Upload
ufia-arba-dzukhron
View
466
Download
45
Embed Size (px)
DESCRIPTION
laporan beton prategang untuk tugas akhir politeknik negeri jakarta teknik sipil
Citation preview
No./TA/S1T-PJJ-PJJ/2015TUGAS AKHIR
PERENCANAAN GELAGAR I BETON PRATEGANG MINIMUM 60 METERUNTUK JEMBATAN JALAN RAYA MENGGUNAKAN VISUAL BASIC 2015
Disusun untuk melengkapi salah satu syarat kelulusan Program S1 TerapanPoliteknik Negeri Jakarta
Disusun Oleh :Ufia Arba DzukhronNIM. 4111010024
Pembimbing :Andi Indianto Drs., S.T., M.T.NIP. 19610928 198703 1002
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN PERANCANGAN JALAN DAN JEMBATAN KONSENTRASI JALAN TOLPOLITEKNIK NEGERI JAKARTA2015
48
HALAMAN PERSETUJUAN
Laporan Tugas Akhir berjudul :PERENCANAAN GELAGAR I BETON PRATEGANG MINIMUM 60 METER UNTUK JEMBATAN JALAN RAYA MENGGUNAKAN VISUAL BASIC 2015 yang disusun oleh Ufia Arba Dzukhron (NIM.4111010024) telah disetujui dosen pembimbing untuk dipertahankan dalam Sidang Tugas Akhir Tahap I
Pembimbing
Andi Indianto Drs., S.T., M.T.NIP. 19610928 198703 1002
44
HALAMAN PENGESAHAN
Laporan Tugas Akhir berjudul :PERENCANAAN GELAGAR I BETON PRATEGANG MINIMUM 60 METER UNTUK JEMBATAN JALAN RAYA MENGGUNAKAN VISUAL BASIC 2015 yang disusun oleh Ufia Arba Dzukhron (NIM.4111010024) telah dipertahankan dalam Sidang Tugas Akhir Tahap I didepan Tim Penguji pada hari Selasa tanggal 14 April 2015.
Nama Tim PengujiTanda Tangan
KetuaBadihi S.T.NIP. 19500808 198403 1002
AnggotaAmalia S.Pd., S.ST., M.TNIP. 19740131 199802 2001
AnggotaFauzri Fahimuddin Ir., M.Sc., Dr.Eng.NIP. 19590206 198903 1002
MengetahuiKetua Jurusan Teknik SipilPoliteknik Negeri Jakarta
Putera Agung Maha Agung S.T., M.T., Ph.D.NIP. 19660602 199003 1002
KATA PENGANTAR
ABSTRAK
Kata kunci :
DAFTAR ISI
HALAMAN PERSETUJUANiiHALAMAN PENGESAHANiiiKATA PENGANTARivABSTRAKvDAFTAR ISIviDAFTAR TABELxDAFTAR GAMBARxiDAFTAR LAMPIRANxiiiBAB IPENDAHULUAN11.1Latar Belakang11.2Masalah Penelitian21.2.1Identifikasi Masalah21.2.2Perumusan Masalah21.3Tujuan Penelitian31.4Manfaat dan Signifikansi Penelitian31.5Pembatasan Masalah31.6Sistematika Penulisan4BAB IITINJAUAN PUSTAKA62.1Beton62.1.1Mutu Beton72.1.2Tegangan Izin72.1.3Modulus Elastisitas72.1.4Selimut Beton72.2Tulangan Beton82.2.1Kuat Tarik Putus82.2.2Kuat Tarik Leleh82.2.3Tegangan Izin82.2.4Modulus Elastisitas82.3Tulangan Prategang82.3.1Kuat Tarik Putus82.3.2Kuat Tarik Leleh92.3.3Tegangan Izin92.3.4Modulus Elastisitas92.4Penampang Gelagar Prategang92.5Daerah Aman Kabel102.6Angkur122.7Dongkrak132.8Kehilangan Prategang152.8.1Kehilangan Prategang Akibat Gesekan Tendon152.8.2Kehilangan Prategang Akibat Slip Pengangkuran162.8.3Kehilangan Prategang Akibat Pemendekan Beton162.8.4Kehilangan Prategang Akibat Rangkak Beton172.8.5Kehilangan Prategang Akibat Susut Beton182.8.6Kehilangan Prategang Akibat Relaksasi Tendon182.9Perencanaan Gelagar Terhadap Geser192.9.1Kekuatan Geser Batas Nominal192.9.2Kekuatan Geser Batas Beton192.9.3Kekuatan Geser Batas Tulangan Geser192.9.4Tulangan Geser Minimum202.10Daerah Pengangkuran202.10.1Tulangan Belah202.10.2Tulangan Sengkang202.11Lendutan dan Lawan Lendut202.12Microsoft Visual Studio212.12.1Control Menu232.12.2Title Bar242.12.3Menu Bar242.12.4Tool Bar242.12.5Solution Explorer252.12.6Form Designer252.12.7Form Code262.12.8Tool Box262.12.9Object Properties262.13Bagan Alir27BAB IIIMETODOLOGI283.1Alat Penelitian283.2Bahan Penelitian283.3Metode Analisis Data283.4Tahapan Penelitian283.4.1Membuat Bagan Alir293.4.2Mendesain Tampilan Aplikasi293.4.3Tampilan Awal Aplikasi293.4.4Tampilan Masukan Data Jembatan293.4.5Tampilan Masukan Data Material303.4.6Tampilan Data Penampang Gelagar Prategang303.4.7Tampilan Konfigurasi Selongsong313.4.8Tampilan Data Angkur323.4.9Tampilan Data Pembebanan333.4.10Tampilan Masukan Faktor Beban Ultimate333.4.11Perancangan Aplikasi33BAB IVDATA344.1Data Perencanaan344.1.1Data Teknis344.1.2Material344.1.3Dimensi Gelagar354.1.4Angkur364.1.5Pembebanan Gelagar374.2Pemodelan Benda Uji38BAB VANALISIS DAN PEMBAHASAN435.1Analisis Berdasarkan Data yang Sudah Ada435.1.1Gaya Prategang, Eksentrisitas dan Jumlah Strand435.1.2Penulangan Gelagar435.1.3Posisi Masing-Masing Tendon445.1.4Penulangan Daerah Pengangkuran455.1.5Lendutan dan Lawan Lendut455.2Analisis dengan Aplikasi yang Dibuat455.2.1Gaya Prategang, Eksentrisitas dan Jumlah StrandError! Bookmark not defined.5.2.2Konfigurasi Angkur dan Selongsong465.2.3Penampang Gelagar475.2.4Daerah Aman Kabel495.2.5Trase Kabel495.2.6Dongkrak505.2.7Penulangan Gelagar505.2.8Penulangan Daerah Pengangkuran515.2.9Lendutan dan Lawan Lendut (Camber)525.3Analisis Perhitungan Manual53BAB VIKESIMPULAN DAN SARAN666.1Kesimpulan666.2Saran66DAFTAR PUSTAKA67LAMPIRANlxixINDEKSii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Detil geometris gelagar beton prategang dari wika beton10Tabel 2.2 Koefisien friksi16Tabel 2.3 Nilai konstanta untuk Ksh18Tabel 2.4 Simbol-simbol bagan alir27Tabel 5.1 Tinggi kabel tiap 1 meter49
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Aplikasi prategang pada balok sederhana6Gambar 2.2 Gaya prategang pada balok sederhana6Gambar 2.3 Penampang gelagar dari wika beton9Gambar 2.4 Penentuan dimensi pendahuluan penampang gelagar10Gambar 2.5 Limit kern dan daerah aman kabel11Gambar 2.6 Bentuk tipikal daerah aman kabel desain normal11Gambar 2.7 Bentuk tipikal daerah aman kabel desain optimum12Gambar 2.8 Bentuk tipikal daerah aman kabel penampang tidak kuat12Gambar 2.9 Properti angkur dari Presinet12Gambar 2.10 Properti angkur dari VSL International Ltd.13Gambar 2.11 Dongkrak dari Presinet14Gambar 2.12 Jack clearance requirements untuk jack dari VSL International Ltd.14Gambar 2.13 Stressing jack details untuk dongkrak dari VSL International Ltd.15Gambar 2.14 Pemendekan beton akibat gaya prategang17Gambar 2.15 Tampilan awal Microsoft Visual Studio22Gambar 2.16 Membuat Project baru22Gambar 2.17 Tampilan Form Design23Gambar 2.18 Tampilan Form Code23Gambar 2.19 Control menu pada Visual Studio 201523Gambar 2.20 Title bar pada Visual Studio 201524Gambar 2.21 Menu bar pada Visual Studio 201524Gambar 2.22 Tool bar pada Visual Studio 201524Gambar 2.23 Solution explorer pada Visual Studio 201525Gambar 2.24 Form designer pada Visual Studio 201525Gambar 2.25 Form code pada Visual Studio 201526Gambar 2.26 Toolbox pada Visual Studio 201526Gambar 2.27 Object properties pada Visual Studio 201526Gambar 3.1 Tampilan awal aplikasi29Gambar 3.2 Data jembatan30Gambar 3.3 Data material30Gambar 3.4 Penampang gelagar31Gambar 3.5 Konfigurasi selongsong31Gambar 3.6 Data angkur Presinet32Gambar 3.7 Data angkur VSL32Gambar 3.8 Pembebanan33Gambar 3.9 Faktor beban ultimate33Gambar 4. 1 Potongan melintang34Gambar 4. 2 Penampang Gelagar35Gambar 4. 3 Angkur VSL 5-1936Gambar 4.4 Data jembatan39Gambar 4.5 Data material39Gambar 4.6 Penampang40Gambar 4.7 Konfigurasi selongsong40Gambar 4.8 Angkur VSL41Gambar 4.9 Pembebanan41Gambar 4.10 Dongkrak VSL42Gambar 4.11 Faktor beban42Gambar 5.1 Penulangan Gelagar43Gambar 5.2 Tendon ditumpuan44Gambar 5.3 Tendon ditengah bentang44Gambar 5.4 Penulangan daerah pengangkuran45Gambar 5.5 Konfigurasi angkur46Gambar 5.6 Konfigurasi selongsong46Gambar 5.7 Penampang ujung awal47Gambar 5.8 Penampang tengah awal47Gambar 5.9 Penampang untung akhir48Gambar 5.10 Penampang tengah akhir48Gambar 5.11 Daerah aman kabel49Gambar 5.12 Trase kabel49Gambar 5.13 Tulangan memanjang50Gambar 5.14 Tulangan sengkang51Gambar 5.15 Penulangan daerah pengangkuran51Gambar 5.16 Tulangan belah51Gambar 5.17 Camber saat transfer gaya prategang52Gambar 5.18 Camber kondisi layan52
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN A - BAGAN ALIR APLIKASIA-1LAMPIRAN B - KODE PROGRAMB-1LAMPIRAN C - GELAGAR I BETON PRATEGANGError! Bookmark not defined.LAMPIRAN D - ANGKURError! Bookmark not defined.LAMPIRAN E - DONGKRAKError! Bookmark not defined.LAMPIRAN F - STRANDC-1LAMPIRAN G - NOTHINGError! Bookmark not defined.
