27
L A P O R A N P R A K T I K U M P E N C A P A N II PENCAPAN ZAT WARNA DISPERSI-REAKTIF PADA KAIN POLIESTER-KAPAS METODA 2 TAHAP“ Disusun Oleh : Nama : Irma Nurmuslimah ( 11020037) Oktaviani Gultom ( 11020053) Zulfikar Ari P ( 11020055) Group : 3K – 3 Kelompok : 6 Dosen : Sasmaya, s.Teks Assisten : Maya .,S.ST Yolanda I.,S.ST Tanggal Praktikum : 12 November 2013 SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI TEKSTIL BANDUNG 2013

laporan cap Metoda 2 Tahap Dispersi-reaktif

Embed Size (px)

DESCRIPTION

laporan

Citation preview

Page 1: laporan cap Metoda 2 Tahap Dispersi-reaktif

L A P O R A N

P R A K T I K U M P E N C A P A N II

“PENCAPAN ZAT WARNA DISPERSI-REAKTIF PADA KAIN POLIESTER-

KAPAS METODA 2 TAHAP“

Disusun Oleh :

Nama : Irma Nurmuslimah ( 11020037)

Oktaviani Gultom ( 11020053)

Zulfikar Ari P ( 11020055)

Group : 3K – 3

Kelompok : 6

Dosen : Sasmaya, s.Teks

Assisten : Maya .,S.ST

Yolanda I.,S.ST

Tanggal Praktikum : 12 November 2013

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI TEKSTIL

BANDUNG

2013

Page 2: laporan cap Metoda 2 Tahap Dispersi-reaktif

Mencintai Pohon, untuk Kehidupan dan Masa Depan

Pepohonan adalah bagian dari kehidupan dan keberlangsungan peradaban manusia.

Bayangkan bumi tanpa pohon. Namun makin hari keberadaan pohon makin diabaikan.

Penebangan hutan, perusakan lingkungan, dan eksploitasi besar-besaran makin

menyingkirkan pohon. Kita butuh pohon, tapi kita hanya tahu memanfaatkannya, tanpa

banyak yang tahu merawatnya, menjaga keberlangsungan keturunan darinya.

Menjaga hutan berarti menjaga pohon. Menjaga pohon berarti belajar mencintai pohon.

Tidak hanya untuk kehidupan manusia saat ini, namun juga untuk anak cucu kita nanti. Lalu

bagaimana kita dapat menjaga keberlangsungan kehidupan pohon,  mencintai pohon serta

menabung pohon untuk generasi yang akan datang?

HARI POHON, 21 NOVEMBER 2013

PENCAPAN KAIN POLIESTER KAPAS DENGAN MENGGUNAKAN ZAT

WARNA REAKTIF DAN DISPERSI METODA DUA TAHAP

I. MAKSUD DAN TUJUAN

I.1. MAKSUD

Page 3: laporan cap Metoda 2 Tahap Dispersi-reaktif

Maksud dari dilakukannya percobaan ini adalah untuk

mengetahui hasil pencapan polister kapas yang dilakukan dengan

menggunakan zat warna dispersi dan zat warna reaktif metoda

dua tahap .

I.2. TUJUAN

Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengdapatkan hasil

pencapan polyester kapas menggunakan zat warna disperse dan

reaktif metoda dua tahap yang merata dan permanen dengan

menggunakan variasi resep pencapan.

II. TEORI DASAR

Dalam pencelupan kain T/C dengan zat warna dispersi dan zat

warna reaktif metoda dua tahap, bahan diwarnai dengan zat warna

tersebut, sehingga diperoleh hasil celup dengan warna tertentu yang

merata dan mempunyai ketahanan luntur optimal.

Dalam proses ini diperlukan pemilihan zat warna dan zat pembantu

tekstil yang sesuai dengan bahan yang akan dicelup, penentuan skema

proses dan resep yang tepat, perhitungan kebutuhan zat yang tepat,

pelaksanaan proses pencelupan yang baik sesuai skema proses, sehingga

proses dan hasil celupnya sesuai dengan target yang diinginkan.

