23
Laporan Praktikum Pembatikan I. TANGGAL PRAKTIKUM 21 Januari 2015 - Selesai II. JUDUL PRAKTIKUM Pembatikan III. TUJUAN PRAKTIKUM Mahasiswa dapat menerapkan teori mengenai pembatikan kain secara tradisional berikut tahap-tahap sampai diperoleh hasil akhir kain yang sudah bermotif. IV. DASAR TEORI PENGERTIAN BATIK Batik merupakan budaya yang telah lama berkembang dan dikenal oleh masyarakat Indonesia. Kata batik mempunyai beberapa pengertian. Menurut Hamzuri dalam bukunya yang berjudul Batik Klasik, pengertian batik merupakan suatu cara untuk memberi hiasan pada kain dengan cara menutupi bagian-bagian tertentu dengan menggunakan perintang. Zat perintang yang sering digunakan ialah lilin atau malam.kain yang sudah digambar dengan menggunakan malam kemudian diberi warna dengan cara pencelupan.setelah itu malam dihilangkan dengan cara merebus kain. Akhirnya dihasilkan sehelai kain yang disebut batik berupa beragam motif yang mempunyai sifat-sifat khusus. 1

Laporan BATIK

Embed Size (px)

DESCRIPTION

laporan praktek pembatikan

Citation preview

Laporan Praktikum

Laporan PraktikumPencapan dengan Zat Warna Pigmen

I. TANGGAL PRAKTIKUM21 Januari 2015 - Selesai

II. JUDUL PRAKTIKUMPembatikan

III. TUJUAN PRAKTIKUMMahasiswa dapat menerapkan teori mengenai pembatikan kain secara tradisional berikut tahap-tahap sampai diperoleh hasil akhir kain yang sudah bermotif.

IV. DASAR TEORIPENGERTIAN BATIKBatik merupakan budaya yang telah lama berkembang dan dikenal oleh masyarakat Indonesia. Kata batik mempunyai beberapa pengertian. Menurut Hamzuri dalam bukunya yang berjudul Batik Klasik, pengertian batik merupakan suatu cara untuk memberi hiasan pada kain dengan cara menutupi bagian-bagian tertentu dengan menggunakan perintang. Zat perintang yang sering digunakan ialah lilin atau malam.kain yang sudah digambar dengan menggunakan malam kemudian diberi warna dengan cara pencelupan.setelah itu malam dihilangkan dengan cara merebus kain. Akhirnya dihasilkan sehelai kain yang disebut batik berupa beragam motif yang mempunyai sifat-sifat khusus.Secara etimologi kata batik berasal dari bahasa Jawa, yaitutik yang berarti titik / matik (kata kerja, membuat titik) yang kemudian berkembang menjadi istilah batik (Indonesia Indah batik, 1997, 14). Di samping itu mempunyai pengertian yang berhubungan dengan membuat titik atau meneteskan malam pada kain mori. Menurut KRT.DR. HC. Kalinggo Hanggopuro (2002, 1-2) dalam buku Bathik sebagai Busana Tatanan dan Tuntunan menuliskan bahwa, para penulis terdahulu menggunakan istilah batik yang sebenarnya tidak ditulis dengan kataBatik akan tetapi seharusnyaBathik. Hal ini mengacu pada huruf Jawa tha bukan ta dan pemakaiaan bathik sebagai rangkaian dari titik adalah kurang tepat atau dikatakan salah. Berdasarkan etimologis tersebut sebenarnya batik identik dikaitkan dengan suatu teknik (proses) dari mulai penggambaran motif hingga pelorodan. Salah satu yang menjadi ciri khas dari batik adalah cara pengambaran motif pada kain ialah melalui proses pemalaman yaitu mengoreskan cairan lilin yang ditempatkan pada wadah yang bernama canting dan cap.