BAB I
PENDAHULUANLatar BelakangJembatan adalah suatu bangunan struktural yang digunakan untuk melewatkan orang atau kendaraan diatas dua daerah/kawasan atau ruang yang terpisah oleh sungai, lembah, jurang, jalan atau hambatan fisik lainnya (Direktorat Jenderal Bina Marga, 2011). Material yang dapat digunakan dalam perencanaan struktur jembatan salah satunya adalah beton. Beton pada dasarnya memiliki kuat tekan yang tinggi. Seiring berkembangnya ilmu pengetahuan, struktur beton dapat diberikan perkuatan dengan menggunakan baja dengan cara memberikan penegangan pada struktur beton dengan menggunakan kabel baja, struktur beton ini dinamakan struktur beton prategang. Struktur beton prategang saat ini lebih dominan digunakan untuk jembatan jalan tol.Perencanaan struktur beton prategang untuk jembatan di Indonesia dapat mengacu pada Bina Marga dan dapat dihitung secara manual menggunakan tabel, grafik dan rumus yang rumit dan panjang sehingga perhitungan struktur beton prategang untuk jembatan membutuhkan waktu yang relatif lama dan proses yang panjang. Dalam perhitungan struktur jembatan yang menggunakan banyak variabel dan prosedur perhitungan yang panjang sehingga akan memerlukan waktu yang cukup lama untuk menyelesaikannya. Tidak jarang juga hal ini dapat menyebabkan ketidaktelitian dalam perhitungan, oleh karena itu perlu aplikasi komputer sebagai alat bantu hitung yang dapat membantu mempercepat dan mempermudah dalam perhitungan.Saat ini perencanaan beton prategang Departemen Pekerjaan Umum dalam perhitungannya masih dilakukan secara manual maupun menggunakan Microsoft Excel. Aplikasi analisis struktur seperti SAP dalam hasil keluarannya belum ada perencanaan penggunaan angkur dan dongkrak yang diperlukan, dan aplikasi analisis struktur beton prategang yang digunakan Departemen Pekerjaan Umum dalam hasil keluarannya kurang komunikatif karena tidak dilengkapi dengan gambar.Berdasarkan uraian sebelumnya, maka diperlukan aplikasi perencanaan struktur beton prategang untuk jembatan jalan raya dengan hasil keluaran (output) yang lengkap yang mencakup trase kabel, penampang ujung dan penampang tengah sebelum dan sesudah adanya lantai jembatan, jumlah dan diameter selongsong, tipe angkur, tipe dongkrak, tekanan kompressor dongkrak, stroke dongkrak, penulangan pada daerah pengangkuran, penulangan gelagar dan lawan lendut (camber) kondisi akhir yang direncanakan dengan menggunakan perhitungan metode Bina Marga karena metode inilah yang menjadi standar di Indonesia. Aplikasi perencanaan struktur beton prategang untuk jembatan akan dibuat dengan bahasa pemrograman Visual Basic 2015 pada aplikasi Visual Studio 2015.Masalah PenelitianIdentifikasi MasalahSaat ini perencanaan beton prategang Departemen Pekerjaan Umum dalam perhitungannya masih dilakukan secara manual maupun menggunakan Microsoft Excel. Aplikasi analisis struktur seperti SAP dalam hasil keluarannya belum ada perencanaan penggunaan angkur dan dongkrak yang diperlukan, dan Aplikasi Prategang yang digunakan Departemen Pekerjaan Umum dalam hasil keluarannya kurang komunikatif karena tidak dilengkapi dengan gambar.Perumusan MasalahBerdasarkan sub-sub-bab 1.2.1 maka dirumuskan permasalahan dari aplikasi perencanaan beton prategang yang sudah ada sebagai berikut :1. Structural Analysis Program (SAP) versi 14.1.0 :a. Tidak ada perencanaan angkur yang digunakanb. Tidak ada perencanaan dongkrak yang digunakan2. Aplikasi Prategang dari Departemen Pekerjaan Umum :a. Perhitungannya masih berupa file Microsoft Excelb. Hasil keluaran kurang komunikatif karena tidak dilengkapi dengan gambarTujuan PenelitianBerdasarkan sub-sub-bab 1.2.2 maka ditentukan tujuan dari penelitian ini adalah untuk membuat alat bantu Perencanaan Gelagar I Beton Prategang untuk Jembatan Jalan Raya dengan hasil keluaran yang mencakup trase kabel, penampang ujung dan penampang tengah sebelum dan sesudah adanya lantai jembatan, jumlah dan diameter selongsong, tipe angkur, tipe dongkrak, tekanan kompressor dongkrak, stroke dongkrak, penulangan pada daerah pengangkuran, penulangan gelagar dan lawan lendut kondisi akhir.Manfaat dan Signifikansi PenelitianManfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :1. Hasil keluaran yang komunikatif karena menghasilkan gambar yang mencakup trase kabel, penampang ujung dan penampang tengah sebelum dan sesudah adanya lantai jembatan, jumlah dan diameter selongsong, penulangan pada daerah pengangkuran, penulangan gelagar dan lawan lendut kondisi akhir.2. Mempermudah perencanaan angkur yang akan digunakan karena hasil keluaran mencakup tipe angkur.3. Mempermudah perencanaan dongkrak yang akan digunakan karena hasil keluaran yang mencakup perencanaan tipe dongkrak, tekanan kompressor dongkrak dan stroke dongkrak.Pembatasan MasalahDalam penelitian ini diperlukan pembatasan masalah sebagai berikut :1. Pembuatan alat bantu Perencanaan Gelagar I Beton Prategang ini menggunakan Bahasa Pemrograman Visual Basic 2015 pada aplikasi Visual Studio 2015.2. Aplikasi Perencanaan Gelagar I Beton Prategang ini menghasilkan keluaran gambar yang mencakup trase kabel, penampang ujung dan penampang tengah sebelum dan sesudah adanya lantai jembatan, jumlah dan diameter selongsong, tipe angkur, tipe dongkrak, tekanan kompressor dongkrak, stroke dongkrak, penulangan daerah pengangkuran, penulangan gelagar dan lawan lendut kondisi akhir.Sistematika PenulisanTugas Akhir ini disusun dengan sistematika penulisan sebagai berikut :BAB IPENDAHULUANMenjelaskan latar belakang, permasalahan yang diangkat beserta batasan-batasannya dan tujuan yang akan dicapai dari penelitian.
BAB IITINJAUAN PUSTAKAMemaparkan hasil studi literatur berupa rangkuman dari jurnal, buku, artikel dan peraturan yang membahas mengenai perhitungan dan perencanaan Gelagar Beton Prategang untuk Jembatan Jalan Raya dan Bahasa Pemrograman Visual Basic.
BAB IIIMETODOLOGIBerisikan alat, bahan dan metode analisis yang digunakan dalam penelitian, dan tahapan-tahapan dalam penelitian yang mencakup bagan alir, desain tampilan aplikasi dan perancangan aplikasi.
BAB IVDATAData-data yang digunakan dalam perencanaan yang mencakup data teknis, data material, dimensi penampang gelagar, data pembebanan dan pemodelan benda uji yang akan dianalisis.
BAB VANALISIS DAN PEMBAHASANAnalisis dilakukan dengan 3 (tiga) cara, yaitu analisis berdasarkan data analisis yang sudah ada, analisis dari aplikasi yang dibuat dan analisis yang dilakukan secara manual.
BAB VIKESIMPULAN DAN SARANMengevaluasi aplikasi berdasarkan analisis yang telah dilakukan beserta kesimpulan yang didapat dari perbandingan hasil analisis penelitian beserta saran untuk penelitian selanjutnya.
