30
Pembuatan Cokelat Batang dari Biji Kakao Terfermentasi dan Tidak Terfermentasi; Uji Sensoris Cokelat Batang dari Biji Kakao Terfermentasi dan Tidak Terfermentasi dengan Metode Scoring Test; Uji Total Senyawa Fenol Cokelat Batang dari Biji Kakao Terfermentasi dan Tidak Terfermentasi; Penentuan Kadar Air Cokelat Batang dari Biji Kakao Terfermentasi dan Tidak Terfermentasi I. TUJUAN 1. Mengetahui cara pembuatan cokelat batang dari biji kakao terfermentasi dan tidak terfermentasi secara sederhana 2. Menjelaskan pengaruh fermentasi pada pembentukan flavor cokelat batang yang diuji secara sensoris dengan metode scoring test 3. Menentukan secara kuantitatif total fenolik pada sampel cokelat batang dari biji kakao terfermentasi dan tidak terfermentasi 4. Menentukan kadar air pada sampel cokelat batang dari biji kakao terfermentasi dan tidak terfermentasi 5. Mengetahui pengaruh komposisi (formula) pada pembentukan flavor coklat yang diuji dan kadar senyawa fenol pd coklat II. METODE PERCOBAAN a) Alat Pembuatan Cokelat Timbangan analit : 1 buah Oven : 1 buah Loyang : 2 buah Pisau : 2 buah Blender : 2 buah Panci : 2 buah Nb. Tulisan merah berarti koreksi dari asisten

laporan egpp- Cokelat

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: laporan egpp- Cokelat

Pembuatan Cokelat Batang dari Biji Kakao Terfermentasi dan Tidak Terfermentasi; Uji

Sensoris Cokelat Batang dari Biji Kakao Terfermentasi dan Tidak Terfermentasi dengan

Metode Scoring Test; Uji Total Senyawa Fenol Cokelat Batang dari Biji Kakao

Terfermentasi dan Tidak Terfermentasi; Penentuan Kadar Air Cokelat Batang dari Biji

Kakao Terfermentasi dan Tidak Terfermentasi

I. TUJUAN

1. Mengetahui cara pembuatan cokelat batang dari biji kakao terfermentasi dan tidak

terfermentasi secara sederhana

2. Menjelaskan pengaruh fermentasi pada pembentukan flavor cokelat batang yang diuji

secara sensoris dengan metode scoring test

3. Menentukan secara kuantitatif total fenolik pada sampel cokelat batang dari biji kakao

terfermentasi dan tidak terfermentasi

4. Menentukan kadar air pada sampel cokelat batang dari biji kakao terfermentasi dan tidak

terfermentasi

5. Mengetahui pengaruh komposisi (formula) pada pembentukan flavor coklat yang diuji

dan kadar senyawa fenol pd coklat

II. METODE PERCOBAAN

a) Alat

Pembuatan Cokelat

Timbangan analit : 1 buah

Oven : 1 buah

Loyang : 2 buah

Pisau : 2 buah

Blender : 2 buah

Panci : 2 buah

Kompor : 1 buah

Termometer : 1 buah

Cetakan cokelat : 2 buah yang lain?

Stopwatch : 1 buah

Mangkuk : 3 buah

Kulkas : 1 buah

Spatula?

Sendok ?

Uji Sensoris

Nb. Tulisan merah berarti koreksi dari asisten

Page 2: laporan egpp- Cokelat

Nampan : 10 buah

Gelas : 10 buah 15 buah

Borang penilaian: 15 buah

Tisu : secukupnya

Piring kecil : 20 buah

Uji kadar Air

Timbangan analit: 1 buah

Telenan : 1 buah

Pisau : 2 buah

Botol timbang : 4 buah

Eksikator : 1 buah

Oven : 1 buah

Label & tisu : secukuonya

Penjepit : 1 buah

Uji Total Fenol

Tabung reaksi : 10 buah 12

Sentrifugasi : 1 buah

Vortex : 1 buah

Spektrofotometer: 1 buah

Labu takar 25 ml : 2 buah

Propipet : 1 buah

Pipet ukur 1 ml : 2 buah

Pipet ukur 10 ml: 1 buah

Gelas ukur ml? : 1 buah

Gelas beker ml? : 1 buah

Kuvet : 1 buah

Label & tisu : secukupnya

b) Bahan

Pembuatan Cokelat

Biji kakao terfermentasi

Biji kakao tidak terfermentasi

Gula bubuk

Lemak kakao

Susu bubuk skim

Uji sensoris

Air minum

Page 3: laporan egpp- Cokelat

Cokelat batang terfermentasi dan tidak terfermentasi

Uji kadar Air

Cokelat batang terfermentasi dan tidak terfermentasi

Uji Total Fenol

Ekstrak cokelat batang coklat fermentasi dan non fermentasi,

Erlenmeyer 50 ml metanol : air = 80:20

Larutan folin

Larutan Na2CO3 7,5%

Larutan asam galat

Aquades

c) Cara Kerja

Pembuatan Cokelat penimbangan? Penyangraian?

Biji kakao fermentasi dan non fermentasi dioven pada suhu 1500C selama 15

menit. Setelah itu pendinginan dengan pendiaman suhu ruang, baru dikupas

(pengupasan) kulit ari dan dipisahkan dengan bijinya. Setelah dikupas, kulit ari dan biji

kakao kupas masing-masing ditimbang beratnya. Selanjutnya, penghancuran atau

penghalusan biji kakao dengan blender selama 12-15 menit hingga menjadi cairan kental.

Setelah kental, baru ditambahkan gula halus, susu skim, dan lemak kakao yang sudah

dicairkan terlebih dahulu pada suhu 43 0C kemudian diaduk kembali hingga halus.