SEJARAH PERKEMBANGAN BATIKDitinjau dari perkembangan, batik telah mulai dikenal sejak jaman Majapahit dan masa penyebaran Islam. Batik pada mulanya hanya dibuat terbatas oleh kalangan keraton. Batik dikenakan oleh raja dan keluarga serta pengikutnya. Oleh para pengikutnya inilah kemudian batik dibawa keluar keraton dan berkembang di masyarakat hingga saat ini. Berdasarkan sejarahnya, periode perkembangannya batik dapat dikelompokkan sebagai berikut :Jaman Kerajaan MajapahitBerdasarkan sejarah perkembangannya, batik telah berkembang sejak jaman Majapahit. Mojokerto merupakan pusat kerajaan Majapahit dimana batik telah dikenal pada saat itu. Tulung Agung merupakan kota di Jawa Timur yang juga tercatat dalam sejarah perbatikan. Pada waktu itu, Tulung Agung masih berupa rawa-rawa yang dikenal dengan nama Bonorowo, dikuasai oleh Adipati Kalang yang tidak mau tunduk kepada Kerajaan Majapahit hingga terjadilah aksi polisionil yang dilancarkan oleh Majapahit. Adipati Kalang tewas dalam pertempuran di sekitar desa Kalangbret dan Tulung Agung berhasil dikuasai oleh Majapahit. Kemudian banyak tentara yang tinggal di wilayah Bonorowo (Tulung Agung) dengan membawa budaya batik. Merekalah yang mengembangkan batik. Dalam perkembangannya, batik Mojokerto dan Tulung Agung banyak dipengaruhi oleh batik Yogyakarta. Hal ini terjadi karena pada waktu clash tentara kolonial Belanda dengan pasukan Pangeran Diponegoro, sebagian dari pasukan Kyai Mojo mengundurkan diri ke arah timur di daerah Majan. Oleh karena itu, ciri khas batik Kalangbret dari Mojokerto hampir sama dengan batik Yogyakarta, yaitu dasarnya putih dan warna coraknya coklat muda dan biru tua.Jaman Penyebaran IslamBatoro Katong seorang Raden keturunan kerajaan Majapahit membawa ajaran Islam ke Ponorogo, Jawa Timur. Dalam perkembangan Islam di Ponorogo terdapat sebuah pesantren yang berada di daerah Tegalsari yang diasuh Kyai Hasan Basri. Kyai Hasan Basri adalah menantu raja Kraton Solo. Batik yang kala itu masih terbatas dalam lingkungan kraton akhirnya membawa batik keluar dari kraton dan berkembang di Ponorogo. Pesantren Tegalsari mendidik anak didiknya untuk menguasai bidang-bidang kepamongan dan agama. Daerah perbatikan lama yang dapat dilihat sekarang adalah daerah Kauman yaitu Kepatihan Wetan meluas ke desa Ronowijoyo, Mangunsuman, Kertosari, Setono, Cokromenggalan, Kadipaten, Nologaten, Bangunsari, Cekok, Banyudono dan Ngunut.Batik Solo dan YogyakartaBatik di daerah Yogyakarta dikenal sejak jaman Kerajaan Mataram ke-I pada masa raja Panembahan Senopati. Plered merupakan desa pembatikan pertama. Proses pembuatan batik pada masa itu masih terbatas dalam lingkungan keluarga kraton dan dikerjakan oleh wanita-wanita pengiring ratu. Pada saat upacara resmi kerajaan, keluarga kraton memakai pakaian kombinasi batik dan lurik. Melihat pakaian yang dikenakan keluarga kraton, rakyat tertarik dan meniru sehingga akhirnya batikan keluar dari tembok kraton dan meluas di kalangan rakyat biasa.Ketika masa penjajahan Belanda, dimana sering terjadi peperangan yang menyebabkan keluarga kerajaan yang mengungsi dan menetap di daerah-daerah lain seperti Banyumas, Pekalongan, dan ke daerah timur Ponorogo, Tulung Agung dan sebagainya maka membuat batik semakin dikenal di kalangan luas.Batik di Wilayah LainPerkembangan batik di Banyumas berpusat di daerah Sokaraja. Pada tahun 1830 setelah perang Diponegoro, batik dibawa oleh pengikut-pengikut Pangeran Diponegoro yang sebagian besar menetap di daerah Banyumas. Batik Banyumas dikenal dengan motif dan warna khusus dan dikenal dengan batik Banyumas. Selain ke Banyumas, pengikut Pangeran Diponegoro juga ada yang menetap di Pekalongan dan mengembangkan batik di daerah Buawaran, Pekajangan dan Wonopringgo.Selain di daerah Jawa Tengah, batik juga berkembang di Jawa Barat. Hal ini terjadi karena masyarakat dari Jawa Tengah merantau ke kota seperti Ciamis dan Tasikmalaya. Daerah pembatikan di Tasikmalaya adalah Wurug, Sukapura, Mangunraja dan Manonjaya. Di daerah Cirebon batik mulai berkembang dari keraton dan mempunyai ciri khas tersendiri.

