20
Laporan Praktikum Fisiologi Pengaruh Sikap dan Kerja Fisik Terhadap Tekanan Darah dan Kesanggupan Kardiovaskular Kelompok E6 Garry – 102011006 [ ] Felysia Margaret Giovani – 102013211 [ ] Muliaty Mardiani Putri – 102013437 [ ] Maria Andriana Neno – 102014084 [ ] Jefri Patriawan – 102014092 [ ] Midellia Lintin – 102014137 [ ] 1

laporan faal 1

Embed Size (px)

DESCRIPTION

nn

Citation preview

Laporan Praktikum Fisiologi

Pengaruh Sikap dan Kerja Fisik Terhadap Tekanan Darah dan Kesanggupan Kardiovaskular

Kelompok E6Garry 102011006

[

]

Felysia Margaret Giovani 102013211

[

]

Muliaty Mardiani Putri 102013437

[

]

Maria Andriana Neno 102014084

[

]

Jefri Patriawan 102014092

[

]

Midellia Lintin 102014137

[

]

Christy Cahya Resky Dampung 102014219[

]

FAKULTAS KEDOKTERAN KRISTEN KRIDA WACANAKampus II Ukrida Arjuna Utara No.6, Jakarta 11510

2015

Percobaan I Pengukuran tekanan darah a. Brachialis pad sikap berbaring, duduk dan berdiri.Tujuan Untuk mengetahui pengaruh sikap dan kerja fisik terhadap tekanan darahAlat dan Bahan 1. Sphigmomanometer2. StetoskopCara Kerja I. Pengukuran Tekanan Darah A. Brachialis pada Sikap Berbaring, Duduk, dan Berdiri

A. Berbaring Terlentang

1. OP berbaring terlentang dengan tenang selama 10 menit.

2. Manset phigmomanometer dipasang pada lengan kanan atas OP.

3. Cari denyut A. Brachialis pada fossa cubiti dan denyut A. Radialis pada pergelangan tangan OP secara palpasi.

4. Setelah OP berbaring selama 10 menit, tetapkan kelima fase Korotkoff dalam pengukuran tekanan darah OP tersebut.

Fase Korotkoff I ditetapkan sebagai bunyi sistole

Fase Korotkoff II ditetapkan oleh bunyi desis yang terdengar

Fase Korotkoff III ditetapkan oleh bunyi yang menguat

Fase Korotkoff IV ditetapkan oleh bunyi yang melemah

Fase Korotkoff V ditetapkan sebagai bunyi diastole

5. Pengukuran sub. 4 diulang sebanyak 3 kali untuk mendapatkan nilai rata-rata dan hasil dicatat.

B. Duduk

1. Tanpa melepas manset, OP disuruh duduk dan tunggu selama 3 menit.2. Setelah 3 menit, tekanan darah A. Brachialis diukur kembali dengan cara yang sama.

3. Pengukuran dilakukan dan diulangi sebanyak 3 kali untuk mendapatkan nilai rata-rata.C. Berdiri

1. Tanpa melepas manset, OP disuruh berdiri dan tunggu selama 3 menit.

2. Setelah 3 menit, tekanan darah A. Brachialis diukur kembali dengan cara yang sama.

3. Pengukuran dilakukan dan diulangi sebanyak 3 kali untuk mendapatkan nilai rata-rata.

II. Pengukuran Tekanan Darah Sesudah Kerja Otot

1. Tekanan darah A. Brachialis OP diukur dengan penilaian menurut metode baru (tanpa menggunakan fase Korotkoff) pada sikap duduk.

2. Tanpa melepas manset, OP disuruh berlari di tempat dengan frekuensi 120 loncatan/menit (2 loncatan/detik) selama 2 menit. 3. Setelah selesai lari di tempat, OP disuruh duduk dan tekanan darahnya diukur.