Poliester Kapas

Bahan kain campuran ini merupakan jenis serat sintetik. Serat

sintetik pada umumnya tidak memiliki gugus reaktif yang mampu

memberikan daya penyerapan terhadap air icelup dengan zat warna yang

umumnya digunakan untuk serat alam, dimana zat warna tersebut

bersifat larut atau dapat dilarutkan dalam air. Hal tersebut diatas berlaku

pula pada serat poliester yang menjadi bahan kain proses, dimana serat

ini bersifat hidrofob dan sangat kompak susunan molekulnya, sehingga

cara pencapan yang konvensional tidak dapat diterapkan.

Poliester dibuat dari reaksi antara senyawa asam tereftalat dengan

etilena glikol. Berikut ini skema pembuatan serat tersebut :

Page 4: laporan cap Metoda 2 Tahap Dispersi-reaktif

Skema diatas memperlihatkan pembuatannya yang menggunakan

asam tereftalat sebagai bahan baku yang membuat sifat poliester

memiliki titik didih yang lebih tinggi. Sedangkan penggunaan etilena

glikol, dapat membentuk ester menjadi lebih kuat karena suhu reaksi

yang lebih tinggi. Proses polimerisasi asam tereftalat dan etilena glikol ini

dilakukan dalam kondisi suhu tinggi dan hampa udara. Serat poliester ini

memiliki kristalinitas yang tinggi dan tidak memiliki gugus yang aktif

sehingga sangat sukar ditembus oleh molekul yang berukuran besar atau

tidak bereaksi dengan zat warna anion maupun kation.

Struktur fisika serat poliester ini pada penampang melintangnya

berbentuk bulat. Bentuk seperti ini memberikan pantulan cahaya yang

diberikan lebih sempurna dan membuat warna hasil celupan terlihat lebih

brilian (mengkilap) khususnya untuk warna muda. Sifat elastisitasnya

sangat baik seperti serat termoplastik lainnya, sehingga dalam keadaan

normal, kain dari poliester memiliki ketahanan kusut yang sangat baik.

Karena titik lelehnya yang sangat tinggi, maka kain dari serat poliester ini

pun cukup tahan terhadap sinar matahari langsung, dan tidak mudah

menguning bila disimpan dalam waktu yang cukup lama.

Bahan serat yang kedua, digunakan kapas yang merupakan jenis

serat selulosa. Penampang melintang dari seat berbahan kapas memiliki

bentuk yang tidak beraturan yaitu seperti ginjal. Bentuk penampang

melintang seperti itu membuat hasilpewarnaan pada permukaan jadi

memiliki daya kilap yang kurang, akan tetapi bentuk seperti itu

memberikan daya penutup kain yang lebih besar.

Gambar diatas merupakan skema dari strukur molekul serat selulosa.

Struktur -memberikan sifat penyerapannya terhadap air. Meskipun

demikian, selulosa yang banyak mengandung gugus hidroksil dapat

bersifat tidak larut didalam air. Hal tersebut dimungkinkan karena berat

molekul selulosa yang sangat besar, juga karena terjadinya ikatan

Page 5: laporan cap Metoda 2 Tahap Dispersi-reaktif

hidrogen antar molekul selulosa yang mempersukar kelarutan selulosa

didalam air. Gugus hidroksil tersebut selain dapat menarik gugus hidroksil

dari molekul lainnya, juga dapat menarik gugus hidroksil air. Hal tersebut

membuat serat yang mengandung banyak gugus hidroksil akan mudah

menyerap air sehingga serat tersebut memiliki moisture regain yang

tinggi. Dengan kemudahan molekul air terserap kedalam serat,

menyebabkan serat mudah menyerap zat warna yang berbentup pasta

atau larutan. Pereaksi-pereaksi oksidasi, asam dan alkali kuat dengan

disertai oksigen dari udara pada umumnya akan menyerang bagian atom

oksigennya dan memutuskannya, sehingga panjang molekulnya lebih

pendek, yang berarti menurunkan kekuatan seratnya.