TEKNIK PEMBATIKANTeknik batik pada dasarnya adalah suatu teknik pewarnaan pada kain menggunakan penutupan kain dengan malam sehingga menghalangi pewarna kain untuk menyebar sehingga menjadi kain dengan corak dan hiasan warna yang bermacam-macam. Pada dasarnya teknik membatik ini sudah ada sejak jaman dahulu, dan menjadi suatu seni jaman kuno.Bukti bahwa teknik batik sudah ada sejak jaman dahulu adalah pada penemuan mumi yang terbungkus kain dengan berlapis malam yang membentuk pola merupakan salah satu buktinya. Mumi ini diperkirakan meninggal pada abad ke 4 sebelum masehi. Teknik batik serupa juga ditemukan di Asia khususnya di dataran Tiongkok pada masa dinasti Tang sekitar tahun 618-907 masehi, juga di India dan Jepang pada masa periode Nara tahun 645-794 masehi. Di Afrika teknik batik sudah dikenal oleh suku Yoruba di Nigeria, suku Soninke dan suku Wolof di Negara Senegal.Di Indonesia batik dipercaya sudah ada semenjak zaman Majapahit, dan menjadi sangat populer akhir abad XVIII atau awal abad XIX. Pada saat itu kesemuanya berupa batik tulis, karena memang belum ada mesin yang bias membuat batik tulis. Sedangkan batik cap baru ditemukan pada sekitar jaman perang dunia pertama sampai dengan sekarang.J.L.A. Brandes seorang arkeolog Beland dan F.A. Sutjipto, sejarawan Indonesi mempercayai bahwa tradisi batik adalah asli dari daerah seperti Toraja, Flores, Halmahera, dan Papua. Perlu dicatat bahwa wilayah tersebut bukanlah area yang dipengaruhi oleh Hinduisme tetapi diketahui memiliki tradisi kuno dalam pembuatan batik.Di pulau Jawa, batik sudah dikenal pada abad ke 12 masehi. G. P. Rouffaer seorang sejarawan dari Belanda yang berkonsentrasi dengan sejarah di Indonesia menulis bahwa pada abad 12 masehi batik dengan pola Gringsing sudah dibuat di Kediri, Jawa Timur. Dia menyimpulkan bahwa pola seperti ini hanya bisa dibentuk dengan menggunakan alat canting, sehingga ia berpendapat bahwa canting ditemukan di Jawa pada masa sekitar itu. Detil ukiran kain yang menyerupai pola batik dikenakan oleh Prajnaparamita, arca dewi kebijaksanaan buddhis dari Jawa Timur abad ke-13. Corak pakaian yang menampilkan pola sulur tumbuhan dan kembang-kembang rumit yang mirip dengan pola batik tradisional Jawa yang dapat ditemukan kini. Hal ini menunjukkan bahwa membuat pola batik yang rumit yang hanya dapat dibuat dengan canting telah dikenal di Jawa sejak abad ke-13 atau bahkan lebih awal. Tetapi G. P. Rouffaer sendiri mempercayai bahwa teknik batik dari Jawa ini mungkin diperkenalkan dari India atau Srilangka pada abad ke-6 atau ke-7 masehi. Dimana India dan Srilangka merupakan pusat dari agama Hindu yang menyebar samapi dengan pulau Jawa.Pada sejarah Eropa, teknik batik pertama kali dituliskan oleh Sir Thomas Stanford Raffles dalam bukunya History of Java. Buku ini pertama kali dipublikasikan di London tahun 1817. Sang penulis pernah menjabat sebagai gubernur Inggris semasa Napoleon menduduki Belanda. Pada tahun 1873 di Rotterdam Belanda, seorang saudagar bernama Van Rijekevorsel memberikan hadiah berupa selembar kain batik ke Museum Etnik di kota itu. Saat itulah batik mulai terkenal di Eropa dan mencapai masa keemasannya. Pada tahun 1900 batik Indonesia memukau para pengunjung pameran dan seniman pada saat dipamerkan di Exposition Universelle di Paris.Saat jaman industrisasi dan globalisasi dating, teknik batik juga ikut berubah. Para pengrajin membuat mesin untuk memproduksi batik dengan jumlah banyak. Hasil dari mesin pembuat batik ini dikenal dengan batik cap dan batik cetak/ printing, sedangkan batik yang dibuat manual dengan tangan dengan alat canting dan menggunakan malam disebut sebagai batik tulis.