4. Pengukuran tekanan darah diulang tiap menit sampai tekanan darahnya kembali seperti semula.

5. Pencatatan hasil pengukuran.

Percobaan II kesanggupan kardiovaskular Tujuan Percobaan :

Untuk mengetahui pengaruh sikap tubuh dan kerja fisik terhadap tekanan darah seseorang.

Alat :

1. Pengaruh waktu (arloji atau stopwatch)

2. Bangku tinggi 19 inci

3. Metronom (frekuensi 120/menit)

4. sfigmomanometer

5. StetoskopCara Kerja:

I. Latihan Turun Bangku (Harvard Step Test)1. Surulah orang percobaan berdiri menghadap bangku setinggi 19 inci sambil mendengarkan detakan sebuah metronom dengan frekuensi 120 kali per menit.

2. Suruhlah orang percobaan menempatkan salah satu kakinya di bangku, tepat pada satu detakan metronom.3. Pada detakan berikutnya (dianggap sebagai detakan kedua) kaki lainnya dinaikkan ke bangku sehingga orang percobaan berdiri tegak di atas bangku.

4. Pada detakan ketiga, kaki yang pertama kali naik diturunkan.

5. Pada detakan keempat, kaki yang masih di atas bangku diturunkan ulang sehingga orang percobaan berdiri tegak lagi di depan bangku.

6. Siklus tersebut diulang terus-menerus sampai OP tidak kuat lagi tetapi tidak lebih dari 5 menit. Catatlah berapa lama percobaan tersebut dilakukan dengan mengunakan sebuah stopwatch.

7. Segera setelah itu OP disuruh duduk. Hitunglah dan catatlah frekuensi denyut nadi selama 30 detik sebanyak 3 kali masing-masing dari 0-30, dari 1-130 dan dari 2-230.

8. Hitunglah indeks kesanggupan orang percobaan serta berikan penilaiannya menurut 2 cara berikut ini:

Cara lambat :

Indeks kesanggupan badan = lama naik-turun dalam detik x 100

2x jumlah ketiga harga denyut nadi tiap 30

Penilaianya:

Kurang dari 55= kesanggupan kurang

55-64

= kesanggupan sedang

65-79

= kesanggupan cukup

80-89

= kesanggupan baik

Lebih dari 90= kesanggupan amat baik

Cara cepat:

Dengan rumus

Indeks kesanggupan badan=

lama naik turun dalam detikx100

5.5x harga denyut nadi selama 30 pertama

Petunjuk-petunjuk:

Carilah baris yang berhubungan dengan lama percobaan

Carilah lajur yang berhubungan dengan banyaknnya denyut nadi selama 30 pertama

Indeks kesangupan badan terdapat dipersilangkan baris dan lajur.

Penilaiannya:

Kurang dari 50= Kurang

50-80

= Sedang

Lebih dari 80

= Baik

Dasar TeoriTekanan darah adalah tekanan yang diberikan oleh sirkulasi darah pada dinding pembuluh darah, dan merupakan salah satu tanda-tanda vital utama. Pada setiap detak jantung, tekanan darah bervariasi antara tekanan maksimum (sistolik) dan minimum (diastolik). Tekanan darah dikarenakan oleh pemompaan jantung dan resistensi pembuluh darah, berkurang sebagai sirkulasi darah menjauh dari jantung melalui arteri. Tekanan darah memiliki penurunan terbesar dalam arteri kecil dan arteriol, dan terus menurun ketika bergerak melalui darah kapiler dan kembali ke jantung melalui pembuluh darah. Gravitasi, katup dalam pembuluh darah, dan memompa dari rangka kontraksi otot, adalah beberapa pengaruh lain pada tekanan darah di berbagai tempat di dalam tubuh.

