Upload
yusuf-rochmat
View
538
Download
16
Embed Size (px)
DESCRIPTION
aadddd
Citation preview
LAPORAN
PRAKTIKUM DISAIN TEKSTIL 1
DEKOMPOSISI KAIN
(Kain Anyaman Polos, Kain Anyaman Keeper, Kain Anyaman Satin, & Kain Celé)
Disusun Oleh
Nama : Fajaria Ayu Lestari
NRP : 08. K40103
Group : K-4
Dosen : Dra.Ae Kusna.
Asisten : 1. Siti R., AT.
2. Nani M.
3. Tjiptodi
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI TEKSTIL
BANDUNG
2009
DEKOMPOSISI KAIN
(Kain Anyaman Polos)
1. Maksud dan Tujuan
1.1. Maksud
Untuk mengetahui dekomposisi kain dengan anyaman tertentu dan
mengidentifikasi jenis-jenis anyaman dasar, yang terdiri dari anyaman
polos, anyaman keper, anyaman satin dan anyaman Celé.
1.2. Tujuan
Untuk mengetahui jenis-jenis anyaman pada kain, arah benang, tetal
kain, mengkeret benang, nomor benang, dan perhitungan berat dari
benang lusi dan benang pakan dari hasil uji dibanding berat mutlak kain,
pada jenis kain dengan anyaman polos.
2. Teori Dasar atau Pendekatan
2.1. Anyaman Polos dan Karakteristiknya
Anyaman ini paling sederhana, paling tua dan paling banyak dipakai
orang. Penyilangan yang terjadi antara benang lusi dan pakan dilakukan
secara bergantian (selang-seling ~ Bekerjanya benang-benang lusi dan
pakan paling sederhana, yaitu: 1-naik, 1-turun). Anyaman ini juga
Mempunyai rapot yang paling kecil dari semua jenis anyaman, selain itu
anyaman ini memiliki silangan yang paling banyak bila dibandingkan
dengan jenis anyaman-anyaman lainnya, karena itu anyaman ini relative
paling kokoh dan tidak mudah berubah tempat. Hanya pada kain ini,
kemungkinan jumlah benang setiap inchinya relatif lebih sedikit dari
pada anyaman lain, karena apabila benang yang digunakannya terlalu
banyak, maka akan menghasilkan kain yang kaku. Namun anyaman
polos dapat dipakai untuk kain yang jarang dan tipis dengan hasil yang
memuaskan daripada menggunakkan anyaman yang lain.
Beberapa hal yang diperlukan dalam pembuatan selembar kain
(dekomposisi kain pada anyaman polos) yang digunakan untuk
membantu kelancaran percobaan, dapat dilakukan dengan melihat ciri-
ciri dan karakteristik dari anyaman polos tersebut, yaitu:
- Ulangan rapot ke arah horisontal (lebar kain) atau kearah pakan,
diulangi sesudah 2 helai pakan. Ke arah vertical (panjang kain)
atau ke arah lusi, diulangi sesudah 2 helai lusi.
- Anyaman polos paling sering dikombinasikan dengan faktor-faktor
konstruksi kain yang lain dari pada jenis anyaman yang lainnya.
- Tetal lusi dan tetal pakan pada anyaman polos mempunyai
perpencaran (range) yang lebih besar daripada anyaman lain, yaitu
berkisar antara 10-200 helai/inchi. Demikian pula dengan
perpencaran berat kain pada anyaman polos yang lebih besar
daripada jenis anyaman lain, yaitu berkisar antara 0,25 oz/yds2-52
oz/yds2.
- Anyaman polos lebih sesuai/mampu untuk diberi rupa (appearance)
yang lain dengan jalan mengadakan ubah-ubah design, baik
structural design maupun surface design apabila dibandingkan
dengan anyaman lain.
- Pada umumnya kain dengan anyaman polos, daya penutupan
kainnya (fabric cover) berkisar antara 25% - 75%.
- Banyak gun yang digunakkan pada saat pertenunan minimum 2
gun, tetapi untuk tetal lusi yang tinggi, maka digunakkan 4 gun
atau lebih.
- Anyaman polos banyak dipakai untuk kain dengan kontruksi
medium, dengan fabric cover 51%-75%. Penutupan lusi dan pakan
berkisar 31%-50%. Jenis kain ini misalnya : kain yang diprint,
sheetings, dll.
- Anyaman polos untuk kain padat (close construction), biasanya
menggunakan benang pakan yang lebih kasar daripada benang
lusi.
Dari pernyataan diatas, maka dapat dikatakan bahwa anyaman polos
adalah anyaman yang memiliki raport terkecil yang terdiri dari satu kali
lusi naik dan satu kali lusi turun pada jajaran lusi pertama dan
sebaliknya pada jajaran lusi berikutnya.
3. Percobaan
3.1. Alat – Alat
1. Luv (Kaca Pembesar)
2. Gunting
3. Jarum
4. Penggaris
5. Neraca Analitik
6. Neraca Torsion
7. Alat tulis
3.2. Bahan
3.3. Kain Contoh Uji (Anyaman polos)
3.4. Cara Kerja
1. Menentukan Arah Lusi dan pakan pada kain uji (arah lusi diberi tanda
panah), dimana lusi dicari dengan merasakan benang yang kaku dan
keras karena telah diberi kanji. Dapat juga dengan melihatnya ke
arah cahaya. Yang terlihat lurus-lurus (dan ada bagian-bagian yang
tebal) adalah benang lusi.
2. Menghitung tetal lusi dan tetal pakan pada 5 bagian/tempat yang
berbeda dan dicatat tiap bagiannya, serta hitung harga rata-ratanya.
3. Menimbang kain contoh uji dengan ukuran 10 x 10 cm, kemudian
catat beratnya.
4. Mengambil benang lusi dari 2 (dua) sisi yang berbeda pada kain
contoh uji tersebut sebanyak 5 (lima) helai – 5 (lima) helai, sehingga
total benang yang diperolehnya sebanyak 10 helai, Lalu
menimbangnya. Demikian pula untuk benang pakannya.
5. Mengukur panjang benang lusi helai demi helai lalu rata-ratakan
(diluruskan), lalu mencatat panjang dari masing-masing benang
tersebut. Demikian pula untuk benang pakannya, lalu nilai yang
telah diperoleh dari 10 (sepuluh) benang tersebut dirata-ratakan.
Nilai tersebut digunakan untuk menghitung mengkeret lusi dan
pakan.
6. Menghitung nomor benang lusi dan pakan dari masing-masing dari
data yang sudah diperoleh.
7. Melalukan perhitungan terhadap berat lusi dan pakan untuk
memperoleh selisih berat.
