36
LAPORAN PRAKTIKUM DISAIN TEKSTIL 1 DEKOMPOSISI KAIN (Kain Anyaman Polos, Kain Anyaman Keeper, Kain Anyaman Satin, & Kain Celé) Disusun Oleh Nama : Fajaria Ayu Lestari NRP : 08. K40103 Group : K-4 Dosen : Dra.Ae Kusna. Asisten : 1. Siti R., AT. 2. Nani M. 3. Tjiptodi

LAPORAN distek

Embed Size (px)

DESCRIPTION

aadddd

Citation preview

Page 1: LAPORAN distek

LAPORAN

PRAKTIKUM DISAIN TEKSTIL 1

DEKOMPOSISI KAIN

(Kain Anyaman Polos, Kain Anyaman Keeper, Kain Anyaman Satin, & Kain Celé)

Disusun Oleh

Nama : Fajaria Ayu Lestari

NRP : 08. K40103

Group : K-4

Dosen : Dra.Ae Kusna.

Asisten : 1. Siti R., AT.

2. Nani M.

3. Tjiptodi

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI TEKSTIL

BANDUNG

2009

DEKOMPOSISI KAIN

Page 2: LAPORAN distek

(Kain Anyaman Polos)

1. Maksud dan Tujuan

1.1. Maksud

Untuk mengetahui dekomposisi kain dengan anyaman tertentu dan

mengidentifikasi jenis-jenis anyaman dasar, yang terdiri dari anyaman

polos, anyaman keper, anyaman satin dan anyaman Celé.

1.2. Tujuan

Untuk mengetahui jenis-jenis anyaman pada kain, arah benang, tetal

kain, mengkeret benang, nomor benang, dan perhitungan berat dari

benang lusi dan benang pakan dari hasil uji dibanding berat mutlak kain,

pada jenis kain dengan anyaman polos.

2. Teori Dasar atau Pendekatan

2.1. Anyaman Polos dan Karakteristiknya

Anyaman ini paling sederhana, paling tua dan paling banyak dipakai

orang. Penyilangan yang terjadi antara benang lusi dan pakan dilakukan

secara bergantian (selang-seling ~ Bekerjanya benang-benang lusi dan

pakan paling sederhana, yaitu: 1-naik, 1-turun). Anyaman ini juga

Mempunyai rapot yang paling kecil dari semua jenis anyaman, selain itu

anyaman ini memiliki silangan yang paling banyak bila dibandingkan

dengan jenis anyaman-anyaman lainnya, karena itu anyaman ini relative

paling kokoh dan tidak mudah berubah tempat. Hanya pada kain ini,

kemungkinan jumlah benang setiap inchinya relatif lebih sedikit dari

pada anyaman lain, karena apabila benang yang digunakannya terlalu

banyak, maka akan menghasilkan kain yang kaku. Namun anyaman

polos dapat dipakai untuk kain yang jarang dan tipis dengan hasil yang

memuaskan daripada menggunakkan anyaman yang lain.

Beberapa hal yang diperlukan dalam pembuatan selembar kain

(dekomposisi kain pada anyaman polos) yang digunakan untuk

membantu kelancaran percobaan, dapat dilakukan dengan melihat ciri-

ciri dan karakteristik dari anyaman polos tersebut, yaitu:

- Ulangan rapot ke arah horisontal (lebar kain) atau kearah pakan,

diulangi sesudah 2 helai pakan. Ke arah vertical (panjang kain)

atau ke arah lusi, diulangi sesudah 2 helai lusi.

Page 3: LAPORAN distek

- Anyaman polos paling sering dikombinasikan dengan faktor-faktor

konstruksi kain yang lain dari pada jenis anyaman yang lainnya.

- Tetal lusi dan tetal pakan pada anyaman polos mempunyai

perpencaran (range) yang lebih besar daripada anyaman lain, yaitu

berkisar antara 10-200 helai/inchi. Demikian pula dengan

perpencaran berat kain pada anyaman polos yang lebih besar

daripada jenis anyaman lain, yaitu berkisar antara 0,25 oz/yds2-52

oz/yds2.

- Anyaman polos lebih sesuai/mampu untuk diberi rupa (appearance)

yang lain dengan jalan mengadakan ubah-ubah design, baik

structural design maupun surface design apabila dibandingkan

dengan anyaman lain.

- Pada umumnya kain dengan anyaman polos, daya penutupan

kainnya (fabric cover) berkisar antara 25% - 75%.

- Banyak gun yang digunakkan pada saat pertenunan minimum 2

gun, tetapi untuk tetal lusi yang tinggi, maka digunakkan 4 gun

atau lebih.

- Anyaman polos banyak dipakai untuk kain dengan kontruksi

medium, dengan fabric cover 51%-75%. Penutupan lusi dan pakan

berkisar 31%-50%. Jenis kain ini misalnya : kain yang diprint,

sheetings, dll.

- Anyaman polos untuk kain padat (close construction), biasanya

menggunakan benang pakan yang lebih kasar daripada benang

lusi.

Dari pernyataan diatas, maka dapat dikatakan bahwa anyaman polos

adalah anyaman yang memiliki raport terkecil yang terdiri dari satu kali

lusi naik dan satu kali lusi turun pada jajaran lusi pertama dan

sebaliknya pada jajaran lusi berikutnya.

3. Percobaan

3.1. Alat – Alat

1. Luv (Kaca Pembesar)

2. Gunting

3. Jarum

4. Penggaris

5. Neraca Analitik

Page 4: LAPORAN distek

6. Neraca Torsion

7. Alat tulis

3.2. Bahan

3.3. Kain Contoh Uji (Anyaman polos)

3.4. Cara Kerja

1. Menentukan Arah Lusi dan pakan pada kain uji (arah lusi diberi tanda

panah), dimana lusi dicari dengan merasakan benang yang kaku dan

keras karena telah diberi kanji. Dapat juga dengan melihatnya ke

arah cahaya. Yang terlihat lurus-lurus (dan ada bagian-bagian yang

tebal) adalah benang lusi.

2. Menghitung tetal lusi dan tetal pakan pada 5 bagian/tempat yang

berbeda dan dicatat tiap bagiannya, serta hitung harga rata-ratanya.

3. Menimbang kain contoh uji dengan ukuran 10 x 10 cm, kemudian

catat beratnya.

4. Mengambil benang lusi dari 2 (dua) sisi yang berbeda pada kain

contoh uji tersebut sebanyak 5 (lima) helai – 5 (lima) helai, sehingga

total benang yang diperolehnya sebanyak 10 helai, Lalu

menimbangnya. Demikian pula untuk benang pakannya.

5. Mengukur panjang benang lusi helai demi helai lalu rata-ratakan

(diluruskan), lalu mencatat panjang dari masing-masing benang

tersebut. Demikian pula untuk benang pakannya, lalu nilai yang

telah diperoleh dari 10 (sepuluh) benang tersebut dirata-ratakan.