Setelah itu, pendinginan adonan cokelat di dalam kulkas sampai suhu 270C. Setelah

mencapai suhu 270C, adonan cokelat dipanasi sampai suhunya naik menjadi 300C. Baru

kemudian adonan cokelat dicetak dalam cetakan. Dalam mencetak cokelat, tidak boleh

menyisakan gelembung atau rongga udara dalam cokelat sehingga setelah dimasukkan

dalam cetakan, cetakan harus diketuk-ketuk dulu agar adonan rata. Setelah itu

pemasukan dalam lemari pendingin hingga memadat sempurna. Baru kemudian cokelat

dikeluarkan dari cetakan dan dibungkus dengan alumunium foil.

Uji sensoris

Cokelat yang sudah dicetak dan dibungkus alumunium foil selanjutnya ditaruh di

atas nampan. Masing-masing nampan diisi 2 sampel yang terdiri dari cokelat fermentasi

dan non fermentasi. Untuk cokelat yang fermentasi diberi kode 314 sedangkan yang non

fermentasi 583. Dalam nampan juga dilengkapi dengan segelas air minum, tisu, dan

borang penilaian. Setelah siap, nampan diletakkan di booth pengujian untuk diuji oleh

panelis.

Pengujian flavor cokelat dilakukan oleh 15 panelis. Penilaian falvor dilakukan

dengan metode scoring test. Panelis harus memberikan nilai antara 1 – 7 dengan

Page 4: laporan egpp- Cokelat

memberikan tanda silang di antara 1 sampai 7. Atribut flavor yang dinilai adalah pahit,

sepat, asetat, dan rasa seperti kacang (nutty).

Setelah semua sampel diuji dan mendapatkan data penilaian, selanjutnya data

yang terkumpul ditabulasikan.

Uji kadar Air

Penimbangan cokelat fermentasi dan non fermentasi masing-masing 2 gram. Kemudian

penimbangan botol timbang yang sebelumnya telah di oven. Selanjutnya sampel

dimasukkan ke dalam botol timbang lalu botol timbang yang telah berisi sampel tersebut

kembali ditimbang. Setelah itu botol timbang diberi label agar tidak tertukar baru

kemudian dimasukkan dalam eksikator dengan penjepit. Lalu botol timbang berisi

sampel tersebut dimasukkan dalam oven dan ditunggu 24 jam. Setelah 24 jam, botol

timbang+sampel ditimbang. Sebelum ditimbang, botol timbang+sampel harus

dimasukkan dalam eksikator selama 10 menit baru kemudian ditimbang. Penimbangan

dilakukan samapi berat konstan dan jeda natar penimbangan adalah 1 jam

Uji Total Fenol

~ Ekstraksi Cokelat

Cokelat fermentasi dan non fermentasi masing-masing ditimbang 2 gram dan

kemudian dimasukkan erlenmeyer 50 ml. Setelah itu diekstraksi dengan 50ml campuran

metanol : air (80 : 2) Untuk mempercepat proses ektraksi dilakukan pengadukan selama

30 menit. Setelah itu, diambil 1 ml supernatan dan dan diencerkan dalam labu takar 25

ml.

~ Pembuatan larutan standar asam galat

Pembuatan larutan stok asam galat 20mg/100 ml. Setelah itu larutan stok diambil

sebanyak 2ml; 1,6 ml; 1,2ml ; 0,8ml ; 0,4 ml ; 0 ml dan dimasukkan dalam 6 tabung

reaksi. Selanjutnya di tambah akuades sebanyak 0ml ; 0,4ml ; 0,8 ml ; 1,2ml ; 1,6ml ;

2ml unutk masing-masing tabung secara berurutan. Setelah itu masing-masing tabung

diambil 0,2 ml dan ditambah dengan1 ml reagen Follin ; 0,8ml larutan Na2CO3 7,5% dan

3 ml akuades. Kemudian dilakukan penggojogan dengan vortex. Setelah itu diinkubasi

suhu ruang selama 30 menit. Baru kemudian ditera absorbansinya dengan panjang

gelombang 750nm.

~ Penentuan kadar total fenol

Pengambilan sebanyak 0,2 ml ekstrak cokelat batang kemudian ditambah 1 ml reagen

folin ; 0,8ml larutan Na2CO3 7,5% dan 3 ml akuades. Setelah itu diinkubasi suhu ruang

Page 5: laporan egpp- Cokelat

selama 30 menit. Baru kemudian ditera absorbansinya dengan panjang gelombang

750nm.

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

a) Pembuatan Coklat

Coklat merupakan salah satu flavor paling disukai di dunia. Karakteristik utama coklat

pada cita rasa dan aromanya yang tergantung dari genotip biji kakao, metode fermentasi,

pengeringan dan proses pembuatan coklat itusendiri. Cokelat batang adalah salah satu produk

coklat yang paling terkenal karena citarasa dan warnanya. Coklat batang berbentuk padat

pada suhu ruang dan mudah sekali meleleh di dalam mulut(suhu tubuh).

Proses pembuatan coklat batang terdiri dari 2 tahap, yaitu proses primer dan proses

manufaktur. Tahap paling penting dan kritikal pada proses primer adalah fermentasi karena

senyawa bakal flavor dan pembentukan warna coklat.

Sebelum difermentasi, biji kakao memiliki rasa pahit sepat, dan tidak ada rasa/ aroma

cokelat. Biji kakao berwarna abu-abu kebiruan, dan ungu kecoklatan setelah dikeringkan.

Selama fermentasi, lapisan pulp yang kaya akan gula akan terfermentasi oleh yeast, bakteri

asam asetat, dan bakteri asam laktat secara berturut-turut. Asam dan panas yang dihasilkan

akan mematikan biji kakao, membuat membran sel menjadi permeable. Hal ini

memungkinkan difusi asam kedalam biji kakao dan temperatur akan meningkat hingga 50oC

dan terbentuk senyawa bakal flavor seperti asam amino, peptida dan gula reduksi dan

senyawa aroma. Jika pengeringan setelah fermentasi kurang maksimal, akan menyebabkan

tumbuhnya jamur yang merusak aroma.