Tujuan dari pencampuran serat poliester dengan serat kapas adalah

untuk mendapatkan jenis kain yang mempunyai sifat lebih baik dibanding

dengan kain yang dihasilkan hanya dari satu jenis serat saja. Denga

adanya pencampuran kedua jenis serat tersebut diharapkan masing –

masing jenis serat dapat saling menutupi kekurangan dari salah satu

serat tersebut. Perbandingan sifat serat poliester dan kapas dapat dilihat

pada tabel dibawah ini

Tabel 3.2.1. Sifat – sifat serat poliester dan serat kapas

Sumber : (Sunaryo , Proses Pengerjaan Kain Poliester Kapas)

Keterangan : A = baik sekali

B = cukup baik

C= Kurang baik

Sifat Poliester KapasKemampuan menyerap air C A-BKemampuan menyerap zat warna C ASifat estetika A BGosokan kering B BGosokan basah B C-B

Daya tahan terhadap kekusutan A CDaya menahan lipatan A CTahan listrik statis C ATahan pilling C ASifat mekanik A A-B

Page 6: laporan cap Metoda 2 Tahap Dispersi-reaktif

Kain yang dibuat dari campuran serat poliester dan serat kapas

akan mempunyai sifat – sifat seperti dibawah ini :

1. Rasa yang nyaman dalam pemakaian

2. Kekuatan tarik kain dari bahan akan bertambah baik,hal ini

disebabakan karena serat poliester mempunyai sifat kekuatan

yang tinggi sehingga akan menambah kekuatan dari serat kapas

dapat terjadi jika pada campuran tersebut kandungan serat

poliesternya paling sedikit 60 %.

3. Daya tahan terhadap gosokan merupakan salah satu faktor

yang penting dalam menentukan keawetan kain Bahan yang terbuat

dari serat poliester saja mempunyai daya tahan terhadap gosokan

yang baik. Kandungan serat kapas sebanyak 30 – 40%.

4. Sifat ketahanan terhadap kekusutan kain campuran poliester

kapas baik jika kandungan kapasnya dalam campuran tidak lebih

dari 30 – 40 %.

5. Kain campuran poliester kapas mempunyai sifat elektrostatik

yang cukup baik. Adanya sifat elektrostatik dalam suatu kain akan

menyebebkan kain melekat pada tubuh.

Zat Warna Dispersi

Zat warna dispersi adalah zat warna sintetik yang banyak

digunakan untuk mewarnai serat-serat hidrofob. Yang mangadsorbsinya

ke dalam serat sering disebut sebagai solid solution yaitu zat padat yang

larut dalam fasa padat. Secara umum zat warna dispersi karakteristik

sebagai berikut :

o Mempunyai berat molekul yang relatif rendah

o Mempunyai titik leleh lebih dari 150 0C dengan kristalin yang

tinggi

o Pada dasarnya non ionic, meskipun dalam perdagangan

ditambahkan gugus-gugus fungsional seperti -NH2 , -NHR, dan –OH.

o Mempunyai kelarutan yang rendah, meskipun demikian sekurang-

kurangnya masih dapat larut ± 0,1 g /l dalam air pada kondisi celup.

o Mempunyai derajat kejenuhan dalam serat yang tinggi yaitu

sebesar 30-200 mg zat warna / gram serat.

Page 7: laporan cap Metoda 2 Tahap Dispersi-reaktif

o Tidak terjadi perubahan kimia selama pencelupan.

Klasifikasi zat warna dispersi berdasarkan ketahanan sublimasinya.

Ketahanan sublimasi dari zat warna dispersi merupakan salah satu syarat

zat warna yang digunakan untuk metoda Carrier, High Temperature,

Thermosol.

