Laporan Jelli Kel 5

Embed Size (px)

DESCRIPTION

jelli

Citation preview

BAB IPENDAHULUAN1.1 Latar Belakang Kulit merupakan suatu organ besar yang berlapis-lapis, menutupi permukaan lebih dari 20.000 cm2 yang mempunyai bermacam-macam fungsi dan kegunaan. Merupakan jaringan pelindung yang lentur dan elastis, melindungi seluruh permukaan tubuh dan mempunyai berat 5% dari total berat badan. Secara anatomi, kulit terdiri dari banyak lapisan jaringan, tetapi pada umumnya kulit dibagi dalam tiga lapisan jaringan yaitu: epidermis, dermis dan hipodermis (Lachman., dkk, 1994).

Tujuan umum penggunaan obat pada terapi dermatologi adalah untuk menghasilkan efek terapetik pada tempat-tempat spesifik di jaringan epidrrmis. Absorbsi perkutan didefinisikan sebagai absorbsi yang dapat menembus lapisan stratum korneum (lapisan tanduk) dan berlanjut menembus lapisan di bawahnya dan akhirnya masuk ke sirkulasi darah (Lachman., dkk, 1994).

Absorbsi perkutan suatu obat umumnya disebabkan oleh penetrasi obat melalui stratum korneum yang terdiri dari kurang lebih 40% protein (pada umumnya keratin) dan 40% air dengan lemak berupa trigliserida, asam lemak bebas, kolesterol dan fosfat lemak. Stratum korneum sebagai jaringan keratin akan berlaku sebagai membran buatan yang semi permiabel, dan molekul obat mempenetrasi dengan cara difusi pasif, jadi jumlah obat yang pindah menyebrangi lapisan kulit tergantung pada konsentrasi obat atau airnya. Bahan-bahan yang

mempunyai sifat larut dalam keduanya, minyak dan air, merupakan bahan yang baik untuk difusi melalui stratum korneum seperti juga melalui epidermis dan lapisan-lapisan kulit (Ansel, 1989)

Prinsip absorbsi obat melalui kulit adalah difusi pasif yaitu proses dimana suatu substansi bergerak dari daerah suatu sistem ke daerah lain dan terjadi penurunan kadar gradien yang diikuti bergeraknya molekul. Difusi pasif merupakan bagian terbesar dari proses trans-membran bagi umumnya obat. Daya dorong untuk difusi pasif ini adalah perbedaan konsentrasi obat pada kedua sisi membran sel. Difusi obat berbanding lurus dengan konsentrasi obat, koefisien difusi, viskositas dan ketebalan membran. Disamping itu difusi pasif dipengaruhi oleh koefisien pasrtisi, yaitu semakin besar koefisien pastisi maka semakin cepat difusi obat (Martin., dkk, 1993). Gel umumnya merupakan suatu sediaan semipadat yang jernih, tembus cahaya dan mengandung zat aktif, merupakan dispersi koloid mempunyai kekuatan yang disebabkan oleh jaringan yang saling berikatan pada fase terdispersi (Ansel, 1989). Zat-zat pembentuk gel digunakan sebagai pengikat dalam granulasi, koloid pelindung dalam suspensi, pengental untuk sediaan oral dan sebagai basis supositoria. Secara luas sediaan gel banyak digunakan pada produk obat-obatan, kosmetik dan makanan juga pada beberapa proses industri. Pada kosmetik yaitu sebagai sediaan untuk perawatan kulit, sampo, sediaan pewangi dan pasta gigi (Herdiana, 2007).

Makromolekul pada sediaan gel disebarkan keseluruh cairan sampai tidak terlihat ada batas diantaranya, disebut dengan gel satu fase. Jika masa gel terdiri dari kelompok-kelompok partikel kecil yang berbeda, maka gel ini dikelompokkan dalam sistem dua fase (Ansel, 1989). Polimer-polimer yang biasa digunakan untuk membuat gel-gel farmasetik meliputi gom alam tragakan, pektin, karagen, agar, asam alginat, serta bahan-bahan sintetis dan semisintetis seperti metil selulosa, hidroksietilselulosa, karboksimetilselulosa, dan karbopol yang merupakan polimer vinil sintetis dengan gugus karboksil yang terionisasi. Gel dibuat dengan proses peleburan, atau diperlukan suatu prosedur khusus berkenaan dengan sifat mengembang dari gel (Lachman., dkk, 1994).