Nilai tersebut digunakan untuk menghitung mengkeret lusi dan

pakan.

6. Menghitung nomor benang lusi dan pakan dari masing-masing dari

data yang sudah diperoleh.

7. Melalukan perhitungan terhadap berat lusi dan pakan untuk

memperoleh selisih berat.

8. Menggambar anyaman dari hasil yang diuji (contoh uji).

3.5. Data Percobaan

1. Nama Anyaman = Anyaman Polos

2. Tetal Lusi Tetal Pakan

a. 92 helai/inchi a. 55 helai/inchi

b. 90 helai/inchi b. 57 helai/inchi

Page 5: LAPORAN distek

c. 84 helai/inchi c. 57 helai/inchi

X = 34.9 helai/cm X = 22.2 helai/cm

3. Berat Kain 10 x10 cm = 1,22 gram

4. Berat Benang 10 helai

Lusi = 23 mg = 0,023 g

Pakan = 20.5 mg = 0,0205 g

5. Panjang Benang setelah diluruskan

Lusi : Pakan :

1. 10,6 cm = 0,106 m 1. 10,3 cm = 0,103 m

2. 10,7 cm = 0,107 m 2. 10,4 cm = 0,104 m

3. 10,6 cm = 0,106 m 3. 10,4 cm = 0,104 m

4. 10,7 cm = 0,107 m 4. 10,3 cm = 0,103 m

5. 10,7 cm = 0,107 m 5. 10,3 cm = 0,103 m

6. 10,7 cm = 0,107 m 6. 10,4 cm = 0,104 m

7. 10,7 cm = 0,107 m 7. 10,4 cm = 0,104 m

8. 10,7 cm = 0,107 m 8. 10,4 cm = 0,104 m

9. 10,7 cm = 0,107 m 9. 10,4 cm = 0,104 m

10. 10,7 cm = 0,107 m 10. 10,4 cm = 0,104 m

Rata-rata = 0,1068 m Rata-rata = 0,1037 m

Σ = 1,068 m Σ = 1,037 m

6. Perhitungan

- Mengkeret Lusi & Pakan

ML = Pb – Pk x 100 % = 0,1068 – 0,1 x 100 % = 6,367 % Pb 0,1068

MP = Pb – Pk x 100 % = 0,1037 – 0,1 x 100 % = 3,568 % Pb 0,1037

- Nomor Benang Lusi & Pakan

Lusi Pakan

Nm = Panjang (m) Nm = Panjang (m) Berat (g) Berat (g)

= 1,068 = 28,8649 = 1,037 = 33,4516 0,037 0,031

Ne1 = 0,59 x Nm Ne1 = 0,59 x Nm

= 17,0303 = 19,7364

Tex = 1000 Tex = 1000 Nm Nm

= 34,6442 = 29,8939

Page 6: LAPORAN distek

- Penimbangan

Berat Kain x 100 = 1,43 x 100 gram = 143 gram (B1)

Perhitungan Berat Lusi dan Pakan

Lusi (B2) = tetal (helai/cm) x 100 cm x (100 / (100 – ML)) x 100Nm lusi x 100

= (64,8 / 2,54) x 100 x (100 / (100 – 6,367)) x 10028,8649 x 100

= 94,3945 gram

Pakan (B3) = tetal (helai/cm) x 100 cm x (100 / (100 – ML)) x 100Nm lusi x 100

= (44 / 2,54) x 100 x (100 / (100 – 3,568)) x 10033,4516 x 100

= 55,4250 gram

B2 + B3 = B4 94,3945 gram + 55,4250 gram = 149,8195 gram

7. Selisih Berat

Selisih Berat = BB–BK x100 %= B4–B1 x100 %= 149,8195–143 x100% BB B4 149,8195

= 4,5518 %

8. Gambar Anyaman

9. Contoh Kain

4. Diskusi

Persentase selisih berat yang diperoleh dari perhitungan, berada pada

rentang 0% - 5 % sehingga masih dapat dikatakan efisien. Selisih berat

tersebut dapat berubah menjadi lebih kecil lagi apabila pengamatan dapat

dilakukan dengan lebih teliti lagi dalam mengukur berat kain, dan benang;

serta panjang dan tetal kain pada saat percobaan.

Pada Praktikum dekomposisi kain ini, ada beberapa faktor yang dapat

menyebabkan kesalahan dalam pengamatan, seperti :

Page 7: LAPORAN distek

1. Adanya keterbatasan daya pengelihatan mata pada

saat menentukan tetal kain (jumlah lusi dan pakan).

2. Kurang teliti dalam melakukan penimbangan,

menggunting kain, dan melakukan pengukuran jumlah mulur untuk

setiap benang lusi dan pakan.

5. Kesimpulan

Dari hasil percobaan praktikum dan perhitungan data pengamatan dari

kain contoh uji yang merupakan kain polos, maka diperoleh :

- Rata-rata Tetal Lusi adalah 64,8 helai/inchi dan rata-rata Tetal Pakan

adalah 44 helai/inchi.

- Mengkeret Benang Lusi (ML) adalah 6,367 % dan Mengkeret Benang

Pakan (MP) adalah 3,568 %.

- Nomor Benang Lusi adalah (Nm) 28,8649 dan Nomor Benang Pakan

adalah (Nm) 33,4516.

- Berat Lusi setelah Perhitungan (B2) adalah 94,3945 gram dan Berat

Pakan setelah Perhitungan (B3) adalah 55,4250 gram.

- Selisih kain contoh uji mula-mula dengan kain contoh uji yang telah

dilakukan perhitungan, diperoleh selisih berat sebesar 4,5518 %.

6. Daftar Pustaka

6.1. Soeprijono, S.Teks, P., dkk, Serat-serat Tekstil, Institut Teknologi

Tekstil, Bandung, 1973.

6.2. Moerdoko, S.Teks, W., dkk, Evaluasi Tekstil bagian Fisika, Institut

Teknologi Tekstil, Bandung, 1973.

6.3. Jumaeri, Bk.Teks, dkk., Desain Tekstil, Institut Teknologi Tekstil,

Bandung, l974.

6.4. Jurnal Praktikum, 2004.

Page 8: LAPORAN distek

DEKOMPOSISI KAIN

(Kain Anyaman Keeper)

1. Maksud dan Tujuan

1.1. Maksud

Untuk mengetahui dekomposisi kain dengan anyaman tertentu dan

mengidentifikasi jenis-jenis anyaman dasar, yang terdiri dari anyaman

polos, anyaman keper, anyaman satin dan anyaman Celé.

1.2. Tujuan

Untuk mengetahui jenis-jenis anyaman pada kain, arah benang, tetal

kain, mengkeret benang, nomor benang, dan perhitungan berat dari

benang lusi dan benang pakan dari hasil uji dibanding berat mutlak kain,

pada jenis kain dengan anyaman keeper.