Tekanan darah dinilai dalam dua hal, sebuah tekanan tinggi sistolik yang menandakan kontraksi maksimal jantung dan tekanan rendah diastolik atau tekanan istirahat. Tekanan darah merujuk kepada tekanan yang dialami darah pada pembuluh arteri darah ketika darah di pompa oleh jantung ke seluruh anggota tubuh manusia. Tekanan darah dibuat dengan mengambil dua ukuran dan biasanya diukur seperti berikut - 120 /80 mmHg. Nomor atas (120) menunjukkan tekanan ke atas pembuluh arteri akibat denyutan jantung, dan disebut tekanan sistole. Nomor bawah (80) menunjukkan tekanan saat jantung beristirahat di antara pemompaan, dan disebut tekanan diastole.

Pemeriksaan tekanan darah biasanya dilakukan pada lengan kanan, kecuali pada lengan tersebut terdapat cedera. Perbedaan antara tekanan sistolik dan diastolik disebut tekanan denyut. Di Indonesia, tekanan darah biasanya diukur dengan tensimeter air raksa.Saat yang paling baik untuk mengukur tekanan darah adalah saat istirahat dan dalam keadaan duduk atau berbaring.Tidak ada nilai tekanan darah 'normal' yang tepat, namun dihitung berdasarkan rentang nilai berdasarkan kondisi pasien. Tekanan darah amat dipengaruhi oleh kondisi saat itu, misalnya seorang pelari yang baru saja melakukan lari maraton, memiliki tekanan yang tinggi, namun ia dalam nilai sehat. Dalam kondisi pasien tidak bekerja berat, tekanan darah normal berkisar 120/80 mmHg. Tekanan darah tinggi atau hipertensi diukur pada nilai sistolik 140-160 mmHg. Tekanan darah rendah disebut hipotensi. Bila tekanan darah diketahui lebih tinggi dari biasanya secara berkelanjutan, orang itu dikatakan mengalami masalah darah tinggi. Penderita darah tinggi mesti sekurang-kurangnya mempunyai tiga bacaan tekanan darah yang melebihi 140/90 mmHg saat istirahat.Tekanan yang diciptakan oleh kontraksi ventrikel adalah kekuatan pendorong untuk aliran darah melalui pembuluh dari sistem. Ketika darah meninggalkan ventrikel kiri, aorta dan arteri diperluas untuk mengakomodasi hal itu. Ketika ventrikel relaks dan menutup katup semilunar, dinding elastis arteri mundur, mendorong darah maju ke arteri yang lebih kecil dan arteriol. Dengan mempertahankan tekanan aliran darah selama ventrikel berelaksasi, arteri terus-menerus menghasilkan aliran darah melalui pembuluh darah. Sirkulasi arus di sisi arteri berdenyut, mencerminkan perubahan dalam tekanan arteri sepanjang siklus jantung. Ketika melewati arteriol, gelombang menghilang.Dalam sirkulasi sistemik, tekanan darah tertinggi terletak pada arteri dan terendah di pembuluh darah kecil. Tekanan darah tertinggi di arteri dan jatuh terus seperti darah mengalir melalui sistem sirkulasi. Penurunan tekanan terjadi karena energi yang hilang akibat hambatan dari pembuluh darah. Resistensi terhadap aliran darah juga berasal dari gesekan antara sel-sel darah. Tidak ada nilai tekanan darah 'normal' yang tepat, namun dihitung berdasarkan rentang nilai berdasarkan kondisi pasien. Tekanan darah amat dipengaruhi oleh kondisi saat itu, misalnya seorang pelari yang baru saja melakukan lari maraton, memiliki tekanan yang tinggi, namun ia dalam nilai sehat. Dalam kondisi pasien tidak bekerja berat, tekanan darah normal berkisar 120/80 mmHg. Tekanan darah tinggi atau hipertensi diukur pada nilai sistolik 140-160 mmHg. Tekanan darah rendah disebut hipotensi.

