Upload
fan-ndem
View
30
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
jalan raya seperti itu
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perancangan geometrik jalan merupakan bagian dari perancangan jalan yang
dititik beratkan pada perancangan bentuk fisik jalan sedemikian sehingga dapat
menghasilkan bentuk jalan yang dapat dimanfaatkan untuk operasi lalu lintas dengan
cepat, lancar, aman, nyaman dan efisien. Yang menjadi dasar perancangan geometrik
adalah sifat gerakan, ukuran kendaraan (dimensi dan erat), sifat pengemudi dan
karakteristik arus (kecepatan, kerapatan dan volume) lalu lintas. Dalam perancangan
geometrik ada tiga elemen penting yaitu alinyemen horizontal (trase jalan), terutama
dititik beratkan pada perancangan sumbu jalan; alinyemen vertikal (penampang
memanjang jalan); dan penampang melintang jalan. Dalam perancangan alinyemen
vertikal, pengambilan atau penentuan kelandaian memberi pengaruh pada gerakan
kendaraan terutamakendaraan berat (seperti truk dan bus). Pengaruh dari kelandaian ini
dapat dilihat dari berkurangnya kecepatan kendaraan atau mulai dipergunakannya gigi
rendah.
Dalam perancangan alinyemen vertikal dikenal istilah “kelandaian maksimum”
dan “panjang kritis” terutama dalam perancangan jalan dua lajur dua arah (tanpa median).
Bina Marga sebagai institusi yang berwenang dalam pembinaan jalan sudah
mengeluarkan pedoman/standar dalam menentukan landai maksimum dan panjang kritis.
Standar-standar tersebut banyak mengacu pada hasil-hasil penelitian yang dipublikasikan
oleh American Association of State Highway and Transportation Officials (AASHTO)
dalam bentuk buku pedoman “A Policy on Geometric Design of Highway and Street”.
sedangkan oleh Bina Marga diterbitkan beberapa buku pedoman seperti “Spesifikasi
Standar Untuk Perancangan Geometrik Jalan Luar Kota (Rancangan Akhir)1990” dan
“Tata Cara Perancangan Geometrik Jalan Antar Kota 1997”.
1
Dalam menentukan besaran landai maksimum dan panjang kritis, kendaraan yang
dipakai AASHTO dan Bina Marga tidak sama dengan kondisi kendaraan berat yang
beroperasi di Indonesia sekarang, dimana kondisi sekarang kekuatan (horse power)
kendaraan berat keluaran baru mempunyai daya angkut yang lebih berat, dilain pihak
barang yang diangkut kebanyakan sudah melebihi beban standar yang ditentukan (over
load). Disamping itu masih banyak juga kendaraan lama yang dioperasikan.
Terkadang suatu ruas jalan diperuntukkan hanya bagi kendaraan yang turun.
Dalam kasus tersebut perencana mengabaikan batasan panjang kritis dengan asumsi
bahwa panjang kritis yang ditentukan itu hanya berlaku untuk jalur pendakian saja. Bila
panjang kritis diabaikan, maka problem yang timbul adalah seringnya pengemudi tidak
bisa menguasai kendaraannya ikarenakan adanya kerusakan pada sistem rem. Tetapi
batasan panjang kritis untuk jalur turunan emang tidak ditentukan, maka untuk itu perlu
diadakan penelitian tentang panjang kristis yang ideal untuk jalur turunan. Bila suatu
panjang kritis telah terlampaui (tanjakan terlalu panjang), maka perencana harus
membuat landai antara atau landai peralihan (bisa berupa
turunan atau datar). Landai peralihan ini diperlukan agar kecepatan kendaraan kembali
normal sebelum memasuki tanjakan lagi. Panjang Landai Peralihan ini belum ada
ketentuannya. Sehingga dengan melihat fenomena tersebut perlu dilakukan pengkajian
ulang terhadap penentuan landai maksimum dan panjang kritis yang telah ditetapkan oleh
instansi yang berwenang (Bina Marga) serta perlu ditetapkan panjang landai peralihan
ideal.
2
BAB II
KAJIAN TEORI
2.1 PENGERTIAN JALAN
Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan,
termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas,
yang berada pada permukaan tanah, di atas permukaan tanah, di bawah permukaan tanah
dan/atau air, serta di atas permukaan air, kecuali jalan kereta api, jalan lori, dan jalan
kabel.
2.2 PERANAN PENTING JALAN
Jalan memiliki beberapa peranan penting dalam kehidupan kita, antara lain :
1. Jalan sebagai bagian prasarana transportasi mempunyai peran penting
dalam bidang ekonomi, sosial budaya, lingkungan hidup, politik,
pertahanan dan keamanan, serta dipergunakan untuk sebesar-besar
kemakmuran rakyat.