2. Teori Dasar atau Pendekatan

2.1. Anyaman Keeper dan Karakteristiknya

Anyaman keeper adalah anyaman dasar yang kedua. Silangan tiap

lusi terhadap pakan, bisa dua atas - satu bawah 2/1, 2/2, 3/2 dan

sebagainya, dan silangan-silangan pada lusi berikutnya meloncat 1, 2

atau 3 helai pakan, sehingga dengan cara begitu dihasilkan kain yang

berefek lusi atau pakan, yang berupa garis diagonal (kain terlihat garis

miring atau rips miring yang tidak putus-putus ~ Garis miring

membentuk sudut 45° terhadap garis horizontal).

Jika arah garis miring pada kain keeper berjalan dari kanan bawah

ke kiri atas, disebut keeper kiri dan Jika arah garis miring yang dibentuk

oleh anyaman dari kiri bawah ke kanan atas, disebut keeper kanan.

Sedangkan untuk Garis miring yang dibentuk oleh benang lusi, disebut

keeper efek lusi atau keeper lusi dan garis miring yang dibentuk oleh

benang pakan, disebut keeper efek pakan atau keeper pakan. Garis

miring dengan sudut lebih dari 45°, disebut keeper curam (steeptwill).

Page 9: LAPORAN distek

Anyaman ini relatif bisa lebih rapat daripada anyaman polos,

Karena itu anyaman ini banyak dipakai untuk kontruksi kain yang lebih

tebal, konstruksi padat dan dengan jumlah benang yang lebih banyak,

sehingga kain yang dihasilkan akan lebih kuat.

Nama lain dari anyaman keeper yang banyak digunakkan, yaitu :

a. Twill (USA)

b. Drill (Inggris) ~ nama dagang

c. Koper (Jerman)

Ciri-ciri dan karakteristik dari anyaman keeper, yaitu :

- Appearance kain pada permukaan atas dan bawah berlainan.

- Jika raport terkecil dari anyaman keeper adalah 3 helai lusi dan 3

helai pakan, maka dapat disebut anyaman keeper 3 gun.

- Anyaman keeper diberi nama menurut banyaknya gun minimum.

Misalnya : keeper 3 gun, keeper 4 gun, keeper 5 gun, dll.

- Dalam kondisi yang sama (faktor-faktor lain sama), kekuatan lain

dengan anyaman polos lebih besar dari kekuatan kain dengan

anyaman keeper.

- Pada umumnya tetal benang dibuat lebih tinggi daripada dalam

anyaman polos.

- Pengaruh arah twist benang sangat besar terhadap kenampakan

garis miring.

- Besarnya sudut garis miring dipengaruhi oleh perbandingan tetal

lusi dan tetal pakan.

Anyaman keeper mempunyai rapot anyaman paling kecil adalah keeper

3 gun dengan rumus ½ / 1 atau ²/1 / 1. anyaman keeper hanya

mempunyai 2 buah silangan didalamnya yaitu dalam rumus selalu

terdapat angka 1. jika angka 1 berada di atas garis, maka anyamannya

adalah keeper pakan, jika dibawah maka adalah keeper lusi.

3. Percobaan

3.1. Alat – Alat

1. Luv (Kaca Pembesar)

2. Gunting

3. Jarum

Page 10: LAPORAN distek

4. Penggaris

5. Neraca Analitik

6. Neraca Torsion

3.2. Bahan

1. Kain Contoh Uji (dengan jenis anyaman tertentu)

3.3. Cara Kerja

1. Menentukan Arah Lusi dan pakan pada kain uji (arah lusi diberi tanda

panah). Arah lusi ditentukan dengan cara membuat garis vertical dan

horisontal 90° yang berpotongan terhadap garis miring anyaman,

kemudian memberi garis searah garis miring tersebut. Dan akan

terlihat garis miring yang memiliki sudut terkecil dengan garis

vertikal disebut arah lusi.

2. Menghitung tetal lusi dan tetal pakan pada 5 bagian/tempat yang

berbeda dan dicatat tiap bagiannya, serta hitung harga rata-ratanya.

(menghitung tetal lusi, kain dibalik dan dihitung jumlah ikatannya,

kemudian dihitung dengan rumus: tetal lusi = ((banyak jarak antar

ikat x jumlah gun) + 1), sedangkan untuk benang lusi, dihitung

seperti biasa).

3. Menimbang kain contoh uji dengan ukuran 10 x 10 cm, kemudian

catat beratnya.

4. Mengambil benang lusi dari 2 (dua) sisi yang berbeda pada kain

contoh uji tersebut sebanyak 5 (lima) helai – 5 (lima) helai, sehingga

total benang yang diperolehnya sebanyak 10 helai, Lalu

menimbangnya. Demikian pula untuk benang pakannya.

5. Mengukur panjang benang lusi helai demi helai lalu rata-ratakan

(diluruskan), lalu mencatat panjang dari masing-masing benang

tersebut. Demikian pula untuk benang pakannya, lalu nilai yang

telah diperoleh dari 10 (sepuluh) benang tersebut dirata-ratakan.

Nilai tersebut digunakan untuk menghitung mengkeret lusi dan

pakan.

6. Menghitung nomor benang lusi dan pakan dari masing-masing dari

data yang sudah diperoleh.

7. Melalukan perhitungan terhadap berat lusi dan pakan untuk

memperoleh selisih berat.

8. Menggambar anyaman dari hasil yang diuji (contoh uji).

Page 11: LAPORAN distek

3.4. Data Percobaan

1. Nama Anyaman = Anyaman Keeper (3/1 / 1)

2. Tetal Lusi Tetal Pakan

a. 117 helai/inchi a. 58 helai/inchi

b. 117 helai/inchi b. 58 helai/inchi

c. 117 helai/inchi c. 59 helai/inchi

d. 117 helai/inchi d. 59 helai/inchi

e. 113 helai/inchi e. 59 helai/inchi

Rata-rata = 116,2 helai/inchi Rata-rata = 58,6 helai/inchi

3. Berat Kain 10 x10 cm = 2,98 gram

4. Berat Benang 10 helai

Lusi = 41 mg = 0,041 g

Pakan = 52,5 mg = 0,0525 g

5. Panjang Benang setelah diluruskan

Lusi : Pakan :