Tekanan yang diciptakan oleh kontraksi ventrikel adalah kekuatan pendorong untuk aliran darah melalui pembuluh dari sistem. Ketika darah meninggalkan ventrikel kiri, aorta dan arteri diperluas untuk mengakomodasi hal itu. Ketika ventrikel relaks dan menutup katup semilunar, dinding elastis arteri mundur, mendorong darah maju ke arteri yang lebih kecil dan arteriol. Dengan mempertahankan tekanan aliran darah selama ventrikel berelaksasi, arteri terus-menerus menghasilkan aliran darah melalui pembuluh darah. Sirkulasi arus di sisi arteri berdenyut, mencerminkan perubahan dalam tekanan arteri sepanjang siklus jantung. Ketika melewati arteriol, gelombang menghilang.Dalam sirkulasi sistemik, tekanan tertinggi terjadi di dalam aorta dan mencerminkan tekanan diciptakan oleh ventrikel kiri. Tekanan aorta mencapai tinggi rata-rata 120 mm Hg selama sistol ventrikel, kemudian terus menurun dari 80 mm Hg selama diastol ventrikel. Perhatikan bahwa meskipun tekanan dalam ventrikel turun menjadi hampir 0 mm Hg sebagai ventrikel relaks, tekanan diastolik dalam arteri besar masih relatif tinggi. Tekanan diastolik yang tinggi dalam arteri mencerminkan kemampuan wadahnya untuk menangkap dan menyimpan energi dalam dinding elastis. Peningkatan tekanan yang cepat terjadi saat ventrikel kiri mendorong darah ke aorta dapat ditinggalkan sebagai denyut nadi, atau tekanan gelombang, diteruskan melalui arteri berisi cairan dari sistem kardiovaskular. Gelombang tekanan sekitar 10 kali lebih cepat dari darah itu sendiri.

Tekanan darah arteri adalah kekuatan darah ke dinding pembuluh darah yang menampung, mengakibatkan tekanan ini berubah-ubah pada setiap siklus jantung. Pada saat ventrikel kiri memaksa darah masuk ke aorta ,tekanan naik sampai puncak yang disebut tekanan sistolik. Pada waktu diastole tekanan turun sampai mncapai titik terendah yang disebut tekanan diastolic. Sedangkan tekanan darah arteri rata-rata adalah gaya utama yang mendorong darah ke jaringan. Tekanan ini harus diatur secara ketat karena dua alasan. Pertama, tekanan tersebut harus cukup tinggi untuk menghasilkan gaya dorong yang cukup, tanpa tekanan inin, otot dan jaringan lain tidak akan menerima aliran yang adekuat seberapapun penyesuaian lokal mengenai resistensi arteriol ke organ-organ tersebut dilakukan. Kedua, tekanan tidak boleh telalu tinggi sehingga menimbulkan beban kerja tambahan bagi jantung dan meningkatkan resiko kerusakan pembuluh serta kemungkinan lupturnya pembuluh-pembuluh halus.

Pusat integritas yang menerima impuls aferen menegenai status tekanan arteri adalah pusat control kardiovaskuler, yang terletak pada medulla di batang otak. Sebagai jalur aferen adalah system saraf otonom. Jika karena suatu hal tekanan arteri meningkat di atas normal, baroreseptor sinus karotis dan lengkung aorta meningkatkan kecepatan pembentukan potensial aksi di neuron aferen. Setelah mendapatkan informasi bahwa tekanan arteri terlalu tinggi oleh peningkatan potensial tersebut, pusat control kardiovaskuler berespons dengan mengurangi aktivitas simpatis dan meningkatkan aktivitas parasimpatis ke system kardiovaskuler. Sinyal-sinyal eferen ini menurunkan kecepatan denyut jantung, menurunkan volume sekuncup, dan menimbulkan vasodilatasi arteriol dan vena, yang pada gilirannya menurunkan curah jantung dan resistensi perifer total, sehingga tekanan darah kembali ke tingkat normal.