8. Menggambar anyaman dari hasil yang diuji (contoh uji).
3.5. Data Percobaan
1. Nama Anyaman = Anyaman Polos
2. Tetal Lusi Tetal Pakan
a. 92 helai/inchi a. 55 helai/inchi
b. 90 helai/inchi b. 57 helai/inchi
c. 84 helai/inchi c. 57 helai/inchi
X = 34.9 helai/cm X = 22.2 helai/cm
3. Berat Kain 10 x10 cm = 1,22 gram
4. Berat Benang 10 helai
Lusi = 23 mg = 0,023 g
Pakan = 20.5 mg = 0,0205 g
5. Panjang Benang setelah diluruskan
Lusi : Pakan :
1. 10,6 cm = 0,106 m 1. 10,3 cm = 0,103 m
2. 10,7 cm = 0,107 m 2. 10,4 cm = 0,104 m
3. 10,6 cm = 0,106 m 3. 10,4 cm = 0,104 m
4. 10,7 cm = 0,107 m 4. 10,3 cm = 0,103 m
5. 10,7 cm = 0,107 m 5. 10,3 cm = 0,103 m
6. 10,7 cm = 0,107 m 6. 10,4 cm = 0,104 m
7. 10,7 cm = 0,107 m 7. 10,4 cm = 0,104 m
8. 10,7 cm = 0,107 m 8. 10,4 cm = 0,104 m
9. 10,7 cm = 0,107 m 9. 10,4 cm = 0,104 m
10. 10,7 cm = 0,107 m 10. 10,4 cm = 0,104 m
Rata-rata = 0,1068 m Rata-rata = 0,1037 m
Σ = 1,068 m Σ = 1,037 m
6. Perhitungan
- Mengkeret Lusi & Pakan
ML = Pb – Pk x 100 % = 0,1068 – 0,1 x 100 % = 6,367 % Pb 0,1068
MP = Pb – Pk x 100 % = 0,1037 – 0,1 x 100 % = 3,568 % Pb 0,1037
- Nomor Benang Lusi & Pakan
Lusi Pakan
Nm = Panjang (m) Nm = Panjang (m) Berat (g) Berat (g)
= 1,068 = 28,8649 = 1,037 = 33,4516 0,037 0,031
Ne1 = 0,59 x Nm Ne1 = 0,59 x Nm
= 17,0303 = 19,7364
Tex = 1000 Tex = 1000 Nm Nm
= 34,6442 = 29,8939
- Penimbangan
Berat Kain x 100 = 1,43 x 100 gram = 143 gram (B1)
Perhitungan Berat Lusi dan Pakan
Lusi (B2) = tetal (helai/cm) x 100 cm x (100 / (100 – ML)) x 100Nm lusi x 100
= (64,8 / 2,54) x 100 x (100 / (100 – 6,367)) x 10028,8649 x 100
= 94,3945 gram
Pakan (B3) = tetal (helai/cm) x 100 cm x (100 / (100 – ML)) x 100Nm lusi x 100
= (44 / 2,54) x 100 x (100 / (100 – 3,568)) x 10033,4516 x 100
= 55,4250 gram
B2 + B3 = B4 94,3945 gram + 55,4250 gram = 149,8195 gram
7. Selisih Berat
Selisih Berat = BB–BK x100 %= B4–B1 x100 %= 149,8195–143 x100% BB B4 149,8195
= 4,5518 %
8. Gambar Anyaman
9. Contoh Kain
4. Diskusi
Persentase selisih berat yang diperoleh dari perhitungan, berada pada
rentang 0% - 5 % sehingga masih dapat dikatakan efisien. Selisih berat
tersebut dapat berubah menjadi lebih kecil lagi apabila pengamatan dapat
dilakukan dengan lebih teliti lagi dalam mengukur berat kain, dan benang;
serta panjang dan tetal kain pada saat percobaan.
Pada Praktikum dekomposisi kain ini, ada beberapa faktor yang dapat
menyebabkan kesalahan dalam pengamatan, seperti :
1. Adanya keterbatasan daya pengelihatan mata pada
saat menentukan tetal kain (jumlah lusi dan pakan).
2. Kurang teliti dalam melakukan penimbangan,
menggunting kain, dan melakukan pengukuran jumlah mulur untuk
setiap benang lusi dan pakan.
5. Kesimpulan
Dari hasil percobaan praktikum dan perhitungan data pengamatan dari
kain contoh uji yang merupakan kain polos, maka diperoleh :
- Rata-rata Tetal Lusi adalah 64,8 helai/inchi dan rata-rata Tetal Pakan
adalah 44 helai/inchi.
- Mengkeret Benang Lusi (ML) adalah 6,367 % dan Mengkeret Benang
Pakan (MP) adalah 3,568 %.
- Nomor Benang Lusi adalah (Nm) 28,8649 dan Nomor Benang Pakan
adalah (Nm) 33,4516.
- Berat Lusi setelah Perhitungan (B2) adalah 94,3945 gram dan Berat
Pakan setelah Perhitungan (B3) adalah 55,4250 gram.
- Selisih kain contoh uji mula-mula dengan kain contoh uji yang telah
dilakukan perhitungan, diperoleh selisih berat sebesar 4,5518 %.
6. Daftar Pustaka
6.1. Soeprijono, S.Teks, P., dkk, Serat-serat Tekstil, Institut Teknologi
Tekstil, Bandung, 1973.
6.2. Moerdoko, S.Teks, W., dkk, Evaluasi Tekstil bagian Fisika, Institut
Teknologi Tekstil, Bandung, 1973.
6.3. Jumaeri, Bk.Teks, dkk., Desain Tekstil, Institut Teknologi Tekstil,
Bandung, l974.
6.4. Jurnal Praktikum, 2004.
DEKOMPOSISI KAIN
(Kain Anyaman Keeper)
1. Maksud dan Tujuan
1.1. Maksud
Untuk mengetahui dekomposisi kain dengan anyaman tertentu dan
mengidentifikasi jenis-jenis anyaman dasar, yang terdiri dari anyaman
polos, anyaman keper, anyaman satin dan anyaman Celé.
1.2. Tujuan
Untuk mengetahui jenis-jenis anyaman pada kain, arah benang, tetal
kain, mengkeret benang, nomor benang, dan perhitungan berat dari
benang lusi dan benang pakan dari hasil uji dibanding berat mutlak kain,
pada jenis kain dengan anyaman keeper.
2. Teori Dasar atau Pendekatan
2.1. Anyaman Keeper dan Karakteristiknya
Anyaman keeper adalah anyaman dasar yang kedua. Silangan tiap
lusi terhadap pakan, bisa dua atas - satu bawah 2/1, 2/2, 3/2 dan
sebagainya, dan silangan-silangan pada lusi berikutnya meloncat 1, 2
atau 3 helai pakan, sehingga dengan cara begitu dihasilkan kain yang
berefek lusi atau pakan, yang berupa garis diagonal (kain terlihat garis
miring atau rips miring yang tidak putus-putus ~ Garis miring
membentuk sudut 45° terhadap garis horizontal).