1. 10,7 cm = 0,107 m 1. 10,3 cm = 0,103 m

2. 10,8 cm = 0,108 m 2. 10,2 cm = 0,102 m

3. 10,8 cm = 0,108 m 3. 10,2 cm = 0,102 m

4. 10,8 cm = 0,108 m 4. 10,3 cm = 0,103 m

5. 10,8 cm = 0,108 m 5. 10,3 cm = 0,103 m

6. 10,7 cm = 0,107 m 6. 10,4 cm = 0,104 m

7. 10,8 cm = 0,108 m 7. 10,4 cm = 0,104 m

8. 10,8 cm = 0,108 m 8. 10,4 cm = 0,104 m

9. 10,7 cm = 0,107 m 9. 10,4 cm = 0,104 m

10. 10,8 cm = 0,108 m 10. 10,4 cm = 0,104 m

Rata-rata = 0,1077 m Rata-rata = 0,1033 m

Σ = 1,077 m Σ = 1,033 m

6. Perhitungan

- Mengkeret Lusi & Pakan

ML = Pb – Pk x 100 % = 0,1077 – 0,1 x 100 % = 7,1495 % Pb 0,1077

MP = Pb – Pk x 100 % = 0,1033 – 0,1 x 100 % = 3,1946 % Pb 0,1033

- Nomor Benang Lusi & Pakan

Lusi Pakan

Nm = Panjang (m) Nm = Panjang (m)

Page 12: LAPORAN distek

Berat (g) Berat (g)

= 1,077 = 26,2683 = 1,033 = 19,6762 0,041 0,0525

Ne1 = 0,59 x Nm Ne1 = 0,59 x Nm

= 15,4983 = 11,6089

Tex = 1000 Tex = 1000 Nm Nm

= 38,0687 = 50,8228

- Penimbangan

Berat Kain x 100 = 2,98 x 100 gram = 298 gram (B1)

Perhitungan Berat Lusi dan Pakan

Lusi (B2) = tetal (helai/cm) x 100 cm x (100 / (100 – ML)) x 100Nm lusi x 100

= (116,2 / 2,54) x 100 x (100 / (100 – 7,1495)) x 10026,2683 x 100

= 187,5668 gram

Pakan (B3) = tetal (helai/cm) x 100 cm x (100 / (100 – ML)) x 100Nm lusi x 100

= (58,6 / 2,54) x 100 x (100 / (100 – 3,1946)) x 10019,6762 x 100

= 121,1217 gram

B2 + B3 = B4 187,5668 gram + 121,1217 gram = 308,6885

gram

7. Selisih Berat

Selisih Berat = BB–BK x100 %= B4–B1 x100 %= 308,6885–298 x100% BB B4 308,6885

= 3,4625 %

8. Gambar Anyaman (anyaman keeper 3 \1) 1

9. Contoh Kain

Page 13: LAPORAN distek

4. Diskusi

Pada percobaan dengan menggunakan kain contoh uji kain keeper,

untuk mendapatkan arah lusi pada kain keeper, maka cukup dengan

membuat garis vertical dan horisontal 90° yang berpotongan terhadap garis

miring anyaman, kemudian memberi garis searah garis miring tersebut. Dan

akan terlihat garis miring yang memiliki sudut terkecil dengan garis vertikal

disebut arah lusi.

Persentase selisih berat yang diperoleh dari perhitungan, berada pada

rentang 0% - 5 % sehingga masih dapat dikatakan efisien. Selisih berat

tersebut dapat berubah menjadi lebih kecil lagi apabila pengamatan dapat

dilakukan dengan lebih teliti lagi dalam mengukur berat kain, dan benang;

serta panjang dan tetal kain pada saat percobaan. Sehingga untuk

memperoleh hasil yang baik, maka selisih yang diperoleh tersebut harus

sangat kecil.

Pada Praktikum dekomposisi kain ini, ada beberapa faktor yang dapat

menyebabkan kesalahan dalam pengamatan, seperti :

1. Adanya keterbatasan daya pengelihatan mata pada

saat menentukan tetal kain (jumlah lusi dan pakan).

2. Kurang teliti dalam melakukan penimbangan,

menggunting kain, dan melakukan pengukuran jumlah mulur untuk

setiap benang lusi dan pakan.

5. Kesimpulan

Dari hasil percobaan praktikum dan perhitungan data pengamatan dari

kain contoh uji yang merupakan kain keeper, maka diperoleh :

- Rata-rata Tetal Lusi adalah 116,2 helai/inchi dan rata-rata Tetal Pakan

adalah 58,6 helai/inchi.

- Mengkeret Benang Lusi (ML) adalah 7,1495 % dan Mengkeret Benang

Pakan (MP) adalah 3,1946 %.

- Nomor Benang Lusi adalah (Nm) 26,2683 dan Nomor Benang Pakan

adalah (Nm) 19,6762.

- Berat Lusi setelah Perhitungan (B2) adalah 187,5668 gram dan Berat

Pakan setelah Perhitungan (B3) adalah 121,1217 gram.

- Selisih kain contoh uji mula-mula dengan kain contoh uji yang telah

dilakukan perhitungan, diperoleh selisih berat sebesar 3,4625 %.

Page 14: LAPORAN distek

6. Daftar Pustaka

6.1. Soeprijono, S.Teks, P., dkk, Serat-serat Tekstil, Institut Teknologi

Tekstil, Bandung, 1973.

6.2. Moerdoko, S.Teks, W., dkk, Evaluasi Tekstil bagian Fisika, Institut

Teknologi Tekstil, Bandung, 1973.

6.3. Jumaeri, Bk.Teks, dkk., Desain Tekstil, Institut Teknologi Tekstil,

Bandung, l974.

6.4. Jurnal Praktikum, 2004.

DEKOMPOSISI KAIN

(Kain Anyaman Satin)

1. Maksud dan Tujuan

1.1. Maksud

Untuk mengetahui dekomposisi kain dengan anyaman tertentu dan

mengidentifikasi jenis-jenis anyaman dasar, yang terdiri dari anyaman

polos, anyaman keper, anyaman satin dan anyaman Celé.

1.2. Tujuan

Untuk mengetahui jenis-jenis anyaman pada kain, arah benang, tetal

kain, mengkeret benang, nomor benang, dan perhitungan berat dari

benang lusi dan benang pakan dari hasil uji dibanding berat mutlak kain,

pada jenis kain dengan anyaman satin.

2. Teori Dasar atau Pendekatan

2.1. Anyaman Satin dan Karakteristiknya

Anyaman ini mempunyai silangan-silangan yang paling sedikit dan

cucukan merata, sehingga anyaman ini menghasilkan kain yang

permukaannya rata. Titik-titik silang pada anyaman satin letaknya

tersebar tidak bersinggungan satu sama lain dan Setiap benang lusi

dalam satu rapot hanya mempunyai satu titik silang.

Page 15: LAPORAN distek

Anyaman satin hanya menonjolkan salah satu efek pada permukaan

kain, yaitu efek lusi atau efek pakan. Anyaman satin dengan efek lusi

disebut satin lusi, sedangkan anyaman satin dengan efek pakan disebut

satin pakan (Pada satin lusi, tetal lusi > tetal pakan, sedangkan pada

satin pakan tetal pakan > tetal lusi). Anyaman satin dapat digolongkan

menjadi 2 jenis, yaitu satin teratur dan satin tidak teratur. Macam

anyaman mempengaruhi juga sifat-sifat kain yang dihasilkan, maka

kadang-kadang faktor anyaman turut diperhitungkan dalam

mengevaluasi selembar kain.