2. Jalan sebagai prasarana distribusi barang dan jasa merupakan urat nadi
kehidupan masyarakat, bangsa, dan negara.
3. Jalan yang merupakan satu kesatuan sistem jaringan jalan menghubungkan
dan mengikat seluruh wilayah Republik Indonesia.
3
2.3 PENGELOMPOKAN JALAN
Jalan dapat dikelompokan dalam beberapa kelompok yaitu :
1. Jalan umum adalah jalan yang diperuntukkan bagi lalu lintas umum;
2. Jalan khusus adalah jalan yang dibangun oleh instansi, badan usaha,
perseorangan, atau kelompok masyarakat untuk kepentingan sendiri;
3. Jalan tol adalah jalan umum yang merupakan bagian sistem jaringan jalan dan
sebagai jalan nasional yang bagi penggunanya diwajibkan membayar tol
2.4 SISTEM JARINGAN JALAN
1. Sistem jaringan jalan primer
Merupakan sistem jaringan jalan dengan peranan pelayanan distribusi barang dan
jasa untuk pengembangan semua wilayah di tingkat nasional, dengan
penghubungkan semua simpul jasa distribusi yang berwujud pusat-pusat kegiatan.
2. Sistem jaringan jalan sekunder
Merupakan sistem jaringan jalan dengan peranan pelayanan distribusi barang dan
jasa untuk masyarakat di dalam kawasan perkotaan.
2.5 PERENCANAAN JALAN RAYA
Merupakan salah satu proses penting yang menentukan fungsi jalan,kelas jalan
dll.
4
2.6 TUJUAN PERENCANAAN JALAN
Memahami konsep perencanaan jalan raya yang didasarkan atas kelancaran,
keamanan, dan kenyamanankendaraan bergerak, serta menguasai rekayasa detil
geometrik yang meliputi potongan melintang, alinyemen horisontal, alinyemen vertikal,
serta persimpangan.
2.7 Tiga Pembagian Fungsi Jalan
1. Jalan Arteri (Arterial) : high mobility, low access, long trips, fast speeds.
2. Jalan Kolektor (Collector) : moderate, moderate, moderate, moderate)
3. Jalan Lokal (Local) : low, high, short, slow
5
Access vs.Mobility by Design Type (not
functional classification)
2.8 KLASIFIKASI JALAN
Berdasarkan Peraturan Geometrik Jalan Perkotaan, klasifikasi jalan dibagi :
Berdasarkan Jenis Hambatannya
1. Tipe I: pengaturan jalan masuk secara penuh
2. Tipe II: sebagian atau tanpa pengaturan jalan masuk
Kelas Perencanaan
Fungsi Jalan Kelas
PrimerArteri 1
Kolektor 2
Sekunder Arteri 3
JALAN TIPE I
6
Fungsi LHR (dalam SMP) Kelas
Primer
Arteri - 1
Kolektor> 10.000 1
< 10.000 2
Sekunder
Arteri> 20.000 1
< 20.000 2
Kolektor> 6.000 2
< 6.000 3
Jalan Lokal> 500 3
< 500 4
JALAN TIPE II
2.9 PERENCANAAN GEOMETRIK
2.9.1 Pengertian Geometrik
Perencanaan geometrik adalah bagian dari perencanaan jalan yang dititik beratkan
pada perencanaan bentuk fisik sehingga dapat memenuhi fungsi dasar dari jalan
yaitu memberikan pelayanan yang optimum pada arus lalu lintas.
Geometrik merupakan dimensi yang nyata dari suatu jalan beserta bagian-bagian
disesuaikan dengan tuntutan dan sifat-sifat lalu-lintas jalan tersebut.
Secara umum perencanaan geometrik menyangkut aspek-aspek perencanaan
bagian-bagian jalan seperti lebar, tikungan, landai dan jarak pandangan serta
kombinasi dari bagian tersebut, baik untuk jalannya sendiri ataupun pertemuan-
pertemuan yang bersangkutan.
7
2.9.2 Konsep
Alinyemensebenarnya merupakan permasalahan 3D yang disederhanakan
menjadi masalah2D ;
Alinyemen Horisontal (plan view)
Alinyemen Vertikal (profile view)
Stationing
o Sepanjang Alinyemen Horizontal
o –1+200= 1,200 m.
2.9.3 Stationing
1. Sta
tio
ning dimulai dari titik awal proyek dengan nomor station : 0 + 000.