Jika arah garis miring pada kain keeper berjalan dari kanan bawah
ke kiri atas, disebut keeper kiri dan Jika arah garis miring yang dibentuk
oleh anyaman dari kiri bawah ke kanan atas, disebut keeper kanan.
Sedangkan untuk Garis miring yang dibentuk oleh benang lusi, disebut
keeper efek lusi atau keeper lusi dan garis miring yang dibentuk oleh
benang pakan, disebut keeper efek pakan atau keeper pakan. Garis
miring dengan sudut lebih dari 45°, disebut keeper curam (steeptwill).
Anyaman ini relatif bisa lebih rapat daripada anyaman polos,
Karena itu anyaman ini banyak dipakai untuk kontruksi kain yang lebih
tebal, konstruksi padat dan dengan jumlah benang yang lebih banyak,
sehingga kain yang dihasilkan akan lebih kuat.
Nama lain dari anyaman keeper yang banyak digunakkan, yaitu :
a. Twill (USA)
b. Drill (Inggris) ~ nama dagang
c. Koper (Jerman)
Ciri-ciri dan karakteristik dari anyaman keeper, yaitu :
- Appearance kain pada permukaan atas dan bawah berlainan.
- Jika raport terkecil dari anyaman keeper adalah 3 helai lusi dan 3
helai pakan, maka dapat disebut anyaman keeper 3 gun.
- Anyaman keeper diberi nama menurut banyaknya gun minimum.
Misalnya : keeper 3 gun, keeper 4 gun, keeper 5 gun, dll.
- Dalam kondisi yang sama (faktor-faktor lain sama), kekuatan lain
dengan anyaman polos lebih besar dari kekuatan kain dengan
anyaman keeper.
- Pada umumnya tetal benang dibuat lebih tinggi daripada dalam
anyaman polos.
- Pengaruh arah twist benang sangat besar terhadap kenampakan
garis miring.
- Besarnya sudut garis miring dipengaruhi oleh perbandingan tetal
lusi dan tetal pakan.
Anyaman keeper mempunyai rapot anyaman paling kecil adalah keeper
3 gun dengan rumus ½ / 1 atau ²/1 / 1. anyaman keeper hanya
mempunyai 2 buah silangan didalamnya yaitu dalam rumus selalu
terdapat angka 1. jika angka 1 berada di atas garis, maka anyamannya
adalah keeper pakan, jika dibawah maka adalah keeper lusi.
3. Percobaan
3.1. Alat – Alat
1. Luv (Kaca Pembesar)
2. Gunting
3. Jarum
4. Penggaris
5. Neraca Analitik
6. Neraca Torsion
3.2. Bahan
1. Kain Contoh Uji (dengan jenis anyaman tertentu)
3.3. Cara Kerja
1. Menentukan Arah Lusi dan pakan pada kain uji (arah lusi diberi tanda
panah). Arah lusi ditentukan dengan cara membuat garis vertical dan
horisontal 90° yang berpotongan terhadap garis miring anyaman,
kemudian memberi garis searah garis miring tersebut. Dan akan
terlihat garis miring yang memiliki sudut terkecil dengan garis
vertikal disebut arah lusi.
2. Menghitung tetal lusi dan tetal pakan pada 5 bagian/tempat yang
berbeda dan dicatat tiap bagiannya, serta hitung harga rata-ratanya.
(menghitung tetal lusi, kain dibalik dan dihitung jumlah ikatannya,
kemudian dihitung dengan rumus: tetal lusi = ((banyak jarak antar
ikat x jumlah gun) + 1), sedangkan untuk benang lusi, dihitung
seperti biasa).
3. Menimbang kain contoh uji dengan ukuran 10 x 10 cm, kemudian
catat beratnya.
4. Mengambil benang lusi dari 2 (dua) sisi yang berbeda pada kain
contoh uji tersebut sebanyak 5 (lima) helai – 5 (lima) helai, sehingga
total benang yang diperolehnya sebanyak 10 helai, Lalu
menimbangnya. Demikian pula untuk benang pakannya.
5. Mengukur panjang benang lusi helai demi helai lalu rata-ratakan
(diluruskan), lalu mencatat panjang dari masing-masing benang
tersebut. Demikian pula untuk benang pakannya, lalu nilai yang
telah diperoleh dari 10 (sepuluh) benang tersebut dirata-ratakan.
Nilai tersebut digunakan untuk menghitung mengkeret lusi dan
pakan.
6. Menghitung nomor benang lusi dan pakan dari masing-masing dari
data yang sudah diperoleh.
7. Melalukan perhitungan terhadap berat lusi dan pakan untuk
memperoleh selisih berat.
