d) Teknologi pengelolaan air di lahan sub optimal di Sulawesi Tengah
menghasilkan pertumbuhan optimum untuk tanaman jagung, kacang tanah,
maupun kedelai. Varietas kacang tanah yang paling adaptif adalah Tuban,
jagung Srikandi Kuning dan kedelai pada musim hujan Grobongan dan pada
musim kering Argomulio. Pola tanam terbaik diperoleh pada pola tanam
Kacang Tanah – Jagung dengan nilai B/C ratio 3,85 dan 3,08 disusul pola
tanam Kedelai – Jagung dengan nilai B/C ratio 2,92 dan 1,78
Laporan Akuntabilitas Kinerja BB Pengkajian 2014
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 43
Laporan Akuntabilitas Kinerja BB Pengkajian 2014
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 44
Paket Teknologi Mekanisasi Spesifik Lokasi
Teknologi mekanisasi spesifik lokasi yang dihasilkan oleh BBP2TP pada
tahun 2014 meliputi: rekayasa alsin sederhana dan tepat guna, teknologi alsin
padi/alsin speklok, teknologi pengering kakao. Penjelasan capaian output sebagai
berikut:
1) Teknologi pemasyarakatan mesin transplanter di lokasi SL, Demplot, dan
kegiatan Temu Lapang, dilaksanakan di Jawa Tengah. Dampak dari kegiatan ini
adalah diterapkannya mekanisasi tersebut di Kabupaten Sragen, serta menjadi
program Dinas. Jumlah petani adopter berkisar antara 6-16 orang pada luasan
3-7 hektar.
Gambar 14.
Teknologi pembibitan padi
dengan dapog
2) Teknologi Alat dan Mesin Pertanian Spesifik Lokasi Mendukung Surplus Beras
Nasional 10 Juta Ton Di Kalimantan Tengah, telah diadposi pada luaan 25ha
dengan jumlah petani kooperator sebanyak 20 orang serta didukung oleh
Pemda Kabupaten Pulang Pisau, Kapuas, Barito Timur, Seruyan, Kotawaringin
Barat, dan Kotawaringin Timur
Paket Teknologi dan rekomendasi m-AP2RL2
Kegiatan m-AP2RL menghasilkan output 33 rekomendasi kebijakan
mendukung pembangunan pertanian di daerah yang terintegrasi serta ramah
lingkungan. Output yang menonjol antara lain rekomendasi kebijakan pengurangan
konsumsi beras di Provinsi Bali, kebijakan peningkatan produksi padi 1 juta ton di
Provinsi Bengkulu, kebijakan peningkatan produksi kedelai di Provinsi Sumatera
Utara, serta rekomendasi kebijakan pengelolaan lahan gambut di Provinsi
Kalimantan Tengah. Adapun rincian paket teknologi dan rekomendasi kegiatan m-
AP2RLL sebagaimana pada tabel 6 berikut.
Laporan Akuntabilitas Kinerja BB Pengkajian 2014
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 45
Tabel 6. Rekapitulasi Output Menonjol dari kegiatan m-AP2RL
NO SATKER KOMODITAS CAPAIAN
1 Bali Beras Rekomendasi kebijakan pengurangan konsumsi beras
2 Bengkulu Padi Validasi lapang model budidaya padi ramah lingkungan dapat menghasilkan produk sehat dengan proses yang ramah lingkungan bebas residu pestisida.
Model budidaya padi inpara 2 pada lahan sub optimal memberikan keuntungan usahatani.
3 Sumut Kedelai Kebijakan peningkatan produksi kedelai.
Sumsel Padi Satu paket teknologi Peningkatan produksi padi
4 Jambi Padi Model akselerasi pembangunan pertanian ramah lingkungan di Provinsi Jambi diimplementasikan dengan kegiatan validasi lapang demplot pertanaman padi dengan penggunaan VUB Inpari 28 Kerinci pada lahan sawah dengan teknologi sistem tanam jajar legowo 2:1.
5 Kepri Sayuran rekomendasi kebijakan peningkatan sayuran dataran rendah di Provinsi Kepulauan Riau
6 Jabar Padi Model dinamik rencana aksi peningkatan produksi padi ramah lingkungan yang siap dikembangkan di Jawa Barat
7 Jateng Bawang bawang merah ramah lingkungan melalui efisiensi penggunaan lahan dan air serta pengendalian OPT dengan agens hayati dan prinsip PHT hingga panen di Kab. Brebes.
Bawang putih : - Panen, temu lapang, pembuatan video portal
8 Jatim Tebu Paket teknologi bongkar ratoon/penggunaan budchip paling sesuai untuk program swasembada.
Paket teknologi untuk kepentingan petani dan program swasembada adalah : Kepras1 rawat ratoon/budchip dan Kepras2 rawat ratoon/budchip, karena selain dapat meningkatkan pendapatan juga meningkatkan produksi.
Rekomendasi penyempurnaan kebijakan (kedaulatan gula): (1) Terus berupaya meningkatkan rendemen dan pemberian jaminan rendemen oeh pemerintah, sehingga petani tertarik untuk berusahatani tebu. Dampak dari kebijakan ini, PG akan mudah untuk mendapatkan tambahan areal, petani mau mengikuti SOP budidaya/tebang angkut, sehingga produksi gula meningkat dan pendapatan petani lebih terjamin, (2) Budidaya bongkar ratoon harus diprogramkan oleh pemerintah minimal 30% areal per tahun (dikelola bersama), setelah itu budidaya selanjutnya diserahkan petani, (3) Jumlah keprasan dibatasi maksimal 4 kali, (4) Introduksi varietas tebu berumur pendek dengan produktifitas yang lebih tinggi serta toleran keprasan, (5) Revitalisasi kelembagaan petani tebu untuk mengatasi angkutan dan tenaga tebangan yang sulit di musim giling, (6) Melakukan pengujian agar biaya pembuatan Budchip lebih murah, (7) Penyempurnaan mesin tebang tebu, agar lebih operasional dan (6) Stabilisasi harga lelang, agar tidak terlalu jatuh.
Laporan Akuntabilitas Kinerja BB Pengkajian 2014
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 46
NO SATKER KOMODITAS CAPAIAN
9 NTB Padi dan kedelai
Penelitian on farm validasi model peningkatan produktivitas padi (MK-1) dan kedelai (MK-2)
10 Banten Padi - ternak Panen kegiatan penerapan pupuk organik di 2 lokasi, pelatiha petani tentang pembuatan biourine menjadi pupuk cair, temu lapang hasil panen padi dengan penggunaan pupuk organik
11 Kalbar Padi Sapi
Kegiatan ini dilakukan di lahan pasang surut tepatnya Desa Sungai Kakap, Kecamatan Sungai Kakap, Kabupaten Kubu Raya dengan luas kawasan 200 ha tanamn padi dan ternak 150 ekor. Prinsip dalam kegiatan ini adalah melakukan optimasi kegiatan integrasi padi-ternak dengan meminimumkan limbah yang dihasilkan dan didukung kelembagaan Gapoktan yang kuat dan berwatak ekonomi (koperasi).
Kegiatan yang telah dilaksanakan yakni: 1. Denfarm PTT Padi; 2. Pengolahan limbah sekam menjadi dedak; 3. Pengembangan lantai jemur mendukung produksi beras premium; 4. Perbaikan Sistem Perkandangan Sapi; 5. Pengolahan limbah padat ternak sapi; 6. Pengolahan Limbah Cair; 7. Pemanfaatan Bio-Gas; dan 8. Pemberdayaan Lembaga Gapoktan Menjadi Lembaga Ekonomi Bagi Petani;
12 Kalteng Lahan gambut
Kebijakan pengelolaan lahan gambut di Provinsi Kalimantan Tengah.
13 Kalsel Padi Rekomendasi kebijakan padi
14 Kaltim Padi Kegiatan pengembangan padi di lahan pasang surut dan tadah hujan
15 Sulsel Beras Rekomendasi kebijakan peningkatan produksi beras ramah lingkungan di Sulawesi Selatan.
Rekomendasi dalam pengambilan kebijakan peningkatan produksi beras (DAP) ramah lingkungan berdasarkan potensi sumberdaya pertanian spesifik lokasi.
16 Sulteng Padi 1. data agronomi pertumbuhan tanaman hortikultura dari implementasi pupuk organik padat (condec), pupuk organik cair (conferm) dan biopestisida; 2. perekaman data hasil produksi tanaman hortikultura dari implementasi pupuk organik padat (condec), pupuk organik cair (conferm) dan biopestisida; 3. membuat Formulasi pakan kosentrat hasil inovasi berbasis pakan lokal yang ramah lingkungan dan efisisen; 4. Uji Coba pemberian pakan konsentrat hasil inovasi berbasis pakan lokal yang tamah lingkungan dan efisien; 5. Membuat poster dan leaflet tentang inovasi teknologi berbasis sumberdaya lokal ( coferm codec dan biopestisida serta poster ).
Laporan Akuntabilitas Kinerja BB Pengkajian 2014
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 47
NO SATKER KOMODITAS CAPAIAN
17 Sulut Padi Peragaan teknologi usahatani padi sawah ramah lingkungan
18 Gorontalo Ternak Pembuatan pakan ternak dan instalasi biogas
19 Malut Padi-ternak Panen penanaman padi dengan sistem ramah lingkungan
Pembuatan kandang dan Pembuatan instalasi biogas
20 Papua Barat
Kedelai Skenario kebijakan peningkatan produksi kedelai di Papua Barat untuk ujicoba skala kecil dibatasi untuk skenario peningkatan produktivitas dan penurunan kehilangan hasil saja.
Penggunaan varietas unggul dan benih berlabel mampu meningkatkan produktivitas 14% sampai dengan 36% dari produktivitas varietas lokal dengan benih yang sudah tidak berlabel.
Penggunaan varietas unggul dengan karakteristik batang yang tahan rebah, polong yang tidak mudah rontok dan pecah dapat menurunkan tingkat kehilangan hasil dari 2,5% menjadi 1,77%.
Rekomendasi pengembangan Varietas Anjasmoro dan Kaba karena memiliki tingkat produktivitas yang lebih tinggi, memiliki ukuran biji yang lebih besar sehingga lebih disenangi oleh produsen olahan kedelai dan tingkat biji tercecer yang lebih rendah karena polongnya tidak mudah rontok dan pecah.
Paket Teknologi pada Laboratorium Lapang Inovasi Pertanian(LLIP)
Laboratorium Lapang merupakan upaya implementasi paradigma baru yaitu
penelitian untuk pembangunan (research for development). Inovasi yang
diterapkan dan dikembangkan perlu mempertimbangkan kebutuhan di daerah.
Pendampingan dalam penerapan teknologi dilaksanakan dalam bentuk demonstrasi
plot atau area percontohan, penyuluhan, pelatihan kepada petani maupun
pemangku kepentingan di daerah sehingga inovasi teknologi dapat dengan mudah
diadopsi. Lokasi LLIP tahun 2014 berjumlah 14 lokasi, yakni Aceh, Sumut, Kepri,
Jambi, Lampung, Banten, Kalbar, Kalsel, Kaltim, NTB, NTT dan Papua Barat.
Adapun lokasi dan komoditas yang diusahakan di setiap lokasi adalah sebagaimana
pada tabel 7.
Laporan Akuntabilitas Kinerja BB Pengkajian 2014
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 48
Tabel 7. Lokasi dan Komoditas pada Laboratorium Lapang Inovasi Pertanian 2014
NO LOKASI KOMODITAS
1 ACEH (Aceh Timur) Kedelai
2 SUMUT (Phakpak Barat) Gambir, ayam kampung
3 KEPRI (P. Bintan) Sayuran
4 JAMBI (Tj.Jabung Timur) Padi
5 LAMPUNG (Liwa) Kopi
6 BANTEN (Juhut) Kambing
7 KALBAR (Sambas) Padi
8 KALSEL (Hulu Sungai Utara) Padi
9 KALTIM (Nunukan) Padi, Kakao, Pisang, Nanas
10 NTB (Bima) Padi
11 NTT (Belu) Jagung
12 PAPUA BARAT (Fakfak) Sapi
Laporan Akuntabilitas Kinerja BB Pengkajian 2014
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 49
LLIP Banten. Laboratorium
Lapang Badan Litbang Pertanian, lokasi
Kel. Juhut sudah berfungsi sebagai
percontohan inovasi teknologi
pembibitan dan pembesaran ternak
domba, budidaya aneka sayuran, serta
pembibitan, budidaya dan pengolahan
talas beneng. Selain itu, lokasi ini juga
dijadikan sebagai tempat pelatihan,
magang, penelitian, studi banding dan
pelaksanaan acara-acara tertentu dari
pememerintah daerah dan pusat, dan
bahkan internasional. Beberapa kunjungan
di kampung ternak domba Juhut, antara
lain : kelompoktani yang sebagian besar
kelompoktani di wilayah Kabupaten
Pandeglang dan Serang; mahasiswa
Untirta, instansi swasta (Permata Banten,
Hibar Bandung, Heinz ABC Indo, Trubus
Depok, PCO Jakarta); Instansi pemerintah yaitu Dinas Pertanian dan Dinas
Pariwisata di Provinsi Banten, Jakarta, Bogor, Medan, Kalimantan Selatan,
Lampung, Jawa Timur; BI Kab. Serang dan Jakarta; SIKIB (Solidaritas Istri Kabinet
Bersatu); kunjungan sekolah dari Taman Kanak-kanak sampai SMA; Yayasan Harfa;
Jambore Internasional; POLRI dan TNI; Liputan dari Trans 7, Net TV dan Radar
Banten.
Usaha ternak domba, aneka sayuran, serta pembibitan dan budidaya talas
beneng dilakukan oleh sejumlah poktan dan KWT, dimana secara teknis dibantu
oleh BPTP dan instansi terkait di Kabupaten dan Provinsi. Secara kelembagaan, di
Kel. Juhut terdapat satu gapoktan (Juhut Mandiri” dan 11 poktan/KWT dengan
jumlah anggota sebanyak 219 orang, sedangkan lahan garapan berupa lahan
kering seluas 223 ha dan lahan sawah 30 ha.
Laporan Akuntabilitas Kinerja BB Pengkajian 2014
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 50
LLIP Aceh Timur. Pada tahun
2014 BPTP NAD melakukan kegiatan
pengembangan berupa demplot Ayam
KUB di desa Dama Pulo Kabupaten
Aceh Timur sebanyak 350 ekor. Induk
ayam berasal dari KP Paya Gajah
dengan tujuan untuk menghasilkan
keturunan yang lebih baik. Dari
kegiatan tersebut diharapkan nantinya
akan terjadi sentral breeding di beberapa tempat dalam wilayah Aceh Timur.
Petani dan Peternak pada kegiatan LL ini sebelumnya belum memahami
budidaya penanaman pisang, pemangkasan kakao maupun betarnak Ayam KUB
serta ternak kambing dan penanaman hijauan makanan ternak. Dengan adanya
kegiatan LL yang ada di beberapa lokasi di Kabupaten Aceh Timur berdampak
positif. Masyarakat akhirnya lebih memahami tentang pemanfaatan lahan untuk
tanaman maupun pemeliharaan ayam KUB dan ternak kambing.
Kegiatan Laboratorium Lapang ini diharapkan dapat menjadi rujukan bagi
para petani di Kabupaten Aceh Timur karena laboratorium lapang merupakan suatu
media yang efektif dalam merubah perilaku dan kualitas sumber daya penyuluh dan
petani dalam meningkatkan usaha tani ke arah agribisnis.Meningkatkan pendapatan
para petani sebagai akibat dari teradopsinya inovasi teknologi badan litbang di
Kabupaten Aceh Timur.Terjalinnya komunikasi antara Badan Litbang dengan stake
holder di daerah.
Peningkatan kapasitas KP Paya Gajah terus dilakukan untuk memperbaiki kinerja
kebun. Kegiatan ini dilakukan dengan
memperbaiki kebun percobaan yang
telah ada. Melalui kegiatan ini
diharapkan peran kebun percobaan
Paya Gajah mendukung
perkembangan peningkatan pertanian
khususnya komoditas perkebunan di
Kabupaten Aceh Timur.
LLIP NTT dilaksanakan di desa Tohe, Kec, Raihat, Kab Belu dengan
komoditas padi, jagung dan ternak. Adapun inovasi teknologi yang diintroduksikan
Laporan Akuntabilitas Kinerja BB Pengkajian 2014
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 51
yakni teknologi penangkaran benih, teknologi perawatan kesehatan ternak,
teknologi pengembangan hijauan pakan ternak, teknologi penggemukan ternak,
dan pemanfaatan limbah ternak menjadi biogas. Dinas Pertanian Tanaman Pangan
dan Perkebunan telah membeli seluruh benih padi yang diproduksi oleh Penangkar
dari kegiatan LLIP dan menyebarkan benih tersebut pada desa-desa lain di daerah
Perbatasan. Diharapkan benih tersebut dapat memperbaiki benih lokal dan
menganti benih padi ciherang yang tidak murni lagi. Perbaikan varietas tersebut
perlu diikuti dengan pendampingan teknis budidaya yang baik agar petani sekitar
bisa bisa meningkatkan produksi padi.
Manajemen pemeliharaan ternak sapi masih menekankan pada penyediaan
pakan bermutu dan menekan kematian pedet pada musim kemarau.
Memperhatikan pola pemeliharaan existing maka diperlukan upaya yang lebih
serius untuk secara perlahan bisa menggeser ke arah pola pemeliharaan semi-
intensif dan intensif. Pakan yang berasal dari limbah produk pertanian yang
semakin besar perlu dimanfaatkan dan sebaliknya mendorong petani untuk
memanfaatkan kotoran ternak untuk mengurangi ketergantungan pada pupuk
kimia.
LLIP Kaltim dilaksanakan di Eks Kawasan Tambang batubara PT Kitadin
dengan kegiatan peningkatan produktivitas lahan bekas penambangan batubara
untuk pengembangan pertanian melalui sistem integrasi tanaman-ternak. Tanaman
yang dibudidayakan antara lain pisang, padi, jagung, kedelai, kacang tanah, kacang
hijau, ubi jalar, nenas, singkong. Model yang dilakukan adalah melalui konsep yang
disebut Integrated Crops land Management (ICLM), lahan dan tanaman dikelola
untuk dapat tumbuh dan berproduksi sesuai yang diharapkan. Selain pupuk
kandang dan pupuk kimia, juga
digunakan pupuk hayati serta
penggunaan insektisida ramah
lingkungan. Pada awal tahun (tahun I)
kegiatan ini dilaksanakan, ternyata
membuktikan bahwa pada lahan
bekas penambangan batubara (lokasi
terpilih) dapat digunakan untuk budidaya tanaman pangan dan hasilnya relatif
cukup baik. Demikian juga pada tahun ke II kegiatan ini dilaksanakan, hasilnya juga
cukup baik untuk semua komoditas yang dikembangkan.
Laporan Akuntabilitas Kinerja BB Pengkajian 2014
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 52
Berbagai materi diseminasi telah dibuat untuk menyebarluaskan model ini
ke berbagai pihak terkait. Antara lain dengan membuat brosur, leaflet, dan juga
siaran TV. Selain itu di berbagai kegiatan penting seperti pameran di daerah juga
diikuti untuk menyebarluaskan model pengelolaan lahan bekas penambangan
batubara untuk pertanian.