2. Angka sebelah kiri tanda + menunjukkan kilometer, sedangkan sebelah
kanan tanda + merupakan meter.
3. Angka station bergerak keatas dan setiap 50 meter dituliskan pada gambar
perencanaan. Kemudian nomor station pada titik-titik utama tikungan,
yaitu : TS, SC, CS, ST atau TC, serta PI harus dicantumkan. Pemberian
nomor diakhiri pada titik akhir proyek.
8
2.9.4 Alinyemen Horisontal
Alinyemen horizontal adalah garis proyeksi sumbu jalan tegak lurus bidang datar
peta (trase) [Hadiwardoyo,1995]. Trase jalan biasa disebut situasi jalan, secara umum
menunjukan arah dari jalan yang bersangkutan.
Objective: Bentuk Geometry direncanakan untuk memastikan terdapat jaminan :
o Keamanan (Safety)o Kenyamanan (Comfort)
Bagian Penting AlinyemenHorisontal
o Bagian Lurus (Tangents)
o .Lengkung/Tikungan (Curves)
o Transitions
9
2.9.5 Tangen
Merupakan bagian lurus dari trase
Tangen2 dihubungkan dengan Lengkungan2 yang berupa Busur Lingkaran atau Busur Peralihan yang berupa Spiral
Lengkungan2 yang dihubungkan tangen yang satu dan tangen yang lain disebut dengan istilah TIKUNGAN atau Lengkungan Horisontal
10
2.9.6 Type Tikungan
1. Lingkaran / Full Circle (FC)
2. Spiral-Circle-Spiral (S-C-S)
3. Spiral-Spiral (S-S)
11
2.9.7 Full Circle
12
2.9.8 Spiral-Circle-Spiral
13
2.9.9 Spiral-Spiral
14
1.9.1 Jari-Jari Minimum Di Tikungan
1.9.2 Diagram Superelevasi
Adalah Diagram yang menggambarkan perubahan superelevasi/kemiringan
melintang di tikungan.
Cara Penggambaran Diagram Superelevasi
1. Diagram superelevasi digambar berdasarkan elevasi sumbu jalan sebagai garis
nol. Elevasi tepi perkerasan diberi tanda positip atau negatip ditinjau dari
ketinggian sumbu jalan. Tanda positip untuk elevasi tepi perkerasan yang
terletak lebih tinggi dari sumbu jalan dan tanda negatip untuk elevasi tepi
perkerasan yang terletak lebih rendah dari sumbu jalan.
15
2. Pada tikungan Spiral Circle Spiral (S-C-S), pencapaian superelevasi dilakukan
secara linear diawali dari bentuk normal sampai awal lengkung peralihan (TS)
pada bagian lurus jalan, lalu dilanjutkan sampai superelevasi penuh pada
bagian lengkung peralihan (SC).
3. Pada tikungan Full Circle, pencapaian superelevasi dilakukan secara linear,
diawali dari bagian lurus sepanjang 2/3 Ls sampai dengan bagian lingkaran
penuh sepanjang 1/3 bagian panjang Ls.
4. Pada tikungan Spiral-Spiral (S-S) pencapaian superelevasi seluruhnya
dilakukan pada bagian spiral.
16
Diagram Superelevasi Full Circle
Diagram Superelevasi Spiral-Circle-Spiral
17
1.9.3 Alinyemen Vertikal
Alinyemen Vertikal merupakan perpotongan bidang vertikal dengan bidang
permukaan perkerasan jalan melalui sumbu jalan untuk jalan 2 lajur 2 arah atau melalui
tepi dalam masing-masing perkerasan untuk jalan dengan median.
Pertimbangan perencanaan alinyemen vertikal meliputi :
1. . Besarnya biaya pembangunan yang tersedia.
2. Persyaratan yang berhubungan dengan fungsi jalan.
3. Kondisi tanah dasar.
4. Kondisi medan.
5. Muka air banjir.
6. Muka air tanah
7. Kelandaian yang masih memungkinkan.
18
Alinyemen vertikal terdiri atas bagian landai vertikal dan bagian lengkung
vertikal.
Ditinjau dari titik awal perencanaan, bagian landai vertikal dapat berupa
landai positif (tanjakan), atau landai negatif (turunan), atau landai nol (datar).
Bagian lengkung vertikal dapat berupa lengkung cekung atau lengkung
cembung.
1.9.4 Kelandaian Jalan
Kelandaian jalan adalah naik atau turunnya jalan yang dinyatakan dalam %.
Kelandaian + ... % berarti jalan itu naik. Kelandaian -... % berarti jalan itu turun.