Diagram Alir Proses Pembuatan Coklat

Pembersihan biji kakao

Penyangraian

Penggilingan

Tempering

Pemisahan dari kulit ari

Pencetakan

Penggilingan Liquor

Pencampuran dengan gula

Conching

Page 6: laporan egpp- Cokelat

1. Pembersihan biji kakao

Sebelum proses pembuatan coklat dimulai, biji kakao difermentasi dari bahan-

bahan asing ? yang dapat mengkontaminasi produk.

2. Penyangraian

Penyangraian merupakan proses penting dalam teknologi pembuatan coklat

karena mampu mesterilkan biji kakao, selain itu juga untuk pembentuka senyawa flavor.

Parameter yang perlu di perhatikan adalah suhu dan lama penyangraian karena akan

menentukan jumlah dan tipe senyawa aroma yang terbentuk. Penyangraian biji kakao

kupas memiliki keuntungan distribusi yang merata, penguapan air yang lebih cepat dan

meningkatkan jumlah output untuk jumlah energi yang sama dengan julah energi yang

digunakan. Menyangrai biji utuh akan membantu pemisahan kulit ari dari kotiledon,

membuat biji mudah retak sehingga proses pemisahan dengan kulit ari menjadi lebih

mudah. Namun metode ini menyebabkan kehilangan lemak kakao yang ikut bermigrasi

ke kulit ari karena disangrai.

3. Pembuatan kakao liquor

Setelah disangrai, biji kakao kupas digiling hingga berbentuk pasta. Panas kakao

yang dihasilkan dari penggilingan menyebabkan lemak kakao pada biji meleleh dan

membentuk liquor. Kakao liquor terdiri dari padatan coklat dan lemak coklat dalam

jumlah yang kurang lebih sama. Tujuan proses penggilingan adalah untuk mebuat

partikel menjadi sekecil mungkin untuk produksi coklat batangan dan mengekstrak

minyak sebanyak mungkin lemak yang terdapat dalam sel keping biji kakao.

(Kusumawati, Diana. 2011)

4. Pencampuran dengan gula dan penggilingan liquor

Kakao liquor dan gula halus dicampur dan dihaluskan sehingga tercampur rata.

Setelah pencampuran, adonan tersebut dilewatkan pada penggiiling yang berat untuk

lebih mengecilkan dan menyeragamkan ukuran partikel bahan sehingga lebih kecil dari

ukuran partikel yang dapat dicecap oleh lidah dimana proses ini disebut refining. Ukuran

partikel yang terlalu besar mengakibatkan tekstur produk akhir menjadi berpasir,

sedangkan ukuran yang terlalu kecil mengakibatkan produk menjadi lengket.

5. Conching

Conching merupakan proses pencampuran yang melibatkan pengupasan asam

lemak dan aldehid yang tidak diinginkan serta pengembangan tekstur yang lebih halus.

Selama proses conching, timbul panas yang dapat mengurangi asam coklat dan

Page 7: laporan egpp- Cokelat

mengembangkan rasa coklat yang khas. Partikel padat seperti gula, kakao non-lemak dan

susu bubuk akan dilapisi dengan lemak dan dibulatkan. (Syamsir, 2011)

Conching melibatkan dua proses yang berbeda yang terjadi di dalam mesin yang

sama. Conch kering adalah pengembangan rasa oleh pengurangan kelembapan, dan

pengurangan beberapa zat asam dan komponen yang tidak diinginkan. Conch basah

mengubah coklat bubuk menjadi cairan yang mengalir dan akan menentukan viskositas

akhir cairan coklat. Biasanya emulsifier yaitu lesitin ditambahkan dengan lemak kakao

untuk mengurangi jumlah lemak kakao yang di perlukan untuk mencapai tekstur yang

diinginkan, sehingga mengurangi biaya produksi. Conching berpengaruh pada

aroma/rasa, menguapkan beberapa asam volatil yang tidak diinginkan, mengurangi

viskositas dan membentuk beberapa komponen rasa.

6. Tempering dan pencetakan

Tujuan utama tempering adalah memastikan hanya kristal yang paling baik yang

terbentuk pada produk akhir adalah kristal type V. Berikut adalah type Kristal lemak

kakao dan karakteristiknya:

Kristal Suhu

leleh

Keterangan

I 17oC

(63oF)

Lembut, rapuh, terlalu mudah meleleh

II 21oC

(70oF)

Lembut, rapuh, terlalu mudah meleleh

III 26oC

(79oF)

Padat, tekstur ketika digigit kurang baik,

terlalu mudah meleleh

IV 28oC

(82oF)

Padat, tekstur ketika digigit baik, terlalu

mudah meleleh

V 34oC

(93oF)

Mengkilat, padat, tekstur ketika digigit paling

baik, meleleh dekat dengan suhu tubuh (37oC)

VI 36oC

(97oF)

Keras dan butuh waktu lama untuk terbentuk

Hal ini memastikan bahwa penampakan dan tekstur tidak mengalami penurunan

dari waktu ke waktu. Biasanya coklat dipanaskan sampai suhu sekitar 45oC untuk

memastikan bahwa semua enam bentuk kristal meleleh. Kemudian didinginkan sampai

sekitar 28 oC yang memungkinkan jenis kristal IV dan V terbentu kemudian dipanaskan

lagi pada suhu 31 oC untuk menghilangkan jenis kristal IV. Coklat yang tidak

ditempering akan sangat mudah rusak, rapuh, dan cepat menimbulkan fat bloom dalam

beberapa hari.