Pada waktu benang-benang ditenun, lusi-lusi tepi cenderung masuk

sedikit kedalam, sehingga boleh dikatakan sifat-sifat kain yang ditepi

akan berbeda dengan yang ditengah. Karena itu sudah menjadi

ketentuan umum, bahwa bagian kain pada jarak 1/10 lebar tepi, tidak

boleh diuji.

Pengaruh anyaman, tetal dan nomor benang, serta pengaruh-pengaruh

mekanis dalam pertenunan, dapat mempengaruhi besar kecilnya

mengkeret benang dalam tenunan. Inilah sebagian diantara sebab-

sebabnya mengapa pengujian mengkeret benang dalam tenun menjadi

penting.

Kain yang dipakai untuk pakaian, sifat-sifat kekuatannya maupun

ketahanan dipakainya, merupakan sifat-sifat yang penting, akan tetapi

harus dikombinasikan dengan kenampakan yang baik, mutu draping

yang baik, pegangan yang enak dan berat yang cocok. Sifat-sifat yang

lain yang perlu pada kain-kain yang khusus adalah sifat tahan air, sifat

dingin atau panas, atau kemampuan untuk menahan terhadap lipatan.

Anyaman satin memiliki ciri-ciri dan karakteristik sebagai berikut :

1. Pada 1 rapot anyaman, banyak benang lusi sama dengan banyak

benang pakan.

2. Pada kain dengan anyaman satin, suatu garis seperti pada

anyaman keper tidak tanpak jelas atau menonjol.

3. Pada umumnya digunakan tetal tinggi pada lusi atau pakan,

sehingga kainnya tampak padat (solid).

4. Tetal yang tinggi dan penggunaan benang yang arah twistnya

bersamaan dengan arah garis miring pada anyaman satin, maka

permukaan kain akan tampak smooth, rata, mengkilat dan padat.

Page 16: LAPORAN distek

5. Banyaknya gun minimun sama dengan jumlah benang lusi/pakan

dalam 1 rapot anyaman.

6. Anyaman satin digunakan pada semua jenis kain, tetapi tidak baik

untuk kain dengan kontruksi terbuka atau jarang.

7. Anyaman kain satin lebih sesuai daripada anyaman keper untuk

kain dengan kontruksi padat.

8. Pada anyaman satin, kombinasi dari faktor-faktor konstruksi kain

lebih sedikit digunakan daripada dalam anyaman keper.

3. Percobaan

3.1. Alat – Alat

1. Luv (Kaca Pembesar)

2. Gunting

3. Jarum

4. Penggaris

5. Neraca Analitik

6. Neraca Torsion

3.2. Bahan

1. Kain Contoh Uji (dengan jenis anyaman tertentu)

3.3. Cara Kerja

1. Menentukan Arah Lusi dan pakan pada kain uji, dimana lusi dicari

dengan meraba / menarik kain ke arah berlawanan. Bagian yang licin

pada saat diraba adalah arah lusi.

2. Menghitung tetal lusi dan tetal pakan pada 5 bagian/tempat yang

berbeda dan dicatat tiap bagiannya, serta hitung harga rata-ratanya.

(menghitung tetal lusi, kain dibalik dan dihitung jumlah ikatannya,

kemudian dihitung dengan rumus: tetal lusi = ((banyak jarak antar

ikat – 1) x jumlah gun) + 1), sedangkan untuk benang lusi, dihitung

seperti biasa).

3. Menimbang kain contoh uji dengan ukuran 10 x 10 cm, kemudian

catat beratnya.

4. Mengambil benang lusi dari 2 (dua) sisi yang berbeda pada kain

contoh uji tersebut sebanyak 5 (lima) helai – 5 (lima) helai, sehingga

Page 17: LAPORAN distek

total benang yang diperolehnya sebanyak 10 helai, Lalu

menimbangnya. Demikian pula untuk benang pakannya.

5. Mengukur panjang benang lusi helai demi helai lalu rata-ratakan

(diluruskan), lalu mencatat panjang dari masing-masing benang

tersebut. Demikian pula untuk benang pakannya, lalu nilai yang

telah diperoleh dari 10 (sepuluh) benang tersebut dirata-ratakan.

Nilai tersebut digunakan untuk menghitung mengkeret lusi dan

pakan.

6. Menghitung nomor benang lusi dan pakan dari masing-masing dari

data yang sudah diperoleh.

7. Melalukan perhitungan terhadap berat lusi dan pakan untuk

memperoleh selisih berat.

8. Menggambar anyaman dari hasil yang diuji (contoh uji).

3.4. Data Percobaan

1. Nama Anyaman = Anyaman Satin lusi (5 V 2)

2. Tetal Lusi Tetal Pakan

a. 166 helai/inchi a. 70 helai/inchi

b. 166 helai/inchi b. 72 helai/inchi

c. 166 helai/inchi c. 72 helai/inchi

d. 161 helai/inchi d. 71 helai/inchi

e. 166 helai/inchi e. 71 helai/inchi

Rata-rata = 165 helai/inchi Rata-rata = 71,2 helai/inchi

3. Berat Kain 10 x10 cm = 1,10 gram

4. Berat Benang 10 helai

Lusi = 9 mg = 0,009 g

Pakan = 19 mg = 0,019 g

5. Panjang Benang setelah diluruskan

Lusi : Pakan :

1. 10,1 cm = 0,101 m 1. 10,1 cm = 0,101 m

2. 10,0 cm = 0,100 m 2. 10,1 cm = 0,101 m

3. 10,2 cm = 0,102 m 3. 10,1 cm = 0,101 m

4. 10,0 cm = 0,100 m 4. 10,1 cm = 0,101 m

5. 10,1 cm = 0,101 m 5. 10,1 cm = 0,101 m

6. 10,0 cm = 0,100 m 6. 10,2 cm = 0,102 m

7. 10,1 cm = 0,101 m 7. 10,2 cm = 0,102 m

Page 18: LAPORAN distek

8. 10,1 cm = 0,101 m 8. 10,2 cm = 0,102 m

9. 10,0 cm = 0,100 m 9. 10,1 cm = 0,101 m

10. 10,1 cm = 0,101 m 10. 10,0 cm = 0,100 m

Rata-rata = 0,1007 m Rata-rata = 0,1012 m

Σ = 1,007 m Σ = 1,012 m

6. Perhitungan

- Mengkeret Lusi & Pakan

ML = Pb – Pk x 100 % = 0,1007 – 0,1 x 100 % = 0,6951 % Pb 0,1007

MP = Pb – Pk x 100 % = 0,1012 – 0,1 x 100 % = 1,1917 % Pb 0,1012

- Nomor Benang Lusi & Pakan

Lusi Pakan

Nm = Panjang (m) Nm = Panjang (m) Berat (g) Berat (g)

