Upload
debieyolanda7180456
View
174
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
LAPORAN ANTIDIABETES
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Diabetes merupakan penyakit yang dapat menggangu metabolisme glukosa dimana
glukosa yang seharusnya menjadi bermanfaat dan merupakan sumber energi, berubah
menjadi musuh dalam tubuh yang mengganggu sistem kestabilan organ
Dalam melakukan aktifitas, akan memerlukan energi baik itu berupa aktifitas fisik
maupupun psiologik. Energi yang ada pada manusia sebagian besar dan hampir seluruhnya
berasal dari glukosa yang dikomsumsi dan dimetabolisme oleh tubuh.
Namun kadangkala metabolisme yang diharapkan dari sumber energi ini tidak
berlansung sebagaimana mestinya, yang mungkin disebabkan berbagai faktor, diantaranya
disfungsi organ-organ tubuh yang berperan dalam metabolisme tersebut.
Glukosa yang tidak dimetabolisme tersebut dapat mengganggu kerja fisiologis tubuh
dan dapat menyebabkan komplikasi penyakit akibat kerusakan organ yang dapat
ditimbulkannya.
Pada percobaan kali ini akan diamati kegunaan obat-obat antidiabetik glibenklamin,
metformin serta glukofan dan juga infuse the hijau pada hewan coba mencit (Mus musculus)
dengan melihat efek penurunan kadar gula darah dengan menggunakan alat ukur gula darah
yaitu glukometer
I.2 Maksud Praktikum
Maksud dari percobaan ini adalah utuk mengetahui dan memahami efek obat-obat
antidiabetes pada hewan coba mencit ((Mus musculus)
I.3 Tuhuan Praktikum
Tujuan dari percobaan ini yaitu untuk mengetahui dan menentukan efek bat-obat
antidiabetes yaitu glibenklamin, metformin, glukofan, dan infus teh hijau 5% pada hewan
coba mencit (Mus musculus).
I.5 Manfaat Praktikum
Penentuan efek obat antidiabetes yaitu glibenklamin, metformin, glukofan, dan
infus teh hijau 5% pada hewan coba mencit (Mus musculus) yang telah diinduksi dengan
glukosa 10 % menggunakan alat glukometer dan pengukuran penentuan kadar glukosa darah
mencit pada menit 30’, 60’,90’
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Teori Umum
Penelitian insulin merupakan bab yang menarik dalam farmakoterapi.Tahun 1869
Langherhans menemukan kelompok sel dalam pangkreas yang disebut sesuai dengan
namanya. Tahun 1889 von Mering atau Minkowski dapat menunjukkan pada anjing suatu
kondisi penyakit yang terjadi setelah pangkreasnya diambil. Kondisi penyakit ini mirip
dengan gambaran klinik diabetes melitus. Gejala-gejala ini dapat dihilangkan lagi dengan
implantasi jaringan pankreas dibawah kulit. Walau pun demikian mereka tidak berhasil
memelihara ekstrak kelenjar pankreas yang telah diambil, yang dengan ekstrak ini
memungkinkan pengobatan hewan percobaan (Mutschler, 1991).
Insulin adalah polipeptida dengan BM kira-kira 6000. Polipeptida ini terdiri dari
51 asam amino tersusun dalam dua rantai, rantai A terdiri dari 21 asam amino dan rantai B
terdiri dari 30 asam amino. Antara rantai A dan B terdapat 2 jembatan disulfide yaitu antara
A-7 dengan B-7 dan A-20 dengan B-19. Selain iu masih terdapat jembatan disulfide antara
asam amino ke-6 dan ke-11 pada rantai AKarena insulin babi lebih mirip insulin insani maka
dengan bahan insulin babi mudah dibuat insulin insani semisintetik. Disamping itu juga dapat
disintesis insulin manusia dengan teknik rekombinan DNA (Ganiswarna,dkk,1995).
Proinsulin disintesis dalam elemen poliribosom reticulum endoplasmic sel ß
pancreas. Prohormon tersebut ditransfer kesistem reticulum endoplasmic dan kemudian ke
kompleks Golgi. Ditempat terakhir ini terjadi perubahan proinsulin menjadi insulin. Granula
yang mengandung insulin, proinsulin dalalm jumlah kecil dan peptide-C kemudian terlepas
dari apparatus Golgi (Ganiswarna,dkk, 1995).
Diabetes melitus adalah suatu keadaan yang timbul karena defisiensi insulin
relativ maupun absolute. Hiperglikemia timbul karena penyerapan glukosa kedalam sel
terhambat serta metabolismenya terganggu. Dalam keadaan normal, kira-kira 50% glukosa
yang dimakan mengalami metabolisme sempurna menjadi CO2 dan air, 5% diubah menjadi
glikogen dan kira-kira 30-40% diubah menjai lemak. Pada diabetes mellitus seua proses
tersebut terganggu, glukosa tidak dapat masuk kedalam sel, sehingga energi terutama
diperoleh dari metabolisme protein dan lemak. Sebenarnya hiperglikemia sendiri relativ tidak
berbahaya, kecuai bila hebat sekai hingga darah darah menjadi hiperosmotik terhadap cairan
intrasel. Yang nyata berbahaya ialah glikosuria yang timbul, karena glukosa bersifat diuretik
osmotik, sehingga diuresis meningkat sehingga disertai dengan hilangnya berbagai elektrolit.
Hal inilah yang menyebabkan terjadinya dehidrasi dan hilangnya elektrolit kepada penderita
diabetes yang tidak diobati. Karena adanya dehidrasi, maka badan berusaha mengatasinya
dengan banyak minum (polidipsia). Badan diberi 4 kalori untuk setiap gram glukosa yang
diekskresi. Polifagia timbul karena perangsangan pusat nafsu makan dihipotalamus oleh
kurangnya pemakaian glukosa dikelenjar itu (Ganiswarna,dkk,1995).