Dengan keberhasilan model
yang telah dibuat ini, telah banyak
kunjungan dari para anggota dewan
Kalimantan Timur, Gubernur dan Wakil
Gubernur Kalimantan Timur, Bupati
dan Wakil Bupati Kutai Kartanegara,
perguruan tinggi, tamu luar negeri dan
juga untuk praktek mahasiswa dan siswa. Untuk keberlanjutan program, telah
dilaksananakan penandatanganan MOU/Perjanjian Kerjasama antara PT Kitadin
dengan BPTP Kalimantan Timur selama 3 tahun untuk pengelolaan lahan bekas
tambang tersebut. Atas keberhasilan model ini, beberapa perusahaan tambang
juga sudah berkomitmen untuk bisa menjalin kerjasama dengan BPTP Kaltim untuk
mengelola lahan bekas tambang untuk pertanian antara lain dari Perusahaan
Tambang di Kabupaten Kutai Barat
Peta AEZ-II Skala 1:50.000 Spesifik Lokasi
Teknologi yang terkait dengan sumberdaya lahan adalah telah disusunnya
peta AEZ skala 1:50.000 yang terdiri dari peta kesesuaian lahan untuk komoditas
tanaman pangan dan peta pewilayahan komoditas pertanian yaitu kelapa sawit,
karet,padi gogo, jagung, umbi-umbian yang berdasar lahan sawah, lahan kering
dan lahan pantai. Dengan mempertimbangkan faktor biofisik seperti iklim dan
lahan, peta agroekologi memberikan alternatif-alternatif komoditas yang dapat
menjamin kelestarian lingkungan. Selain itu, diperlukan informasi sosial dan
ekonomi antara lain Penduduk; yang diperlukan sebagai tenaga kerja dan pasar
domentik. Prasarana; seperti jalan, pelabuhan serta unit pengolahan panen yang
selalu ada maupun yang masih perlu dibangun. Jaringan prasarana; lokal, nasional
maupun global. Kelembagaan; lembaga penyuluhan, perangkat desa serta
peraturan-peraturan yang menumbuhkan investasi. Berdasarkan karakteristik
sumberdaya lahan dan iklim diperoleh 7 zona agroekologi yang terdiri dari 3 zona
sebagai wilayah pengembangan komoditas tanaman pangan dan hortikultura, 4
Laporan Akuntabilitas Kinerja BB Pengkajian 2014
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 53
zona sebagai wilayah kehutanan, perkebunan, perikanan pantai dan pastura
(padang penggembalaan). Masing-masing zona dan tipe pemanfaat lahan tersebut
adalah sebagai berikut:
Zona I lereng >40%, tipe pemanfaatan lahan adalah Kehutanan (hutan produksi dan hutan lindung).
Zona II dengan lereng 15-40%, tipe pemanfaatan lahan adalah perkebunan/tanaman tahunan.
Zona III lereng 8 - <15% tipe pemanfaatan lahan untuk wanatani
Zona IV lereng <8% tipe pemanfaatan lahan untuk tanaman pangan
Zona V lereng <3% dengan jenis tanah gambut dengan ketebalan <1,5 m
tipe pemanfaatan lahan untuk hortikultura, dan ketebalan gambut >1,5 m tipe pemanfaatan lahan untuk kehutanan
Zona VI lereng <3% dengan jenis tanah yang mempunyai kandungan sulfat
sangat tinggi (sulfat masam) tipe pemanfaatan lahannya kehutanan (mangrove) dan perikanan pantai.
Zona VII lereng < 8% dengan jenis tanah yang berkembang dari pasir kuarsa (Spodosols dan Quartzipsamments), tipe pemanfaatan lahan adalah
kehutanan dan pastura.
Dampak/Manfaat yang dihasilkan dari kegiatan ini yaitu pemetaan potensi
sumberdaya lahan di masing-masing wilayah dapat diidentifikasi dengan baik
sehingga pemanfaatan lahan yang ada dapat dilakukan secara optimal sesuai
dengan kesesuaian sumberdaya lahan yang ada.
Paket teknologi Plasma Nutfah dan Sumberdaya Genetik Spesifik Lokasi
Kegiatan koordinasi lingkup BBP2TP dalam pengumpulan data dan informasi
keanekaragaman serta status keberadaan SDG tanaman sangat diperlukan sebagai
dasar penyusunan kebijakan pengelolaan dan pemanfaatan SDG pertanian untuk
mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Data dan informasi SDG dapat diperoleh
melalui serangkaian kegiatan inventarisasi dan karakterisasi SDG tanaman, baik
secara in-situ di lokasi aslinya maupun ex-situ melalui koleksi tanaman di kebun-
kebun koleksi. Untuk mewujudkannya diperlukan upaya pembentukan Komda SDG
di tiap provinsi dan beberapa kegiatan pendukung, antara lain dalam upaya
mendokumentasikan data keanekaragaman dan status keberadaan SDG yang telah
dikumpulkan oleh BPTP seluruh Indonesia. Kegiatan ini bertujuan untuk: (a)
Melaksanakan koordinasi dalam pengumpulan data dan informasi keanekaragaman
Laporan Akuntabilitas Kinerja BB Pengkajian 2014
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 54
serta status keberadaan SDG tanaman di Indonesia, dan (b) Melaksanakan
koordinasi beberapa kegiatan SDG lingkup BBP2TP. Keluaran kegiatan ini adalah
(a) Data dan informasi keanekaragaman serta status keberadaan SDG tanaman
dan di Indonesia, serta (b) Data dan informasi beberapa kegiatan SDG lingkup
BBP2TP. Data dan informasi keanekaragaman serta status keberadaan SDG
tanaman yang akurat dan cepat diharapkan dapat memberikan manfaat bagi
perumusan kebijakan pengelolaan dan pemanfaatan SDG dalam bidang pertanian,
dan berdampak bagi terbentuknya sistem pengelolaan dan pemanfaatan SDG
nasional. Hasil penitng pelaksanaan kegiatan Koordinasi SDG Tahun 2014 sebagai
berikut:
a. Jumlah kebun koleksi (KK) di setiap BPTP bervariasi, 13 BPTP tidak memiliki KK,
8 BPTP menggunakan halaman kantor untuk KK. Optimalisasi pengelolaan KK
perlu ditingkatkan, terutama untuk konservasi ex situ.
b. Komda SDG berperan penting dalam mendukung kegiatan pengelolaan SDG di
daerah. Ada 25 komda yang sudah dibentuk, sedangkan sisanya (8 Komda)
belum terbentuk; 13 Komda dinyatakan aktif dan 8 Komda dinyatakan tidak
aktif. BPTP berperan dalam menginisiasi pembentukan Komda dan mendorong
optimalisasi Komda.
Outcome dari kegiatan database SDG ini adalah teridentifikasinya
sumberdaya lokal yang ada di setiap provinsi. Dengan adanya identifikasi SDG
tersebut maka akan memudahkan dilakukan koleksi dan monitoring serta database
sumberdaya genetik lokasl yang ada di masing-masing lokasi.
Tabel 8. Paket Teknologi Sumberdaya Genetik
No. BPTP Inventarisasi
(∑ aksesi)
Karakterisasi
(∑ aksesi)
∑ Kebun Koleksi; milik
BPTP + Umum 1)
= total
Status
Komda SDG 2)
1. Babel 64 45 1+3= 3 A
2. Bali Belum lapor Belum lapor 0+0= 0 A
3. Banten 51 47 1+2= 3 A
4. Bengkulu 530 Belum lapor 1+4= 5 A
5. DIY Belum lapor Belum lapor 1+0= 1 B
6. DKI Jakarta Belum lapor Belum lapor 0+0= 0 C
7. Gorontalo Belum lapor Belum lapor 1+0= 1 C
8. Jabar Belum lapor Belum lapor 0+0= 0 A
9. Jambi 315 133 1+7= 8 A
Laporan Akuntabilitas Kinerja BB Pengkajian 2014
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 55
No. BPTP Inventarisasi
(∑ aksesi)
Karakterisasi
(∑ aksesi)
∑ Kebun Koleksi; milik
BPTP + Umum 1)
= total
Status
Komda SDG 2)
10. Jateng 224 Belum lapor 3+2= 5 A
11. Jatim 45 Belum lapor 0+0= 0 B
12. Kalbar Belum lapor Belum lapor 0+0= 0 B
13. Kalsel 28 Belum lapor 2+0= 2 B
14. Kalteng 68 6 1+3= 4 A
15. Kaltim Belum lapor Belum lapor 0+0= 0 A
16. Kepri Belum lapor Belum lapor 0+0= 0 C
17. Lampung Belum lapor Belum lapor 1+0= 1 B
18. Maluku Belum lapor Belum lapor 2+0= 2 B
19. Malut Belum lapor Belum lapor 1+0= 1 B
20. NAD Belum lapor Belum lapor 2+0= 2 C
21. NTB 266 Belum lapor 2+3= 5 A
22. NTT Belum lapor Belum lapor 0+0= 0 B
23. Papua Belum lapor Belum lapor 1+0= 1 C
24. Papua Barat 39 Belum lapor 2+3= 5 C
25. Riau 18 Belum lapor 1+0= 1 B
26. Sulbar Belum lapor Belum lapor 0+0= 0 C
27. Sulsel 36 Belum lapor 0+0= 0 B
28. Sultara 48 Belum lapor 1+0= 1 B
29. Sulteng Belum lapor Belum lapor 0+0= 0 C
30. Sulut 10 Belum lapor 1+0= 1 A
31. Sumbar Belum lapor Belum lapor 0+0= 0 A
32. Sumsel Belum lapor Belum lapor 0+0= 0 B
33. Sumut 46 Belum lapor 4+2= 6 A
Keterangan:
Kebun koleksi milik umum: petani, swasta, pemda. Status Komda: A. Sudah terbentuk dan aktif; B. Sudah terbentuk dan belum aktif; C. Belum terbentuk.
Capaian Kinerja Teknologi Spesifik Lokasi 2010-2014
Capaian kinerja Teknologi Spesifik Lokasi tahun 2014 masuk dalam kategori
berhasil (mencapai 100%), sementara tahun 2010-2013 capaian kinerja masuk
kategori sangat berhasil (Capaian >100%) namun perbedaan persentase capaian
tidak berbeda secara signifikan setiap tahunnya. Target jumlah teknologi yang
ditetapkan pada tahun 2014 lebih tinggi daripada tahun sebelumnya sehingga
capaian yang dihasilkan lebih tinggi daripada tahun sebelumnya meskipun secara
persentase belum masuk kategori sangat berhasil.
Laporan Akuntabilitas Kinerja BB Pengkajian 2014
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 56
SASARAN INDIKATOR
KINERJA
REALISASI (%)
2010 2011 2012 2013 2014
Tersedianya
inovasi
pertanian
unggul spesifik
lokasi
Jumlah
teknologi
spesifik lokasi
(teknologi)
105 127 100,8 182 100
Jika dihitung sejak 2010-2014 telah dihasilkan sebanyak 889 teknologi
spesifik lokasi terdiri dari : 293 paket Teknologi Budidaya Tanaman Pangan Spesifik
Lokasi, 70 Paket Teknologi Budidaya Hortikultura Spesifik Lokasi, 66 Paket
Teknologi Budidaya Perkebunan Spesifik Lokasi, 59 Paket Teknologi Pascapanen
Spesifik Lokasi, 136 Paket Teknologi Peternakan Spesifik Lokasi, 61 Teknologi
Kelembagaan Spesifik Lokasi, 18 Paket Teknologi Sumberdaya Lahan, 69 Paket
Teknologi AEZ Spesifik Lokasi, 66 Paket Teknologi Plasma Nutfah dan Sumberdaya
Genetik Spesifik Lokasi, 6 Paket Teknologi Mekanisasi Spesifik Lokasi, 33 Model
Akselerasi Pembangunan Pertanian Ramah Lingkungan Lestari, dan 12
Laboratorium Lapang (Gambar 15).
Gambar 15. Capaian Teknologi Spesifik Lokasi 2010-2014
Laporan Akuntabilitas Kinerja BB Pengkajian 2014
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 57
Faktor keberhasilan dalam pencapaian indikator kinerja ini yakni adanya
pengawalan kegiatan melalui kegiatan monitoring dan evaluasi kegiatan pengkajian
mulai dari awal hingga tahap akhir kegiatan dan dukungan intensif dari
manajemen. Hal ini dapat mengatasi berbagai permasalahan yang terjadi dalam
pencapaian output teknologi spesifik lokasi seperti kekurangan SDM di Kepri dapat
diatasi dengan pendistribusian kerja yang lebih baik dan efektif. Serangan penyakit
busuk umbi, mati pucuk dan ulat bawang yang tinggi (75%-95%) pada kegiatan
Pengkajian pengembangan VUB Bawang Merah di NTB dapat diatasi dengan
pengamatan secara berkala dan pengendalian dengan pestisida sesuai anjuran,
sementara kelangkaan pupuk KCL 60% dan K2O diganti dengan NPK Phonska.
Cuaca ekstrim tak dapat diprediksi, serangan OPT tinggi seperti di Sumsel dapat
diatasi dengan menunda pelaksanaan pertanaman, penanggulangan H/P.
Sedangkan BPTP Sumut membina petani sebagai penangkar di tingkat kelompok
tani guna mengaasi permasalahan ketersediaan bnih bermutu yang terbatas.
Sasaran 2 : Terdiseminasinya inovasi pertanian spesifik lokasi yang
unggul serta terhimpunnya umpan balik dari implementasi
program dan inovasi pertanian unggul spesifik lokasi
Untuk mencapai sasaran tersebut, diukur melalui jumlah teknologi yang
didiseminasikan kepada pengguna. Adapun pencapaian indikator kinerja adalah
sebagai berikut:
Indikator Kinerja Target Realisasi %
Jumlah teknologi yang didiseminasikan ke
pengguna
329 329 100
Indikator kinerja sasaran yang telah ditargetkan dalam Tahun 2014 telah tercapai
sebesar 100 persen, atau terealisasi 329 teknologi yang didiseminasikan dari target
329 teknologi, sehingga masuk dalam kategori “berhasil”. Adapun uraiannya
adalah sebagai berikut:
Laporan Akuntabilitas Kinerja BB Pengkajian 2014
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 58
Tabel 9. Rekapitulasi Output Teknologi yang Didiseminasikan
No Kategori Jumlah Teknologi
1 Diseminasi Paket Teknologi dalam Pendampingan PTT Padi 48
2 Diseminasi Paket Teknologi dalam Pendampingan PTT Jagung 13
3 Diseminasi Paket Teknologi dalam Pendampingan PTT Kedelai 16
4 Diseminasi Paket Teknologi dalam Pendampingan Kawasan Agribisnis Hortikultura (PKAH) 48
5 Diseminasi Paket Teknologi dalam Pendampingan Swasembada Daging Sapi/Kerbau (PSDSK) 37
6 Diseminasi Paket Teknologi dalam Pendampingan Program P2T3 11
7 Diseminasi Paket Teknologi dalam Pendampingan Kakao 7
8 Diseminasi Paket Teknologi dalam Pendampingan m-KRPL 33
9 Diseminasi Paket Teknologi dalam Pendampingan m-P3MI 33
10 Pengembangan Model Inovasi Laboratorium Lapang 12
12 Diseminasi Teknologi Kalender Tanam 32
17 Teknologi Pascapanen 29
19 Teknologi Perkebunan 3
20 Diseminasi Teknologi Ayam KUB 7
Total 329
Diseminasi paket teknologi dalam pendampingan PTT Padi, Jagung,
Kedelai
BPTP sebagai ujung tombak pelaksanaan kegiatan Badan Litbang di daerah,
mendampingi “kawasan” PTT 1000 hektar. Adapun bentuk pendampingan yang
dilakukan meliputi display VUB, pelatihan PL1 (tingkat provinsi) dan PL2 (tingkat
Kabupaten), penyiapan dan penyebaran materi diseminasi, temu lapang, dan
rekomendasi teknologi. Pendampingan Kawasan 1000 ha dapat meliputi satu
desa/hamparan, atau beberapa desa dalam satu kecamatan, atau beberapa desa
pada beberapa kecamatan. Diseminasi teknologi dalam kegiatan PTT tersebut
meliputi komponen dasar PTT meliputi VUB, benih bermutu/berlabel, bahan
organik, pola tanam jarwo, pemupukan sesuai kebutuhan, pengendalian OPT.
Sedangkan komponen pilihan penerapan PTT berupa pengolahan lahan sesuai
musim tanam, penggunaan bibit muda, tanam bibit per rumpun, pengairan
intermitten, penyiangan mekanis, serta panen tepat waktu. Outcome dari kegiatan
Laporan Akuntabilitas Kinerja BB Pengkajian 2014
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 59
ini yaitu telah diterapkannya teknologi PTT tersebut di lokasi PTT dengan luasan
penerapan antara 40-80% sebagaimana tabel dibawah ini:
Tabel 10. Luasan Penerapan Komponen Teknologi PTT Padi
Penerapan Teknologi PTT pada komoditas padi
Komponen dasar Unit SL Menerap
kan
%
Varietas unggul baru 20739 15817 76,2
Benih bermutu dan berlabel 20747 14459 69,6
Pemberian bahan organik 20011 8230 41,2
Pengaturan populasi tanaman Jajar legowo 20230 8849 43,7
Pemupukan berdasarkan kebutuhan
tanaman dan status hara tanah
20146 12129 60,2
Pengendalian OPT dengan pendekatan PHT 20335 12704 62,4
Komponen pilihan
Pengolahan lahan sesuai musim dan pola
tanam
20432 15156 74,2
Penggunaan bibit muda (< 21 hari) 26176 18892 72,2
Tanam bibit 1 – 3 batang per rumpun 24605 18341 62,3
Pengairan secara efektif dan efisien
(intermitten)
13013 5911 45,4
Penyiangan mekanis (bisa dgn bantuan alat) 16876 7826 46,4
Panen tepat waktu dan gabah segera
dirontok dan dikeringkan
18757 16606 88,5
Tabel 11. VUB Padi yang didiseminasikan di beberapa lokasi PTT
No BPTP VUB Padi
1. NAD Inpari 28, 30, dan Ciherang
2. DIY Inpari 23, 10, 19 dan Situbagendit
3. NTB Inpari 19 dan 30
4. Kalbar Inpari 1, 2, 3, 10, 30 dan Cibogo
5. Kalsel Inpari 10, 16, 17, 20, 30 dan Ciherang
6. Sultra Inpari 15
Diseminasi Teknologi PTT Jagung meliputi penerapan Varietas Unggul Baru,
penggunaan benih bermutu, pemberian bahan organik, pengaturan populasi
tanaman,e pemupukan berdasarkan kebutuhan tanaman, pengendalian OPT,
pengelolaan lahan, pembubunan, pembuatan saluran irigasi, pengendalian gulma,
serta panen tepat waktu. VUB yang didiseminasikan antara lain Lamuru,
Sukmaraga, Srikandi Kuning 1, Srikandi Putih 1, P12, Bisma, Bima (3,4,6,9,19), dan
Hibrida.
Laporan Akuntabilitas Kinerja BB Pengkajian 2014
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 60
Tabel 12. VUB Jagung yang didiseminasikan di lokasi PTT
No BPTP VUB Jagung
1. NAD Lamuru, Sukmaraga, Srikandi Kuning 1, Srikandi Putih 1
2. Jabar P12 dan Bisma
4. Jatim Hibrida, Bima 3, 6, 9 dan 19
5. NTB Bima 3, 4, 6
6. Kalbar Lamuru, Bima 3
Outcome dari diseminasi ini yaitu penerapan komponen teknologi anjuran
antara 28-72% persen. Adapun rincian penerapan per komponen teknologi
sebagaimana tabel berikut. Adapun rincian penerapan Komponen Teknologi PTT
Jagung sebagaimana tabel berikut.
Tabel 13. Penerapan Teknologi PTT pada Komoditas Jagung
Penerapan Teknologi PTT pada komoditas jagung
Unit SL Menerap
kan
%
Varietas unggul baru 1577 1071 67,91
Benih bermutu dan berlabel 1556 447 72,37
Pemberian bahan organik 1138 268 23,55
Pengaturan populasi 66.000-75.000 tanaman 1553 118 71,99
Pemupukan berdasarkan kebutuhan tanaman 1189 447 37,60
Pengendalian OPT 736 303 41,17
Pengolahan lahan 1240 810 65,32
Pembubunan 1136 329 28,96
Pembuatan saluran irigasi 1208 484 40,07
Pengendalian gulma 1396 958 68,62
Panen tepat waktu dan 1577 1071 67,91
Diseminasi Teknologi PTT Kedelai meliputi penerapan Varietas Unggul Baru,
penggunaan benih bermutu, pemberian bahan organik, pengaturan populasi
tanaman,e pemupukan berdasarkan kebutuhan tanaman, pengendalian OPT,
pengelolaan lahan, penggunaan pupuk organik, penggunaan amelioran, pengairan
pada periode tertentu, serta panen tepat waktu. VUB yang didiseminasikan antara
meliputi varietas Anjasmoro, Agromulyo, Grobogan, Panderman, Kaba, Burangrang,
Ijen, Gema, dan Mahameru.