= 1,007 = 111,8889 = 1,012 = 53,2632 0,009 0,019

Ne1 = 0,59 x Nm Ne1 = 0,59 x Nm

= 66,0144 = 31,4253

Tex = 1000 Tex = 1000 Nm Nm

= 8,9374 = 18,7747

- Penimbangan

Berat Kain x 100 = 1,10 x 100 gram = 110 gram (B1)

Perhitungan Berat Lusi dan Pakan

Lusi (B2) = tetal (helai/cm) x 100 cm x (100 / (100 – ML)) x 100Nm lusi x 100

= (165 / 2,54) x 100 x (100 / (100 – 0,6951)) x 100111,8889 x 100

= 58,4645 gram

Pakan (B3) = tetal (helai/cm) x 100 cm x (100 / (100 – ML)) x 100Nm lusi x 100

= (71,2 / 2,54) x 100 x (100 / (100 – 1,1917)) x 10053,2623 x 100

= 53,2630 gram

B2 + B3 = B4 58,4645 gram + 53,2630 gram = 111,7275 gram

7. Selisih Berat

Selisih Berat = BB–BK x100 %= B4–B1 x100 %= 111,7275–110 x100% BB B4 111,7275

= 1,5462 %

Page 19: LAPORAN distek

8. Gambar Anyaman

9. Contoh Kain

4. Diskusi

Pada percobaan dengan menggunakan kain contoh uji kain satin, kain

satin memiliki permukaan yang licin dan halus karena kain satin merupakan

kain yang tersusun dari benang-benang yang susunan seratnya merupakan

serat filamen yang lurus dan panjang. Oleh karena itu permukaan kainnya

menjadi licin. Untuk mendapatkan arah lusi pada kain satin, maka cukup

dengan meraba / menarik kain ke arah berlawanan, dan bagian yang licin

pada saat diraba adalah arah lusi.

Persentase selisih berat yang diperoleh dari perhitungan, berada pada

rentang 0% - 5 % sehingga masih dapat dikatakan efisien. Selisih berat

tersebut dapat berubah menjadi lebih kecil lagi apabila pengamatan dapat

dilakukan dengan lebih teliti lagi dalam mengukur berat kain, dan benang;

serta panjang dan tetal kain pada saat percobaan. Sehingga untuk

memperoleh hasil yang baik, maka selisih yang diperoleh tersebut harus

sangat kecil.

Pada Praktikum dekomposisi kain ini, ada beberapa faktor yang dapat

menyebabkan kesalahan dalam pengamatan, seperti :

1. Adanya keterbatasan daya pengelihatan mata pada

saat menentukan tetal kain (jumlah lusi dan pakan).

2. Kurang teliti dalam melakukan penimbangan,

menggunting kain, dan melakukan pengukuran jumlah mulur untuk

setiap benang lusi dan pakan.

5. Kesimpulan

Dari hasil percobaan praktikum dan perhitungan data pengamatan dari

kain contoh uji yang merupakan kain satin, maka diperoleh :

Page 20: LAPORAN distek

- Rata-rata Tetal Lusi adalah 165 helai/inchi dan rata-rata Tetal Pakan

adalah 71,2 helai/inchi.

- Mengkeret Benang Lusi (ML) adalah 0,6951 % dan Mengkeret Benang

Pakan (MP) adalah 1,1917 %.

- Nomor Benang Lusi adalah (Nm) 111,8889 dan Nomor Benang Pakan

adalah (Nm) 53,2632.

- Berat Lusi setelah Perhitungan (B2) adalah 58,4645 gram dan Berat

Pakan setelah Perhitungan (B3) adalah 53,2630 gram.

- Selisih kain contoh uji mula-mula dengan kain contoh uji yang telah

dilakukan perhitungan, diperoleh selisih berat sebesar 1,5462 %.

6. Daftar Pustaka

6.1. Soeprijono, S.Teks, P., dkk, Serat-serat Tekstil, Institut Teknologi

Tekstil, Bandung, 1973.

6.2. Moerdoko, S.Teks, W., dkk, Evaluasi Tekstil bagian Fisika, Institut

Teknologi Tekstil, Bandung, 1973.

6.3. Jumaeri, Bk.Teks, dkk., Desain Tekstil, Institut Teknologi Tekstil,

Bandung, l974.

6.4. Jurnal Praktikum, 2004.

DEKOMPOSISI KAIN

(Kain Anyaman Polos Motif Kotak-Kotak (Celé))

1. Maksud dan Tujuan

1.1. Maksud

Untuk mengetahui dekomposisi kain dengan anyaman tertentu dan

mengidentifikasi jenis-jenis anyaman dasar, yang terdiri dari anyaman

polos, anyaman keper, anyaman satin dan anyaman Celé.

1.2. Tujuan

Untuk mengetahui jenis-jenis anyaman pada kain, arah benang, tetal

kain, mengkeret benang, nomor benang, dan perhitungan berat dari

benang lusi dan benang pakan dari hasil uji dibanding berat mutlak kain,

pada jenis kain dengan anyaman polos motif kotak-kotak (celé).

Page 21: LAPORAN distek

2. Teori Dasar atau Pendekatan

2.1. Anyaman Polos Motif Kotak-Kotak (Celé) dan Karakteristiknya

Anyaman ini hampir sama atau bahkan sama dengan anyaman

polos, yang membedakannya hanya motif yang terdapat pada kain yang

berasal dari benang yang berwarna-warni. Penyilangan yang terjadi

antara benang lusi dan pakan dilakukan secara bergantian (selang-

seling ~ Bekerjanya benang-benang lusi dan pakan paling sederhana,

yaitu: 1-naik, 1-turun). Anyaman ini juga Mempunyai rapot yang paling

kecil hampir sama dengan anyaman polos, selain itu anyaman ini

memiliki silangan yang paling banyak dan paling kokoh serta tidak

mudah berubah tempat.

Beberapa hal yang diperlukan dalam pembuatan selembar kain

(dekomposisi kain pada anyaman celé) yang digunakan untuk

membantu kelancaran percobaan, dapat dilakukan dengan melihat ciri-

ciri dan karakteristik dari anyaman celé tersebut yang sifat dan

karakteristiknya sama dengan anyaman polos, yaitu:

- Ulangan rapot ke arah horisontal (lebar kain) atau kearah pakan,

diulangi sesudah 2 helai pakan. Ke arah vertical (panjang kain)

atau ke arah lusi, diulangi sesudah 2 helai lusi.

- Tetal lusi dan tetal pakan pada anyaman celé mempunyai

perpencaran (range) yang besar, yaitu berkisar antara 10-200

helai/inchi. Demikian pula dengan perpencaran berat kain pada

anyaman celé yang besar, yaitu berkisar antara 0,25 oz/yds2-52

oz/yds2.

- Anyaman celé lebih sesuai/mampu untuk diberi rupa (appearance)

yang lain dengan jalan mengadakan ubah-ubah design, baik

structural design maupun surface design apabila dibandingkan

dengan anyaman lain.

