LAPORAN Biokimia I

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Laporan Biokimia Deteksi Gula Pereduksi

Citation preview

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA KLINIK

Nama: Melany AmdiraNIM: 08121006027Jurusan / Kelompok: Farmasi / IDosen Pembimbing: 1. Dr.rer.nat Mardiyanto, M.Si., Apt: 2. Dr. Budi Untari, M.Si., AptAsisten Praktikum: Alifa Syafira Putri (08111006049)

PERCOBAAN: DETEKSI GULA PEREDUKSI

LABORATORIUM BIOKIMA KLINIKPROGRAM STUDI FARMASIFAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAMUNIVERSITAS SRIWIJAYA2014PRAKTIKUM IDETEKSI GULA PEREDUKSI

I. TUJUAN PERCOBAANMahasiswa mampu memahami prinsip deteksi gula pereduksi secara umum yang merupakan keterampilan dasar dalam bidang keahlian biokimia klinik.

II. PRINSIP KERJAMendeteksi gula pereduksi (glukosa) dalam berbagai konsentrasi larutan dengan menggunakan reagen Benedict dan Fehling (A dan B).

III. DASAR TEORIKarbohidrat merupakan senyawa yang terbentuk dari molekul karbon, hidrogen dan oksigen. Karbohidrat paling banyak ditemukan di alam yang didapatkan dari hasil proses fotosintesis dengan bantuan energy matahari. Sebagai salah satu jenis zat gizi, fungsi utama karbohidrat adalah penghasil energi di dalam tubuh. Tiap 1 gram karbohidrat yang dikonsumsi akan menghasilkan energi sebesar 4 kkal dan energi hasil proses oksidasi (pembakaran) karbohidrat ini kemudian akan digunakan oleh tubuh untuk menjalankan berbagai fungsi-fungsinya seperti bernafas, kontraksi jantung, dan otot serta juga untuk menjalankan berbagai aktivitas fisik seperti berolahraga atau bekerja. (Marks, B Dawn, dkk. 2000)Karbohidrat dibagi menjadi tiga kelompok berdasarkan ukuran dan kelarutannya. Monosakarida mengandung satu unit gula (sakarida) dan larut dalam air. Disakarida mengandung dua unit gula (sakarida) dan larut dalam air. Serta polisakarida mengandung banyak unit gula (sakarida) dan tidak larut dalam air. (Sutresna, Nana. 2007)Monosakarida mengandung gugus keton atau aldosa. Awalan aldo- dan keto- menunjukan jenis gugus aldehida atau keton di dalam suatu sakarida, sedangkan akhiran osa menunjukkan karbohidrat. Terdiri atas 3-6 atom C dan zat ini tidak dapat lagi dihidrolisis oleh larutan asam dalam air menjadi karbohidrat yg lebih sederhana. Monosakarida yang penting diantaranya glukosa (terdapat pada buah), fruktosa (terdapat pada buah dan madu), dan galaktosa. (Sunarya, Yayan dan Agus Setiabudi. 2007)Disakarida atau oligosakarida adalah suatu karbohidrat yang jika dihidrolisis oleh larutan asam dalam air akan terurai menjadi 2 molekul monosakarida. Misalnya maltosa dapat mereduksi Fehling atau Tollens sehingga disebut gula pereduksi. Disakarida terbentuk dari 2 molekul monosakarida yang sejenis atau tidak. Disakarida dapat. Disakarida yang penting anatara lain maltose (terdapat pada biji-bijian), sukrosa (pada gula tebu dan gula bit), dan laktosa (pada susu). (Ferdinand, Fictor dan Moekti Ariebowo. 2007)Polisakarida adalah senyawa yang terdiri dari ratusan bahkan ribuan monomer monosakarida di alam. Senyawa ini bisa dihidrolisis menjadi banyak molekul monosakarida. Beberapa di antara polisakarida berfungsi sebagai materi simpanan atau cadangan, yang nantinya ketika diperlukan akan dihidrolisis untuk menyediakan gula bagi sel. Polisakarida lain berfungsi sebagai materi pembangun (penyusun) untuk struktur yang melindungi sel atau keseluruhan organisme. Arsitektur dan fungsi suatu polisakarida ditentukan oleh monomer gulanya dan oleh posisi ikatan glikosidanya. Polisakarida yang penting diantaranya amilum (sebagai simpanan energi pada hewan), selulosa (sebagai simpanan energi pada tumbuhan), dan glikogen (pada serat tumbuhan). (Sunarya, Yayan dan Agus Setiabudi. 2007)Banyak tes digunakan untuk mengetahui karakteristik karbohidrat. Uji Molisch adalah pengujian paling umum untuk semua karbohidrat, ini berdasarkan kemampuan karbohidrat untuk mengalami dehidrasi asam katalis untuk menghasilkan fulfural atau 5 hydroxymethylfurfural. Uji Selliwanoff digunakan untuk membedakan ketosa (enam karbon gula yang mengandung keton pada ujung sisi) dan aldosa (enam karbon gula yang mengandung aldehid pada ujung). Uji Benedict digunakan untuk menentukan monosakarida dan disakarida yang mengandung gugus aldehid yang dapat dioksidasi oleh asam karboksil. Gula akan mereduksi ion kupri pada larutan Benedict. Uji Barfoed untuk memisahkan antara monosakarida dengan disakarida yang dapat mereduksi ion kupri. (Sutresna, Nana. 2007)Uji gula pereduksi adalah suatu pemeriksaan kolorimetrik yang didasarkan pada prinsip bahwa suatu oksidasi selalu disertai oleh reduksi. Apabila karbon anomerik pada suatu gula mengalami oksidasi, senyawa lain akan tereduksi membentuk warna, dimana intensitas warnanya ini akan menentukan jumlah glukosa yang mengalami oksidasi. Gula yang mengalami oksidasi disebut gula pereduksi. (Marks, B Dawn, dkk. 2000)Gula yang termasuk kelompok gula pereduksi, yaitu semua monosakarida (glukosa, fruktosa, dan galaktosa), dan beberapa disakarida (maltose dan laktosa). Pereaksi yang digunakan untuk menguji gula pereduksi adalah pereaksi Fehling, pereaksi Benedict, dan pereaksi Tollens. Pengujian menggunakan pereaksi Fehling dan pereaksi Benedict berdasarkan pada reduksi Cu2+ (dari pereaksi) menjadi Cu+ sehingga membentuk endapan merah bata. Uji ini dapat digunakan untuk mengetahui ada tidaknya glukosa dalam urin pada penderita Diabetes Mellitus. Sedangkan pengujian dengan menggunakan perekasi Tollens akan membentuk cermin perak. (James, Joyce, dkk. 2008)