Kadar glukosa serum puasa normal (teknik autonalisis) adalah 70-110 mg/dl.
Hiperglikemia didefinisikan sebagai kadar glukosa puasa yang lebih tinggi dari 110 mg/dl.
Glukosa difiltrasi oleh glomerulus ginjal dan hamper semuanya diabsorpsi oleh tubulus ginjal
selama kadar glukosa dalam plasma tidak melebihi 160-180 mg/dl. Jika konsentrasi tubulus
naik melebihi kadar ini, glukosa tersebut akan keluar bersama urine, dan keadaan ini disebut
sebagai glikosuria (Katzung,2002).
Kemampuan seseorang untuk mengatur kadar gkukosa plasma agar tetap dalam
batas-batas normal dapat ditentukan melalui tes (1) kadar glukosa serum puasa, dan (2)
respons glukosa seru terhadap pemberian glukosa (Mycek,dkk,2001).
Metabolisme glukosa, setelah karbohidrat dari makanan dirombak dalam usus,
glukosa lalu diserap kedalam darah dan diangkut ke sel-sel tubuh. Untuk penyerapannya
kedalam sel-sel tubuh diperlukan insulin, yang dapat dianggap sebagai “kunci untuk pintu
sel”. Sesudah masuk kedalam sel, glukosa lantas diubah menjadi energi atau ditimbun
sebagai cadangan. Cadangan ini digunakan bila tubuh kekkurangan energi karena misalnya
berpuasa beberapa waktu ( Tan,dkk, 2002).
Sekresi insulin diatur tudak hanya oleh kadar glukosa darah tetapi juga oleh
hormon lain dan mediator autonomic. Sekresi insulin umummnya dipacu oleh ambilan
glukosa darah yang tinggi dan difosforilasi dalam sel-ß pancreas (Mycek,dkk,2001).
Insulin merupakan protein kecil yang mengandung dua rantai polieptida yang
dihubungkan oleh ikatan disulfida. Sekresi insulin diatur tidak hanya diatur oleh kadar
glukosa darah tetapi juga hormon lain dan mediator autonomik. Sekresi insulin umumnya
dipacu oleh ambilan glukosa darah yang tinggi dan difosforilasi dalam sel pankreas. Insulin
umumnya diisolasi dari pankreas sapi dan babi, namun insulin manusia juga dapat
menggantikan hormon hewan untuk terapi. Insulin manusia diproduksi oleh strain khusus E.
Coli yang telah diubah secara genetik. mengandung gen untuk insulin manusia. Insulin babi
paling mendekati struktur insulin manusia, yang dibedakan hanya oleh satu asam amino.
Gejala hipoglikemia merupakan reaksi samping yang paling umum dan serius dari kelebihan
dosis insulin. Reaksi samping lainnya berupa lipodistropi dan reaksi alergi.Diabetes militus
ialah suatu keadaan yang timbul karena defisiensi insulin relatif maupun absolut.
Hiperglikemia timbul karena penyerapan glukosa ke dalam sel terhambat serta
metabolismenya diganggu. Dalam keadaan normal kira-kira 50% glukosa yang dimakan
mengalami metabolisme sempurna menjadi CO2 dan air, 5% diubah menjadi glikogen dan
kira-kira 30-40% diubah menjadi lemak (Siswandono, 1995).
Pada diabetes melitus semua proses terganggu, glukosa tidak dapat masuk kedalam
sel, sehingga energi terutama diperoleh dari metabolisme protein dan lemak. Sebenarnya
hiperglikemia sendiri relatif tidak berbahaya, kecuali bila hebat sekali hingga darah menjadi
hiperosmotik terhadap cairan intrasel. Yang nyata berbahaya ialah gliosuria yang timbul,
karena glukosa bersifat diuretik osmotik, sehingga diuresis sangat meningkat disertai
hilangnya berbagai efektrolit. Hal ini yang menyebabkan terjadinya dehidrasi dan hilangnya
elektrolit pada penderita diabetes yang tidak diobati. Karena adanya dehidrasi , maka badan
berusaha mengatasinya dengan banyak minum (polidipsia). Badan kehilangan 4 kalori untuk
setiap hari gram glukosa yang diekskresi (Katzung,dkk,2002).
Polifagia timbul karena perangsangan pusat nafsu makan di hipotalamus oleh
kurangnya pemakaian glukosa dikelenjar itu. (Ganiswara,1995)
Diabetes militus, penyakit gula atau kencing manis adalah suatu gangguan kronis
yang khususnya menyangkut metabolisme hidratarang (glukosa) di dalam tubuh. Tetapi
metabolisme lemak dan protein juga terganggu (Lat. Diabetes = penerusan, mellitus = manis
madu) (Tan,dkk,2002).
Penyebabnya adalah kekurangan hormon insulin, yang berfungsi memanfaatkan
glukosa sebagai sumber energi dan mensintesa lemak. Akibatnya ialah glukosa bertumpuk
didalam darah (hiperglikemia) dan akhirnya dieksresikan lewat kemih tanpa digunakan
(glycosuria). Karena itu produksi kemih sangat meningkat dan pasien harus kencing, merasa
amat haus, berat badan menurun dan berasa lelah Rata-rata 1,5-2% dari seluruh penduduk
dunia menderita diabetes yang bersifat menurun. Di indonesia, penderita diabetes
diperkirakan 3 juta orang atau 1,5% dari 200 jatu penduduk, sedangkan di Eropa mencapai 3-
5% (Tan,dkk,2002).