- Pada umumnya kain dengan anyaman celé, daya penutupan

kainnya (fabric cover) berkisar antara 25% - 75%.

- Banyak gun yang digunakkan pada saat pertenunan minimum 2

gun, tetapi untuk tetal lusi yang tinggi, maka digunakkan 4 gun

atau lebih.

- Anyaman celé banyak dipakai untuk kain dengan kontruksi

medium, dengan fabric cover 51%-75%. Penutupan lusi dan pakan

Page 22: LAPORAN distek

berkisar 31%-50%. Jenis kain ini misalnya : kain yang diprint,

sheetings, dll.

- Anyaman celé untuk kain padat (close construction), biasanya

menggunakan benang pakan yang lebih kasar daripada benang

lusi.

Dari pernyataan diatas, maka dapat dikatakan bahwa anyaman celé

adalah anyaman yang memiliki raport terkecil, sama dengan anyaman

polos, yang terdiri dari satu kali lusi naik dan satu kali lusi turun pada

jajaran lusi pertama dan sebaliknya pada jajaran lusi berikutnya.

3. Percobaan

3.1. Alat – Alat

1. Luv (Kaca Pembesar)

2. Gunting

3. Jarum

4. Penggaris

5. Neraca Analitik

6. Neraca Torsion

3.2. Bahan

1. Kain Contoh Uji (dengan jenis anyaman tertentu)

3.3. Cara Kerja

1. Menentukan Arah Lusi dan pakan pada kain uji (arah lusi diberi

tanda panah), dimana lusi dicari dengan cara melihat motif kotak-

kotak yang garisnya paling panjang adalah benang lusi.

2. Menentukan susunan corak warna pada benang lusi dan

benang pakan untuk 1 rapot, dan jumlah warnanya untuk 1 rapot. (1

rapot disini adalah untuk 1 pengulangan motif yang sama).

3. Menghitung tetal lusi dan tetal pakan pada 5 bagian/tempat

yang berbeda dan dicatat tiap bagiannya, serta hitung harga rata-

ratanya.

4. Menimbang kain contoh uji dengan ukuran 10 x 10 cm,

kemudian catat beratnya.

5. Mengambil benang lusi dari 2 (dua) sisi yang berbeda pada

kain contoh uji tersebut sebanyak 5 (lima) helai – 5 (lima) helai,

Page 23: LAPORAN distek

sehingga total benang yang diperolehnya sebanyak 10 helai, Lalu

menimbangnya. Demikian pula untuk benang pakannya.

6. Mengukur panjang benang lusi helai demi helai lalu rata-

ratakan (diluruskan), lalu mencatat panjang dari masing-masing

benang tersebut. Demikian pula untuk benang pakannya, lalu nilai

yang telah diperoleh dari 10 (sepuluh) benang tersebut dirata-

ratakan. Nilai tersebut digunakan untuk menghitung mengkeret lusi

dan pakan.

7. Menghitung nomor benang lusi dan pakan dari masing-masing

dari data yang sudah diperoleh.

8. Melalukan perhitungan terhadap berat lusi dan pakan untuk

memperoleh selisih berat.

9. Setelah memperoleh selisih berat, maka dilakukan

perhitungan untuk mencari jumlah benang & rapot per meter, jumlah

warna & kebutuhan masing-masing warna per meter, dan yang

terakhir adalah menghitung berat masing-masing warna untuk

benang lusi dan benang pakan.

3.4. Data Percobaan

1. Nama Anyaman = Anyaman polos dengan motif kotak-

kotak (celé)

2. Tetal Lusi Tetal Pakan

a. 75 helai/inchi a. 57 helai/inchi

b. 75 helai/inchi b. 57 helai/inchi

c. 75 helai/inchi c. 57 helai/inchi

d. 75 helai/inchi d. 57 helai/inchi

e. 75 helai/inchi e. 57 helai/inchi

Rata-rata = 75 helai/inchi Rata-rata = 57 helai/inchi

3. Berat Kain 10 x10 cm = 1,04 gram

4. Berat Benang 10 helai

Lusi = 19 mg = 0,019 g

Pakan = 24 mg = 0,024 g

5. Panjang Benang setelah diluruskan

Lusi : Pakan :

1. 10,2 cm = 0,102 m 1. 10,4 cm = 0,104 m

2. 10,2 cm = 0,102 m 2. 10,4 cm = 0,104 m

Page 24: LAPORAN distek

3. 10,2 cm = 0,102 m 3. 10,5 cm = 0,105 m

4. 10,2 cm = 0,102 m 4. 10,4 cm = 0,104 m

5. 10,1 cm = 0,101 m 5. 10,4 cm = 0,104 m

6. 10,2 cm = 0,102 m 6. 10,4 cm = 0,104 m

7. 10,3 cm = 0,103 m 7. 10,4 cm = 0,104 m

8. 10,2 cm = 0,102 m 8. 10,5 cm = 0,105 m

9. 10,2 cm = 0,102 m 9. 10,4 cm = 0,104 m

10. 10,2 cm = 0,102 m 10. 10,4 cm = 0,104 m

Rata-rata = 0,1020 m Rata-rata = 0,1042 m

Σ = 1,020 m Σ = 1,042 m

6. Perhitungan

- Mengkeret Lusi & Pakan

ML = Pb – Pk x 100 % = 0,1020 – 0,1 x 100 % = 1,9608 % Pb 0,1020

MP = Pb – Pk x 100 % = 0,1042 – 0,1 x 100 % = 4,0307 % Pb 0,1042

- Nomor Benang Lusi & Pakan

Lusi Pakan

Nm = Panjang (m) Nm = Panjang (m) Berat (g) Berat (g)

= 1,020 = 53,6842 = 1,042 = 43,4167 0,019 0,024

Ne1 = 0,59 x Nm Ne1 = 0,59 x Nm

= 31,6737 = 25,6158

Tex = 1000 Tex = 1000 Nm Nm

= 18,6275 = 23,0326

- Penimbangan

Berat Kain x 100 = 1,04 x 100 gram = 104 gram (B1)

Perhitungan Berat Lusi dan Pakan

Lusi (B2) = tetal (helai/cm) x 100 cm x (100 / (100 – ML)) x 100Nm lusi x 100

= (75 / 2,54) x 100 x (100 / (100 – 1,9608)) x 10053,6842 x 100

= 56,1024 gram

Pakan (B3) = tetal (helai/cm) x 100 cm x (100 / (100 – ML)) x 100Nm lusi x 100

= (57 / 2,54) x 100 x (100 / (100 – 4,0307)) x 10043,4167 x 100

Page 25: LAPORAN distek

= 53,8582 gram

B2 + B3 = B4 56,1024 gram + 53,8582 gram = 109,9606 gram

7. Selisih Berat

Selisih Berat = BB–BK x100 %= B4–B1 x100 %= 109,9606–104 x100% BB B4 109,9606

= 5,5727 %

8. Susunan Corak Warna (motif kotak-kotak)

Lusi : Pakan :