8. Menggambar anyaman dari hasil yang diuji (contoh uji).
3.4. Data Percobaan
1. Nama Anyaman = Anyaman Keeper (3/1 / 1)
2. Tetal Lusi Tetal Pakan
a. 117 helai/inchi a. 58 helai/inchi
b. 117 helai/inchi b. 58 helai/inchi
c. 117 helai/inchi c. 59 helai/inchi
d. 117 helai/inchi d. 59 helai/inchi
e. 113 helai/inchi e. 59 helai/inchi
Rata-rata = 116,2 helai/inchi Rata-rata = 58,6 helai/inchi
3. Berat Kain 10 x10 cm = 2,98 gram
4. Berat Benang 10 helai
Lusi = 41 mg = 0,041 g
Pakan = 52,5 mg = 0,0525 g
5. Panjang Benang setelah diluruskan
Lusi : Pakan :
1. 10,7 cm = 0,107 m 1. 10,3 cm = 0,103 m
2. 10,8 cm = 0,108 m 2. 10,2 cm = 0,102 m
3. 10,8 cm = 0,108 m 3. 10,2 cm = 0,102 m
4. 10,8 cm = 0,108 m 4. 10,3 cm = 0,103 m
5. 10,8 cm = 0,108 m 5. 10,3 cm = 0,103 m
6. 10,7 cm = 0,107 m 6. 10,4 cm = 0,104 m
7. 10,8 cm = 0,108 m 7. 10,4 cm = 0,104 m
8. 10,8 cm = 0,108 m 8. 10,4 cm = 0,104 m
9. 10,7 cm = 0,107 m 9. 10,4 cm = 0,104 m
10. 10,8 cm = 0,108 m 10. 10,4 cm = 0,104 m
Rata-rata = 0,1077 m Rata-rata = 0,1033 m
Σ = 1,077 m Σ = 1,033 m
6. Perhitungan
- Mengkeret Lusi & Pakan
ML = Pb – Pk x 100 % = 0,1077 – 0,1 x 100 % = 7,1495 % Pb 0,1077
MP = Pb – Pk x 100 % = 0,1033 – 0,1 x 100 % = 3,1946 % Pb 0,1033
- Nomor Benang Lusi & Pakan
Lusi Pakan
Nm = Panjang (m) Nm = Panjang (m)
Berat (g) Berat (g)
= 1,077 = 26,2683 = 1,033 = 19,6762 0,041 0,0525
Ne1 = 0,59 x Nm Ne1 = 0,59 x Nm
= 15,4983 = 11,6089
Tex = 1000 Tex = 1000 Nm Nm
= 38,0687 = 50,8228
- Penimbangan
Berat Kain x 100 = 2,98 x 100 gram = 298 gram (B1)
Perhitungan Berat Lusi dan Pakan
Lusi (B2) = tetal (helai/cm) x 100 cm x (100 / (100 – ML)) x 100Nm lusi x 100
= (116,2 / 2,54) x 100 x (100 / (100 – 7,1495)) x 10026,2683 x 100
= 187,5668 gram
Pakan (B3) = tetal (helai/cm) x 100 cm x (100 / (100 – ML)) x 100Nm lusi x 100
= (58,6 / 2,54) x 100 x (100 / (100 – 3,1946)) x 10019,6762 x 100
= 121,1217 gram
B2 + B3 = B4 187,5668 gram + 121,1217 gram = 308,6885
gram
7. Selisih Berat
Selisih Berat = BB–BK x100 %= B4–B1 x100 %= 308,6885–298 x100% BB B4 308,6885
= 3,4625 %
8. Gambar Anyaman (anyaman keeper 3 \1) 1
9. Contoh Kain
4. Diskusi
Pada percobaan dengan menggunakan kain contoh uji kain keeper,
untuk mendapatkan arah lusi pada kain keeper, maka cukup dengan
membuat garis vertical dan horisontal 90° yang berpotongan terhadap garis
miring anyaman, kemudian memberi garis searah garis miring tersebut. Dan
akan terlihat garis miring yang memiliki sudut terkecil dengan garis vertikal
disebut arah lusi.
Persentase selisih berat yang diperoleh dari perhitungan, berada pada
rentang 0% - 5 % sehingga masih dapat dikatakan efisien. Selisih berat
tersebut dapat berubah menjadi lebih kecil lagi apabila pengamatan dapat
dilakukan dengan lebih teliti lagi dalam mengukur berat kain, dan benang;
serta panjang dan tetal kain pada saat percobaan. Sehingga untuk
memperoleh hasil yang baik, maka selisih yang diperoleh tersebut harus
sangat kecil.
Pada Praktikum dekomposisi kain ini, ada beberapa faktor yang dapat
menyebabkan kesalahan dalam pengamatan, seperti :
1. Adanya keterbatasan daya pengelihatan mata pada
saat menentukan tetal kain (jumlah lusi dan pakan).
2. Kurang teliti dalam melakukan penimbangan,
menggunting kain, dan melakukan pengukuran jumlah mulur untuk
setiap benang lusi dan pakan.
5. Kesimpulan
Dari hasil percobaan praktikum dan perhitungan data pengamatan dari
kain contoh uji yang merupakan kain keeper, maka diperoleh :
- Rata-rata Tetal Lusi adalah 116,2 helai/inchi dan rata-rata Tetal Pakan
adalah 58,6 helai/inchi.
- Mengkeret Benang Lusi (ML) adalah 7,1495 % dan Mengkeret Benang
Pakan (MP) adalah 3,1946 %.
- Nomor Benang Lusi adalah (Nm) 26,2683 dan Nomor Benang Pakan
adalah (Nm) 19,6762.
- Berat Lusi setelah Perhitungan (B2) adalah 187,5668 gram dan Berat
Pakan setelah Perhitungan (B3) adalah 121,1217 gram.
- Selisih kain contoh uji mula-mula dengan kain contoh uji yang telah
dilakukan perhitungan, diperoleh selisih berat sebesar 3,4625 %.
6. Daftar Pustaka
6.1. Soeprijono, S.Teks, P., dkk, Serat-serat Tekstil, Institut Teknologi
Tekstil, Bandung, 1973.
6.2. Moerdoko, S.Teks, W., dkk, Evaluasi Tekstil bagian Fisika, Institut
Teknologi Tekstil, Bandung, 1973.
6.3. Jumaeri, Bk.Teks, dkk., Desain Tekstil, Institut Teknologi Tekstil,
Bandung, l974.
6.4. Jurnal Praktikum, 2004.
DEKOMPOSISI KAIN
(Kain Anyaman Satin)
1. Maksud dan Tujuan
1.1. Maksud
Untuk mengetahui dekomposisi kain dengan anyaman tertentu dan
mengidentifikasi jenis-jenis anyaman dasar, yang terdiri dari anyaman
polos, anyaman keper, anyaman satin dan anyaman Celé.
1.2. Tujuan
Untuk mengetahui jenis-jenis anyaman pada kain, arah benang, tetal
kain, mengkeret benang, nomor benang, dan perhitungan berat dari
benang lusi dan benang pakan dari hasil uji dibanding berat mutlak kain,
pada jenis kain dengan anyaman satin.
2. Teori Dasar atau Pendekatan
2.1. Anyaman Satin dan Karakteristiknya
Anyaman ini mempunyai silangan-silangan yang paling sedikit dan
cucukan merata, sehingga anyaman ini menghasilkan kain yang
permukaannya rata. Titik-titik silang pada anyaman satin letaknya
tersebar tidak bersinggungan satu sama lain dan Setiap benang lusi
dalam satu rapot hanya mempunyai satu titik silang.
Anyaman satin hanya menonjolkan salah satu efek pada permukaan
kain, yaitu efek lusi atau efek pakan. Anyaman satin dengan efek lusi
disebut satin lusi, sedangkan anyaman satin dengan efek pakan disebut
satin pakan (Pada satin lusi, tetal lusi > tetal pakan, sedangkan pada
satin pakan tetal pakan > tetal lusi). Anyaman satin dapat digolongkan
menjadi 2 jenis, yaitu satin teratur dan satin tidak teratur. Macam
anyaman mempengaruhi juga sifat-sifat kain yang dihasilkan, maka
kadang-kadang faktor anyaman turut diperhitungkan dalam
mengevaluasi selembar kain.