Tabel 14. Beberapa VUB Kedelai yang didiseminasikan di lokasi PTT
No BPTP VUB Kedelai
1. NAD Anjasmoro, Agromulyo, Grobogan dan Panderman
2. Jatim Argomulyo, Kaba, Anjasmoro
3. Kalbar Burangrang, Anjasmoro, Argomulyo, Ijen dan Gema
4. Kaltim Anjasmoro, Mahameru
Laporan Akuntabilitas Kinerja BB Pengkajian 2014
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 61
Tabel 15. Luasan Penerapan Komponen Teknologi PTT Kedelai
Penerapan Teknologi PTT pada komoditas kedelai
Unit SL Menerap kan
%
Varietas unggul baru 14.246 14.023 98,44
Benih bermutu dan berlabel 14.246 14.023 98,50
Saluran drainase 14.246 14.019 98,41
Pengaturan populasi tanaman 14.246 13.857 97,27
Pemupukan berdasarkan kebutuhan 8.791 8.388 95,42
Pengendalian OPT 10.154 9.758 96,10
Penyiapan lahan 8.791 8.568 97,46
Penggunaan pupuk organik 8.045 5.605 69,67
Penggunaan amelioran 248 5 2,02
Pengairan pada periode tertentu 592 175 29,56
Panen tepat waktu dan pengeringan 14.240 14.010 98,38
Untuk penerapan teknologi Jarwo, telah diimplementasikan di 1,7 juta ha
atau sekitar 23% dari total luas tanam 7,4 juta hektar. Penggunaan jarwo
transplanter dapat meningkatkan provitas sebesar 27% dibandingkan dengan
penanaman tanpa menggunakan jarwo.
Tabel 16. Luas Tanam Jarwo dan Produktivitasnya
No Provinsi
Total Luas
tanam (ha)
Luas tanam
Jarwo 2014
(ha)
Luas
Jarwo
(%)
Provitas
non
jarwo
Provitas
jarwo
Kenaikan
provitas
(%)
1 NAD 317,543 186,844 58,84 6.73
2 SUMUT 295,965 177,579 60,00 6.80
3 RIAU 39,000 5,563 14.26 4.47 6.63 48.36
4 SUMBAR 319,750 30,400 9.51 5.38 6.23 15.91
5 SUMSEL 354,581 51,567 14.54 5.78 6.68 14.90
6 BABEL 5,872 2,754 46.90 4.16 5.46 31.25
7 BENGKULU 61,135 22,801 37,30 4,49 5,74 27,84
8 JAMBI 176,423 66,300 37.58 4.40 6.26 42.27
9 LAMPUNG 164,500 40,400 24.56
10 BANTEN 12 9 71.31 7.05 7.56 7.23
11 JABAR 923,490 248,195 26.88 6.22 7.27 17.01
12 JATENG 609,312 286,061 46.95 5.89 6.74 14.43
13 DIY 75,000 60,000 80.00
14 JATIM 2,144,361 206,088 9.61 6.40 7.30 14.06
15 BALI 28,550 15,306 53.61 5.88 7.96 35.37
16 NTB 238,615 126,562 53.04
17 NTT 13,000 2,661 20.47 5.02 6.68 33.07
18 KALTIM 94,585 45,470 48.07 4.33 5.44 25.64
19 KALBAR 165,000 1,738 1.05 3.76 4.92 30.85
20 KALTENG 74,000 6,050 8.18 4.17 5.88 41.01
21 KALSEL 496,279 2,353 0.47 5.59 6.51 16.46
22 SULUT 29,784 7,215 24.22
23 SULTENG 253,591 104,658 41.27 4.50 6.35 41.11
24 SULTRA 78,200 2,120 2.71 6.18 9.82 58.90
25 SULSEL 369,850 26,074 7.05
26 SULBAR 67,887 25,500 37,56 4,74 5,80 22,36
27 GORONTALO 15 15 100.00 5.33
28 MALUT 5,125 465 9.07 4.20 4.60 0.01
29 MALUKU 1,000 10 1.00 6.40 8.60 0.86
30 PAPUA 17,050 30 0.18 3.63 5.80 59.78
31 PAPUA BARAT 3,696 1,998 54.06 3.86 5.62 45.60 Total 7,423,171 1,752,786 23.61 5.20 6.64 27.61
Tabel luas tanam jajar legowo dan produktivitasnya, 2014
Laporan Akuntabilitas Kinerja BB Pengkajian 2014
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 62
Diseminasi paket teknologi dalam pendampingan kawasan agribisnis
hortikultura (PKAH)
Pada tahun 2014, BBP2TP melaksanakan kegiatan pendampingan PKAH di
22 Provinsi, yakni Sumatera Utara, Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Riau,
Jambi, Jawa Barat, Banten, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Bali, NTB,
NTT, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan
Selatan, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, Gorontalo, Sulawesi Utara, Sumatera
Selatan. Dari aspek komoditas yang diusahakan antara lain meliputi komoditas
jeruk, kentang, manggis, bawang merah, cabai merah, krisan, strawberry, dan
buah naga. Dari aspek pendampingan teknologi, telah dilakukan antara lain melalui
narasumber pada pelatihan pemupukan ramah lingkungan, budidaya dan
pengendalian OPT Cabai di Jawa Timur. Pelatihan juga dilaksanakan dnegan materi
pengendalian OPT, penanganan buah, pasca panen, dan pemasaran.
Upaya untuk meningkatkan produksi komoditas Hortikultura di lakukan
melalui pendampingan PKAH melalui: 1) demplot teknologi budidaya, teknologi
pembibitan, serta teknologi pengendalian HPT; 2) Pascapanen, pengembangan
produk dan pemasaran: penyimpanan benih, penanganan buah segar; pengemasan
dan pengolahan; 3) Sebagai narasumber pada kegiatan ToT dengan materi
budidaya, pengolahan hasil, pupuk organik dan pertanian ramah lingkungan; 4)
Sosialisasi teknologi inovatif meliputi teknologi off-season, teknologi supergenol,
penggunaan pupuk organik plus.
Pendampingan yang dilakukan dari aspek penyediaan bahan dan materi
penyuluhan, dilaksanakan melalui penyiapan juknis, leaflet, dan buku saku. Sebagai
contoh di Sumatra Utara, dibuat juknis budidaya kentang granola menggunakan
benih bermutu. Leaflet yang diterbitkan antara lain teknologi produksi krisan
potong. Sedangkan buku saku yang dicetak antara lain teknologi pembuatan
pestisida nabati dan mikroorganisme lokal.
Pada tahun 2014, kegiatan PKAH melakukan Pendampingan Rencana Aksi
Perbenihan Bawang Merah di 9 BPTP yaitu di Sumatera Utara, Sumatera Barat,
Riau, Jawa Barat, Jawa Tengah, DIY, Kalimantan Tengah, Sulawesi Selatan, dan
NTB. Pendampingan dilaksanakan melalui diseminasi jenis varietas bawang merah
meliputi Katumi, Pikatan, Mentes, Sembrani, Maja, dan Bima serta varietas cabai
merah meliputi Chiko, Kencana, Kopay, dan Patra. BPTP Sumut menggunakan
bawang merah varietas katumi dan maja. BPTP Jateng memilih bawang merah
Laporan Akuntabilitas Kinerja BB Pengkajian 2014
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 63
varietas Bima, BPTP Sumbar menggunakan varietas Brebes dan Katumi, BPTP Riau
menggunakan Pikatan, BPTP DIY menggunakan Katumi, dan BPTP Kalteng
menggunakan Bima dan Pikatan. Sedangkan BPTP Sulsel menggunakan Mentes dan
Pikatan.
Lokasi Sumut tanaman bawang merah sudah panen, namun belum berhasil
sertifikasi karena alasan non teknis, perbanyakan benih dilakukan di lahan petani
calon penangkar. Menurut Tim Balitsa, Sumut dapat dibina menjadi salah satu
sumber benih bawang merah di wilayah Sumatera. Sedangkan di Jateng
pendampingan LL-PAH dan SL-PAH dilaksanakan dalam bentuk keterlibatan sebagai
narasumber penelitian dan pembinaan kelembagaan pada kelompok tani.
Disamping itu juga dibuat Demplot perbenihan seluas ± 2000 m2 yang sekaligus
merupakan inisiasi Kebun Benih Induk (KBI) bawang merah di lahan penangkar
yang terdapat di area LL-PAH. Dilakukan dua kali tanam, bulan Mei 2014 dengan
menggunakan sumber benih dari Balai Penelitian Tanaman Sayuran (Balitsa) dan
penangkar lokal Jawa Tengah dan bulan September 2014. Kegiatan bekerjasama
dengan BPSB setempat (rogouing dan sertifikasi benih).
Diseminasi paket teknologi dalam pendampingan Tebu (P2T3)
Peningkatan produktivitas tebu dan rendemen gula dilakukan melalui: (a)
bongkar ratoon, dengan komponen inovasi penggunaan varietas unggul, bongkar
tanaman keprasan (Ratoon Cane) lebih dari 6 kali dan penyediaan teknologi
budidaya; (b) rawat ratoon dengan komponen teknologi pedot oyot, penggunaan
pupuk organik, kletek, dan pengairan. Disamping upaya instensifikasi tanaman
diupayakan juga untuk melakukan upaya ekstensifikasi. Puslitbangbun
menghasilkan 6 (enam) varietas tebu hasil kultur jaringan yaitu PS851, PS 862, PS
864, PS 881, PS 888, dan PSJT dan ditambah beberapa varietas yang belum
direlease. Takaran pupuk yang direkomendasikan disesuaikan berdasarkan hasil
analisis tanah dari BB.Tanah dan Agroklimat. Sementara BB.Mektan memdukung
dalam penyediaan alat mesin pertanian (Alsintan). Untuk mempercepat proses
adopsi teknologi, teknologi baru tersebut akan digelar dalam bentuk Demarea di
sebelas Provinsi pengembangan.
Laporan Akuntabilitas Kinerja BB Pengkajian 2014
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 64
Gambar 17. Teknologi rawat ratoon dengan varietas campuran TLH 1 dan TLH 2
Kegiatan Demarea di setiap lokasi direncanakan mencapai luas 4 (empat)
ha, dilaksanakan di lahan irigasi dan lahan kering/tegalan, dan teknologi introduksi
berupa: (a) penanaman dengan sistem bongkar ratoon (Plant Cane) meliputi single
dan double row, dan (b) keprasan (Ratoon Cane) meliputi teknologi introduksi
(teknologi baru) dan teknologi petani (existing technology) sebagai pembanding.
Kegiatan P2T3 dilakukan di 11 (sebelas) provinsi dan ditempuh melalui kegiatan
perluasan areal dan perbaikan teknologi bongkar ratun, rawat ratun, dan
pembangunan Kebun Bibit Datar (KBD). Perluasan areal ditargetkan sebanyak
6.900 ha tersebar di 66 kabupaten lokasi pengembangan, bongkar ratun seluas
36.000 ha tersebar di 70 kabupaten, rawat ratun seluas 80.300 ha di 73 kabupaten,
dan pembangunan KBD 1.086 ha tersebar di 65 kabupaten. Dari rencana Lokasi
dan Volume Kegiatan tersebut, kegiatan yang akan dilaksanakan tahun 2013 baru
Kegiatan Percepatan Penerapaan Teknologi Tebu Terpadu (P2T3) melalui Demarea
di sebelas provinsi sementara perluasan areal dan Kebun Bibit Datar belum akan
dilaksanakan. Sehingga dalam pendampingan P2T3 lebih difokuskan pada
pelaksanaan Demarea P2T3 di sebelas provinsi. Fokus kegiatan pendampingan tebu
meliputi pelatihan, temu teknologi, serta diseminasi varietas unggul baru tebu hasil
litbangtan.
Secara umum, introduksi teknologi PC juring ganda, PC juring tunggal, dan
RC intensif yang dikembangkan di 11 provinsi, mampu meningkatkan produktivitas
tebu sekitar 36-37% lebih tinggi dibandingkan dengan pola petani. Sedangkan
produksi yang dihasilkan untuk ketiga jenis teknologi tersebut antara 76-82 Ton,
lebih tinggi dibandingkan pola petani yang hanya menghasilkan 56 Ton.
Laporan Akuntabilitas Kinerja BB Pengkajian 2014
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 65
Tabel 17. Produktivitas Rata-rata Demplot P2T3
No Jenis Teknologi Produksi tebu
(ton)
Kenaikan (%) Kenaikan terhadap
kontrol (%)
1 PC Juring Ganda 82,5 6,45 47,05
2 PC Juring Tunggal 77,5 0,91 38,14
3 RC Intensif 76,8 36,89 36,89
4 RC Petani (control) 56,1 - -
Diseminasi paket teknologi dalam pendampingan PSDSK
Tahun 2014 jumlah Laboratorium Lapang PSDSK sebanyak 45 LL, terdiri
dari 20 LL Pembibitan Sapi, 9 LL Penggemukan Sapi, 13 LL Pembibitan dan
Penggemukan Sapi, serta 3 LL Pembibitan dan Penggemukan Kerbau. Jumlah LL ini
melebihi jumlah LL yang direncanakan dalam rencana aksi pendampingan PSDSK
(24 LL) dan melebihi jumlah LL tahun 2013 (29 LL).
Bentuk kegiatan
pendampingan yang dilakukan oleh
BPTP meliputi pelatihan kepada
penyuluh pendamping/Sarjana
Membangun Desa, Kelompok Tani;
penyediaan bahan informasi inovasi
rekomendasi teknologi, pembuatan
demplot inovasi di lokasi
Laboratorium Lapang,
Penyelenggaraan Gelar Teknologi.
Secara operasional kegiatan PSDSK
yang didampingi meliputi kegiatan
pembibitan sapi potong,
penyelamatan sapi betina produktif,
serta permodalan. Adapun
teknologi yang didiseminasikan
dalam kegiatan pendampingan
PSDSK meliputi teknologi
pembibitan, formulasi pakan,
penggemukan, dan kesehatan hewan. Pendampingan PSDSK sudah banyak
dilakukan dan teknologi yang diterapkan pada kegiatan ini adalah dengan
IntroduksiInovasiTeknologi
4
0
5
10
15
20
25
2010 2011 2012 2013 2014
Prosentase
Tahun
Inov.pakan
Inov.Reprod./breeding
Inov.kesehatanhewan
Inov.pengolahanlimbah
Inov.kelembagaan
Inov.pemasaran
Tahun2010–2014,InovasipakanpalingbanyakdiintroduksiolehBPTPsedangkanyangpalingsedikitadalahinovasipemasaran
6
Persentase Inovasi Teknologi yang di Introduksi dan Inovasi Teknologi yang diadopsi (Tahun 2010-2014)
Inovasipakanlebih nggiuntukintroduksi(95,83%)danadopsi(87,5%),sedangkaninovasireproduksipersentasenyahampirsamaantarayangdiintroduksidanyangdiadopsi(60%).
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
Inov.pakan Inov.pengolahanlimbah
Inov.Reprod./breeding
Inov.kesehatanhewan
Inov.kelembagaan
Inov.pemasaran
Inov.Tekn.yangdiintroduksidanyangdiadopsi
Introduksi
Adopsi
Laporan Akuntabilitas Kinerja BB Pengkajian 2014
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 66
melakukan paket teknologi pemeliharaan sapi potong spesifik lokasi yang meliputi
teknologi (1) intensifikasi perkandangan, (2) penerapan pakan konsentrat berbasis
bahan baku lokal, (3) pelatihan pembuatan pakan komplit.
Selama kurun waktu 2010-2014, inovasi teknologi yang paling banyak diintroduksi
dan diadopsi yakni inovasi pakan dengan persentase introduksi sebesar 95,83%
dan adopsi 87,5%. Sedangkan inovasi reproduksi persenatasenya hampir sama
antara yang diintroduksi dan diadopsi yakni 60%. Sementara yang paling sedikit
diintroduksi adalah pemasaran.
Pemberian pakan tambahan terhadap induk sapi potong pra dan post
partus/flushing untuk menghasilkan bobot lahir pedet sebesar 29 kg, pbbh 0,52
kg/ekor/hari, dan epp 60 hari. Optimalisasi pemberian pakan pada pedet pasca
sapih diperoleh rata-rata pertambahan bobot badan harian sebesar 0,47
kg/ekor/hari. Teknologi yang didiseminasikan melalui demplot ternak sapi
menggunakan inovasi teknologi budidaya sapi bali, inovasi teknologi pengolahan
limbah ternak kompos, dan inovasi teknologi pakan. Secara rinci hasil kinerja
pendampingan PSDSK dapat dilihat pada tabel berikut
Tabel 18. Kinerja Hasil Kegiatan Pendampingan PSDSK
No Parameter Eksisting Pendampingan
1 Calving Rate (%) 70-80 80-90
2 Mortalitas Pedet (%) 15-20 5
3 Calf Crop (%) 50-60 70-80
4 Mortalitas Induk (%) 2-3 <1
5 Nilai S/C padaIB 1,5-2,5 <1,5
6 Calving Interval (bulan) 17-18 12-13
Gambar 18.
Kegiatan temu lapang
bersama peternak dan
pemerintah daerah etempat
Laporan Akuntabilitas Kinerja BB Pengkajian 2014
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 67
Gambar 19. Teknologi pembibitan, formulasi pakan, penggemukan dan kesehatan hewan
Gambar 20.
Beberapa kegiatan
pembiakan dan
penggemukan sapi
Diseminasi paket teknologi dalam kegiatan m-KRPL
Dalam upaya pemberdayaan rumah tangga secara lestari dalam satu
kawasan, untuk dapat menyediakan pangan keluarga yang beragam, gizi seimbang
dan aman, melalui pemanfaatan teknologi inovatif, yang diikuti multi-aktivitas dan
terintegrasi dengan berbagai kegiatan ekonomi kreatif. Melalui kegiatan ini
diwujudkan kemandirian pangan keluarga dan kelestarian lingkungan. Pada tahun
2013, model Kawasan Rumah Pangan Lestari dikembangkan di 2 kabupaten di
setiap provinsi. Kegiatan Model Kawasan Rumah Pangan Lestari (M-KRPL) selama
tahun 2013 antara lain dilakukan dengan mcengoptimalkan lahan pekarangan dan
memberikan kontribusi serta manfaat pada peserta program melalui peningkatan
fungsi pekarangan, memperbaiki skor PPH, dan mengurangi pengeluaran biaya
rumah tangga, dan menambah pendapatan keluarga. Teknologi Kebun Bibit Induk
dan kebun Bibit Desa/Kelurahan sudah menjadi sumber bibit/benih untuk
kebutuhan masing-masing wilayah. Kegiatan m-KRPL selain mewujudkan
kemandirian pangan masyarakat melalui diversifikasi pola konsumsi berbasis
Laporan Akuntabilitas Kinerja BB Pengkajian 2014
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 68
potensi pangan lokal, penurunan biaya kebutuhan pangan harian, dan peningkatan
kesejahteraan rakyat.
Pada tahun 2014, kegiatan KRPL tidak lagi dilakukan dengan membuat
model di setiap BPTP. Fokus dari kegiatan KRPL pada tahun 2014 adalah penguatan
KBI di setiap Provinsi dan KBD di setiap lokasi m-KRPL. Kegiatan penguatan KBI
dilakukan melalui pembaharuan benih, pelatihan kepada pengelola KBI/KBD, serta
perbaikan infrastruktur KBI/KBD. Sedangkan kegiatan pendampingan baik itu
pelatihan maupun penyebaran materi diseminasi difokuskan kepada pendampingan
di lokasi KRPL Badan Ketahanan Pangan di setiap Provinsi.
Teknologi optimasi lahan pekarangan ini telah diadopsi di 33 provinsi oleh
masyarakat maupun stakeholder. Dampak dari inovasi teknologi ini yaitu
peningkatan gizi masyarakat dari beragam jenis pangan; diversifikasi pangan yang
dicerminkan dengan kenaikan PPH rata-rata 6,7 ton; penghematan anggaran
belanja rumah tangga antara Rp 125 ribu-825 ribu.
Gambar 21. Sebaran Implementasi m-KRPL
Diseminasi paket teknologi dalam kegiatan m-P3MI
Badan Litbang Pertanian mulai tahun 2011 melakukan terobosan diseminasi
dengan menginisiasi model Spectrum Diseminasi Multi Channel (SDMC).