Antara kelandaian-kelandaian tersebut dihubungkan dengan suatu lengkungan
vertikal yang berbentuk lengkungan parabola sederhana simetris.
Kelandaian ideal pada alinyemen vertikal menurut kepentingan berlalu lintas
adalah 0% (datar).
19
Kurva Alinyermen Vertikal Cembung
Kutva Alinyemen Vertikal Cekung
20
BAB III
KRITERIA PERENCANAAN DAN PERHITUNGAN
3.1 KELAS JALAN
Kelas jalan untuk perencanaa adalah Kolektor Primer dengan Kecepatan rencana sebesar
40 km/jam
3.2 PERHITUNGAN
Titik A 1 2 BX 511735, 717 511908,287 512047,714 512251,340Y 8820196,252 8820238,172 8820238,172 8820300,00
Diketahui data :
Perhitungan Manual Jarak
Jarak antartitik A - 1
dA-1 = √( X 1−XA)2+(Y 1−YA )2
dA-1 = √(511908,287−511735 ,717 )2+(8820238,172−8820196,252)2
dA-1 = 177.588 m
Jarakantartitik 1 – 2
d1-2 = √( X 2−X 1)2+(Y 2−Y 1)2
d1-2 = √(512047,714−511908,287)2+(8820238,172−8820238,172)2
d1-2 = 139.427 m
21
Jarakantartitik 2 – B
d2-B = √( XB−X 2)2+(YB−Y 2)2
d2-B = √(512251,340−512047,714)2+(8820300,00−8820238,172)2
d2-B = 212.805m
Jarak pada AUTOCAD
Titik Jarak (m)
dA-1 481.6549
d1-2 364.7962
d2-B 510.941
PerhitunganSudutDefleksi Total (Δ)
Δ1= α1- α2
α1 = arc tan X 1−XAY 1−YA
α1 = arc tan 511908,287−5 511735 ,7178820238,172−8820196,252
α1 =arc tan 172,5741.92
(kuadran I)
α1=76°20’47.04’’
α2 = arc tan X 2−X 1Y 2−Y 1
22
SudutDefleksipada AUTOCAD
Δ1 = 54°
Δ2 = 40°
α2 = arc tan 512047,714−511908,287
8820238,172−8820238,172
α2 =arc tan 139.427−10
α2= 87,279° (87°16’44,4’’)
Δ1 = α1- α2
Δ1 =150°27’50,4’’ - 87°16’44,4’’
Δ1 = 63°11’6’’
Δ2 = α3- α2
α3 = arc tan XB−X 2YB−Y 2
α1 = arc tan 512092,881−512131,398
8820425,550−8820171,404
α1 =arc tan −38,517254,146
(kuadran IV)
α1= - 8,618 °+ 360° = 351,382° (351°22’55,2’’)
Δ2 = 360° –( α3- α2)
Δ2 = 360° - (351°22’55,2’’ - 87°16’44,4’’)
Δ2 = 95°53’49,2’’
Lengkungan Spiral Circle Spiral (SCS)
Diketahui :
LebarJalan 2 x 3,5 m
Kecepatanrencana 40 km/jam
emax = 10 %
23
TabelBinaMarga
Ls = 35; Lc = 40
Rc = 50
Unsur – unsure pentingscs
Sudutdefleksi (Δ1) = 63°11’6’’
Xs = Lsx (1-Ls2
40 x Rc2) = 35x (1-352
40 x502) = 34, 571 m
Yc= Ls2
6 x R c❑= 352
6 x50❑ = 4,083 m
Øs = 90 x LsЛ x 50
= 90 x35Л x 50
= 20,054°
P = Ls2
6 x Rc - Rc (1- cosØs) = 352
6 x50- 50 (1-cos 20,054 ) = 1, 052 m
K = Ls - Ls3
40 x Rc2 - Rc sin Øs = 353
40 x502 - 50 sin 20,054° = 17, 426 m
Ts = (Rc + P) tan ½ Δ + K
Ts = (50 + 1,052) tan ½ x 63°11’6’’ + 17, 426 = 48,824 m
Es = (Rc + P) sec ½ Δ – Rc
Es = (50 + 1,052) sec ½ x 63°11’6’’ – 50 = 9,934 m
Lc= (Δ−2 x Ø s )
180x Л xRc
Lc= (87,279 °−2 x 20,054 °)
180x Л x50 = 20,138 m
