16
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Lengkuas merah (Alpina purpurata K. Schum) adalah salah satu jenis rempah-rempah yang telah banyak dimanfaatkan sebagai produk fitofarmaka atau produk yang memanfaatkan sumber daya nabati sebagai sumber bahan obat-obatan. Selain berkhasiat sebagai antijamur, lengkuas merah juga dapat mengobati penyakit gangguan perut, demam, pembengkakan limfa, radang telinga, bronchitis, rematik, dan sebagai obat kuat (aprodisiak) (Rini Budiarti, 2006). Lengkuas merah merupakan tanaman obat yang telah dibuktikan melalui berbagai penelitian memiliki daya antijamur dibandingkan jenis lengkuas putih. Bentuk sediaan yang diuji cukup bervariasi, mulai dari perasan, infus, ekstrak etanol, maupun minyak atsirinya. Khasiat lengkuas sebagai bahan antijamur disebabkan oleh kandungan zat kimianya, seperti basonin, eugenol, galangan, galangol, dan kandungan senyawa kimia 1’-asetoksi kavikol asetat dalam minyak atsirinya (Rini Budiarti, 2006).

Laporan I (Lengkuas Merah)

Embed Size (px)

DESCRIPTION

laporan mengenai ekstrak tumbuhan sebagai obat anti jamur

Citation preview

BAB IPENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANGLengkuas merah (Alpina purpurata K. Schum) adalah salah satu jenis rempah-rempah yang telah banyak dimanfaatkan sebagai produk fitofarmaka atau produk yang memanfaatkan sumber daya nabati sebagai sumber bahan obat-obatan. Selain berkhasiat sebagai antijamur, lengkuas merah juga dapat mengobati penyakit gangguan perut, demam, pembengkakan limfa, radang telinga, bronchitis, rematik, dan sebagai obat kuat (aprodisiak) (Rini Budiarti, 2006).Lengkuas merah merupakan tanaman obat yang telah dibuktikan melalui berbagai penelitian memiliki daya antijamur dibandingkan jenis lengkuas putih. Bentuk sediaan yang diuji cukup bervariasi, mulai dari perasan, infus, ekstrak etanol, maupun minyak atsirinya. Khasiat lengkuas sebagai bahan antijamur disebabkan oleh kandungan zat kimianya, seperti basonin, eugenol, galangan, galangol, dan kandungan senyawa kimia 1-asetoksi kavikol asetat dalam minyak atsirinya (Rini Budiarti, 2006).Lengkuas (Alpinia galanga L.) merupakan anggota familia Zingiberaceae. Rimpang lengkuas mudah diperoleh di Indonesia dan manjur sebagai obat gosok untuk penyakit jamur kulit (panu) sebelum obat-obatan modern berkembang seperti sekarang. Rimpang lengkuas juga digunakan sebagai salah satu bumbu masak selama bertahun-tahun dan tidak pernah menimbulkan masalah. Manfaat rimpang lengkuas telah dipelajari oleh para ilmuwan sejak dulu. Rimpang lengkuas memiliki berbagai khasiat di antaranya sebagai antijamur dan antibakteri. Penelitian Yuharmen dkk. (2002) menunjukkan adanya aktifitas penghambatan pertumbuhan mikrobia oleh minyak atsiri dan fraksi metanol rimpang lengkuas pada beberapa spesies bakteri dan jamur. Penelitian Sundari dan Winarno (2000) menunjukkan bahwa infus ekstrak etanol rimpang lengkuas yang berisi minyak atsiri dapat menghambat pertumbuhan beberapa spesies jamur patogen, yaitu: Tricophyton, Mycrosporum gypseum, dan Epidermo floccasum. Berdasarkan latar belakang di atas, praktikan melakukan suatu pemeriksaan Uji Sensitifitas Jamur Terhadap Ekstrak Tumbuhan untuk Obat Kulit. Sampel yang digunakan adalah ekstrak lengkuas merah dan jamur Rhizopus sp. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sensitifitas jamur terhadap ekstrak lengkuas merah terhadap jamur Rhizopus sp.

B. TUJUANUntuk mengetahui sensitifitas jamur terhadap ekstrak tumbuhan yang dapat dijadikan obat kulit.

C. RUMUSAN MASALAHBagaimana kepekaan/sensitifitas ekstrak tumbuhan (laos merah) terhadap jamur Rhizopus sp?

D. MANFAATDapat diketahui bagaimana kepekaan/sensitifitas jamur Rhizopus sp terhadap ekstrak tumbuhan yang dapat dijadikan obat kulit (laos merah).