Pendekatan SDMC, memanfaatkan berbagai saluran komunikasi dan pemangku
Laporan Akuntabilitas Kinerja BB Pengkajian 2014
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 69
kepentingan (stakeholders) yang terkait. Penyebaran teknologi tidak lagi dilakukan
hanya pada satu pola diseminasi, tetapi dilakukan secara multi channel. SDMC
dibangun untuk memperkuat sistem diseminasi inovasi pertanian dan sekaligus
mendukung eksistensi kelembagaan penyuluhan. SDMC bertujuan untuk
meningkatkan adopsi inovasi pertanian oleh pengguna. Pengguna teknologi Badan
Litbang Pertanian terdiri dari Gapoktan/Poktan/KTNA/Petani, Pemda, BUMN,
Pengambil keputusan nasional/daerah, penyuluh, Pengusaha/ swasta/ industri,
Peneliti/Ilmuwan. Model Pengembangan Pertanian Perdesaan melalui Inovasi (m-
P3MI) yang merupakan implementasi konsep SDMC, mengoptimalkan penggunaan
sumberdaya pertanian, sehingga tercapai kondisi sosial ekonomi yang lebih baik
yang ditunjukkan oleh pemerataan pendapatan dan pertumbuhan ekonomi di
perdesaan. Dukungan inovasi untuk pengembangan pertanian di perdesaan telah
tersedia melalui jasa penelitian maupun pengkajian yang dihasilkan oleh Badan
Litbang Pertanian. Sebagian teknologi tersebut telah tersebar ditingkat pengguna
dan pemangku kepentingan (stakeholder), namun pengembangannya ke target
area yang lebih luas perlu percepatan. Tujuan m-P3MI adalah untuk mempercepat
arus diseminasi teknologi, Memperluas spektrum atau jangkauan sasaran
penggunaan teknologi berbasis kebutuhan pengguna, Meningkatkan kadar adopsi
teknologi inovatif Badan Litbang Pertanian, dan Untuk memperoleh umpan balik
yang akan digunakan untuk menyempurnakan model pengembangan. Keluaran
akhir dari m-P3MI adalah Model Pembangunan Pertanian Perdesaan yang efektip
dengan mengoptimalkan penggunaan sumberdaya pertanian di perdesaan.
Teknologi yang telah didiseminasikan melalui kegiatan M-P3MI dilakukan di setiap
propinsi masing-masing terdiri dari 2 kabupaten.
Tabel 19. Teknologi yang telah berkembang di lapang pada kegiatan m-P3MI
Teknologi yang telah berkembang dilapang
No Komoditas Teknologi
1. Tanaman Pangan Teknologi padi di beberapa tempat
telah dibina petani penangkar benih
yang mampu menyediakan benih
bermutu bagi anggotanya, serta
petani disekelilingnya.
2. Tanaman
Perkebunan
Teknologi kakao telah berkembang
teknik sambung samping.
3. Integrasi Ternak Sapi
dengan Tanaman
Telah berkembang pembuatan pupuk
cair dari urine dan pupuk kandang
dari kotoran sapi dan telah
digunakan untuk tanaman sebagai
pupuk dan pestisida nabati.
4. Teknologi diatas telah terdiseminasi secara gradual ke
petani dan stakeholders
Laporan Akuntabilitas Kinerja BB Pengkajian 2014
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 70
Fungsi BB Pengkajian dalam pendampingan MP3MI adalah mengkoordinir
kegiatan m-P3MI yang dilakukan BPTP agar sesuai dengan Pandum m-P3MI
sehingga secara bertahap ke sembilan indikator yg telah ditetapkan dapat tercapai,
dan model pembangunan pertanian berbasis perdesaan terwujud dan bisa dicontoh
oleh pihak pemangku kebijakan untuk direplikasi kedesa lain yang sejenis (bio-fisik
dan sosek). Komoditas dan inovasi teknologi yang dilaksanakan di lokasi m-P3MI
meliputi komoditas dan teknologi hortikultura, tanaman pangan, tanaman
perkebunan, tanaman hias bunga potong, peternakan, serta integrasi tanaman
ternak. Teknologi yang telah berkembang di masyarakat antara lain teknologi padi
yang telah dibina di beberapa tempat oleh petani penangkar; teknologi kakao
melalui kegiatan sambung samping; teknologi pembuatan pupuk cair dan pupuk
kandang dari kotoran sapi. Teknologi yang telah diperkenalkan tersebut telah
didiseminasikan secara gradual ke petani dan stakeholder. Dampak dari inovasi
teknologi yang diperkenalkan tersebut, telah meningkatkan produktivitas antara 21-
80%, dengan peningkatan pendapatan antara 27-123 persen.
Sawah
27,78%
Kering
63,89%
Pasang
Surut
8,33%
Pangan
40,43%
Horti
17,02%
Ternak
29,79%
Perkebuna
n
10,64%
Off Farm
2,13%
Sebaran MP3MI Menurut Agro ekosistem di 33 Provinsi
Sebaran MP3MI Menurut Komoditas/Aktivitasdi 33 Provinsi
Gambar 21. Sebaran MP3MI menurut Agroekosistem dan Komoditas di 33 Propinsi
Gambar 22. Benih yang akan di
kembangkan
Gambar 23. Proses penanaman
padi sistim jarwo
Gambar 24. Sekolah lapang bagi
petani
Laporan Akuntabilitas Kinerja BB Pengkajian 2014
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 71
Diseminasi paket teknologi melalui aplikasi Kalender Tanam (KATAM)
Teknologi kegiatan pendampingan Kalender Tanam dilakukan dengan
melalui sosialisasi pendampingan Katam dan telah terjadi penerapan inovasi
teknologi model percepatan tanam baik di lokasi pengkajian maupun di wilayah luar
lokasi pengkajian. Telah diperoleh peningkatan penyediaan benih, peningkatan
kinerja kelompok tani, Pemerintah Daerah, dan kelembagaan pendukung usahatani
dan telah dilakukan rintisan jaringan kerjasama antar kelembagaan agribisnis di
lokasi pengkajian. Pendampingan Katam dilakukan dengan menginventarisasi
varietas, kebutuhan benih unggul padi, luas dan potensi lahan, rekomendasi
kebutuhan pupuk, data iklim, serta organisme pengganggu tanaman (OPT) per
kecamatan di setiap kabupaten/kota. Sosialisasi Katam Terpadu baik MT 2 2014,
MT 3 2014, maupun MT 1 2014/2015 untuk seluruh kabupaten/kota dalam bentuk
hardcopy dan CD disebarkan kepada seluruh kabupaten/kota.
Tabel 20. Sosialisasi Katam Terpadu di BPTP 2014
Musim Tanam
Jumlah sosialisasi
Jumlah lokasi yang memperoleh sosialisasi
Kehadiran (Jml orang) Jumlah BPP yang hadir (unit BPP)
Kab Kec Penyuluh Dinas Petani
MT II 329 403 1255 7522 2490 4027 2728
III 127 161 555 3091 1113 1534 1262
Pelaksanaan Katam dilakukan melalui pelaksanaan koordinasi intern dan
antar instansi telah dilakukan dan perlu lebih ditingkatkan. Kendala dari
pelaksanaan Katam yakni: 1) rendahnya pemahaman petani terhadap perubahan
iklim, 2) ketidaksesuaian informasi jadwal tanam dengan eksisting dan cakupannya
hanya sampai tingkat kecamatan, 3) ketersediaan air dan alsintan pada saat jadwal
tanam yang direkomendasikan tidak sesuai, 4) koneksi internet di beberapa daerah
sangat kurang memadai sementara informasi terkait iklim sebagian besar berbasis
IT, 5) kurangnya kemampuan penyuluh lapangan dalam memahami informasi iklim,
6) minimnya data pendukung dari instansi terkait, 7) belum adanya tim gugus
tugas Katam yang berasal dari Instansi terkait, dan 8) data katam perlu dilakukan
perbaikan agar lebih akurat.
Laporan Akuntabilitas Kinerja BB Pengkajian 2014
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 72
Gambar 25. Bagan Koordinasi Pendampingan KATAM Terpadu
Capaian Kinerja Teknologi yang Didiseminasikan 2010-2014
Capaian kinerja indikator jumlah teknologi yang didiseminasikan ke pengguna sejak
2012-2014 sebesar 100% dan masuk dalam kategori berhasil. Hanya tahun 2010
yang capaiannya kurang dari 100% yakni 73,8% dan masuk dalam kategori cukup
berhasil. Sedangkan tahun 2011 capaiannya lebih dari 100% (sangat berhasil)
namun tidak terlalu signifikan perbedaannya dengan capaian tahun 2012-2014.
Tabel 21. Capaian Jumlah Teknologi yang didiseminasikan 2010-2014
SASARAN INDIKATOR
KINERJA
REALISASI (%)
2010 2011 2012 2013 2014
Terdiseminasinya
inovasi pertanian
spesifik lokasi yang
unggul serta
terhimpunnya umpan
balik dari
implementasi program
dan inovasi pertanian
unggul spesifik lokasi
Jumlah
teknologi yang
didiseminasikan
ke pengguna
(teknologi)
73,8 108,4 100 100 100
Laporan Akuntabilitas Kinerja BB Pengkajian 2014
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 73
Gambar 26. Capaian Teknologi yang didiseminasikan 2010-2014
Indikator kinerja teknologi yang didiseminasikan ke pengguna pada tahun
2010 dihasilkan sebanyak 236 teknologi melalui kegiatan FEATI dan PUAP. Tahun
2011 terjadi peningkatan jumlah teknologi menjadi 347 teknologi (103%) dan
masuk pada kategori sangat berhasil. Teknologi yang didiseminasikan yakni 124
teknologi tanaman pangan, 66 teknologi tanaman hortikultura, 50 teknologi
peternakan, 22 teknologi perkebunan, 67 teknologi pascapanen, dan 18 inovasi
kelembagaan. Tahun 2012 kembali terjadi peningkatan jumlah diseminasi
teknologi menjadi 382 teknologi (100%) dan kembali masuk pada kategori sangat
berhasil. Adapun teknologi yang didiseminasikan yaitu 131 teknologi tanaman
pangan, 58 teknologi tanaman hortikultura, 17 teknologi perkebunan, 73 teknologi
peternakan, 29 teknologi pascapanen, 33 teknologi iklim, 7 teknologi sumberdaya
lahan, dan 34 inovasi kelembagaan.
Tahun 2013 tercapai besar 100 persen, atau terealisasi 330 teknologi
yang didiseminasikan dari target 330 teknologi, sehingga masuk dalam kategori
“berhasil”. Sedangkan tahun 2014 juga masuk kategori berhasil dengan
mendiseminasikan sebanyak 329 teknologi melalui diseminasi paket teknologi
pada kegiatan lingkup BBP2TP.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa indikator kinerja
teknologi yang didiseminasikan sejak 2010-2014 telah mencapai target kategori
berhasil. Sejumlah teknologi tersebut di antaranya telah digunakan secara luas
Laporan Akuntabilitas Kinerja BB Pengkajian 2014
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 74
dan terbukti menjadi pendorong utama perkembangan usaha dan sistem
agribisnis berbagai komoditas pertanian. BPTP memiliki mandat untuk melakukan
pendampingan teknologi PTT Padi, Jagung, Kedelai, Pengembangan Kawasan
Agribisnis Hortikultura, program Swasembada Daging Sapi/Kerbau, Kakao, serta
Percepatan Produksi Tebu serta program strategis Kementan lainnya.
Sasaran 3 : Meningkatnya manajemen pengkajian dan
pengembangan dan pengembangan inovasi pertanian
Sasaran ini diukur dengan indikator kinerja, yaitu:
Indikator Kinerja Target Realisasi %
Jumlah laporan strategis nasional/daerah yang memperoleh pendampingan inovasi oleh BPTP dan mencapai target sasaran
1. Jumlah laporan kegiatan pendampingan model diseminasi SDMC dan program strategis
2. Jumlah dokumen perencanaan dan evaluasi kegiatan serta administrasi keuangan, kepegawaian, dan sarana prasarana
3. Jumlah BPTP yang menerapkan ISO 9001:2008
4. Jumlah SDM yang meningkat kompetensinya
5. Jumlah publikasi bertaraf nasional/internasional
6. Jumlah laboratorium yang terfungsikan secara produktif
7. Jumlah kebun percobaan yang terfungsikan secara produktif
8. Jumlah unit usaha penangkaran benih sumber yang terfungsikan secara produktif
9. Jumlah website yang terupdate secara berkelanjutan
10. Jumlah juklak/juknis
216
laporan
216
laporan
100
Indikator Kinerja jumlah laporan strategis nasional/daerah yang memperoleh
pendampingan inovasi oleh BPTP dan mencapai target sasaran pada tahun 2014
tercapai sebanyak 216 laporan (100%) dan masuk dalam kategori berhasil.
Adapun sub indikator yang tercapai dapat dilihat pada tabel berikut.
Laporan Akuntabilitas Kinerja BB Pengkajian 2014
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 75
Tabel 22. Capaian Kegiatan Pendampingan lingkup BBP2TP 2010-2014
Indikator Kinerja Target Realisasi %
1. Jumlah laporan kegiatan pendampingan model diseminasi SDMC dan program strategis
195 laporan 195 laporan 100
2. Jumlah dokumen perencanaan dan evaluasi kegiatan serta administrasi keuangan, kepegawaian, dan sarana prasarana
3 laporan 3 laporan 100
3. Jumlah BPTP yang menerapkan ISO 9001:2008 1 laporan 1 laporan 100
4. Jumlah SDM yang meningkat kompetensinya 1 laporan 1 laporan 100
5. Jumlah publikasi bertaraf nasional/internasional 1 laporan 1 laporan 100
6. Jumlah laboratorium yang terfungsikan secara produktif
1 laporan 1 laporan 100
7. Jumlah kebun percobaan yang terfungsikan secara produktif
1 laporan 1 laporan 100
8. Jumlah unit usaha penangkaran benih sumber yang terfungsikan secara produktif
1 laporan 1 laporan 100
9. Jumlah website yang terupdate secara berkelanjutan
1 laporan 1 laporan 100
10. Jumlah juklak/juknis 1 laporan 1 laporan 100
Kegiatan Pendampingan
Pada tahun 2014, target laporan yang diperoleh dari kegiatan
pendampingan terdiri dari 216 laporan. Adapun kegiatan pendampingan yang
dilakukan di BPTP meliputi pendampingan PTT padi, jagung, kedelai di 32
provinsi; pendampingan KRPL BKP di 33 provinsi; laporan PUAP di 33 provinsi,
kegiatan Percepatan Penerapan Tebu Terpadu di 11 provinsi, diseminasi KATAM di
32 Provinsi, diseminasi PKAH di 21 Provinsi, serta kegiatan Model Pengembangan
Pertanian Perdesaan Melalui Inovasi (M-P3MI) di 33 provinsi.
Tugas pendampingan SLPTT diatur dalam Permentan 45 Tahun 2011 dan
dikuatkan oleh Keputusan Kepala Badan Litbang Pertanian No. 509 tahun 2013.
Program pendampingan SL-PTT Padi, Jagung dan Kedelai dikelompokkan dalam
tiga wilayah, yakni wilayah pertumbuhan, pengembangan dan pemantapan.
Luasan untuk masing-masing wilayah adalah yaitu: (1) Wilayah pertumbuhan
PTT Padi (297.900 ha), Jagung (54.700 ha) dan kedelai (13.000 ha), (2) Wilayah
pengembangan PTT Padi (589.700 ha), Jagung (170.300 ha), dan kedelai
(394.500 ha), dan (3) Wilayah Pemantapan PTT Padi (3.737.400 ha), Jagung
(35.000 ha), dan kedelai 47.500 ha). Program SL-PTT Padi dilaksanakan di 32
Laporan Akuntabilitas Kinerja BB Pengkajian 2014
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 76
propinsi, sedangkan PTT Jagung dan PTT Kedelai dilaksanakan di 24 propinsi.
Adapun kinerja pendampingan SLPTT oleh BPTP meliputi/diukur dari : (a)
penyediaan rekomendasi teknologi spesifik lokasi sesuai usulan dinas terkait, (b)
kalender tanam dan tingkat pemanfaatannya, (c) display uji adaptasi varietas padi
dan rekomendasi VUB, (d) publikasi sebagai bahan materi penyuluhan, (e)
supervisi penerapan teknologi, dan (f) kendala dalam melakukan pendampingan.
Adapun realisasi jumlah display varietas sebesar 98,5% dari rencana 1320
display; gelar teknologi terealisasi 97,5% dari 240 unit; penyediaan materi
penyuluhan terealisasi 89,2% dari 130 judul; perbanyakan materi penyuluhan
terealisasi 83,1% dari rencana 51.639 examplar; dari jumlah tersebut telah
didistribusikan sebanyak 46.007 examplar.
BPTP juga telah membuat rekomendasi beberapa teknologi spesifik lokasi
berupa buku, leaflet dan poster untuk mendukung percepatan adopsi teknologi
dalam pelaksanaan SLPTT padi, jagung dan kedelai yaitu: rekomendasi teknologi
budidaya padi jagung dan kedelai melalui pendekatan PTT, rekomendasi varietas
unggul baru (VUB) padi, jagung dan kedelai, rekomendasi teknologi pemupukan
berdasarkan PUTS/PUTK, rekomendasi teknologi pengendalian hama dan
penyakit, serta rekomendasi jadwal tanam berdasarkan Kalender Tanam
(KATAM).
Benih yang akan di kembangkan
Proses penanaman padi sistim
jarwo
Sekolah lapang bagi petani
Laporan Akuntabilitas Kinerja BB Pengkajian 2014
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 77
Peningkatan kompetensi SDM
Dalam rangka meningkatkan kapasitas SDM yang mendukung
pelaksanaan tugas pokok dan fungsi BB Pengkajian, telah dilaksanakan beberapa
kegiatan sebagaimana ditampilkan pada Tabel. Secara keseluruhan jumlah
peserta kegiatan pembinaan SDM lingkup BB Pengkajian pada tahun 2014
berjumlah 394 orang lebih sedikit dibandingkan tahun 2013 (468 orang), dan
2012 (461 orang), hal ini terjadi karena terdapat kegiatan pembinaan SDM yang
belum terealisasi di akhir tahun 2014. Pelatihan jangka panjang diperuntukkan
bagi pegawai yang akan melanjutkan pendidikan ke jenjang D3, S1, S2 dan S3.
Pada tahun 2014 terjadi peningkatan jumlah petugas belajar S2, namun terjadi
penurunan jumlah di S1 dan S3 namun tidak signifikan. Petugas belajar luar
negeri meningkat dibandingkan tahun sebelumnya terutama untuk S2. Jumlah
petugas belajar tersebut sebenarnya masih kurang dibandingkan dengan
tingginya minat pegawai yang ingin melanjutkan pendidikan, hal ini disebabkan
karena terbatasnya sumber dana APBN yang tersedia. Namun demikian, bagi
pegawai yang mampu secara finansial dan memenuhi persyaratan, maka dapat
mengajukan permohonan ijin belajar dengan biaya sendiri dan mencari sumber
dana (beasiswa) dari luar Badan Litbang.
Pelatihan jangka pendek diimplementasikan dalam bentuk pendidikan dan
pelatihan di luar maupun di dalam negeri. Selama tahun 2014 jumlah pegawai
yang mengikuti diklat fungsional peneliti menurun dibandingkan tahun 2013.
Bahkan untuk diklat analis kepegawaian belum ada yang mengikuti. Namun
terjadi peningkatan dalam diklat teknisi litkayasa yang siginifikan di tahun 2014
sebanyak 58 0rang dibandingkan tahun 2013 yang hanya 5 orang. Jumlah
pegawai yang mengikuti training jangka pendek luar negeri menurun dan dalam
negeri menurun dibandingkan tahun 2013, namun penurunannya tidak signifikan.
Laporan Akuntabilitas Kinerja BB Pengkajian 2014
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 78
Tabel 23. Kegiatan pembinaan dan pengembangan SDM lingkup BB pengkajian tahun 2012-2014.