Pengaturan tekanan arteri rata rata bergantung pada kontrol dua penentu utamanya, yakni curah jantung dan resistensi perifer total. Kontrol curah jantung, pada gilirannya bergantung pada pengaturan kecepatan denyut jantung dan volume sekuncup, sementara resistensi perifer total terutama ditentukan oleh derajat vasokonstriksi arteriol. Pengaturan jangka pendek tekanan darah dilakukan terutama oleh reflex baroreseptor. Baroreseptor sinus karotikus dan lengkung aorta secara terus menerus memantau tekanan arteri rata rata. Jikalau keduanya mendeteksi adanya penyimpangan dari normal maka keduanya akan memberi sinyal pusat kardiovaskular medulla, yang berespon dengan menyesuaikan keluaran otonom ke jantung dan pembuluh darah untuk memulihkan tekanan darah ke tingkat normal. Control jangka panjang tekanan darah melibatkan pemeliharaan volume plasma yang sesuai melalui control keseimbangan garam dan air oleh ginjal. Hasil PercobaanI. Percobaan I Pengukuran tekanan darah a. Brachialis pad sikap berbaring, duduk dan berdiri.OP : Christy Cahya Resky Dampung

A. Berbaring Terlentang

Pada pengukuran ini, didapatkan hasil rata-rata dari 3 kali pengukuran, yaitu:

Fase Korotkoff I: 90 mmHg

Fase Korotkoff II: 80 mmHg Fase Korotkoff III: tidak ditemukan Fase Korotkoff IV: 74 mmHg

Fase Korotkoff V: 68 mmHg

B. Duduk

Pada pengukuran ini, didapatkan hasil rata-rata dari 3 kali pengukuran, yaitu:

Fase Korotkoff I: 100 mmHg

Fase Korotkoff II: 90 mmHg Fase Korotkoff III: tidak ditemukan Fase Korotkoff IV: 80 mmHg

Fase Korotkoff V: 73 mmHg

C. Berdiri

Pada pengukuran ini, didapatkan hasil rata-rata dari 3 kali pengukuran, yaitu:

Fase Korotkoff I: 110 mmHg

Fase Korotkoff II: 100 mmHg Fase Korotkoff III: tidak ditemukan Fase Korotkoff IV: 85 mmHg

Fase Korotkoff V: 76 mmHg

II. Percobaan II Pengukuran tekanan darah sesudah kerja ototOP : GarryPada pengukuran ini, didapatkan hasil dari 4 kali pengukuran, antara lain : Sebelum berlari

: 120/80 mmHg Setelah berlari

: 140/90 mmHg Menit pertama istirahat: 130/90 mmHg Menit kedua istirahat

: 120/80 mmHgIII. Pecobaan III Pengukuran tekanan darah a. Brachialis dengan cara palpasi

OP : Midellia Lintin

Dengan cara auskultasi Sistole

= 110 mmHg

Diastole = 80 mmHg

Deangan cara palpasi

Sistole = 110 mmHgVI.Percobaan IV Bangku (Harvard Latihan Turun Step Test) OP : Jefri Patriawan

Denyut nadi awal = 30x/30 detik

Kesanggupannya berhenti pada 2 menit 48 detik diubah ke detik menjadi 168 detik

Denyut setelah melakukan Harvard step test, sbb:

120x/menit= 30 detik

100x/menit= 1 menit 30 detik

84x/menit= 2 menit 30 detik

Pemeriksaan denyut nadi diatas dilakukan selang 30 detik

Jadi, indeks kesanggupan badan OP dalam cara:

a. Cara lambat

Lama naik turun dalam detik x 100

2 x jumlah ketiga harga denyut nadi tiap 30

168 detik x 100 27,6

2 x (120+100+84)

