15
LABORATORIUM BIOKIMIA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA SISTEM ENDOKRIN DAN METABOLISME Oleh : KELOMPOK : 3A FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR MAKASSAR 2009

LAPORAN BIOKIMIA.doc

Embed Size (px)

DESCRIPTION

LAPORAN BIOKIMIA.doc

Citation preview

LABORATORIUM BIOKIMIA

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSARLAPORAN PRAKTIKUM

BIOKIMIA

SISTEM ENDOKRIN DAN METABOLISME

Oleh :

KELOMPOK

: 3A

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSARMAKASSAR2009DAFTAR ISIMETABOLISME GLUKOSAA. PENDAHULUAN

Glukosa darah puasa

Ada 2 jenis cara sekresi insulin, yaitu :

Sekresi basal, yaitu sekresi insulin yang terus-menerus tanpa dipengaruhi oleh ada tidaknya makanan yang masuk kedalam tubuh.

Sekresi prandial, yaitu sekresi insulin yang pengeluarannya dirangsang oleh adanya makanan.

Oleh karena itu kadar glukosa darah akan memuncak satu jam setelah makan, kemudian menurun seiring dengan oksidasi atau perubahan glukosa menjadi bentuk simpanan bahan bakar oleh jaringan.Dua jam setelah makan, kadar kembali ke rentang puasa.Penurunan glukosa darah ini menyebabkan pancreas menurunkan sekresi insulinnya, dan kadar insulin turun.Hati berespon terhadap sinyal hormone ini dengan memulai degradasi simpanan glikogen dan melepaskan glukosa ke dalam aliran darah.Keadaan rentang puasa ini apabila berlangsung selama 12 jam, maka sekresi akan masuk ke dalam keadaan basal.Pada saat ini insulin sangat rendah dan glucagon meningkat.Pada pokoknya selama fase awal puasa puasa, kadar glukosa dipertahankan dalam rentang 80-100mg/dl, dan kadar asam lemak serta badan keton meningkat.Hati berperanan penting dalam mempertahankan kadar glukosa darah, yakni dengan glikogenolisis dan glukoneogenesis.

Uji toleransi glukosa oral (UTGO)

Diagnose diabetes dapat ditegakkan secara langsung tanpa memperhatikan jenis sekresi insulin, apabila plasma darah vena jelas meningkat 220 mg/dl.Terutama pada orang yang menunjukkan gejala klasik dari hiperglikemia kronik.Untuk kepastian diagnose, penderita harus berpuasa satu malam (10-16 jam), dan pengukuran gula darah harus diulang.Nilai yang kurang dari 115 mg/dl masih dianggap normal.Nilai yang lebih dari 140 mg/dl mengisyaratkan diabetes mellitus.Dalam uji ini penderita yang tidak hamil dan telah berpuasa semalam, minum 75gr glukosa dalam bentuk larutan.Dilakukan pengambilan sampel darah sebelum pemberian glukosa darah oral dan pada 30, 60, 90, dan 120 menit kemudian.Apabila salah satu dari sampel >200mg/dl, diindikasikan adanya diabetes mellitus.

Penetapan kadar glukosa darah merupakan salah satu pemeriksaan kimia darah yang paling sering dilakukan.Pemeriksaan ini dapat dilakukan terhadap darah, plasma, atau serum.

Bermacam-macam cara digunakan dalam penetapan kadar gula darh, baik secara makro (dengan menggunakan darah vena), maupun secara mikro (darah kapiler).Cara yang paling sering digunakan pada dasarnya dapat dibedakan dalam beberapa golongan:1. Penetapan kolorimetri berdasarkan sifat mereduksi glukosa, misalnya metode Folinwu dan somogyinelson.

2. Penetapan dengan cara titrasi berdasarkan sifat mereduksi glukosa (iodemetri), misalnya metode Hagedord-Jensen dan Somogyi-schaffer-Hartmann.

3. Pembentukan kompleks berwarna oleh glukosa dngan suatu zat, misalnya otuluidin (kolorimetri).

4. Reaksi enzim dengan menggunakan glukosa-oxidase.Hidrogen peroksida yang terbentuk akan mengoksidasi zat kromogen seperti o-diasidin (CH3O.C6H3.NH2)2)

Penafsiran

Pemeriksaan harus segera dilakukan setelah pengambilan darah, sebab aktivitas glikolitik yang terdapat pada darah menyebabkan berkurangnya kadar glukosa dengan berlalunya waktu.Penggunaan anti koagulan, misalnya asam oksalat yang berlebihan dapat menyebabkan hasil tesnya lebih rendah dari yang sebenarnya.Natrium florida biasa juga digunakan sebagai anti koagulan sekaligus sebagai pengawet.

Penetapan yang berdasarkan reaksi reduksi, merupakan cara yang tidak spesifik.Darah mengandung banyak zat yang berdaya reduksi selain glukosa (saccharoid) sehingga menyebabkan hasil yang diperoleh menjadi lebih tinggi daripada yang sebenarnya.

Reaksi enzimatik dngan glukosaoksidase dianggap dapat member hasil yang sebenarnya, tetapi harus diperhatikan pula zat-zat yang dapat menghambat aktivitasnya.Dengan demikian, dalam menilai hasil pemeriksaan, hendaknya diperhatikan metode yang digunakan, hasil yang mendekati sebenarnya diperoleh dengan metode o-tuluidin dan juga dengan glukosa oksidase.B. TUJUANUntuk mengetahui dan memahami metode pelaksanaan pemeriksaan Tes

Toleransi Glukosa (TTG) dan menginterpretasi hasilnya.C. DASAR REAKSIGlukosa oksidase (GOD) mengkatalisa oksidasi dari glukosa menurut persamaan :

Glukosa + O2 + H2O Asam glukonat +H2O2Hydrogen peroksida yang terbentuk bereaksi dengan 4-aminoantipyrin dan 2,4-diklorofenol.Dengan adanya peroksidase (POD), dan menghasilkan antipyrilquinonimin, yakni suatu zat warna merah.Intensitas warna sebanding dengan kadar glukosa, diukur secara fotometrik.D. BAHAN DAN ALAT

Reagensia

1. Reagen warna (Fosfat buffer 200 mmol/l, GOD 250 kat, POD 20 kat, 4-aminoantipyrin 0,75 mmol/l, 2,4-diklorofenol, 1,1 mmol/l)

2. Standar Glukosa 100 mg/dl

Alat-alat

Spektrofotometer, pipet, tabung reaksi.E. METODE KERJA

Cara kerja :

1. Menyiapkan tabung reaksi sebanyak tiga buah, kemudian diberi label dengan tulisan : sampel, standar, dan blanko pada masing-masing tabung reaksi.

2. Memipetkan reagensi warna sebanyak 2 ml pada setiap tabung reaksi.

3. Menambahkan larutan standar sebanyak 20 l pada tabung standar dan menambahkan serum/plasma pada tabung sampel, kemudian dicampur baik-baik.4. Menginkubasi selama 15 menit pada temperature kamar.Mengukur absorban sampel dan standar terhadap blanko pada panjang gelombang 510 nm.

5. Mencatat hasil dan menghitungnya

Hasil percobaan Absorbans sampel = 0,31

Absorbans standar = 0,33

Kadar glukosa = 0,31/0,33 100 mg/dl

= 93,9394 mg/dl

Nilai normal1. GDP antara 60 110mg/dl (normoglikemia), jika 110 mg/dl dan