Diabetes merupakan penyakit tunggal. Diabetes merupakan suatu grup sindrom
heterogen yang semua gejalanya ditandai dengan peningkatan gula darah yang disebabkan
oleh defisiensi insullin relatif atau absolut. Pelepasan insullin yang tidak adekuat diperberat
oleh glukagon yang berlebihan. Diabetes menimpa kira-kira 10 ribu individu atau kira-kira
5% populasi Amerika Serikat, dan seperdelapan penyebab kematian di negara ini. Diabetes
dapat dibagi menjadi dua grop berdasarkan kebutuhan atas insullin : diabetes melitus
tergantung insullin (IDDM atau tipe I) dan diabetes melitus tidak tergantung insullin
(NIDDM atau tipe II). Kira-kira satu sampai dua juta pasien menderita IDDM : sisanya 80
samapai 90% penderita NIDDM (Mycek ,dkk,2001).
Pankreas adalah organ lonjong kira-kira 15 cm, yang terletak dibelakang hati. Organ
ini terdiri dari 98% sel-sel dengan sekresi ekstren, yang memproduksi enzim-enzim cerna
(pankreatin) yang disalurkan keduodenum dengan sekresi intern, yakni hormon-hormon
insullin dan glukagon yang disalurkan langsung kealiran darah (Tan,dkk,2002).
Ada 4 jenis sel endokrin, yakni (Tan,dkk,2002) :
1. Sel alfa, yang memproduksi hormon glukagon.
2. Sel beta, dengan banyak granul berdekatan membran selnya, yang berisi insulin. Setiap hari
disekresikan CA 2 mg (=50 UI) insulin, yang dengan aliran darah diangkat kehati. Kira-kira
50% hormon ini dirombak disini, sisanya diuraikan di ginjal.
3. Sel D memproduksi somastotatin (antagonis somatropin)
4. Sel PP memproduksi PP (Pancreatic polypeptide), yang mungkin berperan pada empedu.
Diabetes melitus adalah gangguan metabolisme yang secara genetis dan klinis
termasuk heterogen dengan manifestasi berupa hilangnya toleransi karbohidrat. Jika telah
berkembang penuh secara klinis, maka diabetes melitus ditandai dengan hiprglikemia puasa
dan postprandial, aterosklerotik dan penyakit vaskuler mikroangiopati, dan neuropati.
Manifestasi klinis hiperglikemia biasanya sudah bertahun-tahun mendahului timbulnya
kelainan klinis dari penyakit vaskularnya. Pasien dengan kelainan toleransi glukosa ringan
(gangguan glukosa puasa dan gangguan toleransi glukosa) dapat tepat beresiko mengalami
komplikasi metabolik diabetes (Price,dkk,1995)
Empat kategori agen anti diabetik yang kini tersedia di Amerika Serikat : Sekretagog
insulin ( sulfonylurea, meglitinide ), biguanide, thiazolidinedione, dan penghambat
glucosidase-alfa. Sulfonylurea dan biguanide yang tersedia paling lama dan secara tradisional
merupakan pilihan pengobatan awal untuk diabetes tipe II. Golongan insulin sekretagog
dengan kerja cepat yang baru, meglitinide, merupakan alternatif terhadap sulfonyurea
golongan tolbutamide dengan masa kerja pendek. Thiazolidinedione, yang sedang dalam
perkembangan sejak awal tahun 1980-an, adalah agen yang sangat efektif untuk menurunkan
resistensi insulin (Price,dkk,1995).
Insulin merupakan protein kecil yang mengandung dua rantai polipeptida yang
dihubungkan oleh ikatan disulfida. Disintesis sebagai protein prekursor (pro-insulin) yang
mengalami pemisahan proteolitik untuk membentuk insulin pada peptida C, keduanya
disekresi oleh sel-β pankreas ( Mycek dkk,2001).
Empat kategori agen anti diabetik yang kini tersedia di Amerika Serikat : Sekretagog
insulin ( sulfonylurea, meglitinide ), biguanide, thiazolidinedione, dan penghambat
glucosidase-alfa. Sulfonylurea dan biguanide yang tersedia paling lama dan secara tradisional
merupakan pilihan pengobatan awal untuk diabetes tipe II. Golongan insulin sekretagog
dengan kerja cepat yang baru, meglitinide, merupakan alternatif terhadap sulfonyurea
golongan tolbutamide dengan masa kerja pendek. Thiazolidinedione, yang sedang dalam
perkembangan sejak awal tahun 1980-an, adalah agen yang sangat efektif untuk menurunkan
resistensi insulin (Katzung, dkk,2002).
Kepulauan langerhans pada penkreas membentuk organ endokrin yang
menyekresikan insulin yaitu sebuah hormon antidiabetika, yang diberikan dalam pengobatan
daibetes. Insulin ialah sebuah protein yang dapat turut dicerna oleh enzim-enzim pencerna
protein dan karena itu tidak diberikan melalui mulut melainkan dengan suntikan subkutan.
Insulin mengendalikan kadar glukosa dan bila digunakan sebagai pengobatan dalam hal
kekurangan seperti pada diabetes, ia memperbaiki kemampuan sel tubuh untuk mengabsorpsi
dan menggunkan glukosa dan lemak (Pearce, 2006).
Secara klinik , defisiensi (kekurangan) insulin mengakibatkan hiperglikemia yaitu
kadar gula darah yang tinggi, turunnya berat bedan, lelah dan poliuria (sering buang air
kecil), disertai haus, lapar, kulit kering, mulut dan lidah kering. Akibatnya juga ketosis serta
asidosis dan kecepatan bernapas bertambah (Pearce, 2006).