1. Kuning = 3 1. Kuning = 2

2. Hitam = 6 2. Hitam = 6

3. Merah = 4 3. Merah = 4

4. Hitam = 3 4. Hitam = 2

5. Merah = 20 5. Merah = 18

6. Hitam = 3 6. Hitam = 2

7. Merah = 4 7. Merah = 4

8. Hitam = 6 8. Hitam = 6

Σ = 49 Σ = 44

9. Jumlah Warna Tiap Rapot

Lusi : Pakan :

1. Kuning = 3 1. Kuning = 2

2. Hitam = 18 2. Hitam = 16

3. Merah = 28 3. Merah = 26

Σ = 49 Σ = 44

10. Jumlah Rapot per meter

a. Jumlah benang per meter

Lusi : Pakan :

100 x tetal = 100 x 75 100 x tetal = 100 x 572,54 2,54 2,54 2,54

= 2952,76 helai = 2244,09 helai

b. Jumlah Rapot per meter

Lusi : Pakan :

Jumlah rapot = 2952,76 Jumlah rapot = 2244,09 49 44

Page 26: LAPORAN distek

= 60 rapot, sisa 13 = 51 rapot, sisa

9

c. Jumlah Warna per meter

Lusi : Pakan :

Jumlah warna = 60 x 49 Jumlah warna = 51 x 44

= 2940 warna = 2244 warna

d. Kebutuhan masing-masing warna per meter

Lusi : Pakan :

Kuning = (3 x 60) + 3 = 183 hl Kuning = (2 x 51) + 2 = 104

hl

Hitam = (18 x 60) + 6 = 1086 hl Hitam = (16 x 51) + 6 =

822 hl

Merah = (28 x 60) + 4 = 1684 hl Merah = (26 x 51) + 1 =

1327 hl

11. Berat Masing-masing Warna

Lusi :

Berat warna kuning = 183 x 56,1024 = 3,4767 gram 2953

Berat warna hitam = 1086 x 56,1024 = 20,6323 gram 2953

Berat warna merah = 1684 x 56,1024 = 31,9934 gram 2953

Pakan :

Berat warna kuning = 104 x 53,8582 = 2,4861 gram 2253

Berat warna hitam = 822 x 53,8582 = 19,6499 gram 2253

Berat warna merah = 1327 x 53,8582 = 31,7221 gram 2253

12. Contoh Kain

Page 27: LAPORAN distek

4. Diskusi

Pada percobaan dengan menggunakan kain contoh uji kain celé (kain

dengan anyaman polos motif kotak-kotak), kain celé memiliki motif kotak-

kotak yang tersusun dari benang-benang berwarna yang susunan

anyamannya menyerupai anyaman polos. Untuk mendapatkan arah lusi pada

kain celé, maka cukup dengan cara melihat motif kotak-kotak yang garisnya

paling panjang, itu merupakan arah benang lusi.

Persentase selisih berat yang diperoleh dari perhitungan, berada pada

rentang 0% - 5 % sehingga masih dapat dikatakan efisien. Selisih berat

tersebut dapat berubah menjadi lebih kecil lagi apabila pengamatan dapat

dilakukan dengan lebih teliti lagi dalam mengukur berat kain, dan benang;

serta panjang dan tetal kain pada saat percobaan. Sehingga untuk

memperoleh hasil yang baik, maka selisih yang diperoleh tersebut harus

sangat kecil.

Pada Praktikum dekomposisi kain ini, ada beberapa faktor yang dapat

menyebabkan kesalahan dalam pengamatan, seperti :

1. Adanya keterbatasan daya pengelihatan mata pada

saat menentukan tetal kain (jumlah lusi dan pakan).

2. Kurang teliti dalam melakukan penimbangan,

menggunting kain, dan melakukan pengukuran jumlah mulur untuk

setiap benang lusi dan pakan.

5. Kesimpulan

Dari hasil percobaan praktikum dan perhitungan data pengamatan dari kain

contoh uji yang merupakan kain polos dengan motif kotak-kotak (celé), maka

diperoleh :

- Rata-rata Tetal Lusi adalah 75 helai/inchi dan rata-rata Tetal Pakan

adalah 57 helai/inchi.

- Mengkeret Benang Lusi (ML) adalah 1,9608 % dan Mengkeret Benang

Pakan (MP) adalah 4,0307 %.

- Nomor Benang Lusi adalah (Nm) 53,6842 dan Nomor Benang Pakan

adalah (Nm) 43,4167.

- Berat Lusi setelah Perhitungan (B2) adalah 56,1024 gram dan Berat

Pakan setelah Perhitungan (B3) adalah 53,8582 gram.

Page 28: LAPORAN distek

- Jumlah warna tiap rapot untuk benang lusi adalah 49 warna dan Jumlah

warna tiap rapot untuk benang lusi adalah 44 warna.

- Jumlah benang lusi per meter adalah 2952 helai dan Jumlah benang

pakan per meter adalah 2244 helai.

- Jumlah rapot per meter untuk arah lusi adalah 60 rapot sisa 13 helai dan

Jumlah rapot per meter untuk arah pakan adalah 51 rapot sisa 9 helai.

- Jumlah warna per meter untuk benang lusi adalah 2940 warna dan

Jumlah warna per meter untuk benang pakan adalah 2253 warna.

- Kebutuhan masing-masing warna per meter benang lusi untuk warna :

Kuning = 183 hl

Hitam = 1086 hl

Merah = 1684 hl

- Kebutuhan masing-masing warna per meter benang pakan untuk

warna :

Kuning = 104 hl

Hitam = 822 hl

Merah = 1327 hl

- Berat masing-masing warna per meter benang lusi untuk warna :

Berat warna kuning = 3,4767 gram

Berat warna hitam = 20,6323 gram

Berat warna merah = 31,9934 gram

- Berat masing-masing warna per meter benang lusi untuk warna :

Berat warna kuning = 2,4861 gram

Berat warna hitam = 19,6499 gram

Berat warna merah = 31,7221 gram

- Selisih kain contoh uji mula-mula dengan kain contoh uji yang telah

dilakukan perhitungan, diperoleh selisih berat sebesar 5,5727 %.

6. Daftar Pustaka

6.1. Soeprijono, S.Teks, P., dkk, Serat-serat Tekstil, Institut Teknologi

Tekstil, Bandung, 1973.

6.2. Moerdoko, S.Teks, W., dkk, Evaluasi Tekstil bagian Fisika, Institut

Teknologi Tekstil, Bandung, 1973.

6.3. Jumaeri, Bk.Teks, dkk., Desain Tekstil, Institut Teknologi Tekstil,

Bandung, l974.

6.4. Jurnal Praktikum, 2004.

Page 29: LAPORAN distek