LAMPIRANBerisi tentang panduan penggunaan aplikasi yang menjadi acuan bagi pengguna dan berisi kode dari Bahasa Pemrograman Visual Basic yang digunakan dalam pembuatan aplikasi ini.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKABetonBeton lebih kuat dalam kondisi tekan, namun lemah dalam kondisi tarik. Kekurangan material beton yang lemah dalam tariknya ini dapat diatasi dengan memberikan tegangan tekan untuk mengimbangi atau mengurangi tegangan tarik yang timbul pada bagian penampang akibat beban yang bekerja. Pemberian tegangan tekan ini dilakukan dengan memasukkan kabel dari material jenis baja mutu tinggi kedalam beton. Pengaplikasian beton prategang dapat ditunjukan dengan ilustrasi Gambar 2.1 dengan tegangan yang terjadi seperti pada Gambar 2.2.
Gambar 2.1 Aplikasi prategang pada balok sederhana
Gambar 2.2 Gaya prategang pada balok sederhana Keterangan :
Pt=Gaya prategang
es=Eksentrisitas kabel prategang
A=Luas penampang
Wa=Tahanan momen sisi atas
Wb=Tahanan momen sisi bawah
Mbalok=Momen yang terjadi akibat gelagar
fci=Kuat tekan beton initial
Mutu BetonMutu beton yang biasa digunakan dalam perhitungan beton bertulang adalah mutu beton normal sampai mutu beton tinggi. Beton mutu tinggi adalah beton yang mempunyai kuat tekan silinder, fc melebihi 60 MPa, sedangkan beton normal adalah beton dengan kuat tekan silinder, fc antara 20 MPa sampai dengan 60 MPa. Adapun kekuatan beton untuk struktur prategang disyaratkan tidak boleh kurang dari 30 MPa. (Standar Nasional Indonesia, Perencanaan Struktur Beton Untuk Jembatan, 2008)Tegangan IzinTegangan izin untuk struktur beton bertulang adalah sebagai berikut :1. Tegangan izin tarik kondisi beban sementara atau kondisi transfer gaya prategang adalah sebesar .2. Tegangan izin tekan kondisi beban sementara atau kondisi transfer gaya prategang adalah sebesar 0,60 fci.3. Tegangan izin tarik kondisi batas layan adalah sebesar .4. Tegangan izin tekan kondisi batas layan adalah sebesar 0,5 fc.Modulus ElastisitasModulus elastisitas beton (Ec) nilainya tergantung mutu beton. Besarnya modulus elastisitas beton dipengaruhi oleh material dan proporsi campuran beton. Nilai modulus elastisitas untuk beton adalah atau ditentukan dari hasil pengujian.Selimut BetonBerdasarkan Standar Nasional Indonesia tentang Perenacanaan Struktur Beton Bertulang untuk Jembatan Tahun 2008, tebal selimut beton untuk tulangan dan tendon adalah minimal nilai terbesar dari :a. 1,5 kali ukuran agregat terbesar;b. 2 kali diameter tulangan;c. 2 kali diameter tendon, namun tidak harus lebih besar dari 40 mm;d. 50 mm terhadap serat bawah dan 40 mm terhadap bagian lain.Tulangan BetonKuat Tarik PutusKuat tarik putus (fu) ditentukan dari hasil pengujian, atau yang disebutkan oleh pabrikator.Kuat Tarik LelehKuat tarik leleh (fy) ditentukan dari hasil pengjian, tetapi tidak boleh melebihi 550 MPa. (Standar Nasional Indonesia, Perencanaan Struktur Beton Untuk Jembatan, 2008)Tegangan IzinTegangan izin tarik (fti) pada tulangan adalah lebih kecil atau sama dengan 140 MPa untuk tulangan dengan fy = 300 MPa. Tegangan izin pada pembebanan sementara boleh ditingkatkan sebesar 30% dari nilai tegangan izin pada pembebanan tetap.Modulus ElastisitasModulus elastisitas tulangan (Es) adalah 200.000 MPa atau ditentukan dari hasil pengujian.Tulangan PrategangKehilangan prategang akibat rangkak dan susut pada beton cukup besar, sehingga pemberian tegangan tekan pada beton akan lebih efektif bila menggunakan baja mutu tinggi dengan kisaran lebih dari 1862 MPa. (Direktorat Jenderal Bina Marga, 2011)Kuat Tarik PutusKuat tarik putus baja prategang(fpu) harus ditentukan dari hasil pengujian atau disebutkan oleh pabrikator.Kuat Tarik LelehKuat tarik leleh (fpy) baja prategang ditentukan dari hasil pengujian, atau sebesar 0,85 fpu.Tegangan IzinTegangan izin tarik untuk baja prategang adalah sebagai berikut :1. Tegangan izin tarik pada kondisi transfer gaya prategang tidak boleh melebihi dari nilai berikut :a. 0,94 fpy dan 0,85 fpu (akibat penjangkaran)b. 0,82 fpy dan 0,74 fpu (sesaat setelah transfer gaya)2. Tegangan izin tarik pada kondisi batas layana. 0,70 fpu (sesaat setelah penjangkaran tendon)b. 0,60 fpu (kondisi layan)Modulus ElastisitasModulus elastisitas untuk strand baja prategang adalah sebesar 195.000 MPa atau ditentukan dari hasil pengujian.Penampang Gelagar PrategangPemilihan jenis penampang tergatung dari kebutuhan panjang bentang. Adapun jenis penampang gelagar dari Wika Beton yang dapat digunakan seperti ditunjukkan pada Gambar 2.3 dengan detil geometris penampang seperti ditunjukkan pada Tabel 2.1.
Gambar 2.3 Penampang gelagar dari wika betonSumber : Wika BetonTabel 2.1 Detil geometris gelagar beton prategang dari wika betonSumber : Wika Beton
Penentuan dimensi pendahuluan untuk gelagar yang akan digunakan dapat menggunakan grafik hubungan dari rasio tinggi dan rasio lebar penampang pada Gambar 2.4.
Gambar 2.4 Penentuan dimensi pendahuluan penampang gelagarSumber : Raju, N Khrisna 2007Daerah Aman KabelLimit kern adalah daerah sepanjang gelagar prategang dimana gaya aksial tekan tidak akan menyebabkan tegangan tarik diserat atas maupun bawah.LIMIT KERNDaerah aman kabel adalah daerah sepanjang gelagar prategang dimana bila kabel prategang ditempatkan pada daerah tersebut tidak akan menyebabkan terjadinya tegangan yang melebihi tegangan izinnya baik tarik maupun tekan.Daerah amak kabel (eo) berada pada :Persamaan 2.5.1
Daerah aman kabel batas atas (eoa) :Persamaan 2.5.2
Daerah aman kabel batas bawah (eob) :Persamaan 2.5.3
Hubungan limit kern dengan daerah aman kabel ditunjukan pada Gambar 2.5.
Gambar 2.5 Limit kern dan daerah aman kabel Sumber : Direktorat Jenderal Bina Marga, 2011Beberapa bentuk tipikal dari daerah aman kabel adalah daerah aman kabel desain normal seperti Gambar 2.6, daerah aman kabel desain optimum seperti Gambar 2.7 dan daerah aman kabel yang menunjukan penampang tidak kuat seperti pada Gambar 2.8.
Gambar 2.6 Bentuk tipikal daerah aman kabel desain normal Sumber : Direktorat Jenderal Bina Marga, 2011
Gambar 2.7 Bentuk tipikal daerah aman kabel desain optimum Sumber : Direktorat Jenderal Bina Marga, 2011
Gambar 2.8 Bentuk tipikal daerah aman kabel penampang tidak kuat Sumber : Direktorat Jenderal Bina Marga, 2011AngkurPerangkat pengangkuran sering dibuat berdasarkan prinsip baji (pasak) dan friksi. Dalam hal ini digunakan suatu alat pencengkeram sederhana, yang murah dan dapat dilepas dengan cepat. Untuk spesifikasi perangkat angkur dan selongsong dari Presinet yang dapat digunakan seperti pada Gambar 2.9, dan properti angkur dari VSL international Ltd ditunjukan pada Gambar 2.10.
Gambar 2.9 Properti angkur dari Presinet Sumber : Presinet
Gambar 2.10 Properti angkur dari VSL International Ltd. Sumber : VSL International Ltd.DongkrakDongkrak digunakan untuk aplikasi tarikan pada tendon-tendon. Untuk spesifikasi dongkrak dari presinet yang dapat digunakan dapat melihat Gambar 2.11. Sedangkan untuk dongkrak dari VSL International Ltd spesifikasi untuk clearance dari dongrak dapat dilihat pada Gambar 2.12 dan untuk detil penegangan dongkrak dapat dilihat pada Gambar 2.13.
Gambar 2.11 Dongkrak dari Presinet Sumber : Presinet
Gambar 2.12 Jack clearance requirements untuk jack dari VSL International Ltd. Sumber : VSL International Ltd.