1.2 PrinsipPencampuran sistem dua fase dimana ukuran partikel dari fase terdispersi relatif besar, dan di lakukan dengan pembuatan basis gel terlebih dahulu dimana massa nya akan bersifat tiksotropik artinya massa akan mengental bila di diamkan dan akan cair bila kembali di kocok.1.3 Tujuan Untuk mengetahui pembuatan gel

Untuk mengetahui bentuk sediaan gel

Untuk mengetahui hasil evaluasi gel

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Jelly, adalah suatu salep yang lebih halus, umumnya cair dan mengandung sedikit atau tanpa lilin, dipergunakan terutama pada membrane mukosa, sebagai pelican atau dasar salep tersendiri campuran sederhana dari minyak dan lemak dengan titik lebur rendah. Washable jelly mengandung mucilagines seperti Gom, Tragacanth, amylum, pectin dan Alginat. Sebagai contoh : Starch jellies (10% Amylum dengan air mendidih) (Anief, 2007).

Gel yang kadang disebut jelly merupakan sistem semipadat (massa lembek) terdiri atas suspense yang dibuat dari partikel anorganik yang kecil atau molekul organik yang besar, terpenetrasi oleh suatu cairan. Jika massa gel terdiri atas jaringan partikel kecil yang terpisah, gel digolongkan sebagai sistem dua fase (misalnya gel alumunium hidroksida). Dalam system dua fase, jika ukuran partikel dari fase terdispersi relatif besar, massa gel kadang dinyatakan sebagai magma (misalnya magma bentonit), di mana massanya bersifat tikostropik, artinya massa akan mengental jika didiamkan dan akan mencair kembali jika dikocok. Jika massanya banyak mengandung air, gel itu disebut jelly ( Syamsuni, 2006).

Gel sebagai suatu sistem setengah padat yang terdiri dari suatu dispersi yang tersusun baik dari partikel anorganik yang kecil atau molekul organik yang besar dan saling diresapi cairan. Gel dalam mana makro molekulnya disebarkan ke seluruh cairan sampai tidak terlihat ada batas di antaranya, cairan ini disebut gel satu fase. Dalam hal ini di mana massa gel terdiri dari kelompok-kelompok partikel kecil yang berbeda, maka gel ini dikelompokkan sebagai sistem dua fase dan sering pula disebut magma atau susu. Gel dan magma di anggap sebagai disperse koloid oleh karena masing-masing mengandung partikel-partikel dengan ukuran koloid ( Ansel, 2005).KEUNTUNGAN DAN KEKURANGAN SEDIAAN GELa. Beberapa keuntungan sediaan gel adalah sebagai berikut:

- kemampuan penyebarannya baik pada kulit

- efek dingin, yang dijelaskan melalui penguapan lambat dari kulit

- tidak ada penghambatan fungsi rambut secara fisiologis

- kemudahan pencuciannya dengan air yang baik

- pelepasan obatnya baik (Voigt, 1994).

b. Kekurangan sediaan gel

Untuk hidrogel: harus menggunakan zat aktif yang larut di dalam air sehingga diperlukan penggunaan peningkat kelarutan seperti surfaktan agar gel tetap jernih pada berbagai perubahan temperatur, tetapi gel tersebut sangat mudah dicuci atau hilang ketika berkeringat, kandungan surfaktan yang tinggi dapat menyebabkan iritasi dan harga lebih mahal (Lachman., dkk, 1994).Kegunaan sediaan gel secara garis besar di bagi menjadi empat seperti:

Gel merupakan suatu sistem yang dapat diterima untuk pemberian oral, dalam bentuk sediaan yang tepat, atau sebagai kulit kapsul yang dibuat dari gelatin dan untuk bentuk sediaan obat longacting yang diinjeksikan secara intramuskular.