Keadaan sebaliknya ialah hipoglikemia, atau kadar gula darah rendah, dapat terjadi
akibat kelebihan dosis insulin , atau karena pasien tidak makan makanan (atau muntah
barangkali) sesudah suntikan insulin, sehingga kelebihan insulin dalam darahnya
menyebabkan koma hipoglikemia (Pearce, 2006).
Demikian maka koma pada seorang pasien dengan diabetes dapat disebabkan tidak
adanya insulin atau terlampau banyak insulin (konma hipoglikemia) yang diobati dengan
glukosa (Pearce, 2006).
Enzim-enzim pankreas (Watson, 2002) :
1. Tripsinogen diubah menjadi tripsin aktif oleh enterokinase, enzim yang disekresi usus halus.
Dalam bentuk aktifnya, tripsin mengubah pepton dan protein menjadi asam amino.
2. Amilase mengubah zat pati, baik yang masak dan tidak masak menjadi maltosa (gula malt)
3. Lipase mengubah lemak manjadi asam lemak dan gliserol setelah empedu mengemulsi lemak
yang meningkatkan area permukaan.
II.2 Uraian Tanaman
1. Klasifikasi Teh Hijau (Camelia sinensis)
(
http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/144_16AntioxidantTea.pdf/144_16AntioxidantTea.htm
l)
Divisi : Spermatophyta (tumbuhan biji)
Sub divisi : Angiospermae (tumbuhan biji terbuka)
Kelas : Dicotyledoneae (tumbuhan biji belah)
Sub Kelas : Dialypetalae
Ordo (bangsa) : Guttiferales (Clusiales)
Familia (suku) : Camelliaceae (Theaceae)
Genus (marga) : Camellia
Spesies (jenis) : Camellia sinensis
2. Morfologi dan anotomi Teh Hijau (Camelia sinensis)
(http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/144_16AntioxidantTea.pdf/144_16AntioxidantTea.ht
ml)
Teh hijau diperoleh tanpa proses fermentasi; daun teh diperlakukan dengan panas
sehingga terjadi inaktivasi enzim. Pemanasan ini dilakukan dengan dua cara yaitu dengan
udara kering dan pemanasan basah dengan uap panas (steam). Pada pemanasan dengan suhu
85°C selama 3 menit, aktivitas enzim polifenol oksidase tinggal 5,49%. Pemanggangan (pan
firing) secara tradisional dilakukan pada suhu 100-200°C sedangkan pemanggangan dengan
mesin suhunya sekitar 220-300°C. Pemanggangan daun teh akan memberikan aroma dan
flavor yang lebih kuat dibandingkan dengan pemberian uap panas. Keuntungan dengan cara
pemberian uap panas, adalah warna teh dan seduhannya akan lebih hijau terang
3. Khasiat Teh Hijau (Camelia sinensis)
(http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/144_16AntioxidantTea.pdf/144_16AntioxidantTea.ht
ml)
Salah satu zat antioksidan non nutrien yang terkandung dalam teh, yaitu catechin
(katekin) dapat menyimpan atau meningkatkan asam askorbat pada beberapa proses
metabolisme. 3,8 Studi epidemiologi menunjukkan bahwa konsumsi teh hijau berbanding
terbalik dengan kadar serum kolesterol total (TC) dan low density lipoprotein (LDL-C), tetapi
tidak terhadap trigliserida (TG) dan high density lipoprotein (HDL-C). 9,10 Teh efektif
mencegah virus influensa A dan B selama masa kontak yang pendek. 11 Selain itu diet
fluorin yang terkandung dalam daun teh (Camellia sinensis) dapat berfungsi kariostatik pada
tikus Wistar
II.3 Uraian Bahan
1. Uraian Zat Aktif
a. Alkohol (Dirjen POM, 1995)
Nama resmi : Aethanolum
Nama lain : Etanol
RM/BM : C2H5OH/46,07
: Cairan tidak berwarna, jernih, mudah menguap dan bergerak ;bau khas; rasa panas. Mudah
terbakar dengan memberikan nyala biru yang tidak berasap.
: Sangat mudah larut dalam air, dalam kloroform P dan dalam eter P.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari cahaya, ditempat sejuk, jauh dari nyala api.
Kegunaan : Sebagai antiseptikum
b . Air Suling (Dirjen POM, 1995)
Nama resmi : Aquadestillata
Nama lain : Aqua,Air suling
RM/BM : H2O/18,02 :cairan jernih,tidak berwarna,tidak berbau,tidak mempunyai rasa
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : sebagai pelarut
c. Glibenklamin (Glibenklamida (Ditjen POM,1995)
Nama resmi : Glibenclamidum
Nama lain : Glibenklamida
RM/BM : C23H28ClN3O5S/494,00
Rumus bangun :
: Serbuk hablur, putih atau hampir putih; tidak berbau atau hampir berbau. : Praktis tidak larut dalam air dan dalam eter; sukar larut dalam etanol dan dalam methanol;
larut sebagian dalam kloroform.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : Sebagai anti-diabetik
d. Metformin (Ditjen POM,1995)
Nama Resmi : Metformini hydrochloridum
Nama lain : Metformin Hidroklorida
RM / BM : C4H11N5.HCl / 165,6
:Serbuk hablur putih,tidak berbau atau hampir tidak berbau,higroskopik
: Mudah larut dalam air,praktis tidak larut dalam eter,sukar larut dalam etanol
: Dalam wadah tertutup baik
II.4 Uraian Obat
a. Glibenklamin® (ISO, 2006), (Hardjasaputra, 2002)
Nama paten : Renabetic, Glukovance, Daonil, Euglucon, Glukonik, Abenon, Aldiab, Amaryl, Glamega,
Condiabet, Diabenese, Diacell, Diamicron,Fimediab.