Tahan sublimasi zat warna dispersi ada kaitannya dengan tekanan uap

molekulnya, semakin tahan sublimasi zat warna maka tekanan uapnya

semakin rendah, dan sebaliknya sedangkan tekanan uap berkaitan

denagn massa zat warna dan sifat polar zat warna dalam larutan, makin

tinggi kepolaran molekul makin rendah tekanan uapnya.

Berdasrkan ketahannan sublimasi zat warna dispersi dibagi menjadi 4

golongan yaitu :

Golongan I: Mempunyai berat molekul yang sangat kecil dan sanag

mudah digunakan untuk serat asetat dengan daya sublimasi yng

rendah.

Golongan II : Mempunyai berat molekul yang sedang dengan daya

sublimasi terbatas dan mempunyai sifat kerataan yang baik.

Golongan III : Mempunyai berat molekul yang sedang dengan daya

sublimasi yng lebih tinggi dari golongan II serta mempunyai sifat

kerataan yang cukup.

Golongan IV : Mempunyai berat molekul yang besar dan daya

sublimasi yang tinggi tetapi sifat kerataan kurang.

Zat Warna Reaktif

Zat warna reaktif adalah suatu zat warna yang dapat

mengadakan reaksi dengan serat, sehingga zat warna tersebut

merupakan bagian daripada serat.Olehkarena itu hasil pencelupan

dengan menggunakan zat warna reaktif mempunyai ketahanan cuci

yang sangat baik. Demikian pula karena berat molekul zat warna reaktif

kecil maka kilapnya akan lebih baik daripada zat warna direk.

Stuktur zat warna reaktif yang larut dalam air mempunyai bagian-

bagian dengan fungsi tertentu. Kromofor zat warna reaktif biasanya

system azoAkinon. Dengan berat molekul yang kecil menyebabkan daya

serap zat warnanya kecil dan menimbulkan warna –warna yang muda.

Page 8: laporan cap Metoda 2 Tahap Dispersi-reaktif

Adanya gugus penghubung dapat mempengaruhi daya serap dan

ketahanan zat warna terhadap asam dan basa. Gugusan –gugusan reaktif

merupakan bagian zat warna yang mudah bereaksi dengan serat.

Disamping terjadi reaksi antar zat warna dan serat dengan

membentuk ikatan primer kovalen yang merupakan ikatan pseudoester

atau eter, molekul airpun dapat juga mengadakan reaksi hidrolisa dengan

molekul zat warna, dengan memberikan komponen zat warna yang tidak

reaktif lagi.

Pencapan dengan zat warna Dispersi-Reaktif

Pencapan campuran serat biasanya menggunakan campuran dua

jenis zat warna pula selain bisa juga satu jenis zat warna untuk dua jenis

serat. Penggunaan campuran zat warna juga di sesuaikan tergantung dari

campuran serat di kain karena migrasi zat warna terhadap serat berbeda

– beda..Selain itu juga harus di perhatikan kondisi fiksasi untuk

memperoleh ketuaan warna yang sama untuk dua jenis zat warna

tersebut.Pencapan kain campuran polyester kapas (T/C) biasanya bisa

menggunakan zat warna :

o Tunggal (disperse) dengan bantuan pelarut tertentu atau zat warna

pigmen

o Dispersi dan pigmen

o disperse dan azoic

o Dispersi dan vat

o Dispersi dan reaktif

o Dispersi dan Direk

Yang paling sering di gunakan adalah disperse reaktif , pigmen,dan

disperse bejana.

Pada pencapan polyester kapas dengan zat warna disperse reaktif ,

zat warna disperse terfiksasai dalam pH < 7 dan untuk zat warna reaktif

pada pH > 7.