SENI BATIKSeni batik pada dasarnya merupakan seni lukis dengan bahan: kain, canthing dan malam sebangsa cairan lilin. Canthing biasanya berbentuk seperti mangkuk kecil dengan tangki (pegangan) terbuat dari kayu atau bambu dan bermoncong satu atau lebih. Canthing yang bermoncong satu untuk membuat garis, titik atau cerek, sedangkan canthing yang bermoncong beberapa (dapat sampai tujuh) dipakai untuk membuat hiasan berupa kumpulan titik-titik.

Masih bertahannya seni batik sampai jaman moderen ini, tidak dapat dilepaskan adanya kebanggaan, adat tradisi, sifat religius dari ragam hias batik, serta usaha untuk melestarikan pemakai batik tradisional dan tata warna tradisional. Dilihat dari proses pembuatannya ada batik tulis dan batik cap. Dengan semakin berkembangnya motif dan ragam hias batik cap, mengakibatkan batik tulis tradisional mengalami kemunduran. Hal ini dapat dimengerti sebab batik tulis secara ekonomis harga relatif mahal dan jumlah pengrajin batik tulis semakin berkurang.Sekarang ini ada beberapa daerah yang masih dapat dikatakan sebagai daerah pembatikan tradisional. Daerah yang dimaksud antara lain: Surakarta, Yogyakarta, Cirebon, Indramayu, Garut, Pekalongan, Lasem, Madura, Jambi, Sumatera Barat, Bali dan lain-lain.Surakarta atau Surakarta Hadiningrat juga dikenal dengan nama Solo merupakan ibukota kerajaan dari Karaton Surakarta Hadiningrat. Surakarta merupakan pusat pusat pemerintahan, agama dan kebudayaan. Sebagai pusat kebudayaan Surakarta tidak dapat dilepaskan sebagai sumber seni dan ragam hias batiknya. Ragam hias batik umumnya bersifat simbolos yang erat hubungannya dengan filsafat Jawa-Hindu, misalnya :a. Sawat atau hase sayap melambangkan mahkota atau perguruan tinggi.b. Meru gunung melambangkan gunung atau tanahc. Naga ular melambangkan air (tula atau banyu)d. Burung melambangkan angin atau dunia atase. Lidah api melambangkan nyala api atau geniPenciptaan ragam hias batik tidak hanya memburu keindahannya saja, tetapi juga memperhitungkan nilai filsafat hidup yang terkandung dalam motifnya. Yang dalam filsafat hidup tersebut terkandung harapan yang luhur dari penciptanya yang tulus agar dapat membawa kebaikan dan kebahagiaaan pemakainya. Beberapa contoh :a. Ragam hias slobong, yang berarti agak besar atau longgar atau lancar yang dipakai untuk melayat dengan harapan agar arwah yang meninggal dunia tidak mendapat kesukaran dan dapat diterima di sisi Tuhan Yang Maha Esa.