: Kontrol Hiperglikemia pada diabetes non insulin dependen yang tidak dapat dikontrol dengan
diet dan biguanid,Sebagai pengganti obat hipoglikemik oral yang lain (biguanid atau
sulfonilurea)disebabkan efek samping atau kegagalan respon
Kontra Indikasi : Diabetes melitus dependen (tipe I), Hiperglikemia berat dan serius (ketotik atau non-ketotik)
pada semua jenis diabetes (misal pada penyakit akut atau koma),penyakit hati, Gagal ginjal
berat, kehamilan atau menyusui, Gangguan fungsi adrenal, hipersensitifitas terhadap obat dan
operasi.
Efek Samping : Hipoglikemia merupakan efek samping utama glibenklamid yang biasanya bersifat
ringan,tetapi kadang – kadang bisa bersifat berat dan berkepanjangan. Dapat menimbulkan
efek samping saluran cerna seperti mual,rasa tidak enak diperut atau anoreksia. Reaksi alergi
kulit seperti Pruritus, eritema,Urtikaria,Ruam kulit morbiliform atau makulo-papular dan
fotosensitivitas. Efek samping yang jarang terjadi adalah ikterus kolestatik ringan, lekopenia
reversibel, trombositopenia, pansitopenia,agranulositosis
Farmakodinamik : Glibenklamid mempunyai efek farmakologi jangka panjang dan pendek seperti golongan
sulfonilurea pada umumnya. Selama pengobatan jangka pendek,ia meningkatkan sekresi
insulin dari sel beta pulau langerhans,sedangkan pada pengobatan jangka panajang efek
utamanya adalah meningkatkan efek insulin terhadap jaringan perifer dan penurunan
pengeluaran glukosa dari hati (efek ekstra pankreatik)
Farmakokinetik : obat ini terikat pada protein serum, dimetabolisme oleh hati dan diekskresikan oleh hati atu
ginjal
b. Metformin ® (ISO,2006)
Nama Paten : Methergin, Methicol, Methioson, methovin, Methycobal, Metidrol, Benofomin, Forbetes,
metphica,Diabex
: Diabetes orang dewasa yanhg tidak terkontrol dengan memuaskan oleh diet dan obat
lain,pengobatan utama dan tambahan tunggal atau kombinasi dengan insulin atau sulfonilurea
Kontra Indikasi : Komadiabetik dan ketoasidosis,Gangguan fungsi ginjal yang serius,penyakit hati
kronis,kegagalan jantung ,Miokardial infark,Alkoholism,Keadaan penyakit kronik atau akut
berkaitan dengan hipoksia jaringan,laktat asidosis,hipersensitivitas terhadap biguanid.
Efek Samping : Jarang terjadi gangguan saluran cerna,bersifat reversibel pada saluran lambung dan usus,
termasuk anoreksia, gangguan perut,mual, muntah,rasa logam pada mulut dan diare.
Farmakodinamik : Kerjanya untuk menurunkan glukosa darah tidak tergantung pada adanya fungsi pankreatik
sel-sel B. Glukosa tidak menurun pada subjek normal setelah puasa satu malam,tetapi kadar
glukosa darah pasca prandial mereka menurun selama pemberian biguanid. Mekanisme kerja
yang diusulkan adalah stimulasi glikolisis secara langsung dalam jaringan dengan
peningkatan eliminasi glukosa dari darah, penurunan glukoneogenesis hati, melambatkan
absorbsi glukosa dari saluran cerna dengan peningkatan perubahan glukosa menjadi laktat
oleh enterosit dan penurunan kadar glukagon plasma (Katzung,2002).
Farmakokinetik : metformin memiliki waktu paruh 1,5 – 3 jam dan tidak terikat pada protein plasma. Tidak
dimetabolisme dan diekskresikan oleh ginjal sebagai senyawa aktif. Sebagai akibat
penyakatan glukoneogenesis metformin,onat tersebut diduga mengganggu ambilan asam
laktat oleh hati (Katzung,2002).
II. 5 Uraian Hewan
1. Karaksteristik Hewan Coba (Malole, 1989):
Berat badan dewasa - jantan : 20-40 g
- betina : 25-40 g
Mulai dikawinkan - jantan : 50 hari
- betina : 50-60 hari
Siklus birahi : 4-5 hari
Produksi anak : 8/bulan
Lama kehamilan : 19-21 hari
Jumlah pernapasan : 94-163/menit
Tidal volume : 0,09-0,23
Detak jantung : 325-780/menit
Volume darah : 76-80 mg/kg
Tekanan darah : 113-147/81-106 mmHg
Glukosa dalam darah : 62-175 mg/dL
Cholesterol : 26-82 mg/dL
Kalsium dalam serum : 3,2-9,2 mg/IL
Phosfat dalam serum : 2,3-9,2 mg/IL
Hemoglobin : 10,2-16,6 mg/dL
Masa pubertas : 35 hari
Masa beranak : Sepanjang tahun
Jumlah sekali lahir : 4-12 ekor
Lama hidup : 2-3 tahun
Masa tumbuh : 6 bulan
Masa menyusui : 21 hari
Frekuensi kelahiran : 4 tiap tahun
Suhu tubuh : 37,90 C – 39,20 C
Kecepatan respirasi : 136-216 per menit
Tekanan darah : 146-106 mmHg
Volume darah : 7,3% BB
2. Klasifikasi (http://www.Iwandarmansyah.web.id/madical)
Kingdom : Animalia
Phyllum : Chordata
Subphyllum : Vertebrata
Class : Mamalia
SubClass : Theria
Ordo : Rodentia
Familia : Muridae
Genus : Mus
Spesies : Mus musculus
II. 6 Prosedur Kerja
Adapun prosedur kerja percobaan kali ini (Anonim 2010) :
Kelompok I
a. Mencit I, diberi larutan control Na. CMC 1 % per oral, kemudian diambil darahnya melalui
vena marginalis selanjutnya diamati kadar glukosa pada 90, 120, 150, dan 180 menit.
