LAPORAN DISKUSI KELOMPOK 2

Embed Size (px)

Citation preview

LAPORAN SKENARIO DISKUSI KELOMPOK 2

BLOK BIOETHICS & HEALTH LAW I(BLOK BHL I)SEMESTER II

Percobaan Milgram

Tutor: dr. Dwi Utami Anjarwati, M.Kes

Kelompok II

ISTIANI DANU PURWANTIG1A009018PRASASTIE GITA W.G1A009023DANNIA RISKI ARIANIG1A009027DIAS ISNANTIG1A009034ALFIAN TAGAR A.P.G1A009064AKHMAD IKHSAN P. P.G1A009069ANDROMEDAG1A009074YANUAR FIRDAUSG1A009079KUNANGKUNANG P. BULANG1A009091FAWZIA MERDHIANAG1A009098NURUL ARSY M.G1A009120

KEMENTRIAN PENDIDIKAN NASIONALUNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMANFAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU ILMU KESEHATANJURUSAN KEDOKTERANPURWOKERTO2010

SKENARIO DISKUSI KELOMPOK 2

Percobaan MilgramPenelitian Stanley Migram dilaksanakan untuk menjelaskan fenomena kamp konsentrasi buatan NAZI yang terjadi pada perang dunia ke 2. Pelaku kejahatan perang menyatakan bahwa mereka bekerja berdasarkan perintah atasan. Penelitian ini mencoba membuktikan apakah perbuatan yang dilakukan NAZI karena memang tipikal orang Jerman selaku pengikut NAZI yang kejam dan tidak berperikemanusian, ataukah ini merupakan fenomena kelompok yang bisa terjadi kepada siapa saja dibelahan bumi manapun, asalkan dihadapkan pada situasi yang sama. Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat sejauh mana orang akan menentang otoritas ketika dihadapkan dengan perintah untuk melakukan tindakan yang secara moral keliru. Pada potongan film ini penelitian tersebut direka ulang. Pada penelitian tersebut peneliti memberikan cover story terhadap tujuan penelitian, yaitu ingin mempelajari mengenai proses belajar dan ingatan. Penelitian ini melibatkan 3 orang yang berfungsi sebagai guru (sebenarnya adalah orang pemberi hukuman) dan murid (sebenarnya adalah pihak yang dihukum), serta satu orang yang difungsikan sebagai symbol otoritas. Yang benar-benar merupakan subyek penelitian yang diambil dari sukarelawan adalah orang yang akan berperan sebagai guru (orang pemberi hukuman). Sukarelawan tersebut mendapatkan bayaran atas partisipasinya. Yang menjadi murid sebenarnya adalah anggota tim peneliti.Penelitian ini dilakukan dengan cara mengundi (bohong-bohongan) untuk menentukan siapa yang menjadi murid dan siapa yang menjadi guru. Setelah itu masing-masing akan menempati perannya. Tugas guru adalah menghukum setiap kali murid salah menjawab pertanyaan. Hukumannya dilakukan dengan cara memberikan aliran listrik (palsu) kepada si murid. Beberapa kondisi dalam penelitian ini yaitu bahwa satu satunya subyek penelitian adalah sang guru (orang yang member hukuman) serta murid adalah salah satu anggota tim peneliti dan listrik yang dialirkan adalah bohong-bohongan tidak diberitahukan kepada subyek penelitian (guru). Hasil yang ditemukan adalah bahwa dua dari tiga orang yang menjadi subyek penelitian tetap melaksanakan perintah yang dilakukan oleh pihak peneliti, yaitu mengalirkan listrik pada sang murid, walaupun itu adalah tindakan yang berbahaya. Penelitian Milgram ini walaupun dianggap tidak manusiawi tetapi tetap berguna dalam menjelaskan beberapa fenomena seperti kekejaman kamp konsentrasi NAZI, tragedy lapangan merah di cina perlakuan terhadap tahanan di penjara Abu Ghraib dan penjara teluk Guantanamo. Beberapa kekhawatiran mengenai efek psikologis yang mungkin muncul terhadap subyek penelitian pada percobaan ini juga telah dilakukan dengan hasil tidak ada efek negatif apapun. Tetapi pada percobaan serupa di Stanford ternyata menghasilkan efek negative berupa distress yang muncul pada subyek penelitian sampai jangka waktu beberapa bulan setelah percobaan berakhir.