Gambar 2.13 Stressing jack details untuk dongkrak dari VSL International Ltd. Sumber : VSL International Ltd.Kehilangan PrategangKehilangan Prategang Akibat Gesekan TendonKehilangan tegangan akibat friksi antara tendon dan selongsong beton sekitarnya dapat dihitung dengan menggunakan rumus berikut :Persamaan 2.8.1
Keterangan :
fo=Tegangan baja prategang pada saat jacking sebelum seating
fx=Tegangan baja prategang dititik x sepanjang tendon
e=Nilai dasar logaritmik natural naverian
=Koefisien friksi dapat dilihat pada Tabel 2.2
=Perubahan sudut total dari profil layout kabel dalam radian dari titik jacking
K=Koefisien wobble dapat dilihat pada Tabel 2.2
L=Panjang baja prategang diukur dari jacking
Tabel 2.2 Koefisien friksi Sumber : Direktorat Jenderal Bina Marga, 2011
Kehilangan Prategang Akibat Slip PengangkuranKehilangan prategang akibat slip angkur disebabkan oleh slipnya baji-baji pada angkur saat gaya jacking ditransfer pada angkur. Besarnya slip angkur tergantung pada angkur saat gaya jacking ditransfer pada angkur. Besarnya slip angkur tergantung pada sistem prategang yang digunakan, nilainya bervariasi antara 3 mm sampai 10 mm. Nilai 6 mm dapat diasumsikan dalam perhitungan untuk pendekatan.Kehilangan prategang yang terjadi akibat slip angkur dapat ditentukan dengan pendekatan rumus sebagai berikut :Persamaan 2.8.2
Persamaan 2.8.3
Keterangan :
fA=kehilangan prategang akibat slip angkur
d=Kehilangan akibat friksi pada jarak L dari titik penarikan
x=Panjang yang terpengaruh oleh slip angkur
L=Jarak antara titik penarikan (jacking) dengan titik dimana kehilangan diketahui
L=Slip angkur, normalnya 6 mm sampai dengan 9 mm
Kehilangan Prategang Akibat Pemendekan BetonBeton jadi lebih pendek jika gaya prategang di aplikasikan. Bersamaan dengan perpendekan itu tendon yang tertanam dalam beton tersebut kehilangan sebagian gaya yang dibawanya.
Gambar 2.14 Pemendekan beton akibat gaya prategang Sumber : Direktorat Jenderal Bina Marga, 2011Gambar 2.14 mengilustrasikan pemendekan beton yang disebabkan gaya prategang initial (Pi). Regangan (es) yang terjadi adalah : Persamaan 2.8.4
Kehilangan tegangan akibat pemendekan beton dapat dihitung dengan persamaan : Persamaan 2.8.5
Keterangan :
fcs=Tegangan dalam beton pada level pusat tendon prategang
n=Nilai modular atau rasio Es/Ec
Jika layout tendon mempunyai eksentrisitas terhadap pusat penampang dan berat sendiri beton ikut diperhitungkan, maka : Persamaan 2.8.6
fcs bernilai negatif (-) bila menyebabkan tekan dan bernilai positif (+) bila menyebabkan tarik.Kehilangan Prategang Akibat Rangkak BetonBila material beton ditekan oleh pembebanan tertentu secara konstan sehingga regangan beton meningkat, maka peristiwa ini disebut rangkak. Perkiraan kehilangan tegangan akibat rangkak dapat dihitung dengan menggunakan persamaan : Persamaan 2.8.7
Keterangan :
fcs=tegangan beton di level pusat prategang
fcdp=Perbedaan tegangan beton di level pusat prategang akibat beban permanen dengan pengecualian beban yang bekerja saat gaya prategang diaplikasikan
Kehilangan Prategang Akibat Susut BetonBila tidak terbenam dalam air terus menerus (kondisi kelembaban 100%), beton akan kehilangan kebasahannya (moisture) dan berkurang volumenya. Proses ini disebut sebagai penyusutan beton. Rumus umum kehilangan tagangan akibat susut adalah sebagai berikut : Persamaan 2.8.8
Keterangan :
Ksh=Konstanta yang dapat dilihat pada Tabel 2.3.
Eps=Modulus elastisitas baja prategang dalam MPa
Rh=Kelembaban relative dalam persen (%)
V/S=Volume/luas permukaan dalam inci (inch)
Tabel 2.3 Nilai konstanta untuk Ksh Sumber : Direktorat Jenderal Bina Marga, 2011t (hari)135710203060
Ksh0,920,850.80.770.730.640.580.45
Kehilangan Prategang Akibat Relaksasi TendonRelaksasi baja prategang harus diperhitungkan sebagai faktor yang mempengaruhi kehilangan gaya prategang. Besarnya kehilangan ralaksasi tidak hanya tergantung pada lamanya waktu diaplikasikan gaya prategang, tetapi juga berdasarkan rasio tegangan awal (initial) dengan tegangan leleh tulangan prategang (fpi/fpy ). Jika tidak ada perhitungan yang lebih teliti, maka kehilangan tegangan dalam tendon akibat relaksasi baja prategang harus diambil sebesar :Persamaan 2.8.9
Keterangan :
t1=Waktu awal interval dalam jam
t2=Waktu akhir interval dalam jam
fpi=Tegangan awal baja prategang dalam MPa
fr=Kehilangan prategang akibat ralaksasi dalam MPa
Perencanaan Gelagar Terhadap GeserKekuatan Geser Batas NominalKekuatan geser batas nominal (Vn) tidak boleh diambil lebih besar dari jumlah kekuatan geser yang disumbangkan oleh beton dan tulangan geser dalam penampang komponen struktur yang ditinjau, yaitu : Persamaan 2.9.1
Keterangan :
Faktor reduksi=0,70
Kekuatan Geser Batas BetonKekuatan geser beton (Vc) yang mengalami gaya geser, gaya lentur dan gaya aksial tekan bernilai : Persamaan 2.9.2
Kekuatan Geser Batas Tulangan GeserSumbangan tulangan geser ditentukan dengan persamaan 2.9.3. Persamaan 2.9.3
Tulangan Geser MinimumApabila penampang tidak membutuhkan tulangan geser tetap harus dipasang tulangan geser minimum sebesar persamaan 2.9.4 dengan nilai s 600 mm. Persamaan 2.9.4
Daerah PengangkuranPada daerah pengangkuran harus dipasang tulangan untuk menahan gaya pembelah dan gaya pengelupas akibat pengangkuran tendon, kecuali apabila dapat dibuktikan bahwa tidak diperlukan.Tulangan BelahTulangan belah harus didistribusikan dari 0,1h sampai 1,0h dari permukaan yang dibebani. Nilai h harus diambil nilai terkecil dari :a. 2 kali jarak dari pusat angkur kepermukaan beton terdekat;b. Jarak dari pusat angkur ke pusat angkur terdekat.Tulangan SengkangUntuk mengontrol retak horizontal, sengkang vertikal harus dipasang menahan 4% dari gaya prategang. Untuk mengontrol retak vertikal diperlukan sengkang horizontal dalam luasan yang sama dengan sengkang vertikal dan dipasang bersamaan dengan sengkang vertikal disepanjang 0,25 h. Lendutan dan Lawan LendutDefleksi kebawah atau biasa disebut lendutan adalah lengkungan kebawah pada gelagar prategang akibat adanya momen luar yang bekerja, sedangkan defleksi keatas atau biasa disebut camber (lawan lendut) adalah lengkungan keatas pada gelagar prategang akibat adanya gaya prategang pada kabel yang memiliki eksentrisitas. Besarnya lendutan dan lawan lendut harus diperiksa dan dibatasi agar tidak melampaui batas defleksi yang diizinkan.Batas defleksi untuk beban lajur adalah 1/800 dari panjang gelagar prategang, sedangkan untuk beban mati dan beban mati tambahan batas defleksinya sebesar 1/300 dari panjang gelagar prategang. Camber (lawan lendut) yang terjadi karena adanya gaya prategang dapat dihitung dengan persamaan : Persamaan 2.11.1
Lendutan akibat beban merata dapat dihitung dengan persamaan : Persamaan 2.11.2
Lendutan akibat beban terpusat dapat dihitung dengan persamaan : Persamaan 2.11.3
Microsoft Visual StudioMicrosoft Visual Studio merupakan sebuah perangkat lunak yang dapat digunakan untuk melakukan pengembangan aplikasi. Microsoft Visual Studio mencakup compiler, Software Development Kit (SDK), Integrated Development Environment (IDE) dan dokumentasi berupa MSDN Library. Microsoft Visual Studio dapat digunakan untuk mengembangkan aplikasi dalam native code yang merupakan Bahasa mesin yang berjalan diatas sistem operasi Windows, ataupun managed code yang merupakan Microsoft Intermediate Language yang berjalan pada .NET Framework.Tampilan awal saat membuka aplikasi Microsoft Visual Studio adalah seperti Gambar 2.15.
Gambar 2.15 Tampilan awal Microsoft Visual Studio
Gambar 2.16 Membuat Project baruSetelah membuat project baru seperti Gambar 2.16, maka tampilan aplikasi Microsoft Visual Studio tampak seperti Gambar 2.17 dan Gambar 2.18.