Formula yang digunakan pada pembuatan coklat

Page 8: laporan egpp- Cokelat

Formula yang digunakan pada pembuatan coklat antara lain adalah : nib sebesar 27%

dari berat total biji coklat, skim 23% dari berat total biji coklat, gula halus sebesar 26%

dari berat total biji coklat, lemak kakao sebesar 24% dari berat total biji coklat. Berat total

coklat

Pada awal praktikum dilakukan penimbangan biji kakao terfermentasi dan hasil

timbangan menunjukan berat biji kakao terfermentasi 401,86 g sebelum dilakukan

penyangraian. Setelah pengupasan kulit dilakukan penimbangan lagi menghasilkan 311,23

g nib (biji kakao kupas). Setelah itu digunakan formula coklat susu sebagai berikut

27 % nib 311,23 g

26 % gula halus 299,71 g

23 % susu skim 265,13 g

24 % lemak kakao 276,61 g

Total bahan 1152,5 g

Dengan menggunakan formula dark chocolate hasil gilingan sudah berhasil menjadi

pasta. Setelah dilakukan tempering dan pencetakan, coklat kemudian didinginkan. Hasil

pembuatan coklat batang menghasilkan beberapa buah coklat dengan berat per coklat

8,987 g. Setelah dilakukan pendinginan dan pembungkusan lupa dilakukan penimbangan

coklat. Sehingga tidak diketahui berat total coklat yang dihasilkan.

Rendemen?

Selama proses pembuatan ada beberapa penyimpangan yang terjadi. Pada saat tahap

tempering adonan coklat di suhu 27 oC, suhu adonan tidak dapat turun menjadi suhu 27 oC,

tetapi berhenti di suhu 28 oC. Seharusnya di suhu 27 oC, adonan berbentuk pasta, tetapi di

kelompok kami, adonan sebagian besar menjadi beku. Kemungkinan penyimpangan ini

terjadi karena pada saat tempering, adonan di keluar masukan lemari pendingin dan

diaduk. Hal ini memungkinkan tidak terbentukkristal IV dan V. Dan pada saat pemanasan

adonan setelah di dinginkan kemudian dipanaskan, melebihi suhu 30 oC yaitu suhu 31 oC.

Hal ini terjadi karena pada saat suhu 30 oC, adonan masih membeku. -> berpengaruh ga

pda tekstur coklatnya

bahan masuk 401,86 g

proses pengolahan permen coklat (penyangraian, pengupasan kulit,

pemastaan, pencampuran adonan, tempering, pencetakan, pendinginan)

bahan keluar

?

cooking loss ?

Page 9: laporan egpp- Cokelat

b) Uji sensoris

Uji organoleptik atau uji indera atau uji sensori merupakan cara pengujian dengan

menggunakan indera manusia sebagai alat utama untuk pengukuran daya penerimaan

terhadap produk. Pengujian organoleptik mempunyai peranan penting dalam penerapan mutu.

Pengujian organoleptik dapat memberikan indikasi kebusukan, kemunduran mutu dan

kerusakan lainnya dari produk. (Anonim1, 2013)

Prinsip dari uji sensoris menggunakan scoring test adalah dengan adanya skala nilai,

kategori atau garis, atribut sensoris yang di uji dapat di tentukan seberapa besar perbedaanya.

Tujuan menggunakan scoring test pada praktikum ini adalah untuk menguji akibat

perubahan atau penggantian ingridien (biji kakao terfermentasi dan tidak terfermentasi).

Ada 4 atribut flavor yang di uji antara lain adalah pahit, sepat, asetat, dan seperti kacang atau

nutty. Berikut adalah diskripsi dari atribut-atribut tersebut :

No Atribut Flavor yang dinilai Keterangan1 Pahit Rasa dasar yang dirangsang oleh zat

seperti (namun tidak terbatas pada) kina atau kafein. Referensi untuk keahitan adalah rasa larutan kafein 0,1%

2 Sepat Persepsi perasaan atau sensasi kering di mulut. Referensi untuksepat adalah sensasi di lidah yang diberikan oleh : minum larutan coklat bubuk dalam air, mengunyah seledri, makan buah anggur merah atau makan buah salak bali

3 Asetat Rasa yang timbul akibat fermentasi, ditandai dengan aroma cuka. Referensi untuk asetat rasa larutan cuka 10% (asam asetat dalam air)

4 Seperti kacang atau nutty Aroma yang terkait dengan kacang, rasa ini dihubungkan dengan kacang atau kulit kacang yang bersentuhan dengan biji kakao. Referensi untuk kacang secara umum adalah rasa campuran kacang

Berikut adalah tabel hasil Uji sensoris dengan jumlah panelis sebanyak 15 orang

Panel

is

Pahit Sepat Asetat Nutty

583 314 δ 583 314 δ 583 314 δ 583 314 δ

1 4,20 2,80 1,4 2,93 1,4 1,53 1,27 0,76 0,51 3,89 3,18 0,71

2 0,76 3,31 2,55 0,38 0,64 0,26 0,51 0,64 0,13 2,55 1,27 1,28

3 1,02 4,45 3,43 1,40 3,44 2,04 2,16 4,58 2,42 5,85 3,95 1,90

4 1,08 1,53 0,45 1,97 2,36 0,39 1,02 1,15 0,13 3,60 1,53 2,07

5 1,65 3,31 1,66 2,04 1,59 0,45 2,93 4,07 1,14 5,41 1,84 3,57

6 3,18 2,10 1,08 3,95 0,89 3,06 2,55 1,21 1,34 3,28 0,70 2,58

7 1,91 2,86 0,95 1,27 1,15 0,12 1,72 1,15 0,57 4,54 1,27 3,27

Page 10: laporan egpp- Cokelat

8 2,80 4,46 1,66 3,31 3,56 0,25 1,27 2,48 1,21 4,96 3,88 1,08

9 2,55 4,77 2,22 2,73 2,29 0,44 1,4 4,01 2,61 4,39 2,80 1,59

10 0,51 1,40 0,89 1,14 2,54 1,4 0,38 0,13 0,25 2,42 0,51 1,91

11 1,78 3,56 1,78 0,64 1,02 0,38 1,15 1,53 0,38 5,85 1,91 3,94

12 1,02 3,18 2,16 4,96 4,33 0,63 4,20 5,72 1,52 6,62 1,78 4,84

13 4,77 1,91 2,86 2,80 2,16 0,64 1,40 5.47 4,07 0,19 4,84 4,65

14 0,64 2,67 2,03 2,16 3,18 1,02 1,53 4,90 3,37 5,09 2,29 2,8

15 3,56 1,72 1,84 2,86 2,23 0,63 1,02 2,23 1,21 1,59 1,66 0,07

δ 1,80 0,88 1,39 2,42

Pahit Sepat Asetat Nutty

Σ (S )2

(ΣS)2

S

54,54726,840,64

20,91175,300,78

49,75435,141,18

115,891314,79

1,13

Keterangan : kode 583 = cokelat non fermentasi

kode 314 = cokelat fermentasi

Hasil Perhitungan

Signifikasi= 5% (dipilih 5% karena pada uji sensoris ini menggunakan panelis tidak terlatih)