BAB ILATAR BELAKANG

Semakin berkembangnya ilmu dan pengetahuan serta teknologi, semakin banyak pula kegiatan-kegiatan penelitian untuk terus mengembangkan ilmu, pengetahuan dan teknologi. Penelitian ini ditujukan untuk menyelesaikan masalah yang baru maupun yang telah diuji sebelumnya sebagai penyalur hasrat keingintahuan manusia. Dalam melakukan penelitian ilmiah, terutama dengan manusia sebagai objek penelitian, penelitian tersebut harus menggunakan metode yang rasional, empiris, dan sistematis.Pada tahun 1964, WMA dalam sidangnya yang ke 18 yang hasilnya dituangkan dalam deklarasi Helsinki I. Dalam deklarasi tersebut tercantum peraturan-peraturan penelitian. Peneliti dituntut dapat membuat keputusan sendiri apakah penelitiannya menyimpang atau tidak dari norma etik yang telah disepakati. Selain hal tersebut, semua protokol penelitian yang menyangkut manusia harus ditinjau dahulu oleh komisi khusus untuk dipertimbangkan, diberi komentar, dan mendapat pengarahan dan juga harus dicantumkan adanya pertimbangan etik (Yurisa, 2008).Peneliti dalam melaksanakan seluruh kegiatan penelitian harus memegang teguh sikap ilmiah dan prinsip-prinsip etika penelitian. Ada empat prinsip utama dalam kegiatan penelitian yang meliputi:1. Menghormati harkat dan martabat manusiaPeneliti harus mempertimbangkan hak-hak dari subjek penelitian untuk mendapatkan informasi yang benar dan jelas mengenai tujuan penelitian. Selain itu juga subjek berhak atas penentuan pilihan dan bebas dari paksaan untuk berpartisipasi dalam kegiatan penelitian. Sebelum melakukan penelitian, sebagai seorang peneliti harus menyediakan formulir persetujuan subjek walaupun hal ini belum tentu bisa memberikan proteksi terutama untuk penelitian yang bersifat klinik karena adanya perbedaan pengetahuan dan otoritas dari peneliti dengan subjek.

2. Menghormati privasi dan kerahasiaan subjekPada dasarnya sebuah penelitian akan membuka informasi mengenai individu. Sedangkan tidak semua individu ingin diketahui informasinya oleh orang lain. Sehingga peneliti tidak boleh menampilkan identitas subjek dan alat ukur apapun untuk menjaga anonimitas dan kerahasiaan. Sebagai penggantinya, peneliti hanya menggunakan kode.3. Keadilan dan inklusifitasKeadilan memiliki berbagai macam teori. Namun yang terpenting adalah bagaimanakah keuntungan dan beban harus didistribusikan menurut kebutuhan, kemampuan, kontribusi, dan pilihan bebas masyarakat.4. Manfaat dan kerugian yang timbulPenelitian harus dapat meminimalisir dampak yang merugikan bagi subjek. Apabila intervensi penelitian berpotensi mengakibatkan cedera atau stres tambahan maka subjek dikeluarkan dari kegiatan penelitian untuk mencegah terjadinya cedera, kesakitan, stres, maupun kematian (Yurisa, 2008).Di Indonesia, standar etik penelitian kesehatan yang melibatkan manusia sebagai subjek didasarkan pada azas perikamanusiaan yang merupakan falsafah Pancasila. Kemudian hal tersebut diatur dalam UU Kesehatan No. 23/1992 dan PP No. 39/1995 tentang Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Yurisa, 2008).

BAB IIPEMBAHASAN

Pertanyaan:

1. Isu etis apakah yang mengemuka dalam narasi diatas?Isu etis yang dikemukakan dalam narasi di atas adalah mengenai mekanisme pelaksanaan penelitian yang menggunakan subjek manusia. Penelitian ini mengandung beberapa hal yang melanggar etika dalam penelitian, yaitu::a. Pihak subjek penelitian yang tidak diberitahu secara rinci mengenai penelitian yang dilaksanakan.b. Tak adanya kejujuran dari si peneliti kepada subjek penelitian tentang tujuan penelitian ini yang sebenarnya sehingga subjek penelitian melakukan penelitian ini tanpa ia mengetahui tujuan yang sebenarnya dan bisa saja subjek penelitian akan merasa dibohongi apabila ia mengetahui hal ini.Apabila dilihat berdasarkan Etik Dasar Penelitian yang disusun oleh Panitia Penyusun Kode Etik Kedokteran Indonesia, pada poin ini terjadi pelanggaran pada butir ke sembilan yaitu sifat, tujuan, dan risiko penelitian harus dijelaskan pada orang percobaan. Sedangkan pada kasus ini, sudah jelas-jelas terlihat bahwa peneliti tidak menjelaskan dengan jujur tentang tujuan penelitian ini sebenarnya.c. Terjadinya pemaksaan kehendak yang dilakukan oleh peneliti kepada subjek penelitiannya. Dan hal ini tak dapat dibenarkan. Seperti yang dapat dilihat dalam film tersebut, yaitu si peneliti tetap memaksa Mr. Des Paul untuk menjalankan tugasnya sebagai instruktur dan memaksa untuk tetap memberikan tegangan voltase listrik yang semakin meninggi apabila Mr. Rivolli salah menjawab pertanyaan maupun tidak menjawab pertanyaan dengan berlaku diam meskipun Mr. Rivolli memaksa untuk memberhentikan penelitian ini dan Mr. Des Paul juga sependapat dengannya. Hal ini dapat dilihat saat dirinya terlibat pembicaraan dengan peneliti untuk tidak melanjutkan penelitian ini dan rupanya si peneliti tetap memaksa untuk melanjutkannya.Poin (a) dan (b) di atas juga berhubungan dengan Prinsip Dasar Riset yang dirumuskan pada Deklarasi Helsinki (1964) pada pasal 9 yaitu dalam setiap riset pada manusia, subjek yang bersangkutan harus diberitahu tentang tujuan, metode, manfaat serta bahaya potensial dan rasa tidak enak yang akan dialami. Subjek juga harus dijelaskan bahwa ia bebas untuk menolak berpartisipasi dalam penelitian dan bila ia ikut berpartisipasi, ia bebas untuk mengundurkan diri setiap saat (Hanafiah, 1999).Namun, sebenarnya pelenggaran etik ini bisa dianggap sebagai hal yang harus dilakukan mengingat agar subjek melakukan tugas sebagaimana mestinya sesuai dengan keadaan dirinya, mengurangi bias dalam penelitian, ini dilakukan supaya tujuan penelitian tercapai dan hasil bisa dipertanggungjawabkan mengingat penelitian tersebut terpusat pada kondisi psikis subjek.