Gambar 2.17 Tampilan Form Design
Gambar 2.18 Tampilan Form CodeControl Menu
Gambar 2.19 Control menu pada Visual Studio 2015Control menu seperti pada Gambar 2.19 adalah menu yang digunakan terutama untuk memanipulasi jendela Visual Studio, seperti mengubah ukuran, memindahkan jendela Visual Studio, dan menutup jendela Visual Studio.Title Bar
Gambar 2.20 Title bar pada Visual Studio 2015Title bar seperti pada Gambar 2.20 adalah tempat untuk menampilkan nama Project yang sedang dibuat.Menu Bar
Gambar 2.21 Menu bar pada Visual Studio 2015Menu bar seperti pada Gambar 2.21 adalah deretan perintah yang dapat digunakan untuk melakukan proses atau perintah-perintah tertentu. Menu bar dibagi menjadi beberapa pilihan sesuai dengan kegunaannya.Tool Bar
Gambar 2.22 Tool bar pada Visual Studio 2015Tool bar seperti pada Gambar 2.22 adalah jendela yang menampilkan tombol-tombol yang mewakili suatu perintah tertentu yang sering digunakan untuk keperluan dalam pemrograman.Solution Explorer
Gambar 2.23 Solution explorer pada Visual Studio 2015Solution explorer seperti pada Gambar 2.23 adalah jendela yang menyimpan informasi mengenai Solution, Projects, beserta Files, Forms ataupun resource yang digunakan dalam membuat aplikasi.Form Designer
Gambar 2.24 Form designer pada Visual Studio 2015Form designer seperti pada Gambar 2.24 adalah suatu objek yang digunakan untuk merancang tampilan aplikasi. Form designer merupakan objek yang penting karena pada form ini nantinya komponen dan kontrol toolbox diletakkan dan diatur.Form Code
Gambar 2.25 Form code pada Visual Studio 2015Form code seperti pada Gambar 2.25 adalah jendela yang menyimpan informasi mengenai kode-kode dari aplikasi yang dibuat.Tool Box
Gambar 2.26 Toolbox pada Visual Studio 2015Toolbox seperti pada Gambar 2.26 adalah jendela tempat menyimpan kontrol-kontrol atau komponen standar (dalam bentuk tampilan icon) yang nantinya akan digunakan sebagai komponen aplikasi didalam form saat merancang aplikasi.Object Properties
Gambar 2.27 Object properties pada Visual Studio 2015Object properties seperti pada Gambar 2.27 berfungsi untuk memberikan informasi mengenai objek yang sedang aktif/dipilih. Nama objek yang sedang aktif dapat dilihat pada bagian atas jendela properties. Properties juga digunakan untuk mengubah nilai property atau karakteristik dari objek yang aktif/dipilih.Bagan AlirBagan alir (flowchart) adalah bagan yang menunjukan alir didalam program atau prosedur sistem secara logika. Bagan alir digunakan terutama untuk alat bantu komunikasi dan untuk dokumentasi. Tabel 2.4 menunjukan simbol-simbol yang biasa digunakan dalam membuat bagan alir.Tabel 2.4 Simbol-simbol bagan alirSimbolNamaFungsi
TerminatorPermulaan atau akhir program
Follow LineArah alir program
PreparationProses inisialisasi / pemberian harga awal
ProcessProses pengolahan data
Input / Output DataProses masukan atau keluaran data, parameter atau informasi
Input / Output DocumentProses masukan atau keluaran dokumen, baik untuk komputer atau manual
DecisionPerbandingan pernyataan, penyelesaian data yang memberikan pilihan untuk langkah selanjutnya
On Page ConnectorPenghubung bagian-bagian bagan alir yang berada pada satu halaman
Off Page ConnectorPenghubung bagian-bagian bagan alir yang berada pada halaman berbeda
BAB III
METODOLOGIAlat PenelitianAlat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah :1. Microsoft Visual Studio 2015Aplikasi Microsoft Visual Studio 2015 adalah aplikasi yang akan digunakan untuk membuat aplikasi perencanaan gelagar I beton prategang.2. .NET Framework 4.6.Net Framework versi 4.6 adalah software (perangkat lunak) yang dibutuhkan untuk dapat menjalankan aplikasi yang telah dibuat.Bahan PenelitianData perencanaan yang akan digunakan untuk menguji aplikasi yang dibuat adalah data perencanaan Gelagar I Beton Prategang yang digunakan pada Jembatan Sungai Brantas pada Proyek Jalan Tol Solo Kertosono, dengan panjang bentang 40 m. Karena pada dasarnya perhitungan gelagar I beton prategang diatas 60 m sama dengan perhitungan gelagar I beton prategang dibawah 60 m.Data perencanaan Gelagar I Beton Prategang Jembatan Sungai Brantas pada Proyek Jalan Tol Solo Kertosono dapat dilihat pada BAB IV.Metode Analisis DataMetode analisis data yang digunakan adalah berdasarkan metode analisis perencanaan berdasarkan batas layan (PBL).Tahapan PenelitianTahapan penelitian ini adalah sebagai berikut :1. Membuat Bagan Alir2. Mendesain Tampilan Aplikasi3. Perancangan AplikasiMembuat Bagan AlirDalam peracangan aplikasi diperlukan suatu diagram alir (flowchart) agar memudahkan dalam proses perancangan aplikasi dan sebagai panduan dari langkah-langkah yang akan dilakukan dalam perencanaan gelagar I beton prategang. Diagram alir aplikasi dapat dilihat pada Lampiran A.Mendesain Tampilan AplikasiDesain tampilan dari aplikasi ini dibuat untuk memudahkan pengguna dalam menggunakan aplikasi.Tampilan Awal AplikasiTampilan awal aplikasi didesain sederhan sehingga akan mudah dimengerti. Tampilan awal aplikasi seperti Gambar 3.1 akan menampilkan gambar rencana gelagar yang akan dianalisis dan data yang telah dimasukkan oleh pengguna.
Gambar 3.1 Tampilan awal aplikasiTampilan Masukan Data JembatanData teknis perencanaan gelagar seperti panjang gelagar, jarak antar gelagar, tebal lantai jembatan dan masukan data teknis didesain seperti Gambar 3.2.
Gambar 3.2 Data jembatanTampilan Masukan Data MaterialData material yang akan digunakan pada perencanaan, seperti material beton, baja dan berat isi aspal didesain seperti Gambar 3.3.
Gambar 3.3 Data materialTampilan Data Penampang Gelagar PrategangMasukan dimensi dari penampang gelagar yang akan direncanakan didesain seperti Gambar 3.4.
Gambar 3.4 Penampang gelagarTampilan Konfigurasi SelongsongKonfigurasi susunan selongsong dapat dipilih dari beberapa konfigurasi yang disediakan seperti Gambar 3.5.
Gambar 3.5 Konfigurasi selongsongTampilan Data AngkurAngkur yang akan digunakan dapat dipilih angkur dari pabrikator Presinet atau VSL dengan desain tampilan seperti Gambar 3.6 untuk Presinet dan Gambar 3.7 untuk VSL.
Gambar 3.6 Data angkur Presinet
Gambar 3.7 Data angkur VSLTampilan Data PembebananPembebanan perencanaan gelagar akan dihitung secara otomatis namun pengguna juga dapat mengisikan secara manual seperti pada Gambar 3.8.
Gambar 3.8 PembebananTampilan Masukan Faktor Beban UltimateTampilan masukan untuk faktor beban ultimate seperti Gambar 3.9.
Gambar 3.9 Faktor beban ultimatePerancangan AplikasiSetiap variabel-variabel yang digunakan, rumus-rumus perhitungan dan tata cara perhitungan gelagar I beton prategang diubah dalam bentuk kode pemrograman bahasa visual basic sehingga dapat dimengerti komputer. Kode-kode pemrograman pada aplikasi dapat dilihat pada LAMPIRAN B -.
BAB IV
DATA
Data PerencanaanData perencanaan gelagar I beton prategang yang digunakan untuk menguji aplikasi yang dibuat adalah dengan menggunakan data perencanaan gelagar I beton prategang Jembatan Sungai Brantas pada Proyek Jalan Tol Solo Kertosono.Data Teknis
Gambar 4. 1 Potongan melintangPanjang GelagarL=40m
Jarak antar Gelagars=1,80m
Tebal lantai jembatantlj=0,20m
Tebal lapisan aspal + overlayta=0,10m
Material1. Beton PrategangKuat tekan betonfc=41,5MPa
Modulus elastisitas betoncg=30277,63MPa
Angka poisson=0,15
Modulus geser betonG=13164,19MPa
Koefisien muai panjang beton=1,00E-5/C
2. Beton BertulangKuat tekan betonfc=24,9MPa
Modulus elastisitas betoncs=23452,95MPa
Angka poisson=0,15
Modulus geser betonG=10196,94MPa
Koefisien muai panjang beton=1,00E-5/C
3. Baja PrategangJenis strand :Uncoated 7 wire super strandsASTM A-416 grade 270
Tegangan lelehfpy=1580MPa
Kuat tarikfpu=1860MPa
Diameter nominal strandD=12,7mm
Luas nominal strandAst=126,68mm2
Beban putus strandPbs=187,32kN (100% UTS)
Modulus elastisitas strands=193000MPa
4. Baja TulanganMutu baja :U 32
Kuat lelehfy=320MPa
Mutu baja :U 24
Kuat lelehfy=240MPa
Dimensi Gelagar
Gambar 4. 2 Penampang GelagarTinggi gelagarH=2,10m
h1=0,20m
h2=0,12m
h3=0,25m
h4=1,25m
h5=0,05m
h6=0,05m
Lebar gelagarC=0,70m
A=0.20m
B=0.80m
B1=0.64m
Angkur
Gambar 4. 3 Angkur VSL 5-19Sumber : VSL International Ltd.Tipe angkur :VSL 5 19
Diameter strand=12,7mm
Maksimum strand=19strand
A=270mm
B=66mm
C=180mm
D=210mm
E=110mm
F=145mm
G=85mm
H=200mm
R=300mm
Pembebanan Gelagar1. Beban Matia. GelagarLuas gelagarAg=0,7523m2
Berat beton prategangWc=25,5kN/m3
Beban Mati GelagarQg=19,184kN/m
b. DiafragmaPanjang gelagarL=40m
Luas diafragmaAd=2,5415m2
Tebal diafragmabd=0,2m
Berat beton bertulangWc=25kN/m3
Jumlah diafragmaN=9diafragma
Beban Mati DiafragmaQd=2,86kN/m
c. Lantai KerjaTebal lantai kerjatlk=0,07m
Lebar lantai kerjablk=1,16m
Berat beton bertulangWc=25kN/m3
Beban Lantai KerjaQlk=2,03kN/m
d. Lantai JembatanTebal lantai jembatantlj=0,20m
Lebar lantai jembatanblj=1,80m
Berat beton bertulangWc=25kN/m3
Beban Lantai jembatanQlj=9kN/m
2. Beban Mati Tambahana. Lapisan Aspal + OverlayTebal lapisan aspal + overlayta=0,10m
Lebar lapisan aspalba=1,80m
Berat aspalWa=22kN/m3
Beban lapisan aspal + overlayQa=3,96kN/m
3. Beban Lajura. Beban Terbagi MerataBeban Terbagi MerataQBTR=7,875kPa
Jarak antar gelagar=1,80M
Beban Terbagi RataQBTR=14,175kN/m
b. Beban Garis TerpusatFaktor beban dinamisFBD=40%
Beban Garis Terpusat=49,0kN/m
Jarak antar gelagar=1,80m
Beban Garis TerpusatPBGT=123.48kN
4. Beban AnginKoefisien seretCw=1,2
Kecepatan angina rencanaVw=30m/detik
Gaya anginaTEW=0.0012*Cw*(Vw)2
=1,296kN
Tinggi kendaraanh=2m
Jarak antar roda kendaraanx=1,75m
Beban anginQEW=1,296kN/m
5. Gaya RemPanjang gelagarL=40m
Beban rem=2,2838 * L + 6,5714
=96,92kN
Jumlah jalur=1Jalur
Jumlah lajur dalam satu jalur=2Lajur
Jumlah gelagar dalam satu jalurn=5gelagar
Gaya RemTTB=38,77kN
Pemodelan Benda UjiData perencanaan gelagar I beton prategang dimasukan pada aplikasi seperti berikut :1. Data JembatanData teknis jembatan dimasukan seperti pada Gambar 4.4.