Gelling agent biasa digunakan sebagai bahan pengikat pada granulasi tablet, bahan pelindung koloid pada suspensi, bahan pengental pada sediaan cairan oral, dan basis suppositoria.

Untuk kosmetik, gel telah digunakan dalam berbagai produk kosmetik, termasuk pada shampo, parfum, pasta gigi, kulit dan sediaan perawatan rambut.

Gel dapat digunakan untuk obat yang diberikan secara topikal (non streril) atau dimasukkan ke dalam lubang tubuh atau mata (gel steril) (Lachman., dkk, 1994).Tingginya kandungan air dalam sediaan gel dapat menyebabkan terjadinya kontaminasi mikrobial, yang secara efektif dapat dihindari dengan penambahan bahan pengawet. Untuk upaya stabilisasi dari segi mikrobial di samping penggunaan bahan-bahan pengawet seperti dalam balsam, khususnya untuk basis ini sangat cocok pemakaian metil dan propil paraben yang umumnya disatukan dalam bentuk larutan pengawet. Upaya lain yang diperlukan adalah perlindungan terhadap penguapan yaitu untuk menghindari masalah pengeringan. Oleh karena itu untuk menyimpannya lebih baik menggunakan tube. Pengisian ke dalam botol, meskipun telah tertutup baik tetap tidak menjamin perlindungan yang memuaskan (Voigt, 1994).Sifat Dan Karakteristik GelSediaan gel memiliki sifat sebagai berikut:

Zat pembentuk gel yang ideal untuk sediaan farmasi dan kosmetik ialah inert, aman dan tidak bereaksi dengan komponen lain.

Pemilihan bahan pembentuk gel harus dapat memberikan bentuk padatan yang baik selama penyimpanan tapi dapat rusak segera ketika sediaan diberikan kekuatan atau daya yang disebabkan oleh pengocokan dalam botol, pemerasan tube, atau selama penggunaan topical.

Karakteristik gel harus disesuaikan dengan tujuan penggunaan sediaan yang diharapkan.

Penggunaan bahan pembentuk gel yang konsentrasinya sangat tinggi atau BM besar dapat menghasilkan gel yang sulit untuk dikeluarkan atau digunakan.

Gel dapat terbentuk melalui penurunan temperatur, tapi dapat juga pembentukan gel terjadi setelah pemanasan hingga suhu tertentu. Contoh polimer seperti MC, HPMC dapat terlarut hanya pada air yang dingin yang akan membentuk larutan yang kental dan pada peningkatan suhu larutan tersebut akan membentuk gel.

Fenomena pembentukan gel atau pemisahan fase yang disebabkan oleh pemanasan disebut thermogelation (Lachman., dkk, 1994).Metil Paraben (Methylis Parabenum) mengandung tidak kurang dari 99,0% dan tidak lebih dari 101,0% C8H8O3. Metil Paraben merupakan serbuk hablur halus,putih,hampir tidak berbau,tidak mempunyai rasa, kemudian agak membakar diikuti rasa tebal. Metil Paraben larut dalam 500 bagian air, dalam 20 bagian air mendidih, dalam 3,5 bagian etanol (95%) P dan dalam 3 bagian aseton P, mudah larut dalam eter P dan dalam larutan alkali hidroksida, larut dalam 60 bagian gliserol P panas dan dalam 40 bagian minyak lemak nabati panas, jika didinginkan larutan tetap jernih. Khasiat dari metal paraben adalah sebagai zat pengawet (DepKes,1979).