2. Menurut anda apakah penelitian tersebut mempertimbangkan aspek otonomi subyek penelitian? Sebutkan alasan anda.Ada dua pendapat dalam soal nomor 2, ada yang menjawab penelitian sudah mempertimbangkan dan ada yang menjawab belum mempertimbangkan. Berikut penjelasannya:a. Yang menjawab mempertimbangkan, dengan alasan sebagai berikut:Pada percobaan ini telah mempertimbangkan aspek otonomi subyek penelitian karena dilihat dari tujuan penelitian yang memang ingin meneliti sejauh mana orang akan menentang otoritas ketika dihadapkan dengan perintah untuk melakukan tindakan yang secara moral keliru, yang memang intruksi untuk mencapai tujuan penelitian tersebut harus sedikit menekan otonomi subjek peneliti. Namun dalam hal ini ada beberapa hak otonomi subyek yang dilanggar oleh pihak peneliti. Antara lain adalah saat subyek diberi kesempatan untuk memilih posisi sebagai guru atau sebagai murid, ternyata kedua pilihan adalah menjadi guru (tetapi subyek tidak mengetahuinya). Hal ini beralasan, demi tercapainya tujuan penelitian. Begitu pula pada penjelasan tujuan penelitian yang palsu, karena apabila subyek diberitahukan tujuan sebenarnya, maka akan terjadi bias atau rekayasa hasil. b. Yang menjawab tidak mempertimbangkan dengan alasan sebagai berikut:Tidak, karena dalam penelitian tersebut subjek penelitian dipaksa untuk melakukan sesuatu (mengalirkan aliran listrik ke muridnya) yang sebenarnya menurutnya (moralnya) sesuatu tersebut keliru. Dalam aspek otonomi, dijelaskan bahwa individu itu seharusnya mempunyai hak untuk mengambil pilihan dan dalam kasus ini, subjek penelitian tidak bisa mempunyai haknya itu karena sudah terikat dengan perjanjian untuk penelitian yang sudah dibuat sebelumnya dan subjek harus tunduk akan perintah dari peneliti sebagai pemegang otoritas tertinggi. Dalam aksi otonomi yang diketahui bersama, terdapatnya poin bahwa tidak boleh ada pengaruh-pengaruh yang mempengaruhi tindakan tidak didapatkan dalam kasus ini. Malah subjek terpengaruh dari peneliti untuk terus melakukan tindakan mengalirkan listrik ini kepada muridnya. Di lain hal, si subjek tidak memiliki freedom of will yaitu kebebasan untuk berkeinginan.Tidak dibenarkan pula apabila penelitian harus mencapai tujuan yang diinginkan apabila melanggar hak-hak yang dimiliki oleh si subjek penelitian. Dapat dibuktikan dengan melihat Deklarasi Helsinki (1964) pada Bagian Riset Biomedik Non Terapeutik pada Manusia pada pasal 4 yaitu dalam melakukan riset pada manusia, kepentingan ilmu pengetahuan atau kepentingan masyarakat tidak boleh didahulukan daripada pertimbangan kesejahteraan subjek (Hanafiah, 1999).