b. Mencit 2, diberi larutan glukosa 50 % dengan dosis 1g/Kg kemudian diukur kadar glukosa
pada 90, 120, 150, dan 180 menit
Kelompok II
a. Mencit I, diberi larutan glukosa 50 % per oral dengan dosis 1g/Kg, kemudian diberi suspensi
glibenclamid selanjutnya diamati kadar glukosa pada 90, 120, 150, dan 180 menit.
b. Mencit 2, diberi larutan glukosa 50 % dengan dosis 1g/Kg, selanjutnya diberi suspensi
glukophage kemudian diukur kadar glukosa pada 90, 120, 150, dan 180 menit
BAB III
METODE KERJA
III.1 Alat yang Dipakai
a. Batang pengaduk
b. Gelas kimia
c. Gelas ukur
d. Glukometer
e. Kanula
f. Kertas Timbang
g. Label
h. Spoit 1 ml
i. Sendok tanduk
j. Timbangan Analitik
III.2 Bahan yang Digunakan
a. Aquadest
b. Betadine
c. Etanol
d. Glibenklamid@
e. Glukofan@
f. Infus herba teh hijau 5%
g. Metformin@
III. 3 Cara Kerja
1. Penyiapan Hewan
a) Hewan coba dimandikan sehari sebelum dilakukan percobaan.
b) Hewan coba hendaknya dipuasakan semalam sebelum percobaan
c) Sebelum digunakan hewan tersebut harus terlebih dahulu ditimbang
d) Diberikan tanda pada bagian tertentu dari hewan coba untuk menyatakan berat hewan coba
2. Penyiapan Bahan
a) Penyiapan sampel
1. Dibuat teh hijau sebanyak 5 ml dan didispersikan dengan dispersi akuaest sebanyak 50 ml
b) Penyiapan Obat
1. Glibenklamin
a) Ditimbang 50 mg Glibenklamin dan didispesikan dengan akuadest
b) Dipipet 1 ml dari larutan a dan dicukupkan volumenya dengan aquadest hingga 10 ml
(larutan b)
c) Dipipet 0,4 ml larutan b dan dicukupkan volumenya dengan Na-akuadest hingga 10 ml
2. Metformin
a) Ditimbang 50 mg Metformin dan didispesikan dengan akuadest hingga 10 ml (larutan a)
b) Dipipet 1 ml dari larutan a dan dicukupkan volumenya dengan akuadest hingga 10 ml
(larutan b)
c) Dipipet 0,4 ml larutan b dan dicukupkan volumenya dengan akuadest hingga 10 ml
3. Glikofan
a) Ditimbang 50 mg Glukovan dan dispersikan dengan 10 ml akuadest (larutan a)
b) Dipipet 13,5 ml larutana dan cukupkan volumenya dengan akuadest hingga 10 ml
3.Perlakuan Hewan Coba
1. Diukur kadar glukosa puasa mencit (Mus musculus)
2. DiInduksi dengan gula 10 % sebanyak 1 ml
3. Setelah 30 menit,kadar glukosa mencit diukur kembali
4. a. Mencit 1 (22 mg) diberikan obat metformin sebanyak 0,73 ml
b. Mencit 2 (23 mg) diberikan obat Infus the hijau sebanyak 0,76 ml
c. Mencit 3 (21 mg) diberikan obat Infus the hijau sebanyak 0,7 ml
PEMBAHASAN
Diabetes melitus adalah suatu keadaan yang timbul karena defisiensi insulin relativ
yang terjadi jika produksi indulin tidak sesuai dengan kebutuhannya maupun defisiensi
absolute yang terjadi jika pancreas tidak berfungsi lagi dalam mensekresi insulin.
Diabetes melitus (DM) merupakan salah satu kelainan yang paling sering terjadi.
Salah satu kelenjar endokrin yaitu pankreas sebagai insulin tidak normal. Diabetes terdapat 2
tipe, yaitu :
1. Diabetes melitus tergantung insulin (IDDM ; tipe I) disebabkan oleh defisiensi absolut atau
penghancuran sel β yang dapat mengurangi produksi insulin. Biasanya terjadi sebelum usia
15 tahun dan mengakibatkan penurunan berat badan, hiperglikomia, hetoksidosis, asteroksis,
kerusakan retina dan gagal ginjal. Karena sel batu pada langerhans rusak maka pasien
membutuhkan injeksi insulin.
2. Diabetes melitus tidak tergantung insulin,(N-IDDM;tipe II) disebabkan oleh penurunan
pelepasan insulin atau kelainan respon jaringan terhadap insulin yang menyebabkan
hiperglikemia, tetapi tidak hetoksidosis. Tipe ini sering terjadi pada usia lebih dari 35 tahun
Gejala – gejala penyakit diabetes melitus adalah Polyuria yaitu volume urin yang
banyak atau sering buang air kecil,Poltpipsia yaitu kurangnya cairan dalam tubuh,Polyphagia
yaitu banyaknya makan yang dapat menyebabkan meningkatnya glukosa dalam darah.