T tabel = 1,761

T-test = δ−δ o

s/n

PahitHo ≤ 1Hi ¿1

T hit =

δ−δ 0

s√n

=1,80−10,64√15

=4,84

Ttabel (dengan signifikansi α=5% , n−1¿ = 1,761

T hit > Ttabel , sehingga Ho ditolak, berarti ada tingkat perbedaan antara cokelat fermentasi dan non fermentasi seberapa besar tnglat perbedaannya?

SepatHo ≤ 0Hi ¿0

T hit =

δ−δ 0

s√n

=0,88−00,78√15

=4,37

Page 11: laporan egpp- Cokelat

Ttabel (dengan signifikansi α=5% , n−1¿ = 1,761

T hit > Ttabel , sehingga Ho ditolak, berarti ada tingkat perbedaan antara cokelat fermentasi dan non fermentasi sebesar 1 tingkat

AsetatHo ≤ 1Hi ¿1

T hit =

δ−δ 0

s√n

=1,39−11,18√15

=1,28

Ttabel (dengan signifikansi α=5% , n−1¿ = 1,761

T hit > Ttabel , sehingga Ho diterima, berarti ada perbedaan antara cokelat fermentasi dan non fermentasi, namun perbedaan tidak terlalu nyata karena masih berada dalam 1 tingkat yang sama. Ho diterima berarti tingkat perbedaan kurang dari 1 tingkat dianggap tdk berbeda

NuttyHo ≤ 2Hi ¿2

T hit =

δ−δ 0

s√n

=2,42−21,13√15

=1,44

Ttabel (dengan signifikansi α=5% , n−1¿ = 1,761

T hit < Ttabel , sehingga Ho diterima, berarti ada perbedaan antara cokelat fermentasi dan non fermentasi dengan tingkat perbedaan kurang dari atau sama dengan 2 tingkat antara kedua sampel.

Ada 2 sampel yang diujikan pada uji sensoris ini. Kedua sampel coklat yang berbeda

kode ini di buat dengan jenis biji -> jenisnya sama, perlakuannya berbeda coklat yang

berbeda. Salah satu coklat di buat dengan biji coklat yang mengalami fermentasi dan

sampel yang satunya dibuat dari biji coklat yang tidak difermentasi. Perbedaan dari

bahan baku untuk pembuatan kedua sampel coklat ini juga mengakibatkan perbedaan

respon dari beberapa panelis.

Pada uji sensoris ini dilakukan pengujian atribut sensoris seperti pahit, sepat,

asetat dan nutty. Pada perhitungan nilai T pada tabel, dengan signifikasi 5% dan jumlah

panelis sebanyak 15 orang menghasilkan nilai T= 1,761.

Setelah itu dilakukan perhitungan nilai T pada setiap atribut sensoris. Untuk atribut

sensoris Pahit dengan Ho ≤ 1 , H1 > 1. T-hitungnya = 4,84. Karena T-hitung > T tabel,

maka Ho ditolak. Sehingga atribut sensoris pahit antara sampel 583 dan 314 memiliki

tingkat perbedaan lebih dari 1.

Untuk atribut sensoris Sepat dengan Ho ≤ 0 , H1 > 0, T-hitungnya = 4,37. Karena T-

hitung < T tabel, maka Ho diterima. Sehingga atribut sensoris sepat antara sampel 583

Page 12: laporan egpp- Cokelat

dan 314 memiliki tingkat perbedaan kurang dari sama dengan 0. berrarti tidak jauh

beda (perbedaan tdk signifikan)

Untuk atribut sensoris Asetat dengan Ho ≤ 1 , H1 > 1, T-hitungnya = 1,28. Karena T-

hitung > T tabel, maka Ho ditolak. Sehingga atribut sensoris asetat antara sampel 583

dan 314 memiliki tingkat perbedaan lebih dari 1.

Sedangkan untuk atribut sensoris Nutty dengan Ho ≤ 2, H1 > 2 , T-hitungnya = 1,44.

Karena T-hitung < T tabel, maka Ho diterima. Sehingga atribut sensoris nutty antara

sampel 583 dan 314 memiliki tingkat perbedaan kurang dari sama dengan 2.

c) Analisa Total Fenol

Fenol adalah sekelompok senyawa organik yang gugus hidroksinya (-OH) langsung

melekat pada karbon cincin benzene. Istilah senyawa fenol meliputi aneka ragam senyawa

yang berasal dari tumbuh-tumbuhan,yang mempunyai ciri sama yaitu cincin aromatik.

Sebangian besar dari senyawa aromatik  ini mengandung cincin carboaromatik, yakni cincin

aromatik yang terdiri dari atom karbon seperti benzen,naftalen,dan antrasen. Cincin

karboaromatik ini lazimnya tersubstitusi oleh satu atau lebih gugus hidroksil atau gugus lain

yang ekivalen ditinjau dari segi biogenetik. Oleh karena itu senyawa bahan aromatik ini

sering kali disebut senyawa senyawa fenol,walaupun sebagian dinantaranya bersifat netral

karena tidak mengandung gugus fenol dalam keadaan bebas. Senyawa fenol sendiri sangat

peka terhadap oksidasi (Anonim 2, 2013).