b. Ragam hias sida mukti, yang berarti jadi bahagia, dipakai oleh pengantin pria dan wanita, dengan harapan agar pengantin terus-menerus hidup dalam kebahagiaan.Dengan demikian dapatlah dinyatakan bahwa ragam hias dalam seni batik aturan dan tata cara pemakainya menyangkut harapan pemakainya. Disamping itu, khusus di Karaton Surakarta, ragam hias batik (terutama kain batik) dapat menyatakan kedudukan sosial pemakainya, misalnya ragam hias batik parang rusak barong atau motif lereng hanya boleh dipakai oleh raja dan putra sentana. Bagi abdi dalem tidak diperkenankan memakai ragam hias tersebut.JENIS KAIN YANG DIPAKAI UNTUK MEMBATIKAdapun jenis kain yang dapat dipakai untuk proses pembatikan, antara lain :A. Kain Katun Primissima ( terbaik )B. Kain Katun Prima ( Sedang )C. Kain Belacu ( Rendah )D. Kain Belacu Abu Abu ( Buruk )BAHAN DAN PERALATAN PEMBATIKANAdapun bahan dan peralatan yang digunakan untuk pembuatan Batik Tulis adalah sebagai berikut :1. Kain mori2. BandulBandul dibuat dari timah, atau kayu, atau batu yang dikantongi. Fungsi pokok bandul ialah untuk menahan mori yang baru dibatik agar tidak mudah tergeser ditiup angin, atau tarikan si pembatik secara tidak disengaja. Jadi tanpa bandul pekerjaan membatik dapat dilaksanakan.3. DingklikDingklik merupakan tempat duduk orang yang membatik, tingginya disesuaikan dengan tinggi orang duduk saat membatik.

4. GawanganGawangan terbuat dari kayu atau bambu yang mudah dipindah-pindahkan dan kokoh. Fungsi gawangan ini untuk menggantungkan serta membentangkan kain mori sewaktu akan dibatik dengan menggunakan canting.5. WajanWajan ialah perkakas untuk mencairkan malam (lilin untuk membatik). Wajan dibuat dari logam baja, atau tanah liat. Wajan sebaiknya bertangkai supaya mudah diangkat dan diturunkan dari perapian tanpa mempergunakan alat lain. Oleh karena itu wajan yang dibuat dari tanah liat lebih baik daripada yang dari logam karena tangkainya tidak mudah panas. Tetapi wajan tanah liat agak lambat memanaskan malam.6. Anglo (Kompor)Anglo dibuat dari tanah liat, atau bahan lain. Anglo ialah alat perapian sebagai pemanas malam. Kompor dibuat dari Besi dengan diberi sumbu.. Apabila mempergunakan anglo, maka bahan untuk membuat api ialah arang kayu. Jika mempergunakan kayu bakar anglo diganti dengan keren; keren inilah yang banyak dipergunakan orang di desa-desa. Kerena pada prinsipnya sama dengan anglo, tetapi tidak bertingkat.7. TepasTepas ini tidak dipergunakan jika perapian menggunakan kompor. Tepas ialah alat untuk membesarkan api menurut kebutuhan ; terbuat dari bambu. Selain tepas, digunakan juga ilir/kipas. Tepas dan ilir pada pokoknya sama, hanya berbeda bentuk. Tepas berbentuk empat persegi panjang dan meruncing pada salah satu sisi lebarnya dan tangkainya terletak pada bagian yang runcing itu.8. KemplonganKemplongan merupakan alat yang terbuat dari kayu yang berbentuk meja dan palu pemukul alat ini dipergunakan untuk menghaluskan kain mori sebelum di beri pola motif batik dan dibatik.9. CantingCantingmerupakan alat untuk melukis atau menggambar dengan coretan lilin malam pada kain mori. Canting ini sangat menentukan nama batik yang akan dihasilkan menjadi batik tulis. Alat ini terbuat dari kombinasi tembaga dan kayu atau bamboo yang mempunyai sifat lentur dan ringan.10. TaplakTaplak berfungsi untuk menutup dan melindungi paha pembatik dari tetesan lilin/malam dari canting.