Kadar glukosa serum puasa normal (teknik autoanalisis) adalah 70-110 mg/dl.
Hiperglikemia didefinisikan sebagai kadar glukosa puasa yang lebih tinggi dari 110 mg/dl.
Glukosa difiltrasi oleh glomerulus ginjal dan hamper semuanya diabsorpsi oleh tubulus ginjal
selama kadar glukosa dalam plasma tidak melebihi 160-180 mg/dl. Jika konsentrasi tubulus
naik melebihi kadar ini, glukosa tersebut akan keluar bersama urine, dan keadaan ini disebut
sebagai glikosuria.
Tujuan dilakukanny percobaan ini dimaksudkan untuk mengetahui dan menentukan
efek bat-obat antidiabetes yaitu glibenklamin, metformin, glukofan, dan infus teh hijau 5%
pada hewan coba mencit (Mus musculus).
Pada praktikum ini digunakan hewan uji yaitu mencit jantan, hal ini disebabkan
karena mencit betina mengalami fase estrus dimana pada fase ini terjadi peningkatan
hormone estrogen dan hormone pertumbuhan yang akan mempengaruhi sekresi insulin.
Sebelum perlakuan mencit dipuasakan terlebih dahulu dipuasakan untuk
menghilangkan faktor makanan. Walaupun demikian faktor variasi biologis dari hewan tidak
dapat dihilangkan sehingga faktor ini relatif dapat mempengaruhi hasil.
Sebelum pemberian obat antidiabetes hewan uji terlebih dahulu diinduksi dengan
glukosa 10 % hal ini bertujuan agar kadar glukosa hewan uji meningkat sehingga mudah diuji
dengan obat-obat antidiabetes dan dapat dilihat efek terapi dari obat obat antidiabetik oral
yang digunakan.
Mekanisme kerja obat-obat hipoglikemik oral secara umum ada 4 yaitu:
1. Menurunkan absorbsi karbohidrat yaitu golongan biguanid Metformin, dan Akarbose dari
golongan glikooksidase inhibitor.
2. Menurunkan sekresi insulin yaitu golongan sulfonilurea generasi kedua dan Miglitinid.
3. Menurunkan ambilan glukosa dihati yaitu golongan Biguanid.
4. Meningkatkan ambilan glukosa dijaringan periver yaitu golongan sulfonil urea generasi
kedua tiasolidindion dan biguanid.
Mekanisme kerja dari golongan sulfonilurea yaitu mengontrol glukosa tanpa
meningkatkan insulin, golongan ini biasa digunakan untuk pengobatan DM tipe I. Golongan
Biguanid memproduksi glukosa dihati tanpa menurunkan absorbsi karbohidrat, dan
melakukan glukogenolisis dihati atau penguraian glukosa. Golongan glukosidase inhibitor
mekanisme kerjanya menghambat enzim glukosidase yang merombak karbohidrat menjadi
gula yang terdapat diusus halus, golongan ini biasa digunakan untuk pengobatan DM tipe II.
Golongan miglitinid mekanisme kerjanya yaitu merangsang sekresi insulin, sedangkan
golongan Tiazolidindion mengurangi resistensi insulin dan golongan ini cocok untuk
pengobatan DM tipe II.
Obat hipoglikemik oral dari golongan sulfonylurea yang digunakan yaitu
Glibenklamin dengan mekanisme kerja meningkatkan sekresi insulin dari sel beta pulau
langerhans,sedangkan pada pengobatan jangka panajang efek utamanya adalah meningkatkan
efek insulin terhadap jaringan perifer dan penurunan pengeluaran glukosa dari hati (efek
ekstra pankreatik)
Sedangkan Obat Hipoglikemik Oral dari golongan Biguanid yang digunakan adalah
Metformin dengan mekanisme kerja menurunkan glukosa darah tidak tergantung pada adanya
fungsi pankreatik sel-sel B. Glukosa tidak menurun pada subjek normal setelah puasa satu
malam,tetapi kadar glukosa darah pasca prandial mereka menurun selama pemberian
biguanid. Mekanisme kerja yang diusulkan adalah stimulasi glikolisis secara langsung dalam
jaringan dengan peningkatan eliminasi glukosa dari darah, penurunan glukoneogenesis hati,
melambatkan absorbsi glukosa dari saluran cerna dengan peningkatan perubahan glukosa
menjadi laktat oleh enterosit dan penurunan kadar glukagon plasma.
Percobaan ini digunakan alat glukometer, dengan alasan bahwa alat glikometer
merupakan alat yang otometik memudahkan dalam memperoleh hasil glokosa darah,
periksaan dengan menggunakan alat ini memerlukan waktu yang reltif singkat, akurat, waktu
tesnya minimal 30 detik. Adapun cara penggunaan dari alat glukometer tersebut yaitu
penyaiapan alat dan strip glukotest, masukka strip glukotest kedalam bagian ujung
glukometer, teteskan darah pada tempat reagen strip glukotest, kemudian dibaca kadar gula
yang tertera pada layar glukometer, dimana mekanisme kerja dari alat glukometer yaitu
dalam strip terdapat enzim glukooksigenase yang mana jika sampel darah mengenai strip
maka akan langsung terbaca oleh glukometer.