Gambar 4.4 Data jembatan2. Data MaterialData material beton, baja dan berat material dimasukan seperti Gambar 4.5.
Gambar 4.5 Data material3. Penampang GelagarDimensi dari penampang gelagar dimasukan secara manual seperti pada Gambar 4.6.
Gambar 4.6 Penampang4. Data Konfigurasi SelongsongKonfigurasi untuk selongsong tendon sesuai dengan perencanaan dimasukan seperti pada Gambar 4.7.
Gambar 4.7 Konfigurasi selongsong5. Data AngkurAngkur yang digunakan menggunakan angkur dari pabrikator VSL dengan tipe 5-19 dan dimasukan seperti Gambar 4.8.
Gambar 4.8 Angkur VSL6. Data PembebananBeban yang bekerja pada jembatan seperti pada Gambar 4.9.
Gambar 4.9 Pembebanan7. Pemilihan DongkrakDongkrak yang digunakan menggunakan dongkrak VSL dengan memilih seperti pada Gambar 4.10.
Gambar 4.10 Dongkrak VSL8. Faktor Beban UltimateFaktor beban ultimate yang digunakan seperti pada Gambar 4.11.
Gambar 4.11 Faktor beban
BAB V
ANALISIS DAN PEMBAHASANAnalisis Berdasarkan Data yang Sudah AdaHasil analisis pada sub-bab ini berdasarkan hasil analisis yang didapat dari perencanaan gelagar beton prategang Jembatan Sungai Brantas pada Proyek Jalan Tol Solo Kertosono.Gaya Prategang, Eksentrisitas dan Jumlah StrandBerdasarkan dari perencanaan, didapat gaya prategang, eksentrisitas dan jumlah strand sebagai berikut : Gaya prategangPi=8451,26kN
Eksentrisitas tendones=0,874m
Jumlah strand tiap angkurns=19Strand
Penulangan Gelagar
Gambar 5.1 Penulangan GelagarPenulangan pada gelagar adalah sebagai berikut :1. Tulangan MemanjangTulangan arah memanjang bagian atas:12 D13
Tulangan arah memanjang bagian tengah:10 D13
Tulangan arah memanjang bagian bawah:12 D13
2. Tulangan SengkangTulangan sengkang jarak 0 sampai 4 m:D13 50
Tulangan sengkang jarak 4 m sampai 7 m:D13 100
Tulangan sengkang jarak 7 m sampai 23 m:D13 200
Tulangan sengkang jarak 23 m sampai 26 m:D13 100
Tulangan sengkang jarak 26 m sampai 40 m:D13 50
Posisi Masing-Masing Tendon1. Di Tumpuan
Gambar 5.2 Tendon ditumpuanJarak tendon 1z1=1,552m
Jarak tendon 2z2=1,151m
Jarak tendon 3z3=0,751m
Jarak tendon 4z4=0,350m
2. Di Tengah Bentang
Gambar 5.3 Tendon ditengah bentangJarak tendon 1z1=0,250m
Jarak tendon 2z2=0,100m
Jarak tendon 3z3=0,100m
Jarak tendon 4z4=0,100m
Penulangan Daerah Pengangkuran
Gambar 5.4 Penulangan daerah pengangkuranTulangan memanjang:4 D13
Tulangan sengkang:6 D13 - 100
Lendutan dan Lawan LendutLendutan dan lawan lendut yang terjadi pada gelagar adalah sebagai berikut :Lendutan akibat beban matibm=0,0476m
Lendutan akibat beban hidupd=0,0230m
Lawan lendut maksimummax=0,1833m
Lawan lendut akibat gaya prategangp=0,0897m
Lawan lendut maksimum tanpa beban hidupmax=0,0500m
Lawan lendut tanpa beban hidup=0,0421m
Lawan lendut kondisi layan=0,0191m
Analisis dengan Aplikasi yang DibuatHasil analisis pada sub-bab ini berdasarkan hasil analisis keluaran dari aplikasi yang telah dibuat.
Konfigurasi Angkur dan Selongsong1. Konfigurasi Angkur
Gambar 5.5 Konfigurasi angkurSelimut beton horizontalsh=0,185m
Selimut beton vertikalsv=0,4125m
Jarak antar angkursa=0,065m
2. Konfigurasi Selongsong
Gambar 5.6 Konfigurasi selongsongSelimut beton bagian bawahsb=0,05m
Jarak antar selongsongss=0,05m
Penampang Gelagar1. Penampang Ujung (sebelum adanya lantai jembatan)
Gambar 5.7 Penampang ujung awalLuasAg=1,3845m2
InersiaIx=0,52740m4
Titik Beratcgc=1,0548m
Batas Daerah Aman Kabel Bagian Atassua=0,6840m
Batas Daerah Aman Kabel Bagian Bawahsub=0,6903m
2. Penampang Tengah (sebelum adanya lantai jembatan)
Gambar 5.8 Penampang tengah awalLuasAg=0,7523m2
InersiaIx=0,4140m4
Titik Beratcgc=1,0119m
Batas Daerah Aman Kabel Bagian Atassua=0,5443m
Batas Daerah Aman Kabel Bagian Bawahsub=0,5062m
3. Penampang Ujung (setelah adanya lantai jembatan)
Gambar 5.9 Penampang untung akhirLuasAg=1,7897m2
InersiaIx=0,9708m4
Titik Beratcgc=1,3237m
Batas Daerah Aman Kabel Bagian Atassua=0,3665m
Batas Daerah Aman Kabel Bagian Bawahsub=0,7952m
4. Penampang Tengah (setelah adanya lantai jembatan)
Gambar 5.10 Penampang tengah akhirLuasAg=1,1575m2
InersiaIx=0,8139m4
Titik Beratcgc=1,4428m
Batas Daerah Aman Kabel Bagian Atassua=0,1698m
Batas Daerah Aman Kabel Bagian Bawahsua=0,6677m
Daerah Aman Kabel
Gambar 5.11 Daerah aman kabelJarak daerah aman kabel penampang ujung keserat atassua=0,3665m
Jarak daerah aman kabel penampang ujung keserat bawahsub=0,6903m
Jarak daerah aman kabel penampang tengah keserat atassta=0,5062m
Jarak daerah aman kabel penampang tengah keserat bawahstb=0,0500m
Trase Kabel
Gambar 5.12 Trase kabelTabel 5.1 Tinggi kabel tiap 1 meterJarak (m)z1 (m)z2 (m)z3 (m)z4 (m)
01,69231,22230,88730,4173
11,54951,11210,80980,3856
21,41401,00760,73630,3556
31,28580,90880,66670,3272
41,16490,81560,60120,3004
51,05140,72800,53950,2752
60,94520,64610,48190,2516
70,84630,56980,42830,2297
80,75480,49920,37860,2094
90,67060,43420,33290,1907
100,59370,37490,29120,1737
110,52410,32120,25340,1582
Jarak (m)z1 (m)z2 (m)z3 (m)z4 (m)
120,46180,27320,21960,1444
130,40690,23090,18980,1322
140,35930,19410,16400,1217
150,31900,16310,14210,1128
160,28600,13760,12420,1054
170,26040,11790,11030,0998
180,24210,10370,10040,0957
190,23110,09530,09440,0933
200,22750,09250,09250,0925
DongkrakDongkrak yang digunakan untuk melakukan transfer gaya prategang adalah sebagai berikut :Gaya Prategang AwalPi=8587,4211kN
Gaya Prategang tiap Angkur=2146,8552kN
Tipe Dongkrak=VSL290
Stroke Dongkrak=74,0295mm
Penulangan Gelagar1. Tulangan Memanjang
Gambar 5.13 Tulangan memanjangDiameter tulangan atas=0,013m
Jumlah tulangan atas=8
Diameter tulangan tengah=0,013m
Jumlah tulangan tengah=10
Diameter tulangan bawah=0,013m
Jumlah tulangan bawah=12
2. Tulangan Sengkang
Gambar 5.14 Tulangan sengkangDiameter tulangan sengkang=m
Jarak tulangan sengkang pada 0 m x1 < 2 m=
Jarak tulangan sengkang pada 2 m x2 < 5 m=
Jarak tulangan sengkang pada 5 m x3 < 20 m=
Penulangan Daerah Pengangkuran
Gambar 5.15 Penulangan daerah pengangkuran1. Tulangan Belah
Gambar 5.16 Tulangan belahDiameter tulangan belah=0.013m
Jumlah tulangan belah=
2. Tulangan SengkangDiameter tulangan sengkang=0,013m
Jumlah tulangan sengkang=3
Lendutan dan Lawan Lendut (Camber)1. Transfer Gaya
Gambar 5.17 Camber saat transfer gaya prategangCamber Akibat Gaya Prategang=0.1087m
Lendutan Akibat Beban Mati=0.0570m
Camber total saat transfer gaya=0.0517m
2. Kondisi Layan
Gambar 5.18 Camber kondisi layanCamber Akibat Gaya Prategang=0.1087m
Lendutan Akibat Beban Mati=0.0531m
Lendutan Akibat Beban Hidup Merata=0.0191m
Lendutan Akibat Beban Hidup Terpusat=0.0066m
Camber Kondisi Layan Tanpa Beban Hidup=0.0556m
Camber Kondisi Layan Dengan Beban Hidup=0.0297m