No. Jenis Peningkatan Kompetensi Pegawai Jumlah (orang
2013 2014
I Pelatihan Jangka Panjang
1 Tugas Belajar Dalam Negeri
- Program S3 11 10
- Program S2 19 22
- Program S1 0 0
2 Tugas Belajar Luar Negeri
- Program S3 4 5
- Program S2 4 14
II Pelatihan Jangka Pendek
3 Diklat Fungsional Peneliti Tingkat Pertama 88 40
4 Diklat Fungsional Peneliti Tingkat Lanjut 53 50
5 Diklat Dasar Penyuluh Tingkat Ahli 52 0
6 Diklat Analis Kepegawaian
- Tingkat Ahli 15 0
- Tingkat terampil 16 0
6 Diklat Teknisi Litkayasa 5 58
7 Diklatpim
- Tingkat III 2 0
- Tingkat IV 4
8 Diklat Prajabatan 5 45
9 Training Jangka Pendek Luar Negeri 49 30
10 Training Jangka Pendek Dalam Negeri 125 120
Total 468 394
Implementasi ISO 9001:2008
1. Pengembangan, evaluasi, penyempurnaan dan implementasi SOP
Prosedur operasional standar/Standard Operating Procedure (SOP) yang
dibuat, disusun dan digunakan oleh UPT lingkup BBP2TP adalah untuk memberi
jejak arsip dan keseragaman dalam tindakan operasionalnya. Penyusunan dan
jenis SOP yang dihasilkan tentu sangat beragam dan berbeda di masing-masing
BPTP/LPTP. Di dalam pelaksanaannya, diketahui tidak semua SOP yang sudah
dibuat dapat diterapkan dalam kegiatan operasional, bahkan ada kecenderungan
SOP hanya sekadar dokumen yang diletakkan di rak atau lemari karena ia tidak
dapat difungsikan sebagaimana mestinya. Oleh karena itu, diperlukan evaluasi
Laporan Akuntabilitas Kinerja BB Pengkajian 2014
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 79
secara rutin sehingga standar operasional prosedur (SOP) yang sudah dibuat
tersebut dapat selalu menjadi acuan/petunjuk yang operasional dalam
pelaksanaan kegiatan dan sifatnya selalu terkini.
Secara periodik dilakukan koordinasi bahwa dokumen SOP yang sudah
dibuat, disarankan bahkan diharuskan untuk diperbarui, khususnya apabila
adanya alur kerja yang berubah sehingga harus adanya pembaruan berdasarkan
keputusan auditor “jaminan mutu”. Dengan adanya audit jaminan mutu berkala
secara internal dan eksternal sebagai penilaian, perbaikan-perbaikan untuk
penyempurnaan harus dilakukan. Agar efektif maka SOP diharapkan agar disusun
dan dirumuskan oleh tim yang dibentuk dimasing-masing UPT dengan pelaksana
yang berkompeten, sehingga SOP yang dibuat sesuai dengan kebutuhan dan
keadaan atau kebutuhan yang sebenarnya. Tentunya SOP tersebut hendaknya
disosialisasikan untuk memastikan bahwa ketika implementasi memang sudah
siap dan sesuai dengan runtutan pelaksanaan uraian tugas. Selanjutnya perlu
dilakukan pemantauan berkala untuk menilai apakah ada kendala, kriteria yang
salah, tidak efektif, dll. Selanjutnya seluruh dokumen SOP yang telah direviu
tersebut didokumentasikan dengan baik karena berperan terhadap implementasi
penerapan Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008 dimasing-masing UPT.
2. Pengembangan, evaluasi, penyempurnaan dan implementasi
Standar mutu ISO 9001:2008
Dokumen ISO 9001:2008 adalah merupakan acuan untuk pelaksanaan
standar mutu untuk mendapatkan sertifikasi mutu atau maintenance lebih lanjut,
yang sekaligus juga sebagai bahan/standar penilaian dalam rangka audit
resertifikasi dan maintenance sertifikasi ISO tersebut. Berdasarkan hasil audit
terakhir diidentifikasi perlu adanya penyempurnaan Dokumen Mutu tersebut.
Untuk itu, Tim Implementasi ISO 9001:2008 BBP2TP telah mengundang
narasumber untuk membantu penyempurnaan Dokumen tersebut. Dokumen hasil
penyempurnaan seperti dalam Lampian. Perubahan atau revisi dokumen terutama
dilakukan dalam penetapan standar mutu dan prosedur agar dapat lebih
operasional dan dikaitkan dengan SOP dan terintegrasi dengan kegiatan Satlak PI.
Untuk selanjutnya Dokumen tesebut akan disosialisasikan kepada seluruh Staf
melalui Bidang, Bagian, Seksi, Sub Bagian dan Kelji secara keseluruhan untuk
diimplementasikan pada kegiatan selanjutnya di BBP2TP.
Laporan Akuntabilitas Kinerja BB Pengkajian 2014
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 80
3. Informasi indek kepuasan pelanggan
Dalam upaya mengetahui seberapa besar kepuasan pelanggan atas
kinerja pelayanan BBP2TP telah disebar dan dikompulasi berupa kuesioner yang
disebarkan kepada Instansi Eselon II dan III di Lingkup Balitbangtan. Dari hasil
kuesioner tersebut diperoleh nilai rata-rata sebesar 4,4 yang masuk ke dalam
kategori baik dilihat dari skala 1-5 (buruk-baik). Hal ini mengalami peningkatan
sebesar 0,1 bila dibandingkan dengan hasil survai pelanggan pada tahun 2013,
yaitu dengan nilai 4,3. Responden memberikan nilai beragam yaitu berkisar nilai
terkecil 3 dan terbesar 5, hal ini menunjukan bahwa kepuasan pelanggan sudah
cukup puas dengan pelayanan BBP2TP. Namun demikian, dari beberapa catatan
yang diperoleh perlu adanya perbaikan teutama dalam pelaksanaan kerjasama
baik dalam hal pelaksanaan kegiatan, pengkajian, maupun diseminasi hasil
pengkajian.nSebagian besar responden tidak memberikan komentar tambahan,
hanya terdapat dua masukan yang isinya hampir serupa, yaitu saran mengenai
peningkatan kerjasama dibidang informasi dan komunikasi.
4. Koordinasi, pembinaan dan pendampingan SOP, Standar Mutu dan
ISO 9001:2008 di BPTP/LPTP
Dalam rangka efisiensi dan karena berbagai hal kegiatan ini
pelaksanaannya disatukan dalam kegiatan Forum SPI Lingkup BBP2TP. Materi ini
merupakan salah satu bagian dari materi forum SPI BBP2TP. Dalam rangka
pelaksanaannya pembinaan ini dilakukan melalui penyampaian standar langkah
operasional yang diharapkan dapat dijadikan acuan dalam pelaksanaan standa
mutu untuk mencapai setifikasi ISO 9001:2008 di Lingkup BBP2TP yang di
dalamnya termasuk BPTP/LPTP di seluruh Indonesia.
Sistem Manajemen Mutu merupakan sistem manajemen yang berkualitas
yang digunakan sebagai pedoman dalam rangka pemantapan kelembagaan dan
manajemen sehingga mampu memberikan dukungan dan kontribusi positif untuk
menciptakan kinerja yang lebih baik, terutama dalam mencapai pengembangan
kelembagaan dan manajemen yang bermuara pada tercapainya Visi dan Misi.
Dengan adanya Implementasi ISO 9001 : 2008 akan membantu Kepala Unit
Kerja untuk pemantapan kelembagaan dan manajemen pengkajian dan
Pengembangan Teknologi Pertanian, sehingga mampu memberikan dukungan dan
kontribusi positif untuk menciptakan kinerja yang lebih baik terutama dalam
mencapai pengembangan kelembagaan dan manajemen balai besar yang
bermuara pada tecapainya kesejahteraan pegawai. Dalam implementasinya perlu
Laporan Akuntabilitas Kinerja BB Pengkajian 2014
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 81
dibuat dan dievaluasi SOP (Standar Operasional Prosedur) masing-masing tupoksi
pegawai sesuai dengan jam kerja pelayanan publik. Sehingga dengan dibuatnya
SOP diharapkan dapat membantu kelembagaan dan manajemen dapat
meningkatkan pelayanan terhadap publik dan menjadi tolok ukur dalam
mengevaluasi mutu dan kualitas dari suatu lembaga manajemen.
Peningkatan Kapasitas Kebun Percobaan
Untuk indikator jumlah Kebun Percobaan yang terfungsikan secara
produktif, data KP yang teridentifikasi sebanyak 58 KP yang tersebar di 24 BPTP.
Luas KP bervariasi dari yang terkecil seluas 0.12 Ha (KP Wamena-Papua) dan
yang terbesar seluas 307 Ha (KP Makariki). Luas KP seluruh BPTP adalah 1.989
Ha. Data ini mengalami penurunan dibandingkan pada data yang tercantum pada
laporan tengah tahun yaitu 2.364 Ha. Lokasi KP tersebar pada beberapa
agroekosistem. Sebanyak 39 KP berada di lahan kering baik lahan kering di
dataran rendah, dataran tinggi maupun berbukit, sedangkan sisanya 19 KP berada
di lahan sawah dan lahan pasang surut.Dengan demikian, komoditas yang
ditanam pun bervariasi. KP yang berada di lahan kering pada umumnya menanam
buah-buahan, tanaman perkebunan, sedangkan KP di lahan sawah digunakan
untuk menanam padi dan palawija.
Fungsi atau Pendayagunaan KP antara lain: (1) Penelitian dan Pengkajian,
(2) Produksi Benih Sumber/UPBS, (3) Kebun Koleksi Sumber Daya Genetik (SDG),
(4) Show Window Inovasi Teknologi, (5) Kebun Produksi dan Model Agribisnis, (6)
Pendukung Ketahanan Pangan, (7) Pelatihan/Agrowidyawisata. Berdasarkan
Gambar, kegiatan penelitian dan pengkajian merupakan kegiatan pendayagunaan
KP yang paling banyak dilakukan oleh BPTP dan juga digunakan untuk produksi
benih sumber (UPBS). BPTP tersebut antara lain: BPTP Sumsel, BPTP Babel, BPTP
Banten, BPTP Jateng, BPTP Jatim, BPTP Kalbar, BPTP Kalsel, BPTP Kalteng, BPTP
Kaltim, BPTP NTB, BPTP NTT, BPTP Sulut, BPTP Sulteng, BPTP Sultra, BPTP
Sulsel. Optimalisasi pemanfaatan lahan KP berdasarkan luas area lahan terdapat
pada Tabel.KP yang memiliki luas area > 250 Ha hanya terdapat di KP Bacan
Maluku Utara dan KP Makariki di Maluku.Namun demikian lahan tersebut belum
dikelola secara optimal (optimalisasi lahan <5%). Lahan yang terlalu luas dan
belum diberi pagar menjadi hambatan dalam pengelolaan dan keamanan KP
tersebut. Hambatan lainnya adalah lokasi KP yang jauh sehingga membutuhkan
waktu tempuh yang lama, kurang tersedianya sarana prasarana, juga
keterbatasan SDM pengelola KP. Pada Tabel juga dapat dilihat bahwa area lahan
yang < 100 Ha, telah dikelola dengan optimal untuk beragam kegiatan
Laporan Akuntabilitas Kinerja BB Pengkajian 2014
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 82
pemanfaatan maupun pendayagunaan KP. KP lingkup BB Pengkajian mayoritas
memiliki luas lahan KP ≤ 50 Ha.
Fungsi Kebun Percobaan
Dari jumlah Kebun Percobaan yang ada, jumlah yang dimanfaatkan
secara optimal dan yang kurang optimal tidak berbeda jauh. Jumlah KP yang
optimal sebanyak 27 sedangkan jumlah KP yang kurang optimal/idle sebanyak 29.
Pemanfaatan kebun percobaan diarahkan pada kerja sama BPTP dengan
pihak lain (mitra kerja sama). Pemanfaatan KP ini dapat dilakukan pada KP yang
arealnya luas dan tidak bisa lagi dikelola secara efisien oleh BPTP. Tata cara
pemanfaatan barang milik negara dalam hal ini kebun percobaan BPTP harus
mengacu pada Peraturan Menteri Keuangan Nomor : 96/PMK.06/2007 tentang
Tata Cara Pelaksanaan Penggunaan, Pemanfaatan, Penghapusan, dan
Pemindahtanganan Barang Milik Negara. Ada beberapa opsi atau bentuk kerja
sama yang dapat dilakukan, antara lain:
a. Kerja sama dengan koperasi, bisa dilakukan dalam bentuk kegiatan
perbenihan/perbibitan tanaman/ternak, produksi dengan sistem bagi hasil,
atau disewakan.
b. Kerja sama dengan Pemda
c. Kerja sama dengan swasta. Jenis kegiatan bisa dalam bentuk
penelitian/pengkajian, perbenihan/perbibitan, agrowisata, arena outbond,
kegiatan produksi dengan sistem bagi hasil atau disewakan.
d. Kerja sama dengan Perguruan Tinggi dan Lembaga Penelitian Lainnya.
Jenis kegiatan bisa dalam bentuk penelitian/pengkajian, pemanfaatan
sumber daya genetik
Laporan Akuntabilitas Kinerja BB Pengkajian 2014
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 83
Tabel 24. Persentase Optimalisasi Lahan KP Berdasarkan Luas Lahan
Luas Lahan (Ha) Frekuensi
Rata-rata % Optimalisasi
Lahan
0-50 46 58,3
51-100 3 62,8
101-150 5 18,7
151-200 2 17,3
201-250 - -
251-300 1 4,3
301-350 1 6,8
Unit Penangkaran Benih Sumber
Pengelolaan data UPBS lingkup BBP2TP tahun 2014 menggunakan sistem
informasi berbasis web. Data yang tersedia pada sekretariat UPBS antara lain:
(a) Produksi benih padi BPTP/LPTP 2014 (Desember, 2014), (b) Kebutuhan benih
beberapa komoditas tanaman pangan 2015, (c) Distribusi varietas padi 2014. d)
Data logistik benih per Desember 2014.
Hingga awal bulan Desember tahun 2014, sebanyak 66 varietas benih
padi telah diproduksi dari 33 UPBS BPTP/LPTP. Sama seperti tahun 2013, Inpari
13 merupakan varietas yang paling banyak diproduksi oleh UPBS BPTP/LPTP yaitu
52.673 kg kelas FS, 148.455 kg kelas SS, 187.034 kg kelas ES. Lima UPBS
BPTP/LPTP yang paling banyak memproduksi benih padi di tahun 2014 adalah
Aceh, Bali, Jateng, Sumatra Utara, Kalteng.
Berdasarkan data rekapitulasi pada SI UPBS 2014, distribusi varietas
benih padi dapat dikelompokkan ke dalam 5 kategori mitra, diantaranya petani
perseorangan, penangkar, swasta, pemerintah daerah dan kegiatan Badan
Litbang. Petani perseorangan adalah petani yang berada di kabupaten/kota yang
umumnya memperoleh benih kelas ES, sedangkan petani penangkar umumnya
memperoleh benih kelas SS. Pemerintah daerah yang memperoleh benih dari
UPBS BPTP/LPTP sebagai contoh BPSB, BPTP/LPTPH, Dinas Pertanian. Distribusi
benih padi terbesar terjadi pada bulan Desember.
Data ketersediaan/stok benih padi UPBS BPTP/LPTP yang dipublikasi
secara online bermanfaat untuk kegiatan promosi terutama untuk
Laporan Akuntabilitas Kinerja BB Pengkajian 2014
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 84
menginformasikan mengenai ketersediaan benih di UPBS BPTP/LPTP. Pada 4
Desember 2014, UPBS BPTP Sulawesi Tengah memiliki stok benih tertinggi yaitu
19.775 kg (FS), 48.180 kg SS di UPBS Papua. Stok benih tertinggi terdapat pada
bulan Desember. Pada Gambar perubahan data stok tidak terlihat besar,
sejumlah benih padi cukup besar didistribusikan seiring dengan peningkatan
produksi pada setiap bulannya. Dengan demikian jumlah stok benih terlihat kecil
perubahannya.
Gambar 27. Perkembangan UPBS tahun 2014
Target produksi benih sumber kedelai di 14 BPTP (Aceh, Sumut, Sumbar,
Jambi, Lampung, Banten, Jabar, Jateng, DIY, Jatim, NTB, Sulsel, Sultra dan
Kalsel) sebanyak 89,34 ton FS dan 1.384,3 ton SS dengan anggaran sebesar Rp
19.410.834.000,-. Hasil koordinasi peningkatan produksi benih sumber kedelai di
14 BPTP dari 5,9 ton BS menjadi 92 ton FS dan menghasilkan 798 ton SS. Dari
798 ton SS sebanyak 201 ton didistribusikan, 489 ton dijadikan stok sedangkan
sisanya 108 ton sedang dalam proses uji lab.
Laporan Akuntabilitas Kinerja BB Pengkajian 2014
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 85
5,9 Ton BS
92 Ton FS
798 Ton SS
Distribusi: 201 Ton Stok: 489 Ton Sedang Proses/Uji Lab.:
108 Ton
6. HASIL KOORDINASI PENINGKATAN PRODUKSI
BENIH SUMBER KEDELAI DI 14 BPTP
Pendokumentasian terkait kegiatan UPBS mencakup dokumen logistik per
bulan, sarpras, sebaran varietas tahun 2013, laporan hasil kunjungan lapang.
Sebagian UPBS telah memiliki sarpras yang memadai, dimana mayoritas UPBS
dalam kondisi lebih dari 50% sarpras tersedia. 11 BPTP/LPTP lainnya perlu dibina
untuk mendorong kelengkapan sarpras di UPBS masing-masing.
Laporan Akuntabilitas Kinerja BB Pengkajian 2014
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 86
Tabel 25. Persentase Pengelompokan Sarpras di 31 UPBS BPTP/LPTP
No
Kondisi
Kelengkapan
Sarpras UPBS (%)
BPTP/LPTP Jumlah
BPTP/LPTP
1 1-20% DKI, Sulbar, Sulut, Maluku, 4
2 21-40% Sumbar, Jambi, Bengkulu, DIY, Kaltim, Malut, Papua
Barat
7
3 41-60 % Sumsel, Babel, Jabar, Kalbar, Gorontalo, Papua 6
4 >60% Aceh, Sumut, Riau, Lampung, Banten, Jateng, Jatim,
Kalteng, Kalsel, NTB, NTT, Sulteng, Sultra, Sulsel
14
Total 31
Sumber: BPTP/LPTP, 2014 (diolah)
Pemutakhiran data logistik benih telah dilaksanakan secara berkala pada
setiap bulan dengan menggunakan Sistem Informasi UPBS berdasarkan input dari
UPBS BPTP/LPTP dan telah dilengkapi dengan penyediaan field untuk komoditas
hortikultura. Dalam rangka mendukung terwujudnya revitalisasi UPBS telah
dilaksanakan kegiatan koordinasi dengan penanggung jawab kegiatan UPBS dan
instansi terkait kegiatan UPBS lingkup Badan Litbang Pertanian.
Publikasi Bertaraf Nasional/Internasional
Kualitas kegiatan pengkajian salah satunya tercermin dari jumlah karya
tulis ilmiah yang dihasilkan oleh Peneliti/Penyuluh. Selama kurun waktu 2010-
2014, jumlah Karya Tulis Ilmiah yang dihasilkan BPTP/LPTP sepanjang periode
seluruhnya berjumlah 7.098, meliputi 5.923 prosing, 719 Jurnal Nasioal, 85 Jurnal
Internasional, 261 Buku dan lainnya, serta 110 KT yang belum dipublikasikan
(Tabel). Adapun jika dihitung per tahun, Indeks KTI masing-masing BPTP,
berkisar antara 0,25 – 4,53.
Bentuk media informasi tercetak yang diterbitkan pada Tahun Anggaran
2014 meliputi Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Tekknologi Pertanian;
Buletin Inovasi Pertanian Spesifik Lokasi, sebagai wadah untuk menginformasikan
inovasi teknologi hasil Penelitian dan pengkajian terapan, maupun opini/gagasan,
serta informasi perkembangan terkini; Prosiding Seminar; dan buku inovasi
pertanian.
Laporan Akuntabilitas Kinerja BB Pengkajian 2014
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 87
Tabel 26. Jumlah Karya Tulis Ilmiah Lingkup BB Pengkajian 2014
No Media Tercetak Jumlah Tulisan
1 Jurnal Pengkajian Volume 17 Nomor 1 tahun 2014 8 judul
2 Jurnal Pengkajian Volume 17 Nomor 2 8 judul
3 Jurnal Pengkajian Volume 17 Nomor 3 8 judul
4 Buletin Inovasi Pertanian Spesifik Lokasi Volume 1 Nomor
1 tahun 2014
7 judul
Updating Website
Terkait dengan jumlah website yang ter-update secara berkelanjutan di
33 BPTP, sebagai contoh yang telah dilakukan di BBP2TP, Pengembangan website
diawali dengan perancangan desain web yang mengakomodir dan di organisir
sedemikian rupa sehingga memudahkan bagi pengguna untuk menelusuri
informasi yang dibutuhkan. Setelah itu dilanjutkan dengan pengumpulan dan
pengemasan data dan informasi ke dalam situs web.