Pada percobaan kali ini dilakukan dengan membandingkan efek dari obat-obat anti
diabetes melitus golongan sulfonylurea yaitu Glibenklamin, golongan biguanid yaitu
Metformin, dan Glukovan serta herba teh hijau dengan konsentrasi 5 %, tetapi karena ada
factor kesalahan jadi Cumana obat metformin dan infuse the hijau yang diuji cobakan
Adapun hasil dari % penurunan setelah induksi pada obat metformin yaitu sebesar
44,64 % sedangkan pada infuse the hijau yang diberikan dengan 2 perbandingan antara infuse
teh hijau pertama dan infuse teh hijau kedua didapat hasil % penurunan setelah induksi
sebesar 21,18 %
Dari hasil praktikum dapat disimpulkan bahwa obat golongan biguanide memberikan
efek yang lebih cepat bila dibandingkan dengan infuse the hijau. Hal ini dapat dilihat dari
penurunan kadar glukosa darah mencit dari pengukuran setelah dipuasakan,kadar setelah
induksi hingga menit ke 90 setelah pemberian obat. Kadar glukosa mencit menurun dan
mendekati kadar glukosa normal yaitu 79 mg/dl. Dimana Kadar glukosa normal manusia
adalah 70 mg - 120 mg/dl sedangkan pada mencit 62-175 mg/dl.
Hal ini sesuai dengan literatur yang menyebutkan bahwa penurunan kadar glukosa
darah yang terjadi setelah pemberian sulfonilurea disebabkan oleh perangsangan sekresi
insulin dipankreas. Sifat perangsangan ini berbeda dengan perangsangan oleh glukosa,
karena ternyata pada saat hiperglikemia gagal merangsang sekresi insulin dalam jumlah yang
mencukupi, obat-obat tersebut masih mampu merangsang sekresi insulin. Itulah sebabnya
mengapa obat-obat ini sangat bermanfaat pada penderita diabetes dewasa yang pankreasnya
masih mampu memproduksi insulin.
Beberapa faktor kesalahan yang mungkin mempengaruhi data yang diperoleh yaitu,
kurangnya mencit jantan yang diujikan sehingga praktikum tidak efesien, kurangnya waktu
puasa mencit, kurangnya ketelitian praktikan dalam menimbang mencit sehingga akan
berpengaruh pada volume pemberian pada mencit dan tidak sempurnanya suatu obat masuk
kedalam tubuh mencit akibat cara perlakuan pemberian yang salah.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari praktikum yang dilakukan dapat ditarik kesimpulan bahan
obat paling efektif dan % penurunannya paling besar yaitu metformi kemudian infus teh hijau
B. Saran
Sebaiknya penyusunan meja kelompok pada laboratorium dapat diseimbangkan
DAFTAR PUSTAKA
Ditjen POM.,1979,Farmakope Indonesia edisi III ,DEPKES RI,Jakarta
Ditjen POM.,1995,Farmakope Indonesia edisi IV ,DEPKES RI,Jakarta
Ganiswarna,S.G,Setiabudy.R,Suyatna F.D,Purwantyastuti,Nafrialdi.,1995, Farmakologi dan Terapi, Universitas Indonesia, Jakarta
Hardjasaputra,P.S.L,Budipranoto,G,Sembiring,SU,Kamil,I.,2002,Data Obat di Indonesia edisi 10,Grafidian Medipress,Jakarta
Katzung.G.B. Farmakologi Dasar Dan Klinik, 2002, Salemba Medika, Jakarta
Malole, 1989, Penggunaan Hewan-Hewan Percobaan Di Laboratorium, IPB, Bogor
Mutschler,E., 1999, Dinamika Obat, Institut Teknologi Bandung, Bandung
Mycek,M.J,Harvey.R.A,Champe.P.C,Fisher.B.D.,2001, Farmakologi Ulasan Bergambar, Widya Medika, Jakarta
Pearce, 2006, Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis, PT.Gramedia, Jakarta
Price.S.A,Wilson.L.MC., (1995)Patofisiologi, EGC. Jakarta.
Siswandono.MS (1995), Kimia Medicinal, Jilid I, Universitas Gajah Mada Press, Yogyakarta.
Tan.H.T & Raharja.K., 2002, Obat-Obat Penting, PT.Elex Media Komputindo Gramedia, Jakarta.
Watson, 2002, Anatomi dan Fisiologi untuk Perawat, EGC, Jakarta
LAMPIRAN
SKEMA KERJA
Mencit
Diukur kadar glukosa darah puasa
Induksi glukosa 10 %
Ukur kadar glukosa awal setelah 30’
Glikofan Glibenklamid Metformin
Infus Teh hijau
Ukur kadar glukosa
pada mencit 60’, 90’ dan 120’
Data Pengamatan
Kesimpulan
LAMPIRAN
1. Volume pemberian
- untuk mencit 22 gram
22 x 1 ml = 0,73 ml
30
- untuk mencit 23 gram
23 x 1 ml = 0,76 ml
30
- untuk mencit 21 gram
21 x 1 ml = 0,7 ml
30
2. Perhitungan dosis
a. Glibenklamid® tablet
Dosis lazim = 5 mg
Berat etiket = 5 mg
Berat rata– rata = 126,265 mg
- untuk mencit 20 gram = 5 mg x 0,0026 = 0,013 mg
- untuk mencit 30 gram = 30 x 0,013 = 0,0195 mg
20- untuk larutan stok : 50 ml x 0,0195 mg
1
: 0,975 mg
b. Metformin® tablet
Dosis lazim = 500 mg
Berat etiket = 500 mg
Berat rata– rata = 615,715 mg
- untuk mencit 20 gram = 500 mg x 0,0026 = 1,3 mg
- untuk mencit 30 gram = 30 x 1,3 = 1,95 mg
- untuk larutan stok : 50 ml x 1,95 20
: 97,5 mg
c.Glukofan
glibenklamin + metformin x 344,65 mg
251,25 mg
0,975 mg x 97,5 mg x 344,65 mg
251,25 mg
98,475mg x 344,65 mg
251,25 mg
135,082 mg