Pada prinsipnya,sifat-sifat kimia dari semua senyawa fenol adalah sama ,akan tetapi

dari segi biogenetik senyawa-senyawa ini dapat dibedakan atas dua jenis utama, jenis pertama

ialah senyawa fenol yang berasal dari asam shikimat atau jalur shikimat. Jenis yang kedua

ialah senyawa fenol yang berasal dari jalur asetat malonat. Namun ditemukan pula senyawa

fenol yang bersasal dari kombinasi kedua antara jalur biosintesa ini,antara lain ialah senyawa

flavonoid (Anonim 2, 2013).

Fungsi Perlakuan Pada Setiap Tahapan

a. Pemotongan cokelat untuk memperkecil ukuran cokelat sehingga dapat mempercapat

proses ekstraksi fenol pada cokelat

b. Penambahan larutan metanol:air sebagai pelarut yang mengekstrak fenol pada cokelat

c. Pengadukan dengan spatula selama 20 menit untuk mempercepat pengeluaran fenol

dari cokelat

d. Sentrifugasi 3000 g selama 15 menit untuk memisahkan fase cairan dengan endapan

cokelat

e. Penambahan aquades untuk mengencerkan sampel

f. Penambahan reagen folin reagen yang akan berikatan dengan fenol

g. Penambahan 3 ml aquades untuk mengencerkan sampel

Page 13: laporan egpp- Cokelat

h. Penambahan Na2CO3 7,5 % untuk menstabilkan warna yang terbentuk pada larutan

setelah folin bereaksi dengan fenol

i. Pemvortexan untuk menghomogenkan larutan sehingga pada saat ditera menunjukkan

hasil yang valid

j. Penginkubasian selama 30 menit memberikan waktu agar reagen dapat bereaksi

dengan senyawa fenol pada sampel

k. Peneraan absorbansi 750 nm untuk mengetahui kadar fenol pada sampel

l. Pembuatan kurva standar asam galat untuk mencari persamaan yang digunakan untuk

menentukan kadar fenol pada sampel

m. Pembuatan seri konsentrasi larutan asam galat untuk mengetahui nilai absorbansi

pada setiap konsentrasi sehingga dapat diketahui hubungan antara konsentrasi dengan

nilai absorbansi

Tabel Hasil Total Fenol

Tabel hasil absorbansi?

Kurva Standar

Ulangan Fermentasi Non fermentasi

1 27,04 % 25,76 %

2 26,63 % 28,68 %

Konsentrasi

(mg/2 ml)Absorbansi

0,4 0,076

0,32 0,058

0,24 0,055

0,16 0,043

0,08 0,033

0 0,022

Page 14: laporan egpp- Cokelat

Pembahasan

hasil

Berdasarkan

hasil percobaan pada

ulangan pertama

kadar fenol pada

cokelat dari biji

kakao fermentasi

lebih tinggi di

bandingkan kadar fenol pada cokelat dari biji kakao non fermentasi. Sebaliknya, pada ulangan

kedua kadar fenol pada cokelat dari biji kakao non fermentasi lebih tinggi dibandingkan dengan

cokelat dari biji kakao fermentasi. Hasil pada ulangan pertama mengalami penyimpangan,

seharusnya kadar fenol pada cokelat dari biji kakao non fermentasi lebih tinggi dibanding

cokelat dari biji kakao fermentasi. Hal ini dikarenakan adanya proses fermentasi pada biji kakao

akan mengurangi kadar fenol pada biji kakao. Penyimpangan yang terjadi dapat disebabkan

karena perbedaan intensitas pengadukan pada saat ekstraksi fenol dari sampel cokelat.

Kecepatan pengadukan dan lama waktu pengadukan akan berpengaruh pada banyaknya fenol

yang terekstrak. Semakin tinggi kecepatan dan lama waktu pengadukan maka larutan akan

semakin pekat karena fenol yang terekstrak semakin banyak.

Pembahasan Kurva

Berdasarkan percobaan, diperoleh hasil semakin tinggi konsentrasi asam galat maka nilai

absorbansinya semakin besar. Hal ini dikarenakan semakin tinggi konsentrasi asam galat maka

warna larutan semakin pekat sehingga nilai absorbansinya semakin besar. Hasil kurva yang

diperoleh berupa kurva linier dengan persamaan y = 0,1275x + 0,0223 dengan nilai y adalah

absorbansi dan x adalah konsentrasi fenol. Persamaan pada kurva standar ini selanjutnya

digunakan untuk menghitung konsentrasi fenol pada sampel cokelat.

Hasil absorbansi sampel masuk dlm kurva standar/tidak?

d) Uji Kadar Air

Prinsip uji kadar air

Uji kadar air pada sampel cokelat dilakukan dengan metode pengeringan

(Thermogravimetri). Prinsip metode ini adalah menguapkan air dari bahan dengan pemanasan

dalam oven pada suhu 100 0C – 105 0C sampai berat konstan, sampai semua air menguap.

Pengovenan dilakukan selama kurang lebih 24 jam, kemudian dilakukan penimbangan hingga

diperoleh berat konstan. Kadar air dapat diketahui dengan cara menghitung kehilangan berat

bahan/sampel (Sudarmadji, 2007). h dan mu

0 0.05 0.1 0.15 0.2 0.25 0.3 0.35 0.4 0.450

0.01

0.02

0.03

0.04

0.05

0.06

0.07

0.08

f(x) = 0.1275 x + 0.0223333333333333R² = 0.979485340267192

Kurva Standar Asam Galat

konsentrasi

Abso

rban

si

Page 15: laporan egpp- Cokelat

Tabel hasil kadar air (%wb)

Ulangan Fermentasi Non fermentasi

1 4,81 % 4,78 %

2 5,49 % 4,98 %

Tabel hasil kadar air (%db)

Ulangan Fermentasi Non fermentasi

1 5,05 % 5,02 %

2 5,81 % 5,24 %

Pembahasan Hasil

Berdasarkan hasil percobaan pada ulangan pertama maupun pada ulangan kedua kadar

air pada cokelat dari biji kakao fermentasi lebih tinggi dibandingkan dengan cokelat dari biji

kakao non fermentasi. Akan tetapi hasil yang diperoleh kadar air pada cokelat dari biji kakao

fermentasi dengan biji kakao non ferrmentasi perbedaannya tidak terlalu jauh.]