Propilen glikol merupakan cairan kental, jernih, tidak berwarna, tidak berbau, rasa agak manis dan higroskopik. Kelarutannya, dapat campur dengan air, dengan etanol (95%) P dan dengan kloroform P,larut dalam 6 bagian eter P, tidak dapat campur dengan eter minyak tanah P dan dengan minyak lemak. Khasiat dan penggunaan zat tambahan, dan pelarut (Depkes,1979)

Minyak sereh adalah minyak atsiri yang diperoleh dengan penyulingan uap daun Cymbopogon nardus Rendle (Cymbopogon winlerianus Jewill) atau varietas dan hibrida kedua species tersebut, mengandung tidak kurang 21% dan tidak lebih dari 35% sitronelal dan tidak kurang dari 10% dan tidak lebih dari 18% geraniol. Pemeriannya, merupakan cairan, pucat sampai kuning tua, baunya khas enak. Kelarutannya, dalam etanol kocok 1 bagian volume dengan 4 bagian volume etanol (80%) P, terjadi larutan jernih atau agak beropalesensi. Biarkan selama 24 jam pada suhu 200 hingga 300, tidak tampak butir-butir pada permukaan larutan. Penyimpanannya dalam wadah terisi penuh, tertutup rapat, terlindung dari cahaya. Khasiat dan penggunaan dari minyak sereh adalah sebagai zat tambahan (DepKes,1979).

Ekstrak minyak sereh mampu menarik serangga L. Huidobrensis dengan tingkat ketertarikan pada ekstrak minyak sereh sebesar 60,1% 100% pada konsentrasi 15%-20%. Ketahanan ekstrak minyak sereh dalam menarik serangga dapat bertahan hingga hari. Ekstrak minyak sereh mampu menarik serangga jantan dan betina, dengan proporsi ketertarikan jantan lebih tinggi dibanding betina (Suleha, 2008).Pembuatan Dari Magma Dan GelBanyak magma dan gel dibuat baru/segar dengan pengendapan fase terdispers, agar mendapatkan suatu derajat kehalusan dari bagian-bagian partikel dan sifat seperti gelatin dan partikel-partikel tersebut. Sebagaimana dengan partikel-partikel mikro kristal dari endapan mengembang, menarik air dengan kuat untuk memperoleh partikel sebagai gelatin yang bergabung membentuk endapan yang bersifat seperti gelatin. Magma dan gel lainnya dapat dibuat dengan cara hidrasi langsung dalam air dan zat kimia anorganik, bentuk yang dihidrasi terdiri dari fase terdispers dari suatu dispersi ( Ansel, 2005).

Karena derajat daya tarik-menarik yang tinggi antara fase terdispers dan medium berair dalam keduannya baik magma maupun gel, preparat-preparat ini tetap merata, dapat dikatakan tidak ada perubahan, selama didiamkan dengan sedikit pengendapan dari fase terdispers. Bagaimanapun juga bila didiamkan terlalu lama maka suatu lapisan supernatant dari medium pendispersi akan terbentuk, tetapi keseragaman preparat dengan mudah dapat dicapai kembali dengan mengocoknya secara biasa. Untuk meyakinkan keseragaman dosis, maka magma dan gel harus dikocok dahulu sebelum dipakai dan ketentuan efek ini harus dicantumkan dalam label preparat semacam ini. Magma dan gel yang mengandung obat dipakai melalui mulut (secara oral), karena manfaat dari fase terdispersinya ( Ansel, 2005).Contoh-Contoh Magma dan GelSuatu magma resmi, Bentonit Magma, NF, yang digunakan sebagai unsure pensuspensi dan pemakaiannya ditemukan dalam pembuatan obat-obat tanpa persiapan, dari suatu resep untuk melengkapi suatu suspensi dari zat obat. Sodium Fluorida dan Phosphoric Acid Gel, USP, dipakai pada permukaan gigi sebagai perawatan profilaktif pada gigi. Empat gel lainnya dipakai pada permukaan kulit : Betamethasone Benzoate Gel, USP, dan Fluocinomide Gel, USP, suatu kortikosteroid unyuk antiinflamasi, Tolnaftate Gel, USP, suatu zat antifungi dan Tretinoin Gel, USP, suatu iritan yang menyebabkan penglupasan (peeling) dan efektif pada pengobatan jerawat (acne). Magma dan gel lainnya yang digunakan sebagai antasida adalah sebagai berikut : Aluminium Phosphate Gel, USP, Aluminium Hydroxide Gel, USP; Dihydroxyaluminium Aminoacetate Magma, USP, Milk of Bismuth (Bismuth Magma), USP, dan Milk of Magnesia (Magnesia magma), USP ( Ansel, 2005).Aluminium Hidrokside Gel, USP