IV. ALAT DAN BAHANAlat: 1. Tabung Reaksi 2. Rak tabung reaksi 3. Beaker Glass4. Bunsen5. GelasUkur6. Penjepit tabung7. Pipet tetes

Bahan: 1. Glukosa2. Benedict3. Fehling A dan B4. NaOH5. Aquadest

V. CARA KERJA1. Masukkan glukosa ke dalam 6 tabung reaksi masing-masing 2 ml glukosaReagen Benedict

Ditambahkan

Aquadest pada keempat tabung reaksi berisi glukosa masing-masing 2 ml, 4ml, 6 ml, 8 ml dan 10 ml

Ditambahkan

Reagen Benedict 1 ml pada setiap tabung reaksi

Diamati

Perubahan warna yang terjadi

Dipanaskan

Diatas Bunsen selama 30 detik

Ditambahkan

NaOH 1 tetes

Diamati

Perubahan warna larutan dan catat waktu perubahan serta tentukan kadar glukosa pada setiap larutan

2. Reagen Fehling A dan B

Masukkan glukosa ke dalam 6 tabung reaksi masing-masing 10 tetes

Ditambahkan

Aquadest pada kelima tabung reaksi berisi glukosa masing-masing 1 ml, 2 ml, 3 ml, 4 ml, dan 5 ml

Ditambahkan

Reagen Fehling A 1 ml pada setiap tabung reaksi

Diamati, ditambah

Reagen Fehling B 1 ml pada setiap tabung reaksi

Diamati

Perubahan warna larutan dan catat waktu setiap terjadi perubahan warna

DipanaskanDiatas Bunsen hingga terjadi perubahan warna yang konstan dan catat waktu perubahan

VI. DATA HASIL PENGAMATAN1. Reagen BenedictTabungZatBenedict (1 ml)PemanasanNaOHKadar Glukosa

I2 ml GlukosaBelum tercampurDetik ke-24 : Warna bercampur (biru tosca)Tidak tercampur (kuning & biru muda) dikocok menjadi coklat ke abu-abuan(+++)1,5-2,5 g/dl