Ada dua jenis fiksasi disperse reaktif yaitu

- Alkali bikarbonat

- Alkali format

Page 9: laporan cap Metoda 2 Tahap Dispersi-reaktif

Cara pengerjaannya ada yang satu tahap dan ada yang dua

tahap.Untuk yang satu tahap adalah Pencapan – Drying – Thermofiksasi -

Steam – Washing Off .Untuk yang dua tahap adalah Pencapan – Drying –

Thermofiksasi – pad – Steam – Washing off

Pada pencapan polyester kapas biasanya dilakukan proses fiksasi,

proses fiksasi ni di bagi menjadi 3 cara yaitu ;

- Hot Air (1900C – 200 0C) selama 45 – 90 detik- HT Steam ( 170 0C – 180 0C ) selama 8 - 4 menit - HP Steam ( 120 0C – 130 0C ) selama 20 – 30 menit

Kekurangan metode alkali bikarbonat adalah

- Pastanya kurang stabil karena mengandung alkali- Alkali menyebabkan kerusakan zat warna disperse dan serat - Kecerahan kurang - Sulit di peroleh hasil warna yang berulang Mekanisme masuknya zat warna dispersi pada serat Poliester

Mekanisme menjelaskan : zat warna dispersi berpindah dari

keadaan agregat dalam pasta cap masuk kedalam serat sebagai bentuk

molekuler. Pigmen zat warna dispersi larut dalam jumlah yang kecil sekali,

tetapi bagian zat warna yang terlarut tersebut sangat mudah terserap

oleh bahan. Sedangkan bagian yang tidak larut merupakan timbunan zat

warna yang sewaktu-waktu akan larut mempertahankan kesetimbangan.

Bagian zat warna dalam bentuk agregat, pada suatu saat akan

terpecah menjadi terdispersi monomolekuler. Zat warna dispersi dalam

bentuk ini akan masuk ke dalam serat melalui pori-pori serat.

Pencelupan dimulai dengan adsorpsi zat warna pada permukaan

serat, selanjutnya terjadi difusi zat warna dari permukaan ke dalam serat.

Adsorpsi dan difusi zat warna ke dalam serat dapat dipercepat dengan

menaikkan temperatur proses.

Ketika proses fiksasi serat poliester akan memiliki gaya dipol antar

serat, gaya ini terjadi karena atom karbon bermuatan parsial positif

(d+)dan atom oksigen bermuatan parsial negatif (d-). Gaya dipol akan

renggang pada saat pemanasan di atas 80 0C sehingga zat warna bisa

masuk ke dalam serat.

Pada suhu tinggi, rantai-rantai molekul serat pada daerah amorf

mempunyai mobilitas tinggi dan pori-pori serat mengembang. Kenaikan

Page 10: laporan cap Metoda 2 Tahap Dispersi-reaktif

suhu menyebabkan adsorpsi dan difusi zat warna bertambah. Energi

rantai molekul serat bertambah sehingga mudah bergeser satu sama lain

dan molekul zat warna dapat masuk ke dalam serat dengan cepat.

Masuknya zat warna ke dalam serat dibantu pula dengan adanya tekanan

tinggi dan adanya carier.

Rantai molekul serat poliester tersusun dengan pola zigzag yang

rapi dan celah-celah yang akan dimasuki zat warna sangat sempit. Rantai

molekul sangat sulit untuk mengubah posisinya. Akibatnya molekul zat

warna sulit menembus serat dan pencelupan akan berjalan sangat lambat

bila dilakukan tanpa pemanasan dengan suhu tinggi. Zat warna akan

menempati bagian amorf dan terorientasi dari serat poliester. Pada saat

pencapan serta fiksasi berlangsung, kedua bagian tersebut masih

bergerak sehingga zat warna dapat masuk di antara celah-celah rantai

molekul dengan adanya ikatan antara zat warna dengan serat. Ikatan

yang terjadi antara serat dengan zat warna mungkin merupakan ikatan

fisika, tetapi dapat pula merupakan ikatan hidrogen yang terbentuk dari

gugusan amina primer pada zat warna dengan gugusan asetil pada

molekul serat.

Mekanisme masuknya zat warna reaktif pada serat kapas

Dalam larutan reaktif zat warna akan berdifusi masuk kedalam

struktur selulousa dan sebagian lagi teradsorpsi pada antar

muka selulousa-air di dalam serat. Saat kesetimbangan tercapai, zat

warna berada dalam kondisi terdifusi masuk dan keluar serat dengan laju

yang sama. Pada kondisi larutan seperti ini, konsentrasi ion hidroksil

dalam ion selulosat di dalam larutan sangat rendah sehingga dikatakan

bahwa ada proses yang bersifat fisika.