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Lengkuas MerahLengkuas merupakan tanaman herba beru,ur panjang yang banyak dimanfaatkan sebagai bumbu dan obat-obatan dan tergolong ke dalam simplisia rimpang. Klasifikasi tanaman lengkuas adalah sebagai berikut (Sinaga, 2000)Kingdom:PlantaeSubkingdom:TracheobiomaSuperdivisi:SpermathophytaDivisi:MagnoliophytaKlas:LiliopsidaSubklas:ZingiberidaeOrdo:ZingiberalesKeluarga:ZingiberaceaeGenus:Alpina Roxb.Spesies:Alpinia purpurata K. SchumBerdasarkan warna rimpang, dikenal dua kultuvar lengkuas, yaitu lengkuas berimpang putih dan berimpang merah. Lengkuas berimpang putih mempunyai batang semu setinggi 3 m, diameter batang 2,5 cm, dan diameter rimpang 3 4 cm. Sedangkan lengkuas berimpang merah memiliki batang semu berukuran tinggi 1 1,5 m, diameter batang 1 cm, dan diameter ripang 2 cm (Wardana et al., 2002).Rumpun dan bentuk lengkuas merah lebih kecil daripada lengkuas putih. Lengkuas merah juga memiliki serat yang lebih kasar dibandingkan lengkuas putih. Tanaman lengkuas berimpang putih sering dimanfaatkan dalam bidang pangan, sedangkan lengkuas berimpang merah lebih sering digunakan sebagai bahan ramuan obat tradisional (Sinaga, 2000).Tanaman lengkuas memiliki batang yang sebagian besar dapat mencapai ketinggian sekitar 1 3,5 meter. Biasanya tumbuh dalam rumpun yang rapat, memiliki batang tegak yang tersusun oleh pelepah-pelepah daun yang bersatu membentuk batang semu dan berwarna hijau agak keputih-putihan. Batang muda keluar sebagi tunas dari pangkal batnag tua. Daunnya tunggal, berwarna hijau, bertangkai pendek, dan tersusun berseling. Daun disebelah bawah dan atas biasanya lebih kecil daripada yang di tengah. Bentuk daun lanset memanjang, ujung runcing, pangkal tumpul, dengan tepi daun rata, dan pertulangan daun menyirip. Panjang daun sekitar 20 60 cm, dan lebarnya 4 15 cm. Buah dari tanaman lengkuas seperti buah buni, berbentuk bulat, keras. Sewaktu masih muda berwarna hijau-kuning, setelah tua berubah menjadi hitam kecoklatan dengan diameter lebih kurang 1 cm. bijinya kecil-kecil, berbentuk lonjong, dan berwarna hitam. Rimpang lengkuas bentuknya besar dan tebal, berdaging, berbentuk silindris dengan diameter sekitar 2-4 cm dan bercabang-cabang. Bagian luarnya berwarna coklat agak kemerahan atau kuning kehijauan pucat mempunyai sisik-sisik berwarna putih. Daging rimpang yang sudah tua memilki serat yang kasar. Rasanya tajam, pedas, menggigit, dan berbau harum karena kandungan minyak atsirinya. Untuk mendapatkan rimpang yang masih berserat halus, panen harus dilakukan sebelum tanaman berumur lebih kurang 3 bulan (Sinaga, 2000).Rimpang lengkuas mengandung karbohidrat, lemak, sedikit protein, mineral (K, P, Na), komponen minyak atsiri, dan berbagai komponen lain yang susunannya belum diketahui. Rimpang lengkuas segar mengandung air sebesar 75%, dalam bentuk kering mengandung 22,4% karbohidrat, 3,07% protein dan sekitar 0,07% senyawa kamferid (Rini Budiarti, 2006)Kandungan minyak atsiri lengkuas yang berwarna kuning kehijauan dalam rimpang lengkuas 1 % dengan komponen utamanya metil-sinamat 48%, sineol 20-30%, 1% kamfer, dan sisanya d-pinen, galangin, dan eugenol penyebab rasa pedas pada lengkuas. Selain itu, lengkuas juga mengandung resin yang disebut galangol, amilum, kuersetin, kadinen, sesquiterpen, heksahidrokadalen hidrat, Kristal kuning yang disebut kamferid, dan beberapa senyawa flavonoid, seperti flavonol (Sinaga, 2000). Komponen flavonol yang banyak tersebar pada tanaman misalnya lengkuas adalah galangin, kaemferol, kuersetin, dan mirisetin (Rusmarilin, 2003).Komponen bioaktif pada rempah-rempah, khususnya pada golongan Zingiberaceae yang terbanyak adalah dari jenis terpenoid dan flavonoid. Komponen lainnya yang terdapat pada golongan Alpinia adalah alpinetin. Alpinetin merupakan jenis flavanon yang dikenal sebagai senyawa fungistatik dan fungisida. Bentuk senyawa bioaktif lainnya adalah dari golongan terpenoid. Golongan ini merupakan kelompok utama pada tanaman sebagai penyusun minyak atsiri (Sinaga, 2000).Menurut Shelef (1983), komponen antimikroba dalam rempah-rempah adalah senyawa fenolik. Senyawa fenolik umumnya terdapat dalam minyak atsiri. Fenol merupakan monoterpen yang pada umunya digunakan sebagai bahan antiseptic. Sedangkan beberapa senyawa terpen lainnya yang memiliki struktur sikloheksana degan gugus hidroksil serta penambahan gugus lainnya juga memiliki kemampuan yang sama dengan dalam menghambat kapang, khamir, dan bakteri (Rini Budiarti, 2006).Komponen bioaktif yang menyebabkan aroma pedas menyengat pada lengkuas telah dinuktikan dapat menghambat pertumbuhan beberapa jenis jamur. Komponen tersebut adalah linalool, geranyl acetate, dan 1,8-cincole yang dapat menghambat water molds, seperti jenis Carassius auratus dan Xiphoporus maculates (Chukanhom et al., 2005). Selain itu, Chami et al. (2004), meyatakan bahwa eugenol dapat menghambat jamur Candida albicans secara efektif.Dalam farmakologi Cina dan dunia pengobatan tradisional disebutkan bahwa lengkuas merah memiliki sifat antijamur dan antikembung. Efek farmakologi ini umumnya diperoleh dari rimpang yang mengandung basonin, eugenol, galangan, dan galangol. Basonin dikenal dapat menimbulkan efek merangsang semangat, eugenol dapat memiliki sifat anti jamur terhadap jenis Candida albicans, antikejang, analgetik, anestetik, dan penekan pengendali gerak. Galangan dapat meredakan rasa lelah, antimutagebik, penghambat enzim siklo-oksigenase dan lipoksogenase, sementara galangal dapat merangsang semangat dan menghangatkan tubuh (Anon, 2003).Khasiat antijamur ekstrak lengkuas merah telah banyak dibuktikan secara ilmiah. Parutan rimpang lengkuas merah telah banyak digunakan sejak zaman dahulu sebagai obat bagi beberapa penyakit kulit, seperti panu, kurap, eksim, jerawat, koreng, bisul, dan sebagainya (Anon, 2000).Hasil penelitian Hezmela (2006) menyatakan bahwa ekstrak lengkuas merah dapat menghambat pertumbuhan jamur penyebab penyakit kulit, yaitu jamur jenis Trichophyton mentagrophytes dan Microssporum canis. Ekstrak lengkuas merah yang diaplikasikan dalam salep dapat menghambat Trichophyton mentagropytes sebesar 34,67 0,22 mm dan Microsporum canis sebesar 39,33 0,22 mm. Selain itu, menurut Sundari dan Winarno (2002), beberapa bentuk sediaan ekstrak lengkuas merah dapat menghambat pertumbuhan 5 (lima) jenis jamur, yaitu : Trichophyton rubrum, Trichophyton ajelloi, Trichophyton mentagrophytes, Microsporum gypseum, dan Epidermo floccosum.