Pembaharuan informasi yang disajikan menjadi sangat penting di dalam
penyajian situs tersebut. Oleh karena itu pembaharuan atau update informasi
harus dilakukan sesering mungkin, sehingga para pengguna informasi dapat
mendapatkan informasi sesuai yang dibutuhkan. Tahun 2014 ini Website BBP2TP
yang dirancang lebih menarik dan dinamis dengan menggunakan Software Jomla
format CMS dan mengacu pada standar baku website yang ditetapkan Badan
Litbang Pertanian. Upload menggunakan software WinSCP. Situs BBP2TP untuk
dapat dinikmati oleh pengguna internet, selama ini menggunakan Hosting Badan
Litbang Departemen Pertanian dengan alamat http://www.bbp2tp.litbang.
deptan.go.id
Situs BBP2TP menampilkan publikasi-publikasi yang ada pada BBP2TP.
Menu yang di tampilkan pada Situs BBP2TP adalah: (1) Home: Berisi Berita terkini
yang dapat menarik perhatian orang yang mengunjungi web BBP2TP; (2) Inovasi
Pertanian: Berisi informasi inovasi pertanian hasil-hasil kegiatan pengkajian yang
dilakukan BPTP; (3) Tentang Kami: Terdiri dari sub-sub menu : Sejarah, Visi &
Misi, Tugas & Fungsi, Struktur Organisasi; (4) SDM: Berisi SDM yang ada pada
BBP2TP; (5) Publikasi: Menampilkan publikasi-publikasi yang ada di BBP2TP
seperti : Rekomendasi Teknologi, Juknis, Prosiding, dan lain sebagainya; (6) Kirim
Berita: Melalui fitur ini user dapat secara on line mengirimkan berita/informasi
memalui website ini, untuk selanjutnya setelah melalui verifikasi oleh redaksi,
artikel tersebut akan tampil di website; (7) Hubungi Kami: Berisi tentang alamat
Laporan Akuntabilitas Kinerja BB Pengkajian 2014
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 88
yang dapat di hubungi apabila kurang jelas dengan apa yang ada di situs dan
apabila membutuhkan keterangan yang lebih lanjut tentang BBP2TP.
Saat ini website BBP2TP dilengkapi dengan fasilitas forum diskusi yang
memungkinkan pengguna dapat berinteraksi dengan BBP2TP melalui fasilitas
website tersebut. Selain itu website ini dimanfaatkan sebagai media penyampaian
informasi/pengumuman penting terkait berbagai kegiatan di BBP2TP dan BPTP.
Adapun Sebaran Akses Bulanan terhadap Website BBP2TP untuk periode
Januari – Desember tahun 2014 sebagaimana disajikan pada Tabel 25.
Tabel 27. Akses bulanan terhadap website BB Pengkajian
Month Unique visitors Number of
visits Pages Hits Bandwidth
Jan 2014 3827 10843 80552 109613 7.19 GB
Feb 2014 3557 8883 72008 92691 6.06 GB
Mar 2014 4471 11820 79744 101410 5.85 GB
Apr 2014 4470 14694 142193 166714 10.88 GB
May 2014 3784 13394 178416 199146 11.24 GB
Jun 2014 3320 12536 228614 248542 14.71 GB
Jul 2014 3068 14120 312025 347576 19.33 GB
Aug 2014 3144 12546 180555 197316 11.49 GB
Sep 2014 3604 12149 114650 130129 8.67 GB
Oct 2014 4044 13387 115625 138460 10.54 GB
Nov 2014 3743 12538 82330 116750 7.95 GB
Dec 2014 10242 19723 102131 138134 6.87 GB
Total 51274 156633 1688843 1986481 120.78 GB
Kinerja Pendampingan 2010-2014
Kegiatan pendampingan 2011-2013 memiliki capaian IKU diatas 100%
(sangat berhasil), hal ini disebabkan target tersebut ditetapkan dalam satuan
laporan, namun realisasinya dihitung dalam jumlah lokasi yang dilakukan
pendampingan program strategis kementan. Hanya tahun 2010 capaiannya masih
rendah, yakni 79,2% (cukup berhasil). Tahun 2014 capaian IKU sebesar 100%
dan masuk dalam kategori berhasil.
Laporan Akuntabilitas Kinerja BB Pengkajian 2014
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 89
Tabel 28. Realisasi Output Pendampingan lingkup BBP2TP 2010-2014
SASARAN INDIKATOR
KINERJA
REALISASI (%)
2010 2011 2012 2013 2014
Meningkatnya
manajemen
pengkajian dan
pengembangan
inovasi
pertanian
Jumlah laporan
strategis
nasional/daerah
yang
memperoleh
pendampingan
inovasi oleh
BPTP dan
mencapai
target sasaran
(laporan/lokasi)
79,2 364,6 397,9 124 100
Faktor pendukung keberhasilan kegiatan pendampingan lingkup BBP2TP
tahun 2014 adalah intensifnya kegiatan koordinasi kegiatan pendampingan
dengan adanya kebijakan dari Kepala Balai Besar Pengkajian bahwa setiap
kegiatan pendampingan yang ada di BPTP harus memiliki Koordinator di Satker
BBP2TP. Hal ini menyebabkan intensifnya monitoring dan evaluasi kegiatan
pendampingan oleh Koordinator Kegiatan pendampingan di BPTP sehingga upaya
pencapaian target output senantiasa terpantau dan bila ada permasalahan di
lapang dapat segera ditindaklanjuti
Sasaran 4 :
Meningkatnya kerjasama nasional dan internasional
(di bidang pengkajian, diseminasi, dan pendayagunaan)
Untuk mencapai sasaran tersebut, diukur dengan satu indikator kinerja dengan
pencapaian targetnya adalah sebagai berikut:
Indikator Kinerja Target Realisasi %
Jumlah laporan kerjasama
pengkajian, pengembangan
dan pemanfaatan hasil
penelitian dan
pengembangan pertanian
32 laporan 32 laporan 290
Laporan Akuntabilitas Kinerja BB Pengkajian 2014
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 90
Kerja sama dalam negeri lingkup BBP2TP meliputi kerja sama dengan
Pemda, Swasta, Perguruan Tinggi, Litbang, dan lembaga penelitian nasional
lainnya yang ditandai dengan adanya MOU, kerja sama operasional dan kerja
sama lintas UK/UPT Badan Litbang. Kerja sama pada tahun 2011 lingkup BBP2TP
berjumlah 21 kegiatan, 87 kegiatan pada tahun 2012, 148 kerja sama tahun 2013
sedangkan pada tahun 2014 berjumlah 93 kerjasama. Berdasarkan hasil rekap
diketahui bahwa sebanyak 34% BPTP memiliki 1 dokumen kerjasama (NAd,
Sumsel, Banten, DIY, Kalbar, Bali, NTB, Sulut, Sulsel, dan Papua), 17,2% memiliki
2 kerjasama (Riau, Babel, Kalsel, Kaltim, Papua Barat), 27,6% memiliki 3
kerjasama (Bengkulu, Lampung, DKI, Jabar, Jatim, NTT, Sultra, Malut), 6,9%
memiliki 4-5 kerjasama (Sumut, Gorontalo,Sumbar, Maluku), sedangkan yang
memiliki kerjasama >5 sebesar yakni 3,4% (Jambi, 11 kerjasama) dan 3,4%
(jateng, 12 kerjasama). Kerjasama dalam negeri yang dimaksud dalam hal ini
adalah kegiatan kerjasama BPTP dengan lembaga pemerintah atau non
pemerintah yang ditandai dengan MoU dan kontrak kerjasama. Jumlah kerjasama
dapat dilihat pada Gambar berikut.
Gambar 28. Jumlah Kegiatan KerjasamaTahun 2010-2014
Jumlah Kegiatan Kerjasama Lingkup BBP2TP
Tahun 2010 - 2014
0
50
100
150
200
250
300
350
400
KDN
KLN
384
77
Jumlah Kegiatan Kerjasama Tahun 2010 - 2014
Jumlah Kegiatan
Kerjasama
Laporan Akuntabilitas Kinerja BB Pengkajian 2014
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 91
Tabel 29. Mitra Kerjasama Dalam Negeri lingkup BBP2TP 2010-2014
Mitra Kerjasama Dalam Negeri
Lingkup BBP2TP
Tahun
Kerjasama Jumlah
Kerjasama
per Tahun Pemda Swasta Perguruan
Tinggi Litbang
Lembaga Penelitian
Nasional Lainnya
2010 20 11 2 0 2 35
2011 11 9 0 0 1 21
2012 26 31 3 4 23 87
2013 47 21 11 57 12 148
2014 33 11 3 39 7 93
Kinerja Kerjasama 2010-2014
Capaian indikator jumlah laporan kerjasama pengkajian, pengembanga
dan pemanfaatan hasil penelitian dan pengembangan pertanian sejak 2011-2012
diatas 100% (kategori sangat berhasil), Tahun 2013-2014 sebesar 100%
(kategori berhasil), sedangkan capaian yang tidak mencapai 100% terjadi pada
tahun 2010 (kategori cukup berhasil).
Tahun 2011 capaian meningkat menjadi 91 dokumen kerjasama, terdiri
dari 79 dokumen kerjasama dalam negeri dan 12 dokumen kerjasama luar negeri.
Tahun 2012 capaian lebih rendah daripada tahun 2011 namun berdasarkan target
yang ditetapkan di 2012 capaian masih di atas 100%, output yang dihasilkan
yakni 30 dokumen kerjasama dalam negeri (tercatat hampir 80% kegiatan
dilakukan oleh BPTP bekerjasama dengan Pemda), dan 23 dokumen kerjasama luar
negeri (bentuk hibah dengan berbagai lembaga asing, baik kerjasama yang bersifat
bilateral maupun multilateral). Tahun 2013 tercapai sebanyak 34 laporan dari
target 34 laporan kerjasama, dengan jumlah mitra sebanyak 148 mitra kerjasama
berasal dari Pemda (47), Swasta (21), Perguruan Tinggi (11), litbang (57), dan
lembaga penelitian nasional lainnya (12).
Tahun 2014 jumlah kerjasama yang dihasilkan sebanyak 32 dokumen
kerjasama dari target 32 kerjasama (100%) dan melibatkan 93 mitra kerjasama
terdiri dari Pemda (33 mitra), Swasta (11 mitra), Perguruan Tinggi (3 mitra),
litbang (39 mitra), lembaga penelitian nasional lainnya (7 mitra). Hal ini
Laporan Akuntabilitas Kinerja BB Pengkajian 2014
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 92
dipengaruhi oleh aktifnya BBP2TP dan BPTP menjalin kerjasama dengan pihak
dalam negeri maupun luar negeri.
Tabel 30. Realisasi Jumlah Kerjasama lingkup BBP2TP 2010-2014 (%)
SASARAN INDIKATOR
KINERJA
REALISASI (%)
2010 2011 2012 2013 2014
Meningkatnya
kerjasama
nasional dan
internasional (di
bidang
pengkajian,
diseminasi dan
pendayagunaan)
Jumlah laporan
kerjasama
pengkajian,
pengembangan
dan
pemanfaatan
hasil penelitian
dan
pengembangan
pertanian
81,8 300 160,6 100 100
Sasaran 5 :
Meningkatnya sinergi operasional pengkajian dan
pengembangan inovasi pertanian
Untuk mencapai sasaran tersebut, diukur dengan satu indikator kinerja dengan
pencapaian target dari indikator kinerja adalah sebagai berikut:
Indikator Kinerja Target Realisasi %
Jumlah rekomendasi kebijakan
pembangunan nasional
51
rekomendasi
51
rekomendasi
100
Tabel 31. Rekomendasi Kebijakan lingkup BBP2TP 2014
No Rekomendasi Kebijakan Pembangunan Pertanian Jumlah Rekomendasi
1 Rekomendasi Kebijakan Pembangunan Pertanian Responsif dan Antisipatif 44
2 Pengembangan Pertanian Perkotaan 1
3 Rekomendasi Kebijakan Pembangunan Pertanian Ramah Lingkungan 1
4 Rekomendasi Kebijakan Pengembangan Kopi 1
5 Rekomendasi Peningkatan Produksi dan Produktivitas Padi Sawah 1
6 Rekomendasi Kebijakan Pengembangan Kedelai 1
7 Rekomendasi Kebijakan Pengembangan Ternak Sapi 1
8 Rekomendasi Strategi Peningkatan Produksi Kakao 1
Total 51
Laporan Akuntabilitas Kinerja BB Pengkajian 2014
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 93
Pada tahun anggaran 2014 telah dihasilkan sejumlah 51 rekomendasi
kebijakan atau telah tercapai 100% dari target yang telah ditetapkan.
Rekomendasi kebijakan yang dihasilkan berupa Rumusan kebijakan antisipatif dan
responsif spesifik wilayah, regional dan nasional yang sebagian besar terkait
dengan aspek sosial ekonomi dan komoditas pertanian, Rekomendasi Peningkatan
Produksi dan Produktivitas Padi Sawah, Rekomendasi Kebijakan Pengembangan
Kedelai, Pengembangan Pertanian Perkotaan, Rekomendasi Kebijakan
Pembangunan Pertanian Ramah Lingkungan, Rekomendasi Kebijakan
Pengembangan Kopi, Rekomendasi Strategi Peningkatan Produksi Kakao, dan
Rekomendasi Kebijakan Pengembangan Ternak Sapi.
Capaian jumlah rekomendasi kebijakan pembangunan nasional tahun
2011-2014 masuk dalam kategori berhasil karena mencapai 100% dari target
yang telah di tetapkan, hanya tahun 2010 yang tidak memenuhi target karena
pada tahun tersebut tidak semua BPTP mendapatkan alokasi dana untuk
melakukan kegiatan utama koordinasi dan sinkronisasi operasional pengkajian dan
pengembangan inovasi pertanian.
Tabel 32. Capaian Jumlah Rekomendasi Kebijakan lingkup BBP2TP 2010-2014
SASARAN INDIKATOR
KINERJA
REALISASI (%)
2010 2011 2012 2013 2014
Meningkatnya
sinergi
operasional
pengkajian dan
pengembangan
inovasi
pertanian
Jumlah
rekomendasi
kebijakan
pembangunan
nasional
(rekomendasi)
73,5 100 100 100 100
Tahun 2011-2012 rekomendasi kebijakan yang dihasilkan lebih banyak
terkait dengan aspek sosial ekonomi dan komoditas pertanian. Sebagai gambaran
adalah dari aspek ekonomi telah dihasilkan berbagai rekomendasi kebijakan yaitu
pengembangan M-KRPL, ketahanan dan diversifikasi pangan, peningkatan kinerja
lembaga penyuluhan, pengembangan pertanian organik, kelembagaan,
permodalan, pendampingan PUAP, pengembangan kawasan perbatasan,
pembangunan pertanian wilayah, strategi percepatan diseminasi inovasi pertanian
melalui SDMC, serta pemetaan AEZ. Sedangkan rekomendasi pada komoditas
Laporan Akuntabilitas Kinerja BB Pengkajian 2014
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 94
tanaman pangan yang telah dihasilkan diantaranya adalah PTT, pengembangan
lahan kering padi gogo, pengembangan atau peningkatan produksi padi, kedelai,
dan jagung. Disamping itu juga telah dihasilkan tujuh rekomendasi kebijakan
mengenai komoditas peternakan dan enam rekomendasi kebijakan perbenihan.
Sedangkan tahun anggaran 2013 telah dihasilkan sejumlah 66
rekomendasi kebijakan atau telah tercapai 100% dari target yang telah
ditetapkan. Rekomendasi kebijakan yang dihasilkan berupa Rumusan kebijakan
antisipatif dan responsif spesifik wilayah, regional dan nasional yang sebagian
besar terkait dengan aspek sosial ekonomi dan komoditas pertanian. Sebagai
gambaran adalah dari aspek ekonomi telah dihasilkan berbagai rekomendasi
kebijakan yaitu pengembangan M-KRPL, ketahanan dan diversifikasi pangan,
peningkatan kinerja lembaga penyuluhan, pengembangan pertanian organik,
kelembagaan, permodalan, pendampingan PUAP, pengembangan kawasan
perbatasan, pembangunan pertanian wilayah, strategi percepatan diseminasi
inovasi pertanian melalui SDMC, serta pemetaan AEZ. Sedangkan rekomendasi
pada komoditas tanaman pangan yang telah dihasilkan diantaranya adalah PTT,
pengembangan lahan kering padi gogo, pengembangan atau peningkatan
produksi padi, kedelai, dan jagung.
Hingga tahun 2014, banyak keberhasilan pembangunan sudah dirasakan
masyarakat di perdesaan dan di perkotaan dan di perkotaan. Perubahan tampak
dalam berbagai aspek, baik berupa pembangunan fisik maupun non fisik. Namun
demikian tuntutan pembangunan terus berlanjut seiring dinamika yang terjadi,
sehingga tidak terhindar dari isu-isu yang memerlukan solusi.
Laporan Akuntabilitas Kinerja BB Pengkajian 2014
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 95
IV. Akuntabilitas Keuangan Lingkup BB PENGKAJIAN
Pagu anggaran Satker BB Pengkajian 2014 dengan Nomor DIPA SP DIPA-
018.09.2.648673/2014 tanggal 5 Desember 2013 sebesar Rp. 30.696.136.000,-.
Selama kurun waktu tersebut, revisi anggaran DIPA telah dilakukan sebanyak 4
kali revisi menjadi Rp 27.721.706.000. Pagu awal lingkup BBP2TP tahun 2014
sebesar Rp 518.390.000.000,-, setelah direvisi pagu akhir menjadi Rp
480.844.134.000,- terdiri dari pagu belanja pegawai sebesar Rp
206.995.609.000; pagu belanja barang operasional sebesar Rp 39.363.219.000,- ;
pagu belanja barang non operasional Rp 190.367.012.000,-; serta pagu belanja
modal sebesar Rp 44.118.294.000,-
ANGGARAN LINGKUP BBP2TP TA 2010-2014 PER JENIS BELANJA
21
No. JENIS BELANJA Anggaran (Rp. M)
2010 2011 2012 2013 2014
1. Belanja Gaji 149,34 163,58 182,99 201,53 214,42
2. Operasional Perkantoran 20,49 23,01 29,72 32,69 38,952
3. Belanja Modal 28,73 23,03 37,53 124,89 43,20
4. Penelitian/Pengkajian 36,15 47,06 65,64 56,33 33,82
5. Kegiatan Strategis
Litbang 32,34 37,53 50,19 76,85 78,26
Pendampingan Program
Strategis Kemtan 24,39 28,31 37,87 57,97 58,79
6. Manajemen 27,30 28,52 46,82 49,60 50,93
T O T A L 318,74 351,05 450,76 599,87 518,39
4.1. Realisasi Anggaran
Total realisasi anggaran lingkup BB Pengkajian hingga 31 Desember 2014
berdasarkan data i-monev sebesar Rp. 456.400.080.936,- (94,92%%) dari total
anggaran yang dialokasikan dalam DIPA TA 2014, sedangkan total sisa anggaran
adalah sebesar Rp. 24.444.053.064,- (5,08%) dari pagu anggaran. Secara lebih
rinci dapat diuraikan bahwa realisasi dan sisa anggaran terdiri dari: (1) Realisasi
belanja pegawai sebesar Rp. 198.063.583.059,- atau 95,68% dari pagu sebesar
Rp 206.995.609.000; (2) Realisasi belanja barang operasional sebesar Rp.
38.039.603.246,- atau 96,64% dari pagu sebesar Rp 39.363.219.000; (3)
Realisasi belanja barang non operasional sebesar Rp. 177.611.453.972,- atau
93,29% dari pagu sebesar Rp 190.367.012.000,- dan (4) Realisasi belanja modal
adalah sebesar Rp. 42.685.440.659,- (96,75%) dari pagu sebesar Rp
44.118.294.000,-. Sedangkan berdasarkan data PMK 249, realisasi per 31
Desember 2014 sebesar Rp 449.779.892.529,- . Data realisasi PMK249 berbeda
dengan data i-monev, karena data PMK249 berdasarkan data SP2D sedangkan
Laporan Akuntabilitas Kinerja BB Pengkajian 2014
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 96
data imonev berdasarkan data SPM sehingga data realisasi i-monev lebih besar
daripada data realisasi PMK 249 (Tabel 31 dan 32).