Proses pembuatan batik tulis adalah sebagai berikut :1. PencucianPencucian kain batik tradisional sebaiknya dengan menggunakan cairan air lerak. Air lerak ini biasanya sudah tersedia dalam kemasan botol atau dapat juga menggunakan cairan lerak yang kita buat sendiri. Sebaiknya jangan menggunakan sabun cuci.Adapun cara pencucian kain batik ini dapat dilakukan sebagai berikut :a. Pencucian kain batik dengan menggunakan Air Lerak (kemasan botol)Ambil air 5 liter + 3 tutup botol air lerak ,diaduk. Rendam kain kedalam larutan selanjutnya kain dikucek sampai air leraknya berbusa.Dibilas dengan air bersih.b. Pencucian kain batik dengan Biji LerakSiapkan air 5 liter + 3-5 biji Lerak Rendam kain ke dalam larutan Rendam kain kedalam larutan selanjutnya kain dikucek sampai air leraknya berbusa. Dibilas dengan air bersih. Pengkajian dapat dilakukan sesuai dengan keperluan. Bila diperlukan, setelah dilakukan pencucian kain batik supaya permukaannya bagus dapat dilakukan pengkajian. Pengkajian dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :1) Siapkan 5 liter air panas.2) Larutkan 2 sendok makan tepung kanji dalam 1 gelas air dingin.3) Masukkan larutan kanji ke dalam 5 liter air panas dalam ember, diaduk rata.4) Masukkan kain batik kedalam ember ratakan larutannya, diamkan sebentar.5) Angkat , peras dan dikeringkan.6) Diangin-anginkan.

2. MenglowongMenglowong adalah memulai pekerjaan membatik dengan dua tahapan ngrengreng yaitu memberi gambar corak dengan menggunakan lilin (malam) pada salah satu penampang atau permukaan kain mori kemudian nerusi yaitu permukaan sebaliknya perlu juga digambar lagi atau diblat.

3. NembokYaitu menutup gambar dengan lilin agar gambar-gambar yang dikehendaki tetap berwarna putih.

4. MedelYaitu kain putih yang sudah selesai diklowong atau ditembok kemudian dicelupkan kedalam bak yang berisi laretan indigo.

5. MbironiYaitu kain yang telah dimedel, agar warna biru yang dikehendaki tetap berwarna biru, maka kain yang putih perlu ditutp dengan lilin atau malam agar jangan sampai tercampur dengan warna lain, kegiatan ini biasanya dilakukan dengan menggunakan canting.

6. Nyogakain yang telah selesai dibironi kemudian satu per satu dimasukkan kedalam soga agar mendapat warna coklat.

7. MelorotMerupakan tahapan pekerjaan akhir yaitu dengan melepaskan semua lilin yang masih tertinggal pada kain.

8. MelipatYaitu tahapan melipat kain batik sesuai dengan jenis dan ukuran.

9. NggebukiAdalah pekerjaan dimana kain-kain batik setelah menjadi lipatan-lipatan yang sesuai kemudian dipukul dengan alas dan alat pemukul dari kayu jati sehingga akan menghasilkan batik tulis yang halus dan terlipat dengan rapi untuk kemudian siap dipasarkan.

10. PengeringanUntuk Pengeringankain batik sebaiknya dengan cara diangin-anginkan pada tempat yang teduh jangan dijemur dibawah sinar matahari langsung. Jangan menggunakan Setrika untuk menghaluskan permukaan kain batik.

11. PenyimpananPengasapan dengan menggunakan ratus dapat dilakukan untuk membuat kain batik menjadi harum sebelum disimpan. Penyimpanan kain batik sebaiknya dimasukkan kedalam almari yang tertutup tidak terkena sinar lampu atau matahari secara langsung dan pada tempat yang tidak lembab. Pemberian kapur barus didalam almari yang dipergunakan untuk menyimpan kain batik, dapat dimasukkan kedalam kantong kain kecil atau ditumbuk dimasukkan kedalam mangkuk kecil. Fungsi kapur barus untuk mengusir ngengat, supaya kainbatiktidak dimakan ngengat.

CIRI-CIRI BATIK TULISCiri-ciri batik tulis adalah tanda-tanda yang mudah dikenal secara visual baik pada batik tradisi maupun non tradisi, antara lain yaitu:1. Pada pola desain batik tulis tidak terdapat ciri bolak-balik yang berulang secara cepat.2. Bentukmotif batik, garis dan isen-isen tidak berulang sama baik dalam suatu desain maupun desain ulangnya.3. Kain batik tulis berbaulilin batik.4. Bila ada remukan lilin (khususnya yang sengaja dibuat), tidak akan dapat secara teratur dan berulang.5. Warna batik tulis kedua bidang bolak-balik sama.