e) Standar Mutu Cokelat

- Cokelat Susu (Milk Chocolate)

Standar Milk Chocolate menurut SNI 01-4293-1996 tentang Cokelat Susu

(Badan Standarisasi Nasional, 1996)

- White Chocolate

Standar cokelat putih menurut FDA (Food and Drug Administration) adalah:

20 % lemak coklat

14% susu

sedikitnya 3.5 % lemak susu

Page 16: laporan egpp- Cokelat

kurang dari 55% gula atau pemanis lainnya

(FDA, 2007)

- Dark Chocolate

Komposisi produk cokelat menurut FDA Amerika

(FDA, 2007)

f) Hubungan antara sensoris, kadar fenol dan kadar air

Adanya senyawa fenol pada biji kakao akan menyebabkan timbulnya flavor pahit

dan sepat pada cokelat yang dihasilkan. Semakin tinggi kadar fenol pada biji kakao maka

intensitas rasa pahit dan sepat pada cokelat akan semakin tinggi. Pada cokelat dari biji

nonfermentasi memiliki intensitas rasa pahit dan sepat yang lebih tinggi dibandingkan cokelat

dari biji kakao fermentasi. Hal ini disebabkan karena kadar fenol pada biji kakao yang tidak

difermentasi lebih tinggi. Proses fermentasi menyebabkan kadar fenol berkurang. Pada semua

sampel kadar fenolnya menyimpang karena hasilnya terlalu besar. Penyimpangan bisa

disebabkan karena pengencerannya kurang atau pengadukannya kurang lama.

Kadar air pada cokelat non fermentasi lebih tinggi dari pada fermentasi, begitu juga

dengan kadar total fenol pada cokelat non fermentasi lebih banyak daripada yang fermentasi.

Karena senyawa fenol bersifat polar maka dia akn terlarut dalam air. Sehingga dengan kadar

air yang tinggi, menyebabkan kandungan fenol juga akan tinggi.

IV. KESIMPULAN

1) Pada praktikum ini cokelat batang dibuat dengan cara : pembersihan biji kakao,

penimbangan, penyangraian pada suhu 1500C selama 15 menit, pembuatan kakao liquor,

penghancuran dan penghalusan selama 12-15 menit, pencampuran dengan gula halus, susu

bubuk, dan lemak kakao yang sudah dicairkan pada suhu 43 0C, tempering dengan

pemanasan cokelat hingga 400C kemudian didinginkan sampai suhu 270C lalu dipanaskan

lagi sampai suhu 300C, dan pencetakan.

2) Pada atribut flavor pahit, sampel 583 (non fermentasi) dan sampel 134 (fermentasi)

memiliki tingkat perbedaan lebih dari 1 tingkat. Untuk astribut flavor sepat, kedua sampel

memiliki tingkat perbedaan kurang dari sama dengan 0. Untuk atribut flavor asetat antara

sampel 583 dan 314 memiliki tingkat perbedaan lebih dari 1.Sedangkan untuk flavor nutty

pada kedua sampel memiliki tingkat perbedaan kurang dari sama dengan 2.

Page 17: laporan egpp- Cokelat

3) Kadar fenol untuk cokelat terfermentasi adalah 27,05 % dan 26,63 %. Sedangkan untuk

yang tidak terfermentasi adalah 25,76 % dan 28,67%. Jika dirata-rata maka kadar fenol pada

cokelat non fermentasi>fermentasi.

4) Kadar air pada sampel cokelat terfermentasi adalah 4,82 % wbatau 5,05 % db dan 5,49 %wb

atau 5,81%db. Sedangkan kadar air untuk cokelat tidak terfermentasi adalah 4,78 %wb atau

5,02%dbdan 4,98 %wb atau 5,24 %db. Sehingga kadar air pada cokelat non fermentasi >

fermentasi.

Pengaruh komposisi coklat terhadap flavor?

V. DAFTAR PUSTAKA

Badan Standarisasi Nasional. 1996. Cokelat Susu. http://ebookbrowsee.net/sn/sni-cokelat-susu.

Diakses tanggal 17 Desember 2013 pukul 20.00

Food and Drugs Administration (FDA). 2007. Cacao Products. Food and Drug Administration

Department of Health and Human Services, USA.

Kusumawati, Diana. 2011. Proses Pengolahan Biji Kakao Menjadi Coklat. http://moidheeya.wordpress.com/2011/06/01/proses-pengolahan-biji-kakao-menjadi-coklat. Diakses pada 17 Desember 2013 pukul 21:48

Samsyir, Elvira. 2011. Mengenal Proses Pembuatan Coklat. http://ilmupangan.blogspot.com/2011/02/mengenal-proses-pembuatan-coklat.html diakses pada 17 Desember 2013 pukul 21:58

Sudarmadji, S. 2007. Analisa Bahan Makanan dan Hasil Pertanian. Yogyakarta: Liberty.

Anonim 1. 2013. Uji Organoleptik. http://id.wikipedia.org/wiki/Uji_organoleptik. Diakses pada 17 Desember 2013 pukul 22:02

Anonim 2. 2013. Fenol dan Turunannya. http://hendritheedge.blogspot.com/ 2013/08/ fenol-

dan-turunannya. html. Diakses tanggal 16 Desember 2013 pukul 21.30

VI. LAMPIRAN

PERHITUNGAN

A. UJI SENSORIS

Page 18: laporan egpp- Cokelat

Signifikansi : 5%

s=√Σ(δ ¿¿2)−

(Σ δ)2

nn

¿

T hit =

δ−δ 0

s√n

Ho ≤ δ 0

Hi ¿δ 0

Jika T hit > Ttabel , Ho ditolak

PahitHo ≤ 1Hi ¿1

T hit =

δ−δ 0

s√n

=1,80−10,64√15

=4,84

Ttabel (dengan signifikansi α=5% , n−1¿ = 1,761

T hit > Ttabel , sehingga Ho ditolak, berarti ada tingkat perbedaan antara cokelat fermentasi dan non fermentasi