Analisis Perhitungan ManualPada sub-bab ini aanalisis dilakukan secara manual untuk mengevaluasi perhitungan dari aplikasi.Penampang Gelagar1. Penampang Ujung (sebelum adanya lantai jembatan)
Gambar 5.19 Penampang ujungTabel 5.2 Penampang ujungNoLuasTitik BeratStatis MomenInersia MomenInersia Momen
(m2)(m)(m3)(m4)(m4)
10.17500.12500.0218750.0027340.000911
20.03350.27460.0092000.0025260.000007
30.99841.08001.0782721.1645340.202476
40.02881.88070.0541660.1018710.000004
50.10401.96500.2043600.4015670.000146
60.04482.06500.0925120.1910370.000018
1.38451.4603851.8642690.203562
Luas totalAg=1.3845m2
Titik berat ke serat bawah yb=1.0548m
Titik berat ke serat atasya=1.0452m
Inersia terhadap titik beratIx=0.5274m4
Batas daerah aman kabel bagian atas ka=0.3611m
Batas daerah aman kabel bagian bawah kb=0.3645m
Jarak batas daerah aman kabel bagian atas ke serat atassua=0.6841m
Jarak batas daerah aman kabel bagian bawah ke serat bawahsub=0.6903m
2. Penampang Tengah (sebelum adanya lantai jembatan)
Gambar 5.20 Penampang tengah awalTabel 5.3 Penampang tengah awalNoLuasTitik BeratStatis MomenInersia MomenInersia Momen
(m2)(m)(m3)(m4)(m4)
10.17500.12500.0218750.0027340.000911
20.11250.35190.0395890.0139310.000526
30.25601.14000.2918400.3326980.034953
40.06001.85200.1111200.2057940.000063
50.10401.96500.2043600.4015670.000146
60.04482.06500.0925120.1910370.000018
0.75230.7612961.1477610.036617
Luas totalAg=0.7523m2
Titik berat ke serat bawahyb=1.0120m
Titik berat ke serat atasya=1.088m
Inersia terhadap titik beratIx=0.4140m4
Batas daerah aman kabel bagian ataska=0.5438m
Batas daerah aman kabel bagian bawahkb=0.5058m
Jarak batas daerah aman kabel bagian atas ke serat atassta=0.5442m
Jarak batas daerah aman kabel bagian bawah ke serat bawahstb=0.5062m
3. Penampang Ujung (setelah adanya lantai jembatan)
Gambar 5.21 Penampang ujung akhirTabel 5.4 Penampang ujung akhirNoLuasTitik BeratStatis MomenInersia MomenInersia Momen
(m2)(m)(m3)(m4)(m4)
10.17500.12500.0218750.0027340.000911
20.03350.27460.0092000.0025260.000007
30.99841.08001.0782721.1645340.202476
40.02881.88070.0541660.1018710.000004
50.10401.96500.2043600.4015670.000146
60.5762.19001.2614402.7625540.004915
1.91572.6293134.4357860.208459
Luas totalAg=1.9157m2
Titik berat ke serat bawahyb=1.3725m
Titik berat ke serat atasya=0.9775m
Inersia terhadap titik beratIx=1.0355m4
Batas daerah aman kabel bagian ataska=0.3938m
Batas daerah aman kabel bagian bawahkb=0.5530m
Jarak batas daerah aman kabel bagian atas ke serat atassua=0.3337m
Jarak batas daerah aman kabel bagian bawah ke serat bawahsub=0.8195m
4. Penampang Tengah (setelah adanya lantai jembatan)
Gambar 5.22 Penampang tengah akhirTabel 5.5 Penampang tengah akhirNoLuasTitik BeratStatis MomenInersia MomenInersia Momen
(m2)(m)(m3)(m4)(m4)
10.17500.12500.0218750.0027340.000911
20.11250.35190.0395890.0139310.000526
30.25601.14000.2918400.3326980.034953
40.06001.85200.1111200.2057940.000063
50.10401.96500.2043600.4015670.000146
60.5762.19001.2614402.7625540.004915
1.28351.9302243.7192780.041514
Luas totalAg=1,2835m2
Titik berat ke serat bawahyb=1,5039m
Titik berat ke serat atasya=1,8461m
Inersia terhadap titik beratIx=0,8579m4
Batas daerah aman kabel bagian ataska=0,4444m
Batas daerah aman kabel bagian bawahkb=0,7900m
Jarak batas daerah aman kabel bagian atas ke serat atassta=0,1517m
Jarak batas daerah aman kabel bagian bawah ke serat bawahstb=0,7139m
5. Daerah Aman kabel
Gambar 5.23 Daerah aman kabelBerdasarkan perhitungan sebelumnya, maka didapat daerah aman kabel pada penampang sebagai berikut :Jarak batas daerah aman kabel ujung ke serat atassua=0,3337m
Jarak batas daerah aman kabel ujung ke serat bawahsub=0,6903m
Jarak batas daerah aman kabel tengah ke serat atassta=0,5062m
Jarak batas daerah aman kabel tengah ke serat atassta=0,0500m
Konfigurasi Angkur dan Selongsong1. Konfigurasi Angkur
Gambar 5.24 Konfigurasi angkurKonfigurasi angkur yang digunakan adalah seperti pada Gambar 5.24 dengan cgs strand berada pada titik berat penampang (cgc) dengan keterangan sebagai berikut :Jarak antar angkursa=0,0650m
Jarak angkur ke serat terluar vertikalsv=0,4125m
Jarak angkur ke serat terluar horizontalsh=0,1850m
Titik berat penampangcgc=1,05m
2. Konfigurasi Selongsong
Gambar 5.25 Konfigurasi selongsongKonfigurasi selongsong yang digunakan adalah seperti Gambar 5.25 dengan keterangan sebagai berikut :Jarak antar selongsongss=0,05m
Selimut beton bagian bawahsb=0,05m
Garis kerja strandcgs=0,16m
Momen Tahanan Penampang
Gambar 5.26 Dimensi pendahuluanMomen ultimateMubb=13105,82875kNm
Rasio lebar penampangbw/b=0,1111
Rasio tinggi penampanghf/d=0,1362
Rasio momen=0,0629
Momen tahananMukp=25954,5917kNm
Karena Mubb < Mukp, berarti penampang kuat menahan momen ultimate.Penentuan Gaya PrategangPenentuan gaya prategang dengan asumsi seluruh beton tertekan :
Didapat nilai Pi = 8587,4212 kNKontrol Tegangan Saat Lantai DicorGaya Prategang awalPi=8587,4212kN
Prediksi Loss awal=5%
Gaya Prategang saat lantai di corPe=8158,0501kN
Luas penampangA=0,7523m2
Eksentrisitases=0,8520m
InersiaIx=0,4140m4
Titik beratyb=1,012m
Tahanan momen atasWa=0,3805m3
Tahanan momen bawahWb=0,4091m3
Tegangan Atas=
a=-11617,6859kN/m2
Tegangan Bawah=
b=-10124,7058kN/m2
Tegangan Izin tekan=0.6 * fci
ti=-19920kN/m2
Kehilangan Gaya Prategang Awal1. Kehilangan Gaya Prategang Akibat FriksiTegangan baja prategangfx=kN
Nilai dasar logaritmik natural naveriane=
Koefisien friksim=
Sudut kabela=
Koefisien wobbleK=
Kehilangan gaya prategang akibat friksifo=
fo=kN
2. Kehilangan Gaya Prategang Akibat Slip PengangkuranKehilangan akibat friksid=kN
Modulus elastisitasEc=MPa
Jarak antar ke titik kehilangan gayaL=m
Slip angkurDL=6mm
Panjang yang terpengaruh=
x=m
Kehilangan gaya prategang akibat slip angkur=
fa=kN
3. Kehilangan Gaya Prategang Akibat Susut BetonKonstantaksh=
Modulus elastisitas baja prategangEs=MPa
KelembabanRh=%
VolumeV=m3
Luas permukaanS=m2
Kehilangan akibat susutfsh=kN
4. Kehilangan Gaya Prategang Awal TotalKehilangan akibat friksi=kN
Kehilangan akibat slip=kN
Kehilangan akibat susut beton=kN
Kehilangan awal total=kN
Kontrol Tegangan Saat Beban Hidup BekerjaKontrol tegangan pada beton saat kondisi layan dengan umur rencana 50 tahun.Gaya Prategang saat lantai di corPe=81582,0501kN
Prediksi Loss akhir=19%
Gaya Prategang saat Kondisi LayanP=6608,0206kN
Tegangan Atasa=-8933,4211kN/m2
Tegangan Bawahb=1578,8161kN/m2
Tegangan Izin Tekanti=-20750kN/m2
Tegangan Izin Tariksi=3211,0247kN/m2
Kehilangan Gaya Prategang Akhir1. Kehilangan Gaya Prategang Akibat Rangkak BetonTegangan beton di pusat pategangfcs=kN
Tegangan beton akibat beban tambahanfcdp=kN