Pada waktu benang-benang ditenun, lusi-lusi tepi cenderung masuk
sedikit kedalam, sehingga boleh dikatakan sifat-sifat kain yang ditepi
akan berbeda dengan yang ditengah. Karena itu sudah menjadi
ketentuan umum, bahwa bagian kain pada jarak 1/10 lebar tepi, tidak
boleh diuji.
Pengaruh anyaman, tetal dan nomor benang, serta pengaruh-pengaruh
mekanis dalam pertenunan, dapat mempengaruhi besar kecilnya
mengkeret benang dalam tenunan. Inilah sebagian diantara sebab-
sebabnya mengapa pengujian mengkeret benang dalam tenun menjadi
penting.
Kain yang dipakai untuk pakaian, sifat-sifat kekuatannya maupun
ketahanan dipakainya, merupakan sifat-sifat yang penting, akan tetapi
harus dikombinasikan dengan kenampakan yang baik, mutu draping
yang baik, pegangan yang enak dan berat yang cocok. Sifat-sifat yang
lain yang perlu pada kain-kain yang khusus adalah sifat tahan air, sifat
dingin atau panas, atau kemampuan untuk menahan terhadap lipatan.
Anyaman satin memiliki ciri-ciri dan karakteristik sebagai berikut :
1. Pada 1 rapot anyaman, banyak benang lusi sama dengan banyak
benang pakan.
2. Pada kain dengan anyaman satin, suatu garis seperti pada
anyaman keper tidak tanpak jelas atau menonjol.
3. Pada umumnya digunakan tetal tinggi pada lusi atau pakan,
sehingga kainnya tampak padat (solid).
4. Tetal yang tinggi dan penggunaan benang yang arah twistnya
bersamaan dengan arah garis miring pada anyaman satin, maka
permukaan kain akan tampak smooth, rata, mengkilat dan padat.
5. Banyaknya gun minimun sama dengan jumlah benang lusi/pakan
dalam 1 rapot anyaman.
6. Anyaman satin digunakan pada semua jenis kain, tetapi tidak baik
untuk kain dengan kontruksi terbuka atau jarang.
7. Anyaman kain satin lebih sesuai daripada anyaman keper untuk
kain dengan kontruksi padat.
8. Pada anyaman satin, kombinasi dari faktor-faktor konstruksi kain
lebih sedikit digunakan daripada dalam anyaman keper.
3. Percobaan
3.1. Alat – Alat
1. Luv (Kaca Pembesar)
2. Gunting
3. Jarum
4. Penggaris
5. Neraca Analitik
6. Neraca Torsion
3.2. Bahan
1. Kain Contoh Uji (dengan jenis anyaman tertentu)
3.3. Cara Kerja
1. Menentukan Arah Lusi dan pakan pada kain uji, dimana lusi dicari
dengan meraba / menarik kain ke arah berlawanan. Bagian yang licin
pada saat diraba adalah arah lusi.
2. Menghitung tetal lusi dan tetal pakan pada 5 bagian/tempat yang
berbeda dan dicatat tiap bagiannya, serta hitung harga rata-ratanya.
(menghitung tetal lusi, kain dibalik dan dihitung jumlah ikatannya,
kemudian dihitung dengan rumus: tetal lusi = ((banyak jarak antar
ikat – 1) x jumlah gun) + 1), sedangkan untuk benang lusi, dihitung
seperti biasa).
3. Menimbang kain contoh uji dengan ukuran 10 x 10 cm, kemudian
catat beratnya.
4. Mengambil benang lusi dari 2 (dua) sisi yang berbeda pada kain
contoh uji tersebut sebanyak 5 (lima) helai – 5 (lima) helai, sehingga
total benang yang diperolehnya sebanyak 10 helai, Lalu
menimbangnya. Demikian pula untuk benang pakannya.
5. Mengukur panjang benang lusi helai demi helai lalu rata-ratakan
(diluruskan), lalu mencatat panjang dari masing-masing benang
tersebut. Demikian pula untuk benang pakannya, lalu nilai yang
telah diperoleh dari 10 (sepuluh) benang tersebut dirata-ratakan.
Nilai tersebut digunakan untuk menghitung mengkeret lusi dan
pakan.
6. Menghitung nomor benang lusi dan pakan dari masing-masing dari
data yang sudah diperoleh.
7. Melalukan perhitungan terhadap berat lusi dan pakan untuk
memperoleh selisih berat.
8. Menggambar anyaman dari hasil yang diuji (contoh uji).
3.4. Data Percobaan
1. Nama Anyaman = Anyaman Satin lusi (5 V 2)
2. Tetal Lusi Tetal Pakan
a. 166 helai/inchi a. 70 helai/inchi
b. 166 helai/inchi b. 72 helai/inchi
c. 166 helai/inchi c. 72 helai/inchi
d. 161 helai/inchi d. 71 helai/inchi
e. 166 helai/inchi e. 71 helai/inchi
Rata-rata = 165 helai/inchi Rata-rata = 71,2 helai/inchi
3. Berat Kain 10 x10 cm = 1,10 gram
4. Berat Benang 10 helai
Lusi = 9 mg = 0,009 g
Pakan = 19 mg = 0,019 g
5. Panjang Benang setelah diluruskan
Lusi : Pakan :
1. 10,1 cm = 0,101 m 1. 10,1 cm = 0,101 m
2. 10,0 cm = 0,100 m 2. 10,1 cm = 0,101 m
3. 10,2 cm = 0,102 m 3. 10,1 cm = 0,101 m
4. 10,0 cm = 0,100 m 4. 10,1 cm = 0,101 m
5. 10,1 cm = 0,101 m 5. 10,1 cm = 0,101 m
6. 10,0 cm = 0,100 m 6. 10,2 cm = 0,102 m
7. 10,1 cm = 0,101 m 7. 10,2 cm = 0,102 m
8. 10,1 cm = 0,101 m 8. 10,2 cm = 0,102 m
9. 10,0 cm = 0,100 m 9. 10,1 cm = 0,101 m
10. 10,1 cm = 0,101 m 10. 10,0 cm = 0,100 m
Rata-rata = 0,1007 m Rata-rata = 0,1012 m
Σ = 1,007 m Σ = 1,012 m
6. Perhitungan
- Mengkeret Lusi & Pakan
ML = Pb – Pk x 100 % = 0,1007 – 0,1 x 100 % = 0,6951 % Pb 0,1007
MP = Pb – Pk x 100 % = 0,1012 – 0,1 x 100 % = 1,1917 % Pb 0,1012
- Nomor Benang Lusi & Pakan
Lusi Pakan
Nm = Panjang (m) Nm = Panjang (m) Berat (g) Berat (g)
= 1,007 = 111,8889 = 1,012 = 53,2632 0,009 0,019
Ne1 = 0,59 x Nm Ne1 = 0,59 x Nm
= 66,0144 = 31,4253
Tex = 1000 Tex = 1000 Nm Nm
= 8,9374 = 18,7747
- Penimbangan
Berat Kain x 100 = 1,10 x 100 gram = 110 gram (B1)
Perhitungan Berat Lusi dan Pakan
Lusi (B2) = tetal (helai/cm) x 100 cm x (100 / (100 – ML)) x 100Nm lusi x 100
= (165 / 2,54) x 100 x (100 / (100 – 0,6951)) x 100111,8889 x 100
= 58,4645 gram
Pakan (B3) = tetal (helai/cm) x 100 cm x (100 / (100 – ML)) x 100Nm lusi x 100
= (71,2 / 2,54) x 100 x (100 / (100 – 1,1917)) x 10053,2623 x 100
= 53,2630 gram
B2 + B3 = B4 58,4645 gram + 53,2630 gram = 111,7275 gram
7. Selisih Berat
Selisih Berat = BB–BK x100 %= B4–B1 x100 %= 111,7275–110 x100% BB B4 111,7275
= 1,5462 %
8. Gambar Anyaman
9. Contoh Kain
4. Diskusi
Pada percobaan dengan menggunakan kain contoh uji kain satin, kain
satin memiliki permukaan yang licin dan halus karena kain satin merupakan
kain yang tersusun dari benang-benang yang susunan seratnya merupakan
serat filamen yang lurus dan panjang. Oleh karena itu permukaan kainnya
menjadi licin. Untuk mendapatkan arah lusi pada kain satin, maka cukup
dengan meraba / menarik kain ke arah berlawanan, dan bagian yang licin
pada saat diraba adalah arah lusi.