SepatHo ≤ 0Hi ¿0

T hit =

δ−δ 0

s√n

=0,88−00,78√15

=4,37

Ttabel (dengan signifikansi α=5% , n−1¿ = 1,761

T hit > Ttabel , sehingga Ho ditolak, berarti ada tingkat perbedaan antara cokelat fermentasi dan non fermentasi

AsetatHo ≤ 1Hi ¿1

T hit =

δ−δ 0

s√n

=1,39−11,18√15

=1,28

Ttabel (dengan signifikansi α=5% , n−1¿ = 1,761

Page 19: laporan egpp- Cokelat

T hit > Ttabel , sehingga Ho diterima, berarti ada perbedaan antara cokelat fermentasi dan non fermentasi, namun perbedaan tidak terlalu nyata karena masih berada dalam 1 tingkat yang sama.

NuttyHo ≤ 2Hi ¿2

T hit =

δ−δ 0

s√n

=2,42−21,13√15

=1,44

Ttabel (dengan signifikansi α=5% , n−1¿ = 1,761

T hit < Ttabel , sehingga Ho diterima, berarti ada perbedaan antara cokelat fermentasi dan non fermentasi dengan tingkat perbedaan kurang dari atau sama dengan 2 tingkat antara kedua sampel.

B. PERHITUNGAN STANDAR ASAM GALATΣasam galat yang

ditambahkan (ml)Absorbansi

00,40,81,21,62

0,0230,0220,0430,0550,0580,076

Konsentrasi asam galat = 20 mg/100ml = 0,2 mg/ml Asam galat 0 ml

Konsentrasi = volume asam galat yang diambil x konsentrasi asam galat = 0 ml x 0,2 mg/ml = 0 mg/ml

Asam galat 0,4 mlKonsentrasi = volume asam galat yang diambil x konsentrasi asam galat = 0,4 ml x 0,2 mg/ml = 0,08 mg/ml

Asam galat 0,8 mlKonsentrasi = volume asam galat yang diambil x konsentrasi asam galat = 0,8 ml x 0,2 mg/ml = 0,16 mg/2ml

Asam galat 1,2 mlKonsentrasi = volume asam galat yang diambil x konsentrasi asam galat =1,2 ml x 0,2 mg/ml = 0,24 mg/2ml

Asam galat 1,6 mlKonsentrasi = volume asam galat yang diambil x konsentrasi asam galat = 1,6 ml x 0,2 mg/ml = 0,32 mg/2ml

Asam galat 2 mlKonsentrasi = volume asam galat yang diambil x konsentrasi asam galat

Page 20: laporan egpp- Cokelat

= 2 ml x 0,2 mg/ml = 0,4 mg/2ml

C. TOTAL FENOLKurva Standar

Konsentrasi asam galat

(mg/2ml)

Absorbansi

00,080,160,240,320,4

0,0230,0220,0430,0550,0580,076

0 0.05 0.1 0.15 0.2 0.25 0.3 0.35 0.4 0.450

0.01

0.02

0.03

0.04

0.05

0.06

0.07

0.08

f(x) = 0.1275 x + 0.0223333333333333R² = 0.979485340267192

Grafik Konsentrasi Asam Galat vs Absorbansi

konsentrasi mg/2ml

Abso

rban

si

Persamaan garis : y = 0,1275x + 0,0223 , R2=0,9795

x= y−0,02230,1275

x = konsentrasi ; y=absorbansi

Fermentasi

Ulangan 1 -> 0,078−0,0223

0,1275=0,4314

mgml

Ulangan 2 -> 0,077−0,0223

0,1275=0,4212

mgml

Non fermentasi

Ulangan 1 -> 0,075−0,0223

0,1275=0,4133

mgml

Ulangan 2 -> 0,082−0,0223

0,1275=0,4682

mgml

Kadar Fenol Faktor pengenceran = 25

Page 21: laporan egpp- Cokelat

%fenol= x . volume sampel . fpbobot sampel .1000

x100 %

(dry basis) bobot sampel – bobot air (maaf ada ralat perhitungan)

Fermentasi

Ulangan 1 -> 0,4314 .50 . 252,0292.1000

x100 %=¿ 26,71 % = 28,26%db

2,0292-0,0969

Ulangan 2 -> 0,4212 .50 .252,0140 . 1000

x 100 %=26,14 % = 26,77%db

2,0140 – 0,0107

Non fermentasi

Ulangan 1 -> 0,3872.50 .252,059. 1000

x 100 %=¿ 25,76 %

Ulangan 2 -> 0,4302.50 .252,0411.1000

x100 %=¿ 28,67 %

D. KADAR AIRSampel ulangan B (gr) S (gr) B+S

(gr)(B+S)’(gr)

B+S)”(gr)

Ka (%wb)

Ka(%db)

FermenNon-fermen

1212

13,101813,488712,634013,8991

2,01132,01542,00522,0102

15,203115,504114,639215,9093

15,107115,393514,544015,8097

15,106415,393412,543415,8041

4,815,494,784,98

5,055,815,025,24

Perhitungan kadar air Fermentasi

Ulangan 1 -> 15,2031−15,1064

2,0113x100 %=4,82%wb

%db=Ka(wb)

1−Ka(wb)= 0,0482

1−0,0482=5,05%db

Ulangan 2 -> 15,5041−15,3934

2,0154x100 %=5,49 %wb

%db=Ka(wb)

1−Ka(wb)= 0,0549

1−0,0549=5,81%db

Non fermentasi

Ulangan 1 -> 14,6392−12,5434

2,0052x100 %=4,78%wb

%db=Ka(wb)

1−Ka(wb)= 0,0478

1−0,0478=5,02%db

Ulangan 2 -> 15,9093−15,8041

2,0102x 100 %=4,98 %wb

%db=Ka(wb)

1−Ka(wb)= 0,0498

1−0,0498=5,24%db

Page 22: laporan egpp- Cokelat