3. Apakah manfaat yang muncul dalam percobaan diatas? Sebutkan alasan mengapa anda mengemukakan pendapat anda!a. Hasil yang didapat lebih valid (karena tidak direkayasa) dengan tidak memberitahu tujuan sebenarnya kepada subjek penelitib. Hasil yang didapat dapat dipertanggungjawabkanc. Untuk kemajuan ilmu pengetahuand. Tercapainya tujuan dari penelitian, yaitu:1) Untuk melihat sejauh mana orang akan menentang otoritas ketika dihadapkan dengan perintah untuk melakukan tindakan yang secara moral keliru.2) Untuk mengetahui sikap/prilaku seseorang jika dihadapkan pada pilihan yang sulit.3) Untuk mengetahui bagaimana subjek penelitian mengambil keputusan dalam keadaan dilema4) Untuk mengetahui bagaimana manusia jika dipasang di bawah struktur otoritas akan memiliki modus berpikir yang khas ( subjek tidak akan bertanggung jawab atas perbuatannya, karena ia hanya melaksanakan perintah saja).5) Dapat mengetahui ternyata manusia dapat kejam karena pengaruh situasi6) Dapat mengetahui ternyata manusia yang baik pun dapat berbuat jahat.4. Apakah ada kerugian yang muncul dalam percobaan diatas?a. Ketika tau bahwa subjek dibohongi dalam penelitian atau terjadi apa-apa dalam penelitian maka subjek bisa menuntut.b. Mempengaruhi psikis subjek penelitian, sehingga subjek bisa merasa stress.

BAB IIIKESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan 1. Percobaan Milgram ini adalah sebuah penelitian yang bertujuan untuk melihat sejauh mana orang akan menentang otoritas ketika dihadapkan dengan perintah untuk melakukan tindakan yang secara moral keliru.2. Dalam percobaan Milgram ini terjadi pelanggaran otonomi subjek penelitian, seperti diberikannya penjelasan yang palsu mengenai penelitian yang dilakukan, tidak diberikan pilihan untuk menjadi guru atau murid(dalam kertas berisi guru semua yang subyek penelitian tidak mengetahuinya).3. Dalam sebuah penelitian terdapat manfaat dan resikonya, sebagai peneliti harus mempertimbangkan diantara keduanya.4. Subyek peneliti mempunyai hak untuk tau manfaat dan resiko dari penelitian dan subyek peneliti mempunyai otonomi untuk melakukan apa yang menjadi pilihannya. 5. Dalam deklarasi Helsinki I tercantum peraturan-peraturan penelitian, sehingga orang yang akan melakukan penelitian terutama dengan subyek penelitian manusia tidak dapat melakukan asal-asalan dan harus sesuai dengan peraturan tersebut. Di Indonesia sendiri diatur dalam UU Kesehatan No. 23/1992 dan PP No. 39/1995 tentang Penelitian dan Pengembangan Kesehatan6. Terdapat empat prinsip utama dalam penelitian yaitu: Menghormati harkat dan martabat manusia, Menghormati privasi dan kerahasiaan subjek, Keadilan dan inklusifitas, Manfaat dan kerugian yang timbul.

B. SaranKetika melakukan sebuah penelitian, peneliti dalam melaksanakan seluruh kegiatan penelitian harus memegang teguh sikap ilmiah dan prinsip-prinsip etika penelitian supaya penelitiannya berjalan dengan baik, tujuan tercapai dan hasilnya pun dapat dipertanggungjawabkan. DAFTAR PUSTAKA

Anonim.2009.(on-line).http://klara_la.staff.gunadarma.ac.id. Diakses pada tanggal 10 Juni 2010. Anonim. 2009. (on-line). http://experiment-resources.com/milgram-experiment-ethics.html. Diakses pada tanggal 10 Juni 2010. Anonim. 2009. (on-line). http://age-of-the sage.org/psychology/milgram_obedience_experiment.html. Diakses pada tanggal 10 Juni 2010. Anonim. 2009. (on-line). http://pergerakankebangsaan.org/?p=280. Diakses pada tanggal 10 Juni 2010Hanafiah, M. Jusuf dan Amri Amir. 1999. Etika Kedokteran & Hukum Kesehatan. Jakarta : EGC.Miller, Arthur G. 1986. The obedience experiments: A case study of controversy in social science. Newyork : PraegerSamil, Ratna Suprapti. 2001. Etika Kedokteran Indonesia. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.Tarnow, Eugen, Toward the Zero Accident Goal: Assisting the First Officer Monitor and Challenge Captain Errors.: Journal of Aviation/Aerospace Education and Research, 10(1)Wu, William, Practical Psychology: Complience: The Milgram Experiment.Yulisa, Wella. 2008. Etika Penelitian Kesehatan.Riau: Faculty of Medicine-University of Riau, hal. 1-4.