Persentase selisih berat yang diperoleh dari perhitungan, berada pada
rentang 0% - 5 % sehingga masih dapat dikatakan efisien. Selisih berat
tersebut dapat berubah menjadi lebih kecil lagi apabila pengamatan dapat
dilakukan dengan lebih teliti lagi dalam mengukur berat kain, dan benang;
serta panjang dan tetal kain pada saat percobaan. Sehingga untuk
memperoleh hasil yang baik, maka selisih yang diperoleh tersebut harus
sangat kecil.
Pada Praktikum dekomposisi kain ini, ada beberapa faktor yang dapat
menyebabkan kesalahan dalam pengamatan, seperti :
1. Adanya keterbatasan daya pengelihatan mata pada
saat menentukan tetal kain (jumlah lusi dan pakan).
2. Kurang teliti dalam melakukan penimbangan,
menggunting kain, dan melakukan pengukuran jumlah mulur untuk
setiap benang lusi dan pakan.
5. Kesimpulan
Dari hasil percobaan praktikum dan perhitungan data pengamatan dari
kain contoh uji yang merupakan kain satin, maka diperoleh :
- Rata-rata Tetal Lusi adalah 165 helai/inchi dan rata-rata Tetal Pakan
adalah 71,2 helai/inchi.
- Mengkeret Benang Lusi (ML) adalah 0,6951 % dan Mengkeret Benang
Pakan (MP) adalah 1,1917 %.
- Nomor Benang Lusi adalah (Nm) 111,8889 dan Nomor Benang Pakan
adalah (Nm) 53,2632.
- Berat Lusi setelah Perhitungan (B2) adalah 58,4645 gram dan Berat
Pakan setelah Perhitungan (B3) adalah 53,2630 gram.
- Selisih kain contoh uji mula-mula dengan kain contoh uji yang telah
dilakukan perhitungan, diperoleh selisih berat sebesar 1,5462 %.
6. Daftar Pustaka
6.1. Soeprijono, S.Teks, P., dkk, Serat-serat Tekstil, Institut Teknologi
Tekstil, Bandung, 1973.
6.2. Moerdoko, S.Teks, W., dkk, Evaluasi Tekstil bagian Fisika, Institut
Teknologi Tekstil, Bandung, 1973.
6.3. Jumaeri, Bk.Teks, dkk., Desain Tekstil, Institut Teknologi Tekstil,
Bandung, l974.
6.4. Jurnal Praktikum, 2004.
DEKOMPOSISI KAIN
(Kain Anyaman Polos Motif Kotak-Kotak (Celé))
1. Maksud dan Tujuan
1.1. Maksud
Untuk mengetahui dekomposisi kain dengan anyaman tertentu dan
mengidentifikasi jenis-jenis anyaman dasar, yang terdiri dari anyaman
polos, anyaman keper, anyaman satin dan anyaman Celé.
1.2. Tujuan
Untuk mengetahui jenis-jenis anyaman pada kain, arah benang, tetal
kain, mengkeret benang, nomor benang, dan perhitungan berat dari
benang lusi dan benang pakan dari hasil uji dibanding berat mutlak kain,
pada jenis kain dengan anyaman polos motif kotak-kotak (celé).
2. Teori Dasar atau Pendekatan
2.1. Anyaman Polos Motif Kotak-Kotak (Celé) dan Karakteristiknya
Anyaman ini hampir sama atau bahkan sama dengan anyaman
polos, yang membedakannya hanya motif yang terdapat pada kain yang
berasal dari benang yang berwarna-warni. Penyilangan yang terjadi
antara benang lusi dan pakan dilakukan secara bergantian (selang-
seling ~ Bekerjanya benang-benang lusi dan pakan paling sederhana,
yaitu: 1-naik, 1-turun). Anyaman ini juga Mempunyai rapot yang paling
kecil hampir sama dengan anyaman polos, selain itu anyaman ini
memiliki silangan yang paling banyak dan paling kokoh serta tidak
mudah berubah tempat.
Beberapa hal yang diperlukan dalam pembuatan selembar kain
(dekomposisi kain pada anyaman celé) yang digunakan untuk
membantu kelancaran percobaan, dapat dilakukan dengan melihat ciri-
ciri dan karakteristik dari anyaman celé tersebut yang sifat dan
karakteristiknya sama dengan anyaman polos, yaitu:
- Ulangan rapot ke arah horisontal (lebar kain) atau kearah pakan,
diulangi sesudah 2 helai pakan. Ke arah vertical (panjang kain)
atau ke arah lusi, diulangi sesudah 2 helai lusi.
- Tetal lusi dan tetal pakan pada anyaman celé mempunyai
perpencaran (range) yang besar, yaitu berkisar antara 10-200
helai/inchi. Demikian pula dengan perpencaran berat kain pada
anyaman celé yang besar, yaitu berkisar antara 0,25 oz/yds2-52
oz/yds2.
- Anyaman celé lebih sesuai/mampu untuk diberi rupa (appearance)
yang lain dengan jalan mengadakan ubah-ubah design, baik
structural design maupun surface design apabila dibandingkan
dengan anyaman lain.