Aluminium Hidroside Gel, USP ini merupakan suatu suspense berair dari endapan seperti gelatin yang terdiri dari aluminium hidroksida yang tidak larut dan aluminium oksida hidrat, setara dengan kira-kira 4% aluminium oksida. Fase terdispers dari gel tersebut umumnya dibuat dengan reaksi kimia menggunakan berbagai reaktan. Biasanya sumber aluminium darin reaksi tersebut adalah aluminium klorida dan aluminium hidroksida yang tidak larut. Pada gel tersebut, USP mengizinkan penambahan minyak permen, gliserin, sorbitol, sukrosa, sakarin atau pengharum dan pemanis lain maupun pengawet yang sesuai ( Ansel, 2005).

Gel dapat diberikan untuk penggunaan topical atau dimasukkan ke dalam lubang tubuh. Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, dalam botol mulut lebar terlindung dari cahaya, ditempat sejuk. Catatan : Pada etiket harus tertera Kocok dahulu ( Syamsuni, 20006).

Dasar Gel yang Umum Digunakan1. Dasar gel hidrofobik Dasar gel hidrofobik umumnya terdiri dari partikel-partikel anorganik, bila ditambahkan ke dalam fase pendispersi, hanya sedikit sekali interaksi antara kedua fase. Berbeda dengan bahan hidrofilik, bahan hidrofobik tidak secara spontan menyebar, tetapi harus dirangsang dengan prosedur yang khusus (Ansel, 1989). 2. Dasar gel hidrofilik Dasar gel hidrofilik umumnya terdiri dari molekul-molekul organik yang besar dan dapat dilarutkan atau disatukan dengan molekul dari fase pendispersi. Istilah hidrofilik berarti suka pada pelarut. Umumnya daya tarik menarik pada pelarut dari bahan-bahan hidrofilik kebalikan dari tidak adanya daya tarik menarik dari bahan hidrofobik. Sistem koloid hidrofilik biasanya lebih mudah untuk dibuat dan memiliki stabilitas yang lebih besar (Ansel, 1989). Gel hidrofilik umummnya mengandung komponen bahan pengembang, air, humektan dan bahan pengawet (Voigt, 1994).Karakteristik Sediaan Gel Sediaan gel umumnya memiliki karakteristik tertentu, yakni1. Swelling

Gel dapat mengembang karena komponen pembentuk gel dapat mengabsorbsi larutan sehingga terjadi pertambahan volume. Pelarut akan berpenetrasi diantara matriks gel dan terjadi interaksi antara pelarut dengan gel. Pengembangan gel kurang sempurna bila terjadi ikatan silang antar polimer di dalam matriks gel yang dapat menyebabkan kelarutan komponen gel berkurang.

2. Sineresis

Suatu proses yang terjadi akibat adanya kontraksi di dalam massa gel. Cairan yang terjerat akan keluar dan berada di atas permukaan gel. Pada waktu pembentukan gel terjadi tekanan yang elastis, sehingga terbentuk massa gel yang tegar. Mekanisme terjadinya kontraksi berhubungan dengan fase relaksasi akibat adanya tekanan elastis pada saat terbentuknya gel. Adanya perubahan pada ketegaran gel akan mengakibatkan jarak antar matriks berubah, sehingga memungkinkan cairan bergerak menuju permukaan. Sineresis dapat terjadi pada hidrogel maupun organogel.

3. Efek suhu

Efek suhu mempengaruhi struktur gel. Gel dapat terbentuk melalui penurunan temperatur tapi dapat juga pembentukan gel terjadi setelah pemanasan hingga suhu tertentu. Polimer seperti MC, HPMC, terlarut hanya pada air yang dingin membentuk larutan yang kental. Pada peningkatan suhu larutan tersebut membentuk gel. Fenomena pembentukan gel atau pemisahan fase yang disebabkan oleh pemanasan disebut thermogelation.