Penambahan alkali ke dalam larutan akan mendorong pembentukan

ion selulosat sehingga menaikan konsentrasi hiingga satu jumlah yang

cukup berarti yang akan memungkinkan terjadinya reaksi antara zat

warna dengan serat. Ion selulosa (Sel-O-) akan menyerang atom karbon

pada gugus reaktif yang kekurangan elektron melalui mekanisme adisi

atau substitusi menghasilkan suatu ikatan kovalen antara serat dan zat

warna reaktif. Terbentuknya senyawa serat-zat warna menyebabkan

Page 11: laporan cap Metoda 2 Tahap Dispersi-reaktif

adsorpsi berhenti dan menyebabkan berkurangnya zat warna dalam

larutan dan serat. Perbedaaan konsentrasi zat warna berdifusi masuk

kedalam serat dan memperbesar penyerapan yang semula kecil. Tidak

semua zat warna dapat teradsorpsi beereaksi dengan serat. Biasanya

hanya sekitar 60-70% zat warna yang akan terfiksasi. Hal ini dikarenakan

selain bereaksi dengan serat selulousa, zat warna reaktif juga dapat

bereaks dengan air yang disebut hidrolisis meskipun jumlahnya relatif

kecil dibandingkan dengan reaksi zat warna dengan serat. Reaksi ini

bertambah cepat dengan bertambahnya suhu dan alkali yang

menghasilkan zat warna yang tidak reaktif lagi.

Oleh karena itu, pada akhir proses pencucian dengan sabun untuk

mnghilangkan zat warna yang terhidrolisa dan tidak terfiksasi tersebut

sehingga diperoleh sifat tahan luntur yang lebih baik.

Pencapan metoda 2 tahap

Pada proses pencapan kain poliester kapas dengan zat warna

dispersi-reaktif metoda dua tahap, pasta cap yang digunakan adalah

netral (tidak mengandung alkali). pemberian alkali dilakukan dengan cara

blok silikat dengan variasi fiksasi: steaming dan batching.

Steaming

Setelah kain dicap dengan pasta cap dan dikeringkan, kemudian

dilakukan pengerjaan blok silikat dengan menggunakan media

screen dan rakel setelah itu dilanjutka dengan pengukusan pada

suhu 120-1300C selama beberapa menit dengan variasi waktu

steaming. Pencucian harus segera dilakukan untuk menghilangkan

sisa-sisazat warna yang tidak terfiksasi.

Batching

Cara lain yang dapat digunakan adalah batching, digunakan ruang

dengan waktu yang lebih lama. Setelah kain diblok silikat pada suhu

400C untuk membantu penentrasi dan mengurangi viskositas,

kemudian kain digulung dan dibungkus plastik untuk mencegah

pengeringan dan asam dari udara, proses batching ini dilakukan

dengan variasi waktu 8 jam, 16 jam dan 24 jam.

Page 12: laporan cap Metoda 2 Tahap Dispersi-reaktif

III. PERCOBAAN

Alat

- Gelas - Meja pencapan - Rakel kayu - Pengaduk

- Pipet Volume - Solatipe- Lap kain

Bahan

- Zat warna Dispersi- Zat warna Reaktif - Pengental

- Urea - Zat Anti Reduksi- Na formiat / asetat

IV. Resep Pencapan

Resep pasta cap- Zat warna dispersi : 30 gram- Zat warna reaktif :15 gram- Urea : 60 gram- Na Formiat / Na Asetat: 15 gram- Pengental : 600 – 700 gram- Zat anti reduksi : 20 gram- Balance ( air ) : x

1000- Resep yang dipakai :