II2 ml Glukosa +2 ml AquadestDetik ke-58 : Warna biru tosca Detik ke-6 : Warna pudar Detik ke-30 : Orange total (+++)1,5-2,5 g/dl

III2 ml Glukosa +4 ml AquadestDetik ke-64 : Warna biru tosca Detik ke-20 : Warna pudar Kuning kecoklatan(+++)1,5-2,5 g/dl

IV2 ml Glukosa +6 ml AquadestDetik ke-70 : Warna biru tosca Detik ke-19 : Warna pudar Orange total(+++)1,5-2,5 g/dl

V2 ml Glukosa +8 ml AquadestDetik ke-77 : Warna biru tosca Detik ke-22 : Warna pudar Hijau kebiruan(+)0,5-1,0 g/dl

VI2 ml Glukosa +10 ml Aquadest----

2. Reagen Fehling A dan Fehling BTabungZatFehling A(1 ml)Fehling B(1 ml)Pemanasan

I10 tetes GlukosaWarna biru muda 12 detik : biru gelap 25 detik : bagian bawah memudar, semakin atas semakin hijau kekuningan 42 detik : bawah hijau, semakin atas semakin biru muda 54 detik : terbentuk endapan 102 detik : bawah kuning, atas hijau lumut > 2 menit : bawah orange atas hijau zaitunDetik ke-17 : menjadi merah bata

II10 tetes Glukosa +1 ml AquadestWarna biru muda 2 detik : biru dongker 42 detik : bagian bawah pudar 80 detik : bagian bawah menguning 1 menit, 15 detik : bagian bawah coklat, tenggah kuning, dan atas biru >3 menit : atas hijau zaitun bawah coklat kemerahanDetik ke-35 : menjadi merah bata

III10 tetes Glukosa +2 ml Aquadest 2 detik : biru dongker 52 detik : bagian bawah memudar 1 menit 2 detik : hijau kecoklatanDetik ke-42 : menjadi merah bata

IV10 tetes Glukosa +3 ml AquadestWarna biru muda 2 detik : biru dongker 1 menit 6 detik : memudar 2 menit : hijau kecoklatan 3 menit : bagian bawah menghitamDetik ke-48 : menjadi merah bata

V10 tetes Glukosa +4 ml AquadestWarna biru muda 2 detik : biru dongker 1 menit 14 detik : warna memudar 2 menit 9 detik : hijau kecoklatan1 menit 18 detik : menjadi merah bata

VI10 tetes Glukosa +5 ml AquadestWarna biru muda 2 detik : biru dongker 1 menit 28 detik : warna memudar 2 menit 18 detik : hijau kecoklatan1 menit 20 detik : menjadi merah bata