B. Tinjauan Rhizopus spRhizopus sp adalah genus jamur benang yang termasuk filum zygomycota ordo mucorales. Rhizopus sp mempunyai ciri khas yaitu memiliki hifa yang membentuk rhizoid untuk menempel ke subtract. Ciri lainnya adalah memiliki hifa coenositik, sehingga tidak bersepta atau bersekat. Miselium dari Rhizopus sp yang juga disebut stolon menyebar di atas subtratnya karena dari hifa vegetative. Rhizopus sp berproduksi secara aseksual dengan memproduksi banyak sporangifor yang bertangkai. Sporangifor ini biasanya dipisahkan dari hifa lainya oleh sebuah dinding seperti septa. Salah satu contohnya spesiesnya adalah Rhizopus stolonifer yang biasanya tumbuh pada roti basi (Postlethwait dan Hopson, 2006 http://monruw.wordprees.com).KlasifikasiKingdom:FungiDivisio:ZygomycotaClass:ZygomycetesOrdo:MucoralesFamilia:MucoraceaeGenus:RhizopusSpesies:Rhizopus sp (Robert, 2005).Ciri Morfologi dan Struktur Tubuh1. Terdiri dari benang-benang hifa yang bercabang dan berjalinan membentuk miselium.2. Hifa tak bersekat (bersifat senositik).3. Septa atau sekat antar hifa hanya ditemukan pada saat sel reproduksi terbentuk.4. Dinding selnya tersusun dari kitin.5. Rhizopus sp mempunyai tiga tipe hifa,a) Stolon : hifa yang membentuk jaringan pada permukaan substrat (misalnya roti).b) Rhizoid : hifa yang menembus substrat dan berfungsi sebagai jangkar untuk menyerap makanan.c) Sporangiopor : hifa yang tumbuh tegak pada permukaan substrat dan memiliki sporangia globuler (berbentuk bulat) diujungnya.6. Koloni berwarna putih berangsur-angsur menjadi abu-abu7. Stolon halus atau sedikit kasar dan tidak berwarna hingga kuning kecoklatan.8. Sporangiofora tumbuh dari stolon dan mengarah keudara, baik tunggal atau dalam kelompok (hingga 5 sporangiofora).9. Rhizoid tumbuh berlawanan dan terletak pada posisi yang sama dengan sporangiofora.10. Sporangia berwarna coklat gelap sampai hitam bila telah masak.11. Kolumela oval hingga bulat, dengan dinding halus atau sedikit kasar.12. Spora bulat, oval atau berbentuk elips atau silinder (Robert, 2005).