Beberapa hambatan dalam merealisasikan DIPA unit kerja antara lain
disebabkan oleh kendala eksternal dan internal. Beberapa kendala eksternal
antara lain: (a) Adanya perubahan akun perjalanan yang menyebabkan
penambahan waku revisi POK/DIPA; (b) Tidak optimalnya sosialisasi tentang
perubahan akun, terutama akun perjalanan dinas, menyebabkan timbulnya
banyak keraguan di hampir sebagian besar Satker dalam mengimplementasikan
akun-akun perjalanan; (c) Sebagian kegiatan pengkajian dan diseminasi
teknologi pertanian, tergantung dari kebijakan sub sektor lain terutama dalam hal
penentuan lokasi dan calon petani koperator, sehingga diperlukan penyesuaian
waktu pelaksanaan kegiatan di lapangan. Hal ini tercermin dalam kegiatan-
kegiatan pendampingan seperti PTT, PKAH, PSDSK, dan lainnya; (d) Beberapa
kegiatan pengadaan bangunan gedung kantor dan sarana prasarana lainnya
terkendala oleh resistensi masyarakat terhadap pelaksanaan pembangunan
gedung (Kasus BPTP Kepri); (e) Komitmen sebagian dari pihak ketiga pelaksana
kegiatan pembangunan gedung dan sarana prasarana lainnya relatif kurang
sehingga tidak dapat menuntaskan pelaksanaan kegiatannya. Seluruh Satker
sudah menindaklanjuti hal dimaksud sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Belanja modal ada kendala dalam pekerjaan konstruksi, gedung tidak selesai dan
kontrak dengan rekanan sudah diputus. Sedangkan kendala internal lebih
disebabkan pada kinerja BPTP dalam melaksanakan kegiatannya yaitu: (a)
Kendala administrasi keuangan merupakan hal yang berpengaruh dalam
merealisasikan kegiatan, terutama kurangnya tenaga, dan kurang optimalnya para
pengelola keuangan dalam memfasilitasi kegiatan pengkajian dan
diseminasi; (b) Sebagian kegiatan lapangan seperti display VUB, m-KRPL, m-
P3MI, sangat tergantung dinamika iklim sehingga diperlukan beberapa
penyesuaian jadwal kegiatan terutama waktu tanam; (c) Beberapa BPTP yang
sudah diperiksa Inspektorat menemukan ketidakefisienan dalam alokasi anggaran
belanja barang sehingga tidak direalisasikan. Sebagai contoh adanya kendala
administrasi dan situasi di lapangan (adanya perubahan akun sehingga terhambat
pencairan dari KPPN, musim tanam, dll), ada alasan saran Itjen untuk pembelian
kebutuhan UPBS agar tidak diadakan karena tak punya gudang dan kendaraan
khusus UPBS, Ada barang yang harganya kemahalan, Ada barang yang mestinya
dapat difasilitasi di kegiatan. Rincian realisasi anggaran per BPTP sebagaimana
pada Tabel berikut.
Laporan Akuntabilitas Kinerja BB Pengkajian 2014
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 97
Tabel 33. Realisasi Anggaran Lingkup BB Pengkajian berdasarkan data i-monev 2014
Pegawai Barang Ops Barang Non Modal Pegawai % Barang Ops % Barang Non % Modal % Total %
1 BBP2TP 27,721,706,000 7,872,141,000 2,173,780,000 13,695,085,000 3,980,700,000 7,615,315,738 96.74% 2,142,264,051 98.55% 12,011,440,376 87.71% 3,897,089,775 97.90% 25,666,109,940 92.58%
2 BPTP Aceh 14,468,873,000 5,917,696,000 1,004,960,000 6,144,417,000 1,401,800,000 5,688,741,057 96.13% 962,008,007 95.73% 6,046,602,750 98.41% 1,247,644,000 89.00% 13,944,995,814 96.38%
3 BPTP Sumut 16,467,220,000 7,304,234,000 1,374,200,000 7,038,804,000 749,982,000 7,155,819,460 97.97% 1,367,257,046 99.49% 7,027,001,552 99.83% 748,190,916 99.76% 16,298,268,974 98.97%
4 BPTP Sumbar 23,378,273,000 13,704,458,000 2,081,630,000 6,542,186,000 1,049,999,000 12,629,910,289 92.16% 2,027,020,396 97.38% 6,512,338,245 99.54% 976,587,000 93.01% 22,145,855,930 94.73%
5 BPTP Bengkulu 9,737,331,000 4,627,915,000 1,066,330,000 3,513,086,000 530,000,000 4,589,209,449 99.16% 1,024,208,597 96.05% 3,414,388,585 97.19% 517,124,000 97.57% 9,544,930,631 98.02%
6 BPTP Riau 10,099,542,000 4,518,612,000 1,073,630,000 4,057,300,000 450,000,000 4,977,472,369 110.15% 1,274,972,754 118.75% 3,144,467,496 77.50% 422,912,637 93.98% 9,819,825,256 97.23%
7 BPTP Jambi 12,671,485,000 5,312,859,000 973,400,000 4,984,776,000 1,400,450,000 5,176,669,850 97.44% 873,432,659 89.73% 4,730,056,511 94.89% 1,373,529,000 98.08% 12,153,688,020 95.91%
8 BPTP Sumsel 11,208,483,000 5,025,038,000 884,650,000 4,623,795,000 675,000,000 4,901,502,880 97.54% 791,231,386 89.44% 4,189,607,153 90.61% 629,207,000 93.22% 10,511,548,419 93.78%
9 BPTP Lampung 15,470,558,000 7,051,159,000 1,463,365,000 6,050,509,000 905,525,000 7,022,725,782 99.60% 1,530,231,221 104.57% 5,718,641,071 94.52% 902,735,700 99.69% 15,174,333,774 98.09%
10 BPTP Jabar 22,761,085,000 9,356,142,000 1,438,340,000 11,432,528,000 534,075,000 8,941,805,021 95.57% 1,361,977,101 94.69% 10,359,239,747 90.61% 532,143,250 99.64% 21,195,165,119 93.12%
11 BPTP Jakarta 6,551,142,000 3,505,509,000 750,500,000 1,953,583,000 341,550,000 3,429,433,437 97.83% 749,236,835 99.83% 1,911,910,115 97.87% 339,612,000 99.43% 6,430,192,387 98.15%
12 BPTP Jateng 29,777,800,000 13,940,058,000 1,524,040,000 9,956,202,000 4,357,500,000 13,821,032,245 99.15% 1,498,545,287 98.33% 9,350,475,875 93.92% 4,340,948,000 99.62% 29,011,001,407 97.42%
13 BPTP DIY 17,601,206,000 8,273,696,000 1,069,580,000 5,468,337,000 2,789,593,000 7,983,311,304 96.49% 1,057,210,310 98.84% 5,438,187,362 99.45% 2,512,489,460 90.07% 16,991,198,436 96.53%
14 BPTP Jatim 31,087,209,000 13,846,475,000 1,733,300,000 12,885,655,000 2,621,779,000 12,905,081,186 93.20% 1,597,427,314 92.16% 11,803,556,995 91.60% 2,501,260,000 95.40% 28,807,325,495 92.67%
15 BPTP Bali 11,977,492,000 5,585,518,000 790,100,000 4,805,874,000 796,000,000 5,581,815,568 99.93% 747,755,499 94.64% 4,714,111,729 98.09% 786,790,285 98.84% 11,830,473,081 98.77%
16 BPTP NTB 16,226,587,000 7,162,451,000 1,113,420,000 7,753,716,000 197,000,000 7,009,449,562 97.86% 1,114,425,708 100.09% 6,960,757,601 89.77% 191,805,000 97.36% 15,276,437,871 94.14%
17 BPTP NTT 17,395,965,000 9,657,095,000 1,484,290,000 4,640,456,000 1,614,124,000 9,330,902,808 96.62% 1,429,505,879 96.31% 4,156,953,616 89.58% 1,603,312,700 99.33% 16,520,675,003 94.97%
18 BPTP Sulut 12,563,726,000 6,612,864,000 928,100,000 4,546,742,000 476,020,000 6,048,992,358 91.47% 1,076,569,079 116.00% 4,114,256,366 90.49% 466,508,000 98.00% 11,706,325,803 93.18%
19 BPTP Sulteng 10,494,736,000 4,925,299,000 1,408,610,000 3,393,827,000 767,000,000 4,717,604,890 95.78% 1,408,609,876 100.00% 3,384,881,639 99.74% 758,942,400 98.95% 10,270,038,805 97.86%
20 BPTP Sulsel 25,975,136,000 13,728,466,000 2,736,000,000 8,576,270,000 934,400,000 13,122,851,980 95.59% 2,699,111,429 98.65% 8,572,246,713 99.95% 933,022,940 99.85% 25,327,233,062 97.51%
21 BPTP Sultra 12,761,646,000 5,796,820,000 1,189,680,000 4,307,646,000 1,467,500,000 5,815,993,422 100.33% 787,963,705 66.23% 4,280,779,368 99.38% 1,461,041,800 99.56% 12,345,778,295 96.74%
22 BPTP Kalteng 8,873,410,000 3,519,917,000 918,630,000 4,053,113,000 381,750,000 3,229,771,903 91.76% 903,585,117 98.36% 3,985,198,399 98.32% 381,690,000 99.98% 8,500,245,419 95.79%
23 BPTP Kalbar 11,506,716,000 4,992,219,000 928,130,000 4,786,367,000 800,000,000 4,753,559,341 95.22% 842,753,745 90.80% 4,356,022,803 91.01% 787,106,400 98.39% 10,739,442,289 93.33%
24 BPTP Kaltim 9,336,635,000 3,892,860,000 840,820,000 4,224,455,000 378,500,000 3,642,159,045 93.56% 821,316,930 97.68% 3,655,843,596 86.54% 370,550,000 97.90% 8,489,869,571 90.93%
25 BPTP Kalsel 14,106,712,000 6,262,559,000 1,099,440,000 5,717,223,000 1,027,490,000 5,686,621,965 90.80% 1,039,433,654 94.54% 5,375,732,876 94.03% 876,428,000 85.30% 12,978,216,495 92.00%
26 BPTP Maluku 11,661,869,000 5,842,705,000 1,051,034,000 4,205,250,000 562,880,000 5,458,331,407 93.42% 1,050,004,293 99.90% 3,882,781,230 92.33% 562,680,000 99.96% 10,953,796,930 93.93%
27 BPTP Papua 13,065,686,000 4,414,834,000 1,096,580,000 6,947,346,000 606,926,000 3,453,367,412 78.22% 687,686,050 62.71% 6,818,851,226 98.15% 549,317,946 90.51% 11,509,222,634 88.09%
28 BPTP Banten 9,334,212,000 3,520,909,000 895,375,000 3,973,649,000 944,279,000 3,366,001,698 95.60% 846,629,162 94.56% 3,172,055,862 79.83% 905,568,850 95.90% 8,290,255,572 88.82%
29 BPTP Babel 11,160,080,000 2,465,358,000 1,261,390,000 3,864,380,000 3,568,952,000 2,237,017,776 90.74% 1,261,061,800 99.97% 3,747,445,000 96.97% 3,561,135,000 99.78% 10,806,659,576 96.83%
30 BPTP Malut 9,538,831,000 2,181,785,000 796,720,000 3,946,066,000 2,614,260,000 1,975,347,500 90.54% 726,117,084 91.14% 3,774,425,289 95.65% 2,413,647,800 92.33% 8,889,537,673 93.19%
31 BPTP Gorontalo 6,650,007,000 2,303,293,000 599,590,000 3,470,874,000 276,250,000 1,984,132,946 86.14% 589,209,405 98.27% 3,346,909,848 96.43% 274,150,000 99.24% 6,194,402,199 93.15%
32 BPTP Papua Barat 6,779,269,000 1,758,652,000 768,725,000 4,251,892,000 - 1,717,031,522 97.63% 907,818,817 118.09% 3,590,103,298 84.44% - 6,214,953,637 91.68%
33 LPTP Sulbar 7,108,554,000 1,317,067,000 449,800,000 2,713,677,000 2,628,010,000 1,296,476,995 98.44% 461,920,973 102.69% 2,451,382,147 90.33% 2,591,269,300 98.60% 6,801,049,415 95.67%
34 LPTP Kepri 5,324,952,000 798,946,000 395,080,000 1,841,926,000 2,289,000,000 798,122,894 99.90% 381,102,077 96.46% 1,612,801,533 87.56% 2,269,001,500 99.13% 5,061,028,004 95.04%
480,844,134,000 206,995,609,000 39,363,219,000 190,367,012,000 44,118,294,000 198,063,583,059 95.68% 38,039,603,246 96.64% 177,611,453,972 93.30% 42,685,440,659 96.75% 456,400,080,936 94.92%
No. SatkerPagu Per Belanja Realisasi Per Belanja
Pagu Anggaran
Laporan Akuntabilitas Kinerja BB Pengkajian 2014
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 98
Tabel 34. Realisasi Anggaran berdasarkan Output kegiatan (Data PMK 249)
KODE OUTPUT ANGGARAN
PAGU REALISASI %
1801.003 Laporan Pengelolaan satker (unit) 35,859,200,000 33,972,654,347 94,74%
1801.008 Laporan Kerjasama, Pengkajian, Penembangan dan Pemanfaatan Hasil Litbang (laporan)
3,311,000,000 3,158,560,506 95,40%
1801.010 Laporan Koordinasi dan Sinkronisasi Kegiatan Satker (Laporan) 6,753,500,000 6,154,154,613 91,13%
1801.013 Teknologi Spesifik Lokasi 33,650,600,000 31,881,395,916 94,74%
1801.015 Rekomendasi kebijakan Pembangunan 3,477,300,000 3,053,408,977 87,81%
1801.016 Pengelolaan instalasi pengkajian (unit) 3,415,300,000 3,220,844,120 94,31%
1801.018 Teknologi yang terdiseminasi ke pengguna 17,836,040,000 17,185,167,311 96,35%
1801.019 Laporan pelaksanaan kegiatan pendampingan inovasi pertanian dan program strategis nasional
55,792,300,000 52,040,906,112 93,28%
1801.024 Pengadaan buku (buah) 95,000,000 94,908,025 99,90%
1801.025 Produksi benih (ton) 30,292,100,000 27,785,736,796 91,73%
1801.994 Layanan perkantoran (bulan) 246,358,800,000 228,560,107,761 92,78%
1801.995 Kendaraan bermotor (unit) 2,690,200,000 2,656,866,500 98,76%
1801.996 Perangkat Pengolah Data dan Komunikasi 2,817,200,000 2,793,049,184 99,14%
1801.997 Peralatan dan Fasilitas Perkantoran (unit) 12,123,100,000 11,771,486,150 97,10%
1801.998 Gedung/Bangunan (m2) 26,372,500,000 25,450,646,211 96,50%
TOTAL 480.844.140.000 449.779.892.529 93,54%
Laporan Akuntabilitas Kinerja BB Pengkajian 2014
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 99
4.2. Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP)
Penerimaan Negara terdiri dari penerimaan perpajakan dan penerimaan
Negara Bukan Pajak (PNBP). Pada tahun anggaran 2014 realisasi pendapatan
Negara BB Pengkajian sampai dengan Desember 2014 adalah sebagai berikut :
Penerimaan Perpajakan
Penerimaan Perpajakan pada BB Pengkajian sampai dengan Desember
2014 tidak ada dikarenakan Penerimaan Perpajakan khusus Kementerian
Keuangan.
Penerimaan Negara Bukan pajak
Dalam melaksanakan tugasnya Balai Besar Pengkajian memerlukan
dukungan sumber dana yang memadai, baik dari pemerintah, mitra kerjasama
dan dari kegiatan yang menghasilkan penerimaan negara bukan pajak (PNBP).
Dana tersebut sangat diperlukan untuk mendukung biaya pemeliharaan fasilitas
dan sarana, memperbaiki tenaga penunjang lainnya. Penggalian dana juga
sedang dirintis dengan menjalin kemitraan dengan pihak lain, komersialisasi hasil
litbang dan intensifikasi penerimaan negara bukan pajak terutama penerimaan
fungsional dan akan terus ditingkatkan sehingga kedepan diharapkan sumber
dana yang diperlukan tidak hanya tergantung dari ketersediaan APBN.
Target Penerimaan Negara Bukan Pajak Balai Besar Pengkajian dan
Pengembangan Teknologi Pertanian (BBP2TP) Tahun Anggaran 2014 sebesar
Rp. 15.000.000,-. Realisasi penerimaan Negara Bukan Pajak BBP2TP Bogor
sampai bulan Desember 2014 sebesar Rp. 56.809.104,- dari target penerimaan
atau 378,73%. Penerimaan PNBP tersebut terdiri dari Penerimaan Umum sebesar
Rp.40.529.104,- dan Penerimaan Fungsional sebesar Rp.16.820.000,-. Adapun
Penerimaan Umum yaitu Penerimaan PNBP yang tidak bisa digunakan kembali,
Penerimaan Umum berasal dari Penerimaan Kembali Belanja Pegawai Pusat TAYL
(Kode 423911) dan Pendapatan Pelunasan Ganti Rugi atas Kerugian yang diderita
oleh Negara (TP/TGR) (Kode 423922) Sedangkan Penerimaan Fungsional yaitu
Penerimaan PNBP yang bisa digunakan kembali, dan Penerimaan Fungsional
hanya berasal dari Pendapatan Jasa Lainnya yaitu Sewa Mess (Kode 423291).
Sesuai Keputusan Menteri Keuangan No. 69/KMK.02/2009, penggunaan
kembali PNBP rata-rata Satuan Kerja sebesar 94,02% dari penerimaan fungsional
yang diharapkan dapat menjadi pendorong upaya intensifikasi dan ekstensifikasi
PNBP di BBP2TP. Adapun dasar pemungutan tarif PNBP diatur dalam PP 48 tahun
2012. Target Penerimaan dan Realisasi PNBP tahun 2014 mengalami peningkatan,
Laporan Akuntabilitas Kinerja BB Pengkajian 2014
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 100
hal ini dikarenakan adanya kenaikan / revisi tarif yang baru dan semakin tingginya
tingkat penyewaan mess di BBP2TP Bogor oleh instansi Kementerian Pertanian
dan instansi lainnya sehingga pendapatan sewa mess yang merupakan
penerimaan fungsional ikut mengalami peningkatan.
Tabel 35. Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) per Desember 2014
BELANJA Uraian
Estimasi
Pendapatan
2014 (Rp.)
Realisasi Pendapatan
s/d Desember 2014
Fungsional Umum
423119 Pendapatan dan Penjualan
lainnya - - -
423129
Pendapatan dari
Pemindahtanganan BMN
Lainnya
- - -
423141 Pendapatan Sewa Tanah,
Gedung dan Bangunan - - -
423143 Pendapatan Sewa Benda-
benda Bergerak - - -
423221 Pendapatan Jasa Lembaga
Keuangan (Jasa Giro) - - -
423291 Pendapatan Jasa Lainnya 15.000.000 16.280.000 -
423911
Penerimaan Umum berasal
dari Penerimaan Kembali
Belanja Pegawai Pusat TAYL
- - 12.740.000
423922
Pendapatan Pelunasan Ganto
Rugi atas Kerugian yang
Diderita Oleh Negara
(TP/TGR)
- - 27.789.104
423999 Pendapatan Anggaran
Lainnya - - -
Jumlah Pendapatan 15.000.000 16.280.000 40.529.104
Laporan Akuntabilitas Kinerja BB Pengkajian 2014
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 101
V. PENUTUP
Secara umum hasil analisis evaluasi kinerja dan capaian kinerja
menunjukkan bahwa kinerja kegiatan penelitian dan pengkajian Balai Besar
Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian dan sasaran kumulatif tahun
2014 telah dicapai dengan baik. Hal ini ditunjukkan oleh beberapa hal antara lain :
1. Capaian indikator kinerja kegiatan penelitian BPTP tahun 2014 umumnya
telah terealisasi sesuai dengan target atau tujuan yang telah ditetapkan
sebelumnya. Dengan kata lain kegiatan yang direncanakan telah dapat
dilaksanakan dengan cukup baik. Demikian pula, dengan capaian lima sasaran
kumulatif BB Pengkajian dalam tahun 2014, baik yang mencakup keluaran
kegiatan penelitian maupun kegiatan diseminasi teknologi dan kerjasama
penelitian juga menunjukkan kinerja yang baik. Hal ini terlihat dari realisasi
capaian dan target yang telah ditetapkan (100%).