VII. PEMBAHASANPada praktikum deteksi gula pereduksi ini, praktikan dituntut untuk mendeteksi kadar gula pereduksi (glukosa) dalam berbagai konsentrasi larutan dengan menggunakan reagen Benedict dan Fehling (A dan B). Metode yang digunakan untuk menentukan kadar glukosa dalam sampel adalah metode Luff Schoorl. Ini merupakan prinsip deteksi gula pereduksi secara umum yang merupakan keterampilan dasar dalam bidang keahlian biokimia klinik.Reagen benedict dibuat dengan melarutkan Natrium Sitrat dan zat anhydrous. Jika pada sampe tidak mengandung gula pereduksi, maka larutan akan tetap jernih. Namun, jika mengandung gula pereduksi, maka ion Cu2+ pada reagen benedict akan direduksi oleh gula menjadi Cu2O melalui pemanasan sehingga membentuk endapan coklat atau merah bata.Pengujian menggunakan reagen benedict pada 6 sampel menghasilkan warna yang berbeda, sehingga kadar glukosanya pun berbeda. Pada sampel 1 dan sampel 3 mengandung glukosa dengan kadar antara 1,5-2,5 g/dl. Pada sampel 2 dan sampel 4 setelah pemanasan didapatkan warna orange yang menunjukkan bahwa sampel 2 dan sampel 4 ini mengandung glukosa dengan kadar antara 1,5-2,5 g/dl. Sampel 5 setelah pemanasan didapat warna hijau kebiruan, dan warna ini menunjukkan bahwa sampel 5 terdapat glukosa dengan kadar anatara 0,5-1,0 g/dl. Sampel 6 tidak diujikan karena kandungan aquades yang terlalu banyak sehingga sampel glukosa menjadi encer. Akibatnya, kadar glukosa tidak dapat dideteksi. Untuk percobaan menggunakan reagen benedict ini mengalami beberapa kali perubahan warna, yakni dari biru tosca setelah sampel diberikan reagen benedict, warna menjadi pudar setelah pemanasan, dan akhirnya menjadi kuning dan kemerahan setelah ditambahkan Natrium Hidroksida. Waktu yang dibutuhkan sampel untuk berubah warna menjadi kemerahan ini tidak sama. Sampel 1 memiliki waktu yang lebih cepat dibandingkan sampel lainnya karena konsentrasi glukosa yang terkandung pada sampel 1 lebih besar daripada sampel lainnya. Pada sampel 5 kadar glukosa yang didapat tidak sama dengan sampel lainnya karena terjadi kesalahan saat penambahan larutan glukosa yang tidak sampai 2 ml, akibatnya kadar glukosanya lebih rendah dari pada sampel lainnya. Larutan Fehling A dibuat dengan melarutkan Kristal tembaga (II) ke dalam air yangmengandung beberapa tetes asam sulfat encer. Larutan Fehling B dibuat dengan melarutkan Natrium Hidroksida dan Natrium Tartrat ke dalam air. Reagen fehling yang digunakan berasal dari Fehling A dan Fehling B dengan volume yang sama yakni masing-masing 1 ml. Jika terdapat gula pereduksi dalam sampel maka warna biru pada fehling akan hilang dan endapan merah / kuning akan terbentuk.Pengujian menggunakan reagen fehling A dan B pada keenam sampel yang digunakan menunjukkan waktu yang berbeda untuk menjadi warna merah bata setelah dilakukan proses pemanasan. Setelah dipanaskan, sampel 1 menjadi warna merha bata pada detik ke 17, detik ke 35 untuk sampel 2, detik ke 42 untuk sampel 3, detik ke 48 untuk sampel 4, detik ke 78 untuk sampel 5, dan detik ke 80 untuk sampel 6. Hasil ini membuktikan jika seluruh sampel yang diujikan mengandung gula pereduksi. Sampel 1 memiliki waktu yang lebih cepat untuk menjadi warna merah bata dari pada sampel lainnya, karena konsentrasi glukosa pada sampel 1 lebih pekat dari pada sampel lainnya. Sehinnga reagen Fehling A dan B lebih cepat beraksi dengan senyawa gula tersebut dan warna merah bata dari tembaga (II) oksida juga lebih cepat terbentuk.

VIII. KESIMPULANBerdasarkan praktikum deteksi gula pereduksi yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa :1. Semua sampel yang diuji dengan metode Luff Schoorl didapatkan hasil bahwa semua sampel positif terdapat gula perduksi dengan konsentrasi yang sama.2. Uji benedict menunjukkan bahwa sampel 1 memiliki waktu yang paling cepat dari pada sampel lainnya karena kadar glukosa pada sampel 1 lebih tinggi dibandingkan pada sampel lainnya, karena sampel ini tidak mengandung aquadest. 3. Uji Fehling A dan B menunjukkan bahwa sampel 1 memiliki waktu yang paling cepat untuk menghasilkan warna merah bata dibandingkan sampel lainnya karena kadar glukosa pada sampel 1 lebih tinggi dari pada sampel lainnya.4. Warna merah bata dapat terbentuk karena ion tembaga (II) pada reagen direduksi oleh gula menjadi endapan tembaga (II) oksida sehingga terbentuk warna merah bata.5. Semakin banyak kandungan air dalam sampel, maka waktu yang dibutuhkan untuk mendeteksi gula pereduksi akan semakin lama.

IX. DAFTAR PUSTAKA

Ferdinand, Fictor dan Moekti Ariebowo. 2007. Praktis Belajar Biologi. Jakarta : Visindo Media PersadaJames, Joyce, dkk. 2008. Prinsip Sains untuk Keperawatan. Jakarta : Penerbit ErlanggaMarks, Dawn B. 2000. Biokimia Kedokteran Dasar. Jakarta : Penerbit EGCSutresna, Nana. 2007. Cerdas Belajar Kimia. Bandung : Grafindo Media PratamaYayan, Sunarya dan Agus Setiabudi. 2007. Mudah dan Aktif Belajar Kimia. Bandung : Seia Purnama Inves