4. Efek elektrolit

Konsentrasi elektrolit yang sangat tinggi akan berpengaruh pada gel hidrofilik dimana ion berkompetisi secara efektif dengan koloid terhadap pelarut yang ada dan koloid digaramkan (melarut). Gel yang tidak terlalu hidrofilik dengan konsentrasi elektrolit kecil akan meningkatkan rigiditas gel dan mengurangi waktu untuk menyusun diri sesudah pemberian tekanan geser. Gel Na-alginat akan segera mengeras dengan adanya sejumlah konsentrasi ion kalsium yang disebabkan karena terjadinya pengendapan parsial dari alginat sebagai kalsium alginat yang tidak larut.

5. Elastisitas dan rigiditas

Sifat ini merupakan karakteristik dari gel gelatin agar dan nitroselulosa, selama transformasi dari bentuk sol menjadi gel terjadi peningkatan elastisitas dengan peningkatan konsentrasi pembentuk gel. Bentuk struktur gel resisten terhadap perubahan atau deformasi dan mempunyai aliran viskoelastik. Struktur gel dapat bermacam-macam tergantung dari komponen pembentuk gel.

6. Rheologi

Larutan pembentuk gel (gelling agent) dan dispersi padatan yang terflokulasi memberikan sifat aliran pseudoplastis yang khas, dan menunjukkan jalan aliran nonnewton yang dikarakterisasi oleh penurunan viskositas dan peningkatan laju aliran.2.5 Komponen GelUntuk kompenen gel di bagi menjadi dua gilling agents dan bahan tambahan. Disetiap sedian gel harus memilik kedua komponen seperti yang ada di bawah ini: Gelling Agent.

Sejumlah polimer digunakan dalam pembentukan struktur berbentuk jaringan yang merupakan bagian penting dari sistem gel. Termasuk dalam kelompok ini adalah gom alam, turunan selulosa, dan karbomer. Kebanyakan dari sistem tersebut berfungsi dalam media air, selain itu ada yang membentuk gel dalam cairan non-polar. Beberapa partikel padat koloidal dapat berperilaku sebagai pembentuk gel karena terjadinya flokulasi partikel. Konsentrasi yang tinggi dari beberapa surfaktan non-ionik dapat digunakan untuk menghasilkan gel yang jernih di dalam sistem yang mengandung sampai 15% minyak mineral.

Bahan tambahan

Pengawet

Meskipun beberapa basis gel resisten terhadap serangan mikroba, tetapi semua gel mengandung banyak air sehingga membutuhkan pengawet sebagai antimikroba. Dalam pemilihan pengawet harus memperhatikan inkompatibilitasnya dengan gelling agent.

Penambahan bahan higroskopis

Bertujuan untuk mencegah kehilangan air. Contohnya gliserol, propilenglikol dan sorbitol dengan konsentrasi 10-20 %.

Chelating agent

Bertujuan untuk mencegah basis dan zat yang sensitive terhadap logam berat. Contohnya EDTA

BAB III

METODE PERCOBAAN3.1Resep

R/HPMC

2%

Propilen glikol

15

Metil paraben

0,1%

Minyak sereh

1%

Aquadest ad

100

m.f. gell.

3.2Alat dan Bahan

3.2.1Alat

Anak timbangan (gram dan miligram)