2. Jika dibandingkan dengan capaian dalam tahun 2010-2014, Khusus untuk
capaian Indikator Kinerja Utama (IKU) Tahun 2010 yang tidak tercapai 100%
yaitu “Jumlah Teknologi yang Didiseminasikan ke Pengguna” serta “Jumlah
Rekomendasi Kebijakan” disebabkan karena tidak semua BPTP mendapatkan
alokasi anggaran pendampingan untuk melakukan kegiatan koordinasi dan
sinkronisasi operasional pengkajian dan pengembangan inovasi pertanian,
yang pada saat itu dilaksanakan melalui kegiatan FEATI. Sedangkan untuk
capaian IKU diatas 100% khususnya pada “Jumlah kegiatan pendampingan
model diseminasi spektrum multi channel dan program strategis
nasional/daerah”, disebabkan karena target tersebut ditetapkan dalam satuan
laporan, sedangkan realisasinya dihitung dari jumlah lokasi yang dilakukan
pendampingan program strategis Kementan.
3. Senjang gap antara RKT dan PKT tahun 2014 untuk teknologi pertanian
unggulan spesifik lokasi sebesar 6,48% atau sekitar 7 teknologi, sementara
untuk teknologi yang didiseminasikan kepada pengguna/stakeholder adalah
3,125% atau sebesar 10 teknologi. Senjang (gap) peningkatan kinerja
tersebut khususnya pada peningkatan kualitas sumber daya manusia serta
kerja sama yang baik dengan instansi terkait sehingga diharapkan kualitas
pengkajian dan diseminasi teknologi pertanian yang dihasilkan benar-benar
sesuai dengan kebutuhan pengguna baik bagi pengambil kebijakan di daerah
maupun petani pengguna rakitan teknologi. Dalam hal sinergi kerjasama
dengan Daerah, maka pada masa yang akan datang agar diupayakan untuk
Laporan Akuntabilitas Kinerja BB Pengkajian 2014
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 102
meningkatkan frekuensi sosialisasi kerjasama dengan stakeholder untuk
menjalin kerjasama dalam bentuk MoU sehingga didapatkan persamaan
persepsi masalah pendanaan dan pengadministrasian kerjasama secara legal.
4. Langkah-langkah untuk memperbaiki kinerja kegiatan pengkajian dan
diseminasi adalah :
a. Melakukan pola kerjasama Balit Komoditas dengan BPTP agar terjadi
transfer pengetahuan dari tenaga peneliti Balit ke peneliti yang ada di
BPTP dan secara bertahap mengatasi permasalahan SDM yang belum
memadai.
b. Perlunya inventarisasi teknologi atau komponen teknologi yang telah
dihasilkan Balit Komoditas secara berkala untuk mendapatkan inovasi
baru dan merakit teknologi yang mengikuti berkembangnya usahatani
yang berwawasan agribisnis, bernilai tambah, serta berwawasan
lingkungan.
Laporan Akuntabilitas Kinerja BB Pengkajian 2014
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 103
LAMPIRAN
Laporan Akuntabilitas Kinerja BB Pengkajian 2014
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 104
Struktur organisasi berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian Nomor
39/Permentan/OT.140/3/2013 tanggal 11 Maret 2013, tentang Organisasi dan Tata
Kerja Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian
Struktur Organisasi
Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian
SEKSI EVALUASI
SEKSI PROGRAM
BIDANG PROGRAM DAN
EVALUASI
SUBBAGIAN
KEPEGAWAIAN
SUBBAGIAN
KEUANGAN
SUBBAGIAN
RUMAH TANGGA
DAN
PERLENGKAPAN
BAGIAN TATA USAHA
KEPALA BALAI BESAR
KELOMPOK
JABATAN FUNGSIONAL
SEKSI KERJASAMA
SEKSI
PENDAYAGUNAAN
HASIL PENGKAJIAN
BIDANG KERJA SAMA DAN
PENDAYAGUNAAN HASIL
PENGKAJIAN
Laporan Akuntabilitas Kinerja BB Pengkajian 2014
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 105
Laporan Akuntabilitas Kinerja BB Pengkajian 2014
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 106
Laporan Akuntabilitas Kinerja BB Pengkajian 2014
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 107
Laporan Akuntabilitas Kinerja BB Pengkajian 2014
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 108
Laporan Akuntabilitas Kinerja BB Pengkajian 2014
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 109
Laporan Akuntabilitas Kinerja BB Pengkajian 2014
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 110
Realisasi Anggaran Lingkup BB Pengkajian berdasarkan data i-monev 2014
Pegawai Barang Ops Barang Non Modal Pegawai % Barang Ops % Barang Non % Modal % Total %
1 BBP2TP 27,721,706,000 7,872,141,000 2,173,780,000 13,695,085,000 3,980,700,000 7,615,315,738 96.74% 2,142,264,051 98.55% 12,011,440,376 87.71% 3,897,089,775 97.90% 25,666,109,940 92.58%
2 BPTP Aceh 14,468,873,000 5,917,696,000 1,004,960,000 6,144,417,000 1,401,800,000 5,688,741,057 96.13% 962,008,007 95.73% 6,046,602,750 98.41% 1,247,644,000 89.00% 13,944,995,814 96.38%
3 BPTP Sumut 16,467,220,000 7,304,234,000 1,374,200,000 7,038,804,000 749,982,000 7,155,819,460 97.97% 1,367,257,046 99.49% 7,027,001,552 99.83% 748,190,916 99.76% 16,298,268,974 98.97%
4 BPTP Sumbar 23,378,273,000 13,704,458,000 2,081,630,000 6,542,186,000 1,049,999,000 12,629,910,289 92.16% 2,027,020,396 97.38% 6,512,338,245 99.54% 976,587,000 93.01% 22,145,855,930 94.73%
5 BPTP Bengkulu 9,737,331,000 4,627,915,000 1,066,330,000 3,513,086,000 530,000,000 4,589,209,449 99.16% 1,024,208,597 96.05% 3,414,388,585 97.19% 517,124,000 97.57% 9,544,930,631 98.02%
6 BPTP Riau 10,099,542,000 4,518,612,000 1,073,630,000 4,057,300,000 450,000,000 4,977,472,369 110.15% 1,274,972,754 118.75% 3,144,467,496 77.50% 422,912,637 93.98% 9,819,825,256 97.23%
7 BPTP Jambi 12,671,485,000 5,312,859,000 973,400,000 4,984,776,000 1,400,450,000 5,176,669,850 97.44% 873,432,659 89.73% 4,730,056,511 94.89% 1,373,529,000 98.08% 12,153,688,020 95.91%
8 BPTP Sumsel 11,208,483,000 5,025,038,000 884,650,000 4,623,795,000 675,000,000 4,901,502,880 97.54% 791,231,386 89.44% 4,189,607,153 90.61% 629,207,000 93.22% 10,511,548,419 93.78%
9 BPTP Lampung 15,470,558,000 7,051,159,000 1,463,365,000 6,050,509,000 905,525,000 7,022,725,782 99.60% 1,530,231,221 104.57% 5,718,641,071 94.52% 902,735,700 99.69% 15,174,333,774 98.09%
10 BPTP Jabar 22,761,085,000 9,356,142,000 1,438,340,000 11,432,528,000 534,075,000 8,941,805,021 95.57% 1,361,977,101 94.69% 10,359,239,747 90.61% 532,143,250 99.64% 21,195,165,119 93.12%
11 BPTP Jakarta 6,551,142,000 3,505,509,000 750,500,000 1,953,583,000 341,550,000 3,429,433,437 97.83% 749,236,835 99.83% 1,911,910,115 97.87% 339,612,000 99.43% 6,430,192,387 98.15%
12 BPTP Jateng 29,777,800,000 13,940,058,000 1,524,040,000 9,956,202,000 4,357,500,000 13,821,032,245 99.15% 1,498,545,287 98.33% 9,350,475,875 93.92% 4,340,948,000 99.62% 29,011,001,407 97.42%
13 BPTP DIY 17,601,206,000 8,273,696,000 1,069,580,000 5,468,337,000 2,789,593,000 7,983,311,304 96.49% 1,057,210,310 98.84% 5,438,187,362 99.45% 2,512,489,460 90.07% 16,991,198,436 96.53%
14 BPTP Jatim 31,087,209,000 13,846,475,000 1,733,300,000 12,885,655,000 2,621,779,000 12,905,081,186 93.20% 1,597,427,314 92.16% 11,803,556,995 91.60% 2,501,260,000 95.40% 28,807,325,495 92.67%
15 BPTP Bali 11,977,492,000 5,585,518,000 790,100,000 4,805,874,000 796,000,000 5,581,815,568 99.93% 747,755,499 94.64% 4,714,111,729 98.09% 786,790,285 98.84% 11,830,473,081 98.77%
16 BPTP NTB 16,226,587,000 7,162,451,000 1,113,420,000 7,753,716,000 197,000,000 7,009,449,562 97.86% 1,114,425,708 100.09% 6,960,757,601 89.77% 191,805,000 97.36% 15,276,437,871 94.14%
17 BPTP NTT 17,395,965,000 9,657,095,000 1,484,290,000 4,640,456,000 1,614,124,000 9,330,902,808 96.62% 1,429,505,879 96.31% 4,156,953,616 89.58% 1,603,312,700 99.33% 16,520,675,003 94.97%
18 BPTP Sulut 12,563,726,000 6,612,864,000 928,100,000 4,546,742,000 476,020,000 6,048,992,358 91.47% 1,076,569,079 116.00% 4,114,256,366 90.49% 466,508,000 98.00% 11,706,325,803 93.18%
19 BPTP Sulteng 10,494,736,000 4,925,299,000 1,408,610,000 3,393,827,000 767,000,000 4,717,604,890 95.78% 1,408,609,876 100.00% 3,384,881,639 99.74% 758,942,400 98.95% 10,270,038,805 97.86%
20 BPTP Sulsel 25,975,136,000 13,728,466,000 2,736,000,000 8,576,270,000 934,400,000 13,122,851,980 95.59% 2,699,111,429 98.65% 8,572,246,713 99.95% 933,022,940 99.85% 25,327,233,062 97.51%
21 BPTP Sultra 12,761,646,000 5,796,820,000 1,189,680,000 4,307,646,000 1,467,500,000 5,815,993,422 100.33% 787,963,705 66.23% 4,280,779,368 99.38% 1,461,041,800 99.56% 12,345,778,295 96.74%
22 BPTP Kalteng 8,873,410,000 3,519,917,000 918,630,000 4,053,113,000 381,750,000 3,229,771,903 91.76% 903,585,117 98.36% 3,985,198,399 98.32% 381,690,000 99.98% 8,500,245,419 95.79%
23 BPTP Kalbar 11,506,716,000 4,992,219,000 928,130,000 4,786,367,000 800,000,000 4,753,559,341 95.22% 842,753,745 90.80% 4,356,022,803 91.01% 787,106,400 98.39% 10,739,442,289 93.33%
24 BPTP Kaltim 9,336,635,000 3,892,860,000 840,820,000 4,224,455,000 378,500,000 3,642,159,045 93.56% 821,316,930 97.68% 3,655,843,596 86.54% 370,550,000 97.90% 8,489,869,571 90.93%
25 BPTP Kalsel 14,106,712,000 6,262,559,000 1,099,440,000 5,717,223,000 1,027,490,000 5,686,621,965 90.80% 1,039,433,654 94.54% 5,375,732,876 94.03% 876,428,000 85.30% 12,978,216,495 92.00%
26 BPTP Maluku 11,661,869,000 5,842,705,000 1,051,034,000 4,205,250,000 562,880,000 5,458,331,407 93.42% 1,050,004,293 99.90% 3,882,781,230 92.33% 562,680,000 99.96% 10,953,796,930 93.93%
27 BPTP Papua 13,065,686,000 4,414,834,000 1,096,580,000 6,947,346,000 606,926,000 3,453,367,412 78.22% 687,686,050 62.71% 6,818,851,226 98.15% 549,317,946 90.51% 11,509,222,634 88.09%
28 BPTP Banten 9,334,212,000 3,520,909,000 895,375,000 3,973,649,000 944,279,000 3,366,001,698 95.60% 846,629,162 94.56% 3,172,055,862 79.83% 905,568,850 95.90% 8,290,255,572 88.82%
29 BPTP Babel 11,160,080,000 2,465,358,000 1,261,390,000 3,864,380,000 3,568,952,000 2,237,017,776 90.74% 1,261,061,800 99.97% 3,747,445,000 96.97% 3,561,135,000 99.78% 10,806,659,576 96.83%
30 BPTP Malut 9,538,831,000 2,181,785,000 796,720,000 3,946,066,000 2,614,260,000 1,975,347,500 90.54% 726,117,084 91.14% 3,774,425,289 95.65% 2,413,647,800 92.33% 8,889,537,673 93.19%
31 BPTP Gorontalo 6,650,007,000 2,303,293,000 599,590,000 3,470,874,000 276,250,000 1,984,132,946 86.14% 589,209,405 98.27% 3,346,909,848 96.43% 274,150,000 99.24% 6,194,402,199 93.15%
32 BPTP Papua Barat 6,779,269,000 1,758,652,000 768,725,000 4,251,892,000 - 1,717,031,522 97.63% 907,818,817 118.09% 3,590,103,298 84.44% - 6,214,953,637 91.68%
33 LPTP Sulbar 7,108,554,000 1,317,067,000 449,800,000 2,713,677,000 2,628,010,000 1,296,476,995 98.44% 461,920,973 102.69% 2,451,382,147 90.33% 2,591,269,300 98.60% 6,801,049,415 95.67%
34 LPTP Kepri 5,324,952,000 798,946,000 395,080,000 1,841,926,000 2,289,000,000 798,122,894 99.90% 381,102,077 96.46% 1,612,801,533 87.56% 2,269,001,500 99.13% 5,061,028,004 95.04%
480,844,134,000 206,995,609,000 39,363,219,000 190,367,012,000 44,118,294,000 198,063,583,059 95.68% 38,039,603,246 96.64% 177,611,453,972 93.30% 42,685,440,659 96.75% 456,400,080,936 94.92%
No. SatkerPagu Per Belanja Realisasi Per Belanja
Pagu Anggaran
Laporan Akuntabilitas Kinerja BB Pengkajian 2014
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 111
-
2,000,000,000
4,000,000,000
6,000,000,000
8,000,000,000
10,000,000,000
12,000,000,000
14,000,000,000
16,000,000,000
BB
P2
TP
BP
TPA
ceh
BP
TPSu
mu
t
BP
TPSu
mb
ar
BP
TPB
en
gku
lu
BP
TPR
iau
BP
TPJa
mb
i
BP
TPSu
mse
l
BP
TPLa
mp
un
g
BP
TPJa
bar
BP
TPJa
kart
a
BP
TPJa
ten
g
BP
TPD
IY
BP
TPJa
tim
BP
TPB
ali
BP
TPN
TB
BP
TPN
TT
BP
TPSu
lut
BP
TPSu
lte
ng
BP
TPSu
lse
l
BP
TPSu
ltra
BP
TPK
alte
ng
BP
TPK
alb
ar
BP
TPK
alti
m
BP
TPK
alse
l
BP
TPM
alu
ku
BP
TPP
apu
a
BP
TPB
ante
n
BP
TPB
abe
l
BP
TPM
alu
t
BP
TPG
oro
nta
lo
BP
TPP
apu
aB
arat
LPTP
Sulb
ar
LPTP
Ke
pri
Pagu Per Belanja Pegawai
Realisasi Per Belanja Pegawai
Realisasi Per Belanja %
Laporan Akuntabilitas Kinerja BB Pengkajian 2014
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 112
-
500,000,000
1,000,000,000
1,500,000,000
2,000,000,000
2,500,000,000
3,000,000,000
Pagu Barang Ops
Realisasi Barang Ops
Realisasi %
Laporan Akuntabilitas Kinerja BB Pengkajian 2014
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 113
-
2,000,000,000
4,000,000,000
6,000,000,000
8,000,000,000
10,000,000,000
12,000,000,000
14,000,000,000
16,000,000,000
Pagu belanja barang non operasional
Realisasi belanja barang non operasional
%
Laporan Akuntabilitas Kinerja BB Pengkajian 2014
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 114
-
500,000,000
1,000,000,000
1,500,000,000
2,000,000,000
2,500,000,000
3,000,000,000
3,500,000,000
4,000,000,000
4,500,000,000
BB
P2
TP
BP
TP
Ac
eh
BP
TP
Su
mu
t
BP
TP
Su
mb
ar
BP
TP
Be
ng
ku
lu
BP
TP
Ria
u
BP
TP
Jam
bi
BP
TP
Su
mse
l
BP
TP
La
mp
un
g
BP
TP
Jab
ar
BP
TP
Jak
arta
BP
TP
Jate
ng
BP
TP
DIY
BP
TP
Jati
m
BP
TP
Ba
li
BP
TP
NT
B
BP
TP
NT
T
BP
TP
Su
lut
BP
TP
Su
lte
ng
BP
TP
Su
lse
l
BP
TP
Su
ltra
BP
TP
Ka
lte
ng
BP
TP
Ka
lba
r
BP
TP
Ka
ltim
BP
TP
Ka
lse
l
BP
TP
Ma
luk
u
BP
TP
Pa
pu
a
BP
TP
Ba
nte
n
BP
TP
Ba
be
l
BP
TP
Ma
lut
BP
TP
Go
ro
nta
lo
BP
TP
Pa
pu
aB
ara
t
LP
TP
Su
lba
r
LP
TP
Ke
pri
Pagu belanja Modal
Realisasi Belanja Modal
%
Laporan Akuntabilitas Kinerja BB Pengkajian 2014
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 115
-
5,000,000,000
10,000,000,000
15,000,000,000
20,000,000,000
25,000,000,000
30,000,000,000
35,000,000,000
BB
P2
TP
BP
TPA
ceh
BP
TPSu
mu
t
BP
TPSu
mb
ar
BP
TPB
en
gku
lu
BP
TPR
iau
BP
TPJa
mb
i
BP
TPSu
mse
l
BP
TPLa
mp
un
g
BP
TPJa
bar
BP
TPJa
kart
a
BP
TPJa
ten
g
BP
TPD
IY
BP
TPJa
tim
BP
TPB
ali
BP
TPN
TB
BP
TPN
TT
BP
TPSu
lut
BP
TPSu
lte
ng
BP
TPSu
lse
l
BP
TPSu
ltra
BP
TPK
alte
ng
BP
TPK
alb
ar
BP
TPK
alti
m
BP
TPK
alse
l
BP
TPM
alu
ku
BP
TPP
apu
a
BP
TPB
ante
n
BP
TPB
abe
l
BP
TPM
alu
t
BP
TPG
oro
nta
lo
BP
TPP
apu
aB
arat
LPTP
Sulb
ar
LPTP
Ke
pri
Pagu Total
Realisasi Total
%
Laporan Akuntabilitas Kinerja BB Pengkajian 2014
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 116
PENGUKURAN KINERJA
Unit Organisasi Eselon 2 : Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian
Tahun Anggaran : 2014
NO SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA TARGET REALISASI %
1 2 3 4 5 6
01. Tersedianya inovasi pertanian unggul spesifik lokasi
Jumlah teknologi spesifik lokasi (teknologi) 250 250 100
02. Terdiseminasinya inovasi pertanian spesifk lokasi yang unggul serta terhimpunnya umpan balik dari implementasi program dan inovasi pertanian unggul spesifik lokasi
Jumlah teknologi yang didiseminasikan ke pengguna (teknologi)
329 329 100
03. Meningkatnya manajemen pengkajian dan pengembangan inovasi pertanian
Jumlah laporan strategis nasional/daerah yang memperoleh pendampingan inovasi oleh BPTP dan mencapai target sasaran
216 216 100
04. Meningkatnya kerjasama nasional dan internasional (di bidang pengkajian, diseminasi dan pendayagunaan)
Jumlah laporan kerjasama pengkajian, pengembangan dan pemanfaatan hasil penelitian dan pengembangan pertanian
32 32 100
05. Meningkatnya sinergi operasional pengkajian dan pengembangan inovasi pertanian
Jumlah rekomendasi kebijakan pembangunan nasional.
51 51 100
Laporan Akuntabilitas Kinerja BB Pengkajian 2014
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 117