Resep Warna Warna

Zat Warna dispersi

30 / 1000 x 50 = 1,5 gram

30 / 1000 x 50 = 1,5 gram

Zat Warna reaktif

15 / 1000 x 50 = 0,75 gram

15 / 1000 x 50 = 0,75 gram

Urea 60 / 1000 x 50 = 3

gram60 / 1000 x 50 = 3

gram

Zat anti reduksi20 / 1000 x 50 = 1 gram

20 / 1000 x 50 = 1 gram

Pengental700 / 1000 x 50 = 35

gram700 / 1000 x 50 = 35

gramNa formiat / Asetat

15 / 1000 x 50 = 0,75 gram

15 / 1000 x 50 = 0,75 gram

Blok silikat : NaOH 380BE 1 bagian Na2SO4 480BE 9 bagian

10 bagianNaOH Flake : 10 gr + larutkan dalam air = 20

Page 13: laporan cap Metoda 2 Tahap Dispersi-reaktif

Na2SiO3 = 180 200 gram

V. DIAGRAM ALIR

VI. CARA KERJA

1. Persiapan Alat dan Bahan

2. Pembuatan Pengental

3. Pembuatan Pasta cap

Ketika pembuatan pengental sedang dilakukan kita terlebih

dahulu menimbang zat warna dispersi dan zat warna reaktif

dengan zat pembantu, diantaranya gliserin, zat anti reduksi, zat

pendispersi, dan Na asetat / formiat. Kemudian setelah pengental

yang dibuat tersedia, Pengental sesuai kebutuhan ditakar dan

pengental ditambahkan dengan zat warna dispersi dan zat warna

reaktif yang telah ditambahkan dengan zat pembantu lainnya.

4. Proses Pencapan

a. Kain yang akan dicap

b. rakel harus kuat dan menekan ke bawah agar dapat

mendorong zat warna masuk ke motif.

persiapan pencapan

proses pencapan

Fiksasi

blok silikat

washing off

steamingbatching

Page 14: laporan cap Metoda 2 Tahap Dispersi-reaktif

c. screen dipasang pada meja cap dengan posisi terbuka

sempurna dan konstan pada meja cap.

d. Screen diletakkan tepat berada pada bahan yang akan

dicap

e. Dengan bantuan rakel, pasta cap ditaburkan pada screen

pada bagian pinggir kasa (tidak mengenai motif) secara

merata pada seluruh permukaan.

f. Frame ditahan agar mengepres pada bahan, kemudian

dilakukan proses pencapan dengan cara memoles screen

dengan pasta cap menggunakan rakel.

g. Pada proses pencapan, penarikan dilepaskan ke atas.

h. Untuk screen ke dua, screen dipasangkan dengan

mempaskan posisi motif , agar kedua motif dapat

berimpit dengan tepat.

i. Dilakukan proses pencapan seperti point di atas.

j. Setelah selesai, biarkan pasta pada kain sedikit

mongering kemudian angkat secara hati-hati

5. Setelah dicap dengan pasta cap, diamkan dahulu selama 1 menit

kemudian bahan dikeringkan pada mesin stenter.

6. Bahan kemudian difiksasi dan kemudian di blok silikat dengan

bahan-bahan yang telah disediakan kemudian sebagian ada yang

di steaming dan ada yang di batching, kelompok 1-3 kebagian

untuk steaming dan kelompok 4-6 kebagian untuk batching

sehingga kelompok kami bagian untuk batching, dengan variasi

waktu 8 jam, 16 jam dan 24 jam.

7. Bahan dicuci dingin, cuci panas, cuci sabun setelah itu dibilas

kembali.

8. keringkan dengan mesin stenter.

VII. FUNGSI ZAT

Zat warna dispersi : Memberi warna pada kain secara

merata dan permanen

Page 15: laporan cap Metoda 2 Tahap Dispersi-reaktif

Zat warna reaktif : Memberi warna pada kain secara

merata dan permanenZat anti reduksi : mengurangi

reduksi pengetal atau redukstor terhadap zat warna

Pengental : melekatkan zat warna pada bahan

tekstil serta mengatur viskositas pasta cap sehingga diperoleh

gambar yang tajam, warna yang rata dan penetrasi yang baik.