Kehilangan akibat rangkak beton=12*fcs 7*fcdp
fcr=kN
Maka fcr = 0 kN
2. Kehilangan Gaya Prategang Akibat Relaksasi TendonTegangan awal baja prategangfpi=kN
Tegangan leleh baja prategangfpy=kN
Waktu awalt1=jam
Waktu akhirt2=jam
Kehilangan akibat relaksasi=
fr=kN
3. Kehilangan Gaya Prategang Akhir TotalKehilangan akibat rangkak beton=0kN
Kehilangan akibat relaksasi=1513.6376kN
Kehilangan gaya prategang akhir=1513.6376kN
Dongkrak dan Strand tiap SelongsongTipe dongkrak yang digunakan dan jumlah strand tiap selongsong adalah sebagai berikut :Gaya prategangPi=8587.4212kN
Jumlah tendon=4
Gaya prategang tiap angkur=2146.8553kN
Tipe dongkrak=VSL290
Stroke dongkrak=74.0295mm
Diameter strand=00127m
Luas strand=0.00012667m2
Strand minimum=46.75
Strand yang digunakan=48Strand
Strand tiap selongsong=12strand
Penulangan Gelagar1. Tulangan Memanjang
Gambar 5.27 Penulangan
1. Bagian atasLuas penampang=m2
Diameter tulangan=m
Luas tulangan=m2
Luas tulangan yang dibutuhkan=m2
Jumlah tulangan=
2. Bagian tengahLuas penampang=m2
Diameter tulangan=m
Luas tulangan=m2
Luas tulangan yang dibutuhkan=m2
Jumlah tulangan=
3. Bagian bawahLuas penampang=m2
Diameter tulangan=m
Luas tulangan=m2
Luas tulangan yang dibutuhkan=m2
Jumlah tulangan=
2. Tulangan SengkangLuas penampangAg=m2
Kuat tekanfc=MPa
Lebar penampangbw=m
Tinggi efektif penampangd=m
Gaya geser tahananVc=kN
Gaya geserVu=kN
Tulangan Daerah Pengangkuran1. Tulangan BelahGaya prategang tiap dongkrakP=2146.8553kN
Luas angkurA=0.0729m2
Tegangan yang terjadi=29449.31824kN/m2
Kuat tekan betonfci=19920MPa
2. Tulangan SengkangGaya prategangP=2146.8553kN
Kuat leleh tulanganfpy=240MPa
Diameter tulangan=0.013m
Jumlah sengkang=3
Lendutan dan Lawan Lendut (Camber)1. Camber akibat gaya prategangGaya prategangPi=8587,4212kN
Eksentrisitas kabeles=m
Modulus elastisitas betonfci=MPa
Inersia penampangIx=m4
Camber akibat prategang=m
2. Lendutan akibat Beban Mati GelagarMomen akibat beban mati gelagarMD=kNm
Panjang gelagarL=m
Modulus elastisitas gelagarEc=MPa
Inersia penampangIx=m4
Lendutan akibat beban mati gelagar=m
3. Lendutan akibat beban mati dan beban mati tambahanMomenM=kNm
Panjang gelagarL=m
Modulus elastisitasEc=MPa
Inersia penampangIx=m4
Lendutan akibat beban mati dan mati tambahan=m
4. Lendutan akibat beban hidupBeban hidup merataQBTR=kN/m
Beban hidup terpusatPBGT=kN
Panjang gelagarL=m
Modulus elastisitas betonEc=MPa
Inersia gelagarIx=m4
Lendutan akibat beban hidup merata=m
Lendutan akibat beban hidup terpusat=m
Lendutan akibat beban hidup total=m
5. Camber total saat transfer gaya prategangCamber akibat prategang=0.09728m
Lendutan akibat gelagar=m
Camber saat transfer gaya prategang=m
6. Camber total saat kondisi layanCamber akibat prategang=0.09728m
Lendutan akibat beban mati dan beban mati tambahan=0.05040m
Lendutan akibat beban hidup merata=0.01818m
Lendutan akibat beban hidup terpusat=0.00633m
Camber total tanpa beban hidup=0.04687m
Camber total dengan beban hidup=0.02234m
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARANKesimpulanSaran
DAFTAR PUSTAKA
AASHTO. (2002). Standard Specifications for Highway Bridges. Washington, D.C.: AASHTO.AASHTO. (2012). AASHTO LRFD Bridge Construction Specifications. Washington, D.C.: AASHTO.Budiman, S. (2010). Perhitungan Rencana Anggaran Biaya (RAB) dengan Pemrograman Bahasa Visual Borland Delphi 7.0 dan Database Mysql 4.0 untuk Bangunan dan Rumah Tinggal. Surakarta: Universitas Sebelas Maret.Connecticut Departemen of Transportasion. (2003). Bridge Design Manual. Connecticut: Connecticut Departement of Transportation.Direktorat Jenderal Bina Marga. (2011). Perencanaan Struktur Beton Pratekan Untuk Jembatan. French, C. E. (2012). Validation of Prestressed Concrete I-Beam Deflection and Camber Estimate. Minneapolis: University of Minnesota.Halvorson, M. (2013). Step by Step Microsoft Visual Basic 2013. Canada: Microsoft Press.Hurst, M. K. (1998). Prestressed Concrete Design. London: E & FN Spon.Kh, V. S. (1984). Buku Teknik Sipil. Bandung: NOVA.Mauer, L. (2002). Sams Teach Yourself More Visual Basic .Net in 21 Days. Indianapolis: Sams Publishing.Mawarno, D. S. (2010). Analisis Tebal Perkerasan Kaku Berdasarkan Metode Bina Marga Dengan Menggunakan Program Visual Basic. Jakarta Barat: Universitas Binus.Ministery of Public Works. (1992). Bridge Design Manual. Directorate General of Highways.Ministery of Public Works. (1992). Bridge Design Manual. Directorate General of Highways.Naaman, A., & Breen, J. (1990). External Prestressing in Bridges. Michigan: Patricia Kost.Napitupulu, F. H. (2006). Pembuatan Program Bantu Meghitung Tebal Pererasan Lentur dan Perkerasan Kaku Metode Bina Marga Dengan Borland Delphi. Surabaya: Institut Teknologi Sepuluh Nopember.Nawy, E. G. (2009). Prestress Concrete. New Jersey: Rutgers University.Raju, N. K. (2007). Prestressed Concrete. New Delhi: The Tata McGraw-Hill Publishing Company Limited.Standar Nasional Indonesia. (2002). Baja Tulangan Beton. Badan Standarisasi Nasional.Standar Nasional Indonesia. (2005). Pembebanan Untuk Jembatan. Badan Standarisasi Nasional.Standar Nasional Indonesia. (2008). Perencanaan Struktur Beton Untuk Jembatan. Badan Standarisasi Nasional.Utley, C. (2001). A Programmer's Introduction to Visual Basic .Net. Indianapolis: SAMS Publishing.
LAMPIRAN
LAMPIRAN ABAGAN ALIR APLIKASI
Bagan alir keseluruhan dari aplikasi yang dibuat adalah sebagai berikut :
C-1
LAMPIRAN BKODE PROGRAM
LAMPIRAN CSTRANDVSL International Ltd.Properti strand dari pabrikator VSL yang dapat digunakan adalah sebagai berikut :1. Strand 13 mmNominal diameterd=12.7mm
Nomina cross sectionAp=98.7mm2
Nominal massM=0.775kg/m
Nominal tensile strengthfpk=1860MPa
Specif./min. breaking loadFpk=183.7kN
2. Strand 15 mmNominal diameterd=15.24mm
Nomina cross sectionAp=140mm2
Nominal massM=1.102kg/m
Nominal tensile strengthfpk=1860MPa
Specif./min. breaking loadFpk=260.7kN
INDEKS
Angkur, 11Bagan Alir, 26Beton, 5Beton Mormal, 6Beton Mutu Tinggi, 6Beton Prategang, 1Camber, 20Daerah Aman Kabel, 10Dimensi Pendahuluan, 9Dongkrak, 13Geser Batas Nominal, 18Geser Beton, 19Geser Minimum Tulangan, 19Geser Tulangan, 19Jembatan, 1Kehilangan Prategang, 15Kuat Tarik Leleh Tulangan, 7Kuat Tarik Leleh Tulangan Prategang, 8Kuat Tarik Putus Tulangan, 7Kuat Tarik Putus Tulangan Prategang, 7Lendutan, 20Limit Kern, 10Microsoft Visual Studio, 20, 28Modulus Elastisitas Beton, 6Modulus Elastisitas Tulangan, 7Modulus Elastisitas Tulangan Prategang, 8Mutu Beton, 6Net Framework, 21, 28pengujian, 7Selimut Beton, 6Tegangan Izin Beton, 6Tegangan Izin Tarik Tulangan, 7Tegangan Izin Tulangan Prategang, 8Tulangan Belah, 19Tulangan Prategang, 7