Batang pengaduk

Beaker glass 50 ml

Cawan Porselen

Gelas Ukur 50 ml

Lumpang Stamper

Sudip

Timbangan3.2.2Bahan

Akuades HPMC Metil paraben Minyak sereh Propilen glikol3.3Perhitungan Bahan

HPMC

2/100 x 50= 1,25Air HPMC

10 x 2,5= 25 Propilen glikol

50/100 x 15= 7,5 Metil paraben

0,1/100 x 50= 0,05 Minyak sereh

1/100 x 50= 0,5 Aquades

= 50 ( 1,25+25+7,5+0,05+0,5)= 15,7 ml3.4Prosedur Kerja

Ditimbang semua bahan (HPMC, propilenglikol, metil paraben, minyak sereh) dan alat dibersihkan Dikembangkan HPMC dalam lumpang dengan cara memasukkan air panas ke dalam lmpang sebanyak 20 kali dari jumlah HPMC, lalu HPMC ditaburkan di atasnya dan dibiarkan 10 menit hingga mengembang (M1) Dilarukan Metil paraben dalam Propilenglikol hingga benar-benar larut, lalu di tambahkan ke dalam M1 dan gerus hingga terbentuk massa yang membentuk jelli Ditambahkan sisa air sedkit demi sedikit sambil digerus hingga massa tercampur homogen, ditambah minyak sereh dan digerus homogen Dilakukan uji sediaan3.6Evaluasi3.6.1Uji homogenitas (F.Ind. Ed.III, 1979)

Alat:Objek glass / kertas perkamen

Cara:Jika dioleskan pada sekeping kaca atau bahan transparan lain yang cocok harus menunjukkan susunan yang homogen.

3.6.2Uji Viskositas

Alat:Viskometer Brookfield type RVF 100

Cara:Sebanyak 400 BAB IVHASIL DAN PEMBAHASAN

4.1Hasil

Diperoleh sediaan gel antiseptik dari minyak sereh berupa gel atau jelly dengan massa yang homogen. Hasil viskositas gel 3660 Cp, torque 34,20 % dengan kecepatan 12 rpm dengan pundel 64.4.2Pembahasan

Dari percobaan yang telah dilakukan dalam pembuatan gel sebagai bahan obat antiseptik dari minyak sereh memberikan hasil yang memuaskan. Pembuatan gel dilakukan dengan menggunakan HPMC yang ditambahkan air panas kemudian didiamkan selama 10 menit, lalu digerus homogen. Pada lumpang yang lain, untuk bahan obat dilakukan penambahan metilparaben, propilen glikol dan minyak sereh, lalu digerus supaya larut sempurna. Kemudian bahan obat digabungkan kedalam bahan gel dan ditambahkan air sedikit demi sedikit, digerus hingga terbentuk massa yang homogen. Hasil uji homogenitas dari sediaan gel menunjukkan bahwa gel tersebut homogen, dapat dibuktikan dengan melakukan evaluasi sediaan dengan cara menyebarkannya diatas objek glass akan tampak massa yang homogen. Hal ini disebabkan karena penggerusan bahan obat dan bahan tambahan yang sangat baik.

Uji viskositas dilakukan dengan menggunakan alat viskometer brookfield tipe RVF 100 dan hasil viskositas yang diperoleh adalah 3660 dan torque 34,20 % dengan kecepatan putaran 12 rpm.Gel didefinisikan sebagai suatu sistem setengah padat yang terdiri dari suatu dispersi yang tersusun baik dari partikel anorganik yang kecil atau molekul organik yang besar atau saling diserapi cairan. Gel satu fase merupakan gel dalam amna makro molekulnya disebarkan keseluruh cairan sampai tidak terlihat ada batas diantaranya. Dalam hal dimana massa gel terdiri dari kelompok-kelompok partikel kecil yang berbeda, maka gel dikelompokkan sebagai sistem dua fase dan sering disebut magma atau susu. Gel dan magma dianggap sebagai dispersi koloidal oleh karena masing-masing mengandung partikel-partikel dengan ukuran koloidal. ( Ansel, 2005)

Banyak magma dan gel dibuat baru/segar dengan pengendapan fase terdispers, agar mendapatkan suatu derajat kehalusan dari bagian-bagian partikel dan sifat seperti gelatin dan partikel-partikel tersebut. Endapan bersifat gelatin yang diinginkan, dihasilkan apabila larutan unsur anorganik bereaksi membentuk suatu senyawa kimia yang tidak larut, mempunyai daya tarik-menarik yang tinggi dengan air. Sebagaimana dengan partikel-partikel mikro kristal dari endapan mengembang, menarik air dengan kuat untuk memperoleh partikel sebagai gelatin yang bergabung membentuk endapan yang bersifat seperti gelatin. Magma dan gel lainnya dapat dibuat dengan cara hidrasi langsung dalam air dan zat kimia anorganik, bentuk yang dihidrasi terdiri dari fase terdispers dari suatu dispersi ( Ansel, 2005).