LTOT = Lc + 2x Ls = 20,138 + 2x 35 = 90,138 m
24
Sudutdefleksi (Δ2) = 95°53’49,2’’
Xs = Ls (1-Ls2
40 x Rc2) = 35(1-352
40 x502) = 34, 571 m
Yc = Ls2
6 x Rc❑= 352
6 x50❑ = 4,083 m
Øs = 90 x LsЛ x 50
= 90 x35Л x 50
= 20,054°
P = Ls2
6 x Rc - Rc (1- cosØs) = 352
6 x50- 50 (1-cos 20,054 ) = 1, 052 m
K = Ls - Ls3
40 x Rc2 - Rc sin Øs = 353
40 x502 - 50 sin 20,054° = 17, 426 m
Ts = (Rc + P) tan ½ Δ + K
Ts = (50 + 1,052) tan ½ x 95°53’49,2’’+ 17, 426 = 74,0226m
Es = (Rc + P) sec ½ Δ – Rc
Es = (50 + 1,052) sec ½ x 95°53’49,2’’– 50 = 26,21996 m
Lc= (Δ−2 x Ø s )
180x Л xRc
Lc = (351,382 °°−2 x 20,054 °)
180x Л x 50 = 48,6851 m
LTOT = Lc + 2x Ls = 48,6851 + 2x 35 = 118,6851 m
KontrolOverlab
Jarak1-2 – Ts 1 – Ts 2 > 25 m
246, 556 – 48, 824 – 74, 024 > 25 m
25
123, 708m > 25 m
Titik STA danElevasi
SCS 1
Ts1 = 9 + 20,686
107,758 x 2 = 9,384 m
Sc1 = 9+ 53,676112,342
x 2 = 9,956 m
Cs1 = 9 + 68,627
102,324 x 2 = 10,341 m
St1 = 9 + 89,09994,887
x 2 = 10,878 m
SCS 2
Ts2 = 9 + 128,36635,378
x 2 = 10,896 m
Sc2 = 9 + 94,753
121,537 x 2 = 10,559 m
Cs2 = 11 – 62,82095,017
x 2 = 9,678 m
St2 = 11 – 80,592
99,2654 x 2 = 9,376 m
Penomoran STA
26
STA. 0+0 = 6 +8,956
25+8,956+0,84 = 6, 257 m
STA. 0 + 25 = 7 + 0.84
25+8,956+0,84 x 1 = 6,976 m
STA. 0 + 50 = 7 + 24,16
55,080 x 1 = 7,439 m
STA. 0 + 75 = 8 – 8,84455,080
x 1 = 7,839 m
STA. 0 + 100 = 8 + 18,99079,226
x 1 = 8,240 m
STA. 0 + 125 = 8 + 43,82279,226
x 1 = 8,553 m
STA. 0 + 150 = 9 – 13,35179,226
X 1 = 8,831 m
STA. 0 + 175 = 9 + 17,706106,052
X 2 = 9,334 m
STA. 0 + 200 = 9 + 41,105
108,818 X 2 = 9,755 m
STA. 0 + 225 =
STA. 0 + 250 = 9 + 63,834
104.396 X 2 = 10,223 m
STA. 0 + 275 = 11 – 21,573110,279
X 2 = 10,609 m
STA. 0 + 300 = 11 + 12,04855,438
X 1 = 11,217 m
STA. 0 + 325 = 9 + 33 ,68063,063
X 2 = 10,068 m
STA. 0 + 350 = 9 + 29,500
101,4131 X 2 = 9,582 m
27
STA. 0 + 375 = 9 + 24 , 21991,5105
X 2 = 9,529 m
STA. 0 + 400 = 9 + 45,909
64,7511 X 2 = 10,418 m
STA. 0 + 425 = 11 – 20,904
122,164 X 2 = 10,658 m
STA. 0 + 450 = 11 – 44,877
129,772 X 2 = 10,308 m
STA. 0 + 475 = 11 –44,114
108,549 X 2 = 10,187 m
STA. 0 + 500 = 9 + 59,30788,683
X 2 = 10,338 m
STA. 0 + 525 = 9 + 51,443124,371
X 2 = 9, 828 m
STA. 0 + 550 = 9 + 10,110
101,414 X 2 = 9,199 m
STA. 0 + 575 = 8 + 26,26645,638
X 1 = 8,576 m
STA. 0 + 600 = 7, 999 m
STA. 0 + 625 = 8 – 26,06990,4811
X 1 = 7,712 m
STA. 0 + 650 = 7 + 40,85190,811
X 1 = 7, 451 m
STA. 0 + 675 = 7 + 16,70490,4811
X 1 = 7,185 m
STA. 0 + 700 = 7 – 14,072
158,594 X 1 = 6,911 m
STA. 0 + 725 = 7 – 43,502
166,670 X 1 = 6,739 m
28
29