V. ALAT1. Canting2. Pemanas/kompor3. Wajan

VI. BAHAN1. Kain Mori2. Malam3. Pensil4. Zat warna naftol AS-BR5. Garam GC

VII. PROSEDUR KERJA

1. Buat motif atau corak pada kain mori sesuai dengan pola yang diinginkan.2. Lelehkan malam sesuai keperluan.3. Ambil lilin yang sudah leleh menggunakan canting dan tuliskan pada kain mori yang sudah bermotif.4. Maasukan ke dalam larutan pewarnaan untuk mendapatkan warna yang diinginkan.5. Siapkan air panas untuk melorot lillin yang menempel pada kain mori.6. Cuci kain hingga bersih dan keringkan hingga benar-benar kering.7. Lakukan perintangan ulang untuk mendapatkan warna kedua, dan lakukan seperti pada prosedur sebelumnya yakni pencucian dan pengeringan.

Resep PencelupanResep dasar celupan ke 1Larutan Naftol (Anset) AS-BR Zat Warna Naftol = 2 gr NaOH 38 Bc= 1-2 gr atau 5 ml/lLarutan Garam Diazonium= 6 gr

Cara pembuatan larutan anset : Buat larutan anset sebanyak 2 liter Zat warna naftol AS-BR 2 gr x 2 liter = 4 gr, ambil air dari 2 liter yg telah disediakan sebanyak 5 ml panaskan, kemudian masukan zat warna naftol ke dalam air panas. Tambahkan 5 ml x 2 liter = 10 ml NaOH 38 Bc aduk sampai benar-benar larut (larutan bening). Masukan zat warna ke dalam larutan induk yang sudah jernih. Masukan kain batik ke dalam larutan anset kira-kira selama 15 menit sambil digoyangkan pada suhu kamar. Atus kain batik hingga tidak menetes.Cara membuat larutan garam diazonium : Buat larutan garam diazonium untuk 2 liter. 6 gr x 2 liter = 12 gr (garam GC) larutkan dalam air hingga merata. Masukan kain yang sudah diatuskan ke dalam larutan garam dalam keadaan terlentang selama 10 menit sambil digoyangkan. Angkat kain dan cuci hingga sisa warna bersih.Cara membuat air lorotan : Panaskan air di dalam panci pemanas hingga mendidih. Masukan kain batik hingga seluruh malam terlorot (bersih/terlepas dari kain). Cuci sampai bersih, kemudian keringkan.

VIII. HASIL PERCOBAAN

Hasil Pembatikan

IX. PEMBAHASAN

Pada proses pembatikan kali ini didapatkan hasil yang kurang bagus karena motif batik yang dihasilkan kurang terlihat dengan jelas dan juga kurang rapih, serta warna yang dihasilkan kurang tajam. Hal ini disebabkan pada saat awal membuat pola batik dengan menggunakan pensil pun sudah tidak rapih ditambah lagi ketika proses nembok dengan lilin malam banyak yang meluber keluar dari pola yang sudah dibuat. Warna yang dihasilkan kurang tajam dapat diakibatkan ketika proses perendaman kain di dalam larutan anset dan larutan diazonium kurang merata dan kurang meresap ke dalam kain serta ketika proses pelorodan lilin belum hilang sempurna sehingga warna yang dihasilkan kurang maksimal karena masih ada yang tertutup oleh lilin.

X. KESIMPULAN

Dari percobaan pembatikan kali ini didapatkan hasil yang kurang maksimal karena disebabkan oleh beberapa faktor pada saat pengerjaannya.

XI. DAFTAR PUSTAKA

1. http://www.karatonsurakarta.com/batik.html diakses pada tanggal 10 Februari 20152. https://rumahusahalaudza.wordpress.com/2013/03/23/proses-pembatikan-secara-lengkap/ diakses pada tanggal 10 Februari 20153. http://batikdan.blogspot.com/2011/06/batik-tulis.html diakses pada tanggal 10 Februari 20154. http://indonesia.gunadarma.ac.id/batik/index.php?option=com_content&view=article&id=205:sejarah-batik&Itemid=232 diakses pada tanggal 10 Februari 2015Laporan PraktikumPembatikan

5. http://www.tradisionalindo.com/blog/sejarah-teknik-batik-di-indonesia diakses pada tanggal 10 Februari 201513

16