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan Pembuatan gel pada pratikum dilakukan dengan menggunakan bahan HPMC sebagai pembentuk gel, yang ditambahkan air panas kemudian didiamkan selama 10 menit sampai mengembang, lalu digerus homogen. Pada lumpang yang lain, untuk bahan obat dilakukan penambahan metilparaben, propilen glikol dan minyak sereh, lalu digerus supaya larut sempurna. Kemudian bahan obat digabungkan kedalam bahan gel dan ditambahkan air sedikit demi sedikit, digerus hingga terbentuk massa yang homogen. Sediaan gel antiseptik dari minyak sereh berbentuk gel atau jelly kental dan transparan dengan massa yang homogen. Berdasarkan hasil percobaan yang telah dilakukan menunjukkan bahwa sediaan gel yang dibuat menghasilkan mutu fisik gel yang memenuhi syarat dilihat dari uji viskositas gel 3660 Cp, torque 34,20 % dengan kecepatan 12 rpm dengan pundel 64 dan uji homogenitas.5.2 Saran

Sebaiknya pada pratikum selanjutnya dapat membuat sediaan gel lain seperti gel untuk pemutih wajah atau sediaan gel pada sediaan pasta gigi Diharapkan untuk pratikum selanjutnya dapat membuat sediaan gel dengan dasar gel hidrofobik. Diharapkan untuk pratikum selanjutnya dapat membuat sediaan gel dengan gelling agent selain HPMC, seperti MC atau CMC.

DAFTAR PUSTAKA

Anief, M, 1994, Farmasetika, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.Anief, M, 1995, Prinsip Umum dan Dasar Farmakologi, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Anief, . 2006. Ilmu Meracik Obat. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press. Halaman 129.

Ansel, Howard C. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farnasi. Jakarta : Universitas Indonesia (UI-Press). Halaman 390-391, 393-395.Budi, Hieronymus santoso. 2009. sereh wangi, bertanam dan penyulingan

Departemen Kesehatan RI, 1979, Farmakope Indonesia Edisi III, Jakarta, hal 6 - 7, 37 - 38, 745, 825.

Lachman, L, Lieberman, H, A, dkk, 1994 Teori dan Praktek Farmasi Industri, Edisi III, Penerbit Universitas Indonesia, UI - Press, Jakarta, hal 643 - 645.

Lieberman, Herbert A. 1989. Pharmaceutical dosage forms: Disperse systems. Volume 2. Marcel Dekker: New York.

Martin, A.N. dkk. (1993). Farmasi Fisik. Penerjemah : Yoshita. Edisi Ketiga. Jilid kedua. Jakarta : UI Press.

Syamsuni, H. A., 2006. Ilmu Resep. Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta. Hal 166-171

Voigt, R, 1994, Buku Pelajaran Teknologi Farmasi edisi 5, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta, hal 170.

Departemen Kesehatan RI. (1995).Farmakope Indonesia edisi IV. Jakarta.

Syamsuni, H.A. 2006. Ilmu Resep. Jakarta : EGC. Halaman 77.Suleha, 2008. PENGUJIAN EKSTRAK MINYAK SEREH (Andropogon nardus L.) DAN KEMANGI LIAR (Ocimum sanctum Linn.) SEBAGAI ATRAKTAN TERHADAP HAMA PENGOROK DAUN (Liriomyza huidobrensis) (DIPTERA : AGROMYZIDAE) Staf Pengajar Jur. Hama & Penyakit Tumbuhan Fak. Pertanian Universitas HasanuddinLAMPIRAN

11