Teefol : Sabun untuk menghilangkan

pengental, zat warna yang tidak terfiksasi dan zat lain pada

proses pencucian sabu

VIII. DATA PERCOBAAN

Nilai evaluasi bahan :

variasi metoda pencapan

warna motif

nilai evaluasi

kerataan warna

ketuaan warna

ketajaman motif

Total

Bahan 1 : waktu

steaming 8 jam

kuning 9 8 8 25

Merah 7 8 7 22

Bahan 2 : waktu

steaming 16 jam

kuning 8 8 8 24

Merah 7 9 7 23

Bahan 3 : waktu

steaming 24 jam

kuning 6 8 8 20

Merah 8 8 8 24

Bahan 1 setelah

pencuciankuning 7 6 6 19

orange 7 6 6 19

Bahan 2 setelah pencucian

kuning 7 8 7 22

orange 7 8 7 22

Bahan 3 setelah pencucian

Kuning 8 7 7 22

Orange 8 8 8 24

Page 16: laporan cap Metoda 2 Tahap Dispersi-reaktif

evaluasi bahan :

Nilai evaluasi rentang 1 – 10 semakin besar nilainya semakin bagus hasil

evaluasinya.

DATA GRAFIK CONTOH UJI

bahan 1 bahan 2 bahan 30

2

4

6

8

10

Grafik Warna kuning pada Pencapan Zw Dispersi-Reaktif Kain Poliester-

kapas

kerataan warna

ketuaan warna

ketajaman mo-tif

Sebelum pencucian

bahan 1 bahan 2 bahan 30

2

4

6

8

10

Grafik Warna merah pada Pencapan Zw Dispersi-Reaktif Kain

Poliester-kapas

kerataan warnaketuaan warnaketajaman motif

Sebelum pencucian

bahan 1 bahan 2 bahan 30123456789

Grafik Warna kuning pada Pencapan Zw Dispersi-Reaktif Kain Poliester-

kapas

kerataan warna

ketuaan warna

ketajaman mo-tif

Setelah Pencucianbahan 1 bahan 2 bahan 3

0123456789

Grafik Warna orange pada Pencapan Zw Dispersi-Reaktif Kain

Poliester-kapas

kerataan warnaketuaan warnaketajaman motif

Setelah Pencucian

Page 17: laporan cap Metoda 2 Tahap Dispersi-reaktif

Keterangan variasi :

- Bahan 1 : waktu batching 8 jam

- Bahan 2 : waktu batching 16 jam

- Bahan 3 : waktu batching 24 jam

IX. DISKUSI

X. KESIMPULAN

Page 18: laporan cap Metoda 2 Tahap Dispersi-reaktif

Contoh uji bahan 1 ( waktu steaming 8 jam )

Page 19: laporan cap Metoda 2 Tahap Dispersi-reaktif

Contoh uji bahan 2 ( waktu steaming 8 jam )

Contoh uji bahan 3 ( waktu steaming 8 jam )

Page 20: laporan cap Metoda 2 Tahap Dispersi-reaktif

DAFTAR PUSTAKA

[1] Arifin Lubis, S. Teks., dkk, Teknologi Pencapan Tekstil, STTT, Bandung,

1998.

[2] Agus suprapto, S.Teks.,M.Sc., dkk, BAHAN AJAR : TEKNOLOGI PENCAPAN

I , STTT, Bandung, 2006

Page 21: laporan cap Metoda 2 Tahap Dispersi-reaktif

[3] Ir. Rasyd Djufri, M. Sc., dkk, Teknologi Pengelantangan Pencelupan

dan Pencapan, STTT, Bandung, 1976.

[4] Purwanti, S. Teks., Pedoman Praktikum Pencapan dan

Penyempurnaan, ITT, Bandung, 1978.

DOKUMENTASI

Page 22: laporan cap Metoda 2 Tahap Dispersi-reaktif