- Pada umumnya kain dengan anyaman celé, daya penutupan
kainnya (fabric cover) berkisar antara 25% - 75%.
- Banyak gun yang digunakkan pada saat pertenunan minimum 2
gun, tetapi untuk tetal lusi yang tinggi, maka digunakkan 4 gun
atau lebih.
- Anyaman celé banyak dipakai untuk kain dengan kontruksi
medium, dengan fabric cover 51%-75%. Penutupan lusi dan pakan
berkisar 31%-50%. Jenis kain ini misalnya : kain yang diprint,
sheetings, dll.
- Anyaman celé untuk kain padat (close construction), biasanya
menggunakan benang pakan yang lebih kasar daripada benang
lusi.
Dari pernyataan diatas, maka dapat dikatakan bahwa anyaman celé
adalah anyaman yang memiliki raport terkecil, sama dengan anyaman
polos, yang terdiri dari satu kali lusi naik dan satu kali lusi turun pada
jajaran lusi pertama dan sebaliknya pada jajaran lusi berikutnya.
3. Percobaan
3.1. Alat – Alat
1. Luv (Kaca Pembesar)
2. Gunting
3. Jarum
4. Penggaris
5. Neraca Analitik
6. Neraca Torsion
3.2. Bahan
1. Kain Contoh Uji (dengan jenis anyaman tertentu)
3.3. Cara Kerja
1. Menentukan Arah Lusi dan pakan pada kain uji (arah lusi diberi
tanda panah), dimana lusi dicari dengan cara melihat motif kotak-
kotak yang garisnya paling panjang adalah benang lusi.
2. Menentukan susunan corak warna pada benang lusi dan
benang pakan untuk 1 rapot, dan jumlah warnanya untuk 1 rapot. (1
rapot disini adalah untuk 1 pengulangan motif yang sama).
3. Menghitung tetal lusi dan tetal pakan pada 5 bagian/tempat
yang berbeda dan dicatat tiap bagiannya, serta hitung harga rata-
ratanya.
4. Menimbang kain contoh uji dengan ukuran 10 x 10 cm,
kemudian catat beratnya.
5. Mengambil benang lusi dari 2 (dua) sisi yang berbeda pada
kain contoh uji tersebut sebanyak 5 (lima) helai – 5 (lima) helai,
sehingga total benang yang diperolehnya sebanyak 10 helai, Lalu
menimbangnya. Demikian pula untuk benang pakannya.
6. Mengukur panjang benang lusi helai demi helai lalu rata-
ratakan (diluruskan), lalu mencatat panjang dari masing-masing
benang tersebut. Demikian pula untuk benang pakannya, lalu nilai
yang telah diperoleh dari 10 (sepuluh) benang tersebut dirata-
ratakan. Nilai tersebut digunakan untuk menghitung mengkeret lusi
dan pakan.
7. Menghitung nomor benang lusi dan pakan dari masing-masing
dari data yang sudah diperoleh.
8. Melalukan perhitungan terhadap berat lusi dan pakan untuk
memperoleh selisih berat.
9. Setelah memperoleh selisih berat, maka dilakukan
perhitungan untuk mencari jumlah benang & rapot per meter, jumlah
warna & kebutuhan masing-masing warna per meter, dan yang
terakhir adalah menghitung berat masing-masing warna untuk
benang lusi dan benang pakan.
3.4. Data Percobaan
1. Nama Anyaman = Anyaman polos dengan motif kotak-
kotak (celé)
2. Tetal Lusi Tetal Pakan
a. 75 helai/inchi a. 57 helai/inchi
b. 75 helai/inchi b. 57 helai/inchi
c. 75 helai/inchi c. 57 helai/inchi
d. 75 helai/inchi d. 57 helai/inchi
e. 75 helai/inchi e. 57 helai/inchi
Rata-rata = 75 helai/inchi Rata-rata = 57 helai/inchi
3. Berat Kain 10 x10 cm = 1,04 gram
4. Berat Benang 10 helai
Lusi = 19 mg = 0,019 g
Pakan = 24 mg = 0,024 g
5. Panjang Benang setelah diluruskan
Lusi : Pakan :
1. 10,2 cm = 0,102 m 1. 10,4 cm = 0,104 m
2. 10,2 cm = 0,102 m 2. 10,4 cm = 0,104 m
3. 10,2 cm = 0,102 m 3. 10,5 cm = 0,105 m
4. 10,2 cm = 0,102 m 4. 10,4 cm = 0,104 m
5. 10,1 cm = 0,101 m 5. 10,4 cm = 0,104 m
6. 10,2 cm = 0,102 m 6. 10,4 cm = 0,104 m
7. 10,3 cm = 0,103 m 7. 10,4 cm = 0,104 m
8. 10,2 cm = 0,102 m 8. 10,5 cm = 0,105 m
9. 10,2 cm = 0,102 m 9. 10,4 cm = 0,104 m
10. 10,2 cm = 0,102 m 10. 10,4 cm = 0,104 m
Rata-rata = 0,1020 m Rata-rata = 0,1042 m
Σ = 1,020 m Σ = 1,042 m
6. Perhitungan
- Mengkeret Lusi & Pakan
ML = Pb – Pk x 100 % = 0,1020 – 0,1 x 100 % = 1,9608 % Pb 0,1020
MP = Pb – Pk x 100 % = 0,1042 – 0,1 x 100 % = 4,0307 % Pb 0,1042
- Nomor Benang Lusi & Pakan
Lusi Pakan
Nm = Panjang (m) Nm = Panjang (m) Berat (g) Berat (g)
= 1,020 = 53,6842 = 1,042 = 43,4167 0,019 0,024
Ne1 = 0,59 x Nm Ne1 = 0,59 x Nm
= 31,6737 = 25,6158
Tex = 1000 Tex = 1000 Nm Nm
= 18,6275 = 23,0326
- Penimbangan
Berat Kain x 100 = 1,04 x 100 gram = 104 gram (B1)
Perhitungan Berat Lusi dan Pakan
Lusi (B2) = tetal (helai/cm) x 100 cm x (100 / (100 – ML)) x 100Nm lusi x 100
= (75 / 2,54) x 100 x (100 / (100 – 1,9608)) x 10053,6842 x 100
= 56,1024 gram
Pakan (B3) = tetal (helai/cm) x 100 cm x (100 / (100 – ML)) x 100Nm lusi x 100
= (57 / 2,54) x 100 x (100 / (100 – 4,0307)) x 10043,4167 x 100
= 53,8582 gram
B2 + B3 = B4 56,1024 gram + 53,8582 gram = 109,9606 gram
7. Selisih Berat
Selisih Berat = BB–BK x100 %= B4–B1 x100 %= 109,9606–104 x100% BB B4 109,9606
= 5,5727 %
8. Susunan Corak Warna (motif kotak-kotak)
Lusi : Pakan :
1. Kuning = 3 1. Kuning = 2