Sehingga kesanggupan OP Kurang

b. Cara cepat

Lama naik turun dalam detik x 100

5.5 x harga denyut nadi selama 30 pertama 168 detik x 100 25,5

5.5 x 120

Jadi kesanggupan OP Kurang

Lama = 2,48

50

Nadi = 0,30

Penilaiannya : 50-80 = normal

Pembahasan

Pada percobaan pertama, didapatkan hasil pengukuran tekanan darah yang berbeda-beda dari 3 perlakuan OP, yaitu tidur terlentang, duduk, dan berdiri. Tekanan darah terendah didapat dalam posisi tubuh tidur terlentang, sedangkan tekanan darah tertinggi pada keadaan berdiri. Posisi duduk menghasilkan pengukuran tekanan darah yang lebih tinggi daripada posisi tidur terlentang, namun lebih rendah daripada posisi berdiri. Tekanan darah yang berbeda ini disebabkan oleh adanya gaya gravitasi yang mempengaruhi aliran darah dalam sistem vena.

Terdapat dua konsekuensi penting peningkatan tekanan ini. Pertama, vena-vena yang dapat teregang akan melebar akibat meningkatnya tekanan hidrostatik, sehingga kapasitasnya bertambah. Meskipun mendapat efek gravitasi yang sama, namun arteri tidak terlalu mudah teregang dan tidak mengembang seperti vena. Banyak darah yang masuk dari kapiler cenderung berkumpul di vena-vena extremitas inferior yang mengembang dan tidak kembali ke jantung. Oleh karena aliran balik vena berkurang, maka curah jantung menurun dan volume sirkulasi efektif menciut. Kedua, peningkatan mencolok tekanan darah kapiler yang terjadi karena efek gravitasi menyebabkan banyak cairan keluar dari anyaman kapiler di extremitas inferior, menimbulkan edema lokal.

Dalam keadaan normal terdapat dua mekanisme kompensasi yang melawan efek gravitasi ini. Pertama, penurunan tekanan arteri rerata yang terjadi ketika seseorang berpindah dari posisi berbaring menjadi tegak memicu vasokonstriksi vena melalui saraf simpatis yang mendorong maju sebagian dari darah yang menumpuk. Kedua, pompa otot rangka menginterupsi kolom darah dengan mengosongkan secara total segmen-segmen tertentu vena secara intermiten, sehingga bagian tertentu dari suatu vena tidak mengalami beban dari seluruh kolom vena dari jantung ke bagian vena tersebut. Refleks vasokonstriksi vena tidak dapat mengkompensasi secara lengkap efek gravitasi tanpa aktivitas otot rangka. Oleh karena itu, ketika seseorang berdiri diam untuk waktu lama, maka aliran darah ke otak berkurang karena berkurangnya volume sirkulasi efektif, meskipun terjadi refleks untuk mempertahankan tekanan arteri rerata.

Hasil pengukuran tekanan darah pada percobaan kedua menunjukkan bahwa terjadi peningkatan tekanan darah OP setelah melakukan aktivitas aerobik, yaitu berlari. Hal ini menunjukkan bahwa aktivitas otot rangka memberikan efek pada aliran darah vena. Banyak vena besar pada extremitas terletak di antara otot-otot rangka, sehingga kontraksi otot menekan vena. Kompresi vena eksternal ini mengurangi kapasitas vena dan meningkatkan tekanan vena, sehingga memeras darah dalam vena agar mengalir ke jantung. Efek pompa ini dikenal sebagai pompa otot rangka yang salah satu cara pengembalian darah tambahan dari vena ke jantung selama berolahraga. Meningkatnya aktivitas otot mendorong lebih banyak darah keluar vena dan masuk ke jantung. Peningkatan aktivitas simpatis dan vasokonstriksi vena yang ditimbulkan pada saat aktivitas berat, semakin meningkatkan aliran balik vena.Pada percobaan keempat, kami melakukan percobaan naik-turun bangku (Harvard step test) untuk mengetahui pengaruh perubahan frekuensi denyut nadi terhadap aktivitas fisik yang dilakukan OP. Pertama kami dilakukan pengukuran denyut nadi normal OP, yaitu 60x/menit. Setelah itu, OP melakukan naik-turun bangku setinggi 19 inchi sesuai dengan irama metronom dengan frekuensi 120 kali per menit. OP sanggup melakukan kerja fisik ini selama 168 detik. Lalu, OP diukur frekuensi denyut nadinya selama 30 detik sebanyak 3 kali dengan jeda waktu pemeriksaan selama 30 detik. Hasil menunjukan, pada pemeriksaan pertama denyut nadi meningkat menjadi 120x/menit , pada pemeriksaan kedua menjadi 100x/menit, dan pada pemeriksaan ketiga 184x/menit.