BAB IIIMETODOLOGI PENELITIAN

A. METODEMetode yang dipakai dalam praktikum ini adalah -

B. PRINSIPDengan isolasi jamur pada media SGA dan kemudian diberi disk yang diberi atau diolesi dengan ekstrak tumbuhan, maka dapat diketahui kepekaan atau sensitifitas jamur (radikal atau iradikal) terhadap ekstrak tumbuhan tersebut.

C. ALAT DAN BAHANAlat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah :1. Ekstrak tumbuhan yang diuji (Laos Merah)2. Biakan murni (Rhizopus sp)3. Media SGA (Saboroud Glukosa Agar)4. Kapas lidi/swab steril5. Kertas disk steril6. Pinset steril7. Plate8. Beaker glass9. Erlenmeyer 100 ml10. PZ (NaCl 0,85%) atau garam fisiologis11. Aquadest

D. PROSEDUR KERJA1. Pembuatan Biakan Murnia. Disiapkan 50 ml PZ steril dalam Erlenmeyer 100 ml.b. Ditambahkan koloni jamur murni dari biakan.c. Diaduk atau dicampur.2. Pembuatan Larutan Ekstrak Laos Meraha. Dibersihkan laos merah, lalu dihaluskan kemudian ditambahkan aquadest 200 ml dan diaduk sampai rata.b. Direbus laos merah sampai mendidih, lalu disaring sampai bersih.c. Dimasukkan air saringan ke dalam botol steril sebagai larutan induk.d. Lalu dilakukan pengenceran 10% dan 50%.3. Pembuatan Pengenceran Ekstrak 10% dan 50%a. Pengenceran 10%= 1 ml (Ekstrak Laos Merah)9 ml PZCara pembuatan :1) Dipipet ekstrak laos merah sebanyak 1 ml.2) Dimasukkan ekstrak tersebut dalam erlenmeyer 100 ml yang telah diisi dengan PZ sebanyak 9 ml sebelumnya.3) Dicampur sampai homogen.b. Pengenceran 50%= ===5 ml (Ekstrak Laos Merah)=5 ml PZCara pembuatan :1) Dipipet ekstrak laos merah sebanyak 5 ml.2) Dimasukkan ekstrak tersebut dalam erlenmeyer 100 ml yang telah diisi dengan PZ sebanyak 5 ml sebelumnya.3) Dicampur sampai homogen.4. Inokulasi Suspensi Jamura. Diinokulasikan secara merata suspense jamur tersebut pada permukaan lempeng agar dengan menggunakan swab steril.b. Diinkubasi pada suhu kamar kira-kira 10 menit.c. Dimasukkan kertas disk steril ke dalam larutan ekstrak laos merah pengenceran 10% dan 50% yang akan diuji.d. Kemudian kertas disk tersebut diletakkan pada lempeng agar yang sudah diinokulasikan.e. Diinkubasi selama 5 7 hari pada suhu kamar.f. Diamati dan diukur diameter radikal dan iradikal dari obat tersebut.g. Diberi kesimpulan dari hasil pengamatan.