2. Hitam = 6 2. Hitam = 6
3. Merah = 4 3. Merah = 4
4. Hitam = 3 4. Hitam = 2
5. Merah = 20 5. Merah = 18
6. Hitam = 3 6. Hitam = 2
7. Merah = 4 7. Merah = 4
8. Hitam = 6 8. Hitam = 6
Σ = 49 Σ = 44
9. Jumlah Warna Tiap Rapot
Lusi : Pakan :
1. Kuning = 3 1. Kuning = 2
2. Hitam = 18 2. Hitam = 16
3. Merah = 28 3. Merah = 26
Σ = 49 Σ = 44
10. Jumlah Rapot per meter
a. Jumlah benang per meter
Lusi : Pakan :
100 x tetal = 100 x 75 100 x tetal = 100 x 572,54 2,54 2,54 2,54
= 2952,76 helai = 2244,09 helai
b. Jumlah Rapot per meter
Lusi : Pakan :
Jumlah rapot = 2952,76 Jumlah rapot = 2244,09 49 44
= 60 rapot, sisa 13 = 51 rapot, sisa
9
c. Jumlah Warna per meter
Lusi : Pakan :
Jumlah warna = 60 x 49 Jumlah warna = 51 x 44
= 2940 warna = 2244 warna
d. Kebutuhan masing-masing warna per meter
Lusi : Pakan :
Kuning = (3 x 60) + 3 = 183 hl Kuning = (2 x 51) + 2 = 104
hl
Hitam = (18 x 60) + 6 = 1086 hl Hitam = (16 x 51) + 6 =
822 hl
Merah = (28 x 60) + 4 = 1684 hl Merah = (26 x 51) + 1 =
1327 hl
11. Berat Masing-masing Warna
Lusi :
Berat warna kuning = 183 x 56,1024 = 3,4767 gram 2953
Berat warna hitam = 1086 x 56,1024 = 20,6323 gram 2953
Berat warna merah = 1684 x 56,1024 = 31,9934 gram 2953
Pakan :
Berat warna kuning = 104 x 53,8582 = 2,4861 gram 2253
Berat warna hitam = 822 x 53,8582 = 19,6499 gram 2253
Berat warna merah = 1327 x 53,8582 = 31,7221 gram 2253
12. Contoh Kain
4. Diskusi
Pada percobaan dengan menggunakan kain contoh uji kain celé (kain
dengan anyaman polos motif kotak-kotak), kain celé memiliki motif kotak-
kotak yang tersusun dari benang-benang berwarna yang susunan
anyamannya menyerupai anyaman polos. Untuk mendapatkan arah lusi pada
kain celé, maka cukup dengan cara melihat motif kotak-kotak yang garisnya
paling panjang, itu merupakan arah benang lusi.
Persentase selisih berat yang diperoleh dari perhitungan, berada pada
rentang 0% - 5 % sehingga masih dapat dikatakan efisien. Selisih berat
tersebut dapat berubah menjadi lebih kecil lagi apabila pengamatan dapat
dilakukan dengan lebih teliti lagi dalam mengukur berat kain, dan benang;
serta panjang dan tetal kain pada saat percobaan. Sehingga untuk
memperoleh hasil yang baik, maka selisih yang diperoleh tersebut harus
sangat kecil.
Pada Praktikum dekomposisi kain ini, ada beberapa faktor yang dapat
menyebabkan kesalahan dalam pengamatan, seperti :
1. Adanya keterbatasan daya pengelihatan mata pada
saat menentukan tetal kain (jumlah lusi dan pakan).
2. Kurang teliti dalam melakukan penimbangan,
menggunting kain, dan melakukan pengukuran jumlah mulur untuk
setiap benang lusi dan pakan.
5. Kesimpulan
Dari hasil percobaan praktikum dan perhitungan data pengamatan dari kain
contoh uji yang merupakan kain polos dengan motif kotak-kotak (celé), maka
diperoleh :
- Rata-rata Tetal Lusi adalah 75 helai/inchi dan rata-rata Tetal Pakan
adalah 57 helai/inchi.
- Mengkeret Benang Lusi (ML) adalah 1,9608 % dan Mengkeret Benang
Pakan (MP) adalah 4,0307 %.
- Nomor Benang Lusi adalah (Nm) 53,6842 dan Nomor Benang Pakan
adalah (Nm) 43,4167.
- Berat Lusi setelah Perhitungan (B2) adalah 56,1024 gram dan Berat
Pakan setelah Perhitungan (B3) adalah 53,8582 gram.
- Jumlah warna tiap rapot untuk benang lusi adalah 49 warna dan Jumlah
warna tiap rapot untuk benang lusi adalah 44 warna.
- Jumlah benang lusi per meter adalah 2952 helai dan Jumlah benang
pakan per meter adalah 2244 helai.
- Jumlah rapot per meter untuk arah lusi adalah 60 rapot sisa 13 helai dan
Jumlah rapot per meter untuk arah pakan adalah 51 rapot sisa 9 helai.
- Jumlah warna per meter untuk benang lusi adalah 2940 warna dan
Jumlah warna per meter untuk benang pakan adalah 2253 warna.
- Kebutuhan masing-masing warna per meter benang lusi untuk warna :
Kuning = 183 hl
Hitam = 1086 hl
Merah = 1684 hl
- Kebutuhan masing-masing warna per meter benang pakan untuk
warna :
Kuning = 104 hl
Hitam = 822 hl
Merah = 1327 hl
- Berat masing-masing warna per meter benang lusi untuk warna :
Berat warna kuning = 3,4767 gram
Berat warna hitam = 20,6323 gram
Berat warna merah = 31,9934 gram
- Berat masing-masing warna per meter benang lusi untuk warna :
Berat warna kuning = 2,4861 gram
Berat warna hitam = 19,6499 gram
Berat warna merah = 31,7221 gram
- Selisih kain contoh uji mula-mula dengan kain contoh uji yang telah
dilakukan perhitungan, diperoleh selisih berat sebesar 5,5727 %.
6. Daftar Pustaka
6.1. Soeprijono, S.Teks, P., dkk, Serat-serat Tekstil, Institut Teknologi
Tekstil, Bandung, 1973.
6.2. Moerdoko, S.Teks, W., dkk, Evaluasi Tekstil bagian Fisika, Institut
Teknologi Tekstil, Bandung, 1973.
6.3. Jumaeri, Bk.Teks, dkk., Desain Tekstil, Institut Teknologi Tekstil,
Bandung, l974.
6.4. Jurnal Praktikum, 2004.