Peningkatan frekuensi denyut nadi dapat terjadi karena adanya peningkatan curah jantung. Aktivitas yang meningkat menyebabkan kebutuhan jaringan akan oksigen meningkat untuk melakukan proses metabolisme. Oleh Karena peningkatan curah jantung inilah dimana darah akan lebih banyak dipompa melalui aorta sehingga berpengaruh dalam peningkatan tekanan darah dimana peningkatan ini mengakibatkan gelombang tekanan yang berjalan di sepanjang arteri semakin cepat dan selanjutnya akan mengakibatkan denyut nadi meningkat.

Selain itu peningkatan curah jantung juga dipengaruhi oleh peningkatan aliran balik vena akibat dari meningkatnya tonus otot karena pergerakan fisik dan penurunan tekanan intratorak. Penurunan tekanan intratorak merupakan akibat dari reaksi tubuh yaitu inspirasi yang dalam pemenuhan kebutuhan O2 untuk menghasilkan energi. Udara mengalir dari atmosfir ke paru-paru juga karena tekanan di atmosfir lebih tinggi dibandingkan tekanan intratorak. Karena penurunan tekanan ini maka tekanan pada vena pada bagian ekstremitas bawah akan lebih tinggi sehingga akan meningkatkan aliran darah ke jantung.

Peningkatan curah jantung juga dipengaruhi oleh saraf otonom yang akan merangsang saraf simpatis sehingga denyut nadi meningkat. Stimulasi simpatis dan epinefrin meningkatkan kontraktilitas jantung, yang mengacu kepada kekuatan kontraksi pada setiap volume diastolik akhir; dengan kata lain jantung memeras lebih banyak darah yang dikandungnya. Selain tiu, stimulasi simpatis juga meningkatkan volume sekuncup tidak hanya dengan memperkuat kontraktilitas jantung, tetapi juga dengan meningkatkan aliran balik vena. Stimulasi simpatis menyebabkan konstriksi vena, yang memeras lebih banyak darah dari vena ke jantung, sehingga terjadi peningkatan volume diastolik akhir dan akhirnya peningkatan volume sekuncup lebih lanjut. Peningkatan volume sekuncup dan peningkatan kekuatan kontraksi menyebabkan denyut nadi meningkat.

Kesimpulan

Pemeriksaan dengan cara auskultasi adala percobaan untuk mengetahui tekanan darah arteri, sedangkan dengan cara palpasi adalah percobaan untuk mengetahui tekanan nadi yang merupakan tejanan rata-rata di sepanjang siklus jantung sehingga tidak dapat di ketahui diastolnya. Selain itu aktivitas otot rangka dan gravitasi bumi memberikan pengaruh pada aliran balik vena, sehingga berkontribusi dalam peningkatan tekanan darah. Dan kerja fisik yang berat juga dapat mengakibatkan kebutuhan jaringan akan O2 meningkat dan terjadi stimulasi simpatis pada jantung sehingga jantung meningkatkan curah jantungnya sehingga denyut nadi juga ikut meningkat. Referensi1. Sherwood L. Fisiologi manusia; dari sel ke sistem. Edisi 6. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2012.h.517-9.2. Guyton AC, Hall JE. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. 9th ed. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC. 1997. 317-20.

=

=

=

=

=

=

14